Bhinneka Tunggal Ika BHINNEKA TUNGGAL IKA PROFIL PELAJAR PANCASILA TITA DJUMARYO YAYASAN GANARA MARIBERBAGI SENI Bhinneka Tunggal Ika 1. Guru perlu memiliki keterbukaan mindset terhadap konsep baru khususnya terkait toleransi, pluralisme, dan keragaman indonesia, serta memiliki pengetahuan tentang perkembangan toleransi di Indonesia. 2. Guru memiliki keinginan untuk memahami istilah dan konsep baru dalam bidang kesetaraan gender dan inklusi sosial. Hal-hal Yang Perlu Diperhatikan Sebelum Memulai Projek 3. Apakah sekolah memiliki budget dan akses internet untuk melakukan panggilan konferensi online, dan memiliki jaringan atau relasi dengan komunitas atau individu yang memiliki latar belakang yang berbeda dengan profil sekolah atau profil Peserta didik, maupun mengundang pembicara ahli sebagai narasumber. 4. Dukungan sarana dan prasarana dari sekolah terkait transportasi untuk kegiatan observasi di luar lingkungan sekolah. 5. Komitmen dan dukungan dari sekolah untuk membantu Peserta didik menjalankan solusi aksi dan mengajukan rancangan kepada pemangku kebijakan (baik dalam lingkup sekolah maupun diluar sekolah) agar nilai pembelajaran terwujud dalam aksi nyata dan bermanfaat. Bhinneka Tunggal Ika Banyaknya masalah sosial terkait yang terjadi saat ini karena kebanyakan masyarakat tidak mengidentifikasi keragaman sebagai identitasnya. Hanya menghadirkan keragaman tanpa membicarakannya secara kritis tidak akan sampai pada penerimaan tentang keragaman, apalagi memanfaatkannya untuk sama-sama membangun bangsa. Untuk memperbaiki kondisi ini, perlu adanya kemampuan berpikir kritis atau critical thinking dan pemahaman tentang inklusi sosial bagi anak muda, untuk membentuk masyarakat yang siap menerima perbedaan hingga pada level pola pikir, memiliki kemampuan berdialog, dan memiliki kemampuan bertukar pikiran secara terbuka. Menyadari bahwa semua orang tanpa terkecuali dapat berperan serta dalam kehidupan bermasyarakat, serta dapat memahami sudut pandang yang berbeda-beda, secara aktif berpartisipasi untuk menyuarakan keragaman dan demokrasi, serta menerima keragaman sebagai identitas Indonesia. Tujuan, Alur, dan Target Pencapaian Projek Proyek ini dimulai dengan tahap pengenalan, murid diajak mengenali dan menggali lebih dalam tentang berbagai keragaman individu dan budaya. Serta mengenal berbagai peran individu dalam demokrasi, serta mengenal konsep inklusi sosial. Setelah tahap pengenalan, murid masuk dalam tahap kontekstualisasi dengan melakukan riset terpadu dan mandiri, serta melihat konteks lingkungan sekitar yang berkaitan dengan keragaman dan inklusi sosial. Selama proses projek ini berjalan, murid tidak hanya membentuk pengetahuan, namun juga membangun kesadaran dan melakukan penyelidikan secara kritis sehingga pada akhirnya dapat merencanakan solusi aksi dari situasi yang telah mereka ketahui dan pahami. Di tahap ini, murid menuangkan aksi nyata mereka dengan membuat rancangan fasilitas publik yang inklusif bagi komunitas sekolah maupun untuk komunitas diluar sekolah, sebagai aksi nyata dalam membangun masyarakat yang inklusif, adil, dan berkelanjutan. Melalui projek ini, Peserta didik diharapkan telah mengembangkan secara spesifik tiga dimensi Profil Pelajar Pancasila, yakni Berkebhinekaan Global, Bernalar Kritis, dan Kreatif beserta sub-elemen terkait yang dijabarkan secara detail pada dokumen ini. Bhinneka Tunggal Ika A Tahapan Pengenalan Perkenalan dengan keragaman di sekitar kita dan bagaimana menyikapi dengan bijaksana (still life drawing, jalan pulang) 1. Kegiatan Seni: Still Life Drawing dan Diskusi (2 JP) 2. Studi Kasus dan Menonton Video (4 JP) 3. Bermain Peran “Jalan Privelese” (6 JP) Perkenalan dengan keragaman di sekitar kita dan bagaimana menyikapi dengan bijaksana Teori, Pengenalan, dan identifikasi contoh berpikir kritis Teori inklusi sosial dan pengenalan dengan keragaman individu dan peran individu dalam demokrasi (kelompok marginal dan rentan) 5. Formative Assessment (6 JP) 4. Eksplorasi Isu Tentang Inklusi Sosial (12 JP) Mencari contoh perbedaan eksklusi, segregasi, integrasi, dan inklusi di lingkup sosial Pemaparan tentang inklusi sosial dan riset tentang dinamika kelompok rentan dan marginal 6. Pembicara Tamu (4 JP) Mengkontekstualisasi masalah di lingkungan terdekat, diskusi dengan pembicara tamu untuk mengetahui lebih dalam tentang konsep privilese, inklusi sosial, kelompok rentan dan marginal. Peserta didik menuliskan apa yang ingin mereka ketahui lebih dalam tentang topik terkait. 7. Formative Assessment (6 JP) Pengumpulan dokumentasi pembelajaran (portfolio) dan refleksi Tahapan Dalam Projek 8. Pengenalan Konsep Design Thinking dan Perencanaan Penelitian (6 JP) Penjabaran dan penjelasan konsep design thinking yang dilengkapi dengan pedalaman melalui diskusi, tanya jawab, wawancara dan mulai menyusun rancangan penelitian individual. Bhinneka Tunggal Ika B Tahapan Kontekstual Mengkontekstualisasi masalah di lingkungan terdekat Tahapan Dalam Projek 9. Emphatize (empati) - Wawancara dan Observasi (8 JP) 10. Define (definisi) - Penetapan Rumusan Permasalahan 11. Ideate (ideasi) - Berdiskusi Membuat Ide (4 JP) Riset mandiri tentang keragaman individu (kelompok marginal, dan kelompok rentan) dan contoh ketidaksetaraan di sekitar yang dapat diangkat sebagai masalah bersama. Bertindak sebagai peneliti, peserta didik menganalisis hasil wawancara, kemudian menjabarkan masalah yang ditemukan, lalu menentukan masalah yang ingin diteliti. Peserta didik mencurahkan ide sebanyak-banyaknya yang dapat menjadi solusi dari permasalahan yang diangkat 14. Revisi dan Finalisasi Prototipe (4 JP) 13. Test (Uji coba) - Menguji Prototipe (6 JP) 12. Prototype (Prototipe) Pembuatan Prototipe (18 JP) Pembaharuan terakhir dari prototipe berdasarkan hasil umpan balik saat uji coba Pengujian dilakukan untuk mengumpulkan berbagai feedback pengguna dari berbagai rancangan akhir yang telah dirumuskan dalam proses prototipe sebelumnya. Dalam pembuatan prototipe, diperlukan pengumpulan data-data yang akurat, sehingga prototipe yang dibuat dapat menjadi jawaban dari masalah yang dihadapi. Dalam proses ini diharapkan peserta didik dapat mendeteksi kesalahan sejak dini dan memperoleh berbagai kemungkinan alternatif solusi baru. Bhinneka Tunggal Ika C Tahapan Aksi 15. Peluncuran Produk Final (24 JP) 16. Persiapan Pameran (14 JP) Bersama-sama mewujudkan pelajaran yang didapatkan oleh murid melalui aksi nyata Karya akhir dari peserta didik diluncurkan ke publik Peserta didik bersama dengan pihak sekolah merancang proses pameran Tahapan Dalam Projek 17. Pameran dan Summative Assessment (8 JP) Pameran dilaksanakan sekaligus menjadi Summative Assessment di mana hasil karya dinilai oleh guru 19. Refleksi Peserta Didik (4 JP) 18. Evaluasi Pameran (6 JP) Peserta didik mengisi lembar refleksi Pengumpulan dan analisa hasil umpan balik dari pengunjung pameran Bhinneka Tunggal Ika Dimensi Profil Pelajar Pancasila Elemen Profil Pelajar Pancasila Sub elemen Profil Pelajar Pancasila Target Pencapaian Di Akhir Fase E (SMA, 16-18 tahun) Kebhinekaan Global Mengenal dan menghargai budaya Menumbuhkan rasa menghormati terhadap keanekaragaman budaya Memahami pentingnya saling menghormati dalam mempromosikan pertukaran budaya dan kolaborasi dalam dunia yang saling terhubung serta menunjukkannya dalam perilaku. Berkeadilan Sosial Memahami peran individu dalam demokrasi Memahami konsep hak dan kewajiban, serta implikasinya terhadap ekspresi dan perilakunya. Mulai mencari solusi untuk dilema terkait konsep hak dan kewajibannya. Aktif membangun masyarakat yang inklusif, adil, dan berkelanjutan Berinisiatif melakukan suatu tindakan berdasarkan identifikasi masalah untuk mempromosikan keadilan, keamanan ekonomi, menopang ekologi dan demokrasi sambil menghindari kerugian jangka panjang terhadap manusia, alam ataupun masyarakat. Bernalar Kritis Menganalisis dan mengevaluasi penalaran yang digunakannya dalam menemukan dan mencari solusi serta mengambil keputusan. Kreatif Bereksperimen dengan berbagai pilihan secara kreatif untuk memodifikasi gagasan sesuai dengan perubahan situasi Berkeadilan Sosial Dimensi, Elemen, & Sub elemen Profil Pelajar Pancasila Bernalar Kritis Menganalisis dan mengevaluasi Penalaran dan prosedurnya Kreatif Memiliki keluwesan berpikir dalam mencari alternatif solusi permasalahan Aktifitas Bhinneka Tunggal Ika Berdasarkan dari hasil survei Komnas HAM terkait ras dan etnis media 25 September-5 Oktober 2018. Survei terkait penilaian masyarakat terhadap penghapusan diskriminasi ras dan etnis tersebut dilakukan terhadap 1.200 responden yang tersebar di 34 provinsi. Perbedaan latar belakang ras dan etnis menurut lebih dari 80 persen responden sebagai sesuatu yang memudahkan dan menguntungkan. Primordialisme pun masih menjadi nilai penting yang dipegang oleh masyarakat sosial. Walhasil, potensi diskriminasi memiliki probabilitas sangat tinggi. Relevansi Projek Bagi Sekolah dan Semua Guru Mata Pelajaran Banyaknya masalah sosial terkait yang terjadi saat ini karena kebanyakan masyarakat tidak mengidentifikasi keragaman sebagai identitasnya. Hanya menghadirkan keragaman tanpa membicarakannya secara kritis tidak akan sampai pada penerimaan tentang keragaman, apalagi memanfaatkannya untuk sama-sama membangun bangsa. Untuk memperbaiki kondisi ini, perlu adanya kemampuan berpikir kritis atau critical thinking dan pemahaman tentang inklusi sosial bagi anak muda, untuk membentuk masyarakat yang siap menerima perbedaan hingga pada level pola pikir, memiliki kemampuan berdialog, dan memiliki kemampuan bertukar pikiran secara terbuka. Menyadari bahwa semua orang tanpa terkecuali dapat berperan serta dalam kehidupan bermasyarakat, serta dapat memahami sudut pandang yang berbeda-beda, secara aktif berpartisipasi untuk menyuarakan keragaman dan demokrasi, serta menerima keragaman sebagai identitas Indonesia. Generasi muda kerap menjadi pendorong perubahan termasuk diantaranya menciptakan masyarakat inklusif. Hal ini merupakan topik yang relevan di masa sekarang dimana perbedaan menjadi sesuatu yang tidak selalu dengan leluasa dibicarakan dan dibahas, apalagi menjadi topik diskusi yang terbuka. Dengan pengaturan kegiatan dengan proses bertahap harapannya diskusi bisa terjadi dan menjadi landasan pembelajaran peserta didik untuk memahami keberagaman dengan lebih baik lagi. Bhinneka Tunggal Ika Cara Pelaksanaan Perangkat Ajar Proyek Ini Perangkat ajar ini dirancang untuk guru fase E (SMA) untuk melaksanakan kegiatan ko-kurikuler dengan mengusung tema “Kesadaran Akan Keragaman Menuju Masyarakat yang Inklusif” Terdapat 12 aktivitas yang saling berkaitan dalam perangkat ajar ini, yang disarankan dilakukan