Uploaded by Dokter Rickylie

Gusti Ayu Kade Dewi Meilani

advertisement
SKRIPSI
HUBUNGAN ANTARA LAMA WAKTU TUNGGU OPERASI
DENGAN TINGKAT KECEMASAN KELUARGA PADA
PASIEN OPERASI ELEKTIF DENGAN GENERAL DAN
REGIONAL ANESTESI DI RSU KERTHA USADA
SINGARAJA
GUSTI AYU KADE DEWI MEILANI
FAKULTAS KESEHATAN
PROGRAM STUDI D-IV KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI
INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI
DENPASAR
2022
SKRIPSI
HUBUNGAN ANTARA LAMA WAKTU TUNGGU OPERASI
DENGAN TINGKAT KECEMASAN KELUARGA PADA
PASIEN OPERASI ELEKTIF DENGAN GENERAL DAN
REGIONAL ANESTESI DI RSU KERTHA USADA
SINGARAJA
Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Terapan Kesehatan (S. Tr. Kes)
Pada Institut Teknologi Dan Kesehatan Bali
Diajukan Oleh:
GUSTI AYU KADE DEWI MEILANI
NIM. 18D10011
FAKULTAS KESEHATAN
PROGRAM STUDI D-IV KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI
INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI
DENPASAR
2022
ii
PERNYATAAN PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi dengan judul “Hubungan Antara Lama Waktu Tunggu Operasi
dengan Tingkat Kecemasan Keluarga pada Pasien Operasi Elektif dengan General
dan Regional Anestesi di RSU Kertha Usada Singaraja”, telah mendapatkan
persetujuan pembimbing dan disetujui untuk diajukan ke hadapan Tim Penguji
Skripsi pada Program Studi D-IV Keperawatan Anestesiologi Institut Teknologi
dan Kesehatan Bali.
iii
LEMBAR PENETAPAN PANITIA UJIAN SKRIPSI
Skripsi ini telah Diuji dan Dinilai oleh Panitia Penguji Pada Program Studi D-IV
Keperawatan Anestesiologi Institut Teknologi dan Kesehatan Bali pada tanggal
10 Juni 2022
Panitia Penguji Skripsi Berdasarkan SK Rektor ITEKES Bali
Nomor: DL.02.02.2632.TU.IX.2021
iv
LEMBAR PERNYATAAN PENGESAHAN
Skripsi dengan judul “Hubungan Antara Lama Waktu Tunggu Operasi dengan
Tingkat Kecemasan Keluarga pada Pasien Operasi Elektif dengan General dan
Regional Anestesi di RSU Kertha Usada Singaraja” telah disajikan di depan dewan
penguji pada tanggal 10 Juni 2022 telah diterima serta disahkan oleh Dewan
Penguji Skripsi dan Rektor Institut Teknologi dan Kesehatan Bali.
Denpasar, 11 Juni 2022
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
rahmat-Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hubungan
Antara Lama Waktu Tunggu Operasi dengan Tingkat Kecemasan Keluarga pada
Pasien Operasi Elektif dengan General dan Regional Anestesi di RSU Kertha Usada
Singaraja”.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapat bimbingan,
pengarahan dan bantuan dari semua pihak sehingga skripsi ini bisa diselesaikan
tepat pada waktunya. Untuk itu penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih
yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak I Gede Putu Darma Suyasa, S.Kep., M.Ng., Ph.D. Selaku Rektor
Institut Teknologi dan Kesehatan Bali yang telah memberikan izin dan
kesempatan kepada penulis menyelesaikan skripsi ini.
2. Ibu Ni Luh Dina Susanti, S.Kep., M.Kep selaku Wakil Rektor I Institut
Teknologi dan Kesehatan Bali yang telah memberikan izin dan kesempatan
kepada penulis menyelesaikan skripsi ini.
3. Bapak Ns. I Ketut Alit Adianta, S.Kep., MNS selaku Wakil Rektor II Institut
Teknologi dan Kesehatan Bali yang telah memberikan izin dan kesempatan
kepada penulis menyelesaikan skripsi ini.
4. Bapak Ns. I Kadek Nuryanto, S.Kep.,MNS selaku Dekan Fakultas
Kesehatan yang memberikan dukungan kepada penulis.
5. Bapak dr.Agus Shuarsedana, Sp.An. Selaku Ketua Program studi D-IV
Keperawatan Anestesiologi yang memberikan dukungan moral hingga
selesainya skripsi ini.
6. Bapak Ns. Made Rismawan, S.Kep.,MNS selaku pembimbing I yang telah
banyak memberikan bimbingan dalam menyelesaikan skripsi ini.
vi
7. Bapak Ns. I Nengah Adiana, S.Kep., M.Kep., Sp. KMB selaku pembimbing
II yang telah banyak memberikan bimbingan dalam menyelesaikan skripsi
ini.
8. Ibu Ni Putu Rusanti, S.Pd., M.Pd selaku wali kelas yang memberikan
motivasi dan dukungan moral kepada penulis.
9. Seluruh keluarga terutama Bapak Ketut Juniadi dan Ibu Putu Armini yang
banyak memberikan dukungan serta dorongan moral dan materil hingga
selesainya proposal ini.
10. I Gede Deva Dias Mountaina, someone who I want to spend my life with
you. Thank you for your support, you always here whenever I need you.
Let’s grow old together.
11. Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini masih belum sempurna,
untuk itu dengan hati terbuka, penulis menerima kritik dan saran yang sifatnya
konstruktif untuk kesempurnaan skripsi ini.
Denpasar, 28 Mei 2022
vii
HUBUNGAN ANTARA LAMA WAKTU TUNGGU OPERASI
DENGAN KECEMASAN KELUARGA PADA PASIEN OPERASI
ELEKTIF DENGAN GENERAL DAN REGIONAL ANESTESI DI RSU
KERTHA USADA SINGARAJA
Gusti Ayu Kade Dewi Meilani
Fakultas Kesehatan
Program Studi D-IV Keperawatan Anestesiologi
Institut Teknologi dan Kesehatan Bali
Email: dewiimel781@gmail.com
ABSTRAK
Latar Belakang: Kecemasan merupakan salah satu masalah yang paling sering
dialami oleh pasien maupun keluarga, salah satu faktor yang mempengaruhi
kecemasan adalah lama waktu tunggu operasi.
Tujuan: Untuk mengetahui hubungan antara lama waktu tunggu operasi
dengan kecemasan keluarga pada pasien operasi elektif dengan general dan
regional anestesi di RSU Kertha Usada Singaraja
Metode: Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Kertha Usada
Singaraja dari tanggal 1 Februari – 1 Maret 2022. Pada penelitian ini
menggunakan desain penelitian analitik kolerasional, dengan menggunakan
metode pendekatan cross sectional. Sampel dalam penelitian berjumlah 87
responden, dengan metode consecutive sampling. Pengumpulan data dilakukan
menggunakan kuesioner kecemasan keluarga dan lembar observasi lama waktu
tunggu. Uji statistic yang digunakan adalah Spearman Rho.
Hasil: Adanya hubungan yang signifikan antara lama waktu tunggu operasi
dengan kecemasan keluarga pada pasien operasi elektif dengan general dan
regional anestesi (r = 0,854, p value <0,001 lebih kecil dari α 0,05).
Kesimpulan: Menunjukkan bahwa semakin lama waktu tunggu maka
kecemasan makin meningkat. Disarankan kepada rumah sakit untuk
memberikan edukasi kepada keluarga pasien mengenai prosedur anestesi dan
dapat meningkatkan pelayanan rumah sakit.
Kata Kunci: General Anestesi, Kecemasan, Operasi Elektif, Regional
Anestesi, Waktu Tunggu
viii
THE CORRELATION BETWEEN THE LENGTH OF WAITING TIME
FOR SURGERY AND FAMILY ANXIETY IN PATIENTS
OF ELECTIVE SURGERY WITH GENERAL AND REGIONAL
ANESTHESIA AT KERTHA USADA HOSPITAL, SINGARAJA
Gusti Ayu Kade Dewi Meilani
Faculty of Health
Diploma IV of Nursing Anesthesiology
Institute of Technology and Health Bali
Email: dewiimel781@gmail.com
ABSTRACT
Background: Anxiety is one of the most common problems experienced by
patients and their families. One of the factors that influence anxiety is the length of
waiting time for surgery.
Aim: To find out the correlation between the length of waiting time for surgery and
family anxiety in patients of elective surgery with general and regional anesthesia
at Kertha Usada Hospital Singaraja.
Methods: This research was conducted at Kertha Usada Hospital Singaraja from
February 1 to March 1, 2022. This study employed a correlational analytic research
design, using a cross-sectional approach. The sample of this study was 87
respondents, who were selected through a consecutive sampling method. The data
were collected using a family anxiety questionnaire and an observation sheet for
the length of waiting time. The data were then analyzed statistically using the
Spearman Rho test.
Results: There was a significant correlation between the length of waiting time for
surgery and family anxiety in patients of elective surgery with general and regional
anesthesia (r = 0.854, p-value <0.001; <0.05).
Conclusion: The longer the waiting time, the more the anxiety increases. It is
suggested for hospitals provide education to the patient's family about anesthetic
procedures which can improve the hospital services.
Keywords: General Anesthesia, Anxiety, Elective Surgery, Regional
Anesthesia, Waiting Time.
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL DEPAN ....................................................................................... i
HALAMAN SAMPUL DENGAN SPESIFIKASI ......................................................... ii
PERNYATAAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................................... iii
LEMBAR PENETAPAN PANITIA UJIAN SKRIPSI................................................. iv
LEMBAR PERNYATAAN PENGESAHAN ................................................................. v
KATA PENGANTAR ..................................................................................................... vi
ABSTRAK ..................................................................................................................... viii
ABSTRACT..................................................................................................................... ix
DAFTAR ISI .................................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ......................................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................. xvi
DAFTAR SINGKATAN .............................................................................................. xvii
BAB I ................................................................................................................................1
PENDAHULUAN ............................................................................................................1
A.
Latar Belakang ....................................................................................................1
B.
Rumusan Masalah ...............................................................................................4
C.
Tujuan Penelitian ................................................................................................4
1. Tujuan Umum ..................................................................................................4
2. Tujuan Khusus .................................................................................................5
D.
Manfaat Penelitian ..............................................................................................5
1. Manfaat Teoritis ...............................................................................................5
2. Manfaat Praktis ................................................................................................5
BAB II ...............................................................................................................................7
TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................................................7
x
A.
Konsep Dasar Waktu Tunggu ............................................................................7
1. Definisi Waktu Tunggu ....................................................................................7
2. Faktor-faktor Waktu Tunggu ............................................................................7
B.
Konsep Dasar Kecemasan...................................................................................8
1. Definisi Kecemasan ..........................................................................................8
2. Faktor-Faktor Kecemasan ................................................................................9
3. Tanda dan Gejala Kecemasan......................................................................... 12
4. Tingkat Kecemasan ........................................................................................ 13
5. Rentang Respon Kecemasan .......................................................................... 14
6. Faktor Predisposisi Kecemasan ...................................................................... 15
7. Skala Kecemasan Keluarga ............................................................................ 17
8. Penatalaksanaan Kecemasan .......................................................................... 19
C.
Konsep Dasar Anestesi ...................................................................................... 20
1. Definisi Anestesi ............................................................................................ 20
2. Jenis Anestesi ................................................................................................. 21
3. Klasifikasi Status Fisik Pra Anestesi (ASA) ................................................... 23
4. Persiapan Perianestesi .................................................................................... 24
D.
Konsep Dasar Operasi ...................................................................................... 28
1. Definisi Operasi ............................................................................................. 28
2. Klasifikasi Operasi ......................................................................................... 29
3. Jenis Operasi .................................................................................................. 29
E.
Penelitian Terkait .............................................................................................. 30
BAB III ...........................................................................................................................33
KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS, VARIABEL PENELITIAN DAN DEFINISI
OPERASIONAL ............................................................................................................33
A.
Kerangka Konsep .............................................................................................. 33
B.
Hipotesis ............................................................................................................. 34
C.
Variabel dan Definisi Operasional ................................................................... 35
1. Variabel penelitian ......................................................................................... 35
2. Definisi operasional ........................................................................................ 35
BAB IV............................................................................................................................38
METODE PENELITIAN ..............................................................................................38
A.
Desain Penelitian ............................................................................................... 38
B.
Tempat dan Waktu Penelitian .......................................................................... 38
xi
1. Tempat Penelitian ........................................................................................... 38
2. Waktu Penelitian ............................................................................................ 39
C.
Populasi, Sampel, Sampling .............................................................................. 39
1. Populasi .......................................................................................................... 39
2. Sampel............................................................................................................ 39
3. Sampling ........................................................................................................ 41
D.
Pengumpulan Data ............................................................................................ 41
1. Metode Pengumpulan Data ............................................................................ 41
2. Alat Pengumpulan Data .................................................................................. 42
3. Teknik pengumpulan data .............................................................................. 43
E.
Analisa Data ....................................................................................................... 46
1. Teknik Pengolahan Data ................................................................................ 46
2. Teknik Analisa Data ....................................................................................... 50
F.
Etika Penelitian ................................................................................................. 52
1. Izin penelitian ................................................................................................. 52
2. Ethical clearance............................................................................................ 53
3. Informed concent (lembar persetujuan) .......................................................... 53
4. Autonomy ....................................................................................................... 53
5. Anonimity (Tanpa Nama) ............................................................................... 54
6. Confidentiality (Kerahasiaan) ......................................................................... 54
BAB V ............................................................................................................................55
HASIL PENELITIAN ...................................................................................................55
A.
Gambaran Umum Lokasi Penelitian ............................................................... 55
B.
Karakteristik Responden .................................................................................. 56
C. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Variabel Lama Waktu
Tunggu Operasi .......................................................................................................... 57
D. Tingkat Kecemasan Keluarga pada Pasien yang dilakukan Operasi Elektif
dengan General dan Regional Anestesi di RSU Kertha Usada Singaraja ............. 57
E. Hubungan Lama Waktu Tunggu Operasi dengan Kecemasan Keluarga pada
Pasien yang dilakukan Operasi Elektif dengan General dan Regional Anestesi ... 58
BAB VI............................................................................................................................59
PEMBAHASAN .............................................................................................................59
A.
Karakteristik Responden .................................................................................. 59
B.
Lama Waktu Tunggu Operasi.......................................................................... 59
C.
Tingkat Kecemasan Keluarga .......................................................................... 60
xii
D. Hubungan antara Lama Waktu Tunggu Operasi dengan Kecemasan
Keluarga pada Pasien Operasi Elektif ...................................................................... 63
E.
Keterbatasan Penelitian .................................................................................... 64
A.
Kesimpulan ........................................................................................................ 65
B.
Saran .................................................................................................................. 65
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................................67
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 2. 1 Puasa Pasien ......................................................................................... 25
Tabel 3. 1 Definisi Operasional Hubungan antara Lama Waktu Tunggu dengan
Kecemasan Keluarga pada Pasien Operasi Elektif dengan General dan
Regional Anestesi di RSU Kertha Usada Singaraja ............................. 37
Tabel 4. 1 Pedoman Keeratan Hubungan .............................................................. 51
Tabel 5. 1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis
Kelamin, Umur, Pekerjaan, dan Pendidikan (n=87)…………………..56
Tabel 5. 2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Variabel Lama Waktu
Tunggu (n=87) ...................................................................................... 57
Tabel 5. 3 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Kecemasan Keluarga...... 57
Tabel 5. 4 Hasil Uji Statistik Hubungan Antara Lama Waktu Tunggu Operasi
dengan Kecemasan Keluarga pada Pasien Operasi Elektif dengan
General dan Regional Anestesi di RSU Kertha Usada Singaraja (n=87)
.............................................................................................................. 58
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1 Rentang Respon Kecemasan ............................................................ 14
Gambar 3. 1 Kerangka Konsep Hubungan antara Lama Waktu Tunggu Operasi
dengan Kecemasan Keluarga pada Pasien Operasi Elektif dengan
General dan Regional Anestesi di RSU Kertha Usada .................... 34
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Jadwal Penelitian
Lampiran 2. Lembar Kuesioner Kecemasan Keluarga
Lampiran 3. Lembar Observasi Lama Waktu Tunggu
Lampiran 4. Lembar Permohonan Menjadi Responden
Lampiran 5. Lembar Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran 6. Surat Rekomendasi Penelitian dari Rektor ITEKES Bali
Lampiran 7. Surat Permohonan Informasi Data
Lampiran 8. Surat Permohonan Izin Studi Pendahuluan
Lampiran 9. Surat Studi Pendahuluan
Lampiran 10. Surat Keterangan/Rekomendasi Penelitian dari Dinas Penanaman
Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Provinsi Bali
Lampiran 11. Surat Rekomendasi Penelitian dari Dinas Penanaman Modal dan
Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kabupaten Buleleng
Lampiran 12. Surat Kelaikan Etik (Ethical Clearance) ITEKES Bali
Lampiran 13. Lembar Pernyataan Face Validity
Lampiran 14. Lembar Pernyataan Analisa Data
Lampiran 15. Lembar Pernyataan Abstract Translation
Lampiran 16. Hasil Analisa Data
xvi
DAFTAR SINGKATAN
APA
: American Psychiatric Association
BAB
: Buang air besar
EKG
: Elektrokardiografi
GABA
: Gamma-aminobutyric acid
HARS
: Hamilton Anxiety Rating Scale
IBS
: Instalasi Bedah Sentral
ICD
: International Classification of Disease
IPAI
: Ikatan Penata Anestesi Indonesia
Kemenkes
: Kementerian Kesehatan
NE
: Norepinefrin
PTSD
: Post Traumatic Stress Disorder
RSU
: Rumah Sakit Umum
SPSS
: Statistical Package for the Social Sciences
WHO
: World Health Organization
xvii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Operasi atau pembedahan adalah suatu tindakan medis secara invansif
dilakukan untuk mendiagnosa atau mengobati suatu penyakit, injury, atau
deformitas tubuh, tindakan pembedahan dapat mencederai jaringan sehingga
menyebabkan perubahan fisiologis tubuh dan organ lainnya (Rismawan, 2019).
Dari tahun ke tahun tindakan operasi mulai banyak dilakukan seiring dengan
perkembangan teknologi dalam dunia kesehatan membuat tindakan yang
dilakukan lebih aman. World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa
kasus bedah merupakan masalah kesehatan masyarakat (Kemenkes, 2015).
