Uploaded by zerozikri2004

LAPORAN OTK 1 SEDIMENTASI

advertisement
LAPORAN PRAKTIKUM
SEDIMENTASI
Oleh:
KELOMPOK 14 (EMPAT BELAS)
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
RIKA PIDIA
1909066022
MUHAMMAD RIZKY
1909066027
LABORATORIUM REKAYASA KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2021
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Di dalam praktik dalam kehidupan sehari-hari banyak dijumpai proses yang
melibatkan zat padat dan cairan, baik yang sejenis atau yang berbeda. Di samping
itu sering dijumpai proses pemisahan zat padat dengan zat cair baik dalam industri
maupun dalam kehidupan sehari-hari.
Pada industri kimia proses pemisahan sangat diperlukan, baik dalam penyiapan
umpan ataupun produk. Umumnya memisahkan dari campuran produk yang keluar
dari reaktor. Berbagai cara pemisahan dapat digunakan, teknik pemisahan yang
umumnya banyak dipakai adalah; sedimentasi, kristalisasi, distilasi, ekstraksi,
absorpsi, adsorpsi, dan filtrasi.
Pada percobaan kali ini teknik yang dilakukan adalah dengan proses sedimentasi.
Proses sedimentasi sendiri dapat diartikan sebagai pemisahan suspensi menjadi
cairan dan zat padat yang lebih pekat, dimana prinsip pengendapannya berdasarkan
gaya gravitasi. Pada umumnya proses sedimentasi digunakan pada pengolahan air
minum, pengolahan air limbah dan pengolahan air limbah tingkat lanjutan. Proses
sedimentasi banyak digunakan karena prosedurnya yang sederhana dan hasilnya
baik. Proses sedimentasi selain lebih mudah dalam pengoperasiannya, dilihat dari
segi ekonomi juga jauh lebih murah.
Sedimentasi (pengendapan) merupakan salah satu cara pemisahan padatan yang
tersuspensi dalam suatu cairan dimana akan terjadi peristiwa turunnya partikel –
partikel padat yang semula tersebar atau tersuspensi dalam cairan karena adanya
gaya berat atau gaya gravitasi, tetapi selama proses sedimentasi ini berlangsung,
terdapat tiga gaya yang berpengaruh yaitu, gaya gravitasi, gaya apung, dan gaya
dorong.
Operasi sedimentasi ini banyak digunakan pada proses pemisahan kimia, metalurgi,
maupun pada proses – proses pengurangan polusi dari air limbah industri.
Rancangan peralatan untuk sedimentasi selalu didasarkan pada percobaan
sedimentasi pada skala yang lebih kecil.
Dalam industri yang digunakan adalah air jernihnya untuk air proses maupun air
produksi biasanya untuk mempercepat pengendapan ditambahkan juga koagulan,
prosesnya yaitu mengikat butiran butiran kapur menjadi flok – flok sehingga akan
lebih cepat jatuh karena semakin besar flok akan semakin besar juga gaya gravitasi
yang berpengaruh pada proses pengendapan tersebut.
Dalam pelaksanaannya, sedimentasi dapat dilakukan dengan dua cara, secara batch
dan kontinyu. Sedimentasi di dalam industri biasanya menggunakan proses
kontinyu di dalam tangki besar, dan menggunakan air sebagai zat pensuspensi.
Sedangkan dalam laboratorium biasa dilakukan sedimentasi secara batch di dalam
silinder vertikal, karena lebih sederhana, mudah dan murah.
Oleh karena itu, perlu dilakukan praktik mengenai proses sedimentasi, agar
praktikan lebih memahami dan dapat mengaplikasikan proses sedimentasi ini baik
dalam proses ajar mengajar, penelitian serta dunia kerja.
1.2
a.
Tujuan Praktikum
Untuk mengetahui perbandingan konsentrasi slurry (CL) CaCO3 pada massa 30
gram, 40 gram, dan 50 gram dan pengaruh massa CaCO3 dengan konsentrasi slurry
(CL)
b.
Untuk mengetahui perbandingan dan hubungan antara kecepatan sedimentasi (VL)
dan konsentrasi slurry (CL) pada saat berat CaCO3 adalah 30 gram, 40 gram dan 50
gram.
c.
Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan sedimentasi
BAB II
LANDASAN TEORI
Sedimentasi adalah suatu proses yang bertujuan untuk memisahkan/mengendapkan zatzat padat atau tersuspensi non koloid dalam air. Pengendapan material yang dibawa oleh
angin, air, atau gletser. Semua hasil erosi akan diendapkan disuatu tempat, baik di sungai,
lembah, lereng pegunungan ataupun dasar laut yang dangkal. Kadang kala hasil
sedimentasi kembali mengalami erosi (Dunbar, 1957).
Tujuan dari proses sedimentasi antara lain :
a.
Untuk memisahkan partikel-partikel dari alur fluida sehingga fluida tersebut bebas
dari kontaminan partikel.
b.
Untuk memulihkan partikel-partikel sebagai produk (seperti pemulihan fasa
terdispersi pada ekstraksi cair-cair).
c.
Untuk memisahkan partikel-partikel menjadi fraksi-fraksi dengan ukuran atau
densitas yang berbeda dengan cara menyuspensikan partikel-partikel tersebut ke
dalam suatu fluida
(Cabe, 1989)
Prinsip percobaan sedimentasi pemisahan secara mekanik menjadi dua bagian, yaitu
slurry (endapan) dan supernatant (beningan). Memanfaatkan gaya gravitasi dengan
mendiamkan suspensi hingga terbentuk endapan yang terpisah dari beningan (Pettijohn,
1957)
Kecepatan sedimentasi didefinisikan sebagai laju pengurangan atau penurunan
ketinggian daerah batas antara slurry (endapan) dan supernatant (beningan) pada suhu
seragam untuk mencegah pergeseran fluida karena Konveksi. Pada keadaan awal,
konsentrasi slurry seragam di seluruh bagian tabung. Kecepatan sedimentasi konstan,
terlihat pada grafik hubungan antara ZL dan tL membentuk garis lurus untuk periode awal
(dZ/dt=V=konstan ). Periode ini disebut free settling, dimana padatan bergerak turun
hanya karena gaya gravitasi. Kecepatan yang konstan ini disebabkan oleh konsentrasi di
lapisan batas yang relatif masih kecil, sehingga pengaruh gaya tarik-menarik antar
partikel, gaya gesek dan gaya tumbukan antar partikel dapat diabaikan. Partikel yang
berukuran besar akan turun lebih cepat, menyebabkan tekanan ke atas oleh cairan
bertambah, sehingga mengurangi kecepatan turunnya padatan yang lebih besar. Hal ini
membuat kecepatan penurunan semua partikel (baik yang kecil maupun yang besar)
relatif sama atau konstan (L.McCabe, 2003)
Kecepatan sedimentasi didefinisikan sebagai laju pengurangan atau penurunan
ketinggian daerah batas antara slurry (fraksi yang keruh) dan supernatant (fraksi yang
jernih) pada temperatur yang sama untuk mencegah pergeseran fluida karena konveksi
(Brown, 1978).
