Uploaded by Finaa

ESSAY PO KELOMPOK 8 (1)

advertisement
“Menilai Keefektifan Tim Yang Dibentuk
Tanpa Pertimbangan Komposisi Anggota”
Refina Windari (220810301110), Rifka Intania C. (220810301163),
Sita Kurniasari (220810301170), Annisa Laras A. (220810301203)
PENDAHULUAN
Pembentukan tim dengan tujuan meningkatkan efisiensi dan optimalisasi pencapaian
tujuan merupakan pilihan yang bijak. Namun, tidak semua tim mampu menjadi efektif dan
memberikan manfaat serta kemudahan bagi anggotanya. Contoh konkret dari fenomena ini
dapat ditemukan dalam pembentukan tim kerja oleh dosen terhadap mahasiswanya. Tidak
jarang, suatu tim dibentuk untuk menyelesaikan tugas dengan merujuk pada ketentuan dosen,
baik dengan menggunakan urutan NIM maupun dengan penentuan acak. Praktik semacam ini
seringkali menimbulkan ketidaksesuaian dan ketidaktepatan dalam komposisi tim.
Pembentukan tim yang seharusnya memiliki tujuan untuk menyamaratakan
kompetensi mahasiswa, memberikan kesempatan untuk bersosialisasi, dan mengembangkan
keterampilan kolaboratif. Namun, kenyataannya, tujuan tersebut sering kali tidak terwujud.
Pembentukan tim oleh dosen tanpa mempertimbangkan komposisi anggotanya cenderung
memberikan dampak negatif terhadap anggota tim. Aspek kunci dan faktor-faktor penentu
keberhasilan tim terlihat diabaikan. Keputusan pembentukan tim seolah lebih terfokus pada
efisiensi administratif yang sering kali mengabaikan keberagaman keahlian, kemampuan, dan
kepribadian antar anggota tim. Fenomena ini menimbulkan pertanyaan mengenai efektivitas
tim yang terbentuk serta dampaknya terhadap prestasi dan pengalaman belajar mahasiswa.
Oleh karena itu, esai ini bertujuan untuk mengeksplorasi dan mengevaluasi dampak
dari pembentukan tim oleh dosen tanpa mempertimbangkan komposisi anggotanya. Melalui
analisis mendalam, kita akan menjelajahi bagaimana keputusan ini dapat mempengaruhi
dinamika internal tim, produktivitas kelompok, dan, yang tak kalah penting, perkembangan
individu mahasiswa. Dengan memperhatikan tantangan yang mungkin timbul dari keputusan
ini, kita dapat memperoleh pandangan yang lebih mendalam tentang pentingnya perhatian
terhadap komposisi anggota tim dalam mencapai tujuan pembelajaran dan pengembangan
keterampilan sosial di lingkungan akademis serta memahami bagaimana cara meningkatkan
efektivitas dan hasil kerja tim dalam konteks perguruan tinggi.
PEMBAHASAN
Dampak Pembentukan Tim Tanpa mempertimbangkan Komposisi Anggota Tim
Pembentukan tim oleh dosen tanpa mempertimbangkan komposisi anggota memiliki
dampak serius terhadap kinerja dan efektivitas tim tersebut, dan kebanyakan yang terjadi
adalah dampak negatif. Tim yang terbentuk akan memiliki banyak cacat akibat
ketidaksesuaian dan ketidaktepatan dalam kolaborasinya.
Dampak yang pertama adalah ketidakseimbangan distribusi keterampilan dan
keahlian antar anggota, yang tentu akan menghambat produktivitas tim. Anggota yang tidak
dapat dipilih sendiri sesuai pertimbangan mahasiswa, yang seharusnya lebih tahu
keterampilan dan keahlian rekan-rekannya, dapat menjadi beban bagi anggota tim yang lain.