Jumlah pasien yang dilakukan tindakan operasi dari data WHO tahun 2012
menyatakan setiap tahun pasien yang akan menjalani tindakan operasi
mengalami peningkatan. Pada tahun 2012 sebanyak 148 juta jiwa diseluruh
rumah sakit yang ada di dunia yang dilakukan tindakan operasi, sedangkan di
Indonesia sebanyak 1,2 juta jiwa yang menjalani tindakan operasi dan
menempati urutan ke-11 dan 50 pertama penanganan penyakit di rumah sakit
seluruh Indonesia (Rizki, Hartoyo, & Sudiarto, 2019).
Pasien yang akan dilakukan tindakan operasi terlebih dahulu dilakukan
tindakan anestesi. Anestesi merupakan cabang ilmu kedokteran yang
mempelajari tentang tatalaksana untuk mematikan rasa sementara sehingga
pasien menjadi nyaman (Mangku & Senapathi, 2018). Jenis anestesi yang
digunakan pada penelitian ini ada dua yaitu anestesi umum atau general dan
anestesi regional. Anestesi umum adalah tindakan induksi obat untuk
menurunkan kesadaran pasien, walaupun diberikan rangsang nyeri.
Kemampuan untuk mempertahankan ventilasi terganggu. Pasien sering
membutuhkan asistensi dalam mempertahankan jalan napas, dan ventilasi
tekanan positif mungkin diperlukan karena depresi ventilasi spontan atau
1
2
induksi obat mendepresi fungsi sistem neuromuskular, fungsi kardiovaskuler
mungkin terganggu (American Society of Anesthesiologist, 2019). Sedangkan
anestesi regional adalah anestesi lokal dengan menyuntikkan obat ke ruang
subarachnoid dan ekstradural, untuk mendapatkan analgesi setinggi dermatom
tertentu dan relaksasi dari otot rangka (Ikatan Penata Anestesi Indonesia,
2018).
Waktu tunggu lama merupakan salah satu komponen dari bentuk mutu
pelayanan kesehatan yang sering dikeluhkan baik pasien maupun keluarga
pasien. Waktu tunggu merupakan waktu yang diperlukan pasien untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan di ruang operasi mulai dari pasien datang
ke ruang operasi sampai pasien dipindahkan ke ruang rawat inap. Waktu
tunggu lama dapat menimbulkan kebosanan, kelelahan, iritabilitas yang dapat
berpotensi munculnya reaksi emosional berupa kecemasan (Lestari, 2015).
Kecemasan merupakan salah satu masalah yang paling sering dialami
oleh pasien maupun keluarga, dimana jika kondisi tersebut dibiarkan besar
kemungkinan selama tindakan anestesi dan operasi dapat terjadi hal-hal buruk
yang akan berdampak pada kondisi pasien dan dapat menambah kekhawatiran
keluarga. Menurut Anasril dan Husaini (2020) kecemasan merupakan suatu
keadaan emosional tanpa suatu objek yang jelas dan merupakan pengalaman
subjektif dari individu yang tidak dapat diobservasi dan dilihat secara langsung.
Pada beberapa penelitian mengatakan bahwa lama waktu tunggu operasi
mempengaruhi kecemasan, dan pada kenyataannya dilapangan keluarga pasien
menunggu diluar selama pasien dilakukan tindakan didalam ruang operasi yang
memakan waktu lama sehingga menimbulkan kecemasan terutama pada pasien
yang baru pertama kali menjalani tindakan operasi. Dari beberapa artikel yang
dibaca masih seidkit yang membahas hubungan antara lama waktu tunggu
operasi dengan tingkat kecemasan keluarga. Oleh karena itu penelitian ini akan
membahas lebih lanjut tentang hubungan antara lama waktu tunggu operasi
dengan tingkat kecemasan keluarga pada pasien operasi elektif dengan general
dan regional anestesi.
3
Pada penelitian Utami (2020) didapatkan hasil data dari 118 jumlah
responden (84,7%) yang menunggu pelayanan kesehatan di klinik jantung
menyatakan menunggu lama yaitu lebih dari 60 menit sedangkan responden
yang menunggu lama yaitu lebih dari 60 menit menurut hasil data penelitian
menyatakan mengalami kecemasan sejumlah 74 responden (87,3%) dan 44
responden tidak mengalami kecemasan (12,7)%.
Waktu tunggu dan kecemasan saling berkaitan satu sama lain, karena
salah satu faktor yang mempengaruhi kecemasan yaitu lama waktu tunggu
operasi. Pasien yang akan menjalani operasi sering sekali merasa cemas
terlebih lagi keluarga pasien juga, ditambah waktu lama menunggu untuk
giliran operasi menambah kecemasan. Jika keadaan tersebut dibiarkan, maka
akan berdampak pada pelayanan kesehatan sehingga perlunya edukasi terkait
tindakan anestesi yang akan diberikan kepada pasien sehingga baik pasien dan
keluarga pasien mengetahui tentang tidakan yang akan dilakukan.
Pentingnya memberikan penjelasan terhadap tindakan dan teknik
anestesi yang akan diberikan terlebih lagi memberikan penjelasan mengenai
efek samping yang mungkin dapat terjadi kepada pasien sehingga keluarga
pasien mengerti mengenai tindakan yang akan diberikan.
Rumah Sakit Kertha Usada adalah salah satu rumah sakit swasta yang
berada di Kabupaten Buleleng. Memiliki 3 kamar operasi 2 kamar operasi
untuk bedah umum dan 1 kamar operasi khusus mata.Berdasarkan studi
pendahuluan yang sudah peneliti lakukan selama mengikuti praktek klinik di
ruang operasi setiap hari sekitar 8-10 orang pasien yang akan menjalani operasi
dengan berbagai macam operasi baik operasi mayor ataupun operasi minor.
Pasien dilakukan tindakan perioperatif lama sehingga keluarga yang menunggu
diluar tidak tahu pasti keadaan pasien didala sehingga dapat menambah
kecemasan dari keluarga pasien. Penata anestesi jarang memberikan edukasi
terkait tindakan yang dilakukan sehingga hal tersebut menambah tingkat
kecemasan keluarga pasien serta belum ada yang mengkaji terkait lama waktu
tunggu operasi terhadap kecemasan. Pada teori, sangat penting untuk
4
memberikan pendidikan kesehatan sebelum dilakukannya tindakan anestesi
dan operasi untuk menenangkan pasien maupun keluarga sehingga pasien siap
baik psikis maupun fisik untuk dilakukannya tindakan, oleh karena itu masalah
yang paling sering ditemui baik pasien dan keluarga pasien adalah kecemasan.
Berdasarkan uraian latar belakang diatas dan pengamatan langsung
dilakukan oleh peneliti yang menggambarkan bahwa keberhasilan dari suatu
tindakan anestesi dan operasi sangat erat kaitannya pemberian edukasi terkait
tindakan yang akan dilakukan dan pengkajian terhadap lama waktu tunggu
operasi pasien sebelum dilakukan tindakan sehingga dapat mengantisipasi
masalah kesehatan yang akan timbul pada intra anestesi seperti hemodinamik
yang tidak stabil. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk meneliti “Hubungan
Antara Lama Waktu Tunggu Operasi dengan Tingkat Kecemasan Keluarga
pada Pasien Operasi Elektif dengan General dan Regional Anestesi di RSU
Kertha Usada Singaraja”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya maka
rumusan masalah dalam penelitian ini “Adakah hubungan antara lama waktu
tunggu operasi dengan tingkat kecemasan keluarga pada pasien operasi elektif
dengan General dan Regional Anestesi di RSU Kertha Usada Singaraja?”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara lama waktu
tunggu operasi dengan tingkat kecemasan keluarga pada pasien operasi
elektif dengan general dan regional anestesi di RSU Kertha Usada
Singaraja.
5
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi karakteristik responden yang akan dilakukan operasi
elektif dengan general dan regional anestesi di RSU Kertha Usada
Singaraja.
b. Mengidentifikasi lama waktu tunggu operasi pada pasien operasi
elektif dengan general dan regional anestesi.
c. Mengidentifikasi tingkat kecemasan keluarga pada pasien operasi
elektif dengan general dan regional anestesi.
d. Menganalisa hubungan antara lama waktu tunggu operasi dengan
kecemasan keluarga pada pasien operasi elektif dengan general dan
regional anestesi.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber informasi
ilmiah dibidang ilmu keperawatan anestesiologi pada asuhan keperawatan
pra, intra dan pasca. Selain itu, dapat dijadikan acuan untuk peneliti
selanjutnya yang meneliti tentang hubungan lama waktu tunggu operasi
dan tingkat kecemasan keluarga pada pasien operasi elektif dengan general
dan regional anestesi.
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini dapat bermanfaat secara praktis bagi:
a. Institusi
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber informasi dan
menambah pengetahuan serta wawasan di bidang ilmu keperawatan
anestesiologi dalam hubungan antara lama waktu tunggu operasi
dengan tingkat kecemasan keluarga pada pasien operasi elektif
dengan general dan regional anestesi.
6
b. Rumah sakit
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk rumah sakit
digunakan sebagai masukan dan data tambahan tentang pasien yang
mengalami lama waktu tunggu operasi dan tingkat kecemasan
keluarga sehingga dapat dilakukan tindakan untuk menangani hal
tersebut yang akan meningkatkan mutu dan kualitas pelayanan dari
rumah sakit.
c. Profesi
Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan
tenaga kesehatan terutama bagi penata anestesi dalam melakukan
assessment lama waktu tunggu operasi dengan tingkat kecemasan
keluarga pada pasien sebelum dilakukannya operasi, sehingga dapat
meminimalisir
dan
mencegah
masalah
yang timbul
ketika
dilakukannya tindakan anestesi maupun operasi.
d. Peneliti selanjutnya
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi dan
referensi untuk penelitian selanjutnya terkait dengan hubungan antara
lama waktu tunggu operasi dengan tingkat kecemasan keluarga,
sehingga dapat bermanfaat bagi kemajuan ilmu kesehatan terutama
pada bidang keperawatan anestesiologi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Waktu Tunggu
1. Definisi Waktu Tunggu
Waktu tunggu adalah waktu yang dipergunakan oleh pasien untuk
mendapatlan pelayanan rawat jalan dan rawat inap dari tempat pendaftaran
sampai masuk ke ruang pemeriksaan dokter. Waktu tunggu di rumah sakit
berkaitan dengan pelayanan kesehatan meliputi pelayanan rekam medis,
gawat darurat pelayanan poliklinik dan lain sebagainya. Waktu tunggu
adalah waktu yang digunakan oleh petugas kesehatan di rumah sakit untuk
memberikan pelayanan pada pasien. Waktu tunggu merupakan masalah
yang sering menimbulkan keluhan pasien di beberapa Rumah Sakit. Lama
waktu tunggu pasien mencerminkan bagaimana rumah sakit mengelola
komponen pelayanan yang disesuaikan dengan situasi dan harapan pasien
(Munandar, 2014).
2. Faktor-faktor Waktu Tunggu
Fetter dalam Rr. Ratna Arietta (2012), membagi faktor-faktor yang
mempengaruhi waktu tunggu pasien menjadi tiga seperti berikut:
a. First waiting time adalah waktu yang dikeluarkan pasien sejakdatang
sampai jam perjanjian.
b. True waiting time adalah waktu yang dikeluarkan pasien sejak jam
perjanjian sampai pasien diterima atau diperiksa dokter.
c. Total primary waiting time adalah waktu tunggu pasien keseluruhan
sebelum bertemu dokter.
Tujuh faktor yang berhubungan dengan waktu tunggu Fetter dalam Rr.
Ratna Arietta (2012) yaitu:
a. Variasi appointment interval.
7
8
b. Waktu pelayanan yang panjang.
c. Pola kedatangan pasien.
d. Pasien tidak datang pada jam perjanjian.
e. Jumlah pasien yang datang tanpa perjanjian.
f. Pola kedatangan dokter
g. Terputusnya pelayanan pasien karena keinginan dokter untuk berhenti
sebentar selama jam praktek
B. Konsep Dasar Kecemasan
1. Definisi Kecemasan
Kecemasan
adalah
pengalaman
emosional
yang
tidak
menyenangkan yang melibatkan perasaan tegang, ketakutan dan gugup
sebagai respon terhadap situasi tertentu yang mengancam, dan merupakan
hal yang normal terjadi menyertai perkembangan, perubahan, pengalaman
baru atau yang belum pernah di lakukan, serta dalam menemukan identitas
diri dan arti hidup (Akinsulore, Owojuyigbe, Faponle, & Fatoye, 2015).
Kecemasan merupakan manifestasi dari proses-proses emosi yang
terjadi ketika seseorang mengalami tekanan perasaan dan pertentangan
batin. Berdasarkan beberapa pandangan di atas dapat dijelaskan bahwa
kecemasan adalah sebuah reaksi ketika seseorang berada pada sebuah
kondisi tertentu dengan keyakinan bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi
pada dirinya dan disertai perasaan menakutkan dan tidak menyenangkan
yang memiliki ciri-ciri fisiologis dan psikologis (Erkilic et al., 2017).
American
Psychiatric
Association
(APA)
mendefinisikan
kecemasan sebagai keadaan psikologis dan fisiologis ditandai oleh
komponen kognitif, fisiologi, dan perilaku yang digambarkan sebagai
antisipasi terhadap bahaya dimasa depan dan disertai dengan gejala
disforia. International Classification of Disease (ICD-10) mendefinisikan
kecemasan sebagai perasaan khawatir, ketegangan motorik yang
dimanifestasikan dengan gelisah atau ketegangan otot, dan aktivitas
9
otonom yang berlebih seperti sakit kepala atau berkeringat (Septadina,
Prananjaya, Roflin, Rianti, & Shafira, 2021).
Kecemasan pasien pra anestesi merupakan suatu respon antisipasi
terhadap suatu pengalaman yang dianggap pasien sebagai suatu ancaman
terhadap perannya dalam hidup, integritas tubuh bahkan kehidupannya.
Kecemasan sangat mempengaruhi fungsi tubuh pada tindakan operasi,
oleh karena itu perawat perlu mengidentifikasi kecemasan yang dialami
pasien.Kecemasan dan reaksi ini bisa didasarkan pada banyak faktor yang
meliputi ketidaknyamanan dan perubahan-perubahan yang diantisipasi
baik fisik, finansial, psikologi, spiritual, sosial dan akhir dari pembedahan
tersebut (Notoatmodjo, 2013).
2. Faktor-Faktor Kecemasan
Menurut Lutfa & Maliya (2011) dalam Khrisna (2013) faktor-faktor
yang mempengaruhi kecemasan operasi adalah sebagai berikut:
a. Faktor-faktor intrinsik
1) Usia pasien
Gangguan kecemasan lebih sering terjadi pada usia dewasa
dan lebih banyak pada perempuan. Sebagian besar kecemasan
terjadi pada umur 36-45 tahun.
2) Pengalaman
Menjelaskan bahwa pengalaman awal ini sebagai bagian
penting dan sangat menentukan bagi kondisi mental individu
dikemudian
hari.
Apabila
pengalaman
individu
tentang
pengobatan kurang, maka cenderung mempengaruhi peningkatan
kecemasan saat menghadapi tindakan pengobatan selanjutnya.
3) Konsep diri dan peran
10
Konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan
pendirian yang diketahui individu terhadap dirinya dan
mempengaruhi individu untuk berhubungan dengan orang lain.
Peran adalah pola, sikap, perilaku, dan tujuan yang diharapkan
dari seseorang berdasarkan posisinya di masyarakat. Banyak
faktor yang mempengaruhi peran seperti kejelasan perilaku dan
pengetahuan yang sesuai dengan peran, konsistensi respon orang
lain yang berarti terhadap peran, kesesuaian dan keseimbangan
antara peran yang dialaminya, serta keselarasan budaya dan
harapan individu terhadap perilaku peran. Selain itu terjadinya
situasi yang menciptakan ketidaksesuaian perilaku peran,
akanmempengaruhi kehidupan individu. Pasien yang mempunyai
peran ganda baik didalam keluarga atau di masyarakat akan
cenderung mengalami kecemasan yang berlebih disebabkan
konsentrasi terganggu.
b. Faktor-faktor ekstrisik
1) Kondisi medis
Terjadinya kecemasan yang berhubungan dengan kondisi
medis sering ditemukan, walaupun insidensi gangguan bervariasi
untuk masing-masing kondisi medis, misalnya pada pasien yang
mendapatkan diagnosa operasi akan lebih mempengaruhi tingkat
kecemasan pasien dibandingkan dengan pasien yang didiagnosa
baik.
2) Tingkat pendidikan
Pendidikan pada umumnya berguna dalam merubah pola
pikir, pola bertingkah laku dan pola pengambil keputusan.
Tingkat pendidikan yang cukup akan lebih mudah dalam
mengidentifikasi stressor dalam diri sendiri maupun dari luarnya.
11
3) Akses informasi
Akses informasi merupakan pemberitahuan tentang sesuatu
agar orang membentuk pendapat berdasarkan sesuatu yang
diketahuinya. Informasi yang akan didapatkan pasien sebelum
pelaksanaan tindakan operasi terdiri dari tujuan, proses, risiko
dan komplikasi serta alternatif tindakan yang tersedia, serta
proses administrasi.
4) Adaptasi
Tingkat adaptasi manusia dipengaruhi oleh stimulus internal
dan eksternal dan membutuhkan respon perilaku yang terus
menerus. Proses adaptasi sering menstimulasi individu untuk
mendapatkan bantuan dari sumber-sumber dimana individu
berada. Perawat merupakan sumber daya yang tersedia.
5) Tingkat sosial ekonomi
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa masyarakat
kelas sosial ekonomi rendah memiliki prevalensi gangguan
psikiatrik yang lebih banyak. Dari penelitian tersebut dapat
disimpulkan bahwa keadaan ekonomi yang rendah atau tidak
dapat mempengaruhi tingkat kecemasan pada pasien menghadapi
tindakan operasi.
6) Tindakan operasi
Adalah klasifikasi tindakan terapi medis yang dapat
mendatangkan kecemasan karena terdapat ancaman pada
integritas tubuh dan jiwa seseorang.
7) Lingkungan
12
Lingkungan atau sekitar tempat tinggal mempengaruhi cara
berpikir. Hal ini bisa saja disebabkan pengalaman dengan
keluarga, sahabat, rekan sejawat, dan lain-lain. Kecemasan wajar
timbul jika merasa tidak aman terhadap lingkungan.
