PERATURAN BANK INDONESIA TENTANG DHE (DEVISA HASIL EKSPOR) & PENGARUHNYA TERHADAP VARIABEL MAKROEKONOMI: KURS VALUTA ASING, KAPITAL MASUK BERSIH, SIKLUS EKONOMI, SUKU BUNGA RIIL & INFLASI DI INDONESIA*) Narasumber: Prof. Insukindro, Ph.D Faculty Member: BI Institute & FEB UGM insukindro@ugm.ac.id atau insukindro@gmail.com *) Materi Ajar, BINS Lecture Series, 15 Januari 2024 POKOK BAHASAN 1. Peraturan Terkait Devisa Hasil Ekspor (DHE) Sumber Daya Alam (SDA) 2. Interaksi Antar Sektor Perekonomian Terbuka 3. Neraca Otoritas Moneter: Sumber dan Penggunaan Uang Primer 4. Model Analisis Makroekonomika Baru: Pengaruh Kebijakan DHE SDA BEBERAPA PERATURAN TERKAIT DENGAN DHE SDA BEBERAPA PERATURAN TERKAIT DEVISA HASIL EKSPOR (DHE) 1. Peraturan Pemerintah No. 1 Tahun 2023 tg 10 Januari 2019 tentang Devisa Hasil Ekspor dari Kegiatan Pengusahaan, Pengelolaan dan/atau Pengolahan SDA. 2. Peraturan Pemerintah No. 36 Tahun 2023 tg 12 Juli 2023 tentang Devisa Hasil Ekspor dari Kegiatan Pengusahaan, Pengelolaan dan/atau Pengolahan SDA. 3. Peraturan BI No. 7 tahun 2023 tg 31 Juli 2023 tentang DHE (Devisa Hasil Ekspor) dan DPI (Devisa Pembayaran Inpor), berlaku mulai tg 1 Agustus 2023 4. Peraturan ADG No. 4 tahun 2023, tg 31 Juli 2023 tentang DHE dan DPI, berlaku mulai tg 1 Agustus 2023 RINGKASAN: PERATURAN BANK INDONESIA NO. 7 TH 2023 TENTANG DEVISA HASIL EKSPOR & DEVISA PEMBAYARAN IMPOR, BERLAKU MULAI 1/8/2023 Departemen Komunikasi BI, 12 Desember 2023 I. Latar Belakang Devisa Hasil Ekspor (DHE) dapat menjadi sumber dana yang berkesinambungan bagi pembangunan ekonomi nasional dan mendukung terciptanya pasar keuangan yang lebih kuat serta stabilitas ekonomi makro, dalam hal penempatannya dilakukan melalui sistem keuangan Indonesia. Oleh karena itu, diperlukan pemantauan DHE. Selain DHE, terdapat Devisa Pembayaran Impor (DPI) yang juga perlu dipantau penggunaannya guna mendukung optimalisasi perolehan informasi permintaan devisa pembayaran nasional. Sementara itu, untuk menjaga kesinambungan pembangunan nasional, mendukung peningkatan dan ketahanan ekonomi nasional, serta optimalisasi pemanfaatan sumber daya alam yang dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat, Pemerintah telah menerbitkan kebijakan mengenai pemasukan dan penempatan DHE yang berasal dari kegiatan pengusahaan, pengelolaan, dan/atau pengolahan sumber daya alam ke dalam sistem keuangan Indonesia. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut di atas, diperlukan pengaturan yang dapat memastikan pemasukan, penempatan, dan pemanfaatan DHE SDA dalam sistem keuangan Indonesia, akurasi pelaporan DPI, serta efektivitas pelaksanaan pengawasannya. Pengaturan tersebut tetap berlandaskan pada kaidah bahwa setiap Penduduk dapat dengan bebas memiliki dan menggunakan devisa sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1999 tentang Lalu Lintas Devisa dan Sistem Nilai Tukar. PBI DHE DPI akan mencabut dan menggantikan PBI Nomor 21/14/PBI/2019 tentang Devisa Hasil Ekspor dan Devisa Pembayaran Impor sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan PBI Nomor 24/18/PBI/2022 tentang Perubahan Kedua atas PBI Nomor 21/14/PBI/2019. II. Pokok-pokok Pengaturan A. Kewajiban Eksportir 1. Kewajiban Eksportir terkait DHE a. Kewajiban Eksportir terkait Pemasukan DHE 1). Memasukkan seluruh DHE yang diterima ke dalam Sistem keuangan Indonesia paling lambat pada akhir bulan ketiga setelah bulan Pemberitahuan Pabean Ekspor (PPE). 