Sedimentasi berdasarkan kecepatan jatuhnya terdiri dari dua tahap:
a.
Free settling velocity
Tahap dimana kecepatan jatuhnya relatif konstan, kecepatan sedimentasi akan linier
hingga waktu tertentu. Pada saat awal sedimentasi partikel yang jatuh dianggap
hanya satu partikel, tidak dipengaruhi partikel lain. Free settling velocity pada
umumnya berlangsung di awal proses sedimentasi dimana konsentrasi tumpukan
partikel masih rendah sekali.
b.
Hindered settling velocity
Tahap dimana kecepatan jatuhnya semakin lambat karena ada pengaruh dari partikelpartikel lain. Kecepatan sedimentasi akan berkurang sejalan dengan waktu. Hindered
settling velocity mulai terjadi pada keadaan akhir proses sedimentasi dimana sudah
mulai terbentuk zona dengan tumpukan partikel yang mengendap
(Geankoplis, 1983).
Pada proses pengendapan dalam keadaan free settling, model persamaan yang dapat
digunakan untuk menghitung kecepatan penurunan partikel pada proses sedimentasi
adalah sebagai berikut:
a.
Stokes- Newton Law
Jika sebuah partikel turun di dalam fluida karena gaya gravitasi, maka kecepatan
pengendapan akan tercapai apabila jumlah dari gaya friksi (i) dan gaya apung
(buoyancy) sebanding dengan gaya gravitasi benda (Sukardjo, 2004).
Persamaan kecepatan pengendapan adalah sebagai berikut :
s
v=
ρs gD2
18μ+ √0,3ρs ρgD3
Dimana vs adalah kecepatan pengendapan, g percepatan gravitasi, D diameter
partikel, ρs densitas partikel, ρ densitas air, dan μ viskositas air.
b.
Persamaan Farag
Farag merumuskan suatu persamaan untuk kecepatan sedimentasi dengan variabel
konsentrasi cairan. Persamaannya dapat dirumuskan (Farag, 1996)
gd2p (ρs -ρf )ε2f
v=
18μf b
c.
Persamaan Fergusson-Church
Persamaan kecepatan pengendapan dapat dirumuskan (Ferguson, 2004)
vs =
ρs gD2
18μ+ √√0,3ρs ρgD3
Dimana vs adalah kecepatan pengendapan, g percepatan gravitasi, D diameter
partikel, ρs densitas partikel, ρ densitas air, dan μ viskositas air.
d.
Persamaan Gibbs-Mattew-Link
Persamaan ini mengungkapkan hubungan antara ukuran partikel berbentuk bola dan
kecepatan free settlingnya untuk berbagai temperatur, viskositas dan kepadatan bola.
Untuk menghitung kecepatan pengendapan partikel berbentuk bola dari berbagai
ukuran, dengan menggunakan pengolahan data yang diubah ke dalam persamaan
empiris memberikan hasil di bawah ini,
2
v=
√-3μ+√9μ +gr2 ρ (ρ -ρ )(0,015476+0,19841r)
f s f
ρf (0,011607+0,14881r)
Dimana ν kecepatan pengendapan, η viskositas fluida, g percepatan gravitasi, ρf
densitas fluida, ρs densitas solid dan r jari-jari partikel.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengendapan
a.
Temperatur
Kelarutan semakin meningkat dengan naiknya suhu, jadi dengan meningkatnya suhu
maka pembentukan endapan akan berkurang disebabkan banyak endapan yang
berada pada larutannya.
b.
Sifat Alami Pelarut
Garam anorganik mudah larut dalam air dibandingkan dengan pelarut organik seperti
alkohol atau asam asetat. Perbedaan kelarutan suatu zat dalam pelarut organik dapat
dipergunakan untuk memisahkan campuran antara dua zat. Setiap pelarut memiliki
kapasitas yang berbeda dalam melarutkan suatu zat, begitu juga dengan zat yang
berbeda memiliki kelarutan yang berbeda pada pelarut tertentu.
c.
Pengaruh Ion Sejenis
Kelarutan endapan akan berkurang jika dilarutkan dalam larutan yang mengandung
ion sejenis dibandingkan dalam air saja.
d.
Pengaruh pH
Kelarutan endapan garam yang mengandung anion dari asam lemah dipengaruhi oleh
pH, hal ini disebabkan karena penggabungan proton dengan anion endapannya.
e.
Pengaruh Hidrolisis
Jika garam dari asam lemah dilarutkan dalam air maka akan dihasilkan perubahan
konsentrasi H+ dimana hal ini akan menyebabkan kation garam tersebut mengalami
hidrolisis dan hal ini akan meningkatkan kelarutan garam tersebut.
f.
Pengaruh Ion Kompleks
Kelarutan garam yang tidak mudah larut akan semakin meningkat dengan adanya
pembentukan kompleks antara ligan dengan kation garam tersebut
(L.McCabe, 2003)
Selama proses ini berlangsung, terdapat tiga gaya yang berpengaruh :
a.
Gaya Gravitasi
Gaya ini bisa dilihat pada saat terjadi endapan atau mulai turunnya partikel padatan
menuju ke dasar tabung untuk membentuk endapan. Hal ini terjadi karena massa
jenis partikel padatan lebih besar dari massa jenis fluida.
Fg = m. g
b.
Gaya Apung
Gaya apung terjadi jika massa jenis partikel lebih kecil dari massa jenis fluida.
Sehingga partikel padatan berada pada permukaan cairan,
Fa = Mf. g
c.
