Konsep Keluarga Dalam Islam (Membangun Keluarga yang Harmonis Menurut Islam Oleh :) Isra Mega Oktavia dan Sarah Raudhatul Jannah Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka Keluarga adalah salah satu mata rantai kehidupan yang paling essensial dalam sejarah perjalanan dan perkembangan hidup manusia. Keluarga juga membuat mozaik kehidupan yang memberikan kenyamanan serta ketentraman bagi manusia, sehingga menimbulkan kepuasan anggotanya serta Rahmat Tuhan Yang Maha Pencipta (Rakhmat dan Gandaatmaja, 1993: 5). Tentunya, mozaik kehidupan tersebut tidak terlepas dari spektrum dasar yaitu, sakinah, mawaddah, dan warahmah (Sabiq, 1983: 5). Sebagai pranata sosial pertama dan utama, keluarga sendiri memiliki arti paling strategis untuk mengisi dan membekali nilai–nilai kehidupan yang dibutuhkan oleh putra-putri yang tengah mencari makna kehidupan. Keluarga harmonis adalah kondisi dimana rumah tangga yang dihiasi oleh ketenangan, ketentraman, kasih sayang, keturunan, pengorbanan, saling melengkapi, saling menyempurnakan, saling membantu dan saling bekerja sama. Keluarga harmonis disebut juga dengan keluarga yang sakinah, mawaddah, warrahmah, yang masing-masing memiliki arti berbeda antara satu dengan yang lainnya. Pertama keluarga, dalam bahasa inggris keluarga berarti family sedangkan dalam bahasa Indonesia keluarga di sebut sebagai rumah tangga, yang terdiri atas Ayah, Ibu, dan anak. Sedangkan dalam bahasa Arab disebut dengan Al-Ahlu. Definisi keluarga secara struktural adalah kehadiran atau ketidakhadiran anggota keluarga seperti orang tua, anak, atau kerabat lainnya. Sehingga memfokuskan pada siapa saja yang menjadi anggota keluarga nya, sehingga menjadikan pengertian keluarga sebagai asal-usul, wahana untuk melahirkan keturunan, serta menjadi keluarga batih. Keluarga secara fungsional, mendefinisikan keluarga sebagai penekanan pada terpenuhinya tugas-tugas serta fungsi psikososial. Fungsi tersebut mencakup perawatan, sosialisasi pada anak, dukungan emosi dan materi, serta pemenuhan peran-peran tertentu, hal ini memfokuskan keluarga pada tugas-tugas yang dilakukan pada anggota keluarga nya, Keluarga secara transaksional, mendefinisikan keluarga sebagai kelompok yang mengembangkan keintiman melalui perilaku-perilaku yang memunculkan rasa identitas sebagai keluarga, berupa ikatan emosi, pengalaman historis, maupun cita-cita masa depan. Hal ini memfokuskan kepada bagaimana keluarga melaksanakan fungsinya. Sedangkan fungsi keluarga mencakup fungsi biologis, edukatif, religious, protektif ( perlindungan ), sosialisasi mempersiapkan seorang anak menjadi anggota masyarakat yang mampu memegang norma-norma kehidupan dalam sebuah keluarga dan masyarakat, reaktif, serta ekonomi. Kedua sakinah, kata sakinah sendiri mempunyai makna ‘Damai’. Sakinah berasal dari bahasa Arab yaitu Sakana-yaskunu-sukunan, yang berarti tenang. Dalam hal lain, sakinah adalah sebuah kumpulan keluarga yang harmonis, sejahtera, bahagia lahir batin, hidup tenang, tentram, dan damai penuh dengan kasih sayang. Serta, relasi suami istri yang seimbang dan setara agar tidak ada kekerasan didalamnya. Perasaan ini bisa terjadi ketika pasangan suami istri merasa apa yang mereka inginkan dapat diperoleh dari pasangan masing-masing. Ketiga mawaddah, yang berarti mencintai atau menyayangi, kata mawaddah berasal dari Al-waddu yang berarti cinta atau mencintai sesuatu. Keempat Warrahmah, yang berasal dari kata Rohima, rohmatan wa marhamatan yang berarti menaruh kasihan. Rahmah juga bisa diartikan sebagai santun atau menyantuni, namun Rahmah disini lebih kepada kasih sayang atau cinta yang bersifat batin, yakni tentramnya hati masing – masing. Dengan demikian, ketiga pengertian ini memiliki keterikatan satu sama lain. Sehingga dalam rumah tangga yang sakinnah yaitu adanya perasaan aman, tentram, dan damai dari masing-masing pasangan maupun anak yang didukung dengan adanya mawaddah, yaitu