SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA LAMA WAKTU TUNGGU OPERASI DENGAN TINGKAT KECEMASAN KELUARGA PADA PASIEN OPERASI ELEKTIF DENGAN GENERAL DAN REGIONAL ANESTESI DI RSU KERTHA USADA SINGARAJA GUSTI AYU KADE DEWI MEILANI FAKULTAS KESEHATAN PROGRAM STUDI D-IV KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI DENPASAR 2022 SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA LAMA WAKTU TUNGGU OPERASI DENGAN TINGKAT KECEMASAN KELUARGA PADA PASIEN OPERASI ELEKTIF DENGAN GENERAL DAN REGIONAL ANESTESI DI RSU KERTHA USADA SINGARAJA Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Terapan Kesehatan (S. Tr. Kes) Pada Institut Teknologi Dan Kesehatan Bali Diajukan Oleh: GUSTI AYU KADE DEWI MEILANI NIM. 18D10011 FAKULTAS KESEHATAN PROGRAM STUDI D-IV KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI DENPASAR 2022 ii PERNYATAAN PERSETUJUAN PEMBIMBING Skripsi dengan judul “Hubungan Antara Lama Waktu Tunggu Operasi dengan Tingkat Kecemasan Keluarga pada Pasien Operasi Elektif dengan General dan Regional Anestesi di RSU Kertha Usada Singaraja”, telah mendapatkan persetujuan pembimbing dan disetujui untuk diajukan ke hadapan Tim Penguji Skripsi pada Program Studi D-IV Keperawatan Anestesiologi Institut Teknologi dan Kesehatan Bali. iii LEMBAR PENETAPAN PANITIA UJIAN SKRIPSI Skripsi ini telah Diuji dan Dinilai oleh Panitia Penguji Pada Program Studi D-IV Keperawatan Anestesiologi Institut Teknologi dan Kesehatan Bali pada tanggal 10 Juni 2022 Panitia Penguji Skripsi Berdasarkan SK Rektor ITEKES Bali Nomor: DL.02.02.2632.TU.IX.2021 iv LEMBAR PERNYATAAN PENGESAHAN Skripsi dengan judul “Hubungan Antara Lama Waktu Tunggu Operasi dengan Tingkat Kecemasan Keluarga pada Pasien Operasi Elektif dengan General dan Regional Anestesi di RSU Kertha Usada Singaraja” telah disajikan di depan dewan penguji pada tanggal 10 Juni 2022 telah diterima serta disahkan oleh Dewan Penguji Skripsi dan Rektor Institut Teknologi dan Kesehatan Bali. Denpasar, 11 Juni 2022 v KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat rahmat-Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hubungan Antara Lama Waktu Tunggu Operasi dengan Tingkat Kecemasan Keluarga pada Pasien Operasi Elektif dengan General dan Regional Anestesi di RSU Kertha Usada Singaraja”. Dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapat bimbingan, pengarahan dan bantuan dari semua pihak sehingga skripsi ini bisa diselesaikan tepat pada waktunya. Untuk itu penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Bapak I Gede Putu Darma Suyasa, S.Kep., M.Ng., Ph.D. Selaku Rektor Institut Teknologi dan Kesehatan Bali yang telah memberikan izin dan kesempatan kepada penulis menyelesaikan skripsi ini. 2. Ibu Ni Luh Dina Susanti, S.Kep., M.Kep selaku Wakil Rektor I Institut Teknologi dan Kesehatan Bali yang telah memberikan izin dan kesempatan kepada penulis menyelesaikan skripsi ini. 3. Bapak Ns. I Ketut Alit Adianta, S.Kep., MNS selaku Wakil Rektor II Institut Teknologi dan Kesehatan Bali yang telah memberikan izin dan kesempatan kepada penulis menyelesaikan skripsi ini. 4. Bapak Ns. I Kadek Nuryanto, S.Kep.,MNS selaku Dekan Fakultas Kesehatan yang memberikan dukungan kepada penulis. 5. Bapak dr.Agus Shuarsedana, Sp.An. Selaku Ketua Program studi D-IV Keperawatan Anestesiologi yang memberikan dukungan moral hingga selesainya skripsi ini. 6. Bapak Ns. Made Rismawan, S.Kep.,MNS selaku pembimbing I yang telah banyak memberikan bimbingan dalam menyelesaikan skripsi ini. vi 7. Bapak Ns. I Nengah Adiana, S.Kep., M.Kep., Sp. KMB selaku pembimbing II yang telah banyak memberikan bimbingan dalam menyelesaikan skripsi ini. 8. Ibu Ni Putu Rusanti, S.Pd., M.Pd selaku wali kelas yang memberikan motivasi dan dukungan moral kepada penulis. 9. Seluruh keluarga terutama Bapak Ketut Juniadi dan Ibu Putu Armini yang banyak memberikan dukungan serta dorongan moral dan materil hingga selesainya proposal ini. 10. I Gede Deva Dias Mountaina, someone who I want to spend my life with you. Thank you for your support, you always here whenever I need you. Let’s grow old together. 11. Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu penyusunan skripsi ini. Penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini masih belum sempurna, untuk itu dengan hati terbuka, penulis menerima kritik dan saran yang sifatnya konstruktif untuk kesempurnaan skripsi ini. Denpasar, 28 Mei 2022 vii HUBUNGAN ANTARA LAMA WAKTU TUNGGU OPERASI DENGAN KECEMASAN KELUARGA PADA PASIEN OPERASI ELEKTIF DENGAN GENERAL DAN REGIONAL ANESTESI DI RSU KERTHA USADA SINGARAJA Gusti Ayu Kade Dewi Meilani Fakultas Kesehatan Program Studi D-IV Keperawatan Anestesiologi Institut Teknologi dan Kesehatan Bali Email: dewiimel781@gmail.com ABSTRAK Latar Belakang: Kecemasan merupakan salah satu masalah yang paling sering dialami oleh pasien maupun keluarga, salah satu faktor yang mempengaruhi kecemasan adalah lama waktu tunggu operasi. Tujuan: Untuk mengetahui hubungan antara lama waktu tunggu operasi dengan kecemasan keluarga pada pasien operasi elektif dengan general dan regional anestesi di RSU Kertha Usada Singaraja Metode: Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Kertha Usada Singaraja dari tanggal 1 Februari – 1 Maret 2022. Pada penelitian ini menggunakan desain penelitian analitik kolerasional, dengan menggunakan metode pendekatan cross sectional. Sampel dalam penelitian berjumlah 87 responden, dengan metode consecutive sampling. Pengumpulan data dilakukan menggunakan kuesioner kecemasan keluarga dan lembar observasi lama waktu tunggu. Uji statistic yang digunakan adalah Spearman Rho. Hasil: Adanya hubungan yang signifikan antara lama waktu tunggu operasi dengan kecemasan keluarga pada pasien operasi elektif dengan general dan regional anestesi (r = 0,854, p value <0,001 lebih kecil dari α 0,05). Kesimpulan: Menunjukkan bahwa semakin lama waktu tunggu maka kecemasan makin meningkat. Disarankan kepada rumah sakit untuk memberikan edukasi kepada keluarga pasien mengenai prosedur anestesi dan dapat meningkatkan pelayanan rumah sakit. Kata Kunci: General Anestesi, Kecemasan, Operasi Elektif, Regional Anestesi, Waktu Tunggu viii THE CORRELATION BETWEEN THE LENGTH OF WAITING TIME FOR SURGERY AND FAMILY ANXIETY IN PATIENTS OF ELECTIVE SURGERY WITH GENERAL AND REGIONAL ANESTHESIA AT KERTHA USADA HOSPITAL, SINGARAJA Gusti Ayu Kade Dewi Meilani Faculty of Health Diploma IV of Nursing Anesthesiology Institute of Technology and Health Bali Email: dewiimel781@gmail.com ABSTRACT Background: Anxiety is one of the most common problems experienced by patients and their families. One of the factors that influence anxiety is the length of waiting time for surgery. Aim: To find out the correlation between the length of waiting time for surgery and family anxiety in patients of elective surgery with general and regional anesthesia at Kertha Usada Hospital Singaraja. Methods: This research was conducted at Kertha Usada Hospital Singaraja from February 1 to March 1, 2022. This study employed a correlational analytic research design, using a cross-sectional approach. The sample of this study was 87 respondents, who were selected through a consecutive sampling method. The data were collected using a family anxiety questionnaire and an observation sheet for the length of waiting time. The data were then analyzed statistically using the Spearman Rho test. Results: There was a significant correlation between the length of waiting time for surgery and family anxiety in patients of elective surgery with general and regional anesthesia (r = 0.854, p-value <0.001; <0.05). Conclusion: The longer the waiting time, the more the anxiety increases. It is suggested for hospitals provide education to the patient's family about anesthetic procedures which can improve the hospital services. Keywords: General Anesthesia, Anxiety, Elective Surgery, Regional Anesthesia, Waiting Time. ix DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL DEPAN ....................................................................................... i HALAMAN SAMPUL DENGAN SPESIFIKASI ......................................................... ii PERNYATAAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................................... iii LEMBAR PENETAPAN PANITIA UJIAN SKRIPSI................................................. iv LEMBAR PERNYATAAN PENGESAHAN ................................................................. v KATA PENGANTAR ..................................................................................................... vi ABSTRAK ..................................................................................................................... viii ABSTRACT..................................................................................................................... ix DAFTAR ISI .................................................................................................................... x DAFTAR TABEL ......................................................................................................... xiv DAFTAR GAMBAR ...................................................................................................... xv DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................. xvi DAFTAR SINGKATAN .............................................................................................. xvii BAB I ................................................................................................................................1 PENDAHULUAN ............................................................................................................1 A. Latar Belakang ....................................................................................................1 B. Rumusan Masalah ...............................................................................................4 C. Tujuan Penelitian ................................................................................................4 1. Tujuan Umum ..................................................................................................4 2. Tujuan Khusus .................................................................................................5 D. Manfaat Penelitian ..............................................................................................5 1. Manfaat Teoritis ...............................................................................................5 2. Manfaat Praktis ................................................................................................5 BAB II ...............................................................................................................................7 TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................................................7 x A. Konsep Dasar Waktu Tunggu ............................................................................7 1. Definisi Waktu Tunggu ....................................................................................7 2. Faktor-faktor Waktu Tunggu ............................................................................7 B. Konsep Dasar Kecemasan...................................................................................8 1. Definisi Kecemasan ..........................................................................................8 2. Faktor-Faktor Kecemasan ................................................................................9 3. Tanda dan Gejala Kecemasan......................................................................... 12 4. Tingkat Kecemasan ........................................................................................ 13 5. Rentang Respon Kecemasan .......................................................................... 14 6. Faktor Predisposisi Kecemasan ...................................................................... 15 7. Skala Kecemasan Keluarga ............................................................................ 17 8. Penatalaksanaan Kecemasan .......................................................................... 19 C. Konsep Dasar Anestesi ...................................................................................... 20 1. Definisi Anestesi ............................................................................................ 20 2. Jenis Anestesi ................................................................................................. 21 3. Klasifikasi Status Fisik Pra Anestesi (ASA) ................................................... 23 4. Persiapan Perianestesi .................................................................................... 24 D. Konsep Dasar Operasi ...................................................................................... 28 1. Definisi Operasi ............................................................................................. 28 2. Klasifikasi Operasi ......................................................................................... 29 3. Jenis Operasi .................................................................................................. 29 E. Penelitian Terkait .............................................................................................. 30 BAB III ...........................................................................................................................33 KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS, VARIABEL PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL ............................................................................................................33 A. Kerangka Konsep .............................................................................................. 33 B. Hipotesis ............................................................................................................. 34 C. Variabel dan Definisi Operasional ................................................................... 35 1. Variabel penelitian ......................................................................................... 35 2. Definisi operasional ........................................................................................ 35 BAB IV............................................................................................................................38 METODE PENELITIAN ..............................................................................................38 A. Desain Penelitian ............................................................................................... 38 B. Tempat dan Waktu Penelitian .......................................................................... 38 xi 1. Tempat Penelitian ........................................................................................... 38 2. Waktu Penelitian ............................................................................................ 39 C. Populasi, Sampel, Sampling .............................................................................. 39 1. Populasi .......................................................................................................... 39 2. Sampel............................................................................................................ 39 3. Sampling ........................................................................................................ 41 D. Pengumpulan Data ............................................................................................ 41 1. Metode Pengumpulan Data ............................................................................ 41 2. Alat Pengumpulan Data .................................................................................. 42 3. Teknik pengumpulan data .............................................................................. 43 E. Analisa Data ....................................................................................................... 46 1. Teknik Pengolahan Data ................................................................................ 46 2. Teknik Analisa Data ....................................................................................... 50 F. Etika Penelitian ................................................................................................. 52 1. Izin penelitian ................................................................................................. 