MAKALAH STRUKTUR PENELITIAN ILMU MANAJEMEN Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Metodologi Penelitian Bisnis Dosen Pengampu : Prof. DR. Ni Luh Putu Wiagustini, S.E, M.Si Oleh Kelompok 1 : Ni Made Srianggareni, S.E (2280611011) Ni Putu Khrisnia Suandari, S.KM (2280611013) Karlina Mechtildis Sindu, S.E (2280611018) Ni Komang Karisma Dewi, S.Pd (2280611027) KELAS A MAGISTER MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS UDAYANA 2022 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga makalah dengan judul “Struktur Penelitian Ilmu Manajemen” dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terima kasih kepada Ibu Prof. DR. Ni Luh Putu Wiagustini, S.E, M.Si selaku dosen pengampu mata kuliah Metodologi Penelitian Bisnis, Program Studi Magister Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana dan semua pihak yang telah berkontribusi membantu penyusunan makalah ini. Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi nilai tugas dalam mata kuliah Metodologi Penelitian Bisnis. Selain itu pembuatan makalah ini juga bertujuan untuk menambah pengetahuan dan wawasan tentang Struktur Penelitian Ilmu Manajemen. Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman, tentunya makalah ini masih ada kekurangannya. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata semoga makalah yang telah kami susun dapat diterima dan bermanfaat bagi para pembaca. Penyusun 1 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR …………………………………………………………… 1 DAFTAR ISI …………………………………………………………… 2 A. Latar Belakang …………………………………………………………… 3 B. Rumusan Masalah …………………………………………………………… 4 C. Tujuan Masalah …………………………………………………………… 4 D. Manfaat Penulisan …………………………………………………………… 5 …………………… 6 …………………………………………………… 9 BAB I PENDAHULUAN BAB II PEMBAHASAN A. Definisi dan Klasifikasi Struktur Penelitian Ilmu Manajemen B. Komponen dalam Struktur Ilmu C. Hirarki Komponen dalam Struktur Ilmu …………………………………………… 10 …………………………………………………………… 13 …………………………………………………………………… 28 …………………………………………………………………………… 29 D. Perumusan Masalah BAB III PENUTUP A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA 30 2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian (research) merupakan rangkaian kegiatan ilmiah dalam rangka pemecahan suatu permasalahan. Jadi penelitian merupakan bagian dari usaha pemecahan masalah. Fungsi penelitian adalah mencarikan penjelasan dan jawaban terhadap permasalahan serta memberikan alternatif bagi kemungkinan yang dapat digunakan untuk pemecahan masalah. Penjelasan dan jawaban terhadap permasalahan itu dapat bersifat abstrak dan umum sebagaimana halnya dalam penelitian dasar (basic research) dan dapat pula sangat konkret dan spesifik seperti biasanya ditemui pada penelitian terapan (applied research). Penelitian secara umum diartikan sebagai suatu proses pengumpulan dan analisis data yang dilakukan secara sistematis dan logis untuk mencapai tujuan tertentu. Pengumpulan dan analisis data menggunakan metode-metode ilmiah, baik yang bersifat kuantitatif dan kualitatif, eksperimental atau non eksperimental, interaktif atau non interaktif. Metode-metode tersebut telah dikembangkan secara intensif, melalui berbagai uji coba sehingga telah memiliki prosedur yang baku. Menurut Ary, Jacobs, dan Razafieh (1992 : 44), Penelitian dapat dirumuskan sebagai pendekatan ilmiah pada pengkajian masalah. Penelitian merupakan usaha sistematis dan objektif untuk mencari pengetahuan yang dapat dipercaya. Menurut Ostle (Moh. Nazir, 1997 : 15). Penelitian dengan menggunakan metoda ilmiah (scientific method) disebut penelitian ilmiah (scientific research). Dalam penelitian ilmiah selalu ditemukan 2 unsur penting, yaitu unsur observasi (empiris) dan nalar (rasional). Penelitian yang baik menghasilkan data yang dapat diandalkan yang berasal dari praktik yang dilakukan secara profesional dan dapat diandalkan untuk pengambilan keputusan. Sebaliknya, penelitian yang buruk direncanakan secara sembarangan dan dilakukan, sehingga menghasilkan data yang tidak dapat digunakan oleh manajer untuk mengurangi risiko pengambilan keputusannya. Penelitian yang baik mengikuti standar 3 metode ilmiah: prosedur yang sistematis dan empiris untuk menghasilkan penelitian yang dapat direplikasi. Metodologi penelitian adalah salah satu mata kuliah yang penting dan harus dipelajari oleh mahasiswa baik di tingkat akhir maupun di awal perkuliahan yang bertujuan agar mahasiswa mempersiapkan dirinya untuk menyelesaikan tugas akhir, skripsi, tesis, dan disertasi sebagai salah satu persyaratan untuk bisa menyelesaikan studi. Jika ditelusuri lebih lanjut, pelajaran yang didapat dari mata kuliah metodologi penelitian tidak saja digunakan dalam penyelesaian tugas akhir tetapi juga digunakan dalam semua penelitian yang dilakukan. Penelitian memiliki Lima bagian yaitu Pendahuluan, Kajian Pustaka, Metode Penelitian, Pembahasan, dan Penutup. Setiap Bagian ini, dipecah lagi menjadi beberapa bagian yang tetap berkesinambungan dengan penelitian yang akan dilakukan contohnya pada bagian Pendahuluan akan dibagi lagi menjadi Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan, Manfaat dan Batasan penelitian. Makalah ini akan membahas tentang bagaimana struktur penelitian dalam ilmu manajemen terutama tentang struktur ilmu, komponen dalam struktur ilmu, hirarki komponen dalam struktur ilmu dan perumusan masalah yang baik dan benar. B. Rumusan masalah Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dari penelitian ini yaitu 1. Apa itu struktur penelitian ilmu manajemen dan bagaimana pengklasifikasiannya terutama tentang perangkat struktur ilmu? 2. Komponen apa saja yang termasuk dalam struktur ilmu? 3. Bagaimana hirarki komponen dalam struktur ilmu? 4. Bagaimana merumuskan masalah dengan baik dan benar? C. Tujuan Berdasarkan Rumusan masalah diatas, maka tujuan dari makalah ini adalah 1. Untuk mampu memahami dan mengklasifikasikan struktur penelitian ilmu manajemen terutama tentang perangkat struktur ilmu, 2. Untuk mengetahui komponen dalam struktur ilmu, 4 3. Untuk mengetahui hirarki komponen dalam struktur ilmu 4. Untuk mengetahui cara murumuskan masalah dengan baik dan benar D. Manfaat Manfaat dari makalah ini adalah 1. Untuk menambah khazanah ilmu pengetahuan tentang struktur penelitian dalam ilmu manajemen terutama tentang struktur ilmu, komponen dalam struktur ilmu, hirarki komponen dalam struktur ilmu dan perumusan masalah yang baik dan benar. 