Kelompok 3: 1. Ani Pitriyani (2102015023) 2. Nova Anggraini (2102015025) 3. Mutia Maulida (2102015028) Mata Kuliah : Akuntansi Keuangan Lanjutan I Smt/Kelas : 5I – Akuntansi S1 Tugas : Membuat Rangkuman Materi Setelah UTS sd Materi Terakhir Materi ke-8 : Intercompany Profit Transactions – Inventories Transaksi Persediaan Antar Perusahaan Pendapatan diakui ketika pendapatan tersebut direalisasi yaitu ketika pendapatan tersebut diperoleh dari sudut pandang entitas yang dikonsolidasikan, pendapatan yang diperoleh harus berasal dari penjualan kepata entitas luar (pihak luar). Pendapatan atas penjualan antara perusahaan-perusahaan afiliasi tidak dapat diakui sampai barang tersebut dijual keluar dari entitas yang dikonsolidasikan. Eliminasi Pembelian dan Penjualan Antar Perusahaan Dalam proses konsolidasi, penjualan dan pembelian antar perusahaan afiliasi dieliminasi. Ini dilakukan agar entitas luar dapat melaporkan penjualan dan pembelian, atau harga harga pokok penjualan kepada mereka. Berikut contoh transaksi dimana penjualan dan pembelian antar perusahaan afiliasi dieliminasi. Contok Kasus 1 Fren Corporation mendirikan sebuah anak perusahaan, Smart Company pada tahun 2006 untuk menjual lini produk Fren Corporation. Semua pembelian Smart berasal dari Fren dengan harga 20% diatas harga perolehan Fren. Selama tahun 2003 Fren membeli barang dagang dari entitas lain sebanyak Rp 20.000.000 dan menjual barang dagangan senilai Rp 20.000.000 tersebut kepada Smart dengan harga Rp 24.000.000 dan Smart menjual semua barang dagangnya pada para pelanggannya dengan harga Rp 30.000.000, ayat jurnal yang berhubungan dengan barang dagang dicatat dengan buku terpisah Fren dan Smart adalah sebagai berikut: PEMBUKUAN FREN( dalam ribuan ) Persediaan (+A) Rp 20.000 Hutang dagang (+L) Untuk mencatat pembelian kredit dari entitas lain Piutang Usaha – Smart (+A) Penjualan (R, +SE) Untuk mencatat penjualan perusahaan kepada Smart Rp 20.000 Rp 24.000 Rp 24.000 antar Harga pokok penjualan (E, -SE) Rp 20.000 Persediaan (-A) Untuk mencatat harga pokok penjualan kepada Smart PEMBUKUAN SMART( dalam ribuan ) Persediaan (+A) Rp 24.000 Hutang dagang (+L) Untuk mencatat pembelian antarperusahaan dari Fren Piutang Usaha (+A) Rp 30.000 Penjualan (R, +SE) Untuk mencatat penjualan kepada entitas lain Harga pokok penjualan (E, -SE) Rp 24.000 Persediaan (-A) Untuk mencatat harga pokok penjualan kepada entitas lain Rp 20.000 Rp 24.000 Rp 30.000 Rp 24.000 Pada akhir tahun 2006, penjualan Fren termasuk yag dijual ke Smart adalah Rp 24.000.000 dan harga pokok penjualannya termasuk harga barang dagang yang ditransfer ke Smart sebesar Rp 20.000.000. Penjualan Smart termasuk penjualan barang dagang kepada entitas lain Rp 30.000.000 dan harga pokok penjualan sebesar Rp 24.000.00. Karena Fren dan Smart dianggap sebagai entitas tunggal untuk tujuan pelaporan, penjualan dan harga pokok penjualan gabungan disajikan terlalu besar sejumlah Rp 24.000.000. Kelebihan tersebut dieliminasi dalam kertas kerja konsolidasi. Eliminasi kertas kerja adalah sebagai berikut: (dalam ribuan) 100% Penyesuaian dan Fren Konsolidasi Smart Eliminasi Penjualan Rp 24.000 Rp 30.000 a. 24.000 Rp 30.000 Harga pokok penjualan 20.000 24.000 a. 24.000 20.000 Laba kotor Rp 4.0000 Rp 6.000 Rp 10.000 Dalam mengeliminasi pos laba untuk perusahaan dan menghilangkan piutang dan hutang antar perusahaan, proses konsolidasi tida mempengaruhi laba bersih konsolidasi karena jumlah penjualan yang dihilangkan dan harga pokok penjualan yang dihilangkan sama, dan gabungan laba bruto sama dengan laba bruto konsolidasi. Eiminasi Laba yang Belum Realisasi dalam Persediaan Akhir Saat barang dijual kepada entitas luar, entitas konsolidasi meralisasikan dan mengakui laba atas penjualan antar perusahaan afiliasi. Persediaan akhir perusahaan afiliasi pembelian mencerminkan laba dan rugi atas penjualan antar perusahaan karena persediaan tersebut lebih mencerminkan harga transfer perusahaan. Contoh transaksi eliminasi laba yang belum direalisasi dalam persediaan akhir masih melanjutkan contoh kasus 1 diatas. Contoh Kasus 2 Selama tahun 2007 Fren membeli barang dagang dari entitas lain sebanyak Rp 30.000.000 dan menjual barang dagang senilai Rp 30.000.000 tersebut kepada Smart seharga Rp 36.000.000. Smart menjual barang dagangnya sebanyak Rp 30.000.000 kepada para pelanggannya dengan harga Rp 37.500.000. Ayat jurnal yang berhubungan dengan transfer barang dagang antar perusahaan selama tahun 2007 adalah sebagai berikut: PEMBUKUAN FREN ( dalam ribuan ) Persediaan (+A) Rp 30.000 Hutang dagang (+L) Untuk mencatat pembelian kredit dari entitas lain Piutang Usaha – Smart (+A) Rp 36.000 Penjualan (R, +SE) Untuk mencatat penjualan kepada Smart Harga pokok penjualan (E, -SE) Rp 30.000 Persediaan (-A) Untuk mencatat harga pokok penjualan kepada Smart PEMBUKUAN SMART( dalam ribuan ) Persediaan (+A) Rp 36.000 Hutang dagang (+L) Untuk mencatat pembelian antarperusahaan dari Fren Piutang Usaha (+A) Rp 37.500 Penjualan (R, +SE) Untuk mencatat penjualan kepada entitas lain Harga pokok penjualan (E, -SE) Rp 30.000 Persediaan (-A) Untuk mencatat harga pokok penjualan kepada entitas lain Rp 30.000 Rp 36.000 Rp 30.000 Rp 36.000 Rp 37.500 Rp 30.000 Penjualan Fren tahun 2007 kepada Smart Rp 36.000.000 dan harga pokok penjualannya mencerminkan harga pokok dagang yang ditransfer kepada Smart sebesar Rp 30.000.000. Penjualan Smart tahun 2007 sebesar Rp 37.500.000 terdiri dari barang dagang yang diperoleh dari Fren dan harga pokok penjualan sebesar Rp 30.000.000 dari Rp 36.000.000 harga transfer barang dagang yang diperoleh Fren. Hal ini sama dengan Rp 30.000.000/Rp 36.000.000 atau 5/6. Sisa barang dagang yang diperoleh dari Fren tahun 2007 tetap ada dalam persediaan Smart pada tanggal 31 Desember 2007 dengan harga transfer Rp 6.000.000, termasuk laba yang belum direalisasi sebesar Rp 1.000.000 (berasa dari sisa laba 1/6 x Rp 6.000.000). Jurnal eliminasi dalam kertas kerja oleh Fren Corporation adalah sebagai berikut: a. Penjualan resiprokal (dari Fren ke Smart) yaitu penjualan sebesar Rp 36.000.000 Jurnal