Uploaded by fathor.as.trunojoyo

PENGARUH NILAI INDIVIDU, PENGETAHUAN DAN GAYA HIDUP

advertisement
PENGARUH NILAI INDIVIDU, PENGETAHUAN DAN GAYA HIDUP
TERHADAP PENENTU PERILAKU EKOLOGIS KONSUMEN
Oleh : Fathor. A. S
Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Trunojoyo
Jl. Raya Telang Po Box 02 Kamal Bangkalan Madura 69162
fa_thor@yahoo.co.id
sak3ra.madur3h@gmail.com
ABSTRAK
The level of consumer awareness on the environment to trigger product innovations from
companies. The birth of environment friendly products that the stronger the solution to the
fulfillment of the rights of consumers to get a product is decent, safe, and healthy.
Consumption behaviour of Environmentally friendly product is intended as an attempt to
protect themselves and the earth. This behaviour is influenced by the value, knowledge and
lifestyles. Results of some studies are still found in the research gap. Therefore, this study
aims to determine the influence of individual value ,knowledge and lifestyles of the
ecological determinants of consumer behaviour .The method used is explanatory. The
samples were 75 respondents. Sampling technique used was purposive sampling. The
analysis technique used is descriptive analysis and multiple linear regression. Results of
analysis found that the variable value of the individual and the knowledge variable has no
effect on the ecological behaviour of consumers, while the lifestyle variables affect
ecological behaviour of consumers.
Key Words : Individual value, knowledge, lifestyles, ecological behaviour.
PENDAHULUAN
produk, bahkan dalam perkembangannya
Seiring perkembangan zaman yang
tidak
sedikit
produk
melahirkan
semakin bermacam-macam pula tingkat
masalah besar karena banyaknya sampah
kebutuhan
yang sulit di daur ulang.
terhadap
yang
telah
semakin modern, semakin meningkat dan
konsumen
sampah
tersebut
menjadi
keberadaan suatu produk. Sejalan dengan
Lahirnya produk ramah lingkungan
itu, tingkat kesadaran konsumen terhadap
(environment friendly) yang semakin kuat
lingkungan
menjadi solusi terhadap pemenuhan hak-
produk
menjadi
dari
pemicu
berbagai
inovasi
perusahaan,
hak
konsumen
yang
untuk
layak,
mendapatkan
kesadaran lingkungan ini merupakan
produk
aman,
dan
faktor determinan penting dalam perilaku
menyehatkan. Pada prinsipnya, produk
konsumen yang bertanggung jawab pada
yang diinginkan konsumen bukan yang
lingkungan yang menuntut kepekaan dari
benar-benar ‘hijau’, namun produk yang
pemasar. Kesadaran lingkungan tersebut
mampu mengurangi tingkat kerusakan
dipengaruhi oleh semakin meningkatnya
yang ditimbulkan. Maka perusahaan
permasalahan pencemaran dari berbagai
menerapkan isu-isu lingkungan sebagai
salah satu strategi pemasaran atau yang
4. Setiap individu
dapat
dan harus
dikenal sebagai green marketing. Hal ini
memberikan
sesuai dengan meningkatnya perhatian
menyelamatkan bumi dari bencana
pada
lingkungan yang menakutkan.
isu
lingkungan
peraturan
publik,
sebagai
indikasi
lingkungan
oleh
dan
pembuat
dapat
bahwa
merupakan
kontribusi
untuk
dilihat
Chan dan Lau (2000) mengatakan
kepedulian
bahwa konsumen yang menunjukkan
yang
orientasi tinggi terhadap ekologis adalah
potensial sebagai strategi bisnis (Haryadi
konsumen yang melakukan tindakan
2009; 15). Hasil penelitian AC Nielsen di
pembelian,
pemanfaatan
Indonesia
pengevaluasian
produk-produk
menyebutkan
area
bahwa
66%
dan
yang
responden penelitian sangat peduli akan
berdampak minimal pada lingkungan.
lingkungan hidup, 69 % sangat peduli
Dan Ottman (2006) menyatakan bahwa
soal global warming, 72 % sangat peduli
orientasi konsumen ekologikal bertalian
soal kelangkaan air, dan 80 % sangat
dengan konsumsi produk-produk yang
peduli soal polusi air. (Attayaya, 2009).
berdampak minimal pada lingkungan.
