Uploaded by kochii tit

Makalah Sunan Gresik

advertisement
MAKALAH
‘Metode Dakwah Sunan Gresik ”
“Disusun untuk memenuhi tugas kuliah pada Mata Kuliah Atlas Walisongo. Di
semester IV (Enam)”
Di susun Oleh :
Nama :Vadlan Labulango
NIM : 16.3.3.001
Dosen Pengampuh:
Dr. H. Ahmad Rajafi Sahran, M.Ag
PROGRAM STUDI SEJARAH PERADABAN ISLAM
FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) MANADO
TAHUN 2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berbicara mengenai proses Islamisasi di Indonesia dapat dikatakan sama
dengan berbicara mengenai peranan para wali dalam penyebaran Islam,
khususnya dalam hal ini adalah peranan Wali Songo. Karena melalui Wali Songo
itulah, syiar Islam dapat berkembang di Indonesia khususnya di awali di Pulau
Jawa. Walaupun sesungguhnya para wali tidak hanya Wali Songo namun
kesembilan wali inilah yang memiliki peranan penting terkait dengan keberhasilan
strategi dakwah Islam yang berbasis pendekatan kultural. Di kalangan masyarakat,
para wali yang terkenal adalah Wali Songo yang berjumlah sembilan orang, yakni
mereka yang bergelar Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim), Sunan Ampel
(Raden Rahmat), Sunan Bonang (Maulana Makdum Ibrahim), Sunan Drajat
(Raden Qasim), Sunan Giri (Raden Paku), Sunan Kalijaga (Raden Syahid), Sunan
Kudus (Ja’far Shadiq), Sunan Muria (Raden Umar Said), dan Sunan Gunung Jati
(Syarif Hidayatullah).
Dalam makalah ini, penulis tidak akan menguraikan satu per satu dari
Wali Songo, akan tetapi hanya Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim) yang akan
dibahas mengingat bahwa Sunan Gresik merupakan wali tertua dari Wali Songo
dan mempelopori strategi dakwah yang selanjutnya diteruskan oleh para wali
sesudahnya.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Biografi Sunan Gresik ?
2. Bagaimana Metode Dakwah Sunan Gresik ?
3. Apa saja Peninggalan Sunan Gresik ?
C. Tujuan Masalah
1. Mengenal Biografi Sunan Gresik.
2. Mengetahui Metode Dakwah Sunan Gresik.
3. Mengetahui Peninggalan Sunan Gresik.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Biografi Sunan Gresik
Sunan Gresik atau Maulana Malik Ibrahim (w. 1419 M/882 H) adalah
nama salah seorang Walisongo, yang dianggap yang pertama kali menyebarkan
agama Islam di tanah Jawa. Ia dimakamkan di desa Gapurosukolilo, Gresik.1
Sunan Gresik atau Maulana Malik Ibrahim atau Makdum Ibrahim AsSamarkandy diperkirakan lahir di Samarkand, Asia Tengah, pada paruh awal abad
14. Babad Tanah Jawi versi Meinsma menyebutnya Asmarakandi, mengikuti
pengucapan lidah Jawa terhadap As-Samarkandy, berubah menjadi Asmarakandi.
Maulana Malik Ibrahim kadang juga disebut sebagai Syekh Magribi.
Sebagian rakyat malah menyebutnya Kakek Bantal. Ia bersaudara dengan
Maulana Ishak, ulama terkenal di Samudra Pasai, sekaligus ayah dari Sunan Giri
(Raden Paku). Ibrahim dan Ishak adalah anak dari seorang ulama Persia, bernama
Maulana Jumadil Kubro, yang menetap di Samarkand. Maulana Jumadil Kubro
diyakini sebagai keturunan ke-10 dari Syayidina Husein, cucu Nabi Muhammad
saw.