52 2. Ethical clearance............................................................................................ 53 3. Informed concent (lembar persetujuan) .......................................................... 53 4. Autonomy ....................................................................................................... 53 5. Anonimity (Tanpa Nama) ............................................................................... 54 6. Confidentiality (Kerahasiaan) ......................................................................... 54 BAB V ............................................................................................................................55 HASIL PENELITIAN ...................................................................................................55 A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ............................................................... 55 B. Karakteristik Responden .................................................................................. 56 C. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Variabel Lama Waktu Tunggu Operasi .......................................................................................................... 57 D. Tingkat Kecemasan Keluarga pada Pasien yang dilakukan Operasi Elektif dengan General dan Regional Anestesi di RSU Kertha Usada Singaraja ............. 57 E. Hubungan Lama Waktu Tunggu Operasi dengan Kecemasan Keluarga pada Pasien yang dilakukan Operasi Elektif dengan General dan Regional Anestesi ... 58 BAB VI............................................................................................................................59 PEMBAHASAN .............................................................................................................59 A. Karakteristik Responden .................................................................................. 59 B. Lama Waktu Tunggu Operasi.......................................................................... 59 C. Tingkat Kecemasan Keluarga .......................................................................... 60 xii D. Hubungan antara Lama Waktu Tunggu Operasi dengan Kecemasan Keluarga pada Pasien Operasi Elektif ...................................................................... 63 E. Keterbatasan Penelitian .................................................................................... 64 A. Kesimpulan ........................................................................................................ 65 B. Saran .................................................................................................................. 65 DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................................67 xiii DAFTAR TABEL Tabel 2. 1 Puasa Pasien ......................................................................................... 25 Tabel 3. 1 Definisi Operasional Hubungan antara Lama Waktu Tunggu dengan Kecemasan Keluarga pada Pasien Operasi Elektif dengan General dan Regional Anestesi di RSU Kertha Usada Singaraja ............................. 37 Tabel 4. 1 Pedoman Keeratan Hubungan .............................................................. 51 Tabel 5. 1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin, Umur, Pekerjaan, dan Pendidikan (n=87)…………………..56 Tabel 5. 2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Variabel Lama Waktu Tunggu (n=87) ...................................................................................... 57 Tabel 5. 3 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Kecemasan Keluarga...... 57 Tabel 5. 4 Hasil Uji Statistik Hubungan Antara Lama Waktu Tunggu Operasi dengan Kecemasan Keluarga pada Pasien Operasi Elektif dengan General dan Regional Anestesi di RSU Kertha Usada Singaraja (n=87) .............................................................................................................. 58 xiv DAFTAR GAMBAR Gambar 2. 1 Rentang Respon Kecemasan ............................................................ 14 Gambar 3. 1 Kerangka Konsep Hubungan antara Lama Waktu Tunggu Operasi dengan Kecemasan Keluarga pada Pasien Operasi Elektif dengan General dan Regional Anestesi di RSU Kertha Usada .................... 34 xv DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Jadwal Penelitian Lampiran 2. Lembar Kuesioner Kecemasan Keluarga Lampiran 3. Lembar Observasi Lama Waktu Tunggu Lampiran 4. Lembar Permohonan Menjadi Responden Lampiran 5. Lembar Persetujuan Menjadi Responden Lampiran 6. Surat Rekomendasi Penelitian dari Rektor ITEKES Bali Lampiran 7. Surat Permohonan Informasi Data Lampiran 8. Surat Permohonan Izin Studi Pendahuluan Lampiran 9. Surat Studi Pendahuluan Lampiran 10. Surat Keterangan/Rekomendasi Penelitian dari Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Provinsi Bali Lampiran 11. Surat Rekomendasi Penelitian dari Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kabupaten Buleleng Lampiran 12. Surat Kelaikan Etik (Ethical Clearance) ITEKES Bali Lampiran 13. Lembar Pernyataan Face Validity Lampiran 14. Lembar Pernyataan Analisa Data Lampiran 15. Lembar Pernyataan Abstract Translation Lampiran 16. Hasil Analisa Data xvi DAFTAR SINGKATAN APA : American Psychiatric Association BAB : Buang air besar EKG : Elektrokardiografi GABA : Gamma-aminobutyric acid HARS : Hamilton Anxiety Rating Scale IBS : Instalasi Bedah Sentral ICD : International Classification of Disease IPAI : Ikatan Penata Anestesi Indonesia Kemenkes : Kementerian Kesehatan NE : Norepinefrin PTSD : Post Traumatic Stress Disorder RSU : Rumah Sakit Umum SPSS : Statistical Package for the Social Sciences WHO : World Health Organization xvii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Operasi atau pembedahan adalah suatu tindakan medis secara invansif dilakukan untuk mendiagnosa atau mengobati suatu penyakit, injury, atau deformitas tubuh, tindakan pembedahan dapat mencederai jaringan sehingga menyebabkan perubahan fisiologis tubuh dan organ lainnya (Rismawan, 2019). Dari tahun ke tahun tindakan operasi mulai banyak dilakukan seiring dengan perkembangan teknologi dalam dunia kesehatan membuat tindakan yang dilakukan lebih aman. World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa kasus bedah merupakan masalah kesehatan masyarakat (Kemenkes, 2015). Jumlah pasien yang dilakukan tindakan operasi dari data WHO tahun 2012 menyatakan setiap tahun pasien yang akan menjalani tindakan operasi mengalami peningkatan. Pada tahun 2012 sebanyak 148 juta jiwa diseluruh rumah sakit yang ada di dunia yang dilakukan tindakan operasi, sedangkan di Indonesia sebanyak 1,2 juta jiwa yang menjalani tindakan operasi dan menempati urutan ke-11 dan 50 pertama penanganan penyakit di rumah sakit seluruh Indonesia (Rizki, Hartoyo, & Sudiarto, 2019). Pasien yang akan dilakukan tindakan operasi terlebih dahulu dilakukan tindakan anestesi. Anestesi merupakan cabang ilmu kedokteran yang mempelajari tentang tatalaksana untuk mematikan rasa sementara sehingga pasien menjadi nyaman (Mangku & Senapathi, 2018). Jenis anestesi yang digunakan pada penelitian ini ada dua yaitu anestesi umum atau general dan anestesi regional. Anestesi umum adalah tindakan induksi obat untuk menurunkan kesadaran pasien, walaupun diberikan rangsang nyeri. Kemampuan untuk mempertahankan ventilasi terganggu. Pasien sering membutuhkan asistensi dalam mempertahankan jalan napas, dan ventilasi tekanan positif mungkin diperlukan karena depresi ventilasi spontan atau 1 2 induksi obat mendepresi fungsi sistem neuromuskular, fungsi kardiovaskuler mungkin terganggu (American Society of Anesthesiologist, 2019). Sedangkan anestesi regional adalah anestesi lokal dengan menyuntikkan obat ke ruang subarachnoid dan ekstradural, untuk mendapatkan analgesi setinggi dermatom tertentu dan relaksasi dari otot rangka (Ikatan Penata Anestesi Indonesia, 2018). Waktu tunggu lama merupakan salah satu komponen dari bentuk mutu pelayanan kesehatan yang sering dikeluhkan baik pasien maupun keluarga pasien. Waktu tunggu merupakan waktu yang diperlukan pasien untuk mendapatkan pelayanan kesehatan di ruang operasi mulai dari pasien datang ke ruang operasi sampai pasien dipindahkan ke ruang rawat inap. Waktu tunggu lama dapat menimbulkan kebosanan, kelelahan, iritabilitas yang dapat berpotensi munculnya reaksi emosional berupa kecemasan (Lestari, 2015). Kecemasan merupakan salah satu masalah yang paling sering dialami oleh pasien maupun keluarga, dimana jika kondisi tersebut dibiarkan besar kemungkinan selama tindakan anestesi dan operasi dapat terjadi hal-hal buruk yang akan berdampak pada kondisi pasien dan dapat menambah kekhawatiran keluarga. Menurut Anasril dan Husaini (2020) kecemasan merupakan suatu keadaan emosional tanpa suatu objek yang jelas dan merupakan pengalaman subjektif dari individu yang tidak dapat diobservasi dan dilihat secara langsung. Pada beberapa penelitian mengatakan bahwa lama waktu tunggu operasi mempengaruhi kecemasan, dan pada kenyataannya dilapangan keluarga pasien menunggu diluar selama pasien dilakukan tindakan didalam ruang operasi yang memakan waktu lama sehingga menimbulkan kecemasan terutama pada pasien yang baru pertama kali menjalani tindakan operasi. Dari beberapa artikel yang dibaca masih seidkit yang membahas hubungan antara lama waktu tunggu operasi dengan tingkat kecemasan keluarga. Oleh karena itu penelitian ini akan membahas lebih lanjut tentang hubungan antara lama waktu tunggu operasi dengan tingkat kecemasan keluarga pada pasien operasi elektif dengan general dan regional anestesi. 3 Pada penelitian Utami (2020) didapatkan hasil data dari 118 jumlah responden (84,7%) yang menunggu pelayanan kesehatan di klinik jantung menyatakan menunggu lama yaitu lebih dari 60 menit sedangkan responden yang menunggu lama yaitu lebih dari 60 menit menurut hasil data penelitian menyatakan mengalami kecemasan sejumlah 74 responden (87,3%) dan 44 responden tidak mengalami kecemasan (12,7)%. Waktu tunggu dan kecemasan saling berkaitan satu sama lain, karena salah satu faktor yang mempengaruhi kecemasan yaitu lama waktu tunggu operasi. Pasien yang akan menjalani operasi sering sekali merasa cemas terlebih lagi keluarga pasien juga, ditambah waktu lama menunggu untuk giliran operasi menambah kecemasan. Jika keadaan tersebut dibiarkan, maka akan berdampak pada pelayanan kesehatan sehingga perlunya edukasi terkait tindakan anestesi yang akan diberikan kepada pasien sehingga baik pasien dan keluarga pasien mengetahui tentang tidakan yang akan dilakukan. Pentingnya memberikan penjelasan terhadap tindakan dan teknik anestesi yang akan diberikan terlebih lagi memberikan penjelasan mengenai efek samping yang mungkin dapat terjadi kepada pasien sehingga keluarga pasien mengerti mengenai tindakan yang akan diberikan. Rumah Sakit Kertha Usada adalah salah satu rumah sakit swasta yang berada di Kabupaten Buleleng. Memiliki 3 kamar operasi 2 kamar operasi untuk bedah umum dan 1 kamar operasi khusus mata.Berdasarkan studi pendahuluan yang sudah peneliti lakukan selama mengikuti praktek klinik di ruang operasi setiap hari sekitar 8-10 orang pasien yang akan menjalani operasi dengan berbagai macam operasi baik operasi mayor ataupun operasi minor. Pasien dilakukan tindakan perioperatif lama sehingga keluarga yang menunggu diluar tidak tahu pasti keadaan pasien didala sehingga dapat menambah kecemasan dari keluarga pasien. Penata anestesi jarang memberikan edukasi terkait tindakan yang dilakukan sehingga hal tersebut menambah tingkat kecemasan keluarga pasien serta belum ada yang mengkaji terkait lama waktu tunggu operasi terhadap kecemasan. Pada teori, sangat penting untuk 4 memberikan pendidikan kesehatan sebelum dilakukannya tindakan anestesi dan operasi untuk menenangkan pasien maupun keluarga sehingga pasien siap baik psikis maupun fisik untuk dilakukannya tindakan, oleh karena itu masalah yang paling sering ditemui baik pasien dan keluarga pasien adalah kecemasan. Berdasarkan uraian latar belakang diatas dan pengamatan langsung dilakukan oleh peneliti yang menggambarkan bahwa keberhasilan dari suatu tindakan anestesi dan operasi sangat erat kaitannya pemberian edukasi terkait tindakan yang akan dilakukan dan pengkajian terhadap lama waktu tunggu operasi pasien sebelum dilakukan tindakan sehingga dapat mengantisipasi masalah kesehatan yang akan timbul pada intra anestesi seperti hemodinamik yang tidak stabil. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk meneliti “Hubungan Antara Lama Waktu Tunggu Operasi dengan Tingkat Kecemasan Keluarga pada Pasien Operasi Elektif dengan General dan Regional Anestesi di RSU Kertha Usada Singaraja”. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya maka rumusan masalah dalam penelitian ini “Adakah hubungan antara lama waktu tunggu operasi dengan tingkat kecemasan keluarga pada pasien operasi elektif dengan General dan Regional Anestesi di RSU Kertha Usada Singaraja?” C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara lama waktu tunggu operasi dengan tingkat kecemasan keluarga pada pasien operasi elektif dengan general dan regional anestesi di RSU Kertha Usada Singaraja. 5 2. Tujuan Khusus a. Mengidentifikasi karakteristik responden yang akan dilakukan operasi elektif dengan general dan regional anestesi di RSU Kertha Usada Singaraja. b. Mengidentifikasi lama waktu tunggu operasi pada pasien operasi elektif dengan general dan regional anestesi. c. Mengidentifikasi tingkat kecemasan keluarga pada pasien operasi elektif dengan general dan regional anestesi. d. Menganalisa hubungan antara lama waktu tunggu operasi dengan kecemasan keluarga pada pasien operasi elektif dengan general dan regional anestesi. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber informasi ilmiah dibidang ilmu keperawatan anestesiologi pada asuhan keperawatan pra, intra dan pasca. Selain itu, dapat dijadikan acuan untuk peneliti selanjutnya yang meneliti tentang hubungan lama waktu tunggu operasi dan tingkat kecemasan keluarga pada pasien operasi elektif dengan general dan regional anestesi. 2. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini dapat bermanfaat secara praktis bagi: a. Institusi Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber informasi dan menambah pengetahuan serta wawasan di bidang ilmu keperawatan anestesiologi dalam hubungan antara lama waktu tunggu operasi dengan tingkat kecemasan keluarga pada pasien operasi elektif dengan general dan regional anestesi. 6 b. Rumah sakit Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk rumah sakit digunakan sebagai masukan dan data tambahan tentang pasien yang mengalami lama waktu tunggu operasi dan tingkat kecemasan keluarga sehingga dapat dilakukan tindakan untuk menangani hal tersebut yang akan meningkatkan mutu dan kualitas pelayanan dari rumah sakit. c. Profesi Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan tenaga kesehatan terutama bagi penata anestesi dalam melakukan assessment lama waktu tunggu operasi dengan tingkat kecemasan keluarga pada pasien sebelum dilakukannya operasi, sehingga dapat meminimalisir dan mencegah masalah yang timbul ketika dilakukannya tindakan anestesi maupun operasi. d. Peneliti selanjutnya Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi dan referensi untuk penelitian selanjutnya terkait dengan hubungan antara lama waktu tunggu operasi dengan tingkat kecemasan keluarga, sehingga dapat bermanfaat bagi kemajuan ilmu kesehatan terutama pada bidang keperawatan anestesiologi. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Waktu Tunggu 1. Definisi Waktu Tunggu Waktu tunggu adalah waktu yang dipergunakan oleh pasien untuk mendapatlan pelayanan rawat jalan dan rawat inap dari tempat pendaftaran sampai masuk ke ruang pemeriksaan dokter. Waktu tunggu di rumah sakit berkaitan dengan pelayanan kesehatan meliputi pelayanan rekam medis, gawat darurat pelayanan poliklinik dan lain sebagainya. Waktu tunggu adalah waktu yang digunakan oleh petugas kesehatan di rumah sakit untuk memberikan pelayanan pada pasien. Waktu tunggu merupakan masalah yang sering menimbulkan keluhan pasien di beberapa Rumah Sakit. Lama waktu tunggu pasien mencerminkan bagaimana rumah sakit mengelola komponen pelayanan yang disesuaikan dengan situasi dan harapan pasien (Munandar, 2014). 