TUGAS MATA KULIAH PERILAKU KEORGANISASIAN DAN KEPEMIMPINAN Dosen Pengampu : Prof. Dr. I Gede Riana, S.E., M.M. Oleh : A. A. Ayu Tirtamara (NIM 2280611029) PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS UDAYANA 2023 Menurut John P. Kotter, terdapat delapan tahapan yang harus dilalui dalam melakukan perubahan secara efektif. Berikut adalah keseluruhan tahapan yang dimaksud: 1. Membangkitkan rasa urgensi (establish a sense of urgency) Sense of urgency adalah motivasi yang menginisiasi hasrat untuk berubah. Membangun kesadaran akan kebutuhan mendesak untuk perubahan. Untuk membuat perubahan benar-benar terjadi, rasa keinginan untuk berubah yang tinggi dari seluruh elemen di dalam organisasi akan membantu organisasi memulai perubahan. Pimpinan dapat menjelaskan mengapa perubahan diperlukan dan mengkomunikasikan konsekuensi dari tidak melakukan perubahan. 2. Membentuk tim perubahan yang kuat (create the guiding coalition) Membentuk tim perubahan yang terdiri dari individu-individu yang memiliki kredibilitas, keahlian, dan kekuasaan yang diperlukan untuk memimpin perubahan. Kepemimpinan yang kuat dan dukungan dari para karyawan kunci sangat penting dalam tahap kedua ini. Tim ini harus memiliki komitmen yang kuat terhadap perubahan dan dapat mempengaruhi orang lain dalam organisasi. Orang-orang perlu diyakinkan bahwa perubahan itu perlu. Mengelola perubahan saja bukan menjadi satu-satunya jalan keluar, karena betapapun bagusnya ide perubahan, keberhasilannya bergantung dari eksekusi para individunya. 3. Membangun visi perubahan (develop a change vision) Membangun visi yang jelas dan inspirasional tentang tujuan dan arah perubahan. Visi ini harus mampu mengkomunikasikan gambaran yang menarik bagi anggota organisasi dan memotivasi mereka untuk berpartisipasi dalam perubahan. Pada banyak perusahaan yang sukses menjalankan perubahan, koalisi kepemimpinan mengembangkan gambaran kondisi di masa depan yang begitu ideal dan menarik, khususnya bagi pelanggan, stakeholder dan karyawan. Sebuah visi biasanya melampaui apa yang dapat dicapai perusahaan dalam lima tahun. Sebuah visi secara jelas berbicara tentang arah yang seharusnya dituju oleh perusahaan. Visi yang dibutuhkan perusahaan adalah visi yang bijak dan logis. Tanpa adanya visi yang bijak (sensible vision) dan dipahami bersama, usaha transformasi hanya akan menjadi serangkaian proyek yang tidak saling berhubungan dan tidak kompatibel, yang hanya akan mengaburkan arah gerak perusahaan. Tanpa adanya visi yang logis (sound vision), proyek reengineering di divisi akunting, quality program di pabrik, tinjauan kinerja oleh departemen SDM, dan proyek cultural change di departemen penjualan tidak akan memberi nilai tambah yang berarti bagi kemajuan perusahaan. Sedikit tips dari Kotter: jika saya tidak bisa mengkomunikasikan visi dalam waktu kurang dari lima menit kepada seseorang dan mendapatkan reaksi yang menyiratkan pemahaman dan ketertarikan, artinya saya belum melalui tahap ini dengan sukses dalam rangkaian proses transformasi perusahaan. 4. Mengkomunikasikan visi perubahan (communicate the vision for buy-in) Mengkomunikasikan visi perubahan secara terus-menerus dan dengan cara yang menarik. Melibatkan seluruh organisasi dalam pemahaman dan penerimaan visi tersebut, misalnya dengan sosialisasi visi perubahan melalui rapat untuk melakukan sosialisasi kepada seluruh jajaran divisi, dan memberikan informasi tentang perubahan kepada seluruh team melalui Email HRD. Hal ini dilakukan untuk membangun komunikasi yang lebih baik antara pimpinan projek dengan karyawan. Apa yang saya lakukan dengan visi saya setelah saya membuatnya akan menentukan keberhasilan saya dalam memimpin perubahan. Pesan yang mungkin saya sampaikan dalam visi saya adalah tentang keadaan ‘di luar‘ yang makin sulit diprediksi namun menuntut perusahaan untuk tetap dalam keadaan yang siap menghadapi persaingan. Sehingga dengan keadaan seperti itu, saya perlu berkomunikasi cukup sering dan menunjukkan effort saya dalam setiap upaya yang saya lakukan (walk the talk). Tanpa adanya kemampuan komunikasi yang kredibel, hati dan pikiran karyawan tidak akan bisa dimenangkan. Eksekutif yang memiliki kemampuan komunikasi yang baik menanamkan pesan-pesan yang tersirat dalam aktivitas sehari-harinya. Mereka mendiskusikan dan berbicara tentang peranan masing-masing level karyawan untuk mendukung transformasi. 