2. Untuk melatih Mahasiswa dalam hal mereview Jurnal peneliti lain sebagai gambaran bagi Mahasiswa Tersebut dalam meneliti hal yang sama di kemudian hari BAB II 5 PEMBAHASAN A. Definisi dan Klasifikasi Struktur Penelitian Ilmu Manajemen 1. Struktur Penelitian Ilmu Manajemen Struktur atau mekanisme kerja untuk menyusun sebuah penelitian dimulai dari “mengapa dan bagaimana peristiwa tersebut terjadi?” dan menguraikan tujuan yang saling terkait secara terstruktur. Dalam penjelasan kausal, faktor-faktor yang terkait akan memberikan respon pada faktor-faktor lainnya. Struktur penelitian ilmu manajemen adalah jenis penjelasan teoritis yang mengungkap sebuah fenomena manajemen bisnis atau suatu keadaan di lapangan yang menyimpang dengan teori, diuraikan dalam struktur menyeluruh, saling terkait, dan berhubungan antar posisi dalam struktur tersebut. Sebuah penjelasan struktural menggambarkan proses sosial, peristiwa atau faktor dalam struktur yang lebih kompleks. Seperti jaring laba-laba, roda dengan jarijari dan mesin dengan bagian-bagian yang saling berhubungan. Penjelasan struktural menjelaskan kehidupan sosial dengan memperhatikan bagaimana satu bagian masuk ke dalam struktur yang lebih besar. Dalam penelitian kausal menjelaskan B terjadi karena A (contoh: rendahnya kemampuan mengelola keuangan dalam lingkup keluarga di desa X terjadi karena rata-rata keluarga di desa X belum memahami tentang literasi pengelolaan keuangan keluarga). Dalam penjelasan secara struktur, A menjelaskan B terjadi karena berada dalam struktur yang lebih besar atau memiliki bagian dari B ke area lain dalam struktur. Terdapat tiga teori yang digunakan untuk menjelaskan struktur penelitian yaitu sequential theories, network theories, and functional theories (Neuman, 2014). a. Sequential theories Teori sekuensial menjelaskan urutan serangkaian tahapan yang teratur. Seperti proses perencanaan kebutuhan jumlah SDM dalam divisi pemasaran, dimulai dengan melakukan peramalan penjualan, rencana produksi dan beban kerja, hingga menentukan jumlah kebutuhan SDM divisi ini. Selain mengidentifikasi langkah-langkah, teori sekuensial juga menjelaskan stagnasi pada suatu tahapan dan titik balik dari suatu proses yang memicu langkah yang 6 berbeda. Teori sekuensial dapat mengidentifikasi langkah-langkah penting dan memberikan batasan menuju ke langkah selanjutnya. Jika langkah A selesai (telah ditentukan jumlah SDM yang dibutuhkan), harus melalui langkah B (melakukan perencanaan produksi) untuk mencapai langkah selanjutnya (identifikasi beban kerja). b. Network theories Struktur jaringan mengacu pada posisi relasional dalam jaringan atau ukuran dan bentuknya, jenis dan keberadaan koneksi antara posisi, sentralitas dalam jaringan atau aliran antara posisi jaringan. Teori jaringan jenis struktur yang menjelaskan dimana letak posisi dan koneksi dalam jaringan atau jaringan yang saling berhubungan membentuk pola keseluruhan jaringan. Struktur jaringan memudahkan komunikasi, hubungan kekuasaan, hubungan hirarkis dan hubungan arus dalam jaringan sehingga membentuk pola penalaran yang jelas. Seperti, marketing network yang terdiri dari perusahaan & pemegang kepentingan, pelanggan, pegawai, pemasok, distributor, pengecer dan agen periklanan saling membangun relasi bisnis yang menguntungkan. c. Functional theories Struktur yang menjelaskan bagaimana bagian-bagian yang saling terkait dan beroperasi untuk menjalankan sistem secara keseluruhan dengan bagianbagian tertentu yang saling melengkapi. Keberhasilan dan kegagalan satu pola, akan berdampak pada pola lain maupun secara keseluruhan sistem. Teori fungsional membutuhkan keseimbangan dalam keberlangsungan suatu sistem. Jika terdapat kendala pada bagian tertentu, maka sistem akan terhambat dalam mencapai tujuan akhir. Tim pengembangan rencana pemasaran mengembangkan rencana pemasaran, kemudian langkah pengimplemaentasian rencana tersebut, lanjut ke tahap pengawasan, dan mengambil tindakan korektif. Tahapan tersebut saling terkait sehingga penting untuk menjaga keberlangsungan proses untuk dapat melakukan pengambangan pemasaran. 7 Gambar 1. Pola Penjelasan Struktural 2. Definisi dan Klasifikasi Perangkat Struktur Ilmu Struktur adalah cara bagaimana sesuatu disusun atau dibangun. Jika dalam suatu organisasi, struktur merupakan organ/perangkat dari organisasi yang terkait dengan mekanisme kerjanya dan tujuan yang akan dicapai. Struktur ilmu adalah mekanisme kerja ilmu yang terdiri dari komponenkomponen saling terkait dalam upaya mengetahui kebenaran dari sebuah pengetahuan yang kemudian disebut sebagai ilmu. Perangkat dalam struktur ilmu meliputi: a. Harus terdapat komponen-komponen di dalam struktur ilmu b. Harus terdapat fungsi-fungsi di dalam struktur ilmu c. Harus ada hirarkis bagi komponen-komponen di dalam struktur ilmu Sistematika kerja struktur ilmu yaitu a. Perumusan masalah: merupakan pernyataan spesifik mengenai ruang lingkup masalah yang akan diteliti. Rumusan masalah adalah pertanyaan-pertanyaan mengenai masalah sebuah hal atau kejadian yang berbentuk kalimat tanya yang sederhana, singkat, padat, dan jelas. b. Pengamatan dan deskripsi : melakukan tinjauan pustaka, membuat sebuah persepsi, memanfaatkan teknologi, menggunakan pengukuran c. Penjelasan : penjelasan Deduktif cara analisis dari kesimpulan umum yang diuraikan dengan fakta, penjelasan Probabilitas penjelasan menggunakan kata “mungkin” atau dalam batasan angka, penjelasan Genetis menjawab pertanyaan 8 “mengapa” sesuai peristiwa sebelumnya, penjelasan Fungsional menjawab pertanyaan “mengapa” dengan menyelidiki objek penelitian. d. Ramalan dan kontrol : Hukum yaitu dalam ilmu sosial diartikan sebagai keteraturan yang fundamental, Proyeksi yakni bentuk ramalan yang mempelajari kejadian terdahulu dan membuat pernyataan tentang masa depan, Struktur yakni ramalan yang didasarkan atas struktur dari benda/intuisi, Institusional yakni ramalan berdasarkan institusi yang terkait, Masalah yakni ramalan berdasarkan penentuan masalah yang dihadapi, Tahap yakni perkembangan yang berurutan, Utopia yakni membayangkan apa yang mungkin terjadi berdasarkan pengetahuan yang diketahui. B. Komponen dalam Struktur Ilmu Sebuah struktur ilmu harus memiliki komponen-komponen sehingga membentuk suatu kesatuan yang utuh. Komponen-komponen yang dimaksud bersifat abstrak sebagaimana struktur ilmu yang merupakan satu kesatuan yang juga abstrak. Komponen ilmu dibangun dari realita alam semesta. Komponen komponen tersebut merupakan aspek dinamis dari perwujudan ilmu yang bersifat abstrak tetapi masih berlaku/bersifat umum (general). Komponen-komponen itu seolah-olah perkembangan dari alam konkrit (realita) sampai pada alam abstrak (ilmu). Dalam Suryana (2010), komponen-komponen ilmu adalah sebagai berikut : 1. Teori, yaitu generalisasi yang telah teruji kebenarannya secara ilmiah. 