pada semester pertama. Waktu untuk melaksanakan perangkat ajar ini disarankan dilakukan selama satu semester dengan total kurang lebih 24 jam pertemuan. Sebaiknya ada waktu refleksi dan umpan balik diantara tahapan dalam proses projek ini, agar murid memiliki waktu yang cukup untuk mengaitkan konsep, berefleksi, dan berpikir kritis di setiap tahapannya Perlu dipahami dengan baik bahwa guru akan mayoritas berperan sebagai fasilitator dimana pembelajaran akan berpusat pada anak, sehingga perlu adanya ruang yang aman untuk anak mengemukakan gagasan, dan juga pola pikir yang terbuka untuk menerima hal baru dalam setiap proses pembelajarannya. Perangkat ajar ini berupa sehingga sekolah dan guru dapat menyesuaikan jumlah aktivitas, konten (misalnya narasumber, lokasi kunjungan) dengan kebutuhan murid dan kondisi sekolah. Bhinneka Tunggal Ika 1 Waktu: 2 Jam Pelajaran Tahapan Pengenalan Perkenalan Dengan Keragaman di Sekitar Kita dan Bagaimana Menyikapi Dengan Bijaksana Peralatan: Presentasi/modul tentang teknik still life drawing, objek untuk menggambar model (2-3 buah) Peran Guru: Narasumber dan Fasilitator. Kegiatan Seni: “Still Life Drawing” dan Diskusi Kegiatan perkenalan pada sesi ini menggunakan kegiatan seni. Kegiatan seni ini dilakukan sebagai pemantik untuk menjembatani siswa kepada kegiatan setelahnya yaitu penjelasan tentang teori berpikir kritis dan inklusi sosial. Sehingga kegiatan seni pada sesi ini bukan berfokus pada keterampilan atau hasil karya siswa, melainkan bagaimana siswa dapat menghubungkan situasi saat menggambar dengan konteks sosial. Pada aktivitas Still Life Drawing atau menggambar model, siswa akan ditempatkan dalam situasi dimana mereka akan menggambar objek yang sama namun dari berbagai sisi, sehingga apa yang dilihat oleh siswa akan berbeda, walaupun benda yang digambar adalah benda yang sama. Bhinneka Tunggal Ika 1 Perkenalan Dengan Keragaman di Sekitar Kita dan Bagaimana Menyikapi Dengan Bijaksana Persiapan 1) 2) 3) 4) Tahapan Pengenalan Guru mempersiapkan benda-benda untuk dijadikan objek still life drawing diatas meja atau di lantai, dan menyusun sedemikian rupa agar terlihat berbeda jika dilihat dari berbagai sisi. Pilihlah benda yang akan terlihat berbeda jika dilihat dari berbagai sudut, misalnya cangkir, dadu, buku dan sebagainya. Guru mengatur posisi duduk siswa agar mengelilingi objek. Siswa menyiapkan alat tulis untuk menggambar. Guru menyusun pertanyaan penting untuk diskusi. Pelaksanaan 1) Pada sebuah kelompok, fasilitator/guru menggunakan 2-3 benda sebagai objek yang digambar, (misalnya dadu berukuran besar, gelas berbentuk tikus) sebagai berikut: Benda Tampak Belakang Benda Tampak Depan Benda Tampak Kiri Benda Tampak Kanan Kegiatan Seni: “Still Life Drawing” dan Diskusi Bhinneka Tunggal Ika 1 Tahapan Pengenalan Perkenalan Dengan Keragaman di Sekitar Kita dan Bagaimana Menyikapi Dengan Bijaksana Kegiatan Seni: “Still Life Drawing” dan Diskusi Pelaksanaan 2) Siswa diminta duduk melingkar, dan diminta menggambar dengan teknik still life drawing atau menggambar model, yaitu hanya menggambar dari sisi yang dilihat oleh mereka, tanpa menambahkan atau mengurangi apapun dari apa yang mereka lihat. Guru dapat menggunakan panduan berikut untuk menjelaskan tentang teknik still life drawing : Penjelasan still life drawing. 3) Setelah itu siswa diminta menggambar sesuai posisi duduk mereka. Misalnya, siswa yang menggambar dari sisi belakang, hanya bisa melihat 5 titik dadu dan bagian belakang wadah keramik, sehingga ada sisi lain di dadu yang tidak diketahui dengan jelas, belum diketahuinya karakter apakah benda yang berada di sisi dadu. Kemudian siswa yang menggambar dari sisi depan dapat melihat dengan jelas bahwa terdapat 2 titik pada dadu, dan sebuah wadah keramik berbentuk seperti tikus, namun siswa tidak dapat melihat dengan jelas jumlah titik dadu pada ketiga sisi lainnya, dan fakta bahwa tikus tersebut memiliki ekor di belakangnya. Kemudian pada siswa yang menggambar dari sisi kiri, dapat melihat dengan cukup jelas wadah keramik, namun tidak dapat mengidentifikasi bahwa benda kotak berwarna putih dibelakang wadah keramik adalah dadu, karena tidak terlihat titik pada kotaknya. Dan, siswa yang menggambar dari sisi kanan, akan melihat 3 titik hitam pada dadu dan sedikit benda lancip dengan ujung berbentuk bulat berwarna coklat saja. 4) Tahap pertama yang dilakukan setelah siswa menggambar adalah mengajukan pertanyaan berikut: ● Benda apa yang kamu lihat dan kamu gambar? ● Berapa jumlah benda yang dilihat ● Apakah kamu dapat mengidentifikasi jenis atau nama benda yang kamu gambar? ● Benda apa yang paling jelas terlihat dan benda apa yang tidak terlihat jelas? ● Mengapa gambar setiap orang berbeda-beda walaupun benda yang kita gambar sama? ● Gambar siswa yang manakah yang paling tepat untuk menceritakan gambar yang sebenarnya? mengapa? 5) Pada tahap pertama, siswa diharapkan dapat mengambil kesimpulan bahwa tidak ada satupun gambar siswa yang paling tepat yang dapat menggambarkan keseluruhan benda, karena perbedaan posisi duduk mereka yang berbeda-beda membuat sudut pandang mereka akan berbeda pula, dan untuk melihat benda yang sebenarnya perlu melihat gambar secara utuh dari berbagai sudut. Bhinneka Tunggal Ika 1 Tahapan Pengenalan Perkenalan Dengan Keragaman di Sekitar Kita dan Bagaimana Menyikapi Dengan Bijaksana Kegiatan Seni: “Still Life Drawing” dan Diskusi Pelaksanaan 6) Jika siswa menambahkan atau mengurangi objek dari yang ia lihat, misalnya karena ia berimprovisasi, atau karena ia menebak-nebak, maka guru bisa menanyakan kepada siswa mengapa ia menambahkan/mengurangi elemen tersebut, ajak siswa mengingat kembali instruksi diawal dimana mereka hanya boleh menggambar apa yang mereka lihat. Ajak siswa mengidentifikasi bahwa perilaku tersebut adalah sebuah asumsi, karena ia tidak melihat elemen tersebut secara objektif atau sesuai apa yang ia lihat. Sehingga hal ini bisa menambah hal penting untuk didiskusikan nantinya tentang fakta dan asumsi sebagai salah satu yang yang perlu dipertimbangkan dalam praktek berpikir kritis. 7) Tahap kedua, guru mengajak siswa untuk menghubungkan kegiatan menggambar sebelumnya dengan konteks sosial. Siswa diharapkan dapat memahami bahwa latar belakang yang berbeda-beda mempengaruhi bagaimana setiap individu memiliki sudut pandang, yang mendasari pengambilan sikap dan keputusan ketika dihadapkan dengan suatu permasalahan, panduan pertanyaan berikut bisa digunakan untuk membantu siswa dapat menghubungkan kegiatan seni dengan konteks sosial: ● Ingat-ingat proses menggambar tadi, menurutmu, mengapa saat menggambar kita tidak diperkenankan menambahkan atau mengurangi elemen dari objek yang kamu lihat? (petunjuk untuk guru; diskusi pada pertanyaan ini bisa diarahkan tentang asumsi dan fakta) ● Apa saja perbedaan-perbedaan dalam masyarakat yang bisa kita temukan? petunjuk untuk guru; Perbedaan sederhana dalam masyarakat misalnya perbedaan selera, hobi, dan perbedaan yang lebih kompleks perbedaan agama, misalnya ada beragam agama dan aliran kepercayaan, suku, dan keterampilan, misalnya disabilitas ● Bagaimana kita seharusnya menyikapi perbedaan atau keragaman tersebut? Apakah keragaman tersebut perlu dihilangkan? Mengapa? 8) Pada tahap berikutnya, siswa diharapkan dapat merefleksikan bahwa kegiatan menggambar sebelumnya dapat membuka pikiran siswa mengenai cara menghargai keberagaman sudut pandang dan perbedaan pendapat. Selain itu keragaman sudut pandang dan latar belakang (agama, usia, suku, jenis kelamin), serta pengalaman dan keterampilan seseorang dapat mempengaruhi sudut pandang sehingga mempengaruhi pengambilan keputusan, cara berkomunikasi, cara berpakaian, cara belajar, dan sebagainya. Siswa diharapkan mendapatkan gambaran lebih luas tentang keragaman di sekitar mereka dan menyadari bahwa keragaman adalah identitas, sehingga perbedaan maupun persamaan yang terjadi karenanya adalah hal yang wajar, namun perlu disikapi dengan bijaksana sehingga tidak merugikan pihak manapun, sehingga keragaman menjadi sebuah kekuatan dan keindahan. Untuk menggali hal ini, guru dapat melanjutkan diskusi atau meminta siswa mengisi lembar refleksi berikut: Bhinneka Tunggal Ika Perkenalan Dengan Keragaman di Sekitar Kita dan Bagaimana Menyikapi Dengan Bijaksana 1 Tahapan Pengenalan Kegiatan Seni: “Still Life Drawing” dan Diskusi Pelaksanaan Lembar Refleksi ● ● ● ● ● ● ● Mengapa perbedaan itu ada? Bagaimana pandangan kamu tentang perbedaan, sebelum dan sesudah mengikuti kegiatan still life drawing? ○ Sebelum:__________ ○ Sesudah:___________ Bagaimana sikapmu jika kedepannya, kamu berada dalam lingkungan dengan orang-orang yang memiliki perbedaan pendapat dan latar belakang? Dalam sebuah tatanan masyarakat, ada pihak yang seringkali dianggap sebagai mayoritas dan minoritas misalnya dari segi jumlah individu yang memeluk agama tertentu, atau berasal dari suku tertentu yang minim secara jumlah, bagaimana pendapatmu tentang hal tersebut? Bagaimana perkembangan terkini tentang kehidupan bermasyarakat antara kelompok mayoritas dan dengan kelompok minoritas di indonesia? Bagaimana seharusnya pandangan mayoritas dan minoritas di indonesia? Bagaimana peran perbedaan dan keragaman bagi kehidupan beragama di indonesia? Bhinneka Tunggal Ika 2 Waktu: 4 Jam Pelajaran Tahapan Pengenalan Berkenalan Dengan Konsep Berpikir Kritis Peralatan: Internet untuk mencari berita, kasus untuk diskusi Peran Guru: Narasumber dan Fasilitator Kegiatan: Studi Kasus Pada pertemuan ini, Peserta didik diperkenalkan dengan keterampilan berpikir kritis. Kemampuan berpikir kritis sangat diperlukan oleh Peserta didik mengingat bahwa dewasa ini ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang sangat pesat dan memungkinkan siapa saja bisa memperoleh informasi secara cepat dan mudah dengan melimpah dari berbagai sumber dan tempat manapun di dunia. Hal ini mengakibatkan cepatnya perubahan tatanan hidup serta perubahan global dalam kehidupan. Proses pembelajaran Peserta didik perlu dikaitkan dengan “real world” agar dapat bersikap bijaksana ketika berhadapan dengan keragaman identitas, budaya, dan agama. Perbedaan lebih sulit untuk dinegosiasikan, dan menjadi realita yang tidak terhindarkan di sekolah- sekolah dan dalam masyarakat yang lebih luas. Bagi banyak Peserta didik di kelas-kelas sekolah dasar dan lanjutan pertama, perbedaan menghasilkan peminggiran/marginalisasi. Terdapat trend untuk lebih berkelompok dengan Peserta didik yang sejalan dan memiliki pola yang sama dalam belajar. Karena daya tarik terhadap kemiripan sangat kuat, para guru seringkali berjuang keras untuk membujuk para Peserta didik mengakui dan menghargai keragaman dan belajar menyuburkan lingkungan-lingkungan yang heterogen. Mengajarkan penghargaan terhadap keragaman menjadi tujuan utama karena ruang kelas adalah mikrokosmos atau dunia kecil yang merefleksikan populasi yang lebih besar; ruang kelas berisi para Peserta didik yang saling berbeda berkenaan dengan golongan sosioekonomi, gaya belajar, latar belakang keluarga, agama, orientasi seksual, bahkan umur. