Uploaded by Alit Suastika

Kelompok 1 - struktur penelitian ilmu manajemen

advertisement
MAKALAH
STRUKTUR PENELITIAN ILMU MANAJEMEN
Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Metodologi Penelitian Bisnis
Dosen Pengampu : Prof. DR. Ni Luh Putu Wiagustini, S.E, M.Si
Oleh Kelompok 1 :
Ni Made Srianggareni, S.E (2280611011)
Ni Putu Khrisnia Suandari, S.KM (2280611013)
Karlina Mechtildis Sindu, S.E (2280611018)
Ni Komang Karisma Dewi, S.Pd (2280611027)
KELAS A
MAGISTER MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya
sehingga makalah dengan judul “Struktur Penelitian Ilmu Manajemen” dapat tersusun hingga
selesai. Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terima kasih kepada Ibu Prof. DR. Ni Luh
Putu Wiagustini, S.E, M.Si selaku dosen pengampu mata kuliah Metodologi Penelitian Bisnis,
Program Studi Magister Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana dan
semua pihak yang telah berkontribusi membantu penyusunan makalah ini.
Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi nilai tugas dalam mata kuliah
Metodologi Penelitian Bisnis. Selain itu pembuatan makalah ini juga bertujuan untuk
menambah pengetahuan dan wawasan tentang Struktur Penelitian Ilmu Manajemen.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman, tentunya makalah ini masih ada
kekurangannya. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata semoga makalah yang telah kami
susun dapat diterima dan bermanfaat bagi para pembaca.
Penyusun
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
……………………………………………………………
1
DAFTAR ISI
……………………………………………………………
2
A. Latar Belakang
……………………………………………………………
3
B. Rumusan Masalah
……………………………………………………………
4
C. Tujuan Masalah
……………………………………………………………
4
D. Manfaat Penulisan
……………………………………………………………
5
……………………
6
……………………………………………………
9
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi dan Klasifikasi Struktur Penelitian Ilmu Manajemen
B. Komponen dalam Struktur Ilmu
C. Hirarki Komponen dalam Struktur Ilmu ……………………………………………
10
……………………………………………………………
13
……………………………………………………………………
28
……………………………………………………………………………
29
D. Perumusan Masalah
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
30
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penelitian (research) merupakan rangkaian kegiatan ilmiah dalam rangka
pemecahan suatu permasalahan. Jadi penelitian merupakan bagian dari usaha pemecahan
masalah. Fungsi penelitian adalah mencarikan penjelasan dan jawaban terhadap
permasalahan serta memberikan alternatif bagi kemungkinan yang dapat digunakan untuk
pemecahan masalah. Penjelasan dan jawaban terhadap permasalahan itu dapat bersifat
abstrak dan umum sebagaimana halnya dalam penelitian dasar (basic research) dan dapat
pula sangat konkret dan spesifik seperti biasanya ditemui pada penelitian terapan (applied
research).
Penelitian secara umum diartikan sebagai suatu proses pengumpulan dan analisis
data yang dilakukan secara sistematis dan logis untuk mencapai tujuan tertentu.
Pengumpulan dan analisis data menggunakan metode-metode ilmiah, baik yang bersifat
kuantitatif dan kualitatif, eksperimental atau non eksperimental, interaktif atau non
interaktif. Metode-metode tersebut telah dikembangkan secara intensif, melalui berbagai
uji coba sehingga telah memiliki prosedur yang baku. Menurut Ary, Jacobs, dan Razafieh
(1992 : 44), Penelitian dapat dirumuskan sebagai pendekatan ilmiah pada pengkajian
masalah. Penelitian merupakan usaha sistematis dan objektif untuk mencari pengetahuan
yang dapat dipercaya. Menurut Ostle (Moh. Nazir, 1997 : 15). Penelitian dengan
menggunakan metoda ilmiah (scientific method) disebut penelitian ilmiah (scientific
research). Dalam penelitian ilmiah selalu ditemukan 2 unsur penting, yaitu unsur observasi
(empiris) dan nalar (rasional).
Penelitian yang baik menghasilkan data yang dapat diandalkan yang berasal dari
praktik yang dilakukan secara profesional dan dapat diandalkan untuk pengambilan
keputusan. Sebaliknya, penelitian yang buruk direncanakan secara sembarangan dan
dilakukan, sehingga menghasilkan data yang tidak dapat digunakan oleh manajer untuk
mengurangi risiko pengambilan keputusannya. Penelitian yang baik mengikuti standar
3
metode ilmiah: prosedur yang sistematis dan empiris untuk menghasilkan penelitian yang
dapat direplikasi.
Metodologi penelitian adalah salah satu mata kuliah yang penting dan harus
dipelajari oleh mahasiswa baik di tingkat akhir maupun di awal perkuliahan yang bertujuan
agar mahasiswa mempersiapkan dirinya untuk menyelesaikan tugas akhir, skripsi, tesis,
dan disertasi sebagai salah satu persyaratan untuk bisa menyelesaikan studi. Jika ditelusuri
lebih lanjut, pelajaran yang didapat dari mata kuliah metodologi penelitian tidak saja
digunakan dalam penyelesaian tugas akhir tetapi juga digunakan dalam semua penelitian
yang dilakukan.
Penelitian memiliki Lima bagian yaitu Pendahuluan, Kajian Pustaka, Metode
Penelitian, Pembahasan, dan Penutup. Setiap Bagian ini, dipecah lagi menjadi beberapa
bagian yang tetap berkesinambungan dengan penelitian yang akan dilakukan contohnya
pada bagian Pendahuluan akan dibagi lagi menjadi Latar Belakang, Rumusan Masalah,
Tujuan, Manfaat dan Batasan penelitian. Makalah ini akan membahas tentang bagaimana
struktur penelitian dalam ilmu manajemen terutama tentang struktur ilmu, komponen dalam
struktur ilmu, hirarki komponen dalam struktur ilmu dan perumusan masalah yang baik dan
benar.
B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dari penelitian ini yaitu
1.
Apa itu struktur penelitian ilmu manajemen dan bagaimana pengklasifikasiannya
terutama tentang perangkat struktur ilmu?
2.
Komponen apa saja yang termasuk dalam struktur ilmu?
3.
Bagaimana hirarki komponen dalam struktur ilmu?
4.
Bagaimana merumuskan masalah dengan baik dan benar?
C. Tujuan
Berdasarkan Rumusan masalah diatas, maka tujuan dari makalah ini adalah
1.
Untuk mampu memahami dan mengklasifikasikan struktur penelitian ilmu
manajemen terutama tentang perangkat struktur ilmu,
2.
Untuk mengetahui komponen dalam struktur ilmu,
4
3.
Untuk mengetahui hirarki komponen dalam struktur ilmu
4.
Untuk mengetahui cara murumuskan masalah dengan baik dan benar
D. Manfaat
Manfaat dari makalah ini adalah
1.
Untuk menambah khazanah ilmu pengetahuan tentang struktur penelitian dalam
ilmu manajemen terutama tentang struktur ilmu, komponen dalam struktur ilmu,
hirarki komponen dalam struktur ilmu dan perumusan masalah yang baik dan benar.
2.