eliminasi yang dibuat: Penjualan Rp 36.000.000 Harga Pokok Penjualan Rp 36.000.000 b. Laba yang belum direalisasi pada persediaan akhir tahun masih tersisa sebesar Rp 1.000.000 (1/6 dari harga transfer Rp 6.000.000) Jurnal eliminasi yang dibuat: Harga Pokok Penjualan Rp 1.000.000 Persediaan Rp 1.000.000 Kertas kejra eliminasi yang dibuat oleh Fren tahun 2007 sebagai berikut: (dalam ribuan) 100% Penyesuaian dan Fren Konsolidasi Smart Eliminasi Laporan laba rugi Rp 36.000 Rp 37.500 a. 36.000 Rp 37.500 Penjualan 30.000 30.000 b. 1.000 a. 36.000 25.000 H.pokok Rp 6.000 Rp 7.500 Rp 12.500 penjualan Laba kotor Rp 6.000 b. 1.000 Rp 5.000 Neraca Persediaan Karena harga pokok penjualan konsolidasi naik, debit harga pokok penjualan pada jurnal eliminasi diatas menguragi laba. Selain itu, kredit mengurangi nilai persediaan dari harga transfer antar perusahaan menjadi harga perolehen. Dari sudut pandang entitas yang dikonsolidasikan, persediaan ahir Smart menunjukkan sejumlah laba yang belum direalisasi sebesar Rp 1.000.000. Kesalahan ini disebabkan oleh fakta bahwa persediaan akhir yang terlalu besar menyebabkan harga pokok penjualan yang terlalu rendah dan laba bruto yang terlalu tinggi. Ayat jurnal kertas kerja b memperbaiki kesalahan ini dengan menambah (debit) harga pokok penjualan dan mengurangi (kredit) persediaan akhir yang terlalu besar. Ayat jurnal eliminasi ini mengurangi laba bruto konsolidasi sebesar Rp 1.000.000 (pengaruh pada laporan laba rugi) dan persediaan akhir konsolidasi sebesar Rp 1.000.000 (pengaruh pada neraca). METODE EKUITAS, Pada tanggal 31 Desember 2007 Fren menghitung pendapatan investasinya dengan cara yang biasa kecuali bahwa laba antar perusahaan sebesar Rp 1.000.000 harus ditangguhkan. Dalam ayat jurnal konsolidasi satu baris Fren, pendapatan dari Smart akan dikurangi dengan laba yang belum direalisasikan dalam persediaan akhir sebesar Rp 1.000.000 karenanya akun investasi pada Smart juga akan dikurangi sebesar Rp 1.000.000. Pengakuan Laba yang Belum Direalisasi dalam Persediaan Awal Ketika barang dagang dijual kepada pihak luar entitas konsolidasi laba yang belum direalisasi dalam persediaan akhir akan terjadi. Pengakuan ditunda sampai tahun berikutnya karena realisasi terjadi pada periode fiskal berikutnya. Karena jumlah persediaan tercermin dalam harga pokok penjualan dalam sistem perpetual, pengakuan laba yang belum direalisasi pada kertas kerja mengharuskan kredit pada harga pokok penjualan. Berikut ini adalah contoh kasus untuk transaksi pengakuan laba yang belum direalisasi pada persediaan awal. Contoh ini melanjutkan transaksi di kasus 1 dan 2 di atas. Contoh Kasus 3 Selama tahun 2008 Fren Corporation menjual barang dagang senilai Rp 40.000.000 kepada Smart Company dengan harga Rp 48.000.000 dan Smart menjual 75% dari barang dagang tersebut dengan harga Rp 45.000.000, Smart jg menjual barang dagang dari persediaan awalnya (harga perolehan Rp 6.000.000) kepada para pelanggannya dengan harga Rp 7.500.000. Ayat jurnal yang berhubungan dengan barang yang ditransfer. PEMBUKUAN FREN ( dalam ribuan ) Persediaan (+A) Rp 40.000 Hutang dagang (+L) Untuk mencatat pembelian kredit dari entitas lain Piutang Usaha – Smart (+A) Rp 48.000 Penjualan (R, +SE) Untuk mencatat penjualan kepada Smart Harga pokok penjualan (E, -SE) Rp 40.000 Persediaan (-A) Untuk mencatat harga pokok penjualan kepada Smart PEMBUKUAN SMART( dalam ribuan ) Persediaan (+A) Rp 48.000 Hutang dagang (+L) Untuk mencatat pembelian antarperusahaan dari Fren Piutang Usaha (+A) Rp 52.500 Penjualan (R, +SE) Untuk mencatat penjualan kepada entitas lain sebesar Rp 45.000.000 dan 7.500.000 Harga pokok penjualan (E, -SE) Rp 42.000 Persediaan (-A) Untuk m encatat harga pokok penjualan kepada entitas lain (harga transfer Rp 48.000.000 x 75% yang dijual dan Rp 6.000.000 dari persediaan awal) Rp 40.000 Rp 48.000 Rp 40.000 Rp 48.000 Rp 52.500 Rp 42.000 Transaksi penjualan dan pembelian oleh Fren dan Smart sebagai entitas konsolidasi berakibat pada akhir tahun 2008, Smart masih memiliki persediaan akhir sebesar 25% yaitu sebesar Rp 12.000.000 (Rp 48.000.000 x 25%) karena Smart baru mejual barang dagang yang dibeli dari Fren sebanyak 75%. Persediaan akhir Smart tahun 2008 termasuk laba yang belum direalisasi sebesar Rp 2.000.000 {Rp 12.000.000 – (Rp 12.000.000/1,2 harga transfer)} atau nilai persediaan akhir harga transfer (Fren) Rp 10.000.000. Ayat jurnal yang dibuat oleh Fren untuk mengeliminasi transaksi resiprokal dan mengakui laba yang sebelumnya ditangguhkan dari persediaan awal tahun sebgai berikut: a. Mengeliminasi transaksi penjualan dan pembelian antar perusahaan Jurnal yang dibuat: Penjualan Rp 48.000.000 Harga Pokok Penjualan Rp 48.000.000 b. Mengakui laba dari persediaan awal yang sebelumnya ditangguhkan Jurnal yang dibuat: Investasi dalam Smart Rp 1.000.000 Harga Pokok Penjualan Rp 1.000.000 c. Mengeliminasi laba antar perusahaan akhir (laba yang belum direalisasi dalam persediaan akhir) Jurnal yang dibuat: Harga Pokok Penjualan Rp 2.000.000 Persediaan Rp 2.000.000 Kertas kerja eliminasi yang dibuat oleh Fren tahun 2008 sebagai berikut : (dalam ribuan) 100% Penyesuaian dan Fren Konsolidasi Smart Eliminasi Laporan laba rugi Penjualan Rp 48.000 Rp 52.500 a. 48.000 Rp 52.500 H.pokok penjualan 40.000 42.000 c. 2.000 a. 48.000 b. 1.000 35.000 Laba kotor Rp 8.000 Rp 10.500 Rp 17.500 Neraca Persediaan Rp 12.000 c. 2.000 Rp 10.000 Investasi dalam Smart XXX b. 1.000 Materi ke-9 : Intercompany Profit Transactio – Inventories_Part 2 Laba yang direalisasi dari Penjualan Downstream (Arus Kas Bawah) Sampai barang dagang tersebut dijual kepada entitas luar, penjualan perusahaan induk kepada perusahaan anak akan meningkatkan penjualan, harga pokok penjualan, dan laba kotor perusahaan induk tetapi tidak akan mempengaruhi laba perusahaan anak. Berikut ini akan ditunjukkan penangguhan laba antar perusahaan atau laba yang belum direalisasika atas penjualan downstream. Penangguhan Laba Antar Perusahaan Dalam Periode Penjualan Antar Perusahaan Contoh kasus 4 Park Corporation mempunyai 90% saham berhak suara Sori