Uploaded by Munawar Iskandar

(Fase E ) - Bhineka Tunggal Ika (datadikdasmen.com)

advertisement
Bhinneka Tunggal Ika
BHINNEKA
TUNGGAL IKA
PROFIL PELAJAR PANCASILA
TITA DJUMARYO
YAYASAN GANARA MARIBERBAGI SENI
Bhinneka Tunggal Ika
1. Guru perlu memiliki keterbukaan mindset terhadap konsep baru
khususnya terkait toleransi, pluralisme, dan keragaman indonesia, serta
memiliki pengetahuan tentang perkembangan toleransi di Indonesia.
2. Guru memiliki keinginan untuk memahami istilah dan konsep baru dalam
bidang kesetaraan gender dan inklusi sosial.
Hal-hal
Yang Perlu
Diperhatikan
Sebelum Memulai Projek
3. Apakah sekolah memiliki budget dan akses internet untuk melakukan
panggilan konferensi online, dan memiliki jaringan atau relasi dengan
komunitas atau individu yang memiliki latar belakang yang berbeda dengan
profil sekolah atau profil Peserta didik, maupun mengundang pembicara ahli
sebagai narasumber.
4. Dukungan sarana dan prasarana dari sekolah terkait transportasi untuk
kegiatan observasi di luar lingkungan sekolah.
5. Komitmen dan dukungan dari sekolah untuk membantu Peserta didik
menjalankan solusi aksi dan mengajukan rancangan kepada pemangku
kebijakan (baik dalam lingkup sekolah maupun diluar sekolah) agar nilai
pembelajaran terwujud dalam aksi nyata dan bermanfaat.
Bhinneka Tunggal Ika
Banyaknya masalah sosial terkait yang terjadi saat ini karena kebanyakan masyarakat tidak
mengidentifikasi keragaman sebagai identitasnya. Hanya menghadirkan keragaman tanpa
membicarakannya secara kritis tidak akan sampai pada penerimaan tentang keragaman, apalagi
memanfaatkannya untuk sama-sama membangun bangsa. Untuk memperbaiki kondisi ini, perlu
adanya kemampuan berpikir kritis atau critical thinking dan pemahaman tentang inklusi sosial
bagi anak muda, untuk membentuk masyarakat yang siap menerima perbedaan hingga pada level
pola pikir, memiliki kemampuan berdialog, dan memiliki kemampuan bertukar pikiran secara
terbuka. Menyadari bahwa semua orang tanpa terkecuali dapat berperan serta dalam kehidupan
bermasyarakat, serta dapat memahami sudut pandang yang berbeda-beda, secara aktif
berpartisipasi untuk menyuarakan keragaman dan demokrasi, serta menerima keragaman sebagai
identitas Indonesia.
Tujuan, Alur,
dan Target
Pencapaian Projek
Proyek ini dimulai dengan tahap pengenalan, murid diajak mengenali dan menggali lebih dalam
tentang berbagai keragaman individu dan budaya. Serta mengenal berbagai peran individu dalam
demokrasi, serta mengenal konsep inklusi sosial. Setelah tahap pengenalan, murid masuk dalam
tahap kontekstualisasi dengan melakukan riset terpadu dan mandiri, serta melihat konteks
lingkungan sekitar yang berkaitan dengan keragaman dan inklusi sosial. Selama proses projek ini
berjalan, murid tidak hanya membentuk pengetahuan, namun juga membangun kesadaran dan
melakukan penyelidikan secara kritis sehingga pada akhirnya dapat merencanakan solusi aksi dari
situasi yang telah mereka ketahui dan pahami.
Di tahap ini, murid menuangkan aksi nyata mereka dengan membuat rancangan fasilitas publik
yang inklusif bagi komunitas sekolah maupun untuk komunitas diluar sekolah, sebagai aksi nyata
dalam membangun masyarakat yang inklusif, adil, dan berkelanjutan.
Melalui projek ini, Peserta didik diharapkan telah mengembangkan secara spesifik tiga dimensi
Profil Pelajar Pancasila, yakni Berkebhinekaan Global, Bernalar Kritis, dan Kreatif beserta
sub-elemen terkait yang dijabarkan secara detail pada dokumen ini.
Bhinneka Tunggal Ika
A
Tahapan Pengenalan
Perkenalan dengan keragaman di
sekitar kita dan bagaimana
menyikapi dengan bijaksana (still life
drawing, jalan pulang)
1. Kegiatan Seni: Still Life Drawing dan
Diskusi (2 JP)
2. Studi Kasus dan Menonton
Video (4 JP)
3. Bermain Peran “Jalan
Privelese” (6 JP)
Perkenalan dengan keragaman di
sekitar kita dan bagaimana
menyikapi dengan bijaksana
Teori, Pengenalan, dan identifikasi
contoh berpikir kritis
Teori inklusi sosial dan pengenalan
dengan keragaman individu dan
peran individu dalam demokrasi
(kelompok marginal dan rentan)
5. Formative Assessment (6 JP)
4. Eksplorasi Isu Tentang Inklusi
Sosial (12 JP)
Mencari contoh perbedaan
eksklusi, segregasi, integrasi, dan
inklusi di lingkup sosial
Pemaparan tentang inklusi sosial
dan riset tentang dinamika
kelompok rentan dan marginal
6. Pembicara Tamu (4 JP)
Mengkontekstualisasi masalah di lingkungan
terdekat, diskusi dengan pembicara tamu
untuk mengetahui lebih dalam tentang
konsep privilese, inklusi sosial, kelompok
rentan dan marginal. Peserta didik menuliskan
apa yang ingin mereka ketahui lebih dalam
tentang topik terkait.
7. Formative Assessment (6 JP)
Pengumpulan dokumentasi
pembelajaran (portfolio) dan refleksi
Tahapan
Dalam Projek
8. Pengenalan Konsep Design Thinking dan Perencanaan
Penelitian (6 JP)
Penjabaran dan penjelasan konsep design thinking yang dilengkapi
dengan pedalaman melalui diskusi, tanya jawab, wawancara dan
mulai menyusun rancangan penelitian individual.
Bhinneka Tunggal Ika
B
Tahapan Kontekstual
Mengkontekstualisasi masalah di
lingkungan terdekat
Tahapan
Dalam Projek
9. Emphatize (empati) - Wawancara dan
Observasi (8 JP)
10. Define (definisi) - Penetapan
Rumusan Permasalahan
11. Ideate (ideasi) - Berdiskusi
Membuat Ide (4 JP)
Riset mandiri tentang keragaman
individu (kelompok marginal, dan
kelompok rentan) dan contoh
ketidaksetaraan di sekitar yang dapat
diangkat sebagai masalah bersama.
Bertindak sebagai peneliti, peserta
didik menganalisis hasil wawancara,
kemudian menjabarkan masalah
yang ditemukan, lalu menentukan
masalah yang ingin diteliti.
Peserta didik mencurahkan ide
sebanyak-banyaknya yang dapat
menjadi solusi dari permasalahan
yang diangkat
14. Revisi dan Finalisasi
Prototipe (4 JP)
13. Test (Uji coba) - Menguji
Prototipe (6 JP)
12. Prototype (Prototipe) Pembuatan Prototipe (18 JP)
Pembaharuan terakhir dari prototipe
berdasarkan hasil umpan balik saat uji
coba
Pengujian dilakukan untuk
mengumpulkan berbagai feedback
pengguna dari berbagai rancangan
akhir yang telah dirumuskan dalam
proses prototipe sebelumnya.
Dalam pembuatan prototipe, diperlukan
pengumpulan data-data yang akurat,
sehingga prototipe yang dibuat dapat
menjadi jawaban dari masalah yang
dihadapi. Dalam proses ini diharapkan
peserta didik dapat mendeteksi kesalahan
sejak dini dan memperoleh berbagai
kemungkinan alternatif solusi baru.
Bhinneka Tunggal Ika
C
Tahapan Aksi
15. Peluncuran Produk Final (24 JP)
16. Persiapan Pameran (14 JP)
Bersama-sama mewujudkan
pelajaran yang didapatkan oleh
murid melalui aksi nyata
Karya akhir dari peserta didik
diluncurkan ke publik
Peserta didik bersama dengan
pihak sekolah merancang proses
pameran
Tahapan
Dalam Projek
17. Pameran dan Summative
Assessment (8 JP)
Pameran dilaksanakan sekaligus
menjadi Summative Assessment
di mana hasil karya dinilai
oleh guru
19. Refleksi Peserta Didik
(4 JP)
18. Evaluasi Pameran (6 JP)
Peserta didik mengisi lembar
refleksi
Pengumpulan dan analisa hasil
umpan balik dari pengunjung
pameran
Bhinneka Tunggal Ika
Dimensi Profil
Pelajar Pancasila
Elemen Profil
Pelajar Pancasila
Sub elemen
Profil Pelajar
Pancasila
Target Pencapaian Di Akhir
Fase E (SMA, 16-18 tahun)
Kebhinekaan
Global
Mengenal dan
menghargai
budaya
Menumbuhkan
rasa menghormati
terhadap
keanekaragaman
budaya
Memahami pentingnya saling
menghormati dalam mempromosikan
pertukaran budaya dan kolaborasi
dalam dunia yang saling terhubung
serta menunjukkannya dalam perilaku.
Berkeadilan Sosial
Memahami peran
individu dalam
demokrasi
Memahami konsep hak dan kewajiban,
serta implikasinya terhadap ekspresi
dan perilakunya. Mulai mencari solusi
untuk dilema terkait konsep hak dan
kewajibannya.
Aktif membangun
masyarakat yang
inklusif, adil, dan
berkelanjutan
Berinisiatif melakukan suatu tindakan
berdasarkan identifikasi masalah untuk
mempromosikan keadilan, keamanan
ekonomi, menopang ekologi dan
demokrasi sambil menghindari kerugian
jangka panjang terhadap manusia, alam
ataupun masyarakat.
Bernalar Kritis
Menganalisis dan mengevaluasi
penalaran yang digunakannya dalam
menemukan dan mencari solusi serta
mengambil keputusan.
Kreatif
Bereksperimen dengan berbagai
pilihan secara kreatif untuk
memodifikasi gagasan sesuai dengan
perubahan situasi
Berkeadilan Sosial
Dimensi,
Elemen, &
Sub elemen
Profil Pelajar Pancasila
Bernalar Kritis
Menganalisis dan
mengevaluasi
Penalaran dan
prosedurnya
Kreatif
Memiliki keluwesan
berpikir dalam mencari
alternatif solusi
permasalahan
Aktifitas
Bhinneka Tunggal Ika
Berdasarkan dari hasil survei Komnas HAM terkait ras dan etnis media 25 September-5 Oktober 2018.
Survei terkait penilaian masyarakat terhadap penghapusan diskriminasi ras dan etnis tersebut
dilakukan terhadap 1.200 responden yang tersebar di 34 provinsi.
Perbedaan latar belakang ras dan etnis menurut lebih dari 80 persen responden sebagai sesuatu
yang memudahkan dan menguntungkan. Primordialisme pun masih menjadi nilai penting yang
dipegang oleh masyarakat sosial. Walhasil, potensi diskriminasi memiliki probabilitas sangat tinggi.
Relevansi
Projek
Bagi Sekolah dan Semua Guru
Mata Pelajaran
Banyaknya masalah sosial terkait yang terjadi saat ini karena kebanyakan masyarakat tidak
mengidentifikasi keragaman sebagai identitasnya. Hanya menghadirkan keragaman tanpa
membicarakannya secara kritis tidak akan sampai pada penerimaan tentang keragaman, apalagi
memanfaatkannya untuk sama-sama membangun bangsa. Untuk memperbaiki kondisi ini, perlu
adanya kemampuan berpikir kritis atau critical thinking dan pemahaman tentang inklusi sosial
bagi anak muda, untuk membentuk masyarakat yang siap menerima perbedaan hingga pada
level pola pikir, memiliki kemampuan berdialog, dan memiliki kemampuan bertukar pikiran
secara terbuka. Menyadari bahwa semua orang tanpa terkecuali dapat berperan serta dalam
kehidupan bermasyarakat, serta dapat memahami sudut pandang yang berbeda-beda, secara aktif
berpartisipasi untuk menyuarakan keragaman dan demokrasi, serta menerima keragaman sebagai
identitas Indonesia. Generasi muda kerap menjadi pendorong perubahan termasuk diantaranya
menciptakan masyarakat inklusif.
Hal ini merupakan topik yang relevan di masa sekarang dimana perbedaan menjadi sesuatu yang
tidak selalu dengan leluasa dibicarakan dan dibahas, apalagi menjadi topik diskusi yang terbuka.
Dengan pengaturan kegiatan dengan proses bertahap harapannya diskusi bisa terjadi dan menjadi
landasan pembelajaran peserta didik untuk memahami keberagaman dengan lebih baik lagi.
