MAKALAH KEPEMIMPINAN KEPEMIMPINAN GLOBAL Dosen Pengampu: Dr. Muhammad Faisal Riza, S.Sos., M.Si. Ika Ruhana, S.Sos., M.Si. Disusun Oleh : Kelompok 11 Muhammad Taufiqur Rahman (225030200111009) Ramadhana Daffa Rosyidi (225030207111008) Bagas Agung Prawetyo (225030207111181) Muhammad Rafly Aurelvino (215030207111121) PROGRAM STUDI ADMINISTRASI BISNIS FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2023 KATA PENGANTAR Puji syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat segala limpahan rahmat dan karuniaNya kami dapat menyelesaikan makalah berjudul “Kepemimpinan Global” dengan lancar dan tepat waktu. Adapun makalah ini dibuat untuk memenuhi penugasan mata kuliah Kepemimpinan. Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Dr. Muhammad Faisal Riza, S.Sos., M.Si. dan Ibu Ika Ruhana, S.Sos., M.Si. selaku dosen pengampu mata kuliah Kepemimpinan, serta kepada seluruh pihak yang telah memberikan kontribusi berupa dukungan ataupun pemikiran dalam penyusunan makalah ini. Kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki, baik dari segi penyusunan maupun tata bahasa. Oleh karena itu, kami mengharapkan segala bentuk saran dan kritik dari pembaca agar dapat kami jadikan sebagai evaluasi di kemudian hari. Malang, 04 Desember 2023 Penulis DAFTAR ISI KATA PENGANTAR...................................................................................................................................2 DAFTAR ISI................................................................................................................................................. 3 BAB I............................................................................................................................................................. 4 PENDAHULUAN.........................................................................................................................................4 1.1. Latar Belakang..................................................................................................................................4 1.2. Rumusan Masalah.............................................................................................................................5 1.3. Tujuan Masalah.................................................................................................................................5 BAB II........................................................................................................................................................... 6 PEMBAHASAN........................................................................................................................................... 6 2.1. Konsep Global Leadership dan Appreciative Leadership................................................................6 2.2. Konsep Inquiry................................................................................................................................. 7 2.3. Konsep Illumination......................................................................................................................... 8 2.4. Konsep Inclusion.............................................................................................................................. 9 2.5. Konsep Inspiration......................................................................................................................... 10 2.6. Konsep Integrity............................................................................................................................. 11 2.7. Studi Kasus: Susi Pudjiastuti dalam Perspektif Appreciative Leadership......................................12 BAB III........................................................................................................................................................ 14 PENUTUP................................................................................................................................................... 