PROPOSAL SKRIPSI HUBUNGAN LAMA WAKTU TUNGGU PENGOBATAN DENGAN TINGKAT WAKTU KECEMASAN KELUARGA PADA PASIEN YANG DIRAWAT DI IGD RSUD SAYANG TAHUN 2024 Disusun Guna Melantukan Penyusunan Skripsi Dalam Program Studi Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kota Sukabumi Disusun Oleh : Marisyeu Diniati Lestari c1ab23110 PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KOTA SUKABUMI 2024 LEMBAR PENGESAHAN HUBUNGAN LAMA WAKTU TUNGGU PENGOBATAN DENGAN TINGKAT WAKTU KECEMASAN KELUARGA PADA PASIEN YANG DIRAWAT DI IGD RSUD SAYANG TAHUN 2024 Disetujui Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II (Tanda tangan) (Tanda tangan) Nama Dosen Pembimbing Nama Dosen Pembimbing Mengetahui Ketua Jurusan (Tanda tangan) Nama Ketua Jurusan *) dan **) diisi setelah SK penunjukkan dosen pembimbing diterima LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI HUBUNGAN LAMA WAKTU TUNGGU PENGOBATAN DENGAN TINGKAT WAKTU KECEMASAN KELUARGA PADA PASIEN YANG DIRAWAT DI IGD RSUD SAYANG TAHUN 2024 Dipersiapkan dan disusun oleh: Marisyeu Diniati Lestari c1ab23110 Telah dipertahankan di depan Tim PengujiPada tanggal ….. bulan ….. tahun ….. Dosen Penguji Tanda tangan 1. …………………. Pembimbing I …………………. 2. …………………. Pembimbing II …………………. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh derajat Sarjana S-1 tanggal ….. bulan ….. tahun ….. Dekan Ketua Jurusan ……………….. ……………….. NIK. NIP. KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah mencurahkan berkat dan anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Skripsi ini dengan judul “HUBUNGAN LAMA WAKTU TUNGGU PENGOBATAN DENGAN TINGKAT WAKTU KECEMASAN KELUARGA PADA PASIEN YANG DIRAWAT DI IGD RSUD SAYANG TAHUN 2024“ dengan baik dan benar. Penulisan Skripsi ini dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan Sarjana Ilmu Keperawatan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kota Sukabumi. Penulis menyadari dalam menyusun skripsi ini banyak mendapat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Cianjur, 08 Januari 2024 Penulis iv DAFTAR ISI HALAMAN COVER LEMBAR PENGESAHAN HALAMAN PERSETUJUAN KATA PENGANTAR ........................................................................................... i DAFTAR ISI ......................................................................................................... ii BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1 1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah ................................................................................ 5 1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................. 5 1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................... 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 7 2.1 Landasan Teori ..................................................................................... 7 2.1.1 Konsep Instalasi Gawat Darurat ........................................... 7 2.1.2 Pelayanan IGD ...................................................................... 8 2.1.3 Pengertian Triase.................................................................... 9 2.1.4 Tujuan Triase ........................................................................ 9 ii iii 2.1.5 Prinsip dan Tipe Triase ....................................................... 10 2.1.6 Singapore Patient Acuity Category Scale (PACS) .......................... 11 2.1.7 Emergency Department Length of Stay (EDLOS) ......................... 12 2.1.8 Konsep Kecemasan ......................................................................... 14 2.2 Kerangka Penelitian ............................................................................................... 19 2.3 Kerangka Konsep Penelitian .......................................................................... 20 2.4 Hipotesis ............................................................................................................. 20 BAB III METODOLOGI PENELITIAN ........................................................ 21 3.1 Jenis Rancangan Penelitian ............................................................................... 21 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................................ 21 3.3. Populasi dan Sampel ..................................................................................... 21 3.4. Variabel Penelitian ........................................................................................ 24 3.5. Definisi Operasional ...................................................................................... 24 3.6 Instrumen Penelitian ....................................................................................... 25 3.7 Validitas dan Reliabilitas ............................................................................... 26 3.8 Teknik Analisa Data ....................................................................................... 27 3.9 Metode Pengumpulan Data ............................................................................ 28 iv 3.10 Analisis Data ................................................................................................ 29 3.11 Jalannya Penelitian ....................................................................................... 30 3.12 Tahap Pelaksanaan ....................................................................................... 31 3.13 Tahap Pelaporan ........................................................................................... 32 3.14 Etika Penelitian ............................................................................................ 