timbulnya perasaan cinta atau ketertarikan terhadap pasangan yang disebabkan karena melihat didalam diri pasangannya ada keindahan, serta kecantikan fisik yang disukai. Sehingga jika perlu nyawanya akan dipertaruhkan demi sang pasangan. Untuk membangun sebuah keluarga yang harmonis tidak cukup hanya dengan sakinnah dan mawaddah saja, tetapi harus didukung dengan adanya Rahmah, yaitu perasaan berupa kasih sayang yang timbul dari kedua belah pihak (suami dan istri) ketika memiliki anak. Sehingga, para anggota keluarga saling tolong menolong ketika membutuhkan bantuan. Suasana rumah yang sakinah adalah suasana rumah yang kondusif untuk membina seorang suami yang penuh ketegasan dan tanggung jawab, seorang istri yang lembut penuh cinta kasih, dan anak-anak yang damai, menghormati dan saling mencintai satu sama lain. Anggota keluarga yang sakinah akan tumbuh sebagai keluarga yang teguh dalam, kebenaran, penuh percaya diri dalam dakwah dan pergaulan, serta tenang dan tangguh dalam berbagai cobaan dan ujian yang menerpa mereka sehingga menjadi sosok-sosok kebanggan Islam dan kaum muslimin. Inilah keluarga harmonis yang sejati dalam pandangan Islam. Ciri – Ciri Keluarga Harmonis 1. Keseimbangan Hak dan Kewajiban Suami Istri Memahami dan melaksanakan hak dan kewajiban suami istri dalam menyelenggarakan rumah tangga adalah kunci dari stabilitas keluarga. Penting untuk mengetahui bahwa baik tidaknya kehidupan rumah tangga adalah dengan melihat baik tidaknya hubungan suami istri itu tersebut. Karena suami istri adalah pemeran dan pelaku utama dalam rumah tangga. Untuk membangun sebuah rumah tangga yang sakinnah mawaddah warahmah, tidak boleh ada tingkatan antara posisi suami dan istri. Seperti suami sebagai raja dalam rumah tangga sedangkan istri sebagai wakil kepala rumah tangga. Sehingga, apapun yang diinginkan oleh suami adalah kewajiban bagi istri untuk melayani nya. Dan suami seharusnya memberikan apresiasi kepada istri dengan apa yang telah sang istri lakukan karena telah melaksanakan, melayani serta mengurus anak nya dengan baik. Sehingga pola hubungan antara keduanya saling melengkapi seperti hal nya seorang partner bukan sebagai atasan dan bawahan bukan sebagai raja dan suruhannya. 2. Pemeliharaan dan Pendidikan Anak Anak dapat dikatakan seorang yang dianggap belum cakap hukum dalam bertindak, dan memerlukan perlindungan dari lingkungan sekitar terutama kedua orangtuanya. Oleh karena itu, merupakan sebuah kewajiban bagi kedua orangtuanya untuk menjaga, memelihara, merawat, dan memberikan pendidikan yang layak bagi anaknya. Sehingga pemeliharaan, pemberian pendidikan tersebut menjadikan seorang anak sebagai panutan serta contoh kelak ketika mereka sudah dewasa. Anak disebut sebagai faktor penentu masa depan, maka tidak jarang sebagian orangtua juga mengatakan bahwa anak adalah asset kehidupan. Sehingga menyaksikan tumbuh kembang anak adalah harapan bagi setiap orangtua. Apapun usaha yang dianggap bisa bermanfaat untuk kemajuan dan keberhasilan anak akan ditempuh dengan segala daya upaya. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan pendidikan. Memberikan pendidikan intelektual sangatlah penting namun disamping itu kecerdasan spiritual juga sangatlah penting bagi seorang anak. Kecerdasan spiritual dapat diartikan sebagai kecerdasan manusia dalam memberi makna. Sehingga jika mereka dihadapkan dalam sebuah kondisi yang sangat buruk dan tidak diharapkan, kecerdasan spiritual sangat membantu untuk menemukan sebuah makna. Keluarga, sekolah dan masyarakat adalah pusat pendidikan, namun keluargalah yang memberikan pengaruh pertama kali, serta memberikan kasih sayang, dan mengajarkan untuk mencari makna dalam kehidupan lebih jauh dan mengajarkan tentang agama kepada sang anak. 3. Membina Hubungan Baik antara Keluarga Besar Pihak Suami maupun Istri serta Masyarakat Terciptanya hubungan baik antara keluarga besar dari suami istri bahwa perkawinan tidak hanya pemyatuan antara seorang laki – laki dan perempuan dalam suatu mahligai rumah tangga, tetapi menyatukan dua buah keluarga yang tidak saling mengenal. Maka dari itu membina hubungan baik antara dua buah keluarga sangatlah penting. Selain menjaga hubungan dengan keluarga, menjalin hubungan dengan masyarakat juga sangatlah penting. Hubungan baik dilingkungan masyarakat ini bisa tercapai berawal dari kehidupan rumah tangga. 