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Garcia dalam Darling (2002) tentang acknowledging diversity in the classroom. Ruang kelas adalah lahan persiapan untuk dunia kerja, dan dalam dunia kerja, seringkali tidak dapat memilih rekan-rekan kerja. Para Peserta didik harus terampil dalam menemukan dasar kesamaan untuk bekerja dengan mereka yang tidak mempunyai pengalaman yang sama atau pandangan yang sama mengenai dunia. Kita harus belajar bersama dengan orang-orang tersebut dan bekerja dengan mereka ke arah tujuan bersama. Para Peserta didik akan berkembang jika mengetahui dari pengalaman- pengalaman bahwa perbedaan- perbedaaan, meskipun valid dan penting, tidak menghambat hubungan dan kerjasama (Hamony, Vol 2 No.2, Keragaman di ruang kelas: Telaah kritis Wujud dan Tantangan Pendidikan Multikultural. Diakses dari: https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/harmony/article/download/20064/9465/, pada 1 Mei 2021). Meningkatkan critical thinking Peserta didik diharapkan dapat memajukan penghargaan akan keragaman budaya, mengidentifikasi ketidaksetaraan, dan memberikan kesempatan yang setara dan saling menghargai-menghormati tanpa memandang latar belakang apapun, sehingga memungkinkan setiap individu mencapai kemajuan sebagaimana direncanakan. Bhinneka Tunggal Ika 2 Tahapan Pengenalan Berkenalan Dengan Konsep Berpikir Kritis Persiapan Guru menyiapkan video untuk pemaparan tentang berpikir kritis, dengan referensi berikut (seri 1-12) : https://www.youtube.com/watch?v =gFiEUYeCpso&list=PLmhGL6lwkT2 97rC-LgCaTsq2WlOmLOOdQ Kegiatan: Studi Kasus Pelaksanaan 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Guru mengajak siswa untuk mengingat pembelajaran pada pertemuan sebelumnya, Ingat-ingat, pada saat sesi menggambar dan diskusi sebelumnya dimana ada yang menyampaikan pendapat, memberikan argumen, memahami pendapat orang lain, selain itu proses apa saja yang dialami oleh kita? (panduan untuk guru; proses yang telah dilalui diantaranya observasi, empati, bertanya, evaluasi, analisa, kreatif, refleksi, dan sebagainya) Guru menjelaskan bahwa proses yang dialami pada kegiatan sebelumnya merupakan beberapa hal yang diperlukan untuk memiliki keterampilan berpikir kritis. Berikutnya guru menjelaskan bahwa keterampilan berpikir kritis merupakan tahap awal yang perlu siswa pahami dalam pembelajaran ini untuk dapat menghargai keragaman budaya dan agama. Siswa diperkenankan menonton rangkaian video untuk memahami berpikir kritis. Setelah menonton siswa diminta untuk membuat ringkasan sederhana tentang berpikir kritis, dan bagaimana analisa mereka tentang peran keterampilan berpikir kritis dalam konteks kehidupan sosial khususnya dalam menghargai keragaman budaya dan agama. Ringkasan dapat berisi tentang definisi, contoh, pentingnya berpikir kritis, contoh penerapan dalam kehidupan sehari-hari, dibuat dalam bentuk bagan, infografis, atau peta pikiran. Siswa dapat menggunakan aplikasi canva, power point, jika ingin memasukkan ilustrasi digital, atau membuatnya langsung dengan kertas dan alat tulis. Siswa mempresentasikan hasil ringkasan. Guru dan siswa kelompok lain dapat memberikan umpan balik atau pertanyaan kepada siswa yang sedang presentasi. Guru menutup sesi dengan mengajak siswa menarik kesimpulan dari pertemuan yaitu tentang peran keterampilan berpikir kritis dalam menghargai keragaman budaya dan agama. Bhinneka Tunggal Ika 3 Waktu: 6 Jam Pelajaran Tahapan Pengenalan Perkenalan Dengan Keragaman Individu dan Peran Individu Dalam Demokrasi (Kelompok Marginal dan Rentan) Peralatan: Alat tulis dan kertas, ruangan aula atau lapangan kosong Peran Guru: Narasumber dan Fasilitator. Kegiatan: Bermain Peran “Jalan Privilese” Pada kegiatan ini, siswa diharapkan dapat mengenal berbagai keragaman individu, dimana terdapat kelompok tertentu yang mengalami tantangan dalam kehidupannya bermasyarakat. Tantangan yang dihadapi dikarenakan adanya hak istimewa (privilese) yang dimiliki oleh satu kelompok tertentu, umumnya kelompok mayoritas, sehingga terjadi pembatasan yang sering merugikan kelompok agama atau etnis minoritas tertentu. Hak istimewa atau privilese adalah keadaan menguntungkan yang kita miliki, yang didefinisikan sebagai keuntungan yang hanya dimiliki oleh satu orang atau sekelompok orang, biasanya karena posisinya atau karena mereka kaya; keuntungan atau otoritas khusus yang dimiliki oleh orang atau kelompok tertentu (2 Cambridge Dictionary. (2020). Privilege. Cambridge University Press. Diakses dari: https://dictionary.cambridge.org/dictionary/english/privilege pada 5 Agustus 2020). Privilese ini menggambarkan kelebihan yang dimiliki orang, atau bahkan kita, yang tidak sering terpikirkan karena kita tidak pernah mengalami sisi tertindas. Guru juga dapat menjelaskan bagaimana pembatasan merupakan bentuk ketidakadilan, juga bagaimana pengistimewaan budaya mayoritas sebagai budaya mainstream dapat merepresi budaya minoritas. Dengan bermain jalan privilese, siswa diharapkan dapat memahami situasi yang dialami oleh berbagai individu, dan mampu mengidentifikasi ketidaksetaraan yang terjadi di masyarakat, sehingga dapat menumbuhkan rasa menghormati terhadap keanekaragaman budaya dan agama. Bhinneka Tunggal Ika 3 Perkenalan Dengan Keragaman Individu dan Peran Individu Dalam Demokrasi (Kelompok Marginal dan Rentan) Persiapan 1) 2) 3) Tahapan Pengenalan Guru menjelaskan bahwa siswa akan diajak bermain peran menjadi beberapa peran kelompok di masyarakat. Guru mengajak siswa mengatur ruangan kelas agar cukup luas untuk bermain peran, atau berpindah ke aula yang cukup tenang. Siswa menyiapkan alat tulis dan kertas. Kegiatan: Bermain Peran “Jalan Privilese” Pelaksanaan 1) Siswa diajak mengidentifikasi identitas diri yang melekat dengan menuliskan identitas diri dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut ini: ● Apa identitas gender kamu? ● Di mana kamu tinggal? (pedesaan, kota, pinggiran) ● Apa agama atau kepercayaan kamu? ● Berapa usia kamu? ● Apakah kamu bekerja? (jika iya, apakah kamu bekerja secara penuh atau secara lepas) ● Apa identitas suku kamu? (jawa, betawi, batak, minang, dayak, banjar, melayu, bali, abui, bugis, gorontalo, kaili, asmat, ambai, dll) 2) Setelah mengidentifikasi identitas diri yang melekat siswa diajak bermain peran menjadi beberapa karakter untuk mengenal konsep keadaan menguntungkan atau privilese (privilege) yang kita miliki. 3) Laksanakan pembagian nomor kepada peserta yang hadir, siswa mendapatkan nomor yang mewakili karakter yang akan mereka perankan (nomor 1-6), guru dapat menggunakan aplikasi acak dadu untuk membangun ketertarikan siswa 4) Siswa diminta untuk berbaris bersaf. 5) Masing-masing nomor mewakili karakter berikut (karakter dapat disesuaikan, namun hendaknya mewakili berbagai kelompok di masyarakat): ○ Nomor 1: Laki-laki, beragama islam, bekerja di kantor Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 30 tahun, sudah berkeluarga ○ Nomor 2: Perempuan, petani, 30 tahun, janda, korban bencana ○ Nomor 3: Perempuan, menganut sunda wiwitan, 20 tahun, lajang ○ Nomor 4: Perempuan, kristen, siswa sekolah menengah, 17 :tahun, orang Papua ○ Nomor 5: Laki-laki, tuli, 25 tahun, duda anak 2 ○ Nomor 6: Perempuan, kepala kantor kecamatan, 30 tahun, lajang 6) Siswa diminta membayangkan jika mereka menjadi karakter yang ditentukan, kemudian guru membacakan pernyataan yang dibacakan kepada setiap orang yang bermain, untuk dijawab berdasarkan kondisi/kemampuan masing-masing karakter. 7) Dari masing-masing pernyataan yang dibacakan, siswa harus menjawab dengan respon sebagai berikut: A .jika menjawab ya, siswa dapat berjalan satu langkah kedepan B. jika menjawab ragu-ragu siswa diam ditempat C. jika menjawab tidak, siswa berjalan 1 langkah mundur. Tips: Jika tidak adanya ruangan yang memungkinkan untuk melakukan ini, respon yang diberikan bisa dalam bentuk skor, misalnya; ● jika menjawab ya, siswa mendapatkan skor 1 ● jika menjawab ragu-ragu siswa mendapatkan skor 0 ● jika menjawab tidak, siswa mendapatkan skor -1 Bhinneka Tunggal Ika 3 Tahapan Pengenalan Perkenalan Dengan Keragaman Individu dan Peran Individu Dalam Demokrasi (Kelompok Marginal dan Rentan) Kegiatan: Bermain Peran “Jalan Privilese” Pelaksanaan 6) Siswa menjawab pertanyaan di bawah ini untuk merefleksi lebih dalam tentang peran mereka: ● Apakah kamu dapat mengakses internet setiap hari dan setiap saat? ● Apakah kamu dapat menikah secara sah? ● Apakah kamu dapat beribadah tanpa gangguan? ● Apakah kamu dapat naik turun tangga dengan mudah? ● Apakah kamu dapat beribadah/merayakan hari raya dengan tenang? ● Apakah kamu dapat menemukan rumah ibadah/fasilitas ibadah agama atau kepercayaanmu dengan mudah? ● Apakah terdapat penjagaan ketat di daerah tempat tinggalmu? ● Apakah kamu dapat menjadi pemimpin di sekolah/institusi/komunitasmu? ● Apakah kamu dapat mengurus administrasi dengan mudah? ● Apakah kamu dapat berjalan kaki di malam hari sendirian dengan tenang? 7) Guru membacakan pertanyaan satu-persatu dengan memberikan jeda kepada siswa untuk menjawab sesuai dengan ketentuan respon diatas. 8) Setelah seluruh pernyataan disampaikan dan direspon oleh siswa, setiap pemain akan melihat posisi berdiri mereka dan teman mereka (atau jumlah skor mereka). 9) Guru menanyakan kembali pertanyaan-pertanyaan pada nomor 6 kepada setiap perwakilan nomor peran, (guru menanyakan “Apakah kamu dapat beribadah tanpa gangguan?” kepada peran nomor 1-6, agar siswa memahami perbedaan situasi yang dialami oleh masing-masing peran. Guru dapat mengajukan pertanyaan refleksi seperti bagaimana perasaan mereka, dan mengapa mereka mendapatkan skor tersebut. 10) Guru menjelaskan mengenai hak istimewa yang dimiliki oleh sebuah individu atau kelompok, dapat berdampak pada partisipasi individu dalam kelompok. 