Adanya istilah 'beban kelompok' yang merujuk pada satu anggota atau lebih yang tidak dapat
diajak bekerjasama, tidak melaksanakan bagian tugasnya, dan tidak memberikan kontribusi
dalam usaha pencapaian tujuan tim, tentu sudah tidak asing lagi. Meskipun sosok seperti ini
dihindari dalam pembentukan tim oleh mahasiswa, pembentukan tim oleh dosen cenderung
tidak mempertimbangkannya dan bukan menjadi masalah bagi dosen, karena yang terpenting
bagi dosen adalah mahasiswa dapat mengumpulkan tugas yang diberikan.
Selain itu, kurangnya perhatian terhadap komposisi tim juga dapat menyebabkan
ketidakcocokan dalam gaya kerja dan kepribadian antar anggota tim, menciptakan
ketegangan interpersonal, dan menghambat komunikasi efektif. Hal ini tentu menghambat
kolaborasi yang seharusnya ditekankan dalam pembentukan tim. Dinamika internal dalam
tim bisa terganggu karena masing-masing anggota akan sulit memahami perbedaan
pandangan, terutama jika didapati anggota yang problematik, yang sudah menjadi rahasia
umum, tentu semakin memperbesar kesenjangan interaksi karena keengganan tersebut.
Meskipun pada akhirnya terjadi keterpaksaan untuk beradaptasi agar tim tetap dapat berjalan.
Dampak lainnya adalah rendahnya motivasi dan keterlibatan anggota dalam tim. Saat
pembentukan tim tidak sesuai keinginan anggota dan tidak mempertimbangkan perbedaan
keahlian dan kemampuan, motivasi anggota untuk bekerja dalam tim dapat menurun.
Anggota mungkin kehilangan semangat bekerja sama karena merasa tidak cocok sejak awal,
terutama ketika tahu bahwa kinerja tim dapat terpengaruh oleh anggota dengan pamor 'beban
kelompok'.
Rasa kehilangan motivasi tidak hanya terjadi pada anggota, tetapi juga pada seseorang
yang menjadi pengarah dalam tim. Meskipun tidak secara resmi ditunjuk sebagai ketua atau
pemimpin, seseorang akan menjadi pengarah untuk memastikan tim dapat bekerja dengan
baik menuju pencapaian tujuan. Saat ditemui anggota yang tidak cocok dan tidak ada
perkembangan setelah berbagai upaya komunikasi, motivasi pengarah kelompok tersebut
dapat menurun. Keinginan untuk mendukung kinerja tim bisa menghilang ketika ada anggota
yang menjadi beban tim.
Dari berbagai dampak di atas, yang tidak kalah penting adalah dampak terhadap
perkembangan individu mahasiswa. Saat anggota tim ditentukan oleh dosen tanpa
mempertimbangkan komposisi anggota akan menciptakan lingkungan yang kurang optimal
untuk mahasiswa mengasah keahlian dan keterampilan spesifik karena tim yang dibentuk
secara acak atau berdasarkan kriteria yang tidak relevan dengan tujuan pembelajaran.
Dampak yang lain adalah dinamika tim yang dihasilkan kurang kooperatif sehingga
mahasiswa memiliki peluang lebih sedikit untuk belajar dari rekan-rekan mereka. Interaksi
antar mahasiswa yang seharusnya menjadi peluang untuk pertukaran ide dan pengembangan
keterampilan interpersonal menjadi terbatas.
Secara keseluruhan, dampak negatif dari pembentukan tim tanpa mempertimbangkan
komposisi
anggotanya
mencakup
ketidakseimbangan
distribusi
keahlian,
konflik
interpersonal, rendahnya motivasi anggota dan pengarah tim yang akan berpengaruh terhadap
perkembangan individu mahasiswa. Oleh karena itu, perhatian yang cermat terhadap
komposisi tim menjadi kunci untuk mencapai hasil yang optimal dalam pembentukan sebuah
tim atau kelompok
Evaluasi Efektivitas Tim
Pembentukan tim tanpa pertimbangan komposisi dapat berpengaruh terhadap
keefektivitasan sebuah tim. Keefektivitasan tim tersebut nantinya akan berdampak pula
terhadap pencapaian tujuan dari tim tersebut. Tim yang efektif akan dengan mudah mencapai
tujuannya tanpa adanya hambatan, sedangkan tim yang tidak efektif akan kesulitan mencapai
tujuannya, karena dalam prosesnya akan terdapat banyak hambatan yang akan memperlambat
pencapaian tujuan dari tim tersebut.
