Uploaded by nafisa

Laporan Analisa Sensori - Threshold

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Metode pengujian threshold merupakan salah satu metode untuk menguji sensitifitas
panelis. Metode ini digunakan untuk menentukan tingkat konsentrasi terendah suatu
substansi yang dapat dideteksi (absolute threshold) atau perubahan konsentrasi terkecil
suatu substansi yang dapat dideteksi perubahannya (difference threshold). Biasanya
substansi yang akan dikaji dilarutkan dalam air murni, dan panelis diminta untuk menilai
sample mana yang berbeda dengan air. Dalam hal ini, air murni juga disajikan sebagai
pembanding. Metode ini juga dapat digunakan untuk mengenal macam-macam stimulusnya
(recognition threshold), misalnya asin, manis, dan lain-lain. Recognition threshold umumnya
lebih tinggi daripada absolute threshold (Kartika dkk, 1988).
Prinsip dari perobaan uji threshold adalah berdasarkan dari sensitivitas panelis dalam
menentukan rangsangan terendah yang mulai dapat menghasilkan rangsangan.
Aplikasi uji threshold dalam industri pangan sebagai indikator dalam mengetahui
ambang batas penting dalam penggunaan bahan pemanis atau pemakaian zat kimia yang
dibatasi oleh peraturan atau hukum yang ada. Selain itu, uji thershold juga dapat digunakan
dalam menseleksi panelis atau karyawan yang akan ditempatkan di bagian quality control
atau human research and development. Dalam bidang formulasi, uji thershold digunakan
untuk mengetahui sejauh mana konsumen dapat mengetahui perubahan pengenalan
rangsangan yang berasal dari produk baru yang akan dibuat.
Tujuan dari uji threshold adalah mengetahui cara penentuan ambang stimulus rasa
manis dan rasa asin
BAB II
METODE
A. Bahan dan Alat
Bahan :
a. Sukrosa (gula pasir)
b. NaCl (garam)
c. Air sebagai pelarut
d. Bahan penetral indra pencicip (air)
Alat :
a. Timbangan analitik
b. Spatula
c. Alumunium foil
d. Label
e. Alat tulis (bulpoin)
f.
Plastik
g. Botol-botol air minum
h. Gelas takar
i.
Gelas-gelas plastik kecil
j.
Gelas untuk penetral dan buangan
k. Sendok
l.
Kursi dan meja
B. Cara Kerja
o
Preparasi
Preparasi yang dilakukan dalam uji Threshold yaitu menyiapkan sampel dari
penimbangan sampel hingga penyiapan sampel di atas meja pengujian. Sampel
yang digunakan pada praktikum kali ini yaitu sukrosa yang berupa gula pasir dan
NaCl yang berupa garam dapur. Konsentrasi larutan sukrosa yang diuji yaitu 0%;
0,1%; 0,5%; 1%; 1,5%; dan 2%. Sedangkan konsentrasi larutan NaCl yang diuji
yaitu 0%; 0,1%; 0,2%; 0,3%; 0,4%; dan 0,5%. Dimana untuk konsentrasi larutan 0%
hanya berupa air minum tanpa diberi sampel. Penimbangan sampel dilakukan
untuk tiap konsentrasi, sehingga dengan jumlah panelis sebanyak 18 orang dengan
tiap gelas berisi 20ml, maka kebutuhan larutan untuk tiap konsentrasi yaitu 500ml
(sudah termasuk jumlah penambahan untuk kebutuhan tambahan nantinya).