Bhinneka Tunggal Ika
Cara Pelaksanaan
Perangkat Ajar Proyek Ini
Perangkat ajar ini dirancang untuk guru fase E
(SMA) untuk melaksanakan kegiatan ko-kurikuler
dengan mengusung tema “Kesadaran Akan
Keragaman Menuju Masyarakat yang Inklusif”
Terdapat 12 aktivitas yang saling berkaitan dalam
perangkat ajar ini, yang disarankan dilakukan pada
semester pertama. Waktu untuk melaksanakan
perangkat ajar ini disarankan dilakukan selama satu
semester dengan total
kurang lebih 24 jam
pertemuan.
Sebaiknya ada waktu refleksi dan umpan balik diantara
tahapan dalam proses projek ini, agar murid memiliki
waktu yang cukup untuk mengaitkan konsep,
berefleksi, dan berpikir kritis di setiap tahapannya
Perlu dipahami dengan baik bahwa guru akan mayoritas
berperan sebagai fasilitator dimana pembelajaran akan
berpusat pada anak, sehingga perlu adanya ruang yang aman
untuk anak mengemukakan gagasan, dan juga pola pikir yang
terbuka untuk menerima hal baru dalam setiap proses
pembelajarannya.
Perangkat ajar ini berupa sehingga sekolah dan guru
dapat menyesuaikan jumlah aktivitas, konten
(misalnya narasumber, lokasi kunjungan) dengan
kebutuhan murid dan kondisi sekolah.
Bhinneka Tunggal Ika
1
Waktu:
2 Jam Pelajaran
Tahapan Pengenalan
Perkenalan Dengan Keragaman di Sekitar Kita
dan Bagaimana Menyikapi Dengan Bijaksana
Peralatan:
Presentasi/modul tentang teknik
still life drawing, objek untuk
menggambar model (2-3 buah)
Peran Guru:
Narasumber dan Fasilitator.
Kegiatan Seni:
“Still Life Drawing” dan Diskusi
Kegiatan perkenalan pada sesi ini menggunakan kegiatan
seni. Kegiatan seni ini dilakukan sebagai pemantik untuk
menjembatani siswa kepada kegiatan setelahnya yaitu
penjelasan tentang teori berpikir kritis dan inklusi sosial.
Sehingga kegiatan seni pada sesi ini bukan berfokus pada
keterampilan atau hasil karya siswa, melainkan bagaimana
siswa dapat menghubungkan situasi saat menggambar
dengan konteks sosial.
Pada aktivitas Still Life Drawing atau menggambar model,
siswa akan ditempatkan dalam situasi dimana mereka akan
menggambar objek yang sama namun dari berbagai sisi,
sehingga apa yang dilihat oleh siswa akan berbeda,
walaupun benda yang digambar adalah benda yang sama.
Bhinneka Tunggal Ika
1
Perkenalan Dengan Keragaman di Sekitar Kita
dan Bagaimana Menyikapi Dengan Bijaksana
Persiapan
1)
2)
3)
4)
Tahapan Pengenalan
Guru mempersiapkan benda-benda untuk
dijadikan objek still life drawing diatas
meja atau di lantai, dan menyusun
sedemikian rupa agar terlihat berbeda jika
dilihat dari berbagai sisi. Pilihlah benda
yang akan terlihat berbeda jika dilihat dari
berbagai sudut, misalnya cangkir, dadu,
buku dan sebagainya.
Guru mengatur posisi duduk siswa agar
mengelilingi objek.
Siswa menyiapkan alat tulis untuk
menggambar.
Guru menyusun pertanyaan penting untuk
diskusi.
Pelaksanaan
1) Pada sebuah kelompok, fasilitator/guru menggunakan 2-3
benda sebagai objek yang digambar, (misalnya dadu
berukuran besar, gelas berbentuk tikus) sebagai berikut:
Benda Tampak Belakang
Benda Tampak Depan
Benda Tampak Kiri
Benda Tampak Kanan
Kegiatan Seni:
“Still Life Drawing” dan Diskusi
Bhinneka Tunggal Ika
1
Tahapan Pengenalan
Perkenalan Dengan Keragaman di Sekitar Kita
dan Bagaimana Menyikapi Dengan Bijaksana
Kegiatan Seni:
“Still Life Drawing” dan Diskusi
Pelaksanaan
2) Siswa diminta duduk melingkar, dan diminta menggambar dengan teknik still
life drawing atau menggambar model, yaitu hanya menggambar dari sisi yang
dilihat oleh mereka, tanpa menambahkan atau mengurangi apapun dari apa yang
mereka lihat. Guru dapat menggunakan panduan berikut untuk menjelaskan
tentang teknik still life drawing : Penjelasan still life drawing.
3) Setelah itu siswa diminta menggambar sesuai posisi duduk mereka. Misalnya,
siswa yang menggambar dari sisi belakang, hanya bisa melihat 5 titik dadu dan
bagian belakang wadah keramik, sehingga ada sisi lain di dadu yang tidak
diketahui dengan jelas, belum diketahuinya karakter apakah benda yang berada
di sisi dadu.
Kemudian siswa yang menggambar dari sisi depan dapat melihat dengan jelas
bahwa terdapat 2 titik pada dadu, dan sebuah wadah keramik berbentuk seperti
tikus, namun siswa tidak dapat melihat dengan jelas jumlah titik dadu pada
ketiga sisi lainnya, dan fakta bahwa tikus tersebut memiliki ekor di belakangnya.
Kemudian pada siswa yang menggambar dari sisi kiri, dapat melihat dengan
cukup jelas wadah keramik, namun tidak dapat mengidentifikasi bahwa benda
kotak berwarna putih dibelakang wadah keramik adalah dadu, karena tidak
terlihat titik pada kotaknya. Dan, siswa yang menggambar dari sisi kanan, akan
melihat 3 titik hitam pada dadu dan sedikit benda lancip dengan ujung berbentuk
bulat berwarna coklat saja.
4) Tahap pertama yang dilakukan setelah siswa menggambar adalah
mengajukan pertanyaan berikut:
●
Benda apa yang kamu lihat dan kamu gambar?
●
Berapa jumlah benda yang dilihat
●
Apakah kamu dapat mengidentifikasi jenis atau nama benda yang
kamu gambar?
●
Benda apa yang paling jelas terlihat dan benda apa yang tidak
terlihat jelas?
●
Mengapa gambar setiap orang berbeda-beda walaupun benda yang
kita gambar sama?
●
Gambar siswa yang manakah yang paling tepat untuk menceritakan
gambar yang sebenarnya? mengapa?
5) Pada tahap pertama, siswa diharapkan dapat mengambil kesimpulan
bahwa tidak ada satupun gambar siswa yang paling tepat yang dapat
menggambarkan keseluruhan benda, karena perbedaan posisi duduk
mereka yang berbeda-beda membuat sudut pandang mereka akan
berbeda pula, dan untuk melihat benda yang sebenarnya perlu melihat
gambar secara utuh dari berbagai sudut.
Bhinneka Tunggal Ika
1
Tahapan Pengenalan
Perkenalan Dengan Keragaman di Sekitar Kita
dan Bagaimana Menyikapi Dengan Bijaksana
Kegiatan Seni:
“Still Life Drawing” dan Diskusi
Pelaksanaan
6) Jika siswa menambahkan atau mengurangi objek dari yang ia lihat, misalnya
karena ia berimprovisasi, atau karena ia menebak-nebak, maka guru bisa
menanyakan kepada siswa mengapa ia menambahkan/mengurangi elemen
tersebut, ajak siswa mengingat kembali instruksi diawal dimana mereka hanya
boleh menggambar apa yang mereka lihat. Ajak siswa mengidentifikasi bahwa
perilaku tersebut adalah sebuah asumsi, karena ia tidak melihat elemen tersebut
secara objektif atau sesuai apa yang ia lihat. Sehingga hal ini bisa menambah hal
penting untuk didiskusikan nantinya tentang fakta dan asumsi sebagai salah satu
yang yang perlu dipertimbangkan dalam praktek berpikir kritis.
7) Tahap kedua, guru mengajak siswa untuk menghubungkan kegiatan
menggambar sebelumnya dengan konteks sosial. Siswa diharapkan dapat
memahami bahwa latar belakang yang berbeda-beda mempengaruhi bagaimana
setiap individu memiliki sudut pandang, yang mendasari pengambilan sikap dan
keputusan ketika dihadapkan dengan suatu permasalahan, panduan pertanyaan
berikut bisa digunakan untuk membantu siswa dapat menghubungkan kegiatan
seni dengan konteks sosial:
●
Ingat-ingat proses menggambar tadi, menurutmu, mengapa saat
menggambar kita tidak diperkenankan menambahkan atau
mengurangi elemen dari objek yang kamu lihat? (petunjuk untuk
guru; diskusi pada pertanyaan ini bisa diarahkan tentang asumsi dan
fakta)
● Apa saja perbedaan-perbedaan dalam masyarakat yang bisa kita
temukan?
petunjuk untuk guru; Perbedaan sederhana dalam masyarakat misalnya
perbedaan selera, hobi, dan perbedaan yang lebih kompleks
perbedaan agama, misalnya ada beragam agama dan aliran
kepercayaan, suku, dan keterampilan, misalnya disabilitas
● Bagaimana kita seharusnya menyikapi perbedaan atau keragaman
tersebut? Apakah keragaman tersebut perlu dihilangkan? Mengapa?
8) Pada tahap berikutnya, siswa diharapkan dapat merefleksikan bahwa
kegiatan menggambar sebelumnya dapat membuka pikiran siswa mengenai
cara menghargai keberagaman sudut pandang dan perbedaan pendapat.
Selain itu keragaman sudut pandang dan latar belakang (agama, usia, suku,
jenis kelamin), serta pengalaman dan keterampilan seseorang dapat
mempengaruhi sudut pandang sehingga mempengaruhi pengambilan
keputusan, cara berkomunikasi, cara berpakaian, cara belajar, dan
sebagainya. Siswa diharapkan mendapatkan gambaran lebih luas tentang
keragaman di sekitar mereka dan menyadari bahwa keragaman adalah
identitas, sehingga perbedaan maupun persamaan yang terjadi karenanya
adalah hal yang wajar, namun perlu disikapi dengan bijaksana sehingga
tidak merugikan pihak manapun, sehingga keragaman menjadi sebuah
kekuatan dan keindahan. Untuk menggali hal ini, guru dapat melanjutkan
diskusi atau meminta siswa mengisi lembar refleksi berikut:
Bhinneka Tunggal Ika
Perkenalan Dengan Keragaman di Sekitar Kita
dan Bagaimana Menyikapi Dengan Bijaksana
1
Tahapan Pengenalan
Kegiatan Seni:
“Still Life Drawing” dan Diskusi
Pelaksanaan
Lembar Refleksi
●
●
●
●
●
●
●
Mengapa perbedaan itu ada?
Bagaimana pandangan kamu tentang perbedaan, sebelum dan sesudah mengikuti kegiatan still life drawing?
○ Sebelum:__________
○ Sesudah:___________
Bagaimana sikapmu jika kedepannya, kamu berada dalam lingkungan dengan orang-orang yang memiliki perbedaan pendapat dan latar
belakang?
Dalam sebuah tatanan masyarakat, ada pihak yang seringkali dianggap sebagai mayoritas dan minoritas misalnya dari segi jumlah individu
yang memeluk agama tertentu, atau berasal dari suku tertentu yang minim secara jumlah, bagaimana pendapatmu tentang hal tersebut?
Bagaimana perkembangan terkini tentang kehidupan bermasyarakat antara kelompok mayoritas dan dengan kelompok minoritas di
indonesia?
Bagaimana seharusnya pandangan mayoritas dan minoritas di indonesia?
Bagaimana peran perbedaan dan keragaman bagi kehidupan beragama di indonesia?
Bhinneka Tunggal Ika
2
Waktu:
4 Jam Pelajaran
Tahapan Pengenalan
Berkenalan Dengan Konsep Berpikir Kritis
Peralatan:
Internet untuk mencari berita, kasus
untuk diskusi
Peran Guru:
Narasumber dan Fasilitator
Kegiatan:
Studi Kasus
Pada pertemuan ini, Peserta didik diperkenalkan dengan keterampilan berpikir kritis. Kemampuan
berpikir kritis sangat diperlukan oleh Peserta didik mengingat bahwa dewasa ini ilmu
pengetahuan dan teknologi berkembang sangat pesat dan memungkinkan siapa saja bisa
memperoleh informasi secara cepat dan mudah dengan melimpah dari berbagai sumber dan
tempat manapun di dunia. Hal ini mengakibatkan cepatnya perubahan tatanan hidup serta
perubahan global dalam kehidupan. Proses pembelajaran Peserta didik perlu dikaitkan dengan
“real world” agar dapat bersikap bijaksana ketika berhadapan dengan keragaman identitas,
budaya, dan agama.
Perbedaan lebih sulit untuk dinegosiasikan, dan menjadi realita yang tidak terhindarkan di
sekolah- sekolah dan dalam masyarakat yang lebih luas. Bagi banyak Peserta didik di kelas-kelas
sekolah dasar dan lanjutan pertama, perbedaan menghasilkan peminggiran/marginalisasi.
