ASINKOM C-1 | KELOMPOK 3
Teori Dasar
Perubahan Perilaku
dalam Psikologi
3
Bagian
1
Ecological Model Bronfenbrenner
2
Complex Adaptive System Theory
3
Teori Kekuasaan dan Pemberdayaan
4
Interpersonal-level Theories
Anggota Kelompok 3
Marwa Intan Mufidah
Nabila Berlianny
Shania Nathaniel
Farida Khoirunnisa
112011133117
112011133128
112011133134
112011133143
Ecological Model
Bronfenbrenner
Teori Bronfenbrenner adalah alat analisis untuk
memahami perkembangan individu dalam sistem
sosial yang kompleks. Bronfenbrenner (1977.
1979) menyebut lima cincin yang saling
berhubungan yang melingkari orang yang sedang
berkembang itu sebagai mikrosistem,
mesosistem, eksosistem, makrosistem, dan
kronosistem.
Dalam model bioekologi, perkembangan
didefinisikan sebagai fenomena kontinuitas dan
perubahan karakteristik biopsikologis manusia,
baik sebagai individu maupun sebagai kelompok
5 Systems of Ecology Model
1. Microsystem : interaksi interpersonal dan
lingkungan terdekat
2. Mesosystem : mencakup berbagai interaksi
antara karakter mikrosistem. Contoh : hubungan
antara keluarga individu dengan guru.
3. Exosystem : Unsur mikrosistem yang
mempengaruhi individu secara tidak langsung.
4. Macrosystem : mencakup kepercayaan,
budaya, dan masyarakat yang mempengaruhi
perkembangan individu.
5. Chronosystem : terdiri dari semua perubahan
lingungan yang terjadi sepanjang hidup
Later Model PPCT
Ecology Model diadaptasi dengan memasukkan
Chronosystem, berdasarkan 4 prinsip awal dan
interaksinya :
Process : Proses perkembangan yang
terjadi melalui interaksi sistematis
Person : Prinsip ini untuk menunjukkan peran
individu dalam interaksi sosial dan
perkembangannya. Salah satu karakter yg
terlihat adalah usia, agar lebih mudah diukur
dari waktu ke waktu.
Context : Lima sistem model bioekologi berfungsi
sebagai konteks untuk perkembangan individu
Time : Prinsip paling penting karena mengukur
perkembangan individu, interaksi ini terjadi pada
skala kronologis yang terukur.
Intervention Program
Individual
berkaitan dengan pengetahuan dan keterampilan individu. Mengidentifikasi faktor
biologis dan sejarah yang meningkatkan kemungkinan terjadinya perilaku.
Interpersonal
berkaitan dengan hubungan seseorang dengan orang lain- keluarga, teman, dan
sebagainya yang meningkatkan risiko mengalami perubahan perilaku.
Organizational
TIngkat organisasi memiliki kesempatan untuk menjangkau lebih banyak orang di
berbagai sektor masyarakat. mengidentifikasi karakteristik setting yang terkait.
Community
Komunitas mengacu pada kulminasi dari berbagai organisasi di suatu daerah yang
membantu menciptakan iklim perilaku tersebut
Public Policy
Pada tingkat akhir - kebijakan publik - badan pengatur bertanggung jawab atas
upaya pencegahan.
WHO Global Campaign
Kerangka ekologi memperlakukan interaksi antara faktor-faktor pada tingkat
yang berbeda dengan kepentingan yang sama terhadap pengaruh faktor-faktor
dalam satu tingkat. Sebagai contoh, studi longitudinal menunjukkan bahwa
komplikasi yang terkait dengan kehamilan dan persalinan, mungkin karena
menyebabkan kerusakan neurologis dan gangguan psikologis atau kepribadian,
tampaknya memprediksi kekerasan di masa muda dan dewasa muda terutama
ketika terjadi dalam kombinasi dengan masalah lain dalam keluarga, seperti
sebagai pola asuh yang buruk. Kerangka ekologis membantu menjelaskan
akibat—kekerasan di kemudian hari—sebagai interaksi faktor risiko individu,
konsekuensi komplikasi selama kelahiran, dan faktor risiko hubungan,
pengalaman mengasuh anak yang buruk (The World Health Organization, 2018).