8) Lama waktu tunggu
Lama menunggu merupakan salah satu penyebab yang
memperparah
kondisi
kecemasan
pasien,
karena
dapat
mempengaruhi mental dari pasien tersebut.
3. Tanda dan Gejala Kecemasan
Menurut Ghimire (2018) manifestasi respon kecemasan preoperatif
dapat berupa perubahan respon fisiologis, perilaku, kognitif, dan afektif
antara lain:
a. Respon fisiologi
1) Respon kardiovaskuler seperti palpitasi, jantung berdebar,
tekanan darah tinggi, rasa mau pingsan, tekanan darah menurun,
denyut nadi menurun.
2) Respon pernafasan seperti napas cepat, napas pendek, tekanan
pada dada, napas dangkal, pembengkakan tenggorokan, sensasi
tercekik, terengah-engah.
3) Respon neuromuskuler seperti refleks meningkat, reaksi kejutan,
mata berkedip-kedip, insomnia, tremor, rigiditas, gelisah, wajah
tegang, kelemahan umum, kaki goyah, gerakan yang janggal.
4) Respon gastrointestinal seperti kehilangan nafsu makan, menolak
makan, rasa tidak nyaman pada abdomen, mual, rasa terbakar
pada jantung, diare.
5) Respon traktus urinarius seperti tidak dapat menahan kencing,
sering berkemih.
13
6) Respon kulit antara lain wajah kemerahan, berkeringat setempat,
gatal, rasa panas dan dingin pada kulit, wajah pucat, berkeringat
seluruh tubuh.
b. Respon perilaku seperti gelisah, ketegangan fisik, tremor, bicara cepat
kurang koordinasi, cenderung mendapat cedera, menarik diri dari
hubungan interpersonal, melarikan diri dari masalah.
c. Respon kognitif meliputi perhatian terganggu, konsentrasi buruk,
salah dalam memberikan penilaian.
d. Respon afektif meliputi hambatan berpikir, bidang persepsi menurun,
kreatifitas dan produktifitas menurun, bingung, sangat waspada,
kesadaran meningkat, kehilangan objektifitas, takut kehilangan
kontrol, takut pada gambaran visual, takut cidera, mudah terganggu,
tidak sabar, gelisah, tegang, ketakutan, tremor, gugup, gelisah.
4. Tingkat Kecemasan
Menurut Stuart (2016) kecemasan ada empat tingkatan dengan
penjelasan dan efeknya sebagai berikut:
a. Kecemasan ringan
Kecemasan ringan terjadi saat ketegangan hidup sehari-hari.
Selama tahap ini seseorang waspada dan lapangan persepsi
meningkat. Kemampuan seseorang untuk melihat, mendengar, dan
menangkap lebih dari sebelumnya. Jenis kecemasan ringan dapat
memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan dan kreatifitas.
b. Kecemasan sedang
Kecemasan sedang dimana seseorang hanya berfokus pada hal
yang penting saja lapang persepsi menyempit sehingga kurang
melihat, mendengar, dan menangkap. Seseorang memblokir area
14
tertentu tetapi masih mampu mengikuti perintah jika diarahkan untuk
melakukannya.
c. Kecemasan berat
Kecemasan berat ditandai dengan penurunan yang signifikan di
lapang persepsi. Cenderung memfokuskan pada hal yang detail dan
tidak berfikir tentang hal lain. Semua perilaku ditunjukkan untuk
mengurangi kecemasan, dan banyak arahan yang dibutuhkan untuk
fokus pada area lain.
d. Panik
Dikaitkan dengan rasa takut dan teror, sebagian orang yang
mengalami kepanikan tidak dapat melakukan hal-hal bahkan dengan
arahan. Gejala panik adalah peningkatan aktivitas motorik, penurunan
kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain, persepsi yang
menyempit, dan kehilangan pemikiran rasional. Orang panik tidak
mampu berkomunikasi atau berfungsi secara efektif. Kondisi panik
yang berkepanjangan akan menghasilkan kelelahan dan kematian.
Tapi panik dapat diobati dengan aman dan efektif.
5. Rentang Respon Kecemasan
Gambar 2. 1 Rentang Respon Kecemasan
Sumber: Stuart (2016)
a. Respon adaptif
15
Hasil yang positf akan didapatkan jika indivdu dapat menerima
dan mengatur kecemasan. Kecemasan dapat menjadi suatu tantangan,
motivasi yang kuat untuk menyelesaikan masalah, dan merupakan
sarana untuk mendapatkan penghargaan yang tinggi. Strategi adaptif
biasanya digunakan seseorang untuk mengatur kecemasan antara lain
dengan berbicara kepada orang lain, menangis, tidur, latihan dan
menggunakan teknik relaksasi.
b. Respon maladaptif
Ketika kecemasan tidak dapat diatur, individu menggunakan
mekanisme koping yang disfungsi dan tidak berkesinambungan
dengan yang lainnya. Koping maladaptif mempunyai banyak jenis
termasuk perilaku agresif, bicara tidak jelas, isolasi diri, banyak
makan, konsumsi alkohol, berjudi dan penyalahgunaan obat terlarang.
6. Faktor Predisposisi Kecemasan
Menurut Stuart (2016) faktor predisposisi yang mempengaruhi
kecemasan adalah:
a. Biologi
Sebagian besar studi menunjukkan disfungsi beberapa sistem
dan bukan hanya perubahan satu neurotransmiter tertentu saja dalam
pengembangan gangguan cemas. Sistem ini meliputi sistem GABA,
sistem
norepinefrin,
dan
sistem
serotonin.
GABA
adalah
neurotransmiter penghambatan paling umum di otak. Pengaturan
ansietas berhubungan dengan aktivitas neurotransmitter gammaaminobutyric acid (GABA), yang mengontrol aktivitas atau tidak
pembakaran dari neuron dibagian otak yang bertanggungjawab untuk
menghasilkan kondisi cemas. Sistem norepinefrin (NE) dianggap
menengahi respon fight or flight. Bagian dari otak yang memproduksi
NE adalah lokus seruleus. Hal ini dihubungkan dengan jalur
16
neurotransmiter ke struktur lain dari otak yang berhubungan dengan
kecemasan, seperti amigdala, hipokampus, dan korteks serebral
(bagian pemikiran, penafsiran, dan perencanaan dari otak). Gangguan
regulasi neurotransmisi serotonin (5-HT) juga memainkan peran
sebagai penyebab kecemasan, karena pasien yang mengalami
gangguan ini mungkin memiliki hipersensitif reseptor 5-HT.
Pengalaman traumatik dapat mengubah otak dan cara-cara dalam
berespon terhadap stressor berikutnya.
b. Keluarga
Gangguan ansietas berlangsung pada keluarga. Gangguan panik
diperkirakan sekitar 40%. Seseorang yang memiliki riwayat keluarga
dan gangguan jiwa, tiga kali lebih mungkin untuk mengalami Post
Traumatic Stress Disorder (PTSD) setelah peristiwa traumatik.
Meskipun bukti kuat dari kerentanan genetik, tetapi tidak ada gen
tunggal atau spesifik yang secara jelas diidentifikasi terkait gangguan
kecemasan. Hai ini disebabkan, sebagian peran bahwa lingkungan
bermain dalam interaksi dengan kerentanan genetik pada gangguan
jiwa. Hal ini juga penting untuk memahami bahwa gangguan
kecemasan dapat tumpang tindih, sebagai gangguan kecemasan dan
depresi. Seseorang dengan hanya memiliki gangguan kecemasanakan
lebih mungkin mengalami depresi berat dalam hidupnya
c. Psikologis
Teori belajar mempercayai bahwa seseorang yang telah terpapar
kekhawatiran yang intens dalam kehidupan awal lebih cenderung
mengalami kecemasan dikemudian hari, sehingga pengaruh orang tua
adalah penting. Tingkat harga diri seseorang merupakan faktor
penting yang berhubungan dengan kecemasan. Seseorang yang
mudah merasa terancam atau memiliki tingkat harga diri yang rendah
akan lebih rentan terhadap cemas. Sifat psikologis yang paling penting
17
adalah ketahanan terhadap stress. Ketahanan adalah kemampuan
untuk mempertahankan fungsi normal meskipun kesulitan. Ketahanan
dikaitkan dengan sejumlah faktor psikososial perlindung, termasuk
gaya aktif koping, pandangan aktif positif, keterkaitan interpersonal,
pedoman moral, dukungan sosial, panutan dan fleksibilitas kognitif.
7. Skala Kecemasan Keluarga
Dalam penelitian ini, untuk menentukan tingkat kecemasan pasien
berpatokan menggunakan skala kecemasan keluarga yang berpedoman
pada skala HARS. Menurut Saputro & Fazrin (2017) Skala HARS
merupakan salah satu alat ukur untuk menilai tingkat kecemasan, yang
didasarkan pada munculnya simtom pada individu yang mengalami
kecemasan. Skala kecemasan keluarga penilaian kecemasan terdiri atas 14
item, yaitu:
a. Perasaan cemas: firasat buruk, takut akan pikiran sendiri, mudah
tersinggung.
b. Ketegangan: merasa tegang, lesu, tidak bisa istirahat dengan tenang,
mudah terkejut, mudah menangis, gemetar, gelisah.
c. Ketakutan: takut terhadap gelisah, terhadap hasil operasi yang sudah
dilakukan, takut akan hasil yang tidak sesuai harapan.
d. Gangguan tidur: sukar memulai tidur, terbangun pada malam hari,
tidur tidak nyenyak, mimpi buruk, mimpi menakutkan.
e. Gangguan kecerdasan: sukar untuk berkonsentrasi, susah mengerti
informasi yang diberikan, sering bingung, tidak memperhatikan ketika
diberikan informasi.
f. Perasaan depresi: hilangnya minat, sedih, bangun dini hari, perasaan
berubah-ubah sepanjang hari.
18
g. Gejala somatik/fisik (otot): lelah menunggu, kaki terasa pegal/sakit,
leher terasa pegal/tegang, suara tidak stabil.
h. Gejala somatik/fisik (sensorik): penglihatan kabur, muka merah atau
pucat, merasa lemas, perasaan ditusuk-tusuk.
i. Gejala kardiovaskuler: denyut jantung cepat/takikardi, berdebardebar, nyeri di dada, rasa lesu/lemas.
j. Gejala pernafasan: rasa tertekan atau sempit di dada, sering menarik
napas dalam, rasa tercekik, napas terasa cepat.
k. Gejala gastrointestinal: sulit menelan, nyeri sebelum dan sesudah
makan, mual dan muntah, rasa penuh atau kembung.
l. Gejala urogenital: sering kencing/BAK, tidak dapat menahan BAK,
kencing keluar sedikit, tidak keluar sama sekali.
m. Gejala autonom: mulut kering, mudah berkeringat, kepala pusing,
kepala terasa berat dan sakit.
n. Tingkah laku (sikap) pada wawancara: gelisah, tidak tenang, terbatabata, susah untuk menyampaikan kata.
Adapun cara penilaiannya adalah setiap item yang diobservasi diberi
empat tingkat skor, yaitu antara 1 sampai dengan 4, dengan kategori
sebagai berikut:
0 = Tidak ada kecemasan
1 = Ringan/satu dari gejala yang ada
2 = Sedang/separuh dari gejala yang ada
3 = Berat/lebih dari separuh gejala yang ada
19
4 = Sangat berat semua gejala ada
Penentuan derajat kecemasan dilakukan dengan cara menjumlahkan nilai
skor dan 14 item diatas dengan hasil sebagai berikut:
<14 : Tidak ada kecemasan
14-20 : Kecemasan ringan
21-27 : Kecemasan sedang
28-41 : Kecemasan berat
42-56 : Kecemasan sangat berat
8. Penatalaksanaan Kecemasan
a. Penatalaksanaan farmakologi
Pengobatan untuk anti kecemasan terutama benzodiazepine,
obat ini digunakan untuk jangka pendek, dan tidak dianjurkan untuk
jangka panjang karena pengobatan ini menyebabkan toleransi dan
ketergantungan. Obat anti kecemasan nonbenzodiazepine, seperti
buspiro (buspar) dan berbagai antidepresan juga digunakan (Imelisa,
Roswendi, Wisnusakti, & Ayu, 2021).
b. Penatalaksanaan non farmakologi
Menurut Issacs (2005) dalam Imelisa (2021), ada dua
penatalaksanaan non farmakologi, yaitu:
1) Distraksi
Distraksi
merupakan
metode
untuk
menghilangkan
kecemasan dangan cara mengalihkan perhatian pada hal-hal lain
sehingga pasien akan lupa terhadap cemas yang dialami. Stimulus
sensori yang menyenangkan menyebabkan pelepasan endorfin
20
yang bisa menghambat stimulus cemas yang mengakibatkan lebih
sedikit stimuli cemas yang ditransmisikan ke otak.
Salah
satu
distraksi
yang
efektif
adalah
dengan
memberikan dukungan spiritual (membacakan doa sesuai agama
dan keyakinannya), sehingga dapat menurunkan hormon-hormon
stressor, mengaktifkan hormon endorfin alami, meningkatkan
perasaan rileks, dan mengalihkan perhatian dari rasa takut, cemas
dan tegang, memperbaiki sistem kimia tubuh sehingga
menurunkan tekanan darah serta memperlambat pernapasan,
detak jantung, denyut nadi, dan aktivitas gelombang otak. Laju
pernapasan yang lebih dalam atau lebih lambat tersebut sangat
baik menimbulkan ketenangan, kendali emosi, pemikiran yang
lebih dalam dan metabolisme yang lebih baik.
2) Relaksasi
Terapi relaksasi yang dilakukan dapat berupa relaksasi,
meditasi, relaksasi imajinasi dan visualisasi serta relaksasi
progresif.
C. Konsep Dasar Anestesi
1. Definisi Anestesi
Berdasarkan analisis kata “anestesi”, an yang artinya tidak dan
aestesi yang artinya rasa. Sehingga anestesi adalah cabang ilmu
kedokteran yang mempelajari tatalaksana untuk mematikan rasa, baik rasa
nyeri, takut, dan rasa tidak nyaman yang lain sehingga pasien nyaman
(Mangku & Senapathi, 2018).
Anestesi adalah hilangnya seluruh modalitas dari sensasi yang
meliputi sensasi sakit/nyeri, rabaan, suhu, posisi/propioseptif. General
anesthesia atau anestesi umum adalah tindakan yang bertujuan untuk
21
menghilangkan nyeri, membuat tidak sadar, dan menyebabkan amnesia
yang bersifat reversibel dan dapat diprediksi. Tiga pilar anestesi umum
atau yang disebut trias anestesi meliputi hipnotik atau sedative, yaitu
membuat pasien tertidur atau mengantuk/tenang, analgesia atau tidak
merasakan sakit, dan relaksasi otot yaitu kelumpuhan otot skelet
(Pramono, 2017).
2. Jenis Anestesi
a. Anestesi umum
Anestesi umum merupakan tindakan medis yang memanfaatkan
obat bius untuk menimbulkan analgesia (menghilangkan perasaan
nyeri), hipnosis (hilangnya kesadaran) dan relaksasi (terjadinya
relaksasi otot) kepada pasien yang akan dilakukan pembedahan. Di
bawah anestesi umum pasien kehilangan semua sensasi, kesadaran,
dan refleks, termasuk muntah dan refleks berkedip. Otot pasien rileks
dan
pasien
mengalami
amnesia.
Amnesia
adalah
tindakan
perlindungan yang memungkinkan pasien untuk melupakan setiap
peristiwa yang tidak menyenangkan dari prosedur. Durasi anestesi
tergantung pada lamanya operasi (Potter & Perry, 2013).
Pada IPAI (2018) anestesi umum dibedakan menjadi:
1) Anestesi Inhalasi
Anestesi yang diberikan melalui udara pernapasan dengan
menggunakan gas atau cairan anestesi yang mudah menguap. Gas
anestesi bisa dikombinasikan dengan nitrogen oksida yang
terdapat pada suhu dan tekanan ruangan secara stabil. Zat cair
yang telah terbukti sangat mudah menguap yakni Halotan,
enfluran, isofluran, desfluran, dan metoksifluran. Kloroform
merupakan anestesi inhalasi yang pemakaiannya telah dibatasi
karena bersifat toksik terhadap fungsi hati. Sedangkan anestesi
22
inhalasi yang dibatasi selanjutnya yakni eter dan siklopropan
karena mudah terbakar.
2) Anestesi Parenteral
Anestesi parenteral adalah anestesi umum yang diberikan
secara parenteral baik intravenus maupun intra musculer,
dipergunakan untuk tindakan pembedahan yang singkat dan
teknik induksi anestesi. Obat bius atau anestesi yang diberikan
secara intravena bisa dikombinasikan dengan anestesi yang lain
bahkan hanya dengan obat anestesi itu sendiri secara tunggal. Hal
ini bertujuan agar pasien dapat mencapai stadium anestesi dan
rasa tenang dengan cepat.
b. Anestesi regional
Menurut IPAI (2018) anestesi regional adalah anestesi lokal
dengan menyuntikan obat anestesi lokal ke dalam ruang subarachnoid
dan ekstradural epidural di lakukan suntikan kedalam ekstradural,
untuk mendapatkan analgesi setinggi dermatom tertentu dan relaksasi
otot rangka.
Jenis – Jenis Anestesi Regional
1) Anestesi Spinal
Obat disuntikkan di tulang punggung dan diperoleh
pembiusan dari kaki sampai tulang dada hanya dalam beberapa
menit. Suntikan hanya diberikan satu kali.
2) Epidural Anestesi
Obat disuntikkan di tulang punggung dan diperoleh
pembiusan dari kaki sampai tulang dada hanya dalam beberapa
menit. suntikan hanya diberikan satu kali, obat diberikan terusmenerus melalui sebuah selang kecil selama masih diperlukan.
23
3) Kombinasi spinal epidural
Penggabungan dua teknik anestesi antara spinal dan
epidural. Keuntungan anestesia kombinasi spinal epidural adalah
onset cepat, tinggi blok dapat ditambahkan, durasi blok dapat
diperpanjang, serta penatalaksanaan nyeri pasca bedah yang baik.
4) Anestesi Blok
Cara ini dapat digunakan pada tindakan pembedahan
maupun untuk tujuan diagnostik dan terapi.
3. Klasifikasi Status Fisik Pra Anestesi (ASA)
Pasien yang akan dilakukan tindakan operasi dan anastesi dapat
dikategorikan dalam beberapa kelas status fisik yang telah ditetapkan.