Dengan perhitungan secara matematis dengan jumlah volume larutan 500ml maka
dapat ditentukan berat sampel untuk tiap konsentrasi. Tiap konsentrasi sampel
kemudian diberi kode 3 digit acak. Berat dan kode sampel dapat dilihat pada Tabel
1. Setelah sampel ditimbang, sampel ditempatkan pada alumunium foil kemudian
dibungkus dan diberi label bertuliskan nama sampel dan konsentrasinya. Setelah
semua sampel telah diukur beratnya, sampel kemudian dimasukkan ke dalam
plastik untuk memudahkan membawa. Selanjutnya tiap sampel tiap konsentrasi
dimasukkan dalam 1 botol air minum bersih yang berbeda. Kemudian masingmasing dilarutkan dengan air minum hingga volume 500ml. Pengukuran air
dilakukan dengan menggunakan gelas takar. Selanjutnya sampel dan pelarut
dihomogenkan dengan mengocok botol. Sedangkan untuk sampel dengan
konsentrasi 0% hanya memasukkan air sebanyak 500ml pada botol air minum yang
sudah disiapkan, hal ini dilakukan untuk kedua sampel. Pada tahapan preparasi ini
disiapkan semua bahan dan alat yang dibutuhkan untuk pengujian, termasuk
kuisioner untuk panelis.
Perhitungan berat sampel:
ο‚·
ο‚·
Sukrosa
Konsentrasi 0 % :
0
100
=
X=
π‘₯
500
NaCl
Konsentrasi 0 % :
0 π‘₯ 500
100
0,1
π‘₯
X=
π‘₯
X=
0,1
1
100
π‘₯
X=
1 π‘₯ 500
100
X = 5 gr
Konsentrasi 1,5% :
1,5
100
=
X=
π‘₯
500
1,5 π‘₯ 500
100
X = 7,5 gr
0,1 π‘₯ 500
100
X = 0,5 gr
0,2
π‘₯
Konsentrasi 0,2% : 100 = 500
0,5 π‘₯ 500
100
= 500
π‘₯
X=
X=
0,2 π‘₯ 500
100
X = 1 gr
X = 2,5 gr
Konsentrasi 1% :
0 π‘₯ 500
100
Konsentrasi 0,1% : 100 = 500
X = 0,5 gr
0,5
π‘₯
500
X = 0 gr
0,1 π‘₯ 500
100
Konsentrasi 0,5% : 100 = 500
=
X=
X = 0 gr
Konsentrasi 0,1% : 100 = 500
0
100
Konsentrasi 0,3% :
0,3
100
=
X=
π‘₯
500
0,3 π‘₯ 500
100
X = 1,5 gr
0,4
π‘₯
Konsentrasi 0,4% : 100 = 500
X=
0,4 π‘₯ 500
100
X = 2 gr
0,5
π‘₯
Konsentrasi 0,5 % : 100 = 500
X=
0,5 π‘₯ 500
100
2
π‘₯
Konsentrasi 2 % : 100 = 500
X=
2 π‘₯ 500
100
X = 10 gr
Tabel 1. Berat dan Kode Sampel Sukrosa dan NaCl
Sampel
Sukrosa
o
Konsentrasi
Berat
Konsentrasi
Berat
(%)
(gr)
(%)
(gr)
0
0
401
0
0
401
0,1
0,5
293
0,1
0,5
293
0,5
2,5
168
0,5
2,5
168
1
5
246
1
5
246
1,5
7,5
735
1,5
7,5
735
2
10
624
2
10
624
Kode
Sampel
NaCl
Kode
Penyajian
Dalam praktikum kali ini, preparator terbagi menjadi 2 dengan sebagian
preparator menata meja dan kursi panelis, sedangkan preparator yang lain
menuang sampel dari botol ke gelas kecil. Kursi dan meja ditata dua-dua dengan
kursi dan meja panelis dan preparator saling berhadapan. Penyajian sampel tiap
gelas kecil yaitu sebanyak 20ml. Sampel dalam botol dituangkan pada gelas kecil
yang sudah diberi batas ukur 20ml, dan selanjutnya dituangkan pada gelas kecil
yang akan disajikan kepada panelis. Perlakuan ini dilakukan untuk semua sampel
untuk semua konsentrasi yang dituangkan pada gelas-gelas kecil yang berbeda
yang telah diberi kode masing-masing. Penuangan sampel pada gelas kecil
disesuaikan dengan kode pada gelas kecil. Hal ini perlu diperhatikan untuk
mencegah terjadinya kesalahan pemasukan sampel pada gelas kecil dengan kode
berbeda dengan kode sampel (jenis sampel) yang dituang. Selama penuangan
sampel oleh sebagian preparator, preparator yang lain menyiapkan sendok
dengan jumlah sebanyak jumlah sampel pada tiap meja yaitu sebanyak 12 buah,
dan juga menyiapkan satu gelas penetral yang diisi air minum hingga setengah
gelas dan satu gelas sebagai gelas buangan. Setelah semua sampel dimasukkan