11) Guru menjelaskan bahwa peran-peran yang dimainkan tersebut berada dalam kelompok marginal (terpinggirkan) dan kelompok rentan. Kelompok Marginal Kelompok Tak Marginal Laki-laki (terutama mereka yang berasal dari status ekonomi tinggi) Perempuan Kelompok dominan atas etnis, tempat tinggal, kepercayaan, bahasa, dan pemilikan tanah Kelompok marginal atas etnis, tempat tinggal, kepercayaan, bahasa, dan pemilikan tanah Warga negara tercatat Orang miskin Orang tanpa disabilitas Warga negara tak tercatat Orang yang hidup di kota besar Orang penyandang disabilitias Orang yang hidup di daerah terpencil Bhinneka Tunggal Ika 3 Tahapan Pengenalan Perkenalan Dengan Keragaman Individu dan Peran Individu Dalam Demokrasi (Kelompok Marginal dan Rentan) Kegiatan: Bermain Peran “Jalan Privilese” Pelaksanaan Kelompok Tak Rentan Kelompok Rentan Orang yang hidup di area tidak terdampak bencana alam Orang yang hidup di area terdampak bencana alam Orang tanpa HIV dan AIDS Orang dengan HIV dan AIDS Orang dewasa Anak-anak, remaja, dan lansia 12) Dari permainan siswa diharapkan memahami bahwa kita memiliki privilese tertentu yang pada akhirnya menentukan apakah kita dapat menikmati fasilitas dengan baik, atau justru terhambat atas keadaan tertentu yang melekat pada diri kita. Keadaan menguntungkan yang kita miliki disebut sebagai privilese, yang didefinisikan sebagai keuntungan yang hanya dimiliki oleh satu orang atau sekelompok orang, biasanya karena posisinya atau karena mereka kaya; keuntungan atau otoritas khusus yang dimiliki oleh orang atau kelompok tertentu. Privilese ini menggambarkan kelebihan yang dimiliki orang, atau bahkan kita, yang tidak sering terpikirkan karena kita tidak pernah mengalami sisi tertindas. (Cambridge Dictionary. (2020). Privilege. Cambridge University Press. Diakses dari: https://dictionary.cambridge.org/dictionary/english/privilege pada 5 Agustus 2020). 13) Siswa menuliskan apa yang ingin mereka ketahui lebih dalam tentang kelompok rentan dan marginal. Bhinneka Tunggal Ika 4 Waktu: Tahapan Pengenalan Pemaparan Tentang Inklusi Sosial dan Riset Tentang Dinamika Kelompok Rentan & Marginal 12 JP (1 jam pelajaran studi kasus dan instruksi riset, 2 jam pelajaran riset, 1 jam pelajaran penulisan hasil riset, 2 jam pelajaran presentasi, 2 jam pelajaran pemaparan dan diskusi tentang inklusi sosial, 2 jam pelajaran riset, 2 jam pelajaran gallery walk Peralatan: Akses internet, alat tulis, contoh kasus untuk diskusi Peran Guru: Narasumber dan Fasilitator. Kegiatan: Eksplorasi Isu dan Inklusi Sosial Dalam sesi ini, Peserta didik akan mengeksplorasi isu sosial terkini tentang dinamika kelompok rentan dan marginal, khususnya tentang bagaimana kelompok marginal atas etnis, dan kepercayaan menjalankan peran bermasyarakat, bagaimana tantangan atau bentuk diskriminasi yang terjadi terhadap kelompok tersebut, bagaimana bentuk dukungan dari pemangku kebijakan dan masyarakat, serta mencoba membuat solusi atau usulan yang bisa diajukan dari isu tersebut sesuai dengan pemahaman dan pengetahuan mereka. Setelah itu guru akan menghubungkan temuan Peserta didik dengan memaparkan tentang konsep inklusi sosial. Peserta didik cukup diperkenalkan dengan konsep inklusi sosial untuk kedepannya akan digali lebih dalam bersama narasumber. Inklusi sosial didefinisikan sebagai proses meningkatkan partisipasi dalam masyarakat, terutama bagi orang-orang yang terpinggirkan, melalui peningkatan peluang, akses ke sumber daya, pendapat, dan penghormatan terhadap hak (4 United Nations. (2016). Identifying Social Inclusion and Exclusion. Diakses dari https://www.un.org/esa/socdev/rwss/2016/chapter1.pdf pada 3 Juli 2020.). Dengan memiliki pengetahuan dasar tentang inklusi sosial, diharapkan dapat mendorong inovasi dan kolaborasi Peserta didik untuk dapat melakukan aksi yang efektif terhadap permasalahan terhadap tantangan kehidupan keragaman di Indonesia. Guru menyiapkan artikel atau foto kasus tentang isu diskriminasi agama dan kepercayaan, atau diskriminasi terhadap suku, maupun fasilitas publik yang belum inklusif, sebagai tahap awal sebelum guru memaparkan tentang berpikir kritis dan inklusi sosial, berikut beberapa referensi isu yang bisa digunakan untuk studi kasus: ● https://www.hrw.org/id/news/2016/08/30/293514 ●https://tirto.id/pemaksaan-memakai-jilbab-saat-ini-dan-pelarangan-pada-era-orde-baru-f9Kb ● https://metro.tempo.co/read/1110356/trotoar-depan-halte-ditanami-rumput-be gini-kata-warga-jakarta/full&view=ok Bhinneka Tunggal Ika 4 Tahapan Pengenalan Pemaparan Tentang Inklusi Sosial dan Riset Tentang Dinamika Kelompok Rentan & Marginal Persiapan 1) 2) Guru menyiapkan pembagian kelompok Guru menyediakan alat untuk riset (komputer, akses internet, atau buku) Kegiatan: Eksplorasi Isu dan Inklusi Sosial Pelaksanaan 1) 2) 3) 4) Guru menunjukkan sebuah artikel/isu tentang diskriminasi agama dan 5) Aspek yang dapat dieksplorasi adalah tentang bagaimana kelompok marginal atas etnis, dan kepercayaan menjalankan peran bermasyarakat, bagaimana tantangan kepercayaan, atau diskriminasi terhadap suku, maupun fasilitas publik atau bentuk diskriminasi yang terjadi terhadap kelompok tersebut, bagaimana yang belum inklusif, sebagai tahap awal sebelum guru memaparkan bentuk dukungan dari pemangku kebijakan dan masyarakat, serta mencoba tentang inklusi sosial. membuat solusi atau usulan yang bisa diajukan dari isu tersebut sesuai dengan Peserta didik diminta menanggapi kasus tersebut secara kritis, pemahaman dan pengetahuan mereka. pertanyaan pemantik yang bisa digunakan : 6) Tahap pertama Peserta didik dapat menggunakan metode 5 whys, dimana Peserta ● Bagaimana perasaanmu jika menjadi subjek dalam berita tersebut? didik menarik mundur dan mengurutkan penyebab sebuah permasalahan untuk ● Mengapa menurutmu hal tersebut bisa terjadi? mendapatkan solusi yang tepat guna, seperti ini : ● Apakah hal tersebut bisa dihindari? ● Apa yang perlu dilakukan jika hal tersebut terjadi kembali? Apakah cara tersebut memungkinkan untuk dilakukan? SEMAKIN TAHUN JAKARTA MENJADI SEMAKIN MACET ● Bagaimana agar hal tersebut tidak terjadi kembali? ● Siapa saja yang bisa berkontribusi untuk melakukan perubahan? MENGAPA? Peserta didik melakukan riset kelompok kecil yang terdiri dari 2-4 orang, tentang dinamika keragaman individu dengan kategori kelompok MENGAPA? marginal dan kelompok rentan. Peserta didik menentukan 1 kelompok dari kelompok marginal atau MENGAPA? kelompok rentan sebagai subjek riset mereka, misalnya kelompok A memilih meneliti lebih jauh tentang kelompok marginal atas etnis MENGAPA? Papua, kelompok B memilih meneliti lebih jauh tentang kelompok marginal atas etnis keturunan Tionghoa, kelompok C memilih meneliti MENGAPA? lebih jauh tentang kelompok marginal atas kepercayaan Sunda Wiwitan, dan seterusnya. Guru dapat memastikan bahwa setiap kelompok ADAKAH USULAN SOLUSI? mendapatkan subjek riset yang berbeda. Bhinneka Tunggal Ika 4 Pemaparan Tentang Inklusi Sosial dan Riset Tentang Dinamika Kelompok Rentan & Marginal Tahapan Pengenalan Kegiatan: Eksplorasi Isu dan Inklusi Sosial Pelaksanaan 7) 8) 9) 10) Peserta didik mempersiapkan hasil temuan kepada guru untuk mendapat umpan balik terhadap hasil temuan, umpan balik yang diberikan bisa terkait konten atau cara penyajian data. Umpan balik dari guru disempurnakan oleh Peserta didik dalam penyajian data hasil riset untuk dipresentasikan, bisa dalam bentuk kliping, ilustrasi, narasi, mind map, presentasi dalam powerpoint, kolase dari kertas koran maupun majalah. Hasil temuan Peserta didik ditampilkan pada sisi dinding ruang kelas agar bisa dipelajari oleh kelompok yang lain kelompok lain sebagai referensi tambahan (gallery walk) Sesi berikutnya, guru memberikan pemaparan awal tentang inklusi sosial dengan memberikan pemantik berupa gambar model pembangunan masyarakat berikut: 11) Guru meminta Peserta didik menerjemahkan gambar model secara berkelompok dan memberikan contohnya, Peserta didik dapat berdiskusi, maupun riset melalui internet. 12) Setelah itu Peserta didik menjelaskan hasil temuan mereka. Setelah itu guru menyempurnakan temuan hasil Peserta didik dengan definisi dan contoh yang lebih lengkap. 13) Untuk memberikan penjelasan kepada Peserta didik, guru dapat menjabarkannya sebagai menggunakan salah satu referensi berikut: https://inclusion-international.org/catalyst-for-inclusive-educa tion/faq/#unique-identifie r2. Selain itu guru juga dapat memberikan referensi lain baik dari video maupun jurnal ilmiah lainnya yang dirasa sesuai dengan kebutuhan. Jika mencontohkan dari bidang pendidikan maka guru dapat memberikan ilustrasi seperti ini: Bhinneka Tunggal Ika 4 Tahapan Pengenalan Pemaparan Tentang Inklusi Sosial dan Riset Tentang Dinamika Kelompok Rentan & Marginal Kegiatan: Eksplorasi Isu dan Inklusi Sosial Pelaksanaan ● Eksklusi (pengecualian) terjadi ketika Peserta didik tidak diberi akses ke pendidikan. Pengecualian terjadi ketika Peserta didik penyandang disabilitas tidak diizinkan untuk mendaftar ke sekolah, atau ketika mereka mendaftar tetapi diberitahu untuk tidak datang ke sekolah atau ketika ada persyaratan yang ditetapkan pada kehadiran mereka. Kadang-kadang, Peserta didik terdaftar tetapi diberi tahu bahwa mereka akan menerima pendidikan mereka dari seorang guru yang akan mengunjungi mereka di rumah - sehingga secara efektif mereka masih dikeluarkan dari sekolah. ● Integrasi menempatkan penyandang disabilitas dalam pendidikan arus utama yang ada tanpa mengubah sistem penyelenggaraan pendidikan. Integrasi melibatkan penempatan Peserta didik penyandang disabilitas di kelas reguler tetapi tanpa dukungan individual dan dengan guru yang tidak mau atau tidak mampu memenuhi kebutuhan dukungan pembelajaran, sosial, atau disabilitas anak. Banyak orang keliru menyebut ini "inklusi" tetapi Peserta didik tidak menerima dukungan yang dibutuhkan. Inklusi seharusnya melibatkan transformasi sistem pendidikan dengan perubahan dan modifikasi dalam konten, metode pengajaran, pendekatan, struktur, strategi, dan mekanisme tinjauan yang ada. ● Segregasi (pemisahan) terjadi ketika Peserta didik penyandang disabilitas dididik di lingkungan terpisah (kelas atau sekolah) yang dirancang untuk Peserta didik dengan kecacatan atau kecacatan tertentu, misalnya sekolah luar biasa. Segregasi paling mencolok terjadi ketika Peserta didik penyandang disabilitas dipaksa pergi ke sekolah hanya untuk Peserta didik penyandang disabilitas, tetapi juga terjadi ketika Peserta didik dididik di kelas terpisah di sekolah biasa. Ini terkadang disebut kelas sumber daya. ● Pendidikan inklusif mencakup pemberian kesempatan belajar yang berarti bagi semua Peserta didik dalam sistem sekolah reguler. Ini memungkinkan anak-anak dengan dan tanpa disabilitas untuk menghadiri kelas yang sesuai dengan usia yang sama di sekolah lokal, dengan tambahan, dukungan yang disesuaikan secara individu sesuai kebutuhan. Ini membutuhkan akomodasi fisik - landai alih-alih tangga dan pintu yang cukup lebar untuk pengguna kursi roda, misalnya - serta kurikulum baru yang berpusat pada anak yang mencakup representasi dari spektrum penuh orang yang ditemukan di masyarakat (tidak hanya penyandang disabilitas) dan mencerminkan kebutuhan