Dunia maya adalah cerminan dunia nyata Administrator adalah pejabat eksekutif, cracker adalah koruptor, hacker adalah polisi dan para petugas keamanan, netter adalah informan, bloger adalah para ilmuwan, serta mailing list adalah seminar. 1 BAB 1 TINJAUAN UMUM ETIKA Setelah mempelajari bab ini maka mahasiswa diharapkan memahami: a. Pengertian etika dari beberapa sudut pandang b. Hubungan antara etika, moralitas, dan hukum c. Berbagai macam etika yang berkembang di masyarakat d. Pelanggaran Etika & Motifnya e. Etika & tantangan masa depan A. Pendahuluan Dalam kehidupan bermasyarakat maka sebetulnya setiap individu dituntut untuk mampu bersikap, berperilaku yang bertindak sesuai dengan aturan atau pola-pola interaksi yang berlaku. Hal tersebut berlaku mengikat baik secara sementara atau temporer maupun mengikat secara kuat atau laten. Perilaku yang mengikat secara sementara, hanya berlaku pada saat tertentu saja dan tidak menuntut terlalu dalam terhadap kebebasan individu. Namun nilainilai yang berlaku kuat akan terus memberikan dorongan kepatuhan pada setiap individi didalamnya untuk melakukannya baik secara sukarela atau dengan paksaan. Nilai ini kemudian berkembang pesat menjadi aturan, norma dan nilai yang selalu berubah menurut ketentuan dan tuntutan masyarakat. Inilah yang menjadikan pokok-pokok ketentuan itu menjadi menarik untuk dicermati dan menjadi kajian yang mampu memperluas cakrawala akan ketentuan dalam bersikap dalam sebuah masyarakat. 2 B. Pengertian Etika Pengertian Etika (Etimologi), berasal dari bahasa Yunani adalah “Ethos”, yang berarti watak kesusilaan atau adat kebiasaan (custom). Etika biasanya berkaitan erat dengan perkataan moral yang merupakan istilah dari bahasa Latin, yaitu “Mos” dan dalam bentuk jamaknya “Mores”, yang berarti juga adat kebiasaan atau cara hidup seseorang dengan melakukan perbuatan yang baik (kesusilaan), dan menghindari hal-hal tindakan yang buruk. Etika dan moral lebih kurang sama pengertiannya, tetapi dalam kegiatan sehari-hari terdapat perbedaan, yaitu moral atau moralitas untuk penilaian perbuatan yang dilakukan, sedangkan etika adalah untuk pengkajian sistem nilai-nilai yang berlaku. Istilah Moral berasal dari bahasa Latin. Bentuk tunggal kata ‘moral’ yaitu mos sedangkan bentuk jamaknya yaitu mores yang masing-masing mempunyai arti yang sama yaitu kebiasaan, adat. Bila kita membandingkan dengan arti kata ‘etika’, maka secara etimologis, kata ’etika’ sama dengan kata ‘moral’ karena kedua kata tersebut sama-sama mempunyai arti yaitu kebiasaan,adat. Dengan kata lain, kalau arti kata ’moral’ sama dengan kata ‘etika’, maka rumusan arti kata ‘moral’ adalah nilai-nilai dan norma-norma yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Sedangkan yang membedakan hanya bahasa asalnya saja yaitu ‘etika’ dari bahasa Yunani dan ‘moral’ dari bahasa Latin. Jadi bila kita mengatakan bahwa perbuatan pengedar narkotika itu tidak bermoral, maka kita menganggap perbuatan orang itu melanggar nilai-nilai dan norma-norma etis yang berlaku dalam masyarakat. Atau bila kita mengatakan bahwa pemerkosa itu bermoral bejat, artinya orang tersebut berpegang pada nilai-nilai dan norma-norma yang tidak baik. 3 ‘Moralitas’ (dari kata sifat Latin moralis) mempunyai arti yang pada dasarnya sama dengan ‘moral’, hanya ada nada lebih abstrak. Berbicara tentang “moralitas suatu perbuatan”, artinya segi moral suatu perbuatan atau baik buruknya perbuatan tersebut. Moralitas adalah sifat moral atau keseluruhan asas dan nilai yang berkenaan dengan baik dan buruk. Istilah lain yang identik dengan etika, yaitu: 1. Susila (Sanskerta), lebih menunjukkan kepada dasar-dasar, prinsip, aturan hidup (sila) yang lebih baik (su). 2. Akhlak (Arab), berarti moral, dan etika berarti ilmu akhlak. Filsuf Aristoteles, dalam bukunya Etika Nikomacheia, menjelaskan tentang pembahasan Etika, sebagai berikut: 1. Terminius Techicus, Pengertian etika dalam hal ini adalah, etika dipelajari untuk ilmu pengetahuan yang mempelajari masalah perbuatan atau tindakan manusia. 2. Manner dan Custom, Membahas etika yang berkaitan dengan tata cara dan kebiasaan (adat) yang melekat dalam kodrat manusia (In herent in human nature) yang terikat dengan pengertian “baik dan buruk” suatu tingkah laku atau perbuatan manusia. 3. Pengertian dan definisi Etika dari para filsuf atau ahli berbeda dalam pokok perhatiannya; antara lain: a. Merupakan prinsip-prinsip moral yang termasuk ilmu tentang kebaikan dan sifat dari hak (The principles of morality, including the science of good and the nature of the right) b. Pedoman perilaku, yang diakui berkaitan dengan memperhatikan bagian utama dari kegiatan manusia. (The rules of conduct, recognize in respect to a particular class of human actions) 4 c. Ilmu watak manusia yang ideal, dan prinsip-prinsip moral sebagai individual. (The science of human character in its ideal state, and moral principles as of an individual) d. Merupakan ilmu mengenai suatu kewajiban (The science of duty) Arti dari bentuk jamak inilah yang melatar-belakangi terbentuknya istilah Etika yang oleh Aristoteles dipakai untuk menunjukkan filsafat moral. Jadi, secara etimologis (asal usul kata), etika mempunyai arti yaitu ilmu tentang apa yang biasa dilakukan atau ilmu tentang adat kebiasaan (K.Bertens, 2000). Biasanya bila kita mengalami kesulitan untuk memahami arti sebuah kata maka kita akan mencari arti kata tersebut dalam kamus. Tetapi ternyata tidak semua kamus mencantumkan arti dari sebuah kata secara lengkap. Hal tersebut dapat kita lihat dari perbandingan yang dilakukan oleh K. Bertens terhadap arti kata ‘etika’ yang terdapat dalam Kamus Bahasa Indonesia yang lama dengan Kamus Bahasa Indonesia yang baru. Dalam Kamus Bahasa Indonesia yang lama (Poerwadarminta, sejak 1953 – mengutip dari Bertens,2000), etika mempunyai arti sebagai : “ilmu pengetahuan tentang asas-asas akhlak (moral)”. Sedangkan kata ‘etika’ dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yang baru (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1988 – mengutip dari Bertens 2000), mempunyai arti : 1. Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlak); 2. Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak; 3. Nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat. Dari perbadingan kedua kamus tersebut terlihat bahwa dalam Kamus Bahasa Indonesia yang lama hanya terdapat satu arti saja yaitu etika sebagai ilmu. Sedangkan Kamus Bahasa Indonesia yang baru memuat beberapa arti. Kalau kita misalnya sedang membaca sebuah kalimat di berita surat kabar “Dalam dunia bisnis etika merosot terus” maka kata ‘etika’ di sini bila 5 dikaitkan dengan arti yang terdapat dalam Kamus Bahasa Indonesia yang lama tersebut tidak cocok karena maksud dari kata ‘etika’ dalam kalimat tersebut bukan etika sebagai ilmu melainkan ‘nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat’. Jadi arti kata ‘etika’ dalam Kamus Bahasa Indonesia yang lama tidak lengkap. K. Bertens berpendapat bahwa arti kata ‘etika’ dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia tersebut dapat lebih dipertajam dan susunan atau urutannya lebih baik dibalik, karena arti kata ke-3 lebih mendasar daripada arti kata keSehingga arti dan susunannya menjadi seperti berikut : 1. Nilai dan norma moral yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya.Misalnya, jika orang berbicara tentang etika orang Jawa, etika agama Budha, etika Protestan dan sebagainya, maka yang dimaksudkan etika di sini bukan etika sebagai ilmu melainkan etika sebagai sistem nilai. Sistem nilai ini bisaberfungsi dalam hidup manusia perorangan maupun pada taraf sosial. 2. Kumpulan asas atau nilai moral. Yang dimaksud di sini adalah kode etik. Contoh : Kode Etik Jurnalistik, kode etik ilmuwan teknologi informasi 3. Ilmu tentang yang baik atau buruk. Etika baru menjadi ilmu bila kemungkinan-kemungkinan etis (asas-asas dan nilai-nilai tentang yang dianggap baik dan buruk) yang begitu saja diterima dalam suatu masyarakat dan sering kali tanpa disadari menjadi bahan refleksi bagi suatu penelitian sistematis dan metodis. Etika di sini sama artinya dengan filsafat moral. Dalam pergaulan hidup bermasyarakat, bernegara hingga pergaulan hidup tingkat internasional di perlukan suatu system yang mengatur bagaimana seharusnya manusia bergaul. Sistem pengaturan pergaulan tersebut menjadi saling menghormati dan dikenal dengan sebutan sopan santun, tata krama, protokoler dan lain-lain. 6 Maksud pedoman pergaulan tidak lain untuk menjaga kepentingan masing-masing yang terlibat agar mereka senang, tenang, tentram, terlindung tanpa merugikan kepentingannya serta terjamin agar perbuatannya yang tengah dijalankan sesuai dengan adat kebiasaan yang berlaku dan tidak bertentangan dengan hak-hak asasi umumnya. Hal itulah yang mendasari tumbuh kembangnya etika di masyarakat kita. Menurut para ahli maka etika tidak lain adalah aturan prilaku, adat kebiasaan manusia dalam pergaulan antara sesamanya dan menegaskan mana yang benar dan mana yang buruk. Perkataan etika atau lazim juga disebut etik, berasal dari kata Yunani ETHOS yang berarti norma-norma, nilai-nilai, kaidah-kaidah dan ukuran-ukuran bagi tingkah laku manusia yang baik, seperti yang dirumuskan oleh beberapa ahli berikut ini : 1. Drs. O.P. SIMORANGKIR : etika atau etik sebagai pandangan manusia dalam berprilaku menurut ukuran dan nilai yang baik. 2. Drs. Sidi Gajalba dalam sistematika filsafat : etika adalah teori tentang tingkah laku perbuatan manusia dipandang dari segi baik dan buruk, sejauh yang dapat ditentukan oleh akal. 3. Drs. H. Burhanudin Salam : etika adalah cabang filsafat yang berbicara mengenai nilai dan norma moral yang menentukan prilaku manusia dalam hidupnya. Etika dalam perkembangannya sangat mempengaruhi kehidupan manusia. Etika memberi manusia orientasi bagaimana ia menjalani hidupnya melalui rangkaian tindakan sehari-hari. Itu berarti etika membantu manusia untuk mengambil sikap dan bertindak secara tepat dalam menjalani hidup ini. Etika pada akhirnya membantu kita untuk mengambil keputusan tentang tindakan apa yang perlu kita lakukan dan yangpelru kita pahami bersama bahwa etika ini dapat diterapkan dalam segala aspek atau sisi kehidupan kita, dengan demikian etika ini dapat dibagi menjadi beberapa bagian sesuai dengan aspek atau sisi kehidupan manusianya. 7 C. Macam-macam Etika Dalam membahas Etika sebagai ilmu yang menyelidiki tentang tanggapan kesusilaan atau etis, yaitu sama halnya dengan berbicara moral (mores). Manusia disebut etis, ialah manusia secara utuh dan menyeluruh mampu memenuhi hajat hidupnya dalam rangka asas keseimbangan antara kepentingan pribadi dengan pihak yang lainnya, antara rohani dengan jasmaninya, dan antara sebagai makhluk berdiri sendiri dengan penciptanya. Termasuk di dalamnya membahas nilai-nilai atau norma-norma yang dikaitkan dengan etika, terdapat dua macam etika (Keraf: 1991: 23), sebagai berikut: 1 Etika Deskriptif Etika yang menelaah secara kritis dan rasional tentang sikap dan perilaku manusia, serta apa yang dikejar oleh setiap orang dalam hidupnya sebagai sesuatu yang bernilai. Artinya Etika deskriptif tersebut berbicara mengenai fakta secara apa adanya, yakni mengenai nilai dan perilaku manusia sebagai suatu fakta yang terkait dengan situasi dan realitas yang membudaya. Da-pat disimpulkan bahwa tentang kenyataan dalam penghayatan nilai atau tanpa nilai dalam suatu masyarakat yang dikaitkan dengan kondisi tertentu memungkinkan manusia dapat bertindak secara etis. 2. Etika Normatif Etika yang menetapkan berbagai sikap dan perilaku yang ideal dan seharusnya dimiliki oleh manusia atau apa yang seharusnya dijalankan oleh manusia dan tindakan apa yang bernilai dalam hidup ini. Jadi Etika Normatif merupakan norma-norma yang dapat menuntun agar manusia bertindak secara baik dan menghindarkan hal-hal yang buruk, sesuai dengan kaidah atau norma yang disepakati dan berlaku di masyarakat. Dari berbagai pembahasan definisi tentang etika tersebut di atas dapat diklasifikasikan menjadi tiga (3) jenis definisi, yaitu sebagai berikut: a. Jenis pertama, etika dipandang sebagai cabang filsafat yang khusus membicarakan tentang nilai baik dan buruk dari perilaku manusia. 8 b. Jenis kedua, etika dipandang sebagai ilmu pengetahuan yang membicarakan baik buruknya perilaku manusia dalam kehidupan bersama. Definisi tersebut tidak melihat kenyataan bahwa ada keragaman norma, karena adanya ketidaksamaan waktu dan tempat, akhirnya etika menjadi ilmu yang deskriptif dan lebih bersifat sosiologik. c. Jenis ketiga, etika dipandang sebagai ilmu pengetahuan yang bersifat normatif, dan evaluatif yang hanya memberikan nilai baik buruknya terhadap perilaku manusia. Dalam hal ini tidak perlu menunjukkan adanya fakta, cukup informasi, menganjurkan dan merefleksikan. Definisi etika ini lebih bersifat informatif, direktif dan reflektif. D. Norma dan Kaidah Di dalam kehidupan sehari-hari sering dikenal dengan istilah norma-norma atau kaidah, yaitu biasanya suatu nilai yang mengatur dan memberikan pedoman atau patokan tertentu bagi setiap orang atau masyarakat untuk bersikap tindak, dan berperilaku sesuai dengan peraturan-peraturan yang telah disepakati bersama. Patokan atau pedoman tersebut sebagai norma (norm) atau kaidah yang merupakan standar yang harus ditaati atau dipatuhi (Soekanto: 1989:7). Kehidupan masyarakat terdapat berbagai golongan dan aliran yang beraneka ragam, masing-masing mempunyai kepentingan sendiri, akan tetapi kepentingan bersama itu mengharuskan adanya ketertiban dan keamanan dalam kehidupan sehari-hari dalam bentuk peraturan yang disepakati bersama, yang mengatur tingkah laku dalam masyarakat, yang disebut peraturan hidup.Untuk memenuhi kebutuhan dan kepentingan kehidupan dengan aman, tertib dan damai tanpa gangguan tersebut, maka diperlukan suatu tata (orde=ordnung), dan tata itu diwujudkan dalam “aturan main” yang menjadi pedoman bagi segala pergaulan kehidupan sehari-hari, sehingga kepentingan masing-masing anggota masyarakat terpelihara dan terjamin. 9 Setiap anggota masyarakat mengetahui “hak dan kewajibannya masingmasing sesuai dengan tata peraturan”, dan tata itu lazim disebut “kaedah” (bahasa Arab), dan “norma” (bahasa Latin) atau ukuran-ukuran yang menjadi pedoman, norma-norma tersebut mempunyai dua macam menurut isinya, yaitu: 1. Perintah, yang merupakan keharusan bagi seseorang untuk berbuat sesuatu oleh karena akibatnya dipandang baik. 2. Larangan, yang merupakan keharusan bagi seseorang untuk tidak berbuat sesuatu oleh karena akibatnya dipandang tidak baik.Artinya norma adalah untuk memberikan petunjuk kepada manusia bagaimana seseorang hams bertindak dalam masyarakat serta perbuatan-perbuatan mana yang harus dijalankannya, dan perbuatan-perbuatan mana yang harus dihindari (Kansil, 1989:81). Norma-norma itu dapat dipertahankan melalui sanksi-sanksi, yaitu berupa ancaman hukuman terhadap siapa yang telah melanggarnya. Tetapi dalam kehidupan masyarakat yang terikat oleh peraturan hidup yang disebut norma, tanpa atau dikenakan sanksi atas pelanggaran, bila seseorang melanggar suatu norma, maka akan dikenakan sanksi sesuai dengan tingkat dan sifatnya suatu pelanggaran yang terjadi, misalnya sebagai berikut: 1. Semestinya tahu aturan tidak akan berbicara sambil menghisap rokok di hadapan tamu atau orang yang dihormatinya, dan sanksinya hanya berupa celaan karena dianggap tidak sopan walaupun merokok itu tidak dilarang.Seseorang tamu yang hendak pulang, menurut tata krama harus diantar sampai di muka pintu rumah atau kantor, bila tidak maka sanksinya hanya berupa celaan karena dianggap sombong dan tidak menghormati tamunya. 2. Mengangkat gagang telepon setelah di ujung bunyi ke tiga kalinya serta mengucapkan salam, dan jika mengangkat telepon sedang berdering dengan kasar, maka sanksinya dianggap “intrupsi” adalah menunjukkan 10 ketidaksenangan yang tidak sopan dan tidak menghormati si penelepon atau orang yang ada disekitarnya. 3. Orang yang mencuri barang milik orang lain tanpa sepengetahuan pemiliknya, maka sanksinya cukup berat dan bersangkutan dikenakan sanksi hukuman, baik hukuman pidana penjara maupun perdata (ganti rugi). Kemudian norma tersebut dalam pergaulan hidup terdapat empat (4) kaedah atau norma, yaitu norma agama, kesusilaan, kesopanan dan hukum . Dalam pelaksanaannya, terbagi lagi menjadi norma-norma umum (non hukum) dan norma hukum, pemberlakuan norma-norma itu dalam aspek kehidupan dapat digolongkan ke dalam dua macam kaidah, sebagai berikut: a. Aspek kehidupan pribadi (individual) meliputi: 1) Kaidah kepercayaan untuk mencapai kesucian hidup pribadi atau kehidupan yang beriman. 2) Kehidupan kesusilaan, nilai moral, dan etika yang tertuju pada kebaikan hidup pribadi demi tercapainya kesucian hati nu-rani yang berakhlak berbudi luhur (akhlakul kharimah). b. Aspek kehidupan antar pribadi (bermasyarakat) meliputi: 1) Kaidah atau norma-norma sopan-santun, tata krama dan etiketdalam pergaulan sehari-hari dalam bermasyarakat (pleasant living together). 2) Kaidah-kaidah hukum yang tertuju kepada terciptanya ketertiban, kedamaian dan keadilan dalam kehidupan bersama atau bermasyarakat yang penuh dengan kepastian atau ketenteraman (peaceful living together).Sedangkan masalah norma non hukum adalah masalah yang cukup penting dan selanjutnya akan dibahas secara lebih luas mengenai kode perilaku dan kode profesi Humas/PR, yaitu seperti nilai-nilai moral, etika, etis, etiket, tata krama dalam pergaulan sosial atau bermasyarakat, sebagai nilai aturan yang telah disepakati bersama, dihormati, wajib dipatuhi dan ditaati. 11 Norma moral tersebut tidak akan dipakai untuk menilai seorang dokter ketika mengobati pasiennya, atau dosen dalam menyampaikan materi kuliah terhadap para mahasiswanya, melainkan untuk menilai bagaimana sebagai profesional tersebut menjalankan tugas dan kewajibannya dengan baik sebagai manusia yang berbudi luhur, juiur, bermoral, penuh integritas dan bertanggung jawab.Terlepas dari mereka sebagai profesional tersebut jitu atau tidak dalam memberikan obat sebagai penyembuhnya, atau metodologi dan keterampilan dalam memberikan bahan kuliah dengan tepat. Dalam hal ini yang ditekankan adalah “sikap atau perilaku” mereka dalam menjalankan tugas dan fungsi sebagai profesional yang diembannya untuk saling menghargai sesama atau kehidupan manusia. Pada akhirnya nilai moral, etika, kode perilaku dan kode etik standard profesi adalah memberikan jalan, pedoman, tolok ukur dan acuan untuk mengambil keputusan tentang tindakan apa yang akan dilakukan dalam berbagai situasi dan kondisi tertentu dalam memberikan pelayanan profesi atau keahliannya masing-masing. Pengambilan keputusan etis atau etik, merupakan aspek kompetensi dari perilaku moral sebagai seorang profesional yang telah memperhitungkan konsekuensinya, secara matang baik-buruknya akibat yang ditimbulkan dari tindakannya itu secara obyektif, dan sekaligus memiliki tanggung jawab atau integritas yang tinggi. Kode etik profesi dibentuk dan disepakati oleh para profesional tersebut bukanlah ditujukan untuk melindungi kepentingan individual (subyektif), tetapi lebih ditekankan kepada kepentingan yang lebih luas (obyektif). E. Etiket Pengertian etiket dan etika sering dicampuradukkan, padahal kedua istilah tersebut terdapat arti yang berbeda, walaupun ada persamaannya. Istilah etika sebagaimana dijelaskan sebelumnya adalah berkaitan dengan moral (mores), sedangkan kata etiket adalah berkaitan dengan nilai sopan santun, tata krama dalam pergaulan formal. Persamaannya adalah mengenai perilaku manusia 12 secara normatif yang etis. Artinya memberikan pedoman atau norma-norma tertentu yaitu bagaimana seharusnya seseorang itu melakukan perbuatan dan tidak melakukan sesuatu perbuatan.Istilah etiket berasal dari Etiquette (Perancis) yang berarti dari awal suatu kartu undangan yang biasanya dipergunakan semasa raja-raja di Perancis mengadakan pertemuan resmi, pesta dan resepsi untuk kalangan para elite kerajaan atau bangsawan. Dalam pertemuan tersebut telah ditentukan atau disepakati berbagai peraturan atau tata krama yang harus dipatuhi, seperti cara berpakaian (tata busana), cara duduk, cara bersalaman, cara berbicara, dan cara bertamu dengan si kap serta perilaku yang penuh sopan santun dalam pergaulan formal atau resmi.Definisi etiket, menurut para pakar ada beberapa pengertian, yaitu merupakan kumpulan tata cara dan sikap baik dalam pergaulan antar manusia yang beradab. Pendapat lain mengatakan bahwa etiket adalah tata aturan sopan santun yang disetujui oleh masyarakat tertentu dan menjadi norma serta panutan dalam bertingkah lake sebagai anggota masyarakat yang baik dan menyenangkan.Menurut K. Bertens, dalam buku berjudul Etika, 1994. yaitu selain ada persamaannya, dan juga ada empat perbedaan antara etika dan etiket, yaitu secara umumnya sebagai berikut: 1. Etika adalah niat, apakah perbuatan itu boleh dilakukan atau tidak sesuai pertimbangan niat baik atau buruk sebagai akibatnya. Etiket adalah menetapkan cara, untuk melakukan perbuatan benar sesuai dengan yang diharapkan. 2. Etika adalah nurani (bathiniah), bagaimana harus bersikap etis dan baik yang sesungguhnya timbul dari kesadaran dirinya. Etiket adalah formalitas (lahiriah), tampak dari sikap luarnya penuh dengan sopan santun dan kebaikan. 3. Etika bersifat absolut, artinya tidak dapat ditawar-tawar lagi, kalau perbuatan baik mendapat pujian dan yang salah harus mendapat 13 sanksi.Etiket bersifat relatif, yaitu yang dianggap tidak sopan dalam suatu kebudayaan daerah tertentu, tetapi belum tentu di tempat daerah lainnya. Etika berlakunya, tidak tergantung pada ada atau tidaknya orang lain yang hadir. Etiket hanya berlaku, jika ada orang lain yang hadir, dan jika tidak ada orang lain maka etiket itu tidak berlaku. F. Perbedaan Etika Dan Moralitas 1. Moralitas Ajaran moral memuat pandangan tentang nilai dan norma moral yang terdapat di antara sekelompok manusia. Adapun nilai moral adalah kebaikan manusia sebagai manusia. Norma moral adalah tentang bagaimana manusia harus hidup supaya menjadi baik sebagai manusia. Ada perbedaan antara kebaikan moral dan kebaikan pada umumnya. Kebaikan moral merupakan kebaikan manusia sebagai manusia sedangkan kebaikan pada umumnya merupakan kebaikan manusia dilihat dari satu segi saja, misalnya sebagai suami atau isteri, sebagai pustakawan. Moral berkaitan dengan moralitas. Moralitas adala sopan santun, segala sesuatu yang berhubungan dengan etiket atau sopan santun. Moralitas dapat berasal dari sumber tradisi atau adat, agama atau sebuah ideologi atau gabungan dari beberapa sumber. 2. Etika Dan Moralitas Etika bukan sumber tambahan moralitas melainkan merupakan filsafat yang mereflesikan ajaran moral. Pemikiran filsafat mempunyai lima ciri khas yaitu rasional, kritis, mendasar, sistematik dan normatif. Rasional berarti mendasarkan diri pada rasio atau nalar, pada argumentasi yang bersedia untuk dipersoalkan tanpa perkecualian. Kritis berarti filsafat ingin mengerti sebuah masalah sampai ke akar-akarnya, tidak puas dengan pengertian dangkal. Sistematis artinya membahas langkah demi langkah. Normatif menyelidiki bagaimana pandangan moral yang seharusnya. 14 Etika lebih condong ke arah ilmu tentang baik atau buruk menurut adat masyarakat, berbeda dengan moral yang lebih ke arah baik atau buruk menurut hati nurani seseorang. Dapat digambarkan jika seorang batur (pembantu) di lingkungan keraton, saat bertemu dengan Sultan maka etika batur itu adalah menunduk tidak baik jika dia hanya berjalan lenggang biasa saja. Berbeda saat seorang anak muda melihat nenek yang kesulitan menyeberang di jalan raya, maka jika anak muda itu punya moral, dia akan membantu nenek itu menyeberang jalan, karena hati nuraninya berkata bahwa menolong orang itu baik. Jadi berdasarkan contoh kedua kejadian di atas, dapat dilihat bahwa etika dan moral sedikit berbeda. Etika tergantung pada lingkungan/adat suatu masyarakat atau komunitas, sedangkan moral itu hanya tergantung pada hati nurani manusia G. Pelanggaran Etika Interaksi hubungan dalam kehidupan masyarakat senantiasa diwarnai dengan penyalahgunaan, pelanggaran, ataupun penyimpangan. Walaupun telah ada etika sebagai pedoman dalam mengatur kehidupan masyarakat, namun ada sebagian diantaranya yang tidak taat, atau menentang dan bahkan membuat pelanggaran terhadap pedoman yang telah ada. Kondisi demikian akan menimbulkan ketidakseimbangan dalam masyarakat. Pola interaksi antar masyarakat tidak lagi berjalan lancar, karena muncul konflik dan saling tidak percaya, terjadi ketidakharmonisan dalam penghormatan terhadap etika yang ada, dimana ada yang masih setia terhadap etika, namun sebagian cenderung menentang dan membenarkan tindakannya. Dalam kondisi ini maka jika etika ataupun aturan yang berlaku tidak memiliki kemampuan untuk memecahkan permasalahan, maka masyarakat dalam kondisi krisis dan kekacauan pasti akan timbul. 1. Adapun beberapa hal yang membuat seseorang melanggar etika antara lain: 15 a. Kebutuhan Individu : Kebutuhan seringkali adalah hal utama yang mempengaruhi seseorang untuk melakukan pelanggaran, misalnya seorang anak rela mencuri untuk mendapatkan uang demi untuk membayar uang tunggakan sekolah. Seorang bapak yang akhirnya tewas digebukin massa gara-gara mengambil susu dan beras di swalayan untuk menyambung hidup bayi dan istrinya. Karyawan sebuah pabrik yang bertindak anarkis, karena THR belum juga dibayarkan, padahal sudah melebihi jadwal yang dietentukan pemerintah, dan lain-lain b. Tidak Ada Pedoman : Ketika masyarakat dihadapkan pada persoalan yang belum jelas aturannya, maka mereka melakukan intrepretasi sendiri atas persoalan yang dialami. Contohnya pembangunan rumah kumuh di pinggir rel kereta api, di bawah jembatan layang, di tanah kosong. Hal ini dikarenakan belum adanya perda ataupun ketentuan mengikat yang memberikan kejelasan bahwa daerah tersebut tidak boleh ditempati dan dibangun pemukiman liar. Sehingga masyarakat mengitrepretasikan, bahwa lahan kosong yang tidak digunakan boleh dibuat tempat tinggal, apalagi mereka bagian dari warga Negara. Sehingga pada saat tiba waktunya untk membersihkan, maka sudah terlalu komplek permasalahannya dan sulit dipecahkan. c. Perilaku dan Kebiasaan Individu : kebiasaan yang terakumulasi dan tidak dikoreksi akan dapat menimbulkan pelanggaran. Contohnya; anggota DPR yang setiap menelurkan kebijakan selalu ada komisi atau uang tips, ataupu ada anggota yang tidup pada saat sidang berlangsung. Hal demikian ini salah dan keliru. Namun karena telah dilakukan bertahun-tahun, dan pelakunya hampir mayoritas, maka perilaku yang menyimpang tadi dianggap biasa, tidak ada masalah. d. Lingkungan Yang Tidak Etis: Lingkungan yang memiliki daya dukung moral yang buruk, akan mampu membuat seseorang menjadi menyimpang perilakunya untuk tidak taat terhadap pedoman yang berlaku. Contonnya seorang residivis kambuhan, yang selalu keluar 16 masuk penjara. Dalam penjara yang notabene merupakan tempat yang kurang baik, maka mempebgaruhi pola pikir seseorang. Sehingga setiap kali dia masuk penjara, ketika keluar telah memiliki informasi, keahlian, ketrampilan yang baru untuk dapat menyempurnakan tndakan kejahannya. e. Perilaku Orang yang Ditiru: Dalam hal ini, ketika seseorang melakkan pelanggaran terhadap etika, dapat juga karena dia mengimitasi tindakan orang yang dia pandang sebagai tauladan. Seoarng anak yang setiap hari melihat ibunya dipukuli oleh bapaknya, maka bisa jadi pada saat dalam pergaulan, si anak cenderung kasar baik dalam perkataan ataupun perbuatan. Dan itu semua dia dapatkan dari pengamatan di rumah yang dilakuakan oleh bapaknya. 2. Sanksi Pelanggaran Etika : a. Sanksi Sosial: Sanksi ini diberikan oleh masyarakat sendiri, tanpa melibatkan pihak berwenang. Pelanggaran yang terkena sanksi sosial biasanya merupakan kejahatan kecil, ataupun pelanggaran yang dapat dimaafkan. Dengan demikian hukuman yang diterima akan ditentukan leh masyarakat, misalnya membayar ganti rugi dsb. Pedoman yang digunakan adalah etika setempat berdasarkan keputusan bersama. b. Sanksi Hukum: Sanksi ini diberikan oleh pihak berwengan, dalam hal ini pihak kepolisian dan hakim. Pelanggaran yang dilakukan tergolong pelanggaran berat dan harus diganjar dengan hukuman pidana ataupun perdata. Pedomannya seuatu KUHP. 17 BAB 2 DEHUMANISASI & TEKNOLOGI Setelah mengikuti mata kuliah ini maka diharapkan mahasiswa akan memahami: a. Globalisasi dan dampaknya bagi manusia b. Perkembangan teknologi komputer dari masa ke masa c. Korelasi antara etika, teknologi dan hukum d. Etika dalam pengunaan komputer A. Pendahuluan Dalam perkembangan peradapan yang semakin mutakhir seperti saat ini, maka keberadaan teknologi memegang peranan penting dalam meningkatkan taraf hidup manusia. Tekonologi menjadika kehidupan menjadi lebih mudah, bergerak dengan lebih cepat, dan pengeluaran biaya yang lebih murah. Orang asing menyebut teknologi dengan slogan, “easier, cheaper, faster”. Disadari teknologi merupakan sebuah inovasi karya manusia yang dibuat untuk memberikan kemudahan dalam segala hal. Penggunaan computer dalam pekerjaan misalnya mampu membuat pekerjaan menjadi lebih cepat, lebih sempurna hasilnya karena dilakukan dengan control yang optimal. Adalah fakta tak terbantahkan, globalisasi terus mengepakkan sayap, menancapkan kuku-kuku dan menghujamkan utopia masa depan yang semakin tanpa batas. Globalisasi tak pernah tuntas dibahas, sebagaimana ditengarai Prof George Lodge dari Harvard Business School: Tak satu pun 18 pakar globalisasi di jagat ini, kecuali mungkin dia utusan dari langit, tuntas bicara tentangnya. Dalam bahasa Ricoeur, globalisasi mencakup surface structure dan deep structure yang tak cukup dibahas secara sekilas. Karena itu, atas nama kemanusiaan global, kita mesti menempatkan pembicaraan tentang globalisasi dalam kerangka humanisasi. Bagaimana globalisasi yang tak bisa ditolak dan menjadi fakta tak terbantahkan pun tak terbatalkan dapat menumbuhkan aspek-aspek human dignity dan human compassion? Menurut para ahli sosiologi, perkembangan teknologi telah melahirkan tripartit problem pokok bagi kemanusiaan. Pertama, ia telah melahirkan inequality, yakni problem konfliktual antara kelas-kelas sosial, kasta tinggi dan kasta rendah, kaya dan miskin, yang berkuasa dan yang marginal. Kedua, ia memunculkan pertanyaan menyangkut cohesion, yakni apakah manusia yang makin otonom bisa membentuk komunitas dan merasa bertanggung jawab satu sama lain atau tidak. Ketiga, problem rationalization, suatu pendekatan rasional terhadap penghimpunan pengetahuan, terhadap barang produksi, kontrol atas hidup industrial dan sosial. Persoalan kesenjangan saat ini telah mulai nampak. Bahwa teknologi telah menyingkirkan fungsi manusia sebagai salah satu faktor produksi yang dominan. Pabrik-pabrik berskala besar lebih memilih memakai mesin dalam melakukan kegiatan produksi dan merumahkan jutaan karyawan dengan alan efisiensi. Kemunculan masyarakat dalam beragam strata sosial yang notabene dipengaruhi oleh kesanggupan dalam mengakses teknologi. Situasi ini membawa dampak dikotomi sosial dalam masyarakat, dimana satu sama lain sering memunculkan konflik. Persoalan kohesifitas menimbulkan sifat otonom pada individu-individu yang kemudian sangat independen dalam suatu komunitas yang bersifat eksklusif. Pada tataran ini maka pemaknaan fungsi sebgai makhluk sosial menjadi sempit, hanya dibatasi oleh komunitas saja. Hal ini membuat manusia menjadi enggan berhubungan dengan orang lain yang bukan komunitas 19 mereka. Sikap ketidahacuhan terhadap lingkungan berkembang, dan menjadikan fungsi sosialisasi menjadi kurang optimal sehingga rentan terhadap konflik. Persoalan rasionalisasi mengarah pada persoalan ketergantungan yang besar manusia terhadap teknologi. Hal ini akan menimbulkan dampak kurangnya kontrol sosial terhadap kehidupan individi dan masyarakat. Sehingga terkadang jika kitasmpat berfikir, saat ini kehidupan yang kita jalani selalu diarahkan dan diatur oleh teknologi. Seperti apa kita sangat tergantung dari perkembangan teknologi yang kita akses. Dengan demikian secara tidak sadar, kehidupan yang saat ini kita jalani, sangat tergantung pada teknologi. Artinya apa, ketiadaan teknologi, bisa jadi membuat kita tidak merasa ”hidup”. Tantangan terbesar dihadapkan kepada kita, bagaimana kita mampu menjadikan globalisasi dan perkembangan teknologi ini sebagai peristiwa manusiawi yang mempunyai dampak bagi "keselamatan", yakni interkoneksitas dalam hal kesejahteraan, keadilan, perdamaian, dan harmoni di Bumi ini. Kalau demikian, globalisasi lantas menjadi gratia efficient, dampak menyelamatkan bagi setiap insan Contoh sederhana: Penggunaan teknologi yang memberikan dampak terhadap dehumanisasi individu dan masyarakat antara lain. Penggunaan e-mail, ataupu sms dalam berkomunikasi dengan orang lain akan merubah gaya seseorang dalam bertutur kata dengan orang lain. Nilai dan etika kesopanan dalam berkomunikasi akhirnya luntur dan tidak banyak lagi digunakan. Permainan play station atau game online membuat orang (anak) menjadi malas keluar rumah, sibuk dengan dirinya yang seolah-olah adalah pahlawan dalam game yang dia mainkan. Hal ini akan berdampak pada pola sosialisasi mereka dengan lingkungan, interaksi dengan teman, dll. Dan masih banyak 20 kasus penggunaan teknologi yang akhirnya membawa dampak dehumanisasi terhadap individu penggunanya. B. Integritas Dan Etika Ilmuan Terhadap Iptek 1. Kemajuan Sains dan Teknologi tanpa Etika akan Menghancurkan Hidup Manusia Manusia sebagai makhluk yang berakal budi tidak henti-hentinya mengembangkan pengetahuannya. Akibatnya teknologi berkembang sangat cepat dan tidak terbendung seperti tampak dalam teknologi persenjataan, computer informasi, kedokteran, biologi dan pangan. Kemajuan teknologi tersebut bila tidak disertai dengan nilai etika akan menghancurkan hidup manusia sendiri seperti terbukti dengan perang Irak, pemanasan global, daya tahan manusia yang semakin rendah, pemiskinan sebagian penduduk dunia, makin cepat habisnya sumber alam, rusaknya ekologi, dan ketidakadilan. Pertanyaan yang secara etis dan kritis harus diajukan adalah, apakah teknologi yang kita kembangkan sungguh demi kebahagiaan manusia secara menyeluruh? “Nilai kemanusiaan” sebagai salah satu nilai etika perlu ditaati dalam mengembangkan teknologi Memasuki abad ke 21, berarti menapaki abad global. Akibat perkembangan tehnologi informasi dan transportasi, dunia Inteernasional pada abad ini mengalami sebuah perubahan besar, yang dikenal dengan era global. Dalam era demikian, situasi dunia menjadi amat transparan, jendela internasional, terdapat hampir disetiap rumah. Apa yang terjadi dsalah satu sudut bumi dalam waktu singkat dapat ditangkap dari beerbagai belahan dunia, pintu gerbang antar Negara semakin teerbuka, sekat sekat budaya semakin hilang dan ujung ujungnya akan terbentuk apa yang disebut JHON NEISBITT sebagai Gaya Hidup Global. 21 Abad ini ditandai dengan kemajuan sains dan teknologi yang sangat pesat. Kemajuan itu terutama dipacu oleh kemajuan teknologi computer dan informasi sehingga zaman ini sering disebut era revolusi baru yaitu revolusi informasi.Produk dari kemajuan sains dan teknologi kian canggih dan bermutu. Hampir dalam semua bidang kehidupan kita dapat menikmati produk teknologi modern mulai dari peralatan rumah tangga sampai dengan peralatan industri yang besar. Dengan semua kemajuan itu hidup manusia dipermudah, diperlancar, dan lebih sejahtera. Tetapi di sisi yang lain, kita melihat bahwa berbagai kemajuan tersebut juga membawa dampak negatif bagi kehidupan manusia seperti lingkungan hidup yang tidak nyaman, ketidakadilan dan bahkan penghancuran kelompok manusia. Karenanya patut dipertanyakan, apakah kemajuan sains dan teknologi tersebut perlu dibatasi. Persoalan inilah yang ingin digali dalam makalah ini. 2. Dampak Positif dari Kemajuan Sains dan Teknologi Dampak positif dari kemajuan sains dan teknologi sangat besar, banyak, dan kita rasakan setiap hari. Kemajuan yang paling menonjol adalah bidang teknologi informasi. Dengan kemajuan teknologi informasi seperti internet, komunikasi antara manusia di dunia ini menjadi sangat cepat, tepat dan transparan. Dengan kemajuan itu semua, dunia yang tadinya terasa luas dan besar, kini terasa kecil karena jarak tidak lagi sangat menentukan. Apa yang terjadi di suatu belahan bumi akan diketahui di tempat lain sehingga hamper semua kejadian dapat diketahui dari tempat manapun. Penemuan dan kemajuan sains dan teknologi oleh para ahli di suatu negara dengan cepat dapat diketahui oleh para ahli dari negara lain sehingga hasilnya cepat dapat digunakan oleh banyak orang. Kemajuan teknologi informasi dengan jelas juga membantu proses demokrasi di dunia ini karena apapun yang terjadi dalam suatu negara tidak dapat ditutupi lagi oleh pemerintahnya. Ketidakadialan, atau sikap dictatorial pemerintah di suatu negara tidak dapat ditutupi lagi dari pengamatan negara lain karena dengan 22 mudah diberitakan lewat internet dan peralatan telekomunikasi lain yang canggih. Dengan demikian tanggapan dari negara lain dapat masuk dengan cepat pula. Gagasan seseorang juga sulit diberangus dalam era informatika ini, karena sekali gagasan orang itu keluar dan disebarkan lewat teknologi informasi yang canggih, semua orang dapat menangkapnya. Dalam banyak hal jelas lancarnya komunikasi informasi telah membantu hidup manusia menjadi lebih maju, lebih baik, dan lebih sejahtera. Dengan kemajuan teknologi terutama computer yang terus berkembang talah banyak mengubah cara kerja dan gaya hidup banyak orang. Banyak hal yang dulu dikerjakan secara perlahan dan memakan waktu lama, kini bisa deprogram dan diselesaikan dengan waktu yang lebih singkat. Pekerjaan yang dulu harus diselesaikan oleh banyak orang, sekarang cukup dilakukan oleh sedikit orang saja karena dukungan system computer. Banyak pekerjaan yang dulu dilakukan oleh tangan manusia kini digantikan robot yang dapat bekerja cepat dan tanpa lelah. Sistem computer dan segala macam programnya, telah mempercepat manusia dalam memecahkan banyak persoalan. Manusia terpacu untuk berpikir cepat, memecahkan persoalan dengan cepat, temasuk dalam hubungan dengan orang lain entah sebagai pribadi atau bisnis. Semua ini jelas mengubah gagasan manusia tentang alam ini sendiri dan tentang relasi antara manusia. Kemajuan dalam bidang teknologi komputer, akhirnya juga mendorong kemajuan teknologi di bidang yang lain, seperti kedokteran, militer, mesin industri, dan riset biologi yang juga menjadi makin canggih. Di bidang militer, kini banyak menggunakan system persenjataan yang serba otomatis dan bisa dikendalikan dari jarak jauh dengan hasil yang sangat akurat. Ketepatan pengeboman atau ketepatan sasaran bidik peluru kendali, lebih bisa diprediksi. Dalam dunia kesehatan, kita lihat juga kemajuan yang sangat besar dengan segala macam peralatan yang menggunakan sistem komputer. Ini memungkinkan semua proses pemeriksaan kesehatan menjadi lebih presisi dan akurat. Bagian terdalam tubuh manusia dapat dilihat dengan lebih jelas 23 sehingga diagnose dokter lebih tepat dan tindakan kesehatan dapat lebih diberikan secara lebih tepat pula. Peralatan operasi yang menggunakan sinar laser dapat membantu dokter mengoperasi bagian tubuh yang lembut dan tersembunyi. Bidang farmasi pun berkembang sangat cepat. Kehadiran teknologi modern memungkinkan penemuan dan pembuatan obat dapat dilakukan dengan lebih baik dan berdaya guna. Jelas semua itu menjadikan bantuan kesehatan bagi manusia lebih baik. Dalam bidang biologi, kemajuan sains dan teknologi dengan sangat kentara menampakkan hasil yang besar. Bioteknologi sangat berkembang, rekayasa genetik untuk mengembangkan produk pertanian dan peternakan maju pesat. Yang terakhir dengan berhasilnya percobaan cloning pada tumbuh-tumbuhan, binatang dan bagian tubuh manusia. Cloning tersebut mau tidak mau telah membantu produksi buah-buahan lebih baik, lebih besar dan dalam jumlah banyak; dan cloning bagian tubuh manusia telah membantu untuk menggantikan bagian tubuh yang telah rusak. Semua itu jelas menambah daya hidup manusia. Dunia industri, mulai dari industri kecantikan sampai dengan industri pangan dan mesin-mesin berat, berkembang sangat pesat. Kita dapat melihat peralatan-peralatan pembangunan yang canggih dan otomatis sehingga memungkinkan orang membangun gedung-gedung tinggi dengan segala peralatan yang lengkap. Industri pangan dan industri kecantikan begitu maju sehingga kehidupan dan juga tubuh manusia terjaga dengan baik. Kemajuan yang sama juga terjadi dalam bidang transportasi. Manusia kini menjadi makin mudah untuk pergi kemana pun dalam waktu yang lebih singkat dan nyaman. Jelas semuanya ini mempengaruhi cara keja dan kinerja manusia. Berbagai contohdi atas, jelas menunjukkan bahwa kemajuan sains dan teknologi telah mengubah hidup manusia. Berbagai kemajuan itu telah memungkinkan manusia mampu memecahkan hamper semua persoalan mereka. Sehingga pertanyaannya kini adalah betulkah kemajuan teknologi 24 hanya memberikan dampak positif bagi umat manusia? Tidak adakah dampak negatifnya? Apakah kemajuan sains dan teknologi perlu diberi batas, diberi arah? Bila ya, arah apa yang kiranya dapat diterima? Inilah beberapa persoalan yang perlu dijawab. 3. Dampak Negatif dari Kemajuan Sains dan Teknologi Dari kenyataan yang ada, kecuali dampak positif, kemajuan sains dan teknologi juga memberikan dampak negative bagi hidup manusia. Di sini disebutkan beberapa dampak negatif yang telah muncul antara lain dalam bidang (1) informatika, (2) persenjataan, (3) biologi, (4) medis, dan (5) lingkungan hidup. Informatika. Kemajuan teknologi komputer dan informasi, faktanya juga membuat dunia kejahatan makin canggih. Praktek-praktek pencurian melalui jaringan computer dan internet, seperti pembobolan bank, penipuan transaksi dagang via internet, bahkan pembocoran rahasia sebuah institusi atau negara, juga makin sering terjadi. Kemajuan teknologi komputer dan informasi ini, juga memungkinkan seseorang bisa dirusak kehidupan pribadinya dengan cara penyebarluasan informasi yang tidak benar dan gambar yang direkayasa menggunakan computer dan disebarkan melalui internet. Di beberapa tempat, adanya internet ternyata juga punya dampak negatif bagi banyak orang muda yang dengan mudah mengakses situs pornografi dan informasi yang provokatif dan menghasut dari kelompok-kelompok tertentu. Dan yang terburuk, terbukanya keran informasi akibat majunya teknologi komputer dan informasi ini, membuat mereka yang tak siap menjadi bingung menyikapinya. Persenjataan. Persenjataan yang canggih juga memiliki dampak negatif. Akibat yang ditimbulkan senjata modern dan canggih, bisa lebih menimbulakn kerusakan dan kerugian yang lebih besar atau korban yang jauh lebih banyak jumlahnya ketimbang senjata konvensional, juga karena dengan itu korban yang dibunuh dapat lebih banyak daripada perang 25 tradisional. Senjata modern dan canggih juga bisa membuat beberapa negara merasa sangat kuat dan ingin menguasai atau memaksakan kehendak pada negara lain. Senjata modern dengan efek penghancur yang dahsyat, seperti senjata dengan uranium dan nuklir, bisa memicu persaingan dan pada tingkat tertentu juga bisa menyulut pecahnya perang. Dewasa ini bahkan banyak riset yang dilakukan untuk menciptakan senjata modern dan canggih dengan daya penghancur luar biasa. Para ahli yang melakukan riset penciptaan senjata itu, tentu juga berpikir untuk menguji senjata hasil buatan mereka. Ini jelas bisa menjadi ancaman. Dalam situasi normal dan tenang, mereka memang akan melakukan pengujian di darah aman dan tanpa penghuni. Tapi siapa yang bisa menjamin bahwa mereka tak pernah berkeinginan untuk menguji senjata mereka dalam kondisi sebenarnya, yakni menjadi mesin perang untuk menghancurkan suatu Negara yang dihuni jutaan manusia. Sebenarnya kita dapat bertanya, mengapa mereka membuat persenjataan yang makin canggih? Mengapa tidak membuat peralatan yang lebih berguna bagi kesejahteraan manusia? Biologi. Teknologi rekayasa di bidang biologi juga mengalami kemajuan yang sangat pesat. Dengan teknologi ini, kalangan ahli biologi kini mampu mengembangkan apa yang disebut sebagai cloning yang bisa diterapkan pada tumbuhan, hewan, dan sangat mungkin juga pada manusia. Dengan rekayasa cloning ini, para ahli memang dapat menciptakan mahluk baru tanpa melalui pembiakan sebagaimana lazimnya. Termasuk dalam menciptakan organ manusia yang diperlukan untuk memperbaiki atau memperbarui organ yang rusak. Namun masalahnya tentu akan lain, juka praktek cloning itu dilakukan untuk menciptakan manusia baru. Keinginan untuk menciptakan manusia tanpa melalui perkawinan seperti ini, bahkan sudah memicu munculnya pro-kontra diantara para ahli yang mendukung dan yang menentangnya. Bila tidak disikapi secara kritis, praktek cloning manusia itu, bisa melahirkan dampak negatif dalam kehidupan manusia sendiri. 