2. Fakta, keadaan sebenarnya (empirik) yang diwujudkan dalam jalinan dua konsep atau lebih. 3. Fenomena, yaitu gejala atau kejadian yang ditangkap dengan panca indera (penglihatan, pendengaran, penciuman, perasaan, perabaan), kemudian dijadikan konsep (istilah atau simbol) yang mengandung pengertian singkat dari fenomena. 4. Konsep, yaitu istilah atau simbol yang mengandung pengertian singkat dari fenomena. Konsep juga dapat diartikan menjadi rancangan, atau ide yang diabstrakkan dari peristiwa konkret atau gambaran mental dari objek, proses, atau apa pun yang ada di luar bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain (KBBI). 9 Bila fakta yang satu mempengaruhi yang lain disebut faktor. Hubungan antar faktor disebut proporsi. Proporsi inilah lazim disebut embrio teori. Bila sifat hubungan yang dimiliki proporsi telah diketahui, maka proporsi tersebut menjadi konsep lanjut yang lebih tinggi dari konsep awal, yaitu menjadi teori hubungan. Bila teori itu sempat diuji berulang kali dan tetap bertahan, maka meningkat menjadi hukum atau dalil-dalil. Gambar 2. Jalinan Antara Komponen-Komponen Ilmu C. Hirarki Komponen dalam Struktur Ilmu Pada penjelasan sebelumnya, pengertian struktur ilmu yaitu sebuah susunan yang terdiri dari komponen-komponen yang membatasi mekanisme pencarian sebuah kebenaran. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), hirarki diartikan sebagai urutan tingkatan atau jenjang jabatan (pangkat kedudukan). Dalam manajemen, hirarki kemudian diartikan sebagai alat yang paling mudah untuk memahami masalah yang kompleks dimana masalah tersebut dijabarkan ke dalam komponen-komponen yang bersangkutan, menyusun komponen-komponen tersebut ke dalam hirarki, dan akhirnya mengevaluasi elemenelemen tersebut sekaligus menentukan keputusan yang akan diambil. Berdasarkan pernyataan tersebut, hirarki komponen dalam struktur ilmu dapat diartikan sebagai susunan yang terdiri dari komponen-komponen yang berkaitan satu sama lain dalam memahami suatu masalah, menjabarkan masalah, dan menentukan keputusan yang akan diambil dari masalah tersebut. Hirarki komponen dalam struktur ilmu dapat digambarkan sebagai berikut: 10 Gambar 3. Hirarki Komponen Dalam Struktur Ilmu 1. Fakta Disebutkan bahwa fakta memiliki arti hal (keadaan, peristiwa) yang merupakan kenyataan: sesuatu yang benar-benar ada atau terjadi. Selanjutnya, fakta diartikan sebagai hal, keadaan, peristiwa yang merupakan kenyataan yang sungguh-sungguh terjadi dan terjamin kebenarannya. Segala sesuatu yang terjadi, dapat diamati, diraba, dilihat, dirasa, dan benar-benar terjadi pada tempat dan waktu tertentu juga disebut sebagai fakta. 2. Konsep-konsep Konsep adalah suatu istilah, pengungkapan abstrak yang digunakan untuk tujuan mengklasifikasikan atau mengkategorikan suatu kelompok dari suatu benda, gagasan atau peristiwa. Dengan kata lain konsep juga dapat diartikan proses mengkategorikan, mengklasifikasikan dan memberi nama pada sekelompok objek. Berikut merupakan sifat dari konsep itu sendiri: a. Konsep bersifat abstrak. Konsep berarti gambaran mental tentang benda, peristiwa, atau kegiatan. Misalnya, ketika seseorang mendengar kata “manajemen”, maka seseorang tersebut bisa membayangkan apa manajemen itu. b. Konsep merupakan “kumpulan” dari benda-benda yang memiliki karakteristik atau kualitas secara umum. c. Konsep bersifat personal, pemahaman orang tentang konsep “manajemen” misalnya mungkin berbeda dengan pemahaman orang lain. 3. Generalisasi Generalisasi berasal dari kata “general” yang berarti umum atau menyeluruh. Generalisasi diartikan sebagai pengambilan kesimpulan secara umum dari suatu gejala 11 atau informasi yang kita terima yang didukung oleh data dan fakta yang ada. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), generalisasi mempunyai arti: a. perihal membentuk gagasan atau simpulan umum dari suatu kejadian, hal, dsb; b. perihal membuat suatu gagasan lebih sederhana daripada yang sebenarnya (panjang lebar dsb); c. perihal membentuk gagasan yang lebih kabur; d. penyamarataan. Fakih Samlawi (1998;9) dalam Hasanah (2016) mengemukakan bahwa generalisasi adalah sejumlah konsep yang memiliki karakteristik dan makna. Generalisasi berarti pernyataan tentang hubungan antara konsep. Generalisasi mengungkapkan sejumlah besar informasi, hubungan antar dua atau lebih konsep yang sudah teruji secara empiris diartikan pula sebagai generalisasi. Oleh karena itu generalisasi dapat berbentuk proposisi, hipotesis, inferens, kesimpulan, pemahaman, atau prinsip. Ciri-ciri generalisasi: a. Menunjukkan hubungan antara dua konsep atau lebih. b. Bersifat umum dan merupakan abstraksi yang menunjukkan keseluruhan kelas dan bukan bagian atau contoh. c. Adalah tingkat abstraksi yang lebih tinggi dari sekedar konsep. d. Berdasarkan pada proses dan dikembangkan atas dasar penalaran dan bukan hanya berdasarkan pengamatan semata. e. Berisi pernyataan-pernyataan yang dapat dibuktikan kebenarannya dan validasi artinya diuji berdasarkan bukti-bukti yang pasti dengan menggunakan sistem penalaran dan equity. 