COMPLEX ADAPTIVE SYSTEM
Menurut John H. Holland : Sistem yang dinamis
berasal dari agen yang berperilaku dan merespons
secara terus menerus terhadap tindakan agen lain.
Kontrolnya tidak terpusat.
Menurut Kevin Dooley : Teori ini hadir dengan 3
landasan, yaitu sulitnya memprediksi masa depan
yang mudah berubah, kebiasaan yang muncul, dan
sistem sebelumnya yang tidak dapat berubah
SIFAT DAN KARAKTERISTIK
Complexity : Dengan cara ini, agen
mempengaruhi satu sama lain dalam cara yang
berkorelasi.
Emergence : Walaupun interaksi bersifat acak, terdapat
informasi yang muncul dan merubah perilaku agen
Self-organization : Tidak ada hierarki sehingga
beradaptasi untuk mencari yang paling sesuai
Feedback : Dengan mengidentifikasi umpan balik yang
berkorelasi, deskripsi sistem yang lebih bermakna
sehingga lebih menarik.
KONSEP
Setiap agen akan berinteraksi dan
bertukar informasi. Sistem yang tidak
berpusat pada satu titik saja, dapat
berubah - ubah mengikuti agen, dan
berevolusi. Dalam suatu komunitas
atau kelompok besar, pola dominan
disebut "budaya". Dalam kelompok
kecil atau individu, disebut
"kepribadian". Pada akhirnya perilaku
dipengaruhi oleh pola-pola itu, karena
orang-orang mencoba "menyesuaikan
diri" dengan pola-pola yang ada.
MANFAAT
Pengaplikasiannya dapat terlihat di
berbagai bidang. Dapat digunakan
untuk meneliti dan praktik,
manajemen perubahan,
menciptakan inovasi dan
meningkatkan nilai produk, dan
kepemimpinan
Power and
Empowerment
Theory
Power
(Kekuasaan)
" Kekuasaan sebagai kualitas yang muncul dari
hubungan sosial manusia, juga kekuasaan sebagai
kapasitas untuk mengerahkan kehendak seseorang
melalui orang lain."
Kekuasaan
JC Turner
Otoritas
Persuasi
Kontrol
Paksaan
Kekuasaan adalah
kapasitas sosial dalam
Dalam arti proses empowerment, power yaitu
mengikat disertai dengan
mendelegasikan kuasa kepada pihak tertentu
membuat keputusan
konsekuensi lebih pada
petunjuk dimana suatu
masyarakat bergerak
memberikan, mengalihkan serta
sehingga pihak yang diberi kuasa dapat
empower atau berdaya.
(Orum, 1988)
Prinsip-prinsip :
1. Bottom Up Approach
2. Partisipasi
3. Keberlanjutan
Tiga
sumber
kekuasan
(Weber,1947)
Otoritas
Karisma
Legitimasi
Konsep Power +
Power With
Power To
Power Within
Menemukan
Mengacu pada
Kapasitas untuk
kesamaan
potensi unik setiap
membayangkan dan
kepentingan yang
membentuk
menegaskan
di antara
berbeda dan
membangun
kekuatan kolektif
orang untuk
kehidupan dan
dunianya
memiliki harapan;
pencarian manusia
pada martabat dan
pemenuhan
Konsep Power Power Over
Kekuasaan dilihat sebagai hubungan menang-kalah dan memiliki banyak
asosiasi negatif. Memiliki kekuasaan yang melibatkan pengambilnya
sesuatu dari orang lain, dan kemudian, menggunakannya untuk
mendominasi dan mencegah orang lain memperolehnya.