semua anak. Di sekolah inklusif, Peserta didik diajar di kelas-kelas kecil di mana mereka berkolaborasi dan mendukung satu sama lain daripada bersaing. Anak-anak penyandang disabilitas tidak dipisahkan di dalam kelas, saat makan siang atau di taman bermain. Bhinneka Tunggal Ika 5 Waktu: 6 Jam Pelajaran Tahapan Pengenalan Mencari Contoh Perbedaan Eksklusi, Segregasi, Integrasi dan Inklusi di Lingkup Sosial Peralatan: Akses internet, alat tulis Peran Guru: Fasilitator Kegiatan: Formative Assessment Pada pertemuan sebelumnya, Peserta didik sudah mendapatkan informasi tentang konsep eksklusi, segregasi, integrasi dan inklusi dalam bidang sistem pendidikan, kemudian Peserta didik diminta untuk mencari contoh lain di lingkup sosial yang cukup dekat dengan kehidupan mereka, seperti di lingkungan sekolah, lingkungan rumah, pertemanan atau fasilitas publik yang biasa mereka akses. Bhinneka Tunggal Ika 5 Tahapan Pengenalan Mencari Contoh Perbedaan Eksklusi, Segregasi, Integrasi dan Inklusi di Lingkup Sosial Persiapan 1) Pembagian kelompok (maksimal kelompok terdiri dari 3 peserta didik) Kegiatan: Formative Assessment Pelaksanaan 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) Guru menyampaikan bahwa Peserta didik diminta untuk mencari contoh lain di lingkup sosial yang cukup dekat dengan kehidupan mereka, seperti di lingkungan sekolah, lingkungan rumah, pertemanan atau fasilitas publik yang biasa mereka akses. Guru membagi Peserta didik ke dalam beberapa kelompok kerja Masing-masing kelompok menentukan lingkup yang ingin mereka fokuskan, guru memastikan bahwa setiap kelompok membahas dari lingkup yang berbeda. Peserta didik menyajikan contoh temuan mereka dalam bentuk catatan untuk dipresentasikan. Peserta didik mempresentasikan temuan mereka, Peserta didik lain dapat memberikan tanggapan Guru mengisi lembar observasi selama Peserta didik selama presentasi, untuk melihat tingkat pemahaman murid terhadap konsep yang dipelajari, aspek yang dapat diobservasi adalah; ● Peserta didik menyampaikan informasi dengan jelas menggunakan bahasanya sendiri ● Peserta didik dapat menjawab pertanyaan atau menjelaskan dengan data. ● Peserta didik dapat memberikan contoh yang dekat dengan keseharian mereka. Guru dapat memberikan penilaian observasi dengan skor 1-5 atau dengan deskripsi. Setelah selesai guru bisa mengajak Peserta didik merefleksi hasil temuan mereka dengan mengisi lembar refleksi berikut dengan memilih sesuai tingkat pemahaman Peserta didik: ● Aku paham mengenai perbedaan eksklusi, integrasi, segregasi, dan inklusi Sangat setuju | Setuju | Tidak setuju | Sangat tidak setuju Bhinneka Tunggal Ika 5 Mencari Contoh Perbedaan Eksklusi, Segregasi, Integrasi dan Inklusi di Lingkup Sosial Pelaksanaan ● Aku paham bentuk-bentuk eksklusi, integrasi, segregasi, dan inklusi dapat terjadi di berbagai lingkup sosial. Sangat setuju | Setuju | Tidak setuju | Sangat tidak setuju ● Aku paham dan dapat mengidentifikasi eksklusi, integrasi, segregasi, dan inklusi di sekitarku dan bagaimana dampaknya terhadap orang-orang yang mengalaminya. Sangat setuju | Setuju | Tidak setuju | Sangat tidak setuju ● Aku merasa perlu melakukan tindakan ketika aku melihat atau mengidentifikasi adanya diskriminasi di sekitarku. Sangat setuju | Setuju | Tidak setuju | Sangat tidak setuju 8) Setelah Peserta didik memahami perbedaan model pembangunan masyarakat tersebut, sisa diinformasikan pada pertemuan berikutnya Peserta didik dapat memahami lebih jauh tentang konsep inklusi sosial dengan kaitannya dengan keragaman bersama narasumber. 9) Peserta didik menuliskan pertanyaan/keingintahuan mereka tentang inklusi sosial, privilese, kelompok rentan maupun kelompok marginal untuk sesi pertemuan dengan narasumber. Tahapan Pengenalan Kegiatan: Formative Assessment Bhinneka Tunggal Ika 6 Waktu: 4 Jam Pelajaran Tahapan Pengenalan Mengkontekstualisasi Masalah di Lingkungan Terdekat, Diskusi dengan Pembicara Tamu Untuk Mengetahui Lebih Dalam Tentang Konsep Privilese, Inklusi Sosial, Kelompok Rentan dan Marginal. Peralatan: Ruangan, kursi/karpet, proyektor, sound system, kumpulan daftar hal yang ingin diketahui oleh Peserta didik terkait topik diskusi Peran Guru: Fasilitator dan Moderator. Kegiatan: Pembicara Tamu Tips: Dapat melibatkan staff peneliti Balitbang Hukum dan HAM (https://www.balitbangham.go.id/pages/pelayanan-penyediaan-narasum ber ), pertemuan bisa dilaksanakan dengan metode daring ataupun luring sesuai dengan kondisi sekolah dan ketersediaan narasumber, dengan mekanisme sebagai berikut: 1. Pemohon mengajukan permintaan narasumber/ konsultasi, dapat melalui: - https://www.balitbangham.go.id/contact - Sistem Sumaker Kemenkumham pada url https://sumaker.kemenkumham.go.id/ - Surat dinas ditujukan kepada Kepala Badan, yang menjelaskan materi, waktu dan tempat pelaksanaan 2. Kepala Badan menunjuk pejabat/ pegawai yang berkaitan sebagai narasumber/ konsultan 3. Pejabat/ pegawai yang mendapat tugas menyampaikan materi sesuai yang diharapkan Bhinneka Tunggal Ika 6 Tahapan Pengenalan Mengkontekstualisasi Masalah di Lingkungan Terdekat, Diskusi dengan Pembicara Tamu Untuk Mengetahui Lebih Dalam Tentang Konsep Privilese, Inklusi Sosial, Kelompok Rentan dan Marginal. Persiapan 1) 2) 3) Guru menghubungi narasumber untuk menginformasikan materi dan mengatur jadwal kegiatan. Guru mengumpulkan daftar keingintahuan Peserta didik tentang topik pada pertemuan sebelumnya. Peserta didik diberikan kesempatan kembali untuk membuat pertanyaan yang ingin mereka ketahui tentang topik terkait. Pelaksanaan 1) 2) 3) Guru memperkenalkan pembicara tamu dan membuka sesi dengan pembicara tamu. Narasumber memberikan paparan tentang topik terkait. Murid menanyakan pertanyaan kepada pembicara tamu untuk mendapatkan elaborasi tentang hasil temuan mereka sebelumnya. Kegiatan: Pembicara Tamu Tugas Peserta didik membuat ringkasan pembicara tamu berisi pengetahuan dan konsep yang telah dipelajari selama sesi pembicara tamu pada sisa jam pelajaran (minimal 1 jam pelajaran) Bhinneka Tunggal Ika 7 Waktu: 4 Jam Pelajaran Tahapan Pengenalan Pengumpulan Dokumentasi Pembelajaran (Portfolio) dan Refleksi Peralatan: Alat tulis, map, kalender, komputer, kertas, lem, stapler, lembar kerja Peserta didik aktivitas 1-5, lembar refleksi Peran Guru: Fasilitator Kegiatan: Formative Assessment Pada sesi ini Peserta didik mengumpulkan lembar kerja, dan berkas pendukung lainnya (sketsa, draft diskusi kelompok, foto kegiatan, lembar refleksi, dan sebagainya) untuk disusun secara sistematis berdasarkan urutan waktu pembelajaran, ke dalam map secara individual. Jika terdapat lembar kerja kelompok, maka Peserta didik perlu membuat salinan agar masing-masing Peserta didik memiliki berkas dan dokumen yang sama dan lengkap. Guru membuat daftar ceklis dokumen sebagai bukti pembelajaran (means of verification) yang harus disertakan dalam portofolio Peserta didik. Portofolio dianjurkan untuk dibuat dalam bentuk fisik, namun tidak menutup kemungkinan untuk membuat dalam bentuk digital namun perlu dipastikan bahwa data tersimpan dengan baik pada folder google drive atau flash terenkripsi. Peserta didik dapat berkreasi membuat desain atau dekorasi untuk portfolio sesuai dengan keterampilan dan minat Peserta didik. Bhinneka Tunggal Ika 7 Tahapan dan Aktivitas Aktivitas 1: Tahap Pengenalan Tahapan Pengenalan Pengumpulan Dokumentasi Pembelajaran (Portfolio) dan Refleksi Nama Kegiatan Still life drawing Bukti Pembelajaran Daftar Periksa Dokumen Cover ● Tersedia ● Tidak Tersedia Daftar Isi ● Tersedia ● Tidak Tersedia Cover Aktivitas 1 ● Tersedia ● Tidak Tersedia Kertas sketsa gambar peserta didik ● Tersedia ● Tidak Tersedia Foto Objek ● Tersedia ● Tidak Tersedia Lembar refleksi Peserta didik ● Tersedia ● Tidak Tersedia Contoh daftar daftar periksa dokumen sebagai bukti pembelajaran *contoh Kegiatan: Formative Assessment Secara sederhana, portofolio belajar idealnya terdiri dari : 1) Cover berisi judul proyek, tujuan proyek, nama Peserta didik, durasi pelaksanaan, dan nama sekolah 2) Daftar isi 3) Cover berisi nama kegiatan (Aktivitas 1: Tahapan Pengenalan: Still Life Drawing) 4. Dokumen pendukung (lembar refleksi, sketsa gambar, peta pikiran, artikel yang digunakan saat diskusi Sumber: http://littlepeoplelearn.blogspot.com/2014/02/portfolios-in-kindergarten-learning.html Bhinneka Tunggal Ika 7 Tahapan Pengenalan Pengumpulan Dokumentasi Pembelajaran (Portfolio) dan Refleksi Persiapan 1) 2) 3) Guru membuat dokumen daftar periksa pembelajaran Peserta didik mengumpulkan bukti pembelajaran dengan menggunakan panduan daftar periksa dokumen dari guru Guru membuat lembar refleksi Kegiatan: Formative Assessment Pelaksanaan 1) 2) 3) 4) 5) 6) Guru mengajak Peserta didik mengulas kegiatan awal hingga pertemuan ke-5. Murid dapat melihat kembali catatan hasil pembicara tamu, peta pikiran/hasil riset yang telah dilakukan Peserta didik. Selama proses mengulas, guru menjadi fasilitator dan mengajak Peserta didik untuk berkontribusi secara aktif menyampaikan pembelajaran yang sudah mereka lalui Peserta didik mengisi lembar refleksi formative assessment. Lembar refleksi dapat berisi pertanyaan berikut ● Apa saja tantangan dalam merawat keragaman etnis, agama, dan budaya di indonesia? ● Bagaimana peran anak muda atau pelajar dalam merawat keragaman etnis, agama, dan budaya di indonesia? ● Apa yang bisa kita lakukan jika kamu mengidentifikasi adanya ketidakadilan atau diskriminasi terhadap kelompok marginal atau kelompok rentan? ● Mengacu pada model pembangunan masyarakat yang sudah pernah kamu pelajari sebelumnya, yang manakah model pembangunan masyarakat yang menurutmu ideal, dan jelaskan mengapa? ● Apakah model pembangunan masyarakat yang menurutmu ideal tersebut, dapat diaplikasikan di Indonesia? Apa saja tantangannya? Peserta didik mengumpulkan bukti pembelajaran secara sistematis sesuai format portofolio yang diberikan guru dan memasukkan ke map individu. Guru memastikan dokumen Peserta didik telah lengkap dan menyimpan map dengan baik. Portofolio dapat dilengkapi secara terus-menerus sesuai dengan tahap pembelajaran. Bhinneka Tunggal Ika 8 Waktu: Tahapan Pengenalan Penjabaran dan Penjelasan Konsep Design Thinking Yang Dilengkapi Dengan Pedalaman Melalui Diskusi, Tanya Jawab, Wawancara dan Mulai Menyusun Rancangan Penelitian Individual. 