pada masing-masing gelas kecil yang telah diberi kode, sampel diletakkan secara
acak pada meja panelis, yaitu 6 sampel sukrosa dengan 6 konsentrasi berbeda,
dan 6 sampel NaCl dengan 6 konsentrasi berda. Penataan sampel pada meja
panelis yaitu sampel sukrosa, sedangkan sampel NaCl diletakkan sementara pada
meja preparator. Urutan penataan sampel yaitu berbeda urutannya dari bilik ganjil
(dimulai dari barisan terdepan di kelas) dan bilik genap. Urutan penataan dimulai
dari kiri ke kanan. Pada bilik ganjil, urutan sampel sukrosa yaitu 401, 293, 624,
246, 735, 168; dan urutan sampel NaCl yaitu 541, 325, 837, 194, 215, 938. Pada
bilik genap, urutan sampel sukrosa yaitu 293, 401, 168, 735, 246, 624; dan urutan
sampel NaCl yaitu 325, 541, 938, 215, 194, 837. Karena ukuran meja yang
digunakan kecil, maka sampel ditata dalam 2 baris untuk tiap 1 jenis sampel.
Setelah sampel dalam gelas kecil ditata di atas meja, sendok yang sebelumnya
sudah disediakan dapat dimasukkan dalam masing-masing gelas.
Setelah semua persiapan telah selesai, preparator duduk dikursi preparator
dengan membawa lembar kuisioner untuk panelis. Lembar kuisioner dapat dilihat
pada Gambar 1 untuk kuisioner sampel sukrosa dan Gambar 2 untuk kuisioner
sampel NaCl.
Gambar 1. Kuisioner sampel sukrosa
Gambar 2. Kuisioner sampel NaCl
Panelis kemudian dipersilahkan masuk, menuju preparator, dan duduk di kursi
panelis. Pembagian penelis adalah sesuai kelompok. Pada praktikum kali ini
panelis kelompok 2 berpasangan dengan preparator kelompok 1, panelis
kelompok 5 berpasangan dengan preparator kelompok 3, dan panelis kelompok 6
berpasangan dengan preparator kelompok 4. Setelah semua panelis telah duduk,
pengujian dimulai. Preparator memulai pengujian dengan menjelaskan bagaimana
tata cara pengujian atau pencicipan sampel dan pengisian kuisioner. Tata cara
pengujian sampel yaitu pencicipan dilakukan secara berurutan dari kiri ke kanan
dengan mengambil sampel sekitar 5ml dengan menggunakan sendok. Sampel
kemudian dimasukkan ke dalam mulut dan didiamkan di dalam mulut selama 3
detik sebelum ditelan. Panelis akan mendeteksi rasa dari sampel, dan kemudian
panelis dapat mengisi lembar kuisioner. Jika rasa manis atau asin terdeteksi pada
kuisioner pada kolom kode sampel diberi tanda +, tetapi jika tidak terdeteksi rasa
diberi tanda – pada kuisioner. Setiap sebelum melakukan pengujian pada sampel
berikutnya, panelis meminum air minum penetral dan indra pencicip panelis
diistirahatkan selama 30 detik. Perlu diperhatikan pada awal pengujian untuk
memastikan indra pencicipan panelis bersih, dimana sebaiknya sebelum
pencicipan sampel untuk pertama kalinya, panelis meminum air minum (air
penetral). Pengujian pertama dilakukan untuk sampel sukrosa dan selanjutnya
sampel NaCl. Setelah seluruh sampel sukrosa diuji, selanjutnya, sampel sukrosa
ditukar tempatkan dengan sampel NaCl yang urutannya telah disesuaikan dengan
urutan yang sudah ditentukan. Prosedur pengujian pada sampel NaCl sama
seperti pengujian pada sampel sukrosa, yaitu dimulai dari penjelasan oleh
preparator hingga pengisian kuisioner hingga sampel terakhir. Setelah pengujian
dilakukan, panelisa dapat memberikan kuisioner yang sudah diisi kepada
preparator dan meninggalkan meja pengujian. Preparator selanjutnya dapat
membersihkan alat dan tempat pengujian. Data kuisioner kemudian diolah dengan
metode frekuensi.
