MAKALAH BUKTI AUDIT DOSEN PENGAMPU: Dr. IRWANSYAH, SE., M.Si., Ak., CA., CFrA., CAPM. OLEH : KELOMPOK 13 DEVI YULIAN RUMAHORBO (C1C022048) GABRIEL D. SIHALOHO (C1C022108) UNIVERSITAS BENGKULU FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS PRODI S1 AKUNTANSI 2024 1 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat, karunia, dan petunjuk-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pengauditan I yang diampu oleh Bapak Dr. Irwansyah, SE, M.Si., Ak., CA., CFrA., CAPM. di Universitas Bengkulu. Penyusunan makalah ini didasarkan pada pemahaman yang dilakukan, termasuk analisis terhadap peraturan perundang-undangan, studi literatur, serta pandangan dari praktisi dan akademisi di bidang akuntansi. Kami berharap makalah ini dapat memberikan wawasan tambahan dan menjadi kontribusi kecil dalam pemahaman lebih lanjut mengenai bukti audit. Kami menyadari bahwa makalah ini tidak luput dari kekurangan, dan kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk perbaikan di masa mendatang. Terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan dalam penyusunan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan masyarakat akademis pada umumnya. Bengkulu, Februari 2024 Kelompok 13 2 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ................................................................................................................................. 2 BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................................ 4 1.1 Latar Belakang .................................................................................................................................... 4 1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................................... 4 1.3 Tujuan ................................................................................................................................................. 4 BAB II .......................................................................................................................................................... 5 PEMBAHASAN .......................................................................................................................................... 5 2.1 Bukti Audit.......................................................................................................................................... 5 2.2 Kewajiban Auditor .............................................................................................................................. 8 2.3 Prosedur Audit untuk Memperoleh Bukti Audit ............................................................................... 10 2.4 Memilih Item Untuk Memperoleh Bukti Audit ................................................................................ 13 BAB III....................................................................................................................................................... 16 PENUTUP.................................................................................................................................................. 16 3.1 Kesimpulan ....................................................................................................................................... 16 3.2 Saran ................................................................................................................................................. 16 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................ 17 3 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bukti audit adalah informasi yang digunakan oleh auditor untuk mengevaluasi dan memvalidasi klaim atau pernyataan yang dibuat oleh pihak yang diaudit. Bukti audit memiliki peran penting dalam menentukan tingkat kepercayaan yang diberikan oleh auditor terhadap laporan keuangan dan sistem akuntansi suatu entitas. Bukti audit digunakan untuk mendukung kesimpulan dan opini auditor terhadap laporan keuangan. Bukti audit yang memadai dan relevan membantu auditor dalam menilai keandalan informasi yang ada, mengidentifikasi risiko, serta menemukan potensi kecurangan atau kesalahan dalam laporan keuangan. Bukti audit haruslah relevan, memadai, dapat diandalkan, dan cukup persuasif untuk mendukung konklusi auditor. Auditor harus mengikuti standar audit yang ditetapkan oleh organisasi profesi dan badan pengatur untuk memastikan kualitas dan konsistensi dalam proses audit. Penekanan pada regulasi dan standar dapat memberikan konteks yang penting untuk pemahaman tentang penggunaan bukti audit. 