14 3.1. Kesimpulan..................................................................................................................................... 14 3.2. Saran............................................................................................................................................... 14 DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................................16 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Secara universal, tidak ada teori yang dapat mendefinisikan kepemimpinan karena dapat dikaji melalui perspektif yang beragam. Para ahli telah mendefinisikan dan mengungkapan berbagai macam konsep, teori, dan gaya kepemimpinan. Namun konsep kepemimpinan yang telah berhasil di masa lalu belum tentu mampu efektif diterapkan untuk mengatasi problematika pada masa sekarang. Revolusi industri dan globalisasi telah menggeser strategi dan praktik kepemimpinan yang telah ada secara radikal. Perusahaan dapat lebih mudah untuk melangkah menuju kancah global yang tidak memiliki batas fisik, serta dapat merancang, merakit, mendistribusikan produknya secara global. Perusahaan yang telah memasuki lingkungan internasional tentunya memiliki struktur organisasional yang global dan heterogen. Menurut Whitney, dkk. (2010), terdapat beberapa realita dan tantangan yang dihadapi oleh organisasi global saat ini yang menentukan lingkungan sosial dan komunitas global. Pertama adalah generasi muda yang telah dewasa mengharapkan sesuatu yang berbeda dari pekerjaan dibandingkan generasi sebelumnya. Generasi muda ini cenderung ingin terlibat dalam keputusan yang mempengaruhi pekerjaan mereka dan mendapatkan pengakuan atas pencapaian yang telah mereka lakukan. Tren kedua adalah keberagaman menjadi hal yang lumrah dan biasa ditemui dalam aspek apapun. Diversifikasi etnis, latar belakang, agama, budaya, usia, dan preferensi menjadi suatu norma di dalam organisasi atau kelompok, sehingga membutuhkan gaya kepemimpinan yang adil dan kolaboratif. Selanjutnya adalah lingkungan yang dinamis dan terus bertransformasi menuntut kepemimpinan organisasi yang terus fleksibel dalam menghadapi perubahan lingkungan secara gesit dan responsif. Tren terakhir yakni keputusan yang dibuat hari ini akan sangat mempengaruhi nasib generasi mendatang. Berbagai tantangan sosial, ekonomi, lingkungan, dan politik yang dihadapi dalam lingkungan global dapat mempengaruhi setiap aspek kehidupan, sehingga memerlukan kolaborasi dari pihak-pihak dari setiap kelompok atau komunitas. Untuk menjawab tantangan tersebut, Whitney merumuskan teori appreciative leadership (kepemimpinan yang menghargai). Appreciative leadership adalah gaya kepemimpinan yang berfokus pada pendekatan relasional dengan menciptakan suasana positif melalui hubungan interpersonal yang baik dari berbagai macam individu dengan latar belakang yang berbeda. Gaya kepemimpinan ini menekankan pemberdayaan hal-hal positif untuk ditingkatkan, mengembangkan potensi kreatif individu dan kelompok, meningkatkan kepercayaan diri dan semangat yang dapat mempengaruhi lingkungan kerja dan kinerja secara keseluruhan. Terdapat lima konsep utama dalam implementasi appreciative leadership, yakni konsep inquiry, illumination, inclusion, inspiration, dan integrity. Kelima strategi tersebut akan menjadi pembahasan utama pada makalah ini. 1.2. Rumusan Masalah a. Apa yang dimaksud dengan appreciative leadership? b. Bagaimana hubungan antara appreciative leadership dan global leadership? c. Bagaimana peran lima strategi utama appreciative leadership dalam menjawab tantangan global leadership? 