5. Membangun kepercayaan dan memungkinkan tindakan (empower broad-based action) Menciptakan lingkungan yang memungkinkan orang-orang untuk mengambil tindakan yang diperlukan untuk mewujudkan visi perubahan. Menghapus hambatan dan memberdayakan individu-individu dengan keahlian yang diperlukan. Pertanyaannya adakah pihak atau individu yang menolak perubahan? Atau apakah ada proses atau struktur yang mengambat proses saya dalam melakukan perubahan? Pada paruh pertama proses transformasi, tidak ada organisasi yang memiliki cukup momentum, waktu dan kekuatan untuk menyingkirkan semua hambatan sekaligus. Namun pilihlah salah satu hambatan terbesar dan singkirkanlah. Jika penghambat tersebut adalah karyawan, perlakukanlah ia dengan adil dan sesuai dengan visi baru perusahaan. Namun tindakan nyata menjadi sesuatu yang esensial, baik untuk memotivasi karyawan dan menjaga kredibilitas usaha menuju perubahan itu sendiri. Seiring berjalannya waktu, perusahaan harus memikirkan cara-cara untuk mengatasi hambatan yang muncul dalam proses menuju perubahan. 6. Menciptakan kemenangan jangka pendek (generate short-term wins) Menciptakan kemenangan cepat yang dapat dilihat dan dirasakan oleh anggota organisasi. Hal ini membantu membangun momentum dan kepercayaan dalam perubahan yang sedang dilakukan. Transformasi membutuhkan banyak waktu. Sebagian besar orang tidak mampu menempuh perjalanan jauh jika mereka tidak melihat sedikit titik terang dalam 12 atau 24 bulan, yang akan menandakan bahwa apa yang mereka lakukan sudah benar dan makin mendekati tujuan akhir. Tanpa ada kemenangan-kemenangan kecil, akan ada banyak orang yang menyerah dan kehilangan kesabaran. Inisiatif pun menjadi hilang. Kemenangan kecil dalam jangka pendek tidak hanya membawa dampak positif untuk moral karyawan. Perusahaan pun akan merasakan keuntungannya, baik peningkatan produktivitas, kualitas, bahkan revenue. Kemenangan-kemenangan kecil ibaratnya cicilan yang akan melunasi target berupa kemenangan besar yang menjadi bagian dari visi perusahaan. 7. Menguatkan Perubahan (never let up) Kotter berpendapat bahwa banyak inisiatif perubahan gagal karena kemenangan yang dinyatakan terlalu dini. Perubahan yang benar-benar nyata terjadi tidak dalam waktu sekejap. Kemenangan yang dicapai dalam jangka pendek hanya tahap awal dari apa yang perlu dilakukan untuk mencapai perubahan jangka panjang. Menggunakan kemenangan jangka pendek sebagai dasar untuk mengembangkan perubahan lebih lanjut. Menerapkan perubahan baru sambil terus memperkuat dan memperluas upaya perubahan yang ada. Alih-alih mendeklarasikan kemenangan, para pemimpin di organisasi yang sukses melakukan transformasi memanfaatkan kredibilitas yang dihasilkan oleh kemenangankemenangan kecil untuk mengatasi masalah yang lebih besar. Mereka menangani sistem dan struktur yang tidak sesuai dengan visi transformasi, yang belum pernah ditangani sebelumnya. Mereka mencurahkan perhatian kepada kualitas sumber daya manusia; siapa yang direkrut, siapa yang harus dipromosikan, dan bagaimana organisasi mengembangkan kualitas SDM-nya. Strategi untuk menguatkan perubahan misalnya dengan memberikan reward kepada karyawan yang mengerjakan projek tepat waktu. 8. Membuat perubahan menjadi budaya (incorporate change into the culture) Memastikan bahwa perubahan yang dilakukan menjadi bagian dari budaya organisasi. Membuat perubahan menjadi norma baru dan mengkonsolidasikan kemajuan yang dicapai. Perubahan akan bertahan ketika telah menjadi “cara perusahaan melakukan segala sesuatu,” ketika perubahan tersebut telah masuk kedalam urat nadi yang mengalirkan darah ke seluruh sendi perusahaan. Hingga perubahan (perilaku yang baru) telah berakar kuat dalam normanorma sosial dan shared value di perusahaan, perubahan tersebut rentan terhadap degradasi ketika tekanan untuk melakukan perubahan telah melonggar.