4. Keimanan Bertambah Keimanan bertambah disini selain suami istri adalah ketaatan kepada Allah dalam hal melaksanakan kewajiban, dan melaksanakan perintah – perintah yang disunnahkan terutama yang berhubungan dalam kehidupan rumah tangga. Ketaatan kepada Allah berupa ungkapan rasa syukur suami istri adalah ketika menyambut kelahiran sang anak. Dengan cara yang positif dan dianjurkan dalam islam seperti, Bisyarah (ungkapan turut gembira), mengumandangkan adzan dan istiqamah ketika bayi dilahirkan, Tahnikah (membasahi mulut bayi dengan air gula, madu, dan lainnya yang serupa), Mencukur rambut (dilakukan pada hari ketujuh) dan bersedekah pada fakir miskin, Tasmiyah (memberi nama yang baik), Akikah, Khitan. Serta upaya untuk membina kehidupan beragama dalam keluarga juga dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut Melaksanakan shalat lima waktu didalam rumah secara berjamaah, Membiasakan berdzikir dan bedoa kepada Allah dalam keadaan suka maupun duka, Membiasakan mengucapkan salam, Berinfaq, bersedekah, dan lainnya, Jika terjadi konflik anggota keluarga dianjurkan untuk berwudhu, Menghiasi rumah dengan hiasan Islam, Berpakaian sopan. Langkah atau Cara untuk Mengharmoniskan Rumah Tangga Kewajiban seorang muslim ketika membangun sebuah rumah tangga adalah menjadikan suasana rumah tangga yang harmonis, rumah tangga yang didalamnya merupakan tempat bernaung, dengan keadaan yang penuh kedamaian, ketentraman, tempat curhat, tempat menghilangkan keresahan hati, dan solusi untuk menyelesaikan semua permasalahan ketika terjadi diluar rumah. Maka suami istri adalah tempat atau teman untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. Untuk membentuk keluarga harmonis bukanlah perkara yang mudah, namun memerlukan proses yang panjang yang harus dipersiapkan dengan baik oleh suami maupun istri, salah satu caranya yaitu mengetahui dan menerima karakteristik suami ataupun istri yang ingin dinikahi dengan mencari persamaan dan perbedaan diantara keduanya. Islam memberikan empat tuntutan kepada laki-laki agar tujuan dilangsungkan pernikahannya yaitu keharmonisan dalam rumah tangga, antara lain adalah karena hartanya, kecantikannya, keturunannya, dan agamanya. Yang paling penting dari keempat tuntutan tersebut adalah agamanya. Karena jika agamanya bagus, otomatis akhlaknya juga bagus. Contohnya adalah jika suami marah istri dapat menahan diri, dan jika suami mengerjakan sesuatu yang bermanfaat maka istri mendukung. Jika wanita yang bertabiat sebaliknya harus dijauhi oleh siapapun yang ingin menikah. Sebab, mudharat yang ditimbulkan jauh lebih besar daripada manfaatnya. Ketentuan ini juga berlaku bagi istri yang ingin mencari pasangan agar tidak terjadi penyesalan dikemudian hari. Dalam membentuk keluarga yang harmonis, tingkah laku yang baik terhadap pasangan juga penting, sehingga harus dikerjakan dalam kehidupan sehari-hari seperti menjaga kehormatan dan harta suami, mengungkapkan rasa cinta yang tulus terhadap suami, jangan mengeluh dan mengumbar penderitaan secara sembarangan kepada orang lain, menghargai suami apapun keadaannya, berhemat dalam pengeluaran uang terhadap kebutuhan sehari-hari dengan menyesuaikan kebutuhan dan pendapatan sang suami, memaafkan segala kesalahankesalahan yang diperbuat suami, serta jangan mempercayai fitnah oranglain tentang kejelekan suami, hal ini adalah tingkah laku yang harus dijalankan oleh seorang istri. Sedangkan tingkah laku yang harus dilakukan seorang suami adalah merawat dan mencintai