26 Dampak terburuk yang bisa terjadi bila praktek cloning manusia itu dibiarkan adalah kemungkinan hilangnya kesadaran bahwa mereka adalah mahluk ciptaan Tuhan. Kenyataan bahwa mereka bisa menciptakan segalanya dengan cloning, bisa jadi justru akan membuat mereka melupakan Sang Pencipta sendiri. Dampak lainnya adalah kemungkinan munculnya sikap superioritas perempuan yang tidak akan membutuhkan laki-laki, karena dapat mencipta manusia sendiri dari dirinya. Hal ini akan mengganggu keseimbangan relasi manusia laki-laki dan perempuan yang diciptakan Tuhan untuk saling membantu dalam suatu perkawinan. Maka tata kehidupan baru akan bergolak. Lingkungan hidup. Dari banyak pengalaman, kerusakan lingkungan akibat pembangunan industri masih terus terjadi. Sistem pengelolaan limbah industri yang tidak ditata secara tepat dan baik, menyebabkan lingkungan bukan hanya kotor, tapi juga tercemar. Asap dari industri dan juga transportasi juga menyebabkan polusi udara yang mengakibatkan terjadinya penipisan lapisan ozon dan terjadinya pemanasan global. Pengambilan sumber alam secara besar-besaran menggunakan perangkat berteknologi canggih, melahirkan ancaman tidak tersedianya sumber alam bagi generasi mendatang. Penebangan hutan secara besarbesaran yang dilakukan tanpa memperhitungkan akibatnya, menyebabkan terjadinya penggundulan hutan yang juga mendorong makin meningkatnya suhu udara di muka bumi ini. Pembangunan reactor nuklir di tempat yang tidak tepat dan tidak secara teliti direncanakan telah ikut merusak lingkungan dan mengancam kelangsungan hidup banyak orang. Dari sini tampak bahwa perkembangan teknologi di bidang industri pun perlu memperhatikan pengaturan terhadap lingkungan hidup manusia. Dalam lingkungan tertentu penggunaan teknologi canggih oleh kelompok masyarakat tertentu, juga bisa berakibat kelompok masyarakat yang lain terkalahkan dalam persaingan. Lihat bagaimana penggunaan pukat harimau oleh perusahaan besar telah menyingkirkan dan mematikan nelayan- 27 nelayan tradisional. Akibatnya penduduk tidak dapat hidup layak lagi. Maka terjadi ketidakadilan yang berakibat menyengsarakan orang kecil. Medis. Kemajuan teknologi kedokteran sangat pesat, banyak peralatan medis yang mutakhir ditemukan. Kecuali dampak yang positif, sudah tampak bahwa peralatan yang modern itu juga membawa dampak negatif. Beberapa rumah sakit yang mempunyai peralatan itu, sering secara mudah menganjurkan pasien, termasuk yang secara ekonomi tak mampu, untuk menjalani diagnosa dengan alat itu meski sebenarnya tidak perlu. Akibatnya mereka harus membayar mahal. Bahkan ada beberapa dokter “memaksakan” tindakan operasi dengan menggunakan peralatan yang canggih, hanya demi mengembalikan investasi pembelian peralatan tersebut. Jadi tindakan yang dilakukan terhadap pasien, tidak lagi didasarkan pada pertimbangan untuk membantu pasien, tapi justru pada alatnya. Dari beberapa contoh di atas menjadi jelas bahwa kecuali dampak positif dari kemajuan sains dan teknologi, juga terdapat banyak dampak negatifnya. Maka kiranya diperlukan suatu aturan main, suatu pembatasan, suatu arah bagi perkembangan teknologi, terutama dalam penggunaan hasil teknologi. Persoalannya adalah pembatasan seperti apa yang diperlukan bagi perkembangan sains dan teknologi? Pembatasan dan arah seperti apa yang dapat diterima oleh mayoritas umat manusia, terutama para ahli sains dan teknologi? C. Pokok-Pokok Etika Dalam Konteks Akademis Dunia akademik ialah relung civitas academica. Di lingkungan ini, di Indonesia tugas pokok warganya adalah Tridharma: penerusan dan penyebarluasan iptek, pengembangan iptek, dan penerapan iptek dalam pengabdian kepada masyarakat. Dalam ketiga dharma ini, dan terutama dalam kedua dharma yang pertama, termasuk pula penerbitan karya ilmiah. Etika yang merambah semua kegiatan inilah yang dimaksudkan dengan etika akademik, ini meliputi sikap ilmiah, tanggungjawab ilmiah dan 28 professional, dan perilaku kolegial-profesional sebagai warga masyarakat akademik. Semuanya bertumpu pada kejujuran ilmiah (scientific honesty), perlakuan yang adil (fairness), dan keterbukaan serta penghargaan terhadap pendapat orang lain. Dalam publikasi, tidak etis untuk melanggar HAKI dan melakukan penjiplakan. Penghargaan terhadap pendapat orang lain diwujudkan dengan menyebutkan sumbernya bila kita mengutip, mengucapkan terima kasih secara eksplisit kepada orang-orang yang telah membantu melahirkan publikasi itu, dan tidak memelintir pendapat orang lain untuk menyesuaikannya dengan kepentingan kita. Mencatut nama besar orang lain untuk “mendongkrak” prestise karya tulis kita juga sangat tidak terpuji. Demikian pula memampangkan “seabrek” acuan di bagian akhir makalah kita, padahal semua atau sebagian besar dari acuan-acuan itu tidak penad (relevant) dengan isi makalah kita. Tanggapan (renponse) atas pendapat orang lain dan tangkisan (rebuttal) atas kritik yang kita terima boleh saja sangat tajam, tetapi tidak boleh mempermalukan orang lain. Bukan orangnya yang kita kecam dan tentang pandangannya Ilmu dapat dipandang secara internalistik, artinya dicermati dari segi kebenaran intersubjektif (konsistensi internal dan korespondensinya dengan fakta dan empiria). Ini meliputi keseksamaan peranti (devices) dan rudas (apparati) yang dipakai dalam pengamatan dan pengukuran serta ketepatan penyusunannya dalam percobaan (experimental set-up), kejelian pengamatan dan kecermatan pengukurannya, kebenaran metode percobaan dan analisis datanya serta kelogisan penarikan kesimpulannya. Ilmu juga dapat dipandang secara eksternalistik, artinya dicermati dari segi hubungannya dengan dampaknya pada unsur-unsur kebudayaan lain di luar dirinya. Ini meliputi keselarasannya dengan nilai-nilai etika dan agama serta akuntabilitas atas resiko dari kesalahannya dan kurang tepatnya penerapannya. Tanggung jawab akademik warga civitas academica dalam mengemban tridharma meliputi kedua aspek tersebut di atas. Tanggung jawab dosen dalam dharma pendidikan dan pengajaran, misalnya tidak terbatas dalam masa 29 berlangsungnya PBM itu saja, tetapi sampai pada akibatnya pada alumni dalam karir mereka nanti. Kalaupun pertanggungjawaban legal-yuridis tidak dapat diminta dari dosen yang dalam pengajarannya melakukan kesalahan yang berakibat negatif pada alumni rasa bertanggung jawab atau tanggung jawab moral harus ada. Inilah yang membedakan pendidikan (bildung) dari indoktrinasi, apalagi kalau indoktrinasi itu begitu keras dan/canggihnya, sehingga menjadi cuci otak (brainwashing). Sebaiknya lembaga pendidikan tinggi mempunyai kode etik yang berlaku bagi dan dimengerti serta diterima oleh semua civitas academica. Kode etik (ethical codes of conduct) itu merupakan panduan untuk menjaga integritas civitas academica dan citra lembaganya, sehingga mendapat kepercayaan dari relasi dan rekan kerja di lembaga-lembaga lain serta dari masyarakat luas. Tak ada gunanya suatu kode etik, bahkan yang ditulis dengan aksara indah dan tinta emas pun, kalau ia hanya dijadikan pajangan belaka dan tidak berfungsi. Kode etik juga tidak akan efektif kalau tidak ada sanksi bagi pelangarnya. Demi fairness dalam menangani dugaan pelanggarannya, sebaiknya ada mekanisme untuk membentuk secara ad hoc dan tepat --- sebuah Dewan Kehormatan. Kalau diantara warga civitas academica ada yang cukup senior dalam pengalaman, bagus reputasi akademiknya, dan tidak diragukan integritas moralnya, lagi pula sangat dihormati oleh semua warga lainnya, peran Dewan Kehormatan itu dapat diserahkan kepadanya, dengan secara resmi mengangkatnya sebagai ombudsman tetap. Sikap orang terhadap suatu ajaran (religius, filosofis, politis atau ilmiahteoritis) terentang di antara dua kutub yang diametral atau meridional. Kutub ekstrim yang satu ialah fundamentalisme, sedangkan ekstrem yang satunya lagi ialah liberalisme. Fundamentalisme ialah paham yang dengan ketat dab kukuh meyakini kebenaran harfiah dari doktrin-doktrin atau dalil-dalil dalam suatu ajaran. Sebaliknya liberalisme adalah paham yang condong ke arah pandangan atau kebijakan yang pro reformasi dan kemajuan, sehingga bertenggang rasa (tolerant) dan tidak berprasangka (prejudiced). 30 Karena iptek bertumpu pada kreativitas dan kreativitas hanya dapat berkembang dalam suasana kebebasan dan keterbukaan, maka sikap etis civitas academica sebaiknya liberal, namun tidak sampai terperosok ke dalam liberalisme. Justru karena liberal, maka kita bebas dari liberalisme. “Menjadi liberal yang sejati”, menurut teologiwan Karl Barth, “berarti dan berbicara dalam tanggung jawab dan keterbukaan di semua sisi dan dengan apa yang dapat saya sebut keugaharian pribadi yang total”. Bersikap ugahari (modest) berarti menyadari bahwa apa yang kita pikirkan dan katakan ada batas-batasnya. Kesadaran akan adanya batas ini tidak menghalangi kita untuk dengan tegas mengatakan apa yang kita pikirkan dan apa yang kita ketahui, namun tanpa beranggapan bahwa kita harus senantiasa benar. Dengan kata lain kita terbuka terhadap kritik orang lain, bersedia merevisi pandangan kita, dan bahkan merombaknya habis-habisan bila perlu, jika argument rasional dan/atau bukti-bukti empiris yang disodorkan para pengecam kita ternyata memang telah memfalsifikasi pandangan kita. Memiliki keugaharian ilmiah (scientific modesty) berarti tidak sok berpretensi seolah-olah kita adalah orang yang paling pintar dan merupakan sumber kebenaran. Ini selaras dengan “purata kencana” (the golden mean), asas yang disarankan dalam etika Kebajikan (virtue ethics). “Jalan Tengah” (the middleWay) dalam Budhisme juga menganjurkan hal yang sama. D. Etika dalam Iptek Telah dikatakan tadi bahwa dunia akademik ialah relungnya civitas academica yang mengemban tugas menyebarluaskan, mengembangkan dan mengabdikan iptek. Maka etika di dunia akademik juga etika dalam iptek. Kalau di bagian ini Etika dalam Iptek dibicarakan tersendiri, itu karena pembicaraan dalam Etika di dunia akademik baru dipumpunkan pada dharma yang pertama dari tridharma, yakni pendidikan dan pengajaran untuk mentransmisikan iptek. Jadi di bagian ini pumpun pembicaraan kita pada etika dalam penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. 31 Secara umum, etika menuntut kejujuran dan dalam iptek ini berarti kejujuran ilmiah (scientific honesty). Mengubah, menambah, dan mengurangi data demi kepentingan tertentu termasuk dalam ketidakjujuran ilmiah. Mengubah dan menambah data dengan rekaan sendiri dapat dimaksudkan agar kurvanya memperlihatkan kecenderungan yang diinginkan. Mungkin penelitinya sendiri yang menginginkan agar hasil penelitiannya sesuai dengan teori yang sudah mapan. Mungkin penaja (sponsor) peneliti itu yang ingin menonjolkan citra produk industrinya. Mereka-reka data semacam itu merupakan the sin of commission. Sebaliknya membuang sebagian data yang “memperburuk” hasil penelitian adalah the sin commission. Penghapusan data yagn “jelek” itu mungkin dimaksudkan oleh penelitinya agar analisis datanya memperlihatkan keterandalan (realibility) yang lebih baik. Lebih jahat lagi kalau dosa komisi itu dilakukan untuk menyembunyikan efek samping yang negatif dari produk yang diteliti. Ketidakjujuran ilmiah semacam ini pernah dilakukan peneliti yang ditaja pabrik penyedap rasa (monosodium glutamate) di Thailand. Kalau data yang dibuang itu dinilai sebagai penyimpangan dari kelompok yang sedang diteliti, dan karenanya harus ikut diolah, kejujuran ilmiah menuntut penjelasan tentang penghapusannya. Perlu juga disebutkan patokan yang dipakai untuk menentukan ambang nilai data yang harus ikut dianalisis, misalnya patokan Chauvenet. Sekarang umat manusia menghadapi masalah-masalah yang sangat serius, yang menyangkut teknologi dan dampaknya pada lingkungan. Kenyataan ini memunculkan pertanyaan-pertanyaan yang mendasar tentang etika: 1. Norma-norma etika (dan agama) yang seperti apakah yang harus kita patuhi dalam penelitian di bidang bioteknologi, fisika nuklir dan zarah keunsuran, serta astronomi dan astrofisika? 2. Dalam penelitian kedokteran dan genetika, apakah arti kehidupan? 3. Dalam penelitian dampak teknologi terhadap lingkungan, bagaimana seharusnya hubungan manusia dengan alam, baik yang nirnyawa(the inanimate world) maupun yang bernyawa. 32 4. Apakah masyarakat yang baik itu, dan dapatkah dikembangkan pengertian yang universal tentang kebaikan bersama yang melampaui individualisme, nasionalisme, dan bahkan antroposentrisme? Dalam bioteknologi (termasuk rekayasa genetika) dan kedokteran, pertanyaan tentang arti, mulai dan berakhirnya kehidupan sangat penad (relevant). Apakah orang yang berada dalam keadaan koma dan fungsi faal serta metabolismenya harus dipertahankan dengan alat-alat kedokteran elektronik dalam jangka panjang yang tidak tertentu masih mempunyai kehidupan yang berarti ? Tak bolehkah ia minta (misalnya sebelum terlelap dalam keadaan seperti itu), atau diberi, euthanasia berdasarkan informed consent dari keluarganya yang paling dekat? Ini mengacu ke arti dan berakhirnya kehidupan. Mulainya kehidupan, penting untuk diketahui atau ditetapkan (dengan pertimbangan ilmu dan agama) untuk menentukan etis dan tidaknya menstrual regulation (“MR”) dan aborsi, terutama dalam hal indikasi medis dari risiko bagi ovum yang telah dibuahi dan terlebih-lebih lagi bagi ibunya, kurang meyakinkan. Bioteknologi/rekayasa genetika mungkin hanya boleh dianggap etis jika tingkat kegagalannya yang mematikan embrio relative rendah dan – bila menyangkut manusia – hanya mengarah ke eugenika negatif. Tanaman dan organisme harus disikapi dengan hati-hati, baik dari segi perkembangan jangka panjangnya yang secara antropo sentries mungkin membahayakan kehidupan kita, maupun dari segi pengaturannya dalam tata hukum dan ekonomi internasional yang biasanya lebih menguntungkan negara-negara maju. Etiskah untuk mematenkan organisme dan tanaman yang telah diubah secara genetic (genetically modified)? Adilkah itu dan apakah itu tidak mengancam kelestarian plasma nutfah? Keadilan yang dimaksudkan di sini adalah keadilan agihan (distributive justice). Pengagihannya bukan hanya secara spatial, tetapi juga secara temporal. Dimensi spatiotemporal dari 33 keadilan distributive ini tersirat dalam pengertian tentang “pembangunan yang terlanjutkan” (sustainable development) menurut Gro Harlem Brundtland. E. Sikap Ilmiah Yang Harus Dimiliki Ilmuan Ilmu bukanlah merupakan pengetahuan yang dating demikian saja sebagai barang yang sudah jadidan dating dari dunia hayal. Akan tetapi ilmu merupakan suatu cara berfikir yang demikian dalam tentang sesuatu obyek yang khas dengan pendekatan yang khas pula sehingga menghasilkan suatu kesimpulan yang berupa pengetahuan yang ilmiah. Ilmiah dalam arti bahwa system dan struktur ilmu dapat dipertanggungjawabkan secara terbuka. Disebabkan oleh karena itu pula itu pula ia terbuka untuk diuji oleh siapapun. Pengetahuan ilmiah adalah pengetahuan yang di dalam dirinya memiliki karakteristik kritis, rasional, logis, obyektif, dan terbuka. Hal ini merupakan suatu keharusan bagi seorang ilmuwan untuk melakukannya. Namun selain itu juga masalah mendasar yang dihadapiilmuwan untuk melakukannnya. Namun selain itu juga masalah mendasar yang dihadapi ilmuwan setelah ia membangun suatu bangunan yang kokoh kuat adalah masalah kegunaan ilmu bagi kehidupan manusia. Memang tak dapat disangkal bahwa ilmu telah membawa manusia ke arah perubahan yang cukup besar. Akan tetapi dapatkah ilmu yang kokoh, kuat dan mendasar itu menjadi penyelamat manusia bukan sebaliknya. Disinilah letak tanggung jawab seorang ilmuwan, masalah moral dan akhlak amat diperlukan. Manusia sebagai makhluk Tuhan berada bersama-sama dengan alam dan berada di dalam alam itu. Manusia akan menemukan pribadinya dan membudayakan dirinya bilamana manusia hidup dalam hubungannya dengan alamnya. Manusia yang merupakan bagian dalam tidak hanya merupakan bagian yang terlepas darinya. Manusia senantiasa berintegrasi dengan alamnya. Sesuai dengan martabatnya maka manusia yang merupakan bagian dalam harus senantiasa merupakan pusat dari alam itu. Dengan demikian, tampaklah bahwa diantara manusia dengan alam ada hubungan yagn bersifat keharusan dan mutlak. Oleh sebab itulah, maka manusia harus senantiasa 34 menjaga kelestarian alam dalam keseimbangannya yang bersifat mutlak pula. Kewajiban ini merupakan kewajiban moral tidak saja sebagai manusia biasa lebih-lebih seorang ilmuwan dengan senantiasa menjaga kelestarian dan keseimbangan alam yang juga bersifat mutlak. Para ilmuwan sebagi orang yang professional dalam bidang keilmuan sudah barang tentu perlu memiliki visi moral yaitu moral khusus sebagai ilmuwan. Moral ialah di dalam filsafat ilmu disebut juga sebagai sikap ilmiah (Abbas Hamami M, dalam Tim Dosen Filsafat Ilmu Fakultas Filsafat UGM, 1996). Sikap ilmiah harus dimiliki oleh setiap ilmuwan. Hal ini disebabkan oleh karena sikap ilmiah adalah suatu sikap yang diarahkan untuk mencapai suatu pengetahuan ilmiah yang bersifat obyektif. Sikap ilmiah bagi seorang ilmuwan bukanlah membahas tentang tujuan dari ilmu, melainkan bagaimana cara untuk mencapai suatu ilmu yang bebas dari prasangka pribadi dan dapat dipertanggungjawabkan secara sosila untuk melestarikan dan kelestarian alam semesta ini, serta dapat dipertanggungjawabkan kepada Tuhan. Artinya selaras dengan kehendak manusia dengan kehendak Tuhan. Sikap ilmiah yang perlu dimiliki para ilmuwan menurut Abbas Hamami M, (1996) sedikitnya ada enam, yaitu: 1. Tidak ada rasa pamrih (disinterstedness), artinya suatu sikap yang diarahkan untuk mencapai pengetahuan ilmiah yang obyektif dengan menghilangkan pamrih atau kesenangan pribadi. 2. Bersikap selektif, yaitu suatu sikap yang tujuannya agar ilmuwan mampu mengadakan pemilihan terhadap pelbagai hal yang dihadapi. Misalnya hipotesis yang beragam, metodologi yang masing-masing menunjukkan kekuatannya masing-masing, atau cara penyimpulan yang satu cukup berbeda walaupun masing-masing menunjukkan akurasinya. 3. Adanya rasa percaya yang layak baik terhadap kenyataan maupun terhadap alat-alat indera serta budi (mind). 35 4. Adanya sikap yang berdasar pada suatu kepercayaan (belief) dan dengan merasa pasti (conviction) bahan setiap pendapat atau teori yang terdahulu telah mencapai kepastian. 5. Adanya suatu kegiatan rutin bahwa seorang ilmuwan harus selalu tidak puas terhadap penelitian yang telah dilakukan, sehingga selalu ada dorongan untuk riset, dan riset sebagai aktivitas yang menonjol dalam hidupnya. 6. Seorang ilmuwan harus memiliki sikap etis (akhlak) yang selalu berkehendak untuk mengembangkan ilmu untuk kemajuan ilmu dan untuk kebahagiaan manusia, lebih khusus untuk pembangunan bangsa dan negara. Norma-norma umum bagi etika keilmuan sebagaimana yang dipaparkan secara normative tersebut berlaku bagi semua ilmuwan. Hal ini karena pada dasarnya seorang ilmuwan tidak boleh terpengaruh oleh system budaya, system politik, system tradisi, atau apa saja yang hendak menyimpangkan tujuan ilmu. Tujuan ilmu yang dimaksud adalah obyektivitas yang berlaku secara universal dan komunal. Di samping sikap ilmiah berlaku secara umum tersebut, pada kenyataannya masih ada etika keilmuan yang secara spesifik berlaku bagi kelompok-kelompok ilmuwan tertentu. Misalnya etika kedokteran, etika bisnis, etika politisi, serta etika-etika profesi lainnya yang secara normatif berlaku dan dipatuhi oleh kelompoknya itu. Taat asas dan kepatuhan terhadap norma-norma etis yang berlaku bagi para ilmuwan diharapkan akan menghilangkan kegelisahan serta ketakutan manusia terhadap perkembangan ilmu dan teknologi. Bahkan diharapkan manusia akan semakin percaya pada ilmu yang membawanya pada suatu keadaan yang membahagiakan dirinya sebagai manusia. Hal ini sudah barang tentu juga pada diri para ilmuwan tidak ada sikap lain kecuali pencapaian obyektivitas dan demi kemajuan ilmu untuk kemanusiaan. 36 F. Korelasi Etika Profesi, Teknologi Dan Hukum Terhadap Informasi 1. Sejarah dan Perkembangan Etika Komputer Sesuai awal penemuan teknologi komputer di era 1940–an, perkembangan etika komputer juga dimulai dari era tersebut dan secara bertahap berkembang menjadi sebuah disiplin ilmu baru di masa sekarang ini. Perkembangan tersebut akan dibagi menjadi beberapa tahap seperti yang akan dibahas berikut ini a. Era 1940-1950-an Munculnya etika komputer sebagai sebuah bidang studi dimulai dari pekerjaan profesor Norbert Wiener . yang mengembangkan suatu meriam antipesawat yang mampu menembak jatuh sebuah pesawat tempur yang melintas di atasnya. Pada perkembangannya, penelitian di bidang etika dan teknologi tersebut akhirnya menciptakan suatu bidang riset baru yang disebut cybernetics atau the science of information feedback. Konsep cybernetics tersebut dikombinasikan dengan komputer digital yang dikembangkan pada waktu itu, membuat Wiener akhirnya menarik beberapa kesimpulan etis tentang pemanfaatan teknologi b. Era 1960-an Pada pertengahan tahun 1960 , Donn Parker dari SRI Internasional Menlo Park California melakukan berbagai riset untuk menguji penggunaan komputer yang tidak tidak sesuai dengan profesionalisme di bidang komputer. Selanjutnya, Parker melakukan riset dan mengumpulkan berbagai macam contoh kejahatan komputer dan aktivitas lain yang menurutnya tidak pantas dilakukan para profesional komputer. Dalam perkembangannya, ia menerbitkan “Rules of Ethics in Information Processing” atau peraturan tentang etika dalam pengolahan informasi. 37 Parker juga dikenal menjadi pelopor kode etik profesi bagi profesional di bidang komputer, yang ditandai dengan usahanya pada tahun 1968 ketika ditunjuk untuk memimpin pengembangan Kode Etik Profesional yang pertama dilakukan untuk Association for Computing Machinery (ACM). c. Era 1970-an Perkembangan etika komputer di era 1970-an juga diwarnai dengan karya Walter Maner yang sudah mulai menggunakkan istilah “computer ethics” untuk mengacu pada bidang pemeriksaan yang berhadapan dengan masalah etis yang diciptakan oleh pemakaian teknologi komputer waktu itu. d. Era 1980-an Pertengahan 80-an, James Moor dari Dartmouth College menerbitkan artikel menarik yang berjudul “What is computer Ethics?” sebagai isu khusus pada Jurnal Metaphilosophy [Moor, 1985]. Deborah Johnson dari Resselaer Polytechnic Institute menerbitkan buku teks Computer Ethics [Johnson, 1985], sebagai buku teks pertama yang digunakan lebih dari satu dekade dalam bidang itu. e. Era 1990-an Sampai Sekarang Sepanjang tahun 1990, berbagai pelatihan baru di universitas, pusat riset, konfrensi, jurnal, buku teks dan artikel menunjukkan suatu keanekaragaman yang luas tentang topik di bidang etika komputer. Sebagai contoh, pemikir sepeti Donald Gotterbarn, Keith Miller, Simon Rogerson, dan Dianne Martin .Para ahli komputer di Inggris, Polandia, Belanda, dan Italia menyelenggarakan ETHICOMP sebagai rangkaian konfrensi yang dipimpin oleh Simon Rogerson. Terdapat pula konfrensi besar tentang etika komputer CEPE yang dipimpin oleh Jeroen van Hoven, serta di Australia terjadi riset terbesar etika komputer yang dipimpin oleh Chris Simpson dan Yohanes Weckert. 38 2. Etika Komputer di Indonesia Sebagai negara yang tidak bisa dilepaskan dari perkembangan teknologi komputer, Indonesia pun tidak mau ketinggalan dalam mengembangkan etika di bidang tersebut. Mengadopsi pemikir dunia di atas, etika di bidang komputer berkembang menjadi kurikulum wajib yang dilakukan hampir semua perguruan tinggi di bidang komputer di Indonesia. G. Etika Dan Teknologi Informasi Perkembangan teknologi yang terjadi dalam kehidupan manusia, seperti revolusi yang memberikan banyak perubahan pada cara berpikir manusia, baik dalam usaha pemecahan masalah, perencanaan, maupun dalam pengambilan keputusan. Perubahan yang terjadi pada cara berpikir manusia akan berpengaruh terhadap pelaksanaan dan cara pandang manusia terhadap etika dan normanorma dalam kehidupannya. Orang yang biasanya berinteraksi secara fisik, melakukan komunikasi secara langsung dengan orang lain, karena perkembangan teknologi internet dan email maka interaksi tersebut menjadi berkurang. Teknologi sebenarnya hanya alat yang digunakan manusia untuk menjawab tantangan hidup. Jadi, faktor manusia dalam teknologi sangat penting. Ketika manusia membiarkan dirinya dikuasai teknologi maka manusia yang lain akan mengalahkannya. Oleh karena itu, pendidikan manusiawi termasuk pelaksanaan norma dan etika kemanusiaan tetap harus berada pada peringkat teratas, serta tidak hanya melakukan pemujaan terhadap teknologi belaka. Ada beberapa dampak pemanfaatan teknologi informasi yang tidak tepat yaitu : 1. Ketakutan terhadap teknologi informasi yang akan menggantikan fungsi manusia sebagai pekerja 39 2. Tingkat kompleksitas serata kecepatan yang sudah tidak dapat di tangani secara manual 3. Pengangguran dan pemindahan kerja 4. Kurangnya tanggung jawab profesi 5. Adanya golongan minoritas yang miskin informasi mengenai teknologi informasi Untuk mengatasi beberapa kendala tersebut maka dapat dilakukan : 1. Di rancang sebuah teknologi yang berpusat pada manusia 2. Adanya dukungan dari suatu organisasi, kompleksitas dapat ditangani dengan Teknologi Informasi 3. Adanya pendidikan yang mengenalkan teknologi informasi sehingga dapat meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap kemajuan teknologi informasi. Jika adanya peningkatan pendidikan maka akan adanya umpan balik dan imbalan yang diberikan oleh suatu organisasi 4. Perkembangan teknologi akan semakin meningkat namun hal ini harus di sesuaikan dengan hukum yang berlaku sehingga etika dalam berprofesi di bidang teknologi informasi dapat berjalan dengan baik. H. Etika Pemanfaatan Teknologi Informasi Menurut James H. Moor ada tiga alasan utama mengapa masyarakat berminat untuk menggunakan komputer yaitu; 1. Kelenturan logika (logical malleability), Memiliki kemampuan untuk membuat suatu aplikasi untuk melakukan apapun yang diinginkan oleh programmer untuk penggunannya. 2. Faktor Transformasi (transformation factors) Memiliki kemampuan untuk bergerak dengan cepat kemanapun pengguna akan menuju ke suatu tempat. 40 3. Faktor tak kasat mata (invisibility factors). Memiliki kemampuan untuk menyembunyikan semua operasi internal computer sehingga tidak ada peluang bagi penyusup untuk menyalahgunakan operasi tersebut. Dengan adanya ketiga factor tersebut di atas maka terdapat implikasi etis terhadap penggunaan teknologi informasi meliputi moral, etika dan hukum. Sebelum di bahas mengenai hukum yang berlaku, ada hak sosial dan komputer ( Deborah Johnson) dan hak atas informasi (Richard O. Masson) yang harus dijabarkan: Hak Sosial dan Komputer (Deborah Johnson) 1. Hak atas akses computer Setiap orang berhak untuk mengoperasikan komputer dengan tidak harus memilikinya. 2. Hak atas keahlian computer Pada awal komputer dibuat, terdapat kekawatiran yang luas terhadap masyarakat akan terjadinya pengangguran karena beberapa peran digantikan oleh komputer. Tetapi pada kenyataannya dengan keahlian di bidang komputer dapat membuka peluang pekerjaan yang lebih banyak; 3. Hak atas spesialis komputer, Pemakai komputer tidak semua menguasai akan ilmu yang terdapat pada komputer yang begitu banyak dan luas. Untuk bidang tertentu diperlukan spesialis bidang komputer, 4. Hak atas pengambilan keputusan computer Meskipun masyarakat tidak berpartisipasi dalam pengambilan keputusan mengenai bagaimana komputer diterapkan, namun masyarakat memiliki hak tersebut. Hak atas Informasi (Richard O. Masson) 41 1. Hak atas privasi, Sebuah informasi yang sifatnya pribadi baik secara individu maupun dalam suatu organisasi mendapatkan perlindungan atas hukum tentang kerahasiannya; 2. Hak atas Akurasi. Komputer dipercaya dapat mencapai tingkat akurasi yang tidak bisa dicapai oleh sistem nonkomputer, potensi ini selalu ada meskipun tidak selalu tercapai; 3. Hak atas kepemilikan. Ini berhubungan dengan hak milik intelektual, umumnya dalam bentuk program-program computer yang dengan mudahnya dilakukan penggandaan atau disalin secara ilegal. Ini bisa dituntut di pengadilan; 4. Hak atas akses. Informasi memiliki nilai, dimana setiap kali kita akan mengaksesnya harus melakukan account atau izin pada pihak yang memiliki informasi tersebut. Sebagai contoh kita dapat membaca data-data penelitian atau buku-buku online di Internet yang harus bayar untuk dapat mengaksesnya. Kedua hak tersebut tidak dapat diambil oleh siapapun, namun sebagai pengguna teknologi ini, pengguna harus belajar bagaimana mempunyai etika yang baik dalam berkomputer. Berikut sepuluh etika berkomputer, yang nantinya akan mengurangi dampak negative dari penggunaan computer, yaitu 1. Jangan menggunakan komputer untuk merugikan orang lain 2. Jangan melanggar atau mengganggu hak atau karya komputer orang lain 3. Jangan memata-matai file-file yang bukan haknya 42 4. Jangan menggunakan komputer untuk mencuri 5. Jangan menggunakan komputer untuk memberikan kesaksian palsu 6. Jangan menduplikasi atau menggunakan software tanpa membayar 7. Jangan menggunakan sumberdaya komputer orang lain tanpa sepengetahuan yang bersangkutan 8. Jangan mencuri kekayaan intelektual orang lain 9. Pertimbangkan konsekuensi dari program yang dibuat atau sistem komputer yang dirancang 10.Selalu mempertimbangkan dan menaruh respek terhadap sesama saat menggunakan Komputer. I. Hukum Pada Teknologi Informasi Suatu perangkat aturan yang dibuat oleh Negara dan mengikat warga negaranya untuk mengikuti aturan tersebut agar tercapai kedamaian yang didasarkan atas keserasian antara ketertiban dengan ketentraman, yang secara umum disebut Hukum. Hukum dalam arti luas , sesungguhnya mencakup segala macam ketentuan hukum yang ada, baik materi hukum tertulis ( tertuang dalam perundang-undangan ) dan hukum tidak tertulis ( tertuang dalam kebiasaan ataupun praktek bisnis yang berkembang). Keberadaan hukum sebagai rule of law berbanding lurus dengan melihat sejauh mana pemahaman hukum dan kesadaran hukum masyarakat itu sendiri terhadap informasi hukum yang tengah berlaku. Sistem hukum yang baik belum tentu dapat terwujud dengan pembuatan perundang-undangan yang baru terus menerus, melainkan memerlukan suatu kajian yang mendalam mengenai sejauh mana sistem hukum yang berlaku dapat dioptimalkan. Pemanfaatan Teknologi Informasi, media, dan komunikasi telah mengubah baik perilaku masyarakat maupun peradaban manusia secara global. Perkembangan teknologi informasi dan 43 komunikasi telah pula menyebabkan hubungan dunia menjadi tanpa batas (borderless) dan menyebabkan perubahan sosial, ekonomi, dan budaya secara signifikan berlangsung demikian cepat. teknologi informasi saat ini memberikan kontribusi bagi peningkatan kesejahteraan, kemajuan, dan peradaban manusia, sekaligus menjadi sarana efektif perbuatan melawan hukum. Perkembangan teknologi ini menyebabkan munculnya suatu ilmu hukum baru yang merupakan dampak dari pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi yang dikenal dengan hukum telematika atau cyber law. Pada saat ini banyak kegiatan sosial maupun komersial dilakukan melalui jaringan sistem komputer dan sistem komunikasi, baik dalam lingkup lokal maupun global (Internet), dimana permasalahan hukum seringkali dihadapi ketika terkait dengan adanya penyampaian informasi, komunikasi, dan/atau transaksi secara elektronik, khususnya dalam hal pembuktian dan hal yang terkait dengan perbuatan hukum yang dilaksanakan elektronik, untuk mengakomodasi melalui sistem permasalahan tersebut munculnya beberapa bidang hukum yaitu hukum informatika, hukum telekomunikasi dan hukum media yang saat ini dikenal dengan hukum telematika. Masalah – masalah yang dihadapi pada hukum telematika sangat luas, karena tidak lagi dibatasi oleh teritori suatu Negara, dan dapat diakses kapanpun dimanapun. Salah satu contoh yaitu kerugian dapat terjadi baik pada pelaku transaksi maupun pada orang lain yang tidak pernah melakukan transaksi, misalnya pencurian dana kartu kredit melalui pembelanjaan di Internet. Di samping itu, pembuktian merupakan faktor yang sangat penting, mengingat informasi elektronik bukan saja belum terakomodasi dalam sistem hukum secara komprehensif, melainkan juga ternyata sangat rentan untuk diubah, disadap, dipalsukan, dan dikirim ke berbagai penjuru dunia dalam waktu hitungan detik. Dengan demikian, dampak yang diakibatkannya pun bisa demikian kompleks dan rumit, sehingga perlu diperhatikan sisi keamanan dan kepastian hukum dalam pemanfaatan teknologi informasi, 44 media, dan komunikasi agar dapat berkembang secara optimal. Oleh karena itu, terdapat tiga pendekatan untuk menjaga keamanan di cyber space, yaitu pendekatan aspek hukum, aspek teknologi, aspek sosial, budaya, dan etika. Untuk mengatasi gangguan keamanan dalam penyelenggaraan sistem secara elektronik, pendekatan hukum bersifat mutlak karena tanpa kepastian hukum, persoalan pemanfaatan teknologi informasi menjadi tidak optimal. 45 BAB 3 PROFESI, PROFESIONAL & PROFESIONALISME Setelah mempelajari bab ini maka diharapkan mahasiswa memahami: 1. Definisi Profesi, Profesional dan Profesionalisme 2. Syarat satu pekerjaan menjadi profesi 3. Ciri-ciri profesi dan Profesional 4. Profesionalisme di dunia teknoli informasi A. Pendahuluan Dalam memenuhi kebutuhannya maka manusia diharapkan untuk mampu beraktifitas dan menghasilkan sesuatu. Dalam aktifitasnya tersebut maka mereka akan berhubungan dengan manusia lainnya untuk saling memenuhi kebutuhan. Dalam iteraksi tradisional hal tersebut disebut bekerja. Yaitu sebuah aktifitas antar manusia untuk saling memenuhi kebutuhan dengan tujuan tertentu. Tujuan itu tentu saja untuk memperoleh pendapatan atau penghasilan. Pengahasilan atau pendapatan tersebut yang nantinya akan digunakan sebagai pemenuhan kebutuhan, baik ekonomi, psikis maupun biologis. Tak sedikit yang dalam pemenuhan kebutuhan tersebut menghalalkan segala cara sehingga merugikan manusia lain. Dalam konteks ini maka yang mereka kejar adalah keuntungan secara individu dan bukan keuntungan bersama. Untuk kasus ini maka pekerjaan tersebut telah dilakukan dengan 46 cara-cara yang tidak baik atau tidak baik atau etika. Dalam bab ini kita akan membahas bagaimana seseorang itu dalam mencukupi kebutuhannya diharapkan melakukannya dengan cara yang baik, memiliki ketrampilan yang mumpuni dan mampu mempertanggungjawabkannya dengan baik. B. Definisi dan Subtansi Profesi Istilah profesi telah dimengerti oleh banyak orang bahwa suatu hal yang berkaitan dengan bidang tertentu atau jenis pekerjaan (occupation) yang sangat dipengaruhi oleh pendidikan dan keahlian, sehingga banyak orang yang bekerja tetapi belum tentu dikatakan memiliki profesi yang sesuai. Tetapi dengan keahlian saja yang diperoleh dari pendidikan kejuruan, juga belum cukup untuk menyatakan suatu pekerjaan dapat disebut profesi. Tetapi perlu penguasaan teori sistematis yang mendasari praktek pelaksaan, dan penguasaan teknik intelektual yang merupakan hubungan antara teori dan penerapan dalam praktek. Adapun hal yang perlu diperhatikan oleh para pelaksana profesi. Secara umum ada 3 ciri yang disetujui oleh banyak penulis sebagai ciri sebuah profesi. Adapun ciri itu ialah: 1. Sebuah profesi mensyaratkan pelatihan ekstensif sebelum memasuki sebuah profesi. Pelatihan ini dimulai sesudah eseorang memperoleh gelar sarjana. Sebagai contoh mereka yang telah lulus sarjana baru mengikuti pendidikan rofesi seperti dokter, dokter gigi, psikologi, apoteker, farmasi, arsitektur ntuk Indonesia. Di berbagai negara, engacara diwajibkan menempuh ujian profesi sebelum memasuki profesi. 2. Pelatihan tersebut meliputi komponen intelektual yang signifikan. Pelatihan tukang batu, tukang cukur, pengrajin meliputi ketrampilan fisik. Pelatihan akuntan, engineer, dokter meliputi komponen intelektual dan ketrampilan. Walaupun pada pelatihan dokter atau dokter gigi mencakup ketrampilan fisik tetap saja komponen intelektual yang dominan. Komponen intelektual merupakan karakteristik profesional yang bertugas 47 utama memberikan nasehat dan bantuan menyangkut bidang keahliannya yang rata-rata tidak diketahui atau dipahami orang awam. Jadi memberikan konsultasi bukannya memberikan barang merupakan ciri profesi. 3. Tenaga yang terlatih mampu memberikan jasa yang penting kepada masyarakat. Dengan kata lain profesi berorientasi memberikan jasa untuk kepentingan umum daripada kepentingan sendiri. Dokter, pengacara, guru, pustakawan, engineer, arsitek memberikan jasa yang penting agar masyarakat dapat berfungsi; hal tersebut tidak dapat dilakukan oleh seorang pakar permainan caturmisalnya. Bertambahnya jumlah profesi dan profesional pada abad 20 terjadi karena ciri tersebut. Untuk dapat berfungsi maka masyarakat modern yang secara teknologis kompleks memerlukan aplikasi yang lebih besar akan pengetahuan khusus daripada masyarakat sederhana yang hidup pada abad-abad lampau. Produksi dan distribusi enersi memerlukan aktivitas oleh banyak engineers. Berjalannya pasar uang dan modal memerlukan tenaga akuntan, analis sekuritas, pengacara, konsultan bisnis dan keuangan. Singkatnya profesi memberikan jasa penting yang memerlukan pelatihan intelektual yang ekstensif. Di samping ketiga syarat itu ciri profesi berikutnya. Ketiga ciri tambahan tersebut tidak berlaku bagi semua profesi. Adapun ketiga ciri tambahan tersebut ialah: 1. Adanya proses lisensi atau sertifikat. Ciri ini lazim pada banyak profesi namun tidak selalu perlu untuk status profesional. Dokter diwajibkan memiliki sertifikat praktek sebelum diizinkan berpraktek. Namun pemberian lisensi atau sertifikat tidak selalu menjadikan sebuah pekerjaan menjadi profesi. Untuk mengemudi motor atau mobil semuanya harus memiliki lisensi, dikenal dengan nama surat izin mengemudi. Namun memiliki SIM tidak berarti menjadikan pemiliknya seorang pengemudi profesional. Banyak profesi tidak mengharuskan adanya lisensi resmi. 48 Dosen di perguruan tinggi tidak diwajibkan memiliki lisensi atau akta namun mereka diwajibkan memiliki syarat pendidikan, misalnya sedikitdikitnya bergelar magister atau yang lebih tinggi. Banyak akuntan bukanlah Certified Public Accountant dan ilmuwan komputer tidak memiliki lisensi atau sertifikat. 2. Adanya organisasi. Hampir semua profesi memiliki organisasi yang mengklaim mewakili anggotanya. Ada kalanya organisasi tidak selalu terbuka bagi anggota sebuah profesi dan seringkali ada organisasi tandingan. Organisasi profesi bertujuan memajukan profesi serta meningkatkan kesejahteraan anggotanya. Peningkatan kesejahteraan anggotanya akan berarti organisasi profesi terlibat dalam mengamankan kepentingan ekonomis anggotanya. Sungguhpun demikian organisasi profesi semacam itu biasanya berbeda dengan serikat kerja yang sepenuhnya mencurahkan perhatiannya pada kepentingan ekonomi anggotanya. Maka hadirin tidak akan menjumpai organisasi pekerja tekstil atau bengkel yang berdemo menuntut disain mobil yang lebih aman atau konstruksi pabrik yang terdisain dengan baik. 3. Otonomi dalam pekerjaannya. Profesi memiliki otonomi atas penyediaan jasanya. Di berbagai profesi, seseorang harus memiliki sertifikat yang sah sebelum mulai bekerja. Mencoba bekerja tanpa profesional atau menjadi profesional bagi diri sendiri dapat menyebabkan ketidakberhasilan. Bila pembaca mencoba menjadi dokter untuk diri sendiri maka hal tersebut tidak sepenuhnya akan berhasil karena tidak dapat menggunakan dan mengakses obat-obatan dan teknologi yang paling berguna. Banyak obat hanya dapat diperoleh melalui resep dokter. Sepuluh ciri lain suatu profesi (Nana 1997) : a. Memiliki fungsi dan signifikasi sosial b. Memiliki keahlian/keterampilan tertentu 49 c. Keahlian/keterampilan diperoleh dengan menggunakan teori dan metode ilmiah d. Didasarkan atas disiplin ilmu yang jelas e. Diperoleh dengan pendidikan dalam masa tertentu yang cukup lama f. Aplikasi dan sosialisasi nilai- nilai profesional g. Memiliki kode etik h. Kebebasan untuk memberikan judgement dalam memecahkan masalah dalam lingkup kerjanya i. Memiliki tanggung jawab profesional dan otonomi j. Ada pengakuan dari masyarakat dan imbalan atas layanan profesinya. C. Definisi dan Subtansi Profesional Lebih lanjut Wignjosoebroto (1999) menjabarkan profesionalisme dalam tiga watak kerja yang merupakan persyaratan dari setiap kegiatan pemberian "jasa profesi" (dan bukan okupasi) ádalah : 1. Bahwa kerja seorang profesional itu beritikad untuk merealisasikan kebajikan demi tegaknya kehormatan profesi yang digeluti, dan oleh karenanya tidak terlalu mementingkan atau mengharapkan imbalan upah materiil; 2. Bahwa kerja seorang profesional itu harus dilandasi oleh kemahiran teknis yang berkualitas tinggi yang dicapai melalui proses pendidikan dan/atau pelatihan yang panjang, ekslusif dan berat; 3. Bahwa kerja seorang profesional diukur dengan kualitas teknis dan kualitas moral harus menundukkan diri pada sebuah mekanisme kontrol 50 berupa kode etik yang dikembangkan dan disepakati bersama didalam sebuah organisasi 4. profesi. Ketiga watak kerja tersebut mencoba menempatkan kaum profesional (kelompok sosial berkeahlian) untuk tetap mempertahankan idealisme yang menyatakan bahwa keahlian profesi yang dikuasai bukanlah komoditas yang hendak diperjual-belikan sekedar untuk memperoleh nafkah, melainkan suatu kebajikan yang hendak diabdikan demi kesejahteraan umat manusia. Kalau didalam pengamalan profesi yang diberikan ternyata ada semacam imbalan (honorarium) yang diterimakan, maka hal itu semata hanya sekedar "tanda kehormatan" (honour) demi tegaknya kehormatan profesi, yang jelas akan berbeda nilainya dengan pemberian upah yang hanya pantas diterimakan bagi para pekerja upahan saja. Siapakah atau kelompok sosial berkeahlian yang manakah yang bisa diklasifikasikan sebagai kaum profesional yang seharusnya memiliki kesadaran akan nilai-nilai kehormatan profesi dan statusnya yang sangat elitis itu? Apakah dalam hal ini profesi keinsinyuran bisa juga diklasifikasikan sebagai bagian dari kelompok ini? Jawaban terhadap kedua pertanyaan ini bisa mudah-sederhana, tetapi juga bisa sulit untuk dijawab. Terlebih-lebih bila dikaitkan dengan berbagai macam persoalan, praktek nyata, maupun penyimpangan yang banyak kita jumpai didalam aplikasi pengamalan profesi di lapangan yang jauh dari idealisme pengabdian dan tegak nya kehormatan diri (profesi). D. Profesionalisme Pada awal pertumbuhan "paham" profesionalisme, para dokter dan guru -- khususnya mereka yang banyak bergelut dalam ruang lingkup kegiatan yang lazim dikerjakan oleh kaum padri maupun juru dakhwah agama -- dengan jelas serta tanpa ragu memproklamirkan diri masuk kedalam golongan kaum profesional. Kaum profesional (dokter, guru dan kemudian diikuti dengan 51 banyak profesi lainnya) terus berupaya menjejaskan nilai-nilai kebajikan yang mereka junjung tinggi dan direalisasikan melalui keahlian serta kepakaran yang dikembangkan dengan berdasarkan wawasan keunggulan. Sementara itu pula, kaum profesional secara sadar mencoba menghimpun dirinya dalam sebuah organisasi profesi (yang cenderung dirancang secara eksklusif) yang memiliki visi dan misi untuk menjaga tegaknya kehormatan profesi, mengontrol praktek-praktek pengamalan dan pengembangan kualitas keahlian/ kepakaran, serta menjaga dipatuhinya kode etik profesi yang telah disepakati bersama. E. Etika Profesi Dengan melihat ciri-ciri umum profesi di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa kaum profesional adalah orang-orang yang memiliki tolak ukur perilaku yang berada di atas rata-rata. Di satu pihak ada tuntutan dan tantangan yang sangat berat, tetapi di lain pihak ada suatu kejelasan mengenai pola perilaku yang baik dalam rangka kepentingan masyarakat. Seandainya semua bidang kehidupan dan bidang kegiatan menerapkan suatu standar profesional yang tinggi, bisa diharapkan akan tercipta suatu kualitas masyarakat yang semakin baik. 1. Prinsip-Prinsip Etika Profesi : a. Tanggung jawab 1) Terhadap pelaksanaan pekerjaan itu dan terhadap hasilnya. 2) Terhadap dampak dari profesi itu untuk kehidupan orang lain atau masyarakat pada umumnya. a. Keadilan. Prinsip ini menuntut kita untuk memberikan kepada siapa saja apa yang menjadi haknya. b. Otonomi. Prinsip ini menuntut agar setiap kaum profesional memiliki dan di berikebebasan dalam menjalankan profesinya. 52 2. Syarat-Syarat Suatu Profesi : a. Melibatkan kegiatan intelektual. b. Menggeluti suatu batang tubuh ilmu yang khusus. c. Memerlukan persiapan profesional yang alam dan bukan sekedar latihan. d. Memerlukan latihan dalam jabatan yang berkesinambungan. e. Menjanjikan karir hidup dan keanggotaan yang permanen. f. Mementingkan layanan di atas keuntungan pribadi. g. Mempunyai organisasi profesional yang kuat dan terjalin erat. h. Menentukan baku standarnya sendiri, dalam hal ini adalah kode etik. F. Peranan Etika Dalam Profesi 1. Nilai-nilai etika itu tidak hanya milik satu atau dua orang, atau segolongan orang saja, tetapi milik setiap kelompok masyarakat, bahkan kelompok yang paling kecil yaitu keluarga sampai pada suatu bangsa. Dengan nilainilai etika tersebut, suatu kelompok diharapkan akan mempunyai tata nilai untuk mengatur kehidupan bersama. 2. Salah satu golongan masyarakat yang mempunyai nilai-nilai yang menjadi landasan dalam pergaulan baik dengan kelompok atau masyarakat umumnya maupun dengan sesama anggotanya, yaitu masyarakat profesional. Golongan ini sering menjadi pusat perhatian karena adanya tata nilai yang mengatur dan tertuang secara tertulis (yaitu kode etik profesi) dan diharapkan menjadi pegangan para anggotanya. 