Uploaded by Muhamad Aziz

1366010522EtikaMoraldanAkhlak JurnalLenteraLPPMAlmuslimBireu

advertisement
ETIKA, MORAL DAN AKHLAK
Al Mawardi. MS
Dosen Pendidikan Agama Islam pada Politeknik Negeri Lhokseumawe
ABSTRACT
Akhlak is attitude or behavior that did by someone with unintentionally and done by again and again. That
conduct sometimes gets well character and at odd moments also vice. In Islam, akhlak has to domicile that so
sentral as aqidah's supporter and syariah. Aqidah as base as Islam and syariah as ruling as in connection
with Allah and creature won't walk properly if not supported by akhlak its self. In scholarly treasury,
available difference among behavior with ethic and moral. Review good and evil terminological behavior be
base dogma, meanwhile reviews good and evil terminological ethic be logic. So even with moral, review it is
up on tradition, custom and culture.
Key word: Akhlak, Ethic and Moral
ilmu-ilmu
I. PENDAHULUAN
lainnya,
dan
bagaimana
cara
Dewasa ini, telah muncul gejala yang
menciptakan manusia yang berbudaya dalam arti
kurang baik yang menimbulkan kegoncangan
beretika, bermoral dan berakhlak? Menjawab
dalam kehidupan
sejumlah
keluarga,
masyarakat
dan
rumusan
ini,
penulis
mencoba
bangsa, diantaranya adalah kenakalan remaja,
merekonstruksi dan mengkaji berbagai pemikiran
tauran, korupsi oleh para pejabat negara. Salah
para pakar dan ulama, dan membuat suatu tulisan
satu faktor penyebab timbulnya kenakalan remaja,
yang berjudul “Etika, Moral dan Akhlak.”
karena kurangnya perhatian orang tua terhadap
anak, utamanya pembinaan akhlak. Pembinaan
II. PEMBAHASAN
akhlak adalah mutiara hidup yang membedakan
2.1. Pengertian Etika, Moral dan Akhlak
makhluk manusia dan makhluk hewani. Manusia
Etika adalah suatu ilmu yang mengkaji
tanpa akhlak akan hilang derajat kemanusiaannya
tentang persoalan baik dan buruk berdasarkan akal
sebagai mahkluk mulia, sesuai dengan fitrah, dan
pikiran manusia. (Daud Ali, 2008)
yang memiliki peran sebagai hamba dan khalifah
moral adalah suatu hal yang berkenaan dengan
Allah di muka bumi. Oleh karena itu, nilai-nilai
baik dan buruk dengan ukuran tradisi dan budaya
akhlak harus ditanamkan sejak dini baik melalui
yang dimiliki seseorang atau sekelompok orang.
pendidikan
maupun
Berbeda dengan etika dan moral, akhlak adalah
lembaga pendidikan formal yaitu sekolah. Suatu
bagian yang membicarakan masalah baik dan
bangsa akan jaya dan terkenal bukan ditentukan
buruk dengan ukuran wahyu atau al Qur’an dan
oleh keluasan wilayah,
hadits.
keluarga,
masyarakat,
kekayaan sumber daya
Sedangkan
alam, serta kuantitas penduduknya, akan tetapi
Persoalan baik (al husnu) dan buruk (al
adalah karena kualitas akhlak atau tingginya nilai-
khutb) telah menjadi perdebatan sejak era awal
nilai peradaban yang dimilikinya.
kebangkitan Islam. (Kahar, tt) Pada era itu kaum
dan
Mu’tazilah berpandangan bahwa ukuran baik dan
kualitas keilmuan populasi yang ada pada suatu
buruk adalah ditentukan oleh akal manusia.
Negara akan menyebabkannya terkenal dan
Manusia
mampu menghadapi tantangan jaman yang serba
menyebabkannya mampu bahkan menentukan
global.