Gaya Dorong
Gaya dorong terjadi pada saat larutan dipompakan ke dalam tabung. Larutan ini akan
terdorong pada ketinggian tertentu. Gaya dorong dapat juga kita lihat pada saat mulai
turunnya partikel padatan karena adanya gaya Gravitasi, maka fluida akan
memberikan gaya yang besarnya sama dengan berat padatan itu sendiri. Gaya inilah
yang disebut gaya dorong dan juga gaya yang memiliki arah yang berlawanan dengan
gaya gravitasi
F = K=
(Twenhofel, 1950)
h
w
= w.
s
KM
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1
Alat dan Bahan
3.1.1
Alat
a.
Gelas Ukur 500 mL
b.
Gelas Kimia 500 ml
c.
Batang Pengaduk
d.
Stopwatch
e.
Neraca Analitik
f.
Sendok
g.
Milimeterblock
h.
Kertas
i.
Penggaris
j.
Cawan Petri
3.1.2
Bahan
a.
CaCO3
b.
Aquadest
3.2
Rangkaian Alat
3.3
Prosedur Percobaan
3.3.1
CaCO3 30 gram
a.
Disiapkan gelas ukur 500 ml
b.
Ditimbang CaCO3 sebanyak 30,1382 gram menggunakan neraca analitik
c.
Dimasukkan CaCO3 kedalam gelas ukur
d.
Dimasukkan aquadest hingga 500 ml
e.
Diaduk hingga homogen
f.
Diamati dan dicatat tinggi sedimentasi tiap 10 detik selama 2 menit
menggunakan stopwatch
3.3.2
CaCO3 40 gram
a.
Disiapkan gelas ukur 500 ml
b.
Ditimbang CaCO3 sebanyak 40,2061 gram menggunakan neraca analitik
c.
Dimasukkan CaCO3 kedalam gelas ukur
d.
Dimasukkan aquadest hingga 500 ml
e.
Diaduk hingga homogen
f.
Diamati dan dicatat tinggi sedimentasi tiap 10 detik selama 2 menit
menggunakan stopwatch
3.3.3
CaCO3 50 gram
a.
Disiapkan gelas ukur 500 ml
b.
Ditimbang CaCO3 sebanyak 50,3351 gram menggunakan neraca analitik
c.
Dimasukkan CaCO3 kedalam gelas ukur
d.
Dimasukkan aquadest hingga 500 ml
e.
Diaduk hingga homogen
f.
Diamati dan dicatat tinggi sedimentasi tiap 10 detik selama 2 menit
menggunakan stopwatch
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Data Hasil Pengamatan
Percobaan 1
Berat CaCO3 (M1)
: 30,1382 gram
Volume Slurry (V1)
: 500 ml = 0,5 L
Konsentrasi Larutan 1
: 0,6022 mol/L
Percobaan 2
Berat CaCO3 (M1)
: 40,2061 gram
Volume Slurry (V1)
: 500 ml = 0,5 L
Konsentrasi Larutan 2
: 0,8034 mol/L
Percobaan 3
4.2
Berat CaCO3 (M1)
: 50,3351gram
Volume Slurry (V1)
: 500 ml = 0,5 L
Konsentrasi Larutan 3
: 1,0058 mol/L
Pembahasan
Tabel 4.1 Data Percobaan 1
Detik (s)
Zi (cm)
ZL (cm)
10
24,5
0,5
20
24
1
30
23
2
40
22,5
2,5
50
22
3
60
21,5
3,5
70
21
4
80
20,5
4,5
90
20
5
100
19,5
5,5
110
19
6
120
18
7
Berdasarkan hasil percobaan 1 sedimentasi dengan menggunakan zat padat kapur
(CaCO3) sebanyak 30,1382 gram dengan volume slurry 500 ml didapatkan bidang batas
(Z0) 25 cm pada semua percobaan. Dengan waktu 120 detik maka didapatkan ketinggian
slurry (Zl) yaitu 7 cm dan ketinggian supernatant (Zi) yaitu 18 cm, sehingga didapatkan
nilai kosentrasi (C0) sebesar 0,6022 mol/L. Pertama ditimbang kapur sebanyak 30,1382
gram menggunakan neraca analitik, kemudian masukkan kapur yang telah ditimbang
kedalam gelas ukur 500 ml. Lalu tambahkan aquadest hingga volume larutan menjadi
500 ml. Aduk menggunakan pengaduk hingga larutan homogen. Setelah dihomogenkan
air dan kapur bercampur dan menjadi keruh. Lalu hentikan pengadukan dan catat
ketingian awal permukaan slurry. Hidupkan stopwatch dan waktu sedimentasi mulai
dihitung. Kemudian catat ketinggian bidang batas cairan jenuh (Z) setiap 10 detik selama
2 menit.
Tabel 4.2 Data Percobaan 2
Detik (s)
Zi (cm)
ZL (cm)
10
24,5
0,5
20
24
1
30
23
2
40
22
3
50
21,5
3,5
60
21
4
70
20,5
4,5
80
19,5
5,5
90
19
6
100
18,5
6,5
110
18
7
120
17
8
Berdasarkan hasil percobaan 2 sedimentasi dengan menggunakan zat padat kapur
(CaCO3) sebanyak 40,2061 gram dengan volume slurry 500 ml didapatkan bidang batas
(Z0) 25 cm pada semua percobaan. Dengan waktu 120 detik maka didapatkan ketinggian
slurry (Zl) yaitu 8 cm dan ketinggian supernatant (Zi) yaitu 17 cm, sehingga didapatkan
nilai kosentrasi (C0) sebesar 0,8034 mol/L. Pertama ditimbang 40,2061 gram kapur
sebanyak menggunakan neraca analitik, kemudian masukkan kapur yang telah ditimbang
kedalam gelas ukur 500 ml. Lalu tambahkan aquadest hingga volume larutan menjadi
500 ml. Aduk menggunakan pengaduk hingga larutan homogen. Setelah dihomogenkan
air dan kapur bercampur dan menjadi keruh. Lalu hentikan pengadukan dan catat
ketingian awal permukaan slurry. Hidupkan stopwatch dan waktu sedimentasi mulai
dihitung. Kemudian catat ketinggian bidang batas cairan jenuh (Z) setiap 10 detik selama
2 menit.