6 JP (2 jam pelajaran untuk penjelasan konsep design thinking dan tanya jawab, 2 jam pelajaran untuk Identifikasi responden, dan pembuatan alat observasi dan wawancara, 2 jam pelajaran untuk pembuatan timeline kerja) Peralatan: Presentasi tentang design thinking Peran Guru: Fasilitator Kegiatan: Pengenalan Konsep Design Thinking dan Perencanaan Penelitian Pada tahap aksi, Peserta didik akan menggunakan pendekatan Design Thinking. Design Thinking adalah suatu proses atau metode pola pikir untuk berempati terhadap permasalahan dan masalah yang berpusat pada manusia. Sebagai contoh kasus, guru dan Peserta didik dapat bersama-sama melihat hasil tugas kelompok Peserta didik yang dibimbing oleh seorang guru mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi di sebuah SMAN di Jakarta Timur, dimana proyeknya menggunakan pendekatan design thinking dalam bidang kuliner. Setelah memahami konsep design thinking, Peserta didik melakukan perencanaan aksi. Bhinneka Tunggal Ika 8 Tahapan Pengenalan Penjabaran dan Penjelasan Konsep Design Thinking Yang Dilengkapi Dengan Pedalaman Melalui Diskusi, Tanya Jawab, Wawancara dan Mulai Menyusun Rancangan Penelitian Individual. Persiapan 1. 2. 3. Guru menyiapkan presentasi dan contoh proyek design thinking. Guru menyiapkan lembar kerja Peserta didik (Identifikasi responden, dan pembuatan alat observasi dan wawancara, lembar timeline kerja) Peserta didik menyiapkan berkas hasil temuan penelitian sebelumnya pada aktivitas 4 Kegiatan: Pengenalan Konsep Design Thinking dan Perencanaan Penelitian Pelaksanaan 1) 2) 3) 4) 5) Guru menjelaskan bahwa pada pertemuan ini dan selanjutnya, pembelajaran akan melakukan proyek dengan menggunakan pendekatan design thinking. Guru menampilkan presentasi dan menjelaskan konsep design thinking, serta contoh proyek yang menggunakan pendekatan ini. Peserta didik dapat bertanya sejelas-jelasnya tentang design thinking. Pertanyaan Peserta didik juga dapat dicari tahu bersama-sama antara Peserta didik dengan guru dengan menggunakan berbagai sumber, sehingga referensi Peserta didik dapat bertambah. Setelah Peserta didik memahami konsep design thinking, guru meminta Peserta didik mulai menentukan responden dan permasalahan yang ingin mereka teliti. responden/masalah yang diteliti akan lebih baik jika berada dalam area sekolah terlebih dahulu agar dapat memberikan dampak langsung kepada lingkungan sekolah. Namun terbuka juga jika responden/masalah yang ingin diteliti berada diluar lingkungan sekolah, namun perlu adanya persetujuan dari pihak yang ingin diteliti. responden/masalah yang ingin diteliti dapat juga mengacu pada temuan mereka pada aktivitas 4 sebelumnya. Kemudian, Peserta didik membuat daftar pertanyaan untuk wawancara dan alat observasi. Tahap pertama, Peserta didik menentukan jenis wawancara yang diinginkan (terstruktur, tidak terstruktur, atau kuesioner). Setelah itu Peserta didik membuat pedoman wawancara berisi daftar pertanyaan yang akan diajukan. Pada tahap ini, penting bagi Peserta didik untuk memiliki pemikiran yang netral, untuk menghindari bias ataupun wawancara yang menggiring kepada keingintahuan atau dugaan Peserta didik. Siwa perlu menanamkan pola pikir bahwa seolah-olah mereka tidak mengetahui tentang masalah tersebut sama sekali, dan mencari tahu dengan dengan bertanya sedetil mungkin. 6) Alat observasi, hanya dibuat jika Peserta didik melakukan interaksi langsung dengan subjek misalnya tatap muka, video call, telepon). Peserta didik dapat membuat lembar observasi untuk mengamati gerak tubuh, mimik wajah, intonasi, tingkat konsentrasi responden dalam berinteraksi, maupun perilaku dan sarana dan prasarana di lingkungan sekitar responden. Oleh karena itu diperlukan adanya catatan-catatan (checklist), alat-alat elektronik seperti kamera, perekam suara, video dan sebagainya 7) Peserta didik menyusun timeline kerja berisi perkiraan pelaksanaan kegiatan dari tahap empati, hingga peluncuran produk, dan pameran. 8) Peserta didik mengumpulkan berkas perencanaan penelitian kepada guru, untuk selanjutnya diberikan umpan balik sebelum Peserta didik melakukan tahap empati. Bhinneka Tunggal Ika Tahapan Pengenalan Penjabaran dan Penjelasan Konsep Design Thinking Yang 8 Dilengkapi Dengan Pedalaman Melalui Diskusi, Tanya Jawab, Wawancara dan Mulai Menyusun Rancangan Penelitian Individual. Design Thinking Design Thinking merupakan metode kolaborasi yang mengumpulkan banyak ide dari disiplin ilmu untuk memperoleh sebuah solusi. Design thinking tidak hanya berfokus pada apa yang dilihat dan dirasakan, namun juga berfokus pada pengalaman pengguna (user). Design thinking digunakan untuk mencari solusi yang paling efektif dan efisien untuk memecahkan suatu masalah yang kompleks. Pemikiran yang diterapkan adalah pemikiran komprehensif untuk mendapatkan sebuah solusi. Design thinking dibagi menjadi 5 tahap (Stanford d.school) sebagai berikut: Foto: https://uxdesign.cc/what-is-design-thinking-and-why-is-it-important-6d6a0dd020a2 Kegiatan: Pengenalan Konsep Design Thinking dan Perencanaan Penelitian 1) Empathize (Empati) Empati merupakan sebuah inti proses karena permasalahan yang timbul harus dapat diselesaikan dengan cara berpusat kepada manusia, metode ini berupaya untuk memahami permasalahan yang dialami pengguna supaya kita dapat merasakan dan mencari solusi untuk permasalahan tersebut dalam metode ini ada beberapa hal yang harus dilakukan yaitu wawancara, observasi, serta menggabungkan observasi dan wawancara. 4) Prototype (Prototipe) Prototipe dikenal sebagai rancangan awal suatu produk yang akan dibuat, untuk mendeteksi kesalahan sejak dini dan memperoleh berbagai kemungkinan baru. Dalam penerapannya, rancangan awal yang dibuat akan diuji coba kepada pengguna untuk memperoleh respon dan feedback yang sesuai untuk menyempurnakan rancangan. 2) Define (Definisi) Menganalisis dan memahami hasil yang telah dilakukan pada proses empati. Proses menganalisis dan memahami berbagai wawasan yang telah diperoleh melalui empati, dengan tujuan untuk menentukan pernyataan masalah sebagai point of view atau perhatian utama pada penelitian. 3) Ideate (Ideasi) Proses transisi dari rumusan masalah menuju penyelesaian masalah, adapun dalam proses ini akan berkonsentrasi untuk menghasilkan gagasan atau ide sebagai landasan dalam membuat prototipe rancangan yang akan dibuat. Pada tahap ini Peserta didik dapat mencurahkan ide sebanyak-banyaknya secara bebas, spontan, tanpa terikat dengan prosedur atau birokrasi tertentu. Sehingga Peserta didik perlu memiliki pola pikir “tidak ada ide jelek, semua ide yang muncul adalah ide yang bagus dan bermakna”. Setelah Peserta didik mencurahkan seluruh ide-ide spontan tersebut, Peserta didik dapat mengevaluasi ide-ide yang didapat, tentang kekurangan dan kelemahan dari ide yang didapat, misalnya dari segi budget, sumber daya manusia, sumber daya alam yang tersedia, sarana dan prasarana yang ada, waktu yang tersedia, maupun kesesuaian nilai yang dianut oleh subjek, untuk kemudian Peserta didik menentukan ide akhir yang dijadikan solusi. 5) Test (Uji coba) Pengujian dilakukan untuk mengumpulkan berbagai feedback pengguna dari berbagai rancangan akhir yang telah dirumuskan dalam proses prototipe sebelumnya. Proses ini merupakan tahap akhir namun bersifat life cycle sehingga memungkinkan perulangan dan kembali pada tahap perancangan sebelumnya apabila terdapat kesalahan. Bhinneka Tunggal Ika 9 Waktu: 8 Jam Pelajaran Tahapan Kontekstual Riset Mandiri Tentang Keragaman Individu (Kelompok Marginal dan Kelompok Rentan) dan Contoh Ketidaksetaraan di Sekitar yang Dapat Diangkat Sebagai Masalah Bersama Peralatan: Panduan wawancara, panduan observasi, alat tulis, alat perekam suara dan video, angket/kuesioner jika diperlukan, transportasi (jika tatap muka dengan responden), surat persetujuan mengikuti penelitian Peran Guru: Fasilitator Kegiatan: Emphatize (Empati) Wawancara dan Observasi Tips Wawancara: ● Menyediakan ruang yang aman untuk responden berpendapat dengan bersikap netral tanpa terlihat menyetujui atau tidak menyetujui pernyataan responden ● Menggunakan pertanyaan terbuka - “Ceritakan kepada kami tentang...” - “Bagaimana..” - “Mengapa...” - “Apa saja….” ● Fokus pada panduan wawancara jika responden menyampaikan respon yang melebar atau memberikan respon yang tidak relevan. ● Mengklarifikasi jika peneliti kurang memahami pernyataan responden. ● Melakukan probing atau pertanyaan mendalam jika responden memberikan pernyataan yang dangkal atau tidak tuntas, misalnya; “Oh ya? bagaimana kemudian...” “Lalu apa yang kamu lakukan saat itu..?” “Bisakah kamu deskripsikan lebih jelas tentang...” “Ketika kamu bilang... apa artinya” “Bagaimana respon kamu..” ● Klarifikasi jika responden menjawab pertanyaan dengan istilah tertentu; “Apakah perasaan tidak enak yang anda maksud adalah sedih, atau kecewa, atau yang lainnya?” ● Hindari pertanyaan menggiring “kamu setuju kan kalau .....”, dapat diganti dengan “bagaimana sikapmu tentang...” Bhinneka Tunggal Ika 9 Tahapan Kontekstual Riset Mandiri Tentang Keragaman Individu (Kelompok Marginal dan Kelompok Rentan) dan Contoh Ketidaksetaraan di Sekitar yang Dapat Diangkat Sebagai Masalah Bersama Persiapan 1) 2) 3) Peserta didik menghubungi responden dan menjelaskan tujuan, teknis, dan hasil yang diharapkan dari penelitian, kemudian memberikan formulir persetujuan. Jika responden memerlukan surat izin serupa untuk diajukan kepada otoritas tertinggi dari responden tersebut (misalnya wali murid, wali kelas, atau dinas terkait) maka Peserta didik perlu membuat dokumen tersebut. Sebagai contoh, jika responden adalah Peserta didik yang tidak memiliki guru agama Hindu di sekolah, maka peneliti harus mendapatkan izin dari wali kelas atau orang tua Peserta didik. Peserta didik mengatur jadwal pertemuan dengan responden, dan menentukan lokasi wawancara pada waktu yang aktual (di sekolah saat responden tidak mengikuti pelajaran agama Hindu di sekolah) agar Peserta didik dapat mengobservasi secara nyata situasi yang terjadi, namun jika tidak memungkinkan, pelaksanaan dapat menyesuaikan dengan kesediaan waktu responden Peserta didik menuju lokasi wawancara. Kegiatan: Emphatize (Empati) Wawancara dan Observasi Pelaksanaan 1) 2) 3) 4) 5) Peserta didik berkenalan dengan responden, menyampaikan bahwa peneliti akan mencatat hal-hal penting selama wawancara, serta merekam pembicaraan. Peneliti memberikan consent form kepada responden. Wawancara dimulai dengan membangun hubungan yang baik dengan responden dengan topik pembicaraan yang netral (tidak langsung menuju pertanyaan pokok), misalnya dengan pertanyaan seputar kabar, kegiatan sehari-hari responden, jadwal dan durasi belajar agama. Peneliti menanyakan pertanyaan sesuai panduan, hingga peneliti mendapatkan gambaran yang utuh dan detil tentang isu yang dialami responden. Peneliti mengobservasi lingkungan sekitar, gestur responden dan sebagainya. Peneliti menginformasikan kepada responden bahwa penelitian akan menghubungi responden kembali jika ada hal yang ingin ditanyakan atau