4. Teori Teori adalah sekelompok proposisi yang berhubungan yang menunjuk-kan mengapa suatu peristiwa terjadi. Dorin, dkk (1990) dalam Hasanah (2016) menyatakan bahwa teori menyediakan sebuah penjelasan umum atas suatu observasi, menjelaskan dan memprediksi perilaku, bisa dimodifikasi, dan memiliki kebenaran relatif untuk dites. Teori berhubungan dengan proposisi karena proposisi membentuk teori. Teori terdiri dari konsep dan hubungan di antara mereka dan teori menurut Hoover (1984) dalam Hasanah (2016), berguna untuk tujuan-tujuan berikut ini. a. Memberikan pola interpretasi data. 12 b. Menghubungkan satu kajian dengan kajian lain c. Menawarkan kerangka kerja sehingga konsep dan variabel mendapatkan signifikansi yang khusus D. Perumusan Masalah Masalah penelitian merupakan pedoman/dasar kegiatan penelitian. Dalam penelitian, masalah berperan untuk mengarahkan kegiatan penelitian. Tanpa rumusan masalah, peneliti akan kesulitan dalam pelaksanaan dan penulisan penelitiannya. Pada umumnya, temuan permasalahan baik research gap atau permasalahan pada kehidupan sehari-hari dituangkan pada latar belakang, dimulai dari hal yang bersifat umum kemudian mengerucut ke permasalahan yang lebih spesifik, kemudian dirumuskan menjadi Rumusan Masalah. Untuk membuat rumusan masalah ada beberapa hal yang dapat kita lakukan yaitu: 1. Identifikasi Masalah Permasalahan biasanya akan muncul apabila terdapat kesenjangan atau perbedaan: antara apa yang seharusnya dan apa yang ada dalam kenyataan, antara apa yang diperlukan dan apa yang tersedia, dan hal-hal lain yang bertentangan antara apa yang diharapkan dan kenyataan. Untuk itulah penelitian dilakukan. Kesenjangan tersebut tidak dapat dihilangkan sama sekali, tetapi dapat diperkecil. Pernyataan masalah haruslah mendeskripsikan latar belakang masalah (faktorfaktor apa yang menyebabkan hal tersebut menjadi masalah) dan rasionalisasi atau justifikasi untuk studi. Sesuatu yang legal atau etika yang bercabang-cabang yang terkait dengan masalah harus didiskusikan dan dipecahkan. Sumber masalah dapat diperoleh dari: bacaan, pertemuan-pertemuan ilmiah, pernyataan pemegang otoritas, pengamatan sepintas, pengalaman pribadi, dan perasaan intuitif. 2. Penentuan Masalah Penelitian Penentuan masalah penelitian sangat penting bagi seorang peneliti. Kesalahan dalam menentukan masalah, dapat menyebabkan tujuan penelitian tidak akan tercapai 13 atau apabila tercapai akan memakan waktu yang cukup lama. Setelah masalah diidentifikasi ada kemungkinan peneliti akan menemukan permasalahan lebih dari satu. Menentukan masalah dengan tepat menjadi penting, karena dapat membantu peneliti cepat menyelesaikan penelitiannya, sebagai contoh: peneliti ingin melakukan penelitian tentang implikasi kewirausahaan terhadap digitalisasi ekonomi UMKM pengrajin tenun di Bali. Dengan didahului identifikasi masalah, peneliti harus secara tepat menentukan permasalahan yang akan diteliti —Apakah ada masalah permodalan, keterbatasan strategi pemasaran diera pandemi, inovasi produk yang tidak berkembang dan kurangnya manajemen usaha yang kompeten?. Apabila salah dalam menentukan permasalahan, maka permasalahan yang terkait penelitian tersebut tidak dapat dipecahkan. Agar permasalahan tersebut selanjutnya memudahkan dan bermanfaat untuk diteliti, sebaiknya permasalahan tersebut: a. Dipilih dari hal-hal yang menjadi perhatian dan memerlukan pemecahan. b. Memudahkan dalam pengumpulan dan penjajakan data yang terkait dengan permasalahan. c. Memudahkan dalam mengobservasi fakta-fakta yang relevan yang memungkinkan akan menjadi kunci untuk memecahkan kesulitan atau permasalahan yang ditemukan. d. Memiliki literatur yang akan menjadi landasan teoritis untuk pembentukan asumsi sebagai landasan untuk pembentukan hipotesis. Meskipun seseorang telah menemukan dan menentukan masalah penelitian, namun satu hal lain yang harus dipertimbangkan dalam melaksanakan suatu penelitian, adalah layak atau tidaknya masalah tersebut diteliti. Pertimbangan untuk menentukan layak tidaknya suatu masalah untuk diteliti, pada dasarnya dapat dilihat dari dua arah, yaitu: a. Arah masalahnya atau dari sudut objektifnya. Pertimbangan akan dibuat atas dasar bagaimana penelitian tersebut akan memberikan sumbangan terhadap pengembangan teori dalam bidang yang bersangkutan dengan dasar teoritis penelitiannya dan pemecahan masalahmasalah yang bersifat praktis. Memang kelayakan suatu masalah untuk diteliti 14 sebenarnya bersifat relatif, tergantung pada konteks materi penelitiannya. Karena belum tentu masalah yang layak untuk diteliti pada suatu kontek tertentu layak pula diterapkan pada konteks yang lain. Tidak ada kriteria tertentu hal ini, keputusannya akan tergantung kepada kecermatan dan ketajaman si peneliti untuk melakukan evaluasi secara kritis, menyeluruh, dan menjangkau ke depan. Selain itu, perlu pula dipahami bahwa peneliti harus sudah memikirkan kemungkinan- kemungkinan bagaimana cara pengumpulan data yang relevan untuk memecahkan masalah yang ditelitinya atau menjawab pertanyaanpertanyaan yang telah ditetapkan dan dalam pertanyaan-pertanyaan penelitian. b. Arah calon peneliti. Dari arah ini hendaknya dikaji apakah masalah tersebut sesuai dengan calon peneliti baik dilihat dari biaya, waktu yang tersedia, ketersediaan alat dan perlengkapan, kajian pustaka atau landasan teoritis yang dimiliki, dan penguasaan metode yang diperlukan. Oleh karena itu dalam melakukan penelitian, setiap calon peneliti harus bertanya kepada dirinya sendiri apakah persyaratan di atas dapat dipenuhinya. Apabila tidak, sebaiknya dipilih masalah lain atau memodifikasi permasalahan tersebut sehingga memungkinkan untuk dilaksanakan. Pertimbangan-pertimbangan dalam menentukan masalah penelitian juga harus dilihat dari dua hal berikut: (1) Pertimbangan personal (a) Apakah masalah penelitian sesuai dengan tujuan yang diharapkan dan harapan-harapan yang lain? (b) Apakah saya benar-benar tertarik dengan permasalahan tersebut? (c) Apakah untuk meneliti permasalah tersebut saya memiliki keterampilan, kecakapan, dan latar belakang pengetahuan yang memadai? (d) Apakah saya memiliki akses peralatan, laboratorium, dan materi-materi yang diperlukan untuk meneliti permasalahan tersebut? (e) Apakah saya memiliki waktu dan biaya untuk menyelesaikan penelitian tersebut? 