3. Sorotan masyarakat menjadi semakin tajam manakala perilaku-perilaku sebagian para anggota profesi yang tidak didasarkan pada nilai-nilai pergaulan yang telah disepakati bersama (tertuang dalam kode etik profesi), sehingga terjadi kemerosotan etik pada masyarakat profesi 53 tersebut. Sebagai contohnya adalah pada profesi hukum dikenal adanya mafia peradilan, demikian juga pada profesi dokter dengan pendirian klinik super spesialis di daerah mewah, sehingga masyarakat miskin tidak mungkin menjamahnya. G. Profesionalisme Kerja Profesionalisme merupakan suatu tingkah laku, suatu tujuan atau suatu rangkaian kualitas yang menandai atau melukiskan coraknya suatu “profesi”. Profesionalisme mengandung pula pengertian menjalankan suatu profesi untuk keuntungan atau sebagai sumber penghidupan. Disamping istilah profesionalisme, ada istilah yaitu profesi. Profesi sering kita artikan dengan “pekerjaan” atau “job” kita sehari-hari. Tetapi dalam kata profession ang berasal dari perbendaharaan Angglo Saxon tidak hanya terkandung pengertian “pekerjaan” saja. Profesi mengharuskan tidak hanya pengetahuan dan keahlian khusus melalui persiapan dan latihan, tetapi dalam arti “profession” terpaku juga suatu “panggilan”. Dengan begitu, maka arti “profession” mengandung dua unsur. Pertama unsur keahlian dan kedua unsur panggilan. Sehingga seorang “profesional” harus memadukan dalam diri pribadinya kecakapan teknik yang diperlukan untuk menjalankan pekerjaannya, dan juga kematangan etik. Penguasaan teknik saja tidak membuat seseorang menjadi “profesional”. Kedua-duanya harus menyatu. Berkaitan dengan profesionalisme ini ada dua pokok yang menarik perhatian dari keterangan Encyclopedia-Nya Prof, Talcott Parsons mengenai profesi dan profesionalisme itu. pertama ialah bahwa manusia-manusia profesional tidak dapat di golongkan sebagai kelompok “kapitalis” atau kelompok “kaum buruh”. Juga tidak dapat dimasukkan sebagai kelompok “administrator” atau “birokrat”. Kedua ialah : bahwa manusia-manusia profesional merupakan suatu kelompok tersendiri, yang bertugas memutarkan 54 roda perusahaan, dengan suatu leadership status. Jelasnya mereka merupakan lapisan kepemimpinan dalam memutarkan roda perusahaan itu. Kepemimpinan di segala tingkat, mulai dari atasan, melalui yang menengah sampai ke bawah. Profesionalisme merupakan suatu proses yang tidak dapat di tahan-tahan dalam perkembangan dunia perusahaan modern dewasa ini. Parsons tidak tahu arah lanjut proses profesionalisasi itu nantinya, tapi menurutnya, bahwa keseluruhan kompleks profesionalisme itu tidak hanya tampil kedepan sebagai sesuatu yang terkemuka, melainkan juga sudah mulai mendominasi situasi sekarang. Dalam perkembangannya perlu diingat, bahwa profesionalisme mengandung dua unsur, yaitu unsur keahlian dan unsur panggilan, unsur kecakapan teknik dan kematangan etik, unsur akal dan unsur moral. Dan kedua-duanya itulah merupakan kebulatan unsur kepemimpinan. Dengan demikian, jika berbicara tentang profesionalisme tidak dapat kita lepaskan dari masalah kepemimpinan dalam arti yang luas. Menurut Soegito Reksodiharjo (1989), arti yang diberikan kepada kata “profesi” adalah suatu bidang kegiatan yang dijalankan oleh seseorang dan merupakan sumber nafkah bagi dirinya. Meskipun lazimnya profesi dikaitkan dengan tarap lulusan akademi / universitas, suatu profesi tidak mutlak harus dijalankan oleh seorang sarjana. Didalam masyarakat Indonesiapun kita telah mengenal berbagai profesi non-akademik, seperti misalnya, profesi bidan, pemain sepak bola, atau petinju “profesional”, dan bahkan “profesi tertua di dunia”. Walaupun obyek yang ditangani dapat berupa orang atau benda fisik, yang menjadi penilaian orang tentang suatu profesi ialah hasilnya, yaitu tentang mutu jasa atau baik buruk penanganan fungsinya. Dalam situasi yang penuh tantangan dan persaingan ketat seperti sekarang ini, kunci keberhasilan profesi terletak pada taraf kemahiran orang yang menjalankan. Taraf kemahiran demikian hanya dapat diperoleh melalui proses belajar dan berlatih 55 sampai tingkat kesempurnaan yang dipersyaratkan untuk itu tercapai. Dalam proses ini tidak terdapat jalan pintas. Bagi seseorang yang berbakat dan terampil, proses itu mungkin dapat terlaksana secara lebih baik atau lebih cepat dari pada orang lain yang kurang atau tidak memiliki kemampuan itu. Bagi golongan terakhir ini, apabila mereka tidak bersedia untuk bersusah payah melebihi ukuran biasa untuk menguasai sesuatu kejujuran, pilihan terbaik ialah untuk mencari profesi lain yang lebih sesuai dengan bakat mereka. Dalam lapangan kerja, atasan seharusnya menilai kemampuan orang bukan sematamata atas dasar diploma atau gelarnya, tetapi atas dasar kesanggupannya untuk mewujudkan prestasi berupa kemajuan nyata dengan modal pengetahuan yang ada padanya. Dalam praktek, kita jumpai bahwa tidak semua orang mampu mendayagunakan pengetahuannya dalam pekerjaan. Tidak jarang kita jumpai seorang sarjana yang mampu bekerja secara rutin. Sebaliknya seorang non-sarjana yang kreatif ternyata mampu memberi bukti kesanggupan berkembang dan menambah aneka bentuk faedah baru dengan dasar pengetahuannya yang relatif masih terbatas itu. Diploma dan gelar bukan jaminan prestasi seseorang. Prestasi harus diukur di satu pihak dengan hasil yang diperoleh dari seseorang dan di lain pihak dengan tolak ukur yang dikaitkan dengan kemampuan yang semestinya ada pada orang itu. Diploma hanya memberi harapan tentang adanya kemampuam itu, tetapi kemampuan nyata harus dibuktikan melalui hasil penerapan pengetahuan yang ditandai dengan diploma tadi dalam pekerjaannya. Untuk memperoleh kemampuan demikian, pengamalan merupakan guru yang terbaik. Tanpa kesanggupan untuk menarik pelajaran dari pengalamannya, seseorang tidak akan mengalami proses kemajuan dan pematangan dalam pekerjaan. Orang yang sudah puas dengan perolehan tanda lulus atau gelar saja dan tidak meneruskan proses belajarnya dari praktek 56 bekerja, akan mengalami kemunduran dalam dunia yang dinamis ini dan akan tertinggal dari yang lain. 1. Ciri profesionalisme : a. Profesionalisme menghendaki sifat mengejar kesempurnaan hasil (perfect result), sehingga kita di tuntut untuk selalu mencari peningkatan mutu. b. Profesionalisme memerlukan kesungguhan dan ketelitian kerja yang hanya dapat diperoleh melalui pengalaman dan kebiasaan. c. Profesionalisme menuntut ketekunan dan ketabahan, yaitu sifat tidak mudah puas atau putus asa sampai hasil tercapai. d. Profesionalisme memerlukan integritas tinggi yang tidak tergoyahkan oleh “keadaan terpaksa” atau godaan iman seperti harta dan kenikmatan hidup. e. Profesionalisme memerlukan adanya kebulatan fikiran dan perbuatan, sehingga terjaga efektivitas kerja yang tinggi. Ciri di atas menunjukkan bahwa tidaklah mudah menjadi seorang pelaksana profesi yang profesional, harus ada kriteria-kriteria tertentu yang mendasarinya. Lebih jelas lagi di kemukakan oleh Tjerk Hooghiemstra bahwa seorang yang dikatakan profesional adalah mereka yang sangat kompeten atau memiliki kompetensikompetensi tertentu yang mendasari kinerjanya. Kompetensi menurut Tjerk Hooghiemstra, Hay group, The Netherlands pada tulisannya yang berjudul “Integrated Management of Human Resources:, Kompetensi adalah karakteristik pokok seseorang yang berhubungan dengan unjuk kerja yang efektif atau superior pada jabatan tertentu. Anggapan bahwa profesionalisme dapat diharapkan muncul sekedar dengan anjuran, tidaklah benar. Selanjutnya diuraikan bahwa perlu dibedakan antara unjuk kerja superior dengan rata-rata. Kompetensi dapat berupa motiv, sifat, konsep diri pribadi, attitude atau nilai-nilai, pengetahuan yang dimiliki, 57 keterampilan dan berbagai sifat-sifat seseorang yang dapat diukur dan dapat menunjukkan perbedaan antara rata-rata dengan superior. Apa yang dikemukakan oleh Lyle M. Spencer dalam bukunya berjudul “Competence at Work” tidak jauh berbeda dengan yang dikemukakan Tjerk Hooghiemstra sebelumnya; Kompetensi adalah karakteristik pokok seseorang yang berhubungan dengan atau menghasilkan unjuk kerja yang efektif dan atau superior pada jabatan tertentu atau situasi tertentu sesuai kriteria yang telah ditetapkan. Karakteristik pokok mempunyai arti kompetensi yang sangat mendalam dan merupakan bagian melekat pada pribadi seseorang dan dapat menyesuaikan sikap pada berbagai kondisi atau berbagai tugas pada jabatan tertentu. Ada lima karakteristik kompetensi : motiv, sikap, konsep diri (attitude, nilai-nilai atau imaginasi diri), pengetahuan dan keterampilan. Menurut ILO/ASPDEP pada seminar penyusunan Regional Model Competency Standards, Bangkok, 1999, kompetensi meliputi : 1. Keterampilan melaksanakan tugas individu dengan efesien (Task skill). 2. Keterampilan mengelola beberapa tugas yang berbeda dalam pekerjaannya (Task management skill). 3. Keterampilan merespon dengan efektif hal-hal yang bukan merupakan pekerjaan rutin dan kerusakan (Contigency management skill). 4. Keterampilan menghadapi tanggung jawab dan tuntutan lingkungan termasuk bekerja dengan orang lain dan bekerja dalam kelompok (Job/role environmen skill). Kompetensi lebih menitik beratkan pada apa yang diharapkan dikerjakan oleh pekerja ditempat kerja, dengan perkataan lain kompeten menjelaskan apa yang seharusnya dikerjakan oleh seseorang bukan latihan apa yang seharusnya diikuti. Kompetensi juga harus dapat menggambarkan kemampuan menggunakan ilmu pengetahuan dan keterampilan pada situasi dan lingkungan yang baru. Karena itu uraian kompetensi harus dapat menggambarkan cara melakukan sesuatu dengan efektif bukan hanya mendata 58 tugas. Melakukan sesuatu dengan efektif dapat dicapai dengan pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja. Sikap kerja atau attitude sangat mempengaruhi produktivitas, namun sampai saat ini masih diperdebatkan bagaimana merubah sikap kerja serta menilainya, tidak mungkin dapat dilaksanakan dalam waktu yang relatif singkat. Menurut konsep Jerman (dalam sistem ganda) menggunakan istilah kompetensi rofesional atau kualifikasi kunci. Kompetensi profesional mencakup kumpulan eberapa kompetensi yang berbeda seperti ditunjukkan di bawah. Komponen-Komponen yang perlu untuk Kompetensi Profesional 59 BAB 4 PROFESIONALISME BIDANG TEKNOLOGI INFORMASI Setelah mepelajari bab ini maka mahasiswa diharapkan memahami: a. Gambaran umum pekerkaan di bidang teknologi informasi b. Pekerjaan di dunia TI sebagai sebuah profesi c. Sertifikasi di dalam pekerjaan TI d. Standarisasi profesi teknologi informasi e. Pekerjaan di bidang teknologi informasi di Indonesia A. Pendahuluan. Pada bab sebelumnya kita telah membahas bagaimana sebuah profesi itu menemukan sisi profesionalisme dengan tiga hal besar antara lain; pertama pengetahuan yang didapatkan melalui proses pendidikan yang terarah berjenjang dan komprehensif. Kedua, tanggungjawab profesi, yaitu integritas sebuah profesi menjadi sangat penting agar menumbuhkan kepencayaan dari masyarakat. Integritas juga bisa dimaknai sebagai kompetensi yang mumpuni dan memiliki kualifikasi strandar yang mampu mengakomodasi kebutuhan dan keinginan masyarakat penguna. Ketiga, kontrol yaitu bagaimana tingkah laku dan cara kerjanya harus dilakukan dengan proses yang baik dan hasil yang 60 memuaskan. Khusus bab ini maka kita akan lebih detail melihat bagaimana karir dalam bidang komputer dapat dirai melalui program kompetensi berbasis sertifikasi dan ketrampilan. B. Gambaran Umum Pekerjaan di Bidang TI Jika Anda berada berada di antara ratusan pelamar yang berharap mengisi beberapa lowongan di bidang TI, apa yang bisa membuat Anda berbeda dengan pelamar-pelamar lain Lalu jika Anda sudah menjadi salah satu bagian dari tenaga TI dan ingin meniti tangga karier, apakah yang bisa Anda lakukan untuk menegaskan kualitas Anda dibanding sekian banyak rekan seprofesi Anda? Apa yang dapat menjadi jaminan untuk perusahaanperusahaan yang ingin membayar Anda untuk solusi TI yang dapat Anda berikan ? Salah satu jawabannya adalah dengan mendapatkan pengakuan atau sertifikasi untuk bidang spesialisasi Anda. Mungkin akan muncul pertanyaan, apakah pendidikan formal yang sudah Anda kantongi belum cukup untuk membuktikan kemampuan Anda?Cepatnya perkembangan TI serta semakin kompleksnya teknologi tidak memungkinkan bagi lembaga pendidikan untuk mengadopsi perubahan secara cepat. Keterbatasan kurikulum, dan keinginan untuk independen terhadap produk tertentu menjadi kendala menghadapi perubahan tersebut. Di sisi lain kebutuhan tenaga kerja TI sering membutuhkan kompetensi yang lebih spesifik, seperti pengalaman terhadap penggunaan software tertentu yang diimplementasikan dalam perusahaan tersebut. Hal ini mendorong turun tangannya para vendor untuk ikut terjun dalam program pendidikan yang pada akhirnya melahirkan standar kompetensi atau sertifikasi. C. Sertifikasi Profesi TI Ada banyak keuntungan yang dapat menjadi tambahan alasan untuk mempertimbangkan mengambil sertifikasi TI. Salah satu yang utama tentu saja 61 membuka lebih banyak kesempatan pekerjaan. Sertifikat TI dapat meningkatkan kredibilitas seorang profesional TI di mata pemberi kerja. Bagi mereka yang sudah bekerja di bidang TI, sertifikasi memberi cara yang standar dan terukur untuk mengukur kemampuan teknis. Dengan memiliki sebuah sertifikat TI yang diakui secara global, seorang profesional TI akan memiliki rasa kepercayaan diri yang lebih tinggi terkait dengan keterampilan yang dimilikinya. Ini karena melalui proses sertifikasi keterampilan yang dimiliki sudah mengalami validasi oleh pihak ketiga, dalam hal ini lembaga pemberi sertifikasi. Selain itu pengalaman mengikuti sertifikasi akan memberikan wawasanwawasan baru yang mungkin tidak pernah ditemui pada saat mengikuti pendidikan formal atau dalam pekerjaan sehari-hari. Selain mampu memberikan jalan yang lebih mudah untuk menemukan pekerjaan di bidang TI, sertifikasi juga sapat membantu Anda meningkatkan posisi dan reputasi bagi yang sudah bekerja. Bahkan sertifikasi yang sudah diakui secara global ini mampu meningkatkan kompetensi Anda dengan tenaga-tenaga TI dari manca negara. Karena itu jangan heran jika sertifikasi yang telah Anda kantongi bisa lebih dihargai dibandingkan ijazah formal Anda. 1. Sertifikasi untuk Bahasa Pemrograman Di bagian ini akan dibahas dua sertifikasi TI dalam hal penguasaan kemampuan yang terkait dengan bahasa pemrograman. Yang dipilih adalah sertikasi untuk bahasa pemrograman Java dan sertifikasi untuk bahasa pemrograman yang menggunakan platform Microsoft .Net. a. Java Pengunaan bahasa Java dalam pembuatan aplikasi terus menunjukkan peningkatan. Secara pasti bahasa pemrograman Java mulai merebut pangsa pasar yang dulunya diisi oleh bahasa-bahasa seperti COBOL, Cobol, Visual Basic, C, System/390 Assembler dan SmallTalk. 62 Tentunya hal ini diikuti dengan semakin tingginya kebutuhan akan tenaga profesional yang menguasai bahasa pemrograman Java. Sertifikasi Java dapat dimanfaatkan oleh paling tidak empat segmen. Pertama, mereka yang ingin melakukan transisi karier dari posisi nonteknis ke pengembangan aplikasi dan software. Yang dimaksud di sini adalah mereka yang memiliki pengalaman nol dalam profesi TI tetapi tertarik untuk beralih profesi ke bidang TI yang mungkin dinilai lebih menggiurkan. Kedua, mereka yang sudah bergerak dalam bidang TI dan berniat untuk melakukan perpindahan posisi di perusahaan tempat mereka bekerja. Jika Anda sedang merancang sebuah rencana untuk meningkatkan kredibilitas, tanggung jawab dan sukses di organisasi Anda saat ini, sertifikasi layak menjadi komponen utama dari rencana tersebut, utamanya jika Anda bekerja di perusahaan kecil atau menengah. Sementara jika Anda memiliki keterampilan TI tetapi tidak memiliki pengalaman menggunakan Java, sertifikasi Java dapat memberi Anda kesempatan untuk mencoba pekerjaan yang menggunakan Java. Ketiga, konsultan Java yang ingin memvalidasi keterampilan mereka dan meningkatkan kredibilitas mereka di mata klien. Keempat adalah para profesional TI yang sedang memikirkan untuk pindah perusahaan. Saat ini banyak lowongan kerja yang menyebutkan sertifikasi Java sebagai suatu kualifikasi yang dapat mejadi nilai tambah. Tentu saja adanya sertifikat dapat meningkatkan kemungkinan untuk mendapatkan kesempatan bekerja di luar negeri dan dengan upah yang lebih tinggi. b. Mendaki Tangga Sertifikasi Java Sun menawarkan tiga jenjang sertifikasi bagi programmer Java. Dari tingkat dasar ke advanced jenjang tersebut adalah: Sun Certified Programmer, Sun Certified Developer, dan Sun Certified Architect. 63 Setiap jenjang sertifikasi membutuhkan jenjang sebelumnya. Contoh, untuk mengambil sertifikasi Developer Anda harus memiliki sertifikasi Programmer. Sun Certified Programmer adalah sertifikasi paling dasar dari Sun untuk programmer Java. Untuk dapat menjadi seorang Certified Java Programmer, Anda harus lulus ujian Sun Certified Programmer for the Java 2 Platform 1.4 yang biayanya US$ 150. Ujian pilihan ganda ini dirancang untuk menguji pemahaman sintaks dan struktur Java pada materi-materi berikut: Dasar-dasar bahasa Java, teknik dasar pemrograman berorientasi obyek, penggunaan threads, dan kemampuan menggunakan paket standar Java seperti java.awt, java.lang, java.io, dan java.util. Untuk pemegang sertifikasi Java versi terdahulu dapat mengikuti ujian upgrade khusus. Beberapa kursus yang dapat dikuti untuk mempersiapkan diri untuk sertifikasi ini adalah Java Technology for Structured Programmers yang ditujukan bagi mereka yang memiliki pengetahuan tentang bahasa pemrograman terstruktur seperti COBOL; Java Programming Language for Non-Programmers yang dirancang untuk programmer yang tidak memiliki pengalaman melakukan pemrograman; dan Java Programming Language atau pengenalan Java untuk programmer yang berpengalaman dengan bahasa pemrograman lain. Sun Certified Developer adalah anak tangga selanjutnya dari sertifikasi Sun. Anda mungkin berpikir hanya perlu sekali lagi mengerjakan soal-soal pilihan ganda untuk menjadi seorang Certified Dava Developer, tetapi Sun menuntut lebih banyak dalam ujian untuk jenjang ini. Untuk sertifikasi SCJD selain harus sudah memiliki sertifikat SCJP, Anda harus menyelesaikan tugas pemrograman yang dirancang untuk menguji aplikasi keterampilan Java Anda dalam menghadapi 64 persoalan dunia nyata . Untuk ujian tugas pemrograman ini Anda harus membayar biaya US$ 250. Contoh, tugas pemrograman tersebut memiliki skenario berikut: Setelah membayar uang ujian, Anda men download sebuah code template dari Sun. Template ini harus Anda gunakan untuk membuat sebuah aplikasi GUI yang memiliki kemampuan untuk berkomunikasi dengan sebuah database melalui jaringan, dan melakukan konversi data dari format teks ke format database tersebut. Selama membuat program Anda diharuskan mendokumentasikan semua langkah yang Anda lakukan. Aplikasi yag Anda buat akan dinilai berdasarkan maintainability, penggunaan design pattern yang tepat, kejelasan kode, dan kesesuaian dengan code convention. Setelah tugas pemrograman, Anda masih harus mengikuti ujian esai dengan biaya US$ 150, yang terdiri dari 5 sampai 10 soal esai, menanyakan berbagai hal tentang tugas pemrograman yang Anda selesaikan. Beberapa kursus yang dapat diikuti untuk mempersiapkan diri untuk mengikuti SCJD adalah Object-Oriented Application Analysis and Design for Java Technology (UML), yang merupakan kombinasi dari kuliah, tugas, dan diskusi yang mengajarkan analisa dan perancangan sitem menggunakan UML. Selain itu juga Java Programming Language Workshop yang memberikan pengalaman praktis melakukan perancangan aplikasi menggunakan Java. Kalau Anda lebih tertarik untuk mengambil suatu spesialisasi tertentu dalam pemrograman Java seperti pemrograman aplikasi Web services atau aplikasi mobile , pada jenjang developer ini Sun menawarkan empat jenis spesialisasi: Sun Certified Web Component Developer (SCWCD), Sun Certified Business Component Developer (SCBCD), Sun Certified Developer for Java Web Services (SCDJWS), dan Sun Certified Mobile Application Developer untuk platform J2ME (SCMAD). Untuk setiap spesialisasi ini Anda harus lulus satu ujian 65 pilihan ganda yang tergantung jenis spesialisasi yang ingin Anda ambil. Biaya untuk setiap ujian berkisar US$ 150. Sun Certified Enterprise Architect for J2EE adalah sertifikasi premium dari Sun. Sebagaimana dicerminkan oleh namanya, sertifikasi ini sangat berfokus pada enterprise. Ini berarti pemegang sertifikasi ini dapat menangani pengembangan aplikasi berskala besar dengan tingkat inavailability yang tinggi. Untuk mendapatkannya, seseorang harus memiliki kedua sertifikat SCJP dan SCJD, lulus sebuah ujian pilihan untuk menguji pengetahuan seputar Java. Apabila lulus ujian pertama dilanjutkan menyelesaikan sebuah tugas pemrograman seperti pada saat pengambilan SCJD, dan diakhiri dengan sebuah ujian esai. Untuk persiapan mengikuti sertifikasi SCEA Anda dapat mengikuti kursus Architecting and Designing J2EE Applications dan Developing Applications for the J2EE Platform dari Sun. Materi pada kursus tersebut difokuskan pada topik-topik seperti konsep pemrograman berorientasi obyek tingkat advanced, UML dan Enterprise Java Beans (EJB), dan aplikasi Standard Architecture Design Patterns. c. Microsoft.Net Untuk para developer ada dua jenis sertifikat yang ditawarkan oleh Microsoft sebagai pengakuan atas keahlian dalam pengetahuan dan keterampilan Microsoft .Net : Microsoft Certification Application Developer (MCAD) dan Microsoft Certified Solution Developer (MCSD). Sertifikasi MCAD dibuat oleh Microsoft sebagai respon terhadap kebutuhan industri akan sebuah sertifikasi yang memungkinkan mereka untuk menunjukkan keterampilan yang dibutuhkan untuk mengimplementasikan, me maintain, dan mendeploy aplikasi Web atau desktop berbasis Windows dengan skala kecil sampai menengah. MCAD ditujukan untuk mereka yang lingkup pekerjaannya meliputi pengembangan aplikasi, komponen, atau layanan database dan jaringan berskala kecil sampai menengah pada platform Windows. 66 Sebaiknya untuk mengambil sertifikasi MCAD Anda paling tidak sudah memiliki pengalaman 1 - 2 tahun dalam membuat aplikasi dan tidak asing dengan platform Microsoft .Net. Lingkup profesi yang terkait dengan sertifikasi ini di antaranya adalah programmer, analis, dan software developer. Untuk mendapatkan sertifikasi MCAD kandidat harus terlebih dahulu lulus dua ujian inti dan satu ujian pilihan dalam suatu area spesialisasi. Untuk ujian inti Anda dapat memilih satu ujian dalam spesialisasi Web Application Development atau Windows Application Development. Untuk satu ujian inti lagi Anda harus mengikuti ujian dalam bidang XML Web Services dan Server Components. Sementara untuk ujian pilihan Anda harus membuktikan diri dengan melewati suatu ujian keahlian dalam menggunakan salah satu produk server Microsoft, atau melakukan implementasi application security dengan platform Microsoft .Net. Sertifikasi yang kedua adalah Microsoft Certified System Developer (MCSD). Sertifikat MCSD merupakan salah satu sertifikat TI dengan reputasi yang dikenal baik di kalangan industri. Dengan mengantongi sertifikat MCSD, seseorang dianggap telah mampu mendemonstrasikan kemampuan yang dibutuhkan untuk memimpin sebuah organisasi dalam proses perancangan, implementasi, dan administrasi dari suatu solusi bisnis dengan menggunakan produk Microsoft. Karena fokusnya pada kepemimpinan dalam proses pengembangan solusi bisnis berskala enterprise, lingkup profesi yang cocok dengan sertifikasi ini adalah software engineer, software development engineer, software architect, and konsultan. Seorang kandidat sertifikasi MCSD diharapkan sudah memiliki pengalaman minimal dua tahun dalam pengembangan solusi dan aplikasi. 67 Untuk mendapatkan sertifikasi MCSD untuk Microsoft .Net seorang kandidat harus lulus dalam empat ujian inti dan satu ujian pilihan. Ujian inti meliputi satu ujian dalam bidang Web Application Development, satu ujian dalam bidang Windows Application Development, satu ujian dalam bidang XML Web Services and Server Components, dan satu ujian dalam bidang Solution Architecture. Untuk ujian pilihan Anda harus membuktikan diri dengan melewati suatu ujian keahlian dalam menggunakan salah satu produk server Microsoft atau melakukan implementasi application security dengan platform Microsoft .Net. Walaupun ujian MCSD meliputi bidang-bidang yang sama dengan ujian MCSA, setiap ujian memiliki tingkatan kesulitan yang lebih tinggi dibanding MCSA. Pilihan untuk mengambil sertifikat MCSA atau MCSD sebaiknya ditentukan berdasarkan jenis peran kerja yang sedang atau ingin dijalani. 2. Sertifikasi untuk Database Setelah membahas sertifikasi untuk bahasa pemrograman, pada bagian ini akan dibahas macam sertifikasi untuk keterampilan dalam teknologi database yang banyak digunakan. Kami memilih sertifikasi untuk Oracle dan Microsoft SQl Server. a. Oracle Sampai sekarang perusahaan software kedua terbesar di dunia ini masih merupakan penikmat pangsa pasar terbesar untuk software database. Ini membuat sertifikasi Oracle menjadi salah satu sertifikasi yang paling populer dan banyak dicari. Laporan IDC Certified Report 2002 menyebutkan bahwa sertifikasi Oracle adalah kualitas yang paling dicari oleh pasar TI. Dalam situsnya Oracle menyebutkan bahwa 97 dari pemegang Oracle Certified Professional (OCP) mengatakan bahwa mereka 68 diuntungkan oleh sertifikasi tersebut, 89% merasa kepercayaan diri terkait penguasaan keahlian Oracle meningkat, dan 96% mengaku menganjurkan program sertifikasi Oracle kepada orang lain. Sementara bagi perusahaan yang memiliki pegawai yang telah tersertifikasi, Oracle mengklaim bahwa berdasarkan survai perusahaan-perusahaan tersebut melaporkan penurunan waktu downtime sebesar 49%. Untuk memenuhi kebutuhan industri akan berbagai spesialisasi keahlian dalam menggunakan teknologi Oracle, Oracle saat ini menawarkan tiga jenis sertifikasi Oracle. Setiap jalur sertifikasi dirancang untuk menguji penguasaan pengetahuan dan keterampilan dalam menggunakan teknologi Oracle untuk suatu bidang kerja tertentu seperti developer, administrator, atau Web server administrator. Oracle Certified DBA adalah sertifikasi yang menguji penguasaan teknologi dan solusi Oracle dalam menjalankan peran sebagai administrator database. Pada jalur sertifikasi ini terdapat tiga jenjang sertifikasi berikut: 1) Oracle Certified DBA Associate, dengan sertifikasi pada jenjang ini sesorang dianggap memiliki pengetahuan dasar yang memungkinkan mereka bekerja sebagai anggota yunior dalam sebuah tim yang terdiri dari administrator database atau pengembang aplikasi. Ujian untuk mengambil sertifikasi ini meliputi dasar-dasar SQL dan dasar-dasar administrasi database. Sertifikasi ini tersedia untuk database Oracle9i dan Oracle 10g dengan sedikit perbedaan pada jumlah ujian yang harus dikuti. 2) Oracle Certified DBA Professional, sertifikasi ini ditujukan bagi pemegang sertifikasi jenjang Associate yang ingin meningkatkan penguasaan teknologi Oracle dalam administrasi database. Pada jenjang ini kandidat akan mengikuti ujian yang meliputi teknik-teknik lanjut dari administrasi database dan juga teknik-teknik dalam melakukan performance tuning. 69 Sertifikasi ini juga tersedia untuk database Oracle9i dan Oracle 10g dengan sedikit perbedaan pada jumlah ujian yang harus dikuti. Pada jenjang ini kandidat yang berminat juga dapat mengambil ujian tambahan untu untuk spesialisasi manajemen database Oracle pada lingkungan sistem operasi Linux. Oracle Certified DBA Master, merupakan jenjang tertinggi dalam jalur sertifikasi DBA. Seorang OCM adalah seorang DBA profesional yang sudah teruji dalam menangani aplikasi dan sistem database yang memiliki karakter mission critical. Berbeda dengan ujian pada jenjang OCA dan OCM yang berupa ujian teori, ujian OCM mengambil bentuk praktikum di sebuah lab khusus di mana kandidat diminta untuk memberikan solusi terhadap berbagai skenario permasalahan yang meliputi konfigurasi database, konfigurasi jaringan database, konfigurasi dan penggunaan Oracle Enterprise Manager, dan hal-hal kritis seperti manajemen kinerja dan database recovery. Untuk wilayah Asia-Pasifik, ujian OCM hanya dapat dilakukan di lab Oracle yang terdapat di Hongkong dan Seoul. Untuk jalur sertifikasi DBA juga tersedia ujian untuk meng upgrade sertifikasi Oracle versi terdahulu untuk mendapatkan sertifikasi Oracle terbaru. 1) Oracle Certified Developer. Jalur Sertifikasi ini ditujukan bagi mereka yang ingin mendapatkan pengakuan akan penguasaan pegetahuan dan keterampilan penggunaan teknologi Oracle seperti PL/SQL dan Oracle Forms dalam mengembangkan berbagai aplikasi dan solusi. Pada jalur sertifikasi Developer terdapat tiga jenjang sertifikasi berikut : 2) Oracle9i PL/SQl Developer Certified Associate, profesional dengan sertifikasi jenjang ini memiliki pengetahuan dasar yang memungkinkan peran fungsional sebagai pengembang aplikasi Oracle9i. Untuk sertifikasi ini kandidat harus mengikuti dua ujian yang 70 meliputi dasar-dasar SQL dan PL/SQL serta teknik pemrograman dengan menggunakan PL/SQL. 3) Oracle9iForms Developer Certified Professional, untuk memiliki sertifikasi ini kandidat harus sudah memiliki sertifikasi jenjang OCA. Pemegang OCA yang ingin mendapatkan sertifikasi OCP harus mengikuti satu ujian yang meliputi materi pengembangan aplikasi Internet menggunakan Oracle9iForms. Selain kedua jenjang tersebut pemegang sertifikasi Oracle versi terdahulu dapat mengikuti ujian upgrade untuk mendapatkan sertifikasi Oracle versi terbaru. Oracle9iAS Web Administrator. Seiring meningkatnya kebutuhan akan profesional dalam bidang administrasi Web, Oracle membuka sebuah jalur sertifikasi bagi mereka yang menginginkan pengetahuan dan keterampilan sebagai Web Administrator untuk Oracle9i Application Server. Jalur sertifikasi ini baru menyediakan jenjang Oracle9iAS Web Administrator Certified Associate. Untuk mendapatkan sertifikasi ini kandidat harus mengikuti satu ujian yang meliputi materi administrasi dasar Oracle9i Application Server. Salah satu yang membuat sertifikasi Oracle menjadi salah satu sertifikat TI dengan reputasi yang tinggi adalah tingkat kesulitan untuk mendapatkan sertifikasi tersebut. Untuk setiap ujian, peserta baru dinyatakan lulus apabila skornya minimal 70 %. “Saya selalu menanyakan kesiapan setiap calon peserta ujian sertifikasi. Ujian Oracle tidak murah dan tidak mudah sehingga sayang sekali apabila harus tidak lulus,” ujar Mardjuki (Education Director, Oracle University Indonesia). Di lain pihak hal tersebut membuat pemegang sertifikat Oracle menjadi barang langka. Di Indonesia misalnya, menurut Mardjuki baru ada sekitar 300 pemegang sertifikat jenjang OCP, sementara untuk jenjang OCM jumlah mungkin hanya sebatas hitungan jari. 3. Microsoft 71 Microsoft menawarkan satu jenis sertifikasi untuk penguasaan teknologi produk database andalannya, Microsoft SQl Server. Microsoft Certified DBA adalah sertifikasi yang diberikan sebagai pengakuan kemampuan merancang, mengimplementasi, dan melakukan administrasi database Microsoft SQl Server. Untuk mendapatkan sertifikasi MCDBA setiap kandidat harus lulus tiga ujian inti dan satu ujian pilihan. Ujian inti ini terdiri dari satu ujian untuk materi administrasi SQL Server, satu ujian perancangan database SQL Server, dan satu ujian Windows 2000 Sever atau Windows Server 2003. Sebagai tambahan ujian inti, kandidat harus lulus satu ujian pilihan dalam salah satu bidang keahlian produk Microsoft. a. Sertifikasi untuk Office Sebagai aplikasi desktop, Microsoft Office mungkin menjadi aplikasi yang paling akrab dengan keseharaian pekerjaan kita. Mulai dari membantu menulis surat sampai membuat perencanaan proyek. Populernya aplikasi Microsoft Office dan kemudahan pemakaiannya seringkali membuat banyak penggunanya tidak merasa perlu untuk mempelajarinya secara serius. Padahal hal tersebut mungkin berakibat pada rendahnya utilitas pemanfaatan berbagai feature yang sebenarnya disediakan oleh Microsoft Office, dan tanpa disadari membuat kerja tidak seefisien seharusnya. Sertifikasi Microsoft Office Specialist (Office Specialist) adalah sertifikasi premium untuk aplikasi desktop Microsoft. Sertifikasi ini merupakan sertifikasi dengan standar global untuk validasi keahlian dalam menggunakan Microsoft Office dalam meningkatkan produktivitas kerja. Fokus dari sertifikasi Office Specialist adalah mengevaluasi pemahaman menyeluruh terhadap program-program Microsoft Office dan Microsoft Project, kemampuan untuk menggunakan feature-feature advanced, dan 72 kemampuan untuk mengintegrasikan program-program Office dengan software lain. Sertifikasi Office Specialist tersedia dalam tiga jalur: Office 2003 Editions, Office XP, dan Office 2000. Untuk setiap jalur sertifikasi terbagi dalam tiga jenjang keahlian, yaitu Specialist, Expert, dan Master. Selain untuk program-program yang termasuk suite aplikasi Microsoft Office, sertifikasi Office Specialist juga menawarkan sertifikasi khusus untuk Microsoft Project 2002 dan Microsoft Project 2000. Ujian sertifikasi Office Specialist untuk Microsoft Project difokuskan pada kemampuan menggunakan berbagai toolMicrosoft Project dalam pelaksanaan berbagai tahapan proyek, seperti perencanaan proyek, kustomisasi grafik dan laporan kemajuan proyek, dan memfasilitasi berbagai kegiatan kolaborasi dan komunikasi tim. b. Daftar Authorized Training Partners Jika Anda sudah memiliki cukup pengalaman dan merasa yakin menguasai software untuk sertifikasi yang ingin Anda ambil, tidak ada salahnya langsung memasuki ruang ujian. Namun jika masih ragu-ragu, ada baiknya mengikuti training yang diselenggarakan oleh beberapa training center yang ada.Sebagai panduan, berikut beberapa training center yang menjadi partner beberapa vendor aplikasi pemberi sertifikasi tersebut. Daftar Authorized Training Partners Vendor Training Partners Adobe Digital Studio Alias Digital Studio CIW PT Intellisys Tri Pratama PT Executrain Nusantara Jaya CompTIA PT States Information technology Informatics 73 Cisco Training Partners (PT Datacraft Indonesia) PT Inixindo 80 lembaga pendidikan yang menjadi Cisco Academy Partner Macromedia Digital Studio Sekolah Web Indonesia Informatics Microsoft PT Asaba Computer Center PT Ebiz Infotama PT Executrain Nusantara Jaya PT Intellisys TriPratama PT Iverson Technology PT Mitra Integrasi Informatika PT NETtrain Infotama PT Sarana Solusindo Informatika PT Sentra Karya Informatika Oracle PT Asaba Computer Center PT Inixindo PT Mitra Integrasi Informatika SUN PT Inixindo WOW WEB-C 4. Sertifikasi di Bidang Jaringan Sertifikasi yang paling populer di bidang jaringan adalah sertifikasi Cisco. Memang bukan rahasia bahwa Cisco merupakan pemegang pangsa pasar terbesar di bidang jaringan sampai saat ini. Selain sertifikasi Cisco, sertifikasi di bidang jaringan yang juga cukup populer adalah sertifikasi yang diberikan oleh CompTIA, Novell, dan Solaris. a. Cisco 74 Cisco memiliki tiga jenjang sertifikasi, yaitu Associate, Professional, dan Expert. Jenjang sertifikasi Cisco secara umum meliputi Cisco Certified Network Associate (CCNA), Cisco Certified Network Professional (CCNP), dan Cisco Certified Internetworking Expert.(CCIE). Selain tiga jenjang umum tersebut, Cisco juga memiliki jalur spesialisasi, seperti network design, security, dan business networking. Beberapa jenis sertifikasi untuk jalur spesialisasi ini di antaranya adalah Cisco Certified Designing Associate (CCDA), Cisco Certified Designing Professional (CCDP), dan Cisco Security Specialist 1 (CSS1), dan lain sebagainya. Cisco Certified Network Associate (CCNA) merupakan fondasi awal untuk menapaki jenjang sertifikasi yang lain. Pemegang sertifikasi ini diharapkan sudah profesional dalam hal meng install, mengkonfigurasi, dan mengoperasikan jaringan LAN atau WAN untuk jaringan kecil (100 client/PC atau kurang). Sementara bagi yang mengambil spesialisasi di bidang network design. Kesempatan kerja bagi pemegang sertifikasi ini umumnya adalah network administrator. Jenjang berikutnya adalah Cisco Certified Network Professional (CCNP). Pada jenjang ini pemegang sertifikasi dianggap telah ahli dalam hal meng install, mengkonfigurasi, serta memecahkan permasalahan LAN atau WAN dengan skala yang lebih luas (100 - 500 client/PC). Untuk mencapai jenjang ini peserta harus mengikuti empat jenis ujian, seperti membangun internetwork, multilayer switch network, remote access network, dan troubleshooting. Untuk memperoleh dua jenis jenis sertifikasi tersebut ada dua cara yang bisa ditempuh dengan mengikuti kursus pada training center, atau mengikuti pendidikan melalui Cisco Academy Program. Cisco Academy Program merupakan program pendidikan yang digelar Cisco bekerja sama dengan beberapa perguruan tinggi dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) TI. 75 Berbeda dengan mengikuti kursus yang hanya membutuhkan waktu 10 hari, pendidikan melalui Academy Program ini memerlukan waktu lebih panjang, sekitar 8 bulan - 1 tahun. Kelebihannya, program ini memungkinkan bagi peserta yang belum memiliki pengalaman di lapangan untuk memperoleh sertifikasi dari Cisco. Saat ini ada 80 lembaga pendidikan yang menjadi partner Cisco dalam Cisco Academy Program. Jika Anda ingin mengikuti training untuk mempersiapkan ujian sertifikasi CCNA ini setidaknya Anda harus menyiapkan anggaran sekitar US$ 500. Sementara untuk training CCNP diperlukan untuk jangka waktu 20 hari dengan biaya sekitar US$ 2900. Menurut Kurnijanto E Sanggono (Marketing Manager, Cisco Indonesia), training ini sifatnya lebih sebagai penyegaran, sebaiknya kandidat sudah memiliki pengalaman dalam menangani masalah jaringan. CCIE merupakan jenjang tertinggi dalam jalur sertifikasi Cisco yang artinya pemangang sertifikasi ini telah mampu mengelola dan menangani berbagai permasalahan dalam jaringan sampai skala enterprise. Jenjang ini tidak mudah untuk diraih karena setidaknya kandidat harus sudah mengantongi sertifikasi CCNA dan CCNP terlebih dahulu. Tidak heran jika pemegang sertifikasi ini masih cukup langka, dan menjadi rebutan di bursa pencari tenaga TI. Menurut Kurnijanto, jumlah peraih sertifikasi CCIE ini di Indonesia belum ada 30 orang. Sementara peraih CCNP sudah lebih dari 2000 orang, dan peraih sertifikasi CCNA sudah di atas 10.000 orang. Seseorang yang berhasil memperoleh sertifikasi CCIE benar-benar merupakan kandidat yang terpilih karena dari data Cisco kurang dari 3% peraih CCNP yang berhasil ke jenjang CCIE. Melewati ujian CCIE juga tidak mudah karena selain harus menyelesaikan soal-soal pilihan berganda dalam waktu 2 jam, peserta juga harus mampu 76 mengkonfigurasi dan mengatasi masalah pada lokasi yang ditunjuk oleh Cisco dalam waktu 8 jam. b. CompTIA CompTIA memiliki beberapa jalur sertifikasi untuk menunjukkan keahlian di bidang jaringan, di antaranya adalah Comptia Network+, CompTIA Security+. Selain dua sertifikasi tersebut, CompTIA juga memiliki beberapa pilihan sertifikasi mengenai pengenalan hardware, yaitu CompTIA A+ dan CompTIA Server+. CompTIA A+ merupakan sertifikasi paling dasar dari CompTIA yang ditujukan bagi pemula yang ingin meniti karier di bidang TI, atau menjadi teknisi komputer. Sertifikasi CompTIA A+ merupakan bentuk validasi kemampuan bahwa seseorang telah memiliki pengetahuan dasar di bidang hardware dan software. Beberapa ujian untuk meraih sertifikasi ini meliputi pengetahuan terhadap teknologi hardware dan sistem operasi secara umum, di mana peserta diharapkan sudah dapat meng install, mengkonfigurasi, mendiagnosa, dan mengelola jaringan pada skala kecil. Jenis sertifikasi ini juga sering dijadikan landasan bagi kandidat untuk mengikuti jenjang sertifikasi yang lebih tinggi dari vendor lain, seperti MCSA dari Microsoft dan CNE dari Novell. CompTIA Server+ merupakan pengakuan terhadap seseorang yang telah memiliki pengetahuan dan pengalaman mengenai teknologi Industry Standard Server Architecture (ISSA). Meskipun CompTIA Server+ tidak mensyaratkan untuk memperoleh sertifikasi A+ terlebih dahulu, peserta dianjurkan untuk mengikuti sertifikasi tersebut. CompTIA Server+ merupakan jenjang lebih lanjut yang mempersiapkan kandidat sebagai teknisi komputer dan server untuk tingkat atas. Diharapkan kandidat mampu meng install, mengupgrade, mengkonfigurasi, mengelola, dan memecahkan masalah. 77 CompTIA Network+ setingkat dengan sertifikasi CCNA merupakan sertifikasi yang menguji penguasaan teknologi jaringan dalam menjalankan peran sebagai network support atau network administrator. Sebagai bekal mengikuti ujian sertifikasi ini, selain melalui training yang membutuhkan waktu sekitar satu minggu dengan biaya sekitar US$ 250, para peserta sebaiknya sudah berpengalaman mengelola jaringan setidaknya dalam jangka waktu 9 bulan. Para peserta ujian sertifikasi Nework + juga harus sudah mengantongi sertifikasi CompTIA A+. Beberapa training center mengemas dua program ini menjadi satu paket. Jika Anda ingin diakui sebagai ahli di bidang sekuriti, CompTIA juga memiliki jalur sertifikasi khusus, yaitu CompTIA Security+. Materi ujian sertifikasi Security+ meliputi beberapa topik yang berkaitan dengan keamanan dalam berbagai industri, seperti communication security, infrastructure security, cryptography, access control, external attack, dan lain sebagainya. Untuk mempersiapkan ujian sertifikasi peserta dapat mengikuti training. Namun sebaiknya peserta sudah berpengalaman setidaknya dua tahun dalam menangani jaringan, utamanya yang berkaitan dengan masalah sekuriti. 5. Sertifikasi di Bidang Computer Graphics dan Multimedia Peluang karier di bidang Computer Graphics dan Multimedia sangat luas, mulai dari designer, art director, web designer, editor, multimedia artist, visualizer, visual effect artist, dan banyak lagi. Tidak heran jika training di bidang animasi, desain grafis, desain Web, digital video, dan digital imaging ini semakin diminati. Apa yang bisa Anda lakukan jika Anda ingin diakui sebagai ahlinya di bidang desktop publishing, animasi, digital video, atau desain Web? Tentu saja Anda bisa menempuh berbagai training dan jalur sertifikasi yang 78 ditawarkan oleh vendor-vendor aplikasi yang bergelut di bidang multimedia ini. Beberapa vendor yang mengeluarkan sertifikasi di bidang ini adalah Adobe, Macromedia, Autodesk, dan Maya. Peminat training computer graphics dan multimedia, khususnya di Idonesia, semakin banyak tetapi masih jarang yang mengambil jalur sertifikasi. Umumnya peserta sudah merasa cukup bekal dengan mengantongi certificate of attendance atau sertifikat yang didapat dengan mengikuti training dengan kurikulum dari vendor aplikasi tersebut. 6. Adobe, Macromedia, dan Alias Sertifikasi yang dimiliki Adobe dinamakan ACE (Adobe Certified Expert). ACE ditujukan untuk para Graphics Designer, Web Designer, Developer, dan profesional bisnis yang ingin menunjukkan kemampuan mereka dalam memahami produk Adobe. Seseorang yang memperoleh sertifikasi ACE artinya mampu mendemonstrasikan keahliannya menggunakan satu atau lebih produk dari Adobe. Sertifikasi Adobe yang banyak digunakan industri adalah di bidang desktop publishing yang meliputi aplikasi Photoshop, Illustrator, dan InDesign; serta di bidang digital video meliputi aplikasi Premiere dan After Effect. Adobe membagi jalur sertifikasi menjadi dua, yaitu sertifikasi untuk satu produk dan spesialis. Untuk satu produk misalnya ACE Adobe InDesign CS, artinya peserta telah lulus ujian Adobe InDesign CS. Sedangkan untuk sertifikasi spesialis, terdapat beberapa pilihan yaitu ACE Print Specialist, Web Specialist, dan Video Specialist. Untuk bisa memperoleh gelar atau sertifikasi ACE Print Specialist peserta harus mampu melewati beberapa ujian meliputi Adobe InDesign, Adobe Acrobat, dan Adobe Illustrator atau Adobe Photoshop. Untuk ACE Web Specialist, peserta harus lulus ujian Adobe Photoshop, Adobe GoLive, dan Adobe 79 Illustrator atau Adobe Acrobat. Sementara untuk menjadi ACE, Video Specialist, peserta harus lulus ujian Adobe Photoshop, Adobe Premiere, dan Adobe Affter Effects. Jika kandidat mampu menguasai, dan lulus semua produk suite Adobe (Adobe Acrobat, Adobe GoLive, Adobe Illustrator, Adobe InDesign, dan Adobe Photoshop), ia akan memperoleh gelar tertinggi, yaitu ACE Creative Suite Master. Seperti Adobe, Macromedia memiliki sertifikasi yang menunjukkan kemampuan seseorang telah menguasai satu atau lebih produk dari Macromedia. Beberapa sertifikasi yang dimiliki Macromedia adalah Certified Macromedia Flash MX Developer, Certified Macromedia Flash MX Designer, Certified ColdFusion MX Developer, dan Certified Dreamweaver MX Developer. Untuk memperoleh gelar tersebut Anda bisa mengikui ujian di salah satu testing center VUE (Virtual University Enterprise). Lalu jika ingin diakui sebagai ahli di bidang grafis dan animasi 3D, Anda dapat mengantongi sertifikasi dari Alias dengan menguasai aplikasi Maya. Maya mengintegrasikan teknologi render tingkat lanjut, visual effect, animasi, dan modeling yang banyak digunakan video artist, game developer, maupun Web Designer dalam pembuatan film, game, maupun content Web yang banyak menggunakan animasi 3D. Untuk mempersiapkan ujian sertifikasi dari Adobe, Macromedia, atau Alias tersebut selain dengan mengikuti training, dianjurkan untuk menggunakan produk tersebut selama minimal satu tahun. 7. Certified Internet Web Master Jika ingin dianggap jago di bidang Internet, Anda bisa mengambil sertifikasi yang dikeluarkan oleh Certified Internet Web Master(CIW). Jalur sertifikasi CIW ini sangat beragam mulai sertifikasi untuk pemula sampai master. 80 Sertifikasi paling dasar yang sekaligus disyaratkan untuk mengambil sertifikasi untuk tingkat lebih lanjut adalah CIW Associates. CIW Associates adalah sertifikasi yang menguji penguasaan dasar teknologi Internet, seperti Web browser, FTP dan e-mail, Web page authoring menggunakan XHTML, dasar-dasar infrastuktur jaringan, dan manajemen proyek. Sertifikasi ini ditujukan bagi mereka yang bekerja sebagai business development, advertising, dan sales. Jenjang berikutnya adalah CIW Profesional dan CIW Master. Untuk menjadi mendapat gelar master terdapat empat pilihan jalur spesialisasi, yaitu Master CIW Designer, Master CIW Administrator, Master CIW Web Site Manager, dan Master CIW Enterprise Develper. Masing-masing jalur memiliki pilihan spesialisasi yang harus ditempuh. Sebelum mencapai tingkat master, Anda dapat meraih gelar CIW Profesional jika bisa melewati ujian CIW Associate dan salah satu spesialisasi yang dari empat jalur yang tersedia tersebut. Selain jalur tersebut, CIW juga memiliki beberapa pilihan sertifikasi khusus, seperti CIW Security Analist dan CIW Web Developer. 