1.3. Tujuan Masalah a. Untuk memahami definisi dari appreciative leadership b. Untuk memahami hubungan antara appreciative leadership dan global leadership c. Untuk memahami peran lima strategi utama appreciative leadership dalam menjawab tantangan global leadership BAB II PEMBAHASAN 2.1. Konsep Global Leadership dan Appreciative Leadership Whitney, dkk. (2010) menggambarkan hubungan yang kuat antara konsep global leadership dan appreciative leadership sebagai suatu pendekatan yang saling melengkapi dalam menghadapi dinamika kompleks organisasi di era global. Global leadership menekankan kebutuhan untuk memahami dan mengelola keragaman budaya serta tantangan global. Dalam hal ini, appreciative leadership muncul sebagai pendekatan yang menguatkan, di mana pemimpin tidak hanya menanggapi masalah dan perbedaan, tetapi juga secara aktif mencari kekuatan, prestasi, dan potensi positif di dalam kelompok dan organisasi. Penerapan appreciative leadership oleh pemimpin dapat membantu menciptakan lingkungan kerja yang positif dan inklusif. Pemimpin mampu memotivasi dan menggerakkan timnya untuk mencapai tujuan bersama melalui apresiasi terhadap keragaman dan pencarian elemen positif. Hal ini tidak hanya menciptakan hubungan yang erat diantara anggota kelompok yang berasal dari berbagai latar belakang, tetapi juga memanfaatkan kemajemukan sebagai sumber daya dan kekuatan. Terdapat lima konsep utama dalam kepemimpinan apresiatif yaitu konsep inquiry, illumination, inclusion, inspiration, dan integrity. Gambar 1.1 5 Konsep Utama Appreciative Leadership Melalui appreciative leadership, pemimpin dapat menciptakan visi yang inklusif dan memotivasi anggota organisasi untuk berkolaborasi secara efektif dalam menghadapi tren global. Global leadership memberikan landasan untuk memahami dinamika global, appreciative leadership membantu menciptakan budaya yang mendukung dan memperkuat elemen positif yang muncul dari keragaman tersebut. Dalam esensi ini, pemimpin yang memadukan kedua konsep ini tidak hanya berhasil beradaptasi dengan perubahan global, tetapi juga memimpin dengan menghargai dan memperkuat aspek-aspek positif dalam dinamika sebuah organisasi. 2.2. Konsep Inquiry Konsep inquiry adalah upaya untuk menggali atau langkah-langkah untuk menemukan sesuatu. Proses inquiry menjadikan/membuat orang lain mengetahui bahwa pemimpin menghargai karyawan dan kontribusinya. Seringkali inquiry dilakukan dengan tindakan mengajukan pertanyaan dan membuka diri untuk menggali potensi yang baru. Proses inquiry tidak hanya bermanfaat bagi organisasi, tetapi juga bagi individu. Dalam implementasinya, terdapat empat langkah dalam metode appreciative inquiry yang harus dijalani untuk mencapai perubahan positif, dan langkah-langkah tersebut umumnya dikenal sebagai siklus 4D, yaitu discovery, dream, design, dan destiny. a. Discovery Tujuan utama dari tahap ini adalah untuk menemukan dan menghargai hal-hal apa yang menghidupkan, menggairahkan individu pada pekerjaan dan organisasinya. Tahapan ini berfokus pada cerita atau narasi positif yang merefleksikan suatu momen pengalaman menarik terbaik pada level individu maupun organisasi. Melalui discovery, organisasi dapat menjelajahi dan menemukan aspek-aspek positif yang ada dalam tim atau unit kerja, membentuk dasar identitas kolektif, dan meningkatkan rasa kepemilikan dan keterlibatan. b. Dream Tahapan dream adalah mengajak organisasi atau masyarakat untuk memperkuat apa yang menjadi inti kekuatan (positive core) dengan membayangkan kemungkinan yang terjadi pada masa yang akan datang yang telah dibangkitkan pada tahapan discovery. Dengan melibatkan inquiry dalam tahap ini, organisasi dapat membentuk visi bersama, memotivasi anggota tim, dan menginspirasi fokus pada pencapaian tujuan positif di masa depan. c. Design Tujuan dari tahapan design dalam organisasi adalah untuk memberikan bentuk ekspresi dari kreativitas manusia dan nilai, dan untuk merealisasikan aspirasi manusia. Desain organisasi merupakan ekspresi dari nilai yang diwujudkan melalui struktur, sistem, strategi, hubungan, aturan, kebijakan, prosedur, produk, dan pelayanan. Tahap ini