33 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut undang-undang No. 44 tahun 2009 tentang rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan karakteristik tersendiri yang di pengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan kesehatan, kemajuan teknologi dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang harus tetap mampu meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu dan terjangkau kepada masyarakat, agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Peraturan Menteri Kesehatan RI No 4 tahun 2018 tentang Rumah Sakit merupakan suatu tempat pelayanan terutama kesehatan dikelola perseorangan, yayasan atau organisasi secara profesional yang terdiri dari pelayanan gawat darurat, rawat jalan maupun inap. Rumah Sakit juga bisa disebut organisasi yang dikerjakan oleh tenaga medis yang profesional terorganisir baik dari sarana prasarana kedokteran, asuhan keperawatan yang berkelanjutan, diagnosis dan pengobatan penyakit yang dialami pasien (Supartingsih, 2017). Instalasi Gawat Darurat (IGD) rumah sakit mempunyai tugas menyelenggarakan pelayanan asuhan medis dan asuhan keperawatan sementara serta pelayanan pembedahan darurat bagi pasien yang datang dengan gawat darurat medis. IGD memiliki peran sebagai gerbang utama masuknya penderita gawat darurat (Ali, 2014). Pasien dalam perawatan 5 6 terutama di gawat darurat dapat mencetuskan kecemasan secara tidak langsung bagi keluarga dan pasien, perasaan cemas dalam sebuah keluarga terkhusus saat ada anggota keluarga yang mendapatkan penanganan perawatan di IGD, merupakan bentuk tidak adekuatnya kebutuhan emosional individu yang terganggu. Keadaan yang dialami oleh pasien yang tidak tertangani dengan baik akan membawa dampak buruk karena gangguan terpenuhinya kebutuhan emosional sehingga kecemasan keluarga akan meningkat. Hal tersebut karena, keluarga mempunyai sistem pendukung yang pertama dalam membantu kesembuhan dan pemulihan pasien (Alizera at al, 2019). Kecemasan yang dialami keluarga ini disebabkan oleh adanya kebiasaan baru yang dihadapi sehari-hari tanpa adanya persiapan yang menyebabkan terjadi peningkatan kewaspadaan. Faktor yang menyebabkan tingginya angka kecemasan adalah beratnya beban yang sedang dihadapi oleh seorang individu. Adapun beban dalam situasi wabah ini bagi keluarga adalah ketakutan akan tertular virus dan dapat menularkan virus pada orang yang dicintai (Rayani & Purqoti, 2020). Menurut Bukhari at al (2014), overcrowded di IGD dapat terjadi akibat dari terlambatnya proses penanganan pasien dan LOS pasien di IGD. Waktu dianggap sebagai alat yang penting untuk mengukur kualitas dari pelayanan di IGD. Masalah waktu tunggu yang panjang dan lama menunjukan IGD yang buruk dengan sumber daya yang kurang berhasil dan tidak terkoordinasi dengan baik (Bukhari et al, 2014). 7 Waktu tunggu pasien dalam pelayanan merupakan salah satu hal penting yang akan menentukan citra awal rumah sakit. Waktu tunggu pasien merupakan menyebabkan Kategori salah satu komponen yang potensial ketidakpuasan. (Aulia Utami Dewi, Rukma Astuti, 2015) jarak antara waktu tunggu dan waktu periksa yang diperkirakan bisa memuaskan atau kurang memuaskan pasien antara lain yaitu saat pasien datang mulai dari mendaftar dan ke loket antri menunggu panggilan ke poli umum untuk dianamnesis dan diperiksa oleh dokter, perawat atau bidan lebih dari 90 menit (kategori lama), 30 –60 menit (kategori sedang) dan ≤ 30 menit (kategori cepat). Waktu tunggu di Indonesia ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes) melalui standar Pelayanan minimal. Setiap RS harus mengikuti standar pelayanan Standar pelayanan minimal di minimal tentang waktu tunggu ini. rawat jalan berdasar Kemenkes Nomor 129/Menkes/SK/II/2008 ialah kurang atau sama dengan 60 menit. (Bustani et al., 2015) Berdasarkan data yang diperoleh pada Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Unit Daerah (RSUD) Sayang yaitu kunjungan rawat jalan pada tahun 2017 sebanyak 17.719 orang dengan rata-rata kunjungan perbulan 1.477 orang, tahun 2018 sebanyak 14.022 orang dengan rata-rata kunjungan perbulan 1.169 orang, tahun 2019 terjadi peningkatan sebanyak 20.012 orang dengan nilai rata-rata kunjungan tiap bulannya sebesar 1.668 orang, dan pada tahun 2020 di bulan Januari sebanyak 1.487 orang, bulan 8 Februari sebesar 1.292 orang, Maret sebesar 1.136 orang. Pada bulan Januari sampai Maret terjadinya penurunan kunjungan pasien di IGD RSUD Sayang Kabupaten Cianjur disebabkan oleh adanya faktor Pandemi Covid-19. Jumlah orang meninggal di Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Unit Daerah (RSUD) Sayang Kabupaten Cianjur pada tahun 2018 adalah sebanyak 24 orang, dan pada tahun 2019 sebanyak 9 orang, sedangkan bulan Januari sampai dengan Maret tahun 2020 sebanyak 3 orang pasien yang meninggal. Berdasarkan data kunjungan tersebut diatas sangat berpengaruh kepada pemberian pelayanan yang cepat dan tepat pada pelayanan IGD. Adapun salah satu faktor waktu tunggu pasien yaitu banyaknya kunjungan pasien yang meningkat setiap tahunnya. Sehingga tidak jarang pasien yang menunggu terlalu lama untuk di diagnosa dan dilakukan perawatan yang dapat menyebabkan kecemasan. Berdasarkan hasil survey awal yang telah dilakukan peneliti di Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Unit Daerah (RSUD) Sayang Kabupaten Cianjur pada beberapa pasien yang datang berobat, dimana banyaknya pasien yang datang tidak sebanding dengan tenaga medis dan paramedis yang ada sehingga terjadi penumpukan pasien di ruang triage yang menyebabkan waktu tunggu pasien menjadi lama, hasil laboratorium yang membutuhkan waktu yang lama, keputusan dokter untuk memutuskan bahwa pasien akan pulang ataupun rawat inap, serta proses administrasi yang memakan waktu yang panjang sehingga membuat pasien cemas terhadap keadaan yang dialaminya di IGD. Wawancara dengan tiga pasien observasi didapatkan 9 informasi bahwa dua pasien mengatakan cemas karena terlalu lama menunggu dan terganggu bila datang pasien baru. Sementara satu pasien mengatakan takut bila ada pasien baru yang gawat dan pasien korban kecelakaan. Selain itu, ketiga pasien mengatakan tidak nyaman karena IGD yang ramai dan terbuka. Oleh karena itu waktu tunggu yang lama dapat mempengaruhi kondisi pasien sehingga memberikan efek negatif pada pasien dan membuat pasien cemas dengan kondisi yang dialaminya. Menelaah kondisi tersebut, maka peneliti tertarik meneliti tentang “Hubungan Lama Waktu Tunggu Pengobatan Dengan Tingkat Waktu Kecemasan Keluarga Pada Pasien Yang Dirawat Di RSUD Sayang Tahun 2024”. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Apakah Terdapat Hubungan Lama Waktu Tunggu Pengobatan Dengan Tingkat Waktu Kecemasan Keluarga Pada Pasien Yang Dirawat Di RSUD Sayang Tahun 2024. 