Kesadaran
konsumen
Perilaku konsumsi produk ramah
tidak terlepas dari nilai-nilai individu
lingkungan dimaksudkan sebagai upaya
konsumen, pengetahuan dan gaya hidup.
yang dilakukan oleh konsumen untuk
Nilai, pengetahuan dan gaya hidup
melindungi diri mereka dan bumi ini
menjadi pendorong motivasi yang kuat
dengan membeli produk-produk tertentu
yang melahirkan perilaku konsumen
saja yang mereka anggap ‘hijau’ dan
dalam
ekologis
meninggalkan atau tidak mengkonsumsi
konsumen. Menurut Wibowo (2002)
produk-produk non hijau (Dharmmesta,
konsumen yang memiliki perilaku dan
1997). Perilaku inilah yang dipengaruhi
kesadaran
oleh nilai, pengetahuan dan gaya hidup.
hal
lingkungan
ini
perilaku
ekologis
mempunyai
keyakinan bahwa :
1. Terdapat
Nilai merupakan suatu keyakinan,
permasalahan
lingkungan
nyata
berkaitan dengan cara bertingkah laku
atau tujuan akhir tertentu, melampaui
2. Permasalahan tersebut harus ditangani
situasi spesifik, mengarahkan seleksi atau
dengan serius dan disikapi dengan
evaluasi terhadap tingkah laku, individu
cara yang aktif
dan kejadian kejadian serta, tersusun
3. Mereka
informasi
merasa
yang
kehidupan sehari-hari.
mendapatkan
cukup
dalam
berdasarkan
derajat
kepentingannya.
Solomon (2007 dalam Haryadi 2009)
menyatakan bahwasannya nilai bersifat
universal seperti kebebasan, persamaan
shrum (1994 dalam Dadang, 2008)
hak, keselamatan dll. Sedangkan menurut
menyimpulkan
Dadang
penerimaaan diri, pemenuhan diri dan
(2008),
Nilai
karakteristik tertentu
karena
nilai
terpisah
untuk
diperoleh
yaitu
mempunyai
berubah,
dengan
dihasilkan
bahwa
penghormatan
nilai
pada
seperti
orang
lain
cara
merupakan penentu aktivitas daur ulang.
oleh
Mereka juga menemukan bahwa semakin
pengalaman budaya, masyarakat dan
tinggi
pribadi yang tertuang dalam struktur
penghayatan, maka semakin besar pula
psikologis individu. Jadi, nilai memiliki
perilaku ekologika. Temuan tersebut juga
kecendrungan untuk menetap, walaupun
diperkuat oleh temuan Anonim (2009)
masih mungkin berubah oleh hal-hal
yang mendapatkan fakta bahwa nilai
tertentu, salah satunya adalah bila terjadi
berpengaruh
perubahan sistem nilai budaya dimana
melalui pengetahuan terhadap emosi
individu tersebut menetap.
lingkungan. Tetapi disamping itu terdapat
Secara
teoritis,
nilai
nilai-nilai
antusiasme
secara
tidak
dan
langsung
dapat
hasil penelitian lain yang berbeda seperti
mempengaruhi perilaku seseorang karena
temuan Schultz dan zelezny (1999),
nilai akan berpengaruh terhadap perilaku
thogersen (2002) dan olander (2003)
dengan dimediasi oleh sikap. Nilai-nilai
dalam
individu yang berpengaruh pada perilaku
mendapatkan bukti bahwa nilai dan sikap
konsumen dibagi menjadi nilai yang
terhadap lingkungan berhubungan negatif
berorientasi individualisme dan nilai
dengan sikap ekosentris.
yang berorientasi kolektivisme (Safak et
Wibowo
Nilai
individu
(2002)
sangat
berkaitan
al.,2004). Jadi, dapat dikatakan bahwa
dengan
nilai mempunyai pengaruh cukup kuat
pengetahuan dikenal sebagai karakteristik
terhadap
ekologis
yang mempengaruhi semua fase dalam
konsumen, hal ini sesuai dengan hasil
proses pengambilan keputusan, secara
penelitian Lievers et all (1986 dalam
spesifik pengetahuan adalah konstruk
Haryadi 2009) yang membuktikan bahwa
yang
individu dengan nilai konservatis dan
mempengaruhi
agamis berkontribusi lebih pada aktivitas
mengumpulkan dan mengatur informasi,
perbaikan lingkungan. Haryadi (2009)
seberapa banyak informasi digunakan
juga menemukan fakta bahwa nilai-nilai
untuk
liberal
bagaimana
penentu
mayoritas
perilaku
berkaitan
dengan
kepedulian lingkungan. Mc Carthy dan
produk
pengetahuan
yang
relevan
dan
penting
bagaimana
pembuatan
dan
konsumen,
jasa
konsumen
keputusan,
konsumen
yang
dan
mengevaluasi
(Bruck,
1985).
Kesadaran
konsumen
berasal
dari
akan mempengaruhi respon afektif secara
pengetahuan mereka tentang pentingnya
positif yang mengarahkan pada respon
menciptakan
konatif, yaitu perilaku yang bertanggung
lingkungan
sehat
yang
merupakan dasar adanya peningkatan
jawab
kualitas kehidupan manusia. Peningkatan
literatur
kualitas kehidupan dapat dikendalikan
hubungan positif antara pengetahuan dan
oleh
perilaku, namun temuan-temuan empiris
individu
melakukan
konsumen
perubahan
dengan
sosial
(Chan,
ilmu
2001).
keperilakuan
Dalam
terdapat
memilih
dan
tentang perilaku pembelian produk hijau
tertentu
yang
mengindikasi bahwa hubungan antara
ramah terhadap lingkungan (Martin &
pengetahuan ekologikal dan perilaku
Simintras, 1995 dalam Junaedi, 2005).
masih bersifat inkonklusif (Laroche et
Mayoritas konsumen mengetahui bahwa
al.,2001). Hasil temuan empiris pengaruh
perilaku
pengetahuan konsumen terhadap niat dan
mengkonsumsi
barang
pembelian
mereka
secara
langsung berpengaruh pada berbagai
perilaku
permasalahan
kontroversional.
lingkungan.