membantu tim untuk merinci rencana tindakan dan memahami perubahan yang diperlukan untuk mencapai tujuan positif yang telah mereka tetapkan. d. Destiny Tujuan dari fase destiny ini adalah untuk memastikan bahwa dream atau apa yang menjadi impian bersama dapat direalisasikan. Fase destiny adalah representasi dari kesimpulan fase-fase sebelumnya yaitu discovery, dream dan design dan merupakan awal dari terciptanya budaya belajar yang apresiatif yang terus menerus. Pada tahap ini, organisasi dapat membentuk jalur kolaboratif yang jelas, memotivasi anggota tim untuk berkontribusi, dan membangun kepercayaan dalam mewujudkan takdir positif mereka. Pendekatan ini menekankan pada pendekatan afirmatif dan pencarian pengalaman positif dari masa lalu, saat ini, dan masa depan. Pendekatan appreciative inquiry memberikan dampak yang signifikan, sehingga dapat diadopsi dalam berbagai bidang dan tidak hanya terbatas pada perubahan organisasi. Penerapan appreciative inquiry dapat dilakukan pada level apapun, mulai dari level individu, masyarakat, organisasi bahkan hingga secara global. 2.3. Konsep Illumination Illumination dalam konteks kepemimpinan global digambarkan dengan pemimpin mampu menerangi sekitarnya. Seni penerangan memerlukan kemauan dan kemampuan melihat apa yang berhasil dibandingkan apa yang tidak, minat dan kapasitas untuk melakukannya, menemukan kekuatan masyarakat, dan kemampuan untuk merasakan hal potensi positif yang ada pada setiap orang dan situasi. Kekuatan, yang sering diabaikan, merupakan sumber daya berharga yang menunggu untuk diakses. Kepemimpinan Apresiatif, melalui seni penerangan, mengubah kekuatan tersebut menjadi hasil positif. Kisah sukses dan praktik terbaik menciptakan momentum untuk kinerja tinggi yang berkelanjutan. Pemimpin diilustrasikan sebagai sosok yang memberikan sorotan pada kekuatan, pola kinerja tinggi, dan penyebab kesuksesan, atau meninggalkan orang lain dalam kegelapan tentang harapan. Seni penerangan melibatkan pencarian, pengamatan, pembagian, dan penyesuaian yang terbaik dalam individu dan situasi. Empat praktik penerangan tersebut adalah: a. Mencari yang Terbaik Pemimpin aktif menemukan keahlian, kekuatan, dan potensi positif unik setiap individu dan situasi. Mereka bertanya tentang harapan dan mimpi, menciptakan kehadiran positif yang menarik orang lain. b. Melihat Apa yang Bekerja Pemimpin memperhatikan detail khusus kesuksesan dan memahami penyebab akarnya. Mereka mendukung kekuatan, standarisasi praktik terbaik, dan inovasi. Mempercayai intuisi dan menganalisis kisah sukses menjadi penting. c. Berbagi Kisah Praktik Terbaik Pemimpin bercerita tentang kesuksesan, mengakui individu dengan nama dan mendeskripsikan pencapaian mereka secara spesifik. Mereka memahami kekuatan kata-kata dalam menetapkan harapan kesuksesan dan mendorong pembelajaran serta standarisasi berdasarkan praktik terbaik. d. Menyelaraskan Kekuatan Pemimpin mengoptimalkan kekuatan, membudidayakan keahlian unik, dan menyelaraskan kekuatan yang saling melengkapi dalam upaya kolaboratif. Mereka melibatkan kelompok-kelompok beragam untuk menciptakan keuntungan kolaboratif, menjadikan kelemahan tidak relevan. 2.4. Konsep Inclusion Dalam konteks kepemimpinan global, "inclusion" dapat merujuk pada keterlibatan atau partisipasi aktif pemimpin dalam berbagai aspek lingkungan global. Tertuju pada kemampuan seorang pemimpin untuk aktif terlibat, memahami, dan berinteraksi dengan berbagai budaya, nilai, dan tantangan global. Pemimpin global yang efektif tidak hanya memahami keragaman budaya tetapi juga mampu mengintegrasikan dan memanfaatkannya untuk mencapai tujuan organisasi. Berikut beberapa aspek konsep penyertaan dalam memahami kepemimpinan global: 1. Pemahaman Kultural Pemimpin global yang berhasil memahami dan menghargai perbedaan budaya, norma, dan nilai-nilai yang mungkin berbeda di berbagai bagian dunia. Mereka tidak hanya mengenali perbedaan tersebut tetapi juga mencari cara untuk menggabungkannya dalam konteks kerja dan pengambilan keputusan. 