Uploaded by Faesal Imadudin

FR LENGKAP

advertisement
1. Biosafety
 Perbedaan biosafety dan biosecurity
Biosafety melindungi orang dari pathogen berbahaya,
berkaitan dengan peristiwa alami, wabah, epidemi,
pandemic,
kelcelakaan
di
laboratorium,
kegagalan
containment, engineering, personil
Biosecurity melindungi pathogen dari orang berbahaya,
berkaitan dengan kesengajaan, sabotase, biokriminal,
bioterrism
2. Indeks Eritrosit
 Nilai rujukan
MCV
= 82 – 92
fl
MCH
= 27 – 32
pg
MCHC
= 32 – 37
%
MCV
82 – 92 = normositik
<82
= mikrositik
>92
= makrositik
MCH
27 – 32 = normokromik
<27
= hipokromik
MCHC
<32
= hipokromik
>32
= normokromik
3. Perhitungan LDL menurut Friedwald
 LDL = CHOL - HDL – (TG/5)
4. Reagensia Pleura
 Rivalta
= protein seromusin
 Wright
= pewarnaan untuk hitung jenis MN dan PMN
 Truk
= hitung sel dalam cairan pleura/leukosit
 Nacl 0,9% = hitung sel bila cairan protein dan fibrin
 KOH 10%
= untuk melihat adanya jamur, direk preparate
 Glukosa GOD-PAP
= kadar gukosa untuk membedakan transudate
dan eksudat
 Biuret
= kadar protein kuantitatif secara fotometri
 LDH
= enzim penanda radang pada caira pleura
 Pewarnaan gram
= pewarnaan membedakan infeksi bakteri gram
positif dan negative
5. Urinalisis
 Uji yang digunakan untuk membedakan fluorensi antara
riboflavin dan urobilinogen beserta derivate indol adalah
Naumann
 Pengawet urine
- Asam borat
- Clorofom
- Fenol
- Formalin untuk sedimen urin
- Toluene
- Timol
6. Unsur Organik Urin
 Eritrosit,
Leukosit,
Epitel,
Silinder,
Spermatozoa,
Parasit/Bakteri, Jamur
7. Unsur anorganik Urin
 Zat amorf, Kristal dlm urin normal (Asam urat, Natrium urat,
kalsium sulfat, kal. Oxalat, ammonium-magnesium¹ fosfat,
Kalsium Karbonat, Kalsium fosfat), Kristal abnormal ( sistin,
leusin, tirosin, kolsterol, bilirubin), Kristal Obat (Kristal
sulfat)
8. Sedimen urin bentuk hexagonal asam
 Cystin
 Sedimen
 Pemeriksaan HCG menggunakn urine pagi
9. Pembuangan sampel sisa urin
 skulhok
10. Pengambilan sampel dahak
 Syarat sampel sputum purulent, kental, lengket, berwana kuning
kehijauan, mucoid berlendir
11. Pleura
 Praanlitik pleura
- Cairan dibagi 2 bagian, sebagian untuk biakan steril,
Sebagian untuk pemeriksaan rutin dengan menambahkan
sebagian specimen dengan antikoagulan natrium 20%
 Pengambilan sampel pleura
- Teknik toracocentesis, dilakukan pungsi toraks di cavum
pleura, tusuk ditulang iga ketujuh linea axilaris posterior
- Tempat sampel Drainbag
12. Transudate eksudat
 Transudate bersifat kental, keruh, sedikit protein dan asam
laktat
 Eksudat bersifat cair, menyerupai serum, sedikit fibrin dan
sel
13. Gambar Sel Apusan darah
14. Indetifikasi warna bakteri gram
 Gram (-) = Merah, peptidoglikan tipis, lapisan lemak tebal,
menyerap pewarna terakhir (Fuchsin)
 Gram (+) = Ungu, peptidoglikan tebal, lemak tipis, menyerap
warna pertama (Gentian Violet)
 Kesalahan dalam pengecatam gram hucker, alcohol bercampur
dengan air semua sediaan jadi ungu
15. Media TCBS (Thiosulfate Citrate Bile Sucrose)
 Umumnya digunakan untuk menumbuhkan koloni Vibrio dengan
memunculkan warna kuning dengan koloni besar, halus, keeping,
jernih, tepi yang tipis, dilingkari zona kuning.