Corporation. Laporan laba rugi terpisah Park dan Sori untuk tahun 2006, sebelum mempertimbangkan laba yang belum direalisasi, adalah sebagai berikut : Penjualan Harga pokok penjualan Laba Kotor Beban Laba Operasi Laba dari Sori Laba Bersih Park Corp Rp 100.000 (60.000) 40.000 15.000 25.000 9.000 34.000 Sori Corp Rp 50.000 (35.000) 15.000 5.000 10.000 10.000 Transaksi selama 2006 adalah sebagai berikut: a. Penjualan Park kepada Sori sebesar Rp 15.000 dengan laba sebsar Rp 6.250. b. Persediaan Sori per 31 Desember 2006, termasuk 40% barang dagang dari transaksi antar perusahaan. Pada pembukuan yang terpisah Park mengambil bagiannya atas laba Sori dan menangguhkan pengakuan laba yang belum direalisasi dengan membuat ayat jurnal berikut: Investasi dalam Sori Rp 9.000 Laba dari Sori Rp 9.000 Laba dari Sori Rp 2.500 Investasi dalan Sori Rp 2.500 Ayat jurnal kedua pada pembukuan Park mengurangi laba dari Sori yaitu dari Rp 9.000 menjadi Rp 6.500 karena bagian Park hanya sebesar Rp 9.000 (kepemilikan 90%) maka beban hak minoritas pada kertas kerja Park dicatat sebesar Rp 1.000. Jurnal eliminasi yang dibuat oleh Park per 31 Desember 2006 untuk mengeliminasi akun resiprokal adalah sebagai berikut: Jurnal eliminasi: a. Mengeliminasi penjualan dan pembelian resiprokal Jurnal : Penjualan Rp 15.000 Harga Pokok Penjualan Rp 15.000 b. Mengeliminasi laba antar perusahaan dari harga pokok penjualan dan persediaan Jurnal : Harga Pokok Penjualan Rp 2.500 Persediaan Rp 2.500 c. Mengeliminasi laba investasi dan menyesuaikan akun investasi dalam Sori per 1 Januari 2006 (dalam laporan konsolidasi tidak boleh ada laba atas transaksi anat perusahaan afiliasi) Jurnal : Laba dari Sori Rp 6.500 Investasi dalam Sori Rp 6.500 KERTAS KERJA PARK DAN PERUSAHAAN ANAK, SORI UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2006 Park 90% Sori Penyesuaian dan Eliminasi Laporan Konsolidasi Laporan laba rugi Penjualan Rp 100.000 Rp 50.000 a.15.000 Rp 135.000 Laba dari Sori 6.500 b.6.500 H.pokok penjualan (60.000) (35.000) c.2.500 a.15.000 ( 82.500) Beban (15.000) (5.000) ( 20.000) Beban hak minoritas ( 1.000) ( Rp 10.000 x 10%) Rp 31.500 Rp 10.000 Rp 31.500 Laba Bersih Neraca Persediaan Rp 7.500 b.2.500 Rp 5.000 Investasi dalam Sori XXX c.6.500 Pengakuan Laba Antarperusahaan Atas Penjualan Kepada Entitas Luar Contoh kasus 5 Barang dagang yang diperoleh dari park selama tahun 2006 dijual oleh Sori pada tahun 2007, asumsi tidak ada transaksi antarperusahaan antara Park dan Sori selama tahun 2007. Laporan laba rugi terpisah tahun 2007 sebelum mempertimbangkan laba yang belum direalisasi dalam persediaan awal Sori sebesar Rp 2.500 adalah sebagai berikut : Penjualan Harga pokok penjualan Laba Kotor Beban Laba Operasi Laba dari Sori Laba Bersih Park Corp Rp 120.000 (80.000) 40.000 20.000 20.000 13.500 33.500 Sori Corp Rp 60.000 (40.000) 20.000 5.000 15.000 15.000 Laba operasi Park tahun 2007 tidak dipengaruhi oleh laba yang belum direalisasi dalam persediaan Sori per 31 Desember 2006. Namun laba Sori tahun 2007 terpengaruh karena persediaan awal Sori lebih saji Rp 2.500 demikian pula untuk harga pokok penjualan. Dari sudut pandang Park laba investasinya akan dicatat dan disesuaikan sebagai berikut ; Investasi dalam Sori Rp 13.500 Laba dari Sori Rp 13.500 (Mencatat laba investasi dari Sori ) Investasi dalam Sori Rp 2.500 Laba dari Sori Rp 2.500 ( Untuk mencatat realisasi laba dari penjualan antarperusahaan tahun 2006 kepada Sori) Pada akhir tahun 2007 ayat jurnal diatas akan meningkatkan investasi dalam Sori dari Rp 13.500 menjadi Rp 16.000 dan laba bersih Park dari Rp 33.500 menjadi 36.000. Berikut ini jurnal eliminasi dan kertas kerja konsolidasi Park dan Sori : a. Menyesuaikan atau mengakui laba dari persediaan awal yang sebelumnya ditangguhkan. Jurnal : Investasi dalam sori Rp 2.500 Harga pokok penjualan Rp 2.500 b. Mengeliminasi laba investasi dan menyesuaikan akun investasi ke dalam saldo awal. Jurnal : Laba dari Sori Rp 16.000 Investasi dalam Sori Rp 16.000 SEBAGIAN KERTAS KERJA PARK CORPORATION DAN PERUSAHAAN ANAK, SORI CORPORATION UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2007 Park Penyesuaian dan eliminasi Debet Kredit Sori Laporan laba rugi Penjualan Rp 120.000 Rp 60.000 Laba dari Sori 16.000 b. H.pokok penjualan (80.000) (40.000) Beban (20.000) ( 5.000) Beban hak minoritas (Rp 15.000x10%) Laba bersih Neraca Investasi dlm Sori Rp 36.000 XXX Laporan Konsolidasi Rp 180.000 16.000 a. 2.500 (117.500) ( 25.000) ( 1.500) Rp 36.000 Rp 15.000 a. 2.500 b. 16.000 Laba Yang Belum Direalisasi Dari Penjualan Upstream (Arus Keatas) Penjualan oleh anak perusahaan kepada induk perusahaannya akan meningkatkan penjualan, harga pokok penjualan dan laba kotor anak perusahaan, tetapi tidak memengaruhi laba operasi induk sampai barang dagang dijual kembali kepada entitas lain. Laba bersih induk perusahaan dipengaruhi, karena induk perusahaan mengakui bagiannya atas pendapatan anak perusahaan berdasarkan metode ekuitas. Jika anak perusahaan penjual adalah perusahaan afiliasi yang dimiliki 100%, induk perusahaan menangguhkan 100% dari laba yang belum direalisasi pada tahun terjadinya penjualan antar perusahaan. Jika anak perusahaan adalah perusahaan afiliasi yang hanya dimiliki sebagian, induk perusahaan juga hanya menangguhkan sebatas bagiannya atas laba anak perusahaan yang belum direalisasi. Penangguhan Laba Antar Perusahaan Dalam Periode Penjualan Antar Perusahaan Diasumsikan bahwa Salt Corporation (perusahaan anak) menjual barang dagang, yang dibeli seharga Rp 7.500.000, kepada Park Corporation (perusahaan induk) dengan harga Rp 20.000.000 selama tahun 2006 dan menjual 60% dari barang dagang tersebut kepada pihak luar dengan harga Rp 15.000.000 pada akhir tahun laba persediaan yang belum direalisasi sebesar Rp 5.000.000 (harga perolehan sebesar Rp 3.000.000 tetapi dimasukkan dalam persediaan Park sebesar Rp 8.000.000). Jika Salt melaporkan laba bersih tahun 2006 sebesar Rp 50.000.000, bagian Park diakui seperti dalam Peraga dibawah ini.Peraga tersebut membandingkan konsolidasi satu baris atas kepemilikan 100% dan kepemilikan sebesar 75% pada perusahaan anak. Seperti diilustrasikan, Jika Park mencatat 100% dari pendapatan/laba Salt berdasarkan metode ekuitas, Park harus mengeliminasi 100% dari setiap laba yang belum direalisasi yang termasuk dalam laba tersebut. Jika Park hanya mencatat 75% dari laba Salt berdasarkan metode ekuitas, Park harus mengeliminasi hanya 75% dari laba yang belum direalisasi yang termasuk dalam laba Salt tersebut. Pada kedua kasus, semua laba yang belum direalisasi yang dicatat oleh Park dieliminasi dari akun laba dan investasi. (dalam ribuan) Bagian A Jika Salt adalah anak perusahaan yang dimiliki 100% Investasi pada Salt (+A) Laba dari SaltR,+SE) Untuk mencatat 100% pendapatan Salt yang dilaporkan sebagai pendapatan dari anak perusahaan. 