Empowerment
(Pemberdayaan)
Proses dimana individu, komunitas, dan
organisasi mengubah lingkungan sosial dan
politik mereka yang mana dengan
melakukannya, seseorang mampu
mendapat kekuasaan, peningkatan
kesetaraan, dan kualitas hidup
(Minkler & Wallerstein, 1997b)
Power dan the powerless
Konsep
Empowerment
Aksi emansipasi dan liberalisasi manusia dari totaliterisme keagamaan
serta penataan terhadap segala kekuasaan dan penguasaan
Tidak bisa dilepaskan dari
konsep “power”
3 bidang
terjadinya
empowerment
Pemberdayaan psikologis (PE)
Pemberdayaan pada tingkat analisis individu
Pemberdayaan organisasi (OE)
Peningkatan efektivitas organisasi dengan
bersaing secara efektif, jaringan dengan
organisasi lain, atau memperluas pengaruhnya
Pemberdayaan Komunitas(CE)
Peningkatkan kehidupan kolektif mereka dan
hubungan di antara organisasi dan lembaga
komunitas yang membantu menjaga kualitas hidup
Teori sebagai Intervensi
Dalam menciptakan perubahan pada tingkat lingkungan yang lebih tinggi, kekuasaan sangat
dibutuhkan. Individu yang memiliki kekuasaan dapat memainkan peran dalam beberapa
cara, mengidentifikasi anggota yang memiliki kekuatan dalam melakukan perubahan, memilih
metode perubahan yang paling efektif, dan menggunakan bentuk kekuatan paling efektif
dalam mempengaruhi orang lain.
Komunitas/individu yang diberdayakan didalamnya mampu mempengaruhi
masyarakat dalam mengambil tindakan perubahan atau melakukan aksi positifnya
dan mendapat keuntungan/makna
Contoh = Karang taruna Gandri sebagai komponen masyarakat yang diamanahi
untuk mengakomodir kebutuhan masyarakat sehingga memiliki kekuasaan untuk
melakukan suatu aksi positif di daerahnya. Karang Taruna diperkenankan membuat
program kerja yang mampu memberdayakan masyarakat dan melakukan
serangkaian proses untuk mewujudkan program.
Desa Gandri adalah desa dengan sumber daya alam melimpah.
Karang Taruna Desa Gandri yang memiliki program "Sedekah
Pohon Pisang". Pelaksanaan program ini melibatkan serangkaian
proses seperti survei, aksi, dan kontrol. Setelah hasil panen terlihat,
Karang Taruna tersebut memasarkan pohon pisang yang ternyata
menghasilkan pundi-pundi rupiah. Dari hasil pengumpulan dana
(sedekah) maka dibentuk program pemberdayaan masyarakat
dengan pelatihan ekonomi kreatif hingga public speaking dengan
tujuan membangkitkan kesadaran masyarakat untuk lebih maju
sehingga kemiskinan/ketimpangan teratasi
Interpersonal-level
Theories
Social Network & Social Support
Social Network
Jaringan sosial adalah kerangka kerja analitik untuk memahami hubungan
di antara anggota sistem sosial.
ial Network
c
o
S
i
s
a
k
i
f
si
a
l
K
Personal/Egocentric Network
Whole Network
berdasarkan ikatan yang dimiliki
individu dengan orang lain
berdasarkan hubungan di antara
sekelompok orang yang ditentukan.
(defined group of people)
Jaringan dapat ditentukan oleh isinya— mengenai persahabatan, kekerabatan,
komunikasi, atau jaringan organisasi yang berorientasi pada tugas.
Social Network & Social Support
Social Network
Karakteristik dari network adalah
Intensity
Kedekatan emosional individu dengan anggota jejaring sosial
Reciprocity
Hubungan timbal-balik antara sesama individu dalam suatu jejaring sosial
Range or size
Besarnya jejaring sosial individu
Density
Setiap anggota dalam jejaring sosial mengenal satu sama lain
Homogenity
Anggota dalam jejaring sosial memiliki demografis yang sama
Social Network & Social Support
Social Support
Heaney and Israel (2002, p. 187) define social support as “aid and assistance
exchanged through social relationships and interpersonal transactions.”
cial Support
o
S
is
n
Je
Emotional Support
Ekspresi dari love,
trust. & caring
Instrumental Support
Bantuan dan pelayanan
yang nyata
Informational Support
Giving advices. suggestions,
& informations
Appraisal Support
Memberikan informasi
evaluasi diri
Social Network & Social Support
Sebelumnya, perlu diingat bahwa Social Network dan Social Support
bukanlah merupakan single unified theory.