81 BAB 5 IMPLIKASI ETIS PENGUNAAN TEKNOLOGI KOMPUTER Setelah mempelajari bab ini maka mahasiswa diharapkan mampu untuk memahami: a. Pengunaan teknologi secara bertanggungjawab b. Perilaku dalam pengunaan TI yang baik c. Pentingnya pola-pola perilaku yang etis dalam pengunaan Teknologi komputer d. Masalah seputar pengunaan teknologi komputer. A. Pendahuluan Etika dalam penggunaan komputer sedang mendapat perhatian yang lebih besar daripada sebelumnya. Masyarakat secara umum memberikan perhatian terutama karena kesadaran bahwa komputer dapat menganggu hak privasi individual. Dalam dunia bisnis salah satu alasan utama perhatian tsb adalah pembajakan perangkat alat lunak yang menggerogoti pendapatan penjual perangkat lunak hingga milyaran dolar setahun. Namun subyek etika komputer lebih dalam daripada masalah privasi dan pembajakan. Komputer adalah 82 peralatan sosial yang penuh daya, yang dapat membantu atau mengganggu masyarakat dalam banyak cara. Semua tergantung pada cara penggunaannya. Penggunaan komputer dalam bisnis diarahkan oleh nilai-nilai moral dan etika dari para manajer, spesialis informasi dan pemakai dan juga hukum yang berlaku. Hukum paling mudah diiterprestasikan karena berbentuk tertulis. Dilain pihak etika dan moral tidak didefinisikan secara persis dan tidak disepakati oleh semua anggota masyarakat. B. Perilaku Pengguna Teknologi Informasi Etika komunitas TI merupakan satu set kepercayaan, standar atau pemikiran yang diterima seseorang, kelompok atau komunitas TI tersebut. Semua individu bertanggung jawab pada komunitas atas perilaku mereka. Sementara itu Jamer H. Moor, seorang professor di Darmouth mendefinisikan secara spesifik etika komputer sebagai analisis mengenai sifat dan dampak sosial teknologi komputer, serta formulasi dan justifikasi kebijakan untuk menggunakan teknologi tersebut secara etis. (Raymond Mc Leod, Jr, 1995). Etika di sini digunakan untuk menganalisis mengenai sifat dan dampak teknologi tersebut dan usaha-usaha untuk menerima dan menghargai semua kegiatan yang mengarah pada pengoperasian dan peningkatan layana dalam TI, serta usaha untuk menjauhkan atau mencegah hal-hal yang mengancam, merusak dan mematikan kegiatan TI secara langsung. Isu-isu etika yang penting dalam hal ini antara lain pelanggaran hak kekayaan intelektual seperti penggunaan software bajakann bom, e-mail, hacke, craker, privacy, kebebasan melakukan akses, pornografi dan hukum TI. Menurut Hary Gunarto, Phd (1998), dasar filosofi etila yang akan dituangkan dalam hukun TI ini sering dinyatakan dalam empat macam nilai kemanusiaan universal yang meliputi hak solitude (hak untuk tidak diganggu), anonymity (hak untuk tidak dikenal), intimacy (hak untuk tidak dimonitor) dan reserve (hak untuk dapat mempertahankan informasi individu sehingga terjaga kerahasiaannya). 83 Di samping itu, menurut Hinca Panjaitan yang perlu diakomodasikan lagiadalah hak untuk mengakses informasi atau pengetahuan dan hak untuk berkomunikasi (Onno W.Purbo, 2000) Sementara itu, Deborah Johnson, professor pada Renselaer Polytechnic merumuskan adanya hak atas akses komputer, hak atas keahlian komputer, hak atas spesialisasi komputer, dan hak atas pengambilan keputusan komputer. Sedangkan Richard O. Manson, seorang professor di Southern Medthedist University merumuskan hak tersebut dalam akronim PAPA, yaitu hak atas Privacy, hak atas akurasi, hak atas property (kepemilikan), dan hak atas aksesbilitas) Raymond Mc Leod, Jr, 1995). Menurut Onno W. Purbo, kerangka etika dan hukuman ini telah mulai digagas oleh para pakar hukum termasuk para hukum Indonesia. Beberapa mailing list yang membahas masalah ini antara lain: telematika@egroups.com, mastel-e-commerce@egroups.com, doit@tropika.com dan dan warta-e-commerce @egroups.com. Para aktivis dunia cyber diharapkan untuk ikut berperan serta dalam proses pembentukan cyberlaw tersebut agar cyberlaw tidak dikuasai oleh konsep-konsep yang salah. Hambatan yang dihadapi dalam penerapan etika dan hukum dalam dunia TI dan Internet, antara lain: pemahaman mengenai etika dan hukum masingmasing kelompok sosial berbeda-beda baik yang berada di Negara maju maupun Negara berkembang. Di negara maju pun masih banyak pertanyaan tentang etika dan hukum yang belum terjawab, seperti Salahah seseorang bila meminjamkan komputer yang berisi berbagai macam software kepada rekannya? Menurut Hary Gunarto, Phd, meskipun permasalahan etika dan hukum TI dan Internet sangat pelik, namun beberapa tindakan dan perilaku yang dianggap tidak etis menurut perjanjian Internasional telah berhasil dirumuskan, seperti akses ke tempat yang tidak menjadi hak pengakses, perusakan fasilitas komputer dan jaringan baik dengan cara teknis maupun penebaran virus dan lain sebagainya. 84 Beberapa negara telah berhasil secara konkrit memasukkan peraturanperaturan untuk mengatasi tindakan-tindakan yang dianggap melanggar etika ini ke dalam bentu undang-undang atau hukum TI, seperti Canada dengan jenis undang-undang: Telecommunication Act, Broadcasting Act, Radiocommunication Act, Freedom of Information Act, Privacy Protection Act, Computer Security Act, Electronic Communication Privacy Act, Computer Fraud and Abuse Act, Sire Fraud Act, dan Telecommunication Act, dan lain sebagainya. 1. Komunitas di Internet Ada ungkapan yang sering diucapkan ketika orang bertemu teman atau sahabat di beberapa acara bahwa “dunia hanya sebesar daun kelor”. Ungkapan itu digunakan untuk menggambarkan seakan-akan dunia ini begitu sempit, sehingga ke mana mereka pergi, di situ mereka dapat saling berjumpa. Sejak diciptakannya teknolgi internet yang merupakan perpaduan dari teknologi telekomunikasi dan computer pada kisaran tahun 1970-an, kini dunia ini seakan hanya sebuah komunitas yang kecil. Para warganya setiap saat dapat saling berjumpa dan bertegur sapa, berdagang dan berbelanja, dan sekolah berwisata ke berbagai belahan dunia hanya melalui komputer pribadinya. Jarak dan dinding politik yang membatasi akses seseorang kepada orang di negara atau benua lain seakan tidak ada lagi. Komunikasi antar mereka ibarat hanya sejauh tombol mouse. Dunia ini semakin hidup, seakan tidak mengenal waktu tidur. Selama 24 jam sehari perdagangan, perkantoran, komunikasi dan kegiatan lainnya dapat dilakukan melalui internet. 2. Popularitas Internet Internet merupakan sebuah koleksi global dari ribuan jaringan yang dikelola secara bebas. Internet dapat diakses oleh siapa saja yang memiliki komputer yang dilengkapi dengan modem dan saluran yang terhubung ke 85 ISP (Internet Service Provider). Internet menjadi popular karena ia merupakan jalan yang tepat untuk memperoleh informasi yang terkini dengan berbagai variasinya. Internet juga mudah untuk digunakan siapa saja bahkan mereka yang hanya memiliki pengetahuan yang relatif minim. Melalui internet, kita bias berhemat. Selain biaya komunikasi yang terhitung lokal, sejumlah informasi dapat diperoleh secara gratis. Informasi yang termasuk kategori Cuma-Cuma, antara lain adalah kesehatan, lingkungan, pemerintah, majalah atau surat kabar, informasi konsumen, humor, daftar kegiatan atau event-event tertentu seperti seminar, gossip keluarga, cuaca, hobi, web design, konsultasi, hal-hal lain yang berkaitan dengan kegiatan akademik, dan masih banyak topik lainnya. Namun tidak semuanya gratis dari internet. Sejumlah produk dan layanan membutuhkan biaya tertentu. Beberapa site mengharuskan para pengakses untuk melakukan registrasi terlebih dahulu. Faktor-faktor yang paling memberi konstribusi pada popularitas penggunaan internet di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia adalah penggunaan 4C, yaitu Chatting, Careers, Cyberporn dan Commerse (Tjiptono-2000). 3. e-Business Internet telah menjadi ajang eksplorasi oleh para ahli. Khusus di bidang bisnis, berbagai peluang telah tercipta. Sejak internet difungsikan sebagai sarana bisnis pada tahun 1990-an, maka denyut nadi kehidupan perusahaan seakan tak pernah berhenti. Toko-toko virtual dibuka selama 24 jam penuh untuk melayani transaksi. E-business (bisnis secara elektronik) merupakan suatu istilah yang digunakan untuk memberi nama pada kegiatan yang dilakukan melalui internet. Sementara itu, juga lahir istilah-istilah serba "e", seperti emarketing, e-tailing, e-commerce, e-promotion, e-PR, e-banking, e-market, e-product, dan berbagai istilah lain. Istilah-istilah itu menunjukkan bahwa kegiatan-kegiatan yang menyertai kegiatan bisnis tersebut juga telah memanfaatkan internet. 86 Melalui internet, seakan-akan perusahaan membuka tempat transaksi atau outlet di berbagai lokasi, karena konsumen dariberbagai belahan dunia dapat langsung mengakses situs webnya dan melakukan transaksi. Di samping itu, perusahaan dan konsumen dapat berkomunikasi secara langsung, tanpa melalui birokrasi yang sangat rumit. 4. Komunitas bisnis di Internet Bisnis tradisional yang bergeser ke e-business akan berhasil dengan baik, jika terbentuk komunitas internet. Salah satu dasar yang fundamental dalam membentuk komunitas internet adalah KEPERCAYAAN. Dengan tingkat kepercayaan yang tinggi pada komunitas internet, barulah ebusiness dapat dikembangkan. Amerika berhasi memelopori e-business tidak lain karena negeri Paman Sam itu adalah sebuah high trust society di mana mereka telah lama memiliki kebiasaan belanja melalui catalog dan pesanan via por. Selain itu, masyarakat juga didukung oleh undangundang yang menjamin perdagangan yang fair, security dalam pembayaran dan setiap barang yang dibeli jika tidak sesuai dengan pesanan atau cacat dapat dikembalikan (Rhenald Kasali-Kontan, 20 Maret 2000). Ukuran komunitas internet ini terus tumbuh dengan cepat. Menurut Forrester Research, telah terjadi perkembangan yang fantastis terhadap jumlah computer yang terhubung ke internet, yaitu pada tahun 1996 sejumlah 14,7 juta, 1997 sejumlah 26 juta, 1998 telah mencapai 100 juta. Hal itu belum dihitung jumlah orangnya.yang terkait dengan internet. Misalkan saja ada satu computer digunakan oleh 3 orang, maka jumlah orang yang terkai dengan internet telah mencapai 300 juta. Sementara itu di Indonesia, jika pada tahun 1997 diperkirakan mencapai 50.000 orang yang terkait internet, kini diperkirakan telah mencapai 3-4 juta orang (Rhenald Kasali-Kontan, 27 Maret 2000). Indonesia belum menjadi high trust society, sehingga kehadiran ebusiness ini tampaknya masih cukup lambat perkembangannya. Namun jika melihat perkembangan dari beberapa waktu ke depan di Indonesia akan terbentuk high trust society. 87 5. Mall Cyberspace Salah satu implementasi dari e-Business adalah terciptanya mall cyberspace, yang memungkinkan orang untuk berbelanja ke berbagai Negara, mall atau took hanya melalui computer pribadinya. Produkproduk yang tersedia berabeka ragam. Jumlah took virtual yang buka di area internet semakin bertambah. Hal ini disebabkan karena peluang untuk meraih pembeli semakin besar daripada hanya bertahan di pasar local. Apalagi membuka took virtual jauh lebih hemat, di mana tidak perlu lokasi secara fisik, karyawan dalam jumlah yang banyak dan jam kerja tak terbatas. 6. Sekolah Elektronik Eksplorasi internet yang dilakukan oleh para ahli juga telah menyentuh bidang pendidikan. Pembentukan e-school dan e-university semakin menemukan bentuk yang tepat. Berkembangnya e-school dan euniversity ini tentunya akan mendorong berkembangnya pendidikan di masa mendatang. Melalui internet, materi-materi pendidikan dapat disusun secara lebih interaktif dan dapat diakses oleh para peserta didik dari rumah mereka masing-masing atau di tempat di mana mereka berada. Para peserta didik dapat mengikuti pendidikan secara luas dan ‘tidak terbatas’ oleh ruang dan waktu. Terciptanya e-school dan e-university telah memberikan harapan untuk terciptanya pemerataan pendidikan, khususnya di negara-negara berkembang. Tanpa pendidikan dan pengembangan wawasan yang merata, maka dikhawatirkan negara-negara berkembang akan mengalami kegagalan dalam mengikuti perkembangan dan implementasi teknologi informasi. Di samping itu, negara-negara berkembang juga akan kehilangan kesempatan untuk berpartisipasi secara aktif dan penuh di dalam masyarakat informasi ekonomi dunia. Meskipun demikian, perkembangan pendidikan elektronik ini masih dihadapkan pada hambatan budaya atau kebiasaan yang telah turun 88 temurun. Masyarakat yang sudah terbiasa dengan pola pendidikan datang ke sekolah masih sulit menerima pola pendidikan elektronik yang tidak memerlukan kehadiran fisik di sekolah. Di samping itu, polemik ini juga masih berkembang dengan isu validasi peserta dalam mengikuti ujian dan standar penilaian. 7. Multimedia Internet Istilah hypertext tentu tidak asing lagi bagi para pengguna internet. Hypertext merupakan sekumpulan simpul berbasis teks yang saling berhubungan. Jika kumpulan simpul tersebut tidak hanya berupa teks tetapi terdiri dari berbagai media seperti video, suara dan animasi, maka system itu disebut hypermedia (Restyanto-2000). Hypertext dan hypermedia dapat berisi informasi yang dapat diakses oleh para pengguna internet dengan menggunakan program bantu navigasi. Web yang merupakan perantara antara internet dengan pemakai, kini semakin berkembang bahkan telah dipadukan dengan multimedia. Penggunaan multimedia tersebut telah memungkinkan pembuatan website yang dinamis dan interaktif, yaitu dengan dipadukannya tampilan teks dengan animasi, suara, dan video. Beberapa teknologi yang digunakan pada web itu (Shipley-1996) antara lain: a. Streaming audio yang memungkinkan suara ditransmisikan melalui internet. b. Animasi gambar. c. Java yang merupakan bahasa pemrogaman yang banyak digunakana untuk membangun web. d. Virtual Reality Modeling Language untuk menciptakan dunia 3D. e. Internet Relay Chat yang memungkinkan komunikasi secara real time. f. Audio Conferencing yang memungkinkan konferensi secara audio melalui internet. Namun penggunaan multimedia tersebut harus disesuaikan dengan porsinya agar dapat membantu para pemakai dalam berinteraksi dan jangan malah sebaliknya rumit dan membingungkan. Penggunaan 89 multimedia pada beberapa aplikasi di internet sebenarnya hanya merupakan fasilitas entertaiment atau pelengkap (Restyanto-2000). Oleh karena itu, faktor utama yang harus diperhatikan adalah informasi yang akan disampaikan. Internet yang kini semakin berkembang secara luas, telah menjadi karakteristik baru bagi masyarakat di era informasi. C. Etika Dalam Sistem Informasi Masalah etika juga mendapat perhatian dalam pengembangan dan pemakaian sistem informasi. Masalah ini diidentifikasi oleh Richard Mason pada tahun 1986 (Zwass, 1998) yang mencakup privasi, akurasi, property, dan akses. 1. Privasi Privasi menyangkut hak individu untuk mempertahankan informasi pribadi dari pengaksesan oleh orang lain yang memang tidak diberi ijin untuk melakukannya. Contoh isu mengenai privasi sehubungan diterapkannya sistem informasi adalah pada kasus seorang manajer pemasaran yang ingin mengamati email yang dimiliki bawahannya karena diperkirakan mereka lebih banyak berhubungan dengan email pribadi daripada email para pelanggan. Sekalipun manajer dengan kekuasaannya dapat melakukan hal itu, tetapi ia telah melanggar privasi bawahannya. 2. Akurasi Akurasi terhadap informasi merupakan factor yang harus dipenuhi oleh sebuah sistem informasi. Ketidakakurasian informasi dapat menimbulkan hal yang mengganggu, merugikan, dam bahkan membahayakan. Sebuah kasus akibat kesalahan penghapusan nomor keamanan social dialami oleh Edna Rismeller. Akibatnya, kartu asuransinya tidak bisa digunakan dan bahkan pemerintah menarik kembali cek pensiun sebesar $672 dari rekening banknya. Mengingat data dalam sistem informasi menjadi bahan 90 dalam pengambilan keputusan, keakurasiannya benar-benar harus diperhatikan. 3. Properti Perlindungan terhadap hak property yang sedang digalakkan saat ini yaitu dikenal dengan sebutan HAKI (Hak Atas Kekayaan Intelektual). Kekayaan Intelektual diatur melalui 3 mekanisme yaitu hak cipta (copyright), paten, dan rahasia perdagangan (trade secret). a. Hak Cipta Hak cipta adalah hak yang dijamin oleh kekuatan hokum yang melarang penduplikasian kekayaan intelektual tanpa seijin pemegangnya. Hak cipta biasa diberikan kepada pencipta buku, artikel, rancangan, ilustrasi, foto, film, musik, perangkat lunak, dan bahkan kepingan semi konduktor. Hak seperti ini mudah didapatkan dan diberikan kepada pemegangnya selama masih hidup penciptanya ditambah 70 tahun. b. Paten Paten merupakan bentuk perlindungan terhadap kekayaan intelektual yang paling sulit didapat karena hanya akan diberikan pada penemuanpenemuan inovatif dan sangat berguna. Hukum paten memberikan perlindungan selama 20 tahun. c. Rahasia Perdagangan Hukum rahasia perdagangan melindungi kekayaan intelektual melalui lisensi atau kontrak. Pada lisensi perangkat lunak, seseorang yang menandatangani kontrak menyetujui untuk tidak menyalin perangkat lunak tersebut untuk diserhakan pada orang lain atau dijual. 4. Akses Fokus dari masalah akses adalah pada penyediaan akses untuk semua kalangan. Teknologi informasi malah tidak menjadi halangan dalam melakukan pengaksesan terhadap informasi bagi kelompok orang tertentu, tetapi justru untuk mendukung pengaksesan untuk semua pihak. 91 D. Masalah Keamanan Dalam Sistem Informasi Keamanan merupakan faktor penting yang perlu diperhatikan dalam pengoperasian sistem informasi, yang dimaksudkan untuk mencegah ancaman terhadap sistem serta untuk mendeteksi dan membetulkan akibat kerusakan sistem. Secara garis besar, ancaman terhadap sistem informasi dapat dibagi menjadi 2 macam, yaitu ancaman ak tif dan ancaman pasif. Ancaman aktif mencakup kecurangan dan kejahatan terhadap komputer, sedangkan ancaman pasif mencakup kegagalan sistem, kesalahan manusia dan bencana alam. Kegagalan sistem menyatakan kegagalan dalam peralatan-peralatan komponen (misalnya hard disk). Tabel 1 Ancaman terhadap sistem informasi MACAM ANCAMAN Bencana alam dan politik Kesalahan manusia - CONTOH Gempa bumi, banjir, kebakaran, perang. Kesalahan memasukkan data - Kesalahan penghapusan data - Kesalaha operator (salah memberi label pada pita Kegagalan perangkat lunak - magnetic). Gangguan listrik dan perangkat keras - Kegagalan peralatan Kecurangan dan kejahatan - Kegagalan fungi perangkat lunak Penyelewengan aktivitas computer - Penyalahgunaan kartu kredit - Sabotase - Pengaksesan oleh orang yang tidak berhak. Virus, cacing, bom waktu, dll Program yang jahat/usil Bencana alam merupakan faktor yang tak terduga yang bisa mengancam sistem informasi. Banjir, badai, gempa bumi, dan kebakaran dapat meghancurkan sumber daya pendukung sistem informasi dalam waktu 92 singkat. Kesalahan pengoperasian sistem oleh manusia juga dapat mengancam integritas sistem dan data. Pemasukkan data yang salah dapat mengacaukan sistem. Gangguan listrik, kegagalan peralatan dan kegagalan fungsi perangkat lunak dapat menyebabkan data tidak konsisten, transaksi tidak lengkap atau bahkan data rusak, Selain itu, variasi tegangan listrik yang terlalu tajam dapat membuat peralatan terbakar. Ancaman lain berupa kecurangan dan kejahatan komputer. Ancaman ini mendasarkan pada komputer sebagai alat untuk melakukan tindakan yang tidak benar. Penggunaan sistem berbasis komputer terkadang menjadi rawan terhadap kecurangan (fraud) dan pencurian.Metode yang umum digunakan oleh orang dalam melakukan penetrasi terhadap sistem berbasis komputer ada 6 macam : 1. Pemanipulasian masukan Pemanipulasian masukan merupakan metode yang paling banyak digunakan, mengingat hal ini bisa dilakukan tanpa memerlukan ketrampilan teknis yang tinggi. Contoh seorang teller bank ditemukan mengambil uang dari rekening-rekening bank melalui sistem komputer. 2. Penggantian program Pemanipulasian melalui program biasa dilakukan oleh para spesialis teknologi informasi. 3. Penggantian berkas secara langsung Pengubahan berkas secara langsung umum dilakukan oleh orang yang punya banyak akses secara langsung terhadap basis data. 4. Pencurian data Dengan kecanggihan menebak password atau menjebol password para pencuri berhasil mengakses data yang seharusnya tidak menjadi hak mereka. 5. Sabotase 93 Sabotase dapat dilakukan dengan berbagai cara. Istilah umum digunakan untuk menyatakan tindakan masuk ke dalam suatu sistem komputer tanpa otorisasi, yaitu hacking. Berbagai teknik yang digunakan untuk melakukan hacking : a. Denial of Service Teknik ini dilaksanakan dengan cara membuat permintaan yang sangat banyak terhadap suatu situs sehingga sistem menjadi macet dan kemudian dengan mencari kelemahan pada sistem si pelaku melakukan serangan pada sistem. b. Sniffer Teknik ini diimplementasikan dengan membuat program yang dapat melacak paket data seseorang ketika paket tersebut melintasi Internet, menangkap password atau menangkap isinya. c. Spoofing Melakukan pemalsuan alamat email atau web dengan tujuan untuk menjebak pemakai agar memasukkan informasi yang penting seperti password atau nomor kartu kredit. Berbagai kode jahat atau usil juga menjadi ancaman bagi sistem komputer, kode yang dimaksud adalah : a. Virus Virus berupa penggalan kode yang dapat menggandakan dirinya sendiri dengan cara menyalin kode dan menempelkan ke berkas program yang dapat dieksekusi (misalnya berkas .exe pada DOS). Selanjutnya, salinan virus ini akan menjadi aktif manakala program yang terinfeksi dijalankan. Beberapa virus hanya “sekedar muncul”. Namun sejumlah virus yang lain benar-benar sangat jahat karena akan menghapus berkas-berkas dengan extension tertentu dan bahkan dapat memformat hard disk. Contoh virus jahat adalah CIH atau virus Chernobyl, yang melakukan penularan melalui email. b. Cacing (Worm) 94 Cacing adalah program komputer yang dapat menggandakan dirinya sendiri dan menulari komputer-komputer dalam jaringan. c. Bom Logika atau Bom Waktu (Logic bomb or time bomb) Program yang beraksi karena dipicu oleh sesuatu kejadian atau setelah selang waktu berlalu. Sebagai contoh, program dapat diatur agar menghapus hard disk atau menyebabkan lalu lintas jaringan macet. d. Kuda Trojan (Trojan Horse) Program yang dirancang agar dapat digunakan untuk menyusup ke dalam sistem. Sebagai contoh kuda Trojan dapat menciptakan pemakai dengan wewenang supervisor atau superuser. Pemakai inilah yang nantinya dipakai untuk menyusup ke sistem. 6. Penyalahgunaan dan pencurian sumber daya komputasi Merupakan bentuk pemanfaatan secara illegal terhadap sumber daya komputasi oleh pegawai dalam rangka menjalankan bisnisnya sendiri. Trapdoor adalah kemungkinan tindakan yang tak terantisipasi yang tertinggal dalam program karena ketidaksengajaan. Disebabkan sebuah program tak terjamin bebas dari kesalahan, kesalahan-kesalahan yang terjadi dapat membuat pemakai yang tak berwenang dapat mengakses sistem dan melakukan hal-hal yang sebenarnya tidak boleh dan tidak bisa dilakukan E. Urgensi Etika Komputer 1. Mengapa Komputer Menurut James H. Moor ada tiga alasan utama minat masyarakat yang tinggi pada komputer, yaitu : a. Kelenturan logika : kemampuan memprogram komputer untuk melakukan apapun yang kita inginkan . 95 b. Faktor transformasi : komputer dapat mengubah secara drastis cara kita melakukan sesuatu. c. Faktor tak kasat mata : semua operasi internal komputer tersembunyi dari penglihatan. d. Faktor ini membuka peluang pada nilai-nilai pemrograman yang tidak terlihat, perhitungan rumit yang tidak terlihat dan penyalahgunaan yang tidak terlihat. 2. Hak Sosial Dan Komputer Masyarakat memiliki hak-hak tertentu berkaitan dengan penggunaan komputer, yaitu : a. Hak atas komputer : 1). Hak atas akses komputer 2). hak atas keahlian komputer 3). hak atas spesialis komputer 4). hak atas pengambilan keputusan komputer b. Hak atas informasi : 1). Hak atas privasi 2). Hak atas akurasi 3). Hak atas kepemilikan 4). Hak atas akses 3. Kontrak sosial jasa informasi Untuk memecahkan permasalahan etika komputer, jasa informasi harus masuk ke dalam suatu kontrak sosial yang memastikan bahwa komputer akan digunakan untuk kebaikan sosial. Jasa informasi membuat kontrak dengan individu dan kelompok yang menggunakan atau yang mempengaruhi oleh output informasinya. Kontrak ini tidak tertulis tetapi 96 tersirat dalam segala sesuatu yang dilakukan jasa informasi.Kontrak tersebutb, menyatakan bahwa : a. Komputer tidak akan digunakan untuk sengaja mengganggu privasi orang b. Setiap ukuran akan dibuat untuk memastikan akurasi pemrosesan komputer c. Hak milik intelektual akan dilindungi d. Komputer dapat diakses masyarakat sehingga anggota masyarakat terhindar dari ketidaktahuan informasi. 4. Rencana Tindakan Untuk Mencapai Operasi Komputer Yang Etis Donn Parker dari SRI International menyarankan agar CIO mengikuti rencana sepuluh langkah dalam mengelompokkan perilaku dan menekankan standar etika dalam perusahaan, yaitu : a. Formulasikan kode perilaku b. Tetapkan aturan prosedur yang berkaitan dengan masalah-masalah seperti penggunaan jasa komputer untuk pribadi dan hak milik atas program dan data komputer c. Jelaskan sanksi yang akan diambil thd pelanggar, seperti teguran, penghentian dan tuntutan d. Kenali perilaku etis e. Fokuskan perhatian pada etika melalui program-program seperti pelatihan dan bacaan yang diisyaratkan f. Promosikan UU kejahatan komputer dengan memberikan formal yang menetapkan infoemasikan kepada karyawan g. Simpan suatu catatan pertanggungjawaban tiap spesialis informasi untuk semua tindakannya, 97 dam kurangi godaan untuk melanggar dengan program-program seperti audit etika. h. Dorong penggunaan program-program rehabilitasi yang memperlakukan pelanggar etika dengan cara yang sama seperti perusahaan mempedulikan pemulihan bagi alkoholik i. Dorong partisipasi dalam perkumpulan informasi 98 BAB 6 : NETIKET Setelah membaca bab ini maka mahasiswa diharapkan mampu memahami : 1. Apa itu netiket dan mengapa kita perlu untuk memahami dan melaksanakannya 2. Bagaimana netiket itu dijalankan 3. Bagaimana mengefektifkan pengunaan internet secara etis A. Pendahuluan Ramalan booming Internet di Indonesia beberapa tahun lalu kini telah menjadi kenyataan. Internet telah merambah kemana-mana dan Anda dapat menjumpai warnet dimana-mana. Penyedia Jasa Internet (PJI) juga semakin banyak. Bahkan MenRistek RI Bpk. A.S. Hikam juga telah mencanangkan program untuk meningkatkan pengguna Internet di Indonesia. Internet telah berhasil membentuk komunitas masyarakat tersendiri yang sesama anggotanya bisa jadi tidak pernah bertemu secara fisik Hadirnya berbagai fasilitas di Internet semakin memudahkan interaksi antara masingmasing anggota masyarakat. Fasilitas komunikasi One-to-One seperti e-mail dan talk memungkinkan terjalinnya komunikasi antara dua pihak dengan cepat dan biaya yang lebih murah jika dibandingkan dengan surat biasa. Fasilitas komunikasi One-to-Many seperti mailing lists memungkinkan sekelompok anggota masyarakat Internet untuk berdiskusi dan saling tukar pendapat diantara mereka dengan mudah. Di masa lalu, populasi pengguna Internet terbatas pada orang-orang teknis yang ikut tumbuh bersama dengan Internet. Mereka mengerti sekali akan keterbatasan-keterbatasan yang ada dan aturan protokoler yang berlaku. Meskipun aturan dan budaya yang ada tidak dituliskan secara formal seperti layaknya Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHP) tetapi para pengguna Internet waktu itu sadar akan protokoler yang perlu dipenuhi agar fasilitas di Internet tetap berjalan lancar. Protokoler tersebut tercipta dan akan semakin bertambah seiring dengan makin beragamnya fasilitas yang tersedia di Internet. Menurut survai yang dilakukan oleh Nua (www.nua.ie), pengguna Internet dunia pada November 2000 telah mencapai 407,1 juta. Dan di Indonesia sendiri telah mencapai 400.000 orang. Dengan sebegitu banyaknya pengguna Internet yang berasal dari negara, budaya, bahasa yang berbeda-beda tentunya masing-masing pribadi anggotanya punya sifat, cara bicara, cara menulis, dan rasa humor yang berbeda-beda. Yang perlu diperhatikan juga adalah banyak pengguna Internet tersebut yang merupakan orang baru (‘Newbies’) di Internet. B. Etika Mail di Internet Seperti layaknya sebuah negara yang punya masyarakat yang beragam, tentunya ada anggota masyarakat yang baik dan ada juga anggota masyarakat yang suka iseng. Salah satu keisengan yang sering kita jumpai adalah pengiriman surat berantai, iklan yang tidak sesuai dengan konteks, provokasi ke diskusi yang tidak sehat, materi yang menyinggung orang lain atau yang lebih ekstrim adalah penyisipan virus atau worm secara sengaja dalam e-mail yang dikirimkan. Ketidak-sadaran akan adanya etika tidak tertulis dalam ber-Internet dan kekurang-dewasaan dalam penggunaan email, chatting, dan mailing list dapat menyeret para penggunanya kepada situasi yang tidak sehat jika salah satu pihak tidak mengerti budaya di Internet. Para ‘Newbies’ perlu diberikan petunjuk yang dapat memberikan pengertian secara cepat kepada mereka tentang budaya Internet. Untungnya, petunjuk itu telah dibukukan oleh sebuah kelompok kerja yang diberi nama Responsible Use of the Network (RUN) Working Group yang merupakan bagian dari The Internet Engineering Task Force (www.ietf.org) dan telah dimasukkan dalam dokumen RFC yaitu RFC1855. Petunjuk itu dikenal dengan nama Netiquette atau yang diterjemahkan dalam bahasa Indonesia menjadi Netiket. Ilustrasi berikut mencoba memberikan gambaran situasi yang bisa terjadi jika salah satu pihak tidak sadar akan adanya Netiket dalam ber-Internet. Sebuah konflik sedang terjadi pada milis X. Anggota dari milis X ini minimal adalah sarjana. Jadi dapat dikatakan bahwa seluruh anggota milis tersebut adalah intelektual, cendekiawan, singkat kata pintar-pintar semua. Disiplin ilmu dari masing-masing anggotanya juga beragam. Ditinjau dari jenis kelamin dan usia, anggota milis ini juga beragam, dari mulai ibu-ibu, bapak-bapak, sampai yang muda-muda yang baru lulus sarjana. Alkisah, konflik ini bermula ketika salah seorang peserta milis mengirimkan materi yang berbau pornografi ke milis tersebut. Terang saja para ibu-ibu langsung protes yang kemudian diikuti oleh sebagian bapakbapak. Dengan mengatasnamakan bahwa milis tersebut milis yg beranggotakan para intelektual, kontan saja si pengirim diserbu dengan dalih-dalih bahwa tidak seharusnya seorang intelektual berpikir kotor seperti itu. Si pengirim sendiri sebenarnya juga sudah mencantumkan subyek ‘Swimsuit’ pada email yang dikirimnya. Pembaca juga mestinya sudah bisa menebak isinya dari subyek e-mail tersebut. Sebagian pembaca yang sudah menggunakan e-mail sejak lama bisa langsung menghapusnya jika memang tidak berkenan untuk melihat isinya. Tapi tentunya rasa penasaran manusia kadang tidak kuasa menahan untuk melihat isinya. Lucunya, salah seorang peserta milis menyatakan bahwa dia tadinya tidak berminat melihat isinya, tetapi sesudah melihat perdebatan seru yang terjadi, akhirnya dia buka e-mail tersebut dan kemudian turut berpartisipasi aktif dalam perdebatan tersebut. Sebagian besar para peserta milis akhirnya menuntut permintaan maaf si pengirim di milis, tapi herannya si pengirim tidak mau meminta maaf. Singkat cerita, saking kesalnya, beberapa orang kemudian mulai mengumpulkan suara untuk mendepak si pengirim dari milis, bahkan sang moderator mengancam tidak mau mengurusi milis itu lagi jika si pengirim tidak dikenakan sangsi. Pemungutan suara dilakukan melalui milis dan akhirnya si pengirim email tersebut dikeluarkan dari milis. Si pengirim email kemudian mengajukan protes dengan berdalih tidak ada aturan yang menyebutkan bahwa seseorang dapat dikeluarkan dari milis dan dia juga menambahkan bahwa bagi yang tidak berkenan seharusnya tinggal mendelete saja email tersebut karena dari subyeknya mestinya sudah dapat diperkirakan isinya. Tapi forum tetap menyatakan bahwa si pengirim harus dikeluarkan dari milis. Karena mereka kumpulan orang pintar, mereka tidak mau terjebak dalam kondisi yang sama untuk kedua kalinya. Akhirnya, pengurus milis bermusyawarah dan membentuk sebuah aturan bersama yang mereka sebut dengan Netiket. Mereka berpendapat bahwa Netiket tersebut dapat dijadikan landasan hukum jika situasi tersebut muncul kembali. Tetapi sekali lagi karena mereka kumpulan orang pintar maka orang pintar lainpun akhirnya berkomentar bahwa praktek pengaturan seperti itu tidak ubahnya merupakan praktek jaman ORBA. Orang pintar lain berpendapat bahwa Internet itu adalah media bebas oleh karena itu mestinya tidak ada aturan-aturan seperti itu. Semenjak kejadian itu milis tersebut menjadi tidak seaktif seperti biasanya, karena orang-orang yang tadinya aktif mengirimkan materi jadi takut kalau-kalau nanti ada yang tersinggung yang bisa menyebabkan mereka didepak dari milis. Milis tersebut kemudian berubah menjadi milis tersensitif di dunia. Situasi seperti di atas mestinya dapat dihindari jika masing-masing pihak mengikuti Netiket yang telah diberikan oleh IETF. Tanpa adanya Netiket versi milis tersebut, sebagai pengguna Internet mestinya sadar akan keterbatasan dan aturan protokoler yang berlaku. Lebih jauh, mari kita lihat poin kelemahan dari masing-masing pihak: Si Pengirim, Karena milis tersebut adalah milis yang beranggotakan para cerdikcendekia, jelas pengiriman materi berbau pornografi sangat salah tempat. Mestinya si pengirim mengirimkan ke milis yang jelas-jelas menampung materi pornografi atau mengirimkannya ke email pribadi sebagian orang-orang yang menyukai materi tersebut dan tidak mengirimkannya ke umum. Kita semua harus selalu berpikir dua kali sebelum mengirimkan suatu materi. Perkataan ‘maaf’ bukanlah sesuatu yang mahal jika kita memang berbuat kesalahan atau menyinggung seseorang. Sang Moderator Mengancam tidak mengurusi milis lagi sebenarnya merupakan sikap yang kurang dewasa. Moderator mestinya menjadi penengah jika telah terjadi kondisi seperti di atas. Layaknya jika terjadi diskusi seru di sebuah seminar, seorang moderator mestinya bisa mendinginkan suasana dan bukannya ikutikutan memperkeruh suasana. Pendekatan personal (melalui e-mail pribadi) mungkin perlu dilakukan dan tidak perlu mengambil sikap frontal di milis. Peserta Milis Sebagai peserta milis kita diminta untuk bersikap konservatif jika kita mengirimkan sesuatu tetapi juga dituntut untuk bisa bersikap liberal jika kita menerima sesuatu. Protes ibu-ibu terhadap materi pornografi sangat dapat dimaklumi tetapi bukan berarti kemudian bersikap sangat sensitif terhadap semua materi yang agak ekstrim ke kiri. Kebanyakan humor memang agak menyerempet ke SARAS (bukan SARAS008 tapi singkatan dari …. Suku, Agama, Ras, Antar golongan, Sex) dan diskusi tentang materi SARAS kadangkadang –sekali lagi kadang-kadang- dapat memperluas wawasan kita. Masingmasing pihak dituntut untuk tidak memprovokasi ke arah diskusi yang tidak sehat dan juga tidak mudah terpancing untuk masuk ke diskusi yang seperti itu. Kita semua berharap bahwa Internet akan semakin berkembang dan penggunanya akan semakin banyak. Sekarang ini situasi di negeri kita sedang kacau, demonstrasi dimana-mana, elit politik saling bertikai, negara makin miskin dan keributan dimana-mana. Jika semua pengguna Internet sadar akan aturan protokoler yang berlaku, maka kemungkinan besar masyarakat yang damai dan aman akan tercipta di Internet. C. Efektifitas Netiket Internet sebagai media interaktif memberikan kita kemudahan yang sangat besar, tidak perlu lagi kita menghabiskan banyak waktu dan uang untuk melakukan interaksi dengan orang lain. Bahkan dengan internet kita langsung bisa interaksi dengan berbagai orang sekaligus walau kita belum kenal secara visual dan bisa berasal dari mana saja di bumi ini. Tapi juga internet memiliki banyak kelemahan, dalam interaktif perlu membangun suasana yang nyaman bagi lawan interaktif kita. Salah satu kelemahan internet sebagai media interaktif yaitu: 1. Kita tidak tahu kondisi emosi lawan interaktif, 2. Kita tidak tahu karakter lawan interaktif, 3. Kita bisa dengan tidak sengaja menyinggung perasaan seseorang. Istilah yang dikenal sebagai 'netiket' atau nettiquette. Netiket adalah etika alam berkomunikasi dalam dunia maya, di bawah ini khusus untuk berkomunikasi dalam sebuah forum/milis: 1. Jangan Gunakan Huruf Kapital Karena penggunaan karakter huruf bisa dianalogikan dengan suasana hati si penulis. Huruf kapital mencerminkan penulis yang sedang emosi, marah atau berteriak. Tentu sangat tidak menyenangkan tatkala Anda dihadapkan dengan lawan bicara yang penuh dengan emosi bukan? Walau begitu, ada kalanya huruf kapital dapat digunakan untuk memberi penegasan maksud. Tapi yang harus dicatat, gunakanlah penegasan maksud ini secukupnya saja, satu-dua kata dan jangan sampai seluruh kalimat/paragraf. 2. Kutip Seperlunya Ketika anda ingin memberi tanggapan terhadap postingan seseorang dalam satu forum, maka sebaiknya kutiplah bagian terpentingnya saja yang merupakan inti dari hal yang ingin anda tanggapi dan buang bagian yang tidak perlu. Jangan sekali-kali mengutip seluruh isinya karena itu bisa membebani bandwith server yang bersangkutan dan bisa berakibat kecepatan akses ke forum menjadi terganggu. 3. Perlakuan Terhadap Pesan Pribadi Jika seseorang mengirim informasi atau gagasan kepada anda secara pribadi (private message), Anda tidak sepatutnya mengirim/menjawabnya kembali ke dalam forum umum. 4. Hati-hati terhadap informasi/ berita hoax Tidak semua berita yang beredar di internet itu benar adanya. Seperti halnya spam, hoax juga merupakan musuh besar bagi para kebanyakan netter. Maka, sebelum anda mem-forward pastikanlah terlebih dahulu bahwa informasi yang ingin anda kirim itu adalah benar adanya. Jika tidak, maka anda dapat dianggap sebagai penyebar kebohongan yang akhirnya kepercayaan orang-orang di sekitar anda pun akan hilang. 5. Ketika 'Harus' Menyimpang Dari Topik (out of topic/ OOT) Ketika Anda ingin menyampaikan hal yang diluar topik (OOT) berilah keterangan, supaya subject dari diskusi tidak rancu. 6. Hindari Personal Attack Ketika anda tengah dalam situasi debat yang sengit, jangan sekali-kali Anda menjadikan kelemahan pribadi lawan sebagai senjata untuk melawan argumentasinya. Sebab, ini hanya akan menunjukkan seberapa dangkal pengetahuan anda. Lawan argumentasi hanya dengan data/fakta saja, sedikit langkah diplomasi mungkin bisa membantu. Tapi ingat, jangan sekali-kali menggunakan kepribadian lawan diskusi sebagai senjata sekalipun ia adalah orang yang Anda benci. Budayakan sikap Diskusi yang sehat, bukan debat kusir. 7. Kritik dan Saran yang Bersifat Pribadi Harus Lewat PM (Personal Message) Jangan mengkritik seseorang di depan forum. Ini hanya akan membuatnya rendah diri. Kritik dan saran yang diberikan pun harus bersifat konstruktif, bukan destruktif. Beda bila kritik dan saran itu ditujukan untuk anggota forum secara umum atau pihak moderator dalam rangka perbaikan sistem forum, Anda boleh mempostingnya di dalam forum selama tidak menunjuk orang per orang tertentu. 8. Dilarang menghina Agama : Ada beberapa forum dalam Situs ini yang memungkinkan terjadinya debat antar agama, atau debat antara Kristiani sendiri yang berlainan denominasinya. Untuk itu diharapkan agar masing-masing netter tidak menghina nama Tuhan, nama nabi, Kitab Suci, Denominasi dst. untuk membenarkan keyakinannya sendiri. 9. Cara bertanya yang baik : a. Gunakan bahasa yang sopan. b. Jangan asumsikan bahwa Anda berhak mendapatkan jawaban. c. Beri judul yang sesuai dan deskriptif. d. Tulis pertanyaan anda dengan bahasa yang baik dan mudah dimengerti. e. Buat kesimpulan setelah permasalahan anda terjawab. Bab 7 HAK ATAS KEKAYAAN INTELEKTUAL (HAKI) Setelah membaca bab ini maka mahasiswa diharapkan mampu memahami dan menjelaskan: 1. Apa itu HaKI 2. Mengapa HaKI dibutuhkan 3. Apa pokok-pokok hokum nasional dan internasional yang mengatur tentang perlindungan HaKI 4. Bagaimana seharusnya Ilmuwan melihat HaKI dan Contoh aplikasinya di Indonesia A. Pendahuluan Seperti kutipan, di The Washington Post edisi 28 April 2001 yang berbunyi : “. . . . if there is onelesson in the past half century of economic development, it is that natural resources do not powereconomies, human resources do” (jika ada pelajaran selama setengah abad yang lalu mengenai perkembangan ekonomi adalah bahwa sumber daya alam tidak menggerakkan ekonomi; sumber daya manusia yang melakukan itu). Maka dari itu pengembangan SDM mutlak perlu, agar dapat memanfaatan SDA yang ada dan tidak hanya tergantung pada keahlian atau pengetahuan SDM asing. Presiden Nyrere pernah mengungkapkan, alih teknologi merupakan kewajiban hukum dari Negara maju ke negara berkembang; jadi bukan atas dasar belas kasihan. Agreement on Trade Related Aspects of Intellectual Property Rights sendiri menekankan sistem HaKI dimaksudkan untuk “contribute to the promotion of technology, to the mutual advantage of producers and users of technological knowledge and in a manner conductive to social and economic welfare, and to a balance of rights and obligations”. B. Pentingnya Perlindungan HAKI Modal intellectual capital akan menjadi lebih penting dan strategis fungsinya, bila dibandingkan dengan physical capital, yang sebelumnya menjadi sumber utama proses produk barang-barang konsumsi untuk kesejahteraan umat manusia. Intellectual capital dapat bergerak dan bersirkulasi dengan tingkat kekerapan sangat tinggi dalam arus perputaran modal dunia, khususnya di negaranegara maju. Ketika kemajuan teknologi begitu pesat dan pasar terus bertransformasi dalam tataran global dalam bentuk "transnational", diperlukanlah perangkat hukum untuk meningkatkan dan melindungi kepentingan investasi industri, budaya dan pasar. Dari sanalah, pada pertengahan tahun 1980-an, negara-negara yang tergabung dalam GATT/WTO bersepakat tentang aturan main IPR atau HAKI. Salah satu butir World Intellectual Declaration yang dikeluarkan oleh Policy Advisory Commission World Intellectual Property Organization (“WIPO”), yang pada salah satu butirnya berbunyi : “Also in the context of development, efficient intellectual property systems are indispensable elements in securing investment in crucial sectors of national economies, particularly in developing countries and countries in transition.” Sementara itu, walaupun mempersoalkan tentang belum terdapatnya kesepakatan antara para akhli mengenai dampak langsung antara sistem HaKI yang baik dan peningkatan arus modal asing, Maskus menulis: ”Trade flows into large developing economies with significant capacities for imitation are restricted by weak IPRs. Adoption of the TRIPs standards bears the potential to raise their imports of technologically sophisticated goods by significant amounts”. Sedangkan Correa berkata: “…. It is very difficult to make a quantitative assessment of its likely economic impact. It is evident that the impact to the Agreement will significantly vary in accordance with the levels of economic and technological development o the countries concerned.” C. Sejarah Pengakuan Terhadap HaKI. Secara historis, undang-undang mengenai HaKI pertama kali ada di Venice, Italia yang menyangkut masalah paten pada tahun 1470. Caxton, Galileo dan Guttenberg tercatat sebagai penemu-penemu yang muncul dalam kurun waktu tersebut dan mempunyai hak monopoli atas penemuan mereka. Hukum-hukum tentang paten tersebut kemudian diadopsi oleh kerajaan Inggris di jaman TUDOR tahun 1500-an dan kemudian lahir hukum mengenai paten pertama di Inggris yaitu Statute of Monopolies (1623). Amerika Serikat baru mempunyai undang-undang paten tahun 1791. Upaya harmonisasi dalam bidang HaKI pertama kali terjadi tahun 1883 dengan lahirnya Paris Convention untuk masalah paten, merek dagang dan desain. Kemudian Berne Convention 1886 untuk masalah copyright atau hak cipta. Tujuan dari konvensi-konvensi tersebut antara lain standarisasi, pembahasan masalah baru, tukar menukar informasi, perlindungan mimimum dan prosedur mendapatkan hak. Kedua konvensi itu kemudian membentuk biro administratif bernama the United International Bureau for the Protection of Intellectual Property yang kemudian dikenal dengan nama World Intellectual Property Organisation (WIPO). WIPO kemudian menjadi badan administrative khusus di bawah PBB yang menangani masalah HaKI anggota PBB. Pada kesempatan yang berlainan diselenggarakan perundingan di Uruguay (Uruguay Round) disponsori oleh Amerika yang membahas tarif dan perdagangan dunia yang kemudian melahirkan kesepakatan mengenai tarif dan perdagangan GATT (1994) dan kemudian melahirkan World Trade Organisation (WTO). Kemudian terjadi kesepakatan antara WIPO dan WTO dimana WTO mengadopsi peraturan mengenai HaKI dari WIPO yang kemudian dikaitkan dengan masalah perdagangan dan tarif dalam perjanjian Trade Related Aspects of Intellectual Property Rights (TRIPs) untuk diterapkan pada anggotanya. Indonesia sebagai anggota WTO telah meratifikasi perjanjian tersebut tahun 1995. Perbedan antara WIPO dan WTO yang cukup penting antara lain adalah pendekatan dalam penyelesaian sengketa. Jika di WIPO, a dispute among private companies is treated as a dispute among them sedangkan di WTO a dispute among private companies is (can be) treated as a dispute among their countries. Sehingga di dalam TRIPs sengketa dagang antar perusahaan dapat diambil alih oleh negara yang bersangkutan dan WTO berhak menjatuhkan sangsi berdasarkan argumentasi negaranegara yang bersengketa. Pada tahun 1994, Indonesia masuk sebagai anggota WTO (World Trade Organization) dengan meratifikasi hasil Putaran Uruguay yaitu Agreement Establishing the World Trade Organization (Persetujuan Pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia). Salah satu bagian penting dari Persetujuan WTO adalah Agreement on Trade Related Aspects of Intellectual Property Rights Including Trade In Counterfeit Goods (TRIPs). Sejalan dengan TRIPs, Pemerintah Indonesia juga telah meratifikasi konvensi Internasional di bidang HaKI, yaitu: 1. Paris Convention for the protection of Industrial Property and Convention Establishing the World Intellectual Property Organizations, dengan Keppres No. 15 Tahun 1997 tentang perubahan Keppres No. 24 Tahun 1979 2. Patent Cooperation Treaty (PCT) and Regulation under the PCT, dengan Keppres No. 16 Tahun 1997 3. Trademark Law Treaty (TML) dengan Keppres No. 17 Tahun 1997 4. Bern Convention.for the Protection of Literary and Artistic Works dengan Keppres No. 18 Tahun 1997 5. WIPO Copyrights Treaty (WCT) dengan KeppresNo. 