Untuk melatih Mahasiswa dalam hal mereview Jurnal peneliti lain sebagai
gambaran bagi Mahasiswa Tersebut dalam meneliti hal yang sama di kemudian hari
BAB II
5
PEMBAHASAN
A.
Definisi dan Klasifikasi Struktur Penelitian Ilmu Manajemen
1.
Struktur Penelitian Ilmu Manajemen
Struktur atau mekanisme kerja untuk menyusun sebuah penelitian dimulai
dari “mengapa dan bagaimana peristiwa tersebut terjadi?” dan menguraikan tujuan
yang saling terkait secara terstruktur. Dalam penjelasan kausal, faktor-faktor yang
terkait akan memberikan respon pada faktor-faktor lainnya. Struktur penelitian ilmu
manajemen adalah jenis penjelasan teoritis yang mengungkap sebuah fenomena
manajemen bisnis atau suatu keadaan di lapangan yang menyimpang dengan teori,
diuraikan dalam struktur menyeluruh, saling terkait, dan berhubungan antar posisi
dalam struktur tersebut.
Sebuah penjelasan struktural menggambarkan proses sosial, peristiwa atau
faktor dalam struktur yang lebih kompleks. Seperti jaring laba-laba, roda dengan jarijari dan mesin dengan bagian-bagian yang saling berhubungan. Penjelasan struktural
menjelaskan kehidupan sosial dengan memperhatikan bagaimana satu bagian masuk
ke dalam struktur yang lebih besar. Dalam penelitian kausal menjelaskan B terjadi
karena A (contoh: rendahnya kemampuan mengelola keuangan dalam lingkup
keluarga di desa X terjadi karena rata-rata keluarga di desa X belum memahami
tentang literasi pengelolaan keuangan keluarga). Dalam penjelasan secara struktur, A
menjelaskan B terjadi karena berada dalam struktur yang lebih besar atau memiliki
bagian dari B ke area lain dalam struktur. Terdapat tiga teori yang digunakan untuk
menjelaskan struktur penelitian yaitu sequential theories, network theories, and
functional theories (Neuman, 2014).
a. Sequential theories
Teori sekuensial menjelaskan urutan serangkaian tahapan yang teratur.
Seperti proses perencanaan kebutuhan jumlah SDM dalam divisi pemasaran,
dimulai dengan melakukan peramalan penjualan, rencana produksi dan beban
kerja, hingga menentukan jumlah kebutuhan SDM divisi ini. Selain
mengidentifikasi langkah-langkah, teori sekuensial juga menjelaskan stagnasi
pada suatu tahapan dan titik balik dari suatu proses yang memicu langkah yang
6
berbeda. Teori sekuensial dapat mengidentifikasi langkah-langkah penting dan
memberikan batasan menuju ke langkah selanjutnya. Jika langkah A selesai
(telah ditentukan jumlah SDM yang dibutuhkan), harus melalui langkah B
(melakukan perencanaan produksi) untuk mencapai langkah selanjutnya
(identifikasi beban kerja).
b. Network theories
Struktur jaringan mengacu pada posisi relasional dalam jaringan atau
ukuran dan bentuknya, jenis dan keberadaan koneksi antara posisi, sentralitas
dalam jaringan atau aliran antara posisi jaringan. Teori jaringan jenis struktur
yang menjelaskan dimana letak posisi dan koneksi dalam jaringan atau jaringan
yang saling berhubungan membentuk pola keseluruhan jaringan. Struktur
jaringan memudahkan komunikasi, hubungan kekuasaan, hubungan hirarkis dan
hubungan arus dalam jaringan sehingga membentuk pola penalaran yang jelas.
Seperti, marketing network yang terdiri dari perusahaan & pemegang
kepentingan, pelanggan, pegawai, pemasok, distributor, pengecer dan agen
periklanan saling membangun relasi bisnis yang menguntungkan.
c. Functional theories
Struktur yang menjelaskan bagaimana bagian-bagian yang saling terkait
dan beroperasi untuk menjalankan sistem secara keseluruhan dengan bagianbagian tertentu yang saling melengkapi. Keberhasilan dan kegagalan satu pola,
akan berdampak pada
pola lain maupun secara keseluruhan sistem. Teori
fungsional membutuhkan keseimbangan dalam keberlangsungan suatu sistem.
Jika terdapat kendala pada bagian tertentu, maka sistem akan terhambat dalam
mencapai tujuan akhir. Tim pengembangan rencana pemasaran mengembangkan
rencana pemasaran, kemudian langkah pengimplemaentasian rencana tersebut,
lanjut ke tahap pengawasan, dan mengambil tindakan korektif. Tahapan tersebut
saling terkait sehingga penting untuk menjaga keberlangsungan proses untuk
dapat melakukan pengambangan pemasaran.
7
Gambar 1. Pola Penjelasan Struktural
2. Definisi dan Klasifikasi Perangkat Struktur Ilmu
Struktur adalah cara bagaimana sesuatu disusun atau dibangun. Jika dalam suatu
organisasi, struktur merupakan organ/perangkat dari organisasi yang terkait dengan
mekanisme kerjanya dan tujuan yang akan dicapai.
Struktur ilmu adalah mekanisme kerja ilmu yang terdiri dari komponenkomponen saling terkait dalam upaya mengetahui kebenaran dari sebuah pengetahuan
yang kemudian disebut sebagai ilmu.
Perangkat dalam struktur ilmu meliputi:
a. Harus terdapat komponen-komponen di dalam struktur ilmu
b. Harus terdapat fungsi-fungsi di dalam struktur ilmu
c. Harus ada hirarkis bagi komponen-komponen di dalam struktur ilmu
Sistematika kerja struktur ilmu yaitu
a.
Perumusan masalah: merupakan pernyataan spesifik mengenai ruang lingkup
masalah yang akan diteliti. Rumusan masalah adalah pertanyaan-pertanyaan
mengenai masalah sebuah hal atau kejadian yang berbentuk kalimat tanya yang
sederhana, singkat, padat, dan jelas.
b.
Pengamatan dan deskripsi : melakukan tinjauan pustaka, membuat sebuah
persepsi, memanfaatkan teknologi, menggunakan pengukuran
c.
Penjelasan : penjelasan Deduktif cara analisis dari kesimpulan umum yang
diuraikan dengan fakta, penjelasan Probabilitas penjelasan menggunakan kata
“mungkin” atau dalam batasan angka, penjelasan Genetis menjawab pertanyaan
8
“mengapa” sesuai peristiwa sebelumnya, penjelasan Fungsional menjawab
pertanyaan “mengapa” dengan menyelidiki objek penelitian.
d.
Ramalan dan kontrol : Hukum yaitu dalam ilmu sosial diartikan sebagai
keteraturan yang fundamental, Proyeksi yakni bentuk ramalan yang mempelajari
kejadian terdahulu dan membuat pernyataan tentang masa depan, Struktur yakni
ramalan yang didasarkan atas struktur dari benda/intuisi, Institusional yakni
ramalan berdasarkan institusi yang terkait, Masalah yakni ramalan berdasarkan
penentuan masalah yang dihadapi, Tahap yakni perkembangan yang berurutan,
Utopia yakni membayangkan apa yang mungkin terjadi berdasarkan pengetahuan
yang diketahui.