Perbedaan jenis Social Network berhubungan dengan jenis
khusus Social Support
Network kecil, padat, intens, dekat secara geografis
Lebih mendapat emotional & appraisal support
Sulit mendapat informasi di luar network
Network besar, tersebar, tidak intens
Lebih mendapat informational & Insturmental Support.
Social Network & Social Support
Selain itu, berbagai jenis social support penting pada waktu
yang berbeda dalam pengalaman stresor.
Sebagai contoh, ada seseoraang yang kehilangan pekerjaan.
Individu diberikan emotional support pada awalnya
Kemudian, individu membutuhkan informational support
mengenai peluang kerja lainnya.
Instrumental support, seperti pinjaman uang juga dapat
membantu individu.
Maka dari itu, dalam merencanakan intervensi, sangat penting
untuk membedakan jenis social support.
Agar dukungan di lingkungan sosial spesifik untuk perilaku atau
hasil yang diinginkan.
Social Network & Social Support
& Intervention
Social Network dalam perubahan perilaku
Hubungan / Relationship antara dan di antara individu
adalah penting seperti bagaimana sifat hubungan tersebut
mempengaruhi keyakinan dan perilaku
Social Support dalam perubahan perilaku
Dukungan dari orang sekitar dapat membantu inidividu
untuk mengubah perilaku tertentu
Social Network & Social Support
& Intervention
Intervensi tingkat komunitas adalah dengan menyatukan jaringan yang saling
berinteraksi dan tumpang tindih untuk terlibat dalam pemecahan masalah yang luas
di komunitas di mana komunitas menyiratkan bahwa anggota memiliki rasa
identitas dan rasa memiliki, nilai bersama, norma, komunikasi, dan pola membantu.
Penguatan jaringan dianggap sebagai tujuan sekunder intervensi.
Pertimbangan utama dalam bekerja dalam konteks komunitas berkaitan dengan
fungsi-fungsi yang mungkin disediakan komunitas bagi anggotanya. Menurut Klein
fungsi-fungsi ini adalah pemeliharaan lingkungan fisik dan sosial, mencari bantuan
dan dukungan pada saat stres, dan mencapai rasa diri dan nilai sosial.
Masalah yang berkaitan dengan jaringan sosial dan dukungan sosial dapat terjadi
karena berbagai perbedaan persepsi, pengaruh budaya, dan faktor lingkungan
lainnya. Anggota jejaring sosial mungkin menghindari komunikasi dengan seseorang
atau gagal memberikan dukungan yang memuaskan saat dibutuhkan.
Social Network & Social Support
& Intervention
Heaney and Israel (2002) mengidentifikasi 4 tipe intervensi
berkaitan dengan peningkatan social support
1. Peningkatan jejaring sosial yang ada dan keterkaitannya
Peningkatan density : mencakup kegiatan untuk menyatukan anggota
jaringan untuk mengenal satu sama lain.
Peningkatan reciprocity : mencakup struktur pertukaran seperti pertukaran
pengasuhan anak atau pembersihan rumah.
Dapat dengan melakukan training kepada member dalam melatih
kemampuan memberikan support.
Misalnya, anggota keluarga dapat dilatih untuk memberikan dukungan
kepada individu yang sedang dalam program berhenti merokok (S. Cohen
& Lichtenstein, 1990; Mermelstein, Cohen, Lichtenstein, Baer, & Kamarck,
1986).
Social Network & Social Support
& Intervention
Heaney and Israel (2002) mengidentifikasi 4 tipe intervensi
berkaitan dengan peningkatan social support
2. program mentor, sistem teman, dan kelompok swadaya.
Mengembangkan hubungan jaringan sosial baru melalui
Dapat dengan melakukan training kepada member dalam
melatih kemampuan memberikan support.
Misalnya, Grup seperti Alcoholics Anonymous, Overeaters
Anonymous, dan Weight Watchers menyediakan akses ke
social network baru yang dirancang untuk memberikan
support kognitif, instrumental, dan emosional untuk
perubahan perilaku dan kehidupan.