15 (f) Dapatkan saya memperoleh data yang akurat?Apakah masalah yang saya teliti memiliki signifikansi bagi keperluan lembaga tempat saya menyerahkan laporan? (g) Dapatkah saya memperoleh bantuan administrasi, petunjuk/ pembimbing, dan kerjasama untuk melaksanakan penelitian ini? (2). Pertimbangan sosial (a) Apakah hasil penelitian ini dihargai dan memiliki kontribusi terhadap pengembangan pengetahuan di lapangan? (b) Apakah temuan-temuan yang diperoleh memiliki nilai terhadap para pendidik, orang tua, dan para pekerja social, dan yang lainnya? (c) Apakah penelitian ini akan merupakan petunjuk bagi pengembangan penelitian- penelitian yang lain? (d) Apabila judul ini telah diteliti apakah perlu diperluas di luar keterbatasan yang ada sekarang? (e) Akankah peralatan dan teknik yang tidak cukup reliable dalam melaksanakan penelitian ini, maka kesimpulan-kesimpulannya akan memiliki nilai yang diragukan? 3. Merumuskan masalah Setelah masalah ditentukan kemudian perlu dirumuskan. Menurut Sugiyono makna rumusan masalah adalah sebuah pertanyaan yang mencari sebuah jawaban lewat pengumpulan data dan penelitian. Dimana penelitian dapat dilakukan berdasarkan tingkat eksplanasi. Secara garis besar, rumusan masalah memiliki peran yang cukup besar. Rumusan masalah merupakan cara agar peneliti bisa mengatasi masalah yang dihadapi selama melakukan penelitian. Memang tidak ada ketentuan atau aturan bagaimana cara merumuskan masalah, akan tetapi disarankan sebaiknya rumusan masalah tersebut: a. Dibuat dalam bentuk pertanyaan dan pertanyaan tersebut sudah merupakan setengah jawaban dari permasalahan yang akan diteliti. b. Padat dan jelas c. Memberikan petunjuk untuk kemungkinan mengumpulkan data 16 d. Minimal memiliki dua jenis variabel, yaitu: variabel bebas, adalah variabel yang mempengaruhi dan variabel terikat (variabel yang dipengaruhi) Sebagai contoh, di bawah ini diberikan beberapa contoh rumusan masalah sebagai berikut: a. Bagaimana implikasi kewirausahaan terhadap digitalisasi ekonomi UMKM kerajinan tenun di Bali? Variabel bebas : digitalisasi ekonomi, Variabel terikat: implikasi kewirausahaan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis secara kualitatif, data dikumpulkan dengan cara observasi dan wawancara mendalam pada pelaku UMKM kerajinan Tenun yang berlokasi di Kab. Klungkung dan Gianyar. b. Bagaimana perkembangan dan transformasi kain tenun saat ini? Berikut beberapa kesalahan umum dalam rumusan masalah adalah: a. Pengumpulan data tanpa tujuan atau rencana yang didefinisikan secara baik. b. Mengambil kelompok data yang ada dan berusaha untuk menyesuaikan pertanyaan penelitian untuk hal tersebut. c. Definisi-definisi tujuan terlalu umum atau istilah-istilah memiliki arti ganda yang menyebabkan interpretasi-interpretasi dan kesimpulan-kesimpulan menjadi bercabang dan tidak sahih. d. Mengerjakan penelitian tanpa penelaahan literatur yang sesuai dengan permasalahan. e. Gagal dalam mencari kerangka konsep-konsep dan teori yang menjadi dasar penelitian f. Tidak membuat asumsi yang jelas sebagai dasar penelitian yang dapat dievaluasi. g. Tidak mengemukakan keterbatasan-keterbatasan yang terdapat dalam pendekatan, secara implisit atau eksplisit, keterbatasan-keterbatasan pada kesimpulan dan bagaimana mengaplikasikannya pada situasi yang lain. h. Tidak mengantisipasi hipotesis alternatif 4. Tipe Masalah Penelitian 17 Tipe masalah penelitian tergantung pada disiplin ilmu dan bidang studi yang menjadi minat dan perhatian peneliti. Masalah penelitian pada dasarnya merupakan suatu keadaan yang memerlukan solusi. Takaran mengidentifikasi empat kemungkinan tipe masalah dalam penelitian bisnis : (1) masalah-masalah yang ada saat ini di suatu lingkungan organisasi yang memerlukan solusi, (2) area-area tertentu dalam suatu organisasi memerlukan solusi, (3) persoalan-persoalan teoritis yang memerlukan penelitian untuk menjelaskan (atau memprediksi) fenomena, (4) pertanyaan penelitian yang memerlukan jawaban empiris. Masalah-masalah di suatu lingkungan organisasional yang memerlukan solusi merupakan tipe masalah-masalah praktis yang umumnya diteliti dalam penelitian terapan. Masalah-masalah praktis dapat terjadi pada setiap tingkat dan fungsi organisasional. Agar penelitian dapat mengarah ke inti masalah yang sesungguhnya maka diperlukan pembatasan penelitian sehingga penelitian yang dihasilkan menjadi lebih fokus dan tajam. Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa tipe masalah tidak begitu menjadi persoalan dalam penelitian, tetapi semua tipe masalah menuju pada inti masalah. Oleh karena itu, inti masalah harus ditetapkan secara jelas dan terperinci inti masalah tersebut didapat dari semua masalah secara umum yang dikumpulkan, dilakukan pembatasan dengan teori yang ada, sehingga didapati inti masalah. 5. Kriteria Masalah 18 Penemuan masalah penelitian, sekali lagi, bukan merupakan pekerjaan yang mudah. Ada sejumlah kriteria yang dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam penemuan masalah penelitian, antara lain: a. Bidang masalah dan topik yang menarik Inisiatif penelitian dapat berasal dari peneliti atau pihak sponsor yang membiayai proyek penelitian. Jika ide penelitian berasal dari peneliti, bidang masalah yang dipilih umumnya adalah yang menarik perhatian dan merupakan bidang keahlian yang dikuasai oleh peneliti. Lingkungan peneliti termasuk : latar belakang pendidikan, pemikiran dan disiplin yang ditekuni, merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan bidang masalah dan pemahaman peneliti terhadap masalah yang diteliti. Pemilihan bidang masalah mengarahkan peneliti untuk menentukan topik atau pokok masalah yang diteliti. b. Signifikansi secara teoritis atau praktis Peneliti harus mempertimbangkan apakah bidang masalah dan topik penelitian yang menarik untuk diteliti mempunyai signifikansi secara teoritis (untuk penelitian dasar) atau secara praktis (untuk penelitian terapan). Pertimbangan yang digunakan untuk menentukan signifikansi masalah penelitian berkaitan dengan tiga hal sebagai berikut: (1) Adanya dukungan konsep-konsep teoritis dari penelitian-penelitian sebelumnya yang mempunyai topik sejenis. (2) Tersedianya dan dapat diperolehnya data yang relevan dengan topik penelitian. (3) Kontribusi penelitian terhadap pengembangan teori atau pemecahan masalah praktis. c.. Diuji melalui pengumpulan dan analisis data Masalah penelitian yang baik tidak cukup sekedar memenuhi kriteria sebagai topik yang menarik dan mempunyai signifikansi secara teoritis atau praktis. Masalah yang diteliti harus dapat diuji melalui pengumpulan dan analisis data. Masalah yang terlalu umum cenderung akan melibatkan banyak variabel dan jumlah dan jumlah data yang harus dikumpulkan sehingga peneliti akan sulit untuk menginterpretasikan hasilnya. Agar dapat diuji, peneliti perlu mengisolasi masalah umum menjadi masalah spesifik yang mengidentifikasi secara jelas variabel-variabel yang diteliti dan unit analisis. Unit analisis adalah jenis satuan data yang dianalisis, antara lain dapat berupa : individu, kelompok, bagian dari atau keseluruhan organisasi, industri dan negara. 