MAKALAH PENGERTIAN, SEJARAH, DASAR HUKUM, SYARAT, RUKUN DAN KETENTUAN-KETENTUAN DARI ZAKAT, INFAQ, SEDEKAH DAN WAKAF Disusun oleh: ATUT YULIAWAN NIM: 20241012 PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM TERPADU YOGYAKARTA 2023 i PENDAHULUAN Prilaku terpuji adalah segala sikap ataupun perbuatan yang baik dengan ajaran islam. Prilaku terpuji sangat banyak sekali. Beberapa diantaranya yaitu zakat, infaq, sedekah dan wakaf. Dalam kehidupan sehari-hari kita tanpa sadar telah melakukan prilaku terpuji yaitu sedekah. Dan prilaku terpuji yang wajib dilakukan setiap muslim setiap tahunnya adalah zakat. Zakat merupakan salah satu rukun Islam dan menjadi salah satu unsur pokok bagi tiang syariat Islam. Oleh sebab itu, hukum menunaikan zakat adalah wajib bagi setiap muslim dan muslimah yang telah memenuhi syarat-syarat tertentu. Meninggalkan kewajiban zakat berarti meninggalkan salah satu rukun Islam, dosa besar bagi mereka yang meninggalkan. Bila rukun Islam, seperti membaca syahadat, sholat, puasadan haji memiliki hubungan langsung dengan Allah SWT. Zakat tidak saja memiliki hubungan langsung dengan Allah, tetapi juga memiliki hubungan dengan manusia secara sosiologis. Begitu pentingnya peran zakat dalam pembangunan masyarakat Islam. Infaq dan sedekah memiliki kesamaan arti namun sedikit berbeda. Infak dan sedekah ini dapat dilakukan sesuai dengan kemampuan kita dan tidak diwajibkan namun dianjurkan supaya mendapatkan pahala. Zakat, infaq, sedekah dan wakaf memiliki pengertian, sejarah, dasar hokum, syarat, rukun dan ketentuan-ketentuan yang berbeda dari masing-masing tersebut. ISI A. ZAKAT 1. Pengertian Tentang Zakat Menurut bahasa, kata “zakat” berarti tumbuh, berkembang, subur atau bertambah. Dalam Al-Quran dan hadits disebutkan, “Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah” (QS. Al-Baqarah[2]:276); “Ambilah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan menyucikan mereka” (QS. At-Taubah [9]: 103); “Sedekah tidak akan mengurangi harta” (HR. Tirmizi). Menurut istilah, dalam kitab al-Hawi, al-Mawardi mendefinisikan zakat dengan nama pengambilan tertentu dari harta yang tertentu, menurut sifat-sifat tertentu, dan untuk diberikan kepada golongan tertentu. 2. Sejarah Zakat Setiap umat muslim diwajibkan memberikan sedekah dari rezeki yang dikaruniakan Allah. Kewajiban ini tertulis di dalam Alquran. Pada awalnya, Alquran hanya memerintahkan untuk memberikan sedekah (pemberian yang sifatnya bebas, tidak wajib). Namun, pada kemudian hari, umat Islam diperintahkan untuk membayar zakat. Zakat menurut sebuah hadits ilmu dari percakapan Anas bin Malik dengan Dhamman bin Tsa'labah ditetapkan sebelum tahun ke-9 Hijriah/631 Masehi. Dikatakan ia wajib setelah hijrah Rasulullah ke Madinah. Dalil yang menjelaskan ini ialah hadits tentang zakat fitrah, riwayat Imam Ahmad dan Hakim, yang menyebut adanya zakat fitrah sebelum zakat mal, yang konsekuensinya ia ditetapkan setelah adanya perintah puasa. Nabi Muhammad melembagakan perintah zakat ini dengan menetapkan zakat bertingkat bagi mereka yang kaya untuk meringankan beban kehidupan mereka yang miskin. Sejak saat ini, zakat diterapkan dalam negara-negara Islam. Hal ini menunjukkan bahwa pada kemudian hari ada pengaturan pemberian zakat, khususnya mengenai jumlah zakat tersebut. Pada zaman khilafah, zakat dikumpulkan oleh pegawai negara dan didistribusikan kepada kelompok tertentu dari masyarakat. Kelompok itu adalah orang miskin, budak yang ingin membeli kebebasan mereka, orang yang terlilit hutang dan tidak mampu membayar. Syari'ah mengatur dengan lebih detail mengenai zakat dan bagaimana zakat itu harus dibayarkan. 3. Dasar Hukum Zakat Zakat sebagai salah satu rukun Islam yang lima memiliki rujukan atau landasan kuat berdasar Al-Quran dan al-Sunnah. Berikut ini adalah diantara dalil-dalil yang memperkuat kedudukannya, a. Al-Quran "Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana." (QS. At Taubah, 9 : 60) "Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana."(QS. At-Taubah, 9 : 71) "Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui."(QS. At-Taubah, 9 : 103) b. Dalil Sunah "Dari Abdullah bin Musa ia berkata, Khanzalah bin Abi Sofyan menceritakan kepada kami dari Ikrimah bin Khalid dari Ibnu Umar r.a, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda: Islam didirikan atas lima dasar yaitu: 1. 2. 3. 4. 