Social Network & Social Support
& Intervention
Heaney and Israel (2002) mengidentifikasi 4 tipe intervensi
berkaitan dengan peningkatan social support
3. jaringan, terutama di sekitar masalah kesehatan.
Natural Helpers telah dipekerjakan untuk meningkatkan
Natural Helpers adalah anggota masyarakat yang memberi
nasihat, dukungan emosional, dan bantuan nyata.
4. proses pemecahan masalah yang partisipatif.
Network dapat ditingkatkan di tingkat komunitas melalui
Social Capital & Community Capacity
Social Capital
Modal
mengacu pada hubungan sosial dan pola timbal balik, kepercayaan yang dapat ditegakkan
yang memungkinkan orang dan lembaga untuk mendapatkan akses ke sumber daya seperti
layanan sosial, pekerjaan, atau kontrak pemerintah.
Social Capital & Community Capacity
Social Capital
Contoh
Social Capital & Community Capacity
Social Capital
FUNGSI
1) hubungan berbasis kepercayaan dengan orang atau organisasi yang memiliki
akses ke sumber daya
2) pengetahuan tentang isyarat modal budaya
Social Capital & Community Capacity
Social Capital
JENIS SOCIAL CAPITAL
CLOSED / BONDING SOCIAL CAPITAL
BRIDGING SOCIAL CAPITAL
LINKING SOCIAL CAPITAL
mengacu pada jaringan yang mencakup orang atau lembaga yang mirip satu sama lain dan
berpartisipasi dalam hubungan berbagi eksklusif.
mengacu pada hubungan lintas kelompok, terlepas dari hubungan kekuasaan. Dengan
menjembatani (bridging) social capital bergantung pada hubungan berbasis kepercayaan
long-term
menggambarkan hubungan di antara orang-orang atau institusi di berbagai bagian hierarki
kekuasaan suatu lokalitas.
Social Capital & Community Capacity
Community Capacity
sebagai interaksi modal manusia, sumber daya organisasi, dan modal sosial dalam suatu komunitas, yang dapat dimanfaatkan
untuk meningkatkan pemecahan masalah komunitas untuk meningkatkan atau mempertahankan kesejahteraan komunitas
(Chaskin, 2001; Norton, McLeroy, Burdine, Felix). , & Dorsey, 2002). Community Capacity diterapkan dalam situasi di mana individu atau
organisasi, terlepas dari perbedaan kekuasaan, berpartisipasi secara setara dalam suatu tugas.
DIMENTIONS
Skills
Knowledg
e
Resources
The Nature Of
Social Relationship
sms
structures and mechani
for community dialogue
Civic
Participation
Leadership
the value
system
learning
culture
NOTES Inti dari komunitas adalah kemampuan komunitas untuk menganalisis proses berpikirnya sendiri dan upaya perubahan; rasa
hubungannya di antara orang-orang dan dengan ritual komunitas; kesadaran akan upaya perubahan sebelumnya dan kondisi saat ini; dan
kekuatan komunitas—kemampuan untuk menciptakan perubahan, nilai, dan refleksi kritis.
Social Capital & Community Capacity
Community Capacity
AGENTS
INDIVIDU
ORGANISASI
NETWORK
Social Capital & Community Capacity
NOTES
Community Capacity dan Social Capital berkaitan dengan pemahaman hubungan antara anggota
masyarakat dan dengan faktor-faktor yang mendorong atau menunda kegiatan kolektif.
- Menekankan pentingnya menghubungkan orang dengan organisasi masyarakat, di mana
individu dapat secara sukarela bergaul dengan orang lain untuk mengatasi masalah yang menjadi
perhatian masyarakat.
- Penting juga bagi seseorang untuk memiliki ikatan yang longgar di luar jaringan utama mereka
untuk membawa informasi dan sumber daya baru, dan pertemuan dan koalisi antarorganisasi
dapat mendorong ikatan tersebut.