Konsumen
beradaptasi dengan situasi ini dengan
mempertimbangkan
isu
lingkungan
konsumen
Temuan
penelitian
masih
Vinning
dan
Ebreo (1990 dalam Wibowo 2002) serta
ketika berbelanja dan melalui perilaku
Chan
beli mereka (Laroche et. al.., 2001). Pada
pengetahuan mengenai isu lingkungan
banyak kasus, pengetahuan ditemukan
merupakan prediktor penting dari prilaku
berhubungan secara signifikan dengan
ramah
bagaimana
mengatakan pengetahuan berpengaruh
konsumen
mengevaluasi
(1999)
menunjukan
lingkungan.
(2009)
produk (Alba & Hutchinson, 1987 dalam
terhadap
Bui, 2005).
Sedangkan temuan berbeda dikemukakan
Pengetahuan
menurut
didefinisikan
sebagai
Wibowo, 2002) yang menemukan fakta
individu
bahwa tidak ada hubungan signifikan
mengetahui isu-isu tentang lingkungan.
antara pengetahuan dan isu lingkungan,
Konsumen yang mempunyai pengetahuan
dan Haryadi (2009) dalam peneltitiannya
dan kesadaran tinggi terhadap lingkungan
menemukan fakta bahwa pengetahuan
akan memilih produk-produk yang ramah
tidak berpengaruh terhadap minat beli
lingkungan walaupun harganya relatif
(perilaku konsumen).
(1999)
seberapa
mahal
besar
(Laroche
seorang
et.
al..,
dan
Ward
lingkungannya.
lingkungan
Chan
Maloney
emosi
Anonim
bahwa
(1973
dalam
2001).
Selain nilai dan pengetahuan, hal
Pengetahuan lingkungan seorang individu
yang sangat penting juga untuk diketahui
adalah model gaya hidup konsumen yang
penelitian
juga
Junaedi,
berpengaruh
terhadap
perilaku
De Young (1986 dalam
2005)
yang
menyimpulkan
ekologis. Gaya hidup menurut Engel,
bahwa kecermatan gaya hidup moderat
Blackwel dan Miniard (1995 dalam
berhubungan positif dengan daur ulang
Junaedi, 2005) adalah pola dimana orang
kaca dan kertas. Artinya, bahwa gaya
hidup
hidup seseorang dapat mempengaruhi
dan
menggunakan
uang
dan
waktunya. Mowen dan Minor (1998
terhadap perilaku ekologis konsumen.
dalam Junaedi, 2005) gaya hidup sebagai
Berdasarkan
hasil
penelitian
pola konsumsi yang menggambarkan
terdahulu yang masih ditemukan adanya
pilihan
gap
seseorang
bagaimana
ia
riset
tersebut,
maka
studi
ini
menggunakan waktu dan uang. Kotler
diharapkan bermanfaat untuk menjadi
(2002) menyatakan bahwa gaya hidup
tambahan
adalah pola kehidupan seseorang yang
model
diwujudkan dalam psikografiknya, yang
berwawasan lingkungan. Oleh karena itu,
mencakup ineteres dan opininya. The
studi ini bertujuan untuk mengetahui
Jakarta
dalam
pengaruh nilai individu, pengetahuan dan
Attayaya, 2009) gaya hidup adalah
gaya hidup terhadap penentu perilaku
perilaku seseorang yang ditunjukkan
ekologis konsumen.
dalam
Consulting
aktivitas,
(2006
citra
dan
untuk merefleksikan status sosialnya.
Dengan demikian gaya hidup merupakan
sebuah kerangka referensi yang dipakai
seseorang dalam bertingkah laku dan
konsekwensinya akan membentuk pola
perilaku tertentu, terutama bagaimana ia
ingin dipersepskikan oleh orang lain,
sehingga gaya hidup sangat berkaitan
dengan status sosial yang disandangnya.
merefleksikan
image
inilah
dibutuhkan simbolsimbol status tertentu
yang
sangat
berperan
perilaku
kajian
berbagai
konsumen
yang
opini
khususnya yang berkaitan dengan citra
Untuk
informasi
dalam
mempengaruhi perilaku konsumsinya.
Pernyataan tersebut sesuai dengan hasil
METODE PENELITIAN
Metode Pengumpulan Data
Data
primer
dikumpulkan
berdasarkan jawaban responden dengan
menggunakan kuisioner, sedangkan data
sekunder di dapatkan dari jurnal dan
berbagai laporan yang berkaitan dengan
penelitian.