5. Persaksian bahwa tiada tuhan selain Allah Menegakkan shalat Membayar zakat Menjalankan puasa ramadhan dan Melaksanakan ibadah haji bagi yang berkemampuan." "Dari Ibnu Abbas r.a, bahwa Rasulullah SAW ketika mengutus Muadz ke Yaman beliau berpesan: "Hai Muadz, engkau hendak mendatangi sekelompok kaum dari kalangan Ahli Kitab (di Yaman), maka mula-mula yang harus engkau lakukan adalah: Ajak mereka untuk bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah dan aku Muhammad adalah utusan-Nya; 1. Apabila mereka mentaati dan mengikuti engkau, maka beritahu kepada mereka bahwa Allah SWT telah mewajibkan atas mereka shalat lima kali sehari semalam; 2. Setelah itu jika mereka mengikuti perintahmu mendirikan shalat, beritahukan kepada mereka bahwa Allah telah mewajibkan atas mereka untuk membayar zakat yang diambil dan dihimpun dari orang-orang kaya diantara mereka lalu diserahkan atau didistribusikan kepada orang-orang miskin mereka; 3. Apabila mereka telah mentaati engkau, maka hendaklah engkau melindungi harta mereka; 4. Hendaklah engkau takut dan berhati-hati terhadap doa orang yang teraniaya, karena tidak ada penghalang antara doa orang yang teraniaya dengan Allah" c. Ijma Sepeninggal Nabi SAW dan tampuk pemerintahan dipegang Abu Bakar, timbul kemelut seputar keengganan membayar zakat sehingga terjadi peristiwa "perang riddah". Kebulatan tekad Abu Bakar sebagai khalifah terhadap penetapan kewajiban zakat didukung penuh oleh para sahabat yang kemudian menjadi ijma. 4. Syarat Zakat Secara umum syarat-syarat wajib zakat adalah sebagai berikut: a. Islam Ini berdasarkan perkataan Abu Bakar ash-Shiddiq r.a., "Ini adalah kewajiban sedekah (zakat) yang telah diwajibkan oleh Rasulullah SAW atas orang-orang Islam." Seorang muzakki dinyatakan muslim, dan tidak dikenakan kewajiban zakat bagi orang kafir. Ketentuan ini telah menjadi ijma di kalangan kaum muslimin, karena ibadah zakat tergolong upaya pembersihan bagi orang Islam. b. Merdeka Zakat tidak wajib atas budak meskipun budak mudabbar, muallaq, dan mukatab. Alasannya adalah kepemilikan mukatab lemah, dan yang lain (mudabbar dan muallaq) tidak mempunyai kepemilikan. Umar bin Khattab r.a. menegaskan: "Tiada zakat di dalam harta hamba sahaya, sampai ia bebas." c. Kepemilikan yang sempurna Maksudnya harta itu dimiliki secara penuh berada di dalam kekuasaannya dan dapat diapasajakan olehnya tanpa tersangkut dengan hak orang lain. Zakat tidak wajib pada harta yang tidak dimiliki secara sempurna, seperti harta yang didapat dari hutang, pinjaman ataupun titipan. d. Nisab Maksudnya jumlah harta yang dimiliki selain kebutuhan pokok (rumah, pakaian, kendaraan dan perhiasan yang dikenakan) telah melebihi batas minimal wajib zakat yaitu 91,92 gram emas 24 karat. Nisab adalah nama kadar tertentu dari harta yang wajib dizakati. Oleh karena itu harta yang tidak mencapai satu nisab tidak perlu dizakati. e. Haul Berdasarkan hadis, "Harta yang belum mencapai haul (satu tahun) tidak perlu / wajib dizakat." Hadis ini meskipun dhaif namun diperkuat beberapa atsar yang shahih, yaitu dari para khalifah yang empat dan shahabat yang lain. Oleh karena itu, harta yang belum genap sampai pada haul, meskipun sebentar, tidak perlu untuk dizakati. 5. Rukun dan Ketentuan-ketentuan Zakat Rukun zakat adalah hal-hal yang harus dilakukan ketika ingin berzakat. Berikut adalah rukun-rukun zakat. 1. Niat Ketika menunaikan zakat, hendaknya membaca niat untuk berzakat. Hal ini untuk mengingatkan kita bahwa kita berzakat semata-mata hanya untuk Allah SWT. a. Pemberi zakat Pemberi zakat, atau biasa disebut muzakki adalah orang yang berkewajiban untuk membayar zakat. Seperti yang sudah disebutkan di atas, syarat-syarat untuk orang pemberi zakat adalah Islam, merdeka, dewasa, tidak memiliki hutang dan memiliki harta yang cukup. Zakat hadir dalam Islam bukan hanya untuk mengatur sistem ekonomi, individu, msyarakat, dan negara. Namun juga menjadi penyambung kasih sayang antara si kaya dan si miskin seperti halnya yang dibahas pada buku Kekuatan Zakat yang mengupas segala hal tentang zakat termasuk dalil-dalil, cara perhitungan zakat, waktu pembayaran, dan masih banyak lagi. b. Penerima zakat Penerima zakat biasa disebut dengan mustahik. Mustahik ini adalah orangorang yang berhak menerima zakat. Di dalam Al-Quran surat At-taubah ayat 60, disebutkan delapan kategori atau golongan orang-orang yang memenuhi syarat untuk mendapatkan manfaat dari zakat. ن َ ِم صل ِ اىم لَوِ ِلروِوم ماص ِِ متصل مَْل ِاَ ِم متصل مع َ ِِ متصف صِبَ مََّ صل َ َِ ِي ر ِ َّصلاَم ْ َِ ي ِي قم ِا م مَّه ِنَمم متقِي م ِ َّن ِرَمم معرمَ ملَّ متصل َِ مْلَوم ِِ َِرِقفِ ِلل متقِد ِ لِِ ِنمم متصلو َِِ مع ِر ِِ ميت ر ٌل مْ ِاَ ٌل ر “Sesungguhnya zakat itu hanyalah untuk orang-orang fakir, orang miskin, amil zakat, yang dilunakkan hatinya (mualaf), untuk (memerdekakan) hamba sahaya, untuk (membebaskan) orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk orang yang sedang dalam perjalanan, sebagai kewajiban dari Allah. Allah Maha Mengetahui, Maha Bijaksana.” Orang yang hidup tanpa mata pencahariaan, orang yang tidak bisa memenuhi kebutuhan pokoknya, orang yang mengumpulkan zakat, orang yang baru saja masuk islam, orang yang bebas dari perbudakan melalui akad, orang yang memiliki hutang yang sangat besar, orang yang berperang di jalan Allah SWT, orang yang dalam perjalanan atau pengelana yang terlantar, adalah orang-orang yang wajib menerima zakat atau mustahik. 