Maulana Malik Ibrahim pernah bermukim di Campa, sekarang Kamboja,
selama tiga belas tahun sejak tahun 1379. Ia malah menikahi putri raja, yang
memberinya dua putra. Mereka adalah Raden Rahmat (dikenal dengan Sunan
Ampel) dan Sayid Ali Murtadha alias Raden Santri. Merasa cukup menjalankan
misi dakwah di negeri itu, tahun 1392 M Maulana Malik Ibrahim hijrah ke Pulau
Jawa meninggalkan keluarganya.
Beberapa versi menyatakan bahwa kedatangannya disertai beberapa orang.
Daerah yang ditujunya pertama kali yakni desa Sembalo, daerah yang masih
berada dalam wilayah kekuasaan Majapahit. Desa Sembalo sekarang, adalah
daerah Leran kecamatan Manyar, 9 kilometer utara kota Gresik.
1
Dikutip https://id.wikipedia.org/wiki/Sunan_Gresik Pada hari Senin, 24 Juni 2019 pukul
22.30 WITA
Aktivitas pertama yang dilakukannya ketika itu adalah berdagang dengan
cara membuka warung. Warung itu menyediakan kebutuhan pokok dengan harga
murah. Selain itu secara khusus Malik Ibrahim juga menyediakan diri untuk
mengobati masyarakat secara gratis. Sebagai tabib, kabarnya, ia pernah diundang
untuk mengobati istri raja yang berasal dari Campa. Besar kemungkinan
permaisuri tersebut masih kerabat istrinya.
Kakek Bantal juga mengajarkan cara-cara baru bercocok tanam. Ia
merangkul masyarakat bawah -kasta yang disisihkan dalam Hindu. Maka
sempurnalah misi pertamanya, yaitu mencari tempat di hati masyarakat sekitar
yang ketika itu tengah dilanda krisis ekonomi dan perang saudara. Selesai
membangun dan menata pondokan tempat belajar agama di Leran, tahun 1419 M
Maulana Malik Ibrahim wafat. Makamnya kini terdapat di kampung Gapura,
Gresik, Jawa Timur. 2
Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim) merupakan wali yang tertua dari
Wali Sanga. Dari beliau, lahir anak-cucu yang diantaranya termasuk dalam Wali
Sanga. Adapun Wali Sanga ini tidak hidup bersamaan, akan tetapi di antara
mereka terjalin hubungan erat, yaitu ada yang memiliki hubungan darah (ayahanak-cucu), guru-murid, atau persahabatan. Urutan keterkaitan di antara Wali
Sanga tersebut adalah Sunan Gresik sebagai yang tertua. Sunan Ampel adalah
putra dari Sunan Gresik. Sunan Giri adalah keponakan Sunan Gresik. Sunan
Bonang dan Sunan Drajat adalah anak Sunan Ampel. Sunan Kalijaga merupakan
sahabat sekaligus murid Sunan Bonang. Sunan Muria merupakan putra dari Sunan
Kalijaga. Sunan Kudus merupakan murid Sunan Kalijaga. Sunan Gunung Jati
adalah sahabat para sunan yang telah disebut, kecuali Maulana Malik Ibrahim
karena lebih dulu meninggal. Sunan Gresik sebagai wali tertua tentu memiliki
2
Dikutip di http://galaerigbooks.blogspot.com/2014/10/biografi-singkat-walisongosunan-gresik.html Pada hari Senin, 24 Juni 2019 pukul 22.10 WITA
pengaruh terhadap para wali setelahnya, terutama yang berkaitan dengan metode
dakwah.3
B. Metode Dakwah Sunan Gresik
M Syaikh Maulana Malik Ibrahim, yang makamnya terletak dikampung
Gapura di dalam kota Gresik, Jawa Timur, tidak jauh dari pelabuhan. Inkripsi
makamnya
yang
menunjuk
angka
882
H/1419
M,
yaitu
wafatnya
menempatkannya sebagai salah seorang tokoh yang dianggap penyebar Islam
tertua di Jawa.4
Maulana Malik Ibrahim, dikenal pula dengan sebutan Syekh Maghribi atau
juga Sunan Gresik. Meskipun beliau bukan asli orang Jawa, namun beliau berjasa
kepada masyarakat. Karena beliaulah yang mula pertama menyebarkan Islam di
tanah Jawa. Sehingga berkat usaha dan jasanya, penduduk pulau Jawa yang
kebanyakan masih beragama Hindu dan Buddha di kala itu akhirnya mulai banyak
yang memeluk Islam.