50.000 5.000 Laba dari Salt (-R,-SE) 5.000 Investasi pada Salt Untuk menangguhkan 100% laba persediaan yang Belum direalisasi yang dilaporkan Salt sampai direalisasi. Ayat jurnal tunggal sebesar Rp 45.000 [(50.000 - 5.000) x 100%] dapat juga digunakan. 5.000 Bagian B Jika Salt adalah anak perusahaan yang dimiliki 75% Investasi pada Salt (+A) 37.500 Laba dari Salt (R,+SE) Untuk mencatat 75% pendapatan/laba Salt yang dilaporkan sebagai pendapatan/laba dari anak perusahaan. Laba dari Salt (-R,-SE) 37.500 Investasi pada Salt (-A) Untuk menangguhkan 75% laba persediaan yang belum direalisasi yang dilaporkan Salt sampai direalisasi. Ayat jurnal tunggal sebesar Rp 33.750 [(50.000 - 5.000) x 75%] dapat juga digunakan. 37.500 37.500 PARK DAN ANAK PERUSAHAAN, SALT (KEPEMILIKAN 75%) SEBAGIAN KERTAS KERJA UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2006 (DALAM RIBUAN) Park Laporan laba rugi Penjualan Pendapatan dari Salt Harga pokok penjualan Beban-beban Beban hak minoritas [($50.000$5.000)x25%] Laba bersih Neraca Investasi pada Salt Rp250 75% Salt Rp150 33,75 Penyusaian dan Eliminasi Debit Kredit Laporan Konsolidasi a 20 Rp380 c 33,5 (100) (80) (50) (20) b 5 a 20 (165) (70) (11,25) Rp133,75 Rp 50 Rp 133,75 Rp 10 b 5 XXX c 33,75 Rp 5 a. Mengeliminasi penjualan resiprokal dan harga pokok penjualan. b. Menyesuaikan harga pokok penjualan dan persediaan akhir atas dasar harga perolehan. c. Mengeliminasi pendapatan investasi dan menyesuaikan akun investasi pada Salt menjadi saldo awal periode. Materi ke-10 : Intercompany Profit Transaction – Plants Aset Materi 11 : Intercompany Profit Transactions — Plants Asset RANGKUMAN : Dalam hubungan antara induk dan anak perusahaan kadang terjadi transaksi jual/beli depreciable aseets yang menimbulkan laba atau rugi. Dari sudut pandang konsolidasi, laba atau rugi tersebut tidak diakui sehingga harus dieliminasi saat proses penyusunan laporan konsolidasian. Laba rugi transaksi tersebut akan diakui melalui mekanisme pengurangan atau penambahan beban depresiasi selama masa pemakaian depreciable asset tersebut atau melalui penjualan kepada pihak ketiga. Kalau transaksinya downstream (induk jul ke anak), pengakuan laba/rugi tidak akan mempengaruhi perhitungan bagian keuntungan kepentingan non pengendali (NCI); sedangkan kalau transaksinya upstream, perhitungan NCI akan dipengaruhi oleh pengakuan laba rugi transaksi. Kalau perusahaan menggunakan metode cost untuk mencatat investasi sahamnya di anak perusahaan, maka induk perusahaan tidak perlu menghitung bagian pendapatanny dari anak perusahaan 1. Menilai dampak laba antar perusahaan (IC) pada transfer aset tetap dalam menyusun kertas kerja konsodilasian. 2. Menangguhkan laba yang belum di realisasi pada tranfer aset tetap o;eh induk atau anak perusahaan. 3. Mengakui realisasian laba yang ditangguhkan sebelumnya pada tranfer aset tetap 4. Menyesuaikan perhitungan bagian kepentingan noncontrolling dalam laba IC pada transfer aset tetap 5. Suplemen elektronik: memahami perbedaan dalam teknik konsolidasi untuk transfer aset tetap ketika induk menggunakan metode ekuitas tidak lengkap atau metode biaya. Laba (rugi) atas penjualan aset tetap pada perusahaan afiliasi tersebut baru direalisasikan olehentitas yang dikonsolidasikan melalui 2 (dua ) cara: 1. P e n g g u n a a n ( p e m a n f a a t a n ) a s e t t e t a p 2. penjualan aset tetap tersebut ke pihak di luar afiliasi. Perbedaan yang paling mendasar dari penjualan aset tetap antar perusahaan afiliasi dengan penjualan persediaan antar perusahaan afiliasi antara lain: 1. Transaksi relatif jarang terjadi dan tidak selalu terjadi pada setiap periode akuntansi. 2. Nilai setiap transaksi umumnya relatip tinggi sehingga mempunyai pengaruh signifikan pada laporan keuangan konsolidasi. 3. Pengakuan laba yang belum direalisasikan lebih dari satu periode. Transaksi penjualan aset tetap antar perusahaan afiliasi pada dasarnya dibagi menjadi: 1. Penjualan aset tetap yang tidak dapat disusutkan/tanah (nondepreciable-fixed asset/land) 2. Jual-beli aset tetap yang dapat disusutkan/diamortisasi (depreciable/amortizable fixedasset). Materi 12 : TRANSAKSI LABA ANTAR PERUSAHAAN – OBLIGASI RANGKUMAN : Obligasi adalah surat berharga atau sertifikat yang berisi kontrak antara pemberi pinjaman dengan yang diberi pinjaman (emiten). Bagi investor, obligasi merupakan alternatif investasi yang aman, karena obligasi memberikan penghasilan tetap berupa kupon bunga dan pokok utang pada waktu jatuh tempo yang ditentukan. Walaupun obligasi sering dipandang sebagai investasi yang relatif aman, tidak tertutup kemungkinan investor mengalami kerugian baik yang berasal dari faktor di luar kinerja perusahaan maupun faktor internal perusahaan, misalnya risiko dana jatuh tempo tidak terbayar tepat waktu (Brigham et al., 1999). Untuk menanggulangi masalah tersebut investor bisa memanfaatkan informasi pemeringkatan obligasi (bond rating) dari lembaga pemeringkat sekuritas utang (credit rating agency atau debt rating agency). Transaksi laba antar perusahaan, terutama terkait obligasi, memiliki dampak signifikan terhadap laporan keuangan perusahaan. Pertama dan terpenting, obligasi yang diterbitkan atau diperdagangkan antara perusahaan dapat meningkatkan jumlah pendapatan perusahaan, yang akan tercermin dalam laporan laba rugi. Obligasi