2. Harta yang dizakatkan Berikut adalah harta-harta yang yang wajib dizakatkan dalam zakat mal: a. Emas dan Perak adalah logam mulia. Islam menggangap logam mulia seperti emas dan perak sebagai harta yang dapat berkembang. Cek, deposito, saham atau surat berharga lainnya termasuk dalam kategori emas dan perak yang bisa dizakatkan. Rumah, tanah, kendaraan, juga termasuk kategori emas dan perak yang bisa dizakatkan. b. Binatang Ternak yang wajib untuk dizakatkan adalah hewan-hewan ternak yang besar seperti sapi, kambing, kerbau, unta, ayam. c. Hasil Pertanian yang wajib dizakatkan adalah hasil tumbuh-tumbuhan yang memiliki nilai ekonomis. Hasil pertanian yang bisa dizakatkan adalah adalah umbi-umbian, sayuran, buah-buahan, tanaman hias dan lain-lain. d. Harta Perniagaan adalah semua yang digunakan dalam jual-beli. Contoh dari harta perniagaan adalah alat-alat, perhiasan, pakaian. Perniagaan atau perdagangan yang dilakukan bisa melalui perorangan atau perusahaan besar. e. kekayaan Laut dan hasil pertambangan adalah benda-benda yang berasal dari dalam perut bumi dan bisa juga dizakatkan karena memiliki nilai ekonomis. Hasil-hasil dari perut bumi itu meliputi minyak bumi, tembaga, timah, batubara. Kekayaan laut yang bisa dizakatkan yaitu mutiara, dan ambar. f. Rikaz adalah harta yang sudah terpendam lama sejak zaman dahulu. Salah satu contoh rikaz atau harta terpendam adalah harta karun. Harta rikaz yang ditemukan tentunya tidak boleh ada pemiliknya maka baru boleh dizakatkan. Untuk zakat fitrah bisa berupa uang, beras, kurma atau gandum dengan berat 2.5 kg. Ada delapan pihak yang berhak menerima zakat, tertera dalam Surah at-Taubah ayat 60 yakni: Fakir - Mereka yang hampir tidak memiliki apa-apa sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan pokok hidup. Menurut Buya Hamka, kata fakir berasal dari makna "membungkuk tulang punggung", satu sebutan buat orang yang telah bungkuk memikul beban berat kehidupan. Miskin - Mereka yang memiliki harta namun tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar untuk hidup. Secara kebahasaan, orang miskin berasal dari kata َ ِاق ٌك ِ (sukūn), artinya tidak ada perubahan pada hidupnya, tetap saja begitu, menahan penderitaan hidup. Amil - Mereka yang mengumpulkan dan membagikan zakat. Tentu saja dalam memungut zakat ini, ada para petugas yang mengambilnya. Mereka juga berhak terhadap zakat. Namun begitu, Buya Hamka memberi catatan, bahwa jika si pengurus atau pegawai mengambil sebagian hartanya yang telah dipungut untuk dirinya sendiri, ِ ). Karenanya menurut beliau, boleh saja ini dijatuhkan kepada korupsi/ghulūl (ٌرِق ٌل mengadakan kepanitiaan dalam rangka pemungutan zakat. Mu'allaf - Mereka yang baru masuk Islam dan membutuhkan bantuan untuk menyesuaikan diri dengan keadaan barunya. Hamba sahaya - Budak yang ingin memerdekakan dirinya. Gharimin - Mereka yang berhutang untuk kebutuhan yang halal dan tidak sanggup untuk memenuhinya. Fisabilillah - Mereka yang berjuang di jalan Allah misal: dakwah, perang dan sebagainya. Ibnus Sabil - Mereka yang kehabisan biaya di perjalanan. Orang yang haram menerima zakat Orang kaya dan orang yang masih memiliki tenaga Hamba sahaya yang masih mendapat nafkah atau tanggungan dari tuannya. Keturunan Nabi Muhammad (ahlul bait). Orang yang dalam tanggungan dari orang yang berzakat, misalnya anak dan istri. B. INFAQ 1. Pengertian Tentang Infaq Adapun kata infak sebagian ahli fikih berpendapat bahwa infak adalah segala macam bentuk pengeluaran (pembelanjaan), baik untuk kepentingan pribadi, keluarga, maupun yang lainnya. Infak berarti mengeluarkan sebagian harta untuk kepentingan yang diperintahkan ajaran Islam. Jika zakat ada nisabnya, Infak tak mengenal nishab.Infak dikeluarkan oleh setiap orang yang beriman baik dalam keadaan lapang maupun dalam keadaan sempit (Qs. Ali Imran: 143). Infak boleh diberikan kepada siapapun, misalnya untuk kedua orang tua, anak yatim dan sebagainya.