2. Keterbukaan Terhadap Perbedaan Pemimpin global yang efektif bersikap terbuka terhadap perbedaan dalam sudut pandang, gaya kerja, dan pendekatan dalam bekerja. Mereka mendorong kolaborasi lintas budaya dan menghargai kontribusi dari berbagai anggota tim. 3. Pengelolaan Konflik Antarbudaya Pemimpin global perlu memiliki keterampilan dalam mengelola konflik dan menciptakan lingkungan yang mendukung dialog terbuka. Kemampuan untuk meredakan ketegangan antarbudaya dan memahami perspektif beragam menjadi kunci kesuksesan. 4. Keterlibatan dalam Jaringan Global Pemimpin global yang efektif membangun jaringan yang luas dengan pemimpin dari berbagai negara dan budaya. Ini membantu mereka memahami dinamika global, mendapatkan wawasan yang lebih baik, dan membangun hubungan yang kuat di tingkat internasional. 5. Pengelolaan Tim Global Dalam konteks bisnis global, pemimpin harus mampu mengelola tim yang tersebar di berbagai lokasi geografis. Ini mencakup pemahaman terhadap kebutuhan dan gaya kerja anggota tim dari berbagai latar belakang budaya. 6. Adaptasi terhadap Lingkungan Bisnis Global Pemimpin global harus dapat beradaptasi dengan cepat terhadap perubahan dalam lingkungan bisnis global, termasuk regulasi internasional, tren pasar global, dan dinamika politik yang dapat mempengaruhi operasi perusahaan. 7. Kepemimpinan Inklusif Pemimpin global yang efektif mempromosikan kepemimpinan inklusif di mana semua anggota tim merasa dihargai dan didengar, tanpa memandang latar belakang budaya atau etnis. 2.5. Konsep Inspiration Inspiration dalam konteks ini memberi orang arah. Dengan menempa sebuah visi dan jalan ke depan, pemimpin memberi orang harapan dan kebebasan energi. Ini adalah landasan bagi inovasi dan keberlanjutan kinerja tinggi. Inspirasi mendorong orang untuk bertindak. Ini memberi mereka sesuatu untuk bekerja dan menuju dalam melayani dunia yang lebih baik. Ini menuntut kontribusi mereka pada keseluruhan. Ini mendorong orang untuk belajar dan melakukan apa pun yang diperlukan untuk mewujudkan impian mereka, mencapai tujuan mereka, dan membantu orang lain melakukan hal yang sama. Inspirasi menyulut api keunggulan. Ini adalah sumber dari semua pencapaian. Kita semua terinspirasi dengan cara yang berbeda. Melihat seorang pemimpin berbicara dari hati, mendengar kisah sukses orang lain, berbagi visi untuk dunia yang lebih baik, melihat seseorang mengatasi rintangan, menyaksikan tindakan pelayanan yang teladan, mengalami keahlian, keindahan, atau kegembiraan. Apapun bentuknya, inspirasi menciptakan daya tarik positif, kekuatan kreatif yang menarik kita menuju kehidupan yang lebih baik, hubungan yang lebih baik, atau cara bekerja yang lebih baik. 2.6. Konsep Integrity Integritas merupakan landasan kepemimpinan global, dan memainkan peran penting dalam membentuk dinamika kepercayaan, kredibilitas, dan otoritas moral dalam berbagai aspek kepemimpinan. Di dunia yang semakin saling terhubung, pentingnya integritas menjadi semakin nyata, ketika para pemimpin global menavigasi lanskap budaya yang beragam, jaringan bisnis yang rumit, dan hubungan internasional yang kompleks. Hal ini merupakan landasan di mana kepemimpinan yang efektif dibangun, menumbuhkan lingkungan di mana para pemangku kepentingan dapat mengandalkan prinsip perilaku para pemimpin mereka. Dalam konteks kepemimpinan global, integritas terdiri dari spektrum komponen inti yang secara kolektif berkontribusi terhadap status etis seorang pemimpin. Kejujuran dan kebenaran membentuk landasan komunikasi yang transparan, memastikan bahwa para pemimpin menghindari penipuan dan penafsiran yang salah, sehingga membangun hubungan yang dapat dipercaya dengan konstituen mereka. Akuntabilitas dan tanggung jawab adalah hal yang terpenting, karena para pemimpin