Terdapat trend untuk lebih berkelompok dengan Peserta didik yang sejalan dan memiliki pola
yang sama dalam belajar. Karena daya tarik terhadap kemiripan sangat kuat, para guru seringkali
berjuang keras untuk membujuk para Peserta didik mengakui dan menghargai keragaman dan
belajar menyuburkan lingkungan-lingkungan yang heterogen.
Mengajarkan penghargaan terhadap keragaman menjadi tujuan utama karena ruang kelas adalah
mikrokosmos atau dunia kecil yang merefleksikan populasi yang lebih besar; ruang kelas berisi
para Peserta didik yang saling berbeda berkenaan dengan golongan sosioekonomi, gaya belajar,
latar belakang keluarga, agama, orientasi seksual, bahkan umur. Hal tersebut sejalan dengan
pendapat Garcia dalam Darling (2002) tentang acknowledging diversity in the classroom.
Ruang kelas adalah lahan persiapan untuk dunia kerja, dan dalam dunia kerja, seringkali tidak
dapat memilih rekan-rekan kerja. Para Peserta didik harus terampil dalam menemukan dasar
kesamaan untuk bekerja dengan mereka yang tidak mempunyai pengalaman yang sama atau
pandangan yang sama mengenai dunia. Kita harus belajar bersama dengan orang-orang tersebut
dan bekerja dengan mereka ke arah tujuan bersama. Para Peserta didik akan berkembang jika
mengetahui dari pengalaman- pengalaman bahwa perbedaan- perbedaaan, meskipun valid dan
penting, tidak menghambat hubungan dan kerjasama (Hamony, Vol 2 No.2, Keragaman di ruang
kelas: Telaah kritis Wujud dan Tantangan Pendidikan Multikultural. Diakses dari:
https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/harmony/article/download/20064/9465/, pada 1 Mei
2021). Meningkatkan critical thinking Peserta didik diharapkan dapat memajukan penghargaan
akan keragaman budaya, mengidentifikasi ketidaksetaraan, dan memberikan kesempatan yang
setara dan saling menghargai-menghormati tanpa memandang latar belakang apapun, sehingga
memungkinkan setiap individu mencapai kemajuan sebagaimana direncanakan.
Bhinneka Tunggal Ika
2
Tahapan Pengenalan
Berkenalan Dengan Konsep Berpikir Kritis
Persiapan
Guru menyiapkan video untuk
pemaparan tentang berpikir kritis,
dengan referensi berikut (seri 1-12) :
https://www.youtube.com/watch?v
=gFiEUYeCpso&list=PLmhGL6lwkT2
97rC-LgCaTsq2WlOmLOOdQ
Kegiatan:
Studi Kasus
Pelaksanaan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Guru mengajak siswa untuk mengingat pembelajaran pada pertemuan sebelumnya, Ingat-ingat, pada saat sesi
menggambar dan diskusi sebelumnya dimana ada yang menyampaikan pendapat, memberikan argumen, memahami
pendapat orang lain, selain itu proses apa saja yang dialami oleh kita? (panduan untuk guru; proses yang telah dilalui
diantaranya observasi, empati, bertanya, evaluasi, analisa, kreatif, refleksi, dan sebagainya)
Guru menjelaskan bahwa proses yang dialami pada kegiatan sebelumnya merupakan beberapa hal yang diperlukan untuk
memiliki keterampilan berpikir kritis.
Berikutnya guru menjelaskan bahwa keterampilan berpikir kritis merupakan tahap awal yang perlu siswa pahami dalam
pembelajaran ini untuk dapat menghargai keragaman budaya dan agama.
Siswa diperkenankan menonton rangkaian video untuk memahami berpikir kritis.
Setelah menonton siswa diminta untuk membuat ringkasan sederhana tentang berpikir kritis, dan bagaimana analisa
mereka tentang peran keterampilan berpikir kritis dalam konteks kehidupan sosial khususnya dalam menghargai
keragaman budaya dan agama.
Ringkasan dapat berisi tentang definisi, contoh, pentingnya berpikir kritis, contoh penerapan dalam kehidupan
sehari-hari, dibuat dalam bentuk bagan, infografis, atau peta pikiran. Siswa dapat menggunakan aplikasi canva, power
point, jika ingin memasukkan ilustrasi digital, atau membuatnya langsung dengan kertas dan alat tulis.
Siswa mempresentasikan hasil ringkasan. Guru dan siswa kelompok lain dapat memberikan umpan balik atau pertanyaan
kepada siswa yang sedang presentasi.
Guru menutup sesi dengan mengajak siswa menarik kesimpulan dari pertemuan yaitu tentang peran keterampilan
berpikir kritis dalam menghargai keragaman budaya dan agama.
Bhinneka Tunggal Ika
3
Waktu:
6 Jam Pelajaran
Tahapan Pengenalan
Perkenalan Dengan Keragaman Individu dan
Peran Individu Dalam Demokrasi (Kelompok
Marginal dan Rentan)
Peralatan:
Alat tulis dan kertas, ruangan aula atau
lapangan kosong
Peran Guru:
Narasumber dan Fasilitator.
Kegiatan:
Bermain Peran “Jalan Privilese”
Pada kegiatan ini, siswa diharapkan dapat mengenal berbagai keragaman individu,
dimana terdapat kelompok tertentu yang mengalami tantangan dalam
kehidupannya bermasyarakat. Tantangan yang dihadapi dikarenakan adanya hak
istimewa (privilese) yang dimiliki oleh satu kelompok tertentu, umumnya kelompok
mayoritas, sehingga terjadi pembatasan yang sering merugikan kelompok agama
atau etnis minoritas tertentu.
Hak istimewa atau privilese adalah keadaan menguntungkan yang kita miliki, yang
didefinisikan sebagai keuntungan yang hanya dimiliki oleh satu orang atau
sekelompok orang, biasanya karena posisinya atau karena mereka kaya; keuntungan
atau otoritas khusus yang dimiliki oleh orang atau kelompok tertentu (2 Cambridge
Dictionary. (2020). Privilege. Cambridge University Press. Diakses dari:
https://dictionary.cambridge.org/dictionary/english/privilege pada 5 Agustus 2020).
Privilese ini menggambarkan kelebihan yang dimiliki orang, atau bahkan kita, yang
tidak sering terpikirkan karena kita tidak pernah mengalami sisi tertindas. Guru juga
dapat menjelaskan bagaimana pembatasan merupakan bentuk ketidakadilan, juga
bagaimana pengistimewaan budaya mayoritas sebagai budaya mainstream dapat
merepresi budaya minoritas.
Dengan bermain jalan privilese, siswa diharapkan dapat memahami situasi yang
dialami oleh berbagai individu, dan mampu mengidentifikasi ketidaksetaraan yang
terjadi di masyarakat, sehingga dapat menumbuhkan rasa menghormati terhadap
keanekaragaman budaya dan agama.
Bhinneka Tunggal Ika
3
Perkenalan Dengan Keragaman Individu dan
Peran Individu Dalam Demokrasi (Kelompok
Marginal dan Rentan)
Persiapan
1)
2)
3)
Tahapan Pengenalan
Guru menjelaskan bahwa siswa akan
diajak bermain peran menjadi beberapa
peran kelompok di masyarakat.
Guru mengajak siswa mengatur ruangan
kelas agar cukup luas untuk bermain
peran, atau berpindah ke aula yang
cukup tenang.
Siswa menyiapkan alat tulis dan kertas.
Kegiatan:
Bermain Peran “Jalan Privilese”
Pelaksanaan
1) Siswa diajak mengidentifikasi identitas diri yang melekat dengan
menuliskan identitas diri dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut
ini:
● Apa identitas gender kamu?
● Di mana kamu tinggal? (pedesaan, kota, pinggiran)
● Apa agama atau kepercayaan kamu?
● Berapa usia kamu?
● Apakah kamu bekerja? (jika iya, apakah kamu bekerja secara penuh atau
secara lepas)
● Apa identitas suku kamu? (jawa, betawi, batak, minang, dayak, banjar,
melayu, bali, abui, bugis, gorontalo, kaili, asmat, ambai, dll)
2) Setelah mengidentifikasi identitas diri yang melekat siswa diajak bermain
peran menjadi beberapa karakter untuk mengenal konsep keadaan
menguntungkan atau privilese (privilege) yang kita miliki.
3) Laksanakan pembagian nomor kepada peserta yang hadir, siswa
mendapatkan nomor yang mewakili karakter yang akan mereka perankan
(nomor 1-6), guru dapat menggunakan aplikasi acak dadu untuk
membangun ketertarikan siswa
4) Siswa diminta untuk berbaris bersaf.
5) Masing-masing nomor mewakili karakter berikut (karakter dapat
disesuaikan, namun hendaknya mewakili berbagai kelompok di
masyarakat):
○ Nomor 1: Laki-laki, beragama islam, bekerja di kantor Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan, 30 tahun, sudah berkeluarga
○ Nomor 2: Perempuan, petani, 30 tahun, janda, korban bencana
○ Nomor 3: Perempuan, menganut sunda wiwitan, 20 tahun, lajang
○ Nomor 4: Perempuan, kristen, siswa sekolah menengah, 17 :tahun, orang Papua
○ Nomor 5: Laki-laki, tuli, 25 tahun, duda anak 2
○ Nomor 6: Perempuan, kepala kantor kecamatan, 30 tahun, lajang
6) Siswa diminta membayangkan jika mereka menjadi karakter yang ditentukan,
kemudian guru membacakan pernyataan yang dibacakan kepada setiap orang yang
bermain, untuk dijawab berdasarkan kondisi/kemampuan masing-masing karakter.
7) Dari masing-masing pernyataan yang dibacakan, siswa harus menjawab dengan
respon sebagai berikut:
A .jika menjawab ya, siswa dapat berjalan satu langkah kedepan
B. jika menjawab ragu-ragu siswa diam ditempat
C. jika menjawab tidak, siswa berjalan 1 langkah mundur.
Tips:
Jika tidak adanya ruangan yang memungkinkan untuk melakukan ini, respon
yang diberikan bisa dalam bentuk skor, misalnya;
● jika menjawab ya, siswa mendapatkan skor 1
● jika menjawab ragu-ragu siswa mendapatkan skor 0
● jika menjawab tidak, siswa mendapatkan skor -1
Bhinneka Tunggal Ika
3
Tahapan Pengenalan
Perkenalan Dengan Keragaman Individu dan
Peran Individu Dalam Demokrasi (Kelompok
Marginal dan Rentan)
Kegiatan:
Bermain Peran “Jalan Privilese”
Pelaksanaan
6) Siswa menjawab pertanyaan di bawah ini untuk merefleksi lebih dalam
tentang peran mereka:
● Apakah kamu dapat mengakses internet setiap hari dan setiap saat?
● Apakah kamu dapat menikah secara sah?
● Apakah kamu dapat beribadah tanpa gangguan?
● Apakah kamu dapat naik turun tangga dengan mudah?
● Apakah kamu dapat beribadah/merayakan hari raya dengan tenang?
● Apakah kamu dapat menemukan rumah ibadah/fasilitas ibadah agama
atau kepercayaanmu dengan mudah?
● Apakah terdapat penjagaan ketat di daerah tempat tinggalmu?
● Apakah kamu dapat menjadi pemimpin di sekolah/institusi/komunitasmu?
● Apakah kamu dapat mengurus administrasi dengan mudah?
● Apakah kamu dapat berjalan kaki di malam hari sendirian dengan tenang?
7) Guru membacakan pertanyaan satu-persatu dengan memberikan jeda
kepada siswa untuk menjawab sesuai dengan ketentuan respon diatas.
8) Setelah seluruh pernyataan disampaikan dan direspon oleh siswa, setiap
pemain akan melihat posisi berdiri mereka dan teman mereka (atau jumlah
skor mereka).
9) Guru menanyakan kembali pertanyaan-pertanyaan pada nomor 6 kepada
setiap perwakilan nomor peran, (guru menanyakan “Apakah kamu dapat
beribadah tanpa gangguan?” kepada peran nomor 1-6, agar siswa
memahami perbedaan situasi yang dialami oleh masing-masing peran. Guru
dapat mengajukan pertanyaan refleksi seperti bagaimana perasaan mereka,
dan mengapa mereka mendapatkan skor tersebut.
10) Guru menjelaskan mengenai hak istimewa yang dimiliki oleh sebuah individu atau kelompok, dapat berdampak pada
partisipasi individu dalam kelompok.
11) Guru menjelaskan bahwa peran-peran yang dimainkan tersebut berada dalam kelompok marginal (terpinggirkan) dan
kelompok rentan.