Dalam
penelitian
ini
disebarkan 85 kuesioner dan kuesioner
yang
dikembalikan
oleh
responden
sebanyak 83 kuesioner. Kuesioner yang
terjawab lengkap dengan baik dan layak
dianalisis dalam penelitian ini sebanyak
75 kuesioner. Subjek penelitian adalah
mahasiswa/i semester V keatas dan punya
pengetahuan tentang produk hijau.
2. Pengetahuan
X2:
Seberapa
besar
seorang individu mengetahui isu-isu
tentang lingkungan. Adapun indikator
Teknik
Pengambilan
Sampel
dan
sampel
yang
Penentuan Besar Sampel
Teknik
penentuan
dalam penelitian ini adalah :
digunakan dalam penelitian ini adalah
purposive
sampling
yaitu
dalam
mengambil sampel dasar yang digunakan
adalah
pertimbangan
menyesuaikan
diri
untuk
dengan
beberapa
kriteria penelitian untuk meningkatkan
ketepatan sampel. Pemilihan sampel
ditentukan
pada
mahasiswa
Jurusan
Manajemen
Fakultas
Ekonomi
Universitas
Trunojoyo.
Sedangkan
jumlah sampelnya sebesar 3 (Jumlah
Variabel
Independent)
x
25
=
75
Mahasiswa (Ferdinand, 2007).
yang
berkaitan
dengan cara bertingkah laku atau
tujuan akhir tertentu, mengarahkan
seleksi atau evaluasi terhadap tingkah
laku individu. Adapun indikator yang
digunakan sebagai pengukuran dalam
penelitian ini adalah :
X1.1 : Keyakinan
X1.2 : Perilaku
X1.3 : Individualisme
X1.4 : Kolektivisme
lingkungan
X2.2 : Kesadaran konsumen
X2.3 : Regulasi lingkungan
3. Gaya Hidup X3: Adala pola konsumsi
yang
menggambarkan
pilihan
seseorang bagaimana ia menggunakan
waktu dan uang. Adapun indikator
yang digunakan sebagai pengukuran
dalam penelitian ini adalah :
X3.1 : Perilaku
X3.2 : Pola hidup
4. Perilaku
Ekologis
Y:
Perilaku
yang dilakukan oleh konsumen untuk
1. Nilai Individu X1: Nilai merupakan
keyakinan
X2.1 : Pengetahuan mengenai
konsumsi produk ramah lingkungan
Definisi Operasional Variabel
suatu
yang digunakan sebagai pengukuran
melindungi diri mereka dan bumi
dengan membeli produk-produk yang
mereka hijau. Adapun indikator yang
digunakan sebagai pengukuran dalam
penelitian ini adalah :
Y.1 : Keyakinan
Y.2 : Kesadaran
Y.3 : Tindakan
Y.4 : Pembelian
Selanjutnya,
masing-masing
indikator diukur dengan menggunakan
jenis skala pengukuran interval, dengan
skala
sikap
menggunakan
Likert.
lima
pilihan
Instrumen
jawaban,
dimana jawaban terendah diberi skor 1
tersebut
dikatakan
dan tertinggi diberi skor 5.(Riduwans
2007:46-47).
valid.
(Ghazali
2008:9-12).
Analisis Regresi Linear Berganda
TEKNIK ANALISIS
Untuk menguji hipotesis yang telah
Analisis Deskriptif
Analisis
diajukan, digunakan uji statistik regresi
ini
bertujuan
untuk
linear berganda. Analisis ini digunakan
mendeskripsikan karakteristik responden
untuk menguji pengaruh antar variabel
yang diteliti serta masingmasing variabel
yang berbentuk sebab akibat.
dalam bentuk Tabel frekuensi dan angka
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
prosentase.
Analisis Deskriptif
Pengujian Instrumen Data
Deskripsi Responden
Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas dilakukan pengukuran
one shot dengan bantuan program SPSS
16.0 for Windows dengan menggunakan
uji statistik Cronbach alpha (Suatu
konstruk atau variabel) dikatakan reliabel
jika
memberikan
nilai
Alpha>0,60.(Nunnally
sebagian besar adalah berusian antara 17
Uji Validitas
dilakukan
dengan
bivariat
antara
korelasi
masing-masing skor indikator dengan
total
skor
konstruk.
Pengujian
menggunakan bantuan program SPSS.
16.0 for Windows. Apabila koefisien
korelasi antara masing-masing indikator
terhadap total konstruk menunjukkan
hasil yang signifikan,
bahwa
dalam
1967
dan reliabilitas.
melakukan
menunjukkan
responden yang menjawab kuesioner
diuji dengan teknik pengujian validitas
ini
Tabel
Cronbach
Ghazali 2007:42). Instrumen penelitian
Pengujian
Tabel 1. Usia Responden
No
Usia
Jumlah
%
1 17 - 20 tahun
40
53,3
2 21 - 24 tahun
35
46,7
Jumlah
75
100%
Sumber: Data primer diolah
maka instrumen
- 20 tahun.