Berikut beberapa metode, sarana, dan usaha-usaha yang dilakukan Sunan
Gresik dalam berdakwah:
1. Mempelajari Adat Istiadat Setempat
Pertama-tama yang dilakukannya ialah mendekati masyarakat melalui
pergaulan. Budi bahasa yang ramah-tamah senantiasa diperlihatkannya di dalam
pergaulan sehari-hari. Ia tidak menentang secara tajam agama dan kepercayaan
hidup dari penduduk asli, melainkan hanya memperlihatkan keindahan dan
kabaikan yang dibawa oleh agama Islam. Berkat keramah-tamahannya, banyak
masyarakat yang tertarik masuk ke dalam agama Islam.5
Awalnya, siapa saja yang datang ke tempat baru, akan merasakan kesulitan
untuk menyampaikan sesuatu yang diinginkan. Hal ini terjadi lantaran adanya
3
Dikutip di http://sam-perdana.blogspot.com/2014/06/bab-i-pendahuluan-1.html Pada
hari Senin, 24 Juni 2019 pukul 22.40 WITA
4
Agus Sunyoto, Atlas Walisongo (Tanggerang Selatan ; Pustaka IlMaN dan LESBUMI
PBNU) cetakan IX Tahun 2018. h.72
5
Solichin Salam,. Sekitar Walisanga, (Kudus; Menara Kudus), Tahun 1960 h. 24-25
kekhawatiran akan salah tingkah ataupun sesuatu yang dilakukan tidak sesuai
dengan adat istiadat masyarakat di wilayah yang baru ditempati. Demikian pula
halnya yang terjadi pada Sunan Gresik. Karena beliau bukan merupakan orang
Jawa, tentu harus mengadakan adaptasi terlebih dahulu dengan masyarakat
setempat sebelum mengawali dakwahnya. Sebab beliau paham betul bahwa setiap
negara memiliki aturan tersendiri dengan negara lain. Bahkan, setiap desa di suatu
negara memiliki adat istiadat yang berbeda dengan desa yang lain. Untuk itu,
Sunan Gresik mempelajari bahasa Jawa, mengenali adat istiadat tempat beliau
tinggal, serta mempelajari kehidupan masyarakat, baik dari segi mata
pencahariannya, pandangan hidupnya, dsb. dengan harapan bahwa hal tersebut
akan membuatnya lebih berhati-hati dan tidak terjerumus dalam kesalahan yang
dapat membuat masyarakat membencinya.
2. Membuka Warung/Berdagang
Setelah berhasil memikat hati masyarakat sekitar, aktivitas selanjutnya yang
dilakukan Maulana Malik Ibrahim ialah berdagang. Ia berdagang di tempat
pelabuhan terbuka, yang sekarang dinamakan desa Roomo, Manyar.6 Di wilayah
yang baru ditempati, mula-mula Sunan Gresik membuka warung untuk berjualan
makanan dan barang yang menjadi kebutuhan masyarakat sehari-hari.