19 Tahun 1997 Hak eksklusif yang diberikan Negara kepada individu pelaku HaKI (inventor, pencipta, pendesain dan sebagainya) tiada lain dimaksudkan sebagai penghargaan atas hasil karya dan agar orang lain terangsang untuk dapat lebih lanjut mengembangkannya lagi Di samping itu sistem HaKI menunjang diadakannya sistem dokumentasi yang baik atas segala bentuk kreativitas manusia sehingga kemungkinan dihasilkannya teknologi atau hasil karya lainnya yang sama dapat dihindarkan/dicegah. Dengan dukungan dokumentasi yang baik tersebut, diharapkan masyarakat dapat memanfaatkannya dengan maksimal untuk keperluan hidupnya atau mengembangkannya lebih lanjut untuk memberikan nilai tambah yang lebih tinggi lagi. D. Sanksi dan Aturan Dalam Pelanggaran HaKI Pelanggaran HAKI berupa pembajakan (piracy), pemalsuan dalam konteks Hak Cipta dan Merek Dagang (counterfeiting), pelanggaran hak paten (infringement) jelas merugikan secara signifikan bagi pelaku ekonomi, terutama akan melukai si pemilik sah atas hak intelektual tersebut. Begitupun konsumen dan mekanisme pasar yang sehat juga akan terganggu dengan adanya tindak pelanggaran HAKI. Keras dan tegasnya undang-undang ini bisa dirasakan dari ilustrasi yang disampaikan oleh Dr. Ahmad M.Ramli, S.H., M.H. Direktur Center of Cyber Law Studies Fakultas Hukum Unpad. "Berdasarkan UU Hak Cipta, pembajakan merupakan delik biasa. Artinya, jika saya memegang laptop dan polisi menduga software-nya palsu, polisi bisa memeriksa saya tanpa pengaduan. Begitu pula seorang penyanyi di atas panggung yang mengubah model 'lagu pop' menjadi 'dangdut' pun bisa ditangkap polisi,". Menurut Prof Philip Griffith, sesungguhnya hak cipta dikedepankan pertama kali, untuk menciptakan balance antara beberapa kepentingan yang saling terkait dan berkonflik di seputar karya sastra. "Pertama, kepentingan penulisnya sendiri, yang pasti menganggap bahwa karya sastra adalah 'bagian dari dirinya' yang dimaterialisasikan. Lalu, hak penerbit untuk ikut mendapat keuntungan melalui jasanya mereproduksi karya sastra tersebut, dan ketiga hak masyarakat untuk menikmati karya sastra itu," tandasnya. Dari perspektif sosiologi hukum khususnya dalam ranah HAKI kesenian sebagai subsistem dari masyarakat pengguna HAKI terdapat tiga komponen dasar berbentuk segitiga (triangle), yakni komponen dasar tersebut satu sama lain saling berhubungan dan memengaruhi. Ketiga komponen itu adalah, peraturan-peraturan perundang-undangan (regulasi) termasuk di dalamnya sistem penegakan hukum (law enforcement) yang disiapkan untuk mengemban kebutuhan HAKI. Kedua, komponen seniman yang merupakan subjek hukum penyandang hak dan kewajiban atas HAKI. Sementara itu, yang ketiga, adalah komponen masyarakat penikmat karya para seniman. Kewajiban setiap negara yang menandatangani kesepakatan perdagangan dunia untuk melaksanakan perjanjian TRIPs (Trade Related Aspects of Intellectual Property Rights) mulai 1 Januari 2000, hendaknya tidak dipandang sebagai beban. Pengalaman di sejumlah negara memperlihatkan, kreativitas dan daya saing masyarakat menunjukkan penegakan hukum HAKI turut mendorong investasi dan pengalihan teknologi secara cepat di suatu negara, serta merangsang daya saing masyarakat dan perusahaan setempat. Penyebab utama masih rendahnya tingkat pengajuan paten oleh peneliti Indonesia, yaitu antara lain: 1. Faktor masih relatif rendahnya insentif atau penghargaan atas karya penelitian oleh Pemerintah hingga pada akhirnya kurang memicu peneliti dalam menghasilkan karya ilmiah yang inovatif. 2. Porsi bidang riset teknologi senilai kurang dari 1% dari anggaran Pemerintah - amat jauh tertinggal dari rata-rata angka riset negara-negara industri maju umumnya - hanya akan mewariskan lingkungan yang tidak kondusif dalam menumbuhkan SDM yang berkualitas kemampuan ilmu yang tinggi. 3. Para peneliti juga sering kurang menyadari pentingnya perlindungan paten atas penemuannya. 4. Jarak lokasi tempat kerja peneliti yang tersebar di berbagai pelosok daerah menyebabkan pos pengeluaran biaya perjalanan untuk pengurusan paten menjadi hambatan tersendiri. Di negara-negara Industri maju informasi dan pendaftaran paten telah ditampilkan pada web secara online. Singapura dengan proaktif telah menampilkan pangkalan data (data base) mengenai aplikasi pengajuan paten, persetujuan paten, downloading info, sampai melaksanakan transaksi otomatis secara on-line. Membaiknya peringkat Indonesia dari "Priority Watch List" menjadi negara yang dikategorikan "Watch List" berdasar pemantauan perlindungan atas Hak atas Kekayaan Intelektual Pemerintah Amerika Serikat pada 1 Mei 2000 , bisa pula dijadikan sebagai salah satu pemicu guna lebih meningkatkan kinerja prestasi kalangan Peneliti Nasional dalam upaya menghargai karya cipta bangsa sendiri disamping karya cipta asing. E. Perlindungan UU Terhadap HaKI Direktorat Jenderal Hak atas Kekayaan Intelektual (HAKI menandaskan pentingnya pembudayaan HAKI dalam masyarakat. Masyarakat harus menyadari bahwa HAKI merupakan aset yang secara hukum berada dalam kewenangan penuh pemiliknya. Temuan yang sudah dijamin dengan HAKIdalam bentuk paten atau hak cipta-tidak bisa diklaim lagi oleh pihak lain. "Masyarakat tradisional masih beranggapan, bahwa semakin banyak orang meniru karyanya akan semakin baik bagi dirinya. Ini hanya bisa dihilangkan dengan penumbuhan budaya HAKI. Karena akan disayangkan apabila sebuah temuan akhirnya diklaim pihak lain, termasuk orang asing gara-gara tidak dipatenkan. Profesor Donald Knuth, salah satu pakar di bidang software dari Stanford University, memiliki banyak tulisan tentang hal ini. Dia mengatakan bahwa, ”Computer programs are as abstract as any algorithm can be”. Ketakutan atas pelanggaran HaKI, khususnya paten software ini, membuat larinya perusahaan dan programmer dari Amerika. Mereka pergi ke negara yang tidak mengakui paten software untuk melakukan penelitian, eksplorasi, dan mengembangkan inovasi-inovasi baru. Dalam hal ini pihak negara Amerika yang dirugikan. Itulah sebabnya banyak para peneliti dan akademisi software di Amerika anti terhadap paten software ini. Alternatif lain terhadap perlindungan copyright yang terlalu berlebihan terhadap software mulai memunculkan gerakan free software, copyleft, dan open source. Gerakan copyleft merupakan gerakan anti terhadap copyright. Kata ”copyleft” sendiri merupakan pelesetan terhadap kata ”copyright”, dimana kata ”right” (yang diartikan sebagai kanan) digantikan dengan ”left” (yang diartikan sebagai kiri). Selain interpretasi sebagai kata arah pergerakan (kanan dan kiri), kata ”left” juga diartikan sebagai ”ditinggalkan” dimana karya yang copyleft tersebut harus ditinggalkan dalam bentuk sebelumnya dan tidak dapat diikutsertakan dalam copyright berikutnya. Gerakan free software dimotori oleh Richard Stallman dari MIT yang merasa bahwa software seharusnya bersifat ”free”. Kata ”free” ini sering membuat kebingungan banyak orang karena dalam bahasa Inggris, kata ini memiliki arti dua; pertama. free yang berarti gratis (tidak bayar), dan kedua. free yang berarti bebas (berasal dari kata ”freedom”) . Stallman sebetulnya lebih memfokuskan kepada arti yang kedua, yaitu free sebagai freedom meskipun hampir semua implementasi free software adalah gratis. Di Indonesia, arti kedua ini diterjemahkan sebagai ”bebas”. Jadi ”free software” ini diterjemahkan menjadi ”software bebas”. Free software yang dikembangkan oleh free software movement ini dapat anda gunakan sesuka anda. Richard Stallman mengimplementasikan free software ini dalam bentuk software-software yang diberi nama GNU. Undang-Undang Hak Cipta No. 19 tahun 2002 telah diumumkan di Lembaran Negara pada tanggal 29 Juli 2002. Undang-undang Hak Cipta yang baru ini mulai berlaku berlaku pada tanggal 29 Juli 2003. Undang-undang ini memuat beberapa ketentuan baru, antara lain, mengenai: 1. Database merupakan salah satu Ciptaan yang dilindungi; 2. Penggunaan alat apa pun baik melalui kabel maupun tanpa kabel, termasuk media internet, untuk pemutaran produk-produk cakram optik (optical disc) melalui media audio, media audiovisual dan/atau sarana telekomunikasi; 3. Penyelesaian sengketa oleh Pengadilan Niaga, arbitrase, atau alternatif penyelesaian sengketa; 4. Penetapan sementara pengadilan untuk mencegah kerugian lebih besar bagi pemegang hak; 5. Batas waktu proses perkara perdata di bidang Hak Cipta dan Hak Terkait, baik di Pengadilan Niaga maupun di Mahkamah Agung; 6. Pencantuman hak informasi manajemen elektronik dan sarana kontrol teknologi; 7. Pencantuman mekanisme pengawasan dan perlindungan terhadap produkproduk yangmenggunakan sarana produksi berteknologi tinggi; 8. Ancaman pidana atas pelanggaran Hak Terkait; 9. Ancaman pidana dan denda minimal; 10. Ancaman pidana terhadap perbanyakan penggunaan Program Komputer untuk kepentingan komersial secara tidak sah dan melawan hukum. Bab 8 E-COMMERSE A. Pendahuluan Perdagangan sebenarnya merupakan kegiatan yang dilakukan manusia sejak awal peradabannya. Sejalan dengan perkembangan manusia, cara dan sarana yang digunakan untuk berdagang senantiasa berubah. Perubahan lebih pada peningkatan kepraktisan dalam aktifitas perdagangan itu sendiri. Dimana, pembeli dan penjual membutuhkan konsep yang lebih sederhana dalam melakukan transaksi. Namun, tentu saja dengan lebih cepat, lebih mudah dan mencapai keuntungan maksimal bagi kedua belah pihak. Pada dekade saat ini, disaat otomatisasi telah merambah pada segala sektor termasuk perdagangan, maka orientasi ke arah bentuk pendagangan yang baru mulai nampak dan mendapat perhatian dari berbagai pihak. Bentuk perdagangan terbaru yang kian memudahkan penggunanya kini ialah e-commerce. Makhluk apa sesungguhnya e-commerce itu, bagaimana ia dapat mempermudah penggunanya, serta peran pentingnya akan dibahas dalam bab ini. B. Pengertian E-Commerce Electronic Commerce (Perniagaan Elektronik), sebagai bagian dari Electronic Business (bisnis yang dilakukan dengan menggunakan electronic transmission), oleh para ahli dan pelaku bisnis dicoba dirumuskan definisinya. Secara umum e-commerce dapat didefinisikan sebagai segala bentuk transaksi perdagangan/perniagaan barang atau jasa (trade of goods and service) dengan menggunakan media elektronik. Jelas, selain dari yang telah disebutkan di atas, bahwa kegiatan perniagaan tersebut merupakan bagian dari kegiatan bisnis. Kesimpulannya, "e-commerce is a part of e-business". Media elektronik yang dibicarakan di dalam tulisan ini untuk sementara hanya difokuskan dalam hal penggunaan media internet. Pasalnya, penggunaan internetlah yang saat ini paling populer digunakan oleh banyak orang, selain merupakan hal yang bisa dikategorikan sebagai hal yang sedang ‘booming’. Perlu digarisbawahi, dengan adanya perkembangan teknologi di masa mendatang, terbuka kemungkinan adanya penggunaan media jaringan lain selain internet dalam e-commerce. Jadi pemikiran kita jangan hanya terpaku pada penggunaan media internet belaka. Penggunaan internet dipilih oleh kebanyakan orang sekarang ini karena kemudahan-kemudahan yang dimiliki oleh jaringan internet, yaitu: 1. Internet sebagai jaringan publik yang sangat besar (huge/widespread network), layaknya yang dimiliki suatu jaringan publik elektronik, yaitu murah, cepat dan kemudahan akses. 2. Menggunakan electronic data sebagai media penyampaian pesan/data sehingga dapat dilakukan pengiriman dan penerimaan informasi secara mudah dan ringkas, baik dalam bentuk data elektronik analog maupun digital. Dari apa yang telah diuraikan di atas, dengan kata lain; di dalam ecommerce, para pihak yang melakukan kegiatan perdagangan/perniagaan hanya berhubungan melalui suatu jaringan publik (public network) yang dalam perkembangan terakhir menggunakan media internet. E-commerce adalah kegiatan-kegiatan bisnis yang menyangkut konsumen (consumers), manufaktur (manufactures), service providers dan pedagang perantara (intermediaries) dengan menggunakan jaringan-jaringan komputer (komputer networks) yaitu internet. Julian Ding dalam bukunya E-commerce: Law & Practice, mengemukakan bahwa e-commerce sebagai suatu konsep yang tidak dapat didefinisikan. E-commerce memiliki arti yang berbeda bagi orang yang berbeda. Sedangkan Onno W. Purbo dan Aang Wahyudi yang mengutip pendapatnya David Baum, menyebutkan bahwa: “e-commerce is a dynamic set of technologies, aplications, and business procces that link enterprises, consumers, and communities through electronic transaction and the electronic exchange of goods, services, and information”. Bahwa e-commerce merupakan suatu set dinamis teknologi, aplikasi dan proses bisnis yang menghubungkan perusahaan, konsumen dan komunitas melalui transaksi elektronik dan perdagangan barang, pelayanan dan informasi yang dilakukan secara elektronik. E-commerce digunakan sebagai transaksi bisnis antara perusahaan yang satu dengan perusahaan yang lain, antara perusahaan dengan pelanggan (customer), atau antara perusahaan dengan institusi yang bergerak dalam pelayanan public. Jika diklasifikasikan, sistem e-commerce terbagi menjadi tiga tipe aplikasi, yaitu: ï‚· Electronic Markets (EMs). EMs adalah sebuah sarana yang menggunakan teknologi informasi dan komunikasi untuk melakukan/menyajikan penawaran dalam sebuah segmen pasar, sehingga pembeli dapat membandingkan berbagai macam harga yang ditawarkan. Dalam pengertian lain, EMs adalah sebuah sistem informasi antar organisasi yang menyediakan fasilitas-fasilitas bagi para penjual dan pembeli untuk bertukar informasi tentang harga dan produk yang ditawarkan. Keuntungan fasilitas EMs bagi pelanggan adalah terlihat lebih nyata dan efisien dalam hal waktu. Sedangkan bagi penjual, ia dapat mendistribusikan informasi mengenai produk dan service yang ditawarkan dengan lebih cepat sehingga dapat menarik pelanggan lebih banyak. ï‚· Electronic Data Interchange (EDI). EDI adalah sarana untuk mengefisienkan pertukaran data transaksitransaksi reguler yang berulang dalam jumlah besar antara organisasiorganisasi komersial. Secara formal EDI didefinisikan oleh International Data Exchange Association (IDEA) sebagai “transfer data terstruktur dengan format standard yang telah disetujui yang dilakukan dari satu sistem komputer ke sistem komputer yang lain dengan menggunakan media elektronik”. EDI sangat luas penggunaannya, biasanya digunakan oleh kelompok retail yang besar ketika melakukan bisnis dagang dengan para supplier mereka. EDI memiliki standarisasi pengkodean transaksi perdagangan, sehingga organisasi komersial tersebut dapat berkomunikasi secara langsung dari satu sistem komputer yang satu ke sistem komputer yang lain tanpa memerlukan hardcopy, faktur, serta terhindar dari penundaan, kesalahan yang tidak disengaja dalam penanganan berkas dan intervensi dari manusia. Keuntungan dalam menggunakan EDI adalah waktu pemesanan yang singkat, mengurangi biaya, mengurangi kesalahan, memperoleh respon yang cepat, pengiriman faktur yang cepat dan akurat serta pembayaran dapat dilakukan secara elektronik. ï‚· Internet Commerce. Internet commerce adalah penggunaan internet yang berbasis teknologi informasi dan komunikasi untuk perdagangan. Kegiatan komersial ini seperti iklan dalam penjualan produk dan jasa. Transaksi yang dapat dilakukan di internet antara lain pemesanan/pembelian barang dimana barang akan dikirim melalui pos atau sarana lain setelah uang ditransfer ke rekening penjual. Penggunaan internet sebagai media pemasaran dan saluran penjualan terbukti mempunyai keuntungan antara lain untuk beberapa produk tertentu lebih sesuai ditawarkan melalui internet; harga lebih murah mengingat membuat situs di internet lebih murah biayanya dibandingkan dengan membuka outlet retail di berbagai tempat; internet merupakan media promosi perusahaan dan produk yang paling tepat dengan harga yang relatif lebih murah; serta pembelian melalui internet akan diikuti dengan layanan pengantaran barang sampai di tempat pemesan. C. Karakteristik E-Commerce. Berbeda dengan transaksi perdagangan biasa, transaksi e-commerce memiliki beberapa karakteristik yang sangat khusus, yaitu : 1. Transaksi tanpa batas Sebelum era internet, batas-batas geografi menjadi penghalang suatu perusahaan atau individu yang ingin go-international. Sehingga, hanya perusahaan atau individu dengan modal besar yang dapat memasarkan produknya ke luar negeri.Dewasa ini dengan internet pengusaha kecil dan menengah dapat memasarkan produknya secara internasional cukup dengan membuat situs web atau dengan memasang iklan di situs-situs internet tanpa batas waktu (24 jam), dan tentu saja pelanggan dari seluruh dunia dapat mengakses situs tersebut dan melakukan transaksi secara on line. 2. Transaksi anonim Para penjual dan pembeli dalam transaksi melalui internet tidak harus bertemu muka satu sama lainnya. Penjual tidak memerlukan nama dari pembeli sepanjang mengenai pembayarannya telah diotorisasi oleh penyedia sistem pembayaran yang ditentukan, yang biasanya dengan kartu kredit. 3. Produk digital dan non digital Produk-produk digital seperti software komputer, musik dan produk lain yang bersifat digital dapat dipasarkan melalui internet dengan cara mendownload secara elektronik. Dalam perkembangannya obyek yang ditawarkan melalui internet juga meliputi barang-barang kebutuhan hidup lainnya. 4. Produk barang tak berwujud Banyak perusahaan yang bergerak di bidang e-commercen dengan menawarkan barang tak berwujud separti data, software dan ide-ide yang dijual melalui internet. Implementasi e-commerce pada dunia industri yang penerapannya semakin lama semakin luas tidak hanya mengubah suasana kompetisi menjadi semakin dinamis dan global, namun telah membentuk suatu masyarakat tersendiri yang dinamakan Komunitas Bisnis Elektronik (Electronic Business Community). Komunitas ini memanfaatkan cyberspace sebagai tempat bertemu, berkomunikasi, dan berkoordinasi ini secara intens memanfaatkan media dan infrastruktur telekomunikasi dan teknologi informasi dalam menjalankan kegiatannya sehari-hari. Seperti halnya pada masyarakat tradisional, pertemuan antara berbagai pihak dengan beragam kepentingan secara natural telah membentuk sebuah pasar tersendiri tempat bertemunya permintaan (demand) dan penawaran (supply). Transaksi yang terjadi antara demand dan supply dapat dengan mudah dilakukan walaupun yang bersangkutan berada dalam sisi geografis yang berbeda karena kemajuan dan perkembangan teknologi informasi, yang dalam hal ini adalah teknologi e-commerce. Secara umum e-commerce dapat diklasifasikan menjadi dua jenis yaitu; Business to Business (B2B) dan Business to Consumer (B2C). Business to Business (B2B) adalah sistem komunikasi bisnis on-line antar pelaku bisnis, sedangkan Business to Consumer (B2C) merupakan mekanisme toko on-line (electronic shopping mall), yaitu transaksi antara e-merchant dengan e-customer Dalam Business to Business pada umumnya transaksi dilakukan oleh para trading partners yang sudah saling kenal dengan format data yang telah disepakati bersama. Sedangkan dalam Business to Customer sifatnya terbuka untuk publik, sehingga setiap individu dapat mengaksesnya melalui suatu web server. Dalam kajian ini, untuk selanjutnya yang akan dibahas adalah Business to Customer. D. Mekanisme E-Commerce. Transaksi elektronik antara e-merchant (pihak yang menawarkan barang atau jasa melalui internet) dengan e-customer (pihak yang membeli barang atau jasa melalui internet) yang terjadi di dunia maya atau di internet pada umumnya berlangsung secara paperless transaction, sedangkan dokumen yang digunakan dalam transaksi tersebut bukanlah paper document, melainkan dokumen elektronik (digital document). Kontrak on line dalam e-commerce menurut Santiago Cavanillas dan A. Martines Nadal, seperti yang dikutip oleh Arsyad Sanusi memiliki banyak tipe dan variasi yaitu : 1. Kontrak melalui chatting dan video conference; 2. Kontrak melalui e-mail; 3. Kontrak melalui web atau situs. Chatting dan Video Conference adalah alat komunikasi yang disediakan oleh internet yang biasa digunakan untuk dialog interaktif secara langsung. Dengan chatting seseorang dapat berkomunikasi secara langsung dengan orang lain persis seperti telepon, hanya saja komunikasi lewat chatting ini adalah tulisan atau pernyataan yang terbaca pada komputer masing-masing. Sesuai dengan namanya, video conference adalah alat untuk berbicara dengan beberapa pihak dengan melihat gambar dan mendengar suara secara langsung pihak yang dihubungi dengan alat ini. Dengan demikian melakukan kontrak dengan menggunakan jasa chatting dan video conference ini dapat dilakukan secara langsung antara beberapa pihak dengan menggunakan sarana komputer atau monitor televisi. Kontrak melalui e-mail adalah salah satu kontrak on-line yang sangat populer karena pengguna e-mail saat ini sangat banyak dan mendunia dengan biaya yang sangat murah dan waktu yang efisien. Untuk memperoleh alamat e-mail dapat dilakukan dengan cara mendaftarkan diri kepada penyedia layanan e-mail gratis atau dengan mendaftarkan diri sebagai subscriber pada server atau ISP tertentu. Kontrak e-mail dapat berupa penawaran yang dikirimkan kepada seseorang atau kepada banyak orang yang tergabung dalam sebuah mailing list, serta penerimaan dan pemberitahuan penerimaan yang seluruhnya dikirimkan melalui e-mail. Di samping itu kontrak e-mail dapat dilakukan dengan penawaran barangnya diberikan melalui situs web yang memposting penawarannya, sedangkan penerimaannya dilakukan melalui e-mail. Kontrak melalui web dapat dilakukan dengan cara situs web seorang supplier (baik yang berlokasi di server supplier maupun diletakkan pada server pihak ketiga) memiliki diskripsi produk atau jasa dan satu seri halaman yang bersifat self-contraction, yaitu dapat digunakan untuk membuat kontrak sendiri, yang memungkinkan pengunjung web untuk memesan produk atau jasa tersebut. Para konsumen harus menyediakan informasi personal dan harus menyertakan nomor kartu kredit. Selanjutnya, mekanismenya adalah sebagai berikut: 1. untuk produk on line yang berupa software, pembeli diizinkan untuk mendownload-nya; 2. untuk produk yang berwujud fisik, pengiriman barang dilakukan sampai di rumah konsumen; 3. untuk pembelian jasa, supplier menyediakan untuk melayani konsumen sesuai dengan waktu dan tempat yang telah ditentukan dalam perjanjian. Mekanisme transaksi elektronik dengan e-commerce dimulai dengan adanya penawaran suatu produk tertentu oleh penjual (misalnya bertempat kedudukan di USA) di suatu website melalui server yang berada di Indonesia (misalnya detik.com). Apabila konsumen Indonesia melakukan pembelian, maka konsumen tersebut akan mengisi order mail yang telah disediakan oleh pihak penjual. Selanjutnya cara pembayaran yang dapat dilakukan oleh konsumen tersebut dapat memilih dengan : 1. Transaksi Model ATM; 2. Pembayaran Langsung Antara Dua Pihak Yang Bertransaksi Tanpa Perantara; 3. Dengan Perantaraan Pihak Ketiga; 4. Dengan Micropayment; 5. Dengan Anonymous Digital Cash. Dewasa ini lembaga-lembaga pembiayaan, seperti Visa dan Mastercard, telah mengembangkan sistem pembayaran dengan Secure Electronic Transaction (SET). Dengan sistem ini transaksi akan melibatkan lembaga CA (Certificate of Authenticity) dan payment gateway. Uraian mengenai hal ini selanjutnya akan dibahas pada bagian terakhir bahasan Hukum dan Cyberlaw. Tetapi pada intinya mekanisme pembayaran dengan menggunakan SET ini melibatkan beberapa pihak yaitu : 1. Issuer, yaitu institusi financial yang mengeluarkan kartu bank; 2. Cardholder, yaitu konsumen yang telah terdaftar di issuer; 3. Merchant, yaitu penjual barang atau jasa atau informasi; 4. Acquirer, yaitu institusi finansial yang menyediakan pelayanan untuk memproses transaksi kartu bank; 5. Ca, yaitu lembaga yang memiliki otoritas untuk mengeluarkan sertifikat digital. Apabila proses pembayaran tersebut telah diotorisasi, maka proses selanjutnya adalah pengiriman barang. Cara pengiriman barang tersebut disesuaikan dengan macam produk yang diperdagangkan. Untuk produk yang berupa barang-barang berwujud, maka pengirimannya dilakukan melalui pengiriman biasa, sedangkan untuk barang-barang tak berwujud seperti jasa, software atau produk digital lainnya maka pengirimannya melalui proses download. Dalam proses terjadinya transaksi e-commerce, menurut Julian Ding sebagaimana dikutip oleh Marian Darus Badrulzaman menentukan bahwa: “A contract is a struck when two or more persons agree to a certain course of conduct”. Maksudnya, kontrak adalah sebagai pertemuan dalam dua atau lebih pihak setuju melakukan tindakan tertentu, sehingga pada saat itulah kesepakatan tercapai. Berdasarkan beberapa pendapat tersebut di atas, maka secara umum mekanisme transaksi elektronik melalui e-commerce dapat digambarkan sebagai berikut : Gambar 1 Issuing Customer Bank Aquiring Merchant Bank Berdasarkan gambar di atas maka tahapan dalam transaksi elektronik melalui e-commerce dapat diurutkan sebagai berikut : 1. E-customer dan e-merchant bertemu dalam dunia maya melalui server yang disewa dari Internet Server Provider (ISP) oleh e-merchant. 2. Transaksi melalui e-commerce disertai term of use dan sales term condition atau klausula standar, yang pada umumnya e-merchant telah meletakkan klausula kesepakatan pada website-nya, sedangkan e-customer jika berminat tinggal memilih tombol accept atau menerima. 3. Penerimaan e-customer melalui mekanisme “klik” tersebut sebagai perwujudan dari kesepakatan yang tentunya mengikat pihak e-merchant. 4. Pada saat kedua belah pihak mencapai kesepakatan, kemudian diikuti dengan proses pembayaran, yang melibatkan dua bank perantara dari masing-masing pihak yaitu acquiring merchant bank dan issuing customer bank.Prosedurnya e-customer memerintahkan kepada issuing customer bank untuk dan atas nama e-customer melakukan sejumlah pembayaran atas harga barang kepada acquiring merchant bank yang ditujukan kepada e-merchant. 5. Setelah proses pembayaran selesai kemudian diikuti dengan proses pemenuhan prestasi oleh pihak e-merchant berupa pengiriman barang sesuai dengan kesepakatan mengenai saat penyerahan dan spesifikasi barang.  Beberapa Tips dan Trik dalam Penggunaan E-Commerce Saat ini, hampir semua calon konsumen menanyakan, “Ada websitenya nggak?” apabila ditawari sebuah produk, jasa atau pilihan berbisnis. Karena itulah, kini keberadaan sebuah Toko Online / internet marketing system menjadi hal penting dalam menjalankan business, baik berjualan barang maupun jasa. Maka, terlebih dulu harus diketahui masalah apa saja yang ditemui saat telah memiliki Toko Online / online shop. Siapa sebetulnya yang menjadi target customer? Apakah internasional atau nasional? Hal lain yang harus dipikirkan adalah masalah pembayaran, pemesanan, pengepakan dan pengiriman. Berikut adalah masukan dari anggota dan moderator milis Dunia Wirausaha yang sukses berjualan lewat internet, maupun sukses pula menjadi konsumen Toko Online : 1) Umumnya masalah yang ditemui bagi (calon) konsumen dari Indonesia adalah yang berkaitan dengan kepercayaan. Calon konsumen banyak yang susah percaya dengan sistem penjualan online (misalnya, takut tertipu sudah melakukan pembayaran namun tidak ada pengantaran barang). Cara paling mudah untuk mencegah hal ini adalah dengan mencantumkan alamat dan nomor telepon di website atau di signature email, karena ini menjadi bukti bahwa penjualan ini tidak main-main atau bohongan, sekaligus memberikan kepercayaan pada calon konsumen bahwa penjual “mudah dicari”. Ini sesuai pula dengan masukan salah seorang anggota Milis Dunia Wirausaha yang melihat performance sebuah online shop berdasarkan history penjualan selama ini, misalnya di E-bay dimana konsumen bisa melihat sudah berapa banyak penjualan yang berhasil dilakukan. Ketidakpercayaan ini juga bisa timbul karena calon konsumen tidak bisa melihat langsung contoh barang yang dijual. Karena itu, sebaiknya ada pula keterangan mengenai Info Barang. 2) Perlu adanya info tentang barang yang jelas dan cukup detail karena calon konsumen tidak bisa langsung memegang dan melihat (langsung) barang yang ingin dibeli. Foto produk adalah hal yang sangat penting, termasuk juga apabila barang yang dijual tersebut multifungsi. Sebaiknya menyediakan berbagai tampilan foto yang memperlihatkan masing-masing fungsinya. Detail-detail lain yang selayaknya ditampilkan pula ialah : - Pilihan warna (dengan foto). - Info ukuran dan info bahan. - Info perawatan. - Info pengecekan jumlah barang yang tersedia. Sebaiknya langsung tersedia info ini (bukan menghubungi kembali), karena ini akan mempengaruhi keinginan konsumen untuk membeli (berkaitan dengan total berat barang yang yang akan dibeli dan perbandingannya dengan ongkos pengiriman). 3) Harga yang kompetitif. Pasalnya, konsumen online biasanya akan lebih mudah membandingkan dengan harga-harga jual di toko online lainnya ataupun toko biasa. 4) Pengiriman yang murah dan cepat biasanya menjadi masukan juga untuk si calon konsumen. Beban biaya pengiriman akan lumayan terasa berat jika barangnya sendiri kecil secara ukuran atau murah secara nominal harga. Akan lebih baik jika ada penawaran beberapa jenis kiriman, biasa atau ekspress. Akan tetapi ada pula pengiriman barang yang tidak memperhatikan dimensi dan berat total barang. TIKI termasuk salah satu jasa pengiriman yang direkomendasikan karena calon konsumen bisa mengecek sendiri lewat www.tiki.co.id untuk melihat harga kirim sesuai wilayah dan berat. Alternatif lainnya, ialah membuat jasa kurir sendiri (khusus) untuk melayani pengiriman (untuk pengiriman lokal, misalnya Jakarta saja) dimana jasa kurir ini juga bisa bekerja sama dengan kurir lain untuk pengiriman luar kota. 5) Untuk pembayaran, ada beberapa alternatif. Akan lebih mudah bagi konsumen apabila ada beberapa pilihan pembayaran misalnya: transfer bank setelah barang diterima, pembayaran didepan atau kartu kredit. Untuk COD (Cash on Delivery), sebaiknya hal ini dipilih apabila menggunakan jasa kurir pribadi, terutama untuk konsumen baru (yang baru pertama kali membeli atau memakai jasa) dimana umumnya mereka lebih merasa aman dengan COD. Akan jadi nilai plus apabila sang kurir bisa menerangkan pada konsumen tentang cara pemakaian barang tersebut. 6) Pengemasan, tergantung pada barang apa yang dijual dan lokasi tujuan barang. Biasanya kalau dekat, cukup dengan plastik, namun untuk luar kota tetap harus ada pengemasan yang lebih kuat dan aman, apalagi jika barangnya dapat rusak atau pecah. 7) Customer Service harus tersedia dan siap dihubungi oleh konsumen kapan saja. Karena e-commerce tergolong baru di Indonesia, jadi jika barang belum diterima, konsumen sering was-was dan terus menerus menghubungi penjual. Maka sangat diperlukan customer service yang dapat dengan cepat menanggapi pertanyaan maupun keluhan. 8) Pilih tempat web hosting yang reliable dan supportnya mudah di hubungi. 9) Adanya keterangan update pemesanan sampai pengiriman. Misalnya, pemberitahuan setelah form pesanan diterima, pemberitahuan setelah pembayaran diterima, serta pemberitahuan mengenai waktu pengiriman dan perkiraan tiba di tempat konsumen. 10) Insentif untuk pengunjung atau konsumen. Misalnya untuk konsumen yang aktif di website tersebut, ex: tersedia potongan harga senilai Rp.X untuk pengunjung yang mengisi kuesioner. Intinya, seperti masukan seorang anggota milis Dunia Wirausaha yaitu Toko Online yang “bagus” adalah yang bagus secara sistem aplikasi juga sistem pelayanannya. 11) Komersialisasi situs web. Pemilik juga harus memperhatikan sumber pendanaan per bulannya, antara lain untuk hosting dan domain Jika belum mendapatkan pendapatan dari web, maka ia harus menyediakan cadangan dana. Karena itu mengkomersialisasi-kan web Toko Online juga bisa menjadi perhatian khusus. Contoh, lewat pemasangan iklan banner di mana pengiklan biasanya mau memasang iklan apabila web tersebut ramai pengunjungnya.Untuk melihat hal ini, perlu disediakan juga tools untuk memeriksa traffic kunjungan, dan cara-cara internet marketing yang baik (tidak melakukan spam). Bab 9 KEJAHATAN DI DUNIA KOMPUTER /INTERNET (CYBER CRIME) Setelah mempelajari bab ini maka mahasiswa diharapkan mampu memahami dan menjelaskan: 1. Apa itu kejahatan computer 2. Bentuk-bentuk kejahatan 3. Pelaku kejahatan 4. Modus kejahatan computer 5. Jenis-jenis kejahatan konputer A. Pendahuluan Perkembangan Internet dan umumny dunia cyber tidak selamanya menghasilkan hal-hal yang postif. Salah satu hal negatif yang merupakan efek sampingannya antara lain adalah kejahatan di dunia cyber atau, cybercrime. Hilangnya batas ruang dan waktu di Internet mengubah banyak hal. Seseorang cracker di Rusia dapat masuk ke sebuah server di Pentagon tanpa ijin. Salahkah dia bila sistem di Pentagon terlalu lemah sehingga mudah ditembus? Apakah batasan dari sebuah cybercrime? Seorang yang baru “mengetuk pintu” (port scanning) komputer anda, apakah sudah dapat dikategorikan sebagai kejahatan? Apakah ini masih dalam batas ketidak-nyamanan (inconvenience) saja? Bagaimana pendapat anda tentang penyebar virus dan bahkan pembuat virus? Bagaimana kita menghadapi cybercrime ini? Bagaimana aturan / hukum yang cocok untuk mengatasi atau menanggulangi masalah cybercrime di Indonesia? Banyak sekali pertanyaan yang harus kita jawab. B. Pengertian Cybercrime Cybercrime merupakan bentuk-bentuk kejahatan yang timbul karena pemanfaatan teknologi internet. Beberapa pendapat mengindentikkan cybercrime dengan computer crime. The U.S. Department of Justice memberikan pengertien computer crime sebagai: “…any illegal act requiring knowledge of computer technology for its perpetration, investigation, or prosecution”. (www.usdoj.gov/criminal/cybercrimes) Pengertian tersebut identik dengan yang diberikan Organization of European Community Development, yang mendefinisikan computer crime sebagai:“any illegal, unehtical or unauthorized behavior relating to the automatic processing and/or the transmission of data”. Adapun Andi Hamzah (1989) dalam tulisannya “Aspek-aspek Pidana di Bidang komputer”, mengartikan kejahatan komputer sebagai: ”Kejahatan di bidang komputer secara umum dapat diartikan sebagai penggunaan komputer secara illegal”. Dari beberapa pengertian di atas, secara ringkas dapat dikatakan bahwa cybercrime dapat didefinisikan sebagai perbuatan melawan hukum yang dilakukan dengan menggunakan internet yang berbasis pada kecanggihan teknologi komputer dan telekomunikasi. C. Karakteristik Cybercrime Selama ini dalam kejahatan konvensional, dikenal adanya dua jenis kejahatan sebagai berikut: 1. Kejahatan kerah biru (blue collar crime) Kejahatan ini merupakan jenis kejahatan atau tindak kriminal yang dilakukan secara konvensional seperti misalnya perampokkan, pencurian, pembunuhan dan lain-lain. 2. Kejahatan kerah putih (white collar crime) Kejahatan jenis ini terbagi dalam empat kelompok kejahatan, yakni kejahatan korporasi, kejahatan birokrat, malpraktek, dan kejahatan individu. Cybercrime sendiri sebagai kejahatan yang muncul sebagai akibat adanya komunitas dunia maya di internet, memiliki karakteristik tersendiri yang berbeda dengan kedua model di atas. Karakteristik unik dari kejahatan di dunia maya tersebut antara lain menyangkut lima hal berikut: 1. Ruang lingkup kejahatan 2. Sifat kejahatan 3. Pelaku kejahatan 4. Modus Kejahatan 5. Jenis kerugian yang ditimbulkan D. Jenis Cybercrime Berdasarkan jenis aktifitas yang dilakukannya, cybercrime dapat digolongkan menjadi beberapa jenis sebagai berikut: 1. Unauthorized Access Merupakan kejahatan yang terjadi ketika seseorang memasuki atau menyusup ke dalam suatu sistem jaringan komputer secara tidak sah, tanpa izin, atau tanpa sepengetahuan dari pemilik sistem jaringan komputer yang dimasukinya. Probing dan port merupakan contoh kejahatan ini. 2. Illegal Contents Merupakan kejahatn yang dilakukan dengan memasukkan data atau informasi ke internet tentang suatu hal yang tidak benar, tidak etis, dan dapat dianggap melanggar hukum atau menggangu ketertiban umum, contohnya adalah penyebaran pornografi. 3. Penyebaran virus secara sengaja Penyebaran virus pada umumnya dilakukan dengan menggunakan email. Sering kali orang yang sistem emailnya terkena virus tidak menyadari hal ini. Virus ini kemudian dikirimkan ke tempat lain melalui emailnya. 4. Data Forgery Kejahatan jenis ini dilakukan dengan tujuan memalsukan data pada dokumen-dokumen penting yang ada di internet. Dokumen-dokumen ini biasanya dimiliki oleh institusi atau lembaga yang memiliki situs berbasis web database. 5. Cyber Espionage, Sabotage, and Extortion Cyber Espionage merupakan kejahatan yang memanfaatkan jaringan internet untuk melakukan kegiatan mata-mata terhadap pihak lain, dengan memasuki sistem jaringan komputer pihak sasaran. Sabotage and Extortion merupakan jenis kejahatan yang dilakukan dengan membuat gangguan, perusakan atau penghancuran terhadap suatu data, program komputer atau sistem jaringan komputer yang terhubung dengan internet. 6. Cyberstalking Kejahatan jenis ini dilakukan untuk mengganggu atau melecehkan seseorang dengan memanfaatkan komputer, misalnya menggunakan email dan dilakukan berulang-ulang. Kejahatan tersebut menyerupai teror yang ditujukan kepada seseorang dengan memanfaatkan media internet. Hal itu bisa terjadi karena kemudahan dalam membuat email dengan alamat tertentu tanpa harus menyertakan identitas diri yang sebenarnya. 7. Carding Carding merupakan kejahatan yang dilakukan untuk mencuri nomor kartu kredit milik orang lain dan digunakan dalam transaksi perdagangan di internet. 8. Hacking dan Cracker Istilah hacker biasanya mengacu pada seseorang yang punya minat besar untuk mempelajari sistem komputer secara detail dan bagaimana meningkatkan kapabilitasnya. Adapun mereka yang sering melakukan aksi-aksi perusakan di internet lazimnya disebut cracker. Boleh dibilang cracker ini sebenarnya adalah hacker yang yang memanfaatkan kemampuannya untuk hal-hal yang negatif. Aktivitas cracking di internet memiliki lingkup yang sangat luas, mulai dari pembajakan account milik orang lain, pembajakan situs web, probing, menyebarkan virus, hingga pelumpuhan target sasaran. Tindakan yang terakhir disebut sebagai DoS (Denial Of Service). Dos attack merupakan serangan yang bertujuan melumpuhkan target (hang, crash) sehingga tidak dapat memberikan layanan. 9. Cybersquatting and Typosquatting Cybersquatting merupakan kejahatan yang dilakukan dengan mendaftarkan domain nama perusahaan orang lain dan kemudian berusaha menjualnya kepada perusahaan tersebut dengan harga yang lebih mahal. Adapun typosquatting adalah kejahatan dengan membuat domain plesetan yaitu domain yang mirip dengan nama domain orang lain. Nama tersebut merupakan nama domain saingan perusahaan. 10. Hijacking Hijacking merupakan kejahatan melakukan pembajakan hasil karya orang lain. Yang paling sering terjadi adalah Software Piracy (pembajakan perangkat lunak). 11. Cyber Terorism Suatu tindakan cybercrime termasuk cyber terorism jika mengancam pemerintah atau warganegara, termasuk cracking ke situs pemerintah atau militer. Beberapa contoh kasus Cyber Terorism sebagai berikut : a. Ramzi Yousef, dalang penyerangan pertama ke gedung WTC, diketahui menyimpan detail serangan dalam file yang di enkripsi di laptopnya. b. Osama Bin Laden diketahui menggunakan steganography untuk komunikasi jaringannya. c. Suatu website yang dinamai Club Hacker Muslim diketahui menuliskan daftar tip untuk melakukan hacking ke Pentagon. d. Seorang hacker yang menyebut dirinya sebagai DoktorNuker diketahui telah kurang lebih lima tahun melakukan defacing atau mengubah isi halaman web dengan propaganda antiAmerican, anti-Israel dan pro-Bin Laden. E. Berdasarkan Motif Kegiatan Berdasarkan motif kegiatan yang dilakukannya, cybercrime dapat digolongkan menjadi dua jenis sebagai berikut : 1. Cybercrime sebagai tindakan murni kriminal Kejahatan yang murni merupakan tindak kriminal merupakan kejahatan yang dilakukan karena motif kriminalitas. Kejahatan jenis ini biasanya menggunakan internet hanya sebagai sarana kejahatan. Contoh kejahatan semacam ini adalah Carding, yaitu pencurian nomor kartu kredit milik orang lain untuk digunakan dalam transaksi perdagangan di internet. Juga pemanfaatan media internet (webserver, mailing list) untuk menyebarkan material bajakan. Pengirim e-mail anonim yang berisi promosi (spamming) juga dapat dimasukkan dalam contoh kejahatan yang menggunakan internet sebagai sarana. Di beberapa negara maju, pelaku spamming dapat dituntut dengan tuduhan pelanggaran privasi. 2. Cybercrime sebagai kejahatan ”abu-abu” Pada jenis kejahatan di internet yang masuk dalam wilayah ”abu-abu”, cukup sulit menentukan apakah itu merupakan tindak kriminal atau bukan mengingat motif kegiatannya terkadang bukan untuk kejahatan. Salah satu contohnya adalah probing atau portscanning. Ini adalah sebutan untuk semacam tindakan pengintaian terhadap sistem milik orang lain dengan mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya dari sistem yang diintai, termasuk sistem operasi yang digunakan, port-port yang ada, baik yang terbuka maupun tertutup, dan sebagainya. F. Berdasarkan Sasaran Kejahatan Sedangkan berdasarkan sasaran kejahatan, cybercrime dapat dikelompokkan menjadi beberapa kategori seperti berikut ini : 1. Cybercrime yang menyerang individu (Against Person) Jenis kejahatan ini, sasaran serangannya ditujukan kepada perorangan atau individu yang memiliki sifat atau kriteria tertentu sesuai tujuan penyerangan tersebut. Beberapa contoh kejahatan ini antara lain : a. Pornografi Kegiatan yang dilakukan dengan membuat, memasang, mendistribusikan, dan menyebarkan material yang berbau pornografi, cabul, serta mengekspos hal-hal yang tidak pantas. b. Cyberstalking Kegiatan yang dilakukan untuk mengganggu atau melecehkan seseorang dengan memanfaatkan komputer, misalnya dengan menggunakan e-mail yang dilakukan secara berulang-ulang seperti halnya teror di dunia cyber. Gangguan tersebut bisa saja berbau seksual, religius, dan lain sebagainya. c. Cyber-Tresspass Kegiatan yang dilakukan melanggar area privasi orang lain seperti misalnya Web Hacking. Breaking ke PC, Probing, Port Scanning dan lain sebagainya. d. Cybercrime menyerang hak milik (Againts Property) Cybercrime yang dilakukan untuk menggangu atau menyerang hak milik orang lain. Beberapa contoh kejahatan jenis ini misalnya pengaksesan komputer secara tidak sah melalui dunia cyber, pemilikan informasi elektronik secara tidak sah/pencurian informasi, carding, cybersquating, hijacking, data forgery dan segala kegiatan yang bersifat merugikan hak milik orang lain. e. Cybercrime menyerang pemerintah (Againts Government) Cybercrime Againts Government dilakukan dengan tujuan khusus penyerangan terhadap pemerintah. Kegiatan tersebut misalnya cyber terorism sebagai tindakan yang mengancam pemerintah termasuk juga cracking ke situs resmi pemerintah atau situs militer. G. Penanggulangan Cybercrime Aktivitas pokok dari cybercrime adalah penyerangan terhadap content, computer system dan communication system milik orang lain atau umum di dalam cyberspace. Fenomena cybercrime memang harus diwaspadai karena kejahatan ini agak berbeda dengan kejahatan lain pada umumnya. Cybercrime dapat dilakukan tanpa mengenal batas teritorial dan tidak memerlukan interaksi langsung antara pelaku dengan korban kejahatan. Berikut ini cara penanggulangannya : 1. Mengamankan sistem Tujuan yang nyata dari sebuah sistem keamanan adalah mencegah adanya perusakan bagian dalam sistem karena dimasuki oleh pemakai yang tidak diinginkan. Pengamanan sistem secara terintegrasi sangat diperlukan untuk meminimalisasikan kemungkinan perusakan tersebut. Membangun sebuah keamanan sistem harus merupakan langkah-langkah yang terintegrasi pada keseluruhan subsistemnya, dengan tujuan dapat mempersempit atau bahkan menutup adanya celah-celah unauthorized actions yang merugikan. Pengamanan secara personal dapat dilakukan mulai dari tahap instalasi sistem sampai akhirnya menuju ke tahap pengamanan fisik dan pengamanan data. Pengaman akan adanya penyerangan sistem melaui jaringan juga dapat dilakukan dengan melakukan pengamanan FTP, SMTP, Telnet dan pengamanan Web Server. 