C. Diagram Alir
Persiapan sampel sukrosa
Sukrosa
Dihitung berat yang dibutuhkan untuk membuat larutan sukrosa
konsentrasi 0%, 0,1%, 0,5%, 1%, 1,5%, dan 2%
Ditimbang dengan timbangan analitik, sesuai dengan hasil perhitungan
Dimasukkan ke dalam botol plastik bersih 600 ml yang sudah diberi kode sesuai
konsentrasi
500 ml air mineral
Dikocok hingga homogen
Hasil
Persiapan sampel NaCl
NaCl
Dihitung berat yang dibutuhkan untuk membuat larutan sukrosa
konsentrasi 0%, 0,1%, 0,2%, 0,3%, 0,4%, dan 0,5%
Ditimbang dengan timbangan analitik, sesuai dengan hasil perhitungan
Dimasukkan ke dalam botol plastik bersih 600 ml yang sudah diberi kode sesuai
konsentrasi
500 ml air mineral
Dikocok hingga homogen
Hasil
Penyajian
Larutan sukrosa dan NaCl
Diukur sebanyak 20 ml menggunakan gelas takar
Dimasukkan ke dalam cup plastik yang sudah diberi kode sesuai konsentrasi
Diberi sendok plastik
Ditata di atas panelis secara acak
Hasil
BAB III
PEMBAHASAN
A. Pengujian Threshold Rasa Manis
1. Pengertian dan Mekanisme seseorang dapat mendeteksi rasa Manis
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia dan Cambridge dictionary, rasa
manis didefinisikan sebagai rasa yang sama seperti gula, makanan yang berasa
manis, berarti memiliki rasa yang sama aseperti gula. Rasa manis dapat kita deteksi
akibat adanya saraf- saraf perasa di lidah. Mekanisme terbentuknya impuls rasa
manis di lidah adalah sebagai berikut:
( Simamora, 2012)
Rasa manis dapat timbul karena kita mengkonsumsi makanan yang
mengandung bahan- bahan kimia seperti gula, glikol, alkohol, aldehida, keton, amida,
ester, asam amino, asam sulfonat, asam halogen dan beberapa garam- garam
anorganik. Bahan- bahan kimia pemicu rasa manis ini akan dilarutkan oleh saliva
ketika masuk ke dalam mulut. Di lidah terdapat taste buds yang terdiri dari ujung
saraf pengecap. Bahan kimia yang sudah terlarut di dalam saliva akan melakukan
kontak dengan ujung saraf yang ada pada taste buds. Dari kontak antara bahan kimia
dengan ujung saraf pada taste buds akan dihasilkan impuls. Impuls yang dihasilkan
akan menjalar ke nervus facial dan nervus glossopharyngeal. Impuls rasa manis yang
datang dari daerah selain lidah akan dialirkan melalui nervus vagus. Impuls dari
ketiga jenis saraf tadi akan bertemu dan bergabung menjadi satu di medulla
oblongata. Dari medulla oblongata, impuls secara berturut- turut melalui nucleus
traktus solitaries, leminiskus medialis dan berakhir di Insula. Dari Insula impuls akan
diteruskan ke daerah postcentral gyrus dan thalamus, ketika impuls sudah mencapai
thalamus, kita akan dapat merasakan rasa manis dari makanan yang kita konsumsi
tadi( Simamora, 2012).