istri dengan sepenuh hati, jangan mencari-cari kesalahan istri dengan alasan yang tidak rasional, memberikan tauladan yang baik kepada istri, baik dalam perilaku, tutur kata, tindakan maupun dalam beribadah serta tidak meninggalkan istri terlalu lama, menunjukkan rasa terimakasih kepada istri, dan jangan memancing istri untuk cemburu. Ida Rosyidah dan Siti Nafsiah mengutip bahwa ada enam langkah untuk membangun sebuah keluarga yang harmonis yang dikatakan oleh Nick Stinnet dan John Defrain, yaitu: a. b. c. d. e. f. Melestarikan kehidupan beragama dalam keluarga. Meluangkan waktu yang cukup untuk bersama keluarga. Interaksi atau berkomunikasi sesama anggota keluarga sehingga menciptakan hubungan yang baik antara anggota keluarga. Menciptakan hubungan yang baik antara angora keluarga dengan saling menghargai. Persatuan dalam keluarga yang memperkuat bangunan rumah tangga. Berorientasi pada prioritas keutuhan rumah tangga terutama bila menghadapi krisis rumah tangga. Keharmonisan keluarga dapat tercapai jika terjadi keseimbangan dan kebersamaan dalam sebuah rumah tangga. Faktor Ketidakharmonisan Rumah Tangga Semua agama pasti mempunyai tujuan yang sama ketika dilangsungkannya pernikahan atau perkawinan, yaitu kehidupan keluarga yang harmonis, keluarga yang memberikan rasa aman, tentram dan damai dalam rumah tangga.keluarga yang memberikan hak serta memperhatikan tanggung jawab masing-masing anggota keluarga. Membangun keluarga yang harmonis adalah kewajiban anggota keluarga karena sejalan dengan fitrah manusia dengan mendapatkan perlindungan dan kedamaian. Keluarga yang harmonis menjadi dasar terciptanya masyarakat yang adil, jujur, dan damai. Namun, tidak semua orang dapat mencapai tujuan pernikahan tersebut. Ada beberapa faktor yang menyebabkan keluarga tidak harmonis tersebut, misalnya kedua pasangan tidak tahu bagaimana cara menjaga rasa cinta suami istri harus tetap terpatri erat, tidak tahu bagaimana mengembangkan cara yang benar dan baik dalam bergaul, tidak saling tolong menolong, membantu, serta berusaha menjauhi hal-hal yang dapat menyebabkan keretakan rumah tangga karena perbedaan pribadi, tidak tahu cara yang baik dalam bekerja sama, tidak ada suasana yang mengenang memori Bersama-sama dalam membangun benang kasih dan sayang sebelumnya, suami istri tidak tahu cara menjamin agar tercapainya kepuasan masing-masing terutama dalam hal seks. Suami istri tidak bersungguh-sungguh untuk memecahkan setiap problem yang terjadi, tidak saling memberikan kebebebasan. Jika hal yang telah disebutkan terjadi, maka keluarga yang harmonis tidak akan pernah tercapai dan perceraian lah yang akan terjadi. Selain faktor diatas, faktor lain yang dapat menghambat terciptanya keluarga yang harmonis yaitu, a. Ketergantungan suami istri terhadap kedua orangtuanya, sehingga tidak berani untuk mengambil Keputusan-keputusan didalam rumah tangganya tanpa bertanya atau meminta pendapat dan b. c. pertimbangan kedua orangtuanya terlebih dahulu atau meniru tindakan orangtuanya yang pernah dilihat dan dialaminya. Keluarga istri ataupun suami banyak mencampuri urusan anak yang sudah berumah tangga Sosial ekonomi. Daftar Pustaka Thohir, Umar Faruq, (2015), “KONSEP KELUARGA DALAM AL – QUR’AN; PENDEKATAN LINGUISTIK DALAM HUKUM PERKAWINAN ISLAM”, Institut Ilmu Keislaman Zainul Hasan Genggong, Probolinggo, Jurnal Studi Hukum Islam, Vol. 2, No. 1. Udayana, I Dewa Gede, (2015), “HUBUNGAN ANTARA PERILAKU MENOLONG DENGAN KONSEP DIRI PADA REMAJA AKHIR YANG MENJADI ANGOTA TIM BANTU MEDIS JANAR DUTA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS GAJAH UDAYANA”, Universitas Udayana, Jurnal Psikologi Udayana, Vol. 2, No. 2, 198 – 205. Rosmita, R., Fatimah Sahrah, & Nasaruddin, N. (2022). "Konsep Keluarga Sakinah dalam Al-Qur’an dan Implementasinya dalam Kehidupan Rumah Tangga". BUSTANUL FUQAHA: Jurnal Bidang Hukum Islam, 3(1), 68–80. https://doi.org/10.36701/bustanul.v3i1.523