Evaluasi efektivitas tim sangat dibutuhkan untuk keberlangsungan tim, agar dapat
mencapai tujuannya. Evaluasi efektivitas tim ini dapat dilakukan melalui beberapa aspek
yaitu kinerja, komunikasi, kolaborasi, dan pencapaian tujuan.
1. Kinerja Tim
Hal pertama yang perlu dievaluasi adalah kinerja setiap anggota tim, yang
terdapat dalam sebuah tim. Dengan pembentukan tim tanpa pertimbangan komposisi
tersebut, apakah setiap anggotanya dapat melakukan kinerjanya dengan baik ataukah
tidak. Evaluasi juga harus dilakukan terkait pengetahuan dan keterampilan setiap
anggotanya, agar pembagian tugas yang diberikan dapat sesuai dengan kemampuan
setiap anggota tim. Apakah ada kekurangan terkait pengetahuan dan keterampilan
anggota yang mempengaruhi hasil kerja tim?
2. Komunikasi
Komunikasi merupakan salah satu aspek penting yang dapat mempengaruhi
keberhasilan suatu tim. Evaluasi dapat dilakukan terkait dengan komunikasi di dalam
tim. Apakah terdapat hambatan komunikasi akibat perbedaan latar belakang atau
keahlian? Bagaimana pola komunikasi di antara anggota tim? Apakah terdapat
kesulitan dalam menyampaikan ide atau memecahkan masalah bersama? Hal-hal
tersebut dapat dilakukan untuk meningkatkan efektivitas sebuah tim dalam mencapai
sebuah tujuan.
3. Kolaborasi
Kolaborasi antar anggota tim juga merupakan salah satu aspek yang dapat
mempengaruhi keefektivitasan sebuah tim. Sehingga, aspek kolaborasi juga penting
untuk dievaluasi. Evaluasi dapat dilakukan dengan mencari tahu beberapa hal seperti
apakah anggota tim mampu bekerja sama secara efektif meskipun tanpa pertimbangan
komposisi yang tepat? Apakah terdapat konflik atau ketegangan yang mempengaruhi
kerjasama di dalam tim?
4. Pencapaian Tujuan
Pembentukan sebuah tim pasti didasari dengan satu tujuan bersama yang ingin
dicapai. Pencapaian tujuan tersebut nantinya juga akan berdampak terhadap
keberhasilan sebuah tim. Evaluasi efektivitas tim juga perlu mempertimbangkan
pencapaian tujuan. Evaluasi tersebut dapat dilakukan dengan beberapa hal seperti
apakah tim yang dibentuk tanpa pertimbangan komposisi mampu mencapai target
yang ditetapkan? Apakah ada hambatan yang muncul akibat kurangnya perhatian
terhadap komposisi tim?
Dengan melakukan evaluasi terhadap aspek-aspek di atas, dapat diketahui sejauh
mana efektivitas tim yang dibentuk tanpa pertimbangan komposisi. Evaluasi ini dapat
menjadi dasar untuk perbaikan dan penyesuaian dalam pembentukan tim di masa depan.
Tantangan yang Mungkin Muncul Akibat Kurangnya Perhatian Terhadap Komposisi
Komposisi anggota merupakan hal yang paling penting dalam suatu kelompok kerja.