Diskripsi Jawaban Responden terhadap Varibel Penelitian
Tabel 2. Jawaban Responden
Indikator
F
11
10
10
9
Skor Jawaban Responden
3
4
%
F
%
F
%
14,7 34 45,3 28 37,3
13,3 29 38,7 24
32
13,3 21
28
18
24
12
15
20
28 37,3
F
2
12
26
23
%
2,7
16
34,7
30,7
4
12
8
5,3
16
10,7
17
35
31
22,7
46,7
41,3
32
11
16
42,7
14,7
21,3
22
16
20
29,3
21,3
26,7
4
8
5,3
10,7
13
18
14,3
24
21
23
28
30,7
37
26
49,3
34,7
6
8
10
14
8
10,7
13,3
18,7
8
27
31
39
10,7
36
41,3
52
43
27
27
18
57,3
36
36
24
18
12
6
3
24
16
8
4
1
2
F
%
X1.1
0
0
X1.2
0
0
X1.3
0
0
X1.4
0
0
Mean X1 (Nilai Individual)
X2.1
0
0
X2.2
1
1,3
X2.3
0
0
Mean X2 (Pengetahuan)
X3.1
0
0
X3.2
0
0
Mean X3 (Gaya Hidup)
Y-1
0
0
Y-2
1
1,3
Y-3
1
1,3
Y-4
1
1,3
Mean Y (Perilaku Ekologis)
5
Mean
3,3
3,5
3,8
3,8
3,6
3,9
3,4
3,6
3,6
4,2
3,9
4,0
4,0
3,5
3,3
3,1
3,5
Sumber: Data primer diolah
Dalam Tabel tampak keseluruhan
item pada masing-masing variabel X
didapatkan nilai mean variabel yang lebih
rendah
adalah
nilai
individu
dan
pengetahuan, dan yang paling besar
0.000
Indikator 1
0.000
Indikator 2
Perilaku Ekologis :
0.000
Indikator 1
0.000
Indikator 2
0.000
Indikator 3
0.000
Indikator 4
0.658
0.725
Valid
Valid
0.427
0.521
0.743
0.763
Valid
Valid
Valid
Valid
Sumber: Data Olahan SPSS
adalah variabel gaya hidup. Secara umum
nilai mean dari masing-masing variabel
Berdasarkan Tabel di atas dapat
ini berada pada daerah baik. Sedangkan
diketahui semua nilai koefisien korelasi
variabel Y juga berada pada daerah baik.
adalah positif dan semua nilai peluang
lebih kecil dari tingkat signifikan (á) 5%
Uji Validitas Dan Reabilitas
(0.05). Jadi dapat disimpulkan bahwa
Tabel 3. Hasil Uji Validitas
Variabel
Sig
Nilai Individu :
0.000
Indikator 1
0.000
Indikator 2
0.000
Indikator 3
0.000
Indikator 4
Pengetahuan :
0.000
Indikator 1
0.000
Indikator 2
0.000
Indikator 3
Gaya Hidup :
Koef.Kor
Ket
0.803
0.786
0.795
0.427
Valid
Valid
Valid
Valid
0.519
0.716
0.669
Valid
Valid
Valid
pertanyaan-pertanyaan sebagai alat ukur
untuk mendapatkan data adalah valid
yaitu mempunyai derajat keabsahan yang
memberikan kontribusi terhadap total
score.
Tabel 4. Hasil Uji Reabilitas
Variabel
Nilai Individu
Pengetahuan
Gaya Hidup
Perilaku Ekologis
Cron's Alpha
0.624
0.639
0.685
0.666
Uji Multikolinearitas
Tabel 5. Nilai VIF
Variabel
VIF
X1
1.188
X2
1.706
X3
1.473
Sumber: Data Olahan SPSS
Ket
Reliable
Reliable
Reliable
Reliable
Sumber: Data Olahan SPSS
Tabel 4 diatas menunjukkan semua
Tabel 5 menunjukan semua nilai VIF
nilai koefisien alpha lebih besar dari 0.60,
lebih
sehingga
disimpulkan bahwa pada variabel bebas
dapat
disimpulkan
bahwa
pertanyaan (alat ukur) sudah reliabel,
yaitu
cukup
dapat
dipercaya
kecil
dari
10.
Jadi
dapat
tidak terdapat multikoliniearitas.
untuk
digunakan sebagai alat pengumpul data.
Uji Heteroskedastisitas
Scatterplot
Dependent Variable: Y
Regression Studentized Residual
Uji Hipotesis Melalui Analisis Regresi
Linear Berganda
Uji Normalitas
4
3
2
1
0
-1
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
-3
-3
Dependent Variable: Y
-2
-1
0
1
2
3
Regression Standardized Predicted Value
1. 00
Gambar 2. Grafik Scatterplot
Sumber: Data Olahan SPSS
.75
Expected Cum Prob
-2
.50
.25
Grafik Scatterplot, memperlihatkan
0. 00
0. 00
.25
.50
.75
titik-titik menyebar secara acak, tidak
1. 00
Observed Cum Prob
membentuk sebuah pola tertentu, serta
Gambar 1. Normal P-P Plot
Sumber: Data Olahan SPSS
tersebar baik di atas maupun di bawah
Dari grafik Normal P-P plot of
Regression Standardized Residual terlihat
titik-titik menyebar di sekitar garis
diagonal
dan
mengikuti
arah
garis
diagonal. Sehingga model regresi layak
untuk digunakan.
angka 0 pada sumbu Y. Hal ini berati
tidak terjadi Heterokedastisitas.