2. Faktor-faktor Waktu Tunggu Fetter dalam Rr. Ratna Arietta (2012), membagi faktor-faktor yang mempengaruhi waktu tunggu pasien menjadi tiga seperti berikut: a. First waiting time adalah waktu yang dikeluarkan pasien sejakdatang sampai jam perjanjian. b. True waiting time adalah waktu yang dikeluarkan pasien sejak jam perjanjian sampai pasien diterima atau diperiksa dokter. c. Total primary waiting time adalah waktu tunggu pasien keseluruhan sebelum bertemu dokter. Tujuh faktor yang berhubungan dengan waktu tunggu Fetter dalam Rr. Ratna Arietta (2012) yaitu: a. Variasi appointment interval. 7 8 b. Waktu pelayanan yang panjang. c. Pola kedatangan pasien. d. Pasien tidak datang pada jam perjanjian. e. Jumlah pasien yang datang tanpa perjanjian. f. Pola kedatangan dokter g. Terputusnya pelayanan pasien karena keinginan dokter untuk berhenti sebentar selama jam praktek B. Konsep Dasar Kecemasan 1. Definisi Kecemasan Kecemasan adalah pengalaman emosional yang tidak menyenangkan yang melibatkan perasaan tegang, ketakutan dan gugup sebagai respon terhadap situasi tertentu yang mengancam, dan merupakan hal yang normal terjadi menyertai perkembangan, perubahan, pengalaman baru atau yang belum pernah di lakukan, serta dalam menemukan identitas diri dan arti hidup (Akinsulore, Owojuyigbe, Faponle, & Fatoye, 2015). Kecemasan merupakan manifestasi dari proses-proses emosi yang terjadi ketika seseorang mengalami tekanan perasaan dan pertentangan batin. Berdasarkan beberapa pandangan di atas dapat dijelaskan bahwa kecemasan adalah sebuah reaksi ketika seseorang berada pada sebuah kondisi tertentu dengan keyakinan bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi pada dirinya dan disertai perasaan menakutkan dan tidak menyenangkan yang memiliki ciri-ciri fisiologis dan psikologis (Erkilic et al., 2017). American Psychiatric Association (APA) mendefinisikan kecemasan sebagai keadaan psikologis dan fisiologis ditandai oleh komponen kognitif, fisiologi, dan perilaku yang digambarkan sebagai antisipasi terhadap bahaya dimasa depan dan disertai dengan gejala disforia. International Classification of Disease (ICD-10) mendefinisikan kecemasan sebagai perasaan khawatir, ketegangan motorik yang dimanifestasikan dengan gelisah atau ketegangan otot, dan aktivitas 9 otonom yang berlebih seperti sakit kepala atau berkeringat (Septadina, Prananjaya, Roflin, Rianti, & Shafira, 2021). Kecemasan pasien pra anestesi merupakan suatu respon antisipasi terhadap suatu pengalaman yang dianggap pasien sebagai suatu ancaman terhadap perannya dalam hidup, integritas tubuh bahkan kehidupannya. Kecemasan sangat mempengaruhi fungsi tubuh pada tindakan operasi, oleh karena itu perawat perlu mengidentifikasi kecemasan yang dialami pasien.Kecemasan dan reaksi ini bisa didasarkan pada banyak faktor yang meliputi ketidaknyamanan dan perubahan-perubahan yang diantisipasi baik fisik, finansial, psikologi, spiritual, sosial dan akhir dari pembedahan tersebut (Notoatmodjo, 2013). 2. Faktor-Faktor Kecemasan Menurut Lutfa & Maliya (2011) dalam Khrisna (2013) faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan operasi adalah sebagai berikut: a. Faktor-faktor intrinsik 1) Usia pasien Gangguan kecemasan lebih sering terjadi pada usia dewasa dan lebih banyak pada perempuan. Sebagian besar kecemasan terjadi pada umur 36-45 tahun. 2) Pengalaman Menjelaskan bahwa pengalaman awal ini sebagai bagian penting dan sangat menentukan bagi kondisi mental individu dikemudian hari. Apabila pengalaman individu tentang pengobatan kurang, maka cenderung mempengaruhi peningkatan kecemasan saat menghadapi tindakan pengobatan selanjutnya. 3) Konsep diri dan peran 10 Konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang diketahui individu terhadap dirinya dan mempengaruhi individu untuk berhubungan dengan orang lain. Peran adalah pola, sikap, perilaku, dan tujuan yang diharapkan dari seseorang berdasarkan posisinya di masyarakat. Banyak faktor yang mempengaruhi peran seperti kejelasan perilaku dan pengetahuan yang sesuai dengan peran, konsistensi respon orang lain yang berarti terhadap peran, kesesuaian dan keseimbangan antara peran yang dialaminya, serta keselarasan budaya dan harapan individu terhadap perilaku peran. Selain itu terjadinya situasi yang menciptakan ketidaksesuaian perilaku peran, akanmempengaruhi kehidupan individu. Pasien yang mempunyai peran ganda baik didalam keluarga atau di masyarakat akan cenderung mengalami kecemasan yang berlebih disebabkan konsentrasi terganggu. b. Faktor-faktor ekstrisik 1) Kondisi medis Terjadinya kecemasan yang berhubungan dengan kondisi medis sering ditemukan, walaupun insidensi gangguan bervariasi untuk masing-masing kondisi medis, misalnya pada pasien yang mendapatkan diagnosa operasi akan lebih mempengaruhi tingkat kecemasan pasien dibandingkan dengan pasien yang didiagnosa baik. 2) Tingkat pendidikan Pendidikan pada umumnya berguna dalam merubah pola pikir, pola bertingkah laku dan pola pengambil keputusan. Tingkat pendidikan yang cukup akan lebih mudah dalam mengidentifikasi stressor dalam diri sendiri maupun dari luarnya. 11 3) Akses informasi Akses informasi merupakan pemberitahuan tentang sesuatu agar orang membentuk pendapat berdasarkan sesuatu yang diketahuinya. Informasi yang akan didapatkan pasien sebelum pelaksanaan tindakan operasi terdiri dari tujuan, proses, risiko dan komplikasi serta alternatif tindakan yang tersedia, serta proses administrasi. 4) Adaptasi Tingkat adaptasi manusia dipengaruhi oleh stimulus internal dan eksternal dan membutuhkan respon perilaku yang terus menerus. Proses adaptasi sering menstimulasi individu untuk mendapatkan bantuan dari sumber-sumber dimana individu berada. Perawat merupakan sumber daya yang tersedia. 5) Tingkat sosial ekonomi Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa masyarakat kelas sosial ekonomi rendah memiliki prevalensi gangguan psikiatrik yang lebih banyak. Dari penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa keadaan ekonomi yang rendah atau tidak dapat mempengaruhi tingkat kecemasan pada pasien menghadapi tindakan operasi. 6) Tindakan operasi Adalah klasifikasi tindakan terapi medis yang dapat mendatangkan kecemasan karena terdapat ancaman pada integritas tubuh dan jiwa seseorang. 7) Lingkungan 12 Lingkungan atau sekitar tempat tinggal mempengaruhi cara berpikir. Hal ini bisa saja disebabkan pengalaman dengan keluarga, sahabat, rekan sejawat, dan lain-lain. Kecemasan wajar timbul jika merasa tidak aman terhadap lingkungan. 8) Lama waktu tunggu Lama menunggu merupakan salah satu penyebab yang memperparah kondisi kecemasan pasien, karena dapat mempengaruhi mental dari pasien tersebut. 3. Tanda dan Gejala Kecemasan Menurut Ghimire (2018) manifestasi respon kecemasan preoperatif dapat berupa perubahan respon fisiologis, perilaku, kognitif, dan afektif antara lain: a. Respon fisiologi 1) Respon kardiovaskuler seperti palpitasi, jantung berdebar, tekanan darah tinggi, rasa mau pingsan, tekanan darah menurun, denyut nadi menurun. 2) Respon pernafasan seperti napas cepat, napas pendek, tekanan pada dada, napas dangkal, pembengkakan tenggorokan, sensasi tercekik, terengah-engah. 3) Respon neuromuskuler seperti refleks meningkat, reaksi kejutan, mata berkedip-kedip, insomnia, tremor, rigiditas, gelisah, wajah tegang, kelemahan umum, kaki goyah, gerakan yang janggal. 4) Respon gastrointestinal seperti kehilangan nafsu makan, menolak makan, rasa tidak nyaman pada abdomen, mual, rasa terbakar pada jantung, diare. 5) Respon traktus urinarius seperti tidak dapat menahan kencing, sering berkemih. 13 6) Respon kulit antara lain wajah kemerahan, berkeringat setempat, gatal, rasa panas dan dingin pada kulit, wajah pucat, berkeringat seluruh tubuh. b. Respon perilaku seperti gelisah, ketegangan fisik, tremor, bicara cepat kurang koordinasi, cenderung mendapat cedera, menarik diri dari hubungan interpersonal, melarikan diri dari masalah. c. Respon kognitif meliputi perhatian terganggu, konsentrasi buruk, salah dalam memberikan penilaian. d. Respon afektif meliputi hambatan berpikir, bidang persepsi menurun, kreatifitas dan produktifitas menurun, bingung, sangat waspada, kesadaran meningkat, kehilangan objektifitas, takut kehilangan kontrol, takut pada gambaran visual, takut cidera, mudah terganggu, tidak sabar, gelisah, tegang, ketakutan, tremor, gugup, gelisah. 4. Tingkat Kecemasan Menurut Stuart (2016) kecemasan ada empat tingkatan dengan penjelasan dan efeknya sebagai berikut: a. Kecemasan ringan Kecemasan ringan terjadi saat ketegangan hidup sehari-hari. Selama tahap ini seseorang waspada dan lapangan persepsi meningkat. Kemampuan seseorang untuk melihat, mendengar, dan menangkap lebih dari sebelumnya. Jenis kecemasan ringan dapat memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan dan kreatifitas. b. Kecemasan sedang Kecemasan sedang dimana seseorang hanya berfokus pada hal yang penting saja lapang persepsi menyempit sehingga kurang melihat, mendengar, dan menangkap. Seseorang memblokir area 14 tertentu tetapi masih mampu mengikuti perintah jika diarahkan untuk melakukannya. c. Kecemasan berat Kecemasan berat ditandai dengan penurunan yang signifikan di lapang persepsi. Cenderung memfokuskan pada hal yang detail dan tidak berfikir tentang hal lain. Semua perilaku ditunjukkan untuk mengurangi kecemasan, dan banyak arahan yang dibutuhkan untuk fokus pada area lain. d. Panik Dikaitkan dengan rasa takut dan teror, sebagian orang yang mengalami kepanikan tidak dapat melakukan hal-hal bahkan dengan arahan. Gejala panik adalah peningkatan aktivitas motorik, penurunan kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain, persepsi yang menyempit, dan kehilangan pemikiran rasional. Orang panik tidak mampu berkomunikasi atau berfungsi secara efektif. Kondisi panik yang berkepanjangan akan menghasilkan kelelahan dan kematian. Tapi panik dapat diobati dengan aman dan efektif. 5. Rentang Respon Kecemasan Gambar 2. 1 Rentang Respon Kecemasan Sumber: Stuart (2016) a. Respon adaptif 15 Hasil yang positf akan didapatkan jika indivdu dapat menerima dan mengatur kecemasan. Kecemasan dapat menjadi suatu tantangan, motivasi yang kuat untuk menyelesaikan masalah, dan merupakan sarana untuk mendapatkan penghargaan yang tinggi. Strategi adaptif biasanya digunakan seseorang untuk mengatur kecemasan antara lain dengan berbicara kepada orang lain, menangis, tidur, latihan dan menggunakan teknik relaksasi. b. Respon maladaptif Ketika kecemasan tidak dapat diatur, individu menggunakan mekanisme koping yang disfungsi dan tidak berkesinambungan dengan yang lainnya. Koping maladaptif mempunyai banyak jenis termasuk perilaku agresif, bicara tidak jelas, isolasi diri, banyak makan, konsumsi alkohol, berjudi dan penyalahgunaan obat terlarang. 6. Faktor Predisposisi Kecemasan Menurut Stuart (2016) faktor predisposisi yang mempengaruhi kecemasan adalah: a. Biologi Sebagian besar studi menunjukkan disfungsi beberapa sistem dan bukan hanya perubahan satu neurotransmiter tertentu saja dalam pengembangan gangguan cemas. Sistem ini meliputi sistem GABA, sistem norepinefrin, dan sistem serotonin. GABA adalah neurotransmiter penghambatan paling umum di otak. Pengaturan ansietas berhubungan dengan aktivitas neurotransmitter gammaaminobutyric acid (GABA), yang mengontrol aktivitas atau tidak pembakaran dari neuron dibagian otak yang bertanggungjawab untuk menghasilkan kondisi cemas. Sistem norepinefrin (NE) dianggap menengahi respon fight or flight. Bagian dari otak yang memproduksi NE adalah lokus seruleus. Hal ini dihubungkan dengan jalur 16 neurotransmiter ke struktur lain dari otak yang berhubungan dengan kecemasan, seperti amigdala, hipokampus, dan korteks serebral (bagian pemikiran, penafsiran, dan perencanaan dari otak). Gangguan regulasi neurotransmisi serotonin (5-HT) juga memainkan peran sebagai penyebab kecemasan, karena pasien yang mengalami gangguan ini mungkin memiliki hipersensitif reseptor 5-HT. Pengalaman traumatik dapat mengubah otak dan cara-cara dalam berespon terhadap stressor berikutnya. b. Keluarga Gangguan ansietas berlangsung pada keluarga. Gangguan panik diperkirakan sekitar 40%. Seseorang yang memiliki riwayat keluarga dan gangguan jiwa, tiga kali lebih mungkin untuk mengalami Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) setelah peristiwa traumatik. Meskipun bukti kuat dari kerentanan genetik, tetapi tidak ada gen tunggal atau spesifik yang secara jelas diidentifikasi terkait gangguan kecemasan. Hai ini disebabkan, sebagian peran bahwa lingkungan bermain dalam interaksi dengan kerentanan genetik pada gangguan jiwa. Hal ini juga penting untuk memahami bahwa gangguan kecemasan dapat tumpang tindih, sebagai gangguan kecemasan dan depresi. Seseorang dengan hanya memiliki gangguan kecemasanakan lebih mungkin mengalami depresi berat dalam hidupnya c. Psikologis Teori belajar mempercayai bahwa seseorang yang telah terpapar kekhawatiran yang intens dalam kehidupan awal lebih cenderung mengalami kecemasan dikemudian hari, sehingga pengaruh orang tua adalah penting. Tingkat harga diri seseorang merupakan faktor penting yang berhubungan dengan kecemasan. Seseorang yang mudah merasa terancam atau memiliki tingkat harga diri yang rendah akan lebih rentan terhadap cemas. Sifat psikologis yang paling penting 17 adalah ketahanan terhadap stress. Ketahanan adalah kemampuan untuk mempertahankan fungsi normal meskipun kesulitan. Ketahanan dikaitkan dengan sejumlah faktor psikososial perlindung, termasuk gaya aktif koping, pandangan aktif positif, keterkaitan interpersonal, pedoman moral, dukungan sosial, panutan dan fleksibilitas kognitif. 7. Skala Kecemasan Keluarga Dalam penelitian ini, untuk menentukan tingkat kecemasan pasien berpatokan menggunakan skala kecemasan keluarga yang berpedoman pada skala HARS. Menurut Saputro & Fazrin (2017) Skala HARS merupakan salah satu alat ukur untuk menilai tingkat kecemasan, yang didasarkan pada munculnya simtom pada individu yang mengalami kecemasan. Skala kecemasan keluarga penilaian kecemasan terdiri atas 14 item, yaitu: a. Perasaan cemas: firasat buruk, takut akan pikiran sendiri, mudah tersinggung. b. Ketegangan: merasa tegang, lesu, tidak bisa istirahat dengan tenang, mudah terkejut, mudah menangis, gemetar, gelisah. c. Ketakutan: takut terhadap gelisah, terhadap hasil operasi yang sudah dilakukan, takut akan hasil yang tidak sesuai harapan. d. Gangguan tidur: sukar memulai tidur, terbangun pada malam hari, tidur tidak nyenyak, mimpi buruk, mimpi menakutkan. e. Gangguan kecerdasan: sukar untuk berkonsentrasi, susah mengerti informasi yang diberikan, sering bingung, tidak memperhatikan ketika diberikan informasi. f. Perasaan depresi: hilangnya minat, sedih, bangun dini hari, perasaan berubah-ubah sepanjang hari. 18 g. Gejala somatik/fisik (otot): lelah menunggu, kaki terasa pegal/sakit, leher terasa pegal/tegang, suara tidak stabil. h. Gejala somatik/fisik (sensorik): penglihatan kabur, muka merah atau pucat, merasa lemas, perasaan ditusuk-tusuk. i. Gejala kardiovaskuler: denyut jantung cepat/takikardi, berdebardebar, nyeri di dada, rasa lesu/lemas. j. Gejala pernafasan: rasa tertekan atau sempit di dada, sering menarik napas dalam, rasa tercekik, napas terasa cepat. k. Gejala gastrointestinal: sulit menelan, nyeri sebelum dan sesudah makan, mual dan muntah, rasa penuh atau kembung. l. Gejala urogenital: sering kencing/BAK, tidak dapat menahan BAK, kencing keluar sedikit, tidak keluar sama sekali. m. Gejala autonom: mulut kering, mudah berkeringat, kepala pusing, kepala terasa berat dan sakit. n. Tingkah laku (sikap) pada wawancara: gelisah, tidak tenang, terbatabata, susah untuk menyampaikan kata. Adapun cara penilaiannya adalah setiap item yang diobservasi diberi empat tingkat skor, yaitu antara 1 sampai dengan 4, dengan kategori sebagai berikut: 0 = Tidak ada kecemasan 1 = Ringan/satu dari gejala yang ada 2 = Sedang/separuh dari gejala yang ada 3 = Berat/lebih dari separuh gejala yang ada 19 4 = Sangat berat semua gejala ada Penentuan derajat kecemasan dilakukan dengan cara menjumlahkan nilai skor dan 14 item diatas dengan hasil sebagai berikut: <14 : Tidak ada kecemasan 14-20 : Kecemasan ringan 21-27 : Kecemasan sedang 28-41 : Kecemasan berat 42-56 : Kecemasan sangat berat 8. Penatalaksanaan Kecemasan a. Penatalaksanaan farmakologi Pengobatan untuk anti kecemasan terutama benzodiazepine, obat ini digunakan untuk jangka pendek, dan tidak dianjurkan untuk jangka panjang karena pengobatan ini menyebabkan toleransi dan ketergantungan. Obat anti kecemasan nonbenzodiazepine, seperti buspiro (buspar) dan berbagai antidepresan juga digunakan (Imelisa, Roswendi, Wisnusakti, & Ayu, 2021). b. Penatalaksanaan non farmakologi Menurut Issacs (2005) dalam Imelisa (2021), ada dua penatalaksanaan non farmakologi, yaitu: 1) Distraksi Distraksi merupakan metode untuk menghilangkan kecemasan dangan cara mengalihkan perhatian pada hal-hal lain sehingga pasien akan lupa terhadap cemas yang dialami. Stimulus sensori yang menyenangkan menyebabkan pelepasan endorfin 20 yang bisa menghambat stimulus cemas yang mengakibatkan lebih sedikit stimuli cemas yang ditransmisikan ke otak. Salah satu distraksi yang efektif adalah dengan memberikan dukungan spiritual (membacakan doa sesuai agama dan keyakinannya), sehingga dapat menurunkan hormon-hormon stressor, mengaktifkan hormon endorfin alami, meningkatkan perasaan rileks, dan mengalihkan perhatian dari rasa takut, cemas dan tegang, memperbaiki sistem kimia tubuh sehingga menurunkan tekanan darah serta memperlambat pernapasan, detak jantung, denyut nadi, dan aktivitas gelombang otak. Laju pernapasan yang lebih dalam atau lebih lambat tersebut sangat baik menimbulkan ketenangan, kendali emosi, pemikiran yang lebih dalam dan metabolisme yang lebih baik. 2) Relaksasi Terapi relaksasi yang dilakukan dapat berupa relaksasi, meditasi, relaksasi imajinasi dan visualisasi serta relaksasi progresif. C. Konsep Dasar Anestesi 1. Definisi Anestesi Berdasarkan analisis kata “anestesi”, an yang artinya tidak dan aestesi yang artinya rasa. Sehingga anestesi adalah cabang ilmu kedokteran yang mempelajari tatalaksana untuk mematikan rasa, baik rasa nyeri, takut, dan rasa tidak nyaman yang lain sehingga pasien nyaman (Mangku & Senapathi, 2018). Anestesi adalah hilangnya seluruh modalitas dari sensasi yang meliputi sensasi sakit/nyeri, rabaan, suhu, posisi/propioseptif. General anesthesia atau anestesi umum adalah tindakan yang bertujuan untuk 21 menghilangkan nyeri, membuat tidak sadar, dan menyebabkan amnesia yang bersifat reversibel dan dapat diprediksi. Tiga pilar anestesi umum atau yang disebut trias anestesi meliputi hipnotik atau sedative, yaitu membuat pasien tertidur atau mengantuk/tenang, analgesia atau tidak merasakan sakit, dan relaksasi otot yaitu kelumpuhan otot skelet (Pramono, 2017). 