2). Menyampaikan dokumen pendukung yang memadai atas DHE. b. Penyampaian Informasi dan Laporan DHE oleh Eksportir 1). Eksportir harus menyampaikan informasi secara lengkap, benar, dan tepat waktu mengenai pemasukan DHE. 2). Pemasukan Eksportir harus menyampaikan Laporan DHE secara daring. c. Kewajiban dalam Kegiatan Ekspor oleh PJT (Perusahaan Jasa Titipan) dan PDKM (Pusat Dagang Kecil Menengah). 2. Pemasukan, Penempatan, dan Pemanfaatan DHE SDA a. b. c. d. 1. Kewajiban Eksportir SDA yang memiliki DHE dari Ekspor SDA dengan Nilai Ekspor paling sedikit USD250,000.00 (dua ratus lima puluh ribu dolar Amerika Serikat) atau ekuivalennya untuk memasukkan DHE tersebut ke dalam Rekening Khusus DHE SDA pada LPEI dan/atau Bank. DHE SDA yang telah dimasukkan ke dalam Rekening Khusus DHE SDA valuta asing wajib tetap ditempatkan paling sedikit sebesar 30% (tiga puluh persen) dalam sistem keuangan Indonesia selama jangka waktu paling singkat 3 (tiga) bulan sejak pemasukan ke Rekening Khusus DHE SDA. Eksportir SDA menempatkan DHE SDA dalam instrumen berupa: Rekening Khusus DHE SDA di LPEI (Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia) atau di Bank yang sama, instrumen perbankan, instrumen keuangan yang diterbitkan oleh LPEI; dan/atau instrumen yang diterbitkan oleh Bank Indonesia Bank Indonesia menetapkan instrumen penempatan DHE SDA dan pemanfaatan atas penempatan DHE SDA tersebut berdasarkan prinsip: 1). sejalan dengan Peraturan Pemerintah mengenai devisa hasil ekspor dari kegiatan pengusahaan, pengelolaan, dan/atau pengolahan sumber daya alam; e. f. 2). pemanfaatan DHE SDA untuk kebutuhan dalam negeri; dan 3). dalam hal terdapat kebutuhan untuk menetapkan instrumen penempatan dan pemanfaatan penempatan DHE SDA lainnya, penetapan tersebut dilakukan oleh Bank Indonesia dengan mengacu pada prinsip sebagaimana dimaksud dalam angka 1) dan angka 2). Bank Indonesia dapat memberikan insentif atas DHE SDA yang dimasukkan pada Rekening Khusus DHE SDA yang ditempatkan pada term deposit operasi pasar terbuka konvensional dalam valuta asing di Bank Indonesia dan instrumen yang diterbitkan oleh Bank Indonesia. Eksportir SDA harus menggunakan 1 (satu) nomor pokok wajib pajak secara tetap untuk seluruh pemasukan, penempatan, dan pemanfaatan DHE SDA. Kewajiban Importir melaporkan penerimaan DPI paling lambat akhir bulan ketiga setelah Bulan PPI. C. Kewajiban Bank B. 1. Kewajiban Bank terhadap DHE, a.l. menyampaikan Laporan Transaksi Non-TT. 2. Kewajiban Bank terkait pemasukan, penempatan, dan pemanfaatan DHE SDA a. Menyampaikan informasi dan laporan mengenai pemasukan DHE SDA b. Memastikan pelaksanaan pemanfaatan DHE SDA oleh Eksportir sesuai dengan ketentuan Memastikan dana dari rekening khusus DHE SDA yang akan ditempatkan ke dalam instrumen penempatan berasal dari DHE SDA. Kewajiban Bank terkait DPI. c. 3. D. Kewajiban LPEI 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Menyampaikan informasi dan laporan mengenai pemasukan DHE dan penempatan DHE kepada Bank Indonesia secara lengkap, benar, dan tepat waktu. Memastikan pelaksanaan pemanfaatan DHE SDA oleh Eksportir. Memastikan debitur yang akan membuka Reksus DHE SDA merupakan