1.2 Rumusan Masalah 1. Apa definisi bukti audit? 2. Apa saja kewajiban auditor? 3. Bagaimana prosedur audit untuk memperoleh bukti audit 4. Bagaimana auditor memilih item untuk memperoleh bukti audit? 1.3 Tujuan 1. Untuk mengetahui definisi bukti audit 2. Untuk mengetahui kewajiban auditor 3. Untuk mengetahui prosedur audit dalam memperoleh bukti audit 4. Untuk mengetahui cara auditor memilih item dalam memperoleh bukti audit 4 BAB II PEMBAHASAN 2.1 Bukti Audit Tujuan auditor ialah merancang dan melaksanakan prosedur audit sedemikian rupa sehingga auditor memperoleh bukti yang cukup dan tepat untuk menarik kesimpulan yang memadai, yang akan digunakannya sebagai dasar pemberian opini auditnya. Adapun proses audit adalah proses menghimpun bukti agar auditor dapat menyimpulkan apakah laporan keuangan yang diauditnya, bebas dari (atau justru mengandung) salah saji yang material, baik yang disebabkan oleh kekeliruan maupun manipulasi, sehingga ia dapat merumuskan opini auditnya. International Standards on Auditing(ISA) 500 menggunakan beberapa istilah dengan makna khusus, seperti berikut: a) Accounting records b) Appropriateness (of audit evidence) c) Audit evidence d) Management's expert e) Sufficiency (of audit evidence) Definisi kelima istilah tersebut dijelaskan di bawah dengan urutan makna dari umum ke khusus. Audit evidence Audit evidence (bukti audit) adalah informasi yang digunakan auditor untuk menarik kesimpulan yang menjadi dasar pemberian opini auditnya. Bukti audit meliputi informasi yang terdapat dalam catatan accounting (yang mendasari laporan keuangan) dan informasi lain (di luar catatan accounting). Accounting Records Accounting records (catatan accounting) didefinisikan secara rinci sebagai: 1. catatan transaksi dan peristiwa accounting ke dalam unsur debit dan kredit; 5 2. catatan pendukung (seperti cek, catatan transfer dana, invoices, kontrak); 3. buku besar dan buku tambahan; 4. jurnal dan koreksi penyesuaian; dan 5. catatan berupa work sheets dan spreadsheets yang mendukung: alokasi beban biaya, berbagai perhitungan, rekonsiliasi, dan pengungkapan (disclosures). Appropriateness of Audit Evidence Appropriateness of Audit Evidence (ketepatan bukti audit) adalah ukuran mutu atau kualitas suatu bukti audit. Ukuran kualitas dari bukti audit ditunjukkan oleh relevansi (relevance) dan keandalan (reliability) dalam mendukung kesimpulan yang menjadi dasar pemberian opini auditor. ISA 500 alinea A27 sampai dengan A30 memberikan contoh-contoh mengenai relevansi bukti audit: 1. Relevansi berhubungan secara logis dengan atau berdampak terhadap tujuan prosedur audit, dan dalam hal tertentu, dengan asersi (assertion) yang dipertimbangkan. Relevansi dari informasi yang digunakan sebagai bukti audit bisa dipengaruhi oleh arah pengujian (direction of testing). Contoh, jika tujuan prosedur audit adalah menguji adanya overstatement (salah saji terlalu tinggi) dalam eksistensi (ada/tidaknya) utang dagang, maka pengujian utang dagang yang tercatat merupakan prosedur audit yang relevan. 2. Sebaliknya, jika tujuan prosedur audit adalah menguji adanya understatement (salah saji terlalu rendah) dalam eksistensi utang dagang, maka pengujian utang dagang yang tercatat tidaklah relevan. Namun, menguji pembayaran sesudah tanggal laporan posisi keuangan (subsequent disbursements), invoice yang belum dibayar, rekening koran dari pemasok (suppliers' statements), dan laporan penerimaan barang yang tidak cocok (unmatched receiving reports) mungkin relevan. 3. Serangkaian prosedur audit mungkin akan menghasilkan bukti audit yang relevan untuk asersi tertentu, tetapi tidak untuk asersi lain. Contoh, inspeksi dokumen yang berkaitan dengan penerimaan tagihan piutang sesudah lewat tanggal laporan posisi keuangan, bisa merupakan bukti audit tentang eksistensi dan penilaian, tetapi tidak (serta-merta tentang 6 asersi) cutoff. Contoh lain, bukti audit tentang eksistensi persediaan barang, bukanlah pengganti bukti audit tentang penilaian persediaan barang tersebut. 