Nabi
mana yang baik dan mana yang buruk. Berbeda
Muhammad sebagai Rasul terakhir diutus agar
dengan aliran Mu’tazilah, aliran Ahlu Sunnah
mampu menyempurnakan akhlak manusia.
berpandangan bahwa ukuran tentang al husnu dan
Integritas,
dedikasi,
Dalam konteks
kredibilitas
inilah,
justru
memiliki
kualitas
akal
yang
dikenal
al khutb adalah ditentukan oleh wahyu, bukan
beberapa istilah berkenaan dengan akhlak, di
oleh akal atau rasio manusia. Memang Allah telah
antaranya; etika, moral dan akhlak itu sendiri.
mengkaruniai manusia dengan kualitas akal, akan
Bagaimana
tetapi akal tersebut terbatas hanya mampu
Dalam
khazanah
perbedaan
keilmuan,
antara
ketiga
terma
tersebut? Bagaimana hubungan akhlak dengan
78
mengenal hal-hal yang kongkrit, sesuatu yang bisa
menyebabkan seseoarng bersifat pemarah, juga
dinalar (rasional).
mendorong seseorang untuk bersifat iri, dengki,
Masalah perbuatan baik dan buruk,
hasut dan fitnah.
Nafsu
terpuji dan tercela adalah wilayah kajian akhlak.
model
nafsu
berpikir
atau
anhatiqqah.
seseorang mulia dalam pandangan Allah dan
berwawasan luas. Berkenaan dengan pengertian
manusia. Akhlak adalah sikap atau prilaku baik
ini, maka yang dimaksud dengan nafs nathiqah
dan buruk yang dilakukan secara berulang-ulang
adalah dorongan yang menyebabkan seseorang itu
dan diperankan oleh seseorang tanpa disengaja
berpikir,
atau melakukan pertimbangan terlebih dahulu.
fenomena alam dan kekuasaan Allah. Seseorang
Akhlak yang terpuji dinamakan akhlak al karimah
yang dikendalikan oleh nafs nathiqah akan
(akhlak mahmudah). Sedangkan akhlak buruk
menyebabkannya menjadi orang yang sadar,
atau tercela dinamakan akhlak mazmumah.
bersyukur dan berterima kasih kepada Allah
sebaliknya karena dipengaruhi oleh hati (al qalb)
dan
artinya
adalah
Akhlak merupakan barometer yang menyebabkan
Seseorang akan berakhlak baik atau
Nathiq
ketiga
berzikir
terhadap
fenomena-
karena telah memberikan sejumlah nikmah dan
angerah-Nya kepada manusia.
yang ada pada sanubari yang terdalam. Artinya,
Kesadaran dan indikator kebersyukuran
bahwa perbuatan baik atau buruk dalam kategori
tersebut tercermin melalui sikap dan prilakunya
akhlak bukan didasarkan kepada pertimbangan
dalam kehidupan sehari-hari. Seseorang yang
akal, tradisi atau pengalaman, tetapi karena
bersyukur
bisikan hati sanubari yang ada pada setiap orang
melakukan
itu.
untuk
meninggalkan segala larangan-Nya yang lazimnya
melakukan perbuatan baik atau sebaliknya adalah
dinamakan taqwa. Dalam bahasa lain bahwa
karena pada diri seseorang itu terdapat tiga model
manusia yang dikendalikan oleh nafsu nathiqah
nafsu,
akan selalau bersikap terpuji, sopan, santun,
Menurut
yaitu
Ibn
Arabi,
nafsu
dorongan
syahwaniyyah,
nafsu
punya
ghadabiyyah, dan nafsu anhathiqah.
kepada
Allah
segala
tatakrama,
akan
perintah
saling
senantiasa
Allah
menyayangi
dan
dan
Nafsu syahwaniyyah adalah nafs yang
menghormati, gemar membantu, peka atau peduli,
mendorong seseorang untuk menikmati kelezatan
hidup bersih, disiplin, tekun dan rajin, sabar, jujur,
dan kesenangan hidup. Nafsu model ini bukan
adil, amanah, selalu benar, merasakan apa yang
hanya ada pada manusia, tetapi juga ada pada
dirasakan orang lain (empati), punya semangat
binatang. Seseorang yang dikendalikan oleh nafs
hidup dan senantiasa toleran, transparan dan
syahwaniyyah akan senantiasa terbiasa melakukan
akuntabel.