2. Penanggulangan Global The Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) telah membuat guidelines bagi para pembuat kebijakan yang berhubungan dengan computer-related crime, dimana pada tahun 1986 OECD telah memublikasikan laporannya yang berjudul Computer-Related Crime : Analysis of Legal Policy. Menurut OECD, beberapa langkah penting yang harus dilakukan setiap negara dalam penanggulangan cybercrime adalah : a. Melakukan modernisasi hukum pidana nasional beserta hukum acaranya. b. Meningkatkan sistem pengamanan jaringan komputer nasional sesuai standar internasional. c. Meningkatkan pemahaman serta keahlian aparatur penegak hukum mengenai upaya pencegahan, investigasi dan penuntutan perkaraperkara yang berhubungan dengan cybercrime. d. Meningkatkan kesadaran warga negara mengenai masalah cybercrime serta pentingnya mencegah kejahatan tersebut terjadi. e. Meningkatkan kerjasama antarnegara, baik bilateral, regional maupun multilateral, dalam upaya penanganan cybercrime. H. Urgensi Cyberlaw Perkembangan teknologi yang sangat pesat, membutuhkan pengaturan hukum yang berkaitan dengan pemanfaatan teknologi tersebut. Sayangnya, hingga saat ini banyak negara belum memiliki perundang-undangan khusus di bidang teknologi informasi, baik dalam aspek pidana maupun perdatanya. Permasalahan yang sering muncul adalah bagaimana menjaring berbagai kejahatan komputer dikaitkan dengan ketentuan pidana yang berlaku karena ketentuan pidana yang mengatur tentang kejahatan komputer yang berlaku saat ini masih belum lengkap. Banyak kasus yang membuktikan bahwa perangkat hukum di bidang TI masih lemah. Seperti contoh, masih belum dilakuinya dokumen elektronik secara tegas sebagai alat bukti oleh KUHP. Hal tersebut dapat dilihat pada UU No8/1981 Pasal 184 ayat 1 bahwa undang-undang ini secara definitif membatasi alat-alat bukti hanya sebagai keterangan saksi, keterangan ahli, surat, petunjuk, dan keterangan terdakwa saja. Demikian juga dengan kejahatan pornografi dalam internet, misalnya KUH Pidana pasal 282 mensyaratkan bahwa unsur pornografi dianggap kejahatan jika dilakukan di tempat umum. Hingga saat ini, di negara kita ternyata belum ada pasal yang bisa digunakan untuk menjerat penjahat cybercrime. Untuk kasuss carding misalnya, kepolisian baru bisa menjerat pelaku kejahatan komputer dengan pasal 363 soal pencurian karena yang dilakukan tersangka memang mencuri data kartu kredit orang lain. I. Perlunya Dukungan Lembaga Khusus Lembaga-lembaga khusus, baik milik pemerintah maupun NGO (Non Government Organization), diperlukan sebagai upaya penanggulangan kejahatan di internet. Amerika Serikat memiliki komputer Crime and Intellectual Property Section (CCIPS) sebagai sebuah divisi khusus dari U.S. Departement of Justice. Institusi ini memberikan informasi tentang cybercrime, melakukan sosialisasi secara intensif kepada masyarakat, serta melakukan riset-riset khusus dalam penanggulangan cybercrime. Indonesia sendiri sebenarnya sudah memiliki IDCERT (Indonesia Computer Emergency Rensponse Team). Unit ini merupakan point of contact bagi orang untuk melaporkan masalah-masalah keamanan komputer. J. Contoh kasus Cyber Crime 1. Di Indonesia Pencurian dan penggunaan account Internet milik orang lain. Salah satu kesulitan dari sebuah ISP (Internet Service Provider) adalah adanya account pelanggan mereka yang “dicuri” dan digunakan secara tidak sah. Berbeda dengan pencurian yang dilakukan secara fisik, “pencurian” account cukup menangkap “userid” dan “password” saja. Hanya informasi yang dicuri. Sementara itu orang yang kecurian tidak merasakan hilangnya “benda” yang dicuri. Pencurian baru terasa efeknya jika informasi ini digunakan oleh yang tidak berhak. Akibat dari pencurian ini, penggunan dibebani biaya penggunaan acocunt tersebut. Kasus ini banyak terjadi di ISP. Namun yang pernah diangkat adalah penggunaan account curian oleh dua Warnet di Bandung. Membajak situs web. Salah satu kegiatan yang sering dilakukan oleh cracker adalah mengubah halaman web, yang dikenal dengan istilah deface. Pembajakan dapat dilakukan dengan mengeksploitasi lubang keamanan. Sekitar 4 bulan yang lalu, statistik di Indonesia menunjukkan satu (1) situs web dibajak setiap harinya. Hukum apa yang dapat digunakan untuk menjerat cracker ini? Probing dan port scanning. Salah satu langkah yang dilakukan cracker sebelum masuk ke server yang ditargetkan adalah melakukan pengintaian. Cara yang dilakukan adalah dengan melakukan “port scanning” atau “probing” untuk melihat servis-servis apa saja yang tersedia di server target. Sebagai contoh, hasil scanning dapat menunjukkan bahwa server target menjalankan program web server Apache, mail server Sendmail, dan seterusnya. Analogi hal ini dengan dunia nyata adalah dengan melihat-lihat apakah pintu rumah anda terkunci, merek kunci yang digunakan, jendela mana yang terbuka, apakah pagar terkunci (menggunakan firewall atau tidak) dan seterusnya. Yang bersangkutan memang belum melakukan kegiatan pencurian atau penyerangan, akan tetapi kegiatan yang dilakukan sudah mencurigakan. Apakah hal ini dapat ditolerir (dikatakan sebagai tidak bersahabat atau unfriendly saja) ataukah sudah dalam batas yang tidak dapat dibenarkan sehingga dapat dianggap sebagai kejahatan? Berbagai program yang digunakan untuk melakukan probing atau portscanning ini dapat diperoleh secara gratis di Internet. Salah satu program yang paling populer adalah “nmap” (untuk sistem yang berbasis UNIX, Linux) dan “Superscan” (untuk sistem yang berbasis Microsoft Windows). Selain mengidentifikasi port, nmap juga bahkan dapat mengidentifikasi jenis operating system yang digunakan. Apa yang harus dilakukan apabila server anda mendapat port scanning seperti contoh di atas? Kemana anda harus melaporkan keluhan (complaint) anda? Virus. Seperti halnya di tempat lain, virus komputer pun menyebar di Indonesia. Penyebaran umumnya dilakukan dengan menggunakan email. Seringkali orang yang sistem emailnya terkena virus tidak sadar akan hal ini. Virus ini kemudian dikirimkan ke tempat lain melalui emailnya. Kasus virus ini sudah cukup banyak seperti virus Mellisa, I love you, dan SirCam. Untuk orang yang terkena virus, kemungkinan tidak banyak yang dapat kita lakukan. Akan tetapi, bagaimana jika ada orang Indonesia yang membuat virus (seperti kasus di Filipina)? Apakah diperbolehkan membuat virus komputer? Denial of Service (DoS) dan Distributed DoS (DDos) attack. DoS attack merupakan serangan yang bertujuan untuk melumpuhkan target (hang, crash) sehingga dia tidak dapat memberikan layanan. Serangan ini tidak melakukan pencurian, penyadapan, ataupun pemalsuan data. Akan tetapi dengan hilangnya layanan maka target tidak dapat memberikan servis sehingga ada kerugian finansial. Bagaimana status dari DoS attack ini? Bayangkan bila seseorang dapat membuat ATM bank menjadi tidak berfungsi. Akibatnya nasabah bank tidak dapat melakukan transaksi dan bank (serta nasabah) dapat mengalami kerugian finansial. DoS attack dapat ditujukan kepada server (komputer) dan juga dapat ditargetkan kepada jaringan (menghabiskan bandwidth). Tools untuk melakukan hal ini banyak tersebar di Internet. DDoS attack meningkatkan serangan ini dengan melakukannya dari berberapa (puluhan, ratusan, dan bahkan ribuan) komputer secara serentak. Efek yang dihasilkan lebih dahsyat dari DoS attack saja. Kejahatan yang berhubungan dengan nama domain. Nama domain (domain name) digunakan untuk mengidentifikasi perusahaan dan merek dagang. Namun banyak orang yang mencoba menarik keuntungan dengan mendaftarkan domain nama perusahaan orang lain dan kemudian berusaha menjualnya dengan harga yang lebih mahal. Pekerjaan ini mirip dengan calo karcis. Istilah yang sering digunakan adalah cybersquatting. Masalah lain adalah menggunakan nama domain saingan perusahaan untuk merugikan perusahaan lain. (Kasus: mustika-ratu.com) Kejahatan lain yang berhubungan dengan nama domain adalah membuat “domain plesetan”, yaitu domain yang mirip dengan nama domain orang lain. (Seperti kasus klikbca.com) Istilah yang digunakan saat ini adalah typosquatting. IDCERT (Indonesia Computer Emergency Response Team)1. Salah satu cara untuk mempermudah penanganan masalah keamanan adalah dengan membuat sebuah unit untuk melaporkan kasus keamanan. Masalah keamanan ini di luar negeri mulai dikenali dengan munculnya “sendmail worm” (sekitar tahun 1988) yang menghentikan sistem email Internet kala itu. Kemudian dibentuk sebuah Computer Emergency Response Team (CERT) 2. Semenjak itu di negara lain mulai juga dibentuk CERT untuk menjadi point of contact bagi orang untuk melaporkan masalah kemanan. IDCERT merupakan CERT Indonesia. 1 2 Sertifikasi perangkat security. Perangkat yang digunakan untuk menanggulangi keamanan semestinya memiliki peringkat kualitas. Perangkat yang digunakan untuk keperluan pribadi tentunya berbeda dengan perangkat yang digunakan untuk keperluan militer. Namun sampai saat ini belum ada institusi yang menangani masalah evaluasi perangkat keamanan di Indonesia. Di Korea hal ini ditangani oleh Korea Information Security Agency. 2. Contoh Kasus di Luar Negeri Berikut ini adalah beberapa contoh pendekatan terhadap cybercrime (khususnya) dan security (umumnya) di luar negeri. 1. Amerika Serikat memiliki Computer Crime and Intellectual Property Section (CCIPS) of the Criminal Division of the U.S. Departement of Justice. Institusi ini memiliki situs web <http://www.cybercrime.gov> yang memberikan informasi tentang cybercrime. Namun banyak informasi yang masih terfokus kepada computer crime. 2. National Infrastructure Protection Center (NIPC) merupakan sebuah institusi pemerintah Amerika Serikat yang menangani masalah yang berhubungan dengan infrastruktur. Institusi ini mengidentifikasi bagian infrastruktur yang penting (critical) bagi negara (khususnya bagi Amerika Serikat). Situs web: <http://www.nipc.gov>. Internet atau jaringan komputer sudah dianggap sebagai infrastruktur yang perlu mendapat perhatian khusus. Institusi ini memberikan advisory a. The National Information Infrastructure Protection Act of 1996 b. CERT yang memberikan advisory tentang adanya lubang keamanan (Security holes). c. Korea memiliki Korea Information Security Agency yang bertugas untuk melakukan evaluasi perangkat keamanan komputer & Internet, khususnya yang akan digunakan oleh pemerintah. Kebutuhan akan teknologi Jaringan Komputer semakin meningkat. Selain sebagai media penyedia informasi, melalui Internet pula kegiatan komunitas komersial menjadi bagian terbesar, dan terpesat pertumbuhannya serta menembus berbagai batas negara. Bahkan melalui jaringan ini kegiatan pasar di dunia bisa diketahui selama 24 jam. Melalui dunia internet atau disebut juga cyberspace, apapun dapat dilakukan. Segi positif dari dunia maya ini tentu saja menambah trend perkembangan teknologi dunia dengan segala bentuk kreatifitas manusia. Namun dampak negatif pun tidak bisa dihindari. Tatkala pornografi marak di media Internet, masyarakat pun tak bisa berbuat banyak. Seiring dengan perkembangan teknologi Internet, menyebabkan munculnya kejahatan yang disebut dengan "CyberCrime" atau kejahatan melalui jaringan Internet. Munculnya beberapa kasus "CyberCrime" di Indonesia, seperti pencurian kartu kredit, hacking beberapa situs, menyadap transmisi data orang lain, misalnya email, dan memanipulasi data dengan cara menyiapkan perintah yang tidak dikehendaki ke dalam programmer komputer. Sehingga dalam kejahatan komputer dimungkinkan adanya delik formil dan delik materil. Delik formil adalah perbuatan seseorang yang memasuki komputer orang lain tanpa ijin, sedangkan delik materil adalah perbuatan yang menimbulkan akibat kerugian bagi orang lain. Adanya CyberCrime telah menjadi ancaman stabilitas, sehingga pemerintah sulit mengimbangi teknik kejahatan yang dilakukan dengan teknologi komputer, khususnya jaringan internet dan intranet. Bab 10 CYBERLAW SEBAGAI SARANA BAGI PENGEMBANGAN TEKNOLOGI KOMUNIKASI DAN INFORMASI Setelah mepelajari bab ini diharapkan mahasiswa akan mampu memahami dan menjelaskan: 1. Pemanfaatan TI dalam lingkup Negara 2. Hukum sebagai sarana pembangunan masyarakat 3. Pemanfaatan TI yang diatur dengan undang-undang 4. Peranan Cyber Law dalam pemanfaatan TI secara bertanggungjawab. A. Pendahuluan Perkembangan teknologi informasi telah menyentuh berbagai sendi kehidupan manusia. Perkembangan-perkembangan yang terjadi dalam bidang teknologi informasi telah membentuk sebuah tatanan kehidupan manusia dalam hal bersosialisasi dan beraktivitas yang dinamis dan selalu bergerak cepat mengikuti perkembangan global yang sedang terjadi. Pemanfaatan teknologi informasi secara tepat bisa meningkatkan efisiensi dan efektifitas dari berbagai kegiatan yang dilakukan oleh manusia, sehingga sangat membantu proses pencapaian kesejahteraan yang mereka inginkan. Namun demikian pemanfaatan teknologi juga tidak sepenuhnya memberikan nilai yang positif, karena selain bisa memberikan kontribusi positif bagi peningkatan kesejahteraan peradaban manusia, pemanfaatan teknologi informasi juga bisa menjadi sarana efektif untuk melakukan perbuatan melawan hukum. Didasarkan pada pemikiran tersebut, berbagai upaya dalam hal pengaturan dalam UU yang bisa mencegah berbagai dampak negatif akibat dari perbuatan hukum harus segera dilakukan. Di negara Indonesia, pemanfaatan teknologi informasi khususnya pengelolaan informasi dan transaksi elektronik saat ini memiliki peranan penting dalam meningkatkan efisiensi dan efektifitas penyelenggaraan pemerintahan, perdagangan, dan perekonomian nasional. Pemanfaatan Teknologi Informasi cenderung meningkat dalam berbagai bidang seperti: perbankan/e-banking, pelelangan elektronik, transaksi B2B, B2C, dan sebagainya. Sangat disayangkan, berbagai aktifitas yang dilakukan secara elektronik ini belum sepenuhnya dilindungi oleh UU sebagai landasan hukum. Sebagai salah satu entitas bangsa yang ada di dunia, proses globalisasi telah menempatkan Indonesia sebagai bagian dari masyarakat informasi dunia yang berkembang sangat cepat. Untuk itu diperlukan pengaturan tentang pengelolaan informasi dan transaksi elektronik yang juga memperhatikan perkembangan global yang sedang terjadi, sehingga Indonesia dapat mengambil manfaat & peran yang signifikan di dalamnya. B. Pemanfaatan Teknologi Informasi Jika kita lihat, berbagai peraturan perundangan di Indonesia telah berupaya untuk melakukan pengaturan dalam hal pemanfaatan teknologi informasi, hal ini menunjukkan bahwa pemerintah Indonesia selaku penyelenggara negara telah memiliki sensitifitas dalam hal pengaturan penggunaan teknologi informasi. Contoh nyata dari kepedulian pemerintah tersebut dapat kita lihat pada beberapa perangkat perundangan antara lain pada GBHN 1994-2004 dan dalam Program Pembangunan Nasional (Propenas) Dalam arahan Garis-garis Besar Haluan Negara 1999 – 2004 pada Bab IV tentang Arah Kebijakan, sebagaimana tertulis : 1. Meningkatkan pemanfaatan peran komunikasi melalui media massa modern dan media massa tradisional untuk mencerdaskan kehidupan bangsa; memperkukuh persatuan dan kesatuan; membentuk kepribadian bangsa serta mengupayakan kemanan hak pengguna sarana dan prasarana informasi dan komunikasi. 2. Meningkatkan kualitas komunikasi di berbagai bidang melalui penguasaan dan penerapan teknologi informasi dan komunikasi guna memperkuat daya saing bangsa dalam menghadapi tantangan global. 3. Meningkatkan peran pers yang bebas sejalan dengan peningkatan kualitas dan kesejahteraan insan pers agar profesional, berintegritas, dan menjunjung tinggi etika pers, supremasi hukum, serta hak asasi manusia. 4. Membangun jaringan informasi dan komunikasi antara pusat dan daerah serta antar daerah secara timbal balik dalam rangka mendukung pembangunan nasional serta memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa. 5. Memperkuat kelembagaan, sumberdaya manusia, sarana dan prasarana penerangan khususnya di luar negeri dalam rangka memperjuangkan kepentingan nasional di forum internasional. Dalam Program Pembangunan Nasional (PROPENAS) 2000 –2004, menyebutkan bahwa, 1. Komunikasi, informasi dan media massa selain mempunyai peran yg sangat menentukan bagi keberhasilan pembangunan sistem politik demokrasi, juga berkaitan erat dgn upaya mencerdaskan kehidupan bangsa. 2. Dalam pembangunan komunikasi, informasi dan media massa dilaksanakan program pengembangan informasi, komunikasi dan media massa, program peningkatan prasarana penyiaran, informatika dan media massa serta program peningkatan kualitas layanan informasi pembangunan. C. Hukum Sebagai Sarana Pembangunan Masyarakat Sebagai sebuah negara hukum, maka segala aktivitas yang dilakukan oleh negara Indonesia harus dilandasi dan sejalan dengan koridor hukum. Demikian pula sebaliknya, sebagai perangkat acuan, maka hukum di Indonesia harus bisa memberikan koridor yang jelas dan terarah, sehingga berbagai aktifitas yang akan dilakukan oleh negara Indonesia dapat dilakukan secara tertata dengan benar. Sesuai dengan konsepsi hukum sebagai perangkat yang akan memayungi dan mengatur proses pembangunan masyarakat dalam arti seluasluasnya, maka konsekuensi yang harus dihadapi oleh keberadaan hukum, adalah harus selalu bisa beradaptasi dengan berbagai perkembangan yang terjadi. Sehingga dengan demikian, proses pembangunan masyrarakat secara berkesinambungan yang memang menjadi tujuan utama diberlakukannnya hukum di negara ini akan dapat terlaksana dengan baik serta bersifat dinamis mengikuti berbagai perubahan yang terjadi baik dalam skala nasional maupun internasional. D. Perkembangan Teknologi Komunikasi dan Informasi Salah satu perubahan yang fenomenal, yang sedang terjadi saat ini, adalah perubahan yang didorong oleh percepatan perkembangan teknologi informasi. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka komputer sudah memasuki hampir setiap segi kehidupan manusia. Teknologi komputer telah mendapatkan perhatian yang sangat besar dari banyak orang di dunia. Apalagi setelah kemajuan teknologi komputer ini didorong untuk lebih maju oleh teknologi telekomunikasi. Dua buah teknologi yang berpadu ini kemudian memunculkan istilah teknologi informasi. Sebuah teknologi yang dibangun dari perkembangan teknologi di bidang komputer dan juga didorong oleh perkembangan teknologi telekomunikasi. Kemajuan teknologi informasi ini telah mampu mengubah gaya hidup manusia. Dengan kecanggihannya, banyak pekerjaan manusia yang sebelumnya dilakukan secara manual, kini dibantu lebih berkualitas lagi hasilnya dengan teknologi informasi. Munculnya teknologi informasi ini di seluruh bidang hidup manusia sebagai teknologi yang memiliki kemampuan luar biasa, menjadikan masyarakat dunia mulai menggantungkan hidupnya pada sistem komputer, sistem jaringan komputer, maupun pada sistem datanya. Semakin banyak minat orang untuk menggunakan teknologi informasi, baik untuk keperluan perkantoran maupun keperluan rumah tangga mengakibatkan semakin besarnya ketergantungan orang terhadap peralatan canggih tersebut. Teknologi informasi sebagai alat memang terbukti membantu manusia mengelola kehidupannya dengan lebih baik. Negara-negara maju yang ada di dunia berhasil menggunakan teknologi informasi untuk memacu pertumbuhan negara mereka. Mereka yang tidak menggunakan teknologi maju dalam mengelola kehidupannya akan tertinggal di belakang. Dalam bidang produksi misalnya teknologi membantu melipatgandakan hasil produksi berkali lipat. Dalam bidang transportasi, teknologi membantu memecahkan kendala jarak yang membentang antar bangsa. Dalam bidang pertambangan, teknologi mampu membantu pencarian dan pengelolaan bahan-bahan pertambangan. Dalam bidang pertanian teknologi mampu membantu manusia untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas hasil pertanian. Tidak ada satupun bidang hidup manusia yang tidak terbantu dengan penggunaan teknologi. E. Sistem Informasi Dan Teknologi Informasi 1. Definisi Sistem Informasi Sistem Informasi merupakan suatu kumpulan dari komponenkomponen dalam perusahaan atau organisasi yang berhubungan dengan proses penciptaan dan pengaliran informasi. Sistem Informasi yang fleksibel dan bisa beradaptasi merupakan kekuatan utama bagi inovasi bisnis maupun organisasional. Sementara itu sistem yang kaku justru berpotensi menjadi penghalang kemajuan. De Michelis et. al. berargumentasi bahwa untuk bisa menghadapi perubahan secara efektif, perlu adanya adopsi sebuah pendekatan yang bersifat komprehensif. Pendekatan ini bersifat multidisipliner, baik di area teknologi informasi, administrasi bisnis, maupun aspek-aspek sosial yang biasanya menjadi kajian ilmu-ilmu sosiologi dan antropologi. Pada dasarnya perubahan atas sistem informasi tersebut menyentuh tiga sisi perubahan: sistem, kolaborasi kelompok, dan organisasi, yang disebut dengan the three facets of information systems. Sisi Kolaborasi Kelompok biasanya berkaitan dengan para pengguna yang bekerja dengan proses-proses yang sejenis (misalnya menangani order pembelian barang) atau aktivitas-aktivitas yang bersifat ad-hoc (seperti menyusun laporan-laporan). Dalam melakukan kegiatan tersebut, manusia saling mengkoordinasikan aktivitasnya, bersifat adptif terhadap gangguan-gangguan, dan ada proses berlatih melalui diskusi dan kegiatan-kegiatan pembelajaran lainnya. Sifat alami sisi ini adalah fluktuasinya yang tinggi dan sulit diprediksi polanya karena harus berurusan dengan cara manusia dalam berkomunikasi dan memecahkan persoalan. Pada sisi ini, model organisasi bisa dilihat sebagai rujukan dalam bekerja tetapi bisa juga dilihat sebagai pembatas yang terlalu birokratis sehingga menghambat kreatifitas. Sisi Organisasi menempatkan model organisasi sebagai rujukan utama, dan semua implementasi teknologi akan mengacu pada model tersebut. Sifatnya top-down, dengan tujuan organisasi menjadi benchmark apakah sistem informasi bisa memecahkan persoalan yang dihadapi. Implementasi sistem Enterprise Resource Planning (ERP) banyak mengadopsi sudut pandang ini. Tetapi kita masuk kepada penjabaran yang lebih rinci, biasanya pendekatan ini akan terbentur pada sifat alami kolaborasi kelompok yang cenderung fleksibel dan adaptif. Sisi Sistem merupakan sudut pandang dari aspek teknis teknologi informasi. Pada sisi ini sudah berbagai upaya yang dilakukan para ahli dan praktisi teknologi informasi untuk membangun sistem komputer yang lebih fleksibel dan adaptif terhadap perubahan-perubahan kebutuhan dan spesifikasi. Masalahnya kita terbentur pada keperluan kolaborasi kelompok dan mencoba mengadopsi suatu cara kerja, ia akan menjadi cenderung tidak fleksibel lagi (sudah menyesuaikan dengan ‘selera’ kerja tertentu). Ketika bertemu dengan kebutuhan organisasi, ada dilemma bahwa restrukturisasi proses kerja (dan pembuatan teknologi yang mendukung model organisasi baru) merupakan pekerjaan yang memakan biaya besar dan waktu yang lama; sementara itu kebutuhan oraganisasi senantiasa berubah dengan cepatnya. Ketiga sisi tersebut mencerminkan tiga sudut pandang yang saling melengkapi dalam melihat sebah sistem informasi untuk keperluan organisasi. Ada sudut pandang operasional (sebagai pelaksanaan pekerjaan dalam sistem), ada sudut pandang praktis (sebagai sekumpulan pengalaman dalam melaksanakan pekerjaan), dan ada sudut pandang manajerial (untuk memenuhi kinerja organisasi yang diinginkan). Karena itu, idealnya pengembangan sistem informasi harus mempertimbangkan ketiga sisi tersebut. 2. Definisi Teknologi Informasi Teknologi informasi adalah suatu teknologi yang berhubungan dengan pengolahan data menjadi informasi dan proses penyaluran data/informasi tersebut dalam batas-batas ruang dan waktu. Istilah ‘teknologi informasi’ mulai dipergunakan secara luas di pertengahan tahun 80-an. Teknologi ini merupakan pengembangan dari teknologi komputer yang dipadukan dengan teknologi telekomunikasi. Definisi kata ‘informasi’ sendiri secara internasional telah disepakati sebagai ‘hasil dari pengolahan data’ yang secara prinsip memiliki nilai atau value yang lebih dibandingkan dengan data mentah. Komputer merupakan bentuk teknologi informasi pertama (cikal bakal) yang dapat melakukan proses pengolahan data menjadi informasi. Dalam kurun waktu yang kurang lebih sama, kemajuan teknologi telekomunikasi terlihat sedemikian pesatnya, sehingga telah mampu membuat dunia menjadi terasa lebih kecil (mereduksi ruang dan waktu = time and space). Dari sejarah ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan teknologi informasi adalah suatu teknologi yang berhubungan dengan pengolahan data menjadi informasi dan proses penyaluran data/informasi tersebut dalam batas-batas ruang dan waktu. Dengan berpegang pada definisi ini, terlihat bahwa komputer hanya merupakan salah satu produk dalam domain teknologi informasi. Modem, Router, Oracle, SAP, Printer, Multimedia, Cabling System, VSAT, dan lain sebagainya, merupakan contoh dari produk-produk teknologi informasi. Dengan berpegang pada definisi-definisi sederhana di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa ada hubungan yang sangat erat antara ‘sistem informasi’ dan ‘teknologi informasi’. Secara teori, di satu titik ekstrim, suatu sistem informasi yang baik belum tentu harus memiliki komponen teknologi informasi (lihat perusahaan-perusahaan pengrajin kecil dengan omset milyaran); sementara di titik ekstrim yang lain, komputer memegang peranan teramat sangat penting dalam penciptaan produk (perhatikan perusahaan manufakturing Jepang yang mempekerjakan robot untuk seluruh proses perakitan). Jadi, kehandalan suatu sistem informasi dalam perusahaan atau organisasi terletak pada keterkaitan antar komponenkomponen yang ada, sehingga dapat dihasilkan dan dialirkan suatu informasi yang berguna (akurat, terpercaya, detil, cepat, relevan, dsb.) untuk lembaga yang bersangkutan. 3. Tiga Matra Pembentuk Teknologi Informasi Beberapa penulis konsep teknologi informasi mengungkapkan bahwa teknologi informasi disusun oleh tiga buah matra utama teknologi a. Matra Pertama adalah teknologi Komputer (Computing), yang menjadi pendorong utama perkembangan teknologi informasi. b. Matra Kedua adalah teknologi telekomunikasi (Communication), yang menjadi inti proses penyebaran informasi secara massal dan mendunia. c. Matra Ketiga adalah matra muatan informasi (Content) yang menjadi faktor pendorong utama implementasi teknologi dalam seluruh bidang-bidang kegiatan manusia. Kenyataan sejarah dunia mencatat masing-masing matra pembangunan teknologi informasi pada awalnya berkembang saling terpisah. Teknologi komputer berkembang dalam lingkup ilmu matematika dan komputer, cenderung lebih teoritis pada awalnya. Sementara teknologi telekomunikasi berkembang luas dalam dunia bisnis dna ekonomi, menjadi pilar pendukung teknologi transportasi dalam revolusi industri. Awal Perang Dunia II adalah awal munculnya konsep ilmu informasi. Kemenangan dan kekalahan sebuah pasukan di medan Perang Dunia II ditentukan oleh akurasi informasi. Konsep ilmu informasi berkembang pesat setelah itu. Perkembangan ketiga matra pembentuk teknologi informasi inipun mulai konvergen mengikuti konsep ilmu informasi yang semakin matang. F. Empat Pilar Perubahan dalam Teknologi Informasi yaitu: 1. Telekomunikasi Perkembangan teknologi informasi dan konvergensi media komunikasi telah berkembang lebih jauh lagi bukan hanya sekedar layanan Plain Old Telephone System (POTS) melainkan telah beralih menjadi layanan berbasis Teknologi Informasi terutama bagi pengembangan IP Based Telephony, Asynchronous Digital Subscriber Line (ADSL) dan Video Digital Subscriber Line (VDSL) sebagai tulang punggung komunikasi berpita lebar (Broadband). Perkembangan teknologi saat ini sarana catu daya listrik dapat menjadi media telekomunikasi baru dengan menggunakan Power Line Communication (PLC). Hal ini telah menimbulkan potensi kompetisi baru yang mungkin akan membawa pengaruh di masa mendatang terutama pada saat teknologi alternative tersebut telah mencapai tahap yang matang (Mature). 2. Storage Devices Dalam Annual Global Technology Outlook, para peneliti IBM menguji dampak yang berlipat ganda (multiplying) dari trend tersebut. Pertama, peneliti memperhitungkan berapa banyak data yang mungkin di Internet saat ini. Mereka memperkirakan satu petabyte informasi – 10 15 byte – atau ratusan kali dari jumlah informasi di perpustakaan terbesar dunia yaitu the Library of Congress. Kemudian mereka memperhitungkan kemungkinan untuk tahun 2010, ketika kita akan mendapati data menjadi satu zettabyte (10 21 byte) informasi di Internet. Hal tersebut adalah jutaan petabyte – jutaan kali dengan apa yang mungkin saat ini! 3. Desktop Computing Jika dilihat dari sisi penggunaan perangkat keras, telah terjadi pergeseran yang signifikan, dari penggunaan komputer derngan kemampuan dan kapasitas yang besar (misal mainframe) untuk melakukan berbagai aktifitas, menjadi pemanfaatan kemampuan dari sekumpulan komputer dengan kemampuan yang kecil. Fenomena ini dapat terlihat pada pemanfaatan dominasi PC untuk melakukan berbagai aktifitas yang dilakukan secara terintegrasi. 4. Internet Meskipun listrik melewati lebih dari 250 tahun untuk menjadi suatu bahan baku atau bahan pokok bagi teknologi saat ini, Internet hanya membutuhkan 30 tahun untuk berkembang menjadi teknologi yang universal. Diketahui pada akhir 1960-an, Departemen Pertahan Amerika Serikat membiayai penelitian pertama untuk Internet. Sekarang, kita telah mencapai tahap “light bulb” dari evolusi teknologi Internet. Kita mungkin tidak menyadari potensi penuh dari internet sampai hal tersebut menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Ketika kita telah menemui atau tahap pencapaian bahwa Internet akan sereliabel dan sebanyak seperti listrik yang ada dimana-mana dan akan digunakan dengan ratusan cara yang berbeda dan ratusan kali dalam sehari. Ketika kita sampai seperti hal diatas, kita mungkin tidak akan pernah lagi bicara tentang “going on the Internet.” Kita akan menggunakannnya setiap waktu, dengan tanpa menyadarinya. G. Peranan Teknologi Informasi dalam kehidupan manusia Sudah menjadi sifat dasar manusia untuk berusaha memenuhi segala kebutuhan dengan tujuan untuk meningkatkan tingkat kemakmurannya. Pada pertengahan abad 18, salah satu metode yang dianggap efektif untuk memenuhi kemakmuran adalah dengan merebut kemakmuran orang lain. Dengan pemahaman ini, maka pada masa tersebut mulai bermunculan negara-negara petualang yang bertujuan untuk menjajah negara lain untuk mengambil kemakmuran negara jajahan. Namun sejalan dengan waktu dan didukung oleh pengetahuan yang dimiliki manusia, pencarian kemakmuran dengan menjajah negara lain sudah tidak sesuai dan tidak bisa dilakukan lagi, karena manusia sudah mulai melontarkan isu-isu kesetaraan kehidupan, emansipasi, kebersamaan, dan sebagainya. Hal tersebut memaksa manusia untuk berusaha melakukan eksplorasi ke wilayah-wilayah yang belum tersentuh manusia, sehingga timbullah gagasan-gagasan untuk melakukan eksplorasi ke bulan maupun ke planet mars. Salah satu fenomena yang menarik, jika dihubungkan dengan sifat dasar manusia dalam hal pencarian kemakmuran dewasa ini, adalah sebuah keadaan dimana terjadi pergeseran pencarian kemakmuran dilakukan oleh manusia ke sebuah daerah yang bersifat maya (cyber dimension). Hal ini dapat kita lihat pada keberadaan Internet yang saat ini sangat mempengaruhi berbagai sektor kehidupan manusia. Pengaruh Internet dalam kehidupan manusia saat ini sudah dirasakan sangat meluas dan tidak bisa dipisahkan dari diri manusia itu sendiri. Di dalam Internet, berjuta-juta manusia saling melakukan interkasi satu sama lain, saling melakukan transaksi, saling berkomunikasi, serta melakukan berbagai aktifitas lainnya. Sehingga dapat dianalaogikan bahwa dalam dunia Internet, yang bersifat abstrak tersebut, berjuta umat manusia berkumpul dan bergabung seolah-olah membentuk sebuah dunia tersendiri yang nyata tetapi tidak bisa dilihat secara harfiah oleh panca indra manusia (cyber wolrd). Besarnya komunitas yang terdapat pada cyber wolrd tersebut tentunya akan memberikan potensi yang sangat besar pula dalam kepada manusia untuk mencari berbagai kebutuhannya di sana. Ditambah lagi dalam dunia maya ini mempunyai karakteristik yang tidak dibatasi oleh batasan-batasan waktu dan jarak (Borderless Dimension), maka potensi untuk mendapatkan apa saja di dalam dunia ini dapat dilakukan dengan lebih mudah karena tanpa harus menghiraukan batasan-batasan tersebut. Pertemuan antara besarnya kebutuhan manusia, ketiadaan batasan fisik, serta besarnya potensi yang terdapat pada dunia maya, telah membentuk sebuah dunia yang dianalogikan oleh Kenichi Ohmae sebagai sebuah benua baru yang tidak terlihat (Invisible Continent). Kalau pada abad 18 manusia berusaha meningkatkan kemakmuran dengan cara melakukan eksplorasi dan menaklukkan 5 benua di dunia ini, maka pada saat ini, Kenichi Ohmae menggambarkan bahwa terdapat kecenderungan manusia untuk mencari kemakmuran dengan memanfaatkan potensi yang ada pada benua maya (Invisible Continent) tersebut. Kondisi masyarakat yang saat ini sedang terkena demam penggunaan segala sesuatu yang berbau teknologi informasi juga merupakan suatu fenomena tersendiri. Hal ini disebabkan oleh begitu pesatnya perkembangan teknologi di bidang telekomunikasi, media penyiaran dan informatika. Berbagai bidang kehidupan akhirnya tanpa ampun dirambah oleh kemajuan teknologi komunikasi dan informatika tersebut. Perkembangan teknologi komunikasi massa yang menekankan pada komunikasi antar individu manusia secara langsung, seperti halnya pada penggunaan telepon, mengalami kemajuan yang sangat berarti dengan dikenal dan digunakannya telepon bergerak atau yang lebih dikenal dengan ‘cellular phone’. Dalam perkembangan dunia informatika, kemudian juga dikenal internet sebagai salah satu media untuk berkomunikasi. Seperti telah disinggung diatas, Internet bukan merupakan objek yang kasat mata yang dapat disentuh dan dapat dirasakan. Internet merupakan lapisan kompleksitas teknologi dan jasa yang perlahan-lahan bergabung membentuk sesuatu yang dapat dinikmati oleh semua orang. 3 Internet (merupakan) jaringan komputer terbesar di dunia yang menghubungkan jutaan manusia, tumbuh secara eksponensial.4 Jaringan yang terhubung ini menjadi antar jaringan (Internetwork) karena memiliki faktor penggabung yang sama yang memungkinkan berbagai jaringan untuk bekerja sama. Dalam kemajuan pola pikir manusia, penggunaan internet mulai memasuki babak selanjutnya, kemudian dikenal apa yang disebut sebagai perdagangan melalui media elektronik (electronic commerce). Terjadinya transaksi perdagangan barang maupun jasa melalui media internet kemudian menjadi trend yang berkembang dengan pesat. Dengan adanya perdagangan yang menggunakan media internet, waktu dan tempat bukan merupakan penghalang bagi para pelaku ekonomi untuk melakukan transaksi. Para pelaku perdagangan tersebut tidak perlu mengadakan pertemuan untuk melaksanakan transaksi. Sistem perdagangan yang berjalan pun pada akhirnya juga berubah mengikuti perkembangan tersebut, dimana sistem perdagangan berubah menjadi sistem on line shopping, dimana pembeli yang membutuhkan barang dapat mengakses internet yang dipunyainya untuk mencari dan membeli apa yang dibutuhkan tanpa harus langsung mendatangi toko yang menyediakan barang kebutuhan pembeli tersebut. 3 4 Dalam era globalisasi, efisiensi dalam berbagai bidang kehidupan merupakan hal yang mutlak untuk dilakukan untuk mencapai tingkat perekonomian yang lebih baik dan lebih kompetitif. Kita akan tertinggal jauh dan tidak akan dapat bersaing dalam dunia usaha yang bergerak sangat cepat, apabila kita tidak dapat dengan cepat mengikuti dan mengaplikasikan perkembangan bidang perdagangan yang memanfaatkan kemajuan di bidang teknologi informasi. Perdagangan melalui media internet yang sering disebut oleh masyarakat ekonomi dunia sebagai e-commerce, telah terbukti dapat meningkatkan efisiensi daya kerja dan menumbuhkan aktivitas bisnis baru yang merangsang tingkat pertumbuhan bidang perekonomian. Internet merupakan jaringan global yang menghubungkan banyak jaringan komputer dengan menggunakan global internet backbones. Setiap jaringan tersebut bersifat independen dan terdiri dari komputer-komputer yang saling berhubungan. Jaringan yang saling berhubungan dan terkait tersebut membentuk internet backbone. Setiap orang dapat mengakses Internet melalui Internet Service Provider (ISP) atau penyelenggara jasa Internet. Information and Communication Technology (ICT) telah merevolusi cara hidup kita, baik terhadap cara berkomunikasi, cara belajar, cara bekerja, cara berbisnis, dan lain sebagainya. Era informasi memberikan ruang lingkup yang sangat besar untuk mengorganisasikan segala kegiatan melalui cara baru, innovative, instan, transparan, akurat, tepat waktu, garbage in – garbage out dan lebih baik serta dapat memberikan kenyamanan. Bab 11 ACUAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI DI INDONESIA Setelah mempelajari bab ini maka mahasiswa diharapkan mampu memahami dan menjelaskan : 1. Pemanfaatan TI dalam pembangunan Negara 2. Landasan Hukum pemanfaatan TI 3. Sejarah pengembangan TI di Indonesia 4. Konsep dasar dan penyelenggaraan Sisfonas A. Pendahuluan Dalam rangka pengelolaan negara, pengambilan keputusan secara tepat sangat dibutuhkan untuk memberikan kepastian langkah dalam menjalankan roda pemerintahan. Untuk mencapai suatu keputusan yang tepat dibutuhkan informasi yang tepat pula, selain itu informasi yang disajikan juga harus memiliki tingkat kehandalan, kecepatan dan keakuratan yang tinggi. Dengan perkembangan situasi yang saat ini tengah dihadapi oleh pemerintah baik ditingkat pusat maupun daerah maka ketepatan dalam pengambilan keputusan akan menjadi hal yang sangat strategis guna menghadapi setiap tantangan yang dihadapi dalam rangka pengelolaan negara. Untuk itu dibutuhkan layanan informasi pemerintahan yang dapat dengan secara cepat, tepat, akurat, aman dan handal memberikan setiap informasi yang dibutuhkan dalam rangka pengambilan keputusan. Setiap fungsi manajemen dalam pemerintahan menyangkut perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pelaksanaan dan pengendalian membutuhkan informasi yang sesuai dengan fungsi yang diemban oleh setiap instansi maupun lembaga pemerintah baik ditingkat pusat maupun daerah. Sistem informasi manajemen pemerintahan yang baik dan handal haruslah merupakan suatu sistem informasi yang terintegrasi dari semua bidang pemerintahan dan merupakan hasil analisa yang bersifat ikhtisaran dari data-data yang berasal dari sumber yang terpadu. Seiring dengan perkembangan teknologi di bidang sistem informasi, penyajian informasi dibidang pemerintahan pun telah dapat dilakukan secara elektronis. Saat ini telah beragam aplikasi diterapkan guna mengolah setiap data yang berkaitan dengan masalah pemerintahan sehingga menjadi informasi yang dapat dijadikan sebagai bahan pengambilan keputusan. Penerapan aplikasi dilakukan pada tingkat pusat dan daerah dengan beragam bidang dan wewenang. Namun pengembangan aplikasi dibidang pemerintahan dilakukan secara sporadis, hal ini membawa akibat terbentuknya sistem-sistem yang berdiri secara sendiri-sendiri. telah membentuk suatu kepulauan sistem informasi yang terpisah-pisah dan berdiri sendiri. Dimana masing-masing pulau sistem memiliki struktur data, bisnis proses dan teknologi yang berbeda diantara satu dengan lainnya. Hal ini membawa dampak tidak terintegrasinya sistem informasi pemerintahan dan mengakibatkan terjadinya duplikasi dan redudansi data. Dimana akan membawa akibat menjadi tidak efektif dan efisiennya sistem informasi yang dimiliki oleh pemerintah dan berkurangnya efektifitas informasi yang dihasilkan juga tentunya akan mengurangi manfaat yang dibutuhkan dalam rangka pengambilan keputusan. Dengan terbentuknya konfigurasi sistem informasi yang tidak berada dalam satu konteks sistem informasi terintegrasi mengakibatkan terputusnya mata rantai pengelolaan data dan informasi dalam arus informasi pemerintahan sehingga mengakibatkan informasi yang dihasilkan tidak sebagaimana yang diharapkan. B. Pemanfaatan Teknologi Informasi dalam Lingkup Negara Suatu fenomena yang saat ini tengah berkembang adalah pengembangan konsep e-Government dan e-Business, fenomena ini telah mendorong beberapa instansi dan lembaga baik ditingkat pusat maupun daerah untuk mengembangkan sistem informasi mereka sehingga dapat diimplementasikan dalam konsep e-Government. Berbicara tentang eGovernment, bukan sekedar hanya menambah huruf “e” di depan kata government. e-Government tidak sama dengan komputerisasi, tidak identik dengan pembelian software yang banyak, juga tidak dapat diukur dengan bayaknya jumlah dana yang dianggarkan untuk infrastruktur dan implementasinya. Hal itu timbul akibat tidak adanya suatu konsep yang jelas mengenai apa yang dimaksud dengan e-Government. Kesemua permasalahan tersebut terjadi sebagai akibat belum adanya suatu acuan pengembangan (guidelines) yang bersifat komprehensif dan mencakup integrasi serta interaksi seluruh sistem yang dibutuhkan oleh pemerintah baik ditingkat pusat maupun daerah. Acuan pengembangan tersebut dibutuhkan oleh seluruh instansi maupun lembaga pemerintah ditingkat pusat dan daerah untuk dapat membangun rancang bangun cetak biru sistem informasi yang dapat berinteraksi dengan instansi maupun lembaga lain yang terkait dengan struktur data yang berada dalam kewenangan instansi yang bersangkutan. Kementerian Komunikasi dan Informasi diharapkan mampu untuk menjadi motivator, inisiator dan koordinator dalam rangka pengembangan konsep Sistem Informasi Nasional (SISFONAS). Konsep tersebut akan menjadi acuan pengembangan utama yang mendasari setiap rancang bangun sistem informasi yang ada pada instansi dan lembaga pemerintah, baik di tingkat pusat maupun daerah. Disamping itu Kementerian Komunikasi dan Informasi juga memiliki fungsi sebagai pintu gerbang informasi nasional dalam rangka tugas utamanya sebagai Country Information Office (CIO), untuk mencapai keberhasilan sebagaimana yang diharapkan sebagai CIO pemerintah, integrasi sistem informasi yang bersifat nasional menjadi hal yang mutlak diperlukan. Konsep pengembangan Sistem Informasi Nasional tidak saja menyangkut infrastruktur jaringan sebagai sarana komunikasi data dan aksesibilitas informasi tetapi juga menyangkut infostruktur (content) yang menyangkut struktur data dan proses bisnis sistem informasi sebagai landasan bagi aplikasi sistem informasi pemerintah. Permasalahan jaringan Infrastruktur yang dihadapi tidak semata-mata menyangkut masalah teknis fisik semata, tetapi juga mencakup masalah kepemimpinan, sumberdaya manusia, regulasi dan faktor-faktor prosedural seperti keamanan, kewenangan pengelolaan data (propietary) dan cetak biru arsitektur sistem yang belum dimiliki oleh setiap instansi maupun lembaga pemerintahan. C. Landasan Hukum Sisfonas Agar dapat memiliki legitimasi sebagai landasan hukum, maka penyusunan konsep Pengembangan Sistem Informasi Nasional harus berlandaskan hukum dan kebijakan, yang antara lain sebagai berikut: 1. Undang- undang dasar 1945 Amandemen ke dua UUD 1945 pada pasal 28 f yang berbunyi “Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah dan menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia”. 2. Garis-garis Besar Haluan Negara Bab IV Arah Kebijakan huruf C Politik angka 4 3. UU No.22 Tahun 1999 ttg Pemerintahan Daerah. Maka kewenangan penyampaian informasi yang berskala local merupakan kewenangan Pemerintah Kabupaten dan Kota serta wilayah Propinsi. Namun demikian, untuk informasi nasional (informasi kebijakan, informasi layanan dan informasi aturan serta berbagai isu utama) yang mempunyai implikasi terhadap pemeliharaan integritas bangsa, perlu disampaikan ke seluruh wilayah tanah air. Oleh karena itu dalam rangka untuk menjaga keutuhan dan integritas bangsa diperlukan ‚katalisasi’ melalui kebijakan komunikasi dan informasi secara nasional. 4. Instruksi Presiden RI No.6 Tahun 2001 tentang Pengembangan dan Pendayagunaan Telematika di Indonesia. 5. PP No.25 Tahun 2000 ttg Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Otonomi Daerah. Bab II. Pasal 2 ayat (4) Kewenangan Pemerintah yang berlaku di berbagai bidang selain kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (3) meliputi: n. penetapan kebijakan sistem informasi nasional. 6. Keppres No.101 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, susunan organisasi dan tata kerja Menteri Negara. Kewenangan Kementerian Kominfo butir 4. Penetapan kebijakan sistem informasi nasional di bidangnya. 7. Keppres No.9 Tahun 2003 tentang Tim Koordinasi Telematika Indonesia, dengan tugas antara lain: a. Memberikan arahan dan masukan dalam perumusan kebijaksanaan nasional di bidang telematika. b. Mendorong optimalisasi pengembangan sumber daya manusia, industri dan pendayagunaan telematika di Indonesia. c. Menumbuhkan dan mendorong partisipasi masyarakat dalam pengembangan serta mengaplikasikan teknologi telematika dalam rangka mempercepat pertumbuhan ekonomi. d. Meningkatkan koordinasi dengan seluruh instansi Pemerintah Pusat/Daerah, BUMN/BUMD, dunia usaha, lembaga profesional, serta masyarakat dalam pemanfaatan dan pengembangan telematika. 8. Inpres No.3 Tahun 2003 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan e-Government 9. Surat arahan dari Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/BAPPENAS Nomor.1544/M.PPN/04/2002 tanggal 18 April 2002 perihal Koordinasi Rencana Pengembangan Teknologi Informasi Nasional. Hal utama yang patut mendapatkan perhatian adalah pentingnya koordinasi guna menjamin kesinambungan dan keterpaduan kebijakan, rencana dan program, memaksimumkan sumberdaya yang ada serta menghindari terjadinya duplikasi dan tumpang tindih. D. Sejarah Pengembangan Kerangka Konseptual SISFONAS ini merupakan kelanjutan serta pengkayaan dari berbagai konsep yang telah disusun sebelumnya secara partial, sehingga boleh dikatakan suatu konsep yang bersifat komprehensif karena mendasari pada berbagai konsep pendahulunya, seperti: 1. Sistem Manajemen Informasi Nasional yang disusun oleh Lemhanas tahun 1989; 2. Kerangka Konseptual Nusantara-21 yang disusun Yayasan Lembaga Telekomunikasi Indonesia, Mei 1998; 3. Kerangka Teknologi Informasi Nasional yang disusun oleh Tim Koordinasi Telematika Indonesia bekerjasama dengan Bappenas, Februari 2001; 4. e-Government Online in Indonesia oleh Kementerian Komunikasi dan Informasi melalui Information Infrastructure Development Project (IIDP) Bank Dunia, Februari 2002. E. Konsepsi Dasar Sisfonas Definisi SISFONAS adalah sebagai upaya “Pengelolaan Sistem Informasi di seluruh tingkat Pemerintahan dalam rangka penyelenggaraan Pelayanan yang efektif dan efisien kepada Masyarakat“ dimana pengelolaan dalam arti kata dimaksud memiliki batasan sebagai berikut: 1. Batasan pengelolaan adalah menyangkut integrasi sistem informasi antar lembaga baik pusat maupun daerah; 2. Pengelolaan menyangkut struktur data primer dan derivative yang menjadi data bersama yang dapat dimanfaatkan oleh setiap instansi baik bersifat unilateral maupun multilateral; 3. Pengelolaan sistem tidak akan menyentuh sistem didalam intra lembaga suatu instansi; 4. Pengelolaan sistem berarti memberikan dukungan teknis kepada setiap instansi melalui lembaga internal instansi yang ditunjuk oleh setiap lembaga untuk bertindak sebagai Chief Information Officer; 5. Dukungan teknis dimaksud berupa: a. Paduan dan arahan b. Dukungan teknis secara langsung 6. Dukungan teknis dimaksud akan meliputi: a. Pengamanan sistem b. Kendali Jaringan c. Penanggulangan Masalah d. Pemulihan sistem e. Kendali dan audit sistem informasi Kondisi yang diharapkan dapat dicapai dalam pengembangan Sistem Informasi Nasional akan terbagi kedalam beberapa poin yang akan berperan sebagai kata kunci (keyword) dalam penyusunan konsepsi pengembangan SISFONAS. Poin-poin yang dijadikan sebagai kata kunci diantaranya adalah: 1. Integrasi Sistem Integrasi sistem dalam pemahaman ini mencakup seluruh infrastruktur sistem informasi baik jaringan, infostruktur (content) maupun aplikasi. Arti kata integrasi bukan berarti bahwa seluruh sistem menggunakan platform yang sama, melainkan bekerja sama secara simultan dan terintegrasi secara proses bisnis walaupun dengan latar belakang platform yang berbeda. 2. Restrukturisasi Data Nasional Restrukturisasi Data Nasional akan mencakup integrasi struktur data yang selama ini menjadi hak milik (propietary) dari masing-masing lembaga agar dapat dipergunakan secara bersama-sama dalam batas kewenangan tertentu dan sekaligus menetapkan data-data primer yang bersifat nasional dan akan menjadi data kunci bagi instansi lain yang membutuhkan data serupa. 