1.3 Tujuan Penelitian 1.Tujuan Umum Untuk mengidentifikasi Hubungan Lama Waktu Tunggu Pengobatan Dengan Tingkat Waktu Kecemasan Keluarga Pada Pasien Yang Dirawat Di RSUD Sayang Tahun 2024. 2. Tujuan Khusus Adapun tujuan khusus dalam penelitian ini, diantaranya : 10 a. Untuk mengidentifikasi Gambaran Lama Waktu Tunggu Pengobatan di IGD RSUD Sayang Cianjur. b. Untuk mengidentifikasi Gambaran Kecemasan di IGD RSUD Sayang Cianjur. c. Untuk mengidentifikasi Hubungan Lama Waktu Tunggu Pengobatan Dengan Tingkat Waktu Kecemasan Keluarga Pada Pasien Yang Dirawat Di RSUD Sayang Tahun 2024. 1.4 Manfaat Penelitian 1. Manfaat Bagi STIKes Sukabumi Memberikan masukan kepada pengelola pendidikan keperawatan untuk lebih mengenal gambaran tingkat kecemasan keluarga dengan lama waktu tunggu pengobatan terutama kepada pasien baru yang dirawat di ruang IGD RSUD Sayang Kabupaten Cianjur. 2. Manfaat Bagi RSUD Sayang Cianjur Sebagai masukan bagi perawat yang bertugas diruang IGD untuk meningkatkan pelayanannya, agar dapat mengurangi tingkat kecemasan bagi keluarga pasien baru yang dirawat di ruang IGD RSUD Sayang Kabupaten Cianjur. 3. Manfaat Bagi Peneliti selanjutnya Bagi peneliti selanjutnya sebagai bahan tambahan dalam memperluas wawasan dan pengetahuan tentang gambaran kecemasan keluarga pasien yang dirawat di IGD. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Konsep Instalasi Gawat Darurat Instalasi Gawat Darurat (IGD) adalah salah satu bagian di rumah sakit yang menyediakan penanganan awal bagi pasien yang menderita sakit dan cedera, yang dapat mengancam kelangsungan hidupnya. Kementerian Kesehatan telah mengeluarkan kebijakan mengenai Standar IGD Rumah Sakit yang tertuang dalam Kepmenkes RI No. 856/Menkes/SK/IX/2014 untuk mengatur standarisasi pelayanan gawat darurat di rumah sakit. Guna meningkatkan kualitas IGD di Indonesia perlu komitmen Pemerintah Daerah untuk membantu Pemerintah Pusat dengan ikut memberikan sosialisasi kepada masyarakat bahwa dalam penanganan kegawatdaruratan dan life saving tidak ditarik uang muka dan penanganan gawat darurat harus dilakukan 5 (lima) menit setelah pasien sampai di IGD Gawat darurat adalah keadaan klinis yang harus mendapatkan tindakan medis segera untuk penyelamatan nyawa (life saving) dan pencegahan kecacatan (Permenkes RI no 19, 2016). Kehadiran pasien ke IGD sifatnya tidak dapat direncanakan baik jumlah maupun kondisinya. 7 8 2.1.2 Pelayanan IGD Prinsip umum pelayanan IGD menurut KEPMENKES RI NO129/Menkes/SK/II/2014 tentang Standar Pelayanan Minimum rumah sakit adalah: a. Setiap Rumah Sakit wajib memiliki pelayanan gawat darurat yang memiliki kemampuan life saving anak dan dewasa: melakukan pemeriksaan awal kasus-kasus gawat darurat dan melakukan resusitasi dan stabilitasi (life saving) b. Pelayanan di Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit harus dapat memberikan pelayanan 24 jam dalam sehari dan tujuh hari dalam seminggu. c. Pemberi pelayanan gawat darurat yang bersertifikat yang masih berlaku d. Ketersediaan tim penanggulangan bencana e. Kepuasan pelanggan f. Kematian pasien < 24 jam, dengan standar < 2 perseribu g. Khusus untuk rumah sakit jiwa, pasien dapat ditenangkan dalam waktu < 48 jam h. Tidak boleh ada pasien yang diharuskan membayar uang muka 9 2.1.3 Pengertian Triase Triage berasal dari bahasa Perancis trier dan bahasa inggris triage dan diturunkan dalam bahasa Indonesia triase yang berarti sortir. Yaitu proses khusus memilah pasien berdasar beratnya cedera/penyakit untuk menentukan jenis perawatan gawat darurat. Triase adalah suatu konsep pengkajian yang cepat dan terfokus dengan suatu cara yang memungkinkan pemanfaatan sumber daya manusia, peralatan serta fasilitas yang paling efisien dengan tujuan untuk memilih atau menggolongkan semua pasien yang memerlukan pertolongan dan menetapkan prioritas penanganannya (Kathleen dkk, 2018). 2.1.4 Tujuan Triase Tujuan utama adalah untuk mengidentifikasi kondisi mengancam nyawa. Tujuan triase selanjutnya adalah untuk menetapkan tingkat atau derajat kegawatan yang memerlukan pertolongan kedaruratan. Dengan triase tenaga kesehatan akan mampu: a. Menginisiasi atau melakukan intervensi yang cepat dan tepat kepada pasien b. Menetapkan area yang paling tepat untuk dapat melaksanakan pengobatan lanjutan c. Memfasilitasi alur pasien melalui unit gawat darurat dalam proses penanggulangan/pengobatan gawat darurat 10 2.1.5 Prinsip dan Tipe Triase Time Saving is Life Saving (waktu keselamatan adalah keselamatan hidup), The Right Patient, to The Right Place at The Right Time, with The Right Care Provider. a. Triase seharusnya dilakukan segera dan tepat waktu Kemampuan berespon dengan cepat terhadap kemungkinan penyakit yang mengancam kehidupan atau injuri adalah hal yang terpenting di departemen kegawatdaruratan. b. Pengkajian seharusnya adekuat dan akurat Ketelitian dan keakuratan adalah elemen yang terpenting dalam proses interview. Keputusan dibuat berdasarkan pengkajian c. Keselamatan dan perawatan pasien yang efektif hanya dapat direncanakan bila terdapat informasi yang adekuat serta data yang akurat. d. Melakukan intervensi berdasarkan keakutan dari kondisi Tanggung jawab utama seorang perawat triase adalah mengkaji secara akurat seorang pasien dan menetapkan prioritas tindakan untuk pasien tersebut. Hal tersebut termasuk intervensi terapeutik, prosedur diagnostik dan tugas terhadap suatu tempat yang diterima untuk suatu pengobatan. e. Tercapainya kepuasan pasien Perawat triase seharusnya memenuhi semua yang ada di atas saat menetapkan hasil secara serempak dengan pasien. Perawat membantu dalam menghindari keterlambatan penanganan 11 yang dapat menyebabkan keterpurukan status kesehatan pada seseorang yang sakit dengan keadaan kritis dan memberikan dukungan emosional pasien dan keluarga atau temannya. 