Berjualan menjadi salah satu sarana yang digunakan oleh Sunan Gresik
dalam misi dakwahnya. Sebagai pendatang, tentu tidak mudah bagi beliau untuk
langsung menjalankan misi dakwah. Oleh karena itu, diperlukan keakraban
terlebih dahulu dengan masyarakat setempat. Bagi Sunan Gresik, berjualan
merupakan cara yang cukup efektif dalam upaya mengakrabkan diri dengan
masyarakat setempat. Dari berjualan, Sunan Gresik dapat membangun relasi yang
baik dengan masyarakat serta dapat mempelajari segala hal pada masyarakat yang
menjadi konsumennya, yakni mulai dari nama orang-orang, keluarganya, kondisi
kehidupannya termasuk situasi sosial-ekonominya, wataknya, bahkan kalau perlu
hal-hal yang bersifat pribadi juga beliau coba ketahui. Perlu dipahami bahwa
6
, Moh. Hasyim Munif,. Pioner & Pendekar Syiar Islam Tanah Jawa, , (Gresik ; Yayasan
Abdi Putra Al-Munthasimi), Tahun 1995 h. 5-6
motif dalam pendirian warung tersebut bukanlah untuk mencari keuntungan tetapi
sebagai sarana dalam menyiarkan agama Islam sehingga apapun yang beliau
perdagangkan, dijual dengan harga yang murah. Hal inilah yang menimbulkan
ketertarikan masyarakat setempat.
3. Membuka Lahan Pertanian
Sunan Gresik adalah orang yang ahli dalam pertanian. Beliau mampu
memanfaatkan tanah di Jawa yang subur untuk menanam tanaman kebutuhan
sehari-hari, seperti padi, umbi-umbian, dsb. Bahkan beliau merupakan orang
pertama yang memiliki gagasan untuk mengalirkan air dari gunung untuk
menunjang irigasi lahan pertanian penduduk. Kehadiran Sunan Gresik di tanah
Jawa benar-benar menjadi berkah dalam kehidupan masyarakat Jawa. Hasil
pertanian menjadi semakin meningkat, sehingga banyak orang yang menaruh
perhatian dan ingin belajar kepada beliau.
4. Menjadi Tabib
Selain handal dalam perdagangan dan pertanian, Sunan Gresik juga cukup
piawai dalam menangani masalah kesehatan. Dengan racikan obat yang dibuat
beliau, hampir seluruh orang yang berobat mendapatkan kesembuhan. Dalam
menjalankan praktik pengobatan, beliau tidak memungut biaya. Oleh karena
keikhlasan pelayanan inilah yang semakin menempatkan posisi Sunan Gresik
menjadi orang yang disegani dan terkenal dalam masyarakat. Kharisma beliau
semakin kuat seiring dengan keberhasilan dalam mengobati berbagai penyakit dan
menjadikan Sunan Gresik sebagai sandaran hidup masyarakat.
5. Hidup dengan Sederhana
Hidup dengan sederhana bukan berarti tidak memiliki apa-apa. Hidup
sederhana menandakan bahwa orang itu tidak tergantung terhadap materi. Orang
yang mampu melepaskan diri dari ketergantungan terhadap materi akan mencapai
kebahagiaan sejati. Sebab, selama manusia masih tergantung pada materi,
hidupnya tidak akan pernah puas. Selain itu, dengan hidup sederhana, seseorang
dapat membuka pergaulan seluas-luasnya. Sebaliknya, hidup yang terbelenggu
dalam kemewahan identik dengan kehidupan para elite sehingga masyarakat kelas
bawah enggan untuk bergaul dengan para elite. Sunan Gresik sebagai ulama yang
akan menjadi panutan seluruh elemen masyarakat tentu bukan kebetulan memilih
hidup sederhana. Beliau mengetahui bahwa dengan hidup sederhana, dapat
membangun relasi dengan siapa saja, baik di tingkat elite maupun tingkat bawah.
Masyarakat menjadi tidak segan untuk bergaul dengan beliau, karena masyarakat
memiliki pandangan bahwa beliau adalah sederajat dengannya dalam ranah sosial.
6. Menghapus Perbedaan Kelas (Kasta)
Dalam kehidupan masyarakat di wilayah Sunan Gresik tinggal, terdapat
kepercayaan masyarakat terhadap perbedaan kelas sosial. Ada masyarakat yang
diposisikan kelas sosialnya sebagai masyarakat rendah, tengah, dan tinggi.