dikonfirmasi lebih jauh. Peneliti menutup wawancara, dan mengucapkan terima kasih kepada responden. Bhinneka Tunggal Ika 10 Waktu: 2 Jam Pelajaran Tahapan Kontekstual Bertindak Sebagai Peneliti, Peserta Didik Menganalisis Hasil Wawancara, Kemudian Menjabarkan Masalah yang Ditemukan, Lalu Menentukan Masalah yang Ingin Diteliti. Peralatan: Dokumen hasil wawancara dan observasi (rekaman, catatan wawancara) Peran Guru: Fasilitator Kegiatan: Define (Definisi) Penetapan Rumusan Permasalahan Pada tahap ini Peserta didik sebagai peneliti menganalisis hasil wawancara, kemudian menjabarkan masalah yang ditemukan, lalu menentukan masalah yang ingin diteliti. Jika kita mengambil sebuah contoh kasus dari Aktivitas 8 pada dokumen Panduan Design Thinking halaman 2-3 tentang Peserta didik yang tidak memiliki guru agama Hindu di sekolah, berdasarkan proses wawancara, terdapat 3 temuan yaitu : ● ● ● Tidak adanya guru agama Hindu karena kekurangan jumlah tenaga pengajar. Subjek tidak memiliki kegiatan bermakna saat jam pelajaran agama lain. Subjek tidak memiliki interaksi dengan teman sebaya untuk belajar agama Hindu. Peserta didik dapat memilih 1 masalah saja yang ingin mereka fokuskan, untuk kemudian mereka buat ide dari permasalahan tersebut. Bhinneka Tunggal Ika 10 Tahapan Kontekstual Bertindak Sebagai Peneliti, Peserta Didik Menganalisis Hasil Wawancara, Kemudian Menjabarkan Masalah yang Ditemukan, Lalu Menentukan Masalah yang Ingin Diteliti. Persiapan Peserta didik menyiapkan berkas wawancara dan observasi dari hasil wawancara Kegiatan: Define (Definisi) Penetapan Rumusan Permasalahan Pelaksanaan 1) 2) 3) 4) Peserta didik menganalisis dan memahami hasil yang telah dilakukan pada wawancara, kemudian menentukan pernyataan masalah yang didapat dari wawancara ke dalam daftar isu. Peserta didik membahas satu persatu masalah yang ditemukan, kemudian Peserta didik menentukan masalah yang akan diangkat dalam penelitian. Proses ini bisa dilakukan dengan menggunakan post-it, menulis di papan tulis, atau sebagainya. Guru dapat memberikan feedback kepada Peserta didik setelah Peserta didik menentukan masalah yang disepakati. Peserta didik lembar penentuan masalah yang berisi pertanyaan berikut: - Tuliskan masalah yang ingin kamu teliti? - Seberapa penting masalah tersebut bagi responden? - Apakah masalah tersebut berpusat pada responden? - Siapa yang akan benar-benar terpengaruh oleh penelitian ini? - Apa cara berbeda dalam memecahkan masalah tersebut? Bhinneka Tunggal Ika 11 Waktu: 4 Jam Pelajaran Tahapan Kontekstual Peserta Didik Mencurahkan Ide Sebanyak-banyaknya yang Dapat Menjadi Solusi dari Permasalahan yang Diangkat Peralatan: Lembar penentuan masalah, lembar ide, akses internet, alat tulis Peran Guru: Fasilitator Kegiatan: Ideate (Ideasi) Berdiskusi Membuat Ide Pada tahap ini Peserta didik berdiskusi membuat ide yang dapat menjadi solusi dari permasalahan yang diangkat, Peserta didik Pada tahap ini Peserta didik dapat mencurahkan ide sebanyak-banyaknya secara bebas, spontan, tanpa terikat dengan prosedur atau birokrasi tertentu. Sehingga Peserta didik perlu memiliki pola pikir “tidak ada ide jelek, semua ide yang muncul adalah ide yang bagus dan bermakna”. Setelah Peserta didik mencurahkan seluruh ide-ide spontan tersebut, Peserta didik dapat mengevaluasi ide-ide yang didapat, tentang kekurangan dan kelemahan dari ide yang didapat, misalnya dari segi budget, sumber daya manusia, sumber daya alam yang tersedia, sarana dan prasarana yang ada, waktu yang tersedia, maupun kesesuaian nilai yang dianut oleh subjek, untuk kemudian Peserta didik menentukan ide akhir yang dijadikan solusi. Bhinneka Tunggal Ika 11 Tahapan Kontekstual Peserta Didik Mencurahkan Ide Sebanyak-banyaknya yang Dapat Menjadi Solusi dari Permasalahan yang Diangkat Persiapan 1) 2) Guru menyiapkan lembar ideasi untuk Peserta didik Peserta didik menyiapkan lembar penentuan masalah Kegiatan: Ideate (Ideasi) Berdiskusi Membuat Ide Pelaksanaan 1) 2) Guru menginformasikan bahwa pada pertemuan ini Peserta didik dapat membuat rancangan ide dari permasalahan mereka kedalam produk sesuai dengan beberapa kategori. Tujuan dari pengkategorian ide bukan untuk membatasi ide Peserta didik, namun bertujuan untuk mempermudah Peserta didik mengorganisir ide mereka, guru dapat menyesuaikan kategori ide dengan berdiskusi dan menyepakati kategori ide bersama Peserta didik. Guru memberikan contoh ideasi yang dapat dilakukan peserta didik dengan mengambil sebuah contoh kasus dari Aktivitas 8 pada dokumen Panduan Design Thinking, tentang masalah Peserta didik yang tidak memiliki guru agama Hindu di sekolah. Berdasarkan proses wawancara, terdapat 3 temuan yaitu : - Tidak adanya guru agama Hindu karena kekurangan jumlah tenaga pengajar. - Subjek tidak memiliki kegiatan bermakna saat jam pelajaran agama lain. - Subjek tidak memiliki interaksi dengan teman sebaya untuk belajar agama Hind Ide Peserta didik dapat dikelompokkan kedalam beberapa kategori berikut : ● Alat bantu Contoh produk berupa: Proposal Rancangan anggaran pengadaan penambahan buku tentang Agama Hindu guna melengkapi koleksi Perpustakaan Sekolah. ● Kampanye di sosial media Contoh produk berupa: -Poster atau infografis tentang perbandingan jumlah tenaga pengajar agama Hindu yang tidak berimbang dengan tenaga pengajar agama lain di provinsi tempat sekolah itu berada. -Poster ajakan untuk pendidik, mahasiswa, atau komunitas agama Hindu menjadi sukarelawan pengajar di sekolah. ● Usulan perubahan/revisit kebijakan atau peraturan Contoh produk berupa: - Petisi dukungan dari Peserta didik agar sekolah menyediakan guru agama Hindu. 3) Peserta didik mengisi lembar ide berdasarkan masalah yang ingin diteliti 4) Peserta didik berdiskusi tentang solusi-solusi yang memungkinkan untuk menjawab permasalahan dengan mengisi lembar kerja dengan riset mendalam, mencari solusi serupa yang sudah ada sebelumnya. Misalnya jika mengambil contoh dari kasus tidak adanya guru agama Hindu untuk Peserta didik, dan solusinya adalah mengajukan guru agama Hindu, maka Peserta didik mencari data yang dapat digunakan sebagai landasan dan memperkuat solusinya tersebut, misalnya menyertakan pasal/peraturan pemerintah tentang hak atas kebebasan beragama dan beribadah, atau data terkait perbandingan guru agama Hindu dengan Peserta didik, dan sebagainya. 5. Jika Peserta didik mendapatkan lebih dari 1 solusi, maka solusi tersebut harus dituliskan pada lembar ide yang terpisah (1 lembar ide untuk 1 solusi) Lembar Ideasi 6. Guru dapat memberikan feedback kepada Peserta didik setelah Peserta didik menentukan solusi yang dijabarkan Peserta didik. 7. Guru dan Peserta didik menyepakati ide yang akan ditindaklanjuti Bhinneka Tunggal Ika 11 Tahapan Kontekstual Peserta Didik Mencurahkan Ide Sebanyak-banyaknya yang Dapat Menjadi Solusi dari Permasalahan yang Diangkat Kegiatan: Ideate (Ideasi) Berdiskusi Membuat Ide Pelaksanaan Lembar Ideasi Nama: Nama proyek: 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) 8) 9) 10) 11) 12) Kelas: Waktu Pelaksanaan Temuan hasil wawancara dan observasi: Masalah yang ingin diteliti : Ide/solusi yang diajukan: Kategori ide: Indikator pencapaian: Tantangan yang mungkin dihadapi: Kemudahan yang tersedia: Peralatan yang dibutuhkan: Biaya yang dibutuhkan: Sumber daya manusia yang dibutuhkan: Alokasi waktu pelaksanaan (dari tahap pembuatan prototipe, uji coba, revisi prototipe, finalisasi prototipe, sampai peluncuran produk): Kesimpulan : ▢ Ide pada lembar kerja ini tidak akan ditindak lanjuti, karena … ▢ Ide pada lembar kerja ini akan ditindak lanjuti, karena ..... Bhinneka Tunggal Ika 12 Tahapan Kontekstual Pada Tahap Ini Peserta Didik Membuat Prototipe atau Draft Dari Ide Mereka, Untuk Kemudian Diuji Coba. Peserta Didik Perlu Mendapatkan Data Akurat Untuk Membuat Prototipe. Prototipe Bisa Dibuat Dalam Bentuk Draft Dengan Kertas, atau Digital Sesuai Dengan Ketersediaan Fasilitas. Waktu: 18 Jam Pelajaran Peralatan: Lembar ide, akses internet, alat tulis, papan tulis/kertas post-it Peran Guru: Fasilitator Kegiatan: Prototype (Prototipe) Pembuatan Prototipe Pada tahap ini Peserta didik membuat prototipe atau draft dari ide mereka, untuk kemudian diuji coba. Peserta didik perlu mendapatkan data akurat untuk membuat prototipe. Prototipe bisa dibuat dalam bentuk draft dengan kertas, atau digital sesuai dengan ketersediaan fasilitas. Bhinneka Tunggal Ika 12 Tahapan Kontekstual Pada Tahap Ini Peserta Didik Membuat Prototipe atau Draft Dari Ide Mereka, Untuk Kemudian Diuji Coba. Peserta Didik Perlu Mendapatkan Data Akurat Untuk Membuat Prototipe. Prototipe Bisa Dibuat Dalam Bentuk Draft Dengan Kertas, atau Digital Sesuai Dengan Ketersediaan Fasilitas. Persiapan 1) 2) Guru mengajak Peserta didik membuat pembagian tugas kelompok untuk memastikan setiap anggota kelompok mendapatkan tugas. Peserta didik menyediakan lembar ide. Kegiatan: Prototype (Prototipe) Pembuatan Prototipe Pelaksanaan 1) 2) Guru menginformasikan bahwa pembuatan prototipe akan berlangsung sekitar 3-4 hari, dan maksimal 7 hari, sesuai dengan jenis prototipe yang mereka buat. Proses pengerjaan pembuatan prototipe setiap kelompok akan berbeda, sehingga durasi pengerjaannya bisa saja bervariasi, guru menjelaskan bahwa ini bukanlah sebuah kompetisi, Peserta didik diperbolehkan berkolaborasi dengan kelompok lain, dengan batasan-batasan tertentu. ● Jika ide Peserta didik berupa proposal rancangan anggaran pengadaan penambahan buku tentang Agama Hindu guna melengkapi koleksi Perpustakaan Sekolah. Maka prototipe yang dibuat adalah proposal anggaran. Dengan demikian, Peserta didik perlu melakukan tahapan berikut: - Mencari tahu jenis-jenis buku yang akan diajukan - Jumlah buku yang diajukan - Harga buku yang diajukan - Vendor atau tempat pembelian buku. - Menyusun anggaran biaya pembelian buku ● Jika ide Peserta didik berupa kampanye di sosial media, Peserta didik perlu melakukan tahapan berikut - Menentukan jenis sosial media yang akan digunakan: - Mempelajari cara kerja algoritma sosial media yang digunakan, jika menggunakan instagram, Peserta didik dapat mencari tahu tentang hal tersebut misalnya dengan membaca referensi berikut: https://tirto.id/cara-kerja-algoritma-instagram-2021-tingkat-interest-follo wing-f9PG - Mencari data tentang perbandingan jumlah tenaga pengajar agama Hindu dengan jumlah Peserta didik beragama Hindu di provinsi tempat sekolah itu berada. - Memindahkan data ke dalam susunan kata untuk poster, membuat deskripsi foto (caption) - Membuat desain dan layout poster (Peserta didik dapat menggunakan aplikasi canva, atau kegiatan ini bisa berintegrasi dengan pelajaran seni, bahasa indonesia, IT) ● Jika ide Peserta didik berupa