Uploaded by Dokter Rickylie

Proposal Skripsi Marisyeu Diniati Lestari c1ab23110 STIKESMI

advertisement
PROPOSAL SKRIPSI
HUBUNGAN LAMA WAKTU TUNGGU PENGOBATAN DENGAN
TINGKAT WAKTU KECEMASAN KELUARGA PADA PASIEN YANG
DIRAWAT DI IGD RSUD SAYANG TAHUN 2024
Disusun Guna Melantukan Penyusunan Skripsi
Dalam Program Studi Ilmu Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kota Sukabumi
Disusun Oleh :
Marisyeu Diniati Lestari
c1ab23110
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
KOTA SUKABUMI 2024
LEMBAR PENGESAHAN
HUBUNGAN LAMA WAKTU TUNGGU PENGOBATAN DENGAN
TINGKAT WAKTU KECEMASAN KELUARGA PADA PASIEN YANG
DIRAWAT DI IGD RSUD SAYANG TAHUN 2024
Disetujui
Dosen Pembimbing I
Dosen Pembimbing II
(Tanda tangan)
(Tanda tangan)
Nama Dosen Pembimbing
Nama Dosen Pembimbing
Mengetahui Ketua Jurusan
(Tanda tangan)
Nama Ketua Jurusan
*) dan **) diisi setelah SK penunjukkan dosen pembimbing diterima
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI
HUBUNGAN LAMA WAKTU TUNGGU PENGOBATAN DENGAN
TINGKAT WAKTU KECEMASAN KELUARGA PADA PASIEN YANG
DIRAWAT DI IGD RSUD SAYANG TAHUN 2024
Dipersiapkan dan disusun oleh:
Marisyeu Diniati Lestari
c1ab23110
Telah dipertahankan di depan Tim PengujiPada tanggal ….. bulan ….. tahun …..
Dosen Penguji
Tanda tangan
1. ………………….
Pembimbing I
………………….
2. ………………….
Pembimbing II
………………….
Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh derajat
Sarjana S-1
tanggal ….. bulan ….. tahun …..
Dekan
Ketua Jurusan
………………..
………………..
NIK.
NIP.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah
mencurahkan berkat dan anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan Skripsi ini dengan judul “HUBUNGAN LAMA WAKTU
TUNGGU PENGOBATAN DENGAN TINGKAT WAKTU KECEMASAN
KELUARGA PADA PASIEN YANG DIRAWAT DI IGD RSUD SAYANG
TAHUN 2024“ dengan baik dan benar.
Penulisan Skripsi ini dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk
menyelesaikan pendidikan Sarjana Ilmu Keperawatan di Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Kota Sukabumi. Penulis menyadari dalam menyusun skripsi ini banyak
mendapat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis
mengucapkan terima kasih kepada :
1.
Cianjur, 08 Januari 2024
Penulis
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN COVER
LEMBAR PENGESAHAN
HALAMAN PERSETUJUAN
KATA PENGANTAR ........................................................................................... i
DAFTAR ISI ......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................ 5
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................. 5
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 7
2.1 Landasan Teori ..................................................................................... 7
2.1.1 Konsep Instalasi Gawat Darurat ........................................... 7
2.1.2 Pelayanan IGD ...................................................................... 8
2.1.3 Pengertian Triase.................................................................... 9
2.1.4 Tujuan Triase ........................................................................ 9
ii
iii
2.1.5 Prinsip dan Tipe Triase ....................................................... 10
2.1.6 Singapore Patient Acuity Category Scale (PACS) .......................... 11
2.1.7 Emergency Department Length of Stay (EDLOS) ......................... 12
2.1.8 Konsep Kecemasan ......................................................................... 14
2.2 Kerangka Penelitian ............................................................................................... 19
2.3 Kerangka Konsep Penelitian .......................................................................... 20
2.4 Hipotesis ............................................................................................................. 20
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ........................................................ 21
3.1 Jenis Rancangan Penelitian ............................................................................... 21
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................................ 21
3.3. Populasi dan Sampel ..................................................................................... 21
3.4. Variabel Penelitian ........................................................................................ 24
3.5. Definisi Operasional ...................................................................................... 24
3.6 Instrumen Penelitian ....................................................................................... 25
3.7 Validitas dan Reliabilitas ............................................................................... 26
3.8 Teknik Analisa Data ....................................................................................... 27
3.9 Metode Pengumpulan Data ............................................................................ 28
iv
3.10 Analisis Data ................................................................................................ 29
3.11 Jalannya Penelitian ....................................................................................... 30
3.12 Tahap Pelaksanaan ....................................................................................... 31
3.13 Tahap Pelaporan ........................................................................................... 32
3.14 Etika Penelitian ............................................................................................ 33
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menurut undang-undang No. 44 tahun 2009 tentang rumah sakit
adalah institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan karakteristik
tersendiri yang di pengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan
kesehatan, kemajuan teknologi dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat
yang harus tetap mampu meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu dan
terjangkau kepada masyarakat, agar terwujud derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya.
Peraturan Menteri Kesehatan RI No 4 tahun 2018 tentang Rumah
Sakit merupakan suatu tempat pelayanan terutama kesehatan dikelola
perseorangan, yayasan atau organisasi secara profesional yang terdiri dari
pelayanan gawat darurat, rawat jalan maupun inap. Rumah Sakit juga bisa
disebut organisasi yang dikerjakan oleh tenaga medis yang profesional
terorganisir baik dari sarana prasarana kedokteran, asuhan keperawatan
yang berkelanjutan, diagnosis dan pengobatan penyakit yang dialami
pasien (Supartingsih, 2017).
Instalasi Gawat Darurat (IGD) rumah sakit mempunyai tugas
menyelenggarakan pelayanan asuhan medis dan asuhan keperawatan
sementara serta pelayanan pembedahan darurat bagi pasien yang datang
dengan gawat darurat medis. IGD memiliki peran sebagai gerbang utama
masuknya penderita gawat darurat (Ali, 2014). Pasien dalam perawatan
5
6
terutama di gawat darurat dapat mencetuskan kecemasan secara tidak
langsung bagi keluarga dan pasien, perasaan cemas dalam sebuah keluarga
terkhusus saat ada anggota keluarga yang mendapatkan penanganan
perawatan di IGD, merupakan bentuk tidak adekuatnya kebutuhan
emosional individu yang terganggu. Keadaan yang dialami oleh pasien
yang tidak tertangani dengan baik akan membawa dampak buruk karena
gangguan terpenuhinya kebutuhan emosional sehingga kecemasan
keluarga akan meningkat. Hal tersebut karena, keluarga mempunyai sistem
pendukung yang pertama dalam membantu kesembuhan dan pemulihan
pasien (Alizera at al, 2019).
Kecemasan yang dialami keluarga ini disebabkan oleh adanya
kebiasaan baru yang dihadapi sehari-hari tanpa adanya persiapan yang
menyebabkan
terjadi
peningkatan
kewaspadaan.
Faktor
yang
menyebabkan tingginya angka kecemasan adalah beratnya beban yang
sedang dihadapi oleh seorang individu. Adapun beban dalam situasi wabah
ini bagi keluarga adalah ketakutan akan tertular virus dan dapat
menularkan virus pada orang yang dicintai (Rayani & Purqoti, 2020).