Klasifikasi adalah penilaian risiko yang memungkinkan ahli bedah dan
anestesi penyedia layanan untuk mempertimbangkan faktor-faktor yang
mempengaruhi bagaimana operasi akan dilakukan. Status fisik ASA
diklasifikasikan menjadi enam kelas, yaitu ASA satu sampai ASA enam,
yang ditentukan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
penunjang (ASA, 2018).
Menurut ASA (2018) Dapat dijabarkan sebagai berikut:
a. ASA 1
Dalam ASA 1 menggambarkan status fisik pasien dalam
keadaan fit dan sehat serta tidak mengkonsumsi alkohol.
b. ASA 2
Dalam ASA 2 menggambarkan status fisik pasien dengan
gangguan sistemik ringan, seperti wanita hamil, obesitas, perokok
aktif, peminum alkohol, hipertensi terkontrol.
c. ASA 3
24
Dalam ASA 3 menggambarkan status fisik pasien dengan
gangguan sistemik berat yang tidak terkontrol dengan keterbatasan
fungsional, seperti penyakit Diabetes Melitus (DM) tidak terkontrol,
hepatitis, terpasang implan alat pacu jantung, penyakit ginjal yang
menjalani hemodialisis teratur.
d. ASA 4
ASA 4 menggambarkan status fisik pasien dengan penyakit
sistemik berat yang mengancam jiwa, seperti iskemia jantung, sepsis,
kanker, penyakit ginjal yang tidak menjalani hemodialisis secara
teratur.
e. ASA 5
ASA 5 menggambarkan status fisik pasien sakit berat yang
kemungkinan tidak selamat tanpa operasi, seperti kemungkinan tidak
akan bertahan hidup dalam waktu kurang dari 24 jam tanpa tindakan
operasi, kemungkinan meninggal dalam waktu dekat akibat kegagalan
multi organ, sepsis dengan keadaan hemodinamik yang tidak stabil.
f. ASA 6
ASA 6 menggambarkan status fisik pasien dengan keadaan mati
batang otak atau brain dead yang organnya akan diambil untuk
didonorkan.
4. Persiapan Perianestesi
a. Pra anestesi
Menurut Mangku (2018) pra anestesi adalah langkah lanjut dari
hasil evaluasi pra operatif khususnya anestesi untuk mempersiapkan
pasien, baik psikis maupun fisik pasien agar pasien siap dan optimal
untuk menjalani prosedur anestesia dan diagnostik atau pembedahan
yang akan direncanakan. Tempat persiapan pra anestesi dapat
25
dilakukan di poliklinik dan di rumah pasien (pada pasien rawat jalan),
ruang perawatan, ruang persiapan IBS, kamar operasi.
1) Persiapan di poliklinik dan di rumah untuk pasien rawat jalan
a) Persiapan psikis yaitu memberikan penjelasan kepada pasien
dan atau keluarganya agar mengerti perihal rencana anestesi
dan pembedahan yang direncanakan sehingga dengan
demikian diharapkan pasien dan keluarganya bisa tenang.
b) Persiapan fisik diinformasikan agar pasien melakukan:
(1) Menghentikan kebiasaan-kebiasaan seperti merokok,
minuman keras, dan obat-obatan tertentu minimal dua
minggu sebelum anestesia.
(2) Melepas segala macam protesis dan aksesoris
(3) Tidak mempergunakan kosmetik misalnya cat kuku atau
cat bibir.
(4) Pasien dipuasakan dengan aturan sebagai berikut
Usia
Makanan padat
Cairan jernih
susu formula/ASI
tanpa partikel
<6 bulan
4 jam
2 jam
6-36 bulan
6 jam
3 jam
>36 bulan
8 jam
3 jam
Tabel 2. 1 Puasa Pasien
c) Diharuskan agar pasien mengajak ikut serta salah satu
keluarga atau orang tuanya atau teman dekatnya untuk
menemaninya atau menunggu selama atau setelah mengikuti
rangkaian prosedur pembedahan dan pada saat kembali
26
pulang untuk menjaga kemungkinan penyulit yang tidak
diinginkannya.
d) Membuat surat persetujuan tindakan medis.
e) Mengganti pakaian yang dipakai dari rumah dengan pakaian
khusus kamar operasi.
2) Persiapan di ruang perawatan
a) Persiapan psikis
(1) Berikan penjelasan kepada pasien dan atau keluarganya
agar mengerti perihal rencana anestesi dan pembedahan
yang
direncanakan
sehingga
dengan
demikian
diharapkan pasien dan keluarganya bisa tenang.
(2) Berikan obat sedatif pada pasien yang menderita stress
yang berlebihan atau pada pasien tidak kooperatif.
(3) Pemberian obat sedatif dapat dilakukan secara oral pada
malam hari menjelang tidur dan pada pagi hari 60-90
menit sebelum ke IBS, rektal (khusus untuk pasien
pediatrik) pada pagi hari sebelum ke IBS.
b) Persiapan fisik
(1) Hentukan
kebiasaan-kebiasaan
seperti
merokok,
minuman keras dan obat-obatan tertentu minimal dua
minggu sebelum anestesia atau minimal dimulai sejak
evaluasi pertama kali di poliklinik.
(2) Tidak memakai protesis atau aksesoris.
(3) Tidak mempergunakan cat kuku atau cat bibir.
(4) Program puasa untuk pengosongan lambung, dapat
dilakukan sesuai dengan aturan tersebut di atas.
27
(5) Pasien dimandikan pagi hari menjelang ke kamar bedah,
pakaian diganti dengan pakaian khusus kamar bedah dan
kalau perlu pasien diisi label.
c) Membuat surat persetujuan tindakan medik
Pada pasien dewasa dan sadar bisa dibuat sendiri
dengan menanda tangani lembaran formulir yang sudah
tersedia pada bendel catatan medik dan disaksikan oleh
kepala ruangan tempat pasien dirawat, sedangkan pada
pasien bayi/anak-anak/orang tua dan pasien tidak sadar
ditanda
tangani
oleh
salah
satu
keluarganya
yang
menanggung dan juga disaksikan oleh kepala ruangan.
d) Persiapan lain yang bersifat khusus pra anestesia
Apabila dipandang perlu dapat dilakukan koreksi
terhadap kelainan sistemik yang dijumpai pada saat evaluasi
prabedah, seperti transfuse, dialysis, fisioterapi dan lainlainnya sesuai dengan prosedur tetap tatalaksana masingmasing penyakit yang diderita pasien.
3) Persiapan di ruang persiapan IBS meliputi evaluasi ulang status
pasien, ganti pakaian dengan pakaian khusus kamar operasi,
memberikan premedikasi dan memasang infus.
4) Persiapan di kamar operasi meliputi persiapan mesin anestesi,
meja operasi, alat-alat resusitasi, obat-obat anestesi, alat-alat
pemantau tekanan darah, suhu dan EKG, dll.
b. Intra anestesi
Asuhan kepenataan intra anestesi merupakan suatu rangkaian
kegiatan pemberian asuhan di bawah pengawasan atas pelimpahan
wewenang secara mandat oleh dokter spesialis anestesi selama
anestesi yang dimulai sejak pasien berada diatas meja operasi sampai
28
dengan pasien dipindahkan ke ruang pulih sadar. Asuhan ini meliputi
melakukan induksi, melakukan intubasi, pemberian obat anestesi dan
ekstubasi (IPAI, 2018).
c. Pasca anestesi
Asuhan kepenataan pasca anestesi adalah tindakan yang
dilakukan pada masa pemulihan pasca anestesi dilakukan di ruang
pulih sadar (recovery room) dan dalam kondisi tertentu dilanjutkan di
ruang unit intensif. Kamar pulih sadar merupakan perluasan kamar
operasi, untuk merawat pasien pasca anestesi yang merupakan masa
transisi karena kesadaran penderita belum pulih secara sempurna
akibat pengaruh obat anestesi sehingga kecenderungan terjadi
sumbatan jalan napas akibat refleks perlindungan seperti reflek batuk,
muntah maupun menelan belum baik sehingga kemungkinan terjadi
aspirasi dan juga mengakibatkan gangguan kardiovaskular penderita
(IPAI, 2018).
D. Konsep Dasar Operasi
1. Definisi Operasi
Operasi atau pembedahan merupakan suatu penanganan medis
secara invasif yang dilakukan untuk mendiagnosa atau mengobati
penyakit, injuri, atau deformitas tubuh, tindakan pembedahan akan
mencederai jaringan yang dapat menimbulkan perubahan fisiologis tubuh
dan mempengaruhi organ tubuh lainnya. Berdasarkan data yang diperoleh
dari WHO, jumlah pasien dengan tindakan operasi mencapai angka
peningkatan yang sangat signifikan dari tahun ke tahun. Tercatat di tahun
2011 terdapat 140 juta pasien di seluruh rumah sakit di dunia, sedangkan
pada tahun 2012 data mengalami peningkatan sebesar 148 juta jiwa.
Tindakan operasi di Indonesia pada tahun 2012 mencapai 1,2 juta jiwa.
Berdasarkan Data Tabulasi Nasional Departemen Kesehatan Republik
29
Indonesia Tahun 2009, tindakan bedah menempati ururan ke-11 dari 50
pertama penanganan pola penyakit di rumah sakit se-Indonesia yang
diperkirakan 32% diantaranya merupakan tindakan bedah laparatomi
(Hartoyo, 2015).
Prosedur operasi merupakan salah satu bentuk terapi medis yang
dapat menimbulkan rasa takut, cemas hingga stress, karena dapat
mengancam integritas tubuh, jiwa dan dapat menimbulkan rasa nyeri.
Perawat mempunyai peran yang sangat penting dalam setiap tindakan
operasi, yaitu salah satunya untuk membantu pasien mendapatkan
informasi tentang tindakan-tindakan yang akan dilakukan agar dapat
mengurangi rasa cemas yang dialami pasien.
2. Klasifikasi Operasi
Menurut Marry & Yakobus (2009) dalam Zulfa (2020) klasifikasi
pembedahan berdasarkan tingkat risiko dibedakan menjadi dua yaitu
pembedahan mayor dan pembedahan minor.Bedah minor adalah
pembedahan yang sederhana dan risikonya sedikit.Kebanyakan bedah
minor dilaksanakan dalam anestesi lokal,sekalipun ada juga yang
dilakukan dalam anestesi umum.Meskipun bedah minor adalah
pembedahan sederhana,perlu diingat bahwa ada pasien yang tidak
memandangnya sebagai pembedahan sederhana sehingga mereka bisa
cemas, takut dan nyeri.Bedah mayor adalah pembedahan yang
mengandung risiko cukup tinggi untuk pasien dan biasanya pembedahan
ini luas,biasanya bedah mayor dilakukan dalam anestesi umum.
3. Jenis Operasi
Menurut Caroline Bunker & Mary T (2017) tingkat pilihan pasien
dalam operasi adalah:
a. Operasi pilihan atau elektif: kondisi tidak mengancam jiwa. Pasien
dapat memilih untuk menjalani pembedahan atau tidak. Contohnya
30
antara lain bedah plastik, penghilang tanda lahir nonmaligna (tidak
ganas), dan ligasi tuba atau vasektomi untuk sterilisasi.
b. Diperlukan/non elektif: operasi diperlukan pada saat tertentu. Pasien
memiliki berapa pilihan tentang kapan prosedur akan dilakukan.
Contohnya antara lain perbaikan hernia, prolaps uterus, dan perbaikan
posisi sendi pinggul.
c. Urgent (mendesak) nonelektif: operasi harus dilakukan dalam waktu
segera, untuk mencegah kerusakan lebih lanjut pasien. Contohnya
antara lain pengangkatan keganasan (kanker) dan pengangkatan
apendiks yang mengalami inflamasi.
d. Darurat: operasi harus dilakukan segera untuk menyelamatkan jiwa
pasien. Contohnya adalah kehamilan ektopik dengan ancaman ruptur,
hemoragi internal yang buruk, ruptur apendiks, dan angioplasti setelah
serangan jantung.
E. Penelitian Terkait
Dalam penyusunan proposal ini, terdapat tiga artikel penelitian terkait.
Berdasarkan studi literatur yang berhubungan dengan proposal ini yaitu
penelitian yang dilakukan oleh Tambengi (2017) dengan judul “Hubungan
Waktu Tunggu dengan Kecemasan Pasien di Unit Gawat Darurat RSU GMIM
Pancaran Kasih Manado”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
hubungan waktu tunggu dengan kecemasan pasien di IGD RSU GMIM
Pancaran Kasih Manado. Design Penelitian adalahdeskriptif analitik dengan
pendekatan cross sectional. Teknik sampling yang digunakan pada penelitian
ini menggunakan accidential sampling yang terdiri dari 40 responden. Uji
hipotesa menggunakan chi square. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan
didapati bahwa dari 40 responden, 16 responden dengan waktu tunggu baik
mengalami kecemasan sedang (88,9%), 2 responden dengan waktu tunggu baik
mengalami kecemasan berat (11,1%), 10 responden dengan waktu tunggu
31
kurang baik mengalami kecemasan sedang (45,5%), 12 responden dengan
waktu tunggu kurang baik mengalami kecemasan berat (54,5%)
Penelitian Jumiran (2020) yang berjudul “Hubungan Waktu Tunggu
Operasi dengan Kecemasan Pasien Pre Operasi di Instansi Bedah Sentral
RSUD dr Soedirman Mangun Sumarso Wonogiri”. Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui hubungan waktu tunggu operasi dengan kecemasan
pasien pre operasi di Instalasi Bedah Sentral RSUD dr Soediran Mangun
Sumarso Wonogiri. Design penelitian adalah korelasional menggunakan
pendekatan cross sectional. Teknik sampling yang digunakan pada penelitian
ini menggunakan purposive sampling dengan jumlah sebanyak 92 responden.
Uji statistik yang digunakan adalah menggunakan rank spearman. Hasil
penelitian yang didapatkan bahwa ada hubungan waktu tunggu operasi dengan
kecemasan pasien pre operasi di Instalasi Bedah Sentral RSUD dr Soediran
Mangun Sumarso Wonogiri (p 0,000). Menurut peneliti, semakin lama waktu
tunggu oporasi akan semakin membuat pasien bertambah cemas. Faktor lain
kecemasan juga sangat berperan penting misalnya tingkat pengetahuan dan
mekanisme koping pasien itu sendiri.
Pada peneltian Utami (2020) yang berjudul “Hubungan Waktu Tunggu
dengan Kecemasan Pasien di Klinik Jantung RSUD Kanjuruhan Kabupaten
Malang” menggunakan design penelitian korelatif dengan pendekatan cross
sectional. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan waktu
tunggu dengan kecemasan pasien di klinik jantung RSUD Kanjuruhan
Kabupaten Malang. Teknik sampling yang digunakan menggunakan purposive
sampling dengan responden sebanyak 118. Jenis analisa data yang digunakan
adalah menggunakan uji analisa spearman. Hasil dari penelitian ini yaitu
didapatkan hasil data dari 118 jumlah responden (84,7%) yang menunggu
pelayanan kesehatan di klinik jantung menyatakan menunggu lama yaitu lebih
dari 60 menit sedangkan responden yang menunggu lama yaitu lebih dari 60
menit menurut hasil data penelitian menyatakan mengalami kecemasan
sejumlah 74 responden (62,7%).
BAB III
KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS, VARIABEL PENELITIAN DAN
DEFINISI OPERASIONAL
Pada bab ini akan menjelaskan tentang kerangka konsep penelitian, hipotesis
dan variabel penelitian. Pada bab ini juga menjelaskan tentang definisi operasional
variabel penelitian. Semua bagian pada bab ini akan dijelaskan sebagai berikut:
A. Kerangka Konsep
Kerangka konsep (conseptual framework) adalah model pendahuluan
dari sebuah masalah penelitian dan merupakan refleksi hubungan dari variabelvariabel yang diteliti (Swarjana, 2015). Berdasarkan latar belakang masalah
dan tinjauan teori, maka kerangka konsep pada penelitian ini adalah sebagai
berikut:
Faktor-faktor yang mempengaruhi
lama waktu tunggu:
Faktor-faktor yang
mempengaruhi kecemasan:
1.
2.
3.
4.
1. Usia
Variasi appointment interval.
Waktu pelayanan yang panjang.
Pola kedatangan pasien.
Pasien tidak datang pada jam
perjanjian.
5. Jumlah pasien yang datang tanpa
perjanjian.
6. Pola kedatangan dokter
7. Terputusnya pelayanan pasien
karena keinginan dokter untuk
berhenti sebentar selama jam
praktek
2. Jenis kelamin
3. Tahap perkembangan
4. Tipe kepribadian
5. Pendidikan
6. Lama waktu tunggu
7. Lingkungan
8. obat
Variabel Bebas
Variabel Terikat
Lama waktu tunggu operasi pada
pasien operasi elektif dengan general
dan regional anestesi.
Tingkat kecemasan keluarga
pada pasien operasi elektif
dengan general dan regional
anestesi
33
34
Hubungan antara lama waktu tunggu operasi
dengan kecemasan keluarga pada pasien
operasi elektif dengan general dan regional
anestesi
Gambar 3. 1 Kerangka Konsep Hubungan antara Lama Waktu Tunggu Operasi
dengan Kecemasan Keluarga pada Pasien Operasi Elektif dengan General dan
Regional Anestesi di RSU Kertha Usada
Keterangan:
Variabel yang diteliti
Variabel yang tidak diteliti
Garis hubungan
Berdasarkan kerangka konsep diatas dapat dijelaskan bahwa ada
beberapa faktor yang mempengaruhi kecemasan yaitu jenis kelamin, tahap
perkembangan, tipe kepribadian, pendidikan, lama waktu tunggu. Salah satu
faktor yang mempengaruhi kecemasan adalah lama waktu tunggu, sehingga
lama waktu tunggu mempengaruhi tingkat kecemasan keluarga pada pasien
operasi elektif dengan general dan regional anestesi. Variabel bebas
(independen) dalam penelitian ini adalah lama waktu tunggu operasi dan
variabel terikatnya (dependen) adalah tingkat kecemasan.
B. Hipotesis
Menurut Kumar (2019) dalam Nursalam (2020) hipotesis adalah suatu
pernyataan asumsi tentang hubungan antara dua atau lebih variabel yang
diharapkan dapat menjawab suatu pertanyaan dalam penelitian. Hipotesis
penelitian merupakan hasil yang akan diharapkan dari peneliti, dibuat
berdasarkan studi empiris yang memiliki alasan yang logis dan memprediksi
hasil dari studi penelitian. Hipotesis dari penelitian ini adalah hipotesis
alternative (Ha) yaitu: ada hubungan antara lama waktu tunggu operasi dengan
kecemasan keluargai pada pasien operasi elektif dengan general dan regional
anestesi.