Hal ini berkaitan dengan pembagian proporsi kerja yang sesuai dengan kemampuan serta
keahlian dari anggota tim tersebut. Baedhowi (2007:121) menjelaskan bahwa pekerjaan
didasarkan atas kualifikasi dan juga kewajiban, yang mana mencakup pembagian tugas yang
jelas serta sesuai dengan keahlian diri. Pembahasan kali ini adalah seputar pembentukan tim
oleh dosen tanpa mempertimbangkan komposisi anggotanya. Pembentukan tim oleh dosen
merupakan suatu hal yang akan menjadi beban bagi anggota dalam suatu tim kerja. Hal
tersebut disebabkan karena dosen cenderung tidak mengerti mengenai keahlian yang dimiliki
oleh setiap mahasiswanya. Akibatnya, pembagian tim tersebut mampu mendatangkan
beberapa tantangan yang mampu mengganggu kinerja tim. Beberapa tantangan yang dapat
terjadi adalah sebagai berikut:
1. Kurangnya rasa percaya antar anggota
Rasa percaya merupakan kunci utama dalam suatu tim kerja. Kepercayaan
menurut Barnes (2003:148) adalah suatu keyakinan pada seseorang dalam hal
menemukan dan mencapai keinginan atas mitra pertukarannya. Hal tersebut dapat
diartikan bahwa pada suatu tim, antar anggotanya menginginkan adanya hubungan
timbal balik yang mampu mendatangkan rasa percaya. Jika satu anggota tim tidak
melaksanakan hubungan timbal balik tersebut, maka akan muncul rasa kurang
percaya antar anggotanya sendiri. Akibatnya adalah proses kerja tim tidak akan
berjalan lancar dan hasil yang diterima tidak memuaskan, sehingga diperlukan adanya
rasa percaya antar anggota untuk dapat melaksanakan pekerjaan dengan baik.
2. Sering terjadi miskomunikasi
Keberhasilan kerja tim didasarkan atas komunikasi di dalam tim tersebut.
Komunikasi menjadi dasar utama yang harus dimiliki oleh suatu kelompok kerja.
Silvani & Triatmanto (2017) berpendapat, adanya komunikasi dapat berfungsi sebagai
media penyalur informasi berupa arahan, perintah, serta pesan yang diberikan
pimpinan kepada anggotanya sehingga kinerja tim dapat terarah dan berjalan dengan
baik. Jika komunikasi antar anggota maupun pimpinan tidak berjalan dengan baik,
maka akan memberi efek kepada kinerja tim berupa salah pengerjaan perintah, hingga
dapat memicu munculnya konflik antar anggota. Jadi, komunikasi menjadi syarat
utama keberhasilan kinerja tim yang harus selalu dijaga agar tidak memicu kegagalan
dalam kerja tim.
3. Ambisi pribadi
Sebuah tim merupakan sekumpulan orang-orang yang memiliki potensi serta
niat mereka masing-masing. Pembagian tim oleh dosen bagi sebagian orang
merupakan salah satu ajang untuk menunjukkan eksistensi serta ambisinya pribadi.
Hal tersebut dapat terlihat dari seorang anggota yang menginginkan untuk memegang
dominasi dalam tim suatu tim. Dominasi anggota tersebut nyatanya mampu
memberikan rasa tidak nyaman bagi anggota lain. Jadi, ambisi pribadi yang dimiliki
oleh seorang anggota tertentu mampu menjadikan tim kerja tersebut berada pada
situasi tidak nyaman dan mampu menghambat kinerja tim.
4. Ketidakjelasan dalam pembagian tugas
Pembagian tim oleh dosen yang tidak mempertimbangkan komposisi anggota
pastinya akan mendatangkan ketimpangan penyebaran anggota kompeten. Akibatnya,
pasti akan ada satu tim yang memiliki kualitas dan motivasi kerja yang rendah. Hal
tersebut dapat mempengaruhi dari segi pembagian tugas. Motivasi kerja tim yang
rendah memunculkan ketidakoptimalan dalam kinerja mereka, khususnya pada
pembagian tuga yang merupakan langkah awal dalam memulai tim kerja. Jika dari
awal pembagian tugasnya tidak jelas, maka akan berakibat pada ketidaksempurnaan
kerja tim dan mampu membuat tim tersebut dipandang buruk oleh khalayak ramai.