B. Komponen dalam Struktur Ilmu
Sebuah struktur ilmu harus memiliki komponen-komponen sehingga membentuk
suatu kesatuan yang utuh. Komponen-komponen yang dimaksud bersifat abstrak
sebagaimana struktur ilmu yang merupakan satu kesatuan yang juga abstrak. Komponen
ilmu dibangun dari realita alam semesta. Komponen komponen tersebut merupakan aspek
dinamis dari perwujudan ilmu yang bersifat abstrak tetapi masih berlaku/bersifat umum
(general). Komponen-komponen itu seolah-olah perkembangan dari alam konkrit (realita)
sampai pada alam abstrak (ilmu).
Dalam Suryana (2010), komponen-komponen ilmu adalah sebagai berikut :
1.
Teori, yaitu generalisasi yang telah teruji kebenarannya secara ilmiah.
2.
Fakta, keadaan sebenarnya (empirik) yang diwujudkan dalam jalinan dua konsep
atau lebih.
3.
Fenomena, yaitu gejala atau kejadian yang ditangkap dengan panca indera
(penglihatan, pendengaran, penciuman, perasaan, perabaan), kemudian dijadikan
konsep (istilah atau simbol) yang mengandung pengertian singkat dari fenomena.
4.
Konsep, yaitu istilah atau simbol yang mengandung pengertian singkat dari
fenomena. Konsep juga dapat diartikan menjadi rancangan, atau ide yang
diabstrakkan dari peristiwa konkret atau gambaran mental dari objek, proses,
atau apa pun yang ada di luar bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk
memahami hal-hal lain (KBBI).
9
Bila fakta yang satu mempengaruhi yang lain disebut faktor. Hubungan antar faktor
disebut proporsi. Proporsi inilah lazim disebut embrio teori. Bila sifat hubungan yang
dimiliki proporsi telah diketahui, maka proporsi tersebut menjadi konsep lanjut yang lebih
tinggi dari konsep awal, yaitu menjadi teori hubungan. Bila teori itu sempat diuji berulang
kali dan tetap bertahan, maka meningkat menjadi hukum atau dalil-dalil.
Gambar 2. Jalinan Antara Komponen-Komponen Ilmu
C. Hirarki Komponen dalam Struktur Ilmu
Pada penjelasan sebelumnya, pengertian struktur ilmu yaitu sebuah susunan yang
terdiri dari komponen-komponen yang membatasi mekanisme pencarian sebuah kebenaran.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), hirarki diartikan sebagai urutan tingkatan
atau jenjang jabatan (pangkat kedudukan). Dalam manajemen, hirarki kemudian diartikan
sebagai alat yang paling mudah untuk memahami masalah yang kompleks dimana masalah
tersebut dijabarkan ke dalam komponen-komponen yang bersangkutan, menyusun
komponen-komponen tersebut ke dalam hirarki, dan akhirnya mengevaluasi elemenelemen tersebut sekaligus menentukan keputusan yang akan diambil. Berdasarkan
pernyataan tersebut, hirarki komponen dalam struktur ilmu dapat diartikan sebagai susunan
yang terdiri dari komponen-komponen yang berkaitan satu sama lain dalam memahami
suatu masalah, menjabarkan masalah, dan menentukan keputusan yang akan diambil dari
masalah tersebut. Hirarki komponen dalam struktur ilmu dapat digambarkan sebagai
berikut:
10
Gambar 3. Hirarki Komponen Dalam Struktur Ilmu
1. Fakta
Disebutkan bahwa fakta memiliki arti hal (keadaan, peristiwa) yang merupakan
kenyataan: sesuatu yang benar-benar ada atau terjadi. Selanjutnya, fakta diartikan
sebagai hal, keadaan, peristiwa yang merupakan kenyataan yang sungguh-sungguh
terjadi dan terjamin kebenarannya. Segala sesuatu yang terjadi, dapat diamati, diraba,
dilihat, dirasa, dan benar-benar terjadi pada tempat dan waktu tertentu juga disebut
sebagai fakta.
2. Konsep-konsep
Konsep adalah suatu istilah, pengungkapan abstrak yang digunakan untuk tujuan
mengklasifikasikan atau mengkategorikan suatu kelompok dari suatu benda, gagasan
atau peristiwa. Dengan kata lain konsep juga dapat diartikan proses mengkategorikan,
mengklasifikasikan dan memberi nama pada sekelompok objek. Berikut merupakan
sifat dari konsep itu sendiri:
a.
Konsep bersifat abstrak. Konsep berarti gambaran mental tentang benda,
peristiwa, atau kegiatan. Misalnya, ketika seseorang mendengar kata
“manajemen”, maka seseorang tersebut bisa membayangkan apa manajemen itu.
b.
Konsep merupakan “kumpulan” dari benda-benda yang memiliki karakteristik
atau kualitas secara umum.
c.
Konsep bersifat personal, pemahaman orang tentang konsep “manajemen”
misalnya mungkin berbeda dengan pemahaman orang lain.
3. Generalisasi
Generalisasi berasal dari kata “general” yang berarti umum atau menyeluruh.
Generalisasi diartikan sebagai pengambilan kesimpulan secara umum dari suatu gejala
11
atau informasi yang kita terima yang didukung oleh data dan fakta yang ada. Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), generalisasi mempunyai arti: a. perihal
membentuk gagasan atau simpulan umum dari suatu kejadian, hal, dsb; b. perihal
membuat suatu gagasan lebih sederhana daripada yang sebenarnya (panjang lebar dsb);
c. perihal membentuk gagasan yang lebih kabur; d. penyamarataan.
Fakih Samlawi (1998;9) dalam Hasanah (2016) mengemukakan bahwa
generalisasi adalah sejumlah konsep yang memiliki karakteristik dan makna.
Generalisasi berarti pernyataan tentang hubungan antara konsep. Generalisasi
mengungkapkan sejumlah besar informasi, hubungan antar dua atau lebih konsep yang
sudah teruji secara empiris diartikan pula sebagai generalisasi. Oleh karena itu
generalisasi dapat berbentuk proposisi, hipotesis, inferens, kesimpulan, pemahaman,
atau prinsip.
Ciri-ciri generalisasi:
a. Menunjukkan hubungan antara dua konsep atau lebih.
b. Bersifat umum dan merupakan abstraksi yang menunjukkan keseluruhan kelas dan
bukan bagian atau contoh.
c. Adalah tingkat abstraksi yang lebih tinggi dari sekedar konsep.
d. Berdasarkan pada proses dan dikembangkan atas dasar penalaran dan bukan hanya
berdasarkan pengamatan semata.
e. Berisi pernyataan-pernyataan yang dapat dibuktikan kebenarannya dan validasi
artinya diuji berdasarkan bukti-bukti yang pasti dengan menggunakan sistem
penalaran dan equity.
4. Teori
Teori adalah sekelompok proposisi yang berhubungan yang menunjuk-kan
mengapa suatu peristiwa terjadi. Dorin, dkk (1990) dalam Hasanah (2016) menyatakan
bahwa teori menyediakan sebuah penjelasan umum atas suatu observasi, menjelaskan
dan memprediksi perilaku, bisa dimodifikasi, dan memiliki kebenaran relatif untuk dites.
Teori berhubungan dengan proposisi karena proposisi membentuk teori. Teori terdiri
dari konsep dan hubungan di antara mereka dan teori menurut Hoover (1984) dalam
Hasanah (2016), berguna untuk tujuan-tujuan berikut ini.
a. Memberikan pola interpretasi data.