19 d. Sesuai dengan waktu dan biaya yang tersedia. Spesifikasi masalah yang diteliti, disamping berdasarkan pertimbangan agar masalahnya dapat diuji, juga karena pertimbangan waktu dan biaya. Pembatasan skop masalah dapat dilakukan pada berbagai aspek, antara lain : periode waktu pengamatan, unsur-unsur (variabel yang diteliti, dan lingkungan subyek penelitian. Sumber dana penelitian dasar biasanya berasal dari peneliti. Meskipun dan segi waktu lebih fleksibel dibandingkan dengan penelitian terapan, peneliti perlu mempertimbangkan biaya yang diperlukan untuk melakukan penelitian. Kriteria masalah dalam hal ini dibatasi dengan "masalah yang baik" dan "masalah yang tidak baik". (1) Permasalahan yang baik: (a) Bermanfaat, permasalahan penelitian setidaknya harus bermanfaat secara teoritis maupun empiris bagi instansi atau tempat dilakukannya penelitian. (b) Dapat dilaksanakan, pembuatan masalah penelitian harus bisa dilaksanakan oleh peneliti. (c) Adanya kemampuan teori dari peneliti, pembuatan penelitian harus mempertimbangkan kemampuan dan penguasaan teori yang dimiliki peneliti. (d) Tersedianya waktu, dalam pembuatan masalah penelitian, peneliti harus mempunyai waktu untuk menyelesaikan masalah penelitian tersebut. (e) Tersedianya tenaga untuk meneliti, Selain waktu, dalam membuat masalah penelitian harus juga dipertimbangkan tenaga yang dimiliki peneliti. (f) Tersedianya dana untuk meneliti (g) Adanya faktor pendukung, faktor pendukung dalam hal ini adalah adanya instansi yang relevan sebagai tempat untuk meneliti, referensi jurnal yang cukup, Dll. (h) Tersedianya Data, data yang dibutuhkan dalam penelitian adalah data yang cukup dalam segi kualitas dan kuantitas untuk dilakukan analisis. (i) Tersedianya ijin dari pihak yang berwenang (2). Permasalahan yang kurang baik (a) Masalah yang tidak jelas asalnya. (b) Masalah yang terlalu luas, sehingga kurang relevan untuk penyesuaian. (c) Masalah yang tidak ada data pendukungnya. 20 (d) Masalah yang membutuhkan waktu relatif lama untuk diselesaikan. (e) Masalah yang sudah lama dan saat ini kurang relevan untuk dibahas 6. Sumber Penemuan Masalah Sumber masalah penelitian yang utama berdasarkan dari pengalaman dan literatur. Sumber masalah penelitian dapat berasal dari: a. Literatur yang dipublikasikan, antara lain dalam bentuk: buku teks, jurnal, atau /ex/database. b. Literatur yang tidak dipublikasikan, antara lain berupa : skripsi, tesis, disertasi, paper atau makalah-makalh seminar. Buku teks merupakan salah satu jenis literatur yang dipublikasikan yang berisi banyak informasi sebagai sumber penemuan masalah penelitian. Dari buku teks, peneliti dapat menggunakan daftar referensi untuk memilih artikel asli atau buku buku yang relevan dengan masalah penelitian. Jurnal merupakan jenis literatur yang berisi artikel-artikel yang menelaah berbagai macam konsep-konsep teoritis. Artikel yang dimuat dalam jurnal profesional dapat berupa artikel teoritis atau hasil penelitian empiris. Jurnal yang memuat artikel akuntansi dan manajemen. Text Database merupakan jenis literatur yang berisi kompilasi daftar buku, jurnal, majalah, atau literatur lainnya yang dipublikasikan secara periodik. Text Database dapat berupa cetakan dalam bentuk buku, disket, pita magnetic, laserdisc, compact disk (CD ROMs), atau dipublikasikan melalui website dalam jaringan internet. 7. Metode Penemuan Masalah Ide menemukan masalah penelitian umumnya berasal dari masalah-masalah penelitian sebelumnya. Peneliti memperoleh ide dengan cara mengembangkan masalahmasalah penelitian sebelumnya. Aspek-aspek yang dapat dikembangkan dari masalahmasalah penelitian sebelumnya, antara lain: dimensi atau perspektif masalah penelitian, dan metode penelitian. Ide untuk menemukan masalah penelitian dapat diperoleh melalui dua pendekatan : formal dan informal. Pendekatan formal secara umum dinilai lebih baik dibandingkan dengan pendekatan informal. a. Pendekatan Formal Ada enam metode untuk menemukan masalah dengan pendekatan formal, yaitu : 21 (1) Metode Analog Metode ini menggunakan pengetahuan yang diperoleh dari hasil penelitian pada bidang tertentu untuk menentukan masalah penelitian pada bidang yang lain terkait. Penggunaan konsep analog akan membantu peneliti dalam merumuskan masalah penelitian yang ide dan konsepnya berasal dari keberhasilan penerapan suatu teori atau metode pada bidang tertentu. (2) Metode Renovasi Menurut metode ini masalah penelitian dapat ditentukan dengan cara memperbaiki atau mengganti komponen teori atau metode yang kurang relevan dengan komponen teori atau metode lain yang lebih efektif. Misal, pelaksanaan program audit berdasarkan metode laporan keuangan, kemungkinan dapat diubah dengan berdasarkan metode sistem informasi. Penelitian diarahkan untuk menguji apakah penggantian metode tersebut dapat mengeliminasi komponen teoritis dari proses audit yang kurang relevan. (3) Metode Dialektis Metode ini menentukan masalah penelitian dengan mengajukan usulan pengembangan terhadap teori atau metode yang telah ada. Fokus masalah yang diteliti adalah penerapan teori atau metode alternatif. Misal metode pengukuran berdasarkan general price level accounting dapat diusulkan sebagai alternatif dari metode historical cost accounting pada masa inflasi. Rumusan pertanyaan penelitian dapat berupa: "Apakah general price level accounting merupakan metode pengukuran yang dapat memberikan informasi keuangan yang lebih baik pada masa inflasi dibandingkan dengan metode historical cost accounting? (4). Metode Metodologi Metode ini merupakan metode formal yang digunakan untuk menemukan masalah penelitian yang saling berhubungan dalam bentuk matrik. Setiap sel merupakan potensi elemen-elemen masalah yang dapat diteliti. (5) Metode Dekomposisi Berdasarkan metode ini masalah penelitian ditemukan dengan cara membagi masalah ke dalam