Ada
perbuatan-perbuatan yang hanya menyenangkan
kebutuhan fisik atau biologis, seperti makan,
mampu
minum,
(syahwaniyyah
berhubungan
sex,
dan
sejenisnya.
beberapa
cara
mengendalikan
dan
agar
seseorang
kedua
ghadabiyyah)
nafsu
yang
Manusia yang kelebihan nafsu syahwaniyyah akan
menyebabkan manusia tidak berakhlak mulia,
mendorongnya bersifat hedonis, materialis dan
yaitu dengan cara tekun melakukan segala
individualis.
perintah
Allah
dan
meninggalkan
segala
Nafsu yang kedua yang ada pada setiap
laranganNya (ijtinabu al manhiyat), dengan cara
diri manusia adalah nafsu ghadabiyyah. Seperti
melakukan segala amal-amal wajib (adaa al
halnya nafsu syahwaniyyah, nafsu ghadabiyyah
wajibah), amal-amalan sunnat (adaa al nafillah),
juga dimiliki oleh selain manusia yaitu binatang.
dan dengan cara melakukan al-riyadhah, berupa
Seseorang
nafsu
latihan-latihan spiritual seperti berzikr, berpikir,
ghadabiyyah akan menyebabkannya cenderung
bertahannus, instropeksi diri, dan sejenisnya.
bersifat pemarah, tegas, tidak tenang, egois, tidak
Dengan tiga pendekatan ini kemungkinan hati
kompromi, menang sendiri, dan tergesa-gesa.
seseorang akan menjadi berkilau dan bersinar
Nafsu model ini bahkan lebih berbahaya dari pada
dalam berarti beriman dan berakhlak mulia.
nafsu
Karena menurut para sufi, hati manusia itu
yang
dikendalikan
syahwaniyyah
karena
oleh
di
samping
79
memiliki tiga model, yaitu hati yang mati, hatinya
mengenal
orang kafir, hati yang hidup, hatinya orang
menggunakan hati sanubarinya yang terdalam
beriman, dan hati yang redup, hatinya orang
(Basyirah). Dalam konteks inilah dapat dipahami
munafik.
bahwa antara akhlak dan tasawuf memiliki
2.2. Perbedaan Akhlak, Etika dan Moral
hubungan yang erat dan saling mendukung.
Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa
Artinya,
dan
mendekati
bahwa
akhlak
Allah
yang
dengan
baik,
terpuji
akhlak berbeda dengan etika dan moral. Kalau
(mahmudah) dan mulia (karimah) bukanlah
akhlak lebih bersifat transcendental karena berasal
didasari oleh ucapan dan akal pikiran semata,
dan bersumber dari Allah, maka etika dan moral
tetapi melainkan oleh bisikan dan kilauan hati
bersifat
sanubari yang terdalam.
relatif,
dinamis,
dan
nisbi
karena
merupakan pemahaman dan pemaknaan manusia
Manusia yang berakhlak adalah manusia
melalui elaborasi ijtihadnya terhadap persoalan
yang suci dan sehat hatinya. Sebaliknya, manusia
baik dan buruk demi kesejahteraan hidup manusia
yang tidak berakhlak (a moral) adalah manusia
di dunia dan kebahagiaan hidup di akhirat.
yang kotor dan sakit hatinya. Dalam hidup dan
Berdasarkan perbedaan sumber ini maka etika dan
kehidupan ini, banyak orang mengetahui dan
moral senantiasa bersifat dinamis, berobah-obah
menyadari bila hatinya kotor dan sakit, akan tetapi
sesuai dengan perkembangan kondisi, situasi dan
tidak berhasrat membersih dan mengobatinya
tuntutan manusia. Etika sebagai aturan baik dan
dengan segera. Berbeda dengan kotor dan sakit
buruk yang ditentukan oleh akal pikiran manusia
fisik,
bertujuan untuk menciptakan keharmonisan.
membersihkannya. Padahal kalau disadari bahwa
maka
dengan
segera
mengobati dan
Begitu juga moral sebagai aturan baik
penyakit hati itu jauh lebih berbahaya bagi diri
buruk yang didasarkan kepada tradisi, adat budaya
dan kelangsungan hidupnya, maka pasti akan
yang dianut oleh sekelompok masyarakat juga
memprioritaskan
bertujuan untuk terciptanya keselarasan hidup
dengan pengobatan jasd atau fisik yang hanya
manusia. Etika, moral dan akhlak merupakan
bersifat fana.seseorang yang mengalami sakit
salah satu cara untuk menciptakan keharmonisan
dalam arti fisik, kalau tidak segera diobati maka
dalam hubungan antara sesama manusia (habl
akan bertambah parah dan akan mati. Mati
minannas) dan hubungan vertikal dengan khaliq
bukanlah akhir dari segalanya, tetapi merupakan
(habl minallah).