harus mengakui dan memperbaiki konsekuensi tindakan mereka, menunjukkan komitmen terhadap standar etika dan kemauan untuk mengatasi kekurangan. Konsistensi dan komitmen sangat diperlukan dalam menjaga narasi kepemimpinan selaras dengan nilai-nilai inti dan keyakinan. Dengan menghindari kemunafikan dan standar ganda, para pemimpin memperkuat integritas mereka dan menumbuhkan rasa dapat diandalkan di antara para pengikutnya. Keberanian dan keyakinan muncul sebagai nilai-nilai penting, yang memberdayakan para pemimpin untuk berdiri teguh dalam menghadapi kesulitan, menjunjung tinggi prinsip-prinsip etika, dan memperjuangkan tujuan bahkan ketika dihadapkan dengan oposisi. Kerendahan hati dan kesadaran diri melengkapi komponen integritas, menggarisbawahi pentingnya mengenali keterbatasan pribadi dan mencari umpan balik yang membangun dari orang lain. Kemampuan seorang pemimpin untuk merefleksikan tindakannya sendiri dan terus menyempurnakan pendekatannya akan menumbuhkan iklim pertumbuhan, kemampuan beradaptasi, dan perbaikan berkelanjutan. Manfaat integritas dalam kepemimpinan global mempunyai jangkauan yang luas. Kepercayaan dan kredibilitas, landasan kepemimpinan yang efektif, diperoleh melalui perilaku etis yang konsisten. Otoritas moral, yang berasal dari kepatuhan seorang pemimpin terhadap prinsip-prinsip, memberi mereka pengaruh yang dibutuhkan untuk menginspirasi dan memotivasi orang lain menuju tujuan bersama. Kesuksesan berkelanjutan, yang merupakan tujuan utama kepemimpinan global, dicapai ketika para pemimpin secara konsisten memberikan contoh perilaku etis. Hal ini tidak hanya menarik dan mempertahankan talenta-talenta terbaik namun juga memperkuat hubungan dengan pemangku kepentingan, membuka jalan bagi pertumbuhan jangka panjang dan kesejahteraan di panggung global. Intinya, integritas dalam kepemimpinan global berfungsi sebagai landasan bagi paradigma kepemimpinan yang tangguh, berprinsip, dan berdampak di dunia yang saling terhubung. 2.7. Studi Kasus: Susi Pudjiastuti dalam Perspektif Appreciative Leadership Salah satu tokoh ternama di Indonesia yang dapat dikaji melalui gaya kepemimpinan appreciative leadership adalah Susi Pudjiastuti, yang pernah menjabat sebagai Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia dari 2014 hingga 2019. Susi Pudjiastuti dikenal sebagai seorang pebisnis sukses sebelum memasuki dunia politik, dan dia membawa pendekatan yang inovatif dan penuh semangat dalam kepemimpinannya di Kementerian Kelautan dan Perikanan. Salah satu aspek utama dari kepemimpinannya adalah penerapan appreciative leadership dalam pengelolaan sumber daya kelautan Indonesia. Susi Pudjiastuti mengakui dan memanfaatkan kekayaan alam Indonesia, khususnya kelautan. Dia memandang sumber daya laut sebagai kekayaan yang patut diapresiasi dan dikelola secara berkelanjutan. Melalui kebijakan penertiban perikanan ilegal, dia berupaya melindungi dan meningkatkan potensi positif sumber daya kelautan bagi masyarakat lokal dan perekonomian nasional. Selain itu, Susi menciptakan kesadaran akan pentingnya pelestarian lingkungan. Dengan menyoroti keindahan alam laut dan kekayaan bawah laut Indonesia, dia mengajak masyarakat untuk menghargai dan ikut serta dalam menjaga keberlanjutan ekosistem laut. Pendekatannya yang proaktif terhadap konservasi mencerminkan pendekatan appreciative leadership dalam membangkitkan semangat positif terhadap lingkungan. Salah satu aspek utama dari kebijakan Susi Pudjiastuti adalah melibatkan masyarakat lokal dalam pengelolaan sumber daya kelautan. Dia mendorong partisipasi aktif masyarakat nelayan dalam pengambilan keputusan terkait kebijakan perikanan. Dengan mendengarkan dan menghargai suara mereka, Susi membangun hubungan yang lebih kuat antara pemerintah dan masyarakat lokal, menciptakan atmosfer apresiatif terhadap peran mereka dalam keberlanjutan kelautan. Melalui penerapan konsep