Menurut Bukhari at al (2014), overcrowded di IGD dapat terjadi akibat
dari terlambatnya proses penanganan pasien dan LOS pasien di IGD.
Waktu dianggap sebagai alat yang penting untuk mengukur kualitas dari
pelayanan di IGD. Masalah waktu tunggu yang panjang dan lama
menunjukan IGD yang buruk dengan sumber daya yang kurang berhasil
dan tidak terkoordinasi dengan baik (Bukhari et al, 2014).
7
Waktu tunggu pasien dalam pelayanan merupakan salah satu
hal penting yang akan menentukan citra awal rumah sakit. Waktu
tunggu pasien merupakan
menyebabkan
Kategori
salah
satu
komponen yang
potensial
ketidakpuasan. (Aulia Utami Dewi, Rukma Astuti, 2015)
jarak
antara
waktu
tunggu
dan waktu periksa yang
diperkirakan bisa memuaskan atau kurang memuaskan pasien antara
lain yaitu saat pasien datang mulai dari mendaftar
dan
ke
loket
antri
menunggu panggilan ke poli umum untuk dianamnesis dan diperiksa
oleh dokter, perawat atau bidan lebih dari 90 menit (kategori lama),
30 –60 menit (kategori sedang) dan ≤ 30 menit (kategori cepat).
Waktu tunggu di Indonesia ditetapkan oleh
Kementerian
Kesehatan
(Kemenkes) melalui standar Pelayanan minimal. Setiap RS harus
mengikuti
standar
pelayanan
Standar pelayanan minimal
di
minimal tentang waktu tunggu ini.
rawat
jalan
berdasar
Kemenkes
Nomor 129/Menkes/SK/II/2008 ialah kurang atau sama dengan 60
menit. (Bustani et al., 2015)
Berdasarkan data yang diperoleh pada Instalasi Gawat Darurat
Rumah Sakit Unit Daerah (RSUD) Sayang yaitu kunjungan rawat jalan
pada tahun 2017 sebanyak 17.719 orang dengan rata-rata kunjungan
perbulan 1.477 orang, tahun 2018 sebanyak 14.022 orang dengan rata-rata
kunjungan perbulan 1.169 orang, tahun 2019 terjadi peningkatan sebanyak
20.012 orang dengan nilai rata-rata kunjungan tiap bulannya sebesar 1.668
orang, dan pada tahun 2020 di bulan Januari sebanyak 1.487 orang, bulan
8
Februari sebesar 1.292 orang, Maret sebesar 1.136 orang. Pada bulan
Januari sampai Maret terjadinya penurunan kunjungan pasien di IGD
RSUD Sayang Kabupaten Cianjur disebabkan oleh adanya faktor Pandemi
Covid-19. Jumlah orang meninggal di Instalasi Gawat Darurat Rumah
Sakit Unit Daerah (RSUD) Sayang Kabupaten Cianjur pada tahun 2018
adalah sebanyak 24 orang, dan pada tahun 2019 sebanyak 9 orang,
sedangkan bulan Januari sampai dengan Maret tahun 2020 sebanyak 3
orang pasien yang meninggal. Berdasarkan data kunjungan tersebut diatas
sangat berpengaruh kepada pemberian pelayanan yang cepat dan tepat
pada pelayanan IGD. Adapun salah satu faktor waktu tunggu pasien yaitu
banyaknya kunjungan pasien yang meningkat setiap tahunnya. Sehingga
tidak jarang pasien yang menunggu terlalu lama untuk di diagnosa dan
dilakukan perawatan yang dapat menyebabkan kecemasan. Berdasarkan
hasil survey awal yang telah dilakukan peneliti di Instalasi Gawat Darurat
Rumah Sakit Unit Daerah (RSUD) Sayang Kabupaten Cianjur pada
beberapa pasien yang datang berobat, dimana banyaknya pasien yang
datang tidak sebanding dengan tenaga medis dan paramedis yang ada
sehingga terjadi penumpukan pasien di ruang triage yang menyebabkan
waktu tunggu pasien menjadi lama, hasil laboratorium yang membutuhkan
waktu yang lama, keputusan dokter untuk memutuskan bahwa pasien akan
pulang ataupun rawat inap, serta proses administrasi yang memakan waktu
yang panjang sehingga membuat pasien cemas terhadap keadaan yang
dialaminya di IGD. Wawancara dengan tiga pasien observasi didapatkan
9
informasi bahwa dua pasien mengatakan cemas karena terlalu lama
menunggu dan terganggu bila datang pasien baru. Sementara satu pasien
mengatakan takut bila ada pasien baru yang gawat dan pasien korban
kecelakaan. Selain itu, ketiga pasien mengatakan tidak nyaman karena
IGD yang ramai dan terbuka. Oleh karena itu waktu tunggu yang lama
dapat mempengaruhi kondisi pasien sehingga memberikan efek negatif
pada pasien dan membuat pasien cemas dengan kondisi yang dialaminya.
Menelaah kondisi tersebut, maka peneliti tertarik meneliti tentang
“Hubungan Lama Waktu Tunggu Pengobatan Dengan Tingkat Waktu
Kecemasan Keluarga Pada Pasien Yang Dirawat Di RSUD Sayang Tahun
2024”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah Apakah Terdapat Hubungan Lama
Waktu Tunggu Pengobatan Dengan Tingkat Waktu Kecemasan Keluarga
Pada Pasien Yang Dirawat Di RSUD Sayang Tahun 2024.
1.3 Tujuan Penelitian
1.Tujuan Umum
Untuk
mengidentifikasi
Hubungan
Lama
Waktu
Tunggu
Pengobatan Dengan Tingkat Waktu Kecemasan Keluarga Pada Pasien
Yang Dirawat Di RSUD Sayang Tahun 2024.
2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dalam penelitian ini, diantaranya :
10
a. Untuk mengidentifikasi Gambaran Lama Waktu Tunggu Pengobatan di
IGD RSUD Sayang Cianjur.
b. Untuk mengidentifikasi Gambaran Kecemasan di IGD RSUD Sayang
Cianjur.
c. Untuk mengidentifikasi Hubungan Lama Waktu Tunggu Pengobatan
Dengan Tingkat Waktu Kecemasan Keluarga Pada Pasien Yang Dirawat
Di RSUD Sayang Tahun 2024.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Manfaat Bagi STIKes Sukabumi
Memberikan masukan kepada pengelola pendidikan keperawatan
untuk lebih mengenal gambaran tingkat kecemasan keluarga dengan lama
waktu tunggu pengobatan terutama kepada pasien baru yang dirawat di
ruang IGD RSUD Sayang Kabupaten Cianjur.
2. Manfaat Bagi RSUD Sayang Cianjur
Sebagai masukan bagi perawat yang bertugas diruang IGD untuk
meningkatkan pelayanannya, agar dapat mengurangi tingkat kecemasan
bagi keluarga pasien baru yang dirawat di ruang IGD RSUD Sayang
Kabupaten Cianjur.