Eksportir SDA. Memastikan dana yang akan ditempatkan ke dalam instrumen keuangan yang diterbitkan oleh LPEI berasal dari DHE SDA. LPEI hanya dapat menerima DHE SDA debitur LPEI melalui rekening LPEI pada kantor cabang Bank yang berkedudukan di luar negeri. LPEI wajib memindahkan DHE SDA sebagaimana dimaksud pada butir D.5 ke Bank Devisa Dalam Negeri dalam jangka waktu tertentu yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. Menyampaikan informasi dan laporan DHE SDA kepada BI. E. Pengawasan 1. 2. Bank Indonesia melakukan pengawasan kepada Eksportir, Importir, Pemilik Barang, Pihak dalam Kontrak Migas, Bank, dan LPEI terkait kewajiban DHE. Bank Indonesia menyampaikan hasil pengawasn DHE SDA kepada kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang keuangan negara dengan menggunakan sistem informasi terintegrasi. TABEL 1: 20 BANK TERKAIT DENGAN DHE 1. PT. Bank Mandiri (Persero), Tbk 2. PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk 3. PT. Bank Negara Indonesia 1946 (Persero), Tbk 4. PT. Bank Central Asia, Tbk 5. PT. Bank CIMB Niaga, Tbk 6. PT. Bank Danamon Indonesia, Tbk 7. PT. Bank Tabungan Pensiunan Nasional, Tbk 8. PT. PAN Indonesia Bank, Tbk 9. PT. Bank DBS Indonesia 10. PT. Bank Maybank Indonesia, Tbk 11. PT. Bank Mizuho Indonesia 12. PT. Bank OCBC NISP, Tbk 13. PT. Bank Permata, Tbk 14. PT. Bank UOB Indonesia 15. Standard Chartered Bank 16. Bank Of China 17. Citibank, N.A., Indonesia 18. JP Morgan Chase Bank 19. PT. Bank ICBC Indonesia 20. MUFG Bank, Ltd. INTERAKSI ANTAR SEKTOR PEREKONOMIAN TERBUKA Lihat juga: Insukindro (2022a) GB.1: KAITAN ANTAR SEKTOR EKONOMI Dlm Ek. TERBUKA CENTRAL GOV’T SECTOR (2) (1) EXTERNAL SECTOR Balance of Payment Current Account Export of Goods and NF Services. Import of Goods and NF Services. Transfer (Net) - Official - Private Capital Account Official Private - Direct Investment - Medium/Long-Term Capital (Net) - Short-Term Capital (Net) Overall Balance Change in NFA (6) (3) (4) (5) REAL SECTOR National Account C : Private Consumption I : Private Investment G : General Govt. Investment and Consumption X : Export of Goods and NF Service M : Import of Goods and NF Service Perry Warjiyo, PhD Revenue Tax, etc Grant Expenditure Current Capital Overall Balance Financing Domestic Financing (Net) - Banking System (MA and DMBs) - Non-Banking External Financing Monetary Authority (MA) Net Foreign Asset (NFA) Net Domestic Asset - Net Claim on Central Gov’t - Liquidity Support Gov’t Bonds - Net Open Market Operation (SBI & Fasbi) (9) - Liquidity Credit to DMBs - Net Other Items (10) (7) MONETARY SECTOR Deposit Money Banks (DMBs) NFA Banks’ Reserve Net Claim on Gov’t (8) Securities (SBI) Credit to Private Sector Net Other Items Liabilities to MA Private Sector Deposits Reserve Money Warjiyo, 2020 Ekonomi Internasional II 13 NERACA SEKTOR EKONOMI 1. Neraca Otoritas Moneter 2. Neraca Otoritas Keuangan 3. Neraca Perbankan 4. Neraca Otoritas Fiscal 5. Neraca Sektor Riil 6. Necara Sektor Luar Negeri - Neraca Pembayaran Internasional - Neraca Transaksi Berjalan - Neraca Transaksi Modal dan Moneter Secara umum setiap neraca mempunyai aktiva dan pasiva, tetapi dengan menggunakan pemikiran Brunner dan Meltzer (1976) dan studi empiris yang dilakukan oleh Dauqila (1987), neraca otoritas moneter, misalnya, dapat