2. Jenis Anestesi a. Anestesi umum Anestesi umum merupakan tindakan medis yang memanfaatkan obat bius untuk menimbulkan analgesia (menghilangkan perasaan nyeri), hipnosis (hilangnya kesadaran) dan relaksasi (terjadinya relaksasi otot) kepada pasien yang akan dilakukan pembedahan. Di bawah anestesi umum pasien kehilangan semua sensasi, kesadaran, dan refleks, termasuk muntah dan refleks berkedip. Otot pasien rileks dan pasien mengalami amnesia. Amnesia adalah tindakan perlindungan yang memungkinkan pasien untuk melupakan setiap peristiwa yang tidak menyenangkan dari prosedur. Durasi anestesi tergantung pada lamanya operasi (Potter & Perry, 2013). Pada IPAI (2018) anestesi umum dibedakan menjadi: 1) Anestesi Inhalasi Anestesi yang diberikan melalui udara pernapasan dengan menggunakan gas atau cairan anestesi yang mudah menguap. Gas anestesi bisa dikombinasikan dengan nitrogen oksida yang terdapat pada suhu dan tekanan ruangan secara stabil. Zat cair yang telah terbukti sangat mudah menguap yakni Halotan, enfluran, isofluran, desfluran, dan metoksifluran. Kloroform merupakan anestesi inhalasi yang pemakaiannya telah dibatasi karena bersifat toksik terhadap fungsi hati. Sedangkan anestesi 22 inhalasi yang dibatasi selanjutnya yakni eter dan siklopropan karena mudah terbakar. 2) Anestesi Parenteral Anestesi parenteral adalah anestesi umum yang diberikan secara parenteral baik intravenus maupun intra musculer, dipergunakan untuk tindakan pembedahan yang singkat dan teknik induksi anestesi. Obat bius atau anestesi yang diberikan secara intravena bisa dikombinasikan dengan anestesi yang lain bahkan hanya dengan obat anestesi itu sendiri secara tunggal. Hal ini bertujuan agar pasien dapat mencapai stadium anestesi dan rasa tenang dengan cepat. b. Anestesi regional Menurut IPAI (2018) anestesi regional adalah anestesi lokal dengan menyuntikan obat anestesi lokal ke dalam ruang subarachnoid dan ekstradural epidural di lakukan suntikan kedalam ekstradural, untuk mendapatkan analgesi setinggi dermatom tertentu dan relaksasi otot rangka. Jenis – Jenis Anestesi Regional 1) Anestesi Spinal Obat disuntikkan di tulang punggung dan diperoleh pembiusan dari kaki sampai tulang dada hanya dalam beberapa menit. Suntikan hanya diberikan satu kali. 2) Epidural Anestesi Obat disuntikkan di tulang punggung dan diperoleh pembiusan dari kaki sampai tulang dada hanya dalam beberapa menit. suntikan hanya diberikan satu kali, obat diberikan terusmenerus melalui sebuah selang kecil selama masih diperlukan. 23 3) Kombinasi spinal epidural Penggabungan dua teknik anestesi antara spinal dan epidural. Keuntungan anestesia kombinasi spinal epidural adalah onset cepat, tinggi blok dapat ditambahkan, durasi blok dapat diperpanjang, serta penatalaksanaan nyeri pasca bedah yang baik. 4) Anestesi Blok Cara ini dapat digunakan pada tindakan pembedahan maupun untuk tujuan diagnostik dan terapi. 3. Klasifikasi Status Fisik Pra Anestesi (ASA) Pasien yang akan dilakukan tindakan operasi dan anastesi dapat dikategorikan dalam beberapa kelas status fisik yang telah ditetapkan. Klasifikasi adalah penilaian risiko yang memungkinkan ahli bedah dan anestesi penyedia layanan untuk mempertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhi bagaimana operasi akan dilakukan. Status fisik ASA diklasifikasikan menjadi enam kelas, yaitu ASA satu sampai ASA enam, yang ditentukan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang (ASA, 2018). Menurut ASA (2018) Dapat dijabarkan sebagai berikut: a. ASA 1 Dalam ASA 1 menggambarkan status fisik pasien dalam keadaan fit dan sehat serta tidak mengkonsumsi alkohol. b. ASA 2 Dalam ASA 2 menggambarkan status fisik pasien dengan gangguan sistemik ringan, seperti wanita hamil, obesitas, perokok aktif, peminum alkohol, hipertensi terkontrol. c. ASA 3 24 Dalam ASA 3 menggambarkan status fisik pasien dengan gangguan sistemik berat yang tidak terkontrol dengan keterbatasan fungsional, seperti penyakit Diabetes Melitus (DM) tidak terkontrol, hepatitis, terpasang implan alat pacu jantung, penyakit ginjal yang menjalani hemodialisis teratur. d. ASA 4 ASA 4 menggambarkan status fisik pasien dengan penyakit sistemik berat yang mengancam jiwa, seperti iskemia jantung, sepsis, kanker, penyakit ginjal yang tidak menjalani hemodialisis secara teratur. e. ASA 5 ASA 5 menggambarkan status fisik pasien sakit berat yang kemungkinan tidak selamat tanpa operasi, seperti kemungkinan tidak akan bertahan hidup dalam waktu kurang dari 24 jam tanpa tindakan operasi, kemungkinan meninggal dalam waktu dekat akibat kegagalan multi organ, sepsis dengan keadaan hemodinamik yang tidak stabil. f. ASA 6 ASA 6 menggambarkan status fisik pasien dengan keadaan mati batang otak atau brain dead yang organnya akan diambil untuk didonorkan. 4. Persiapan Perianestesi a. Pra anestesi Menurut Mangku (2018) pra anestesi adalah langkah lanjut dari hasil evaluasi pra operatif khususnya anestesi untuk mempersiapkan pasien, baik psikis maupun fisik pasien agar pasien siap dan optimal untuk menjalani prosedur anestesia dan diagnostik atau pembedahan yang akan direncanakan. Tempat persiapan pra anestesi dapat 25 dilakukan di poliklinik dan di rumah pasien (pada pasien rawat jalan), ruang perawatan, ruang persiapan IBS, kamar operasi. 1) Persiapan di poliklinik dan di rumah untuk pasien rawat jalan a) Persiapan psikis yaitu memberikan penjelasan kepada pasien dan atau keluarganya agar mengerti perihal rencana anestesi dan pembedahan yang direncanakan sehingga dengan demikian diharapkan pasien dan keluarganya bisa tenang. b) Persiapan fisik diinformasikan agar pasien melakukan: (1) Menghentikan kebiasaan-kebiasaan seperti merokok, minuman keras, dan obat-obatan tertentu minimal dua minggu sebelum anestesia. (2) Melepas segala macam protesis dan aksesoris (3) Tidak mempergunakan kosmetik misalnya cat kuku atau cat bibir. (4) Pasien dipuasakan dengan aturan sebagai berikut Usia Makanan padat Cairan jernih susu formula/ASI tanpa partikel <6 bulan 4 jam 2 jam 6-36 bulan 6 jam 3 jam >36 bulan 8 jam 3 jam Tabel 2. 1 Puasa Pasien c) Diharuskan agar pasien mengajak ikut serta salah satu keluarga atau orang tuanya atau teman dekatnya untuk menemaninya atau menunggu selama atau setelah mengikuti rangkaian prosedur pembedahan dan pada saat kembali 26 pulang untuk menjaga kemungkinan penyulit yang tidak diinginkannya. d) Membuat surat persetujuan tindakan medis. e) Mengganti pakaian yang dipakai dari rumah dengan pakaian khusus kamar operasi. 2) Persiapan di ruang perawatan a) Persiapan psikis (1) Berikan penjelasan kepada pasien dan atau keluarganya agar mengerti perihal rencana anestesi dan pembedahan yang direncanakan sehingga dengan demikian diharapkan pasien dan keluarganya bisa tenang. (2) Berikan obat sedatif pada pasien yang menderita stress yang berlebihan atau pada pasien tidak kooperatif. (3) Pemberian obat sedatif dapat dilakukan secara oral pada malam hari menjelang tidur dan pada pagi hari 60-90 menit sebelum ke IBS, rektal (khusus untuk pasien pediatrik) pada pagi hari sebelum ke IBS. b) Persiapan fisik (1) Hentukan kebiasaan-kebiasaan seperti merokok, minuman keras dan obat-obatan tertentu minimal dua minggu sebelum anestesia atau minimal dimulai sejak evaluasi pertama kali di poliklinik. (2) Tidak memakai protesis atau aksesoris. (3) Tidak mempergunakan cat kuku atau cat bibir. (4) Program puasa untuk pengosongan lambung, dapat dilakukan sesuai dengan aturan tersebut di atas. 27 (5) Pasien dimandikan pagi hari menjelang ke kamar bedah, pakaian diganti dengan pakaian khusus kamar bedah dan kalau perlu pasien diisi label. c) Membuat surat persetujuan tindakan medik Pada pasien dewasa dan sadar bisa dibuat sendiri dengan menanda tangani lembaran formulir yang sudah tersedia pada bendel catatan medik dan disaksikan oleh kepala ruangan tempat pasien dirawat, sedangkan pada pasien bayi/anak-anak/orang tua dan pasien tidak sadar ditanda tangani oleh salah satu keluarganya yang menanggung dan juga disaksikan oleh kepala ruangan. d) Persiapan lain yang bersifat khusus pra anestesia Apabila dipandang perlu dapat dilakukan koreksi terhadap kelainan sistemik yang dijumpai pada saat evaluasi prabedah, seperti transfuse, dialysis, fisioterapi dan lainlainnya sesuai dengan prosedur tetap tatalaksana masingmasing penyakit yang diderita pasien. 3) Persiapan di ruang persiapan IBS meliputi evaluasi ulang status pasien, ganti pakaian dengan pakaian khusus kamar operasi, memberikan premedikasi dan memasang infus. 4) Persiapan di kamar operasi meliputi persiapan mesin anestesi, meja operasi, alat-alat resusitasi, obat-obat anestesi, alat-alat pemantau tekanan darah, suhu dan EKG, dll. b. Intra anestesi Asuhan kepenataan intra anestesi merupakan suatu rangkaian kegiatan pemberian asuhan di bawah pengawasan atas pelimpahan wewenang secara mandat oleh dokter spesialis anestesi selama anestesi yang dimulai sejak pasien berada diatas meja operasi sampai 28 dengan pasien dipindahkan ke ruang pulih sadar. Asuhan ini meliputi melakukan induksi, melakukan intubasi, pemberian obat anestesi dan ekstubasi (IPAI, 2018). c. Pasca anestesi Asuhan kepenataan pasca anestesi adalah tindakan yang dilakukan pada masa pemulihan pasca anestesi dilakukan di ruang pulih sadar (recovery room) dan dalam kondisi tertentu dilanjutkan di ruang unit intensif. Kamar pulih sadar merupakan perluasan kamar operasi, untuk merawat pasien pasca anestesi yang merupakan masa transisi karena kesadaran penderita belum pulih secara sempurna akibat pengaruh obat anestesi sehingga kecenderungan terjadi sumbatan jalan napas akibat refleks perlindungan seperti reflek batuk, muntah maupun menelan belum baik sehingga kemungkinan terjadi aspirasi dan juga mengakibatkan gangguan kardiovaskular penderita (IPAI, 2018). D. Konsep Dasar Operasi 1. Definisi Operasi Operasi atau pembedahan merupakan suatu penanganan medis secara invasif yang dilakukan untuk mendiagnosa atau mengobati penyakit, injuri, atau deformitas tubuh, tindakan pembedahan akan mencederai jaringan yang dapat menimbulkan perubahan fisiologis tubuh dan mempengaruhi organ tubuh lainnya. Berdasarkan data yang diperoleh dari WHO, jumlah pasien dengan tindakan operasi mencapai angka peningkatan yang sangat signifikan dari tahun ke tahun. Tercatat di tahun 2011 terdapat 140 juta pasien di seluruh rumah sakit di dunia, sedangkan pada tahun 2012 data mengalami peningkatan sebesar 148 juta jiwa. Tindakan operasi di Indonesia pada tahun 2012 mencapai 1,2 juta jiwa. Berdasarkan Data Tabulasi Nasional Departemen Kesehatan Republik 29 Indonesia Tahun 2009, tindakan bedah menempati ururan ke-11 dari 50 pertama penanganan pola penyakit di rumah sakit se-Indonesia yang diperkirakan 32% diantaranya merupakan tindakan bedah laparatomi (Hartoyo, 2015). Prosedur operasi merupakan salah satu bentuk terapi medis yang dapat menimbulkan rasa takut, cemas hingga stress, karena dapat mengancam integritas tubuh, jiwa dan dapat menimbulkan rasa nyeri. Perawat mempunyai peran yang sangat penting dalam setiap tindakan operasi, yaitu salah satunya untuk membantu pasien mendapatkan informasi tentang tindakan-tindakan yang akan dilakukan agar dapat mengurangi rasa cemas yang dialami pasien. 2. Klasifikasi Operasi Menurut Marry & Yakobus (2009) dalam Zulfa (2020) klasifikasi pembedahan berdasarkan tingkat risiko dibedakan menjadi dua yaitu pembedahan mayor dan pembedahan minor.Bedah minor adalah pembedahan yang sederhana dan risikonya sedikit.Kebanyakan bedah minor dilaksanakan dalam anestesi lokal,sekalipun ada juga yang dilakukan dalam anestesi umum.Meskipun bedah minor adalah pembedahan sederhana,perlu diingat bahwa ada pasien yang tidak memandangnya sebagai pembedahan sederhana sehingga mereka bisa cemas, takut dan nyeri.Bedah mayor adalah pembedahan yang mengandung risiko cukup tinggi untuk pasien dan biasanya pembedahan ini luas,biasanya bedah mayor dilakukan dalam anestesi umum. 3. Jenis Operasi Menurut Caroline Bunker & Mary T (2017) tingkat pilihan pasien dalam operasi adalah: a. Operasi pilihan atau elektif: kondisi tidak mengancam jiwa. Pasien dapat memilih untuk menjalani pembedahan atau tidak. Contohnya 30 antara lain bedah plastik, penghilang tanda lahir nonmaligna (tidak ganas), dan ligasi tuba atau vasektomi untuk sterilisasi. b. Diperlukan/non elektif: operasi diperlukan pada saat tertentu. Pasien memiliki berapa pilihan tentang kapan prosedur akan dilakukan. Contohnya antara lain perbaikan hernia, prolaps uterus, dan perbaikan posisi sendi pinggul. c. Urgent (mendesak) nonelektif: operasi harus dilakukan dalam waktu segera, untuk mencegah kerusakan lebih lanjut pasien. Contohnya antara lain pengangkatan keganasan (kanker) dan pengangkatan apendiks yang mengalami inflamasi. d. Darurat: operasi harus dilakukan segera untuk menyelamatkan jiwa pasien. Contohnya adalah kehamilan ektopik dengan ancaman ruptur, hemoragi internal yang buruk, ruptur apendiks, dan angioplasti setelah serangan jantung. E. Penelitian Terkait Dalam penyusunan proposal ini, terdapat tiga artikel penelitian terkait. Berdasarkan studi literatur yang berhubungan dengan proposal ini yaitu penelitian yang dilakukan oleh Tambengi (2017) dengan judul “Hubungan Waktu Tunggu dengan Kecemasan Pasien di Unit Gawat Darurat RSU GMIM Pancaran Kasih Manado”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan waktu tunggu dengan kecemasan pasien di IGD RSU GMIM Pancaran Kasih Manado. Design Penelitian adalahdeskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. Teknik sampling yang digunakan pada penelitian ini menggunakan accidential sampling yang terdiri dari 40 responden. Uji hipotesa menggunakan chi square. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan didapati bahwa dari 40 responden, 16 responden dengan waktu tunggu baik mengalami kecemasan sedang (88,9%), 2 responden dengan waktu tunggu baik mengalami kecemasan berat (11,1%), 10 responden dengan waktu tunggu 31 kurang baik mengalami kecemasan sedang (45,5%), 12 responden dengan waktu tunggu kurang baik mengalami kecemasan berat (54,5%) Penelitian Jumiran (2020) yang berjudul “Hubungan Waktu Tunggu Operasi dengan Kecemasan Pasien Pre Operasi di Instansi Bedah Sentral RSUD dr Soedirman Mangun Sumarso Wonogiri”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan waktu tunggu operasi dengan kecemasan pasien pre operasi di Instalasi Bedah Sentral RSUD dr Soediran Mangun Sumarso Wonogiri. Design penelitian adalah korelasional menggunakan pendekatan cross sectional. Teknik sampling yang digunakan pada penelitian ini menggunakan purposive sampling dengan jumlah sebanyak 92 responden. Uji statistik yang digunakan adalah menggunakan rank spearman. Hasil penelitian yang didapatkan bahwa ada hubungan waktu tunggu operasi dengan kecemasan pasien pre operasi di Instalasi Bedah Sentral RSUD dr Soediran Mangun Sumarso Wonogiri (p 0,000). Menurut peneliti, semakin lama waktu tunggu oporasi akan semakin membuat pasien bertambah cemas. Faktor lain kecemasan juga sangat berperan penting misalnya tingkat pengetahuan dan mekanisme koping pasien itu sendiri. Pada peneltian Utami (2020) yang berjudul “Hubungan Waktu Tunggu dengan Kecemasan Pasien di Klinik Jantung RSUD Kanjuruhan Kabupaten Malang” menggunakan design penelitian korelatif dengan pendekatan cross sectional. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan waktu tunggu dengan kecemasan pasien di klinik jantung RSUD Kanjuruhan Kabupaten Malang. Teknik sampling yang digunakan menggunakan purposive sampling dengan responden sebanyak 118. Jenis analisa data yang digunakan adalah menggunakan uji analisa spearman. Hasil dari penelitian ini yaitu didapatkan hasil data dari 118 jumlah responden (84,7%) yang menunggu pelayanan kesehatan di klinik jantung menyatakan menunggu lama yaitu lebih dari 60 menit sedangkan responden yang menunggu lama yaitu lebih dari 60 menit menurut hasil data penelitian menyatakan mengalami kecemasan sejumlah 74 responden (62,7%). BAB III KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS, VARIABEL PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL Pada bab ini akan menjelaskan tentang kerangka konsep penelitian, hipotesis dan variabel penelitian. Pada bab ini juga menjelaskan tentang definisi operasional variabel penelitian. Semua bagian pada bab ini akan dijelaskan sebagai berikut: A. Kerangka Konsep Kerangka konsep (conseptual framework) adalah model pendahuluan dari sebuah masalah penelitian dan merupakan refleksi hubungan dari variabelvariabel yang diteliti (Swarjana, 2015). Berdasarkan latar belakang masalah dan tinjauan teori, maka kerangka konsep pada penelitian ini adalah sebagai berikut: Faktor-faktor yang mempengaruhi lama waktu tunggu: Faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan: 1. 2. 3. 4. 1. Usia Variasi appointment interval. Waktu pelayanan yang panjang. Pola kedatangan pasien. Pasien tidak datang pada jam perjanjian. 5. Jumlah pasien yang datang tanpa perjanjian. 6. Pola kedatangan dokter 7. Terputusnya pelayanan pasien karena keinginan dokter untuk berhenti sebentar selama jam praktek 2. Jenis kelamin 3. Tahap perkembangan 4. Tipe kepribadian 5. Pendidikan 6. Lama waktu tunggu 7. Lingkungan 8. obat Variabel Bebas Variabel Terikat Lama waktu tunggu operasi pada pasien operasi elektif dengan general dan regional anestesi. Tingkat kecemasan keluarga pada pasien operasi elektif dengan general dan regional anestesi 33 34 Hubungan antara lama waktu tunggu operasi dengan kecemasan keluarga pada pasien operasi elektif dengan general dan regional anestesi Gambar 3. 1 Kerangka Konsep Hubungan antara Lama Waktu Tunggu Operasi dengan Kecemasan Keluarga pada Pasien Operasi Elektif dengan General dan Regional Anestesi di RSU Kertha Usada Keterangan: Variabel yang diteliti Variabel yang tidak diteliti Garis hubungan Berdasarkan kerangka konsep diatas dapat dijelaskan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi kecemasan yaitu jenis kelamin, tahap perkembangan, tipe kepribadian, pendidikan, lama waktu tunggu. Salah satu faktor yang mempengaruhi kecemasan adalah lama waktu tunggu, sehingga lama waktu tunggu mempengaruhi tingkat kecemasan keluarga pada pasien operasi elektif dengan general dan regional anestesi. Variabel bebas (independen) dalam penelitian ini adalah lama waktu tunggu operasi dan variabel terikatnya (dependen) adalah tingkat kecemasan. B. Hipotesis Menurut Kumar (2019) dalam Nursalam (2020) hipotesis adalah suatu pernyataan asumsi tentang hubungan antara dua atau lebih variabel yang diharapkan dapat menjawab suatu pertanyaan dalam penelitian. Hipotesis penelitian merupakan hasil yang akan diharapkan dari peneliti, dibuat berdasarkan studi empiris yang memiliki alasan yang logis dan memprediksi hasil dari studi penelitian. Hipotesis dari penelitian ini adalah hipotesis alternative (Ha) yaitu: ada hubungan antara lama waktu tunggu operasi dengan kecemasan keluargai pada pasien operasi elektif dengan general dan regional anestesi. 35 C. Variabel dan Definisi Operasional 1. Variabel penelitian Variabel adalah sebuah konsep yang dioperasionalkan, diaplikasikan serta menjadi property dari objek. Variabel dalam penelitian ini dibagi menjadi dua yaitu: a. Variabel Bebas (independent variabel) Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau nilainya menentukan variabel lain (Nursalam, 2020). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah lama waktu tunggu operasi pada pasien operasi elektif dengan general dan regional anestesi. b. Variabel Terikat (dependen variabel) Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi nilainya ditentukan oleh variabel lain (Nursalam, 2020). Variabel terikat pada penelitian ini adalah tingkat kecemasan keluarga pada pasien operasi elektif dengan general dan regional anestesi. 2. Definisi operasional Definisi operasional variabel adalah suatu fenomena observasional yang memungkinkan seorang peneliti untuk dapat menguji secara empiric apakah outcome yang diprediksi tersebut benar atau tidak. (Thomas et al, 2010 dalam Swarjana, 2015). Variabel dalam penelitian ini dibedakan menjadi dua kategori yaitu variabel pertama lama waktu tunggu operasi pada pasien operasi elektif dengan general dan regional anestesi dan variabel kedua yaitu tingkat kecemasan keluarga pada pasien operasi elektif dengan general dan regional anestesi. 36 No 1. 2. Variabel Definisi operasional Alat ukur dan cara ukur Lama Lama waktu Pengumpulan waktu tunggu data tunggu waktu yang dilakukan operasi diperlukan dengan cara pada sejak pasien mencatat pasien datang ke pasien mulai operasi ruang dari ruang elektif operasi penerimaan dengan sampai sampai pasien general dan dengan akan regional pasien akan dipindahkan anestesi dipindahkan ke ruang ke ruang rawat inap. rawat inap di Alat ukur RSU Kertha yang Usada digunakan Singaraja adalah lembar observasi yang terdiri dari 2 pilihan waktu. Kecemasan Tingkat Pengumpulan keluarga kecemasan data pada merupakan dilakukan pasien suatu rentang dengan cara operasi respon dari mengukur elektif kecemasan tingkat dengan yang kecemasan general membagi keluarga dan kedalam pasien pada regional beberapa pasien yang anestesi kategori dilakukan yaitu: tidak operasi elektif ada dengan kecemasan, general dan kecemasan regional ringan, anestesi. Alat kecemasan ukur sedang, digunakan kecemasan berupa lembar berat, kuesioner kecemasan kecemasan sangat berat keluarga yang Hasil ukur Skala Semakin tinggi skor mengindikasik an responden lama menunggu tindakan operasi. Skor responden dikategorikan sebagai berikut: a. <4 Jam b. >4 Jam (Sumber: Yusri, 2015) Rasio Semakin Interval tinggi skor responden mengindikasik an kecemasan responden semakin buruk. Selanjutnya total skor tiap responden akan dikategorikan sebagai berikut yaitu: a. Tidak ada kecemasan jika hasil skor <14 b. Kecemasan ringan jika 37 pada terdiri dari 14 hasil skor keluarga indikator 14-20 pasien kecemasan. c. Kecemasan dilakukan sedang jika operasi hasil skor elektif 21-27 dengan d. Kecemasan general dan berat jika regional hasil skor anestesi di 28-41 RSU Kertha e. Kecemasan Usada sangat Singaraja berat jika yang hasil skor membuat 42-56 keluarga (Nursalam, pasien 2013) merasa tidak tenang, khawatir, takut dan tegang. Tabel 3. 1 Definisi Operasional Hubungan antara Lama Waktu Tunggu Operasi dengan Kecemasan Keluarga pada Pasien Operasi Elektif dengan General dan Regional Anestesi di RSU Kertha Usada Singaraja BAB IV METODE PENELITIAN Pada bab ini menguraikan mengenai desain penelitian, tempat dan waktu penelitian, populasi, sampel dan sampling, pengumpulan data, analisa data, serta etika dalam penelitian. A. Desain Penelitian Desain penelitian memberikan kerangka kerja untuk mengumpulkan serta menganalisa data. Pada penelitian ini menggunakan desain penelitian analitik kolerasional, dengan menggunakan metode pendekatan cross sectional. Metode pendekatan cross sectional adalah penelitian yang mendesain pengumpulan datanya dilakukan pada satu titik waktu (at one point in time) dimana fenomena yang diteliti adalah selama satu periode pengumpulan data. (Swarjana, 2015). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan lama waktu tunggu operasi dengan tingkat kecemasan keluarga pada pasien operasi elektif dengan general dan regional anestesi di RSU Kertha Usada Singaraja, yang dimana variabel bebas dalam penelitian ini adalah lama waktu tunggu operasi pada pasien operasi elektif dengan general dan regional anestesi dan variabel terikat pada penelitian ini adalah tingkat kecemasan keluarga pada pasien operasi elektif dengan general dan regional anestesi. B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Instalansi Bedah Sentral (IBS) Rumah Sakit Umum Kertha Usada Singaraja. Alasan peneliti memilih lokasi di RSU Kertha Usada diantaranya adalah sebagai berikut: yang pertama berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada observasi awal terlihat 38 39 bahwa dalam 3 bulan terakhir ditahun 2021 rata-rata operasi elektif dengan teknik anestesi umum dan anestesi regional 334 pasien, dan yang kedua adalah belum pernah ada penelitian sejenis yang dilakukan di RSU Kertha Usada Singaraja. 2. Waktu Penelitian Pembuatan proposal dibuat dari bulan 18 Oktober sampai 31 Desember 2021, penelitian dilakukan setelah proposal penelitian disetujui, serta mendapatkan izin penelitian lalu pengumpulan data kemudian dilaksanakan pada bulan 1 Februari sampai sampai bulan 1 Maret 2021. C. Populasi, Sampel, Sampling 1. Populasi Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2019). Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien pre anestesi yang menjalani operasi elektif dengan teknik anestesi umum dan anestesi regional di RSU Kertha Usada Singaraja. Jumlah pasien yang dioperasi di RSU Kertha Usada Singaraja selama tiga bulan terakhir sebanyak 334 pasien dengan general dan regional anestesi. Jika dirata-ratakan jumlah pasien operasi setiap bulannya sebanyak 111 pasien. . 2. Sampel Sampel adalah bagian dari elemen populasi yang dihasilkan dari strategi sampling. Idealnya sampel yang diambil adalah sampel yang mewakili populasi (Swarjana, 2015). a. Besar sampel Perhitungan jumlah sampel dihitung menggunakan rumus besar sampel sebagai berikut (Nursalam, 2020): 40 𝑛= 𝑁 1 + N(𝑑)2 𝑛= 111 1 + 111 (0,05)2 𝑛= 111 1 + 111 (0,0025) 𝑛= 111 1 + 0,27 𝑛= 111 1,27 𝑛 = 87,4 Keterangan: n = Besar sampel N = Besar populasi d = Tingkat signifikansi (p) Berdasarkan hasil perhitungan maka besar sample keseluruhan yang diperlukan yaitu 87 responden. b. Kriteria sampel 1) Kriteria inklusi a) Keluarga pasien terdekat b) Pasien ASA I dan ASA II c) Jadwal operasi sudah ditentukan dengan jelas/elektif d) Pasien yang sudah mentandatangani inform consent e) Pasien baru pertama kali dan kedua kali operasi 41 f) Keluarga pasien berusia 18-55 tahun dengan tingkat kesadaran baik (composmentis) 2) Kriteria eksklusi a) Pasien dengan operasi cito b) Pasien dengan komplikasi 3. Sampling Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat mewakili populasi. Teknik sampling merupakan cara-cara yang ditempuh dalam pengambilan sampel, agar memperoleh sampel yang benar-benar sesuai dengan keseluruhan subjek penelitian. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah non probability sampling dengan metode consecutive sampling dimana menetapkan setiap subjek yang memenuhi kriteria inklusi dipilih sampai ukuran sampel yang diperlukan tercapai. Pada penelitian ini, sampel disesuaikan dengan kriteria inklusi dan eksklusi (Nursalam, 2020). D. Pengumpulan Data 1. Metode Pengumpulan Data Dalam penelitian, akuratnya data penelitian yang dikumpulkan sangat mempengaruhi hasil penelitian. Agar data yang dikumpulkan tersebut akurat, maka diperlukan alat pengumpulan data (instrument penelitian) yang tidak saja valid, tetapi juga reliable. Selain ketepatan instrument penelitian, metode pengumpulan data pun sebaiknya tepat atau sesuai dengan data yang akan dikumpulkan (Mazhindu dan Scott, 2005 dalam Swarjana, 2015). Penelitian ini dilakukan selama dua bulan di RSU Kerta Usada dengan teknik penentuan sampel secara non probability sampling yaitu consecutive sampling. Untuk mendapatkan datanya yaitu dengan pengambilan anggota sampel berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi sampai jumlah sampel yang dibutuhkan terpenuhi berdasarkan waktu 42 pengumpulan data yang telah ditentukan sebelumnya. Jenis data penelitian yang dikumpulkan adalah data primer. Sebanyak 87 responden akan diberikan informasi mengenai tujuan penelitian yang akan dilakukan dan diminta kesediaannya untuk menjadi responden. Pengumpulan data dilakukan dengan cara peneliti akan menemui pasien yang akan dilakukan anestesi pada ruang pre anestesi di IBS dan keluarga pasien yang menunggu di luar untuk menilai apakah pasien dan keluarga pasien tersebut masuk ke dalam kriteria inklusi dan menyetujui untuk dijadikan responden. Setelah itu keluarga pasien akan diobservasi waktu tunggu menggunakan lembar obeservasi waktu tunggu dan diukur tingkat kecemasannya menggunakan kuesioner kecemasan keluarga. 2. Alat Pengumpulan Data Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab (Sugiyono, 2017). a. Data demografi pasien Data ini berisikan tentang data umum responden yang berisikan tentang identitas responden meliputi jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, pekerjaan. b. Lembar observasi waktu tunggu Lembar observasi yang peneliti gunakan merujuk dari penelitian Yusri (2015) dengan judul peneltian “Analisis Faktor yang Berhubungan dengan Waktu Tunggu Pemeriksaan Foto Toraks Pasien Rawat Jalan di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Dr. Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2015”. Lembar observasi ini kemudian dikembangkan sendiri oleh peneliti sesuai dengan kebutuhan penelitian. Item lembar observasi ini terdiri dari 1) Waktu sejak pasien datang ke IBS 43 2) Waktu sejak pasien akan dipindahkan ke ruangan rawat inap Terdapat dua indikator yang digunakan yaitu: 1) <4 Jam 2) >4 Jam c. Lembar kuesioner kecemasan keluarga Skala kecemasan keluarga merupakan pengukuran kecemasan yang didasarkan pada munculnya simptom pada individu yang mengalami kecemasan. Terdapat 14 simptom yang nampak pada individu yang mengalami kecemasan menurut skala kecemasan keluarga. Setiap item yang diobservasi diberi 5 tingkatan skor, antara 0 (nol present) sampai dengan 4 (severe). Cara penilaian kecemasan keluarga dengan sistem skoring, yaitu: skor nol = tidak ada gejala, skor satu = ringan (satu gejala), skor dua = sedang (dua gejala), skor tiga = berat (lebih dari dua gejala), skor empat = sangat berat (semua gejala). Penentuan derajat kecemasan dengan cara menjumlah nilai skor dan item 1–14 dengan hasil: skor <14 = tidak cemas, skor 14–20 = cemas ringan, skor 21–27= cemas sedang, skor 28–41= cemas berat, skor 42–56 = cemas berat sekali. 3. Teknik pengumpulan data Pada teknik pengumpulan data diperlukannya persiapan dari peneliti, alat atau bahan penelitian, persiapan responden, persiapan tempat, waktu, dan persiapan lainnya. Persiapan yang diperlukan diantaranya: a. Tahap persiapan 1) Peneliti menyiapkan proposal lengkap terlebih dahulu dengan judul Hubungan antara Lama Waktu Tunggu Operasi dengan Kecemasan Keluarga pada Pasien Operasi Elektif dengan General dan Regional Anestesi di Rumah Sakit Umum Kertha Usada Singaraja. 