 Tergolong media selektif dan diferensial untuk isolasi vibrio
cholerae, parahaemolitycus, fulnificus.
 Media ini terdiri dari empedu yang berfungsi menghambat
pertumbuhan bakteri non target

20.
21.
22.
16. Validasi reagen Golongan Darah
 AntiSera A (aglutinasi, tidak aglutinasi, tidak aglutinasi)
Siapkan 3 buah tabung, Tsel A 5%, Tsel B 5%, Tsel O 5%
Kepada masing – masing tabung tambahkan 2 tetes antisera A
 AntiSera B (tidak aglutinasi, aglutinasi, tidak aglutinasi)
Siapkan 3 buah tabung, Tsel A 5%, Tsel B 5%, Tsel O 5%
Kepada masing – masing tabung tambahkan 2 tetes antisera B
 AntiSera D-Rh (tidak aglutinasi, tidak aglutinasi, aglutinasi)
Siapkan 3 buah tabung, Tsel A 5%, Tsel B 5%, Tsel O 5%
Kepada masing – masing tabung tambahkan 2 tetes antisera D
rhesus
Homogenkan hingga merata
Sentrifuge 3000RPM 15 m3nit
Baca reaksi
17. Perbedaann akurasi dan presisi
 Akurasi dalam
pengukuran
merupakan
tingkat
kedekatan
pengukuran kuantitas terhadap nilai yang sebenarnya,
 Kepresisian dari suatu sistem pengukuran diartikan sejauh mana
pengulangan pengukuran dalam kondisi yang tidak berubah
mendapatkan hasil yang sama
18. Pemeriksaan difteri
 Media amis
19. Peraturan seputar ATLM
 Kepmenkes RI No.370 Tahun 2007 standar profesi ATLM (berjiwa
melayani, Hak ATLM)
23.
Permenkes RI No.42 Tahun 2015 tentang izin dan penyelenggaraan
praktik ATLM
 UU RI No. 36 Tahun 2014 tentang tenaga Kesehatan (SIP, STR)
 UU RI No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
 Permenkes 411 tahun 2010
Kode etik
 Landasan moral dan etika profesi berdasarkan norma serta nilainilai luhur bangsa Indonesia senantiasa mengutamakan prinsip
beneficience, non maleficence, outonomy dan justice. Atas
berkat Rahmat Tuhan Yang Maha Esa
 Sikap dan keribadian yang harus dimiliki, teliti dan cekatan,
jujur dapat dipercaya, tanggungjawab, komunikasi ekeftif,
displin, berjiwa melayani
 MUNAS V Patelki no 5 dan 6 2006 22 mei 2006
Perbedaan Batu Ginjal dan Batu empedu
 Batu ginjal adalah terjadinya pengkristalan yang mengeras dan
terbentuk di dalam ginjal atau saluran kemih, px sedimen urin,
UR, CR
 Batu empedu adalah benjolan keras yang berkembang di kantong
atau saluran empedu, px uji ammonium molibdat bentuk endapan
kuning +
 Penyusun batu empedu calcium, biliribun, kolesterol
Sitohistologi
 Alur pembuatan blok
Trimming pemotongan jaringan
Fiksasi pengawetan/stabilisasi unsur, NBF10%
Dehydrating pengeringan jaringan dengan cra direndam
etanol 70, 80, 90,95
Clearing membuat jaringna transparan dengan larutan
xylene/toluene/xylol, sangat penting, kesalahan akan
berakibatgagal blocking, pemotongan dan pewarnaan
Embedding infiltrasi paraffin proses perendaman dalam
paraffin cair 58-60 derajat 30menit – 6 jam dalam incubator
Blocking pengerasan blok agar mudah dipotong mikrotom
dengan paraffin
Sectioning pemotongan blok preparate dengan mikrotom
dengan ketebalan 3-8um, hasilnya berupa jaringan berupa
pita tipis
Affixing penempelan sayatan jaringan ke objek glass
Staining pewarnaan dengan alcian blue/anilin blue,
hematoxilin eosin
Mounting perekatan jaringan ke objek glass dengan
meneteskan entelan DPX dan langsung tutup deckglass
 Pengurangan warna inti sitoplasma(biru) disebut deferensiasi
 Blueing mengubah warna merah hematoxilin dalam nucleus menjadi
biru
 Pasien dengan benjolan payudara, diagnosis pertama yang
dilakukan adalah biopsy aspirasi sebelum operasi
Kultur bakteri
 Gall cultur +, lanjut kultur bakteri media SS agar
Salmonella thpi (demam) glukosa +, laktosa -, manit +,
maltose +, AP VP -, MR +, SIM gerak +, indol -, H2s +, TSIA
gas –
-
24.