5. Kurangnya kepedulian atas kinerja tim
Menyambung dari poin keempat mengenai ketidakjelasan dalam pembagian
tugas, tantangan dalam pembagian tim oleh dosen selanjutnya adalah kurangnya
kepedulian atas kinerja tim. Rasa peduli sudah seharusnya dimiliki oleh semua
anggota. Namun, bagaimana jika suatu tim tidak memiliki kepedulian tersebut? Maka
jawabannya adalah tim tersebut pasti akan hancur, karena melihat dari tidak adanya
inisiatif untuk memberikan perhatiannya terhadap tim-nya sendiri dan memilih untuk
tidak peduli. Sehingga dapat dipastikan bahwa tim tersebut pasti berada pada kondisi
tidak layak dan pasti kinerjanya tidak optimal.
6. Manajemen konflik yang kurang baik
Pembagian tim oleh dosen pasti tidak mempertimbangkan adanya kesamaan
kepribadian antar individu. Hal tersebut diindikasikan dapat memicu adanya konflik,
baik dari dalam internal maupun eksternal tim. Jadi diperlukan adanya kesadaran diri
pribadi dalam kerja tim untuk mampu menyesuaikan diri dalam tim-nya, sehingga
konflik yang akan maupun sudah terjadi dapat teratasi dengan baik. Sejatinya, sebuah
tim yang baik adalah tim yang mampu mengatasi konflik internal maupun eksternal
dengan baik.
Saran-saran untuk Meningkatkan Hasil Kerja Tim
1. Tentukan Tujuan Bersama
Untuk mencapai keberhasilan dalam pekerjaan tim, sangat penting untuk menetapkan
tujuan bersama secara jelas. Ini melibatkan proses kolaboratif di mana setiap anggota tim
memahami visi dan misi proyek atau tugas yang diemban. Tujuan harus spesifik, terukur,
dapat dicapai, relevan, dan berbatas waktu (SMART). Setelah tujuan ditetapkan, penting
untuk memastikan bahwa setiap anggota tim memahaminya dengan jelas. Klarifikasi
peran masing-masing anggota dalam mencapai tujuan, sehingga semua orang memiliki
pandangan yang seragam tentang arah yang akan diambil oleh tim.
2. Rajin Berkomunikasi
Komunikasi yang efektif adalah kunci keberhasilan tim. Selain pertemuan rutin,
komunikasi sehari-hari juga harus ditekankan. Anggota tim harus merasa nyaman
berbagi informasi, meminta bantuan, dan memberikan umpan balik. Selain itu,
membangun hubungan interpersonal yang kuat melalui obrolan informal dapat
meningkatkan keakraban di antara anggota tim. Komunikasi yang terbuka dan transparan
membantu mencegah miskomunikasi dan memastikan bahwa semua anggota tim
bergerak sejalan dengan visi dan tujuan yang telah ditetapkan.
3. Penghargaan untuk Pekerjaan Baik
Menciptakan budaya penghargaan dalam tim dapat meningkatkan motivasi dan kinerja.
Ketika anggota tim merasa diakui atas kontribusi mereka, mereka cenderung lebih
bersemangat dan berdedikasi. Penghargaan dapat berupa pujian publik, bonus, atau
bentuk apresiasi lainnya. Penting untuk tidak hanya menyoroti kesalahan atau area yang
perlu diperbaiki, tetapi juga memberikan perhatian yang pantas untuk pekerjaan yang
berhasil. Ini tidak hanya membangun kepercayaan dan semangat positif, tetapi juga
menciptakan lingkungan dimana anggota tim merasa dihargai.