dianalisis sumber-sumber dan penggunaan variabel kunci sektor terkait. Dalam pendekatan ini dikembangkan tabel yang berisi sumber-sumber dan penggunaan uang primer (base money). Tabel 2: CONSOLIDATED BALANCE SHEET OF CENTRAL BANK Sources of Base Money Uses of Base Money 1. External Source: 1. Money outside bank International Reserve Currency held by the public 2. Internal Sources: 2. Banks reserve a. Net Claims on Public Sectors: a. Currency held by the banks - Central Government b. Banker’s Deposits - Claims on Official Entities & Public 3. Other Uses Enterprises b. Claims on Deposits Money Banks c. Other sources Total Sources Total Uses Insukindro, 1990: 22. Diilhami oleh Brunner, 1976; Brunner & Meltzer, 1976; Dauqila, 1987 Pada umumnya uang primer atau reserve money didefinisikan sebagai pasiva moneter bersih otoritas moneter atau bank sentral yang dipegang bankbank umum dan masyarakat bukan bank. Biasanya untuk mengamati perilaku uang primer dan komponen-komponennya perlu dianalisis neraca konsolidasi otoritas moneter. Uang primer ini dapat pula digunakan untuk menjelaskan penentuan uang beredar dan keberlanjutan fiskal dan eksteren. Selanjutnya, aplikasi konsep dasar Tabel 2 tsb di atas dikembangkan di Indonesia seperti diuraikan pada Tabel 3: Sumber dan Penggunaan Uang Primer. Sumber-sumber uang primer dapat dikelompokan menjadi 2 yakni, pertama, sumber-sumber interen yang antara lain menjelaskan hubungan keuangan antara pemerintah dan BI atau tagihan bersih BI kepada pemerintah pusat. Secara sederhana sumber interen yang disebut terakhir ini dapat dikelompokkan menjadi 3 yakni tagihan bersih terkait dengan APBN, NonAPBN dan rekening antara. Kedua, sumber eksteren atau aktiva luar negeri bersih atau cadangan internasional. Penggunaan uang primer a.l untuk menjelaskan uang kartal yang diedarkan dan giro wajib minimum (GWM). Dalam perkembangannya interaksi mereka mengarahkan kepada interaksi dan keberlanjutan fiskal, moneter dan eksteren. Tabel 3: SUMBER & PENGGUNAAN UANG PRIMER NERACA OTORITAS MONETER /BANK INDONESIA Sumber-Sumber Uang Primer 1. Eksteren: Aktiva Luar Negeri Bersih (Cadangan Internasional) 2. Interen: a. Tagihan Bersih kepada Pemerintah Pusat (Tagihan-rekening pemeritah pusat) b. Tagihan kepada Bank Umum & BPR c. Tagihan kepada Sektor Lainnya d. Sumber interen lain Total Sumber-Sumber Penggunaan Uang Primer 1. Uang Kartal yang diedarkan a. Uang Kartal di luar Bank Umum & BPR b. Kas Bank Umum & BPR 1* Uang digital BI 2. Saldo Giro positif Bank Umum di BI 3. Giro Sektor Swasta 4. Penggunaan lain Total Penggunaan TAGIHAN BERSIH OTORITAS MONETER KEPADA PEMERINTAH PUSAT Tagihan bersih BI kepada pemerintah mencerminkan hubungan keuangan pemerintah dan merupakan selisih antara tagihan BI kepada pemerintah dan rekening pemerintah di BI. Secara umum kedua rekening tsb dapat dikelompokan menjadi 3. Tagihan BI kepada pemerintah terdiri atas tagihan yang berhubung langsung dengan APBN, tagihan yang tidak berhubungan langsung dengan APBN atau tagihan non APBN, dan tagihan antara. Hal yang sama juga untuk rekening pemerintah di BI yang terdiri atas rekening pemerintah yang berhubungan langsung dengan APBN, rekening non APBN dan rekening antara. Analisis parsial adanya UU No. 2/2020 atau UU Perpu No. 1/2020 akan meningkatkan SUN atau SBN