3. Manfaat Bagi Peneliti selanjutnya
Bagi peneliti selanjutnya sebagai bahan tambahan dalam
memperluas wawasan dan pengetahuan tentang gambaran kecemasan
keluarga pasien yang dirawat di IGD.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Konsep Instalasi Gawat Darurat
Instalasi Gawat Darurat (IGD) adalah salah satu bagian di rumah
sakit yang menyediakan penanganan awal bagi pasien yang menderita
sakit dan cedera, yang dapat mengancam kelangsungan hidupnya.
Kementerian Kesehatan telah mengeluarkan kebijakan mengenai Standar
IGD
Rumah
Sakit
yang
tertuang
dalam
Kepmenkes
RI
No.
856/Menkes/SK/IX/2014 untuk mengatur standarisasi pelayanan gawat
darurat di rumah sakit. Guna meningkatkan kualitas IGD di Indonesia
perlu komitmen Pemerintah Daerah untuk membantu Pemerintah Pusat
dengan ikut memberikan sosialisasi kepada masyarakat bahwa dalam
penanganan kegawatdaruratan dan life saving tidak ditarik uang muka dan
penanganan gawat darurat harus dilakukan 5 (lima) menit setelah pasien
sampai di IGD Gawat darurat adalah keadaan klinis yang harus
mendapatkan tindakan medis segera untuk penyelamatan nyawa (life
saving) dan pencegahan kecacatan (Permenkes RI no 19, 2016). Kehadiran
pasien ke IGD sifatnya tidak dapat direncanakan baik jumlah maupun
kondisinya.
7
8
2.1.2 Pelayanan IGD
Prinsip umum pelayanan IGD menurut KEPMENKES RI
NO129/Menkes/SK/II/2014 tentang Standar Pelayanan Minimum rumah
sakit adalah:
a. Setiap Rumah Sakit wajib memiliki pelayanan gawat darurat yang
memiliki kemampuan life saving anak dan dewasa: melakukan
pemeriksaan awal kasus-kasus gawat darurat dan melakukan resusitasi dan
stabilitasi (life saving)
b. Pelayanan di Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit harus dapat
memberikan pelayanan 24 jam dalam sehari dan tujuh hari dalam
seminggu.
c. Pemberi pelayanan gawat darurat yang bersertifikat yang masih berlaku
d. Ketersediaan tim penanggulangan bencana
e. Kepuasan pelanggan
f. Kematian pasien < 24 jam, dengan standar < 2 perseribu
g. Khusus untuk rumah sakit jiwa, pasien dapat ditenangkan dalam waktu
< 48 jam
h. Tidak boleh ada pasien yang diharuskan membayar uang muka
9
2.1.3 Pengertian Triase
Triage berasal dari bahasa Perancis trier dan bahasa inggris triage
dan diturunkan dalam bahasa Indonesia triase yang berarti sortir. Yaitu
proses khusus memilah pasien berdasar beratnya cedera/penyakit untuk
menentukan jenis perawatan gawat darurat. Triase adalah suatu konsep
pengkajian
yang
cepat
dan
terfokus
dengan
suatu
cara
yang
memungkinkan pemanfaatan sumber daya manusia, peralatan serta
fasilitas yang paling efisien dengan tujuan untuk memilih atau
menggolongkan semua pasien yang memerlukan pertolongan dan
menetapkan prioritas penanganannya (Kathleen dkk, 2018).
2.1.4 Tujuan Triase
Tujuan utama adalah untuk mengidentifikasi kondisi mengancam
nyawa. Tujuan triase selanjutnya adalah untuk menetapkan tingkat atau
derajat kegawatan yang memerlukan pertolongan kedaruratan. Dengan
triase tenaga kesehatan akan mampu:
a. Menginisiasi atau melakukan intervensi yang cepat dan tepat kepada
pasien
b. Menetapkan area yang paling tepat untuk dapat melaksanakan
pengobatan lanjutan
c. Memfasilitasi alur pasien melalui unit gawat darurat dalam proses
penanggulangan/pengobatan gawat darurat
10
2.1.5 Prinsip dan Tipe Triase
Time Saving is Life Saving (waktu keselamatan adalah
keselamatan hidup), The Right Patient, to The Right Place at The Right
Time, with The Right Care Provider.
a. Triase seharusnya dilakukan segera dan tepat waktu Kemampuan
berespon dengan cepat terhadap kemungkinan penyakit yang mengancam
kehidupan atau injuri adalah hal yang terpenting di departemen
kegawatdaruratan.
b. Pengkajian seharusnya adekuat dan akurat Ketelitian dan keakuratan
adalah elemen yang terpenting dalam proses interview. Keputusan dibuat
berdasarkan pengkajian
c. Keselamatan dan perawatan pasien yang efektif hanya dapat
direncanakan bila terdapat informasi yang adekuat serta data yang akurat.
d. Melakukan intervensi berdasarkan keakutan dari kondisi Tanggung
jawab utama seorang perawat triase adalah mengkaji secara akurat seorang
pasien dan menetapkan prioritas tindakan untuk pasien tersebut. Hal
tersebut termasuk intervensi terapeutik, prosedur diagnostik dan tugas
terhadap suatu tempat yang diterima untuk suatu pengobatan.
e. Tercapainya kepuasan pasien Perawat triase seharusnya memenuhi
semua yang ada di atas saat menetapkan hasil secara serempak dengan
pasien. Perawat membantu dalam menghindari keterlambatan penanganan
11
yang dapat menyebabkan keterpurukan status kesehatan pada seseorang
yang sakit dengan keadaan kritis dan memberikan dukungan emosional
pasien dan keluarga atau temannya.
2.1.6 Singapore Patient Acuity Category Scale (PACS)
Sistem PACS berasal dari Singapura dan diadopsi oleh rumah sakit
– rumah sakit bekerja sama atau berafiliasi dengan Singapore General
Hospital.
PACS terdiri dari 4 skala prioritas, yatiu:
a. PAC 1 merupakan kategori pasien – pasien yang sedang mengalami
kolaps kardiovaskular atau dalam kondisi yang mengancam nyawa.
Pertolongan pada kategori ini tidak boleh delay. Contoh PAC 1 antara lain
major trauma, STEMI, cardiac arrest, dan lain – lain.
b. PAC 2 merupakan kategori pasien – pasien sakit berat, tidur di
brankar/bed, dan distress berat tetapi keadaan hemodinamik stabil pada
pemeriksaan awal. Pasien ini mendapat prioritas pertolongan kedua dan
pengawasan ketat karena cenderung kolaps bila tidak mendapat
pertolongan. Contoh PAC 2 antara lain stroke, fraktur tertutup tulang
panjang, serangan asma, dan lain – lain.
c. PAC 3 merupakan kategori pasien – pasien sakit akut, moderat, mampu
berjalan, dan tidak beresiko kolaps. Pertolongan secara effective di IGD
biasanya cukup menghilangkan atau memperbaiki keluhan penyakit
12
pasien. Contoh PAC 3 antara lain vulnus, demam, cedera ringan – sedang,
dan lain – lain.