sendiri adalah instrumen utang yang digunakan perusahaan untuk mendapatkan dana dari masyarakat. Dengan memperdagangkan obligasi, perusahaan menerima dana upfront yang dapat digunakan untuk berbagai keperluan investasi, yang pada gilirannya meningkatkan pendapatan dan laba bersih. Selain itu, pembayaran bunga obligasi juga akan mempengaruhi bagian pengeluaran atau beban dalam laporan keuangan. Bunga obligasi merupakan beban bagi perusahaan, dan ini harus dicatat sebagai beban bunga dalam laporan keuangan. Jika perusahaan tidak melakukan pembayaran bunga tersebut dengan tepat, ini bisa mempengaruhi reputasi dan kredibilitas finansial perusahaan tersebut. Transaksi laba juga bisa mempengaruhi nilai aktiva dan pasiva dalam neraca. Jika perusahaan menerbitkan lebih banyak obligasi, ini akan meningkatkan jumlah utang jangka panjang perusahaan, yang akan muncul dalam bagian pasiva dalam neraca. Di sisi lain, dana yang diterima dari penerbitan obligasi akan meningkatkan aktiva perusahaan, baik dalam bentuk kas atau investasi. Selanjutnya, dibutuhkan akurasi dalam mencatat dan melaporkan transaksi obligasi dalam laporan keuangan. Kesalahan dalam pencatatan transaksi ini dapat menyebabkan distorsi dalam pelaporan dan bisa merusak citra perusahaan di mata para pemegang saham, investor, dan regulator pasar. Terakhir, transaksi laba antar perusahaan melalui obligasi dapat mempengaruhi rasio keuangan perusahaan, seperti rasio utang terhadap ekuitas. Misalnya, jika perusahaan menerbitkan lebih banyak obligasi, maka rasio utang terhadap ekuitas akan meningkat, yang berarti perusahaan tersebut menggunakan lebih banyak utang dibandingkan ekuitas dalam pembiayaannya. Sebagai kesimpulan, transaksi laba antar perusahaan terkait obligasi memiliki banyak dampak pada laporan keuangan perusahaan, mulai dari pengaruh terhadap laba bersih, beban bunga, nilai aktiva dan pasiva, keakuratan pelaporan, hingga rasio keuangan perusahaan. Oleh karena itu, manajemen perlu memperhatikan dan mengelola transaksi ini dengan baik untuk memastikan keakuratan dan keandalan laporan keuangan. Contoh Soal 1 : PT NBA menerbitkan obligasi dengan nilai nominal Rp2.000.000.000 dan bunga 9%. Obligasi berjangka 5 tahun dengan bunga yang dibayarkan setiap 6 bulan. Sementara itu, tingkat bunga pasar pada saat penjualan adalah 9%. Berapa bunga tahunan yang bisa didapatkan investor? Pembahasan Diketahui: 1. Bunga dibayarkan per 6 bulan dengan nominal bunga 4.5% (hasil dari 9 persen/tahun) 2. Jumlah periode adalah 10 (1 tahun = 2 periode × 5) 3. Bunga per periode = nilai nominal × tingkat bunga nominal Bunga per periode = 2.000.000.000 × 0,045 = 90.000.000 Dikarenakan obligasi dijual dengan harga nominal maka hasil dari bunga per tahun bisa ditemukan dengan cara simpel. Yaitu, dikalikan dari jumlah bunga per periode × jumlah periode. Contoh Soal 2 Obligasi dengan nilai nominal Rp2.000.000.000 dan bunga 10% dijual pada tanggal penerbitan. Obligasi itu berjangka waktu 5 tahun dengan bunga yang dibayarkan setiap 6 bulan. Sementara, bunga efektif pada saat penjualan adalah 8%. Berapa nilai premi dari kasus tersebut? Pembahasan 1. Bunga dibayarkan per 6 bulan dengan nominal 5% (10/2) → Bunga efektif per 6 bulan adalah 4% (8/2) 2. Jumlah periode adalah 10 (2 periode × 5) 3. Pembayaran bunga per periode adalah 5/100 × 2.000.000.000 = 100.000.000 4. Serupa dengan langkah-langkah pada harga diskonto, untuk mendapatkan nilai premi kamu harus menghitung dengan rumus PVIF dan PVOA. (a) Nilai sekarang dari nilai pokok obligasi PVIF = 1 : ( 1 + r )^t PVIF = 1 : (1 + 0.05)^10 = 0.614 Nilai sekarang pokok = 2.000.000.000 × 0.614 = 1.228.000.000 (b) PVOA = (1 – (1 : (1 + r)^t)) : r PVOA = (1 – (1 : (1 + 0,05)^10)) : 0,05 = 7,721 Nilai sekarang bunga = 100.000.000 × 7,721 = 772.100.000 Harga jual obligasi = nilai pokok + nilai bunga Harga jual obligasi =1.228.000.000 + 772.100.000 = 2.000.100.000 Jadi, premi obligasi adalah Rp2.000.100.000 – Rp2.000.000.000 = Rp100.000 Materi 13 : Consolidations-Changes in Ownership Interest RANGKUMAN : Bab ini membahas beberapa topik terkait dengan perubahan kepemilikan induk / investor. Pokok bahasan meliputi akuntansi induk / investor dan prosedur konsolidasi untuk akuisisi sementara saham, akuisisi sedikit demi sedikit dari saham pengendali, penjualan kepemilikan, dan perubahan kepemilikan melalui penerbitan saham investee dan transaksi kas saham Preacquisitions Earnings Secara konseptual, kita menghilangkan laba sebelum diakuisisi (atau pendapatan dibeli) dari incom konsolidasi dengan salah satu dari dua metode. kita bisa mengecualikan pendapatan dan beban dari anak perusahaan sebelum akuisisi dari pendapatan dan beban konsolidasi. atau kita dapat mencakup pendapatan dan beban dari anak perusahaan dalam laporan laba rugi konsolidasi untuk tahun penuh dan mengurangi penghasilan akuisisi sebagai bagian yang terpisah. Konsolidasi-Perubahan Kepentingan Kepemilikan adalah suatu proses di mana perusahaan induk mengakuisisi saham perusahaan anak secara bertahap untuk memperoleh hak kontrol terhadap perusahaan anak . Dalam proses ini, kepemilikan saham perusahaan anak berubah-ubah, sehingga menyebabkan timbulnya persoalan khusus dalam penyusunan neraca konsolidasi . o Pendahuluan. Pembelian saham perusahaan anak (Subsidiary Company / SC) di Pasar Modal tidak akan mempengaruhi jumlah & struktur modal perusahaan anak. Hal tersebut hanya merupakan pemindahan hak kepemilikan dari pemilik (investor) lama kepada pemilik (investor) baru sebagai perusahaan induk (Parent Company / PC) o Penyebab perubahan kepemilikan : 1. Transaksi perusahaan induk (PC) : a. Pembelian secara langsung. PC membeli saham langsung pada SC. PC membeli saham SC langsung pada SC, mengakibatkan bertambahnya saham yang bereda r (Outstanding Stock) milik SC. Jika PC membeli saham SC yang beredar melalui Pasar Modal / melalui Pemegang Saham lainnya, tidak mengakibatkan adanya penambahan / pengurangan saham yang beredar milik SC. Pembelian saham secara langsung pada SC : Pembelian saham SC yang belum beredar, dalam rangka emisi saham baru. Pembelian