Tabel 4.3 Data Percobaan 3
Detik (s)
Zi (cm)
ZL (cm)
10
19
6
20
18,5
6,5
30
18
7
40
17,8
7,2
50
17,5
7,5
60
17
8
70
16,5
8,5
80
16
9
90
15,5
9,5
100
15
10
110
14,5
10,5
120
14
11
Berdasarkan hasil percobaan 3 sedimentasi dengan menggunakan zat padat kapur
(CaCO3) sebanyak 50,3351 gram dengan volume slurry 500 ml didapatkan bidang batas
(Z0) 25 cm pada semua percobaan. Dengan waktu 120 detik maka didapatkan ketinggian
slurry (Zl) yaitu 11 cm dan ketinggian supernatant (Zi) yaitu 14 cm, sehingga didapatkan
nilai kosentrasi (C0) sebesar 1,0058 mol/L. Pertama ditimbang 50,3351 gram kapur
sebanyak menggunakan neraca analitik, kemudian masukkan kapur yang telah ditimbang
kedalam gelas ukur 500 ml. Lalu tambahkan aquadest hingga volume larutan menjadi
500 ml. Aduk menggunakan pengaduk hingga larutan homogen. Setelah dihomogenkan
air dan kapur bercampur dan menjadi keruh. Lalu hentikan pengadukan dan catat
ketingian awal permukaan slurry. Hidupkan stopwatch dan waktu sedimentasi mulai
dihitung. Kemudian catat ketinggian bidang batas cairan jenuh (Z) setiap 10 detik selama
2 menit.
Dari ketiga percobaan didapatkan kesimpulan bahwa semakin besar massa padatan yang
digunakan, maka konsentrasi zat (slurry) meningkat. Semakin besar konsentrasi zat maka
waktu yang digunakan untuk proses pengendapan hingga mendapatkan bidang batas
cairan (z) akan semakin besar. Sehingga proses sedimentasi semakin lambat.
Tinggi Beningan Zi (cm)
Grafik Hubungan t dan Zi
30
25
20
15
10
5
0
0
20
40
60
80
100
t (s)
30 gram
40 gram
50 gram
Grafik 4.1 Hubungan t dan Zi
120
140
Pada grafik 4.1 dapat dilihat bahwa grafik hubungan antara Zi (tinggi slurry) dengan t
(waktu) setiap 10 sekon pada percobaan 1, 2 dan 3. Berdasarkan gambar tersebut dapat
dapat disimpulkan semakin lama waktu yang dibutuhkan maka supernatant atau beningan
akan semakin menurun hingga mencapai ketinggian daerah batas antara slurry dan
supernantant. Hal ini disebabkan karena slurry mengalami proses pengendapan. Proses
pengendapan ini sendiri terjadi disebabkan karena partikulat CaCO3 di dalam cairan
bergerak ke dasar wadah akibat adanya gaya gravitasi. Partikulat CaCO3 di dalam cairan
terpengaruh oleh gaya gravitasi karena partikulat CaCO3 memiliki massa partikel yang
jauh lebih besar dibandingkan massa air. jenis campuran antara air dan CaCO3 ini adalah
campuran heterogen yang dimana padatan dan cairan dapat di bedakan dengan jelas tanpa
alat bantu.
Tinggi Endapan ZL (cm)
Grafik Hubungan t dan ZL
12
10
8
6
4
2
0
0
20
40
60
80
100
120
140
t (s)
30 gram
40 gram
50 gram
Grafik 4.2 Hubungan t dan ZL
Berdasarkan grafik pada gambar 4.2, dapat dilihat dari ketiga percobaan yang dilakukan
dengan berat CaCO3 yang berbeda. Semakin berat CaCO3 yang digunakan maka semakin
cepat pula ketinggian ZL nya, dapat di lihat di grafik, CaCO3 dengan berat 50 gram lebih
cepat mencapai ketinggian ZL yang lebih besar di bandingkan dengan CaCO3 40 gram
dan CaCO3 30 gram. Dapat disimpulkan bahwa semakin besar massa padatan yang
digunakan maka tinggi endapan (ZL) yang dihasilkan juga semakin besar. Selain itu
proses ini menunjukan bahwa ketinggian endapan meningkat sepanjang waktu. Proses
pengendapan CaCO3 telah dijelaskan pada hubungan antara penurunan ketinggian slurry
setiap satuan waktu. Berdasarkan grafik pada gambar 4.2, pada waktu awal t (0) hingga t
(120) pertambahan ketinggian endapan di dasar wadah pada 3 variasi percobaan bernilai
konstan. Dapat disimpulkan bahwa sejak t (0) hingga t (120) proses sedimentasi berada
dalam kondisi free settling. Pada kondisi ini kecepatan pengendapan bernilai konstan. Hal
ini disebabkan karena pergerakan partikel CaCO3 tidak saling mempengaruhi. Sehingga
tidak terjadi gaya gesek baik antara partikel CaCO3 maupun dengan dinding wadah yang
dapat menghambat kecepatan sedimentasi
Kecepatan Sedimentasi VL (cm/s)
Grafik Hubungan t dan VL
3,0000
2,5000
2,0000
1,5000
30 gram
1,0000
40 gram
0,5000
50 gram
0,0000
0
50
100
150
t (s)
Grafik 4.3 Hubungan t dan VL
Pada grafik 4.3 dapat dilihat bahwa grafik justru berbanding terbalik dengan grafik
sebelumnya (t terhadap ZL) dimana semakin lama waktu maka semakin kecil nilai VL
nya hal ini dapat dilihat dari keadaan grafik yang munurun dan disebabkan oleh
sedimentasi berada pada kondisi free settling velocity. Kondisi ini terjadi karena seiring
berjalannya waktu maka kerapatan partikel akan semakin kecil sehingga menyebabkan
kecepatan sedimentasi semakin kecil. Penurunan kecepatan bernilai hampir seragam.
Kondisi ini disebut sebagai kondisi hindered settling velocity. Kondisi ini terjadi karena
terjadi peningkatan kerapatan partikel yang menyebabkan terjadinya gaya gesek antar
partikel dan dengan dinding wadah yang menghambat proses sedimentasi.