d. PAC 4 merupakan kategori pasien – pasien non emergency. Pasien ini
dapat dirawat di poli. Pasien tidak membutuhkan pengobatan segera dan
tidak menderita penyakit yang beresiko mengancam jiwa. Contoh PAC 4
antara lain acne, dyslipidemia, dan lain – lain
2.1.7 Emergency Department Length of Stay (EDLOS)
LOS adalah waktu lama pasien berada di area khusus di sebuah
rumah sakit. Emergency Department Length of Stay (EDLOS)
didefinisikan sebagai lama waktu lama pasien di IGD, mulai dari
pendaftaran sampai secara fisik pasien meninggalkan IGD (Radcliff, 2016)
Menurut The Electronic National Ambulator Care Reporting System
(eNACRS), EDLOS adalah interval antara waktu pendaftaran atau waktu
triase dengan waktu pasien secara fisik meninggalkan IGD untuk pasien
secara fisik meningggalkan IGD untuk pasien rawat inap/ MRS atau
sampai waktu disposisi untuk pasien pulang/ KRS Waktu pelayanan di
IGD adalah lamanya pasien dirawat mulai kedatangan sampai pulangkan
atau dipindahkan ke ruangan / unit lain. Waktu pelayanan di IGD
merupakan indikator pengukuran terhadap proses pelayanan dan penanda
kepadatan pasien di IGD rumah sakit. Waktu pelayanan di IGD
mempunyai peran penting dalam mengkaji proses perawatan di IGD
karena membantu mengidentifikasi penyebab keterlambatan tindakan dan
13
waktu pelayanan yang memanjang (Yoon et all.,2004; McCarty et all.,
2009; Karaca et all, 2012; Brick et all., 2016). Waktu Pelayanan yang
memanjang merupakan permasalahan global yang dialami rumah sakit di
Indonesia, contoh di IGD RSPAU dr. S. Hardjo lukito, waktu tunggu ratarata keseluruhan yang dihabiskan oleh pasien 67.15 menit (Romiko, 2018).
Di RS UNAIR waktu pelayanan di IGD yang memanjang rata – rata di
atas 2 jam adalah sebesar 42,96 % (data rekap triage IGD RS UNAIR th
2018) Standar baku Lama pelayanan di IGD belum ada namun di
Indonesia standar pelayanan minimal IGD di atur dalam Kepmenkes
No.856 tahun 2009 bahwa pelayanan IGD dilakukan selama 24 jam penuh
selama 7 hari terhadap kasus darurat, resusitasi dan stabilisasi (life saving).
Waktu tunggu saat pasien datang < 5 menit, lama rawat < 6-8 jam (Depkes
2021).
Gambar 1. Alur Pelayanan Pasien IGD
14
2.1.8 Konsep Kecemasan
Kecemasan adalah rasa khawatir, rasa takut yang tidak jelas
sebabnya.
Kecemasan
merupakan
menggerakan
tingkah
laku
menyimpang,
kedua-duanya
normal
kekuatan
maupun
merupakan
yang
tingkah
pernyataan,
besar
laku
dalam
yang
penampilan,
penjelmaan dari pertahanan terhadap kecemasan. Rasa takut ditimbulkan
oleh adanya ancaman, sehingga orang akan menghindar diri dan
sebagainya. Kecemasan dapat ditimbulkan oleh bahaya dari luar maupun
dari dalam diri, dan pada umumnya ancaman itu samar-samar (Gunarsa
dan Yulia, 2017). Kecemasan adalah kekhawatiran yang tidak jelas, yang
ditandai dengan adanya perasaan tegang, takut dan disertai perubahan
fisiologis seperti denyut nadi, pernafasan dan tekanan darah (Stuart, 2019).
Thbihari, Andreecia dan Senilo (2016) kecemasan dapat diekspresikan
melalui respons fisiologis, yaitu tubuh memberi respons dengan
mengaktifkan sistem saraf otonom (simpatis maupun parasimpatis). Sistem
saraf simpatis akan mengaktifasi respons tubuh, sedangkan sistem saraf
parasimpatis akan meminimalkan respons tubuh. Reaksi tubuh terhadap
kecemasan adalah “fight or flight” (reaksi fisik tubuh terhadap ancaman
dari luar), bila korteks otak menerima rangsang akan dikirim melalui saraf
simpatis ke kelenjar adrenal yang akan melepaskan hormon epinefrin
(adrenalin) yang merangsang jantung dan pembuluh darah sehingga
efeknya adalah nafas menjadi lebih dalam, nadi meningkat, dan tekanan
darah meningkat atau hipertensi.
15
Dalam penelitian yang dilakukan Wangmuba (2014), menyebutkan
beberapa manifestasi kecemasan secara umum yang dapat muncul berupa
a. Respon fisik seperti sulit tidur, dada berdebar-debar, tubuh berkeringat
meskipun tidak gerah, tubuh panas atau dingin, sakit kepala, otot tegang
atau kaku, sakit perut atau sembelit, terngahengah atau sesak nafas
b. Respon perasaan seperti merasa diri berada dalam khayalan, merasa
tidak berdaya dan ketakutan pada sesuatu yang akan terjadi.
c. Respon pikiran seperti mengira hal yang paling buruk akan terjadi dan
sering memikirkan bahaya.
d. Respon tingkah laku sperti menjauhi situasi yang menakutkan, mudah
terkejut, hyperventilation dan mengurangi rutinitas. Gail W. Stuart (2017)
Mengklasifikasikan kececemasan (anxiety) dengan kriteria cemas
ringan, cemas sedang, cemas berat dan cemas berat sekali atau panik.
Adapun klasifikasi kecemasannya adalah sebagai berikut:
a. Ansietas ringan Ansietas ringan lebih cenderung pada ketegangan yang
dapat terjadi di kehidupan sehari-hari. situasi ini menyebabkan
kewaspadaan individu dengan kecemasan ringan dan individu cenderung
dapat meminimalkan kecemasan.
b. Ansietas sedang Individu dengan kecemasan sedang berperilaku
terfokus pada hal yang dirasakan dan mengesampingkan hal lainnya.
Tingkatan ini mempersempit lapang persepsi individu
16
c. Ansietas berat Kecemasan berat dapat diartikan sebagai terpusatnya
pada sesuatu yang rinci, spesifik dan tidak berfikir tentang hal lain. Semua
tindakan yang dilakukan oleh orang dengan tingkat kecemasan berat
tertuju pada pengurangan ketegangan yang dirasakan sehingga perlu
dialihkan pada hal lain agar tidak tertuju pada tingkatan kecemasan panik
d. Tingkat panik Kecemasan tingkat panik dapat dilihat dengan ekspresi
ketakutan, kehilangan kendali, tidak mampu melakukan sesuatu walaupun
dengan arahan hingga menyebabkan hilangnya pemikiran yang rasional
bahkan persepsi yang menyimpang. Skala yang digunakan untuk
mengukur kecemasan yaitu dengan skala HADS (Hospital Anxiety and
Depression Scale). Skala ini adalah instrumen yang digunakan untuk
melakukan pengukuran tingkat kecemasan dan depresi. Instrumen HADS
dikembangkan oleh Zigmond and Snaith (1983) dalam Campos, et all
(2010) dan dimodifikasi oleh Tobing (2015). Instrumen ini terdiri dari 14
item total pertanyaan yang meliputi pengukuran kecemasan (pertanyaan
nomor 1, 3, 5, 7, 10, 11, 13), pengukuran depresi (pertanyaan nomor 2, 4,
6, 8, 9, 12, 14). Semua pertanyaan terdiri dari pertanyaan positif
(favorable) dan pertanyaan negatif (unfavorable).
Faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan (Untari, 2014), yaitu
a. Usia Semakin meningkat usia seseorang semakin baik tingkat
kematangan seseorang walau sebenarnya tidak mutlak.
17
b. Jenis kelamin Gangguan lebih sering di alami perempuan dari pada lakilaki. Perempuan memiliki tingkat kecemasan yang lebih tinggi
dibandingkan subyek yang berjenis kelamin laki-laki. Dikarenakan
perempuan lebih peka terhadap emosi yang pada akhirnya peka juga
terhadap perasaan cemasnya. Perempuan cenderung melihat hidup atau
peristiwa yang dialaminya dari segi detil sedangkan laki-laki cenderung
global atau tidak detail.
c. Tahap perkembangan Setiap tahap dalam usia perkembangan sangat
berpengaruh pada perkembangan jiwa termasuk didalamnya konsep diri
yang akan mempengaruhi ide, pikiran, kepercayaan dan pandangan
individu tentang dirinya dan dapat mempengaruhi individu dalam
berhubungan dengan orang lain. Individu dengan konsep diri yang negatif
lebih rentang terhadap kecemasan.
d. Tipe kepribadian Orang yang berkepribadian A lebih mudah mengalami
gangguan stress dari pada yang memiliki kepribadian B. Orang-orang pada
tipe A dianggap lebih memiliki kecenderungan untuk mengalami tingkat
stress yang lebih tinggi, sebab mereka menempatkan diri mereka sendiri
pada suatu tekanan waktu dengan menciptakan suatu batas waktu tertentu
untuk kehidupan mereka.
e. Pendidikan Seorang dengan tingkat pendidikan yang rendah mudah
mengalami
kecemasan,
karena
semakin
mempengaruhi kemampuan berfikir seseorang.
tinggi
pendidikan
akan
18
f. Status kesehatan Seseorang yang sedang sakit dapat menurunkan
kapasitas seseorang dalam menghadapi stress.
g. Makna yang dirasakan Jika stresor dipersepsikan akan berakibat baik
maka tingkat kecemasan yang akan dirasakan akan berat. Sebaliknya jika
stressor
dipersepsikan
tidak
mengancam
dan
individu
mampu
mengatasinya maka tingkat kecemasanya yang dirasakanya akan lebih
ringan.
h. Nilai-nilai budaya dan spiritual Nilai-nilai budaya dan spritual dapat
mempengaruhi cara berfikir dan tngkah laku seseorang
i. Dukungan sosial dan lingkungan Dukungan sosial dan lingkungan
sekitar dapat mempengaruhi cara berfikir seseorang tentang diri sendiri
dan orang lain. Hal ini disebabkan oleh pengalaman seseorang dengan
keluarga, sahabat rekan kerja dan lain-lain. Kecemasan akan timbul jika
seseorang merasa tidak aman terhadap lingkungan.
j. Mekanisme koping Ketika mengalami kecemasan, individu akan
menggunakan
mekanisme
koping
untuk
mengatasinya
dan
ketidakmampuan mengatasi kecemasan secara konstruktif menyebabkan
terjadinya perilaku patologis.
k. Pekerjaan Pekerjaan adalah keburukan yang harus dilakukan terutama
untuk menunjang kehidupan keluarga. Bekerja bukanlah sumber
kesenangan tetapi dengan bisa diperoleh pengetahuan.
19
2.2 Kerangka Penelitian
KELUARGA
PASIEN
IGD
Waktu Tunggu
Lama waktu lama
pasien di IGD,
mulai dari
pendaftaran sampai
secara fisik pasien
meninggalkan IGD
(Radcliff, 2016)
KECEMASAN
Faktor Penyebab
1. Usia
2. Stresor
3. Jenis kelamin
4. Lingkungan
5. Tingkat
Pengetahuan
6. Ancaman
integritas tubuh
7. Ancaman sistem
diri
Skor skala
kecemasan HADS
0-7 Normal
8-10 Kecemasan
ringan
11-15 Kecemasan
sedang
16-21 Kecemasan
berat
Tingkat Kecemasan
1. Cemas ringan
2. Cemas sedang
3. Cemas berat
4. Panik
(Gail W. Stuart,
2017)
Prosedur
perawatan,
ketidakpastian
terhadap sembuh
tidaknya pasien,
masalah keuangan,
kurangnya
dukungan sosial
dari anggota
keluarga
(Bolosi et. al.,
2018)
Gambar 2. Kerangka Teori
: Diteliti
: Mempengaruhi
: Tidak Diteliti
: Berhubungan
20
2.3 Kerangka Konsep Penelitian
Variabel Independen
Variabel Dependen
KECEMASAN
KELUARGA PASIEN
IGD
Gambar 3. Kerangka Konsep
2.4 Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban yang sifatnya sementara terhadap rumusan
masalah penelitian, yang mana rumusan masalah tersebut sudah dinyatakan dalam
bentuk pertanyaan. Hipotesis disebut sementara karena jawaban yang diberikan
baru berdasarkan pada teori.
Hipotesis dalam penelitian ini yakni terdapat hubungan antara waktu
tunggu terhadap kecemasan keluarga pasien dalam pengobatan pasien di IGD
RSUD
Sayang
Kabupaten
Cianjur.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Rancangan Penelitian
Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif dengan jenis penelitian
deskriptif korelatif. Rancangan penelitian yang digunakan adalah cross sectional
yaitu jenis penelitian yang menekankan pada waktu pengukuran atau observasi
data variabel independen dan dependen dalam waktu bersamaan.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Tempat penelitian di IGD RSUD Sayang Kabupaten Cianjur
2. Waktu Penelitian
Waktu pelaksanaan penelitian ini dilakukan pada bulan Januari Tahun
2024
3.3. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2018). Populasi dalam
penelitian in adalah keluarga dari pasien yang terdaftar dalam rekam medik dan
21
22
mendapatkan pelayanan Pengobatan di IGD RSUD Sayang Kabupaten Cianjur.
Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah 150 orang, diambil dari rata-rata
kunjungan pasien prioritas 2 selama bulan Januari - Februari 2024.
2. Sampel Sampling adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
oleh populasi tersebut. (Sugiyono, 2018). Teknik yang digunakan dalam
penelitian ini adalah teknik sampling non probability dengan cara purposive
sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono,
2018).
a) Kriteria Inklusi Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah:
1) Keluarga pasien prioritas 2 PACS
2) Keluarga pasien yang bersedia menjadi responden
3) Keluarga pasien berusia >21 tahun – 60 tahun
4) Keluarga adalah yang tinggal serumah dengan pasien
5) Keluarga merupakan keluarga inti dari pasien, yaitu orangtua atau anak
pasien
b) Kriteria Eksklusi
1) Keluarga dengan keterbatasan komunikasi seperti tuna rungu dan tuna
wicara
23
2) Keluarga pasien yang mengkonsumsi obat anti depresan Penetapan
jumlah sampel menggunakan rumus Slovin:
𝑛 = N
1 + Ne2
Keterangan:
n adalah jumlah sampel yang dicari
N adalah jumlah populasi
e adalah margin error yang ditoleransi
𝑛 =
150
1 + (150(10%) 2))
= 60 orang
3.4. Variabel Penelitian
Variabel yang digunakan pada penelitian ini adalah variabel independen
dan variabel dependen.