yang dibeli atau dimiliki BI, dengan demikian akan menurunkan tagihan bersih BI kepada pemerintah yang berarti akan menurunkan sumber uang primer. Di sisi lain, kebijakan ini akan menaikkan operasi pasar terbuka “kontemporer”. Analisis serupa, jika penerimaan pajak menurun berarti tagihan bersih BI akan meningkat dan sumber uang primer akan meningkat. SEKTOR LUAR NEGERI Analisis sektor ini dapat dilakukan melalui 2 pendekatan yakni melalui neraca pembayaran internasional (NPI) dan kurs valuta asing. Secara umum, NPI mempunyai komponen neraca: transaksi berjalan, transaksi modal dan transakasi keuangan (finansial). Kenaikan ekspor atau penurunan impor akan memberi pengaruh positif terhadap neraca perdagangan internasional dan neraca transaksi berjalan, dan dengan sendirinya akan meningkatkan aktiva luar negeri bersih. Dengan sendirinya akan berpengaruh positif terhadap uang primer, uang beredar dan keseimbangan di pasar uang dan perekonomian. Perilaku kurs valuta asing berpengaruh terhadap NPI dan tentunya akan berpengaruh juga terhadap aktiva luar negeri bersih. Oleh karenanya manajemen NPI dan kurs valuta asing menjadi salah satu kebijakan yang penting bagi BI. Peran Ekspor Neto Dalam perekonomian tertutup, seluruh output dijual di pasar domestik, dan pengeluaran dibagi menjadi tiga kornponen: konsumsi, investasi, dan belanja pemerintah. Dalam perekonomian terbuka, sebagian output dijual domestik dan sebagian diekspor ke luar negeri Kita bisa memilah pengeluaran atas output Y pada perekonomian terbuka menjadi empat komponen: Cd yakni konsumsi barang dan jasa domestik, Id , yaitu investasi dalam barang dan jasa domestik, Gd, adalah pembelian pemerintah atas barang dan jasa domestik, X yakni ekspor barang dan jasa domestik. Pembagian pengeluaran menjadi empat komponen tersebut ditunjukkan dalam persamaan identitas sebagai berikut: Y= Cd + Id + Gd + X (1) Jumlah dari tiga komponen pertama, Cd + Id + Gd, adalah pengeluaran domestik atas barang dan jasa domestik. Komponen keempat, EX, adalah pengeluaran luar negeri atas barangdan jasa domestik. Jika komponen-komponen C, I, G didekomposisi menjadi. C = Cd + Cf I = Id + If G = Gd + Gf Cd, If dan Gf merupakan pengeluaran domestik untuk barang dan jasa luar negeri/manca negara, maka Y = (C-Cf) + (I-If) + (G-Gf) + X (4) atau Y = C + I + G + X – (Cf + If + Gf) (5) Cf + If + Gf tidak lain adalah pengeluaran domestik atas barang dan jasa luar negeri atau pengeluaran impor (M), sehingga: Y=C+I+G+X–M (6) Y = C + I + G + NX (6a) dan NX merupakan ekspor netto, maka NX = Y – (C + I + G) (6b) Ekspor neto yakni output dikurangi pengeluaran domestik Arus Modal Internasional dan Neraca Perdagangan Persamaan (4b) di atas dapat ditulis juga sebagai berikut Y – C – G = I + NX (7) Y – C – G = S → tabungan nasional Y – T – C adalah tabungan perorangan dan T adalah pajak T– G adalah tabungan pemerintah S – I = NX (8) S – I = arus modal keluar neto (net capital outflow) Jika S – I > 0 → arus modal keluar / pemasok modal internasional ~ NX > 0 → surplus neraca perdagangan S – I < 0 → arus modal masuk / pengutang modal LN ~ NX < 0 → defisit neraca perdagangan S – I = 0 atau NX = 0, neraca perdagangan seimbang Negara Kecil Perekonomian Terbuka r = r* ~ r = suku bunga domestik & r* = suku bunga LN NX = S – I(r) menjadi NX = S – I(r*) dan S = Y – C – G S = Y – C(Y – T) – G dengan demikian NX = Y – C(Y – T) – G – I(r*) Lipschitz and Schadler (2019) NERACA OTORITAS MONETER: SUMBER & PENGGUNAAN UANG PRIMER Lihat juga: Insukindro (2022b) NERACA OTORITAS MONETER: SUMBER & PENGGUNAAN UANG PRIMER Penggunaan Uang Primer (UP) 1. Uang Kartal yang diedarkan (UK) - Uang Kartal di luar Bank Umum & BPR (UKLBB) - Kas Bank Umum & BPR (KBUB) 2. Saldo Giro Positif Bank Umum (SGPBU) 3. Giro Sektor Swasta (GSS) Sumber-Sumber Uang Primer 1. Aktiva Luar Negeri Bersih (ALNB) - Tagihan kepada Bukan Penduduk (TKBP) - Kewajiban kepada Bukan Penduduk (KKBP) 2. Tagihan Bersih kepada Pemerintah Pusat (TBPP) - Tagihan kepada Pemerintah Pusat (TPP) - Kewajiban kepada Pemerintah Pusat (KPP) 3. Operasi Pasar Terbuka (OPT) 4. Tagihan kepada Sektor lain (TSL) TABEL 4: NERACA OTORITAS MONETER (BI) PENGGUNAAN UANG PRIMER (Milyar Rp) Tahun 2019 2020 2021 2022 2023 Mar Jun Sep Dec Mar Jun Sep Dec Mar Jun Sep Dec Mar Jun Sep Dec Mar Jun Sep Nov UP UK UKLBB 995.791 1.029.953 1.022.127 1.111.506 1.031.285 951.477 960.791 1.147.199 974.506 1.069.791 1.127.359 1.351.172 1.283.929 1.337.129 1.443.615 1.715.619 1.506.054 1.550.310 1.521.898 1.524.150 676.389 727.856 710.946 793.727 727.325 744.902 762.127 898.870 782.682 832.385 841728 959.812 891.209 912.485 905.782 1.026.483 948.791 992.234 961.603 988.399 585.579 625.354 614.231 654.764 620.400 651.792 674.412 760.112 692.478 739.006 748.616 831.234 792.518 815.316 807.817 897.799 832.817 879.805 865.366 894.150 KBUB 90.810 102.502 96.716 138.962 106.925 93.110 87.715 138.758 90.204 93.378 93.111 128.578 98.690 97.169 97.964 128.684 115.975 112.429 96.237 94.249 SGPBU GSS 319.302 301.972 310.971 316.598 303.465 206.214 198.273 246.807 191.042 235.722 283.751 389.178 382.994 423.875 537.082 687.245 556.470 555.967 557.466 534.442 99 125 210 1.181 495 360 391 1.523 782 1.685 1.880 2.183 9.726 768 751 1.890 792 2.109 2.829 1.520 TABEL 5: NERACA OTORITAS MONETER (BI) SUMBER-SUMBER UANG PRIMER (Milyar Rp) Tahun ALNB TKPD KKBD TBPP TPP KPP 2019 Mar Jun Sep Des 2020 Mar Jun Sep Des 2021 Mar Jun Sep Des 2022 Mar Jun Sep Des 2023 Mar Jun Sep Nov 1.736.494 1.712.143 1.725.508 1.759.015 1.936.688 1.845.721 1.975.658 1.877.480 1.959.376 1.955.082 1.975.755 1.942.909 1.871.447 1.903.716 1.869.839 1.999.397 2.036.801 1.927.928 1946.477 1951.797 1.852.782 1.831.600 1.841.099 1.874.561 2.057.381 1.961.062 2.093.505 1.997.927 2.080.369 2.076.179 2.186.205 2.151.872 2.081.487 2.113.575 2.070.278 2.227.898 2.264.108 2.153.913 2.181.477 2.225.885 116.288 119.456 115.590 115.545 120.692 115.341 117.847 120.447 120.992 121.097 210.451 208.964 210.040 209.859 200.439 228.501 227.307 225.986 234.894 274.088 - 15.316 623 - 10.268 - 6.890 - 20.323 -144.198 - 50.509 -191.278 -374.730 -318.697 -292.881 -167.718 -304.077 -477.511 -651.825 -335.849 -677.701 -578.471 -547.309 -522.968 196.857 150.329 152.852 155.269 157.328 124.392 125.649 124.326 125.474 115.585 115.030 113.358 112.794 107.401 103.779 101.611 99.475 93.316 90.565 93.531 212.173 149.705 163.120 162.159 177.651 268.590 176.158 315.604 500.203 434.281 407.911 281.076 416.871 584.912 755.605 437.460 777.177 671.787 637.673 616.499 OPT -247.655 -219.020 -214.771 -173.675 -231.802 -280.300 -398.080 -15.312 -85.663 1.955 -6.399 