Analisis Regresi Linear Berganda
Tabel 6. Hasil Analisis Regresi Linier Berganda
Unstandardized Standardized
Coefficients
Coefficients
Std.
B
Error
Beta
3.652
1.145
-.003
.090
-.003
-.028
.115
-.025
.422
.084
.469
Model
1
(Constant)
Nilai Individu (X1)
Pengetahuan (X2)
Gaya Hidup (X3)
N
= 75
Adj. R2
= 0,517
F test
= 20.939
Sig F
= 0,000
Keterangan
t
Sig.
3.190
-.038
-.245
5.014
.002
.970 Tidak signifikan
.807 Tidak signifikan
.000 Signifikan
Sumber: Data Olahan SPSS
Hasil analisis regresi lnear berganda
mengarahkan perilaku konsumen. Hal
menunjukkan bahwa dari 3 variabel
tersebut
independen yang dimasukkan dalam
tanggapan variabel ini yang masuk
model,
dan
kategori baik dengan variabel tertinggi
pengetahuan tidak signifikan pada 0,05.
adalah variabel gaya hidup. Sedangkan
Dan hanya variabel gaya hidup yang
variabel
signifikan pada 0,05. Berdasarkan hasil
memberikan dukungan terhadap perilaku
analisa tersebut, artinya hanya gaya hidup
ekologis konsumen adalah nilai individu
seseorang yang mampu merubah dan
dan
menjadi
kontribusi nilai yang lebih rendah. Tetapi
variabel
nilai
penentu
individu
terhadap
perilaku
ekologis konsumen.
Berdasarkan
tampak
dari
yang
nilai
kurang
pengetahuan
karena
rata-rata
mampu
memiliki
secara umum semua variabel berada pada
hasil
penilaian
daerah baik. Hasil ini juga mampu
responden dalam penelitian ini melalui
didukung dari signifikansi validitas data
analisis deskriptif diperoleh hasil yang
yang dianalisis, selain itu variabel juga
cukup menarik karena semua variabel
memiliki tingkat reliabilitas data yang
hasil penelitian memiliki nilai muatan
baik.
tinggi karena sebagian besar responden
memberikan
sehingga
penilaian
mampu
karakteristik
yang
baik
menggambarkan
Secara empiris, hasil analisis variabel
nilai
individu
sejalan
dengan
hasil
penelitian Schultz dan zelezny (1999),
perilaku
ekologis
thogersen (2002) dan olander (2003)
meskipun
dalam
yang menemukan fakta bahwa nilai dan
kenyataannya beberapa variabel hasil
sikap terhadap lingkungan berhubungan
penelitian
negatif dengan sikap ekosentris. Hasil ini
konsumen,
masih
belum
mampu
menunjukkan bahwa nilai individu tidak
shrum (Mc Carthy dan shrum (1994
selamanya
dalam
akan
mempengaruhi
atau
Dadang,
2008)
menyimplkan
mengakibatkan berubahnya sikap dan
bahwa nilai seperti penerimaaan diri,
perilaku seseorang, hal ini disebabkan
pemenuhan diri dan penghormatan pada
karena seperti yang dikatakan Dadang
orang lain merupakan penentu aktivitas
(2008)
daur ulang. Mereka juga mendapati
bahwa
nilai
karakteristik tertentu
karena
nilai
terpisah
untuk
diperoleh
yaitu
mempunyai
berubah,
dengan
dihasilkan
bahwa
semakin
dan
tinggi
nilai-nilai
cara
antusiasme
penghayatan,
maka
oleh
semakin besar pula perilaku ekologika.
pengalaman budaya, masyarakat dan
Sehingga, penelitian ini juga belum
pribadi yang tertuang dalam struktur
mampu menemukan suatu ketetapan
psikologis individu. Jadi nilai memiliki
temuan dalam menentukan bahwa nilai
kecendrungan untuk berubah oleh hal-hal
individu benar-benar mampu merubah
tertentu, salah satunya adalah bila terjadi
perilaku
perubahan sistem nilai budaya dimana
berbagai faktor seperti dibahas diatas.
ekologis
konsumen
karena
individu tersebut menetap. Sehingga
Hasil analisis variabel pengetahuan
karena responden dalam penelitian ini
diketahui tidak berpengaruh terhadap
tinggal dalam lingkungan asal yang
perilaku ekologis konsumen, temuan ini
berbeda beda menyebabkan perilaku
sejalan dengan temuan Maloney dan
yang berbeda juga dalam menyikapi
Ward (1973) dan Laroche et al. (2001)
perilaku ekologisnya.