Kecepatan Sedimentasi VL (cm/s)
Grafik Hubungan CL terhadap VL
3,0000
2,5000
2,0000
1,5000
30 gram
1,0000
40 gram
0,5000
50 gram
0,0000
0,0000
0,5000 1,0000 1,5000 2,0000
Konsentrasi Slurry CL (mol/L)
Grafik 4.3 Hubungan CL terhadap VL
Pada grafik 4.4 dapat dilihat bahwa semakin kecil nilai dari VL maka semakin besar nilai
CL nya. Semakin kecil nilai kerapatan suatu partikel dalam suatu volume, maka
konsentrasinya juga akan semakin kecil. Inilah yang menyebabkan harga C menurun saat
harga V meningkat. Pada saat harga V menurun, maka harga C meningkat. Hal ini
disebabkan saat harga V menurun, proses sedimentasi berada dalam kondisi hindered
settling velocity. Kondisi ini terjadi karena kerapatan partikel yang meningkat
menyebabkan besarnya gaya gesek antar partikel. Hubungan kecepatan (VL) dan
konsentrasi (CL) berdasarkan grafik hasil percobaan adalah berbanding terbalik, dimana
semakin besar konsentrasi slurry (CL) maka kecepatan sedimentasi (VL) semakin lambat.
Begitu pula sebaliknya, semakin kecil kosentrasinya maka kecepatan sedimentasi
semakin cepat. Selain dari grafik, contoh nya saja dalam tabel perhitungan yang kita
peroleh untuk massa 30 gram dimana VL 1,3 cm/s dan CL 1,32 mol dengan VL 0,15 dan
CL 1,47 mol. Dapat di tarik kesimpulan bahwa kecepatan sedimentasi berbanding terbalik
dengan konsentrasi. Sedangkan hubungan antara zo dan zi adalah dimana zi merupakan
garis bantu dalam grafik untuk menentukan zl dan tl sehingga pada perhitungan dapat
diperoleh konsentrasi larutan (CL) dan kecepatan (VL) masing-masing titik. Sedangkan
zo merupakan bidang batas awal permukaan slurry, dimana selama proses sedimentasi
akan diperoleh ketinggian bidang batas slurry yang baru (zi) untuk dijadikan titik acuan
perhitungan selanjutnya yaitu (VL) dan (CL). Zo adalah 25 cm.
Dari ketiga percobaan didapatkan kesimpulan bahwa semakin besar massa padatan yang
digunakan, maka konsentrasi zat (slurry) meningkat. Dan semakin besar konsentrasi zat
yang digunakan maka waktu yang dihasilkan untuk proses pengendapan akan semakin
lama disebabkan oleh adanya gesekan antar partikel yang semakin besar pula. Waktu
pengendapan yang dihasilkan dari ketiga percobaan juga dipengaruhi oleh ukuran
partikel. Partikel yang mempunyai ukuran yang besar dan kasar akan sangat mudah
mengendap dari pada partikel halus sehingga waktu yang dihasilkan untuk proses
pengendapan pada partikel yang kasar lebih cepat dibandingkan dengan proses
pengendapan pada partikel yang lebih halus. Pada padatan yang halus diusahakan
menggumpal menjadi partikel yang lebih besar agar cepat mengendap. Diduga, viskositas
air dan berat jenis air/padatan mempengaruhi proses sedimentasi. Jika berat jenis fluida
lebih besar dari pada berat jenis partikel padatannya, maka laju pengendapannya lambat.
Begitu juga sebaliknya. Sedangkan pada viskositas, apabila temperatur tinggi maka
viskositas menurun sehingga bentuk dan ukuran partikel semakin kecil sehingga laju
pengendapan semakin cepat.
Faktor kesalahan dalam praktikum ini adalah pada saat menimbang CaCO3 menggunakan
neraca analitik data yang didapat kurang akurat karena kelebihan pada saat proses
penimbangan selain itu pada saat membaca bidang batas Z atau ketinggian slurry dan
supernatant kurang teliti serta kurang teliti dalam menentukan ZL, Zi dan tL sehingga
akan mempengaruhi dalam proses perhitungan
BAB V
KESIMPULAN
5.1
Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan bahwa :
a. Pada percobaan yang telah dilakukan digunakan massa padatan kapur tulis
(CaCO3) yang bervariasi yaitu 30 gram, 40 gram dan 50 gram. Masing-masing
massa padatan berpengaruh terhadap konsentrasi dan kecepatan sedimentasi. pada
percobaan dengan massa 30 gram, 40 gram dan 50 gram CaCO3 secara berurut
turut di dapatkan konsentrasi slurry pada waktu 120 detik adalah 0,8364 mol/L,
1,1815 mol/L dan 1,7961 mol/L sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin berat
massa CaCO3 maka semakin besar pula konsentrasi akhir slurry nya
b. Pada percobaan yang telah di lakukan digunakan massa padatan kapur tulis yang
bervariasi yaitu 30 gram, 40 gram dan 50 gram. Pada tabel perhitungan di
dapatkan kecepatan sedimentasi (VL) pada waktu 120 untuk massa CaCO3 30
gram, 40 gram dan 50 gram secara berturut turut adalah 0,0917 cm/s, 0,075 cm/s
dan 0,025 cm/s sedangkan untuk konsentrasi slurry pada waktu 120 detik secara
berturut turut adalah 0,8364 mol/L, 1,1815 mol/L dan 1,7961 mol/L. Dapat
disimpulkan bahwa VL berbanding terbalik dengan CL dimana semakin besar VL
maka semakin kecil CL begitupun sebalik nya semakin besar CL maka semakin
kecil VL.
c. Pada percobaan yang telah dilakukan diperoleh faktor-faktor yang mempengaruhi
sedimentasi adalah berat jenis cairan dan berat jenis padatan, viskositas air, aliran
dalam kolom sedimentasi serta bentuk dan ukuran padatan, dimana semakin berat
padatan yang melalui proses sedimentasi maka proses sedimentasi berjalan
dengan cepat dan semakin besar bentuk dan ukuran padatan maka proses
sedimentasi juga semakin cepat.
5.2
Saran
Sebaiknya untuk percobaan selanjutnya digunakan bahan yang memiliki massa
jenis lebih berat dibandingkan kapur seperti pasir atau bahan yang memiliki massa
jenis lebih ringan dibandingkan kapur seperti abu. Selain itu percobaan
selanjutnya juga dapat menggunakan volume pelarut yang berbeda dengan massa
padatan yang sama atau menggunakan jenis pelarut yang berbeda dengan jenis
padatan yang sama. Lalu untuk percobaan selanjutnya juga dapat digunakan
dengan metode sedimentasi yang berbeda bukan hanya dengan metode batch saja
tetapi dengan metode semi-batch atau kontinyu.