3. Pemanfaatan Teknologi Komunikasi dan Informasi Perkembangan serta perubahan teknologi komunikasi dan informasi yang sedemikian cepat harus dapat selalu diantisipasi oleh Sistem Informasi Nasional. Seiring dengan hal itu sistem yang dibangun harus selalu mampu beradaptasi atau minimal berintegrasi dengan teknologi terbaru yang lahir hampir setiap hari. 4. Aksesibilitas yang Tinggi Secanggih apapun teknologi yang diterapkan, tidak akan berarti apa-apa bilamana hanya dapat diakses oleh sebagian kecil masyarakat. Untuk itu peranan badan usaha pemerintah dan swasta untuk menyebarluaskan akses informasi guna membuka akses yang selebar-lebarnya kepada masyarakat untuk mendapatkan informasi dan dapat saling berkomunikasi, ini sangat diperlukan!. Aksesibilitas yang tinggi tidak hanya menyangkut teknologi dan lebar pita saluran (Bandwith), tetapi juga harus meliputi biaya yang terjangkau oleh setiap komunitas agar terjadi pemerataan akses hampir diseluruh wilayah Indonesia. 5. Infrastruktur Informasi dan Komunikasi yang lebih baik (Digital Divide) Dalam konteks suatu Sistem Informasi Nasional, perlu didukung oleh ketersediaan perangkat sistem yang memadai dan mencakup wilayah yang luas. Ini menjadi suatu permasalahan yang harus dipecahkan bersama mengingat bahwa Indonesia dengan kesenjangan digital (digital divide) yang besar, membutuhkan upaya yang tidak sedikit guna mengurangi digital divide yang ada. Diharapkan di masa mendatang populasi perangkat komputer sebagai sarana akses informasi akan meningkat secara tajam disamping teledensitas yang terus ditingkatkan untuk menjangkau hingga pedesaan-pedesaan. 6. Legitimasi dan Dukungan Politik Keberhasilan penerapan Sistem Informasi Nasional akan sangat bergantung kepada dukungan yang kuat baik dari sisi hukum maupun politik. Dukungan tersebut akan menjadi landasan kerja yang vital sebagai dasar untuk menggerakkan seluruh komponen yang terkait dan sekaligus mencegah adanya benturan kepentingan yang seringkali mengakibatkan kegagalan dalam pengembangan sistem. Kondisi-kondisi ideal sebagaimana di jelaskan dalam poin-poin diatas akan meningkatkan moralitas dan motivasi seluruh pihak yang terkait dengan pengembangan komunikasi dan informasi di Indonesia. Kata-kata kunci diatas juga akan menjadi utopia yang ingin dicapai dalam rangka pengembangan SISFONAS. Kerangka konsep sistem informasi nasional akan digambarkan dalam bentuk suatu gambaran rancang bangun (Building Block) guna memvisualisasikan konsep pemikiran yang terkandung dalam SISFONAS agar mudah untuk dimengerti dan digambarkan. Pengambaran secara visual juga akan sangat membantu dalam menyusun cetak biru dan solusi pentahapan yang sesuai sebagaimana diharapkan dalam kerangka konseptual SISFONAS. Adapun gambaran umum SISFONAS sebagai suatu kerangka konseptual dapat diuraikan dalam gambar sebagaimana dijelaskan berikut ini: Gambar 2 Kerangka Konseptual Sistem Informasi Nasional SISFONAS i-Teknikal Isu2 Pokok Suprastruktur Leadership Regulasi SDM Arsitektur Aplikasi e-Gov Simpul Informasi Nasional Infostruktur Infrastruktur Jaringan Mgm SI G2C G2B G2G/E Lembaga teknis Restrukturisasi Proses Bisnis i-Fundamental UML-metodology (UMM) Unified Modeling Language Berdasarkan kepada penggambaran sebagaimana disajikan dalam ilustrasi jelas terlihat bahwa SISFONAS akan mencakup seluruh aspek dalam sistem informasi pemerintahan yang terintegrasi secara nasional, aspek-aspek yang tercakup dalam SISFONAS akan melingkupi baik aspek teknis maupun aspek non teknis. Landasan SISFONAS disusun dari adanya kebutuhan masyarakat akan informasi yang transparan, inisiatif dari pemerintah untuk memperbaikan system informasi nasional yang ada, serta keinginan untuk memberikan layanan kepada masyarakat, sehingga mencapai Good Governance, kemudian idealisme tersebut akan dituangkan dalam Suprastruktur atau i-fundamental yang meliputi Kepemimpinan, Regulasi dan Sumber Daya Manusia sebagai landasan utama pengembangan sistem informasi nasional. Setelah Suprastruktur terbentuk disusunlah upaya pengelolaan dan pengendalian sesuai dengan fungsi-fungsi manajemen yang akan mendasari pelaksanaan pengembangan dan operasionalisasi Sistem Informasi Nasional beserta lembaga pendukung teknis yang akan memberikan dukungan bagi pelaksanaan SISFONAS. Setelah seluruh landasan berpijak SISFONAS terbentuk maka dimulailah pengembangan infrastruktur teknis yang mencakup alur informasi mulai dari tingkat kabupaten/kota hingga ke tingkat pusat yang pada akhirnya akan berakhir pada Sistem Informasi Kabinet (SISKAB) sebagai aplikasi pendukung pengambilan keputusan eksekutif (Decision Support System). Alur informasi yang berantai mulai dari tingkat kabupaten/kota ini akan membentuk simpul-simpul informasi disetiap tingkat pemerintahan. Pengembangan SISFONAS disetiap tingkatan pemerintahan akan meliputi infrastruktur teknis Sistem Informasi (jaringan, infostruktur dan aplikasi). Dukungan juga diberikan dalam bentuk pengintegrasian proses bisnis yang mencakup aktivitas operasi disetiap instansi maupun lembaga pemerintah yang terkait dalam konteks antar lembaga. Model proses bisnis ini pula yang akan menjadi peletak dasar manajemen perubahan (Change Management) dalam ketata pemerintahan baik ditingkat pusat maupun daerah. Diharapkan proses pentahapan yang telah disusun tersebut dapat terlaksana sesuai dengan harapan. Bahkan pada KTT Masyarakat Informasi (WSIS – World Summit on the Information Society) yang diselenggarakan pada tanggal 10-12 Desember 2003 seluruh negara anggota PBB telah sepakat untuk mencanangkan pada Tahun 2015, rencana-rencana aksi sebagai berikut : 1. Menghubungkan Desa dengan Teknologi Informasi dan Komunikasi (ICT) dan membentuk Community Access Point; 2. Menghubungkan Universitas, Akademi, tingkat SMU dan SMP, tingkat SD dengan Teknologi Informasi dan Komunikasi (ICT); 3. Menghubungkan Pusat Ilmu dan Penelitian dengan Teknologi Informasi dan Komunikasi (ICT); 4. Menghubungkan Perpustakaan Umum, Pusat Kebudayaan, Museum, Kantor Pos dan Kearsipan dengan Teknologi Informasi dan Komunikasi (ICT); 5. Menghubungkan Pusat Kesehatan dan Rumah Sakit dengan Teknologi Informasi dan Komunikasi (ICT); 6. Menghubungkan seluruh instansi pemerintah pusat dan daerah dan membuat website dan alamat e-mail; 7. Mengadopsi seluruh kurikulum sekolah dasar dan menengah dalam menghadapi tantangan masyarakat informasi, harus diperhitungkan pada taraf nasional; 8. Memastikan bahwa seluruh populasi di dunia mempunyai akses untuk pelayanan televisi dan radio; 9. Mendorong pengembangan konten dan menempatkan pada tempatnya kondisi secara teknis dalam rangka memfasilitasi keadaan terkini dan penggunaan semua bahasa di dunia di Internet; 10. Memastikan bahwa lebih dari setengah penduduk dunia mempunyai akses dengan Teknologi Informasi dan Komunikasi (ICT). Seluruh rencana aksi tersebut, harus dituangkan dalam program ”e- National Strategy” yang merupakan kerjabersama antara Pihak Pemerintah, Swasta dan Civil Society, dan akan disampaikan pada KTT Masyarakat Informasi berikutnya di Tunisia pada Tahun 2005. F. Kesiapan Cyberlaw di Indonesia dan Berbagai Negara Seperti telah dipaparkan diatas, bagaimana besarnya penetrasi dari sebuah teknologi informasi ditinjau dari sudut pandang pemanfaatan, penggunaan serta implementasi di masyarakat. Dalam bidang transaksi saja misalnya, saat ini Teknologi Informasi telah merambah bidang transaksi elektronik. Kegiatan bisnis yang berbasis transaksi elektronik misalnya, saat sudah menjadi sebuah kebiasaan baru. Layanan perbankan melalui ATM, transaksi bisnis melalui Handphone, pengiriman uang melalui jasa mobilebanking, transfer uang melalui internet banking sudah menjadi sebuah kebiasaan baru di dunia bahkan di Indonesia saat ini layanan seperti ini juga sudah menjadi kebiasaan bahkan budaya baru. Selain bidang transaksi elektronik tersebut, Teknologi Informasi juga sudah merambah aktivitas jual beli, perdagangan, kontrak bisnis, pendidikan elektronik, aktivitas pemerintahan di bidang perpajakan, kegiatan ekspor dan import, lelang elektronik (e-auction), dan sebagainya. Masing-masing kegiatan tersebut saat ini menjadi aktivitas elektronik yang biasa dilakukan oleh masyarakat. Kebiasaan yang dilakukan oleh anggota masyarakat di dalam dunia maya (cyberspace) ini menyebar sangat luas dan diterima sebagai sebuah praktek kegiatan biasa yang bahkan menjadi sebuah trade mark budaya baru. Tidak ada lagi yang mempertanyakan seberapa jauh resiko kerugian yang mungkin diakibatkan oleh aktivitas elektronik ini. Sementara itu dari sisi aspek hukum ternyata percepatan perkembangan hukum belum bisa mengikuti percepatan perkembangan implementasi teknologi. Kondisi ini bisa menimbulkan kesenjangan hukum pada berbagai aktivitas yang terjadi di dalam dunia maya (cyberspace). Dalam beberapa momentum kondisi kelowongan hukum ini bisa menimbulkan ketidakpastian hukum yang tinggi dalam masyarakat dan bahkan bisa berubah menjadi kondisi yang membahayakan atau merugikan. Jika hal ini terjadi maka masyarakat sebagai konsumen yang akan dirugikan berjumlah tidak kecil. Apalagi setelah Indonesia mampu mengimplementasikan WSIS (World Summit on the Information Society) dimana diharapkan pada tahun 2015, 50% dari penduduk Indonesia sudah mampu memanfaatkan Internet dan bahkan seluruh desa sudah tertampung ICT. Dalam menyikapi urgensi dan pentingnya akan undang-undang yang mencakup semua kegiatan yang berkaitan dengan dunia maya (cyberspace), maka pemerintah Indonesia telah mulai menyiapkan Rancangan Undangundang Cyberlaw Indonesia sejak dua tahun lalu, yaitu, Rancangan Undangundang tentang Pemanfaatan Teknologi Informasi (RUU PTI) yang disusun oleh departemen perhubungan yang bekerjasama dengan Universitas Padjajaran dan ITB dan Rancangan Undang-undang tentang Informasi Elektronik dan Transaksi Elektronik (RUU IETE) yang disusun oleh Departemen Perindustrian dan Perdagangan bekerjasama dengan Universitas Indonesia. Kedua rancangan undang-undang tersebut telah disampaikan oleh Menteri Perhubungan dan Menteri Indag kepada Presiden tahun 2002 yang lalu. Selanjutnya untuk menyelesaikan pembahasan ke dua RUU tersebut, Sekretaris Kabinet mengundang Kementrian Komunikasi dan Informasi, Departemen Perhubungan, dan Deperindag dalam suatu rapat koordinasi, maka pada 14 Januari 2003 diputuskan agar kedua RUU tersbut diselaraskan menjadi satu RUU saja serta sesuai arahan Presiden dan rapat menunjuk Kementrian Komunikasi dan Informasi menjadi koordinator dalam penyelarasan kedua RUU tersebut. Dalam proses penyelarasan kedua RUU tersebut diharapkan agar menampung aspirasi dari komunitas ICT (Information and Communication Technology) dan masyarakat, termasuk didalamnya pelaku usaha yang memanfaatkan ICT.5 Diharapkan dengan ditetapkannya RUU tentang ITE yang sangat dinantikan mesyarakat luas menjadi UU akan dapat memberikan landasan hukum yang kokoh, jaminan dan kepastian hukum bagi rangkaian aktivitas masyarakat yang terkait dengan pemanfaatan teknologi informasi khususnya penyelenggaraan jasa informasi dan transaksi elektronik. Kepastian hukum dan stabilitas diperlukan bagi transaksi perdagangan internasional yang didalamnya terdapat salah satu unsur penting yaitu 5 kepercayaan. Sebagai pemelihara ketertiban dan keamanan, Pemerintah wajib menciptakan ketertiban hukum dan mencegah terjadinya kekacauan dalam masalah perdagangan secara umum. Mereka juga harus membuat rasa aman bagi masyarakat, terutama para pengguna jasa internet serta mereka yang mengadakan jual beli melalui media elektronik tersebut, termasuk untuk memperoleh, mengolah dan menyebarluaskan informasi. Dalam hal ini penyebarluasan informasi hukum secara efektif dan efisien seharusnya memanfaatkan kemampuan dari teknologi informasi dan komunikasi tersebut. Jika ditinjau dari kerangka konseptual SISFONAS, maka undangundang Cyberlaw harus bisa memberikan perlindungan di setiap komponen yang tertuang dalam kerangka konseptual tersebut, baik di tingkatan infrastruktur jaringan, infrastruktur informasi, maupun infrastruktur aplikasi. Melihat besarnya bidang yang bisa menjadi cakupan dari pemanfaatan teknologi informasi, maka pengaturan berbagai aktifitas di dalamnya pun harus bisa dilakukan secara komprehensif. Dengan demikian undang-undang cyberlaw tidak bisa disiapkan hanya dengan memandang salah satu sektor saja, undang-undang cyberlaw harus merupakan rangkaian (series) dari berbagai undang-undang yang mempunyai fungsi untuk mengatur berbagai aktifitas yang memanfaatkan teknologi informasi. Beberapa pengaturan yang berkaitan dengan pemanfaatan teknologi informasi yang harus ada antara lain berkaitan dengan: ï‚· UU pemanfaatan Teknologi ï‚· UU yang mengatur keberadaan proses transfer dana elektronik ï‚· UU Haki ï‚· UU penyiaran/penyebaran informasi ï‚· Pengaturan penggunaan nama domain ï‚· Digital signature (sudah ada di RUU ITE) ï‚· dll Memang, kalau dilihat dari kesiapan mengenai pengaturan berbagai aktivitas di dunia maya (cyberlaw), negara Indonesia masih tertinggal jika dibandingkan dengan beberapa negara tetangga, mengingat sampai saat ini perangkat perundangan yang khusus mengatur dunia maya (cyberlaw) di Indonesia masih berupa Rancangan Undang Undang (RUU). Beberapa contoh implementasi cyberlaw di berbagai negara dapat dilihat pada lampiran di bagian akhir dari bab ini. Lampiran Beberapa contoh penerapan cyberlaw di beberapa negara di dunia adalah sebagai berikut: ï‚· SINGAPURA a.l: o Electronic Transaction Act o IPR Act o Computer Misuse Act o Broadcasting Authority Act o Public Entertainment Act o Banking Act o Internet Code of Practice o Evidence Act (Amendment) o Unfair Contract Terms Act ï‚· HONGKONG a.l: o Electronic Transaction Ordinance o Anti-Spam Code of Practices o Code of Practices on the Identity Card Number and Other Personal Identifiers o Computer information systems internet secrecy administrative regulations o Personal data (privacy) ordinance o Control of obscene and indecent article ordinance ï‚· MALAYSIA a.l: o Digital Signature Act o Computer Crimes Act o Communications and Multimedia Act o Telemedicine Act o Copyright Amendment Act o Personal Data Protection Legislation (Proposed) o Internal security Act (ISA) o Films censorship Act ï‚· PHILIPPINA a.l: o Electronic Commerce Act o Cyber Promotion Act o Anti-Wiretapping Act ï‚· AUSTRALIA a.l: o Digital Transaction Act o Privacy Act o Crimes Act o Broadcasting Services Amendment (online services) Act ï‚· USA a.l: o Electronic Signatures in Global and National Commerce Act o Uniform Electronic Transaction Act o Uniform Computer Information Transaction Act o Government Paperwork Elimination Act o Electronic Communication Privacy Act o Privacy Protection Act o Fair Credit Reporting Act o Right to Financial Privacy Act o Computer Fraud and Abuse Act o Anti-cyber squatting consumer protection Act o Child online protection Act o Children’s online privacy protection Act o Economic espionage Act o “No Electronic Theft” Act ï‚· UK a.l: o Computer Misuse Act o Defamation Act o Unfair contract terms Act o IPR (Trademarks, Copyright, Design and Patents Act) ï‚· SOUTH KOREA a.l: o Act on the protection of personal information managed by public agencies o Communications privacy act o Electronic commerce basic law o Electronic communications business law o Law on computer network expansion and use promotion o Law on trade administration automation o Law on use and protection of credit card o Telecommunication security protection act o National security law RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR ..…..…TAHUN ….…… TENTANG PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa perkembangan teknologi informasi yang demikian pesat telah menyebabkan perubahan kegiatan kehidupan manusia dalam berbagai bidang yang secara langsung telah mempengaruhi lahirnya bentuk-bentuk perbuatan hukum baru; b. bahwa globalisasi informasi telah menempatkan Indonesia sebagai bagian dari masyarakat informasi dunia sehingga mengharuskan dibentuknya pengaturan pemanfaatan teknologi informasi di tingkat nasional sebagai jawaban atas perkembangan yang terjadi baik di tingkat regional maupun internasional; c. bahwa kegiatan pemanfaatan teknologi informasi perlu terus dikembangkan tanpa mengesampingkan persatuan dan kesatuan nasional dan penegakan hukum secara adil, sehingga pelanggaran-pelanggaran yang berkaitan dengan pemanfaatan teknologi informasi dapat dihindari melalui penerapan keseragaman asas dan peraturan perundang-undangan; d. bahwa pemanfaatan teknologi informasi mempunyai peranan penting dalam meningkatkan perdagangan dan perekonomian nasional dalam rangka menghadapi globalisasi sehingga perlu dilakukan langkah-langkah konkret untuk mengarahkan pemanfaatan teknologi informasi agar benar-benar mendukung pertumbuhan perekonomian nasional untuk mencapai kesejahteraan masyarakat; e. bahwa pemerintah perlu memberikan dukungan terhadap pengembangan teknologi informasi beserta infrastruktur hukum dan pengaturannya sehingga kegiatan pemanfaatan teknologi informasi dapat dilakukan secara aman dengan menekan akibat-akibat negatifnya serendah mungkin; f. bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut pada huruf a, b, c, d, dan e dipandang perlu ditetapkan Undang-undang tentang Pemanfaatan Teknologi Informasi. Mengingat : Pasal 5 ayat (1), Pasal 20 ayat (1) Perubahan kedua UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Pasal 33 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. dengan persetujuan bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA MEMUTUSKAN : Menetapkan : UNDANG-UNDANG TENTANG PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan : 1. Teknologi informasi adalah suatu teknik untuk mengumpulkan, menyiapkan, menyimpan, memproses, mengumumkan, menganalisa, dan menyebarkan informasi. 2. Akses adalah perbuatan memasuki, memberikan instruksi atau melakukan komunikasi dengan fungsi logika, aritmatika, atau memori dari komputer, sistem komputer, atau jaringan komputer. 3. Pengirim adalah seseorang yang mengirim, meneruskan, menyimpan, atau menyalurkan setiap pesan elektronik atau menjadikan setiap pesan elektronik dapat dikirim, disimpan, atau disalurkan kepada orang lain. 4. Penerima adalah seseorang yang menerima atau dimaksudkan untuk menerima data elektronik dari pengirim. 5. Badan usaha adalah perusahaan perseorangan atau perusahaan persekutuan baik yang berbadan hukum maupun tidak berbadan hukum. 6. Tanda tangan digital atau tanda tangan elektronik adalah tanda jati diri yang berfungsi sebagai pengesahan oleh pengguna melalui metode elektronik atau prosedur yang telah ditentukan. 7. Lembaga peran serta masyarakat teknologi informasi adalah lembaga peran serta masyarakat yang dibentuk untuk sarana penyampaian pemikiran dan pandangan yang berkembang dalam masyarakat mengenai pemanfaatan teknologi informasi dan pengaruhnya terhadap kehidupan masyarakat dan kepentingan nasional. 8. Sertifikat tanda tangan digital adalah sertifikat yang dikeluarkan oleh lembaga sertifikasi tanda tangan digital berdasarkan ketentuan yang berlaku. 9. Lembaga Sertifikasi Tanda Tangan Digital adalah lembaga yang diberi kewenangan untuk mengeluarkan sertifikat tanda tangan digital. 10. Sertifikat Keandalan adalah sertifikat yang dikeluarkan oleh Lembaga Sertifikasi Keandalan dan Lembaga Sertifikasi Perbankan berdasarkan ketentuan yang berlaku. 11. Lembaga Sertifikasi Keandalan adalah lembaga yang diberi kewenangan untuk melakukan audit dan mengeluarkan Sertifikat Keandalan atas pelaku usaha berkaitan dengan kegiatan perdagangan eceran yang dilakukan melalui internet. 12. Lembaga Sertifikasi Perbankan adalah lembaga yang diberi kewenangan untuk melakukan audit dan mengeluarkan Sertifikat Keandalan atas Bank yang melakukan usaha di bidang pemanfaatam internet dalam kegiatan perbankan. 13. Komputer adalah setiap alat pemroses data elektronik, magnetik, optikal, atau sistem yang melaksanakan fungsi logika, aritmatika, dan penyimpanan. 14. Perdagangan secara elektronik adalah setiap perdagangan baik barang maupun jasa yang dilakukan melalui jaringan komputer atau media elektronik lainnya. 15. Transaksi elektronik adalah setiap transaksi yang dilakukan melalui jaringan komputer atau media elektronik lainnya. 16. Dokumen elektronik adalah setiap informasi yang dibuat, diteruskan, dikirimkan, diterima, atau disimpan dalam media magnetik, optikal, memori komputer atau media elektronik lainnya. 17. Kontrak elektronik adalah perjanjian yang dimuat dalam dokumen elektronik atau media elektronik lainnya. 18. Sandi akses adalah angka, simbol lainnya atau kombinasi diantaranya yang merupakan kunci untuk dapat mengakses komputer, sistem komputer, jaringan komputer, internet, atau media elektronik lainnya. 19. Nama domain adalah alamat internet dari seseorang, perkumpulan, organisasi, atau badan usaha, yang dapat dilakukan untuk berkomunikasi melalui internet. BAB II ASAS DAN TUJUAN Pasal 2 Kegiatan teknologi informasi harus diselenggarakan berdasarkan asas kemanfaatan dan kemitraan dengan mengutamakan kepentingan nasional, persatuan dan kesatuan, menghormati ketertiban umum, kesusilaan, serta menjunjung tinggi etika. Pasal 3 Pengaturan pemanfaatan teknologi informasi harus dilaksanakan dengan tujuan untuk : a. mendukung persatuan dan kesatuan bangsa serta mencerdaskan kehidupan bangsa sebagai bagian dari masyarakat informasi dunia; b. mendukung perkembangan perdagangan dan perekonomian nasional dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan pertumbuhan ekonomi nasional; c. mendukung efektivitas komunikasi dengan memanfaatkan secara optimal teknologi informasi untuk tercapainya keadilan dan kepastian hukum; d. memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada setiap orang untuk mengembangkan pemikiran dan kemampuannya di bidang teknologi informasi secara bertanggung jawab dalam rangka menghadapi perkembangan teknologi informasi dunia; BAB III PERAN PEMERINTAH DAN MASYARAKAT Pasal 4 (1) Pemerintah mendukung pemanfaatan teknologi informasi dengan melibatkan seluas-luasnya peran serta masyarakat. (2) Dukungan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diarahkan untuk meningkatkan penyelenggaraan teknologi informasi yang meliputi penetapan kebijakan, pengaturan, dan pengawasan serta dilakukan secara menyeluruh dan terpadu dengan memperhatikan pemikiran dan pandangan yang berkembang dalam masyarakat serta perkembangan global. (3) Peran serta masyarakat sebagaimana dimaksud ayat (1) berupa penyampaian pemikiran dan pandangan yang berkembang dalam masyarakat mengenai pemanfaatan teknologi informasi dan pengaruhnya terhadap kehidupan masyarakat dan kepentingan nasional. Pasal 5 (1) Pelaksanaan peran serta masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 dapat diselenggarakan oleh lembaga peran serta masyarakat teknologi informasi yang dibentuk untuk maksud tersebut. (2) Lembaga peran serta masyarakat yang dibentuk memiliki pula fungsi koordinasi, konsultasi dan mediasi. (3) Lembaga sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) keanggotaannya terdiri atas perorangan atau badan usaha yang bergerak di bidang teknologi informasi. (4) Ketentuan mengenai pembentukan lembaga sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) diatur dengan Keputusan Presiden. BAB IV PERDAGANGAN SECARA ELEKTRONIK Pasal 6 (1) Perdagangan yang dilakukan secara elektronik memiliki akibat hukum yang sama dengan perdagangan pada umumnya. (2) Anggota masyarakat berhak untuk mendapatkan informasi yang benar berkaitan dengan syarat-syarat kontrak, produsen dan produk yang ditawarkan melalui media elektronik perundang-undangan yang berlaku. sesuai dengan peraturan (3) Pelaku usaha berkewajiban untuk menjalankan aktivitas usahanya dalam perdagangan secara elektronik dengan jujur dan beritikad baik. Pasal 7 (1) Dalam rangka perlindungan konsumen dapat dilakukan Sertifikasi Keandalan terhadap pelaku usaha yang melakukan perdagangan secara elektronik. (2) Pemerintah atau masyarakat dapat membentuk Lembaga Sertifikasi Keandalan yang fungsinya memberikan sertifikasi terhadap pelaku usaha yang melakukan perdagangan eceran secara elektronik. (3) Ketentuan mengenai pembentukan Lembaga Sertifikasi Keandalan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan Keputusan Presiden. Pasal 8 (1) Dokumen elektronik memiliki kekuatan hukum sebagai alat bukti dan akibat hukum yang sama sebagaimana dokumen tertulis lainnya. (2) Tanda tangan digital atau tanda tangan elektronik dalam sebuah dokumen elektronik memiliki kekuatan hukum dan akibat hukum yang sama dengan tanda tangan pada dokumen tertulis lainnya. (3) Ketentuan mengenai dokumen elektronik dan tanda tangan digital sebagaimana diatur dalam ayat (1) dan ayat (2) tidak berlaku untuk : a. pembuatan dan pelaksanaan surat wasiat; b. surat-surat berharga selain saham yang diperdagangkan di bursa efek; c. perjanjian yang berkaitan dengan transaksi barang tidak bergerak; d. dokumen-dokumen yang berkaitan dengan hak kepemilikan; dan e. dokumen-dokumen lain yang menurut peraturan perundangundangan yang berlaku mengharuskan adanya pengesahan notaris atau pejabat yang berwenang. (4) Ketentuan mengenai tanda tangan digital atau tanda tangan elektronik sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) diatur dengan Peraturan Pemerintah Pasal 9 (1) Para pihak dalam transaksi perdagangan secara elektronik dapat memberikan pengesahan atas suatu dokumen elektronik dengan menyertakan tanda tangan digitalnya yang disahkan oleh Lembaga Sertifikasi Tanda Tangan Digital. (2) Dokumen elektronik dinyatakan sah apabila menggunakan sistem kripto atau sistem pengaman lainnya yang dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan perkembangan teknologi informasi. (3) Fungsi, tugas, dan wewenang Lembaga Sertifikasi Tanda Tangan Digital meliputi penerbitan, pengawasan, dan pengamanan sertifikat tanda tangan digital. (4) Dalam melaksanakan fungsi-fungsi sebagaimana diatur dalam ayat (3), Lembaga Sertifikasi Tanda Tangan Digital dapat menggunakan jasa Lembaga Pendaftaran Sertifikat Digital. (5) Ketentuan mengenai pembentukan Lembaga Sertifikasi Tanda Tangan Digital dan Lembaga Pendaftaran Sertifikat Digital sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) dan ayat (4) diatur dengan Keputusan Presiden. Pasal 10 (1) Transaksi elektronik yang dituangkan dengan kontrak elektronik mengikat dan memiliki kekuatan hukum sebagai suatu perikatan. (2) Para pihak memiliki kewenangan untuk menetapkan hukum yang berlaku bagi transaksi elektronik internasional yang dibuatnya. (3) Apabila para pihak tidak melakukan pilihan hukum dalam transaksi elektronik internasional penetapan hukum yang berlakunya didasarkan pada asas-asas Hukum Perdata Internasional. (4) Dalam transaksi elektronik para pihak berwenang menetapkan forum pengadilan atau arbitrase yang berwenang menangani sengketa yang mungkin timbul dari transaksi tersebut (5) Apabila para pihak tidak melakukan pilihan forum sebagaimana dimaksud dalam ayat (4) penetapan kewenangan pengadilan atau arbitrase didasarkan pada asas-asas Hukum Perdata Internasional Pasal 11 (1) Kecuali ditentukan lain, transaksi secara elektronik terjadi pada saat pesan yang dikirim oleh pengirim diterima oleh penerima dalam suatu sistem informasi tertentu yang ditentukan oleh penerima. (2) Kecuali ditentukan lain, tempat sah diterimanya pesan sebagaimana diatur dalam ayat (1) adalah tempat penerima menerima pesan dimaksud. Pasal 12 Kebiasaan dan praktek perdagangan yang tidak bertentangan dengan ketertiban umum dan peraturan perundang-undangan yang berlaku diakui oleh undang-undang ini. BAB V PEMANFAATAN INTERNET DALAM KEGIATAN PERBANKAN Pasal 13 (1) Jasa perbankan dapat dilaksanakan dengan memanfaatkan teknologi internet. (2) Transaksi perbankan melalui internet memiliki kekuatan hukum yang sama dengan transaksi perbankan pada umumnya. (3) Untuk memberikan perlindungan dan keamanan terhadap nasabah dibentuk Lembaga Sertifikasi Perbankan yang berwenang melakukan audit dan atau memberikan sertifikasi terhadap bank yang memberikan pelayanan jasa melalui internet. (4) Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) diatur dengan Peraturan Gubernur Bank Indonesia. BAB VI PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI DALAM KEGIATAN PEMERINTAHAN Pasal 14 (1) Kegiatan pemerintah di tingkat pusat dan daerah dapat dilaksanakan dengan memanfaatkan teknologi informasi. (2) Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur dengan Peraturan Pemerintah. BAB VII PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI DALAM KEGIATAN PELAYANAN KESEHATAN Pasal 15 (1) Penyelenggaraan jasa pelayanan kesehatan dapat dilaksanakan dengan memanfaatkan teknologi informasi. (2) Untuk memberikan perlindungan dan keamanan terhadap masyarakat dibentuk Lembaga Sertifikasi Pelayanan Kesehatan di bawah koordinasi departemen terkait yang berwenang mengawasi dan memberikan sertifikasi terhadap pusat-pusat pelayanan kesehatan yang memberikan pelayanan jasa kesehatan melalui internet. (3) Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan berdasarkan undang-undang yang mengatur di bidang kesehatan. (4) Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) diatur dengan Peraturan Pemerintah. BAB VII NAMA DOMAIN Pasal 16 (1) Setiap orang atau badan usaha berhak memiliki nama domain. (2) Nama domain tidak boleh bertentangan dengan ketertiban umum, kesusilaan, dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. (3) Pada saat pendaftaran, pemakai nama domain wajib membuat pernyataan bahwa nama domain yang dipakainya tidak bertentangan atau melanggar hak-hak orang lain atau badan usaha milik orang lain. (4) Setiap orang yang dirugikan karena penggunaan nama domain secara tanpa hak oleh orang lain berhak mengajukan gugatan ganti rugi secara perdata. Pasal 17 Nama domain terdaftar tidak boleh bertentangan dengan merek terdaftar, nama badan hukum terdaftar, indikasi geografis atau indikasi asal sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pasal 18 (1) Lembaga pengelola pendaftaran nama domain berwenang mendaftar dan mengelola nama domain. (2) Lembaga pengelola pendaftaran nama domain dapat dibentuk baik oleh masyarakat maupun Pemerintah. (3) Lembaga pengelola pendaftaran nama domain berbentuk badan hukum. (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pengelolaan nama domain diatur dengan Peraturan Pemerintah. BAB IX HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL DAN HAK ATAS INFORMASI RAHASIA DALAM KEGIATAN TEKNOLOGI INFORMASI Pasal 19 Kompilasi data dari sumber lain baik dalam bentuk elektronik atau bentuk lainnya yang pengaturan dan penyusunannya menjadikannya sebagai karya intelektual dilindungi sebagai Hak Kekayaan Intelektual sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pasal 20 Tampilan halaman muka, situs-situs intrnet, dan karya-karya intelektual yang ada di dalamnya dilindungi berdasarkan Hak Cipta dan Hak Kekayaan Intelektual lainnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pasal 21 (1) Pemilik sandi akses berhak atas kerahasiaan sandi akses yang dimilikinya. (2) Informasi-informasi yang berkaitan dengan rahasia dagang yang tersedia dalam jaringan teknologi informasi dilindungi berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. BAB X PERLINDUNGAN TERHADAP HAK-HAK PRIBADI Pasal 22 (1) Setiap orang berhak untuk mendapatkan informasi yang benar melalui media elektronik. (2) Penggunaan setiap informasi melalui media elektronik yang menyangkut data tentang hak-hak pribadi seseorang harus dilakukan atas sepengetahuan dan persetujuan pemilik data tersebut. (3) Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) adalah penggunaan informasi melalui media elektronik yang bersifat umum dan tidak bersifat rahasia. Pasal 23 Pengumpulan data pribadi anak-anak melalui media elektronik harus dilakukan atas persetujuan orang tua atau wali yang bersangkutan. Pasal 24 Kecuali terbukti adanya keterlibatan baik secara langsung maupun tidak langsng, penyedia jasa internet tidak bertanggung jawab baik secara perdata maupun pidana terhadap isi data yang dikirimkan oleh pengirim kepada penerima. BAB XI PERPAJAKAN Pasal 25 Dalam kegiatan perdagangan secara elektronik berlaku peraturan perundang-undangan perpajakan. BAB XII PENYELESAIAN SENGKETA Bagian Pertama Gugatan Perwakilan Pasal 26 (1) Masyarakat dapat melakukan gugatan secara perwakilan terhadap pihak yang melakukan penyalahgunaan di bidang teknologi informasi yang akibatnya dapat merugikan masyarakat. (2) Jika diketahui bahwa masyarakat menderita akibat pemanfaatan teknologi informasi sedemikan rupa yang mempengaruhi prikehidupan pokok masyarakat, maka instansi pemerintah yang bertanggung jawab di bidang pemanfaatan teknologi informasi dapat bertindak untuk kepentingan masyarakat. (3) Hak mengajukan gugatan sebagaimana dimaksud ayat (1) terbatas pada tuntutan untuk hak melakukan tindakan tertentu tanpa adanya tuntutan ganti rugi kecuali baiaya pengeluaran nyata (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai gugatan perwakilan di bidang teknologi informasi diatur dalam Peraturan Pemerintah. Bagian Kedua Gugatan atas Pelanggaran yang Terkait dengan Pemanfaatan Teknologi Informasi Pasal 27 (1) Setiap orang atau badan usaha baik yang berbentuk badan hukum maupun bukan badan hukum dapat mengajukan gugatan terhadap pihak lain yang secara tanpa hak memanfaatkan teknologi informasi yang mengakibatkan kerugian bagi yang bersangkutan. (2) Gugatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diajukan kepada Pengadilan Niaga. Pasal 28 Hakim atas permohonan penggugat dapat menghentikan kegiatan pemanfaatan teknologi informasi yang mengakibatkan kerugian pada pihak lainnya selama dalam proses pemeriksaan untuk mencegah kerugian yang lebih besar. Bagian Ketiga Tata Cara Gugatan atas Pelanggaran Pemanfaatan Teknologi Informasi Pasal 29 (1) Gugatan terhadap adanya pemanfaatan teknologi informasi secara tanpa hak diajukan kepada Pengadilan Niaga dalam wilayah hukum tempat tinggal tergugat. (2) Dalam hal tempat tinggal tergugat tidak diketahui maka berlaku pengecualian terhadap pengajuan gugatan sebagaimana diatur dalam Hukum Acara Perdata. (3) Dalam hal pihak tergugat bertempat tinggal di luar wilayah negara Republik Indonesia maka pemanggilannya dilakukan dengan perantaraan perwakilan negara Republik Indonesia di negara tempat tinggal tergugat. (4) Dalam hal pihak tergugat bertempat tinggal di luar wilayah negara Republik Indonesia gugatan tersebut diajukan kepada Ketua Pengadilan Niaga Jakarta Pusat. (5) Panitera mendaftarkan gugatan tersebut pada tanggal gugatan yang bersangkutan diajukan dan kepada penggugat diberikan tanda terima tertulis yang ditandatangani Panitera dengan tanggal yang sama seperti tanggal pendaftaran gugatan. (6) Panitera menyampaikan gugatan tersebut kepada Ketua Pengadilan dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) hari terhitung sejak gugatan didaftarkan. (7) Pengadilan Niaga mempelajari gugatan dan menetapkan hari sidang terhitung paling lama 3 (tiga) hari sejak tanggal gugatan tersebut didaftarkan. (8) Sidang pemeriksaan atas gugatan tersebut diselenggarakan dalam jangka waktu paling lama 60 (enam puluh) hari setelah gugatan didaftarkan. (9) Juru Sita memanggil para pihak paling lama 7 (tujuh) hari setelah gugatan didaftarkan. (10) Putusan atas gugatan tersebut harus diucapkan paling lama 90 (sembilan puluh) hari setelah gugatan didaftarkan dan dapat diperpanjang paling lama 30 (tiga puluh) hari dengan persetujuan Mahkamah Agung. (11) Setiap putusan atas gugatan harus memuat secara lengkap pertimbangan hukum yang mendasaari putusan tersebut dan harus diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum serta dapat dijalankan terlebih dahulu meskipun terhadap putusan tersebut diajukan upaya hukum. (12) Isi putusan Pengadilan Niaga sebagaimana dimaksud dalam ayat (11) wajib disampaikan oleh juru sita kepada para pihak paling lama 14 (empat belas) hari setelah putusan tersebut diucapkan. Bagian Keempat Upaya Hukum terhadap Putusan Pasal 30 (1) Terhadap putusan Pengadilan Niaga hanya dapat diajukan upaya hukum kasasi kepada Mahkamah Agung. (2) Terhadap putusan Pengadilan Niaga yang telah berkekuatan hukum tetap dapat diajukan peninjauan kembali kepada Mahkamah Agung. (3) Permohonan peninjauan kembali dapat diajukan apabila : a. Terdapat bukti baru yang penting yang apabila diketahui pada tahap persidangan sebelumnya akan menghasilkan putusan yang berbeda; atau b. Pengadilan Niaga yang bersangkutan telah melakukan kesalahan berat dalam penerapan hukum. Pasal 31 (1) Pengajuan permohonan peninjauan kembali berdasarkan alasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 ayat (3) huruf a dilakukan dalam jangka waktu 180 (seratus delapan puluh) hari terhitung sejak tanggal putusan yang dimohonkan peninjauan kembali berkekuatan hukum tetap. (2) Pengajuan permohonan peninjauan kembali berdasarkan alasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 ayat (3) huruf b dilakukan dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal putusan yang dimohonkan peninjauan kembali berkekuatan hukum tetap. (3) Permohonan peninjauan kembali disampaikan kepada panitera Pengadilan Niaga. (4) Panitera Pengadilan Niaga mendaftarkan permohonan peninjauan kembali pada tanggal permohonan diajukan, dan kepada pemohon diberikan tanda terima tertulis yang ditandatangani panitera dengan tanggal yang sama seperti tanggal permohonan didaftarkan. (5) Panitera menyampaikan permohonan peninjauan kembali kepada Panitera Mahkamah Agung dalam jangka waktu 1 (satu) hari terhitung sejak tanggal permohonan didaftarkan. Bagian Kelima Penyelesaian Sengketa di Luar Pengadilan Pasal 32 (1) Selain penyelesaian gugatan perdata sebagaimana dimaksud dalam Bagian Pertama Bab ini para pihak dapat menyelesaikan sengketa yang berkaitan dengan pemanfaatan teknologi informasi melalui arbitrase atau penyelesaian sengketa alternatif. (2) Sengketa perdata dapat diselesaikan oleh para pihak melalui penyelesaian sengketa alternatif berdasarkan itikad baik dengan mengesampingkan penyelesaian secara litigasi di Pengadilan. (3) Penyelesaian sengketa melalui penyelesaian sengketa alternatif sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dilakukan dalam pertemuan langsung oleh para pihak dalam waktu paling lama 14 (empat belas) hari. (4) Hasil kesepakatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) dituangkan dalam suatu kesepakatan tertulis yang ditandatangani para pihak. (5) Apabila penyelesaian sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) tidak terlaksana para pihak dapat menunjuk seorang atau lebih penasehat ahli. (6) Apabila dalam waktu paling lama 14 (empat belas) hari penasehat ahli tidak dapat menyelesaikan sengketa atau tidak berhasil mempertemukan kedua belah pihak maka para pihak dapat menunjuk seorang mediator. (7) Mediator harus telah melaksanakan tugasnya dan memulai upaya mediasi dalam waktu paling lama 7 (tujuh) hari setelah penunjukkan mediator. (8) Usaha penyelesaian sengketa melalui mediator sebagaimana dimaksud dalam ayat (6) dan ayat (7) dilaksanakan dengan memegang teguh kerahasiaan dan harus tercapai kesepakatan dalam bentuk tertulis dan ditandatangani para pihak dalam waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari. (9) Kesepakatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (8) bersifat final dan mengikat dan harus dilaksanakan dengan itikad baik serta didaftarkan di Pengadilan Negeri dalam waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak penandatanganan dan kesepakatan tersebut wajib selesai dilaksanakan dalam waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak pendaftaran. (10) Apabila usaha penyelesaian sengketa alternatif sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) sampai ayat (9) tidak tercapai para pihak berdasarkan kesepakatan tertulis dapat mengajukan sengketanya melalui arbitrase. BAB XIII YURISDIKSI Pasal 33 Undang-undang ini berlaku di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dan untuk setiap orang di luar Indonesia yang melakukan tindak pidana di bidang teknologi informasi yang akibatnya dirasakan di Indonesia. Pasal 34 Pengadilan di Indonesia berwenang mengadili setiap tindak pidana di bidang teknologi informasi yang dilakukan oleh setiap orang, baik di Indonesia maupun di luar Indonesia yang akibatnya dirasakan di Indonesia. BAB XIV PENYIDIKAN Pasal 35 (1) Selain Penyidik Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia, Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Departemen yang lingkup tugas dan tanggung jawabnya di bidang teknologi informasi diberi wewenang khusus sebagai penyidik sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang tentang Hukum Acara Pidana untuk melakukan penyidikan tindak pidana di bidang teknologi informasi. (2) Penyidik Pejabat Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berwenang : a. melakukan pemeriksaan atas kebenaran laporan atau keterangan berkenaan dengan tindak pidana di bidang teknologi informasi; b. melakukan pemeriksaan terhadap orang dan atau badan usaha yang diduga melakukan tindak pidana di bidang teknologi informasi; c. melakukan pemeriksaan alat dan atau sarana yang berkaitan dengan kegiatan teknologi informasi yang diduga digunakan untuk melakukan tindak pidana di bidang teknologi informasi; d. menghentikan penggunaan alat dan atau sarana kegiatan teknologi informasi yang menyimpang dari ketentuan yang berlaku; e. meminta keterangan dan barang bukti sehubungan dengan tindak pidana di bidang teknologi informasi; f. memanggil orang untuk didengar dan atau diperiksa sebagai tersangka atau saksi sehubungan dengan tindak pidana di bidang teknologi informasi; g. melakukan pemeriksaan terhadap tempat tertentu yang diduga digunakan sebagai tempat untuk melakukan tindak pidana di bidang teknologi informasi; h. menyegel dan atau menyita alat dan atau sarana yang digunakan untuk melakukan tindak pidana di bidang teknologi informasi; i. meminta bantuan ahli yang diperlukan dalam penyidikan terhadap tindak pidana di bidang teknologi informasi; j. mengadakan penghentian penyidikan tindak pidana di bidang teknologi informasi. (3) Penyidik Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dalam melaksanakan tugasnya memberitahukan dimulainya penyidikan dan melaporkan hasil penyidikannya kepada Penyidik Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia. (4) Kewenangan penyidikan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan Undang-Undang tentang Hukum Acara Pidana. BAB XV KETENTUAN PIDANA Pasal 36 (1) Setiap orang dengan sengaja dan melawan hukum, dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain menggunakan nama domain yang bertentangan dengan Hak Kekayaan Intelektual milik orang lain dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 1.00.000.000,00 (satu milyar rupiah). (2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) hanya dapat dituntut atas pengaduan dari orang yang terkena tindak pidana. Pasal 37 Setiap orang dengan sengaja dan melawan hukum mengakses data melalui komputer atau media elektronik lainnya dengan atau tanpa merusak sistem pengaman dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah). Pasal 38 (1) Setiap orang dengan sengaja dan melawan hukum, dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain menahan atau mengintersepsi pengiriman data melalui komputer atau media elektronik lainnya dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah). (2) Setiap orang dengan sengaja dan melawan hukum mengintersepsi pengiriman data melalui komputer atau media elektronik lainnya sehingga menghambat komunikasi dalam sistem komputer atau jaringan komputer atau sistem komunikasi lainnya dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah). (3) Apabila tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) ditujukan kepada system komputer atau jaringan komputer atau system komunikasi lainnya milik pemerintah atau yang digunakan untuk kepentingan nasional pidananya ditambah 1/3. Pasal 39 (1) Setiap orang dengan sengaja dan melawan hukum memasukkan, mengubah, menambah, menghapus atau merusak data komputer, program komputer atau data elektronik lainnya dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah). (2) Setiap orang dengan sengaja dan melawan hukum menggunakan, memasukkan, mengubah, menambah, menghapus atau merusak data elektronik yang mengakibatkan timbulnya kerugian ekonomis bagi orang lain dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah). (3) Setiap orang dengan sengaja dan melawan hukum memasukkan, mengubah, menambah, menghapus atau merusak data komputer, program komputer atau data elektronik lainnya yang mengakibatkan terganggunya fungsi sistem komputer atau sistem media elektronik lainnya dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah). Pasal 40 (1) Setiap orang dengan sengaja dan melawan hukum dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain mengambil atau mengakses data kartu kredit atau alat pembayaran elektronik lainnya atau menyimpan data tersebut di luar kewenangannya dalam media komputer atau media elektronik lainnya dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah). (2) Setiap orang dengan sengaja dan melawan hukum dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain menggunakan kartu kredit atau alat pembayaran elektronik lainnya milik orang lain dalam transaksi elektronik dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah). Pasal 41 (1) Setiap orang dengan sengaja dan melawan hukum membuat, menyediakan, mengirimkan, atau mendistribusikan data atau tulisan atau gambar atau rekaman yang isinya melanggar kesusilaan dengan menggunakan komputer atau media elektronik lainnya dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah). (2) Setiap orang dengan sengaja dan melawan hukum melakukan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) yang objeknya adalah anak dipidana dengan pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/ atau denda paling banyak Rp. 2.000.000.000,00 (dua milyar rupiah). (3) Setiap orang dengan sengaja dan melawan hukum menggunakan komputer atau media elektronik lainnya untuk melakukan tindak pidana kesusilaan terhadap anak dipidana dengan pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/ atau denda paling banyak Rp. 2.000.000.000,00 (dua milyar rupiah). BAB XVI KETENTUAN PERALIHAN Pasal 42 Pada saat berlakunya undang-undang ini, semua peraturan perundangundangan dan kelembagaan-kelembagaan yang ada yang berhubungan dengan pemanfaatan teknologi informasi yang tidak bertentangan dengan undang-undang ini dinyatakan tetap berlaku dan diakui. BAB XVII KETENTUAN PENUTUP Pasal 43 Undang-undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan undang-undang ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia. Disahkan di Jakarta Pada tanggal : ………………………… PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Ttd. ………………………. ………………… Diundangkan di Jakarta Pada tanggal ………………………………………. SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA Ttd. ………………………………………………………. LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN….. NOMOR .