Kelompok Marginal
Kelompok Tak Marginal
Laki-laki (terutama mereka yang berasal dari status ekonomi tinggi)
Perempuan
Kelompok dominan atas etnis, tempat tinggal, kepercayaan, bahasa,
dan pemilikan tanah
Kelompok marginal atas etnis, tempat tinggal, kepercayaan,
bahasa, dan pemilikan tanah
Warga negara tercatat
Orang miskin
Orang tanpa disabilitas
Warga negara tak tercatat
Orang yang hidup di kota besar
Orang penyandang disabilitias
Orang yang hidup di daerah terpencil
Bhinneka Tunggal Ika
3
Tahapan Pengenalan
Perkenalan Dengan Keragaman Individu dan
Peran Individu Dalam Demokrasi (Kelompok
Marginal dan Rentan)
Kegiatan:
Bermain Peran “Jalan Privilese”
Pelaksanaan
Kelompok Tak Rentan
Kelompok Rentan
Orang yang hidup di area tidak
terdampak bencana alam
Orang yang hidup di area
terdampak bencana alam
Orang tanpa HIV dan AIDS
Orang dengan HIV dan AIDS
Orang dewasa
Anak-anak, remaja, dan lansia
12) Dari permainan siswa diharapkan memahami bahwa kita memiliki privilese
tertentu yang pada akhirnya menentukan apakah kita dapat menikmati
fasilitas dengan baik, atau justru terhambat atas keadaan tertentu yang
melekat pada diri kita. Keadaan menguntungkan yang kita miliki disebut
sebagai privilese, yang didefinisikan sebagai keuntungan yang hanya dimiliki
oleh satu orang atau sekelompok orang, biasanya karena posisinya atau
karena mereka kaya; keuntungan atau otoritas khusus yang dimiliki oleh
orang atau kelompok tertentu. Privilese ini menggambarkan kelebihan yang
dimiliki orang, atau bahkan kita, yang tidak sering terpikirkan karena kita
tidak pernah mengalami sisi tertindas. (Cambridge Dictionary. (2020).
Privilege. Cambridge University Press. Diakses dari:
https://dictionary.cambridge.org/dictionary/english/privilege pada 5 Agustus
2020).
13) Siswa menuliskan apa yang ingin mereka ketahui lebih dalam tentang
kelompok rentan dan marginal.
Bhinneka Tunggal Ika
4
Waktu:
Tahapan Pengenalan
Pemaparan Tentang Inklusi Sosial dan Riset
Tentang Dinamika Kelompok Rentan & Marginal
12 JP (1 jam pelajaran studi kasus dan
instruksi riset, 2 jam pelajaran riset, 1
jam pelajaran penulisan hasil riset, 2
jam pelajaran presentasi, 2 jam
pelajaran pemaparan dan diskusi
tentang inklusi sosial, 2 jam
pelajaran riset, 2 jam pelajaran
gallery walk
Peralatan:
Akses internet, alat tulis,
contoh kasus untuk diskusi
Peran Guru:
Narasumber dan Fasilitator.
Kegiatan:
Eksplorasi Isu dan Inklusi Sosial
Dalam sesi ini, Peserta didik akan mengeksplorasi isu sosial terkini tentang dinamika kelompok
rentan dan marginal, khususnya tentang bagaimana kelompok marginal atas etnis, dan kepercayaan
menjalankan peran bermasyarakat, bagaimana tantangan atau bentuk diskriminasi yang terjadi
terhadap kelompok tersebut, bagaimana bentuk dukungan dari pemangku kebijakan dan
masyarakat, serta mencoba membuat solusi atau usulan yang bisa diajukan dari isu tersebut sesuai
dengan pemahaman dan pengetahuan mereka. Setelah itu guru akan menghubungkan temuan
Peserta didik dengan memaparkan tentang konsep inklusi sosial. Peserta didik cukup diperkenalkan
dengan konsep inklusi sosial untuk kedepannya akan digali lebih dalam bersama narasumber.
Inklusi sosial didefinisikan sebagai proses meningkatkan partisipasi dalam masyarakat, terutama
bagi orang-orang yang terpinggirkan, melalui peningkatan peluang, akses ke sumber daya,
pendapat, dan penghormatan terhadap hak (4 United Nations. (2016). Identifying Social Inclusion
and Exclusion. Diakses dari https://www.un.org/esa/socdev/rwss/2016/chapter1.pdf pada 3 Juli
2020.).
Dengan memiliki pengetahuan dasar tentang inklusi sosial, diharapkan dapat mendorong inovasi
dan kolaborasi Peserta didik untuk dapat melakukan aksi yang efektif terhadap permasalahan
terhadap tantangan kehidupan keragaman di Indonesia.
Guru menyiapkan artikel atau foto kasus tentang isu diskriminasi agama dan kepercayaan, atau
diskriminasi terhadap suku, maupun fasilitas publik yang belum inklusif, sebagai tahap awal sebelum
guru memaparkan tentang berpikir kritis dan inklusi sosial, berikut beberapa referensi isu yang bisa
digunakan untuk studi kasus:
● https://www.hrw.org/id/news/2016/08/30/293514
●https://tirto.id/pemaksaan-memakai-jilbab-saat-ini-dan-pelarangan-pada-era-orde-baru-f9Kb
● https://metro.tempo.co/read/1110356/trotoar-depan-halte-ditanami-rumput-be
gini-kata-warga-jakarta/full&view=ok
Bhinneka Tunggal Ika
4
Tahapan Pengenalan
Pemaparan Tentang Inklusi Sosial dan Riset
Tentang Dinamika Kelompok Rentan & Marginal
Persiapan
1)
2)
Guru menyiapkan pembagian
kelompok
Guru menyediakan alat untuk riset
(komputer, akses internet, atau
buku)
Kegiatan:
Eksplorasi Isu dan Inklusi Sosial
Pelaksanaan
1)
2)
3)
4)
Guru menunjukkan sebuah artikel/isu tentang diskriminasi agama dan 5) Aspek yang dapat dieksplorasi adalah tentang bagaimana kelompok marginal
atas etnis, dan kepercayaan menjalankan peran bermasyarakat, bagaimana tantangan
kepercayaan, atau diskriminasi terhadap suku, maupun fasilitas publik
atau bentuk diskriminasi yang terjadi terhadap kelompok tersebut, bagaimana
yang belum inklusif, sebagai tahap awal sebelum guru memaparkan
bentuk dukungan dari pemangku kebijakan dan masyarakat, serta mencoba
tentang inklusi sosial.
membuat solusi atau usulan yang bisa diajukan dari isu tersebut sesuai dengan
Peserta didik diminta menanggapi kasus tersebut secara kritis,
pemahaman dan pengetahuan mereka.
pertanyaan pemantik yang bisa digunakan :
6) Tahap pertama Peserta didik dapat menggunakan metode 5 whys, dimana Peserta
● Bagaimana perasaanmu jika menjadi subjek dalam berita tersebut?
didik menarik mundur dan mengurutkan penyebab sebuah permasalahan untuk
● Mengapa menurutmu hal tersebut bisa terjadi?
mendapatkan solusi yang tepat guna, seperti ini :
● Apakah hal tersebut bisa dihindari?
● Apa yang perlu dilakukan jika hal tersebut terjadi kembali? Apakah
cara tersebut memungkinkan untuk dilakukan?
SEMAKIN TAHUN JAKARTA MENJADI SEMAKIN MACET
● Bagaimana agar hal tersebut tidak terjadi kembali?
● Siapa saja yang bisa berkontribusi untuk melakukan perubahan?
MENGAPA?
Peserta didik melakukan riset kelompok kecil yang terdiri dari 2-4 orang,
tentang dinamika keragaman individu dengan kategori kelompok
MENGAPA?
marginal dan kelompok rentan.
Peserta didik menentukan 1 kelompok dari kelompok marginal atau
MENGAPA?
kelompok rentan sebagai subjek riset mereka, misalnya kelompok A
memilih meneliti lebih jauh tentang kelompok marginal atas etnis
MENGAPA?
Papua, kelompok B memilih meneliti lebih jauh tentang kelompok
marginal atas etnis keturunan Tionghoa, kelompok C memilih meneliti
MENGAPA?
lebih jauh tentang kelompok marginal atas kepercayaan Sunda Wiwitan,
dan seterusnya. Guru dapat memastikan bahwa setiap kelompok
ADAKAH USULAN SOLUSI?
mendapatkan subjek riset yang berbeda.
Bhinneka Tunggal Ika
4
Pemaparan Tentang Inklusi Sosial dan Riset
Tentang Dinamika Kelompok Rentan & Marginal
Tahapan Pengenalan
Kegiatan:
Eksplorasi Isu dan Inklusi Sosial
Pelaksanaan
7)
8)
9)
10)
Peserta didik mempersiapkan hasil temuan kepada guru
untuk mendapat umpan balik terhadap hasil temuan,
umpan balik yang diberikan bisa terkait konten atau cara
penyajian data.
Umpan balik dari guru disempurnakan oleh Peserta didik
dalam penyajian data hasil riset untuk dipresentasikan,
bisa dalam bentuk kliping, ilustrasi, narasi, mind map,
presentasi dalam powerpoint, kolase dari kertas koran
maupun majalah.
Hasil temuan Peserta didik ditampilkan pada sisi dinding
ruang kelas agar bisa dipelajari oleh kelompok yang lain
kelompok lain sebagai referensi tambahan (gallery walk)
Sesi berikutnya, guru memberikan pemaparan awal
tentang inklusi sosial dengan memberikan pemantik
berupa gambar model pembangunan masyarakat berikut:
11) Guru meminta Peserta didik menerjemahkan gambar model
secara berkelompok dan memberikan contohnya, Peserta didik
dapat berdiskusi, maupun riset melalui internet.
12) Setelah itu Peserta didik menjelaskan hasil temuan mereka.
Setelah itu guru menyempurnakan temuan hasil Peserta didik
dengan definisi dan contoh yang lebih lengkap.
13) Untuk memberikan penjelasan kepada Peserta didik, guru
dapat menjabarkannya sebagai menggunakan salah satu
referensi berikut:
https://inclusion-international.org/catalyst-for-inclusive-educa
tion/faq/#unique-identifie r2. Selain itu guru juga dapat
memberikan referensi lain baik dari video maupun jurnal ilmiah
lainnya yang dirasa sesuai dengan kebutuhan.
Jika mencontohkan dari bidang pendidikan maka guru dapat
memberikan ilustrasi seperti ini:
Bhinneka Tunggal Ika
4
Tahapan Pengenalan
Pemaparan Tentang Inklusi Sosial dan Riset
Tentang Dinamika Kelompok Rentan & Marginal
Kegiatan:
Eksplorasi Isu dan Inklusi Sosial
Pelaksanaan
● Eksklusi (pengecualian) terjadi ketika Peserta didik tidak diberi akses ke
pendidikan. Pengecualian terjadi ketika Peserta didik penyandang
disabilitas tidak diizinkan untuk mendaftar ke sekolah, atau ketika mereka
mendaftar tetapi diberitahu untuk tidak datang ke sekolah atau ketika ada
persyaratan yang ditetapkan pada kehadiran mereka. Kadang-kadang,
Peserta didik terdaftar tetapi diberi tahu bahwa mereka akan menerima
pendidikan mereka dari seorang guru yang akan mengunjungi mereka di
rumah - sehingga secara efektif mereka masih dikeluarkan dari sekolah.
● Integrasi menempatkan penyandang disabilitas dalam pendidikan arus utama yang ada
tanpa mengubah sistem penyelenggaraan pendidikan. Integrasi melibatkan penempatan
Peserta didik penyandang disabilitas di kelas reguler tetapi tanpa dukungan individual dan
dengan guru yang tidak mau atau tidak mampu memenuhi kebutuhan dukungan
pembelajaran, sosial, atau disabilitas anak. Banyak orang keliru menyebut ini "inklusi" tetapi
Peserta didik tidak menerima dukungan yang dibutuhkan. Inklusi seharusnya melibatkan
transformasi sistem pendidikan dengan perubahan dan modifikasi dalam konten, metode
pengajaran, pendekatan, struktur, strategi, dan mekanisme tinjauan yang ada.
● Segregasi (pemisahan) terjadi ketika Peserta didik penyandang
disabilitas dididik di lingkungan terpisah (kelas atau sekolah) yang
dirancang untuk Peserta didik dengan kecacatan atau kecacatan tertentu,
misalnya sekolah luar biasa. Segregasi paling mencolok terjadi ketika
Peserta didik penyandang disabilitas dipaksa pergi ke sekolah hanya untuk
Peserta didik penyandang disabilitas, tetapi juga terjadi ketika Peserta
didik dididik di kelas terpisah di sekolah biasa. Ini terkadang disebut kelas
sumber daya.
● Pendidikan inklusif mencakup pemberian kesempatan belajar yang berarti bagi semua
Peserta didik dalam sistem sekolah reguler. Ini memungkinkan anak-anak dengan dan tanpa
disabilitas untuk menghadiri kelas yang sesuai dengan usia yang sama di sekolah lokal, dengan
tambahan, dukungan yang disesuaikan secara individu sesuai kebutuhan. Ini membutuhkan
akomodasi fisik - landai alih-alih tangga dan pintu yang cukup lebar untuk pengguna kursi
roda, misalnya - serta kurikulum baru yang berpusat pada anak yang mencakup representasi
dari spektrum penuh orang yang ditemukan di masyarakat (tidak hanya penyandang
disabilitas) dan mencerminkan kebutuhan semua anak. Di sekolah inklusif, Peserta didik diajar
di kelas-kelas kecil di mana mereka berkolaborasi dan mendukung satu sama lain daripada
bersaing. Anak-anak penyandang disabilitas tidak dipisahkan di dalam kelas, saat makan siang
atau di taman bermain.