DAFTAR PUSTAKA
Brown, G.G. 1950. Unit Operations. New York: John Wiley and Sons, Inc.
Cabe, M. 1989. Operasi Teknik Kimia, Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Dunbar, C. O. dan J. Rodgers. 1957. Principles of Stratigraphy. New York: John Wiley
& Sons.
Farag I., 1996, Fluid Flow, East Williston, New York.
Fergusson R.I. and Church M., 2004, Journal of Sedimentary Research, p.p. 933-937.
Geankoplis, C.J. 2003. Transport Process and Separation Process Principles, 4th
Edition. New Jersey: Prentice Hall.
L.McCabe, Warren. 2003. Operasi Teknik Kimia (Jilid 1). Jakarta. Penerbit Erlangga.
Pettijohn, F. J. 1957. Sedimentary Rocks. Edisi-2. New York: Harper.
Sukardjo, 2004, Kimia Fisika, cetakan ke 3, PT. Rineka Cipta, Jakarta.
Twenhofel, W. H. 1950. Principles of Sedimentation. New York: McGraw-Hill.
LAMPIRAN
Analisa Perhitungan
1. Percobaan I
Tabel 1 Nilai Zi dan ZL
Detik (s)
Zi (cm)
ZL (cm)
10
24,5
0,5
20
24
1
30
23
2
40
22,5
2,5
50
22
3
60
21,5
3,5
70
21
4
80
20,5
4,5
90
20
5
100
19,5
5,5
110
19
6
120
18
7
Berat CaCO3 (M1)
: 30,1382 gram
Volume Slurry (V1)
: 500 ml = 0,5 L
Berat Molekul
: 100,0869 gram/mol
Menghitung Konsentrasi Mula–mula (Co) :
berat CaCO3
Co
=
Co
=
Co
= 0,6022 mol/L
berat molekul × volume slurry
30,1382 gram
100,0869 gram/mol × 0,5 L
a. Menghitung kecepatan sedimentasi (VL)
1. Untuk
Zi = 24,5 cm
ZL = 0,5 cm
tL = 10 detik
VL =
=
Zi-ZL
tL
(24,5-0,5) cm
10
= 2,4 cm/s
2. Untuk Zi = 24 cm
ZL = 1 cm
tL = 20 detik
VL =
=
Zi-ZL
tL
(24-1) cm
20
= 1,15 cm/s
3. Untuk Zi = 23 cm
ZL = 2 cm
tL = 30 detik
VL =
=
Zi-ZL
tL
(23-2) cm
30
= 0,7 cm/s
4. Untuk Zi = 22,5 cm
ZL = 2,5 cm
tL = 40 detik
VL =
=
Zi-ZL
tL
(22,5-2,5) cm
40
= 0,5 cm/s
5. Untuk Zi = 22 cm
ZL = 3 cm
tL = 50 detik
VL =
=
Zi-ZL
tL
(22+3) cm
50
= 0,38 cm/s
6. Untuk Zi =21,5 cm
ZL = 3,5 cm
tL = 60 detik
VL =
=
Zi-ZL
tL
(21,5-3,5) cm
60
= 0,3 cm/s
7. Untuk Zi = 21 cm
ZL = 4 cm
tL = 70 detik
VL =
=
Zi-ZL
tL
(21-4) cm
70
= 0,2429 cm/s
8. Untuk Zi = 20,5 cm
ZL = 4,5 cm
tL = 80 detik
VL =
=
Zi-ZL
tL
(20,5-4,5) cm
80
= 0,2 cm/s
9. Untuk Zi = 20 cm
ZL = 5 cm
tL = 90 detik
VL =
Zi-ZL
tL
=
(20-5) cm
90
= 0,1667 cm/s
10. Untuk Zi = 19,5 cm
ZL = 5,5 cm
tL = 100 detik
VL =
=
Zi-ZL
tL
(19,5-5,5) cm
100
= 0,14 cm/s
11. Untuk Zi = 19 cm
ZL = 6 cm
tL = 110 detik
VL =
=
Zi-ZL
tL
(19-6) cm
110
= 0,1182 cm/s
12. Untuk Zi = 18 cm
ZL = 7 cm
tL = 120 detik
VL =
=
Zi-ZL
tL
(18-7) cm
120
= 0,0917 cm/s
b. Menghitung konsentrasi slurry pada kecepatan VL(CL)
1. CL =
=
Zo x Co
Zi
25cm x 0,6022
24,5 cm
= 0,6145
mol
L
mol
L
2. CL =
=
Zo x Co
Zi
25cm x 0,6022
24 cm
= 0,6273
3. CL =
=
Zi
23 cm
L
Zi
22,5 cm
mol
L
Zi
25cm x 0,6022
22 cm
6. CL =
L
Zo x Co
Zi
21,5 cm
= 0,0,7003
=
mol
L
mol
25cm x 0,6022
7. CL =
mol
L
Zo x Co
= 0,6844
=
mol
25cm x 0,6022
5. CL =
mol
L
Zo x Co
= 0,6692
=
L
Zo x Co
= 0,6546
=
mol
25cm x 0,6022
4. CL =
mol
L
mol
L
mol
L
Zo x Co
Zi
25cm x 0,6022
21 cm
= 0,7170
mol
L
mol
L
8. CL =
=
Zo x Co
Zi
25cm x 0,6022
20,5 cm
mol
= 0,7344
9. CL =
=
Zo x Co
Zi
20 cm
= 0,7528
=
L
25cm x 0,6022
10. CL =
L
Zo x Co
Zi
19,5 cm
= 0,7721
=
L
Zo x Co
Zi
19 cm
mol
L
mol
= 0,7924
=
mol
L
mol
25cm x 0,6022
12. CL =
mol
L
mol
25cm x 0,6022
11. CL =
mol
L
L
Zo x Co
Zi
25cm x 0,6022
18 cm
= 0,8364
mol
L
mol
L
2. Percobaan II
Tabel 2 Nilai Zi dan ZL
Detik (s)
Zi (cm)
ZL (cm)
10
24,5
0,5
20
24
1
30
23
2