Referensi
Bartholomeuw, L.K., Parcel, G.S., Kok, G., & Gottlieb N.H. (2006). Planning Health Promotion Programs. An
Intervention Mapping Approach. John Wiley and Sons
Learning Theories. Bronfenbrenner’s Bioecological Model Of Development (Bronfenbrenner). Diakses pada Maret 3,
2022, dari https://www.learning-theories.com/bronfenbrenners-bioecological-model-bronfenbrenner.html
Israel, B. A. (1985). Social Networks and Social Support: Implications for Natural Helper and Community Level
Interventions. Health Education Quarterly, 12(1), 65–80. doi:10.1177/109019818501200106
Evans, Olivia-Guy. (2020, November 9). Simply Psychology. Diakses dari
https://www.simplypsychology.org/Bronfenbrenner.html.
Kraus, Kurt L. (2008) Lenses: Applying Lifespan Development Theories in Conseling. USA: Laha Press
Centers for Diseas Control and Prevention. The Social-Ecological Model: A Framework for Prevention. Diakses pada
Maret 3, 2022 dari https://www.cdc.gov/violenceprevention/about/social-ecologicalmodel.html
Lumen Candela. Core Principles of the Ecological Model. Diakses pada Maret 3, 2022 dari
https://courses.lumenlearning.com/suny-buffalo-environmentalhealth/chapter/core-principles-of-the-ecologicalmodel/#:~:text=The%20Socio%2DEcological%20Model%20takes,%2C%20Community%2C%20and%20Public%20Poli
cy.
House, J.S., Strecher, V., Metzner, H.L., and Robbins, C. (1986). Occupational stress and health among men and
women in the Tecumseh Community Health Study. / Health Soc Behav, 27:62-77
Berkman, Lisa & Glass, Thomas. (2000). Social Integration, Social Networks, Social Support, and Health. Social
Epidemiology. 1.
Heaney, C. A., & Israel, B. A. (2002). Social networks and social support. In K. Glanz, F. M. Lewis, & B. K. Rimer (Eds.), Health behavior and health
education: Theory, research and practice (3rd ed., pp. 185–209). San Francisco: Jossey-Bass
Kreuter, M. W., & Lezin, N. (2002). Social capital theory: Implications for community-based health promotion. In R .J. DiClemente, R. A. Crosby,
& M. C. Kegler (Eds.), Emerging theories in health promotion practice and research: Strategies for improving public health (pp. 228–254). San
Francisco: Jossey-Bass.
Putnam, R. D. (1993). The prosperous community: Social capital and public life. American Prospect, 13, 35–42. Putnam, R. D. (1995). Bowling
alone: America’s declining social capital. Journal of Democracy, 6, 65–78.
Human Systems Dynamics Institute. (2016, May 4). Complex Adaptive System.
Roy J. Eidelson. (1997, March 1). Review of General Psychology. Complex Adaptive Systems in the Behavioral and Social Sciences, 1(1), 42-71.
https://doi.org/10.1037/1089-2680.1.1.42
Ted Carmichael, & Mirsad Hadzˇikadic ́. (2019, July 22). The Fundamentals of Complex Adaptive Systems. DOI:10.1007/978-3-030-20309-2_1
Chaskin, R. J., Brown, P., Venkatesh, S., & Vidal, A. (2001). Building community capacity. New York: Aldine de Gruter
Norton, B. L., McLeroy, K. R., Burdine, J. N., Felix, M.R.J., & Dorsey, A. M. (2002). Community capacity: Concept, theory and methods. In R. J.
DiClemente, R. A. Crosby, & M. C. Kegler (Eds.), Emerging theories in health promotion practice and research: Strategies for improving public
health (pp. 194–227). San Francisco: Jossey-Bass.
Widodo, A. (2017). KESADARAN ‘KARANG TARUNA’ DALAMMELAKUKAN INTERVENSI KOMUNITAS. Jurnal Pemberdayaan Masyarakat, 1(1), 1-21.
VeneKlasen, L., Miller, V., (2002) Power and empowerment. PLA Notes, 43: 39-41
Zimmerman, M. A. (1993). Empowerment theory: Where do we go from here. Paper presented at the annual meeting of the Midwest
Psychological Association, Chicago, II.
Zimmerman, M A. (2000). Empowerment theory: Psychological, organizational and community levels of analysis. In J. Rappaport & E. Seidman
(Eds.), The handbook of community psychology. New York: Plenum Press.
TERIMA KASIH!