(QS 2:215) 2. Sejarah Infaq Sejarah atau awal mula adanya infaq berkaitan dengan tiga karakter utama orang yang bertakwa. Tiga karakter tersebut meliputi orang yang mudah memberi maaf, mampu menahan amarah, dan gemar bersedekah atau ber-infaq. Hal ini berdasarkan Q.S Ali Imran Ayat 134, yang menjadi acuan dalam membentuk seorang muslim yang saleh. Adapun arti dari ayat tersebut adalah sebagai berikut: “(Yakni) orang-orang yang mendermakan harta bendanya, baik di waktu lapang atau sempit, dan orang-orang yang mengontrol emosinya dan mudah memaafkan kesalahan orang lain. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebaikan.” Dari ayat tersebut, karakter yang disebutkan pertama adalah gemar bersedekah. Seorang muslim yang bertaqwa, tentunya akan terdorong untuk ber-infaq dalam keadaan apapun. Adapun infaq yang besar pahalanya adalah saat dalam keadaan yang benar – benar sehat. 3. Dasar Hukum Infaq Sebagaimana kita yakini bahwa semua rizki dan harta yang diberikan Allah SWT kepada kita adalah amanah yang harus dijaga sekaligus merupakan ujian (Q.S. 8:28). Rizki dan harta bisa menjadikan kita lupa kepada Sang Pencipta dan bisa membuat kita rugi dunia dan akhirat (Q.S. 63:9). Tetapi rizki dan harta juga bisa menghantarkan kita ke surga jika kita mensyukuri dan membelanjakannya di jalan Allah (Q.S. 14:7). Salah satu jalan mensyukuri rizki adalah dengan mengeluarkan infak. “Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh butir, pada tiap-tiap butir seratus biji. Allah melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (Q.S Ali-Baqarah: 261). Infak adalah suatu kewajiban yang harus tetap dilakukan dalam keadaan apapun. Dalam keadaan senang maupun susah, dalam keadaan lapang maupun sempit. Allah berfirman: “(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang, Allah menyukai orang-orang berbuat kebajikan.”(Q.S Ali-Imran 134) Jika umat Islam sudah melaksanakan kewajiban infak serta dana yang terhimpun dikelola secara baik dan bertanggungjawab, maka banyak persoalan sosial dan keummatan bias diatasi. 4. Syarat Infaq a. Berinfak dengan Tujuan Mencari Ridha Allah Swt. b. Berinfak tanpa Disertai Celaan dan Umpatan c. Berinfak dengan harta sendiri, harta yang halal dan baik, dengan harta yang disukai. d. Berinfak sesuai dengan kemampuan, tidak boros dan tidak kikir 5. Rukun dan Ketentuan-ketentuan Infaq Berikut ini beberapa rukun infaq yang perlu Anda ketahui: Pemberi infaq (munfiq) Penerima infaq (munfiq lahu) Barang yang diinfaqkan . Penyerahan (Ijab Qabul) Keempat elemen dalam rukun tersebut harus hadir dalam proses penyaluran harta dan kegiatan ini akan dianggap sah jika harta yang disalurkan sudah diterima dengan baik oleh pihak penerima. Selain itu, pihak pemberi juga tidak bisa kembali menganulir atau meminta kembali barang dan harta yang sudah disalurkan kepada penerima. C. SHODAQOH 1. Pengertian Tentang Shodaqoh kata sedekah adalah segala bentuk pembelanjaan (infak) di jalan Allah. sedekah jika ditinjau dari segi terminology syari’at, pengertian sedekah sama dengan infak termasuk juga ketentuan dan hukumnya. Hanya saja, sedekah memiliki arti luas, tak hanya menyangkut hal uang namun juga yang bersifat non materil. Hadits Imam Muslim dari Abu Dzar, Rasulullah menyatakan bahwa jika tak mampu bersedekah dengan harta maka membaca tasbih, takbir, tahmid, tahlil dan melakukan amar ma’ruf nahi munkar adalah sedekah. 2. Sejarah Shodaqoh a. Sejarah Sedekah dari Zaman ke Zaman Tak hanya materi, sedekah memiliki cakupan yang luas. Bentuk sedekah juga bisa berupa nonmateri, seperti membantu orang lain, berbicara dengan baik, berlaku adil kepada orang yang berselisih, hingga melangkah ke tempat ibadah. Nah, berikut ini kisah tentang perjalanan sedekah yang telah dilakukan umat muslim mulai dari zaman nabi hingga sekarang. b. Kisah sedekah yang menunda kematian Bermula ketika salah satu murid Nabi Ibrahim mendatangi beliau lalu menceritakan bahwa dirinya akan menikah esok hari. Setelah berbincang dan muridnya pergi, malaikat maut mendatangi Nabi Ibrahim seraya bertanya tentang pemuda yang baru saja mendatanginya. Nabi Ibrahim pun menjelaskan bahwa pemuda tadi adalah satu muridnya yang akan menikah besok. Tanpa diduga, malaikat maut menyampaikan pesan bahwa umur muridnya tak akan sampai besok pagi. Mendengar hal itu, Nabi Ibrahim bergerak dan ingin memberi tahu sang murid agar menyegerakan pernikahannnya malam ini. Namun di tengah perjalanan, langkahnya terhenti. Beliau memilih agar kematian tetap menjadi rahasia Allah. Keesokan paginya, Nabi Ibrahim terkejut karena mengetahui muridnya