12
b. Menghubungkan satu kajian dengan kajian lain
c. Menawarkan kerangka kerja sehingga konsep dan variabel mendapatkan
signifikansi yang khusus
D. Perumusan Masalah
Masalah penelitian merupakan pedoman/dasar kegiatan penelitian. Dalam
penelitian, masalah berperan untuk mengarahkan kegiatan penelitian. Tanpa rumusan
masalah, peneliti akan kesulitan dalam pelaksanaan dan penulisan penelitiannya. Pada
umumnya, temuan permasalahan baik research gap atau permasalahan pada kehidupan
sehari-hari dituangkan pada latar belakang, dimulai dari hal yang bersifat umum kemudian
mengerucut ke permasalahan yang lebih spesifik, kemudian dirumuskan menjadi Rumusan
Masalah. Untuk membuat rumusan masalah ada beberapa hal yang dapat kita lakukan yaitu:
1. Identifikasi Masalah
Permasalahan biasanya akan muncul apabila terdapat kesenjangan atau
perbedaan: antara apa yang seharusnya dan apa yang ada dalam kenyataan, antara apa
yang diperlukan dan apa yang tersedia, dan hal-hal lain yang bertentangan antara apa
yang diharapkan dan kenyataan. Untuk itulah penelitian dilakukan. Kesenjangan
tersebut tidak dapat dihilangkan sama sekali, tetapi dapat diperkecil.
Pernyataan masalah haruslah mendeskripsikan latar belakang masalah (faktorfaktor apa yang menyebabkan hal tersebut menjadi masalah) dan rasionalisasi atau
justifikasi untuk studi. Sesuatu yang legal atau etika yang bercabang-cabang yang terkait
dengan masalah harus didiskusikan dan dipecahkan.
Sumber masalah dapat diperoleh dari: bacaan, pertemuan-pertemuan ilmiah,
pernyataan pemegang otoritas, pengamatan sepintas, pengalaman pribadi, dan perasaan
intuitif.
2. Penentuan Masalah Penelitian
Penentuan masalah penelitian sangat penting bagi seorang peneliti. Kesalahan
dalam menentukan masalah, dapat menyebabkan tujuan penelitian tidak akan tercapai
13
atau apabila tercapai akan memakan waktu yang cukup lama. Setelah masalah
diidentifikasi ada kemungkinan peneliti akan menemukan permasalahan lebih dari satu.
Menentukan masalah dengan tepat menjadi penting, karena dapat membantu
peneliti cepat menyelesaikan penelitiannya, sebagai contoh: peneliti ingin melakukan
penelitian tentang implikasi kewirausahaan terhadap digitalisasi ekonomi UMKM
pengrajin tenun di Bali. Dengan didahului identifikasi masalah, peneliti harus secara
tepat menentukan permasalahan yang akan diteliti —Apakah ada masalah permodalan,
keterbatasan strategi pemasaran diera pandemi, inovasi produk yang tidak berkembang
dan kurangnya manajemen usaha yang kompeten?. Apabila salah dalam menentukan
permasalahan, maka permasalahan yang terkait penelitian tersebut tidak dapat
dipecahkan. Agar permasalahan tersebut selanjutnya memudahkan dan bermanfaat
untuk diteliti, sebaiknya permasalahan tersebut:
a. Dipilih dari hal-hal yang menjadi perhatian dan memerlukan pemecahan.
b. Memudahkan dalam pengumpulan dan penjajakan data yang terkait dengan
permasalahan.
c. Memudahkan
dalam
mengobservasi
fakta-fakta
yang
relevan
yang
memungkinkan akan menjadi kunci untuk memecahkan kesulitan atau
permasalahan yang ditemukan.
d. Memiliki literatur yang akan menjadi landasan teoritis untuk pembentukan
asumsi sebagai landasan untuk pembentukan hipotesis.
Meskipun seseorang telah menemukan dan menentukan masalah penelitian, namun
satu hal lain yang harus dipertimbangkan dalam melaksanakan suatu penelitian, adalah
layak atau tidaknya masalah tersebut diteliti. Pertimbangan untuk menentukan layak
tidaknya suatu masalah untuk diteliti, pada dasarnya dapat dilihat dari dua arah, yaitu:
a. Arah masalahnya atau dari sudut objektifnya.
Pertimbangan akan dibuat atas dasar bagaimana penelitian tersebut akan
memberikan sumbangan terhadap pengembangan teori dalam bidang yang
bersangkutan dengan dasar teoritis penelitiannya dan pemecahan masalahmasalah yang bersifat praktis. Memang kelayakan suatu masalah untuk diteliti
14
sebenarnya bersifat relatif, tergantung pada konteks materi penelitiannya.
Karena belum tentu masalah yang layak untuk diteliti pada suatu kontek tertentu
layak pula diterapkan pada konteks yang lain. Tidak ada kriteria tertentu hal ini,
keputusannya akan tergantung kepada kecermatan dan ketajaman si peneliti
untuk melakukan evaluasi secara kritis, menyeluruh, dan menjangkau ke depan.
Selain itu, perlu pula dipahami bahwa peneliti harus sudah memikirkan
kemungkinan- kemungkinan bagaimana cara pengumpulan data yang relevan
untuk memecahkan masalah yang ditelitinya atau menjawab pertanyaanpertanyaan yang telah ditetapkan dan dalam pertanyaan-pertanyaan penelitian.
b. Arah calon peneliti.
Dari arah ini hendaknya dikaji apakah masalah tersebut sesuai dengan
calon peneliti baik dilihat dari biaya, waktu yang tersedia, ketersediaan alat dan
perlengkapan, kajian pustaka atau landasan teoritis yang dimiliki, dan
penguasaan metode yang diperlukan. Oleh karena itu dalam melakukan
penelitian, setiap calon peneliti harus bertanya kepada dirinya sendiri apakah
persyaratan di atas dapat dipenuhinya. Apabila tidak, sebaiknya dipilih masalah
lain atau memodifikasi permasalahan tersebut sehingga memungkinkan untuk
dilaksanakan.
Pertimbangan-pertimbangan dalam menentukan masalah penelitian juga
harus dilihat dari dua hal berikut:
(1) Pertimbangan personal
(a) Apakah masalah penelitian sesuai dengan tujuan yang diharapkan dan
harapan-harapan yang lain?
(b) Apakah saya benar-benar tertarik dengan permasalahan tersebut?
(c) Apakah untuk meneliti permasalah tersebut saya memiliki keterampilan,
kecakapan, dan latar belakang pengetahuan yang memadai?
(d) Apakah saya memiliki akses peralatan, laboratorium, dan materi-materi
yang diperlukan untuk meneliti permasalahan tersebut?
(e) Apakah saya memiliki waktu dan biaya untuk menyelesaikan penelitian
tersebut?
15
(f) Dapatkan saya memperoleh data yang akurat?Apakah masalah yang saya
teliti memiliki signifikansi bagi keperluan lembaga tempat saya
menyerahkan laporan?
(g) Dapatkah
saya
memperoleh
bantuan
administrasi,
petunjuk/
pembimbing, dan kerjasama untuk melaksanakan penelitian ini?