35
C. Variabel dan Definisi Operasional
1. Variabel penelitian
Variabel
adalah
sebuah
konsep
yang
dioperasionalkan,
diaplikasikan serta menjadi property dari objek. Variabel dalam penelitian
ini dibagi menjadi dua yaitu:
a. Variabel Bebas (independent variabel)
Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau nilainya
menentukan variabel lain (Nursalam, 2020). Variabel bebas dalam
penelitian ini adalah lama waktu tunggu operasi pada pasien operasi
elektif dengan general dan regional anestesi.
b. Variabel Terikat (dependen variabel)
Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi nilainya ditentukan
oleh variabel lain (Nursalam, 2020). Variabel terikat pada penelitian
ini adalah tingkat kecemasan keluarga pada pasien operasi elektif
dengan general dan regional anestesi.
2. Definisi operasional
Definisi operasional variabel adalah suatu fenomena observasional
yang memungkinkan seorang peneliti untuk dapat menguji secara empiric
apakah outcome yang diprediksi tersebut benar atau tidak. (Thomas et al,
2010 dalam Swarjana, 2015). Variabel dalam penelitian ini dibedakan
menjadi dua kategori yaitu variabel pertama lama waktu tunggu operasi
pada pasien operasi elektif dengan general dan regional anestesi dan
variabel kedua yaitu tingkat kecemasan keluarga pada pasien operasi
elektif dengan general dan regional anestesi.
36
No
1.
2.
Variabel
Definisi
operasional
Alat ukur
dan cara
ukur
Lama
Lama waktu Pengumpulan
waktu
tunggu
data
tunggu
waktu yang
dilakukan
operasi
diperlukan
dengan cara
pada
sejak pasien mencatat
pasien
datang ke
pasien mulai
operasi
ruang
dari ruang
elektif
operasi
penerimaan
dengan
sampai
sampai pasien
general dan dengan
akan
regional
pasien akan
dipindahkan
anestesi
dipindahkan ke ruang
ke ruang
rawat inap.
rawat inap di Alat ukur
RSU Kertha yang
Usada
digunakan
Singaraja
adalah lembar
observasi
yang terdiri
dari 2 pilihan
waktu.
Kecemasan Tingkat
Pengumpulan
keluarga
kecemasan
data
pada
merupakan
dilakukan
pasien
suatu rentang dengan cara
operasi
respon dari
mengukur
elektif
kecemasan
tingkat
dengan
yang
kecemasan
general
membagi
keluarga
dan
kedalam
pasien pada
regional
beberapa
pasien yang
anestesi
kategori
dilakukan
yaitu: tidak
operasi elektif
ada
dengan
kecemasan,
general dan
kecemasan
regional
ringan,
anestesi. Alat
kecemasan
ukur
sedang,
digunakan
kecemasan
berupa lembar
berat,
kuesioner
kecemasan
kecemasan
sangat berat keluarga yang
Hasil ukur
Skala
Semakin
tinggi skor
mengindikasik
an responden
lama
menunggu
tindakan
operasi. Skor
responden
dikategorikan
sebagai
berikut:
a. <4 Jam
b. >4 Jam
(Sumber:
Yusri,
2015)
Rasio
Semakin
Interval
tinggi skor
responden
mengindikasik
an kecemasan
responden
semakin
buruk.
Selanjutnya
total skor tiap
responden
akan
dikategorikan
sebagai
berikut yaitu:
a. Tidak ada
kecemasan
jika hasil
skor <14
b. Kecemasan
ringan jika
37
pada
terdiri dari 14
hasil skor
keluarga
indikator
14-20
pasien
kecemasan.
c. Kecemasan
dilakukan
sedang jika
operasi
hasil skor
elektif
21-27
dengan
d. Kecemasan
general dan
berat jika
regional
hasil skor
anestesi di
28-41
RSU Kertha
e. Kecemasan
Usada
sangat
Singaraja
berat jika
yang
hasil skor
membuat
42-56
keluarga
(Nursalam,
pasien
2013)
merasa tidak
tenang,
khawatir,
takut dan
tegang.
Tabel 3. 1 Definisi Operasional Hubungan antara Lama Waktu Tunggu Operasi
dengan Kecemasan Keluarga pada Pasien Operasi Elektif dengan General dan
Regional Anestesi di RSU Kertha Usada Singaraja
BAB IV
METODE PENELITIAN
Pada bab ini menguraikan mengenai desain penelitian, tempat dan waktu
penelitian, populasi, sampel dan sampling, pengumpulan data, analisa data, serta
etika dalam penelitian.
A. Desain Penelitian
Desain penelitian memberikan kerangka kerja untuk mengumpulkan
serta menganalisa data. Pada penelitian ini menggunakan desain penelitian
analitik kolerasional, dengan menggunakan metode pendekatan cross
sectional. Metode pendekatan cross sectional adalah penelitian yang
mendesain pengumpulan datanya dilakukan pada satu titik waktu (at one point
in time) dimana fenomena yang diteliti adalah selama satu periode
pengumpulan data. (Swarjana, 2015).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan lama waktu tunggu
operasi dengan tingkat kecemasan keluarga pada pasien operasi elektif dengan
general dan regional anestesi di RSU Kertha Usada Singaraja, yang dimana
variabel bebas dalam penelitian ini adalah lama waktu tunggu operasi pada
pasien operasi elektif dengan general dan regional anestesi dan variabel terikat
pada penelitian ini adalah tingkat kecemasan keluarga pada pasien operasi
elektif dengan general dan regional anestesi.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Instalansi Bedah Sentral (IBS) Rumah
Sakit Umum Kertha Usada Singaraja. Alasan peneliti memilih lokasi di
RSU Kertha Usada diantaranya adalah sebagai berikut: yang pertama
berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada observasi awal terlihat
38
39
bahwa dalam 3 bulan terakhir ditahun 2021 rata-rata operasi elektif dengan
teknik anestesi umum dan anestesi regional 334 pasien, dan yang kedua
adalah belum pernah ada penelitian sejenis yang dilakukan di RSU Kertha
Usada Singaraja.
2. Waktu Penelitian
Pembuatan proposal dibuat dari bulan 18 Oktober sampai 31
Desember 2021, penelitian dilakukan setelah proposal penelitian disetujui,
serta mendapatkan izin penelitian lalu pengumpulan data kemudian
dilaksanakan pada bulan 1 Februari sampai sampai bulan 1 Maret 2021.
C. Populasi, Sampel, Sampling
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek/subjek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,
2019). Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien pre anestesi yang
menjalani operasi elektif dengan teknik anestesi umum dan anestesi
regional di RSU Kertha Usada Singaraja. Jumlah pasien yang dioperasi di
RSU Kertha Usada Singaraja selama tiga bulan terakhir sebanyak 334
pasien dengan general dan regional anestesi. Jika dirata-ratakan jumlah
pasien operasi setiap bulannya sebanyak 111 pasien. .
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari elemen populasi yang dihasilkan dari
strategi sampling. Idealnya sampel yang diambil adalah sampel yang
mewakili populasi (Swarjana, 2015).
a. Besar sampel
Perhitungan jumlah sampel dihitung menggunakan rumus besar
sampel sebagai berikut (Nursalam, 2020):
40
𝑛=
𝑁
1 + N(𝑑)2
𝑛=
111
1 + 111 (0,05)2
𝑛=
111
1 + 111 (0,0025)
𝑛=
111
1 + 0,27
𝑛=
111
1,27
𝑛 = 87,4
Keterangan:
n = Besar sampel
N = Besar populasi
d = Tingkat signifikansi (p)
Berdasarkan hasil perhitungan maka besar sample keseluruhan yang
diperlukan yaitu 87 responden.
b. Kriteria sampel
1) Kriteria inklusi
a) Keluarga pasien terdekat
b) Pasien ASA I dan ASA II
c) Jadwal operasi sudah ditentukan dengan jelas/elektif
d) Pasien yang sudah mentandatangani inform consent
e) Pasien baru pertama kali dan kedua kali operasi
41
f) Keluarga pasien berusia 18-55 tahun dengan tingkat
kesadaran baik (composmentis)
2) Kriteria eksklusi
a) Pasien dengan operasi cito
b) Pasien dengan komplikasi
3. Sampling
Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat
mewakili populasi. Teknik sampling merupakan cara-cara yang ditempuh
dalam pengambilan sampel, agar memperoleh sampel yang benar-benar
sesuai dengan keseluruhan subjek penelitian. Teknik sampling yang
digunakan dalam penelitian ini adalah non probability sampling dengan
metode consecutive sampling dimana menetapkan setiap subjek yang
memenuhi kriteria inklusi dipilih sampai ukuran sampel yang diperlukan
tercapai. Pada penelitian ini, sampel disesuaikan dengan kriteria inklusi
dan eksklusi (Nursalam, 2020).
D. Pengumpulan Data
1. Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian, akuratnya data penelitian yang dikumpulkan
sangat mempengaruhi hasil penelitian. Agar data yang dikumpulkan
tersebut akurat, maka diperlukan alat pengumpulan data (instrument
penelitian) yang tidak saja valid, tetapi juga reliable. Selain ketepatan
instrument penelitian, metode pengumpulan data pun sebaiknya tepat atau
sesuai dengan data yang akan dikumpulkan (Mazhindu dan Scott, 2005
dalam Swarjana, 2015).
Penelitian ini dilakukan selama dua bulan di RSU Kerta Usada
dengan teknik penentuan sampel secara non probability sampling yaitu
consecutive sampling. Untuk mendapatkan datanya yaitu dengan
pengambilan anggota sampel berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi
sampai jumlah sampel yang dibutuhkan terpenuhi berdasarkan waktu
42
pengumpulan data yang telah ditentukan sebelumnya. Jenis data penelitian
yang dikumpulkan adalah data primer. Sebanyak 87 responden akan
diberikan informasi mengenai tujuan penelitian yang akan dilakukan dan
diminta kesediaannya untuk menjadi responden.
Pengumpulan data dilakukan dengan cara peneliti akan menemui
pasien yang akan dilakukan anestesi pada ruang pre anestesi di IBS dan
keluarga pasien yang menunggu di luar untuk menilai apakah pasien dan
keluarga pasien tersebut masuk ke dalam kriteria inklusi dan menyetujui
untuk dijadikan responden. Setelah itu keluarga pasien akan diobservasi
waktu tunggu menggunakan lembar obeservasi waktu tunggu dan diukur
tingkat kecemasannya menggunakan kuesioner kecemasan keluarga.
2. Alat Pengumpulan Data
Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan
dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis
kepada responden untuk dijawab (Sugiyono, 2017).
a. Data demografi pasien
Data ini berisikan tentang data umum responden yang berisikan
tentang identitas responden meliputi jenis kelamin, usia, tingkat
pendidikan, pekerjaan.
b. Lembar observasi waktu tunggu
Lembar observasi yang peneliti gunakan merujuk dari
penelitian Yusri (2015) dengan judul peneltian “Analisis Faktor yang
Berhubungan dengan Waktu Tunggu Pemeriksaan Foto Toraks Pasien
Rawat Jalan di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Dr. Mohammad
Hoesin Palembang Tahun 2015”. Lembar observasi ini kemudian
dikembangkan sendiri oleh peneliti sesuai dengan kebutuhan
penelitian. Item lembar observasi ini terdiri dari
1) Waktu sejak pasien datang ke IBS
43
2) Waktu sejak pasien akan dipindahkan ke ruangan rawat inap
Terdapat dua indikator yang digunakan yaitu:
1) <4 Jam
2) >4 Jam
c. Lembar kuesioner kecemasan keluarga
Skala kecemasan keluarga merupakan pengukuran kecemasan
yang didasarkan pada munculnya simptom pada individu yang
mengalami kecemasan. Terdapat 14 simptom yang nampak pada
individu yang mengalami kecemasan menurut skala kecemasan
keluarga. Setiap item yang diobservasi diberi 5 tingkatan skor, antara
0 (nol present) sampai dengan 4 (severe). Cara penilaian kecemasan
keluarga dengan sistem skoring, yaitu: skor nol = tidak ada gejala,
skor satu = ringan (satu gejala), skor dua = sedang (dua gejala), skor
tiga = berat (lebih dari dua gejala), skor empat = sangat berat (semua
gejala). Penentuan derajat kecemasan dengan cara menjumlah nilai
skor dan item 1–14 dengan hasil: skor <14 = tidak cemas, skor 14–20
= cemas ringan, skor 21–27= cemas sedang, skor 28–41= cemas berat,
skor 42–56 = cemas berat sekali.
3. Teknik pengumpulan data
Pada teknik pengumpulan data diperlukannya persiapan dari
peneliti, alat atau bahan penelitian, persiapan responden, persiapan tempat,
waktu, dan persiapan lainnya. Persiapan yang diperlukan diantaranya:
a. Tahap persiapan
1) Peneliti menyiapkan proposal lengkap terlebih dahulu dengan
judul Hubungan antara Lama Waktu Tunggu Operasi dengan
Kecemasan Keluarga pada Pasien Operasi Elektif dengan General
dan Regional Anestesi di Rumah Sakit Umum Kertha Usada
Singaraja.
44
2) Peneliti mengajukan surat rekomendasi izin penelitian kepada
Rektor Institut Teknologi dan Kesehatan Bali dengan nomor
DL.02.02.1191.TU.II.2022
3) Kemudian peneliti mengajukan surat izin penelitian ke Badan
Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Provinsi
Bali dengan nomor surat B.30.070/772.E/IZIN-C/DPMPTSP,
setelah surat keluar kemudian menyerahkan ke Dinas Penanaman
Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kabupaten Buleleng
4) Setelah surat dari Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan
Terpadu Satu Pintu Kabupaten Buleleng keluar dengan nomor
503/122/REK/DPMPTSP/2022
5) Surat dari Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu
Pintu Kabupaten Buleleng diserahkan ke kantor Camat setempat,
Kesbangpol Kabupaten Buleleng dan Rumah Sakit Umum Kertha
Usada Singaraja.
6) Peneliti mengajukan surat permohonan studi pendahuluan ke
RSU
Kertha
Usada
dengan
nomor
surat
DL.02.02.3358.TU.XII.2021
7) Kemudian peneliti mendapat surat balasan permohonan izin
studi pendahuluan dengan nomor 0062/RSU-KU/I/2022
8) Kemudian surat studi pendahuluan diserahkan kepada kepala
ruang OK RSU Kertha Usada Singaraja.
9) Peneliti mengajukan permohonan Ethical Clearance ke Komisi
Etik Penelitian (KEP) Institut Teknologi dan Kesehatan Bali
dengan nomor DL.02.02.0551.TU.I.2022
10) Setelah surat Ethical Clearance keluar dengan nomor surat
03.0393/KEPITEKES-BALI/IV/2022
45
11) Peneliti menyerahkan surat Ethical Clearance kepada Rumah
Sakit Umum Kertha Usada Singaraja yang bertujuan untuk
memohon izin untuk melakukan penelitian.
12) Peneliti mempersiapkan lembar persetujuan menjadi responden
(informed consent).
13) Peneliti mempersiapkan alat-alat yang digunakan dalam
penelitian yaitu berupa kuesioner dan lembar observasi.
14) Peneliti melakukan kontrak waktu dengan responden untuk
dilakukan pengukuran lama waktu tunggu dan tingkat
kecemasan.
15) Tempat pelaksanaannya dilakukan pada ruang tunggu di IBS
RSU Kertha Usada.
b. Tahap pelaksanaan
Setelah izin penelitian diperoleh kemudian dilanjutkan ke tahap
pelaksanan antara lain :
1) Setelah mendapat izin penelitian, peneliti mencari calon
responden yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi
dengan mendatangi pasien dan keluarga pasien yang dilakukan
tindakan operasi di Rumah Sakit Umum Kertha Usada Singaraja.
2) Peneliti akan berkoordinasi dengan kepala ruangan Instalasi
Bedah Sentral mengenai penelitian yang akan dilakukan
sekaligus memperkenalkan diri dan kontrak waktu.
3) Peneliti memperkenalkan diri kemudian peneliti menjelaskan
tujuan dari penelitian.
4) Setelah itu peneliti memberikan lembar informed concent kepada
calon responden untuk dibaca terlebih dahulu, kemudian
46
menjelaskannya kepada calon responden yang bersedia menjadi
responden wajib menandatangani lembar informed concent.
5) Setelah calon responden menandatangani informed concent.
Peneliti memberikan pertanyaan sesuai dengan pertanyaan yang
terlampir dalam kuesioner dan cukup memberikan tanda centang
dalam kolom yang disediakan sesuai dengan jawaban yang
dianggap benar.
6) Kemudian peneliti mengumpulkan kembali kuesioner dan
mengecek kelengkapan data kuesioner yang telah diisi peneliti.
7) Peneliti mengakhiri pertemuan dengan mengucapkan terima
kasih atas partisipasinya dalam penelitian.
8) Selanjutnya peneliti melakukan pengolahan data dan analisa data.
E. Analisa Data
Analisa data penelitian adalah salah satu tahapan penelitian yang sangat
penting yang harus dikerjakan dan dilalui oleh seorang peneliti. Keakuratan
data penelitian belum dapat menjamin keakuratan hasil penelitian. Data yang
akurat memerlukan analisis data yang tepat (Swarjana, 2015). Langkahlangkah yang terdapat dalam pengolahan data diantaranya:
1. Teknik Pengolahan Data
Pengolahan data meliputi 6 kegiatan, yaitu:
a. Editing
Editing adalah suatu cara untuk memeriksa kembali kebenaran
data yang diperoleh atau dikumpulkan melalui instrumen penelitian.
Dalam tahap ini, peneliti melakukan pemeriksaan antara kesesuaian
jawaban dan kelengkapan pengisian lembar observasi dan kuesioner
ketika data telah terkumpul. Dalam proses editing ini, data yang
peneliti masukkan pada Microsoft exel susah sesuai dengan data yang
peneliti dapatkan.