44 2) Peneliti mengajukan surat rekomendasi izin penelitian kepada Rektor Institut Teknologi dan Kesehatan Bali dengan nomor DL.02.02.1191.TU.II.2022 3) Kemudian peneliti mengajukan surat izin penelitian ke Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Provinsi Bali dengan nomor surat B.30.070/772.E/IZIN-C/DPMPTSP, setelah surat keluar kemudian menyerahkan ke Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kabupaten Buleleng 4) Setelah surat dari Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kabupaten Buleleng keluar dengan nomor 503/122/REK/DPMPTSP/2022 5) Surat dari Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kabupaten Buleleng diserahkan ke kantor Camat setempat, Kesbangpol Kabupaten Buleleng dan Rumah Sakit Umum Kertha Usada Singaraja. 6) Peneliti mengajukan surat permohonan studi pendahuluan ke RSU Kertha Usada dengan nomor surat DL.02.02.3358.TU.XII.2021 7) Kemudian peneliti mendapat surat balasan permohonan izin studi pendahuluan dengan nomor 0062/RSU-KU/I/2022 8) Kemudian surat studi pendahuluan diserahkan kepada kepala ruang OK RSU Kertha Usada Singaraja. 9) Peneliti mengajukan permohonan Ethical Clearance ke Komisi Etik Penelitian (KEP) Institut Teknologi dan Kesehatan Bali dengan nomor DL.02.02.0551.TU.I.2022 10) Setelah surat Ethical Clearance keluar dengan nomor surat 03.0393/KEPITEKES-BALI/IV/2022 45 11) Peneliti menyerahkan surat Ethical Clearance kepada Rumah Sakit Umum Kertha Usada Singaraja yang bertujuan untuk memohon izin untuk melakukan penelitian. 12) Peneliti mempersiapkan lembar persetujuan menjadi responden (informed consent). 13) Peneliti mempersiapkan alat-alat yang digunakan dalam penelitian yaitu berupa kuesioner dan lembar observasi. 14) Peneliti melakukan kontrak waktu dengan responden untuk dilakukan pengukuran lama waktu tunggu dan tingkat kecemasan. 15) Tempat pelaksanaannya dilakukan pada ruang tunggu di IBS RSU Kertha Usada. b. Tahap pelaksanaan Setelah izin penelitian diperoleh kemudian dilanjutkan ke tahap pelaksanan antara lain : 1) Setelah mendapat izin penelitian, peneliti mencari calon responden yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi dengan mendatangi pasien dan keluarga pasien yang dilakukan tindakan operasi di Rumah Sakit Umum Kertha Usada Singaraja. 2) Peneliti akan berkoordinasi dengan kepala ruangan Instalasi Bedah Sentral mengenai penelitian yang akan dilakukan sekaligus memperkenalkan diri dan kontrak waktu. 3) Peneliti memperkenalkan diri kemudian peneliti menjelaskan tujuan dari penelitian. 4) Setelah itu peneliti memberikan lembar informed concent kepada calon responden untuk dibaca terlebih dahulu, kemudian 46 menjelaskannya kepada calon responden yang bersedia menjadi responden wajib menandatangani lembar informed concent. 5) Setelah calon responden menandatangani informed concent. Peneliti memberikan pertanyaan sesuai dengan pertanyaan yang terlampir dalam kuesioner dan cukup memberikan tanda centang dalam kolom yang disediakan sesuai dengan jawaban yang dianggap benar. 6) Kemudian peneliti mengumpulkan kembali kuesioner dan mengecek kelengkapan data kuesioner yang telah diisi peneliti. 7) Peneliti mengakhiri pertemuan dengan mengucapkan terima kasih atas partisipasinya dalam penelitian. 8) Selanjutnya peneliti melakukan pengolahan data dan analisa data. E. Analisa Data Analisa data penelitian adalah salah satu tahapan penelitian yang sangat penting yang harus dikerjakan dan dilalui oleh seorang peneliti. Keakuratan data penelitian belum dapat menjamin keakuratan hasil penelitian. Data yang akurat memerlukan analisis data yang tepat (Swarjana, 2015). Langkahlangkah yang terdapat dalam pengolahan data diantaranya: 1. Teknik Pengolahan Data Pengolahan data meliputi 6 kegiatan, yaitu: a. Editing Editing adalah suatu cara untuk memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh atau dikumpulkan melalui instrumen penelitian. Dalam tahap ini, peneliti melakukan pemeriksaan antara kesesuaian jawaban dan kelengkapan pengisian lembar observasi dan kuesioner ketika data telah terkumpul. Dalam proses editing ini, data yang peneliti masukkan pada Microsoft exel susah sesuai dengan data yang peneliti dapatkan. 47 b. Coding Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik atau angka terhadap data yang terdiri dari beberapa kategori. Coding dilakukan setelah melakukan penelitian dimana peneliti melakukan coding sesuai dengan karakteristik responden dalam lembar identitas, jawaban responden dalam kuesioner serta hasil observasi pada lembar waktu tunggu untuk memudahkan proses pengolahan data. Data yang dimasukkan dalam coding adalah sebagai berikut: Pada karakteristik keluarga pasien: 1) Jenis kelamin a) Laki-laki diberi kode (1) b) Perempuan diberi kode (2) 2) Umur a) 18-25 tahun diberikan kode (1) b) 26-35 tahun diberikan kode (2) c) 36-45 tahun diberikan kode (3) d) 46-55 tahun diberikan kode (4) 3) Jenis pekerjaan a) ASN diberikan kode (1) b) TNI/POLRI diberikan kode (2) c) Wiraswasta diberikan kode (3) d) Petani diberikan kode (4) e) Lainnya diberikan kode (5) 4) Pendidikan 48 a) Tidak sekolah diberikan kode (1) b) SD diberikan kode (2) c) SMP diberikan kode (3) d) SMA/SMK diberikan kode (4) e) PT diberikan kode (5) Hubungan dengan pasien 1) Hubungan a) Ayah b) Ibu c) Suami d) Istri e) Saudara kandung f) Saudara sepupu g) lainnya Pengalaman operasi pasien 1) Pengalaman operasi a) Operasi pertama kali diberikan kode (1) b) Operasi kedua diberikan kode (2) Lama waktu tunggu keluarga pasien 1) Lama waktu tunggu a) <4 Jam diberikan kode (1) a) >4 Jam diberikan kode (2) Pada pernyataan kuesioner keluarga yaitu bila menjawab 1) Tingkat kecemasan b) Tidak ada kecemasan diberikan kode (1) 49 c) Kecemasan ringan diberikan kode (2) d) Kecemasan sedang diberikan kode (3) e) Kecemasan berat diberikan kode (4) f) Kecemasan berat sekali/panik diberikan kode (5) Scoring pada kuesioner kecemasan keluarga 1) Scoring a) <14 Tidak ada kecemasan diberikan kode (1) b) 14-20 Kecemasan ringan diberikan kode (2) c) 21-27 Kecemasan sedang diberikan kode (3) d) 28-41 Kecemasan berat diberikan kode (4) e) 42-56 Kecemasan sangat berat diberikan kode (5) c. Entry data Entry data yaitu kegiatan memasukan data ke dalam program computer untuk mengolah menggunakan komputer. Pada penelitian ini peneliti melakukan entry data ketika sudah yakin bahwa data yang ada sudah benar dan baik dari kelengkapan maupun pengkodeannya. Selanjutnya peneliti memasukian data satu persatu ke dalam program computer Microsoft Exel yang mana data-data yang dimasukan adalah kode sesuai koding yang sudah dilakukan pada karakteristik responden, kode pernyataan lembar observasi, dari masing-masing pilihan pernyataan lembar kuesioner, total skor dari keseluruhan akumulasi yang diperoleh masing-masing responden dan kode kategori responden sehingga data dapat dianalisis dengan bantuan SPSS (Statistical Program for Social Science) yang kemudian setelah sudah lengkap akan diproses sesuai dengan kebutuhan data yang akan dicari. d. Tabulating 50 Peneliti telah mengelompokan data dalam suatu data tertentu menurut sifat yang dimiliki sesuai dengan tujuan penelitian. Langkah pertama dalam tubulasi data yaitu membuat tabel kosong setelah itu memasukan data yang telah diolah sesuai dengan kebutuhan analisisnya. Peneliti membuat tabel yang memuat susunan data penelitian sehingga data lebih mudah untuk dianalisis. Peneliti sudah menggelompokkan perkategori sehingga data lebih mudah untuk dimengerti. Setelah itu peneliti mencari data yang diperlukan sesuai dengan penelitian yang sudah dilakukan. e. Cleaning Peneliti melakukan cleaning data yang dimasukan diperiksa kembali untuk memastikan data tersebut telah bersih dari kesalahan dalam pengkodean maupun pembacaan kode. Peneliti memeriksa apakah ada data yang tidak tepat masuk kedalam program computer. Melalui cleaning dapat dijelaskan bahwa tidak ada missing data. Dari olah data yang peneliti lalukan semua data sudah sesuai dengan data yang peneliti perlukan sehingga tidak ada data yang tidak tepat. 2. Teknik Analisa Data a. Analisa univariat Analisa univariat dilakukan untuk melihat gambaran distribusi frekuensi pada variabel independen dan variabel dependen yang diteliti. Pada penelitian ini variabel bebas dalam penelitian ini adalah lama waktu tunggu operasi pada pasien operasi elektif dengan general dan regional anestesi dan variabel terikat pada penelitian ini adalah tingkat kecemasan keluarga pada pasien operasi elektif dengan general dan regional anestesi. Analisa data karakteristik responden meliputi umur, jenis kelamin, pekerjaan dan pendidikan. Selain itu juga menganalisa lama waktu tuunggu operasi, pengalaman operasi dengan melakukan distribusi frekuensi dan presentase. 51 b. Analisa bivariat Analisis bivariat digunakan untuk mellihat hubungan (korelasi) antara variabel independen (lama waktu tunggu operasi pada pasien operasi elektif dengan general dan regional anestesi) dengan variabel dependen (tingkat kecemasan keluarga pada pasien operasi elektif dengan general dan regional anestesi) dengan menggunakan uji statitik. Pada penelitian ini menggunakan uji normalitas KolmogorovSmirnov karena jumlah sampel lebih dari 50, yaitu sebanyak 87 pada hasil uji normalitas didapatkan bahwa pada variabel waktu tunggu didapatkan hasil <0,001 yang berarti data terdistribusi tidak normal dan pada variabel kecemasan keluarga didapatkan hasil uji normalitas 0,296 yang berarti data terdistribusi normal, karena salah satu data terdistribusi tidak normal maka menggunakan uji Spearman Rank untuk membuktikan adanya hubungan yang signifikan antara independen dengan variabel dependen. Variabel bebas (Independent) berskala rasio (Numerik) dan variabel terikat (Dependent) berskala interval (Numerik), maka analisa data menggunakan uji Spearman Rank dengan bantuan komputerisasi. Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah secara statistik ada hubungan antara lama waktu tunggu operasi dengan tingkat kecemasan keluarga SC dengan taraf signifikan α < (0,05). Interval Koefisien Tingkat Hubungan 0,00 – 0,199 Sangat rendah 0,20 – 0,399 Rendah 0,40 – 0,599 Sedang 0,60 – 0,790 Kuat 0,80 – 1,000 Sangat kuat Tabel 4. 1 Pedoman Keeratan Hubungan Sumber: Nursalam, 2020 1) Nilai signifikan hipotesis Menurut (I Ketut Swarjana & Bali, 2015) nilai signifikan yaitu : 52 a) Apabila p value <α (0,05) berarti H₀ ditolak dan Hₐ diterima. Hal ini menunjukkan bahwa ada korelasi yang bermakna antar variabel yang diuji. b) Apabila p value >α (0,05) berarti H₀ diterima dan Hₐ ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat korelasi yang bermakna antar variabel yang diuji. 2) Arah Korelasi a) Korelasi positif: apabila hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat adalah hubungan yang searah, dengan kata lain meningkatnya variabel bebas maka diikuti dengan meningkatnya variabel terikat. b) Korelasi negatif: apabila ada hubungan berlawanan antara variabel bebas dengan variabel terikat, dengan kata lain meningkatnya variabel bebas maka diikuti dengan menurunya variabel terikat. F. Etika Penelitian Dalam melakukan penelitian, peneliti mengajukan permohonan izin kepada responden untuk mendapatkan persetujuan penelitian. Setelah mendapatkan persetujuan barulah peneliti melakukan penelitian dengan menegakkan masalah etika penelitian meliputi: 1. Izin penelitian Sebelum melakukan penelitian, peneliti mengajukan surat izin penelitian kepada Rektor ITEKES Bali. Surat permohonan izin penelitian dari ITEKES Bali yang sudah ditandatangani oleh Rektor ITEKES Bali diserahkan kepada Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Provinsi Bali. Setelah peneliti mendapatkan surat rekomendasi dari Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Satu Pintu Provinsi Bali, yang 53 kemudian peneliti membawa surat tersebut ke Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Satu Pintu Kabupaten Buleleng kemudian surat balasan tersebut dibawa ke Kantor Camat setempat, Kesbangpol Kabupaten Buleleng, dan Komite Etik RSU Kertha Usada Singaraja. Kemudian peneliti mengajukan surat studi pendahuluan ke diklat RSU Kertha Usada Singaraja setelah menierima surat balasan maka peneliti membawa surat balasan tersebut ke Kepala Instasi Bedah Sentral (IBS) RSU Kertha Usada Singaraja untuk melakukan penelitian. 2. Ethical clearance Peneliti mengajukan surat permohonan etichal clearance kepada Komisi Etik Penelitian ITEKES Bali setelah itu peneliti memberikan surat kepada Komisi Etik RSU Kertha Usada Singaraja, kemudian peneliti bersiap untuk melakukan penelitian. 3. Informed concent (lembar persetujuan) Peneliti memberikan penjelasan terkait penelitian yang akan dilakukan kepada responden sebelum dilakukan pengambilan data terkait lama waktu tunggu operasi dan tingkat kecemasan. Peneliti juga menjelaskan bahwa penelitian ini tidak ada unsur pemaksaan, apalabila responden bersedia maka akan mentandatangani lembar informed concent yang sudah disiapkan. Responden yang diberikan informed concent sudah sesuai dengan kriteria iklusi. Kemudian setelah mentandatangani peneliti akan memberikan pertanyaan kepada responden sesuai dengan pertanyaan yang terdapat dalam kuesioner kecemasan. 4. Autonomy Partisipan memiliki hak untuk membuat keputusan secara sadar untuk menerima atau menolak menjadi responden. Peneliti menjelaskan kepada responden tentang proses penelitian yang meliputi pengisian lembar kuesioner, selanjutnya responden bersedia atas keputusan sendiri diwawancarai. 54 5. Anonimity (Tanpa Nama) Peneliti tidak memberikan nama responden pada lembar pengumpulan data. Lembaran tersebut hanya diberi inisial tertentu sehingga hanya peneliti yang mengetahui. Peneliti menjelaskan bahwa responden tidak perlu menuliskan nama lengkap tetapi hanya inisal saja. 6. Confidentiality (Kerahasiaan) Peneliti menjamin kerahasian dari hasil penelitian baik informasi maupun masalah-masalah lainnya, semua informasi dikumpulkan dijamin kerahasiaan oleh peneliti. yang telah BAB V HASIL PENELITIAN Pada bab ini akan dijelaskan tentang gambaran umum tempat penelitian, karakteristik responden, uji normalitas, analisa univariate serta analisa bivariat. Semua bagian bab akan dijelaskan lebih detail sebagai berikut: A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Rumah Sakit Umum Kertha Usada Singaraja adalah rumah sakit umum swasta dengan bentuk badan hukum Yayasan yang didirikan pada tanggal 17 September 1980 berdasarkan Keputusan Menteri Republik Indonesia Nomor YM.02.04.3.5.749. Jumlah fasilitas pada awal berdiri adalah 16 tempat tidur. Seiring dengan perubahan waktu dan tuntutan masyarakat yang sangat tinggi terhadap pelayanan kesehatan, Rumah Sakit Umum Kertha Usada kemudian pada tahun 1997 pindah ke Jalan Cendrawasih no 5-7 Kelurahan Kaliuntu, Kecamatan Buleleng, Kabupaten Buleleng-Bali dengan lahan yang lebih luas yaitu 35,5 are. Kondisi terkini Rumah Sakit telah dilengkapi dengan fasilitas dan peralatan medis yang semakin berkembang dengan total kapasitas 120 tempat tidur. Rumah Sakit juga menyediakan berbagai fasilitas untuk perawatan kesehatan dengan dukungan teknologi kedokteran yang modern serta tim medis yang professional dan memiliki keahlian dibidangnya. Lokasi ini sangat strategis karena letaknya yang berada di pusat kota. Secara fisik jalan-jalan yang ada di sekitar lokasi rumah sakit berada dalam kondisi yang baik. Jalan Tekukur, Jalan Cendrawasih dan Jalan Nuri merupakan jalan dua jalur. Seluruh jalan di sekitar lokasi tersebut dapat dilalui oleh kendaraan roda empat. Lokasi Rumah Sakit merupakan suatu daerah pemukiman berpenghasilan menengah kebawah dan dekat dengan beberapa pusat pelayanan seperti perbankan, jasa, universitas, dan lain-lain. RSU Kertha Usada memiliki tiga ruang operasi yaitu dua ruang operasi bedah umum dan satu ruang operasi untuk bedah mata, rata-rata pasien yang 55 56 dilakukan operasi perharinya mencapai delapan pasien elektif. Terdapat lima dokter spesialis anestesi yang dibantu oleh dua penata anestesi. B. Karakteristik Responden Karakteristik responden ini tergolong karakteristik demografi yang terbagi berdasarkan jenis kelamin, umur, pekerjaan, dan pendidikan. Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan dengan jumlah responden sebanyak 87 responden di RSU Kertha Usada Singaraja. Distribusi frekuensi responden dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin, Umur, Pekerjaan, dan Pendidikan (n=87) Karakteristik Jenis Kelamin Wali Laki-laki Perempuan Umur Wali 18-25 Tahun 26-35 Tahun 36-45 Tahun 46-55 Tahun Pekerjaan Wali PNS TNI/Polri Wiraswasta Petani Lainnya Pendidikan Wali SMP SMA/SMK PT Frekuensi (n) Presentase (%) 66 21 75,9 24,1 10 32 22 23 11,5 36,8 25,3 26,4 17 5 25 10 30 19,5 5,7 28,7 11,5 34,5 7 53 27 8,0 60,9 31,0 Berdasarkan tabel 5.1 mengenai karakteristik responden menunjukkan bahwa responden yang berjenis kelamin laki-laki lebih banyak dibanding perempuan yaitu sebanyak 66 orang (75,9%), pada kategori usia didapatkan bahwa mayoritas usia responden 26-35 tahun sebanyak 32 orang (36,8%) daro 57 total responden, pekerjaan responden mayoritas dengan lainnya sebanyak 30 orang (34,5%), dan pendidikan responden paling banyak adalah SMA/SMK 53 orang (60,9%). C. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Variabel Lama Waktu Tunggu Operasi Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Variabel Lama Waktu Tunggu (n=87) Lama Waktu Tunggu <4 Jam >4 Jam Frekuensi (n) 19 68 Presentase (%) 21,8 78,2 Berdasarkan tabel 5.2 distribusi frekuensi responden berdasarkan variabel lama waktu tunggu sebagian besar responden menunggu kurang dari 4 jam yaitu sebanyak 19 orang (21,8%) dan responden yang menunggu lebih dari 4 jam yaitu sebanyak 68 orang (78,2%) dari total responden. D. Tingkat Kecemasan Keluarga pada Pasien yang dilakukan Operasi Elektif dengan General dan Regional Anestesi di RSU Kertha Usada Singaraja Tabel 5.3 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Kecemasan Keluarga Tingkat Kecemasan <14 Tidak ada kecemasan 14-20 Kecemasan ringan 21-27 Kecemasan sedang 28-41 Kecemasan berat Frekuensi (n) 2 28 49 8 Presentase (%) 2,3 32,2 56,3 9,2 Berdasarkan 5.3 tingkat kecemasan keluarga menyatakan bahwa sebagian besar responden mengalami tingkat kecemasan sedang yaitu sebanyak 49 orang (56.3%). Responden yang tidak mengalami kecemasan 58 sebanyak 2 orang (2.3%), sebanyak 28 orang responden (32.2%) mengalami kecemasan ringan, dan 8 orang responden (9.2%) mengalami kecemasan berat. E. Hubungan Lama Waktu Tunggu Operasi dengan Kecemasan Keluarga pada Pasien yang dilakukan Operasi Elektif dengan General dan Regional Anestesi Tabel 5.4 Hasil Uji Statistik Hubungan Antara Lama Waktu Tunggu Operasi dengan Kecemasan Keluarga pada Pasien Operasi Elektif dengan General dan Regional Anestesi di RSU Kertha Usada Singaraja (n=87) Spearman’s rho Lama waktu Correlation tunggu Coefficient Sig. (2tailed) N Skor Correlation kecemasan Coefficient Sig. (2tailed) N Lama waktu Skor tunggu kecemasan 1.000 .854** . 87 .000 87 .854** 1.000 .000 87 . 87 *signifikan pada α = 0,05 Berdasarkan tabel 5.4, didapatkan bahwa adanya hubungan antara lama waktu tunggu operasi dengan kecemasan keluarga dengan nilai p value <0,001 lebih kecil dari α 0,05. Hubungan ini ditunjukkan dengan kekuatan kolerasi 0,854 yang berarti korelasi kuat dengan arah korelasi positif yang berarti semakin tinggi lama waktu tunggu maka semakin meningkat tingkat kecemasan keluarga pasien, begitupun sebaliknya jika arah korelasi negatif maka semakin rendah lama waktu tunggu maka semakin rendah tingkat kecemasan keluarga pada pasien operasi elektif di RSU Kertha Usada Singaraja. BAB VI PEMBAHASAN Pada bab ini menjelaskan secara lengkap dari hasil penelitian yang telah disajikan pada bab V, dibahas sesuai dengan tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui Hubungan Antara Lama Waktu Tunggu Operasi Dengan Kecemasan Keluarga Pada Pasien Operasi Elektif Di RSU Kertha Usada Singaraja, serta membahas keterbatasan penelitian. A. Karakteristik Responden Sesuai dengan tujuan pertama penelitian yaitu untuk mengetahui karakteristik responden yang akan dilakukan operasi elektif dengan general anestesi. Berdasarkan tabel 5.1 distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin, umur, pekerjaan dan pendidikan. Pada data jenis kelamin didapatkan bahwa rata-rata responden berjenis kelamin laki-laki, umur responden paling banyak berada pada umur 26-32 tahun. Pekerjaan responden rata-rata lainnya yang berarti selain dari pilihan yang ada seperti sebagai supir, pemandu wisata, buruh dan lain-lain. Responden paling banyak menempuh pendidikan sampai SMA/SMK. B. Lama Waktu Tunggu Operasi Sesuai dengan tujuan kedua penelitian yaitu untuk mengetahui lama waktu tunggu operasi pada pasien operasi elektif dengan general dan regional anestesi. Penelitian ini dilakukan di RSU Kertha Usada Singaraja yang melibatkan keluarga pasien dengan usia 18-55 tahun. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar keluarga pasien yang menunggu operasi di RSU Kertha Usada rata-rata menunggu >4 jam. Hal ini menunjukkan bahwa masih banyak keluarga pasien yang menunggu lama, sehingga dapat berdampak pada kualitas pelayanan dari rumah sakit. 59 60 Menurut Febriani (2012) waktu tunggu identik dengan kebosanan, kecemasan, stres dan penderitaan bahkan dapat menurunkan kualitas hidup serta harapan hidup. Menunggu dalam waktu lama akan menyebabkan keluarga pasien merasa cemas. Menunggu pelayanan yang lama akan membuat bosan dan fasilitas pelayanan lain seharusnya disediakan oleh pihak pelayanan kesehatan agar keluarga pasien memiliki aktivitas lain, seperti penyuluhan atau edukasi kesehatan terkait tindakan yang dilakukan kepada pasien selama keluarga pasien menunggu operasi. Waktu tunggu merupakan salah satu komponen yang potensial menyebabkan ketidakpuasan. Keluarga pasien akan menganggap pelayanan kesehatan jelek apabila lama menunggu, dan petugas kesehatan tidak ramah meskipun profesional. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Nofriadi (2019) yang menyatakan bahwa waktu tunggu pelayanan di poli penyakit dalam diketahui bahwa dari 62 responden, lebih dari setengah menyatakan waktu tunggu pelayanan di poli penyakit dalam lama yaitu sebanyak 37 orang (59,7%). Dapat diartikan bahwa banyak responden yang menyatakan waktu tunggu di poli penyakit dalam tergolong lama (>60 menit). Waktu tunggu pelayanan merupakan masalah yang masih banyak dijumpai dalam praktik pelayanan kesehatan, dan salah satu komponen yang potensial menyebabkan ketikpuasan, kecemasan (Laeliyah, 2017). C. Tingkat Kecemasan Keluarga Sesuai dengan tujuan ketiga penelitian ini yaitu untuk mengetahui tingkat kecemasan keluarga pada pasien operasi elektif dengan general dan regional anestesi. Berdasarkan tabel 5.3 tingkat kecemasan keluarga dapat dilihat bahwa dari 87 orang responden didapatkan bahwa tingkat kecemasan yang paling banyak dialami oleh responden adalah pada kategori kecemasan sedang sebanyak 49 orang, 2 orang responden dengan tidak ada kecemasan, sebanyak 28 responden mengalami kecemasan ringan, dan sebanyak 8 orang responden mengalami kecemasan berat. 61 Pada kuesioner kecemasan keluarga dari 14 item pertanyaan yang terdiri dari perasaan cemas, ketegangan, ketajutan, gangguan tidur, gangguan kecerdasan, perasaan depresi, gejala fisik (otot), gejala fisik (sensorik), gejala kardiovaskuler, gejala pernapasan, gejala gastrointestinal, gejala urogenital, gejala autonomy, dan tingkah laku saat berkomunikasi. Responden pada setiap pertanyaan rata-rata menjawab dengan dua gejala yang mereka rasakan. Sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa faktor-faktor yang menyebabkan kecemasan yaitu kondisi medis, tingkat pendidikan, tindakan operasi, lama waktu tunggu. Kondisi medis pasien sangat berpengaruh terjadinya gejala kecemasan yang berhubungan dengan kondisi medis sering ditemukan walaupun insidensi gangguan bervariasi untuk masing-masing kondisi medis, misalnya: pada pasien sesuai hasil pemeriksaan akan mendapatkan diagnosa pembedahan, hal ini akan mempengaruhi tingkat kecemasan keluarga klien. Sebaliknya pada pasien yang dengan diagnosa baik tidak terlalu mempengaruhi tingkat kecemasan (Elias, Susanti, & Hayati, 2013). Pada tingkat pendidikan, sebagian besar responden berpendidikan SMA/SMK dengan jumlah 53 orang. Menurut Syamsul Bachri (2017) menyebutkan bahwa kematangan dalam proses berpikir juga dipengaruhi oleh tingkat pendidikan seseorang. Tingkat pendidikan yang cukup akan lebih mudah dalam mengidentifikasi tekanan dalam diri sendiri maupun dari luar dirinya. Tindakan anestesi dan operasi mempengaruhi tingkat kecemasan seseorang, pada penelitian ini yaitu dengan tindakan general dan regional anestesi dengan general anestesi sebanyak 32 respoden dan regional anestesi sebanyak 55 responden. Kebanyakan pasien baru pertama kali operasi sehingga hal ini dapat mempengaruhi kecemasan. Pada penelitian Sitorus (2020) menyatakan bahwa tindakan operasi merupakan suatu tindakan yag sering membuat pasien maupun keluarga pasien menjadi khawatir mengenai hasilnya, hal ini terbukti pada penelitian ini. Terdapat 33,3% responden yang sudah 62 pernah mengalami tindakan operasi, tetapi tetap menunjukkan kecemasan saat menjalani tindakan operasi kedua. Lama waktu tunggu merupakan salah satu faktor pendukung terjadinya kecemasan, pada penelitian ini sebagian besar responden menunggu lama lebih dari empat jam sebelum akhirnya pasien akan dipindahkan keruangan. Pada penelitian Saputri (2020) menunjukkan bahwa Dalam penelitian ini didapatkan waiting time pre anestesi sesuai Standar Prosedur Operasional (≤30 menit) memiliki kecemasan sedang. Sedangkan waiting time pre anestesi tidak sesuai Standar Prosedur Operasional (>30 menit) memiliki kecemasan berat. Sehingga dapat dikatakan bahwa waktu tunggu baik tingkat kecemasan pasien berkurang, sedangkan waktu tunggu tidak baik kecemasan pasien akan meningkat. Responden yang mengalami kecemasan sedang banyak yang mengeluhkan perasaan tegang, gelisah, sulit tidur, dan sering terbangun pada malam hari. Sedangkan responden yang mengalami kecemasan berat ini sampai mengalami sesak, mual, sering buang air kecil, mudah berkeringat, mengalami mimipi buruk dan bangun dalam keadaan lemas, badan terasa pegal, serta merasa mulut kering. Kecemasan ini dipicu oleh situasi yang akan dihadapi oleh seseorang, dalam hal ini responden mengalami situasi di mana keluarga mereka akan dilakukan tindakan general dan regional anestesi dimana situasi ini lebih mencemaskan daripada situasi di mana pasien tidak akan dilakukan tindakan anestesi atau hanya mengalami sakit biasa. Kecemasan yang tinggi pada keluarga pasien dengan pasien yang akan menjalani tindakan anestesi dikaitkan dengan kecemasan yang tinggi pada keluarga mereka. Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitan yang dilakukan oleh Pasongli (2021) yang menunjukkan tingkat kecemasan keluarga tenaga kesehatan, yang bervariasi dari tidak cemas sampai kecemasan yang tergolong berat sekali. Hampir sepertiga dari total responden yaitu 85 responden (32,9%) tidak mengalami kecemasan, 64 responden (24,8%) mengalami kecemasan ringan, 29 responden (11,2%) mengalami kecemasan sedang, 57 responden (22,1%) mengalami kecemasan berat, dan 23 responden (8,9%) mengalami 63 kecemasan berat sekali. Gambaran tingkat kecemasan keluarga yaitu sebagian besar mengalami kecemasan. Kecemasan terbanyak ada pada tingkat kecemasan ringan, lalu diikuti dengan kecemasan berat, kecemasan sedang dan kecemasan berat sekali. Berdasarkan karakteristik responden, sebagian besar responden yang mengalami kecemasan berada pada kelompok usia 19-39 tahun. Dan berdasarkan jenis kelamin, responden perempuan lebih banyak mengalami kecemasan dibandingkan responden laki-laki. Hasil ini menunjukkan bahwa keluarga yang memiliki anggota keluarga sebagai tenaga kesehatan khususnya perawat memiliki kecemasan akibat wabah Covid-19. D. Hubungan antara Lama Waktu Tunggu Operasi dengan Kecemasan Keluarga pada Pasien Operasi Elektif Sesuai dengan tujuan keempat dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui hubungan antara lama waktu tunggu operasi dengan kecemasan keluarga pada pasien operasi elektif dengan general dan regional anestesi. Berdasarkan data hasil uji hipotesis menggunakan uji Spearman Rho didapatkan bahwa adanya hubungan antara lama waktu tunggu operasi dengan kecemasan keluarga pada pasien yang akan dilakukan operasi dengan general dan regional anestesi. Lama waktu tunggu sangat mempengaruhi terhadap kualitas pelayanan jika pelayanan yang diberikan kurang memuaskan maka akan berdampak pada kepuasan dari pengguna rumah sakit tersebut seperti waktu tunggu yang lama. Di RSU Kertha Usada Singaraja waktu tunggu operasi bagi keluarga pasien terbilang lama karena disebabkan hanya ada dua ruang operasi dan kekurangan sumber daya sehingga menyebabkan pelayanan yang diberikan tidak maksimal. Kecemasan merupakan hal yang paling dirasakan oleh keluarga pasien yang menunggu selama pasien didalam dilakukan tindakan anestesi, dari waktu tunggu tersebut menyebabkan kecemasan yang berdampak pada kesehatan keluarga pasien tersebut. Kurangnya informasi terhadap tindakan yang dilakukan menjadi salah satu faktor kecemasan yang dirasakan oleh keluarga, 64 perlunya edukasi terkait tindakan yang akan dilakukan sehingga ketika keluarga pasien menunggu tidak mengalami kecemasan karena sudah mengetahui tindakan yang dilakukan kepada pasien tersebut. Selain itu, penelitian lain yang dilakukan oleh Tambengi (2017) dengan judul “Hubungan Waktu Tunggu Dengan Kecemasan Pasien Di Unit Gawat Darurat RSU GMIM Pancaran Kasih Manado” penelitian ini menunjukkan bahwa dari total responden yaitu 40 orang paling banyak responden dengan waktu tunggu kurang baik sebanyak 22 orang (55.0%) dan waktu tunggu baik sebanyak 18 orang (45.0%). Hal ini menjelaskan bahwa waktu tunggu pasien di UGD RSU Pancaran Kasih Manado cenderung kurang baik. Tambengi (2017) menunjukkan bahwa lama waktu tunggu baik dengan kecemasan sedang sebanyak 16 orang (88.9%), waktu tunggu kurang baik dengan kecemasan sedang sebanyak 10 orang (45.5%), waktu tunggu baik dengan kecemasan berat sebanyak 2 orang (11.1%), dan waktu tunggu kurang baik dengan kecemasan berat sebanyak 12 orang (54.5%). Sehingga dapat dikatakan bahwa waktu tunggu baik tingkat kecemasan pasien berkurang sedangkan waktu tunggu tidak baik kecemasan pasien akan meningkat. E. Keterbatasan Penelitian Penelitian ini tidak terlepas dari keterbatasan-keterbatasan baik berasal dari peneliti maupun dari luar peneliti pada saat melakukan penelitian sejak penyusunan sampai terbentuknya skripsi adalah sebagai berikut: 1. Informasi yang diberikan responden dalam proses pengambilan data, melalui kuesioner terkadang tidak menunjukkan pendapat responden yang sebenarnya dikarenakan faktor kejujuran dalam pengisian pendapat responden dalam kuesionernya 2. Keterbatasan dalam mengobservasi lama waktu tunggu pasien dikarenakan mencatat waktu tunggu keluarga pasien dari sejak pasien masuk ke ruang pre anestesi hingga pasien akan dipindahkan ke ruang rawat inap. BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN Pada bab ini peneliti akan menyimpulkan semua hasil penelitian dan pembahasan tentang temuan-temuan penelitian yang telah diuraikan secara lengkap pada bab sebelumnya. Selanjutnya peneliti juga menulis saran-saran sebagai masukan untuk tindak lanjut penelitian ini, yang dijabarkan sebagai berikut: A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian tentang hubungan antara lama waktu tunggu operasi dengan kecemasan keluarga pada pasien operasi elektif dengan general dan regional anestesi dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Lama waktu tunggu operasi pada pasien operasi elektif dengan general dan regional anestesi di RSU Kertha Usada Singaraja dalam penelitian ini sebagian besar keluarga pasien menunggu lebih dari 4 jam yaitu sebanyak 68 orang (78.2%). 2. Kecemasan yang paling banyak dirasakan oleh keluarga pada pasien operasi elektif dengan general dan regional anestesi di RSU Kertha Usada Singaraja adalah kecemasan sedang sebanyak 49 orang (56.3%). 3. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya hubungan yang signifikan dengan hasil sig <0,001 yang berarti lebih kecil dari 0,05. Sehingga ada hubungan antara lama waktu tunggu operasi dengan kecemasan keluarga pada pasien operasi elektif dengan general dan regional anestesi di RSU Kertha Usada Singaraja. B. Saran 1. Bagi RSU Kertha Usada Singaraja Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi saran dan masukan bagi Rumah Sakit Umum Kertha Usada Singaraja untuk lebih memperhatikan dalam memberikan edukasi terkait informasi prosedur yang akan dilakukan kepada keluarga 65 66 pasien jika perlu meminta penata anestesi untuk menginformasikan tindakan yang akan dilakukan sehingga keluarga pasien mengetahui tindakan anestesi apa yang akan diberikan kepada pasien karena pada kenyataannya dilapangan keluarga pasien masih banyak tidak mengetahui tindakan anestesi apa yang akan diberikan kepada pasien. Selain itu juga terkait keluarga pasien lama menunggu bisa dilakukan penyuluhan kesehatan sehingga pasien yang lama menunggu tersebut kecemasannya berkurang. 