25.
26.
27.
28.
Klebsiella pneumoniae (sesk nafas) SIM H2S -, Motil MR -,
Indol gula gula +, anaerob
Bakteriologi klinik
 Clostridium botulinum = gram positif, spora subterminal,
flagel peritrik menimbulakan keluhan mual muntah, umummnya
keracunan makanan kaleng
Analisa Gas darah
 Antikoagulan 0,1-0,2ml per 1ml darah
 PH < 7,35 asidosis
 PH > 7,35 Alkaliosis
 Pemeriksaan
AGD
dilakukan
setelah
pengambilan
darah
15menit/segera
 Alat AGD POCT bedside
 Ph rendah, pco2 tinggi asidosis respiratorik
 Ph tinggi, pco2 normal alkaliosis metabolik
Dengue
 NS1 Untuk deteksi dini pada DHF atau DSS dengan shock syndrome,
pengecekan <3hari setelah demam
Pemeliharaan alat
 Neraca elektrik
Diletakan di meja datar, bebas angin, pintu neraca tertutup
Kaibrasi dengan waterpass, hitung 7-10 kali tipa kali
selesai hitung klik zero
Toleransi yang bisa diterima
o Anak timbang 1-5mg, 0,014
o Anak timbang 100mg, 0,025
o Anak timbang 1-1 g, 0,054
 Centrifuge
Kalibrasi dengan tachometer untuk cek RPM, stopwatch untuk
waktu
 Waterbath
Menggunakan termomether untuk sek suhu, set ke 50c
waterbath nyalakan selama 5-10menit kalo suhu sama berarti
terkalibrasi
 Mikroskop
Lensa objektif lensa yang terletak dekat dengan objek yang
akan diamati
Lensa okuler lensa yang terletak dengan dengan mata
Kondensor mengatur cahaya
perbandingan kisi atau skala pada reticle lensa mata dengan
tanda skala dari dimensi yang diketahui pada mikrometer
panggung.
Tubex TF
 Deteksi spesifik antibody IgM antibody salmonella typhi 9 (LPS09)
 Prinsip reaksi deteksi IgM cara IMBI dengan menggunakan Vshape
Reaction wells
 Interpretasi hasil
29.
30.
31.
32.
33.
34.
35.
36.
Negative
= skala 0-2
Borderline
= 2-4
Positif
= 4-10
Pembacaan media agar darah
 Streptococcus alfa hemoltus menghasilkan zona hijau sekitar
koloni,membentuk hemolsa alfa
Kecepatan centrifuge
 1500 untuk sedimen urine, darah
 Makin kental makin tinggi rpm
Staphylococcus
 Stap sapropyticus novobiosin resisten
 Stap epidermidis novobiosin sensitif
Pemeriksaan feses
 Pewarnaan
Nacl 0,9 feses rutin
Eosin 1-2% melihat amoeba dan pergerakannya
Lugol 1-2% melihat amylum dan morfologi amoeba, karbohidrat
Sudan III dan IV, melihat lemak
Asam asetat 10% melihat lekosit lebih jelas
Media BGLB MPN Coli
 Perubahan warna hijau ke hijau kuning dan ada gas tabung durham
(positif)
Pewarnaan spora
 Schaefer metode
= Malachite green, panaskan, dekolorisasi
air, safranin
 Klein metode
=
Asam sulfat 1% berguna melunturkan warna carbol fuschsin
Pewarnaan gram
 Hucker
= kristal violet, Lugol, ALkohol 96, safranin
 Gram II
= gentian violet, lugol, alcohol 96%, fuchsin
Westgard rules
 1-2s rules, nilai control berada diluar batas +-2s,
random/sytem eror, perlu pengulangan jika tidak ada masalah
bisa keluar hasil, diterima
 1-3s rules, nilai control berada diluar batas +-3s,
random/system error, hasil tidak bisa dikeluarkan, diterima
 22s rules, system error, terjadi pada dua control, melebihi
batas +-2s, apabila nilai control 1 dan 2 beda maka system
error keseluruhan, apabila nilai control 1 dan 2 sama maka
system error hanya mempengaruhi satu bagian, ditolak
 R4s rules, random error, terdapat selisih lebih dari +-4s dalam
single run, ditolak
 31s dan 41s, system error, 31s 3 qc berada diluar batas 1s
disisi yang sama, 41s 4 qc berada diluar batas 1s disisi yang
sama, ditolak

37.