yang mendapatkan fakta bahwa tidak
Tetapi
hasil
penelitian
lain
terdapat hubungan yang signifikan antara
orientasi
nilai
pengetahuan lingkungan dengan perilaku
individu dan pengetahuan berpengaruh
ekologikal. Menurut beberapa pendapat
positif
ekologis
para pakar hal ini disebabkan karena
konsumen sejalan dengan. (Anonim,
walaupun konsumen sudah memiliki
2009). Lievers et all (1986) yang
pengetahuan tentang isu isu lingkungan
membuktikan bahwa individu dengan
dan produk hijau yang ramah lingkungan,
nilai
tetapi tindakan konsumen tidak berkaitan
menunjukkan
bahwa
terhadap
konservatis
berkontribusi
lebih
sikap
dan
agamis
pada
aktivitas
dengan
itu,
hal
tersebut
mungkin
perbaikan lingkungan. Dunlap dan van
disebabkan karena image bahwa produk
liere (1986) mendapati bahwa nilai-nilai
hijau lebih mahal dari produk biasa,
liberal
meskipun
mayoritas
berkaitan
dengan
kepedulian lingkungan. Mc Carthy dan
dalam
literatur
ilmu
keperilakuan terdapat hubungan positif
antara pengetahuan dan perilaku, namun
merubah
dan
menentukan
temuan-temuan empiris tentang perilaku
ekologis konsumen. Selain itu, studi ini
pembelian produk hijau mengindikasi
juga
bahwa hubungan antara pengetahuan
perbedaan
ekologikal dan perilaku masih bersifat
sebagaimana dikemukakan diatas.
menujukkan
perilaku
adanya
temuan
beberapa
penelitian
inkonklusif (Martin & Simintras, 1995;
Laroche et al.,2001). Sehingga, hasil
temuan empiris pengaruh pengetahuan
SIMPULAN
Berdasarkan
hasil
analisis
dan
konsumen terhadap niat dan perilaku
pembahasan, maka simpulan yang dapat
konsumen masih tetap kontroversional.
ditarika sebagai berikut:
Hasil analisis terhadap variabel gaya
hidup
sejalan
penelitian
Junaedi,
dengan
temuan
hasil
De Young (1986 dalam
2005)
yang
1. Variabel
nilai
berpengaruh
ekologis
individu
terhadap
konsumen.
tidak
perilaku
Hal
ini
menyimpulkan
disebabkab karena nilai mempunyai
bahwa kecermatan gaya hidup moderat
karakteristik tertentu untuk berubah,
berhubungan positif dengan daur ulang
karena nilai diperoleh dengan cara
kaca dan kertas. Artinya, bahwa gaya
terpisah
hidup seseorang dapat mempengaruhi
pengalaman budaya, masyarakat dan
terhadap perilaku ekologis konsumen.
pribadi yang tertuang dalam struktur
Dengan demikian gaya hidup merupakan
psikologis individu. Sehingga langkah
sebuah kerangka referensi yang dipakai
selanjutnya untuk mampu merubah
seseorang dalam bertingkah laku dan
perilaku ekologis harus merubah suatu
konsekwensinya akan membentuk pola
budaya dan kebiasaan dalam suatu
perilaku tertentu, terutama bagaimana ia
lingkungan tertentu.
ingin dipersepsikan oleh orang lain,
yaitu
2. Variabel
pengetahuan
sehingga gaya hidup sangat berkaitan
berpengaruh
dengan status sosial yang disandangnya.
ekologis
Berdasarkan
pembahasan
dihasilkan
terhadap
konsumen.
oleh
tidak
perilaku
Hal
ini
diatas,
disebabkan karena tindakan konsumen
secara umum dapat dibuktikan bahwa
tidak berkaitan dengan pengetahuan.
nilai individu dan pengetahuan belum
Sehingga
mampu menjadi faktor penting dalam
diimbangi antara pengetahuan dalam
menentukan perilaku ekologis konsumen,
mewujudkan
dan hanya gaya hidup seseorang yang
tindakan dipengaruhi oleh strategi
mampu menjadi unsure utama dalam
pemasaran produk terutama harga.
langkah
kedepan
tindakan,
perlu
karena
3. Variabel
gaya
hidup
berpengaruh
yang
diajukan,
sehingga
terhadap perilaku ekologis konsumen.
memungkinkan timbulnya bias atas
Hal ini dapat dipahami karena gaya
pemahaman
hidup merupakan sebuah kerangka
dikembangkan
referensi
yang
pertanyaan.
dalam
bertingkah
dipakai
laku
konsekwensinya
akan
pola
tertentu,
perilaku
seseorang
konsep
yang
dalam
daftar
dan
membentuk
terutama
bagaimana ia ingin dipersepsikan oleh
DAFTAR PUSTAKA
Ferdinand, Augusty. 2007. Metodologi
Penelitian Manajemen. Edisi 2. BPFE
Universitas Diponegoro. Semarang.
orang lain, sehingga gaya hidup sangat
berkaitan dengan status sosial yang
disandangnya.