pintu dari kehidupan selanjutnya.
pengobatan
hati
disbanding
Berbeda dengan orang yang mengalami
2.3.. Akhlak, tasawuf, dan ilmu-ilmu lainnya
penyakit hati, kalau tidak dibersihkan dan diobati,
Cerita tentang hubungan vertikal antara
maka malapetaka yang diakibatkannya bukan
manusia dengan Allah sebagai rabbul ‘alamin,
hanya di dunia, tetapi bahkan sampai hari akhirat
dalam khajanah keislaman dikenal dengan istilah
yang abadi. Oleh karena itu upaya untuk
tasawuf. Tasawuf adalah proses pendekatan diri
membersihkan,
kepada Tuhan dengan cara mencucikan hati
mengobati agar hati tetap senantiasa sehat, bersih
(tasfiat al Qalb). (Syaifullah, 1998). Menurut Zun
dalam arti berakhlak mulia senantiasa merupakan
Nun al Misri salah seorang sufi terkenal, bahwa
suatu keniscayaan yang prioritas.
hati yang suci bukan hanya bisa dekat dengan
memelihara,
Al-Qur’an
dan
mencegah
al-hadis
dan
sangat
Tuhan tetapi bahkan bisa mengenal dan melihat
menekankan
Tuhan (al Ma’rifah). (Hamka, 1778) Menurutnya,
persaudaraan, rasa kesosialan, keadilan, tolong-
pengetahuan manusia itu terbagi tiga, yaitu;
menolong, murah hati, suka memberi maaf, sabar,
pengetahuan orang awam yang mengenal Allah
baik sangka, berkata benar, pemurah, ramah-
hanya dengan cara mengucap dua kalimat
tamah, bersih hati, berani, kesucian, hemat,
Syahadat, pengetahuan ulama, yaitu mengenal
menepati janji, disiplin, mencintai ilmu, dan
Allah dengan menggunakan akal pikirannya
berpikir lurus. Sejumlah nilai-nilai positif tersebut
(ra’yu), dan pengetahuan orang sufi, dimana
adalah amalan tasawuf yang harus dimiliki oleh
kejujuran,
kesetiakawanan,
80
seorang muslim agar senantiasa dekat dengan
2.4. Indikator dan Profil Berakhlak dan
Allah SWT.
Beriman
Selain dengan tasawuf, akhlak juga
Hati yang bersih dan sehat merupakan
berkaitan dengan ilmu tauhid, psikologi, dan ilmu
indikator orang yang berakhlak dan beriman. Hal
pendidikan. Kalau ilmu tauhid tampil dalam
ini sesuai dengan apa yang diisyaratkan oleh Al
memberikan landasan terhadap ilmu akhlak, maka
Ghazali bahwa indikator manusia berakhlak
akhlak tampil dengan memberikan penjabaran dan
(husnu al khuluq) adalah tertanamnya iman dalam
pengalaman dari Tauhid. Tauhid tanpa akhlak
hatinya.
yang mulia tiada artinya, dan akhlak yang mulia
berakhlak (su’ al khuluq) adalah manusia yang
tanpa tauhid maka tidak akan kokoh. Selain itu
ada nifaq dalam hatinya. Nifaq adalah sikap
tauhid memberikan arah terhadap akhlak, dan
mendua terhadap Tuhan, tidak ada kesesuaian
akhlak memberi isi terhadap arahan tersebut.
antara hati dan perbuatan.
bahasannya,
membicarakan
yaitu
gejala-gejala
sama-sama
kejiwaan
yang
manusia
yang
tidak
Iman menurut sebagian para sufi adalah
Kaitan akhlak dengan ilmu Jiwa ada pada
pokoh
Sebaliknya,
diibaratkan dengan akar bagi sebuah pohon. Akar
yang
baik,
sehat,
segar
dan
kuat
akan
tampak dalam tingkah laku. Melalui ilmu jiwa
menyebabkan tumbuhnya pohon dengan besar,
dapat
dimiliki
cabangnya yang rindang, daun-daunnya yang
seseorang. Jiwa yang bersih dari dosa dan maksiat
hijau serta buahnya yang banyak. Pohon yang
serta dekat dengan Tuhan, akan melahirkan
rindang tersebut akan senantiasa bermanfaat bagi
perbuatan yang baik, dan benar, sebaliknya jiwa
alam sekitar, baik untuk tempat berteduh bagi
yang kotor, banyak berbuat kesalahan dan jauh
orang yang kelelahan, atau bisa dimanfaatkan
dari Tuhan akan melahirkan perbuatan yang jahat,
daun, bunga, buah, dahan, ranting dan batangnya.