2.1.6 Singapore Patient Acuity Category Scale (PACS) Sistem PACS berasal dari Singapura dan diadopsi oleh rumah sakit – rumah sakit bekerja sama atau berafiliasi dengan Singapore General Hospital. PACS terdiri dari 4 skala prioritas, yatiu: a. PAC 1 merupakan kategori pasien – pasien yang sedang mengalami kolaps kardiovaskular atau dalam kondisi yang mengancam nyawa. Pertolongan pada kategori ini tidak boleh delay. Contoh PAC 1 antara lain major trauma, STEMI, cardiac arrest, dan lain – lain. b. PAC 2 merupakan kategori pasien – pasien sakit berat, tidur di brankar/bed, dan distress berat tetapi keadaan hemodinamik stabil pada pemeriksaan awal. Pasien ini mendapat prioritas pertolongan kedua dan pengawasan ketat karena cenderung kolaps bila tidak mendapat pertolongan. Contoh PAC 2 antara lain stroke, fraktur tertutup tulang panjang, serangan asma, dan lain – lain. c. PAC 3 merupakan kategori pasien – pasien sakit akut, moderat, mampu berjalan, dan tidak beresiko kolaps. Pertolongan secara effective di IGD biasanya cukup menghilangkan atau memperbaiki keluhan penyakit 12 pasien. Contoh PAC 3 antara lain vulnus, demam, cedera ringan – sedang, dan lain – lain. d. PAC 4 merupakan kategori pasien – pasien non emergency. Pasien ini dapat dirawat di poli. Pasien tidak membutuhkan pengobatan segera dan tidak menderita penyakit yang beresiko mengancam jiwa. Contoh PAC 4 antara lain acne, dyslipidemia, dan lain – lain 2.1.7 Emergency Department Length of Stay (EDLOS) LOS adalah waktu lama pasien berada di area khusus di sebuah rumah sakit. Emergency Department Length of Stay (EDLOS) didefinisikan sebagai lama waktu lama pasien di IGD, mulai dari pendaftaran sampai secara fisik pasien meninggalkan IGD (Radcliff, 2016) Menurut The Electronic National Ambulator Care Reporting System (eNACRS), EDLOS adalah interval antara waktu pendaftaran atau waktu triase dengan waktu pasien secara fisik meninggalkan IGD untuk pasien secara fisik meningggalkan IGD untuk pasien rawat inap/ MRS atau sampai waktu disposisi untuk pasien pulang/ KRS Waktu pelayanan di IGD adalah lamanya pasien dirawat mulai kedatangan sampai pulangkan atau dipindahkan ke ruangan / unit lain. Waktu pelayanan di IGD merupakan indikator pengukuran terhadap proses pelayanan dan penanda kepadatan pasien di IGD rumah sakit. Waktu pelayanan di IGD mempunyai peran penting dalam mengkaji proses perawatan di IGD karena membantu mengidentifikasi penyebab keterlambatan tindakan dan 13 waktu pelayanan yang memanjang (Yoon et all.,2004; McCarty et all., 2009; Karaca et all, 2012; Brick et all., 2016). Waktu Pelayanan yang memanjang merupakan permasalahan global yang dialami rumah sakit di Indonesia, contoh di IGD RSPAU dr. S. Hardjo lukito, waktu tunggu ratarata keseluruhan yang dihabiskan oleh pasien 67.15 menit (Romiko, 2018). Di RS UNAIR waktu pelayanan di IGD yang memanjang rata – rata di atas 2 jam adalah sebesar 42,96 % (data rekap triage IGD RS UNAIR th 2018) Standar baku Lama pelayanan di IGD belum ada namun di Indonesia standar pelayanan minimal IGD di atur dalam Kepmenkes No.856 tahun 2009 bahwa pelayanan IGD dilakukan selama 24 jam penuh selama 7 hari terhadap kasus darurat, resusitasi dan stabilisasi (life saving). Waktu tunggu saat pasien datang < 5 menit, lama rawat < 6-8 jam (Depkes 2021). Gambar 1. Alur Pelayanan Pasien IGD 14 2.1.8 Konsep Kecemasan Kecemasan adalah rasa khawatir, rasa takut yang tidak jelas sebabnya. Kecemasan merupakan menggerakan tingkah laku menyimpang, kedua-duanya normal kekuatan maupun merupakan yang tingkah pernyataan, besar laku dalam yang penampilan, penjelmaan dari pertahanan terhadap kecemasan. Rasa takut ditimbulkan oleh adanya ancaman, sehingga orang akan menghindar diri dan sebagainya. Kecemasan dapat ditimbulkan oleh bahaya dari luar maupun dari dalam diri, dan pada umumnya ancaman itu samar-samar (Gunarsa dan Yulia, 2017). Kecemasan adalah kekhawatiran yang tidak jelas, yang ditandai dengan adanya perasaan tegang, takut dan disertai perubahan fisiologis seperti denyut nadi, pernafasan dan tekanan darah (Stuart, 2019). Thbihari, Andreecia dan Senilo (2016) kecemasan dapat diekspresikan melalui respons fisiologis, yaitu tubuh memberi respons dengan mengaktifkan sistem saraf otonom (simpatis maupun parasimpatis). Sistem saraf simpatis akan mengaktifasi respons tubuh, sedangkan sistem saraf parasimpatis akan meminimalkan respons tubuh. Reaksi tubuh terhadap kecemasan adalah “fight or flight” (reaksi fisik tubuh terhadap ancaman dari luar), bila korteks otak menerima rangsang akan dikirim melalui saraf simpatis ke kelenjar adrenal yang akan melepaskan hormon epinefrin (adrenalin) yang merangsang jantung dan pembuluh darah sehingga efeknya adalah nafas menjadi lebih dalam, nadi meningkat, dan tekanan darah meningkat atau hipertensi. 15 Dalam penelitian yang dilakukan Wangmuba (2014), menyebutkan beberapa manifestasi kecemasan secara umum yang dapat muncul berupa a. Respon fisik seperti sulit tidur, dada berdebar-debar, tubuh berkeringat meskipun tidak gerah, tubuh panas atau dingin, sakit kepala, otot tegang atau kaku, sakit perut atau sembelit, terngahengah atau sesak nafas b. Respon perasaan seperti merasa diri berada dalam khayalan, merasa tidak berdaya dan ketakutan pada sesuatu yang akan terjadi. c. Respon pikiran seperti mengira hal yang paling buruk akan terjadi dan sering memikirkan bahaya. d. Respon tingkah laku sperti menjauhi situasi yang menakutkan, mudah terkejut, hyperventilation dan mengurangi rutinitas. Gail W. Stuart (2017) Mengklasifikasikan kececemasan (anxiety) dengan kriteria cemas ringan, cemas sedang, cemas berat dan cemas berat sekali atau panik. Adapun klasifikasi kecemasannya adalah sebagai berikut: a. Ansietas ringan Ansietas ringan lebih cenderung pada ketegangan yang dapat terjadi di kehidupan sehari-hari. situasi ini menyebabkan kewaspadaan individu dengan kecemasan ringan dan individu cenderung dapat meminimalkan kecemasan. b. Ansietas sedang Individu dengan kecemasan sedang berperilaku terfokus pada hal yang dirasakan dan mengesampingkan hal lainnya. Tingkatan ini mempersempit lapang persepsi individu 16 c. Ansietas berat Kecemasan berat dapat diartikan sebagai terpusatnya pada sesuatu yang rinci, spesifik dan tidak berfikir tentang hal lain. Semua tindakan yang dilakukan oleh orang dengan tingkat kecemasan berat tertuju pada pengurangan ketegangan yang dirasakan sehingga perlu dialihkan pada hal lain agar tidak tertuju pada tingkatan kecemasan panik d. Tingkat panik Kecemasan tingkat panik dapat dilihat dengan ekspresi ketakutan, kehilangan kendali, tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan arahan hingga menyebabkan hilangnya pemikiran yang rasional bahkan persepsi yang menyimpang. Skala yang digunakan untuk mengukur kecemasan yaitu dengan skala HADS (Hospital Anxiety and Depression Scale). Skala ini adalah instrumen yang digunakan untuk melakukan pengukuran tingkat kecemasan dan depresi. Instrumen HADS dikembangkan oleh Zigmond and Snaith (1983) dalam Campos, et all (2010) dan dimodifikasi oleh Tobing (2015). Instrumen ini terdiri dari 14 item total pertanyaan yang meliputi pengukuran kecemasan (pertanyaan nomor 1, 3, 5, 7, 10, 11, 13), pengukuran depresi (pertanyaan nomor 2, 4, 6, 8, 9, 12, 14). Semua pertanyaan terdiri dari pertanyaan positif (favorable) dan pertanyaan negatif (unfavorable). Faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan (Untari, 2014), yaitu a. Usia Semakin meningkat usia seseorang semakin baik tingkat kematangan seseorang walau sebenarnya tidak mutlak. 