Bhinneka Tunggal Ika
5
Waktu:
6 Jam Pelajaran
Tahapan Pengenalan
Mencari Contoh Perbedaan Eksklusi, Segregasi,
Integrasi dan Inklusi di Lingkup Sosial
Peralatan:
Akses internet, alat tulis
Peran Guru:
Fasilitator
Kegiatan:
Formative Assessment
Pada pertemuan sebelumnya, Peserta didik sudah
mendapatkan informasi tentang konsep eksklusi,
segregasi, integrasi dan inklusi dalam bidang sistem
pendidikan, kemudian Peserta didik diminta untuk
mencari contoh lain di lingkup sosial yang cukup dekat
dengan kehidupan mereka, seperti di lingkungan
sekolah, lingkungan rumah, pertemanan atau fasilitas
publik yang biasa mereka akses.
Bhinneka Tunggal Ika
5
Tahapan Pengenalan
Mencari Contoh Perbedaan Eksklusi, Segregasi,
Integrasi dan Inklusi di Lingkup Sosial
Persiapan
1)
Pembagian kelompok (maksimal
kelompok terdiri dari 3 peserta
didik)
Kegiatan:
Formative Assessment
Pelaksanaan
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
Guru menyampaikan bahwa Peserta didik diminta untuk mencari contoh lain di lingkup sosial yang cukup dekat dengan
kehidupan mereka, seperti di lingkungan sekolah, lingkungan rumah, pertemanan atau fasilitas publik yang biasa mereka
akses.
Guru membagi Peserta didik ke dalam beberapa kelompok kerja
Masing-masing kelompok menentukan lingkup yang ingin mereka fokuskan, guru memastikan bahwa setiap kelompok
membahas dari lingkup yang berbeda.
Peserta didik menyajikan contoh temuan mereka dalam bentuk catatan untuk dipresentasikan.
Peserta didik mempresentasikan temuan mereka, Peserta didik lain dapat memberikan tanggapan
Guru mengisi lembar observasi selama Peserta didik selama presentasi, untuk melihat tingkat pemahaman murid terhadap
konsep yang dipelajari, aspek yang dapat diobservasi adalah;
● Peserta didik menyampaikan informasi dengan jelas menggunakan bahasanya sendiri
● Peserta didik dapat menjawab pertanyaan atau menjelaskan dengan data.
● Peserta didik dapat memberikan contoh yang dekat dengan keseharian mereka. Guru dapat memberikan penilaian
observasi dengan skor 1-5 atau dengan deskripsi.
Setelah selesai guru bisa mengajak Peserta didik merefleksi hasil temuan mereka dengan mengisi lembar refleksi berikut
dengan memilih sesuai tingkat pemahaman Peserta didik:
● Aku paham mengenai perbedaan eksklusi, integrasi, segregasi, dan inklusi
Sangat setuju |
Setuju |
Tidak setuju |
Sangat tidak setuju
Bhinneka Tunggal Ika
5
Mencari Contoh Perbedaan Eksklusi, Segregasi,
Integrasi dan Inklusi di Lingkup Sosial
Pelaksanaan
● Aku paham bentuk-bentuk eksklusi, integrasi, segregasi, dan inklusi dapat terjadi
di berbagai lingkup sosial.
Sangat setuju |
Setuju |
Tidak setuju |
Sangat tidak setuju
● Aku paham dan dapat mengidentifikasi eksklusi, integrasi, segregasi, dan inklusi
di sekitarku dan bagaimana dampaknya terhadap orang-orang yang mengalaminya.
Sangat setuju |
Setuju |
Tidak setuju |
Sangat tidak setuju
● Aku merasa perlu melakukan tindakan ketika aku melihat atau mengidentifikasi
adanya diskriminasi di sekitarku.
Sangat setuju |
Setuju |
Tidak setuju |
Sangat tidak setuju
8) Setelah Peserta didik memahami perbedaan model pembangunan masyarakat
tersebut, sisa diinformasikan pada pertemuan berikutnya Peserta didik dapat
memahami lebih jauh tentang konsep inklusi sosial dengan kaitannya dengan
keragaman bersama narasumber.
9) Peserta didik menuliskan pertanyaan/keingintahuan mereka tentang inklusi
sosial, privilese, kelompok rentan maupun kelompok marginal untuk sesi
pertemuan dengan narasumber.
Tahapan Pengenalan
Kegiatan:
Formative Assessment
Bhinneka Tunggal Ika
6
Waktu:
4 Jam Pelajaran
Tahapan Pengenalan
Mengkontekstualisasi Masalah di Lingkungan Terdekat, Diskusi
dengan Pembicara Tamu Untuk Mengetahui Lebih Dalam Tentang
Konsep Privilese, Inklusi Sosial, Kelompok Rentan dan Marginal.
Peralatan:
Ruangan, kursi/karpet, proyektor,
sound system, kumpulan daftar hal
yang ingin diketahui oleh Peserta didik
terkait topik diskusi
Peran Guru:
Fasilitator dan Moderator.
Kegiatan:
Pembicara Tamu
Tips:
Dapat melibatkan staff peneliti Balitbang Hukum dan HAM
(https://www.balitbangham.go.id/pages/pelayanan-penyediaan-narasum
ber ), pertemuan bisa dilaksanakan dengan metode daring ataupun luring
sesuai dengan kondisi sekolah dan ketersediaan narasumber, dengan
mekanisme sebagai berikut:
1. Pemohon mengajukan permintaan narasumber/ konsultasi, dapat
melalui:
- https://www.balitbangham.go.id/contact
- Sistem Sumaker Kemenkumham pada url
https://sumaker.kemenkumham.go.id/
- Surat dinas ditujukan kepada Kepala Badan, yang menjelaskan materi,
waktu dan tempat pelaksanaan
2. Kepala Badan menunjuk pejabat/ pegawai yang berkaitan sebagai
narasumber/ konsultan
3. Pejabat/ pegawai yang mendapat tugas menyampaikan materi sesuai
yang diharapkan
Bhinneka Tunggal Ika
6
Tahapan Pengenalan
Mengkontekstualisasi Masalah di Lingkungan Terdekat, Diskusi
dengan Pembicara Tamu Untuk Mengetahui Lebih Dalam Tentang
Konsep Privilese, Inklusi Sosial, Kelompok Rentan dan Marginal.
Persiapan
1)
2)
3)
Guru menghubungi
narasumber untuk
menginformasikan materi dan
mengatur jadwal kegiatan.
Guru mengumpulkan daftar
keingintahuan Peserta didik
tentang topik pada
pertemuan sebelumnya.
Peserta didik diberikan
kesempatan kembali untuk
membuat pertanyaan yang
ingin mereka ketahui tentang
topik terkait.
Pelaksanaan
1)
2)
3)
Guru memperkenalkan pembicara tamu
dan membuka sesi dengan pembicara
tamu.
Narasumber memberikan paparan
tentang topik terkait.
Murid menanyakan pertanyaan kepada
pembicara tamu untuk mendapatkan
elaborasi tentang hasil temuan mereka
sebelumnya.
Kegiatan:
Pembicara Tamu
Tugas
Peserta didik membuat ringkasan pembicara
tamu berisi pengetahuan dan konsep yang
telah dipelajari selama sesi pembicara tamu
pada sisa jam pelajaran (minimal 1 jam
pelajaran)
Bhinneka Tunggal Ika
7
Waktu:
4 Jam Pelajaran
Tahapan Pengenalan
Pengumpulan Dokumentasi Pembelajaran (Portfolio)
dan Refleksi
Peralatan:
Alat tulis, map, kalender, komputer,
kertas, lem, stapler, lembar kerja
Peserta didik aktivitas 1-5, lembar
refleksi
Peran Guru:
Fasilitator
Kegiatan:
Formative Assessment
Pada sesi ini Peserta didik mengumpulkan lembar kerja, dan berkas
pendukung lainnya (sketsa, draft diskusi kelompok, foto kegiatan,
lembar refleksi, dan sebagainya) untuk disusun secara sistematis
berdasarkan urutan waktu pembelajaran, ke dalam map secara
individual. Jika terdapat lembar kerja kelompok, maka Peserta didik
perlu membuat salinan agar masing-masing Peserta didik memiliki
berkas dan dokumen yang sama dan lengkap. Guru membuat daftar
ceklis dokumen sebagai bukti pembelajaran (means of verification)
yang harus disertakan dalam portofolio Peserta didik. Portofolio
dianjurkan untuk dibuat dalam bentuk fisik, namun tidak menutup
kemungkinan untuk membuat dalam bentuk digital namun perlu
dipastikan bahwa data tersimpan dengan baik pada folder google
drive atau flash terenkripsi. Peserta didik dapat berkreasi membuat
desain atau dekorasi untuk portfolio sesuai dengan keterampilan dan
minat Peserta didik.
Bhinneka Tunggal Ika
7
Tahapan dan
Aktivitas
Aktivitas 1: Tahap
Pengenalan
Tahapan Pengenalan
Pengumpulan Dokumentasi Pembelajaran (Portfolio)
dan Refleksi
Nama Kegiatan
Still life drawing
Bukti Pembelajaran
Daftar Periksa
Dokumen
Cover
● Tersedia
● Tidak Tersedia
Daftar Isi
● Tersedia
● Tidak Tersedia
Cover Aktivitas 1
● Tersedia
● Tidak Tersedia
Kertas sketsa gambar
peserta didik
● Tersedia
● Tidak Tersedia
Foto Objek
● Tersedia
● Tidak Tersedia
Lembar refleksi Peserta
didik
● Tersedia
● Tidak Tersedia
Contoh daftar daftar periksa dokumen sebagai bukti pembelajaran
*contoh
Kegiatan:
Formative Assessment
Secara sederhana, portofolio belajar idealnya terdiri dari :
1) Cover berisi judul proyek, tujuan proyek, nama Peserta didik, durasi
pelaksanaan, dan nama sekolah
2) Daftar isi
3) Cover berisi nama kegiatan (Aktivitas 1: Tahapan Pengenalan: Still Life
Drawing)
4. Dokumen pendukung (lembar refleksi, sketsa gambar, peta pikiran, artikel yang
digunakan saat diskusi
Sumber:
http://littlepeoplelearn.blogspot.com/2014/02/portfolios-in-kindergarten-learning.html
Bhinneka Tunggal Ika
7
Tahapan Pengenalan
Pengumpulan Dokumentasi Pembelajaran (Portfolio)
dan Refleksi
Persiapan
1)
2)
3)
Guru membuat dokumen daftar
periksa pembelajaran
Peserta didik mengumpulkan
bukti pembelajaran dengan
menggunakan panduan daftar
periksa dokumen dari guru
Guru membuat lembar refleksi
Kegiatan:
Formative Assessment
Pelaksanaan
1)
2)
3)
4)
5)
6)
Guru mengajak Peserta didik mengulas kegiatan awal hingga pertemuan ke-5. Murid dapat melihat kembali
catatan hasil pembicara tamu, peta pikiran/hasil riset yang telah dilakukan Peserta didik.
Selama proses mengulas, guru menjadi fasilitator dan mengajak Peserta didik untuk berkontribusi secara aktif
menyampaikan pembelajaran yang sudah mereka lalui
Peserta didik mengisi lembar refleksi formative assessment. Lembar refleksi dapat berisi pertanyaan berikut
● Apa saja tantangan dalam merawat keragaman etnis, agama, dan budaya di indonesia?
● Bagaimana peran anak muda atau pelajar dalam merawat keragaman etnis, agama, dan budaya di indonesia?
● Apa yang bisa kita lakukan jika kamu mengidentifikasi adanya ketidakadilan atau diskriminasi terhadap
kelompok marginal atau kelompok rentan?
● Mengacu pada model pembangunan masyarakat yang sudah pernah kamu pelajari sebelumnya, yang
manakah model pembangunan masyarakat yang menurutmu ideal, dan jelaskan mengapa?
● Apakah model pembangunan masyarakat yang menurutmu ideal tersebut, dapat diaplikasikan di Indonesia?
Apa saja tantangannya?
Peserta didik mengumpulkan bukti pembelajaran secara sistematis sesuai format portofolio yang diberikan guru
dan memasukkan ke map individu.
Guru memastikan dokumen Peserta didik telah lengkap dan menyimpan map dengan baik.
Portofolio dapat dilengkapi secara terus-menerus sesuai dengan tahap pembelajaran.
Bhinneka Tunggal Ika
8
Waktu:
Tahapan Pengenalan
Penjabaran dan Penjelasan Konsep Design Thinking Yang Dilengkapi
Dengan Pedalaman Melalui Diskusi, Tanya Jawab, Wawancara dan
Mulai Menyusun Rancangan Penelitian Individual.
6 JP (2 jam pelajaran untuk
penjelasan konsep design
thinking dan tanya jawab, 2 jam
pelajaran untuk Identifikasi
responden, dan pembuatan
alat observasi dan wawancara,
2 jam pelajaran untuk
pembuatan timeline kerja)
Peralatan:
Presentasi tentang
design thinking
Peran Guru:
Fasilitator
Kegiatan:
Pengenalan Konsep Design Thinking
dan Perencanaan Penelitian
Pada tahap aksi, Peserta didik akan menggunakan pendekatan
Design Thinking. Design Thinking adalah suatu proses atau
metode pola pikir untuk berempati terhadap permasalahan
dan masalah yang berpusat pada manusia.