40
22
3
50
21,5
3,5
60
21
4
70
20,5
4,5
80
19,5
5,5
90
19
6
100
18,5
6,5
110
18
7
120
17
8
Berat CaCO3 (M1)
: 40,2061 gram
Volume Slurry (V1)
: 500 ml = 0,5 L
Berat Molekul
: 100,0869 gram/mol
Menghitung Konsentrasi Mula–mula (Co) :
berat CaCO
Co
3
= berat molekul × volume
slurry
Co
=
40,2061 gram
100,0869 gram/mol × 0,5 L
Co
= 0,8034 mol/L
a. Menghitung kecepatan sedimentasi (VL)
1. Untuk
Zi = 24,5 cm
ZL = 0,5 cm
tL = 10 detik
VL =
=
Zi-ZL
tL
(24,5-0,5) cm
10
= 2,4 cm/s
2. Untuk Zi = 24 cm
ZL = 1 cm
tL = 20 detik
VL =
=
Zi-ZL
tL
(24-1) cm
20
= 1,15 cm/s
3. Untuk Zi = 24 cm
ZL = 2 cm
tL = 30 detik
VL =
=
Zi-ZL
tL
(23-2) cm
30
= 0,7 cm/s
4. Untuk Zi = 22 cm
ZL = 3 cm
tL = 40 detik
VL =
=
Zi-ZL
tL
(22−3) π‘π‘š
40
= 0,4750 cm/s
5. Untuk Zi = 21,5 cm
ZL = 3,5 cm
tL = 50 detik
VL =
=
Zi-ZL
tL
(21,5+3,5) cm
50
= 0,36 cm/s
6. Untuk Zi =21 cm
ZL = 4 cm
tL = 60 detik
VL =
=
Zi-ZL
tL
(21-4) cm
60
= 0,2833 cm/s
7. Untuk Zi = 20,5 cm
ZL = 4,5 cm
tL = 70 detik
VL =
=
Zi-ZL
tL
(20,5-4,5) cm
70
= 0,2286 cm/s
8. Untuk Zi = 19,5 cm
ZL = 5,5 cm
tL = 80 detik
VL =
=
Zi-ZL
tL
(19,5-5,5) cm
80
= 0, 1750 cm/s
9. Untuk Zi = 19 cm
ZL = 6 cm
tL = 90 detik
VL =
=
Zi-ZL
tL
(19-6) cm
90
= 0,1444 cm/s
10. Untuk Zi = 18,5 cm
ZL = 6,5 cm
tL = 100 detik
VL =
Zi-ZL
tL
=
(18,5-6,5) cm
100
= 0,12 cm/s
11. Untuk Zi = 18 cm
ZL = 7 cm
tL = 110 detik
VL =
=
Zi-ZL
tL
(18-7) cm
110
= 0,1 cm/s
12. Untuk Zi = 17 cm
ZL = 8 cm
tL = 120 detik
VL =
=
Zi-ZL
tL
(17-8) cm
120
= 0,0750 cm/s
b. Menghitung konsentrasi slurry pada kecepatan VL(CL)
1. CL =
=
Zo x Co
Zi
25cm x 0,8034
24,5cm
= 0,8198
2. CL =
=
mol
L
Zo x Co
Zi
25cm x 0,8034
24 cm
= 0,8369
3. CL =
mol
L
mol
L
π‘π‘œ π‘₯ πΆπ‘œ
𝑍𝑖
mol
L
=
25cm x 0,8034
23 π‘π‘š
= 0,8733
4. CL =
=
Zi
22 cm
L
Zi
21,5 cm
mol
L
Zi
25cm x0,8034
21 cm
7. CL =
L
Zo x Co
Zi
20,5 cm
= 0,9798
mol
L
mol
L
Zo x Co
Zi
25cm x 0,8034
19,5 cm
= 1,03
9. CL =
mol
L
mol
25cm x 0,8034
8. CL =
mol
L
Zo x Co
= 0,9565
=
mol
25cm x 0,8034
6. CL =
mol
L
Zo x Co
= 0,9342
=
L
25cm x 0,8034
5. CL =
=
mol
Zo x Co
= 0,9130
=
mol
L
mol
L
Zo x Co
Zi
mol
L
=
25cm x 0,8034
19 cm
=1,0571
10. CL =
=
mol
L
Zo x Co
Zi
25cm x 0,8034
18,5 cm
= 1,0857
11. CL =
=
L
Zo x Co
Zi
18 cm
= 1,1159
=
mol
L
mol
25cm x 0,8034
12. CL =
mol
L
mol
L
mol
L
Zo x Co
Zi
25cm x 0,8034
17 cm
= 1,1815
mol
L
mol
L
3. Percobaan III
Tabel 1 Nilai Zi dan ZL
Detik (s)
Zi (cm)
ZL (cm)
10
19
6
20
18,5
6,5
30
18
7
40
17,8
7,2
50
17,5
7,5
60
17
8
70
16,5
8,5
80
16
9
90
15,5
9,5
100
15
10
110
14,5
10,5
120
14
Berat CaCO3 (M1)
: 50,3351gram
Volume Slurry (V1)
: 500 ml = 0,5 L
Berat Molekul
: 100,0869 gram/mol
Menghitung Konsentrasi Mula–mula (Co):
berat CaCO
Co
3
= berat molekul × volume
slurry
Co
=
Co
= 1,0058 mol/L
50,3351 gram
100,0869 gram/mol × 0,5 L
a. Menghitung kecepatan sedimentasi (VL)
1. Untuk Zi = 19 cm
ZL = 6 cm
tL = 10 detik
VL =
=
Zi-ZL
tL
(19-6) cm
10
= 1,3 cm/s
2. Untuk Zi = 18,5 cm
ZL = 6,5 cm
tL = 20 detik
VL =
=
Zi-ZL
tL
(18,5-6,5) cm
20
= 0,6 cm/s
3. Untuk Zi = 18 cm
ZL = 7 cm
tL = 30 detik
VL =
Zi-ZL
tL
11
=
(18-7) cm
30
= 0,3667 cm/s
4. Untuk Zi = 17,8 cm
ZL = 7,2 cm
tL = 40 detik
VL =
=
Zi-ZL
tL
(17,8-7,2) cm
40
= 0,265 cm/s
5. Untuk Zi = 17,5 cm
ZL = 7,5 cm
tL = 50 detik
VL =
=
Zi-ZL
tL
(17,5+7,5) cm
50
= 0,2 cm/s
6. Untuk Zi = 17 cm
ZL = 8 cm
tL = 60 detik
VL =
=
Zi-ZL
tL
(17-8) cm
60
= 0,15 cm/s