17 b. Jenis kelamin Gangguan lebih sering di alami perempuan dari pada lakilaki. Perempuan memiliki tingkat kecemasan yang lebih tinggi dibandingkan subyek yang berjenis kelamin laki-laki. Dikarenakan perempuan lebih peka terhadap emosi yang pada akhirnya peka juga terhadap perasaan cemasnya. Perempuan cenderung melihat hidup atau peristiwa yang dialaminya dari segi detil sedangkan laki-laki cenderung global atau tidak detail. c. Tahap perkembangan Setiap tahap dalam usia perkembangan sangat berpengaruh pada perkembangan jiwa termasuk didalamnya konsep diri yang akan mempengaruhi ide, pikiran, kepercayaan dan pandangan individu tentang dirinya dan dapat mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang lain. Individu dengan konsep diri yang negatif lebih rentang terhadap kecemasan. d. Tipe kepribadian Orang yang berkepribadian A lebih mudah mengalami gangguan stress dari pada yang memiliki kepribadian B. Orang-orang pada tipe A dianggap lebih memiliki kecenderungan untuk mengalami tingkat stress yang lebih tinggi, sebab mereka menempatkan diri mereka sendiri pada suatu tekanan waktu dengan menciptakan suatu batas waktu tertentu untuk kehidupan mereka. e. Pendidikan Seorang dengan tingkat pendidikan yang rendah mudah mengalami kecemasan, karena semakin mempengaruhi kemampuan berfikir seseorang. tinggi pendidikan akan 18 f. Status kesehatan Seseorang yang sedang sakit dapat menurunkan kapasitas seseorang dalam menghadapi stress. g. Makna yang dirasakan Jika stresor dipersepsikan akan berakibat baik maka tingkat kecemasan yang akan dirasakan akan berat. Sebaliknya jika stressor dipersepsikan tidak mengancam dan individu mampu mengatasinya maka tingkat kecemasanya yang dirasakanya akan lebih ringan. h. Nilai-nilai budaya dan spiritual Nilai-nilai budaya dan spritual dapat mempengaruhi cara berfikir dan tngkah laku seseorang i. Dukungan sosial dan lingkungan Dukungan sosial dan lingkungan sekitar dapat mempengaruhi cara berfikir seseorang tentang diri sendiri dan orang lain. Hal ini disebabkan oleh pengalaman seseorang dengan keluarga, sahabat rekan kerja dan lain-lain. Kecemasan akan timbul jika seseorang merasa tidak aman terhadap lingkungan. j. Mekanisme koping Ketika mengalami kecemasan, individu akan menggunakan mekanisme koping untuk mengatasinya dan ketidakmampuan mengatasi kecemasan secara konstruktif menyebabkan terjadinya perilaku patologis. k. Pekerjaan Pekerjaan adalah keburukan yang harus dilakukan terutama untuk menunjang kehidupan keluarga. Bekerja bukanlah sumber kesenangan tetapi dengan bisa diperoleh pengetahuan. 19 2.2 Kerangka Penelitian KELUARGA PASIEN IGD Waktu Tunggu Lama waktu lama pasien di IGD, mulai dari pendaftaran sampai secara fisik pasien meninggalkan IGD (Radcliff, 2016) KECEMASAN Faktor Penyebab 1. Usia 2. Stresor 3. Jenis kelamin 4. Lingkungan 5. Tingkat Pengetahuan 6. Ancaman integritas tubuh 7. Ancaman sistem diri Skor skala kecemasan HADS 0-7 Normal 8-10 Kecemasan ringan 11-15 Kecemasan sedang 16-21 Kecemasan berat Tingkat Kecemasan 1. Cemas ringan 2. Cemas sedang 3. Cemas berat 4. Panik (Gail W. Stuart, 2017) Prosedur perawatan, ketidakpastian terhadap sembuh tidaknya pasien, masalah keuangan, kurangnya dukungan sosial dari anggota keluarga (Bolosi et. al., 2018) Gambar 2. Kerangka Teori : Diteliti : Mempengaruhi : Tidak Diteliti : Berhubungan 20 2.3 Kerangka Konsep Penelitian Variabel Independen Variabel Dependen KECEMASAN KELUARGA PASIEN IGD Gambar 3. Kerangka Konsep 2.4 Hipotesis Hipotesis merupakan jawaban yang sifatnya sementara terhadap rumusan masalah penelitian, yang mana rumusan masalah tersebut sudah dinyatakan dalam bentuk pertanyaan. Hipotesis disebut sementara karena jawaban yang diberikan baru berdasarkan pada teori. Hipotesis dalam penelitian ini yakni terdapat hubungan antara waktu tunggu terhadap kecemasan keluarga pasien dalam pengobatan pasien di IGD RSUD Sayang Kabupaten Cianjur. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Rancangan Penelitian Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif dengan jenis penelitian deskriptif korelatif. Rancangan penelitian yang digunakan adalah cross sectional yaitu jenis penelitian yang menekankan pada waktu pengukuran atau observasi data variabel independen dan dependen dalam waktu bersamaan. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Tempat penelitian di IGD RSUD Sayang Kabupaten Cianjur 2. Waktu Penelitian Waktu pelaksanaan penelitian ini dilakukan pada bulan Januari Tahun 2024 3.3. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2018). Populasi dalam penelitian in adalah keluarga dari pasien yang terdaftar dalam rekam medik dan 21 22 mendapatkan pelayanan Pengobatan di IGD RSUD Sayang Kabupaten Cianjur. Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah 150 orang, diambil dari rata-rata kunjungan pasien prioritas 2 selama bulan Januari - Februari 2024. 2. Sampel Sampling adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. (Sugiyono, 2018). Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik sampling non probability dengan cara purposive sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2018). a) Kriteria Inklusi Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah: 1) Keluarga pasien prioritas 2 PACS 2) Keluarga pasien yang bersedia menjadi responden 3) Keluarga pasien berusia >21 tahun – 60 tahun 4) Keluarga adalah yang tinggal serumah dengan pasien 5) Keluarga merupakan keluarga inti dari pasien, yaitu orangtua atau anak pasien b) Kriteria Eksklusi 1) Keluarga dengan keterbatasan komunikasi seperti tuna rungu dan tuna wicara 23 2) Keluarga pasien yang mengkonsumsi obat anti depresan Penetapan jumlah sampel menggunakan rumus Slovin: 𝑛 = N 1 + Ne2 Keterangan: n adalah jumlah sampel yang dicari N adalah jumlah populasi e adalah margin error yang ditoleransi 𝑛 = 150 1 + (150(10%) 2)) = 60 orang 3.4. Variabel Penelitian Variabel yang digunakan pada penelitian ini adalah variabel independen dan variabel dependen. 1. Variabel Bebas (Independen) Menurut Sugiyono (2018) variabel independen atau variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat). Variabel independen dalam penelitian ini adalah waktu tunggu 2. Variabel Terikat (Dependen) Menurut Sugiyono (2018) variabel dependen atau variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya 24 variabel Independen (bebas). Variabel dependen (terikat) dalam penelitian ini adalah kecemasan keluarga pasien 3.5. Definisi Operasional Definisi operasional merupakan penjelasan semua variabel dan istilah yang digunakan dalam penelitian secara operasional sehingga mempermudah pembaca dalam mengartikan makna penelitian (Setiadi,2018). Tabel 3. Definisi Operasional Variabel Variebel Bebas Waktu Tunggu Variabel Terikat Kecemasan Definisi Operasional waktu lama pasien berada di IGD, dimulai dari pendaftaran sampai meninggalkan IGD (Rawat Jalan atau Rawat Inap) Alat Ukur SOP waktu tunggu pasien di IGD RSUD Sayang Kabupaten Cianjur Hasil ukur 1 – 24 jam Skala Rasio Kecemasan adalah sesuatu yang berhubungan dengan perasaan yang tidak jelas dengan timbulnya rasa tidak nyaman pada diri seseorang. Kuesioner kecemasan akan di berikan kepada responden hipertensi yang mengalami kecemasan sebanyak 2 kali yaitu di awal dan di akhir penelitian. Alat ukur lembar Kuesioner checklist Hospital Anxiety and Depression Scale (HADS) 7 item pernyataan untuk kecemasan. Skor 0-7: normal 8-10: kecemasan ringan 11-15: kecemasan sedang 16-21: kecemasan berat Ordinal 25 3.6 Instrumen Penelitian Instrumen penelitian merupakan alat ukur yang digunakan dalam penelitian untuk memperoleh suatu data (Hidayat, 2018). Dalam penelitian yang akan dilakukan, instrumen yang digunakan adalah sebagai berikut: 1. Lembar Observasi Waktu Tunggu Lembar observasi merupakan lembar yang diisi oleh peneliti dan digunakan untuk mencatat data yang diperoleh, baik data responden yang meliputi nama (Inisial), jenis kelamin, usia, pendidikan, jam datang, jam keluar IGD, LOS, dan skor kecemasan HADS. Pengisian jam datang dan jam keluar pasien dari IGD didapat dari data yanng tercatat dalam rekam medik elektronik. 2. Kuesioner Kecemasan Hospital Anxiety and Depression Scale (HADS) adalah instrumen yang digunakan untuk melakukan pengukuran tingkat kecemasan dan depresi. Instrumen HADS dikembangkan oleh Zigmond and Snaith (1983) dalam Campos, Gimares, Remein (2010) yang diterjemahkan dan dikategorikan oleh Rudy (2015). Instrumen ini terdiri dari 14 indikator, 7 indikator depresi (HADSDepression), dan 7 item untuk kecemasan (HADS-Anxiety) dengan skala penilaian 0-3. Penilaian akhir disimpulkan dengan 21 sebagai hasil maksimum untuk masing-masing dari dua indikator yaitu depresi dan kecemasan. Nilai 0-7 untuk mengindikasikan normal, 8-10 untuk nilai kecemasan tingkat ringan dan 11-15 untuk nilai kecemasan sedang dan 16-21 untuk nilai kecemasan berat 26 (Rudy,2018). Kuesioner HADS memiliki nilai Cronbach’s Alpha HADS Anxiety 0,863 3. Standar Operasional Prosedur (SOP) Triase Standar Operasional Prosedur mengenai langkah-langkah dalam melakukan triase. SOP ini yang digunakan sebagai panduan dalam melakukan triase. SOP yang digunakan adalah SOP dari IGD RSUD Sayang Kabupaten Cianjur. 3.7 Validitas dan Reliabilitas 1. Uji Validitas Menurut Setiadi (2018) uji validitas dan reabilitas merupakan suatu pokok penelitian karakteristik alat ukur yang harus diperhatikan peneliti agar mendapatkan hasil penelitian yang valid dan reliabel. Validitas adalah sebuah uji yang digunakan untuk mengetahui apakah suatu instrument atau alat ukur penelitian yang digunakan sudah sesuai standar dan dapat dterima (Hidayat, 2019). Validitas menyatakan tentang apa yang harus diukur, dengan memperhatikan jenis alat ukur yang digunakan agar tidak menyulitkan peneliti. Untuk lembar observasi tidak dilakukan uji validitas dikarenakan lembar tersebut merupakan lembar yang digunakan untuk memantau LOS dan skor kecemasan. Sedangkan alat ukur tingkat kecemasan yang diukur menggunakan alat ukur HADS bernilai 0,706 pada subskala kecemasan (Rudy, dkk., 2019). 27 2. Uji Reliabilitas Reliabilitas adalah suatu kesamaan hasil apabila pengukuran dilakukan oleh orang yang berbeda ataupun waktu yang berbeda. Pada penelitian ini, untuk lembar observasi tidak dilakukan uji reliabilitas dikarenakan lembar tersebut merupakan lembar yang digunakan untuk memantau LOS dan skor kecemasan. Sedangkan alat ukur kecemasan yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan skala HADS. Uji reliabilitas yang digunakan yakni Cronbach α. Apabla hasil dari Cronbach α ≥0,60 atau nilai semakin mendekati angka 1, maka semakin baik instrumen tersebut. Kuesioner HADS dengan nilai Cronbach α = 0,92 untuk HADS kecemasan (Djukanovic dkk., 2017) 3.8 Teknik Analisa Data 1. Pengumpulan Data Pengumpulan data adalah cara peneliti untuk mengumpulkan data dalam penelitian. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder. Jenis pengumpulan data: a. Data primer Jenis data yang didapat dari penelitian ini adalah data primer. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari subjek penelitian dengan menggunakan alat pengukuran atau alat pengambilan data langsung pada subjek sebagai sumber informasi yang dicari. Data primer dari penelitian ini adalah data responden yang meliputi nama (Inisial), jenis kelamin, usia, pendidikan, jam datang pasien, jam keluar pasien, 28 b. Data sekunder Data sekunder adalah data yang sudah dalam bentuk dokumen diperoleh dari RS IGD RSUD Sayang Kabupaten Cianjur. Data sekunder dalam penelitian ini meliputi: 1) Data pasien prioritas 2 di IGD RS IGD RSUD Sayang Kabupaten Cianjur. 