Uploaded by Indrayenti

84418-1670333119 (4)

advertisement
Nama
Kelas
Kelompok
: NURUL MUBAROKAH
: 009
:C
LK. 2.1 Eksplorasi Alternatif Solusi
No.
Masalah
terpilih yang
akan
diselesaikan
Akar Penyebab
masalah
1. Penggunaan model
pembelajaran yang
kurang bervariatif.
2. Pemilihan media
yang kurang tepat.
1
Rendahnya
pemahaman
siswa
pada
mata pelajaran
Pendidikan
Pancasila
Eksplorasi alternatif solusi
Berdasarkan kajian literatur, solusi untuk
masalah ini sesuai akar penyebabnya adalah:
1. Guru menggunakan model Project Based
Learning
untuk
pembelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan.
Berdasarkan hasil belajar siswa yang
diperoleh dari pre-test dan post-test dapat
diketahui bahwa terdapat pengaruh positif
dalam penerapan model project based
learning pada pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan. Pengaruh positif tersebut
yaitu pada penerapan model project based
learning siswa diberikan kesempatan untuk
bekerjasama
secara
berkelompok,
merangkum pengetahuan dari berbagai
sumber, dan mengaplikasikannya dalam
sebuah hasil karya berupa produk.
Analisis alternatif solusi
Berdasarkan eksplorasi alternatif solusi
melalui kajian literatur dan wawancara,
maka dapat dianalisis alternatif
solusinya yaitu sebagai berikut.
1. Guru
menggunakan
model
Project Based Learning untuk mata
pelajaran Pendidikan Pancasila.
Pembelajaran
berbasis
proyek
merupakan model belajar yang
menggunakan masalah sebagai
langkah awal dalam mengumpulkan
dan mengintegrasikan pengetahuan
baru berdasarkan pengalamannya
dalam beraktifitas secara nyata.
Kelebihan:
a. Meningkatkan motivasi siswa
dalam menyusun proyek.
b. Meningkatkan
kemampuan
 Sumber: Widyastuti, I., Utami, S., &
Uliyanti, E. (2016). Pengaruh model project
based learning terhadap hasil belajar
pendidikan kewarganegaraan di kelas IV
SD. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran
Khatulistiwa, 5(10).
Model pembelajaran Project Based
Learning merupakan salah satu model
pembelajaran
yang
diduga
dapat
meningkatkan motivasi dan hasil belajar
PPKn karena melalui model pembelajaran
ini siswa dituntut untuk memecahkan
masalah. Model Project Based Learning ini
lebih menuntut siswa untuk lebih aktif dan
melibatkan siswa dalam proses kegiatan
pembelajaran dengan menghasilkan bentuk
karya dalam bentuk tulisan, seni gambar
video atau presentasi yang sudah di
diskusikan oleh teman satu kelompoknya
yang mana sebelumnya mereka harus
merumuskan,
merancang,
merinci,
melaksanakan dan mengevaluasi.
 Sumber: Simanjuntak, L. (2021). Pengaruh
Model Project Based Learning Dan
Motivasi Belajar Terhadap Hasil Belajar
PPKn Di Kelas IV SD Negeri 106163
Percut Sei Tuan (Doctoral dissertation,
UNIMED).
pemecahan masalah.
c. Meningkatkan kolaborasi dan
kekompakan.
d. Meningkatkan
ketrampilan
mengelola sumber.
Kelemahan:
a. Membutuhkan waktu yang lama.
b. Membutuhkan fasilitas, peralatan
dan bahan yang memadai.
c. Tidak sesuai untuk siswa yang
mudah menyerah.
d. Kesulitan melibatkan semua siswa
dalam kerja kelompok.
Sumber: Niswara, R., Muhajir, M., &
Untari, M. F. A. (2019). Pengaruh
model project based learning terhadap
high order thinking skill. Mimbar
PGSD Undiksha, 7(2).
2. Guru
menggunakan
Powerpoint Interaktif.
media
Kelebihan:
a. Menarik: Secara penyajian media
microsoft power point dapat
memberi tampilan yang menarik.
Karena media ini dilengkapi dengan
permainan warna, huruf, animasi,
teks dan gambar atau foto.
2. Guru
mengembangkan
media b. Merangsang siswa: Media microsoft
pembelajaran Powerpoint Interaktif
power point mampu merangsang
Berbasis Humanisme pada tema makna
siswa untuk mengetahui lebih jauh
nilai-nilai Pancasila di kelas IV SD.
informasi mengenai materi yang
Media pembelajaran PowerPoint
tersaji.