appreciative leadership, Susi Pudjiastuti berhasil menciptakan dampak positif dalam pengelolaan sumber daya kelautan Indonesia, membangun kesadaran lingkungan, dan melibatkan masyarakat secara efektif dalam upaya pelestarian. Pendekatan ini mencerminkan bagaimana pemimpin dapat menggunakan penghargaan terhadap potensi positif untuk mencapai tujuan yang lebih besar. BAB III PENUTUP 3.1. Kesimpulan Kepemimpinan adalah hal yang tidak dapat didefinisikan secara universal, melainkan melalui berbagai perspektif yang beragam. Meskipun telah ada berbagai konsep dan teori kepemimpinan, era revolusi industri dan globalisasi memerlukan pendekatan kepemimpinan yang lebih radikal. Perusahaan yang beroperasi di lingkungan global dan heterogen menghadapi tantangan dari generasi muda yang memiliki harapan yang berbeda, keberagaman yang semakin menjadi norma, lingkungan yang dinamis, dan keputusan hari ini yang dapat mempengaruhi generasi mendatang. Dalam menghadapi tantangan ini, teori appreciative leadership yang diperkenalkan oleh Whitney dkk. menawarkan pendekatan relasional dengan menciptakan suasana positif melalui hubungan interpersonal yang baik. Gaya kepemimpinan ini menekankan pemberdayaan hal-hal positif, pengembangan potensi kreatif individu dan kelompok, serta peningkatan kepercayaan diri dan semangat. Terdapat lima konsep utama dalam implementasi appreciative leadership, yaitu inquiry, illumination, inclusion, inspiration, dan integrity. Dengan demikian, appreciative leadership menjadi pendekatan yang relevan dalam menghadapi dinamika kompleks organisasi global saat ini. 3.2. Saran Dalam menghadapi dinamika perubahan era industri dan elektronik, organisasi perlu mengadaptasi strategi yang lebih fleksibel dan responsif. Transformasi tersebut menghadirkan tantangan baru, termasuk harapan yang berbeda dari generasi muda yang menginginkan keterlibatan dalam pengambilan keputusan dan pengakuan atas kontribusi mereka. Oleh karena itu, Seorang pemimpin perlu untuk memahami dan merespons aspirasi generasi muda secara positif agar dapat meningkatkan inovasi dan motivasi di lingkungan kerja. Dalam konteks keberagaman, diperlukan kepemimpinan yang adil dan kolaboratif. Untuk Lingkungan kerja yang inklusif dan mendukung berbagai latar belakang dapat meningkatkan produktivitas dan kreativitas. Pemimpin perlu terlibat aktif dalam komunikasi yang terbuka dan transparan, mengembangkan potensi kreatif individu dan kelompok, serta memotivasi individu untuk memberikan kontribusi yang positif. Integritas juga menjadi unsur kunci. Pemimpin harus menunjukkan kejujuran dan konsistensi dalam setiap keputusan dan tindakan mereka, menciptakan dasar yang kokoh untuk membangun kepercayaan dan mencapai kinerja yang positif. DAFTAR PUSTAKA Reily, E. C. (2007, Fall). Leadership in a Global Society: Habits of Mind, of Heart, and of Action. Educational Leadership and Administration: Teaching and Program Development, 19, 139-147. Whitney, D., Trosten-Bloom, A., & Rader, K. (2010). Appreciative Leadership: Focus on What Works to Drive Winning Performance and Build a Thriving Organization. McGraw Hill LLC. Morrison, A. (2001). Integrity and Global Leadership. Journal of Business Ethics, 31(1), 65–76. http://www.jstor.org/stable/25074517 Appreciative Inquiry | BebasBanjir2015. (n.d.). BebasBanjir2015. Retrieved December 2, 2023, from https://bebasbanjir2025.wordpress.com/04-konsep-konsep-dasar/tentang-mimpi/ Apriyani, T. (2021, June 9). Mengulas Gaya Kepemimpinan Susi Pudjiastuti, Sosok Pebisnis dan Menteri. Yoursay. Retrieved December 2, 2023, from https://yoursay.suara.com/kolom/2021/06/09/070500/mengulas-gaya-kepemimpinan-susi-pudjiast uti-sosok-pebisnis-dan-menteri Shim, J. (2012, April). Global Leadership: True Meaning of Integrity. Awaken Group. Diakses 2 December 2023, dari https://awakengroup.com/knowledge-base/global-leadership-true-meaning-of-integrity/