3.9 Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data adalah cara atau metode yang digunakan dalam mengolah data yang selalu berhubungan dengan instrument penelitian. a. Editing (Pemeriksaan data) Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh atau dikumpulkan (Hidayat, 2019). Pada penelitian ini peneliti melakukan editing untuk meneliti kembali kelengkapan pengisian pada lembar observasi yang digunakan. b. Coding (Memberi kode) Tahap pemberian kode pada data observasi responden, peneliti melakukan pemberian kode numeric (angka) derhadap data yang terdiri dari beberapa kategori karena pengolahan data dan analisis data menggunakan komputer. Pada penelitian ini peneliti menggunakan kode karasteristik jenis kelamin, 1 = untuk jenis kelamin laki-laki, 2 = untuk jenis kelamin perempuan. Untuk derajat kecemasan peneliti mengunakan kode angka 1= normal, 2 = kecemasan ringan, 3 = kecemasan sedang dan 4 = kecemasan berat 29 c. Scoring (Penilaian) Peneliti memberikan penilaian skor pada data usia, pada data jenis kelamin dan kecemasan dengan skor angka yang sudah di berikan peneliti. d. Tabulating Tahap tabulating merupakan tahap memasukan data yang telah diberi skor ke dalam komputer seperti ke dalam program SPSS (Statistical Product and Service Solutions) 3.10 Analisis Data Penelitian ini menggunakan dua analisis data yaitu analisis univariat dan bivariat. a. Analisis Univariat Analisa univariat dilakukan dengan tujuan untuk mendeskripsikan variabel dengan cara membuat tabel distribusi frekuensi dari variabel yang diteliti. Analisa univariat dalam penelitian ini terdiri dari usia, jenis kelamin, pendidikan, waktu tunggu dan kecemasan keluarga pasien b. Analisa bivariat Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui bagaimana pengaruh waktu tunggu terhadap kecemasan (variabel dependen). Dalam penelitian ini analisa bivariat dilakukan untuk mengetahui adanya 2 variabel adalah pengaruh respon time terhadap kecemasan pada keluarga pasien. Untuk dapat memperkuat dan memperjelas penjelasan serta mengetahui pengaruh yang signifikan atau tidak antara variabel dependen dan independent maka peneliti melakukan uji normalitas Kolmogorov Smirnov dengan jumlah sampel 30 sebanyak 60. Karena data terdistribusi tidak normal, maka peneliti menggunakan uji korelasi Spearman. 3.11 Jalannya Penelitian Proses pengumpulan data atau jalannya penelitian dibuat berdasarkan jadwal penelitian yang dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut 1. Tahap Persiapan Penelitian Pada tahap persiapan ini, kegiatan yang dilakukan peneliti adalah: a. Menentukan judul dan tempat penelitian yang kemudian dikonsultasikan kepada pembimbing I dan II. b. Setelah disetujui oleh kedua pembimbing dilanjutkan meminta surat pengantar studi pendahuluan kepada Fakultas Sains, Teknologi dan Kesehatan Universitas Sahid Surakarta untuk diajukan kepada RS IGD RSUD Sayang Kabupaten Cianjur sebelum melakukan studi pendahuluan. c. Melakukan studi pendahuluan ke ruang IGD RS IGD RSUD Sayang Kabupaten Cianjur untuk mendapatkan data baik primer maupun sekunder. d. Peneliti membuat proposal, yang kemudian diajukan kepada pembimbing I dan Pembimbing II untuk mendapat persetujuan. e. Setelah proposal mendapatkan persetujuan dari kedua pembimbing maka dilanjutkan dengan mengadakan sidang proposal 31 f. Setelah proposal disetujui dan dinyatakan lulus, kemudian peneliti meminta surat perijinan yang berupa pernyataan sesuai dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti. g. Peneliti mengajukan surat permohonan ijin studi penelitian ke ruang IGD RS IGD RSUD Sayang Kabupaten Cianjur. 3.12 Tahap Pelaksanaan Pada tahap pelaksanaan ini, kegiatan yang dilakukan peneliti adalah : a. Peneliti sebelumnya memasukkan surat ijin penelitian. b. Setelah mendapatkan perijinan dari RS IGD RSUD Sayang Kabupaten Cianjur, kemudian dilanjutkan dengan peneliti mencari responden. Dalam penelitian ini, peneliti akan melakukan sendiri. c. Peneliti mencari responden yang masuk kriteria penelitian d. Pembagian kuesioner dilakukan pada saat pasien meninggalkan IGD atas instruksi oleh dokter untuk rawat jalan/ rawat inap/ dirujuk ke RS lain e. Kuesioner berisi tentang perasaan, pikiran dan perilaku responden yang dirasakan pada saat itu f. Sebelum peneliti membagikan kuesioner untuk responden, peneliti akan meminta responden untuk menandatangani surat pernyataan persetujuan menjadi responden 32 g. Responden diberikan dan dijelaskan cara pengisian kuesioner dengan cara melingkari atau mencentang jawaban yang dianggap benar. h. Setelah kuesioner selesai dikerjakan oleh responden, peneliti mengecek kembali kelengkapan jawaban. i. Setelah memperoleh data tersebut maka dilakukan pengolahan data dan dilanjutkan dengan menganalisis data tersebut. 3.13 Tahap Pelaporan Pada tahap pelaporan ini, kegiatan yang dilakukan peneliti adalah: a. Data yang sudah terkumpul dilakukan penggolahan data yang meliputi editing, coding, transfering, dan tabulating. b. Selanjutnya dilakukan analisa data, meliputi: univariate, bivariate dan multivariate ke dalam komputer program SPSS for windows. c. Data disusun menjadi sebuah laporan dan akan dikonsultasikan sampai mendapat persetujuan dari pembimbing. d. Setelah mendapatkan persetujuan dari pembimbing, peneliti mendaftar untuk sidang skripsi dan dilanjutkan sidang skripsi. 33 3.14 Etika Penelitian Dalam melakukan penelitian perlu memperhatiakan subjek penelitian tersebut. Hal ini sangat penting apabila subjek penelitian yang digunakan adalah manusia, maka peneliti harus memahami hak dasar manusia. Hal inilah yang menjadi prinsip dalam sebuah etika penelitian (Hidayat, 2019). Masalah etika yang perlu diperhatikan antara lain: 1. Informed Consent Merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden melalui lembar persetujuan. Sebelum informed consent diberikan pada responden, peneliti menjelaskan tujuan penelitian, manfaat dan kerugian. Setelah responden memahami dan bersedia mengikuti penelitian, lembar informed consent dibagikan untuk ditandatangani oleh kedua belah pihak yaitu peneliti dan responden. 