2. Data Hasil Praktikum Penentuan Threshold Rasa Manis
Panelis
Konsentrasi (%)
0
0,1
0,5
1,0
1,5
2
1
+
-
+
+
+
+
2
-
-
+
+
+
+
3
-
-
-
-
+
+
4
-
-
+
+
+
+
5
-
+
+
+
+
+
6
-
-
+
+
+
+
7
-
-
+
+
+
+
8
-
-
+
-
+
+
9
-
-
-
+
+
+
10
-
-
-
-
-
+
11
-
-
+
+
+
+
12
+
+
+
+
+
+
13
-
-
-
+
+
+
14
+
-
-
+
+
+
15
-
-
+
+
+
+
16
-
-
+
+
+
+
17
-
-
+
+
+
+
Jumlah
3
2
12
12
16
17
Frekuensi
18%
12%
71%
71%
94%
100%
3. Grafik dan Perhitungan Ambang Mutlak dan Ambang Pengenalan
Frekuensi
120
y = 43,339x + 24,162
R² = 0,8447
Frekuensi(%)
100
80
60
Frekuensi
40
ЛинСйная (Frekuensi )
20
0
0
0,5
1
1,5
2
2,5
Konsentrasi(%)
 Ambang mutlak
 Ambang pengenalan
𝑦 = 43,339π‘₯ + 24,162
𝑦 = 0,4357π‘₯ + 0,2373
0,5 = 43,339π‘₯ + 24,162
0,75 = 0,4357π‘₯ + 0,2373
0,5 − 0,2373 = 0,4357π‘₯
0,2627 = 0,4357π‘₯
π‘₯ = 0,6
0,75 − 0,2373 = 0,4357π‘₯
0,5127 = 0,4357π‘₯
π‘₯ = 1,17
4. Pembahasan Data Hasil Praktikum
Dari praktikum yang sudah kami lakukan, dapat diketahui bahwa frekuensi
panelis yang dapat mendeteksi pada masing- masing konsnetrasi gula bervariasi. Pada
konsentrasi gula 0% sebanyak 17,6% panelis mampu mendeteksi rasa manis. Pada
konsentrasi gula 0,1% terdapat 11,70% panelis yang dapat mendeteksi rasa manis. Pada
konsentrasi gula 0,5% terdapat 70,58% panelis yang dapat mendeteksi rasa manis. Pada
konsentrasi gula 1 % terdapat 70,58% panelis ynag dapat mendeteksi rasa manis. Pada
konsentrasi gula 1,5% terdapat 94,11% panelis yang dapat mendeteksi rasa manis dan
pada konsentrasi gula 2% semua panelis dapat mendeteksi rasa manis.
Pada konsentrasi gula 0%, seharusnya tidak ada panelis yang dapat mendeteksi
rasa manis, tetepai pada uji ambang yang sudah kamis lakukan, terdapat tiga orang
panelis yang mampu mendeteksi rasa manis pada konsentrasi ini. Hal ini dapat
disebabkan oleh dua hal. Yang pertama adalah, karena panelis sudah memiliki persepsi
awal, bahwa sampel yang akan diujikan merupakan sampel yang memiliki rasa manis,
yang kedua hal ini dapat disebabkan karena kebiasaan panelis mengkonsumsi makanan
atau minuman yang manis. Kebiasaan dapat mempengaruhi kepekaan seseorang
terhadap rasa manis.
Dari data hasil praktikum yang kami peroleh, dibuat kurva hubungan antara
konsentrasi gula dengan frekuensi. Dari kurva yang telah dibuat diperoleh persamaan
kurva yang
dapat digunakan untuk menentukan ambang mutlak dan ambang
pengenalan. Dari perhitungan ynag sudah kami lakukan, diketahui bahwa ambang
mutlak rasa manis terdapat pada konsentrasi gula 0,6% sedangkan ambang pengenalan
rasa manis terdapat pada konsentrasi gula 1,17%.