melangsungkan pernikahan dalam keadaan sehat. Meski begitu, beliau tetap diam dan turut berbahagia menyaksikan pernikahan sang murid. Nabi Ibrahim melihat anak muda ini panjang umur hingga berumur 70. Ia pun bertemu kembali dengan malaikat maut dan bertanya apakah dirinya berbohong saat menyampaikan bahwa sang murid tak akan hidup sampai besok pagi. Malaikat maut menjawab, bahwa Allah menahannya untuk mencabut nyawa anak muda tersebut. Karena penasaran, Nabi Ibrahim kembali bertanya, “Apa yang membuat Allah menunda kematiannya?” Malaikat maut menjelaskan bahwa di malam sebelum menikah, muridnya telah menyedekahkan separuh dari hartanya. Sebab itulah, Nabi Ibrahim tetap bisa melihat anak muda itu hingga umur 70. c. Kisah orang kikir yang masuk surga karena sedekah pedang Kisah ini terjadi di zaman Nabi Isa. Kala itu, ada seseorang yang terkenal kikir nan pelit bernama Mal’un. Suatu hari, seorang pemuda yang akan berjihad di jalan Allah menghadap Mal’un lalu meminta dengan halus agar memberinya pedang untuk berperang. Mal’un hanya diam sampai akhirnya pemuda tersebut pergi. Merasa menyesal, Mal’un segera menyusul si pemuda yang ternyata berada tak jauh dari rumahnya kemudian memberi pedang miliknya. Sekembalinya dari medan perang, pemuda saleh tadi bertemu dengan Nabi Isa yang sedang berjalan bersama seorang ahli ibadah. Nabi Isa menegurnya dan menanyakan bagaimana ia mendapatkan pedang tersebut. Lalu, pemuda itu menjawab bahwa pedang itu diperoleh dari Mal’un. Nabi Isa merasa senang karena orang yang terkenal sangan kikir tersebut akhirnya memberi sesuatu. Ketika itu Mal’un mengetahui bahwa pemudah saleh, Nabi Isa, dan seorang ahli ibadah sedang berbincang tak jauh dari rumahnya. Melihat hal tersebut, ia mempersilakan mereka untuk masuk ke rumah. Tiba-tiba, sang ahli ibadah menolak serta berkata “Aku akan pergi sebelum terbakar api”. Setelah itu, turunlah wahyu dari Allah kepada Nabi Isa yang menerangkan bahwa Allah telah mengampuni dosa Mal’un berkat sedekah pedangnya. Ia juga akan masuk surga dan berkawan dengan sang ahli ibadah. Medengar wahyu yang disampaikan oleh Nabi Isa, sang ahli ibadah berkata bahwa ia tak sudi berkawan dengan Mal’un di surga. Kemudian, turun wahyu sekali lagi kepada Nabi Isa yang menyatakan bahwa ahli ibadah itu akan masuk neraka akibat menolak keputusan Allah dan menghina orang. d. Kisah sedekah pada zaman sekarang Kali ini, cerita diambil dari para penggiat sedekah air di Indonesia yang merupakan pelopor penyedia sarana air bersih untuk masyarakat yang membutuhkan. Mengapa bersedekah dengan air? Bagi mereka, air merupakan elemen terpenting agar bisa mempertahankan kehidupan. Terlebih, sebanyak 13% penduduk Indonesia masih belum mendapatkan akses air bersih. Dimulai sejak tahun 2013, program sedekah air telah dilakukan di beberapa daerah dengan agenda konservasi air, filter air, distribusi air bersih, serta pembuatan sumur bor di sekolah dan tempat ibadah. Hingga saat ini, setidaknya sudah 40 acara telah dibuat oleh penggiat sedekah air di sejumlah wilayah di Indonesia. Salah satu programnya yaitu melakukan sedekah kepada SMPN 2 Ridogalih Cibarusah berupa fasilitas sanitasi air bersih untuk MCK yang sebelumnya hanya mengandalkan tampungan air hujan. Sayangnya, untuk saat ini, program tersebut dinyatakan gagal akibat susahnya menemukan titik air di kawasan SMPN 2 Ridogalih Cibarusah. Di luar itu, masih banyak program-program lain yang berhasil dijalankan oleh penggiat sedekah air. Satu di antaranya yakni memberikan filter air kepada Pondok Pesantren Al Azkia, Muncang, Banten. e. Sedekah untuk akhirat Di antara semua sedekah yang pernah Anda lakukan, ikhlas merupakan modal utama. Ikhlas berarti melakukan sesuatu hanya karena Allah tanpa mengharapkan pujian dari orang lain. Ikhlas juga salah satu bentuk sedekah yang ringan dan mudah dikerjakan. Jika setiap amalan tidak dimurnikan semata-mata hanya karena Allah, kelak, ibadah tersebut akan sia-sia. 3. Dasar Hukum Shodaqoh Islam memerintahkan umatnya untuk saling membantu dan saling menolong antar sesama. Salah satunya dengan infak dan sedekah, antara lain melalui ayat Al-Quran dan hadit ssebagai berikut: “Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah (Al-Quran) dan melaksanakan shalat dan menginfakkan sebagian rejeki yang kami anugerahkan kepadanya dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka mengharapkan perdagangan yang tidak akan merugi”. (QS 35:29) “….yaitu orang yang berinfak baik diwaktu lapang maupun sempit”. (QS AlImran:134). “Setiap ruas jari-jari yang pada manusia itu bias memberikan sedekah pada setiap hari yang diterbiti matahari. Berbuat adil diantara dua orang yang berselisih adalah sedekah. Setiap langkah yang diayunkan untuk pergi shalat adalah sedekah. Dan menyingkirkan sesuatu yang dapat mengganggu dijalan adalah sedekah. (HR Bukhari dan Muslim). Para jumhur mufasir dan ulama kontemporer juga menyepakati suatu kondisi sosial yang mewajibkan orang untuk peduli. Pada banyak riwayat dikatakan bahwa infak dan sedekah bukan mengurangi harta, bahkan sebaliknya, menjadi banyak dan berkah. Dalam hal lain juga disampaikan bahwa infak dan sedekah dapat menghindarkan orang dari bala dan kesempitan. 