Masyarakat rendah memiliki nasib yang malang karena tidak dapat menikmati
hak-hak asasi manusia. Mereka dianggap tidak berguna oleh masyarakat pada
kelas yang lebih tinggi lantaran kelas sosialnya yang rendah. Umumnya,
masyarakat yang menempati kelas sosial rendah adalah para budak dan petani.
Sebagai orang Islam, tentu Sunan Gresik tidak setuju dengan situasi tersebut. Di
dalam agama Islam, tidak ada perbedaan kelas, yang membedakan seseorang
dengan orang lain adalah dalam hal ketakwaannya. Oleh karena itu, Sunan Gresik
yang jika dilihat dari kepercayaan masyarakat setempat, sebagai orang yang
memiliki kelas sosial tinggi karena beliau tergolong kaya dan menantu raja, tetapi
memposisikan diri sebagai orang yang sederajat dengan siapapun, termasuk
dengan masyarakat yang dianggap memiliki kelas sosial rendah. Kemudian, beliau
mengajarkan ajaran Islam kepada masyarakat bahwa dalam Islam derajat setiap
manusia adalah sama dan selanjutnya banyak orang yang tertarik untuk masuk
Islam. Dalam hal ini, Sunan Gresik telah membantu masyarakat kelas tinggi
keluar dari kezaliman karena merendahkan masyarakat pada kelas sosial yang
lebih rendah, dan mengangkat derajat masyarakat yang dianggap pada kelas sosial
rendah pada posisi yang sama dalam status hubungan sosial.
7. Membangun Masjid dan Pesantren
Setelah para pengikut Islam semakin banyak, Sunan Gresik mendirikan
sebuah masjid sebagai tempat ibadah, sarana berdakwah, dan mengajarkan agama
Islam kepada masyarakat. Pada waktu itu, masyarakat Jawa sudah terbiasa
menetap di tempat gurunya yang mengajarkan ilmu. Ada tempat-tempat khusus
yang disediakan oleh para guru untuk menampung murid yang ingin belajar
kepadanya.
Demikianlah, dalam rangka mempersiapkan kader untuk melanjutkan
perjuangan menegakkan ajaran-ajaran Islam, Maulana Malik Ibrahim membuka
pesantren-pesantren yang merupakan tempat mendidik pemuka agama Islam pada
masa selanjutnya. Hingga saat ini makamnya masih diziarahi orang-orang yang
menghargai usahanya menyebarkan agama Islam berabad-abad yang silam. Setiap
malam Jumat Legi, masyarakat setempat ramai berkunjung untuk berziarah. Ritual
ziarah tahunan atau haul juga diadakan setiap tanggal 12 Rabi'ul Awwal, sesuai
tanggal wafat pada prasasti makamnya. Pada acara haul biasa dilakukan khataman
Al-Quran, mauludan (pembacaan riwayat Nabi Muhammad), dan dihidangkan
makanan khas bubur harisah.
8. Mengajarkan Islam dengan Mudah
Dalam mengajarkan Islam kepada masyarakat awam, Sunan Gresik
memiliki prinsip mengajarkan ilmu dengan mudah dipahami oleh masyarakat.
Beliau tidak mengajarkan Islam secara rumit dan teoretis. Artinya, beliau
mengajarkan agama Islam dengan disertai contoh praktis yang mudah dipahami
dan dimengerti. Dalam mengajarkan Islam, beliau juga tidak menakut-nakuti
masyarakat dengan dosa dan ancaman, melainkan disampaikan dengan gembira
sebagaimana pesan Rasulullah Saw. Misalnya, sebagaimana yang dijelaskan oleh
Stamford Raffles dalam bukunya History of Java, yang dikutip Arman Arroisi,
ketika Sunan Gresik ditanya siapakah Allah itu? Beliau tidak menjawab bahwa
Allah adalah Tuhan Yang Maha Besar, yang akan menyiksa orang-orang yang
membangkang dan memberikan pahala kepada orang-orang yang berbakti.