saham treasury (Treasury Stock) milik SC b. Pembelian di tengah tahunan. PC dapat membeli saham SC pada pertengahan tahun, bukan awal atau akhir periode. Struktur modal SC yang dipakai sebagai dasar adalah struktur modal pada saat pembelian saham (transaksi) tersebut terjadi, bukan pada awal periode. Besarnya modal SC pada saat pembelian saham tersebut = modal pada awal periode disesuaikan dengan Laba / Rugi sejak awal periode s.d. pembelian saham tersebut terjadi. Contoh Soal 1 : PT. ABC mengakuisisi 90 % kepemilikan saham di PT. XYZ dengan total biaya investasi (investment cost) Rp. 1.850.000.000,- melalui pembelian secara bertahap (3 tahap) yaitu : ÿ Tahap I : tanggal 1 Juli 2004 sebesar 20 % ÿ Tahap II : tanggal 1 April 2005 sebesar 30 % ÿ Tahap III : tanggal 1 Oktober 2006 sebesar 40%. Data-data pokok per tahapan akuisisi sebagai berikut : URAIAN Pengakuan bagian atas laba SC. EQUITY METHOD PC mengakui bagian COST METHOD PC tidak perlu atas laba SC sejak mengakui bagian atas pembelian terjadi laba SC. (bukan untuk satu periode penuh). Retained Earning (R/E) yang dieliminasi adalah R/E pada saat investasi / pembelian tersebut terjadi. Laporan Laba / Rugi Konsolidasi Laporan Laba / Rugi Pendapatan & biaya Konsolidasi disajikan dalam menyajikan Laporan Laba / Rugi pendapatan & biaya Konsolidasi untuk satu untuk satu periode periode penuh penuh. Laba yang diperoleh sebelum terjadi pembelian disajikan dalam Laporan Laba / Rugi Konsolidasi sebagai pengurang (Laba / Rugi sebelum pembelian). C. Akuisisi Bagian per Bagian / Pembelian investasi secara bertahap 1. Investasi yang dimiliki oleh PC dapat berasal dari beberapa kali pembelian. 2. Suara mayoritas (majority interest) dapat diperoleh pada saat pembelian pertama, atau pada pembelian berikutnya. 3. Kewajiban menyusun Laporan Keuangan Konsolidasi baru dimulai setelah PC mempunyai suara mayoritas. · Nilai Buku (Book Value) modal saham SC dan selisih antara Nilai Buku dengan harga perolehan (Cost) dihitung untuk masing-masing lot. Perbedaan equity method dan Cost method dalam pembelian investasi secara bertahap : TAHAP Sebelum memiliki suara EQUITY METHOD COST METHOD Investor belum dapat Investor belum dapat disebut PC & Investee disebut PC & Investee belum dapat disebut belum dapat disebut SC. SC. mayoritas Investasi dicatat Investor hanya dengan Cost Method. mencatat pembelian Investor hanya mengak ui laba Investee penerimaan dividen setelah pembagian dari investee. dividen. investasi dan Investor belum perlu Investor belum perlu menyusun Laporan menyusun Laporan Keuangan Konsolidasi. Keuangan Konsolidasi. Pencatatan = equity method. Pada saat / periode memperoleh suara mayoritas. o Saat terjadi pembelian Saat terjadi pembelian tambahan investasi tambahan investasi yang berakibat yang berakibat tercapainya suara tercapainya suara mayoritas, hubungan mayoritas, hubungan antara antara investor & investor & investee investeeberubah berubah menjadi menjadi hubungan hubungan antara PC & antara PC & SC. SC. o Pencatatan : sebesar Pencatatan : sebesar harga perolehan harga perolehan investasi. Investasi investasi. Invest. saham – SC xxx Kas xxx saham – SC xxx Kas xxx o Jika terdapat kenaikan hak atas SC yang belum dicatat, maka dicatat sebesar kenaikan hak tersebut yaitu prosentase pemilikan sebelum terjadinya suara mayoritas dikalikan Retained Earning SC. Invest. saham – SC xxx Retained Earning xxx Selama pemilikan setelah memperoleh suara mayoritas. o Pencatatan selanjutnya o Pencatatan selanjutnya selama pemilikan selama pemilikan investasi tidak ada investasi tidak ada perbedaan dengan perbedaan dengan pencatatan investasi pencatatan investasi yang diperoleh dari yang diperoleh dari satu kali (1 X) satu kali (1 X) pembelian. pembelian. D. Penjualan Kepemilikan Laba / Rugi penjualan investasi. a. Selama pemilikan, investor dapat menjual sebagian dari investasi yang dimiliki. Pencatatan : Kas xxx Investasi Saham SC xxx b. Apabila harga jual (Cost) berbeda dengan Nilai Buku (Book Value) selisihnya diakui sebagai Laba / Rugi. Contoh Soal 1 : PT. ABC mengakuisisi 90 % kepemilikan saham di PT. XYZ dengan total biaya investasi (investment cost) Rp. 1.850.000.000,- melalui pembelian secara bertahap (3 tahap) yaitu : ÿ Tahap I : tanggal 1 Juli 2004 sebesar 20 % ÿ Tahap II : tanggal 1 April 2005 sebesar 30 % ÿ Tahap III : tanggal 1 Oktober 2006 sebesar 40%. Data-data pokok per tahapan akuisisi sebagai berikut : NO URAIAN TAHAP I TAHAP II TAHAP III 1. Tanggal akuisisi 1 Juli 2004 1 April 2005 1 Oktober 2006 2 % kepemilikan (Interest 20% 30% 40% 500 800 1.500 acquired) 3 Biaya investasi (Investment Cost) 4 Equity per tgl 1 Januari 1000 1700 1600 5 Laba th berjalan (Income for 700 900 1000 year) 6 Equity saat akuisisi 1700 2400 3600 7 Equity akhir th (31 Desember) 2200 2800 3800 Aktiva bersih (Net asset) PT. XYZ dinilai dengan Fair Value, kelebihan biaya investasi atas nilai buku (Excess of Investment Cost Over Book Value) merupakan Goodwill, namun tidk perlu diamortisir. Pada akhir tahun 2006 (31 Desember 2006) terdapat informasi : Pada Neraca PT. ABC menunjukkan Saldo investasi di PT. XYZ adalah Rp. 3.852.500.000,-. Retained earning (RE) PT. XYZ sebesar Rp. 2 milyar. Capital Stock PT. XYZ sebersar Rp. 1 milyar. Diminta : a. Jurnal yang harus dibuat oleh PT. ABC atas transaksi akuisisi saham PT. XYZ (tahun 2004,2005 dan 2006). b. Hitung goodwill yang timbul tiap tahapan akuisisi. c. Hitung investment income dari PT. XYZ yang menjadi hak PT. ABC tahun 2004, 2005 dan 2006. d. Jurnal-jurnal Kerta kerja (Working paper entries) yang harus dibuat oleh PT. ABC tahun 2006. Jawaban Contoh Soal 1 : a. Jurnal yang dibuat PT. ABC atas transaksi akuisisi saham PT. XYZ : Transaksi tanggal 1 Juli 2004. Investasi di PT. XYZ Rp. 500.000.000, Kas Rp. 500.000.000,- Transaksi tanggal 1 April 2005. Investasi di PT. XYZ Rp. 800.000.000, Kas Rp. 800.000.000,- Transaksi tanggal 1 Oktober 2006. Investasi di PT. XYZ Rp. 1.500.000.000, Kas Rp1.500.000.000,- b. Perhitungan Goodwill yang timbul pada tiap tahap akuisisi sebagai berikut : Tahun 2004 : Rp. 