sesat dan digolongkan sebagai akhlak buruk
Sebaliknya akar yang rusak, keropos dan busuk
(mazmumah).
akan menyebabkan pohon dan daunnya yang layu,
diketahui
psikologis
yang
Hubungan akhlak dengan pendidikan
kering dan tidak berbuah. Pohon seperti ini akan
juga sangat erat. Tujuan pendidikan dalam
menjadi ancaman bagi alam sekitar, karena
pandangan Islam adalah berhubungan dengan
ranting-rantingnya yang kering dan rapuh bisa
kualitas mansuia yang berakhlak. Ahmad D.
menimbulkan malapetaka bagi setiap makhluk
Marimba misalnya mengatakan bahwa tujuan
yang lewat di bawahnya.
pendidikan adalah identik dengan tujuan hidup
Pohon yang rindang diibaratkan dengan
seorang muslim, yaitu menjadi hamba Allah yang
orang beriman yang hatinya berkilau, bercahaya
mengandung
dan
dan bersinar. Seseorang yang memiliki iman di
penyerahan diri kepada-Nya. Sementara itu Mohd.
dalam hatinya, maka akan senantiasa menjadi
Athiyah
bahwa
bermanfaat bagi diri sendiri khususnya dan bagi
pendidikan budi pekerti adalah adalah jiwa dari
orang lain umumnya. Sebaliknya pohon yang
pendidikan islam, dan islam telah menyimpulkan
kering dan rapuh adalah diibaratkan dengan orang
bahwa pendidikan budi pekerti dan akhlak adalah
kafir, munafiq dan musyrik yang hatinya hitam,
jiwa pendidikan Islam. (Azmi, 2006). Mencapai
kotor dan pekat. Hidup dan kehidupannya
suatu akhlak yang sempurna adalah tujuan
senantiasa menyebabkan keonaran dan kerusakan
sebenarnya dari pendidikan. Selanjutnya al-Attas
bagi alam lingkungannya.
implikasi
al-Abrasyi,
kepercayaan
mengatakan
mengatakan bahwa tujuan pendidikan Islam
Dalam konteks ini, mengutip pandangan
adalah manusia yang baik. Kemudian Abdul fatah
Muhammad al Ghazali (1996), bahwa ciri atau
jalal mengatakan bahwa tujuan umum pendidikan
tanda-tanda manusia beriman adalah sebagai
Islam ialah terwujudnya manusia sebagai hamba
berikut:
Allah.
1.
Manusia
yang
khusuk
dalam
shalatnya;
81
Berpaling dari hal-hal yang tidak
pelit, cemburu, iri, dengki, hasad, boros, angkuh,
berguna;
tidak peka kepada pelestarian alam, dan kurang
3.
Selalu kembali pada Allah;
memiliki rasa tanggung jawab adalah pribadi yang
4.
Selalu memuji dan mengagungkan
dianggap memiliki akhlak mazmumah (tercela).
2.
Allah;
5.
Selalu mengabdi kepada Allah;
6.
Bergetar hatinya bila disebut-sebut
III. PENUTUP
Berdasarkan tulisan di atas diketahui
nama Allah;
bahwa antara akhlak dengan etika, dan moral
Berjalan di muka bumi dengan
memiliki kesamaan arti, cakupan dan tujuan.
tawadhu tidak sombong dan angkuh;
Namunpun
8.
Bersikap arif terhadap orang awam;
perbedaan satu sama lainnya. Dalam perspektif
9.