(2). Pertimbangan sosial
(a) Apakah hasil penelitian ini dihargai dan memiliki kontribusi terhadap
pengembangan pengetahuan di lapangan?
(b) Apakah temuan-temuan yang diperoleh memiliki nilai terhadap para
pendidik, orang tua, dan para pekerja social, dan yang lainnya?
(c) Apakah penelitian ini akan merupakan petunjuk bagi pengembangan
penelitian- penelitian yang lain?
(d) Apabila judul ini telah diteliti apakah perlu diperluas di luar keterbatasan
yang ada sekarang?
(e) Akankah peralatan dan teknik yang tidak cukup reliable dalam
melaksanakan penelitian ini, maka kesimpulan-kesimpulannya akan
memiliki nilai yang diragukan?
3. Merumuskan masalah
Setelah masalah ditentukan kemudian perlu dirumuskan. Menurut Sugiyono
makna rumusan masalah adalah sebuah pertanyaan yang mencari sebuah jawaban lewat
pengumpulan data dan penelitian. Dimana penelitian dapat dilakukan berdasarkan
tingkat eksplanasi. Secara garis besar, rumusan masalah memiliki peran yang cukup
besar. Rumusan masalah merupakan cara agar peneliti bisa mengatasi masalah yang
dihadapi selama melakukan penelitian.
Memang tidak ada ketentuan atau aturan bagaimana cara merumuskan masalah,
akan tetapi disarankan sebaiknya rumusan masalah tersebut:
a. Dibuat dalam bentuk pertanyaan dan pertanyaan tersebut sudah merupakan
setengah jawaban dari permasalahan yang akan diteliti.
b. Padat dan jelas
c. Memberikan petunjuk untuk kemungkinan mengumpulkan data
16
d. Minimal memiliki dua jenis variabel, yaitu: variabel bebas, adalah variabel
yang mempengaruhi dan variabel terikat (variabel yang dipengaruhi)
Sebagai contoh, di bawah ini diberikan beberapa contoh rumusan masalah
sebagai berikut:
a. Bagaimana implikasi kewirausahaan terhadap digitalisasi ekonomi UMKM
kerajinan tenun di Bali? Variabel bebas : digitalisasi ekonomi, Variabel terikat:
implikasi kewirausahaan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis secara
kualitatif, data dikumpulkan dengan cara observasi dan wawancara mendalam
pada pelaku UMKM kerajinan Tenun yang berlokasi di Kab. Klungkung dan
Gianyar.
b. Bagaimana perkembangan dan transformasi kain tenun saat ini?
Berikut beberapa kesalahan umum dalam rumusan masalah adalah:
a. Pengumpulan data tanpa tujuan atau rencana yang didefinisikan secara baik.
b. Mengambil kelompok data yang ada dan berusaha untuk menyesuaikan
pertanyaan penelitian untuk hal tersebut.
c. Definisi-definisi tujuan terlalu umum atau istilah-istilah memiliki arti ganda
yang
menyebabkan
interpretasi-interpretasi
dan
kesimpulan-kesimpulan
menjadi bercabang dan tidak sahih.
d. Mengerjakan penelitian tanpa penelaahan literatur yang sesuai dengan
permasalahan.
e. Gagal dalam mencari kerangka konsep-konsep dan teori yang menjadi dasar
penelitian
f. Tidak membuat asumsi yang jelas sebagai dasar penelitian yang dapat
dievaluasi.
g. Tidak
mengemukakan
keterbatasan-keterbatasan
yang
terdapat
dalam
pendekatan, secara implisit atau eksplisit, keterbatasan-keterbatasan pada
kesimpulan dan bagaimana mengaplikasikannya pada situasi yang lain.
h. Tidak mengantisipasi hipotesis alternatif
4. Tipe Masalah Penelitian
17
Tipe masalah penelitian tergantung pada disiplin ilmu dan bidang studi yang
menjadi minat dan perhatian peneliti. Masalah penelitian pada dasarnya merupakan
suatu keadaan yang memerlukan solusi. Takaran mengidentifikasi empat kemungkinan
tipe masalah dalam penelitian bisnis : (1) masalah-masalah yang ada saat ini di suatu
lingkungan organisasi yang memerlukan solusi, (2) area-area tertentu dalam suatu
organisasi memerlukan solusi, (3) persoalan-persoalan teoritis yang memerlukan
penelitian untuk menjelaskan (atau memprediksi) fenomena, (4) pertanyaan penelitian
yang memerlukan jawaban empiris.
Masalah-masalah di suatu lingkungan organisasional yang memerlukan solusi
merupakan tipe masalah-masalah praktis yang umumnya diteliti dalam penelitian
terapan. Masalah-masalah praktis dapat terjadi pada setiap tingkat dan fungsi
organisasional.
Agar penelitian dapat mengarah ke inti masalah yang sesungguhnya maka diperlukan
pembatasan penelitian sehingga penelitian yang dihasilkan menjadi lebih fokus dan
tajam.
Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa tipe masalah tidak begitu menjadi
persoalan dalam penelitian, tetapi semua tipe masalah menuju pada inti masalah. Oleh
karena itu, inti masalah harus ditetapkan secara jelas dan terperinci inti masalah tersebut
didapat dari semua masalah secara umum yang dikumpulkan, dilakukan pembatasan
dengan teori yang ada, sehingga didapati inti masalah.
5. Kriteria Masalah
18
Penemuan masalah penelitian, sekali lagi, bukan merupakan pekerjaan yang
mudah. Ada sejumlah kriteria yang dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam
penemuan masalah penelitian, antara lain:
a.
Bidang masalah dan topik yang menarik Inisiatif penelitian dapat berasal dari peneliti
atau pihak sponsor yang membiayai proyek penelitian. Jika ide penelitian berasal dari
peneliti, bidang masalah yang dipilih umumnya adalah yang menarik perhatian dan
merupakan bidang keahlian yang dikuasai oleh peneliti. Lingkungan peneliti
termasuk : latar belakang pendidikan, pemikiran dan disiplin yang ditekuni,
merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan bidang masalah dan
pemahaman peneliti terhadap masalah yang diteliti. Pemilihan bidang masalah
mengarahkan peneliti untuk menentukan topik atau pokok masalah yang diteliti.
b.
Signifikansi secara teoritis atau praktis Peneliti harus mempertimbangkan apakah
bidang masalah dan topik penelitian yang menarik untuk diteliti mempunyai
signifikansi secara teoritis (untuk penelitian dasar) atau secara praktis (untuk
penelitian terapan). Pertimbangan yang digunakan untuk menentukan signifikansi
masalah penelitian berkaitan dengan tiga hal sebagai berikut:
(1) Adanya dukungan konsep-konsep teoritis dari penelitian-penelitian sebelumnya
yang mempunyai topik sejenis.
(2) Tersedianya dan dapat diperolehnya data yang relevan dengan topik penelitian.