4. Uji pengendalian (tests of controls) dirancang untuk mengevaluasi berfungsinya pengendalian untuk mencegah (preventing), atau mendeteksi (detecting), dan memperbaiki (correcting), salah saji yang material di tingkat asersi. Untuk merancang uji pengendalian, auditor harus mengidentifikasi kondisi (atau sifat, ciri, atribut) yang mengindikasikan berfungsinya pengendalian, dan kondisi penyimpangan (deviation conditions) yang mengindikasikan tidak berfungsinya pengendalian. Ada/tidaknya kondisi-kondisi inilah yang diuji oleh auditor. 5. Prosedur substantif (substantive procedures) dirancang untuk mendeteksi salah saji yang material di tingkat asersi. Prosedur ini meliputi uji rincian (tests of details) dan prosedur analitikal substantif (substantive analytical procedures). ISA 500 alinea A31 sampai dengan A33 memberikan contoh-contoh mengenai keandalan bukti audit. 1. Keandalan informasi dipengaruhi oleh sumber dan sifat informasi, dan kondisi dalam mana informasi itu diperoleh, termasuk pengendalian atas persiapan dan pemeliharaan informasi itu. Oleh karena itu, generalisasi tentang keandalan berbagai bukti, pasti akan ada pengecualiannya. 2. Informasi dari sumber eksternal-pun (yang umumnya dianggap lebih baik dari sumber internal) bisa dipengaruhi oleh kondisi yang mungkin memengaruhi keandalannya. Contoh, informasi dari sumber eksternal yang tidak kompeten, atau management's expert yang tidak objektif. 3. Dengan menyadari akan adanya pengecualian, berikut ini beberapa generalisasi tentang keandalan bukti audit. a. Keandalan bukti audit meningkat jika diperoleh dari sumber-sumber independen di luar entitas. b. Keandalan bukti audit yang dihasilkan secara internal akan meningkat jika pengendalian terkait, berfungsi sebagaimana harusnya. 7 c. Bukti audit diperoleh secara langsung oleh auditor. Contoh pengamatan langsung oleh auditor atas aplikasi sistem pengendalian, lebih andal dari sekadar bertanya tentang aplikasi tersebut. d. Bukti audit dalam bentuk dokumen (baik kertas, media elektronik, dan lain-lain) lebih andal dari keterangan lisan. Contoh, risalah rapat yang dibuat langsung pada waktu rapat berjalan, lebih andal dari keterangan lisan sesudah rapat berlangsung. e. Bukti audit dalam bentuk dokumen asli/original lebih andal dari fotokopi dan sejenisnya. Sufficiency of Audit Evidence Sufficiency of audit evidence (kecukupan bukti audit) adalah ukuran kuantitas suatu bukti audit. Berapa banyak bukti audit dibutuhkan, ini tergantung dari: (a) penilaian auditor terhadap risiko salah saji yang material (semakin besar risikonya, semakin banyak bukti audit yang diperlukan); dan (b) mutu dari bukti tersebut. Semakin tinggi mutu dari suatu bukti, semakin sedikit bukti audit yang diperlukan. Namun, tidak ada gunanya mengumpulkan sebanyak-banyaknya bukti jika mutu dari bukti itu, rendah. Management's expert (diterjemahkan sebagai Ahli) adalah orang atau organisasi yang memiliki keahlian dalam suatu bidang di luar bidang accounting atau auditing, dan keahlian tersebut digunakan entitas untuk membantunya menyiapkan laporan keuangan. Contoh, keahlian di bidang Aktuari (yang diperlukan oleh perusahaan asuransi jiwa), Penilai (untuk menentukan nilai wajar gedung, pabrik, tanah, cadangan minyak bumi, dan lainlain), keahlian menyusun model matematika (misalnya, untuk menentukan nilai wajar dari saham-saham atau surat berharga yang tidak diperdagangkan), dan lain-lain. 2.2 Kewajiban Auditor ISA 500 menetapkan hal-hal yang menjadi kewajiban auditor. Auditor yang tidak memenuhi kewajibannya dapat dikenakan sanksi, seperti teguran, denda, atau pencabutan izin. Kewajiban auditor ini dirumuskan dalam beberapa judul sebagai berikut. Bukti Audit yang Cukup dan Tepat 8 Auditor wajib merancang dan melaksanakan prosedur audit yang sesuai dengan kondisi di lapangan untuk memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat. Informasi yang Digunakan sebagai Bukti Audit 1. Ketika merancang dan melaksanakan prosedur audit, auditor wajib mempertimbangkan relevansi dan keandalan informasi yang akan digunakan sebagai bukti audit. 