1. Variabel Bebas (Independen)
Menurut Sugiyono (2018) variabel independen atau variabel bebas adalah
variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau
timbulnya variabel dependen (terikat). Variabel independen dalam penelitian ini
adalah waktu tunggu
2. Variabel Terikat (Dependen)
Menurut Sugiyono (2018) variabel dependen atau variabel terikat
merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya
24
variabel Independen (bebas). Variabel dependen (terikat) dalam penelitian ini
adalah kecemasan keluarga pasien
3.5. Definisi Operasional
Definisi operasional merupakan penjelasan semua variabel dan istilah
yang digunakan dalam penelitian secara operasional sehingga mempermudah
pembaca dalam mengartikan makna penelitian (Setiadi,2018).
Tabel 3. Definisi Operasional
Variabel
Variebel
Bebas
Waktu
Tunggu
Variabel
Terikat
Kecemasan
Definisi Operasional
waktu lama pasien
berada di IGD, dimulai
dari pendaftaran sampai
meninggalkan IGD
(Rawat Jalan atau
Rawat Inap)
Alat Ukur
SOP waktu
tunggu
pasien di
IGD RSUD
Sayang
Kabupaten
Cianjur
Hasil ukur
1 – 24 jam
Skala
Rasio
Kecemasan adalah
sesuatu yang
berhubungan dengan
perasaan yang tidak
jelas dengan timbulnya
rasa tidak nyaman pada
diri seseorang.
Kuesioner kecemasan
akan di berikan kepada
responden hipertensi
yang mengalami
kecemasan sebanyak 2
kali yaitu di awal dan
di akhir penelitian.
Alat ukur
lembar
Kuesioner
checklist
Hospital
Anxiety and
Depression
Scale
(HADS) 7
item
pernyataan
untuk
kecemasan.
Skor 0-7:
normal 8-10:
kecemasan
ringan 11-15:
kecemasan
sedang 16-21:
kecemasan
berat
Ordinal
25
3.6 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan alat ukur yang digunakan dalam
penelitian untuk memperoleh suatu data (Hidayat, 2018). Dalam penelitian yang
akan dilakukan, instrumen yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Lembar Observasi Waktu Tunggu
Lembar observasi merupakan lembar yang diisi oleh peneliti dan
digunakan untuk mencatat data yang diperoleh, baik data responden yang meliputi
nama (Inisial), jenis kelamin, usia, pendidikan, jam datang, jam keluar IGD, LOS,
dan skor kecemasan HADS. Pengisian jam datang dan jam keluar pasien dari IGD
didapat dari data yanng tercatat dalam rekam medik elektronik.
2. Kuesioner Kecemasan
Hospital Anxiety and Depression Scale (HADS) adalah instrumen yang
digunakan untuk melakukan pengukuran tingkat kecemasan dan depresi.
Instrumen HADS dikembangkan oleh Zigmond and Snaith (1983) dalam Campos,
Gimares, Remein (2010) yang diterjemahkan dan dikategorikan oleh Rudy
(2015). Instrumen ini terdiri dari 14 indikator, 7 indikator depresi (HADSDepression), dan 7 item untuk kecemasan (HADS-Anxiety) dengan skala
penilaian 0-3. Penilaian akhir disimpulkan dengan 21 sebagai hasil maksimum
untuk masing-masing dari dua indikator yaitu depresi dan kecemasan. Nilai 0-7
untuk mengindikasikan normal, 8-10 untuk nilai kecemasan tingkat ringan dan
11-15 untuk nilai kecemasan sedang dan 16-21 untuk nilai kecemasan berat
26
(Rudy,2018). Kuesioner HADS memiliki nilai Cronbach’s Alpha HADS Anxiety
0,863
3. Standar Operasional Prosedur (SOP)
Triase Standar Operasional Prosedur mengenai langkah-langkah dalam
melakukan triase. SOP ini yang digunakan sebagai panduan dalam melakukan
triase. SOP yang digunakan adalah SOP dari IGD RSUD Sayang Kabupaten
Cianjur.
3.7 Validitas dan Reliabilitas
1. Uji Validitas
Menurut Setiadi (2018) uji validitas dan reabilitas merupakan suatu pokok
penelitian karakteristik alat ukur yang harus diperhatikan peneliti agar
mendapatkan hasil penelitian yang valid dan reliabel. Validitas adalah sebuah uji
yang digunakan untuk mengetahui apakah suatu instrument atau alat ukur
penelitian yang digunakan sudah sesuai standar dan dapat dterima (Hidayat,
2019). Validitas menyatakan tentang apa yang harus diukur, dengan
memperhatikan jenis alat ukur yang digunakan agar tidak menyulitkan peneliti.
Untuk lembar observasi tidak dilakukan uji validitas dikarenakan lembar tersebut
merupakan lembar yang digunakan untuk memantau LOS dan skor kecemasan.
Sedangkan alat ukur tingkat kecemasan yang diukur menggunakan alat ukur
HADS bernilai 0,706 pada subskala kecemasan (Rudy, dkk., 2019).
27
2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah suatu kesamaan hasil apabila pengukuran dilakukan
oleh orang yang berbeda ataupun waktu yang berbeda. Pada penelitian ini, untuk
lembar observasi tidak dilakukan uji reliabilitas dikarenakan lembar tersebut
merupakan lembar yang digunakan untuk memantau LOS dan skor kecemasan.
Sedangkan alat ukur kecemasan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
menggunakan skala HADS. Uji reliabilitas yang digunakan yakni Cronbach α.
Apabla hasil dari Cronbach α ≥0,60 atau nilai semakin mendekati angka 1, maka
semakin baik instrumen tersebut. Kuesioner HADS dengan nilai Cronbach α =
0,92 untuk HADS kecemasan (Djukanovic dkk., 2017)
3.8 Teknik Analisa Data
1. Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah cara peneliti untuk mengumpulkan data dalam
penelitian. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan data primer dan
sekunder. Jenis pengumpulan data:
a. Data primer Jenis data yang didapat dari penelitian ini adalah data primer. Data
primer adalah data yang diperoleh langsung dari subjek penelitian dengan
menggunakan alat pengukuran atau alat pengambilan data langsung pada subjek
sebagai sumber informasi yang dicari. Data primer dari penelitian ini adalah data
responden yang meliputi nama (Inisial), jenis kelamin, usia, pendidikan, jam
datang pasien, jam keluar pasien,
28
b. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang sudah dalam bentuk dokumen diperoleh
dari RS IGD RSUD Sayang Kabupaten Cianjur.
Data sekunder dalam penelitian ini meliputi:
1) Data pasien prioritas 2 di IGD RS IGD RSUD Sayang Kabupaten Cianjur.
3.9 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data adalah cara atau metode yang digunakan dalam
mengolah data yang selalu berhubungan dengan instrument penelitian.
a. Editing (Pemeriksaan data) Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali
kebenaran data yang diperoleh atau dikumpulkan (Hidayat, 2019). Pada penelitian
ini peneliti melakukan editing untuk meneliti kembali kelengkapan pengisian pada
lembar observasi yang digunakan.
b. Coding (Memberi kode) Tahap pemberian kode pada data observasi responden,
peneliti melakukan pemberian kode numeric (angka) derhadap data yang terdiri
dari beberapa kategori karena pengolahan data dan analisis data menggunakan
komputer. Pada penelitian ini peneliti menggunakan kode karasteristik jenis
kelamin, 1 = untuk jenis kelamin laki-laki, 2 = untuk jenis kelamin perempuan.