(3) Kontribusi penelitian terhadap pengembangan teori atau pemecahan masalah
praktis.
c.. Diuji melalui pengumpulan dan analisis data Masalah penelitian yang baik tidak cukup
sekedar memenuhi kriteria sebagai topik yang menarik dan mempunyai signifikansi
secara teoritis atau praktis. Masalah yang diteliti harus dapat diuji melalui
pengumpulan dan analisis data. Masalah yang terlalu umum cenderung akan
melibatkan banyak variabel dan jumlah dan jumlah data yang harus dikumpulkan
sehingga peneliti akan sulit untuk menginterpretasikan hasilnya. Agar dapat diuji,
peneliti perlu mengisolasi masalah umum menjadi masalah spesifik yang
mengidentifikasi secara jelas variabel-variabel yang diteliti dan unit analisis. Unit
analisis adalah jenis satuan data yang dianalisis, antara lain dapat berupa : individu,
kelompok, bagian dari atau keseluruhan organisasi, industri dan negara.
19
d. Sesuai dengan waktu dan biaya yang tersedia.
Spesifikasi masalah yang diteliti, disamping berdasarkan pertimbangan agar
masalahnya dapat diuji, juga karena pertimbangan waktu dan biaya. Pembatasan skop
masalah dapat dilakukan pada berbagai aspek, antara lain : periode waktu pengamatan,
unsur-unsur (variabel yang diteliti, dan lingkungan subyek penelitian. Sumber dana
penelitian dasar biasanya berasal dari peneliti. Meskipun dan segi waktu lebih fleksibel
dibandingkan dengan penelitian terapan, peneliti perlu mempertimbangkan biaya yang
diperlukan untuk melakukan penelitian. Kriteria masalah dalam hal ini dibatasi dengan
"masalah yang baik" dan "masalah yang tidak baik".
(1) Permasalahan yang baik:
(a) Bermanfaat, permasalahan penelitian setidaknya harus bermanfaat secara
teoritis maupun empiris bagi instansi atau tempat dilakukannya penelitian.
(b) Dapat dilaksanakan, pembuatan masalah penelitian harus bisa dilaksanakan
oleh peneliti.
(c) Adanya kemampuan teori dari peneliti, pembuatan penelitian harus
mempertimbangkan kemampuan dan penguasaan teori yang dimiliki peneliti.
(d) Tersedianya waktu, dalam pembuatan masalah penelitian, peneliti harus
mempunyai waktu untuk menyelesaikan masalah penelitian tersebut.
(e) Tersedianya tenaga untuk meneliti, Selain waktu, dalam membuat masalah
penelitian harus juga dipertimbangkan tenaga yang dimiliki peneliti.
(f) Tersedianya dana untuk meneliti
(g) Adanya faktor pendukung, faktor pendukung dalam hal ini adalah adanya
instansi yang relevan sebagai tempat untuk meneliti, referensi jurnal yang
cukup, Dll.
(h) Tersedianya Data, data yang dibutuhkan dalam penelitian adalah data yang
cukup dalam segi kualitas dan kuantitas untuk dilakukan analisis.
(i) Tersedianya ijin dari pihak yang berwenang
(2). Permasalahan yang kurang baik
(a) Masalah yang tidak jelas asalnya.
(b) Masalah yang terlalu luas, sehingga kurang relevan untuk penyesuaian.
(c) Masalah yang tidak ada data pendukungnya.
20
(d) Masalah yang membutuhkan waktu relatif lama untuk diselesaikan.
(e) Masalah yang sudah lama dan saat ini kurang relevan untuk dibahas
6. Sumber Penemuan Masalah
Sumber masalah penelitian yang utama berdasarkan dari pengalaman dan
literatur. Sumber masalah penelitian dapat berasal dari:
a. Literatur yang dipublikasikan, antara lain dalam bentuk: buku teks, jurnal, atau /ex/database.
b. Literatur yang tidak dipublikasikan, antara lain berupa : skripsi, tesis, disertasi, paper
atau makalah-makalh seminar. Buku teks merupakan salah satu jenis literatur yang
dipublikasikan yang berisi banyak informasi sebagai sumber penemuan masalah
penelitian. Dari buku teks, peneliti dapat menggunakan daftar referensi untuk
memilih artikel asli atau buku buku yang relevan dengan masalah penelitian. Jurnal
merupakan jenis literatur yang berisi artikel-artikel yang menelaah berbagai macam
konsep-konsep teoritis. Artikel yang dimuat dalam jurnal profesional dapat berupa
artikel teoritis atau hasil penelitian empiris. Jurnal yang memuat artikel akuntansi
dan manajemen. Text Database merupakan jenis literatur yang berisi kompilasi
daftar buku, jurnal, majalah, atau literatur lainnya yang dipublikasikan secara
periodik. Text Database dapat berupa cetakan dalam bentuk buku, disket, pita
magnetic, laserdisc, compact disk (CD ROMs), atau dipublikasikan melalui website
dalam jaringan internet.
7. Metode Penemuan Masalah
Ide menemukan masalah penelitian umumnya berasal dari masalah-masalah
penelitian sebelumnya. Peneliti memperoleh ide dengan cara mengembangkan masalahmasalah penelitian sebelumnya. Aspek-aspek yang dapat dikembangkan dari masalahmasalah penelitian sebelumnya, antara lain: dimensi atau perspektif masalah penelitian,
dan metode penelitian. Ide untuk menemukan masalah penelitian dapat diperoleh
melalui dua pendekatan : formal dan informal. Pendekatan formal secara umum dinilai
lebih baik dibandingkan dengan pendekatan informal.
a. Pendekatan Formal
Ada enam metode untuk menemukan masalah dengan pendekatan formal, yaitu :
21
(1) Metode Analog
Metode ini menggunakan pengetahuan yang diperoleh dari hasil
penelitian pada bidang tertentu untuk menentukan masalah penelitian pada
bidang yang lain terkait. Penggunaan konsep analog akan membantu peneliti
dalam merumuskan masalah penelitian yang ide dan konsepnya berasal dari
keberhasilan penerapan suatu teori atau metode pada bidang tertentu.
(2) Metode Renovasi
Menurut metode ini masalah penelitian dapat ditentukan dengan cara
memperbaiki atau mengganti komponen teori atau metode yang kurang relevan
dengan komponen teori atau metode lain yang lebih efektif. Misal, pelaksanaan
program audit berdasarkan metode laporan keuangan, kemungkinan dapat
diubah dengan berdasarkan metode sistem informasi. Penelitian diarahkan untuk
menguji apakah penggantian metode tersebut dapat mengeliminasi komponen
teoritis dari proses audit yang kurang relevan.
(3) Metode Dialektis
Metode ini menentukan masalah penelitian dengan mengajukan usulan
pengembangan terhadap teori atau metode yang telah ada. Fokus masalah yang
diteliti adalah penerapan teori atau metode alternatif. Misal metode pengukuran
berdasarkan general price level accounting dapat diusulkan sebagai alternatif dari
metode historical cost accounting pada masa inflasi. Rumusan pertanyaan
penelitian dapat berupa: "Apakah general price level accounting merupakan
metode pengukuran yang dapat memberikan informasi keuangan yang lebih baik
pada masa inflasi dibandingkan dengan metode historical cost accounting?
(4). Metode Metodologi
Metode ini merupakan metode formal yang digunakan untuk menemukan
masalah penelitian yang saling berhubungan dalam bentuk matrik. Setiap sel
merupakan potensi elemen-elemen masalah yang dapat diteliti.