2. Jika informasi yang akan digunakan sebagai bukti audit, disiapkan dengan menggunakan pekerjaan Ahli, auditor wajib (dengan memperhatikan seberapa pentingnya pekerjaan Ahli tersebut untuk tujuan auditor): a. mengevaluasi kompetensi, kemampuan, dan objektivitas Ahli tersebut, b. memahami pekerjaan Ahli tersebut; dan c. mengevaluasi tepat/tidaknya pekerjaan Ahli itu sebagai bukti audit untuk asersi terkait. 3. Ketika menggunakan informasi yang dihasilkan entitas, auditor wajib mengevaluasi apakah informasi itu cukup andal untuk tujuan auditor, termasuk: a. memperoleh bukti audit tentang akurat dan lengkapnya informasi; dan b. mengevaluasi apakah informasi cukup tepat/teliti dan rinci untuk keperluan auditor. 4. Ketika merancang uji pengendalian (tests of controls) dan uji rincian (tests of details), auditor wajib menentukan cara memilih sampel sehingga efektif memenuhi tujuan prosedur audit. Sampling untuk Memperoleh Bukti Audit Ketika merancang uji pengendalian dan uji rincian, auditor wajib menentukan sampling yang memenuhi tujuan prosedur audit. Inkonsistensi dalam Bukti Audit atau Ragu mengenai Keandalan 1. bukti audit yang diperoleh dari satu sumber tidak konsisten dengan bukti dari sumber lain; atau 2. auditor meragukan keandalan informasi yang akan digunakan sebagai bukti audit; auditor wajib memodifikasi atau menambah prosedur audit yang diperlukan untuk menyelesaikan 9 masalahnya, dan auditor wajib mempertimbangkan dampaknya, jika ada, terhadap aspek audit yang lain. 2.3 Prosedur Audit untuk Memperoleh Bukti Audit Sebagaimana disyaratkan dan dijelaskan lebih lanjut dalam ISA 315 (Revised) dan ISA 330, bukti audit untuk menarik kesimpulan yang memadai sebagai dasar opini auditor, diperoleh dengan melaksanakan: a) prosedur-prosedur penilaian risiko atau risk assessment procedures; dan b) prosedur-prosedur audit selanjutnya atau further audit procedures, yang terdiri atas: i. uji pengendalian atau tests of controls, jika diwajibkan ISAs atau ketika audi memilih untuk melaksanakannya; dan ii. prosedur-prosedur substantif atau substantive procedures, termasuk uji rintan atau tests of details dan prosedur-prosedur analitikal substantif atau subotentive analytical procedures. Prosedur-prosedur audit berikut dapat digunakan sebagai prosedur prosedur pen risiko (risk assessment procedures), uji pengendalian (tests of controls) atau prosedur praedur substantif (substantive procedures), tergantung konteks di mana prosedur itu diterapkan auditor. 1. Inspection (Inspeksi) 2. Observation (Pengamatan) 3. External Confirmation (Konfirmasi Eksternal) 4. Recalculation (Perhitungan Kembali) 5. Reperformance (Lakukan Kembali) 6. Analytical Procedures (Prosedur Analitikal) 7. Inquiry (Bertanya) Seperti dijelaskan dalam ISA 330, bukti audit yang diperoleh dari audit atau audit-audit yang lalu, dalam hal tertentu memberikan bukti audit yang tepat, jika auditor menerapkan prosedur audit yang membuat informasi itu tetap relevan. Penjelasan mengenai ke tujuh prosedur audit yang disebutkan di atas adalah sebaga berikut. 1. Inspection (Inspeksi) 10 ISA 500 menggunakan istilah Inspeksi dalam dua makna: a) pemeriksaan catatan atau dokumen, baik internal maupun eksternal, dalam bentuk kertas, elektronik, atau media lainnya; atau b) pemeriksaan fisik suatu aset. Inspeksi terhadap catatan dan dokumen memberikan bukti audit dengan berbagai tingkat keandalan, tergantung pada sifat dan sumber catatan atau dokumen. Dalam hal catatan atau dokumen internal, tergantung efektifnya pengendalian atas pembuatan catatan atau dokumen tersebut. Contoh penggunaan Inspeksi dalam uji pengendalian adalah inspeksi atas catatan untuk membuktikan adanya otorisasi atas transaksi. Dokumen tertentu merupakan bukti audit langsung, seperti surat saham atau obligasi yang membuktikan eksistensi suatu aset. Inspeksi atas dokumen tersebut tidak serta- merta memberikan bukti audit atas kepemilikan atau nilai aset itu. Inspeksi atas suatu kontrak yang dilaksanakan dapat memberikan bukti audit mengenai pelaksanaan kebijakan accounting, seperti pengakuan pendapatan. Inspeksi dalam makna kedua, pemeriksaan atas aset berwujud, dapat memberikan bukti audit yang andal mengenai eksistensi aset tersebut. Namun, tidak serta-merta memberikan bukti audit atas hak dan kewajiban maupun penilaian aset tersebut. Inspeksi atas item persediaan tertentu dapat dilakukan pada saat pengamatan penghitungan persediaan (observation of inventory counting). 