Untuk derajat kecemasan peneliti mengunakan kode angka 1= normal, 2 =
kecemasan ringan, 3 = kecemasan sedang dan 4 = kecemasan berat
29
c. Scoring (Penilaian) Peneliti memberikan penilaian skor pada data usia, pada
data jenis kelamin dan kecemasan dengan skor angka yang sudah di berikan
peneliti.
d. Tabulating Tahap tabulating merupakan tahap memasukan data yang telah
diberi skor ke dalam komputer seperti ke dalam program SPSS (Statistical
Product and Service Solutions)
3.10 Analisis Data
Penelitian ini menggunakan dua analisis data yaitu analisis univariat dan
bivariat.
a. Analisis Univariat Analisa univariat dilakukan dengan tujuan untuk
mendeskripsikan variabel dengan cara membuat tabel distribusi frekuensi dari
variabel yang diteliti. Analisa univariat dalam penelitian ini terdiri dari usia, jenis
kelamin, pendidikan, waktu tunggu dan kecemasan keluarga pasien
b. Analisa bivariat Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui bagaimana
pengaruh waktu tunggu terhadap kecemasan (variabel dependen).
Dalam penelitian ini analisa bivariat dilakukan untuk mengetahui adanya 2
variabel adalah pengaruh respon time terhadap kecemasan pada keluarga pasien.
Untuk dapat memperkuat dan memperjelas penjelasan serta mengetahui pengaruh
yang signifikan atau tidak antara variabel dependen dan independent maka
peneliti melakukan uji normalitas Kolmogorov Smirnov dengan jumlah sampel
30
sebanyak 60. Karena data terdistribusi tidak normal, maka peneliti menggunakan
uji korelasi Spearman.
3.11 Jalannya Penelitian
Proses pengumpulan data atau jalannya penelitian dibuat berdasarkan
jadwal penelitian yang dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut
1. Tahap Persiapan Penelitian Pada tahap persiapan ini, kegiatan yang dilakukan
peneliti adalah:
a. Menentukan judul dan tempat penelitian yang kemudian dikonsultasikan
kepada pembimbing I dan II.
b. Setelah disetujui oleh kedua pembimbing dilanjutkan meminta surat pengantar
studi pendahuluan kepada Fakultas Sains, Teknologi dan Kesehatan Universitas
Sahid Surakarta untuk diajukan kepada RS IGD RSUD Sayang Kabupaten
Cianjur sebelum melakukan studi pendahuluan.
c. Melakukan studi pendahuluan ke ruang IGD RS IGD RSUD Sayang Kabupaten
Cianjur untuk mendapatkan data baik primer maupun sekunder.
d. Peneliti membuat proposal, yang kemudian diajukan kepada pembimbing I dan
Pembimbing II untuk mendapat persetujuan.
e. Setelah proposal mendapatkan persetujuan dari kedua pembimbing maka
dilanjutkan dengan mengadakan sidang proposal
31
f. Setelah proposal disetujui dan dinyatakan lulus, kemudian peneliti meminta
surat perijinan yang berupa pernyataan sesuai dengan penelitian yang akan
dilakukan oleh peneliti.
g. Peneliti mengajukan surat permohonan ijin studi penelitian ke ruang IGD RS
IGD RSUD Sayang Kabupaten Cianjur.
3.12 Tahap Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan ini, kegiatan yang dilakukan peneliti adalah :
a. Peneliti sebelumnya memasukkan surat ijin penelitian.
b. Setelah mendapatkan perijinan dari RS IGD RSUD Sayang Kabupaten Cianjur,
kemudian dilanjutkan dengan peneliti mencari responden. Dalam penelitian ini,
peneliti akan melakukan sendiri.
c. Peneliti mencari responden yang masuk kriteria penelitian
d. Pembagian kuesioner dilakukan pada saat pasien meninggalkan IGD atas
instruksi oleh dokter untuk rawat jalan/ rawat inap/ dirujuk ke RS lain
e. Kuesioner berisi tentang perasaan, pikiran dan perilaku responden yang
dirasakan pada saat itu
f. Sebelum peneliti membagikan kuesioner untuk responden, peneliti akan
meminta responden untuk menandatangani surat pernyataan persetujuan menjadi
responden
32
g. Responden diberikan dan dijelaskan cara pengisian kuesioner dengan cara
melingkari atau mencentang jawaban yang dianggap benar.
h. Setelah kuesioner selesai dikerjakan oleh responden, peneliti mengecek
kembali kelengkapan jawaban.
i. Setelah memperoleh data tersebut maka dilakukan pengolahan data dan
dilanjutkan dengan menganalisis data tersebut.
3.13 Tahap Pelaporan
Pada tahap pelaporan ini, kegiatan yang dilakukan peneliti adalah:
a. Data yang sudah terkumpul dilakukan penggolahan data yang meliputi editing,
coding, transfering, dan tabulating.
b. Selanjutnya dilakukan analisa data, meliputi: univariate, bivariate dan
multivariate ke dalam komputer program SPSS for windows.
c. Data disusun menjadi sebuah laporan dan akan dikonsultasikan sampai
mendapat persetujuan dari pembimbing.
d. Setelah mendapatkan persetujuan dari pembimbing, peneliti mendaftar untuk
sidang skripsi dan dilanjutkan sidang skripsi.
33
3.14 Etika Penelitian
Dalam melakukan penelitian perlu memperhatiakan subjek penelitian
tersebut. Hal ini sangat penting apabila subjek penelitian yang digunakan adalah
manusia, maka peneliti harus memahami hak dasar manusia. Hal inilah yang
menjadi prinsip dalam sebuah etika penelitian (Hidayat, 2019).
Masalah etika yang perlu diperhatikan antara lain:
1. Informed Consent Merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan
responden melalui lembar persetujuan. Sebelum informed consent diberikan pada
responden, peneliti menjelaskan tujuan penelitian, manfaat dan kerugian. Setelah
responden memahami dan bersedia mengikuti penelitian, lembar informed
consent dibagikan untuk ditandatangani oleh kedua belah pihak yaitu peneliti dan
responden.
2. Anonim (Tanpa Nama) Responden yang bersedia untuk terlibat dalam
penelitian juga berhak untuk dijaga kerahasiaan identitasnya, maka dari itu
peneliti tidak mencantumkan nama responden pada lembar observasi, melainkan
mencantumkan inisial dari responden.
3. Confidentiality (Kerahasiaan) Masalah ini merupakan masalah etika dengan
memberikan jaminan kerahasiaan dari hasil pendidikan. Baik informasi maupun
masalah
lainnya.
Semua
informasi
yang
telah
dikumpulkan
dijamin
kerahasiaannya oleh peneliti dan hanya kelompok tertentu yang akan dilaporkan
pada hasil risetnya.