(5) Metode Dekomposisi
Berdasarkan metode ini masalah penelitian ditemukan dengan cara
membagi masalah ke dalam elemen-elemen yang lebih spesifik. Peneliti dapat
memilih masalah penelitian berdasarkan pada elemen tertentu. Misalnya
22
masalah akuntansi beli-sewa (leasing) dapat dibagi menjadi beberapa elemen
yang lebih spesifik antara lain :
(a) Dasar pengukuran (biaya historis atau nilai sekarang)
(b) Penerapan teori nilai sekarang
(c) Materialitis
(d) Matching cost with revenue. Berdasarkan dekomposisi masalah
akuntansi beli-sewa tersebut peneliti dapat menentukan masalah dengan
topik penelitian misal: "studi terhadap penerapan teori nilai sekarang
dalam akuntansi beli-sewa".
(6). Metode Agregasi
Metode ini merupakan kebalikan dari metode dekomposisi, yaitu
menggunakan hasil penelitian atau teori dari berbagai bidang penelitian yang
berbeda untuk menentukan suatu masalah penelitian yang lebih kompleks.
Misal, masalah penelitian yang menguji : (1). penerapan analisis input-output,
teori utilitas, dan teori motivasi secara simultan untuk pengukuran kinerja
manajerial. (2). penerapan teori nilai sekarang dalam akuntansi beli-sewa dan
akuntansi sumber daya manusia.
b. Pendekatan Informal
Ada empat metode yang dapat digunakan untuk menemukan masalah penelitian
dengan pendekatan informal, yaitu:
(1). Metode Perkiraan (Conjecture Method)
Metode ini menemukan masalah penelitian bisnis berdasarkan intuisi
pembuat keputusan mengenai situasi tertentu yang diperkirakan mempunyai
potensi masalah. penentuan masalah dengan metode ini kurang didukung oleh
bukti-bukti yang cukup, karena hanya berdasarkan perkiraan pembuat keputusan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi intuisi pembuat keputusan antara lain:
hubungannya dengan lingkungan disekitarnya, imajinasi, persepsi, dan
kemampuan membuat kebijakan (judgement). Misal, kerugian karena produk
hilang untuk jenis produk yang mudah menguap dapat terjadi pada proses
23
pembelian, penyimpanan, atau penjualan produk. Penentuan masalah penelitian
dapat diarahkan untuk perbaikan sistem pembelian atau sistem penjualan produk.
(2). Metode Fenomenologi (Phenomenology Method)
Metode ini menemukan masalah penelitian berdasarkan hasil observasi
terhadap fakta atau kejadian. Pengamatan terhadap fenomena kemungkinan dapat
mengarahkan pada penyusunan suatu dugaan atau hipotesis. fakta atau kejadian
yang diamati dalam lingkungan bisnis antara lain berupa : latar belakang
berdirinya perilaku anggota organisasi, serta kinerja operasional perusahaan.
Misal, pengamatan investor terhadap data keuangan historis suatu perusahaan atau
beberapa perusahaan dalam suatu industri historis suatu perusahaan atau beberapa
perusahaan dalam suatu industri dapat digunakan sebagai dasar dalam penentuan
topik masalah mengenai: manfaat rasio keuangan untuk memprediksi
pertumbuhan laba atau kandungan informasi laporan kas untuk pembuatan
keputusan investasi
(3). Metode Konsensus (Consensus Method)
Ide masalah penelitian dapat ditemukan berdasarkan adanya konsensus
atau konvensi dalam praktik bisnis. Konsensus atau konvensi merupakan
kebiasaan yang dipraktikkan dalam bisnis yang tidak dilandasi oleh konsep atau
teori yang baku. Misal, kriteria untuk menentukan materiality dalam pengakuan
dan penyajian informasi akuntansi atau auditing, kemungkinan dapat digunakan
sebagai dasar untuk menentukan masalah penelitian.
c. Metode Pengalaman (Experiences Method)
Masalah penelitian, seperti yang telah disebut di muka, diantaranya dapat
ditemukan berdasarkan pengalaman perusahaan atau orang-orang dalam perusahaan.
Misal, pengalaman perusahaan dalam menghadapi kesulitan likuiditas atau reaksi
konsumen kemungkinan dapat mengarahkan pada penemuan masalah penelitian yang
berkaitan dengan peningkatan kemampuan kas atau perubahan teknik pemasaran.
8. Perumusan Masalah
Masalah penelitian menjadi sangat penting karena :
a. Sebagai dasar dilakukannya penelitian
24
b. Masalah penelitian ini tercantum dalam latar belakang penelitian sehingga perlu
mendapat jawaban ataupun pemecahannya.
c. Latar belakang dimulai dari hal yang bersifat umum, kemudian mengerucut ke
permasalahan yang lebih spesifik Pentingnya masalah ini juga sangat terkait
dengan pemecahan masalah. Seorang peneliti harus tepat dalam menentukan
masalah, agar pemecahannya juga tepat dan benar.
Identifikasi masalah ada batasnya sehingga penelitian tidak keluar dari tujuannya.
Identifikasi masalah terdiri dari 2 langkah pokok yaitu :
a. Penguraian latar belakang masalah
(1) Untuk menjelaskan mengenai latar belakang mengapa sesuatu dianggap sebagai
permasalahan. Fenomena apakah yang tampak di mata peneliti / yang terjadi
sehingga memerlukan penelitian.
(2) Penguraian masalah harus berawal dari latar belakang yang bersifat umum.
Walaupun kerangka referensi yang luas, uraiannya harus sistematis, spesifik dan
terpusat pada pokok persoalannya.
b. Rumusan masalah. Artinya:
Menanyakan mengenai hubungan antara sedikitnya 2 (dua) variabel.
Dinyatakan secara jelas dalam bentuk kalimat tanya. Harus dapat diuji oleh metode
empirik yaitu data yang digunakan untuk menjawab harus dapat diamati / dikaji /
diakui / diperoleh. Perumusan masalah atau pertanyaan penelitian merupakan tahap
akhir dari penemuan setelah peneliti memilih bidang dan pokok masalah yang diteliti.
Kriteria penelitian yang baik menghendaki rumusan masalah atau pertanyaan
penelitian yang jelas dan tidak ambiguitas. Agar memudahkan peneliti dalam
menentukan konsep-konsep teoritis yang telah ditelaah dan memilih metode penguji
data yang tepat, masalah penelitian sebaiknya dinyatakan dalam bentuk pertanyaan
yang mengekspresikan secara jelas hubungan antara dua variabel atau lebih.
Rumusan masalah dalam suatu penelitian dapat berupa lebih dari satu pertanyaan.
Sebagaimana telah dikemukakan dalam uraian di atas, seringkali istilah-istilah yang
terdapat dalam pertanyaan penelitian memiliki arti ganda, sehingga terjadi salah
penafsiran dari orang yang membacanya.
25
Terdapat tiga cara untuk mengklarifikasi pertanyaan penelitian tersebut sehingga
istilah tersebut menjadi jelas maksudnya. Cara tersebut di antaranya:
(1) Definisi istilah: cara ini umumnya menggunakan pendekatan kamus. Para peneliti
simply menggunakan kata lain untuk mengatakan lebih jelas apa maksud dari
kata tersebut. Akan tetapi seringkali definisi istilah tersebut masih kurang
menjelaskan apa yang dimaksud dalam pertanyaan penelitian, misalnya: istilah
hasil belajar. Pengertian ini bila dilihat dari kamus, mungkin berbeda dengan
yang dimaksud oleh si peneliti.