2. Observation (Pengamatan) Pengamatan atau mengamati tidak lain dari melihat suatu proses atau prosedur yang dilakukan orang lain. Misalnya, auditor mengamati penghitungan persediaan yang dilakukan oleh karyawan pabrik. Atau, auditor mengamati pelaksanaan kegiatan pengendalian tertentu. Pengamatan memberikan bukti audit atas pelaksanaan suatu proses atau prosedur, namun terbatas pada: (a) titik waktu atau periode ketika pengamatan dilakukan, dan (b) kenyataan bahwa auditor sedang mengamati (justru yang membuat) proses atau prosedur dilaksanakan. 11 ISA 501 Audit Evidence-Specific Considerations for Selected Items memberikan petunjuk lebih lanjut mengenai pengamatan atas penghitungan persediaan. 3. External Confirmation (Konfirmasi Eksternal) Konfirmasi eksternal adalah bukti audit berupa tanggapan tertulis secara langsung (direct written response) yang diperoleh auditor, atas permintaannya, dari pihak ketiga (pihak pemberi konfirmasi, atau confirming party), dalam bentuk kertas, elektronik, atau media lainnya. Prosedur konfirmasi eksternal sering kali sangat relevan ketika menangani asersi yang berkaitan dengan saldo-saldo akun dan unsur-unsurnya. Namun, prosedur ini tidak usah dibatasi pada saldo akun saja. Contoh, auditor dapat meminta konfirmasi mengenai syarat-syarat dalam suatu perikatan atau transaksi dengan pihak lain; permintaan konfirmasi dapat menanyakan apakah ada perubahan dalam perikatan yang dibuat, dan jika ada, apa rincian yang relevan. Prosedur konfirmasi eksternal juga digunakan untuk memperoleh bukti audit tentang tidak adanya kondisi tertentu, seperti, tidak adanya perjanjian tambahan ["side agreement) yang bisa berdampak terhadap pengakuan pendapatan. 4. Recalculation (Perhitungan Kembali) Perhitungan kembali berarti mengecek akurasi atau ketelitian matematik (tambah. kurang, kali, bagi, dan lain-lain) dalam catatan atau dokumen. Perhitungan kembali dapat dilakukan secara manual (dengan tangan atau "dalam kepala") atau secara elektronik. 5. Reperformance (Lakukan Kembali) Auditor melakukan kembali secara independen prosedur atau pengendalian yang telah (atau seharusnya sudah) dikerjakan sebagai bagian dari sistem pengendalian internal di entitas yang bersangkutan. 6. Analytical Procedures (Prosedur Analitikal) Prosedur analitikal meliputi evaluasi atas informasi keuangan dengan menganalisis hubungan yang nalar (analysis of plausible relationships) antara data keuangan dan non-keuangan. 12 Prosedur analitikal juga meliputi penelitian yang lebih mendalam (investigation), jika perlu, untuk mengidentifikasi fluktuasi atau keterkaitan yang tidak konsisten dengan informasi relevan lainnya, atau yang berbeda dari yang diharapkan (expected values) dalam jumlah yang signifikan. 7. Inquiry (Bertanya) Inquiry (bertanya) adalah mencari informasi dari orang yang mengetahui masalahnya, baik masalah keuangan dan non keuangan, dari orang di dalam atau di luar entitas. Inquiry digunakan secara ekstensif sepanjang audit. Inquiries bisa berupa mengajukan pertanyaan secara formal dan tertulis atau informal dan lisan. Menilai jawaban yang diberikan terhadap inquiries, adalah bagian yang tidak terpisahkan dari suatu inquiry process. Tanggapan atas inquiries dapat memberikan informasi yang sebelumnya tidak dimiliki auditor, atau mendukung bukti audit yang sudah ada (corroborative audit evidence). Atau, sebaliknya, tanggapan memberikan informasi yang berbeda secara signifikan dari informasi lain yang sudah diperoleh auditor, misalnya tentang manajemen yang "memotong kompas" atas pengendalian (management override of controls). Dalam hal tertentu tanggapan atas inquiries memungkinkan auditor memodifikasi atau menambah prosedur auditnya. Pengumpulan bukti audit yang saling mendukung melalui inquiry, sangat penting. Namun, inquiries mengenai niat manajemen mungkin terbatas atau sangat terbatas. Dalam hal tertentu auditor bisa memahaminya dari "sejarah, atau masa lalu" manajemen dalam mengambil keputusan. Dalam hal tertentu auditor perlu mempertimbangkan untuk meminta representasi tertulis (written representations) dari manajemen dan, jika perlu, dari TCWG (those charged with governance) untuk mengkonfirmasi tanggapan lisan atas inquiries. 