Mencintai
Islam akhlak dan tasawuf sangat berkaitan erat
7.
orang
lain
seperti
tamu
juga
juga
memiliki
karena sama-sama bertujuan untuk mendekatkan
mencintai diri sendiri;
10. Menghormati
demikian,
dan
selalu
diri kepada Allah SWT. Akhlak adalah salah satu
dimensi keilmuan yang perlu digunakan dalam
menghargai tetangga;
11. Berbicara selalu baik, santun dan
berbagai lini dan profesi kehidupan untuk
meningkatkan kualitas ilmu, iman dan amal.
penuh makna;
12. Tidak banyak bicara dan bersikap
Keberadaannya
bahkan
dianggap
mampu
tenang dalam menghadapi segala
menentukan maju atau mundurnya suatu negara,
persoalan;
agama, dan bangsa. Oleh karena itu, bahasan
13. Tidak menyakiti orang lain, baik
dengan
ucapan,
pemikiran
dan
tentang akhlak adalah sesuatu yang dipentingkan.
Tulisan di atas dapat disimpulkan kepada empat
hal, di antaranya:
perbuatan.
14. Sedangkan menurut Anwar ciri-ciri
1.
Akhlak, etika dan moral adalah suatu
orang berakhlak adalah; selalu rida
disiplin ilmu yang membicarakan tentang
kepada Allah, cinta dan beriman
persoalan baik dan buruk
rukun
iman
yang
enam,
taat
2.
Antara akhlak, etika dan moral, memiliki
beribadah, selalu menepati janji,
persamaan dan perbedaan. Persamaannya
amanah, sopan dalam ucapan dan
adalah sama-sama mengkaji masalah
perbuatan, qanaah, tawakal, sabar,
baik dan buruk, sedangkan perbedaanya
syukur, dan tawadhu. (Anwar, 2008)
adalah terletak pada landasan yang
dipakai;
Ada dua model akhlak, yaitu akhlak
terpuji dan akhlak buruk. Sejumlah ciri di atas
3.
Dalam konteks sejarah, antara akhlak dan
adalah karakteristik akhlak karimah (mulia) atau
tasawuf memiliki tujuan dan esensi yang
terpuji (mahmudah). Orang yang memiliki akhlak
sama,
terpuji maka sikap, pikiran dan prilakunya selalu
mendekatkan diri kepada Allah;
berorientasi pada kebaikan, kejujuran, kesetiaan,
4.
yaitu
Indikator
sebagai
orang
jalan
berakhlak
untuk
adalah
dan sesuatu yang dianggap positif secara agama,
beriman atau tidaknya seseorang. Salah
norma dan akal pikiran. Sikap-sikap emosional
satu
positif seperti
beriman
saling membantu, menghargai,
karakter
adalah
seseorang
ketika
dikatakan
ia
mampu
rajin, giat, optimis, terbuka, pemberani, bersih,
melahirkan kedamaian dan ketenteraman
sehat, loyal, bervisi ke depan, sabar, bijaksana,
bagi alam lingkungannya.
peduli, toleran, dermawan, pemurah dan adil
adalah cerminan dari jiwa yang berakhlak
Daftar Bacaan
karimah.
Abuddin Nata. 1994, Ilmu Kalam, Filsafat, dan
Tasawuf. Jakarta: RajaGrafindo Persda
Anwar, Rosihan, 2008, Aqidah Akhlak, Bandung:
Pustaka Setia
prilaku
Sedangkan
sebaliknya,
yang berorientasi
kepada
sikap
atau
itoleransi,
tertutup, tidak peduli, pesimis, mudah menyerah,
82
Azmi, Muhammad, 2006, Pembinaan Akhlak
Anak Usia Pra Sekolah: Upaya
Mengefektifkan Nilai-nilai Pendidikan
Islam dalam Keluarga, Yogyakarta:
Belukar
Daud Ali, 2002. Muhammad, Pendidikan Agama
Islam. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Hamka, 1987. Tasawuf Modern, Jakarta : Pustaka
Panjimas
Kahar Masyur, tt, Membina Moral dan Akhlak,
Jakarta : Rineka Cipta
Moh Saifulloh Al Azizz, 1998, Memahami Ilmu
Tasawuf, Surabaya:Terbit Terang
Quraish, M. Syihab, 1996, Membumikan AlQur’an, Bandung: Mizan
Syaikh Muhammad Al-Ghazali, 1996, Kayfa
Nata’amal Ma’al-Qur’an, Bandung: Mizan
Zainal Sarifin Abbas,1964, Pri Hidup Muhammad
Rasulullah Saw, Medan: Firma Rahmad
83
78
Download