elemen-elemen yang lebih spesifik. Peneliti dapat memilih masalah penelitian berdasarkan pada elemen tertentu. Misalnya 22 masalah akuntansi beli-sewa (leasing) dapat dibagi menjadi beberapa elemen yang lebih spesifik antara lain : (a) Dasar pengukuran (biaya historis atau nilai sekarang) (b) Penerapan teori nilai sekarang (c) Materialitis (d) Matching cost with revenue. Berdasarkan dekomposisi masalah akuntansi beli-sewa tersebut peneliti dapat menentukan masalah dengan topik penelitian misal: "studi terhadap penerapan teori nilai sekarang dalam akuntansi beli-sewa". (6). Metode Agregasi Metode ini merupakan kebalikan dari metode dekomposisi, yaitu menggunakan hasil penelitian atau teori dari berbagai bidang penelitian yang berbeda untuk menentukan suatu masalah penelitian yang lebih kompleks. Misal, masalah penelitian yang menguji : (1). penerapan analisis input-output, teori utilitas, dan teori motivasi secara simultan untuk pengukuran kinerja manajerial. (2). penerapan teori nilai sekarang dalam akuntansi beli-sewa dan akuntansi sumber daya manusia. b. Pendekatan Informal Ada empat metode yang dapat digunakan untuk menemukan masalah penelitian dengan pendekatan informal, yaitu: (1). Metode Perkiraan (Conjecture Method) Metode ini menemukan masalah penelitian bisnis berdasarkan intuisi pembuat keputusan mengenai situasi tertentu yang diperkirakan mempunyai potensi masalah. penentuan masalah dengan metode ini kurang didukung oleh bukti-bukti yang cukup, karena hanya berdasarkan perkiraan pembuat keputusan. Faktor-faktor yang mempengaruhi intuisi pembuat keputusan antara lain: hubungannya dengan lingkungan disekitarnya, imajinasi, persepsi, dan kemampuan membuat kebijakan (judgement). Misal, kerugian karena produk hilang untuk jenis produk yang mudah menguap dapat terjadi pada proses 23 pembelian, penyimpanan, atau penjualan produk. Penentuan masalah penelitian dapat diarahkan untuk perbaikan sistem pembelian atau sistem penjualan produk. (2). Metode Fenomenologi (Phenomenology Method) Metode ini menemukan masalah penelitian berdasarkan hasil observasi terhadap fakta atau kejadian. Pengamatan terhadap fenomena kemungkinan dapat mengarahkan pada penyusunan suatu dugaan atau hipotesis. fakta atau kejadian yang diamati dalam lingkungan bisnis antara lain berupa : latar belakang berdirinya perilaku anggota organisasi, serta kinerja operasional perusahaan. Misal, pengamatan investor terhadap data keuangan historis suatu perusahaan atau beberapa perusahaan dalam suatu industri historis suatu perusahaan atau beberapa perusahaan dalam suatu industri dapat digunakan sebagai dasar dalam penentuan topik masalah mengenai: manfaat rasio keuangan untuk memprediksi pertumbuhan laba atau kandungan informasi laporan kas untuk pembuatan keputusan investasi (3). Metode Konsensus (Consensus Method) Ide masalah penelitian dapat ditemukan berdasarkan adanya konsensus atau konvensi dalam praktik bisnis. Konsensus atau konvensi merupakan kebiasaan yang dipraktikkan dalam bisnis yang tidak dilandasi oleh konsep atau teori yang baku. Misal, kriteria untuk menentukan materiality dalam pengakuan dan penyajian informasi akuntansi atau auditing, kemungkinan dapat digunakan sebagai dasar untuk menentukan masalah penelitian. c. Metode Pengalaman (Experiences Method) Masalah penelitian, seperti yang telah disebut di muka, diantaranya dapat ditemukan berdasarkan pengalaman perusahaan atau orang-orang dalam perusahaan. Misal, pengalaman perusahaan dalam menghadapi kesulitan likuiditas atau reaksi konsumen kemungkinan dapat mengarahkan pada penemuan masalah penelitian yang berkaitan dengan peningkatan kemampuan kas atau perubahan teknik pemasaran. 8. Perumusan Masalah Masalah penelitian menjadi sangat penting karena : a. Sebagai dasar dilakukannya penelitian 24 b. Masalah penelitian ini tercantum dalam latar belakang penelitian sehingga perlu mendapat jawaban ataupun pemecahannya. c. Latar belakang dimulai dari hal yang bersifat umum, kemudian mengerucut ke permasalahan yang lebih spesifik Pentingnya masalah ini juga sangat terkait dengan pemecahan masalah. Seorang peneliti harus tepat dalam menentukan masalah, agar pemecahannya juga tepat dan benar. Identifikasi masalah ada batasnya sehingga penelitian tidak keluar dari tujuannya. Identifikasi masalah terdiri dari 2 langkah pokok yaitu : a. Penguraian latar belakang masalah (1) Untuk menjelaskan mengenai latar belakang mengapa sesuatu dianggap sebagai permasalahan. Fenomena apakah yang tampak di mata peneliti / yang terjadi sehingga memerlukan penelitian. (2) Penguraian masalah harus berawal dari latar belakang yang bersifat umum. Walaupun kerangka referensi yang luas, uraiannya harus sistematis, spesifik dan terpusat pada pokok persoalannya. b. Rumusan masalah. Artinya: Menanyakan mengenai hubungan antara sedikitnya 2 (dua) variabel. Dinyatakan secara jelas dalam bentuk kalimat tanya. Harus dapat diuji oleh metode empirik yaitu data yang digunakan untuk menjawab harus dapat diamati / dikaji / diakui / diperoleh. Perumusan masalah atau pertanyaan penelitian merupakan tahap akhir dari penemuan setelah peneliti memilih bidang dan pokok masalah yang diteliti. Kriteria penelitian yang baik menghendaki rumusan masalah atau pertanyaan penelitian yang jelas dan tidak ambiguitas. Agar memudahkan peneliti dalam menentukan konsep-konsep teoritis yang telah ditelaah dan memilih metode penguji data yang tepat, masalah penelitian sebaiknya dinyatakan dalam bentuk pertanyaan yang mengekspresikan secara jelas hubungan antara dua variabel atau lebih. Rumusan masalah dalam suatu penelitian dapat berupa lebih dari satu pertanyaan. Sebagaimana telah dikemukakan dalam uraian di atas, seringkali istilah-istilah yang terdapat dalam pertanyaan penelitian memiliki arti ganda, sehingga terjadi salah penafsiran dari orang yang membacanya. 