7. Untuk Zi = 16,5 cm
ZL = 8,5 cm
tL = 70 detik
VL =
=
Zi-ZL
tL
(16,5-8,5) cm
70
= 0,1143 cm/s
8. Untuk Zi = 16 cm
ZL = 9 cm
tL = 80 detik
VL =
=
Zi-ZL
tL
(16-9) cm
80
= 0,0875 cm/s
9. Untuk Zi = 15,5 cm
ZL = 9,5 cm
tL = 90 detik
VL =
=
Zi-ZL
tL
(15,5-9,5) cm
90
= 0,0667 cm/s
10. Untuk Zi = 15 cm
ZL = 10 cm
tL = 100 detik
VL =
=
Zi-ZL
tL
(15-10) cm
100
= 0,05 cm/s
11. Untuk Zi = 14,5 cm
ZL = 10,5 cm
tL = 110 detik
VL =
=
Zi-ZL
tL
(14,5-10,5) cm
110
= 0,0364 cm/s
12. Untuk Zi = 14 cm
ZL = 11 cm
tL = 120 detik
VL =
=
Zi-ZL
tL
(14-11) cm
120
= 0,025 cm/s
b. Menghitung konsentrasi slurry pada kecepatan VL(CL)
1. CL =
=
Zo x Co
Zi
25cm x 1,0058
19 cm
= 1,3235
2. CL =
=
=
=
25cm x 1,0058
18,5 cm
=
mol
L
mol
L
Zo x Co
Zi
25cm x 1,0058
18 m
mol
L
mol
L
Zo x Co
Zi
25cm x 1,0058
17,8 cm
= 1,4127
5. CL =
L
Zi
= 1,397
4. CL =
mol
Zo x Co
= 1,3592
3. CL =
mol
L
mol
L
mol
L
Zo x Co
Zi
25cm x 1,0058
17,5 cm
= 1,4369
mol
L
mol
L
6. CL =
=
Zo x Co
Zi
25cm x 1,0058
17 cm
= 1,4792
7. CL =
=
=
=
25cm x 1,0058
16,5 cm
=
=
mol
L
Zi
25cm x 1,0058
16 cm
mol
L
mol
L
Zo x Co
Zi
25cm x 1,0058
15,5 cm
mol
L
mol
L
Zo x Co
Zi
25cm x 1,0058
15 cm
= 1,6764
11. CL =
mol
L
Zo x Co
= 1,6223
10. CL =
L
Zi
= 1,5716
9. CL =
mol
Zo x Co
= 1,5240
8. CL =
mol
L
mol
L
mol
L
Zo x Co
Zi
25cm x 1,0058
14,5 m
= 1,7342
mol
L
mol
L
Zo x Co
12. CL =
Zi
=
25cm x 1,0058
14 m
= 1,7961
mol
L
mol
L
Analisa Grafik
Tabel 1.1 Nilai VL dan CL pada Percobaan 1 untuk CaCO3 30,1382 gram
No. t (detik) Zi (cm) ZL (cm) VL (cm/s) CL (mol/L)
1
10
24,5
0,5
2,4000
0,6145
2
20
24
1
1,1500
0,6273
3
30
23
2
0,7000
0,6546
4
40
22,5
2,5
0,5000
0,6692
5
50
22
3
0,3800
0,6844
6
60
21,5
3,5
0,3000
0,7003
7
70
21
4
0,2429
0,7170
8
80
20,5
4,5
0,2000
0,7344
9
90
20
5
0,1667
0,7528
10
100
19,5
5,5
0,1400
0,7721
11
110
19
6
0,1182
0,7924
12
120
18
7
0,0917
0,8364
Tabel 1.2 Nilai VL dan CL pada Percobaan II untuk CaCO3 40,2061 gram
No. t (detik) Zi (cm) ZL (cm) VL (cm/s) CL (mol/L)
1
10
24,5
0,5
2,4000
0,8198
2
20
24
1
1,1500
0,8369
3
30
24
1
0,7667
0,8369
4
40
22
3
0,4750
0,9130
5
50
21,5
3,5
0,3600
0,9342
6
60
21
4
0,2833
0,9565
7
70
20,5
4,5
0,2286
0,9798
8
80
19,5
5,5
0,1750
1,0300
9
90
19
6
0,1444
1,0571
10
100
18,5
6,5
0,1200
1,0857
11
110
18
7
0,1000
1,1159
12
120
17
8
0,0750
1,1815
Tabel 1.3 Nilai VL dan CL pada Percobaan III untuk CaCO3 50,3351 gram
No. t (detik) Zi (cm) ZL (cm) VL (cm/s) CL (mol/L)
1
10
19
6
1,3000
1,3235
2
20
18,5
6,5
0,6000
1,3592
3
30
18
7
0,3667
1,3970
4
40
17,8
7,2
0,2650
1,4127
5
50
17,5
7,5
0,2000
1,4369
6
60
17
8
0,1500
1,4792
7
70
16,5
8,5
0,1143
1,5240
8
80
16
9
0,0875
1,5716
9
90
15,5
9,5
0,0667
1,6223
10
100
15
10
0,0500
1,6764
11
110
14,5
10,5
0,0364
1,7342
12
120
14
11
0,0250
1,7961
Grafik Hubungan t dan Zi
Tinggi Beningan Zi (cm)
30
25
20
15
10
5
0
0
20
40
60
80
100
120
140
120
140
t (s)
30 gram
40 gram
50 gram
Grafik Hubungan t dan ZL
Tinggi Endapan ZL (cm)
12
10
8
6
4
2
0
0
20
40
60
80
100
t (s)
30 gram
40 gram
50 gram
Grafik Hubungan t dan VL
Kecepatan Sedimentasi VL (cm/s)
3,0000
2,5000
2,0000
30 gram
1,5000
40 gram
1,0000
50 gram
0,5000
0,0000
0
20
40
60
80
100
120
140
t (s)
Grafik Hubungan CL terhadap VL
Kecepatan Sedimentasi VL (cm/s)
3,0000
2,5000
2,0000
30 gram
1,5000
40 gram
1,0000
50 gram
0,5000
0,0000
0,0000
0,5000
1,0000
1,5000
Konsentrasi Slurry CL (mol/L)
2,0000
Download