38.
39.
40.
41.
42.
43.
44.
45.
10x rules, 7,8,9,10,12 qc berada di sisi mean yang sama, system
error, ditolak
Pemeriksaan faal hepar
 Albumin untuk gangguan sintesa hepar, kadar turun bila hepar
terganggu
Imunoserologi
 HbsAg sebagai penanda birus hepatitis B, metode aglutinasi
latex, ICT atau Elisa. Penanda serologi HBV 2-12 minggu, 1224 minggu sembuh , menetap 6 bulan
 Antibody struktur darah adalah terdiri 2 rantai berat H chain
dan rantai ringan L chain
Quality Control
 Apabila control masuk, pemeriksaan 10x tinggi yang dilakukan
mencari kesalahan praanlitik sebelum meminta sampe baru
Iron serum
 Yang menaikan kadar besi
Transfuse darah kronis
Nutrisi parental
Keracunan zat besi
Hemokromatis
Pengambilan darah arteri
 Arteri radialis, Arteri femoralis, Arteri brachialis
Pengambilan darah bayi
 Venapuncture untuk sampel darah yang banyak, dengan lokasi
bisa mediana cubiti, bacilic, cephalic menggunakan wing needle
 Kapiler puncture/tusukan kulit untuk sampel sedikit, dengan
lokasi di ujung jari/tumit menggunakan lancet gepeng, tegak
lurus kedalaman <2,4mm diambil di tumit bayi
 Wingneedle bayi nomor 23, syring 27G 25G

HIV pada bayi, sample apa yang diambil
 Darah
Sifilis pada bayi, sample apa yang diambil
 Swab Mata konjungtiva
Interpretasi BTA
46. Kriteria Nosokomial
47. Interpretasi Leprae
48. Tabung Vacutainer
 Merah px kimia darah, imunoserologi
 Kuning berisi gel separator px kimia darah, imunoserologi
 Hijau muda berisi gel separator px kimia darah
 Ungu berisi EDTA px darah lengkap dan crossmatch
 Biru berisi natrium sitrat px PT APTT
 Hijau berisi lithium heparin px fragilitas osmotic eritrosit,
kimia darah
 Biru gelap berisi EDTA bebas logam px trace element zink,
copper, mercury, toksikologi
 Abu terang Natrium Fluoride px glukosa
 Hitam sodium sitrat px LED
 Pink potassium EDTA px imunohematologi
 Putih potassium EDTA px molekuler/PCR dan bDNA
49. Pengambilan darah vena
 Vena cephalic lurus ibujari
 Vena bashilic lurus kelingking
 Vena mediana cubiti tengah
50. Parasitology
51. Pengelolaan dan penanganan limbah
 Buangan bahan berbahaya
Pengendapan, koagulasi, flokulasi
Oksidasi, reduksi
Penukaran ion
 Limbah infeksi
Desinfeksi
Dekontaminasi
Sterilisasi
Insinerasi
 Limbah radioaktif
Pakai radioaktif sekecil mungkin
 Wadah plastic limnah
Merah limbah radioaktif
Kuning limbah infeksius, patologi dan anatomi
Coklat limbah farmasi
Ungu limbah sitotoksis
Hijau limbah daun
Hitam limbah rumah tangga
52. Tindakan yang diambil apabila PMI tidak terkontrol yaitu
 Amati sumber kesalahan yang paling mudah
 Ulangi pemeriksaan serum control
 Memakai serum control baru
 Gunakan standar baru
 Kalibrasi alat
53. Sediaan malaria
 Diambil/dilakukan waktu demam

54.
55.
56.
57.
Stadium khas plasmodium falcifarum disbanding yang lain
Hanya ditemukan ring tropozoit muda
Nampak seperti bintang di langit stars in the sky.