47
b. Coding
Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik atau angka
terhadap data yang terdiri dari beberapa kategori. Coding dilakukan
setelah melakukan penelitian dimana peneliti melakukan coding
sesuai dengan karakteristik responden dalam lembar identitas,
jawaban responden dalam kuesioner serta hasil observasi pada lembar
waktu tunggu untuk memudahkan proses pengolahan data. Data yang
dimasukkan dalam coding adalah sebagai berikut:
Pada karakteristik keluarga pasien:
1) Jenis kelamin
a) Laki-laki diberi kode (1)
b) Perempuan diberi kode (2)
2) Umur
a) 18-25 tahun diberikan kode (1)
b) 26-35 tahun diberikan kode (2)
c) 36-45 tahun diberikan kode (3)
d) 46-55 tahun diberikan kode (4)
3) Jenis pekerjaan
a) ASN diberikan kode (1)
b) TNI/POLRI diberikan kode (2)
c) Wiraswasta diberikan kode (3)
d) Petani diberikan kode (4)
e) Lainnya diberikan kode (5)
4) Pendidikan
48
a) Tidak sekolah diberikan kode (1)
b) SD diberikan kode (2)
c) SMP diberikan kode (3)
d) SMA/SMK diberikan kode (4)
e) PT diberikan kode (5)
Hubungan dengan pasien
1) Hubungan
a) Ayah
b) Ibu
c) Suami
d) Istri
e) Saudara kandung
f) Saudara sepupu
g) lainnya
Pengalaman operasi pasien
1) Pengalaman operasi
a) Operasi pertama kali diberikan kode (1)
b) Operasi kedua diberikan kode (2)
Lama waktu tunggu keluarga pasien
1) Lama waktu tunggu
a) <4 Jam diberikan kode (1)
a) >4 Jam diberikan kode (2)
Pada pernyataan kuesioner keluarga yaitu bila menjawab
1) Tingkat kecemasan
b) Tidak ada kecemasan diberikan kode (1)
49
c) Kecemasan ringan diberikan kode (2)
d) Kecemasan sedang diberikan kode (3)
e) Kecemasan berat diberikan kode (4)
f) Kecemasan berat sekali/panik diberikan kode (5)
Scoring pada kuesioner kecemasan keluarga
1) Scoring
a) <14 Tidak ada kecemasan diberikan kode (1)
b) 14-20 Kecemasan ringan diberikan kode (2)
c) 21-27 Kecemasan sedang diberikan kode (3)
d) 28-41 Kecemasan berat diberikan kode (4)
e) 42-56 Kecemasan sangat berat diberikan kode (5)
c. Entry data
Entry data yaitu kegiatan memasukan data ke dalam program
computer untuk mengolah menggunakan komputer. Pada penelitian
ini peneliti melakukan entry data ketika sudah yakin bahwa data yang
ada sudah benar dan baik dari kelengkapan maupun pengkodeannya.
Selanjutnya peneliti memasukian data satu persatu ke dalam program
computer Microsoft Exel yang mana data-data yang dimasukan adalah
kode sesuai koding yang sudah dilakukan pada karakteristik
responden, kode pernyataan lembar observasi, dari masing-masing
pilihan pernyataan lembar kuesioner, total skor dari keseluruhan
akumulasi yang diperoleh masing-masing responden dan kode
kategori responden sehingga data dapat dianalisis dengan bantuan
SPSS (Statistical Program for Social Science) yang kemudian setelah
sudah lengkap akan diproses sesuai dengan kebutuhan data yang akan
dicari.
d. Tabulating
50
Peneliti telah mengelompokan data dalam suatu data tertentu
menurut sifat yang dimiliki sesuai dengan tujuan penelitian. Langkah
pertama dalam tubulasi data yaitu membuat tabel kosong setelah itu
memasukan data yang telah diolah sesuai dengan kebutuhan
analisisnya. Peneliti membuat tabel yang memuat susunan data
penelitian sehingga data lebih mudah untuk dianalisis. Peneliti sudah
menggelompokkan perkategori sehingga data lebih mudah untuk
dimengerti. Setelah itu peneliti mencari data yang diperlukan sesuai
dengan penelitian yang sudah dilakukan.
e. Cleaning
Peneliti melakukan cleaning data yang dimasukan diperiksa
kembali untuk memastikan data tersebut telah bersih dari kesalahan
dalam pengkodean maupun pembacaan kode. Peneliti memeriksa
apakah ada data yang tidak tepat masuk kedalam program computer.
Melalui cleaning dapat dijelaskan bahwa tidak ada missing data. Dari
olah data yang peneliti lalukan semua data sudah sesuai dengan data
yang peneliti perlukan sehingga tidak ada data yang tidak tepat.
2. Teknik Analisa Data
a. Analisa univariat
Analisa univariat dilakukan untuk melihat gambaran distribusi
frekuensi pada variabel independen dan variabel dependen yang
diteliti. Pada penelitian ini variabel bebas dalam penelitian ini adalah
lama waktu tunggu operasi pada pasien operasi elektif dengan general
dan regional anestesi dan variabel terikat pada penelitian ini adalah
tingkat kecemasan keluarga pada pasien operasi elektif dengan
general dan regional anestesi. Analisa data karakteristik responden
meliputi umur, jenis kelamin, pekerjaan dan pendidikan. Selain itu
juga menganalisa lama waktu tuunggu operasi, pengalaman operasi
dengan melakukan distribusi frekuensi dan presentase.
51
b. Analisa bivariat
Analisis bivariat digunakan untuk mellihat hubungan (korelasi)
antara variabel independen (lama waktu tunggu operasi pada pasien
operasi elektif dengan general dan regional anestesi) dengan variabel
dependen (tingkat kecemasan keluarga pada pasien operasi elektif
dengan general dan regional anestesi) dengan menggunakan uji
statitik. Pada penelitian ini menggunakan uji normalitas KolmogorovSmirnov karena jumlah sampel lebih dari 50, yaitu sebanyak 87 pada
hasil uji normalitas didapatkan bahwa pada variabel waktu tunggu
didapatkan hasil <0,001 yang berarti data terdistribusi tidak normal
dan pada variabel kecemasan keluarga didapatkan hasil uji normalitas
0,296 yang berarti data terdistribusi normal, karena salah satu data
terdistribusi tidak normal maka menggunakan uji Spearman Rank
untuk membuktikan adanya hubungan yang signifikan antara
independen dengan variabel dependen. Variabel bebas (Independent)
berskala rasio (Numerik) dan variabel terikat (Dependent) berskala
interval (Numerik), maka analisa data menggunakan uji Spearman
Rank dengan bantuan komputerisasi. Uji ini dilakukan untuk
mengetahui apakah secara statistik ada hubungan antara lama waktu
tunggu operasi dengan tingkat kecemasan keluarga SC dengan taraf
signifikan α < (0,05).
Interval Koefisien
Tingkat Hubungan
0,00 – 0,199
Sangat rendah
0,20 – 0,399
Rendah
0,40 – 0,599
Sedang
0,60 – 0,790
Kuat
0,80 – 1,000
Sangat kuat
Tabel 4. 1 Pedoman Keeratan Hubungan
Sumber: Nursalam, 2020
1) Nilai signifikan hipotesis Menurut (I Ketut Swarjana & Bali,
2015) nilai signifikan yaitu :
52
a) Apabila p value <α (0,05) berarti H₀ ditolak dan Hₐ diterima.
Hal ini menunjukkan bahwa ada korelasi yang bermakna
antar variabel yang diuji.
b) Apabila p value >α (0,05) berarti H₀ diterima dan Hₐ ditolak.
Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat korelasi yang
bermakna antar variabel yang diuji.
2) Arah Korelasi
a) Korelasi positif: apabila hubungan antara variabel bebas
dengan variabel terikat adalah hubungan yang searah, dengan
kata lain meningkatnya variabel bebas maka diikuti dengan
meningkatnya variabel terikat.
b) Korelasi negatif: apabila ada hubungan berlawanan antara
variabel bebas dengan variabel terikat, dengan kata lain
meningkatnya
variabel
bebas
maka
diikuti
dengan
menurunya variabel terikat.
F. Etika Penelitian
Dalam melakukan penelitian, peneliti mengajukan permohonan izin
kepada responden untuk mendapatkan persetujuan penelitian. Setelah
mendapatkan persetujuan barulah peneliti melakukan penelitian dengan
menegakkan masalah etika penelitian meliputi:
1. Izin penelitian
Sebelum melakukan penelitian, peneliti mengajukan surat izin
penelitian kepada Rektor ITEKES Bali. Surat permohonan izin penelitian
dari ITEKES Bali yang sudah ditandatangani oleh Rektor ITEKES Bali
diserahkan kepada Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu
Pintu Provinsi Bali. Setelah peneliti mendapatkan surat rekomendasi dari
Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Satu Pintu Provinsi Bali, yang
53
kemudian peneliti membawa surat tersebut ke Dinas Penanaman Modal
dan Pelayanan Satu Pintu Kabupaten Buleleng kemudian surat balasan
tersebut dibawa ke Kantor Camat setempat, Kesbangpol Kabupaten
Buleleng, dan Komite Etik RSU Kertha Usada Singaraja. Kemudian
peneliti mengajukan surat studi pendahuluan ke diklat RSU Kertha Usada
Singaraja setelah menierima surat balasan maka peneliti membawa surat
balasan tersebut ke Kepala Instasi Bedah Sentral (IBS) RSU Kertha Usada
Singaraja untuk melakukan penelitian.
2. Ethical clearance
Peneliti mengajukan surat permohonan etichal clearance kepada
Komisi Etik Penelitian ITEKES Bali setelah itu peneliti memberikan surat
kepada Komisi Etik RSU Kertha Usada Singaraja, kemudian peneliti
bersiap untuk melakukan penelitian.
3. Informed concent (lembar persetujuan)
Peneliti memberikan penjelasan terkait penelitian yang akan
dilakukan kepada responden sebelum dilakukan pengambilan data terkait
lama waktu tunggu operasi dan tingkat kecemasan. Peneliti juga
menjelaskan bahwa penelitian ini tidak ada unsur pemaksaan, apalabila
responden bersedia maka akan mentandatangani lembar informed concent
yang sudah disiapkan. Responden yang diberikan informed concent sudah
sesuai dengan kriteria iklusi. Kemudian setelah mentandatangani peneliti
akan memberikan pertanyaan kepada responden sesuai dengan pertanyaan
yang terdapat dalam kuesioner kecemasan.
4. Autonomy
Partisipan memiliki hak untuk membuat keputusan secara sadar
untuk menerima atau menolak menjadi responden. Peneliti menjelaskan
kepada responden tentang proses penelitian yang meliputi pengisian
lembar kuesioner, selanjutnya responden bersedia atas keputusan sendiri
diwawancarai.
54
5. Anonimity (Tanpa Nama)
Peneliti
tidak
memberikan
nama
responden
pada
lembar
pengumpulan data. Lembaran tersebut hanya diberi inisial tertentu
sehingga hanya peneliti yang mengetahui. Peneliti menjelaskan bahwa
responden tidak perlu menuliskan nama lengkap tetapi hanya inisal saja.
6. Confidentiality (Kerahasiaan)
Peneliti menjamin kerahasian dari hasil penelitian baik informasi
maupun masalah-masalah lainnya, semua informasi
dikumpulkan dijamin kerahasiaan oleh peneliti.
yang telah
BAB V
HASIL PENELITIAN
Pada bab ini akan dijelaskan tentang gambaran umum tempat penelitian,
karakteristik responden, uji normalitas, analisa univariate serta analisa bivariat.
Semua bagian bab akan dijelaskan lebih detail sebagai berikut:
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Rumah Sakit Umum Kertha Usada Singaraja adalah rumah sakit umum
swasta dengan bentuk badan hukum Yayasan yang didirikan pada tanggal 17
September 1980 berdasarkan Keputusan Menteri Republik Indonesia Nomor
YM.02.04.3.5.749. Jumlah fasilitas pada awal berdiri adalah 16 tempat tidur.
Seiring dengan perubahan waktu dan tuntutan masyarakat yang sangat tinggi
terhadap pelayanan kesehatan, Rumah Sakit Umum Kertha Usada kemudian
pada tahun 1997 pindah ke Jalan Cendrawasih no 5-7 Kelurahan Kaliuntu,
Kecamatan Buleleng, Kabupaten Buleleng-Bali dengan lahan yang lebih luas
yaitu 35,5 are. Kondisi terkini Rumah Sakit telah dilengkapi dengan fasilitas
dan peralatan medis yang semakin berkembang dengan total kapasitas 120
tempat tidur. Rumah Sakit juga menyediakan berbagai fasilitas untuk
perawatan kesehatan dengan dukungan teknologi kedokteran yang modern
serta tim medis yang professional dan memiliki keahlian dibidangnya.
Lokasi ini sangat strategis karena letaknya yang berada di pusat kota.
Secara fisik jalan-jalan yang ada di sekitar lokasi rumah sakit berada dalam
kondisi yang baik. Jalan Tekukur, Jalan Cendrawasih dan Jalan Nuri
merupakan jalan dua jalur. Seluruh jalan di sekitar lokasi tersebut dapat dilalui
oleh kendaraan roda empat. Lokasi Rumah Sakit merupakan suatu daerah
pemukiman berpenghasilan menengah kebawah dan dekat dengan beberapa
pusat pelayanan seperti perbankan, jasa, universitas, dan lain-lain.
RSU Kertha Usada memiliki tiga ruang operasi yaitu dua ruang operasi
bedah umum dan satu ruang operasi untuk bedah mata, rata-rata pasien yang
55
56
dilakukan operasi perharinya mencapai delapan pasien elektif. Terdapat lima
dokter spesialis anestesi yang dibantu oleh dua penata anestesi.
B. Karakteristik Responden
Karakteristik responden ini tergolong karakteristik demografi yang
terbagi berdasarkan jenis kelamin, umur, pekerjaan, dan pendidikan.
Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan dengan jumlah responden
sebanyak 87 responden di RSU Kertha Usada Singaraja. Distribusi frekuensi
responden dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis
Kelamin, Umur, Pekerjaan, dan Pendidikan (n=87)
Karakteristik
Jenis Kelamin Wali
Laki-laki
Perempuan
Umur Wali
18-25 Tahun
26-35 Tahun
36-45 Tahun
46-55 Tahun
Pekerjaan Wali
PNS
TNI/Polri
Wiraswasta
Petani
Lainnya
Pendidikan Wali
SMP
SMA/SMK
PT
Frekuensi
(n)
Presentase
(%)
66
21
75,9
24,1
10
32
22
23
11,5
36,8
25,3
26,4
17
5
25
10
30
19,5
5,7
28,7
11,5
34,5
7
53
27
8,0
60,9
31,0
Berdasarkan tabel 5.1 mengenai karakteristik responden menunjukkan
bahwa responden yang berjenis kelamin laki-laki lebih banyak dibanding
perempuan yaitu sebanyak 66 orang (75,9%), pada kategori usia didapatkan
bahwa mayoritas usia responden 26-35 tahun sebanyak 32 orang (36,8%) daro
57
total responden, pekerjaan responden mayoritas dengan lainnya sebanyak 30
orang (34,5%), dan pendidikan responden paling banyak adalah SMA/SMK 53
orang (60,9%).
C. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Variabel Lama Waktu
Tunggu Operasi
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Variabel Lama Waktu
Tunggu (n=87)
Lama Waktu Tunggu
<4 Jam
>4 Jam
Frekuensi
(n)
19
68
Presentase
(%)
21,8
78,2
Berdasarkan tabel 5.2 distribusi frekuensi responden berdasarkan
variabel lama waktu tunggu sebagian besar responden menunggu kurang dari
4 jam yaitu sebanyak 19 orang (21,8%) dan responden yang menunggu lebih
dari 4 jam yaitu sebanyak 68 orang (78,2%) dari total responden.
D. Tingkat Kecemasan Keluarga pada Pasien yang dilakukan Operasi
Elektif dengan General dan Regional Anestesi di RSU Kertha Usada
Singaraja
Tabel 5.3 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Kecemasan Keluarga
Tingkat Kecemasan
<14 Tidak ada kecemasan
14-20 Kecemasan ringan
21-27 Kecemasan sedang
28-41 Kecemasan berat
Frekuensi
(n)
2
28
49
8
Presentase
(%)
2,3
32,2
56,3
9,2
Berdasarkan 5.3 tingkat kecemasan keluarga menyatakan bahwa
sebagian besar responden mengalami tingkat kecemasan sedang yaitu
sebanyak 49 orang (56.3%). Responden yang tidak mengalami kecemasan
58
sebanyak 2 orang (2.3%), sebanyak 28 orang responden (32.2%) mengalami
kecemasan ringan, dan 8 orang responden (9.2%) mengalami kecemasan berat.
E. Hubungan Lama Waktu Tunggu Operasi dengan Kecemasan Keluarga
pada Pasien yang dilakukan Operasi Elektif dengan General dan Regional
Anestesi
Tabel 5.4 Hasil Uji Statistik Hubungan Antara Lama Waktu Tunggu Operasi
dengan Kecemasan Keluarga pada Pasien Operasi Elektif dengan General dan
Regional Anestesi di RSU Kertha Usada Singaraja (n=87)
Spearman’s
rho
Lama waktu Correlation
tunggu
Coefficient
Sig.
(2tailed)
N
Skor
Correlation
kecemasan
Coefficient
Sig.
(2tailed)
N
Lama waktu Skor
tunggu
kecemasan
1.000
.854**
.
87
.000
87
.854**
1.000
.000
87
.
87
*signifikan pada α = 0,05
Berdasarkan tabel 5.4, didapatkan bahwa adanya hubungan antara lama
waktu tunggu operasi dengan kecemasan keluarga dengan nilai p value <0,001
lebih kecil dari α 0,05. Hubungan ini ditunjukkan dengan kekuatan kolerasi
0,854 yang berarti korelasi kuat dengan arah korelasi positif yang berarti
semakin tinggi lama waktu tunggu maka semakin meningkat tingkat
kecemasan keluarga pasien, begitupun sebaliknya jika arah korelasi negatif
maka semakin rendah lama waktu tunggu maka semakin rendah tingkat
kecemasan keluarga pada pasien operasi elektif di RSU Kertha Usada
Singaraja.
BAB VI
PEMBAHASAN
Pada bab ini menjelaskan secara lengkap dari hasil penelitian yang telah
disajikan pada bab V, dibahas sesuai dengan tujuan penelitian yaitu untuk
mengetahui Hubungan Antara Lama Waktu Tunggu Operasi Dengan Kecemasan
Keluarga Pada Pasien Operasi Elektif Di RSU Kertha Usada Singaraja, serta
membahas keterbatasan penelitian.