Sebagai contoh kasus, guru dan Peserta didik dapat
bersama-sama melihat hasil tugas kelompok Peserta didik
yang dibimbing oleh seorang guru mata pelajaran Teknologi
Informasi dan Komunikasi di sebuah SMAN di Jakarta Timur,
dimana proyeknya menggunakan pendekatan design thinking
dalam bidang kuliner. Setelah memahami konsep design
thinking, Peserta didik melakukan perencanaan aksi.
Bhinneka Tunggal Ika
8
Tahapan Pengenalan
Penjabaran dan Penjelasan Konsep Design Thinking Yang Dilengkapi
Dengan Pedalaman Melalui Diskusi, Tanya Jawab, Wawancara dan
Mulai Menyusun Rancangan Penelitian Individual.
Persiapan
1.
2.
3.
Guru menyiapkan presentasi dan
contoh proyek design thinking.
Guru menyiapkan lembar kerja
Peserta didik (Identifikasi
responden, dan pembuatan alat
observasi dan wawancara, lembar
timeline kerja)
Peserta didik menyiapkan berkas
hasil temuan penelitian
sebelumnya pada aktivitas 4
Kegiatan:
Pengenalan Konsep Design Thinking
dan Perencanaan Penelitian
Pelaksanaan
1)
2)
3)
4)
5)
Guru menjelaskan bahwa pada pertemuan ini dan selanjutnya, pembelajaran akan
melakukan proyek dengan menggunakan pendekatan design thinking.
Guru menampilkan presentasi dan menjelaskan konsep design thinking, serta contoh
proyek yang menggunakan pendekatan ini.
Peserta didik dapat bertanya sejelas-jelasnya tentang design thinking. Pertanyaan
Peserta didik juga dapat dicari tahu bersama-sama antara Peserta didik dengan guru
dengan menggunakan berbagai sumber, sehingga referensi Peserta didik dapat
bertambah.
Setelah Peserta didik memahami konsep design thinking, guru meminta Peserta
didik mulai menentukan responden dan permasalahan yang ingin mereka teliti.
responden/masalah yang diteliti akan lebih baik jika berada dalam area sekolah
terlebih dahulu agar dapat memberikan dampak langsung kepada lingkungan
sekolah. Namun terbuka juga jika responden/masalah yang ingin diteliti berada diluar
lingkungan sekolah, namun perlu adanya persetujuan dari pihak yang ingin diteliti.
responden/masalah yang ingin diteliti dapat juga mengacu pada temuan mereka
pada aktivitas 4 sebelumnya.
Kemudian, Peserta didik membuat daftar pertanyaan untuk wawancara dan alat
observasi. Tahap pertama, Peserta didik menentukan jenis wawancara yang
diinginkan (terstruktur, tidak terstruktur, atau kuesioner). Setelah itu Peserta didik
membuat pedoman wawancara berisi daftar pertanyaan yang akan diajukan. Pada
tahap ini, penting bagi Peserta didik untuk memiliki pemikiran yang netral, untuk
menghindari bias ataupun wawancara yang menggiring kepada keingintahuan atau
dugaan Peserta didik. Siwa perlu menanamkan pola pikir bahwa seolah-olah mereka
tidak mengetahui tentang masalah tersebut sama sekali, dan mencari tahu dengan
dengan bertanya sedetil mungkin.
6) Alat observasi, hanya dibuat jika Peserta didik melakukan interaksi
langsung dengan subjek misalnya tatap muka, video call, telepon).
Peserta didik dapat membuat lembar observasi untuk mengamati
gerak tubuh, mimik wajah, intonasi, tingkat konsentrasi responden
dalam berinteraksi, maupun perilaku dan sarana dan prasarana di
lingkungan sekitar responden. Oleh karena itu diperlukan adanya
catatan-catatan (checklist), alat-alat elektronik seperti kamera,
perekam suara, video dan sebagainya
7) Peserta didik menyusun timeline kerja berisi perkiraan
pelaksanaan kegiatan dari tahap empati, hingga peluncuran
produk, dan pameran.
8) Peserta didik mengumpulkan berkas perencanaan penelitian
kepada guru, untuk selanjutnya diberikan umpan balik sebelum
Peserta didik melakukan tahap empati.
Bhinneka Tunggal Ika
Tahapan Pengenalan
Penjabaran dan Penjelasan Konsep Design Thinking Yang
8
Dilengkapi Dengan Pedalaman Melalui Diskusi, Tanya Jawab,
Wawancara dan Mulai Menyusun Rancangan Penelitian Individual.
Design Thinking
Design Thinking merupakan metode kolaborasi yang
mengumpulkan banyak ide dari disiplin ilmu untuk
memperoleh sebuah solusi. Design thinking tidak hanya
berfokus pada apa yang dilihat dan dirasakan, namun juga
berfokus pada pengalaman pengguna (user). Design thinking
digunakan untuk mencari solusi yang paling efektif dan efisien
untuk memecahkan suatu masalah yang kompleks. Pemikiran
yang diterapkan adalah pemikiran komprehensif untuk
mendapatkan sebuah solusi. Design thinking dibagi menjadi 5
tahap (Stanford d.school) sebagai berikut:
Foto:
https://uxdesign.cc/what-is-design-thinking-and-why-is-it-important-6d6a0dd020a2
Kegiatan:
Pengenalan Konsep Design Thinking
dan Perencanaan Penelitian
1)
Empathize (Empati)
Empati merupakan sebuah inti proses karena permasalahan yang
timbul harus dapat diselesaikan dengan cara berpusat kepada
manusia, metode ini berupaya untuk memahami permasalahan yang
dialami pengguna supaya kita dapat merasakan dan mencari solusi
untuk permasalahan tersebut dalam metode ini ada beberapa hal
yang harus dilakukan yaitu wawancara, observasi, serta
menggabungkan observasi dan wawancara.
4) Prototype (Prototipe)
Prototipe dikenal sebagai rancangan awal suatu
produk yang akan dibuat, untuk mendeteksi kesalahan
sejak dini dan memperoleh berbagai kemungkinan
baru. Dalam penerapannya, rancangan awal yang
dibuat akan diuji coba kepada pengguna untuk
memperoleh respon dan feedback yang sesuai untuk
menyempurnakan rancangan.
2)
Define (Definisi)
Menganalisis dan memahami hasil yang telah dilakukan pada proses
empati. Proses menganalisis dan memahami berbagai wawasan yang
telah diperoleh melalui empati, dengan tujuan untuk menentukan
pernyataan masalah sebagai point of view atau perhatian utama
pada penelitian.
3)
Ideate (Ideasi)
Proses transisi dari rumusan masalah menuju penyelesaian masalah,
adapun dalam proses ini akan berkonsentrasi untuk menghasilkan
gagasan atau ide sebagai landasan dalam membuat prototipe
rancangan yang akan dibuat. Pada tahap ini Peserta didik dapat
mencurahkan ide sebanyak-banyaknya secara bebas, spontan, tanpa
terikat dengan prosedur atau birokrasi tertentu. Sehingga Peserta
didik perlu memiliki pola pikir “tidak ada ide jelek, semua ide yang
muncul adalah ide yang bagus dan bermakna”.
Setelah Peserta didik mencurahkan seluruh ide-ide spontan tersebut,
Peserta didik dapat mengevaluasi ide-ide yang didapat, tentang
kekurangan dan kelemahan dari ide yang didapat, misalnya dari segi
budget, sumber daya manusia, sumber daya alam yang tersedia,
sarana dan prasarana yang ada, waktu yang tersedia, maupun
kesesuaian nilai yang dianut oleh subjek, untuk kemudian Peserta
didik menentukan ide akhir yang dijadikan solusi.
5) Test (Uji coba)
Pengujian dilakukan untuk mengumpulkan berbagai
feedback pengguna dari berbagai rancangan akhir
yang telah dirumuskan dalam proses prototipe
sebelumnya. Proses ini merupakan tahap akhir namun
bersifat life cycle sehingga memungkinkan perulangan
dan kembali pada tahap perancangan sebelumnya
apabila terdapat kesalahan.
Bhinneka Tunggal Ika
9
Waktu:
8 Jam Pelajaran
Tahapan Kontekstual
Riset Mandiri Tentang Keragaman Individu (Kelompok
Marginal dan Kelompok Rentan) dan Contoh Ketidaksetaraan
di Sekitar yang Dapat Diangkat Sebagai Masalah Bersama
Peralatan:
Panduan wawancara, panduan observasi,
alat tulis, alat perekam suara dan video,
angket/kuesioner jika diperlukan,
transportasi (jika tatap muka dengan
responden), surat persetujuan mengikuti
penelitian
Peran Guru:
Fasilitator
Kegiatan:
Emphatize (Empati) Wawancara dan Observasi
Tips Wawancara:
● Menyediakan ruang yang aman untuk responden berpendapat
dengan bersikap netral tanpa terlihat menyetujui atau tidak
menyetujui pernyataan responden
● Menggunakan pertanyaan terbuka
- “Ceritakan kepada kami tentang...”
- “Bagaimana..”
- “Mengapa...”
- “Apa saja….”
● Fokus pada panduan wawancara jika responden menyampaikan
respon yang melebar atau memberikan respon yang tidak relevan.
● Mengklarifikasi jika peneliti kurang memahami pernyataan
responden.
● Melakukan probing atau pertanyaan mendalam jika responden
memberikan pernyataan yang dangkal atau tidak tuntas, misalnya;
“Oh ya? bagaimana kemudian...”
“Lalu apa yang kamu lakukan saat itu..?”
“Bisakah kamu deskripsikan lebih jelas tentang...” “Ketika kamu bilang...
apa artinya” “Bagaimana respon kamu..”
● Klarifikasi jika responden menjawab pertanyaan dengan istilah
tertentu; “Apakah perasaan tidak enak yang anda maksud adalah
sedih, atau kecewa, atau yang lainnya?”
● Hindari pertanyaan menggiring “kamu setuju kan kalau .....”, dapat
diganti dengan “bagaimana sikapmu tentang...”
Bhinneka Tunggal Ika
9
Tahapan Kontekstual
Riset Mandiri Tentang Keragaman Individu (Kelompok
Marginal dan Kelompok Rentan) dan Contoh Ketidaksetaraan
di Sekitar yang Dapat Diangkat Sebagai Masalah Bersama
Persiapan
1)
2)
3)
Peserta didik menghubungi responden dan
menjelaskan tujuan, teknis, dan hasil yang
diharapkan dari penelitian, kemudian memberikan
formulir persetujuan. Jika responden memerlukan
surat izin serupa untuk diajukan kepada otoritas
tertinggi dari responden tersebut (misalnya wali
murid, wali kelas, atau dinas terkait) maka Peserta
didik perlu membuat dokumen tersebut.
Sebagai contoh, jika responden adalah Peserta didik
yang tidak memiliki guru agama Hindu di sekolah,
maka peneliti harus mendapatkan izin dari wali
kelas atau orang tua Peserta didik.
Peserta didik mengatur jadwal pertemuan dengan
responden, dan menentukan lokasi wawancara
pada waktu yang aktual (di sekolah saat responden
tidak mengikuti pelajaran agama Hindu di sekolah)
agar Peserta didik dapat mengobservasi secara
nyata situasi yang terjadi, namun jika tidak
memungkinkan, pelaksanaan dapat menyesuaikan
dengan kesediaan waktu responden
Peserta didik menuju lokasi wawancara.
Kegiatan:
Emphatize (Empati) Wawancara dan Observasi
Pelaksanaan
1)
2)
3)
4)
5)
Peserta didik berkenalan dengan responden, menyampaikan bahwa peneliti akan mencatat
hal-hal penting selama wawancara, serta merekam pembicaraan. Peneliti memberikan
consent form kepada responden.
Wawancara dimulai dengan membangun hubungan yang baik dengan responden dengan
topik pembicaraan yang netral (tidak langsung menuju pertanyaan pokok), misalnya dengan
pertanyaan seputar kabar, kegiatan sehari-hari responden, jadwal dan durasi belajar agama.
Peneliti menanyakan pertanyaan sesuai panduan, hingga peneliti mendapatkan gambaran
yang utuh dan detil tentang isu yang dialami responden.
Peneliti mengobservasi lingkungan sekitar, gestur responden dan sebagainya. Peneliti
menginformasikan kepada responden bahwa penelitian akan menghubungi responden
kembali jika ada hal yang ingin ditanyakan atau dikonfirmasi lebih jauh.
Peneliti menutup wawancara, dan mengucapkan terima kasih kepada responden.
Bhinneka Tunggal Ika
10
Waktu:
2 Jam Pelajaran
Tahapan Kontekstual
Bertindak Sebagai Peneliti, Peserta Didik Menganalisis Hasil
Wawancara, Kemudian Menjabarkan Masalah yang Ditemukan,
Lalu Menentukan Masalah yang Ingin Diteliti.