4. Syarat Shodaqoh Inilah beberapa syarat dari sedekah berdasarkan ajaran Islam yang harus diperhatikan dan dilakukan agar sedekah yang sudah dikeluarkan lebih diridhoi oleh Allah SWT. Bersedekah dengan Mengetahui Ilmu Sedekah Bersedekah dengan Ikhlas Tanpa Berharap Imbalan Sedekah Harus dilakukan Secara Diam Diam Tanpa Ada yang Tahu 5. Rukun dan Ketentuan-ketentuan Shodaqoh Saat melakukannya harus memperhatikan beberapa hal diantaranya adalah rukun dari sedekah tersebut. Di bawah ini beberapa rukun dari sedekah yang harus diperhatikan dan dilakukan. Ciri Orang yang Memberi Ciri Orang yang Berhak Mendapatkan Sedekah Adanya Ijab serta Qabul Barang yang Akan Diberikan Hal-hal yang Dapat Merusak Pahala Sedekah Terdapat beberapa hal yang bisa merusak pahala dari sedekah yang sudah dilakukan. Salah satunya adalah orang yang memberikan sedekah tersebut adalah orang orang yang termasuk dalam kategori anak anak, tidak sehat secara rohani, dan orang yang sedang mengalami gangguan jiwa. Selain itu ada beberapa hal lainnya yang dapat merusak pahala dari sedekah yang sudah diterima sebelumnya, diantaranya sebagai berikut. Menyinggung Ataupun Menyakiti Hati Orang Yang Menerima Menunjukkan Sifat Riya’ Barang yang Disedehkahkan adalah barang yang Tidak Layak Tidak Memiliki Keikhlasan D. WAKAF 1. Pengertian Tentang Wakaf Kata “Wakaf” atau”Wact” berasal dari bahasa Arab “Waqafa”. Asal kata “Wakafa” berarti “menahan” atau “berhenti” atau “diam” di tempat” atau tetap berdidi”. Kata “Wakafa-Yaqufu-Waqfan” sama artinya “Habas-Yahbisu-Tahbisan”. 1 Kata al-Waqf dalam bahasa Arab mengandung beberapa pengertian. Artinya : Menahan, menahan harta untuk diwakafkan, tidak dipindahmilikkan. Menurut Istilah Ahli Fiqih Para ahli fiqih berbeda dalam mendefinisikan wakaf menuru istilah, sehingga mereka berbeda dalam memandang hakikat wakaf itu sendiri. Berbagai pandangan tentang wakaf menurut istilah sebagai berikut : 1) Abu Hanifah Wakaf adalah menahan suatu benda yang menurut hukum, tetap di wakif dalam rangka mempergunakan manfaatnya untuk kebajikan. Berdasarkan definisi itu maka pemilikan harta wakaf tidak lepas dari si wakif, bahkan ia dibenarkan menariknya kembali dan ia boleh menjualnya. Jika si wakif wafat, harta tersebut menjadi harta warisan buat ahli warisnya. Jadi yang timbul dari wakaf hanyalah “menyumbangkan manfaat”. Karena itu mazhab Hanafi mendefinisikan wakaf adalah : “Tidak melakukan suatu tindakan atas suatu benda, yang berstatus tetap sebagai hak milik, dengan menyedekahkan manfaatnya kepada suatu pihak kebajikan (sosial), baik sekarang maupun akan datang”. 2) Mazhaf Maliki Mazhab Maliki berpendapat bahwa wakaf itu tidak melepaskan harta yang diwakafkan dari kepemilikan wakif, namun wakat tersebut mencegah wakif melakukan tindakan yang dapat melepaskan kepemilikannya atas harta tersebut kepada yang lain dan wakif berkewajiban menyedekahkan manfaatnya serta tidak boleh menarik kembali wakafnya. Perbuatan si wakif menjadi menfaat hartanya untuk digunakan oleh mustahiq (penerima wakaf), walaupun yang dimilikinya itu berbentu upah, atau menjadikan hasilnya untuk dapat digunakan seperti mewakafkan uang. Wakaf dilakukan dengan mengucapkan lafadz wakaf untuk masa tertentu susuai dengan keinginan pemilik. Dengan kata lain, pemilik harta menahan benda itu dari penggunaan secara pemelikan, tetapi membolehkan pemanfaatan hasilnya untuk tujuan kebaikan, yaitu memberikan manfaat benda secara wajar sedang itu tetap menjadi milik si wakif. Perwakafan itu berlaku untuk suatu masa tertentu, dan karenanya tidak boleh disyaratkan sebagai wakaf kekal (selamanya). 