petisi dukungan dari Peserta didik agar sekolah menyediakan guru agama Hindu, maka Peserta didik dapat melakukan tahap berikut: - Menentukan format petisi yang ingin dibuat (digital atau fisik) - Menentukan pihak yang diajak berpartisipasi mengisi petisi - Membuat susunan kata untuk petisi. - Membuat jadwal publikasi petisi - Menganalisa hasil petisi - Mengajukan hasil petisi ke sekolah Bhinneka Tunggal Ika 13 Waktu: 6 Jam Pelajaran Tahapan Kontekstual Pengujian Dilakukan Untuk Mengumpulkan Berbagai Feedback Pengguna Dari Berbagai Rancangan Akhir yang Telah Dirumuskan Dalam Proses Prototipe Sebelumnya Peralatan: Prototipe, lembar umpan balik dari responden Kegiatan: Test (Uji Coba) Menguji Prototipe Persiapan Peran Guru: Fasilitator 1) Peserta didik menyiapkan prototipe yang sudah dibuat untuk diperlihatkan kepada responden 2) Peserta didik menyiapkan lembar umpan balik dari responden, atau pihak terkait. Pelaksanaan 1) 2) 3) 4) 5) 6) Peserta didik memperlihatkan prototipe yang sudah dibuat kepada responden, atau pihak terkait (misalnya memperlihatkan proposal rancangan anggaran pengadaan buku kepada Kepala Sekolah bidang Sarana dan Prasarana) Peserta didik menjelaskan secara seksama prototipe yang dibuat Responden/pihak terkait memberikan umpan balik terhadap prototipe yang dibuat. Peserta didik dapat berdiskusi dengan responden/pihak terkait tentang perbaikan-perbaikan yang mungkin dilakukan. Peserta didik dan responden/pihak terkait menyepakati apa saja perbaikan yang akan dilakukan. Setelah itu, Peserta didik memperbaiki prototipe yang sudah dibuat sesuai dengan umpan balik dari responden Bhinneka Tunggal Ika 14 Waktu: 4 Jam Pelajaran Tahapan Kontekstual Pembaharuan Terakhir Dari Prototipe Berdasarkan Hasil Umpan Balik Saat Uji Coba Peralatan: Prototipe yang sudah diperbaiki, alat tulis Kegiatan: Revisi dan Finalisasi Prototipe Persiapan Peran Guru: Fasilitator 1) Peserta didik menyiapkan prototipe sudah diperbaiki Pelaksanaan 1) 2) 3) 4) Peserta didik memperlihatkan hasil prototipe yang sudah diperbaiki kepada responden/pihak terkait. Pihak terkait/responden memberikan umpan balik untuk finalisasi prototipe. Peserta didik dan responden/pihak terkait menyepakati bahwa prototipe sudah final. Peserta didik menyelesaikan prototipe sampai selesai Bhinneka Tunggal Ika 15 Tahapan Aksi Kegiatan: Peluncuran Produk Final Karya Akhir Dari Peserta Didik Diluncurkan Ke Publik Waktu: 24 Jam Pelajaran Peralatan: Produk final Peran Guru: Fasilitator Persiapan Produk final Pelaksanaan Peserta didik mempublikasikan produk mereka, sebagai contoh, berikut adalah gambaran proses peluncuran karya mengacu dengan situasi sebelumnya, yaitu Peserta didik agama Hindu yang tidak memiliki guru agama Hindu. Sebagai contoh; ● Jika produk Peserta didik berupa kampanye di sosial media, Peserta didik mulai mempublikasikan poster kampanye tersebut. Peserta didik dapat memantau perkembangan jumlah likes, share, komentar, pembaca yang ingin menjadi relawan, atau respon lain yang diterima. ● Jika produk Peserta didik berupa proposal rancangan anggaran, maka Peserta didik dapat mempresentasikan proposal tersebut kepada pihak terkait. Setelah presentasi, jika proposal disetujui oleh pemangku kebijakan, maka pelaksana dari kegiatan di proposal tersebut perlu disepakati, apakah Peserta didik yang melaksanakannya, apakah proposal tersebut akan dieksekusi oleh pemangku kebijakan secara langsung, atau melibatkan pihak ketiga untuk mewujudkan proyek tersebut. Jika Peserta didik tidak terlibat langsung dalam pelaksanaan kegiatan Peserta didik dapat memantau secara berkala perkembangan dan tindak lanjut dari proyek tersebut untuk selanjutkan akan dipamerkan pada akhir sesi jika memungkinkan. ● Jika produk berupa petisi dukungan, Peserta didik dapat mulai mempublikasikan petisi kepada pihak yang terlibat (Peserta didik, guru, atau orang tua), setelah petisi terkumpul, Peserta didik dapat merangkum hasil petisi, dan menyampaikan hasil petisi tersebut kepada pihak sekolah, agar petisi ini dilanjutkan ke dinas terkait. Bhinneka Tunggal Ika 16 Tahapan Aksi Peserta Didik Bersama Dengan Pihak Sekolah Merancang Pameran Waktu: 14 Jam Pelajaran Peralatan: Portfolio, ruang pameran Kegiatan: Persiapan Pameran Peran Guru: Fasilitator Persiapan 1) 2) 3) Guru menginformasikan kepada Peserta didik bahwa mereka akan menyiapkan pameran dari hasil pembelajaran yang berisi kumpulan proyek Peserta didik untuk ditampilkan dalam bentuk pameran sederhana di aula sekolah, dan Peserta didik dapat menjelaskan tentang pembelajaran yang telah mereka lalui kepada komunitas sekolah, maupun khalayak yang lebih luas. Peserta didik mempersiapkan portofolio dan dokumen lainya Guru mengurus perizinan dengan pihak sekolah. Pelaksanaan 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) 8) 9) Guru dan Peserta didik menentukan tanggal pelaksanaan pameran Guru bersama Peserta didik menentukan lokasi pameran beserta floor plan atau tata letak pameran. Guru dan Peserta didik menentukan peserta yang akan menghadiri pameran Peserta didik membuat dan mengirimkan undangan pameran (bisa melalui whatsApp, poster, komite sekolah, maupun pengumuman di portal sosial media sekolah) Peserta didik mengumpulkan seluruh dokumen dari awal perencanaan hingga proyek selesai. Guru memastikan kelengkapan dokumen Peserta didik Peserta didik menyusun dokumen ke area pameran sesuai dengan layout yang disepakati. Peserta didik membuat formulir untuk pengunjung memberikan umpan balik dari proyek mereka (bisa dalam bentuk testimoni, stiker, kuesioner dan sebagainya). Peserta didik mempersiapkan peralatan lainnya untuk menampilkan karya mereka (meja, kursi, papan, dsb). Peserta didik menyusun seluruh dokumen yang ingin ditampilkan sesuai tata letak yang sudah direncanakan. Bhinneka Tunggal Ika 17 Tahapan Aksi Pameran Dilaksanakan Sekaligus Menjadi Summative Assessment Di Mana Hasil Karya Siswa Dinilai Oleh Guru Waktu: 8 Jam Pelajaran Peralatan: - Peran Guru: Fasilitator Kegiatan: Pameran dan Summative Assessment Persiapan 1) 2) Peserta didik mempersiapkan tata letak pameran sesuai rencana Peserta didik mengkonfirmasi kehadiran undangan Pelaksanaan 1) 2) 3) 4) 5) Guru membuka pameran, menjelaskan tujuan pameran dan gambaran proses belajar Peserta didik. Peserta didik menjelaskan proses kegiatan kepada pengunjung pameran. Peserta didik meminta pengunjung untuk memberikan umpan balik dari proyek mereka. Peserta didik melakukan gallery walk untuk melihat proyek kelompok lain. Guru memberikan penilaian berdasarkan observasi guru tentang pemahaman Peserta didik sejak awal proses belajar hingga pameran Bhinneka Tunggal Ika 17 Tahapan Aksi Pameran Dilaksanakan Sekaligus Menjadi Summative Assessment Di Mana Hasil Karya Siswa Dinilai Oleh Guru Kegiatan: Pameran dan Summative Assessment Pelaksanaan Summative Assessment Nama siswa: Nama proyek: Tanggal Penilaian: Nama Penilai: 1. Peserta didik memahami pentingnya saling menghormati dalam mempromosikan pertukaran budaya dan kolaborasi dalam dunia yang saling terhubung serta menunjukkannya dalam perilaku. Penjelasan: 2. Memahami konsep hak dan kewajiban, serta implikasinya terhadap ekspresi dan perilakunya. Mulai mencari solusi untuk dilema terkait konsep hak dan kewajibannya. Penjelasan: 3. Berinisiatif melakukan suatu tindakan berdasarkan identifikasi masalah untuk mempromosikan keadilan, keamanan ekonomi, menopang ekologi dan demokrasi sambil menghindari kerugian jangka panjang terhadap manusia, alam maupun masyarakat. Penjelasan: Bhinneka Tunggal Ika 18 Tahapan Aksi Pengumpulan dan Analisa Hasil Umpan Balik dari Pengunjung Pameran Waktu: 6 Jam Pelajaran Peralatan: Dokumen umpan balik dari pengunjung Kegiatan: Evaluasi Pameran Peran Guru: Fasilitator Persiapan 1) Peserta didik mengumpulkan dokumen umpan balik dari pengunjung Pelaksanaan 1) 2) Peserta didik membaca dan menganalisa dokumen umpan balik dari pengunjung, dan merekapitulasi nya dan menyajikannya ke dalam pie chart, grafik, peta pikiran, atau infografis sederhana. Peserta didik mencatat evaluasi dari rencana aksi yang telah mereka lakukan, hal yang dapat didiskusikan misalnya tentang hal yang sudah berjalan dengan baik, hal yang bisa diperbaiki atau tantangan, keberhasilan, maupun rekomendasi jika aksi ini akan dilakukan di masa yang akan datang. Bhinneka Tunggal Ika 19 Tahapan Aksi Pengumpulan dan Analisa Hasil Umpan Balik dari Pengunjung Pameran Waktu: 4 Jam Pelajaran Peralatan: Dokumen umpan balik dari pengunjung Kegiatan: Refleksi Peserta Didik Peran Guru: Fasilitator Persiapan 1) 2) Guru menyiapkan lembar refleksi Peserta didik Peserta didik menyiapkan catatan evaluasi dari rencana aksi mereka Pelaksanaan 1) 2) 3) 4) 5) Peserta didik mempresentasikan catatan evaluasi. Guru dan kelompok lain memberikan umpan balik dan apresiasi Peserta didik mengisi lembar refleksi Peserta didik mengumpulkan seluruh dokumen proyek kedalam sebuah folder untuk disimpan sebagai bukti pembelajaran. Guru mengisi lembar refleksi Bhinneka Tunggal Ika 19 Tahapan Aksi Pengumpulan dan Analisa Hasil Umpan Balik dari Pengunjung Pameran Kegiatan: Refleksi Peserta Didik Contoh Lembar Refleksi Guru Nama Guru: Nama proyek: Tanggal: 1. Apa hal baru yang Anda dapat selama proyek ini? 2. Apa hal paling menarik dalam proyek ini? 3. Bagaimana Anda menilai keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran ini? 4. Apa tantangan terbesar dalam membimbing siswa dalam proyek ini? Bagaimana strategi Anda? 5. Apa yang sudah berjalan baik? Apakah hal tersebut perlu dilakukan kembali pada proyek serupa? 6. Apakah Anda memiliki rekomendasi, atau ada hal yang ingin kamu ubah atau perbaik jika Anda melakukan proyek ini kembali? Bhinneka Tunggal Ika Sumber Implementasi Metode Pendekatan Design Thinking dalam Pembuatan Aplikasi Happy Class Di Kampus UPI Cibiru. Jurnal Pendidikan Multimedia Vol. 2, No. 1 (2020), pp. 45–55. https://inclusion-international.org/catalyst-for-inclusive-education/faq/#unique-identi fier2 https://www.un.org/esa/socdev/rwss/2016/chapter1.pdf https://dictionary.cambridge.org/dictionary/english/privilege https://bentangpustaka.com/mengapa-menyebut-tionghoa-bukan-cina/ https://sumberbelajar.belajar.kemdikbud.go.id/sumberbelajar/tampil/Menggambar-Mo del-2017/menu4.html https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/harmony/article/download/20064/9465/ https://www.youtube.com/watch?v=gFiEUYeCpso&list=PLmhGL6lwkT297rC-LgCaTsq2 WlOmLOO dQ https://lepole.education/en/pedagogical-culture/63-the-inclusive-school.html?start=1 http://learning.enggar.net/materi-pengajaran/kelas-x/pertemuan-ketiga/ http://littlepeoplelearn.blogspot.com/2014/02/portfolios-in-kindergarten-learning.html