1.700.000.000,- X 20 % = Rp. 340.000.000,- Goodwill = Rp. 500.000.000,- - Rp. 340.000.000, Tahun 2005 : Rp. 2.400.000.000,- X 30 % = Rp. 720.000.000,- Goodwill = Rp. 800.000.000,- - Rp. 720.000.000, Tahun 2006 : Rp. 3.600.000.000,- X 40 % =Rp. 160.000.000,- =Rp. 80.000.000,- = Rp. 1.440.000.000,- Goodwill = Rp.1.500.000.000,- - Rp.1.440.000.000,- = Rp. 60.000.000,Total Goodwill tahun 2004 s.d. 2006 = Rp. 300.000.000, c. Investment Income hak PT. ABC TAHAP TAHAP I TAHAP II 20 % 30 % 500 800 1500 2800 Tahun 2004 70 - - 70 Tahun 2005 180 202,5 - 382,5 URAIAN Investment Cost III TOTAL 40 % Investment Income : Tahun 2006 Jumlah Investment Income Total 200 300 100 600 450 502,5 100 1.052,5 950 1.302,5 1600 3.852,5 Perhitungan : Tahun 2004 : 20 % X 6/12 X Rp. 700.000.000,- = Rp. 70.000.000,- Tahun 2005 : 20 % X 12/12 X Rp. 900.000.000,- = Rp. 180.000.000,- 30 % X 9/12 X Rp. 900.000.000,- = Rp. 202.500.000,Rp. 382.500.000,- Tahun 2006 : 20 % X 12/12 X Rp. 1.000.000.000,- = Rp. 200.000.000,30 % X 12/12 X Rp. 1.000.000.000,- = Rp. 300.000.000,40 % X 3/12 X Rp. 1.000.000.000,- = Rp. 100.000.000,Rp. 600.000.000,Total investment income dari PT. XYZ hak PT. ABC = Rp. 1.052.500.000,d. Jurnal kertas Kerja (Working Paper Entries) tahun 2006 : Jurnal untuk mengeliminasi investment income hak PT. ABC tahun 2006 sebesar Rp. 280.000.000,Pendapatan (income) dari PT. XYZ Investasi (Investment) di PT. XYZ Rp. 600.000.000,Rp. 600.000.000,- Jurnal untuk mengeliminasi Preacquisition income, Retained earning (RE) Capital stock Goodwill : Preacquisition income Rp. 100.000.000, Retained Earning (RE) PT. XYZ Rp. 1.800.000.000, Capital stock PT. XYZ Rp 900.000.000,- Goodwill Rp. 300.000.000,- Investment di PT. XYZ Rp. 2.800.000.000,- Minority interest : Rp. 300.000.000,- Perhitungan : Preacquisition income : 40 % X 3/12 X Rp. 1.000.000.000,- = Rp. 100.000.000,Investment di PT. XYZ : Rp. 3.852.500.000 - 1.052.500.000,- = Rp. 2.800.000.000,Minority interest : 10 % X (Rp. 2.000.000.000 + 1 .000.000,-) = Rp. 300.000.000, Jurnal untuk mencatat Minority Interest dari Net Income di PT. XYZ : Minority interest Expense Rp. 100.000.000,- Minority interest Rp. 100.000.000,- Minority interest : 10 % X Rp. 1.000.000.000,- = Rp. 100.000.000, Contoh Soal 2 : PT. ABC mengakuisisi 60 % kepemilikan saham di PT. XYZ dengan total biaya investasi (investment cost) Rp. 1.850.000.000,- melalui pembelian secara bertahap (3 tahap) yaitu : Tahap I : tanggal 1 Juli 2004 sebesar 10 % Tahap II : tanggal 1 Mei 2005 sebesar 20 % Tahap III : tanggal 1 September 2006 sebesar 30%. Data-data pokok per tahapan akuisisi sebagai berikut : NO 1. URAIAN Tanggal akuisisi TAHAP I TAHAP II TAHAP III 1 Juli 2004 1 Mei 2005 1 September 2006 2. % kepemilkan 10% 10% 30% (Interest acquired) 3. Biaya Investasi 300 300 800 4. Equity per tgl 1 Januari 700 700 1700 5. Laba th berjalan 400 400 1000 (Income for year0 6. Equity saat akuisisi 1000 1000 1800 7. Equity akhir th (31 1100 1.100 2700 Desember) Aktiva bersih (Net asset) PT. XYZ dinilai dengan Fair Value, kelebihan biaya investasi atas nilai buku (Excess of Investment Cost Over Book Value) merupakan Goodwill, namun tidk perlu diamortisir. Pada akhir tahun 2006 (31 Desember 2006) terdapat informasi : Retained earning (RE) PT. XYZ sebesar Rp. 1 milyar. Capital Stock PT. XYZ sebersar Rp. 900 juta Diminta : a. Jurnal yang harus dibuat oleh PT. ABC atas transaksi akuisisi saham PT. XYZ (tahun 2004,2005 dan 2006). b. Hitung goodwill yang timbul tiap tahapan akuisisi. c. Hitung investment income dari PT. XYZ yang menjadi hak PT. ABC tahun 2004, 2005 dan 2006. d. Jurnal-jurnal Kerta kerja (Working paper entries) yang harus dibuat oleh PT. ABC tahun 2006. Jawaban Contoh Soal 2 : a. Jurnal yang dibuat PT. ABC atas transaksi akuisisi saham PT. XYZ : Transaksi tanggal 1 Juli 2004. Investasi di PT. XYZ Rp. 300.000.000,- Kas Rp. 300.000.000,- Transaksi tanggal 1 Mei 2005. Investasi di PT. XYZ Rp. 600.000.000,- Kas Rp. 600.000.000,- Transaksi tanggal 1 September 2006. Investasi di PT. XYZ Rp. 800.000.000,- b. Perhitungan Goodwill yang timbul pada tiap tahap akuisisi sebagai berikut : Tahun 2004 : Rp. 1.000.000.000,- X 10 % = Rp. 100.000.000,Goodwill =Rp. 300,000.000, --- Rp. 100.000.000,- =Rp. 200.000.000,- Tahun 2005 : Rp. 1.300.000.000,- X 20 % = Rp. 260.000.000,Goodwill = Rp. 600.000.000,- - Rp. 260.000.000,- =Rp. 340.000.000,- Tahun 2006 : Rp. 1.800.000.000,- X 30 % = Rp. 540.000.000,Goodwill = Rp. 800.000.000,- - Rp.540.000.000,- = Rp. 260.000.000,- Total Goodwill tahun 2004 s.d. 2006 = Rp. 800.000.000,- c. Investment Income hak PT. AB URAIAN TAHAP TAHAP II TAHAP III TOTAL I 20% 30% 60% 10% Invesment cost 300 600 800 1700 Tahun 2004 20 - - 20 Tahun 2005 60 80 - 140 Tahun 2006 100 200 100 400 Jumlah Investment Income 180 280 100 560 TOTAL 480 880 900 2260 Investment income : Perhitungan : Tahun 2004 : 10 % X 6/12 X Rp. 400.000.000,- = Rp. 20.000.000,- Tahun 2005 : 10 X 12/12 X Rp. 600.000.000,- = Rp. 60.000.000,- 20 % X 8/12 X Rp. 600.000.000,- = Rp. 80.000.000,Rp. 140.000.000,- Tahun 2006 : 10 % X 12/12 X Rp. 1.000.000.000,- = Rp. 100.000.000, 20 % X 12/12 X Rp. 1.000.000.000,- = Rp. 200.000.000, 30 % X 4/12 X Rp. 1.000.000.000,- = Rp. 100.000.000,Rp. 400.000.000,Total investment income dari PT. XYZ hak PT. ABC = Rp. 560.000.000,- d. Jurnal kertas Kerja (Working Paper Entries) tahun 2006 : Jurnal untuk mengeliminasi investment income hak PT. ABC tahun 2006 sebesar Rp. 400.000.000,Pendapatan (income) dari PT. XYZ Investasi (Investment) di PT. XYZ Rp. 400. 