3) Mazhab Syafi’I dan Ahmad bin Hambal Syafi’I dan Ahmad berpendapat bahwa wakaf adalah melepaskan harta yang diwakafkan dari kepemilikan wakif, setelah sempurna prosedur perwakafan. Wakif tidak boleh melakukan apa saja terhadap harta yang diwakafkan, seperti : perlakuan pemilik dengan cara pemilikannya kepada yang lain, baik dengan tukaran atau tidak. Jika wakif wakaf, hart yang diwakafkan tersebut tidak dapat diwarisi oleh warisnya. Wakif menyalurkan menfaat harta yang diwakafkannnya kepada mauquf’alaih (yang diberi wakaf) sebagai sedekah yang mengikat, dimana wakif tidak dapat melarang penyaluran sumbangannya tersebut. Apabila wakif melarangnya, maka Qadli berhak memaksa agar memberikannya kepada mauquf’alaih. Karena itu mazhab Syafi’i mendefinisikan wakaf adalah : “tidak melakukan suatu tindakan atas suatu benda, yang berstatus sebagai milik Allah SWT, dengan menyedekahkan manfaatnya kepada suatu kebajikan (sosial)” 4) Mazhab Lain Mazhab Lain sama dengan mazhab ketiga, namun berbeda dari segi kepemilikan atas benda yang diwakafkan yaitu menjadi milik mauquf’alaih(yang diberi wakaf), meskipun mauquf’alaih tidak berhak melakukan suatu tindakan atas benda wakaf tersebut, baik menjual atau menghibahkannya. 2. Sejarah Wakaf Dalam sejarah Islam, wakaf dikenal sejak masa Rasulullah SAW karena wakaf disyariatkan setelah Nabi hijrah ke Madinah pada tahun kedua Hijriyah. Ada dua pendapat yang berkembang di kalangan ahli yurisprudensi Islam (fuqaha) tentang siapa yang pertama kali melaksanakan syariat wakaf. Menurut sebagian ulama, yang pertama kali melaksanakan wakaf adalah Rasulullah SAW, yakni mewakafkan tanah milik Nabi SAW untuk dibangun masjid. Pendapat ini berdasarkan hadis yang diriwayatkan dari Umar bin Syabah, dari Umar bin Sa’ad bin Muad berkata, Kami bertanya tentang mula-mula wakaf dalam Islam? Orang Muhajirin mengatakan adalah wakaf Umar, sedangkan orang- orang Ansor mengatakan adalah wakaf Rasulullah SAW. Pendapat sebagian ulama yang mengatakan bahwa Sayyidina Umar adalah orang pertama yang melaksanakan syariat wakaf berdasar pada hadis yang diriwayatkan Ibnu Umar yang berkata, Bahwa sahabat Umar RA, memperoleh sebidang tanah di Khaibar, kemudian Umar RA, menghadap Rasulullah SAW untuk meminta petunjuk, umar berkata: ‘Hai Rasulullah SAW, saya mendapat sebidang tanah di Khaibar, saya belum mendapat harta sebaik itu, maka apakah yang engkau perintahkan kepadaku?’ Rasulullah SAW bersabda: Bila engkau suka, kau tahan (pokoknya) tanah itu, dan engkau sedekahkan (hasilnya), tidak dijual, tidak dihibahkan, dan tidak diwariskan. Ibnu Umar berkata lagi: Umar menyedekahkannya (hasil pengelolaan tanah) kepada orang-orang fakir, kaum kerabat, hamba sahaya, sabilillah Ibnu sabil, dan tamu, dan tidak dilarang bagi yang mengelola (nazhir) wakaf makan dari hasilnya dengan cara yang baik (sepantasnya) atau memberi makan orang lain dengan tidak bermaksud menumpuk harta. Selain Umar, Rasulullah juga mewakafkan tujuh kebun kurma di Madinah di antaranya ialah kebun A’raf Shafiyah, Dalal, Barqah, dan lainnya. Nabi juga mewakafkan perkebunan Mukhairik, yang telah menjadi milik beliau setelah terbunuhnya Mukhairik ketika Perang Uhud. Beliau menyisihkan sebagian keuntungan dari perkebunan itu untuk memberi nafkah keluarganya selama satu tahun, sedangkan sisanya untuk membeli kuda perang, senjata dan untuk kepentingan kaum Muslimin. Mayoritas ahli fikih mengatakan bahwa peristiwa ini disebut wakaf. 3. Dasar Hukum Wakaf Menurut Al-Quran Secara umum tidak terdapat ayat al-Quran yang menerangkan konsep wakaf secara jelas. Oleh karena wakaf termasuk infaq fi sabilillah, maka dasar yang digunakan para ulama dalam menerangkan konsep wakaf ini didasarkan pada keumuman ayat-ayat al-Quran yang menjelaskan tentang infaq fi sabilillah. Di antara ayat-ayat tersebut antara lain: “Hai orang-orang yang beriman! Nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari hasil usaha kamu yang baik-baik, dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu.” (Q.S. al-Baqarah (2): 267) “Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna) sebelum kamu menafkahkan sebagian dari apa yang kamu cintai.” (Q.S. Ali Imran (3): 92) “Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir. Pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi sesiapa yang Dia kehendaki, dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (Q.S. al-Baqarah (2): 261) Ayat-ayat tersebut di atas menjelaskan tentang anjuran untuk menginfakkan harta yang diperoleh untuk mendapatkan pahala dan kebaikan. Di samping itu, ayat 261 surat al-Baqarah telah menyebutkan pahala yang berlipat ganda yang akan diperoleh orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah. Menurut Hadis Di antara hadis yang menjadi dasar dan dalil wakaf adalah hadis yang menceritakan tentang kisah Umar bin al-Khaththab ketika memperoleh tanah di Khaibar. Setelah ia meminta petunjuk Nabi tentang tanah tersebut, Nabi