Peralatan:
Dokumen hasil wawancara dan
observasi (rekaman, catatan
wawancara)
Peran Guru:
Fasilitator
Kegiatan:
Define (Definisi) Penetapan Rumusan Permasalahan
Pada tahap ini Peserta didik sebagai peneliti menganalisis hasil
wawancara, kemudian menjabarkan masalah yang ditemukan, lalu
menentukan masalah yang ingin diteliti.
Jika kita mengambil sebuah contoh kasus dari Aktivitas 8 pada
dokumen Panduan Design Thinking halaman 2-3 tentang Peserta didik
yang tidak memiliki guru agama Hindu di sekolah, berdasarkan proses
wawancara, terdapat 3 temuan yaitu :
●
●
●
Tidak adanya guru agama Hindu karena kekurangan jumlah
tenaga pengajar.
Subjek tidak memiliki kegiatan bermakna saat jam pelajaran
agama lain.
Subjek tidak memiliki interaksi dengan teman sebaya untuk
belajar agama Hindu.
Peserta didik dapat memilih 1 masalah saja yang ingin mereka
fokuskan, untuk kemudian mereka buat ide dari permasalahan
tersebut.
Bhinneka Tunggal Ika
10
Tahapan Kontekstual
Bertindak Sebagai Peneliti, Peserta Didik Menganalisis Hasil
Wawancara, Kemudian Menjabarkan Masalah yang Ditemukan,
Lalu Menentukan Masalah yang Ingin Diteliti.
Persiapan
Peserta didik menyiapkan berkas
wawancara dan observasi dari hasil
wawancara
Kegiatan:
Define (Definisi) Penetapan Rumusan Permasalahan
Pelaksanaan
1)
2)
3)
4)
Peserta didik menganalisis dan memahami hasil yang telah dilakukan
pada wawancara, kemudian menentukan pernyataan masalah yang
didapat dari wawancara ke dalam daftar isu.
Peserta didik membahas satu persatu masalah yang ditemukan,
kemudian Peserta didik menentukan masalah yang akan diangkat
dalam penelitian. Proses ini bisa dilakukan dengan menggunakan
post-it, menulis di papan tulis, atau sebagainya.
Guru dapat memberikan feedback kepada Peserta didik setelah Peserta
didik menentukan masalah yang disepakati.
Peserta didik lembar penentuan masalah yang berisi pertanyaan
berikut:
- Tuliskan masalah yang ingin kamu teliti?
- Seberapa penting masalah tersebut bagi responden?
- Apakah masalah tersebut berpusat pada responden?
- Siapa yang akan benar-benar terpengaruh oleh penelitian ini?
- Apa cara berbeda dalam memecahkan masalah tersebut?
Bhinneka Tunggal Ika
11
Waktu:
4 Jam Pelajaran
Tahapan Kontekstual
Peserta Didik Mencurahkan Ide Sebanyak-banyaknya yang
Dapat Menjadi Solusi dari Permasalahan yang Diangkat
Peralatan:
Lembar penentuan masalah, lembar
ide, akses internet, alat tulis
Peran Guru:
Fasilitator
Kegiatan:
Ideate (Ideasi) Berdiskusi Membuat Ide
Pada tahap ini Peserta didik berdiskusi membuat ide yang
dapat menjadi solusi dari permasalahan yang diangkat,
Peserta didik Pada tahap ini Peserta didik dapat mencurahkan
ide sebanyak-banyaknya secara bebas, spontan, tanpa terikat
dengan prosedur atau birokrasi tertentu. Sehingga Peserta
didik perlu memiliki pola pikir “tidak ada ide jelek, semua ide
yang muncul adalah ide yang bagus dan bermakna”.
Setelah Peserta didik mencurahkan seluruh ide-ide spontan
tersebut, Peserta didik dapat mengevaluasi ide-ide yang
didapat, tentang kekurangan dan kelemahan dari ide yang
didapat, misalnya dari segi budget, sumber daya manusia,
sumber daya alam yang tersedia, sarana dan prasarana yang
ada, waktu yang tersedia, maupun kesesuaian nilai yang
dianut oleh subjek, untuk kemudian Peserta didik
menentukan ide akhir yang dijadikan solusi.
Bhinneka Tunggal Ika
11
Tahapan Kontekstual
Peserta Didik Mencurahkan Ide Sebanyak-banyaknya yang
Dapat Menjadi Solusi dari Permasalahan yang Diangkat
Persiapan
1)
2)
Guru menyiapkan lembar ideasi
untuk Peserta didik
Peserta didik menyiapkan lembar
penentuan masalah
Kegiatan:
Ideate (Ideasi) Berdiskusi Membuat Ide
Pelaksanaan
1)
2)
Guru menginformasikan bahwa pada pertemuan ini Peserta didik dapat membuat
rancangan ide dari permasalahan mereka kedalam produk sesuai dengan beberapa
kategori. Tujuan dari pengkategorian ide bukan untuk membatasi ide Peserta didik,
namun bertujuan untuk mempermudah Peserta didik mengorganisir ide mereka, guru
dapat menyesuaikan kategori ide dengan berdiskusi dan menyepakati kategori ide
bersama Peserta didik.
Guru memberikan contoh ideasi yang dapat dilakukan peserta didik dengan
mengambil sebuah contoh kasus dari Aktivitas 8 pada dokumen Panduan Design
Thinking, tentang masalah Peserta didik yang tidak memiliki guru agama Hindu di
sekolah. Berdasarkan proses wawancara, terdapat 3 temuan yaitu :
- Tidak adanya guru agama Hindu karena kekurangan jumlah tenaga pengajar.
- Subjek tidak memiliki kegiatan bermakna saat jam pelajaran agama lain.
- Subjek tidak memiliki interaksi dengan teman sebaya untuk belajar agama Hind
Ide Peserta didik dapat dikelompokkan kedalam beberapa kategori berikut :
● Alat bantu
Contoh produk berupa: Proposal Rancangan anggaran pengadaan penambahan buku
tentang Agama Hindu guna melengkapi koleksi Perpustakaan Sekolah.
● Kampanye di sosial media Contoh produk berupa:
-Poster atau infografis tentang perbandingan jumlah tenaga pengajar agama Hindu
yang tidak berimbang dengan tenaga pengajar agama lain di provinsi tempat sekolah
itu berada.
-Poster ajakan untuk pendidik, mahasiswa, atau komunitas agama Hindu menjadi
sukarelawan pengajar di sekolah.
● Usulan perubahan/revisit kebijakan atau peraturan Contoh produk berupa:
- Petisi dukungan dari Peserta didik agar sekolah menyediakan guru agama Hindu.
3) Peserta didik mengisi lembar ide berdasarkan masalah yang ingin
diteliti
4) Peserta didik berdiskusi tentang solusi-solusi yang memungkinkan
untuk menjawab permasalahan dengan mengisi lembar kerja
dengan riset mendalam, mencari solusi serupa yang sudah ada
sebelumnya. Misalnya jika mengambil contoh dari kasus tidak
adanya guru agama Hindu untuk Peserta didik, dan solusinya
adalah mengajukan guru agama Hindu, maka Peserta didik mencari
data yang dapat digunakan sebagai landasan dan memperkuat
solusinya tersebut, misalnya menyertakan pasal/peraturan
pemerintah tentang hak atas kebebasan beragama dan beribadah,
atau data terkait perbandingan guru agama Hindu dengan Peserta
didik, dan sebagainya.
5. Jika Peserta didik mendapatkan lebih dari 1 solusi, maka solusi
tersebut harus dituliskan pada lembar ide yang terpisah (1 lembar
ide untuk 1 solusi) Lembar Ideasi
6. Guru dapat memberikan feedback kepada Peserta didik setelah
Peserta didik menentukan solusi yang dijabarkan Peserta didik.
7. Guru dan Peserta didik menyepakati ide yang akan
ditindaklanjuti
Bhinneka Tunggal Ika
11
Tahapan Kontekstual
Peserta Didik Mencurahkan Ide Sebanyak-banyaknya yang
Dapat Menjadi Solusi dari Permasalahan yang Diangkat
Kegiatan:
Ideate (Ideasi) Berdiskusi Membuat Ide
Pelaksanaan
Lembar Ideasi
Nama:
Nama proyek:
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
9)
10)
11)
12)
Kelas:
Waktu Pelaksanaan
Temuan hasil wawancara dan observasi:
Masalah yang ingin diteliti :
Ide/solusi yang diajukan:
Kategori ide:
Indikator pencapaian:
Tantangan yang mungkin dihadapi:
Kemudahan yang tersedia:
Peralatan yang dibutuhkan:
Biaya yang dibutuhkan:
Sumber daya manusia yang dibutuhkan:
Alokasi waktu pelaksanaan (dari tahap pembuatan prototipe, uji coba, revisi prototipe, finalisasi prototipe, sampai peluncuran produk):
Kesimpulan :
▢ Ide pada lembar kerja ini tidak akan ditindak lanjuti, karena …
▢ Ide pada lembar kerja ini akan ditindak lanjuti, karena .....
Bhinneka Tunggal Ika
12
Tahapan Kontekstual
Pada Tahap Ini Peserta Didik Membuat Prototipe atau Draft Dari Ide Mereka, Untuk
Kemudian Diuji Coba. Peserta Didik Perlu Mendapatkan Data Akurat Untuk
Membuat Prototipe. Prototipe Bisa Dibuat Dalam Bentuk Draft Dengan Kertas, atau
Digital Sesuai Dengan Ketersediaan Fasilitas.
Waktu:
18 Jam Pelajaran
Peralatan:
Lembar ide, akses internet, alat tulis,
papan tulis/kertas post-it
Peran Guru:
Fasilitator
Kegiatan:
Prototype (Prototipe) Pembuatan Prototipe
Pada tahap ini Peserta didik membuat prototipe atau
draft dari ide mereka, untuk kemudian diuji coba.
Peserta didik perlu mendapatkan data akurat untuk
membuat prototipe. Prototipe bisa dibuat dalam
bentuk draft dengan kertas, atau digital sesuai dengan
ketersediaan fasilitas.
Bhinneka Tunggal Ika
12
Tahapan Kontekstual
Pada Tahap Ini Peserta Didik Membuat Prototipe atau Draft Dari Ide Mereka, Untuk
Kemudian Diuji Coba. Peserta Didik Perlu Mendapatkan Data Akurat Untuk
Membuat Prototipe. Prototipe Bisa Dibuat Dalam Bentuk Draft Dengan Kertas, atau
Digital Sesuai Dengan Ketersediaan Fasilitas.
Persiapan
1)
2)
Guru mengajak Peserta didik
membuat pembagian tugas
kelompok untuk memastikan
setiap anggota kelompok
mendapatkan tugas.
Peserta didik menyediakan
lembar ide.
Kegiatan:
Prototype (Prototipe) Pembuatan Prototipe
Pelaksanaan
1)
2)
Guru menginformasikan bahwa pembuatan prototipe akan
berlangsung sekitar 3-4 hari, dan maksimal 7 hari, sesuai dengan
jenis prototipe yang mereka buat.
Proses pengerjaan pembuatan prototipe setiap kelompok akan
berbeda, sehingga durasi pengerjaannya bisa saja bervariasi, guru
menjelaskan bahwa ini bukanlah sebuah kompetisi, Peserta didik
diperbolehkan berkolaborasi dengan kelompok lain, dengan
batasan-batasan tertentu.
● Jika ide Peserta didik berupa proposal rancangan anggaran
pengadaan penambahan buku tentang Agama Hindu guna
melengkapi koleksi Perpustakaan Sekolah. Maka prototipe yang
dibuat adalah proposal anggaran. Dengan demikian, Peserta didik
perlu melakukan tahapan berikut:
- Mencari tahu jenis-jenis buku yang akan diajukan
- Jumlah buku yang diajukan
- Harga buku yang diajukan
- Vendor atau tempat pembelian buku.
- Menyusun anggaran biaya pembelian buku
● Jika ide Peserta didik berupa kampanye di sosial media,
Peserta didik perlu melakukan tahapan berikut
- Menentukan jenis sosial media yang akan digunakan:
- Mempelajari cara kerja algoritma sosial media yang digunakan, jika
menggunakan instagram, Peserta didik dapat mencari tahu tentang hal
tersebut misalnya dengan membaca referensi berikut:
https://tirto.id/cara-kerja-algoritma-instagram-2021-tingkat-interest-follo
wing-f9PG
- Mencari data tentang perbandingan jumlah tenaga pengajar agama
Hindu dengan jumlah Peserta didik beragama Hindu di provinsi tempat
sekolah itu berada.
- Memindahkan data ke dalam susunan kata untuk poster, membuat
deskripsi foto (caption)
- Membuat desain dan layout poster (Peserta didik dapat menggunakan
aplikasi canva, atau kegiatan ini bisa berintegrasi dengan pelajaran seni,
bahasa indonesia, IT)
● Jika ide Peserta didik berupa petisi dukungan dari Peserta didik agar
sekolah menyediakan guru agama Hindu, maka Peserta didik dapat
melakukan tahap berikut:
- Menentukan format petisi yang ingin dibuat (digital atau fisik)
- Menentukan pihak yang diajak berpartisipasi mengisi petisi
- Membuat susunan kata untuk petisi.