Ada titik maurer
Stadium ring dan gametosis berbentuk pisang
 Stadium vivax
Eritrosit lebih besar
Titik schufner
Banyak ditemukan dengan sitoplasma amoboid
 Plas malariae
Tropozoit seperti pita,
schizont seperti bunga rose
Titik zieman
Jaringan terlalu lama dalam formalin dapat menyebabkan gambaran
berbeda secara mikroskopik yaitu
 Glikogen yang terpolarisasi (sisi sel magenta inti biru)
Specimen yang membutuhkan fiksasi basah
 Papsmear
Comb serum
 Untuk mendeteksi incomplete antibody
 Dengan cara sel penderita yg sudah dicuci di campur comb serum
 Direct combtest
Indikasi HDN, reaksi transfuse hemolitik, AIHA, DIHA
 Indirect combtest
Indikasi skrining antibody, deteksi ab igG, igG anti Rh,
Hipo/a gamaglobulenemia, crossmatch
ASTO





Pemeriksaan ASTO mendeteksi antibody yang terbentuk akibat
adanya
streptolysin
O
yang
dihasilkan
oleh
bakteri
streptococcus b hemolitik
>200IU.mL indikasi adanya bakteri tersebut missal pada
rheumatoid fever dan GNA
Positif juga pada faringitis streptococcus
Muncul 1-2 minggu setelah infeksi puncaknya 3-4 minggu
Titer asto
69. Tahapan croosmatch
 Mayor, minor, autocontrol
70. Crossmatch tabung
 Mayor 50ul sel donor, 25ul serum os
 Minor 50ul sel os, 25 serum donor
 AC 50 sel os, 25 serum os
 Inkubasi 15 menit 37c
 Centrifuge,baca
71. Crossmatch gel
58. RF Rhematoid Fever
 Untuk diagnose adanaya rheumatoid artritis
 RF positif 80% ditemukan di penderita rematik artritis
59. Media transport
 Media stuat feses
 Media amis secret gonorhea
 Carry and blair umum, bisa untuk swab rektal
 Media alkali pepton water khusus untuk vibrio
60. CRP
 Diproduksi di Hati, meningkat apabila ada infeksi
 Px untuk mendeteksi/memantau peradangan
61. Enzim yang terlibat dapat pemeriksaan Glukosa GOD-PAP
 Peroksidase, Glukosa Oksidase
62. Pemeriksaan kulit dan kerokan kuku untuk pemeriksaan
 Tinea pedis kuku
 Tinea cruris kulit
 Reagen yang dipakai KOH 10%
63. Media yang tidak diterilisasi
 Agar ss
64. Host definitive malaria
 Nyamuk Anopheles
65. Cara penulisan slide BTA
 2 digit pertama tahun, 7-11 digit fasyankes, 1 digit terduga
SO/RO, 4 digit register TB06, kode huruf
66. Sterilisasi dengan memijarkan pada nya api
 Ose untuk penanaman bakteri
 Cawan porselen dengan membakar nyala spirtus
67. Pemeriksaan faal hemostatis dengan melakukan pembendungan dan
membuat luka pada volar lengan
 Ivy untuk bleeding time
68. Keuntungan reaksi silang serasi menggunakan gel
 Mudah, singkat, tidak perlu pencucian, bisa aplikasi banyak
donor
72. Toksikologi klinik
 Analisa sianida CN
Sianida makanan sumber apel,kentang, cingkong
Sianida industry, rokok
Keracunan apabila menghirup 40mmol/1mg/L
 Pemeriksaaan sianida
Destilasi metode pemisahan suatu campuran didasar pada
titik didih dan uap, reagennya NaOh
Titrasi argenometri, reagen fecl3, agno3
73. Manfaat Keunggulan POCT
 Mudah digunakan
 Sampel yang digunakan lebih sedikit
 Waktu pemeriksaan yang singkat
 Penyimpanan mudah karena alat kecil
74. Kekurangan POCT
 Hasil dipengaruhi suhu
 Kemampuan pengukuran terbatas
 Pra analitk sulit dikontrol
75. Jenis pemeriksaan yang bisa dengan POCT
 Gula darah, Kolesterol, Asam Urat, hemoglobin
76. Pemeriksaan Bleeding time metode DUKE
 Alat lanset, kertas saring, stop watch, kapas alcohol
 Prosedur
bersihkan daun teling dengan kapas alcohol
77.
78.
79.
80.
81.
82.
83.
84.
85.
86.