menganjurkan untuk menahan asal tanah dan menyedekahkan hasilnya. Hadis tentang hal ini secara lengkap adalah; “Umar memperoleh tanah di Khaibar, lalu dia bertanya kepada Nabi dengan berkata; Wahai Rasulullah, saya telah memperoleh tanah di Khaibar yang nilainya tinggi dan tidak pernah saya peroleh yang lebih tinggi nilainya dari padanya. Apa yang baginda perintahkan kepada saya untuk melakukannya? Sabda Rasulullah: “Kalau kamu mau, tahan sumbernya dan sedekahkan manfaat atau faedahnya.” Lalu Umar menyedekahkannya, ia tidak boleh dijual, diberikan, atau dijadikan wariskan. Umar menyedekahkan kepada fakir miskin, untuk keluarga, untuk memerdekakan budak, untuk orang yang berperang di jalan Allah, orang musafir dan para tamu. Bagaimanapun ia boleh digunakan dengan cara yang sesuai oleh pihak yang mengurusnya, seperti memakan atau memberi makan kawan tanpa menjadikannya sebagai sumber pendapatan.” Hadis lain yang menjelaskan wakaf adalah hadis yang diceritakan oleh imam Muslim dari Abu Hurairah. Nas hadis tersebut adalah; “Apabila seorang manusia itu meninggal dunia, maka terputuslah amal perbuatannya kecuali dari tiga sumber, yaitu sedekah jariah (wakaf), ilmu pengetahuan yang bisa diambil manfaatnya, dan anak soleh yang mendoakannya.” Selain dasar dari al-Quran dan Hadis di atas, para ulama sepakat (ijma’) menerima wakaf sebagai satu amal jariah yang disyariatkan dalam Islam. Tidak ada orang yang dapat menafikan dan menolak amalan wakaf dalam Islam karena wakaf telah menjadi amalan yang senantiasa dijalankan dan diamalkan oleh para sahabat Nabi dan kaum Muslimim sejak masa awal Islam hingga sekarang. 4. Syarat Wakaf Sesuai UU Nomor. 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf, Terdapat enam syarat wakaf yang harus dipenuhi agar wakaf bisa dilaksanakan, yaitu: (1) (2) (3) (4) Wakif atau orang yang mewakafkan harta Nazhir atau orang yang akan bertanggung jawab mengelola harta wakaf tersebut. Harta Benda Wakaf atau harta yang diwakafkan Ikrar wakaf untuk kehendak mewakafkan sebagian harta bendanya demi kepentingan orang banyak (5) Peruntukan harta benda wakaf atas harta yang tersedia (6) Jangka waktu wakaf. 5. Rukun dan Ketentuan-ketentuan Wakaf Melansir Panduan Muslim Sehari-hari karya DR. KH. M. Hamdan Rasyid, MA dan Saiful Hadi El-Suth, ada empat rukun wakaf yang perlu diketahui. Keempatnya adalah sebagai berikut. 1. Pewakaf (waqif) Waqif harus termasuk dalam orang yang sudah baligh, berakal sehat, dan pemilik sah atas barang yang diwakafkan. Sekaligus, tidak terdapat paksaan ketika mewakafkan dan tidak ada larangan baginya untuk mewakafkan harta tersebut. 2. Harta yang diwakafkan (mauquf) Barang yang dapat diwakafkan adalah barang yang kepemilikannya sah dan halal. Baik yang dapat dipindahkan seperti, buku, kendaraan, dan lainnya maupun yang tidak dapat dipindahkan seperti, tanah atau rumah. 3. Penerima wakaf (mauquf 'alaih) Penerima perorangan harus disebutkan namanya. Namun, bila tidak disebutkan maka harta wakaf diserahkan kepada para fakir miskin. Penerima wakaf juga tidak memiliki kepemilikan pribadi pada harta kecuali pemanfaatannya saja. 4. Pernyataan wakaf (sighat) Sighat ini wajib dilakukan oleh pihak yang mewakafkan. Sebagian ulama juga berpendapat, sighat dapat dinyatakan dalam bentuk lafaz atau ucapan maupun tulisan dari si pewakaf. Sebaik-baiknya, pengikraran wakaf disaksikan oleh sekurang-kurangnya di hadapan dua saksi. Bahkan lebih baik lagi bila ada di hadapan notaris dan disertifikatkan. PENUTUP KESIMPULAN Prilaku terpuji yang dapat dilaksanakan dan salah satunya termasuk dalam rukun islam yaitu zakat dan yang lainya infaq, sedekah dan wakaf. Amalan yang termasuk dalam hukum wajib adalah zakat setiap tahunnya. Sedangkan infaq, sedekah dan wakaf termasuk dalam Sunnah muakkad apabila dikerjakan akan mendapatkan pahala dan apabila tidak dikerjakan tidak akan mendapatkan dosa. Adapun syarat dan rukun dari zakat, infaq, sedekah dan wakaf itu berbeda-beda. DAFTAR PUSTAKA: https://www.tamzis.id/page/21-zakat-infaq-sedekah-dan-wakaf https://id.wikipedia.org/wiki/Zakat https://kabsemarang.baznas.org/laman-29-dasar-hukum-dan-syarat-wajibzakat.html#:~:text=Harta%20yang%20wajib%20dizakati%20haruslah,keluarkan%20dari%20bu mi%20untuk%20kamu. PENGERTIAN MANAGEMENT: Manajemen adalah proses pengorganisasian, pengaturan, pengelolaan SDM, sampai dengan pengendalian agar bisa mencapai tujuan dari suatu kegiatan. Manajemen sangat diperlukan untuk kebutuhan pribadi maupun bisnis. Didalam sehari-hari kita sudah melaksanakan majemen yaitu dalam mengatur keuangan, management anak dll.