A. Karakteristik Responden
Sesuai dengan tujuan pertama penelitian yaitu untuk mengetahui
karakteristik responden yang akan dilakukan operasi elektif dengan general
anestesi. Berdasarkan tabel 5.1 distribusi frekuensi karakteristik responden
berdasarkan jenis kelamin, umur, pekerjaan dan pendidikan. Pada data jenis
kelamin didapatkan bahwa rata-rata responden berjenis kelamin laki-laki, umur
responden paling banyak berada pada umur 26-32 tahun. Pekerjaan responden
rata-rata lainnya yang berarti selain dari pilihan yang ada seperti sebagai supir,
pemandu wisata, buruh dan lain-lain. Responden paling banyak menempuh
pendidikan sampai SMA/SMK.
B. Lama Waktu Tunggu Operasi
Sesuai dengan tujuan kedua penelitian yaitu untuk mengetahui lama
waktu tunggu operasi pada pasien operasi elektif dengan general dan regional
anestesi. Penelitian ini dilakukan di RSU Kertha Usada Singaraja yang
melibatkan keluarga pasien dengan usia 18-55 tahun. Berdasarkan hasil
penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar keluarga pasien yang menunggu
operasi di RSU Kertha Usada rata-rata menunggu >4 jam. Hal ini menunjukkan
bahwa masih banyak keluarga pasien yang menunggu lama, sehingga dapat
berdampak pada kualitas pelayanan dari rumah sakit.
59
60
Menurut Febriani (2012) waktu tunggu identik dengan kebosanan,
kecemasan, stres dan penderitaan bahkan dapat menurunkan kualitas hidup
serta harapan hidup. Menunggu dalam waktu lama akan menyebabkan
keluarga pasien merasa cemas. Menunggu pelayanan yang lama akan membuat
bosan dan fasilitas pelayanan lain seharusnya disediakan oleh pihak pelayanan
kesehatan agar keluarga pasien memiliki aktivitas lain, seperti penyuluhan atau
edukasi kesehatan terkait tindakan yang dilakukan kepada pasien selama
keluarga pasien menunggu operasi. Waktu tunggu merupakan salah satu
komponen yang potensial menyebabkan ketidakpuasan. Keluarga pasien akan
menganggap pelayanan kesehatan jelek apabila lama menunggu, dan petugas
kesehatan tidak ramah meskipun profesional.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Nofriadi (2019) yang
menyatakan bahwa waktu tunggu pelayanan di poli penyakit dalam diketahui
bahwa dari 62 responden, lebih dari setengah menyatakan waktu tunggu
pelayanan di poli penyakit dalam lama yaitu sebanyak 37 orang (59,7%). Dapat
diartikan bahwa banyak responden yang menyatakan waktu tunggu di poli
penyakit dalam tergolong lama (>60 menit). Waktu tunggu pelayanan
merupakan masalah yang masih banyak dijumpai dalam praktik pelayanan
kesehatan, dan salah satu komponen yang potensial menyebabkan ketikpuasan,
kecemasan (Laeliyah, 2017).
C. Tingkat Kecemasan Keluarga
Sesuai dengan tujuan ketiga penelitian ini yaitu untuk mengetahui tingkat
kecemasan keluarga pada pasien operasi elektif dengan general dan regional
anestesi. Berdasarkan tabel 5.3 tingkat kecemasan keluarga dapat dilihat
bahwa dari 87 orang responden didapatkan bahwa tingkat kecemasan yang
paling banyak dialami oleh responden adalah pada kategori kecemasan sedang
sebanyak 49 orang, 2 orang responden dengan tidak ada kecemasan, sebanyak
28 responden mengalami kecemasan ringan, dan sebanyak 8 orang responden
mengalami kecemasan berat.
61
Pada kuesioner kecemasan keluarga dari 14 item pertanyaan yang terdiri
dari perasaan cemas, ketegangan, ketajutan, gangguan tidur, gangguan
kecerdasan, perasaan depresi, gejala fisik (otot), gejala fisik (sensorik), gejala
kardiovaskuler, gejala pernapasan, gejala gastrointestinal, gejala urogenital,
gejala autonomy, dan tingkah laku saat berkomunikasi. Responden pada setiap
pertanyaan rata-rata menjawab dengan dua gejala yang mereka rasakan.
Sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa faktor-faktor yang
menyebabkan kecemasan yaitu kondisi medis, tingkat pendidikan, tindakan
operasi, lama waktu tunggu. Kondisi medis pasien sangat berpengaruh
terjadinya gejala kecemasan yang berhubungan dengan kondisi medis sering
ditemukan walaupun insidensi gangguan bervariasi untuk masing-masing
kondisi medis, misalnya: pada pasien sesuai hasil pemeriksaan akan
mendapatkan diagnosa pembedahan, hal ini akan mempengaruhi tingkat
kecemasan keluarga klien. Sebaliknya pada pasien yang dengan diagnosa baik
tidak terlalu mempengaruhi tingkat kecemasan (Elias, Susanti, & Hayati,
2013).
Pada tingkat pendidikan, sebagian besar responden berpendidikan
SMA/SMK dengan jumlah 53 orang. Menurut Syamsul Bachri (2017)
menyebutkan bahwa kematangan dalam proses berpikir juga dipengaruhi oleh
tingkat pendidikan seseorang. Tingkat pendidikan yang cukup akan lebih
mudah dalam mengidentifikasi tekanan dalam diri sendiri maupun dari luar
dirinya.
Tindakan anestesi dan operasi mempengaruhi tingkat kecemasan
seseorang, pada penelitian ini yaitu dengan tindakan general dan regional
anestesi dengan general anestesi sebanyak 32 respoden dan regional anestesi
sebanyak 55 responden. Kebanyakan pasien baru pertama kali operasi sehingga
hal ini dapat mempengaruhi kecemasan. Pada penelitian Sitorus (2020)
menyatakan bahwa tindakan operasi merupakan suatu tindakan yag sering
membuat pasien maupun keluarga pasien menjadi khawatir mengenai hasilnya,
hal ini terbukti pada penelitian ini. Terdapat 33,3% responden yang sudah
62
pernah mengalami tindakan operasi, tetapi tetap menunjukkan kecemasan saat
menjalani tindakan operasi kedua.
Lama waktu tunggu merupakan salah satu faktor pendukung terjadinya
kecemasan, pada penelitian ini sebagian besar responden menunggu lama lebih
dari empat jam sebelum akhirnya pasien akan dipindahkan keruangan. Pada
penelitian Saputri (2020) menunjukkan bahwa Dalam penelitian ini didapatkan
waiting time pre anestesi sesuai Standar Prosedur Operasional (≤30 menit)
memiliki kecemasan sedang. Sedangkan waiting time pre anestesi tidak sesuai
Standar Prosedur Operasional (>30 menit) memiliki kecemasan berat.
Sehingga dapat dikatakan bahwa waktu tunggu baik tingkat kecemasan pasien
berkurang, sedangkan waktu tunggu tidak baik kecemasan pasien akan
meningkat.
Responden
yang mengalami
kecemasan
sedang banyak
yang
mengeluhkan perasaan tegang, gelisah, sulit tidur, dan sering terbangun pada
malam hari. Sedangkan responden yang mengalami kecemasan berat ini
sampai mengalami sesak, mual, sering buang air kecil, mudah berkeringat,
mengalami mimipi buruk dan bangun dalam keadaan lemas, badan terasa
pegal, serta merasa mulut kering. Kecemasan ini dipicu oleh situasi yang akan
dihadapi oleh seseorang, dalam hal ini responden mengalami situasi di mana
keluarga mereka akan dilakukan tindakan general dan regional anestesi dimana
situasi ini lebih mencemaskan daripada situasi di mana pasien tidak akan
dilakukan tindakan anestesi atau hanya mengalami sakit biasa. Kecemasan
yang tinggi pada keluarga pasien dengan pasien yang akan menjalani tindakan
anestesi dikaitkan dengan kecemasan yang tinggi pada keluarga mereka.
Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitan yang dilakukan oleh
Pasongli (2021) yang menunjukkan tingkat kecemasan keluarga tenaga
kesehatan, yang bervariasi dari tidak cemas sampai kecemasan yang tergolong
berat sekali. Hampir sepertiga dari total responden yaitu 85 responden (32,9%)
tidak mengalami kecemasan, 64 responden (24,8%) mengalami kecemasan
ringan, 29 responden (11,2%) mengalami kecemasan sedang, 57 responden
(22,1%) mengalami kecemasan berat, dan 23 responden (8,9%) mengalami
63
kecemasan berat sekali. Gambaran tingkat kecemasan keluarga yaitu sebagian
besar mengalami kecemasan. Kecemasan terbanyak ada pada tingkat
kecemasan ringan, lalu diikuti dengan kecemasan berat, kecemasan sedang dan
kecemasan berat sekali. Berdasarkan karakteristik responden, sebagian besar
responden yang mengalami kecemasan berada pada kelompok usia 19-39
tahun. Dan berdasarkan jenis kelamin, responden perempuan lebih banyak
mengalami
kecemasan
dibandingkan
responden
laki-laki.
Hasil
ini
menunjukkan bahwa keluarga yang memiliki anggota keluarga sebagai tenaga
kesehatan khususnya perawat memiliki kecemasan akibat wabah Covid-19.
D. Hubungan antara Lama Waktu Tunggu Operasi dengan Kecemasan
Keluarga pada Pasien Operasi Elektif
Sesuai dengan tujuan keempat dalam penelitian ini yaitu untuk
mengetahui hubungan antara lama waktu tunggu operasi dengan kecemasan
keluarga pada pasien operasi elektif dengan general dan regional anestesi.
Berdasarkan data hasil uji hipotesis menggunakan uji Spearman Rho
didapatkan bahwa adanya hubungan antara lama waktu tunggu operasi dengan
kecemasan keluarga pada pasien yang akan dilakukan operasi dengan general
dan regional anestesi. Lama waktu tunggu sangat mempengaruhi terhadap
kualitas pelayanan jika pelayanan yang diberikan kurang memuaskan maka
akan berdampak pada kepuasan dari pengguna rumah sakit tersebut seperti
waktu tunggu yang lama. Di RSU Kertha Usada Singaraja waktu tunggu
operasi bagi keluarga pasien terbilang lama karena disebabkan hanya ada dua
ruang operasi dan kekurangan sumber daya sehingga menyebabkan pelayanan
yang diberikan tidak maksimal.
Kecemasan merupakan hal yang paling dirasakan oleh keluarga pasien
yang menunggu selama pasien didalam dilakukan tindakan anestesi, dari waktu
tunggu tersebut menyebabkan kecemasan yang berdampak pada kesehatan
keluarga pasien tersebut. Kurangnya informasi terhadap tindakan yang
dilakukan menjadi salah satu faktor kecemasan yang dirasakan oleh keluarga,
64
perlunya edukasi terkait tindakan yang akan dilakukan sehingga ketika
keluarga pasien menunggu tidak mengalami kecemasan karena sudah
mengetahui tindakan yang dilakukan kepada pasien tersebut.
Selain itu, penelitian lain yang dilakukan oleh Tambengi (2017) dengan
judul “Hubungan Waktu Tunggu Dengan Kecemasan Pasien Di Unit Gawat
Darurat RSU GMIM Pancaran Kasih Manado” penelitian ini menunjukkan
bahwa dari total responden yaitu 40 orang paling banyak responden dengan
waktu tunggu kurang baik sebanyak 22 orang (55.0%) dan waktu tunggu baik
sebanyak 18 orang (45.0%). Hal ini menjelaskan bahwa waktu tunggu pasien
di UGD RSU Pancaran Kasih Manado cenderung kurang baik.
Tambengi (2017) menunjukkan bahwa lama waktu tunggu baik dengan
kecemasan sedang sebanyak 16 orang (88.9%), waktu tunggu kurang baik
dengan kecemasan sedang sebanyak 10 orang (45.5%), waktu tunggu baik
dengan kecemasan berat sebanyak 2 orang (11.1%), dan waktu tunggu kurang
baik dengan kecemasan berat sebanyak 12 orang (54.5%). Sehingga dapat
dikatakan bahwa waktu tunggu baik tingkat kecemasan pasien berkurang
sedangkan waktu tunggu tidak baik kecemasan pasien akan meningkat.
E. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini tidak terlepas dari keterbatasan-keterbatasan baik berasal dari
peneliti maupun dari luar peneliti pada saat melakukan penelitian sejak
penyusunan sampai terbentuknya skripsi adalah sebagai berikut:
1. Informasi yang diberikan responden dalam proses pengambilan data,
melalui kuesioner terkadang tidak menunjukkan pendapat responden yang
sebenarnya dikarenakan faktor kejujuran dalam pengisian pendapat
responden dalam kuesionernya
2. Keterbatasan dalam mengobservasi lama waktu tunggu pasien
dikarenakan mencatat waktu tunggu keluarga pasien dari sejak pasien
masuk ke ruang pre anestesi hingga pasien akan dipindahkan ke ruang
rawat inap.
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini peneliti akan menyimpulkan semua hasil penelitian dan
pembahasan tentang temuan-temuan penelitian yang telah diuraikan secara lengkap
pada bab sebelumnya. Selanjutnya peneliti juga menulis saran-saran sebagai
masukan untuk tindak lanjut penelitian ini, yang dijabarkan sebagai berikut:
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tentang hubungan antara lama waktu
tunggu operasi dengan kecemasan keluarga pada pasien operasi elektif dengan
general dan regional anestesi dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Lama waktu tunggu operasi pada pasien operasi elektif dengan general
dan regional anestesi di RSU Kertha Usada Singaraja dalam penelitian
ini sebagian besar keluarga pasien menunggu lebih dari 4 jam yaitu
sebanyak 68 orang (78.2%).
2. Kecemasan yang paling banyak dirasakan oleh keluarga pada pasien
operasi elektif dengan general dan regional anestesi di RSU Kertha
Usada Singaraja adalah kecemasan sedang sebanyak 49 orang (56.3%).
3. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya hubungan yang
signifikan dengan hasil sig <0,001 yang berarti lebih kecil dari 0,05.
Sehingga ada hubungan antara lama waktu tunggu operasi dengan
kecemasan keluarga pada pasien operasi elektif dengan general dan
regional anestesi di RSU Kertha Usada Singaraja.
B. Saran
1. Bagi RSU Kertha Usada Singaraja
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan diharapkan hasil
penelitian ini dapat menjadi saran dan masukan bagi Rumah Sakit Umum
Kertha Usada Singaraja untuk lebih memperhatikan dalam memberikan
edukasi terkait informasi prosedur yang akan dilakukan kepada keluarga
65
66
pasien jika perlu meminta penata anestesi untuk menginformasikan
tindakan yang akan dilakukan sehingga keluarga pasien mengetahui
tindakan anestesi apa yang akan diberikan kepada pasien karena pada
kenyataannya dilapangan keluarga pasien masih banyak tidak mengetahui
tindakan anestesi apa yang akan diberikan kepada pasien. Selain itu juga
terkait keluarga pasien lama menunggu bisa dilakukan
penyuluhan
kesehatan sehingga pasien yang lama menunggu tersebut kecemasannya
berkurang.
2. Bagi Peneliti Selanjutnya
Bagi penellti selanjutnya diharapkan penelitian ini dapat dijadikan sebagai
referensi mengenai hubungan antara lama waktu tunggu dengan
kecemasan keluarga pada pasien operasi elektif dengan general dan
regional anestesi untuk melanjutkan penelitian selanjutnya dan diharapkan
pada peneliti selanjutnya agar mampu mengembangkan penelitian ini lebih
luas dengan menganalisis faktor-faktor lain.
DAFTAR PUSTAKA
Akinsulore, A., Owojuyigbe, A. M., Faponle, A. F., & Fatoye, F. O. (2015).
Assessment of Preoperative and Postoperative Anxiety Among Elective
Major Surgery Patients In a Tertiary Hospital In Nigeria. Middle East
Journal Anesthesiology 23(2), 235-240.
Anasril, & Husaini, M. (2020). Efektivitas Penyuluhan Kesehatan terhadap
Penurunan Tingkat Kecemasan Pasien Preoperatif di RSUD Cut Nyak
Dhien Meulaboh. Jurnal Serambi Akademica, 8(3), 364-371.
Apriliana, H. D. (2013). Rerata Waktu Pasien Pasca Operasi Tinggal di Ruang
Pemulihan RSUP DR Kariadi Semarang pada Bulan Maret-Mei 2013.
Arietta, R. (2012). Analisis Waktu Tunggu Pasien di Departemen Gigi dan Mulut
RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad Tahun 2011.
ASA. (2019). Contunuum of Depth of Sedation: Definition of General Anesthesia
and
Levels
of
Sedation/Analgesia.
Retrieved
from
https://www.asahq.org/standards-and-guidelines/continuum-of-depth-ofsedation-definition-of-general-anesthesia-and-levels-of-sedationanalgesia
Erkilic, E., Kesimci, E., Soykut, C., Doger, C., Gumus, T., & Kanbak, O. (2017).
Factors Associated With Preoperative Anxiety Levels of Turkish Surgical
Patients: From a Single Center In Ankara. Patient Prefer Adherence, 11,
291-296. doi:10.2147/PPA.S127342
Elias, Y., Susanti, I. L., & Hayati, N. I. (2013). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Tingkat Kecemasan Keluarga di Ruang High Care Unit (HCU) Rumah
Sakit Immanuel Bandung.
Erkilic, E., Kesimci, E., Soykut, C., Doger, C., Gumus, T., & Kanbak, O. (2017).
Factors Associated With Preoperative Anxiety Levels of Turkish Surgical
Patients: From a Single Center In Ankara. Patient Prefer Adherence, 11,
291-296. doi:10.2147/PPA.S127342
Ghimire, R. (2018). Preoperative Anxiety and Its Determinants Among Patients
Scheduled for Major Surgery: A Hospital Based Study. International
Journal of Anesthesia and Clinical Medicine, 6(2), 57-60.
doi:10.11648/j.ja.20180602.13
Hartoyo, E. P. (2015). Hubungan Antara Karakteristik Demografi dengan
Pengetahuan Mobilisasi Dini pada Pasien Post Operasi Laparatomi di RS
PKU Muhammadiyah Bantul. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta,
Imelisa, R., Roswendi, A. S., Wisnusakti, K., & Ayu, I. R. (2021). Keperawatan
Kesehatan Jiwa Psikososial.
IPAI. (2018). Asuhan Kepenataan Pra, Intra, Pasca Anestesi(Vol. 3).
Jumiran, Rahmawati, I., & Suryandari, D. (2020). Hubungan Waktu Tunggu
Operasi dengan Kecemasan Pasien Pre Operasi di Instansi Bedah Sentral
RSUD dr Soedirman Mangun Sumarso Wonogiri.