2.4 Memilih Item Untuk Memperoleh Bukti Audit Istilah test atau uji/menguji sama artinya dengan sampling, di mana beberapa item (misalnya beberapa piutang dagang, beberapa persediaan barang, beberapa invoice, dan seterusnya) dipilih (atau disampel) untuk diperiksa. 13 Uji yang efektif (effective test) akan memberikan bukti audit yang tepat, dalam pengertian, bersama-sama bukti audit yang sudah atau akan diperoleh, cukup atau memadai untuk keperluan auditor. Dalam memilih items yang akan diuji, auditor wajib menentukan relevansi dan keandalan informasi yang akan digunakan sebagai bukti audit. Hal yang dapat dilakukan auditor dalam memilih items yang akan diuji: 1. pilih semua items atau pemeriksaan 100%; 2. pilih items tertentu (specific items); dan 3. sampling untuk audit atau audit sampling 1. Pilih Semua Items Auditor dapat memutuskan untuk memeriksa 100% atau seluruh populasi (population of items). Ini tidak lazim dalam uji pengendalian (tests of controls), dan lebih lazim dalam uji rincian (tests of details). Pemeriksaan 100% bisa cocok, misalnya untuk: 1. populasinya terdiri dari beberapa item saja, namun nilainya besar. Contoh, entitas mempunyai tiga kantor yang mudah diinspeksi; 2. ada risiko yang signifikan dan cara lain tidak menghasilkan bukti audit yang cukup dan tepat, atau 3. pemrosesan data yang repetitif dilakukan secara otomatis oleh sistem (misalnya komputer) membuat pemeriksaan 100% tepat guna (cost effective). 2. Pilih Items Tertentu Auditor mungkin memutuskan untuk memilih items tertentu dalam suatu populasi. Dalam membuat putusan ini, faktor-faktor yang relevan antara lain: a. pemahaman auditor mengenai entitas; 14 b. risiko salah saji material yang dinilainya; dan c. ciri populasi yang diujinya. Auditor mungkin memilih items sebagai berikut. a. Items yang tinggi nilainya atau punya ciri istimewa (misalnya item yang mencurigakan, "tidak lazim", yang punya sejarah salah saji atau rentan terhadap kekeliruan. b. Semua items di atas jumlah tertentu. c. Items untuk mendapat informasi tertentu, seperti ciri entitas atau transaksi. Meskipun pemeriksaan secara selektif ini mungkin merupakan cara yang efisien untuk memperoleh bukti audit, cara ini bukanlah audit sampling. Hasil dari prosedur audit ini untuk items yang dipilih, tidak dapat diproyeksikan ke seluruh populasi. Oleh karena itu, pemeriksaan secara selektif ini tidak menghasilkan bukti audit atas sisa populasi yang tidak disampel. 3. Audit Sampling Audit sampling dirancang untuk mengambil kesimpulan atas seluruh populasi. 15 BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Bukti audit adalah informasi yang digunakan auditor untuk menarik kesimpulan yang menjadi dasar pemberian opini auditnya. Ini termasuk catatan accounting dan informasi lain di luar catatan accounting. Auditor memiliki kewajiban untuk merancang dan melaksanakan prosedur audit yang sesuai untuk memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat. Auditor juga harus mempertimbangkan relevansi dan keandalan informasi yang digunakan sebagai bukti audit, serta memilih item untuk diuji dengan cermat. Proses audit melibatkan berbagai prosedur, termasuk inspeksi, pengamatan, konfirmasi eksternal, perhitungan kembali, pelaksanaan ulang, prosedur analitikal, dan bertanya. Auditor harus mengikuti prosedur-prosedur ini untuk memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat. Auditor dapat memilih semua item dalam populasi, memilih item tertentu berdasarkan risiko dan pemahaman auditor mengenai entitas, atau menggunakan teknik sampling untuk memperoleh bukti audit. 3.2 Saran Pentingnya bagi entitas untuk memastikan bahwa sistem akuntansi dan pelaporan keuangan mereka tertata dengan baik dan dapat memberikan bukti audit yang memadai dan relevan. Selain itu, auditor juga perlu memastikan bahwa mereka mengikuti standar audit yang ditetapkan untuk memastikan konsistensi dan kualitas dalam proses audit mereka. 16 DAFTAR PUSTAKA Theodorus M. Tuanakotta. (2015). Audit Kontemporer. Jakarta: Salempa Empat. 17