000.000,Rp. 400..000.000,- Jurnal untuk mengeliminasi Preacquisition income, Retained earning (RE) Capital stock dan Goodwill : Preacquisition income Rp. 100.000.000,- Retained Earning (RE) PT. XYZ Rp. 1.800.000.000,- Capital stock PT. XYZ Rp 600. .000.000,- Goodwill Rp. 800.000.000,- Investment di PT. XYZ Rp. 1.700.000.000,- Minority interest : Rp. 1.600.000.000,- Perhitungan : Preacquisition income : 30 % X 4/12 X Rp. 1.000.000.000,- = Rp. 100.000.000,Investment di PT. XYZ : Rp. 2.260.000.000,- - Rp. 560.000.000,- = Rp. 1.700.000.000,Minority interest : 40% X (Rp. 3.000.000.000,- + 1.000.000.000,-) = Rp. 1.600.000.000, Jurnal untuk mencatat Minority Interest dari Net Income di PT. XYZ : Minority interest Expense Minority interest Rp. 400.000.000,Rp. 400.000.000,- Minority interest : 40 % X Rp. 1.000.000.000,- = Rp. 400.000.000, Materi 14 : Indirect and Mutual Holdings RANGKUMAN : indirect holding adalah investasi yang memungkinkan investor untuk mengendalikan atau mempengaruhi secara signifikan perusahaan lain tidak melalui kepemilikan saham langsung, melainkan melalui anak perusahaannya. Struktur kepemilikan tidak langsung berbentuk dua jenis afliasi yaitu struktur induk-anak-cucu (father-son-grandson) dan struktur afiliasi terkoneksi (connecting affiliates). Bab ini membahas tentang teknik konsolidasi laporan keuangan antara perusahaan induk dan perusahaan anak dimana kepemilikan induk terhadap anak berbentuk kepemilikan tidak langsung (indirect holding). Yang dimaksud dengan indirect holding adalah investasi yang memungkinkan investor untuk mengendalikan atau mempengaruhi secara signifikan perusahaan lain tidak melalui kepemilikan saham langsung, melainkan melalui anak perusahaannya. Struktur kepemilikan tidak langsung berbentuk dua jenis afliasi yaitu struktur induk-anak-cucu (father-son-grandson) dan struktur afiliasi terkoneksi (connecting affiliates). Selain kepemilikan tidak langsung, hubungan antara perusahaan induk dan perusahaan anak berbentuk kepemilikan timbal balik (mutual holding). Yang dimaksud dengan mutual holding adalah kepemilikan saham oleh perusahaan yang berafiliasi. Struktur mutual holding ada dua bentuk yaitu saham induk dimiliki oleh anak perusahaan dan saham anak dimiliki oleh anak perusahaan yang lainnya. Berikut ini beberapa contoh perhitungan untuk menghitung pendapatan investasi dari pihakpihak yang berafiliasi dengan: A. Struktur Induk-Anak-Cucu Untuk mempermudah ilustrasi perhitungan, berikut pendapatan terpisah (pendapatan dari operasi sendiri = Penjualan – total beban) dari Induk, anak dan cucu. Induk Pendapatan terpisah 10.000 Anak 8.000 Cucu 5.000 Kepemilikan: Induk memiliki Anak = 90% Anak memiliki Cucu = 70% Perhitungan persentase bagian pendapatan: Pendapatan terpisah (PT) Induk (90%) Anak (70%) Cucu 100%*I 100%A 100%C +70% C -70%C 30%C Alokasi PT Cucu ke Anak 70% x PT Cucu Jumlah sementara 100%*I 100%A + 70%C Alokasi PT Anak ke Induk +90% (100%A + 70%C) -90% (100%A + 70%C) 90% x (8.000 + 3.500) Laba konsolidasi 100%P + +90% (100%A + 70%C) Pendapatan investasi pihak pengendali Anak = Pendapatan investasi dari Cucu = 70% x PT C = 70%C Induk= Pendapatan investasi dari Anak = 90% x (100%A + 70% x 100%C) = 90%A + 63%C Bagian laba untuk pihak non-pengendali Non-Pengendali di Cucu = 30% x PT C = 30%C Non-Pengendali di Anak = 10% x (100%A + 70% x 100%C) = 10%A + 7%C Total bagian laba untuk pihak non pengendali = 100%*I + 10%A + 7%C Contoh Soal 1: Pada tanggal 1 Januari 2020, PT Pute memperoleh 80% saham PT Sawu. Pada tanggal 1 Januari 2021, PT Sawu memperoleh 70% saham PT Tugu. Nilai investasi kedua dicatat berdasarkan nilai buku. Laporan posisi keuangan ketiga PT tersebut pada tanggal 1 Januari 2021 adalah sebagai berikut: Tabel Deskripsi PT Pute PT Sawu PT Tugu Aset lainnya 480.000 234.500 228.000 Investasi dalam PT Sawu (80%) 240.000 - - Investasi dalam PT Tugu (70%) - 126.000 - Total aset 720.000 360.000 228.000 Hutang 120.000 60.000 48.000 Modal saham 480.000 240.000 120.000 Saldo laba 120.000 60.000 60.000 Total liabilitas dan ekuitas 720.000 360.000 228.000 Penghasilan bersih masing-masing perusahaan, tidak termasuk penghasilan dari investasi, dan dividen yang diterima adalah sebagai berikut: Tabel Deskripsi PT Pute PT Sawu PT Tugu Penghasilan bersih masingmasing 120.000 60.000 48.000 Dividen 72.000 36.000 24.000 Susunlah struktur kepemilikan masing-masing dan hitung persentase indirect holdingnya! Susunlah jurnal-jurnal untuk mencatat penghasilan investasi dengan metode ekuitas! Hitunglah penghasilan bersih konsolidasi dan hak minoritas nya! Jawaban: Struktur kepemilikan masing-masing dan persentase indirect holdingnya adalah sebagai berikut: Tabel Deskripsi PT Pute PT Sawu PT Tugu Kepemilikan langsung 80% 70% - Kepemilikan tidak langsung - 56% 49.6% Berikut adalah jurnal-jurnal untuk mencatat penghasilan investasi dengan metode ekuitas: PT Pute: o Debit: Kas (120.000) o Kredit: Investasi dalam PT Sawu (80%) (96.000) o Kredit: Investasi dalam PT Tugu (70%) (24.000) PT Sawu: o Debit: Kas (60.000) o Kredit: Investasi dalam PT Tugu (70%) (42.000) PT Tugu: o Debit: Kas (48.000) o Kredit: Pendapatan investasi dari PT Sawu (56%) (33.600) o Kredit: Pendapatan investasi dari PT Pute (49.6%) (23.520) Penghasilan bersih konsolidasi adalah $168.000 dan hak minoritas adalah $24.000. Contoh Soal 2: PT Asyik membeli 80% PT Bro pada 1 Januari 2019 senilai $86,000. PT Bro membeli 60% saham PT Cuy pada 1 Januari 2020 senilai $60,000. Tidak ada kelebihan cost atas book value saham yang diperoleh. PT ASYIK PT BRO PT COY Pendapatan Terpisah $20 $10 $8 Dividen &12 %6 $4 Ekuitas awal 2020 PT Bro adalah modal saham $75,000 dan saldo laba ditahan $25,000. Ekuitas awal 2020 PT Cuy adalah modal saham $80,000 dan saldo laba ditahan $20,000. Diminta: ➢ Buat jurnal eliminasi metode cost yang diperlukan pada saat konsolidasi! Jawab: Jurnal Eliminasi Cost Method: a. Investment in PT Bro RE Ekuitas Awal 2019 (100/80*86,000) Ekuitas Awal 2020 (75,000+25,000) Kenaikan (80%) b. Dividend Income Dividend PT Bro (6,000*80%) PT Cuy (4,000*60%) c. NCI Expense PT Cuy $ 6,000 $ 6,000 $ 107,500 $ 100,000 $ 7,500 $ 6,00 $ 7,200 $ 7,200 $ 4,800 $ 2,400 $ 3,200 Dividend NCI PT Cuy Ending $ 1,600 $ 1,600 (8,000*40%) (4000*40%) d. Capital Stock-PT Cuy RE-PT Cuy, Beginning Investment in PT Cuy NCI PT Cuy Beginning $ 80,000 $ 20,000 $ 60,000 $ 40,000 e. NCI Expense PT Bro Dividend NCI PT Bro Ending $ 2,000 $ 1,200 $ 800 20%*(10,000-2,400) 20%*60%*4,000 $ 1,520 $ 480 20%*6,000 $ 1,200 $ 2,000 f. Capital Stock-PT Bro RE-PT Bro, Beginning Investment in PT Bro NCI PT Bro Beginning 86,000+6,000 $ 75,000 $ 25,00 $ 92,000 $ 8,000 $ 92,000