Melainkan, beliau menjawab secara sederhana, “Allah adalah Dzat yang
diperlukan ada-Nya.”
Dengan beberapa metodologi tersebut, Sunan Gresik telah berandil besar
mengembangkan Islam di Pulau Jawa dengan cukup pesat. Hal tersebut terjadi
karena Islam disampaikan dengan santun dan penuh kebijaksanaan beliau,
sebagaimana yang memang dianjurkan oleh Allah Swt. Dan diteladankan oleh
Rasulullah Saw
Setelah cukup mapan di masyarakat, Maulana Malik Ibrahim kemudian
melakukan kunjungan ke ibu kota Majapahit di Trowulan. Raja Majapahit
meskipun tidak masuk Islam tetapi menerimanya dengan baik, bahkan
memberikannya sebidang tanah di pinggiran kota Gresik. Wilayah itulah yang
sekarang dikenal dengan nama desa Gapura. Cerita rakyat tersebut diduga
mengandung unsur-unsur kebenaran; mengingat menurut Groeneveldt pada saat
Maulana Malik Ibrahim hidup, di ibu kota Majapahit telah banyak orang asing
termasuk dari Asia Barat.
C. Peninggalan Sunan Gresik
Setelah selesai membangun dan menata pondokan tempat belajar agama di
Leran, Syekh Maulana Malik Ibrahim wafat tahun 1419. Makamnya kini terdapat
di desa Gapura, Gresik, Jawa Timur.
Inskripsi dalam bahasa Arab yang tertulis pada makamnya adalah sebagai
berikut:
“Ini adalah makam almarhum seorang yang dapat diharapkan mendapat
pengampunan Allah dan yang mengharapkan kepada rahmat Tuhannya Yang
Maha Luhur, guru para pangeran dan sebagai tongkat sekalian para sultan dan
wazir, siraman bagi kaum fakir dan miskin. Yang berbahagia dan syahid penguasa
dan urusan agama: Malik Ibrahim yang terkenal dengan kebaikannya. Semoga
Allah melimpahkan rahmat dan ridha-Nya dan semoga menempatkannya di surga.
Ia wafat pada hari Senin 12 Rabi'ul Awwal 822 Hijriah”
Saat ini, jalan yang menuju ke makam tersebut diberi nama Jalan Malik
Ibrahim. Dan Pada beberapa nisan kubur Sunan Gresik terdapat tulisan kaligrafi,
dituliskan petikan beberapa ayat al-Quran seperti Surat al-Baqarah ayat 225, Surat
Ali Imran ayat 17, 18, 19, 25, 26, 27, 185.7
Kemudian satu-satunya masjid peninggalan Syekh Maulana Malik Ibrahim
adalah Masjid Tertua di tanah Jawa ternyata ada di Kabupaten Gresik, Jawa
Timur. Masjid tersebut adalah Masjid Pesucinan, di Dusun Pesucinan, Desa
Leran, Kecamatan Manyar Gresik, yang kini dikenal dengan Masjid Tertua di
pulau Jawa.
Dalam catatan sejarah perjalanan panjang Syeikh Maulana Malik Ibrahim ke
Pulau Jawa, daerah yang pertama kali dituju dan disinggahi adalah Desa Sembolo
atau yang kini dikenal dengan Desa Leran, Kecamatan Manyar, Gresik, pada
tahun 1389 Masehi. Dahulu, desa ini berada dalam kekuasaan Kerajaan
Majapahit, dan terletak persis di bibir laut Jawa, 9 kilometer dari pusat kota
Gresik sekarang.
Sayangnya, Tidak banyak catatan sejarah yang bercerita mengenai
keberadaan Masjid Pesucinan yang berlokasi di tengah-tengah areal pertambakan
tersebut. Sebab letaknya yang sulit dijangkau oleh kendaraan besar seperti bus
pariwisata, membuat masjid yang berumur sekitar 664 tahun ini tampak asing dari
hiruk pikuk kunjungan wisatawan, seperti masjid bersejarah pada umumnya di
negeri ini.