- Membuat jadwal publikasi petisi
- Menganalisa hasil petisi
- Mengajukan hasil petisi ke sekolah
Bhinneka Tunggal Ika
13
Waktu:
6 Jam Pelajaran
Tahapan Kontekstual
Pengujian Dilakukan Untuk Mengumpulkan Berbagai Feedback
Pengguna Dari Berbagai Rancangan Akhir yang Telah
Dirumuskan Dalam Proses Prototipe Sebelumnya
Peralatan:
Prototipe, lembar umpan balik dari
responden
Kegiatan:
Test (Uji Coba) Menguji Prototipe
Persiapan
Peran Guru:
Fasilitator
1) Peserta didik menyiapkan prototipe yang sudah dibuat
untuk diperlihatkan kepada responden
2) Peserta didik menyiapkan lembar umpan balik dari
responden, atau pihak terkait.
Pelaksanaan
1)
2)
3)
4)
5)
6)
Peserta didik memperlihatkan prototipe yang sudah dibuat kepada
responden, atau pihak terkait (misalnya memperlihatkan proposal
rancangan anggaran pengadaan buku kepada Kepala Sekolah
bidang Sarana dan Prasarana)
Peserta didik menjelaskan secara seksama prototipe yang dibuat
Responden/pihak terkait memberikan umpan balik terhadap
prototipe yang dibuat.
Peserta didik dapat berdiskusi dengan responden/pihak terkait
tentang perbaikan-perbaikan yang mungkin dilakukan.
Peserta didik dan responden/pihak terkait menyepakati apa saja
perbaikan yang akan dilakukan.
Setelah itu, Peserta didik memperbaiki prototipe yang sudah dibuat
sesuai dengan umpan balik dari responden
Bhinneka Tunggal Ika
14
Waktu:
4 Jam Pelajaran
Tahapan Kontekstual
Pembaharuan Terakhir Dari Prototipe Berdasarkan Hasil
Umpan Balik Saat Uji Coba
Peralatan:
Prototipe yang sudah diperbaiki, alat
tulis
Kegiatan:
Revisi dan Finalisasi Prototipe
Persiapan
Peran Guru:
Fasilitator
1) Peserta didik menyiapkan prototipe sudah diperbaiki
Pelaksanaan
1)
2)
3)
4)
Peserta didik memperlihatkan hasil prototipe yang sudah
diperbaiki kepada responden/pihak terkait.
Pihak terkait/responden memberikan umpan balik untuk
finalisasi prototipe.
Peserta didik dan responden/pihak terkait menyepakati
bahwa prototipe sudah final.
Peserta didik menyelesaikan prototipe sampai selesai
Bhinneka Tunggal Ika
15
Tahapan Aksi
Kegiatan:
Peluncuran Produk Final
Karya Akhir Dari Peserta Didik Diluncurkan Ke Publik
Waktu:
24 Jam Pelajaran
Peralatan:
Produk final
Peran Guru:
Fasilitator
Persiapan
Produk final
Pelaksanaan
Peserta didik mempublikasikan produk mereka, sebagai contoh, berikut adalah gambaran
proses peluncuran karya mengacu dengan situasi sebelumnya, yaitu Peserta didik agama
Hindu yang tidak memiliki guru agama Hindu.
Sebagai contoh;
● Jika produk Peserta didik berupa kampanye di sosial media, Peserta didik mulai
mempublikasikan poster kampanye tersebut. Peserta didik dapat memantau perkembangan
jumlah likes, share, komentar, pembaca yang ingin menjadi relawan, atau respon lain yang
diterima.
● Jika produk Peserta didik berupa proposal rancangan anggaran, maka Peserta didik dapat
mempresentasikan proposal tersebut kepada pihak terkait. Setelah presentasi, jika proposal
disetujui oleh pemangku kebijakan, maka pelaksana dari kegiatan di proposal tersebut perlu
disepakati, apakah Peserta didik yang melaksanakannya, apakah proposal tersebut akan
dieksekusi oleh pemangku kebijakan secara langsung, atau melibatkan pihak ketiga untuk
mewujudkan proyek tersebut. Jika Peserta didik tidak terlibat langsung dalam pelaksanaan
kegiatan Peserta didik dapat memantau secara berkala perkembangan dan tindak lanjut dari
proyek tersebut untuk selanjutkan akan dipamerkan pada akhir sesi jika memungkinkan.
● Jika produk berupa petisi dukungan, Peserta didik dapat mulai mempublikasikan petisi
kepada pihak yang terlibat (Peserta didik, guru, atau orang tua), setelah petisi terkumpul,
Peserta didik dapat merangkum hasil petisi, dan menyampaikan hasil petisi tersebut kepada
pihak sekolah, agar petisi ini dilanjutkan ke dinas terkait.
Bhinneka Tunggal Ika
16
Tahapan Aksi
Peserta Didik Bersama Dengan Pihak Sekolah
Merancang Pameran
Waktu:
14 Jam Pelajaran
Peralatan:
Portfolio, ruang
pameran
Kegiatan:
Persiapan Pameran
Peran Guru:
Fasilitator
Persiapan
1)
2)
3)
Guru menginformasikan kepada Peserta didik bahwa mereka akan menyiapkan pameran
dari hasil pembelajaran yang berisi kumpulan proyek Peserta didik untuk ditampilkan
dalam bentuk pameran sederhana di aula sekolah, dan Peserta didik dapat menjelaskan
tentang pembelajaran yang telah mereka lalui kepada komunitas sekolah, maupun
khalayak yang lebih luas.
Peserta didik mempersiapkan portofolio dan dokumen lainya
Guru mengurus perizinan dengan pihak sekolah.
Pelaksanaan
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
9)
Guru dan Peserta didik menentukan tanggal pelaksanaan pameran Guru bersama Peserta
didik menentukan lokasi pameran beserta floor plan atau tata letak pameran.
Guru dan Peserta didik menentukan peserta yang akan menghadiri pameran
Peserta didik membuat dan mengirimkan undangan pameran (bisa melalui whatsApp, poster,
komite sekolah, maupun pengumuman di portal sosial media sekolah)
Peserta didik mengumpulkan seluruh dokumen dari awal perencanaan hingga proyek selesai.
Guru memastikan kelengkapan dokumen Peserta didik
Peserta didik menyusun dokumen ke area pameran sesuai dengan layout yang disepakati.
Peserta didik membuat formulir untuk pengunjung memberikan umpan balik dari proyek
mereka (bisa dalam bentuk testimoni, stiker, kuesioner dan sebagainya).
Peserta didik mempersiapkan peralatan lainnya untuk menampilkan karya mereka (meja, kursi,
papan, dsb).
Peserta didik menyusun seluruh dokumen yang ingin ditampilkan sesuai tata letak yang sudah
direncanakan.
Bhinneka Tunggal Ika
17
Tahapan Aksi
Pameran Dilaksanakan Sekaligus Menjadi Summative
Assessment Di Mana Hasil Karya Siswa Dinilai Oleh Guru
Waktu:
8 Jam Pelajaran
Peralatan:
-
Peran Guru:
Fasilitator
Kegiatan:
Pameran dan Summative Assessment
Persiapan
1)
2)
Peserta didik mempersiapkan tata letak pameran
sesuai rencana
Peserta didik mengkonfirmasi kehadiran undangan
Pelaksanaan
1)
2)
3)
4)
5)
Guru membuka pameran, menjelaskan tujuan pameran dan
gambaran proses belajar Peserta didik.
Peserta didik menjelaskan proses kegiatan kepada pengunjung
pameran.
Peserta didik meminta pengunjung untuk memberikan umpan
balik dari proyek mereka.
Peserta didik melakukan gallery walk untuk melihat proyek
kelompok lain.
Guru memberikan penilaian berdasarkan observasi guru
tentang pemahaman Peserta didik sejak awal proses belajar
hingga pameran
Bhinneka Tunggal Ika
17
Tahapan Aksi
Pameran Dilaksanakan Sekaligus Menjadi Summative
Assessment Di Mana Hasil Karya Siswa Dinilai Oleh Guru
Kegiatan:
Pameran dan Summative Assessment
Pelaksanaan
Summative Assessment
Nama siswa:
Nama proyek:
Tanggal Penilaian:
Nama Penilai:
1. Peserta didik memahami pentingnya saling menghormati dalam mempromosikan pertukaran budaya dan kolaborasi dalam dunia yang saling
terhubung serta menunjukkannya dalam perilaku.
Penjelasan:
2. Memahami konsep hak dan kewajiban, serta implikasinya terhadap ekspresi dan perilakunya. Mulai mencari solusi untuk dilema terkait konsep
hak dan kewajibannya.
Penjelasan:
3. Berinisiatif melakukan suatu tindakan berdasarkan identifikasi masalah untuk mempromosikan keadilan, keamanan ekonomi, menopang ekologi
dan demokrasi sambil menghindari kerugian jangka panjang terhadap manusia, alam maupun masyarakat.
Penjelasan:
Bhinneka Tunggal Ika
18
Tahapan Aksi
Pengumpulan dan Analisa Hasil Umpan Balik dari
Pengunjung Pameran
Waktu:
6 Jam Pelajaran
Peralatan:
Dokumen umpan balik
dari pengunjung
Kegiatan:
Evaluasi Pameran
Peran Guru:
Fasilitator
Persiapan
1)
Peserta didik mengumpulkan dokumen umpan balik
dari pengunjung
Pelaksanaan
1)
2)
Peserta didik membaca dan menganalisa dokumen umpan
balik dari pengunjung, dan merekapitulasi nya dan
menyajikannya ke dalam pie chart, grafik, peta pikiran, atau
infografis sederhana.
Peserta didik mencatat evaluasi dari rencana aksi yang telah
mereka lakukan, hal yang dapat didiskusikan misalnya tentang
hal yang sudah berjalan dengan baik, hal yang bisa diperbaiki
atau tantangan, keberhasilan, maupun rekomendasi jika aksi
ini akan dilakukan di masa yang akan datang.
Bhinneka Tunggal Ika
19
Tahapan Aksi
Pengumpulan dan Analisa Hasil Umpan Balik dari
Pengunjung Pameran
Waktu:
4 Jam Pelajaran
Peralatan:
Dokumen umpan balik
dari pengunjung
Kegiatan:
Refleksi Peserta Didik
Peran Guru:
Fasilitator
Persiapan
1)
2)
Guru menyiapkan lembar refleksi Peserta didik
Peserta didik menyiapkan catatan evaluasi dari
rencana aksi mereka
Pelaksanaan
1)
2)
3)
4)
5)
Peserta didik mempresentasikan catatan evaluasi.
Guru dan kelompok lain memberikan umpan balik dan
apresiasi
Peserta didik mengisi lembar refleksi
Peserta didik mengumpulkan seluruh dokumen proyek
kedalam sebuah folder untuk disimpan sebagai bukti
pembelajaran.
Guru mengisi lembar refleksi
Bhinneka Tunggal Ika
19
Tahapan Aksi
Pengumpulan dan Analisa Hasil Umpan Balik dari
Pengunjung Pameran
Kegiatan:
Refleksi Peserta Didik
Contoh Lembar Refleksi Guru
Nama Guru:
Nama proyek:
Tanggal:
1. Apa hal baru yang Anda dapat selama proyek ini?
2. Apa hal paling menarik dalam proyek ini?
3. Bagaimana Anda menilai keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran ini?
4. Apa tantangan terbesar dalam membimbing siswa dalam proyek ini? Bagaimana strategi Anda?
5. Apa yang sudah berjalan baik? Apakah hal tersebut perlu dilakukan kembali pada proyek serupa?
6. Apakah Anda memiliki rekomendasi, atau ada hal yang ingin kamu ubah atau perbaik jika Anda melakukan proyek
ini kembali?
Bhinneka Tunggal Ika
Sumber
Implementasi Metode Pendekatan Design Thinking dalam Pembuatan Aplikasi Happy
Class Di Kampus UPI Cibiru. Jurnal Pendidikan Multimedia Vol. 2, No. 1 (2020), pp. 45–55.
https://inclusion-international.org/catalyst-for-inclusive-education/faq/#unique-identi
fier2
https://www.un.org/esa/socdev/rwss/2016/chapter1.pdf
https://dictionary.cambridge.org/dictionary/english/privilege
https://bentangpustaka.com/mengapa-menyebut-tionghoa-bukan-cina/
https://sumberbelajar.belajar.kemdikbud.go.id/sumberbelajar/tampil/Menggambar-Mo
del-2017/menu4.html
https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/harmony/article/download/20064/9465/
https://www.youtube.com/watch?v=gFiEUYeCpso&list=PLmhGL6lwkT297rC-LgCaTsq2
WlOmLOO dQ
https://lepole.education/en/pedagogical-culture/63-the-inclusive-school.html?start=1
http://learning.enggar.net/materi-pengajaran/kelas-x/pertemuan-ketiga/
http://littlepeoplelearn.blogspot.com/2014/02/portfolios-in-kindergarten-learning.html
Download