Berdasarkan literatur yang kami dapatkan, dapat diketahui bahwa ambang mutlak
rasa manis berada pada konsentrasi gula 0,5%( Rahmadhani, 2015). Hal ini
menunjukkan bahwa hasil praktikum kami masih kurang sesuai dengan literatur.
Ketidaksesuaian data kami dengan literatur dapat disebabkan oleh beberapa hal
diantaranya adalah kesukaan panelis terhadap rasa manis. Panelis yang menyukai rasa
manis cenderung dapat mendeteksi rasa manis pada gula dengan konsentrasi yang lebih
tinggi, sedangkan panelis yang tidak menyukai rasa manis cenderung sudah dapat
mendeteksi rasa manis pada konsentrasi gula yang rendah( Rahmadhani, 2015) Selain
itu,
prosedur
pengujian
yang
kurang
sesuai
juga
dapat
menjadi
penyebab
ketidaksesuaian hasil praktikum dengan literatur. Pada saat pengujian, panelis tidak
menetralisir mulut dengan menggunakan air mineral segera setelah pengujian, hal ini
menyebabkan rasa manis tetap menempel di lidah.
5. Faktor- Faktor yang mempengaruhi Ambang Rasa Manis
Berikut ini merupakan beberapa faktor ynag dapat mempengaruhi rasa manis(
Rahmadhani, 2015):
o
Yang pertama adalah jenis kelamin. Wanita dan pria memiliki tingkat sensitifitas
berbeda terhadap rasa manis sehingga ambang rasa manis pria dan wanita juga
berbeda. Wanita lebih sensitive terhadap rasa manis sehingga ambang rasa
manis wanita lebih rendah jika dibandingkan dengan pria
o
Yang kedua adalah usia. Usia mempengaruhi jumlah taste buds pada lidah.
Semakin tua usia seseorang, semakin sedikit jumlah taste buds pada lidahnya.
Hal ini menyebabkan orang yang lebih tua kurang sensitive tehadap rasa manis,
sehingga ambang rasa manisnya lebih tinggi.
o
Yang ketiga adalah kondisi psikologis. Orang yang kondisinya sedang baik
cenderung memiliki sensitifitas yang tinggi terhadap rasa manis sehingga ambang
rasa manisnya cenderung rendah.
o
Yang
keempat
adalah
kebiasaan
seseorang.
Seseorang
yang
terbiasa
mengkonsumsi makanan manis akan memiliki ambang rasa manis yang lebih
tinggi jika dibandingkan dengan orang yang tidak biasa mengkonsumsi rasa
manis.
o
Yang kelima adalah kebiasaan merokok, kebiasaan merokok dapat mengurangi
sensitifitas rasa manis seseorang akibat senyawa senyawa yang terkandung
dalam rokok.
B. Pengujia Threshold Rasa Asin
1. Pengertian dan Mekanisme seseorang dapat mendeteksi rasa asin
Rasa asin merupakan salah satu jenis dari lima rasa dasar. Rasa asin adalah rasa
yang dihasilkan dari zat –zat ionik berupa anion maupun kation seperti Cl-, F-, CO2-,
SO4-, Na+, K+, Ca2+, Mg2+, dan NH4+. Rasa asin timbul karena ion menyentuh ujung
apical dari sel pengecap melalui saluran ion pada mikrovili yang akan menimbulkan
sensasi rasa asin. Diameter ion menentukan tingkat rasa asin yang diberikan.
Semakin besar ukuran diameter ion akan mengubah rasa asin menjadi pahit (Rakhmi
et al., 2013).