(2) Melalui contoh: Contoh dapat juga digunakan untuk meluruskan suatu istilah yang
bermakna ganda. Contoh dapat berupa bendanya atau proses.
(3) Definisi operasional: Hal tersebut dilakukan, selain untuk meluruskan pengertian
atau arti dari suatu istilah dalam pertanyaan penelitian, juga digunakan sebagai
petunjuk bagi orang lain untuk melakukan hal yang serupa apabila dia mau
melakukan penelitian yang sama.
Dengan demikian, orang yang akan melakukan penelitian tersebut tidak
akan salah dalam mengartikan istilah yang terdapat dalam pertanyaan penelitian.
Sebagai contoh: istilah hasil belajar yang dimaksud dalam pertanyaan penelitian
hendaknya didefinisikan secara jelas: apakah hasil post tes atau gain, adakah nilainilai atau komponen lain seperti nilai tugas, aktivitas selama proses pembelajaran,
dan lain-lain yang menentukan hasil belajar tersebut.
Definisi operasional adalah definisi-definisi yang didasarkan atas sifat-sifat
yang didefinisikan dapat diamati dan dilaksanakan oleh peneliti lain.
Ada tiga macam cara menyusun definisi operasional, yaitu:
a. Menekankan pada pada kegiatan apa yang perlu dilakukan. Contoh: Metode
diskusi adalah metode tanya jawab yang dilakukan oleh kelompok siswa di
bawah bimbingan guru. Mungkin pengertian metode diskusi menurut kamus
berbeda dengan definisi operasional itu.
b. Menekankan pada bagaimana kegiatan itu dilakukan. Contoh: Metode diskusi
adalah metode tanya jawab yang dilakukan oleh kelompok-kelompok siswa
yang setiap kelompoknya beranggotakan 5 orang. Secara bergantian masing-
26
masing kelompok tersebut mempresentasikan mempresentasikan hasil
diskusinya di depan kelas selama 10 menit.
c. Menekankan pada sifat-sifat statis dari hal yang didefinisikan. Contoh: Siswa
yang hasil belajarnya baik adalah siswa yang hasil belajarnya lebih atau sama
dengan 80, aktif dalam mengikuti proses pembelajaran, tepat waktu dalam
menyelesaikan tugasnya.
9. Kesalahan Umum Dalam Penemuan Masalah
Isac dan Michael mengemukakan beberapa kesalahan umumnya dilakukan
peneliti dalam tahap penemuan masalah penelitian, diantaranya adalah sebagai berikut:
(1). Peneliti mengumpulkan data tanpa rencana atau tujuan penelitian yang jelas.
(2). Peneliti memperoleh sejumlah data dan berusaha untuk merumuskan masalah
penelitian sesuai dengan data yang tersedia.
(3). Peneliti merumuskan masalah penelitian dalam bentuk terlalu umum dan ambiguitas
sehingga menyulitkan interpretasi hasil dan pembuatan kesimpulan penelitian.
(4). Peneliti menemukan masalah tanpa terlebih dulu menelaah hasil-hasil penelitian
sebelumnya dengan topik sejenis, sehingga masalah penelitian tidak didukung oleh
kerangka teoritis yang baik.
(5). Peneliti memilih masalah penelitian yang hasilnya kurang memberikan kontribusi
terhadap pengembangan teori atau pemecahan masalah praktis.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Struktur penelitian ilmu manajemen adalah jenis penjelasan teoritis yang
mengungkap sebuah fenomena manajemen bisnis atau suatu keadaan di lapangan yang
menyimpang dengan teori, diuraikan dalam struktur menyeluruh dan menegaskan lokasi,
saling ketergantungan, dan hubungan antara posisi dalam struktur tersebut.
Terdapat tiga teori yang digunakan untuk menjelaskan struktur penelitian yaitu
sequential theories, network theories, and functional theories. Teori sekuensial menjelaskan
urutan serangkaian tahap penelitian yang teratur. Teori jaringan jenis struktur yang
menjelaskan koneksi dalam jaringan atau jaringan yang saling berhubungan membentuk pola
27
keseluruhan jaringan. Functional theories yaitu Struktur yang menjelaskan pada bagaimana
bagian-bagian yang saling terkait dan beroperasi untuk menjalankan sistem secara
keseluruhan dengan bagian-bagian tertentu yang saling melengkapi.
Komponen-komponen ilmu terdiri dari:
1. Teori, yaitu generalisasi yang telah teruji kebenarannya secara ilmiah
2. Fakta, keadaan sebenarnya (empirik) yang diwujudkan dalam jalinan dua konsep atau
lebih.
3. Fenomena, yaitu gejala atau kejadian yang ditangkap dengan panca indera (penglihatan,
pendengaran, penciuman, perasaan, perabaan), kemudian dijadikan konsep (istilah atau
simbol) yang mengandung pengertian singkat dari fenomena.
4. Konsep, yaitu istilah atau simbol yang mengandung pengertian singkat dari fenomena.
Konsep juga dapat diartikan menjadi rancangan, atau ide yang diabstrakkan dari
peristiwa konkret atau gambaran mental dari objek, proses, atau apa pun yang ada di luar
bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain (KBBI).
Masalah penelitian merupakan pedoman/dasar kegiatan penelitian. Dalam penelitian,
masalah berperan untuk mengarahkan kegiatan penelitian. Tanpa rumusan masalah, peneliti
akan kesulitan dalam pelaksanaan dan penulisan penelitiannya.
Dalam membuat rumusan masalah hakekatnya tidak boleh terlepas dari masalah
penelitian yang ada pada latar belakang yang dapat dilihat pada struktur, komponen dan
hirarki penelitian.
B. Saran
Semoga tulisan ini dapat memberikan gambaran dan manfaat bagi mahasiswa dalam
mengenal masalah penelitian menentukan struktur, komponen, hirarki dan rumusan masalah
dalam penelitian.
28
DAFTAR PUSTAKA
Hasanah, Dewi Afiatun. 2016. Fakta, Konsep, dan Generalisasi Teori.
http://dewiharususkses.blogspot.com/2016/06/fakta-konsep-dan-generalisasiteori_3.html
Neuman, W Lawrence. 2014. Social Research Methods: Qualitative and Quantitative
Approaches. 7th Edition. Pearson Education Limited. e-Book
Noor, Juliansyah. 2015. Penelitian Ilmu Manajemen Tinjauan Filosofis dan Praktis.
Kencana. e-Book
Nurroh, Syampadzi. 2010. Filsafat Ilmu Studi Kasus: Telaah Buku Filsafat Ilmu.
Disertasi Doktor. Jurusan Ilmu Filsafat, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
Radjab, Enny dan Andi Jam’an. 2017. Metodologi Penelitian Bisnis.
Universitas Muhammadiyah. e-Book
Makassar:
Sekaran, Uma. Bougie, Roger. 2016. Research Methods for Business: A Skill-Building
Approach. 7th Edition. John Wiley & Sons Ltd. e-Book
29
Suryana. 2010. Metodologi Penelitian Model Praktis Penelitian Kuantitatif dan
Kualitatif. Universitas Pendidikan Indonesia. e-Book
30
Download