87.
buat luka 2-3mm
setiap 30 detik darah yg keluar diisap dengan kertas saring
bila berhenti, hentikan stopwatch, baca dan catat
pemeriksaan bleeding time metode ivy
 alat tensimeter, lanset, stop watch, kertas saring, kapas
alcohol
 prosedur
pasang tensi pompa di 40mmHg, fiksasi kapas alcohol
rentangkat kulit dan beri luka
setiap 30detik darah keluar isap dengan kertas saring
bila berhenti perdarahan <1mm hentikan baca catat dengan
pembulatan 0,5
Panjang gelombang AAS
 283,31 nm
Pengawet organic
 Benzoate/natrium benzoate (sirup, kopi, soda)
 Asam asetat/cuka (mieayam, bakso)
 Prpionat (keju, roti)
 Sorbat (minuman rasa)
Pengawet anorganik
 Sulfit (makanan kaleng)
 Propil galat (permen karet)
 Garam nitrit (kornet, sosis)
Hal yang dihindari sebelum cek darah
 Alcohol
 Merokok
 Kopi
 Permen karet
 Olahraga
Perhitungan sel trombosit
 Reagen rees ecker
 Isi larutan rees ecker brilliant cresyl blue dan natrium sitrat
Jenis transfuse darah
 Trombosit konsentrat untuk kebakaran
 FFP untuk indikasi pasien gangguan pembekuan hati dic ttp
 Prc untuk
 Wb untuk
Sensitivitas
 Epidemiologi, kemampuan suatu tes memberikan hasil positif
pada orang yang sakit
 Analitik, kemampuan deteksi tes hingga kadar terendah suatu
metode
 Rumus sensitivitas = pos sejati/pos sejati + negative palsu x
1oo%
Spesitivitas
 Epidemiologi, kemampuan suatu tes memberikan hasil negative
pada orang yang sehat
 Analitik, memberikan hasil spesifik dengan reaksi khas dengan
zat tertentu
 Rumus spsifitas = neg sejati/ neg sejati + positif palsu x100%
Fiksasi untuk jaringan/nahan pengawet rutin
 Larutan Neutral Buffer Formalin NBF10%
Setelah jaringan diletakan di base mold selanjutnya
 Diberikan paraffin/wax
88. PPI
 Penanganan tusukan jarium petugas
 Pengananan tumpahan cairan darah dll
89. Hba1c
 Fungsi hbA1c, mengontrol kualitas pengendalian kadar gula
darah jangka Panjang
 Digunakan untuk penunjang DM
90. Warna E.colli pada media EMB
 Hijau metalik
91. Pemisah antara serum dan sel darah merah, putuh ditengah
 Baficoat
92. Rantai infeksi
 Agen infeksi (microorganism)
 Reservoir (wadah/sumber agen)
 Portal ef exit (tempat agen keluar)
 Tranmisi/cara penularan (transport agen dari wadah ke pejamu)
 Portal of entri (tempat agen masuk ke pejamu saluran cerna,
cerna, kemih, kelamin)
 Pejamu (seorang dengan kekebalan rendah)
93. Jika pasien sudah sering melakukan transfuse sebaiknya dicek
 Bovine albumin
94. Bakteri dengan koloni hitam
 Salmonella media SSA
95. Uji bakteri coliform Escheseria Coli Ecoli
 Presumtif tes, untuk mendeteksi keberadaan bakteri koliform,
dilakukan pengenceran sampel dalam larutan pengencer Pepton
Dilution Fluid (PDF), Mac Concey Broth (MCB) tabung dirham
terbalik 3 tabung diisi 1ml air, 3 tabung diisi pengenceran
10-1, 3 tabung diisi pengenceran 10-2, inkubasi 37c 2 hari,
hasil timbul gas ditabung dirham terbalik
 Konfirmasi tes, untuk mengetes Kembali adanya bakteri coliform
dengan bantuan medium selektif diferensial, 1 ose dari media
MCB ditanam ke media BGLB
 Completed tes, uji pelengkap hasil tes dengan mendeteksi sifat
fermentative bakteri coliform, media EC Borth
96. Jenis dan klasifikasi laboratorium
 Laboratorium berdasarkan jenis pelayanan
Klinik umum (pratama sederhana, madya imunologi, utama
klinik automatic)
Klinik khusus (mikrobiologi, parasitology, patologi
anatomi)
97. Microtome adalah
 Memotong jaringan tipis dengan pisau vertical dengan ketebalan
tertentu
 Maual, automatic, semi auto
Download