67
68
Kemenkes. (2015). Pembedahan Tanggulangi 11% Penyakit di Dunia. Retrieved
from https://www.kemkes.go.id/article/view/15082800002/pembedahantanggulangi-11-penyakit-di-dunia.html
Khrisna, M. R., Prapti, N. K. G., & Kusmarjathi, N. K. (2013). Hubungan
Dukungan Keluarga dengan Tingkat Kecemasan pada Pasien Kanker
Payudara (Ca Mammae) di Ruang Angsoka III RSUP Sanglah Denpasar.
Laeliyah, N., & Subekti, H. (2017). Waktu Tunggu Pelayanan Rawat Jalan
dengan Kepuasan Pasien Terhadap Pelayanan di Rawat Jalan RSUD
Kabupaten Indramayu. Jurnal Kesehatan Vokasional, 1.
Lestari, T. (2015). Kumpulan Teori Untuk Kajian Pustaka Penelitian Kesehatan.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Mangku, G., & Senapathi, T. G. A. (2018). Buku Ajar Ilmu Anestesia dan
Reanimasi. Jakarta Barat: PT Indeks.
Munandar, A. (2014). Tinjauan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Waktu Tunggu
Pelayanan Rekam Medis Pasien Rawat Jalan di Badan Layanan Umum
Daerha RSUD Kabupaten Nagan Raya.
Nofriadi, N., Delima, M., & Sara, Y. (2019). Hubungan Lama Waktu Tunggu
Pelayanan Dengan Kepuasan PasienPoli Penyakit Dalam RSUD Painan.
Notoatmodjo, S. (2013). Promosi Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Nursalam. (2020). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika.
Potter, P. A., & Perry, A. G. (2013). Fundamentals of Nursing.
Pramono, A. (2017). Buku Kuliah Anestesi. Yogyakarta: Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta.
Rismawan, W. (2019). Tingkat kecemasan pasien pre-operasi di RSUD dr.
Soekardjo Kota Tasikmalaya. Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada:
Jurnal Ilmu-ilmu Keperawatan, Analis Kesehatan dan Farmasi, 19(1).
Rizki, F. A., Hartoyo, M., & Sudiarto. (2019). Health Education Using the Leaflet
Media Reduce Anxiety Levels in Pre Operation Patients. Jendela Nursing
Journal, 3, 49-57.
Rosdahl, C. B., & Kowalski, M. T. (2017). Buku Ajar Keperawatan Dasar: ECG.
Saputro, H., & Fazrin, I. (2017). Anak Sakit Wajib Bermain di Rumah Sakit: Forum
Ilmiah Kesehatan (FORIKES).
Septadina, I. S., Prananjaya, B. A., Roflin, E., Rianti, K. I., & Shafira, N. (2021).
TERAPI MUROTTAL AL-QUR’AN UNTUK MENURUNKAN ANSIETAS
DAN MEMPERBAIKI KUALITAS TIDUR: Penerbit NEM.
Stuart, G. (2016). Prinsip dan Praktik Keperawatan Kesehatan Jiwa. Singapore:
Elsevier.
Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, kualitatif, dan R&D Bandung:
Alfabeta.
Sugiyono. (2019). Statistik Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Swarjana, I. K. (2015). Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: ANDI.
Tambengi, H., Mulyadi, & Kallo, V. (2017). Hubungan Waktu Tunggu dengan
Kecemasan Pasien di Unit Gawat Darurat RSU GMIM Pancaran Kasih
Manado. E-Journal Keperawatan, 5.
69
Utami, M. S. (2020). Hubungan Waktu Tunggu dengan Kecemasan Pasien di Klinik
Jantung RSUD Kanjuruan Kabupaten Malang.
Yusri, M. (2015). Analisis Faktor yang Berhubungan dengan Waktu Tunggu
Pemeriksaan Foto Toraks Pasien Rawat Jalan di Instalasi Radiologi Rumah
Sakit Dr. Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2015.
Zulfa, I. (2020). Pengaruh Guide Imagery Terhadap Penurunan Skala Nyeri Pasien
Post Operasi di Ruang Rawat Inap Bedah RSUD Dr. H. Abdul Moeloek
Provinsi Lampung. Poltekkes Tanjungkarang Kemenkes RI,
Lampiran 1
JADWAL PENELITIAN
BULAN
No
Okt
Nov
Des
Jan
Feb
Maret
April
Mei
Juni
2021
2021
2021
2022
2022
2022
2022
2022
2022
KEGIATAN
III
1
Penyusunan Proposal
2
ACC proposal
3
Penyebaran Proposal
4
Ujian Proposal
5
Ujianulang proposal
6
Pengumpulan data
7
PenyusunanHasil
8
PenyebaranSkripsi
9
UjianSkripsi
10
UjianUlangSkripsi
11
PerbaikandanPengumpulan
IV
I
II
III
IV
I
II
III
IV
I
II
III
IV
I
II
III
IV
I
II
III
IV
I
II
III
IV
I
II
III
IV
I
II
III
IV
Lampiran 2
KUESIONER HAMILTON ANXIETY RATING SCALE (HARS)
Petunjuk Pengisian:
1. Mohon bantuan bapak/ibu untuk menjawab semua pertanyaan yang ada
2. Beri tanda (√) pada jawaban yang tersedia sesuai dengan keadaan
sebenarnya yang ada dengan alternatif jawaban :
a. Penilaian
0 = Tidak ada gejala
1 = Ringan (satu gejala dari pilihan yang ada)
2 = Sedang (separuh dari gejala yang ada)
3 = Berat (lebih separuh dari gejala yang ada)
4 = Sangat berat (semua gejala ada)
b. Penilaian derajat kecemasan
Skor <14
= Tidak ada kecemasan
Skor 14-20
= Kecemasan ringan
Skor 21-27
= Kecemasan sedang
Skor 28-41
= Kecemasan berat
Skor 42-56
= Kecemasan berat sekali
3. Identitas responden
a. Nama
:
b. Jenis kelamin
:
c. Umur
:
1) 18-25 tahun
2) 26-35 tahum
3) 36-45 tahun
4) 46-55 tahun
d. Pendidikan
:
1) Tidak sekolah
2) SD
3) SMP
4) SMA/SMK
5) PT
e. Pekerjaan
1) PNS
2) TNI/Polri
3) Wiraswasta
4) Petani
5) Lainnya ……
4. Sebelum mengumpulkan kuesioner mohon memeriksa kembali
jawabannya dan mohon untuk tidak mengosongkan jawaban pada setiap
pertanyaan.
No
1.
Gejala Kecemasan
Perasaan cemas
a. Cemas
b. Firasat buruk
c. Takut akan pikiran sendiri
d. Mudah tersinggung
2.
Ketegangan
a. Merasa tegang
b. Tidak bisa istirahat tenang
c. Mudah terkejut
0
1
2
3
4
d. Mudah menangis
3.
Ketakutan
a. Merasa takut sebelum
pasien masuk ke ruang
operasi
b. Merasa takut ketika
menunggu selesainya
operasi
c. Merasa takut pada hasil
operasi
d. Takut ketika hasil tidak
sesuai harapan
4.
Gangguan tidur
a. Sukar memulai tidur
b. Terbangun malam hari
c. Tidur tidak nyenyak
d. Mimpi buruk
5.
Gangguan kecerdasan
a. Sukar konsentrasi
b. Susah mengerti informasi
yang disampaikan
c. Sering bingung
d. Tidak memperhatikan
ketika diberikan informasi
6.
Perasaan depresi
a. Kehilangan minat
b. Sedih
c. Bangun dini hari
d. Perasaan berubah ubah
sepanjang hari
7.
Gejala fisik (otot)
a. Lelah menunggu
b. Kaki terasa pegal/sakit
c. Leher terasa pegal/tegang
d. Suara tidak stabil
8.
Gejala fisik (sensorik)
a. Penglihatan kabur
b. Muka merah atau pucat
c. Merasa lemas
d. Perasaan ditusuk-tusuk
9.
Gejala kardiovaskuler
a. Denyut jantung cepat
b. Berdebar-debar
c. Nyeri dada
d. Rasa lesu/lemas
10. Gejala pernafasan
a. Rasa tertekan atau sempit
di dada
b. Sering menarik nafas
dalam
c. Rasa tercekik
d. Napas terasa cepat
11. Gejala gastrointestinal
a. Sulit menelan
b. Nyeri sebelum dan
sesudah makan
c. Mual dan muntah
d. Rasa penuh atau kembung
12. Gejala urogenital
a. Sering BAK
b. Tidak dapat menahan
BAK
c. Keluar sedikit
d. Tidak keluar sama sekali
13. Gejala autonom
a. Mulut kering
b. Mudah berkeringat
c. Kepala pusing
d. Kepala tersa berat dan
sakit
14. Tingkah laku saat
berkomunikasi
a. Gelisah
b. Tidak tenang
c. Terbata-bata
d. Susah untuk
menyampaikan kata
Lampiran 3
LEMBAR OBSERVASI WAKTU TUNGGU OPERASI
Petunjuk Pengisian:
a. Beri tanda (√) pada jawaban yang tersedia sesuai dengan keadaan
b. Penilaian:
1) <4 Jam
2) >4 Jam
Keterangan
Waktu pasien datang ke IBS
Waktu pasien akan dipindahkan ke
ruang rawat inap
Waktu
Lampiran 4
LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN
Kepada:
Yth......................
di......................
Dengan hormat,
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama
: Gusti Ayu Kade Dewi Meilani
NIM
: 18D10011
Pekerjaan
: Mahasiswa semester VII (Tujuh) Program Studi D-IV
Keperawatan Anestesiologi, ITEKES Bali
Alamat
: Jalan Tukad Pakerisan, Panjer, Denpasar – Bali
Bersama ini saya mengajukan permohonan kepada Saudara/i untuk bersedia
menjadi responden dalam penelitian sayayang berjudul “Hubungan antara Lama
Waktu Tunggu Operasi dengan Kecemasan Keluarga pada Pasien Operasi Elektif
dengan General dan Regional Anestesi di RSU Kertha Usada Singaraja” yang
pengumpulan datanya akan dilaksanakan pada tanggal ....... s.d.......... Adapun
tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Hubungan antara Lama Waktu
Tunggu Operasi dengan Kecemasan Keluarga pada Pasien Operasi Elektif dengan
General dan Regional Anestesi di RSU Kertha Usada Singaraja. Saya akan tetap
menjaga segala kerahasiaan data maupun informasi yang diberikan.
Demikian surat permohonan ini disampaikan, atas perhatian, kerjasama dari
kesediaannya saya mengucapkan terimakasih.
Denpasar, ..................2022
Peneliti
Gusti Ayu Kade Dewi Meilani
18D10011
Lampiran 5
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama
:
Jenis Kelamin :
Pekerjaan
:
Alamat
:
Setelah membaca Lembar Permohonan Menjadi Responden yang diajukan oleh
Saudari Gusti Ayu Kade Dewi Meilani, Mahasiswa semester VII Program Studi
DIV Keperawatan Anestesiologi–ITEKES Bali, yang penelitiannya berjudul
“Hubungan antara Lama Waktu Tunggu Operasi dengan Kecemasan Keluarga pada
Pasien Operasi Elektif dengan General dan Regional Anestesi di RSU Kertha Usada
Singaraja”, maka dengan ini saya menyatakan bersedia menjadi responden dalam
penelitian tersebut, secara sukarela dan tanpa ada unsur paksaan dari siapapun.
Demikian persetujuan ini saya berikan agar dapat digunakan sebagaimana mestinya
…………………………
Responden
……………
Lampiran 6
Lampiran 7
Lampiran 8
Lampiran 9
Lampiran 10
Lampiran 11
Lampiran 12
Lampiran 13
Lampiran 14
Lampiran 15
Lampiran 16
Frequencies
Notes
Output Created
24-MAY-2022 14:06:31
Comments
Input
Active Dataset
DataSet0
Filter
<none>
Weight
<none>
Split File
<none>
N of Rows in Working Data
155
File
Missing Value Handling
Definition of Missing
User-defined missing values
are treated as missing.
Cases Used
Statistics are based on all
cases with valid data.
Syntax
FREQUENCIES
VARIABLES=jenis_kelamin
umur jenis_pekerjaan
pendidikan
pengalaman_operasi
lama_wkt_tunggu_klg
jenis_anastesi
tingkat_kecemasan
/ORDER=ANALYSIS.
Resources
Processor Time
00:00:00.02
Elapsed Time
00:00:00.02
Statistics
pengalaman_op
jenis_kelamin
N
Valid
Missing
umur
jenis_pekerjaan
pendidikan
erasi
155
87
87
87
87
0
68
68
68
68
Statistics
lama_wkt_tunggu_klg
Valid
N
Missing
jenis_anastesi
tingkat_kecemasan
87
87
87
68
68
68
Frequency Table
jenis_kelamin
Cumulative
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Percent
68
43.9
43.9
43.9
laki-laki
66
42.6
42.6
86.5
perempuan
21
13.5
13.5
100.0
155
100.0
100.0
Total
umur
Cumulative
Frequency
Valid
Missing
Percent
Valid Percent
Percent
umur 18-25 tahun
10
6.5
11.5
11.5
umur 26-35 tahun
32
20.6
36.8
48.3
36-45 tahun
22
14.2
25.3
73.6
umur 46-55 tahun
23
14.8
26.4
100.0
Total
87
56.1
100.0
System
68
43.9
155
100.0
Total
jenis_pekerjaan
Cumulative
Frequency
Valid
Missing
Total
ASN
Percent
Valid Percent
Percent
17
11.0
19.5
19.5
TNI/POLRI
5
3.2
5.7
25.3
wiraswasta
25
16.1
28.7
54.0
petani
10
6.5
11.5
65.5
lainnya
30
19.4
34.5
100.0
Total
87
56.1
100.0
System
68
43.9
155
100.0
pendidikan
Cumulative
Frequency
Valid
Missing
SMP
Percent
Valid Percent
Percent
7
4.5
8.0
8.0
SMA/SMK
53
34.2
60.9
69.0
PT
27
17.4
31.0
100.0
Total
87
56.1
100.0
System
68
43.9
155
100.0
Total
Hubungan dengan pasien
Cumulative
Frequency
Valid
Ayah
Percent
Valid Percent
Percent
13
14.9
14.9
14.9
9
10.3
10.3
25.3
Suami
32
36.8
36.8
62.1
Istri
17
19.5
19.5
81.6
Saudara Kandung
6
6.9
6.9
88.5
Saudara Sepupu
5
5.7
5.7
94.3
Lainnya
5
5.7
5.7
100.0
87
100.0
100.0
Ibu
Total
pengalaman_operasi
Cumulative
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Percent
operasi pertama
65
41.9
74.7
74.7
operasi kedua
22
14.2
25.3
100.0
Total
87
56.1
100.0
Missing
System
Total
68
43.9
155
100.0
LAMA_WAKTU_TUNGGU
Cumulative
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Percent
< 4 JAM
24
27.6
27.6
27.6
> 4 JAM
63
72.4
72.4
100.0
Total
87
100.0
100.0
jenis_anastesi
Cumulative
Frequency
Valid
Missing
Percent
Valid Percent
Percent
general anastesi
32
20.6
36.8
36.8
regional anastesi
55
35.5
63.2
100.0
Total
87
56.1
100.0
System
68
43.9
155
100.0
Total
tingkat_kecemasan
Cumulative
Frequency
Valid
<14 tidak ada kecemasan
Percent
Valid Percent
Percent
2
1.3
2.3
2.3
kecemasan ringan
28
18.1
32.2
34.5
21-27 kecemasan sedang
49
31.6
56.3
90.8
8
5.2
9.2
100.0
28-41 kecemasan berat
Missing
Total
87
56.1
System
68
43.9
155
100.0
Total
100.0
TOTAL
Cumulative
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Percent
8
1
1.1
1.1
1.1
12
1
1.1
1.1
2.3
14
1
1.1
1.1
3.4
15
7
8.0
8.0
11.5
16
2
2.3
2.3
13.8
17
8
9.2
9.2
23.0
18
4
4.6
4.6
27.6
19
1
1.1
1.1
28.7
20
5
5.7
5.7
34.5
21
11
12.6
12.6
47.1
22
5
5.7
5.7
52.9
23
7
8.0
8.0
60.9
24
7
8.0
8.0
69.0
25
9
10.3
10.3
79.3
26
7
8.0
8.0
87.4
27
3
3.4
3.4
90.8
28
4
4.6
4.6
95.4
29
1
1.1
1.1
96.6
31
1
1.1
1.1
97.7
32
1
1.1
1.1
98.9
36
1
1.1
1.1
100.0
87
100.0
100.0
Total
Waktu tunggu operasi
Cumulative
Frequency
Percent
Valid Percent
Percent
Valid
2
1
1.1
1.1
1.1
3
23
26.4
26.4
27.6
4
13
14.9
14.9
42.5
5
30
34.5
34.5
77.0
6
15
17.2
17.2
94.3
7
5
5.7
5.7
100.0
87
100.0
100.0
Total
Descriptives
Statistic
Waktu tunggu operasi
Mean
4.57
95% Confidence Interval for
Lower Bound
4.31
Mean
Upper Bound
4.84
5% Trimmed Mean
4.54
Median
5.00
Variance
1.550
Std. Deviation
1.245
Minimum
2
Maximum
7
Range
5
Interquartile Range
2
Skewness
Kecemasan Keluarga
Std. Error
.133
.048
.258
Kurtosis
-.913
.511
Mean
21.79
.510
95% Confidence Interval for
Lower Bound
20.78
Mean
Upper Bound
22.81
5% Trimmed Mean
21.76
Median
22.00
Variance
Std. Deviation
22.654
4.760
Minimum
8
Maximum
36
Range
28
Interquartile Range
7
Skewness
Kurtosis
-.045
.258
.399
.511
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova
Statistic
df
Shapiro-Wilk
Sig.
Statistic
df
Sig.
Waktu tunggu operasi
.208
87
.000
.902
87
.000
Kecemasan Keluarga
.089
87
.086
.983
87
.296
a. Lilliefors Significance Correction
Correlations
Waktu
Spearman's rho
Waktu tunggu
Correlation Coefficient
operasi
Sig. (2-tailed)
N
Kecemasan Keluarga Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
tunggu
Kecemasan
operasi
Keluarga
1.000
.854**
.
.000
87
87
.854**
1.000
.000
.
87
87
Download