2. Anonim (Tanpa Nama) Responden yang bersedia untuk terlibat dalam penelitian juga berhak untuk dijaga kerahasiaan identitasnya, maka dari itu peneliti tidak mencantumkan nama responden pada lembar observasi, melainkan mencantumkan inisial dari responden. 3. Confidentiality (Kerahasiaan) Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan kerahasiaan dari hasil pendidikan. Baik informasi maupun masalah lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti dan hanya kelompok tertentu yang akan dilaporkan pada hasil risetnya. 34 4. Ethical Clearance (Kelayakan Etik) Rencana penelitian yang telah memenuhi kaidah etik penelitian dibuktikan dengan surat ethical clearance 35 DAFTAR PUSTAKA Astutik, W. 2016. “Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Kecemasan Keluarga Pasien dalam Menghadapi Perawatan di Ruang ICU Rumah Sakit Umum Daerah UNIT SWADANA Pare. Badero. M, Dayrit. W, & Maratning. A. 2016. Kesehatan Mental Psikiatri. Jakarta: EGC. Boswick J. A, Ir, MD. (2017). Perawatan Gawat Darurat (Emergency Care). Jakarta: Buku Kedokteran EGC. Brunner & Suddarth. (2018). Keperawatan Medikal Bedah, vol 1. EGC: Jakarta. Budiaji, W. 2018. “Hubungan pengetahuan tentang triase dengan tingkat kecemasan pasien label kuning di Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit dr.Moewardi Surakarta. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 856 Tahun 2018 Mengenai Standar Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 129 Tahun 2088 tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit. De. Araujo, L., Susilo, E., Widodo G. (2019). Hubungan Komunikasi Terapeutik Perawat Dengan Kecemasan Pasien Di Ruang Triase Instalasi Gawat Darurat Hospital Nacional Guido Valadares. Ungaran: Jurnal STIKES Ngudi Waluyo. Kuraesin, N. D (2019). Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kecemasan pasien yang akan menghadapi operasi di RSUP Fatmawati. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 61-88. 36 Lampiran 1 LEMBAR PERSETUJUAN (INFORMED CONSENT) Informed Consent ini diperuntukkan bagi keluarga pasien untuk berpartisipasi dalam penelitian saya: Peneliti NIM Program Studi Alamat Instansi : Marisyeu Diniati Lestari : c1ab23110 : Sarjana Keperawatan, Sekola Tinggi Ilmu Kesehatan Sukabumi (STIKESMI) : Jl. Karamat No. 36, Kota Sukabumi Jawa Barat Informed Consent memiliki dua bagian: I. Lembar Informasi II. Lembar Persetujuan Bagian I. Lembar Informasi Latar Belakang Waktu tunggu merupakan suatu rentang waktu kedatangan pasien yang gawat darurat yang diukur mulai dari pasien datang sampai ditransfer atau dipindahkan ke unit lain. Dalam menunggu selama di IGD ingin diketahui adakah kecemasan yang dialami oleh keluarga pasien. Tujuan Mengetahui hubungan antara waktu tunggu dengan tingkat kecemasan keluarga pasien di IGD RSUD Sayang Kabupatren Cianjur. Jenis Intervensi Penelitian Penelitian ini melibatkan saudara untuk berpartisipasi dalam pengisian kuesioner berkaitan dengan kecemasan yang dialami keluarga pasien selama menuggu di IGD di IGD RSUD Sayang Kabupatren Cianjur. Pemilihan Responden Dalam penelitian ini pemilihan responden dipilih berdasarkan kriteria inklusi dan ekslusi. Kerugian Penelitian ini tidak akan merugikan saudara, hanya membutuhkan waktu sekitar 10-15 menit untuk pengisian kuesioner. 37 Keuntungan Penelitian ini akan memberikan keuntungan untuk mengetahui tingkat kecemasan pada saat menunggu di IGD RSUD Sayang Kabupatren Cianjur. Kerahasiaan Saya menjaga kerahasiaan saudara dengan mencantumkan kode dalam semua data penelitian saat publikasi. Semua data penelitian yang telah diisi akan disimpan dan hanya peneliti yang memiliki akses terhadap dokumen asli penelitian. Pembiayaan Semua biaya dalam penelitian akan ditanggung oleh peneliti. Kompensasi Bapak/Ibu akan mendapatkan reward/ hadiah sebagai ucapan terimakasih karena telah berpartisipasi dalam penelitian. Informasi tambahan Bapak/Ibu diberikan kesempatan untuk menanyakan semua hal yang belum jelas sehubungan dengan penelitian ini. Apabila Bapak/Ibu membutuhkan penjelasan lebih lanjut, dapat menghubungi Marisyeu Diniati Lestari dengan nomor Handpone 085659128600. Bagian II. Lembar Persetujuan Saya telah diundang untuk partisipasi dalam penelitian ini dan saya telah membaca lembar informasi terkait penelitian ini. Dengan ini saya menyatakan BERSEDIA berpartisipasi dalam penelitian ini. Cianjur, 2024 Responden (…………………………………….) 38 Lampiran II LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN HUBUNGAN LAMA WAKTU TUNGGU DENGAN TINGKAT KECEMASAN KELUARGA PADA PENGOBATAN PASIEN DI IGD RSUD SAYANG KABUPATEN CIANJUR TAHUN 2024 Yang bertanda tangan dibawah ini : Nama : Umur : Jenis kelamin : Laki-laki / Perempuan Alamat : Dengan ini menyatakan bahwa saya bersedia menjadi responden penelitian yang dilakukan oleh Marisyeu Diniati Lestari pada Program Studi Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sukabumi. Cianjur, 2024 Responden ( ………….………… ) 39 Lampiran III Tingkat Kecemasan KODE : Identitas Responden Nama : Umur : Pendidikan : Jam Datang : WIB Jam Keluar : WIB Tahun JK : Laki-laki/Perempuan Skala Kecemasan dan Depresi Rumah Sakit untuk Kecemasan Lingkari (O) atau silang (X) jawaban yang saat ini anda rasakan untuk masingmasing pertanyaan. Jawablah Sesuai isi hati dan perasaan yang sedang dialami! 1 2 3 Saya Merasa Tegang Saya mendapat semacam perasaan takut seolaholah ada sesuatu yang mengerikan akan terjadi Ada pikiran takut melintas di pikiran saya Hampir Selalu 3 Sering sekali 2 Sekali-kali 1 Tidak sama sekali 0 Tentu saja dan sungguh tidak mengenakkan 3 Ya, tapi tidak begitu buruk 2 Sedikit, tetapi tidak membuat saya khawatir 1 Tidak sama sekali 0 Terlalu sering 3 Sering 2 Dari waktu ke waktu, tapi tidak terlalu sering 1 Hanya sekali-kali 0 40 4 5 6 7 Saya bisa duduk nyaman dan merasa santai Saya ada semacam perasaan takut Saya merasa gelisah Saya tiba-tiba merasakan perasaan panik Tentu saja 3 Biasanya 2 Tidak sering 1 Tidak sama sekali 0 Sering 3 Agak sering 2 Sesekali 1 Tidak sama sekali 0 Gelisah luar biasa 3 Agak gelisah 2 Tidak terlalu gelisah 1 Tidak sama sekali 0 Sering 3 Kadang-kadang 2 Tidak sering 1 Jarang sekali 0 TOTAL Cianjur, 2024 Responden ( .................................... ) 41 Lampiran IV Lembar Obsevasi Waktu Tunggu No Nama Umur Jenis Kelamin Pendidikan Jam Jam Datang Keluar LOS Skor HADS