126.293 166.765 312.588 607.792 465.960 523.489 596.203 537.701 507.552 TSL 10.533 10.567 10.292 10.105 10.082 9.922 9.869 9.805 9.778 9.813 9.823 9.782 9.910 9.923 9.900 9.814 9.890 9.861 9.857 9.862 MODEL ANALISIS MAKROEKONOMIKA BARU: PENGARUH KEBIJAKAN DHE SDA TERHADAP VARIABEL MAKROEKONOMI Insukindro (2022c) MODEL ANALISIS YANG DIGUNAKAN 1. Kurva IS ~ Kurva Keseimbangan Pasar Barang Model dasarnya: ŷ = ŷ (r) ŷ = fluktuasi ekonomi atau kesenjangan output r = suku bunga riil 2. Kurva MP ~ Kurva Keseimbangan Pasar Uang dengan sasaran antara kebijakan moneter suku bunga riil r = r (ŷ) 3. Kurva mci ~ Kurva Aliran Dana Masuk (%PDB) mci = mci (r) 4. Kurva Kurs Valuta Asing e = e (r) Y=Yp r r Panel a Panel c MP0 r0 π G0 D0 IS0 (+) Ŷ0 Ŷ Panel b IA0 π0 F0 F0 Yd0 0→ → → O Panel d e0 nci0 E0 (-) 0 r Ŷ O nci0 nci e0 e Y=Yp r r Panel c MP1 MP2 nci0 Panel a MP0 r0 E0 E1 r1 E2 (-) 0 π Ŷ2 Ŷ F1 IA1 F2 Yd1 Yd0 0→ → →→ → O G0 G1 D1 G2 O nci0 nci nci1 e1 e2 e0 e Andaikan keseimbangan awal terjadi di titik E0 (r0, ŷ0) {panel a, resesi} atau dititik F0 (π0, ŷ0) {panel b} atau di titik D0 (r0, nci0){panel c} atau G0 (r0, e0){panel d}. Kebijakan DHE SDA dalam jangka pendek akan menyebabkan kurva nci bergeser ke kanan ≈ mci0 → mci1 ~ {panel c, titik D1 (r0, nci1)} & kurva e bergeser ke kiri ≈ e0 → e1 ~ {panel d, titik G1 (r0, e1), e depresiasi}. IA0 F0 e1 e0 IS0 (+) Ŷ1 Ŷ0 nci1 D2 IS1 Panel b π1 π0 π2 D0 Panel d r Ŷ Kenaikan DHE SDA akan mendorong kenaikan cadangan devisa atau aliran modal masuk bersih (lihat Tabel 2 & 3) & kenaikan sumber-sumber uang primer dan uang beredar di dalam negeri & mengeser kurva MP ke kanan ≈ MP 0 → MPi1 ~ {panel a, titik E1 (r1, ŷ1), r↓ & ŷ↑} ≈ pergeseran kurva permintaan dan permintaan agregat → {panel b, lihat di titik F1 (π1, ŷ1)} dstnya lihat gambar di slide 31. REFERENSI Brunner, K. (1976), “The money supply process in open economy with interdependent security market, the case of imperfect substitutability”, in M. Fratianni and K. Travernier (eds), Bank Credit, Money and Inflation in Open Economies, Beihefte zu Kredit und Kapital, Heft 3. Brunner, K. and A.H. Meltzer (1976), An aggregative theory for closed economy, in J.L. Stein (ed), Monetarism, North-Holland Dauqila, T.C. (1987), The Market for Money and Bank Credit in the Philippines: 1970-1980, MA Research Paper, Katholieke Universiteit Leuven, unpublished. Insukindro (1990). The Short- and Long-Term Determinants of Money and Bank Credit Markets in Indonesia. Ph.D Thesis, University of Essex, UK, Unpublished. Insukindro (2022a), Memahami Data Statistik BI (SEKI) dalam Analisis Hubungan Sektor Luar Negeri, Pemerintah Pusat dan BI serta Keseimbangan Makroekonomika, Materi Ajar, BINS Lecture Series, 1 Agustus Insukindro (2022b), Kajian Makroekonomika Baru: Kebijakan Moneter Kontemporer di Indonesia Dalam Kerangka UU No. 2/2020 & UU No. 4/2023 tentang P2SK, Materi Ajar, BINS Lecture Series, 18 September. Insukindro (2022c), Makroekonomika Konsensus Baru: Modifikasi NNS Giese & Wagner (2007) Perekonomian Terbuka, Materi Ceramah, BINS Lecture Series, 12 April Lipschitz, L. and S. Schadler (2019), Macroeconomics for Professionals, A Guide for Analysts and Those Who Need to Understand Them, Cambridge University Press. Warjiyo, P. (2020), International II, Materi Kuliah, FEB UGM, 14 September