2. Bagi Peneliti Selanjutnya Bagi penellti selanjutnya diharapkan penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi mengenai hubungan antara lama waktu tunggu dengan kecemasan keluarga pada pasien operasi elektif dengan general dan regional anestesi untuk melanjutkan penelitian selanjutnya dan diharapkan pada peneliti selanjutnya agar mampu mengembangkan penelitian ini lebih luas dengan menganalisis faktor-faktor lain. DAFTAR PUSTAKA Akinsulore, A., Owojuyigbe, A. M., Faponle, A. F., & Fatoye, F. O. (2015). Assessment of Preoperative and Postoperative Anxiety Among Elective Major Surgery Patients In a Tertiary Hospital In Nigeria. Middle East Journal Anesthesiology 23(2), 235-240. Anasril, & Husaini, M. (2020). Efektivitas Penyuluhan Kesehatan terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Pasien Preoperatif di RSUD Cut Nyak Dhien Meulaboh. Jurnal Serambi Akademica, 8(3), 364-371. Apriliana, H. D. (2013). Rerata Waktu Pasien Pasca Operasi Tinggal di Ruang Pemulihan RSUP DR Kariadi Semarang pada Bulan Maret-Mei 2013. Arietta, R. (2012). Analisis Waktu Tunggu Pasien di Departemen Gigi dan Mulut RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad Tahun 2011. ASA. (2019). Contunuum of Depth of Sedation: Definition of General Anesthesia and Levels of Sedation/Analgesia. Retrieved from https://www.asahq.org/standards-and-guidelines/continuum-of-depth-ofsedation-definition-of-general-anesthesia-and-levels-of-sedationanalgesia Erkilic, E., Kesimci, E., Soykut, C., Doger, C., Gumus, T., & Kanbak, O. (2017). Factors Associated With Preoperative Anxiety Levels of Turkish Surgical Patients: From a Single Center In Ankara. Patient Prefer Adherence, 11, 291-296. doi:10.2147/PPA.S127342 Elias, Y., Susanti, I. L., & Hayati, N. I. (2013). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kecemasan Keluarga di Ruang High Care Unit (HCU) Rumah Sakit Immanuel Bandung. Erkilic, E., Kesimci, E., Soykut, C., Doger, C., Gumus, T., & Kanbak, O. (2017). Factors Associated With Preoperative Anxiety Levels of Turkish Surgical Patients: From a Single Center In Ankara. Patient Prefer Adherence, 11, 291-296. doi:10.2147/PPA.S127342 Ghimire, R. (2018). Preoperative Anxiety and Its Determinants Among Patients Scheduled for Major Surgery: A Hospital Based Study. International Journal of Anesthesia and Clinical Medicine, 6(2), 57-60. doi:10.11648/j.ja.20180602.13 Hartoyo, E. P. (2015). Hubungan Antara Karakteristik Demografi dengan Pengetahuan Mobilisasi Dini pada Pasien Post Operasi Laparatomi di RS PKU Muhammadiyah Bantul. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Imelisa, R., Roswendi, A. S., Wisnusakti, K., & Ayu, I. R. (2021). Keperawatan Kesehatan Jiwa Psikososial. IPAI. (2018). Asuhan Kepenataan Pra, Intra, Pasca Anestesi(Vol. 3). Jumiran, Rahmawati, I., & Suryandari, D. (2020). Hubungan Waktu Tunggu Operasi dengan Kecemasan Pasien Pre Operasi di Instansi Bedah Sentral RSUD dr Soedirman Mangun Sumarso Wonogiri. 67 68 Kemenkes. (2015). Pembedahan Tanggulangi 11% Penyakit di Dunia. Retrieved from https://www.kemkes.go.id/article/view/15082800002/pembedahantanggulangi-11-penyakit-di-dunia.html Khrisna, M. R., Prapti, N. K. G., & Kusmarjathi, N. K. (2013). Hubungan Dukungan Keluarga dengan Tingkat Kecemasan pada Pasien Kanker Payudara (Ca Mammae) di Ruang Angsoka III RSUP Sanglah Denpasar. Laeliyah, N., & Subekti, H. (2017). Waktu Tunggu Pelayanan Rawat Jalan dengan Kepuasan Pasien Terhadap Pelayanan di Rawat Jalan RSUD Kabupaten Indramayu. Jurnal Kesehatan Vokasional, 1. Lestari, T. (2015). Kumpulan Teori Untuk Kajian Pustaka Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika. Mangku, G., & Senapathi, T. G. A. (2018). Buku Ajar Ilmu Anestesia dan Reanimasi. Jakarta Barat: PT Indeks. Munandar, A. (2014). Tinjauan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Waktu Tunggu Pelayanan Rekam Medis Pasien Rawat Jalan di Badan Layanan Umum Daerha RSUD Kabupaten Nagan Raya. Nofriadi, N., Delima, M., & Sara, Y. (2019). Hubungan Lama Waktu Tunggu Pelayanan Dengan Kepuasan PasienPoli Penyakit Dalam RSUD Painan. Notoatmodjo, S. (2013). Promosi Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Nursalam. (2020). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Potter, P. A., & Perry, A. G. (2013). Fundamentals of Nursing. Pramono, A. (2017). Buku Kuliah Anestesi. Yogyakarta: Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Rismawan, W. (2019). Tingkat kecemasan pasien pre-operasi di RSUD dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya. Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada: Jurnal Ilmu-ilmu Keperawatan, Analis Kesehatan dan Farmasi, 19(1). Rizki, F. A., Hartoyo, M., & Sudiarto. (2019). Health Education Using the Leaflet Media Reduce Anxiety Levels in Pre Operation Patients. Jendela Nursing Journal, 3, 49-57. Rosdahl, C. B., & Kowalski, M. T. (2017). Buku Ajar Keperawatan Dasar: ECG. Saputro, H., & Fazrin, I. (2017). Anak Sakit Wajib Bermain di Rumah Sakit: Forum Ilmiah Kesehatan (FORIKES). Septadina, I. S., Prananjaya, B. A., Roflin, E., Rianti, K. I., & Shafira, N. (2021). TERAPI MUROTTAL AL-QUR’AN UNTUK MENURUNKAN ANSIETAS DAN MEMPERBAIKI KUALITAS TIDUR: Penerbit NEM. Stuart, G. (2016). Prinsip dan Praktik Keperawatan Kesehatan Jiwa. Singapore: Elsevier. Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, kualitatif, dan R&D Bandung: Alfabeta. Sugiyono. (2019). Statistik Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Swarjana, I. K. (2015). Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: ANDI. Tambengi, H., Mulyadi, & Kallo, V. (2017). Hubungan Waktu Tunggu dengan Kecemasan Pasien di Unit Gawat Darurat RSU GMIM Pancaran Kasih Manado. E-Journal Keperawatan, 5. 69 Utami, M. S. (2020). Hubungan Waktu Tunggu dengan Kecemasan Pasien di Klinik Jantung RSUD Kanjuruan Kabupaten Malang. Yusri, M. (2015). Analisis Faktor yang Berhubungan dengan Waktu Tunggu Pemeriksaan Foto Toraks Pasien Rawat Jalan di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Dr. Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2015. Zulfa, I. (2020). Pengaruh Guide Imagery Terhadap Penurunan Skala Nyeri Pasien Post Operasi di Ruang Rawat Inap Bedah RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung. Poltekkes Tanjungkarang Kemenkes RI, Lampiran 1 JADWAL PENELITIAN BULAN No Okt Nov Des Jan Feb Maret April Mei Juni 2021 2021 2021 2022 2022 2022 2022 2022 2022 KEGIATAN III 1 Penyusunan Proposal 2 ACC proposal 3 Penyebaran Proposal 4 Ujian Proposal 5 Ujianulang proposal 6 Pengumpulan data 7 PenyusunanHasil 8 PenyebaranSkripsi 9 UjianSkripsi 10 UjianUlangSkripsi 11 PerbaikandanPengumpulan IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Lampiran 2 KUESIONER HAMILTON ANXIETY RATING SCALE (HARS) Petunjuk Pengisian: 1. Mohon bantuan bapak/ibu untuk menjawab semua pertanyaan yang ada 2. Beri tanda (√) pada jawaban yang tersedia sesuai dengan keadaan sebenarnya yang ada dengan alternatif jawaban : a. Penilaian 0 = Tidak ada gejala 1 = Ringan (satu gejala dari pilihan yang ada) 2 = Sedang (separuh dari gejala yang ada) 3 = Berat (lebih separuh dari gejala yang ada) 4 = Sangat berat (semua gejala ada) b. Penilaian derajat kecemasan Skor <14 = Tidak ada kecemasan Skor 14-20 = Kecemasan ringan Skor 21-27 = Kecemasan sedang Skor 28-41 = Kecemasan berat Skor 42-56 = Kecemasan berat sekali 3. Identitas responden a. Nama : b. Jenis kelamin : c. Umur : 1) 18-25 tahun 2) 26-35 tahum 3) 36-45 tahun 4) 46-55 tahun d. Pendidikan : 1) Tidak sekolah 2) SD 3) SMP 4) SMA/SMK 5) PT e. Pekerjaan 1) PNS 2) TNI/Polri 3) Wiraswasta 4) Petani 5) Lainnya …… 4. Sebelum mengumpulkan kuesioner mohon memeriksa kembali jawabannya dan mohon untuk tidak mengosongkan jawaban pada setiap pertanyaan. No 1. Gejala Kecemasan Perasaan cemas a. Cemas b. Firasat buruk c. Takut akan pikiran sendiri d. Mudah tersinggung 2. Ketegangan a. Merasa tegang b. Tidak bisa istirahat tenang c. Mudah terkejut 0 1 2 3 4 d. Mudah menangis 3. Ketakutan a. Merasa takut sebelum pasien masuk ke ruang operasi b. Merasa takut ketika menunggu selesainya operasi c. Merasa takut pada hasil operasi d. Takut ketika hasil tidak sesuai harapan 4. Gangguan tidur a. Sukar memulai tidur b. Terbangun malam hari c. Tidur tidak nyenyak d. Mimpi buruk 5. Gangguan kecerdasan a. Sukar konsentrasi b. Susah mengerti informasi yang disampaikan c. Sering bingung d. Tidak memperhatikan ketika diberikan informasi 6. Perasaan depresi a. Kehilangan minat b. Sedih c. Bangun dini hari d. Perasaan berubah ubah sepanjang hari 7. Gejala fisik (otot) a. Lelah menunggu b. Kaki terasa pegal/sakit c. Leher terasa pegal/tegang d. Suara tidak stabil 8. Gejala fisik (sensorik) a. Penglihatan kabur b. Muka merah atau pucat c. Merasa lemas d. Perasaan ditusuk-tusuk 9. Gejala kardiovaskuler a. Denyut jantung cepat b. Berdebar-debar c. Nyeri dada d. Rasa lesu/lemas 10. Gejala pernafasan a. Rasa tertekan atau sempit di dada b. Sering menarik nafas dalam c. Rasa tercekik d. Napas terasa cepat 11. Gejala gastrointestinal a. Sulit menelan b. Nyeri sebelum dan sesudah makan c. Mual dan muntah d. Rasa penuh atau kembung 12. Gejala urogenital a. Sering BAK b. Tidak dapat menahan BAK c. Keluar sedikit d. Tidak keluar sama sekali 13. Gejala autonom a. Mulut kering b. Mudah berkeringat c. Kepala pusing d. Kepala tersa berat dan sakit 14. Tingkah laku saat berkomunikasi a. Gelisah b. Tidak tenang c. Terbata-bata d. Susah untuk menyampaikan kata Lampiran 3 LEMBAR OBSERVASI WAKTU TUNGGU OPERASI Petunjuk Pengisian: a. Beri tanda (√) pada jawaban yang tersedia sesuai dengan keadaan b. Penilaian: 1) <4 Jam 2) >4 Jam Keterangan Waktu pasien datang ke IBS Waktu pasien akan dipindahkan ke ruang rawat inap Waktu Lampiran 4 LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN Kepada: Yth...................... di...................... Dengan hormat, Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Gusti Ayu Kade Dewi Meilani NIM : 18D10011 Pekerjaan : Mahasiswa semester VII (Tujuh) Program Studi D-IV Keperawatan Anestesiologi, ITEKES Bali Alamat : Jalan Tukad Pakerisan, Panjer, Denpasar – Bali Bersama ini saya mengajukan permohonan kepada Saudara/i untuk bersedia menjadi responden dalam penelitian sayayang berjudul “Hubungan antara Lama Waktu Tunggu Operasi dengan Kecemasan Keluarga pada Pasien Operasi Elektif dengan General dan Regional Anestesi di RSU Kertha Usada Singaraja” yang pengumpulan datanya akan dilaksanakan pada tanggal ....... s.d.......... Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Hubungan antara Lama Waktu Tunggu Operasi dengan Kecemasan Keluarga pada Pasien Operasi Elektif dengan General dan Regional Anestesi di RSU Kertha Usada Singaraja. Saya akan tetap menjaga segala kerahasiaan data maupun informasi yang diberikan. Demikian surat permohonan ini disampaikan, atas perhatian, kerjasama dari kesediaannya saya mengucapkan terimakasih. Denpasar, ..................2022 Peneliti Gusti Ayu Kade Dewi Meilani 18D10011 Lampiran 5 LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Jenis Kelamin : Pekerjaan : Alamat : Setelah membaca Lembar Permohonan Menjadi Responden yang diajukan oleh Saudari Gusti Ayu Kade Dewi Meilani, Mahasiswa semester VII Program Studi DIV Keperawatan Anestesiologi–ITEKES Bali, yang penelitiannya berjudul “Hubungan antara Lama Waktu Tunggu Operasi dengan Kecemasan Keluarga pada Pasien Operasi Elektif dengan General dan Regional Anestesi di RSU Kertha Usada Singaraja”, maka dengan ini saya menyatakan bersedia menjadi responden dalam penelitian tersebut, secara sukarela dan tanpa ada unsur paksaan dari siapapun. Demikian persetujuan ini saya berikan agar dapat digunakan sebagaimana mestinya ………………………… Responden …………… Lampiran 6 Lampiran 7 Lampiran 8 Lampiran 9 Lampiran 10 Lampiran 11 Lampiran 12 Lampiran 13 Lampiran 14 Lampiran 15 Lampiran 16 Frequencies Notes Output Created 24-MAY-2022 14:06:31 Comments Input Active Dataset DataSet0 Filter <none> Weight <none> Split File <none> N of Rows in Working Data 155 File Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are treated as missing. Cases Used Statistics are based on all cases with valid data. Syntax FREQUENCIES VARIABLES=jenis_kelamin umur jenis_pekerjaan pendidikan pengalaman_operasi lama_wkt_tunggu_klg jenis_anastesi tingkat_kecemasan /ORDER=ANALYSIS. Resources Processor Time 00:00:00.02 Elapsed Time 00:00:00.02 Statistics pengalaman_op jenis_kelamin N Valid Missing umur jenis_pekerjaan pendidikan erasi 155 87 87 87 87 0 68 68 68 68 Statistics lama_wkt_tunggu_klg Valid N Missing jenis_anastesi tingkat_kecemasan 87 87 87 68 68 68 Frequency Table jenis_kelamin Cumulative Frequency Valid Percent Valid Percent Percent 68 43.9 43.9 43.9 laki-laki 66 42.6 42.6 86.5 perempuan 21 13.5 13.5 100.0 155 100.0 100.0 Total umur Cumulative Frequency Valid Missing Percent Valid Percent Percent umur 18-25 tahun 10 6.5 11.5 11.5 umur 26-35 tahun 32 20.6 36.8 48.3 36-45 tahun 22 14.2 25.3 73.6 umur 46-55 tahun 23 14.8 26.4 100.0 Total 87 56.1 100.0 System 68 43.9 155 100.0 Total jenis_pekerjaan Cumulative Frequency Valid Missing Total ASN Percent Valid Percent Percent 17 11.0 19.5 19.5 TNI/POLRI 5 3.2 5.7 25.3 wiraswasta 25 16.1 28.7 54.0 petani 10 6.5 11.5 65.5 lainnya 30 19.4 34.5 100.0 Total 87 56.1 100.0 System 68 43.9 155 100.0 pendidikan Cumulative Frequency Valid Missing SMP Percent Valid Percent Percent 7 4.5 8.0 8.0 SMA/SMK 53 34.2 60.9 69.0 PT 27 17.4 31.0 100.0 Total 87 56.1 100.0 System 68 43.9 155 100.0 Total Hubungan dengan pasien Cumulative Frequency Valid Ayah Percent Valid Percent Percent 13 14.9 14.9 14.9 9 10.3 10.3 25.3 Suami 32 36.8 36.8 62.1 Istri 17 19.5 19.5 81.6 Saudara Kandung 6 6.9 6.9 88.5 Saudara Sepupu 5 5.7 5.7 94.3 Lainnya 5 5.7 5.7 100.0 87 100.0 100.0 Ibu Total pengalaman_operasi Cumulative Frequency Valid Percent Valid Percent Percent operasi pertama 65 41.9 74.7 74.7 operasi kedua 22 14.2 25.3 100.0 Total 87 56.1 100.0 Missing System Total 68 43.9 155 100.0 LAMA_WAKTU_TUNGGU Cumulative Frequency Valid Percent Valid Percent Percent < 4 JAM 24 27.6 27.6 27.6 > 4 JAM 63 72.4 72.4 100.0 Total 87 100.0 100.0 jenis_anastesi Cumulative Frequency Valid Missing Percent Valid Percent Percent general anastesi 32 20.6 36.8 36.8 regional anastesi 55 35.5 63.2 100.0 Total 87 56.1 100.0 System 68 43.9 155 100.0 Total tingkat_kecemasan Cumulative Frequency Valid <14 tidak ada kecemasan Percent Valid Percent Percent 2 1.3 2.3 2.3 kecemasan ringan 28 18.1 32.2 34.5 21-27 kecemasan sedang 49 31.6 56.3 90.8 8 5.2 9.2 100.0 28-41 kecemasan berat Missing Total 87 56.1 System 68 43.9 155 100.0 Total 100.0 TOTAL Cumulative Frequency Valid Percent Valid Percent Percent 8 1 1.1 1.1 1.1 12 1 1.1 1.1 2.3 14 1 1.1 1.1 3.4 15 7 8.0 8.0 11.5 16 2 2.3 2.3 13.8 17 8 9.2 9.2 23.0 18 4 4.6 4.6 27.6 19 1 1.1 1.1 28.7 20 5 5.7 5.7 34.5 21 11 12.6 12.6 47.1 22 5 5.7 5.7 52.9 23 7 8.0 8.0 60.9 24 7 8.0 8.0 69.0 25 9 10.3 10.3 79.3 26 7 8.0 8.0 87.4 27 3 3.4 3.4 90.8 28 4 4.6 4.6 95.4 29 1 1.1 1.1 96.6 31 1 1.1 1.1 97.7 32 1 1.1 1.1 98.9 36 1 1.1 1.1 100.0 87 100.0 100.0 Total Waktu tunggu operasi Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid 2 1 1.1 1.1 1.1 3 23 26.4 26.4 27.6 4 13 14.9 14.9 42.5 5 30 34.5 34.5 77.0 6 15 17.2 17.2 94.3 7 5 5.7 5.7 100.0 87 100.0 100.0 Total Descriptives Statistic Waktu tunggu operasi Mean 4.57 95% Confidence Interval for Lower Bound 4.31 Mean Upper Bound 4.84 5% Trimmed Mean 4.54 Median 5.00 Variance 1.550 Std. Deviation 1.245 Minimum 2 Maximum 7 Range 5 Interquartile Range 2 Skewness Kecemasan Keluarga Std. Error .133 .048 .258 Kurtosis -.913 .511 Mean 21.79 .510 95% Confidence Interval for Lower Bound 20.78 Mean Upper Bound 22.81 5% Trimmed Mean 21.76 Median 22.00 Variance Std. Deviation 22.654 4.760 Minimum 8 Maximum 36 Range 28 Interquartile Range 7 Skewness Kurtosis -.045 .258 .399 .511 Tests of Normality Kolmogorov-Smirnova Statistic df Shapiro-Wilk Sig. Statistic df Sig. Waktu tunggu operasi .208 87 .000 .902 87 .000 Kecemasan Keluarga .089 87 .086 .983 87 .296 a. Lilliefors Significance Correction Correlations Waktu Spearman's rho Waktu tunggu Correlation Coefficient operasi Sig. (2-tailed) N Kecemasan Keluarga Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). tunggu Kecemasan operasi Keluarga 1.000 .854** . .000 87 87 .854** 1.000 .000 . 87 87