2. Data Hasil Praktikum Penentuan Threshold Rasa Asin
Panelis
Konsentrasi (%)
0
0,1
0,2
0,3
0,4
0,5
1
0
1
1
1
1
1
2
0
0
1
1
1
1
3
1
0
1
1
1
1
4
0
1
1
1
1
1
5
0
1
1
1
1
1
6
1
1
1
1
1
1
7
0
1
1
1
1
1
8
0
0
0
1
1
1
9
0
1
1
1
1
1
10
0
0
1
1
1
1
11
0
1
1
1
1
1
12
0
1
1
1
1
1
13
0
0
1
1
1
1
14
0
1
1
1
1
1
15
0
1
1
1
1
1
16
0
1
1
1
1
1
17
0
1
1
1
1
1
Jumlah
2
12
16
17
17
17
Frekuensi
12%
71%
94%
100%
100%
100%
3. Grafik Perhitungan Ambang Mutlak dan Ambang Pengenalan
Frekuensi
140%
y = 1,5229x + 0,4143
R² = 0,6654
Frekuensi( %)
120%
100%
80%
60%
Frekuensi
40%
ЛинСйная (Frekuensi)
20%
0%
0
0,2
0,4
0,6
Konsentrasi( %)
 Ambang mutlak
 Ambang pengenalan
𝑦 = 1,5229π‘₯ + 0,4143
𝑦 = 1,5229π‘₯ + 0,4143
0,5 = 1,5229π‘₯ + 0,4143
0,75 = 1,5229π‘₯ + 0,4143
0,5 − 0,4143 = 1,5229π‘₯
0,75 − 0,4143 = 1,5229π‘₯
0,0857 = 1,5229π‘₯
0,3357 = 1,5229π‘₯
π‘₯ = 0,053
π‘₯ = 0,22
4. Pembahasan Data Hasil Praktikum
Dari hasil pengujian yang dilakukan pada 17 orang panelis diperoleh data pada
konsentrasi NaCl 0% didapatkan frekuensi sebesar 12%, konsentrasi NaCl 0,1%
diperoleh frekuensi sebesar 71%, konsentrasi NaCl 0,2% didapat frekuensi sebesar
94% dan pada konsentrasi NaCl 0,3%; 0,4%; 0,5% diperoleh frekuensi panelis
sebesar 100%. Dari data diatas didapat persamaan y=1,522x+0,414 sehingga nilai
ambang mutlak dan pengenalan diketahui. Nilai ambang mutlak terletak pada
konsentrasi NaCl 0,057%. Sedangkan nilai ambang pengenalan terletak pada
konsentrasi NaCl 0,22%.
Hasil yang diperoleh menunjukkan adanya ketidaksesuaian. Seharusnya nilai
ambang batas NaCl adalah 0,0037 gram/100 ml atau setara dengan 0,0037% dimana
nilai ini jauh lebih kecil dibanding dengan nilai ambang mutlak pengujian yakni
0,0057% (Rakhmi et al., 2013). Hal ini mungkin dipengaruhi oleh kebiasaan panelis
atau pengaruh lingkungan sosial budaya sehingga panelis cenderung kurang sensitif
terhadap rasa asin. Orang yang sering mangkonsumsi makanan asin akan memiliki
ambang batas yang lebih tinggi. Akibatnya orang tersebut cenderung kurang sensitif
terhadap rasa asin. Jenis kelamin umumnya juga mempengaruhi tingkat kesensitifan
dimana perempuan cenderung lebih sensitif dibandingkan dengan pria (Rahmadhani
dan Fibrianto, 2015).
Selain itu pada konsentrasi NaCl 0% seharusnya tidak ada panelis yang dapat
merasakan rasa asin namun dalam pengujian terdapat 2 orang yang memeberikan
nilai rasa asin. Hal ini termasuk dalam jenis expectation error yang terjadi karena
panelis telah menerima informasi tentang pengujian sehingga menciptakan persepsi
sendiri yang menjadikan panelis beranggapan bahwa larutan yang diuji berasa asin.
Prosedur pencicipan yang tidak sesuai juga dapat mempengaruhi misalnya sebelum
pengujian dilakukan panelis mengkonsumsi makanan yang berasa asin dan pada
saat pengujian panelis tidak menetralisir indera pengecapnya. Akibatnya masih
terdapat rangsangan rasa asin yang tertinggal pada lidah panelis (Rahmadhani dan
Fibrianto, 2015). Pada umumnya sebagian besar panelis sebanyak 12 orang sudah
mampu mendeteksi rasa asin mulai dari konsentrasi NaCl 0,1%.