Masjid peninggalan Syekh Maulana Malik Ibrahim ini, dipercaya penduduk
setempat dan beberapa ahli sejarah merupakan masjid tertua di pulau Jawa
peninggalan Syeikh maulana Malik Ibrahim, salah seorang diantara tokoh wali
songo yang terkenal.
Secara kasat mata, masjid ini tidak terlihat mempunyai nilai sejarah tinggi,
sebab telah beberapa kali mengalami pemugaran. Bahkan, dari beberapa catatan
yang dihimpun Gresikgress.com, Masjid Pesucinan sudah di pugar beberapa kali,
dan pemugaran terakhir terjadi pada tahun 2005.8
7
Uka Tjandrasasmita, Arkeologi Islam Nusantara (Jakarta ; Kepustakaan Populer
Gramedia) Tahun 2009. H. 248
8
Di kutip di http://ayong-e.blogspot.com/2014/12/makalah-maulana-malik-ibrahim.html
Pada hari Senin, 24 Juni 2019 pukul 21.20 WITA
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1. Sunan Gresik atau Maulana Malik Ibrahim adalah nama salah seorang
Walisongo. Maulana Malik Ibrahim kadang juga disebut sebagai Syekh
Magribi. Sebagian rakyat malah menyebutnya Kakek Bantal. Ia bersaudara
dengan Maulana Ishak, ulama terkenal di Samudra Pasai, sekaligus ayah
dari Sunan Giri (Raden Paku).lahir di Samarkand, Asia Tengah, pada paruh
awal abad 14 tertulis dalam Babad Tanah Jawi.
2. Adapun Metode Dakwah Sunan Gresik adalah Pertama-tama yang
dilakukannya ialah mendekati masyarakat melalui pergauland dengan
mengenal adat istiadat masyarakat setempat. Budi bahasa yang ramah-tamah
senantiasa diperlihatkannya di dalam pergaulan sehari-hari. Setelah berhasil
memikat hati masyarakat sekitar, aktivitas selanjutnya yang dilakukan
Maulana Malik Ibrahim ialah berdagang dengan membuka warung. Dengan
hidupnya yang sederhana kemudian membuka lahan pertanian, dan ia
menjadi tabib, sampai Menghapus Perbedaan Kelas (Kasta). Terakhir ia
juga membangun mesjid dan Pesanren.
3. Satu-satunya masjid peninggalan Syekh Maulana Malik Ibrahim adalah
Masjid Tertua di tanah Jawa ternyata ada di Kabupaten Gresik, Jawa Timur.
Selain mesjid, ada benda arkeologi yang menjadi bukti adanya Sunan Gresik
yaitu batu Nisan pada Makamnya yang bertuliskan petikan beberapa ayat alQuran seperti Surat al-Baqarah ayat 225, Surat Ali Imran ayat 17, 18, 19,
25, 26, 27, 185.
DAFTAR PUSTAKA
https://id.wikipedia.org/wiki/Sunan_Gresik
http://galaerigbooks.blogspot.com/2014/10/biografi-singkat-walisongo-sunangresik.html
http://sam-perdana.blogspot.com/2014/06/bab-i-pendahuluan-1.html
Sunyoto Agus, Atlas Walisongo Tanggerang Selatan ; Pustaka IlMaN dan
LESBUMI PBNU cetakan IX Tahun 2018.
Salam Solichin,. Sekitar Walisanga, Kudus; Menara Kudus, Tahun 1960.
Munif Moh. Hasyim,. Pioner & Pendekar Syiar Islam Tanah Jawa, , Gresik ;
Yayasan Abdi Putra Al-Munthasimi, Tahun 1995.
Tjandrasasmita Uka, Arkeologi Islam Nusantara Jakarta ; Kepustakaan Populer
Gramedia, Tahun 2009.
http://ayong-e.blogspot.com/2014/12/makalah-maulana-malik-ibrahim.html
Download