KETERBATASAN PENELITIAN
Berdasarkan
hasil
analisis
dan
Kotler, Philip. 2002. Manajemen
Pemasaran, Jilid 1, Edisi Milenium,
PT. Prenhallindo Jakarta.
Ghozali, Imam. 2007. Aplikasi Analisis
Multivariat dengan Program SPSS,
Cetakan ke 4, Badan Penerbit
Universitas Diponegoro, Semarang.
pembahasan, peneliti menyadari bahwa
penelitian
ini
memberikan
belum
hasil
mampu
yang
untuk
benar-benar
akurat. Terdapat beberapa keterbatasan
yang perlu menjadi perhatian dalam
penelitian ini antara lain:
1. Peneliti belum memasukkan pengaruh
lain
dalam
memasukkan
analisis
atau
variabel
lain
dengan
yang
relevan.
Haryadi, Rudi. 2009. Pengaruh Strategi
Green Marketing Terhadap Pilihan
Konsumen
Melalui
Pendekatan
Marketing Mix (Studi Kasus Pada The
Body Shop Jakarta). Tesis. Program
Studi
Magister
Manajemen.
Universitas Diponegoro Semarang.
Wibowo,
Budi.
2002.
Green
Consumerism dan Green Marketing:
Perkembangan Perilaku Konsumen
dan
Pendekatan
Pemasaran.
Usahawan, No. 06 th XXXI, Juni, hal.
12-15.
2. Metode pengumpulan data dengan
menggunakan kuesioner dihadapkan
pada persoalan perasaan senang dan
tidak senang, keseriusan dan faktor
situasional
lain
ketika
responden
memberikan jawaban yang berakibat
pada munculnya subyektifitas.
3. Tidak semua responden memperoleh
penjelasan secara detail atas kuesioner
Ottman, J.A. Stafford E.& R. Hartman.
C.L. 2006. Green Marketing Myopia :
Ways to Improve Consumer Appeal
for
Environmentally
Preferable
Products. Journal of Environment.
Volume 48, Number 5 pp 22-36.
Dharmmesta, B.S. 1997. Pergeseran
Paradigma
Dalam
Pemasaran:
Tinjauan Manajerial dan Perilaku
Konsumen. Jurnal Kelola, No. 15/VI,
hal. 12-23.
Brucks, M. 1985. The effects of product
knowledge on information search
behaviour. Journal of Consumer
Research. Vol. 12, No. 6, pp. 1-16.
Safak Cem, Maria Rosario T. De
Guzman & Gustavo Carlo. 2004.
Religiosity, Values, and Horizontal
and
Vertical
IndividualismCollectivism: A Study of Turkey, the
United States and the Philippines. The
Journal of Social Psychology, Vol.
144, No. 6, December, pp. 613-239.
Chan, Ricky Y.K. 1999. Environmental
Attitudes and Behaviour of Consumers
in China: Survey Findings and
Implications. Journal of International
Consumer Marketing, 11:4, pp. 25-52.
Chan, Ricky Y.K.& Lorett B. Y. Lau.
2000.
Antecedents
of
Green
Purchases: A Survey in China. Journal
of Consumer Marketing, Vol. 17 No.
4, pp.338-357.
Chan, Ricky Y.K. 2001. Determinants of
Chinese Consumers’ Green Purchase
Behaviour. Psychology & Marketing,
Vol. 8, No. 4, April, pp. 389-413.
Attayaya. 2009. Pemasaran Berwawasan
Lingkungan Hidup. diakses dari
http://members.fortunecity.com/lingku
ngan/artikel/GeerakanKHijau.htm.Tue
sday, Oktober 27, 2009 jam 19:00.
Bui, My H. 2005. Environmental
Marketing : A Model Of Consumer
Behaviour. Loyola University New
Orleans. Association of Collegiate
Marketing Educators pp. 20.
Anonim. 2009. Peran pengetahuan dan
emosi konsumen Pada isu lingkungan:
Studi empiris perilaku konsumen
hijau.
diakses
dari
http://members.fortunecity.com/lingku
ngan/artikel/GeerakanKHijau.htm.Tue
sday, Oktober 27, 2009 jam 19:00.
Junaedi, M.F. Shellyana. 2005. Pengaruh
kesadaran lingkungan pada niat beli
produk hijau: studi perilaku konsumen
berwawasan
lingkungan.
Jurnal
benefit, vol. 9, no. 2, desember. Hal
189–201.
Dadang.
2008.
Geo_Community.
Geography One Earth for life diakses
dari
http://members.fortunecity.com/lingku
ngan/artikel/GeerakanKHijau.htm.
Kamis, 21 Agustus.
Laroche, Michel, Jasmin Bergeron, &
Guido
Barbaro-Forleo.
2001.
Targeting Consumers Who are Willing
to Pay More for Environmentally
Friendly
Products.
Journal
of
Consumer Marketing, Vol. 18, No. 6,
pp. 503-520.
Download