34
4. Ethical Clearance (Kelayakan Etik) Rencana penelitian yang telah memenuhi
kaidah
etik
penelitian
dibuktikan
dengan
surat
ethical
clearance
35
DAFTAR PUSTAKA
Astutik, W. 2016. “Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Kecemasan Keluarga
Pasien dalam Menghadapi Perawatan di Ruang ICU Rumah Sakit Umum
Daerah UNIT SWADANA Pare.
Badero. M, Dayrit. W, & Maratning. A. 2016. Kesehatan Mental Psikiatri.
Jakarta: EGC.
Boswick J. A, Ir, MD. (2017). Perawatan Gawat Darurat (Emergency Care).
Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Brunner & Suddarth. (2018). Keperawatan Medikal Bedah, vol 1. EGC: Jakarta.
Budiaji, W. 2018. “Hubungan pengetahuan tentang triase dengan tingkat
kecemasan pasien label kuning di Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit
dr.Moewardi Surakarta.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 856 Tahun 2018
Mengenai Standar Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 129 Tahun 2088
tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit.
De. Araujo, L., Susilo, E., Widodo G. (2019). Hubungan Komunikasi Terapeutik
Perawat Dengan Kecemasan Pasien Di Ruang Triase Instalasi Gawat
Darurat Hospital Nacional Guido Valadares. Ungaran: Jurnal STIKES
Ngudi Waluyo.
Kuraesin, N. D (2019). Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kecemasan
pasien yang akan menghadapi operasi di RSUP Fatmawati. Universitas
Islam
Negeri
Syarif
Hidayatullah
Jakarta.
61-88.
36
Lampiran 1
LEMBAR PERSETUJUAN (INFORMED CONSENT)
Informed Consent ini diperuntukkan bagi keluarga pasien untuk
berpartisipasi dalam penelitian saya:
Peneliti
NIM
Program Studi
Alamat Instansi
: Marisyeu Diniati Lestari
: c1ab23110
: Sarjana Keperawatan, Sekola Tinggi Ilmu Kesehatan
Sukabumi (STIKESMI)
: Jl. Karamat No. 36, Kota Sukabumi Jawa Barat
Informed Consent memiliki dua bagian:
I. Lembar Informasi
II. Lembar Persetujuan
Bagian I. Lembar Informasi
Latar Belakang
Waktu tunggu merupakan suatu rentang waktu kedatangan pasien yang
gawat darurat yang diukur mulai dari pasien datang sampai ditransfer atau
dipindahkan ke unit lain. Dalam menunggu selama di IGD ingin diketahui adakah
kecemasan yang dialami oleh keluarga pasien.
Tujuan
Mengetahui hubungan antara waktu tunggu dengan tingkat kecemasan
keluarga pasien di IGD RSUD Sayang Kabupatren Cianjur.
Jenis Intervensi Penelitian
Penelitian ini melibatkan saudara untuk berpartisipasi dalam pengisian kuesioner
berkaitan dengan kecemasan yang dialami keluarga pasien selama menuggu di
IGD di IGD RSUD Sayang Kabupatren Cianjur.
Pemilihan Responden
Dalam penelitian ini pemilihan responden dipilih berdasarkan kriteria inklusi dan
ekslusi.
Kerugian
Penelitian ini tidak akan merugikan saudara, hanya membutuhkan waktu
sekitar 10-15 menit untuk pengisian kuesioner.
37
Keuntungan
Penelitian ini akan memberikan keuntungan untuk mengetahui tingkat
kecemasan pada saat menunggu di IGD RSUD Sayang Kabupatren Cianjur.
Kerahasiaan
Saya menjaga kerahasiaan saudara dengan mencantumkan kode dalam
semua data penelitian saat publikasi. Semua data penelitian yang telah diisi akan
disimpan dan hanya peneliti yang memiliki akses terhadap dokumen asli
penelitian.
Pembiayaan
Semua biaya dalam penelitian akan ditanggung oleh peneliti.
Kompensasi
Bapak/Ibu akan mendapatkan reward/ hadiah sebagai ucapan terimakasih
karena telah berpartisipasi dalam penelitian.
Informasi tambahan
Bapak/Ibu diberikan kesempatan untuk menanyakan semua hal yang
belum jelas sehubungan dengan penelitian ini. Apabila Bapak/Ibu membutuhkan
penjelasan lebih lanjut, dapat menghubungi Marisyeu Diniati Lestari dengan
nomor Handpone 085659128600.
Bagian II. Lembar Persetujuan
Saya telah diundang untuk partisipasi dalam penelitian ini dan saya telah
membaca lembar informasi terkait penelitian ini. Dengan ini saya menyatakan
BERSEDIA berpartisipasi dalam penelitian ini.
Cianjur,
2024
Responden
(…………………………………….)
38
Lampiran II
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
HUBUNGAN LAMA WAKTU TUNGGU DENGAN TINGKAT
KECEMASAN KELUARGA PADA PENGOBATAN PASIEN DI IGD
RSUD SAYANG KABUPATEN CIANJUR TAHUN 2024
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama
:
Umur
:
Jenis kelamin : Laki-laki / Perempuan
Alamat
:
Dengan ini menyatakan bahwa saya bersedia menjadi responden penelitian
yang dilakukan oleh Marisyeu Diniati Lestari pada Program Studi Ilmu
Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sukabumi.
Cianjur,
2024
Responden
( ………….………… )
39
Lampiran III Tingkat Kecemasan
KODE :
Identitas Responden
Nama
:
Umur
:
Pendidikan
:
Jam Datang
:
WIB
Jam Keluar
:
WIB
Tahun
JK : Laki-laki/Perempuan
Skala Kecemasan dan Depresi Rumah Sakit untuk Kecemasan
Lingkari (O) atau silang (X) jawaban yang saat ini anda rasakan untuk masingmasing pertanyaan.
Jawablah Sesuai isi hati dan perasaan yang sedang dialami!
1
2
3
Saya Merasa Tegang
Saya mendapat semacam
perasaan takut seolaholah ada sesuatu yang
mengerikan akan terjadi
Ada pikiran takut
melintas di pikiran saya
Hampir Selalu
3
Sering sekali
2
Sekali-kali
1
Tidak sama sekali
0
Tentu saja dan sungguh
tidak mengenakkan
3
Ya, tapi tidak begitu buruk
2
Sedikit, tetapi tidak
membuat saya khawatir
1
Tidak sama sekali
0
Terlalu sering
3
Sering
2
Dari waktu ke waktu, tapi
tidak terlalu sering
1
Hanya sekali-kali
0
40
4
5
6
7
Saya bisa duduk nyaman
dan merasa santai
Saya ada semacam
perasaan takut
Saya merasa gelisah
Saya tiba-tiba merasakan
perasaan panik
Tentu saja
3
Biasanya
2
Tidak sering
1
Tidak sama sekali
0
Sering
3
Agak sering
2
Sesekali
1
Tidak sama sekali
0
Gelisah luar biasa
3
Agak gelisah
2
Tidak terlalu gelisah
1
Tidak sama sekali
0
Sering
3
Kadang-kadang
2
Tidak sering
1
Jarang sekali
0
TOTAL
Cianjur,
2024
Responden
( .................................... )
41
Lampiran IV Lembar Obsevasi Waktu Tunggu
No
Nama
Umur
Jenis
Kelamin
Pendidikan
Jam
Jam
Datang
Keluar
LOS
Skor HADS
Download