…… PENJELASAN RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR…. TAHUN …. TENTANG PEMANFAATAAN TEKNOLOGI INFORMASI I. UMUM Hadirnya masyarakat informasi yang diyakini merupakan salah satu agenda penting masyarakat dunia di milenium ketiga, antara lain ditandai dengan pemanfaatan teknologi informasi yang semakin meluas dalam berbagai aktivitas kehidupan manusia, bukan saja di negara-negara maju tetapi juga di negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Fenomena ini pada gilirannya telah menempatkan informasi sebagai komoditas ekonomi yang sangat penting dan menguntungkan. Untuk merespon perkembangan ini di beberapa negara sebagai pioner dalam pemanfaatan internet telah mengubah paradigma ekonominya dari ekonomi yang berbasis manufaktur menjadi ekonomi yang berbasis jasa. Munculnya sejumlah kasus yang cukup fenomenal di dunia internet telah mendorong dan mengukuhkan internet sebagai salah satu institusi dalam arus utama (mainstream) budaya dunia saat ini Eksistensi internet sebagai salah satu institusi dalam arus utama budaya dunia lebih ditegaskan lagi dengan maraknya perniagaan elektronik (e-commerce) yang diprediksikan sebagai “bisnis besar masa depan” (the next big thing). E-commerce ini bukan saja telah menjadi mainstream budaya negara-negara maju tetapi juga telah menjadi model transaksi termasuk Indonesia. Teknologi informasi telah mempermudah duplikasi materi yang dapat dikemas dalam bentuk digital (digitalized products). Contoh materi yang dapat dikemas dalam bentuk digital adalah produk musik, film (video), karya tulis (buku), dan perangkat lunak (software). Teknologi informasi dapat digunakan untuk menggandakan atau membuat copy dari materi tersebut dengan kualitas yang sama dengan aslinya tanpa merusak atau mengurangi sumber aslinya. Pembajakan kaset, CD (baik format aslinya ataupun dalam format MP3 dimana dalam satu CD dapat diisi dengan ratusan lagu), VCD, buku, dan software marak dilakukan diseluruh dunia, meskipun yang menjadi sorotan adalah Asia (termasuk Indonesia di dalamnya). Teknologi untuk memproteksi seperti watermarking, dongle, enkripsi, dan sebagainya telah dicoba untuk dikembangkan. Akan tetapi tampaknya pihak yang melakukan proteksi kalah langkah dengan para pembobol (code breakers). Nama domain yang digunakan sebagai alamat dan identitas di internet juga memiliki permasalahan tersendiri. Penamaan domain memiliki kaitan erat dengan nama perusahaan, produk atau jasa (service) yang dimilikinya. Seringkali produk atau jasa ini didaftarkan sebagai merek dagang atau merek jasa. Dalam hal ini muncul persoalan, apakah nama domain itu tunduk pada rezim hukum merek atau tidak? Masalah nama domain ini cukup pelik dikarenakan di dunia ini ada beberapa pengelola nama domain independen. Ada lebih dari dua ratus pengelola domain yang berbasis territory (yang sering disebut sebagai countri code Top Level Domain atau ccTLD). Sebagai contoh pengelola domain untuk Indonesia (.id) Hal lain yang perlu mendapat perhatian adalah persoalan perizinan. Hal ini menjadi penting untuk diperhatikan karena pada tahap tertentu dapat mengarah kepada munculnya praktek monopoli apabila tidak dilakukan secara benar serta memperhatikan kecepatan perkembangan teknologi informasi. Di Indonesia masalah privacy belum menjadi masalah yang besar. Di luar negeri khususnya di negara-negara maju, privacy telah memperoleh perhatian yang cukup serius. Seringkali kita mengisi suatu formulir yang mensyaratkan pencantuman data pribadi (nama, alamat, tempat/tanggal lahir, agama, dan sebagainya) tanpa informasi yang jelas mengenai penggunaan data ini. Mengingat e-commerce beroperasi secara lintas batas, maka privacy policy dapat menjadi salah satu kendala perdagangan antar negara. Jika pelaku bisnis di Indonesia tidak menerapkan privacy policy, maka mitra bisnis di luar negeri tidak akan bersedia melakukan melakukan transaksi binis tersebut. Mereka berkewajiban menjaga privacy dari konsumen atau mitra mereka. Masalah lain yang berkaitan, akan tetapi mungkin memiliki sudut pandang yang berbeda adalah masalah kerahasiaan atau rahasia dagang. Internet merupakan salah satu produk gabungan teknologi komputer dan telekomunikasi yang sukses. Internet yang pada awalnya ditujukan untuk kepentingan militer saat ini telah digunakan sebagai media untuk melakukan bisnis dan kegiatan sehari-hari. Yang sering menjadi pertanyaan adalah tingkat kemanan dari teknologi internet. Keamanan di internet sebetulnya sudah pada tahap yang dapat diterima, hanya hal ini perlu mendapat pengesahan dari pemerintah atau otoritas lainnya sehingga pelaku bisnis mendapatkan kepastian hukum. Identitas seseorang dapat diberikan dengan menggunakan digital signature (tanda tangan digital) yang dikelola oleh Certification Authority (CA). Permasalahannya adalah tanda tangan digital ini harus dapat dianggap sebagai alat bukti yang sah setelah melalui prosedur dan mekanisme keamanan yang tinggi. Kejahatan yang ditimbulkan oleh teknologi komputer dan telekomunikasi perlu diantisipasi. Istilah hacker, cracker, dan cybercrime telah sering terdengar dan menjadi bagian dari khazanah hukum pidana. Kejahatan yang melibatkan orang Indonesia sudah terjadi.. Ada juga kejahatan yang dilakukan oleh pengguna di Indonesia dengan tidak mengirimkan barang atau uang yang sudah disepakati dalam transaksi e-commerce. Tindak kejahatan semacam ini pada umumnya dapat ditelusuri (trace) dengan bantuan catatan (logfile) yang ada di server ISP yang digunakan oleh cracker. Akan tetapi seringkali ISP tidak melakukan pencatatan (logging) atau hanya menyimpan log dalam kurun waktu yang singkat. Logfile ini dapat menjadi bukti adanya akses cracker tersebut. Penyidikan kejahatan cyber ini membutuhkan keahlian khusus. Pihak penegak hukum harus lebih cepat tanggap dalam menguasai teknologi baru ini. Eksistensi teknologi informasi disamping menjanjikan sejumlah harapan, pada saat yang sama juga melahirkan kecemasankecemasan baru antara lain munculnya kejahatan baru yang lebih canggih dalam bentuk cyber crime. Disamping itu, mengingat teknologi informasi yang tidak mengenal batas-batas teritorial dan sepenuhnya beroperasi secara maya (virtual), teknologi informasi juga melahirkan aktivitas-aktivitas baru yang harus diatur oleh hukum yang berlaku saat ini. Kenyataan ini telah menyadarkan masyarakat akan perlunya regulasi yang mengatur mengenai aktivitas-aktivitas yang melibatkan teknologi informasi. II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Cukup jelas. Pasal 2 Cukup jelas. Pasal 3 Cukup jelas. Pasal 4 Ayat (1) Cukup jelas. Ayat (2) Fungsi penetapan kebijakan, antara lain, perumusan mengenai perencanaan dasar strategis dan perencanaan dasar teknis teknologi informasi nasional. Fungsi pengaturan mencakup kegiatan yang bersifat umum dan/atau teknis operasional yang antara lain, tercermin dalam pengaturan perizinan dan persyaratan dalam penyelenggaraan teknologi informasi. Fungsi pengawasan penyelenggaraan pengawasan adalah teknologi terhadap pengawasan terhadap informasi, termasuk penguasaan, pengusahaan, pemasukan, perakitan, dan alat, perangkat, sarana dan prasarana teknologi informasi. Fungsi penetapan kebijakan, pengaturan, pengawasan dan pengendalian dilaksanakan oleh Menteri. Sesuai dengan perkembangan keadaan, fungsi pengaturan, dan pengawasan penyelenggaraan teknologi informasi dapat dilimpahkan kepada suatu badan regulasi. Dalam rangka melakukan efektivitas koordinasi pembinaan, dengan pemerintah instansi terkait, penyelenggara teknologi informasi, dan mengikutsertakan peran masyarakat. Ayat (3) Cukup jelas. Pasal 5 Ayat (1) Lembaga peran serta masyarakat dimaksud antara lain termasuk asosiasi yang bergerak di bidang teknologi informasi, asosiasi profesi teknologi informasi, asosiasi produsen peralatan teknologi informasi, asosiasi pengguna jaringan dan jasa teknologi informasi, lembaga swadaya masyarakat dan kelompok akademisi di bidang teknologi informasi. Ayat (2) Cukup jelas. Ayat (3) Cukup jelas. Ayat (4) Cukup jelas. Pasal 6 Ayat (1) Cukup jelas. Ayat (2) Cukup jelas. Ayat (3) Cukup jelas. Pasal 7 Ayat (1) Sertifikasi Keandalan dimaksudkan sebagai bukti bahwa pelaku usaha yang melakukan perdagangan secara elektronik layak melakukan usahanya setelah melalui penilaian dan audit dari suatu badan yang berwenang. Bukti telah dilakukan Sertifikasi Keandalan ditunjukan dengan adanya logo sertifikasi berupa trust mark pada home page pelaku usaha tersebut. Ayat (2) Lembaga Sertifikasi Keandalan dapat dibentuk baik oleh pemerintah maupun masyarakat yang memiliki komitmen terhadap perlindungan konsumen. Ayat (3) Cukup jelas. Pasal 8 Ayat (1) Undang-undang ini memberikan pengakuan secara tegas bahwa dokumen elektronik memiliki kedudukan yang sama dan sejajar dengan dokumen tertulis pada umumnya yang memiliki kekuatan hukum dan akibat hukum. Ayat (2) Undang-undang ini memberikan pengakuan secara tegas bahwa tanda tangan digital meskipun hanya merupakan suatu kode akan tetapi memiliki kedudukan yang sama dan sejajar dengan tanda tangan manual pada umumnya yang memiliki kekuatan hukum dan akibat hukum. Ayat (3) Ketentuan ini merupakan pengecualian terhadap kedudukan dokumen elektronik dan tanda tangan digital. Dalam pembuatan dan pelaksanaan surat-surat wasiat, surat-surat berharga, perjanjian yang obyeknya barang tidak bergerak, dokumen hak kepemilikan seperti sertifikat hak milik, dokumen elektronik dan tanda tangan digital tidak memiliki kedudukan yang sama dengan dokumen tertulis lainnya dan tanda tangan manual pada umumnya. Ayat (4) Cukup jelas. Pasal 9 Ayat (1) Cukup jelas. Ayat (2) Sistem kripto adalah sistem pengaman untuk dokumen elektronik yang terdiri dari sistem kripto simetrik dan sistem kripto asimetrik. Sistem kripto simetrik adalah sistem perangkat kunci pengaman yang menggunakan 1 (satu) kunci untuk mengacak data (enkripsi) dan untuk membukanya (dekripsi). Sistem kripto asimetrik adalah sistem perangkat kunci pengaman (secure key pair) yang terdiri dari kunci privat (private key) untuk membuat tanda tangan digital dan kunci publik (public key) untuk memverifikasi tanda tangan digital. Ayat (3) Cukup jelas. Ayat (4) Lembaga Pendaftaran Sertifikat Digital (Registration Authority) adalah suatu lembaga yang berfungsi untuk melakukan pendaftaran dan verifikasi terhadap pihak-pihak yang akan mengajukan permohonan untuk memperoleh Sertifikat Tanda Tangan Digital dari Lembaga Sertifikasi Tanda Tangan Digital. Ayat (5) Cukup jelas. Pasal 10 Ayat (1) Cukup jelas. Ayat (2) Pilihan hukum yang dilakukan oleh para pihak dalam kontrak internasional termasuk yang dilakukan secara elektronik dikenal dengan choice of law. Hukum ini mengikat sebagai hukum yang berlaku bagi kontrak tersebut. Ayat (3) Dalam hal tidak ada pilihan hukum, maka penetapan hukum yang berlaku dilakukan berdasarkan prinsip-prinsip atau asas-asas Hukum Perdata Internasional yang akan ditetapkan sebagai hukum yang berlaku pada kontrak tersebut. Ayat (4) Forum yang berwenang mengadili sengketa kontrak internasional termasuk yang dilakukan secara elektronik adalah forum yang dipilih oleh para pihak. Forum itu dapat berbentuk pengadilan, arbitrase, atau forum penyelesaian sengketa alternatif. Ayat (5) Dalam hal para pihak tidak melakukan pilihan forum maka akan berlaku kewenangan forum berdasarkan prinsipprinsip atau asas-asas Hukum Perdata Internasional. Asas tersebut dikenal dengan asas the basis of presence (tempat tinggal tergugat) dan principle of effectiveness (efektivitas yang menekankan pada tempat dimana harta-harta tergugat berada) Pasal 11 Ayat (1) Cukup jelas. Ayat (2) Cukup jelas. Pasal 12 Yang dimaksud dengan kebiasaan perdagangan adalah praktikpraktik yang berlaku dan dikenal dikalangan para pelaku usaha, misalnya : INCOTERM. Pasal 13 Ayat (1) Cukup jelas. Ayat (2) Dokumen-dokumen dan bentuk-bentuk transaksi elektronik diakui sebagai alat bukti yang sah sebagaimana transaksi di perbankan biasa. Ayat (3) Lembaga Sertifikasi Perbankan merupakan badan yang dapat dibentuk oleh pemerintah maupun masyarakat yang fungsinya memberikan verifikasi bahwa internet banking tersebut layak beroperasi dan nasabah aman dalam melakukan transaksi. Ayat (4) Cukup jelas. Pasal 14 Ayat (1) Undang-undang ini hendak memberikan peluang yang sebesar-besarnya terhadap pemanfaatan teknologi informasi di kalangan pemerintah (e-government), baik di kalangan pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Pemanfaatan teknologi informasi harus dilakukan secara bertanggung jawab dan bijaksana. Agar dapat diperoleh manfaat yang sebesar-besarnya bagi masyarakat maka pemanfaatan teknologi informasi harus memperhatikan penyelenggaraan pemerintahan yang baik dan efektif. Ayat (2) Cukup jelas. Pasal 15 Ayat (1) Cukup jelas. Ayat (2) Cukup jelas. Ayat (3) Cukup jelas. Ayat (4) Cukup jelas. Pasal 16 Ayat (1) Cukup jelas. Ayat (2) Cukup jelas. Ayat (3) Cukup jelas. Ayat (4) Cukup jelas. Pasal 17 Nama domain tidak sama dengan merek. Nama domain merupakan alamat atau jati diri seseorang, perkumpulan, organisasi, atau badan usaha, yang perolehanya didasarkan kepada pendaftar pertama. Nama domain tidak boleh sama dengan merek terdaftar milik orang lain, indikasi geografis, atau indikasi asal, karena persamaan semacam ini akan dianggap melanggar HKI. Pasal 18 Ayat (1) Cukup jelas. Ayat (2) Cukup jelas. Ayat (3) Lembaga pengelola pendaftaran nama domain dapat berbentuk Yayasan, Koperasi, atau Perseroan Terbatas. Ayat (4) Cukup jelas. Pasal 19 Program komputer sebagai bagian penting dari sistem teknologi informasi mendapat pengaturan dalam undang-undang ini. Program komputer yang dilindungi tersebut tidak hanya mencakup program-program komputer yang telah dipublikasikan tetapi juga mencakup program-program yang masih berbentuk rumusan awal ataupun berupa kode-kode tertentu yang bersifat rahasia seperti halnya personal identification number (PIN). Undang-undang ini juga melindungi kompilasi data atau materi lain yang dapat dibaca yang karena seleksi dan penyusunan isinya merupakan karya intelektual. Pasal 20 Cukup jelas. Pasal 21 Ayat (1) Cukup jelas. Ayat (2) Informasi rahasia atau rahasia dagang meliputi seluruh informasi yang dirahasiakan baik berupa data yang disimpan dalam komputer atau media elektronik lainnya ataupun yang tidak. Beberapa contoh dari rahasia dagang yang berkaitan dengan kegiatan dan penggunaan teknologi informasi adalah ide-ide untuk program baru komputer atau media elektronik lainnya sebelum diberikan Hak Cipta, ideide baru untuk perangkat keras komputer atau media elektronik lainnya sebelum dipatenkan, daftar para pelanggan yang disimpan dalam disket dan media elektronik lainnya. Pasal 22 Ayat (1) Cukup jelas. Ayat (2) Dalam pemanfaatan teknologi informasi, Hak Pribadi (privacy right) merupakan perlindungan terhadap data seseorang yang mengandung pengertian sebagai berikut : a. Hak pribadi merupakan hak untuk menikmati kehidupan pribadi dan bebas dari segala macam gangguan. b. Hak Pribadi merupakan hak untuk dapat berkomunikasi dengan orang lain tanpa ada tindakan memata-matai. c. Hak Pribadi merupakan Hak untuk mengawasi akses informasi tentang kehidupan pribadi dan data seseorang. Ayat (3) Cukup jelas. Pasal 23 Cukup jelas. Pasal 24 Ketentuan ini tidak berlaku bagi penyedia jasa internet yang terlibat dalam penyediaan isi dari suatu layanan internet (penyedia jasa internet yang juga bertindak sebagai penerbit / publisher) Pasal 25 Cukup jelas. Pasal 26 Ayat (1) Seseorang atau sekelompok orang dapat melakukan gugatan secara perwakilan atas nama masyarakat lainnya yang dirugikan tanpa harus terlebih dahulu memperoleh surat kuasa sebagaimana lazimnya kuasa hukum. Gugatan secara perwakilan dimungkinkan apabila telah dipenuhinya hal-hal sebagai berikut : 1. Masyarakat yang dirugikan sangat besar jumlahnya, sehingga apabila gugatan tersebut diajukan secara perorangan menjadi tidak efektif. 2. Seseorang atau sekelompok masyarakat yang mewakili harus mempunyai kepentingan yang sama dan tuntutan yang sama dengan masyarakat yang diwakilinya, serta sama-sama merupakan korban atas suatu perbuatan dari orang atau lembaga yang sama. Ganti kerugian yang dimohonkan dalam gugatan perwakilan dapat diajukan untuk mengganti kerugiankerugian yang telah diderita, biaya pemulihan atas ketertiban umum, dan norma-norma kesusilaan yang telah terganggu, serta biaya perbaikan atas kerusakan-kerusakan yang diderita sebagai akibat langsung dari perbuatan tergugat. Ayat (2) Cukup jelas Ayat (3) Gugtan yang diajukan bukan merupakan tuntutan membayar ganti rugi hanya sebatas : a. Permohonan kepada pengadilan untuk memerintahkan seseorang melakukan tindakan hokum tertentu berkaitan dengan pemanfaatan teknologi informasi. b. Menyatakan seseorang telah melakukan perbuatan melanggar hokum akibat tindakannya yang merugikan masyarakat. c. Memerintahkan seseorang untuk memperbaiki hal-hal yang terkait dengan prikehidupan pokok masyarakat yang dilanggarnya. Yang dimaksud dengan biaya atau pengeluaran nyata adalah biaya yang benar-benar dapat dibuktikan telah dikeluarkan oleh organisasi yang bergerak di bidang pemanfaatan teknologi informasi. Ayat (4) Cukup jelas Pasal 27 Ayat (1) Penggugat adalah pihak yang merasa haknya dilanggar, dapat berbentuk orang atau badan usaha dapat berbentuk badan hukum dan bukan badan hukum. Pihak lain dalam hal ini tergugat adalah pihak yang dianggap melanggar hak. Ayat (2) Cukup jelas. Pasal 28 Cukup jelas. Pasal 29 Ayat (1) Wilayah hukum Pengadilan Niaga berbeda dengan wilayah hukum Pengadilan Negeri. Wilayah hukum Pengadilan Niaga lebih luas dari Wilayah hukum Pengadilan Negeri karena wilayah hukum Pengadilan Niaga dapat meliputi beberapa wilayah hukum Pengadilan Negeri. Di Indonesia sampai saat ini ada 5 (lima) Pengadilan Niaga, yaitu Pengadilan Niaga Medan, Pengadilan Niaga Jakarta, Pengadilan Niaga Semarang, Pengadilan Niaga Surabaya dan Pengadilan Niaga Makassar atau Pengadilan Niaga terdapat hanya di kota-kota yang memiliki Kantor Balai Harta Peninggalan (weeskamer). Ayat (2) Dalam hukum acara perdata berlaku pengecualian terhadap asas actor sequitur forum rei atau gugatan harus diajukan di wilayah hukum Pengadilan Negeri dalam hal ini Pengadilan Niaga dengan pengecualian bila tempat tinggal tergugat tidak diketahui sebagaimana diatur dalam hukum acara perdata. Ayat (3) Cukup jelas. Ayat (4) Cukup jelas. Ayat (5) Cukup jelas. Ayat (6) Cukup jelas. Ayat (7) Cukup jelas. Ayat (8) Cukup jelas. Ayat (9) Cukup jelas. Ayat (10) Cukup jelas. Ayat (11) Cukup jelas. Ayat (12) Cukup jelas. Pasal 309 Ayat (1) Cukup jelas. Ayat (2) Cukup jelas. Ayat (3) Cukup jelas. Pasal 31 Ayat (1) Hukum acara perdata dalam hal ini sebagaimana diatur dalam Hukum Acara Perdata yang berlaku. Ayat (2) Upaya hukum terhadap putusan Pengadilan Niaga diajukan tanpa melalui upaya hukum kepada Pengadilan Tinggi. Ayat (3) Putusan berkekuatan hukum tetap (BHT) atau inkracht van gewijsde adalah putusan Pengadilan Niaga yang mana tenggang waktu untuk mengajukan upaya hukum kasasi telah terlampaui. Ayat (4) Putusan kasasi selalu inkracht van gewijsde atau berkekuatan hukum tetap dan dapat diajukan peninjauan kembali hanya dengan dua alasan tersebut. Ayat (5) Cukup jelas. Pasal 32 Ayat (1) Cukup jelas. Ayat (2) Cukup jelas. Ayat (3) Cukup jelas. Ayat (4) Cukup jelas. Ayat (5) Cukup jelas. Ayat (6) Cukup jelas. Ayat (7) Cukup jelas. Ayat (8) Cukup jelas. Ayat (9) Cukup jelas. Ayat (10) Arbitrase yang dimaksud adalah dapat berupa lembaga arbitrase atau arbitrse ad hoc. Putusan arbitrase bersifat final dan mengikat sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku. Pasal 33 Cukup jelas. Pasal 34 Cukup jelas Pasal 35 Ayat (1) Sesuai dengan ketentuan dalam Hukum Acara Pidana yang berlaku dalam upaya penegakan hukum terhadap tindak pidana di bidang Teknologi Informasi diperlukan adanya penyidik yang mempunyai kemampuan di bidang Teknologi Informasi yang akan membantu pihak Kepolisian. Oleh karena itu perlu dibentuk penyidik Pejabat Pegawai Negeri Sipil (PPNS) yang lingkup tugas dan tanggung jawabnya di bidang teknologi informasi. Ayat (2) Untuk penyidikan terhadap tindak pidana di bidang teknologi informasi penyidik PPNS yang lingkup tugas dan tanggung jawabnya di bidang teknologi informasi mempunyai kewenangan sebagaimana diatur dalam ketentuan ayat ini. Ayat (3) Pelaksanaan penyidikan dalam rangka penegakan hukum terhadap tindak pidana di bidang teknologi informasi tetap berada dalam koordinasi Kepolisian Republik Indonesia. Ayat (4) Cukup jelas. Pasal 36 Ayat (1) Yang dimaksud dengan orang adalah orang perseorangan termasuk korporasi baik badan hukum maupun bukan badan hukum. Tindak pidana dalam ketentuan ini merupakan tindak pidana dalam penggunaan nama domain dengan menggunakan Hak Kekayaan Milik Orang lain dengan maksud untuk mendapat keuntungan ekonomis baik bagi dirinya sendiri maupun orang lain. Misalnya perbuatan cybersquatting. Ayat (2) Cukup jelas. Pasal 37 Ketentuan dalam Pasal ini dimaksud untuk memberikan perlindungan terhadap pemilik dari perbuatan akses data secara melawan hukum atau tanpa hak baik dengan merusak atau tanpa merusak sistem pengaman yang digunakan untuk memproteksi data tersebut. Tindak pidana tersebut dapat digunakan melalui komputer atau internet atau media elektronik lainnya. Pasal 38 Ayat (1) Tindak pidana dalam ayat ini merupakan tindak pidana terhadap pengiriman data dari dan ke dalam sistem komputer atau jaringan komputer. Tindak pidana ini dapat dilakukan dengan menggunakan komputer atau internet atau media elektronik lainnya dengan maksud untuk mendapat keuntungan ekonomis bagi diri sendiri atau orang lain. Ayat (2) Tindak pidana dalam ayat ini merupakan tindak pidana terhadap pengiriman data yang mengakibatkan terhambatnya komunikasi dalam sistem komputer atau jaringan komputer atau sistem komunikasi lainnya. Pasal 39 Ayat (1) Ketentuan dalam ayat ini dimaksud untuk memberikan perlindungan terhadap data atau program komputer atau data elektronik lainnya dari perbuatan melawan hukum. Ayat (2) Tindak pidana dalam ketentuan ayat ini merupakan tindak pidana terhadap data elektronik baik berupa perbuatan menggunakan, mengubah, maupun menambah data elektronik yang mengakibatkan kerugian ekonomis bagi orang lain. Ayat (3) Ketentuan dalam ayat ini dimaksudkan untuk memberikan perlindungan terhadap fungsi sistem suatu media elektronik seperti sistem komputer, sistem komunikasi atau sistem media elektronik lainnya. Pasal 40 Ayat (1) Sanksi pidana dalam pasal ini dimaksudkan untuk mengatasi tindakan-tindakan berupa pengambilan, penyadapan dan penyimpanan data kartu kredit atau alat pembayaran elektronik lainnya yang sewaktu-waktu dapat digunakan sebagai alat perbuatan melanggar hokum oleh orang yang tidak berwenang dengan maksud menguntungkan diri sendiri atau orang lain. Ayat (2) Ketentuan ini dimaksud untuk memberikan perlindungan kepada pemilik kartu kredit atau alat pembayaran elektronik dalam melakukan transaksi secara elektronik. Pasal 41 Ayat (1) Tindak pidana dalam ketentuan ayat ini merupakan tindak pidana kesusilaan dalam bentuk data elektronik, tulisan, gambar atau rekaman dengan menggunakan media elektronik. Ayat (2) Tindak pidana dalam ketentuan ayat ini merupakan tindak pidana kesusilaan sebagaimana diatur dalam ayat (1) yang menggunakan anak-anak sebagai objeknya. Ketentuan dalam ayat ini dimaksud untuk memberikan perlindungan yang lebih baik terhadap anak sebagaimana berkembang dalam masyarakat internasional. Ayat (3) Tindak pidana dalam ketentuan ayat ini merupakan tindak pidana yang menggunakan media elektronik untuk melakukan tindak pidana kesusilaan terhadap anak. Pasal 42 Cukup jelas. Pasal 43 Cukup jelas. TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA NOMOR…. ………………………. Bab 12 PERANAN SUMBER DAYA MANUSIA BIDANG INFORMATIKA DALAM ERA GLOBALISASI DAN INDUSTRI Setelah mempelajari bab ini diharapkan mahasiswa akan mampu memahami dan menjelaskan: 1. Pentingnya pembentukan SDM di bidang teknologi informatika di era globalisasi 2. Spesifikasi informatika sebagai cabang ilmu 3. Kriteria dan jenjang SDM di bidang teknologi informasi 4. Pendidikan yang ditempuh dalam karir di bidang TI A. Pendahuluan Dalam beberapa dekade ini telah terjadi pergeseran dalam masyarakat, dari era pertanian menjadi era industri dan era informasi. Pada era pertanian, manusia harus berjuang dan tergantung kepada alam. Pada era industri, manusia berusaha mengalahkan alam dan mendapatkan efesiensi sehingga lahirlah mesin-mesin dan kemajuan yang terfokus pada otomatisasi. Era informasi membawa angin yang baru : barang yang justru tidak terwujud, sehingga yang namanya informasi menjadi barang yang paling berharga. Kemajuan di bidang informasi melaju, mendukung adanya globalisasi. Informasi dengan cepat berkembang dan bermakna serta berharga disebarkan ke segala penjuru seolah "tanpa batas". Perkembangan teknologi di bidang perangkat keras komputer mendukung perkembangan globalisasi informasi tersebut. Dari komputer yang tadinya merupakan komputer milik segelintir pemakai dengan kemesteriusannya (besar, sulit dioperasikan, dalam ruang khusus, perlu operator, dll) menjadi komputer yang semakin hari semakin kecil bahkan menjadi komputer pribadi, yang dapat diletakkan bersama barang lain dengan cara yang nyaman, bahkan bisa "berbicara" (mengeluarkan suara). Hal ini mengakibatkan komputer semakin digunakan diberbagai bidang. Bahkan saat ini, hampir semua tawaran lowongan pekerjaan di bidang apapun di beberapa tingkatan pekerjaan memasyarakatkan penguasaan akan komputer (computer literate). Perkembangan perangkat keras selanjutnya membentuk jaringan komputer berkat kemajuan teknologi komunikasi. Komputer yang tadinya "sendiri-sendiri" menjadi komputer yang dapat berkomunikasi dengan "temantemannya" dalam suatu jaringan komputer, mulai jaringan lokal yang sering disebut dengan local area network atau LAN, dan Wide Area Network atau WAN. Internet makin mendukung perkembangan tersebut dan rasanya saat ini semua manusia, asalkan mau memulai membuka komunikasi akan mempunyai cakrawala yang luas untuk dapat berkomunikasi dengan siapa saja di segala penjuru dunia sesuai dengan topik yang diminati bersama, bahkan untuk saling membagi pengalaman, problem, dan kegembiraan, dsb. Perkembangan teknologi perangkat lunak juga tidak kalah pesatnya. Perangkat lunak yang tadinya hanya difokuskan untuk memenuhi kebutuhan fungsional. Berkembang menjadi perangkat lunak yang selain fungsional juga mudah dan nyaman dipakai (friendly). Akibatnya, pengguna perangkat lunak semkain banyak dan ukuran komplektisitas perangkat lunak juga bertambah. Perangkat lunak yang semakin mudah untuk digunakan pemakai, sebenarnya makin sulit dikembangkan. Perangkat lunak yang hanya dituntut berfungsi secara fungsional dalam skala kecil cukup dikembangkan oleh pemrogram sekaligus pemakainya. Perangkat lunak yang besar dan kompleks harus dikembangkan oleh suatu tim dengan berbagai keahlian serta metodelogi tertentu. Batasan antara perangkat lunak dan perangkat keras menjadi semakin kabur. Misalnya jaringan komputer, yang tidak mungkin berfungsi tanpa adanya perangkat lunak jaringan komputer. Karena alasan efisiensi, kepraktisan dan keamanan, perangkat lunak banyak yang diwujudkan menjadi komponen perangkat keras. Penggunaan sistem komputer (perangkat keras dan perangkat lunak) yang semakin berkembang menunjukkan bahwa kita memang berada pada era informasi dan sesuai dengan hukum "supply and demand", dibutuhkan penyedia jasa informatika sebagai pengelola, pengolah dan pemelihara informasi karena pengguna informatika yang semakin banyak. B. Informatika Sebagai Ilmu Menurut kamus Oxford, Ilmu (science) adalah : organized knowledge obtanied by observation and testing of facts, about physical world, natural laws and society. Menurut kamus Webster adalah branch of knowledge or study especially one concerned with establishing and systematizing facts, principles and methods, as by experiments and hypothesis. Di Indonesia, beberapa kalangan membedakan antara ilmu murni dan ilmu terapan, sehingga ada program studi ilmu murni dan ilmu terapan. Saat ini dibeberapa perguruan tinggi swasta memasukkan program ilmu informatika ke dalam jurursan teknik informatika yang ada dibawah fakultas teknologi industri. Yang menarik adalah bahwa Informatika dapat ditinjau sebagai ilmu murni dan juga sekaligus ilmu terapan. Memang di Indonesia satu kurikulum yang sama untuk program studi ilmu komputer dan program studi Informatika. Ilmu Informatika merupakan ilmu murni dan juga ilmu terapan, karena merupakan irisan dari banyak aspek : 1. Logika karena struktur komputer dan pemrograman berdasarkan rangkaian logika. 2. Matematika diskrit, karena komputer mampu menyelesaikan persoalan kombinatorik secara cepat. 3. Elektronika, mikro elektronika dan arsitektur komputer, karena komputer diwujudkan sebagai rangkaian elektronika atau gabungan dari chips. 4. Metodelogi Pemrograman, karena yang paling mendasar dalam suatu sistem komputer adalah program, mulai dari program skala kecil sampai dengan skala besar. 5. Engineering (khususnya SW Engineering) karena perangkat lunak, yang berangkat dari ilmu coba-coba makin mencari bentuk menjadi engineering. 6. Komunikasi dan telekomunikasi bahkan telematika, karena akhirnya komputer hanyalah suatu titik dalam graph jaringan komputer. 7. Aspek kognitif dan komunikasi manusia, karena penggunaanya tetap manusia dan perangkat keras maupun perangkat lunak dibuat nyaman untuk dipakai oleh manusia (aspek multimedia, human computer interaction). Saat ini, spesialisasi yang ada dalam bidang Informatika, meliputi Informatika teoritis, Informatika dasar (pemrograman), Sistem (Sistem Operasi, kompilator dan perangkat lunak sistem yang lain), Sistem Informasi (SIM, DSS, EIS), Jaringan Komputer, Basis Data, Intelejensi Buatan, Robotika, Grafik dan citra, Perhitungan Numerik. C. Sumber Daya Manusia Di Bidang Informatika Sumber Daya Manusia adalah aset yang paling penting dalam suatu perusahaan. Pembangunan negara dan kemajuan IpTek tidak ada gunanya jika tanpa diikuti dengan pembangunan SDM. Apa yang disebut dengan pembangunan SDM ? tidak lain adalah penguasaan IpTek itu sendiri. Tanpa SDM yang dibangun, maka manusia akan dikuasai oleh IpTek atau manusia lain, yang menguasai IpTek, dan bukannya manusia menguasai IpTek serta menggunakannya dengan sebaik-baiknya. Informatika adalah salah satu bentuk IpTek. Indonesia saat ini sedang membangun dan kemajuan IpTek dari negara lain juga sedang mempengarhui secara deras perkembangan IpTek di Indonesia. Lalu, apakah Indonesai sudah mulai melakukan pembangunan terhadap SDM-nya ? apakah manusia Indonesia ingin menguasai atau dikuasai IpTek ? hal ini harus kita pikirkan bersama. Yang pasti semua manusia inginnya dapat menguasai IpTek untuk dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Jika kita membahas mengenai perkembangan dalam bidang Informatika beserta teknologinya dalam era informasi saat ini, maka kita juga harus mulai berpikir tentang pembangunan SDM Informatika yang professional dibidangnya. Apa yang dimaksud dengan professional ? Profession menurut kamus Oxford adalah : paid occuption, especially one that required education and trainning. Sedangkan professional : person qualified or employed in one of the profession. Jadi, profesi adalah sesuatu yang kita lakukan berdasarkan keahlian dan dari situ kita hidup/mencari nafkah. Hobby adalah sesuatu yang kita lakukan untuk mengisi waktu senggang, dan tujuannya adalah untuk kesenangan. Seseoang yang profesional di bidangnya akan melakukan pekerjaan itu sendiri dengan kepakarannya. Profesi Informatika sangat khas, menuntut logika tinggi, dan juga etika tinggi (karena jenjang/tingkatan. Dengan catatan, menurut saya, pengguna komputer pada profesi yang "lain" seperti sekretaris, pegawai administrasi, bahkan seorang insinyur sipil yang menggunakan program komputer tidak dapat disebut berprofesi di bidang Informatika. Berdasarkan hasil pertemuan jurusan teknik informatika dengan pihak industri sebagai pemakai tenaga lulusan Informatika manapun, serta hasil survey yang dilakukan oleh beberapa kelompok, maka diperoleh informasi tentang kebutuhan SDM oleh industri. Pihak industri yang menjadi bahasan adalah industri yang berkaitan dengan kegiatan pengembangan Rekayasa Perangkat Lunak, yang dapat dikelompokkan atas jenis sebagai berikut : 1. Industri jasa, yang produk utamanya bersifat "soft" dalam hal ini dibedakan menjadi industri jasa sebagai berikut : a. SW developer, menyediakan jasa berupa pengembangan perangkat lunak. Biasanya ini menyangkut perusahaan yang mengembangkan perangkat lunak mulai dari scracth (sesuai pesanan) atau yang menyediakan jasa pengubahan perangkat lunak tertentu supaya dapat dipakai sesuai dengan kebutuhan (tailoring, customization). Industri ini membutuhkan SDM yang berlatar belakang informatika. b. Industri jasa yang memanfaatkan perangkat lunak. Contohnya adalah PT.Telkom yang produknya berupa jasa telekomunikasi berbantuan komputer (perangkat lunak menjadi bagian dari jasa tersebut). 2. Industri manufaktur, yaitu yang lebih menyangkut "hardware" a. Industri hardware yang memproduksi perangkat keras komputer dan periperalnya. Industri ini harus didukung oleh SDM di bidang perangkat keras dan elektronika. Contoh nyata dari industri ini adalah produktor dan perakit komputer. Contoh lain adalah PT.Inti, industri manufaktur yang produknya berupa peralatan telekomunikasi (mencakup perangkat keras dan perangkat lunak) b. Industri pemroduksi "barang" yang dalam proses produksinya membutuhkan perangkat lunak. Contoh : industri manufaktur yang memakai robot atau perangkat lunak untuk optimasi penjadwalan produksi. Sumber daya Manusia yang bekerja dalam dunia industri saat ini mempunyai karakteristik sebagai berikut : 1. Latar belakang pendidikan non-Informatika/Komputer 2. Jenjang Pendidikan Sarjana ke bawah 3. Belum ada pengelompokan untuk : ketrampilan, keahlian dan spesialisasi yang terdefinisi dengan jelas. 4. Untuk tingkatan tertentu, dituntut untuk dapat mengetahui strategi bisnis, agar inovatif dalam menciptakan produk-produk baru Sedangkan pihak Industri menghendaki agar Sumber Daya Manusia yang dihasilkan oleh Perguruan Tinggi khsusnya dalam bidang Rekayasa Perangkat Lunak - mempunyai karakteristik sebagai berikut : a. Perlu mengetahui Standar Proses Produksi, berikut pemantauan dan pemeliharaan proses produksi, dan b. Dalam menganalisis kebutuhan user (semua perangkat lunak dikembangkan berdasarkan kebutuhan user), diperlukan suatu pengetahuan dan keahlian khsusus, karena tingkatan user di Indonesia yang umumnya masih awam dengan proses Rekayasa Perangkat Lunak menyebabkan sulit diajak berkomunikasi tentang kebutuhan yang perlu didukung oleh komputer. Berdasarkan hal-hal tersebut, dapat disimpulkan juga bahwa sudah saatnya dilakukan Sertifikasi Sumber daya Manusia dalam bidang Rekayasa perangkat Lunak - sesuai dengan standar Internasional yang berlaku. Untuk itu, dalam rangka mendukung kebutuhan sertifikasi Sumber Daya Manusia di Indonesia, disusun suatu usulan tingkatan keahlian Sumber Daya Manusia Informatika dalam bidang Rekayasa Perangkat Lunak sebagai berikut : 1. Programmer 2. Programmer Analyst 3. Software Tester 4. Data Base Engineer 5. Data Communication Engineer 6. Network Engineer 7. Software Configuration Manager 8. System Analyst 9. Software Engineer 10. System Engineer 11. Software Project Manager 12. Software Quality Assurance Tingkatan keahlian tersebut disusun mulai dari tingkatan paling rendah hingga paling tinggi. Karena masih berupa usulan, maka tingkatan tersebut masih meungkin ditambah atau dikurangi tergantung kebutuhan baru yang muncul. Menurut saya, kebutuhan akan berbagai tenaga yang khusus tersebut lahir karena dalam pengembangan perangkat lunak yang sesuai Software Engineering, pada setiap tahapan dalam siklus hidup perangkat lunak (Software Life Cycle) akan dilibatkan banyak tahapan dan dokumentasi. Untuk perangkat lunak yang berukuran besar dan komplek akan semakin kompleks pula pengelolaan proyek dan pemeliharaannya. Untuk memenuhi kebutuhan akan tenaga dengan tingkatan keahlian tersebut, harus ada tingkatan pendidikan yang sesuai, yang akan dibahas pada bagian selanjutnya. D. Pendidikan Informatika Dengan mengacu kepada tingkat pengetahuan yang dibutuhakn dan dengan melakukan analogi terhadap bidang Engineering yang sudah lebih "tua" seperti elektro, mesin, arsitektur dan sipil, maka bidang Informatika pun membutuhkan insinyur serta teknisi seperti bidang engineering tersebut. Dalam bidang engineering yang lebih "tua" ini, pendidikan Sumber Daya Manusia berpola pada Sumber Daya Manusia Kejuruan, Teknisi (D3) dan Sarjana (S1, S2, S3). Pada makalah ini saya mencoba untuk mengupas masing-masing tingkat pendidikan dengan pola tersebut untuk bidang Informatika. 1. Pendidikan Menengah Kejuruan Di bidang elektronika mesin, sejak lama telah dikenal STM yang membentuk tenaga praktis. Seharusnya ini terjadi juga untuk bidang Informatika. Saat ini sudah saatnya dibutuhkan STM Informatika yang dapat diarahkan untuk menghasilkan tenaga terampil dalam bidang : a. Perangkat Keras (teknisi kerusakan, operator komputer mesin besar, dan sebagainya) b. Perangkat Lunak (operator atau pemakai perangkat lunak, juru kode, dan sebagainya) c. Jaringan Komputer (teknisi pemeliharaan jaringan komputer) Kurukulum untuk jenjang pendidikan ini tentunya adalah dalam tingkatan pemakaian. Pemeliharaan dan penanganan kerusakan, baik untuk Perangkat Lunak maupun Perangkat Keras yang sederhana. Saat ini, kebutuhan akan tenaga seperti itu baru dipenuhi oleh kursus. Karena itu, pemerintah perlu untuk memperhatikan perkembangan dan kurikulumnya. 2. Pendidikan Teknisi Idealnya satu insinyur membawahi beberapa teknisi. Yang ada saat ini di Indonesia, untuk tingkatan pendidikan ini adalah pendidikan D1 yang mendidik programmer dan D3 yang mencetak analis. Ini berpedoman pada kurikulum PAT Komputer Jurusan Pengguna Komputer yang didirikan di ITB. Karena ukuran program bertambah dengan 5 kali setiap tahun., maka definisi programmer dan analis perlu dikaji ulang. Kurikulum Pendidikan Teknisi seharusnya dapat menghasilkan tenaga terampil dalam bidang : a. Perangkat Keras (pemeliharaan/pengelolaan peralatan komunikasi atau data communication technisian, teknisi peralatan jaringan komputer, dan sebagainya) b. Perangkat Lunak (juru kode program atau programmer, koordinator dari pada pembuat program atau programmer analyst, pemeliharaan/pengelolaan basis data atau database administrator, dan sebagainya) c. Jaringan Komputer (pemeliharaan/pengelola jaringan atau network administrator) 3. Pendidikan Tinggi Pendidikan tinggi dapat digolongkan menjadi S1, S2 dan S3. Untuk pendidikan S1 di Indonesia saat ini, telah dikembangkan kurikulum baku bagi Program Pendidikan Informatika atau Ilmu Komputer, dengan muatan kurikulum yang sama. Tujuan pendidikan S1 tersebut untuk dapat menghasilkan lulusan dengan kemampuan dalam bidang : a. Perangkat Lunak sesuai dengan peran yang lebih spesifik misalnya : anggota tim perangcang program dan pemrograman, pengujiperangkat lunak atau software tester, perancang basis data atau database configuration manager, dan sebagainya. engineer, software b. Perangkat Keras (perancang sistem komunikasi data atau data communicaton engineer dan sebagainya) c. Jaringan Komputer (perancang sistem jaringan komputer atau network engineer dan sebagainya) Keterbatasan S1 adalah singkatnya waktu (sks) yang disediakan untuk mendapatkan ijasah Sarjana. Karena itu tidak mungkin bahwa lulusan S1 akan merupakan tenaga siap pakai. Solusi yang dipilih oleh Jurusan teknik Informatika adalah dengan memberikan bekal berupa pengetahuan dasar yang siap dipraktekkan di tempat kerja. Inipun hanya sempat untuk Rekayasa Perangkat Lunak dan tidak akan mampu untuk penguasaan akan materi ilmu sosial yang akan dikomputerisasi (misalnya perbankan, industri kimia, industri telekomunikasi dan sebagainya). Kendala lain adalah penyiapan Sumber Daya Manusia sebagai pengajar dan pendidik dibidang Informatika. Permintaan akan tenaga lulusan Informatika sedemikian tinggi, sehingga Perguruan Tinggi harus bersaing dengan industri untuk mendapatkan tenaga pengajar. Sesuai misi Perguruan Tinggi, Dosen Informatika harus mampu untuk mengajar, meneliti dan sekaligus melakukan Pengabdian Masyarakat. Ketiga misi Perguruan Tinggi ini idealnya harus dilakukan bersamaan karena Informatika adalah ilmu yang sedang berkembang, dan sekaligus dipakai. Pengajar yang terlalu teoritis tidak membawa mahasiswa ke dunia nyata. Dosen yang tidak pernah membangun aplikasi nyata sulit untuk mencicipi siklus kehidupan Rekayasa Perangkat Lunak yang unik sebagai suatu proyek, sekaligus tidak mendapatkan pengalaman dalam menggunakan tools (Perangkat Lunak Bantu) yang banyak berkembang dan hanya tersedia di luaran (akibat pendidikan yang dasar; maka pendalaman pemakaian tools terpaksa dikesampingkan). Dalam kegiatan belajar mengajar, karena Informatika tergolong ilmu yang unik maka seorang "programmer" yang baik belum tentu mampu menjadi pengajar pemrograman. Demikian pula seorang pengajar mata kuliah Compiler akan sangat sulit mengajarkan mata kuliah (ataupun kalau berhasil sulit dimengerti mahasiswanya) jika tidak pernah "menulis/membuat" compiler walau dalam skala kecil. Dosen juga perlu meneliti dan mengikuti hasil penelitian di negara maju, supaya kita tidak hanya sebagai konsumen teknologi, namun juga dapat memberikan kontribusi yang berarti dalam bidang Informatika. 4. Strata 2 (Program Megister) S2 bidang Informatika seharusnya mempunyai tiga arah spesialisasi : a. Mahasiswa berlatar belakang Informatika, yang diberi kesempatan memperdalam ilmu Informatika yang hanya sempat diberikan dasar dan aplikasinya di S1, atau b. Mahasiswa bidang ilmu lain atau berprofesi lain yang akan melengkapi pengetahuannya dengan rekayasa perangkat lunak supaya dapat kembali ke bidang ilmunya dan menjadi mitra yang baik dengan pengembang perangkat lunak c. Mahasiswa yang setelah lulus akan mampu menjadi manager yang baik dalam mengelola proyek pengembangan perangkat lunak karena pengelolaan pengembangan perangkat lunak mempunyai ciri khusus yang agak berbeda dibandingkan dengan pengelolaan bisnis yang lain. Untuk arah yang pertama, lulusannya diharapkan mempunyai kemampuan : 1) Menjadi anggota tim pengembangan perangkat lunak sistem (operating system, compiler, case tools, perangkat lunak atau jaringan komputer dan sebagainya) 2) Menjadi anggota tim pengembangan Perangkat Lunak aplikasi yang lebih berfokus kepada Software-nya. Misalnya sebagai perancang sistem perangkat lunak atau software engineer perancang sistem komputer secara keseluruhan termasuk perangkat keras dan perangkat lunak atau system engineer. 3) Menjadi pengontrol kualitas sistem perangkat lunak atau software quality assurance, ditinjau dari kualitas perangkat lunak sebagai software product. Sedangkan untuk arah yang kedua, lulusannya diharapkan mempunyai kemampuan sebagai penganalisis kebutuhan user atau system analyst, yang fungsinya menjembatani antara pihak user sebagai pemakai sistem komputer dengan perancang dan pembuat sistem komputer secara keseluruhan (termasuk pembuat perangkat lunak dan pengambil keputusan tentang perangkat keras yang diperlukan). Dari System Analyst dapat diketahui kebutuhan user sesuai dengan bidang ilmunya. Selain itu, lulusan kategori ini akan mampu melakukan validasi, verifikasi dana quality assurance dari produk ditinjau dari materi/fungsi yang dilakukan oleh perangkat lunak. Untuk kategori ketiga, lulusan harus memahami manajemen dari proyek pengembangan perangkat lunak (software project manager). Untuk saat ini, aspek ini belum dapat diwujudkan karena keterbatasan waktu dan latar belakang pengetahuan mahasiswa. Selain itu sebagai manager, diperlukan pengalaman. Sebetulnya akan ideal jika ada suatu program studi S2 yang dikhususkan kepada MBA dibidang teknologi informasi dengan syarat bahwa peserta harus sudah mempunyai pengalaman dalam suatu proyek pengembangan perangkat lunak berskala besar. 5. Strata 3 (Program Doktor) S3 menghasilkan lulusan bergelar doktor dan ditujukan untuk berfungsi sebagai peneliti dan pengajar. Sebagian besar lulusan S3 Informatika di Indonesia saat ini adalah lulusan Luar Negeri (kompas 18 Maret 1997), dan masih sangat terbatas jumlahnya serta kebanyakan bekerja utamanya sebagai pengajar dengan kegiatan lainnya meneliti. Kegiatan penelitian di Indonesia sendiri kurang banyak dilakukan dan terbatas perkembangannya. Kesulitan peneltian di bidang Informatika disebabkan karena permintaan masyarakat masih sangat tinggi untuk aplikasi, sehingga kebanyakan tenaga lulusan Informatika harus mencurahkan perhatiannya pada pembuatan aplikasi, dan bukan pada penelitian di bidang Informatika "murni". Daftar Pustaka 1. Inggriani Liem Farid Wazdi, Sri Purwanti : "Paradigma Pemrograman di masa mendatang", Seminar Komunikasi Hasi Penelitian ITB, 1994. 2. Informasi singkat tentang Jurusan Teknik Informatika (Program Studi Sarjana dan Megister), FTI-ITB, Maret 1997. 3. "Pengembangan Silabus Rekayasa Perangkat Lunak untuk Program Pasca Sarjana Teknik Informatika", Laporan Akhir dari Program Peningkatan Relevansi Pendidikan Teknik, Dikti-Depdikbud, maret 1997)