4. Peningkatan Kompetensi Karyawan
Peningkatan kompetensi
karyawan melibatkan investasi
dalam pengembangan
keterampilan dan pengetahuan individu di tim. Ini bisa dilakukan melalui pelatihan
internal atau eksternal, seminar, kursus online, atau mentoring. Peningkatan kompetensi
tidak hanya menguntungkan individu, tetapi juga meningkatkan kualitas kerja tim secara
keseluruhan. Ketika setiap anggota tim memiliki keterampilan yang diperlukan untuk
tugas mereka, tim dapat bekerja lebih efisien dan mengatasi tantangan dengan lebih baik.
5. Prioritaskan Pekerjaan
Prioritaskan pekerjaan berdasarkan hasil utama melibatkan identifikasi tugas yang paling
berdampak dan penting untuk mencapai tujuan tim. Fokus pada pekerjaan yang memiliki
dampak signifikan dan memberikan nilai tambah terbesar. Juga, penting untuk memiliki
keterampilan manajemen waktu yang baik, mengidentifikasi tugas yang dapat ditunda
atau dikurangi, serta menentukan pekerjaan yang dapat didelegasikan kepada anggota tim
lain atau pihak lain yang relevan.
6. Manajemen Beban Kerja
Manajemen beban kerja melibatkan distribusi dan pengelolaan pekerjaan di tim secara
adil. Ini memerlukan pemahaman yang mendalam tentang keterampilan, kekuatan, dan
keterbatasan masing-masing anggota tim. Pastikan setiap anggota tim memiliki tanggung
jawab yang sesuai dengan kapasitasnya dan tidak terlalu terbebani. Komunikasi terbuka
tentang beban kerja dan kemungkinan tantangan yang dihadapi oleh anggota tim dapat
membantu mencegah kelelahan atau kelebihan beban.
PENUTUP
Kesimpulan
Tim
yang
dibentuk
tanpa
pertimbangan
komposisi,
akan
mempengaruhi
keefektivitasan tim dalam mencapai sebuah tujuan. Ada beberapa dampak negatif dari
pembentukan
tim
tanpa
mempertimbangkan
komposisi
anggotanya
mencakup
ketidakseimbangan distribusi keahlian, konflik interpersonal, rendahnya motivasi anggota
dan pengarah tim yang akan berpengaruh terhadap perkembangan individu mahasiswa.
Dampak tersebut dapat diatasi dengan melakukan evaluasi efektivitas tim. Evaluasi
efektivitas tim sangat dibutuhkan untuk keberlangsungan tim, agar dapat mencapai tujuannya.
Evaluasi efektivitas tim ini dapat dilakukan melalui beberapa aspek yaitu kinerja,
komunikasi, kolaborasi, dan pencapaian tujuan. Dengan melakukan evaluasi terhadap
aspek-aspek tersebut, dapat diketahui sejauh mana efektivitas tim yang dibentuk tanpa
pertimbangan komposisi. Evaluasi ini dapat menjadi dasar untuk perbaikan dan penyesuaian
dalam pembentukan tim di masa depan.
Selain dampak negatif, kurangnya perhatian terhadap komposisi tim juga memberikan
beberapa tantangan dalam yang dapat mengganggu kinerja sebuah tim, diantaranya
kurangnya rasa percaya antar anggota, sering terjadi miskomunikasi, adanya ambisi pribadi,
ketidakjelasan dalam pembagian tugas, kurangnya kepedulian atas kinerja tim, dan yang
terakhir manajemen konflik yang kurang baik.
Dari beberapa tantangan yang ada, terdapat beberapa solusi untuk meningkatkan hasil
kerja tim, yaitu bisa dengan menentukan tujuan bersama, rajin berkomunikasi, adanya
penghargaan untuk pekerjaan baik, meningkatkan kompetensi karyawan, memprioritaskan
pekerjaan, dan yang terakhir adalah dengan membentuk manajemen beban kerja.
Download