5. Faktor- Faktor yang mempengaruhi Ambang Rasa Asin
Adapun faktor yang mempengaruhi stimulasi rasa asin diantaranya adalah
sebagai berikut (Rakhmi et al., 2013):
 Sensitivitas seseorang yang dapat berfluktuasi
Seseorang memiliki threshold yang berbeda-beda dan tingkat daripada kesensitifan
seseorang pun juga berbeda. Tigkat sensitivitas ini bisa dipengaruhi oleh kondisi
psikologis dan fisiologis dari panelis.
 Usia
Manusia memiliki tingkat sensitifitas yang tinggi pada usia produktif sedangkan pada
usia lanjut tingkat sensitifitasnya menurun sehingga menjadi lebih sulit dalam
mendeteksi rasa asin.
 Kebiasaan merokok
Kebiasaan merokok dapat menurunkan tingkat stimulasi rasa asin akibat adanya
senyawa volatil pada rokok.
 Indera yang sedang sakit atau cacat
Indera yang sedang sakit atau cacat tidak dapat merasakan suatu stimulus yang
diberikan.
 Pemakaian zat-zat yang dapat mempengaruhi fungsi indera
Setiap zat memiliki rasa yang berbeda yang dapat mempengaruhi stimulasi rasa asin.
 Suhu
Suhu tinggi mampu menyebabkan lidah terbakar dan merusak kepekaan papila
sehingga dapat menurunkan tingkat stimulasi rasa asin.
 Konsentrasi
Batas ambang rasa asin adalah 0,0037%. Dibawah konsentrasi tersebut sulit untuk
mendeteksi adanya rasa asin.
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Penentuan ambang stimulus rasa asin dan manis dapat dilakukan dengan uji threshold. Uji
threshold dilakukan dengan cara membuat larutan gula dan larutan garam natrium klorida
yang konsentrasinya dibuat bervariasi. Larutan gula dan garam yang sudah dibuat ini
kemudian diujikan kepada panelis.
Dari uji threshold yang kami lakukan dapat diketahui bahwa ambang mutlak rasa manis
beraa pada konsentrasi gula 0,6% dan ambang pengenalan rasa manis berada pada
konsentrasi gula 1,17%. Sedangkan ambang mutlak rasa asin berada pada konsentrasi
NaCl 0,05 dan ambang pengenalan rasa asin berada pada konsentrasi garam 0,22%.
B. SARAN
Dalam melakukan uji threshold, instruksi kepada panelis harus disampaikan dengan benarbenar jelas. Misalnya untuk menetralisir mulut, sebelum pengujian dimulai, panelis harus
menetralisir mulut terlebih dahulu dengan mengunakan air mineral. Hal ini bertujuan untuk
menghilangkan sisa- sisa makanan yang menempel di mulut. Sisa makanan yang menempel
di mulut dapat mempengaruhi kepekan panelis dalam mendeteksi rasa tertentu, hal ini dapat
menimbulkan ketidaksesuaian hasil pengujian.
DAFTAR PUSTAKA
Rahmadhani, R., dan K. Fibrianto. 2015. Proses Penyiapan Mahasiswa sebagai Panelis Terlatih
dalam Pengembangan Lexicon (Bahasa Sensori) Susu Skim UHT dan Susu Kaya Lemak
UHT. Jurnal Pangan dan Agroindustri. Vol. 4 (1): 190-200.
Rakhmi, A. M., S. D. Indrasari dan D. D. Handoko. 2013. Karakterisasi Aroma dan Rasa Beberapa
Varietas Beras Lokal Melalui Quantitative Descriptive Analysis Method. Jurnal
InformatikaPertanian. Vol. 22 (1): 37-44.
Simamora. 2012. Tinjauan Pustaka. http://repository.usu.ac.id. Diakses pada hari Sabtu 21
November 2015 pukul 08.00 WIB.
Download