25 Terdapat tiga cara untuk mengklarifikasi pertanyaan penelitian tersebut sehingga istilah tersebut menjadi jelas maksudnya. Cara tersebut di antaranya: (1) Definisi istilah: cara ini umumnya menggunakan pendekatan kamus. Para peneliti simply menggunakan kata lain untuk mengatakan lebih jelas apa maksud dari kata tersebut. Akan tetapi seringkali definisi istilah tersebut masih kurang menjelaskan apa yang dimaksud dalam pertanyaan penelitian, misalnya: istilah hasil belajar. Pengertian ini bila dilihat dari kamus, mungkin berbeda dengan yang dimaksud oleh si peneliti. (2) Melalui contoh: Contoh dapat juga digunakan untuk meluruskan suatu istilah yang bermakna ganda. Contoh dapat berupa bendanya atau proses. (3) Definisi operasional: Hal tersebut dilakukan, selain untuk meluruskan pengertian atau arti dari suatu istilah dalam pertanyaan penelitian, juga digunakan sebagai petunjuk bagi orang lain untuk melakukan hal yang serupa apabila dia mau melakukan penelitian yang sama. Dengan demikian, orang yang akan melakukan penelitian tersebut tidak akan salah dalam mengartikan istilah yang terdapat dalam pertanyaan penelitian. Sebagai contoh: istilah hasil belajar yang dimaksud dalam pertanyaan penelitian hendaknya didefinisikan secara jelas: apakah hasil post tes atau gain, adakah nilainilai atau komponen lain seperti nilai tugas, aktivitas selama proses pembelajaran, dan lain-lain yang menentukan hasil belajar tersebut. Definisi operasional adalah definisi-definisi yang didasarkan atas sifat-sifat yang didefinisikan dapat diamati dan dilaksanakan oleh peneliti lain. Ada tiga macam cara menyusun definisi operasional, yaitu: a. Menekankan pada pada kegiatan apa yang perlu dilakukan. Contoh: Metode diskusi adalah metode tanya jawab yang dilakukan oleh kelompok siswa di bawah bimbingan guru. Mungkin pengertian metode diskusi menurut kamus berbeda dengan definisi operasional itu. b. Menekankan pada bagaimana kegiatan itu dilakukan. Contoh: Metode diskusi adalah metode tanya jawab yang dilakukan oleh kelompok-kelompok siswa yang setiap kelompoknya beranggotakan 5 orang. Secara bergantian masing- 26 masing kelompok tersebut mempresentasikan mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas selama 10 menit. c. Menekankan pada sifat-sifat statis dari hal yang didefinisikan. Contoh: Siswa yang hasil belajarnya baik adalah siswa yang hasil belajarnya lebih atau sama dengan 80, aktif dalam mengikuti proses pembelajaran, tepat waktu dalam menyelesaikan tugasnya. 9. Kesalahan Umum Dalam Penemuan Masalah Isac dan Michael mengemukakan beberapa kesalahan umumnya dilakukan peneliti dalam tahap penemuan masalah penelitian, diantaranya adalah sebagai berikut: (1). Peneliti mengumpulkan data tanpa rencana atau tujuan penelitian yang jelas. (2). Peneliti memperoleh sejumlah data dan berusaha untuk merumuskan masalah penelitian sesuai dengan data yang tersedia. (3). Peneliti merumuskan masalah penelitian dalam bentuk terlalu umum dan ambiguitas sehingga menyulitkan interpretasi hasil dan pembuatan kesimpulan penelitian. (4). Peneliti menemukan masalah tanpa terlebih dulu menelaah hasil-hasil penelitian sebelumnya dengan topik sejenis, sehingga masalah penelitian tidak didukung oleh kerangka teoritis yang baik. (5). Peneliti memilih masalah penelitian yang hasilnya kurang memberikan kontribusi terhadap pengembangan teori atau pemecahan masalah praktis. BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Struktur penelitian ilmu manajemen adalah jenis penjelasan teoritis yang mengungkap sebuah fenomena manajemen bisnis atau suatu keadaan di lapangan yang menyimpang dengan teori, diuraikan dalam struktur menyeluruh dan menegaskan lokasi, saling ketergantungan, dan hubungan antara posisi dalam struktur tersebut. Terdapat tiga teori yang digunakan untuk menjelaskan struktur penelitian yaitu sequential theories, network theories, and functional theories. Teori sekuensial menjelaskan urutan serangkaian tahap penelitian yang teratur. Teori jaringan jenis struktur yang menjelaskan koneksi dalam jaringan atau jaringan yang saling berhubungan membentuk pola 27 keseluruhan jaringan. Functional theories yaitu Struktur yang menjelaskan pada bagaimana bagian-bagian yang saling terkait dan beroperasi untuk menjalankan sistem secara keseluruhan dengan bagian-bagian tertentu yang saling melengkapi. Komponen-komponen ilmu terdiri dari: 1. Teori, yaitu generalisasi yang telah teruji kebenarannya secara ilmiah 2. Fakta, keadaan sebenarnya (empirik) yang diwujudkan dalam jalinan dua konsep atau lebih. 3. Fenomena, yaitu gejala atau kejadian yang ditangkap dengan panca indera (penglihatan, pendengaran, penciuman, perasaan, perabaan), kemudian dijadikan konsep (istilah atau simbol) yang mengandung pengertian singkat dari fenomena. 4. Konsep, yaitu istilah atau simbol yang mengandung pengertian singkat dari fenomena. Konsep juga dapat diartikan menjadi rancangan, atau ide yang diabstrakkan dari peristiwa konkret atau gambaran mental dari objek, proses, atau apa pun yang ada di luar bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain (KBBI). Masalah penelitian merupakan pedoman/dasar kegiatan penelitian. Dalam penelitian, masalah berperan untuk mengarahkan kegiatan penelitian. Tanpa rumusan masalah, peneliti akan kesulitan dalam pelaksanaan dan penulisan penelitiannya. Dalam membuat rumusan masalah hakekatnya tidak boleh terlepas dari masalah penelitian yang ada pada latar belakang yang dapat dilihat pada struktur, komponen dan hirarki penelitian. B. Saran Semoga tulisan ini dapat memberikan gambaran dan manfaat bagi mahasiswa dalam mengenal masalah penelitian menentukan struktur, komponen, hirarki dan rumusan masalah dalam penelitian. 28 DAFTAR PUSTAKA Hasanah, Dewi Afiatun. 2016. Fakta, Konsep, dan Generalisasi Teori. http://dewiharususkses.blogspot.com/2016/06/fakta-konsep-dan-generalisasiteori_3.html Neuman, W Lawrence. 2014. Social Research Methods: Qualitative and Quantitative Approaches. 7th Edition. Pearson Education Limited. e-Book Noor, Juliansyah. 2015. Penelitian Ilmu Manajemen Tinjauan Filosofis dan Praktis. Kencana. e-Book Nurroh, Syampadzi. 2010. Filsafat Ilmu Studi Kasus: Telaah Buku Filsafat Ilmu. Disertasi Doktor. Jurusan Ilmu Filsafat, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta Radjab, Enny dan Andi Jam’an. 2017. Metodologi Penelitian Bisnis. Universitas Muhammadiyah. e-Book Makassar: Sekaran, Uma. Bougie, Roger. 2016. Research Methods for Business: A Skill-Building Approach. 7th Edition. John Wiley & Sons Ltd. e-Book 29 Suryana. 2010. Metodologi Penelitian Model Praktis Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Universitas Pendidikan Indonesia. e-Book 30