Interaktif Berbasis Humanis memiliki c. Tampilan visual mudah dipahami:
kelebihan diantaranya siswa dapat belajar
Pesan informasi secara visual yang
dan melihat berbagai animasi gerak dan
disajikan oleh microsof power point
sambil bermain serta melihat beberapa
dapat dengan mudah dipahami
gambar yang kreatif dan inovatif, maka
siswa.
peserta didik tidak belajar sendiri melainkan d. Memudahkan
guru:
Media
harus berpasangan/berkelompok dalam
pembelajaran microsoft power point
media PowerPoint Interaktif, memudahkan
ini
dapat
membantu
atau
siswa belajar karena dibantu dengan
memudahkan seorang guru dalam
gambar-gambar yang ada di dalam media
proses belajar mengajar. Seorang
PowerPoint Interaktif Berbasis Humanisme,
guru
tidak
perlu
banyak
proses pembelajaran tidak membosankan
menerangkan materi yang sedang
dan dapat meningkatkan motivasi siswa.
disajikan.
e. Bersifat kondisional: Microsoft
 Sumber: Tanjung, E. S., & Silalahi, B. R.
power point merupakan sebuah alat
(2022). Pengembangan Media Pembelajaran
bantu yang bersifat kondisional.
Powerpoint Interaktif Berbeasis Humanisme
Maksud kondisional disini adalah
Pada Tema Makna Nilai-Nilai Pancasila Di
dapat diperbanyak dan dapat
Kelas IV SD. JURNAL PENDIDIKAN DAN
dipakai
secara
berulang-ulang
PEMBELAJARAN TERPADU (JPPT), 4(1),
sesuai dengan kebutuhan.
70-81.
f. Praktis: Media microsoft power
point ini juga merupakan alat yang
praktis. Praktis dalam penggunaan
maupun
dalam
penyimpanan.
Media ini dapat disimpan dalam
3. Pengimplementasian
Nilai-Nilai
bentuk data optik atau magnetik,
Pancasila pada Anak Sekolah Dasar
seperti CD, disket, dan flashdisk.
dengan Berlandaskan Metode Contextual
Sehingga praktis untuk dibawa
Teaching Learning.
Motede pembelajaran yang cocok
kemana-mana.
digunakan dalam pembelajaran pendidikan
kewarganegaraan
mengenai Kelemahan:
mengimplementasikan nilainilai pancasila a. Memakan waktu: Microsoft power
point ini memerlukan persiapan
dalam kehidupan sehari hari yakni metode
yang cukup menyita waktu dan
pembelajaran
Contextual
Teaching
tenaga. Untuk menggunakan media
Learning,
model
pembelajaran
ini
ini dibutuhkan kesabaran dan
dikembangkan pada pembelajarn ini karena
tahapdemi tahap untuk menyusun
dirasa selaras dengan karakteristik materi
dan
membuatnya.
Sehingga
yang diajarkan kepada siswa sehinga
membutuhkan waktu yang tidak
diharapkan
dapat
mencapai
tujuan
sedikit.
pembelajaran yang lebih efektif dan efisien.
b. Hanya bisa dioperasikan windows:
Media microsoft power point ini
 Sumber: Azizah, S. N., Fatimah, S., Dewi,
hanya dapat dijalankan atau
D. A., & Furnamasari, Y. F. (2021).
dioperasikan pada sistem operasi
Pengimplementasian Nilai-Nilai Pancasila
windows saja.
pada Anak Sekolah Dasar dengan
keahlian
lebih:
Berlandaskan Metode Contextual Teaching c. Membutuhkan
Untuk
menggunakan
media
Learning. EDUKATIF: JURNAL ILMU
microsoft
power
point
ini
PENDIDIKAN, 3(6), 4802-4809.
dibutuhkan keahlian yang lebih
untuk dapat membuat power point
4. Guru bisa mengembangkan multimedia
yang benar, baik dan menarik.
interaktif berbasis articulate storyline.
Dari hasil penelitian yang sudah
Tarigan,
L.
A.
C.
dilaksanakan, saran untuk guru dapat Sumber:
(2020). Pengaruh Penggunaan Model
menggunakan
multimedia
Articulate
storyline sebagai media pembelajaran,
selain tampilan yang menarik namun juga
banyak fasilitas yang menunjang untuk
pembelajaran dalam jaringan maupun
pembelajaran diluar jaringan. Dengan
menggunakan media articulate storyline
selain praktis dan juga memudahkan dalam
pembelajaran khususnya materi Pendidikan
Kwarganegaraan tentang materi Penerapan
pancasila dalam kehidupan sehari-hari.
Examples Non Examples dengan
Menggunakan Media Power Point
Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada
Mata Pelajaran IPA di Kelas IV SDN
065011
Asam
Kumbang
TA
2019/2020 (Doctoral
Dissertation,
Universitas Quality).
3. Metode Contextual
Learning
Teaching
Model pembelajaran Contextual
Teaching Learning ini merupakan
model pembelajaran menitikberatkan
keterkaitan
serta
menghubungkan
antara pengetahuan yang diperoleh
selama
pembelajaran
dan
diaktualisasikan
dalam
kehidupan
sehari-hari.
Hasil Wawancara:
Menurut Elaine B. Johnson
Teman sejawat (Gita Haksina Putri, S.Pd.,
(2007: 67) dalam bukunya ” Contextual
Hesinta Mita Aprilia, S.Pd. &Hinton Bima
Teaching and Learning “ kelebihan dan
Mahendra, S.Pd.)
kekurangan model pembelajaran CTL,
1. Model dan metode pembelajaran harus yang
yaitu:
aktif dan menyenangkan, salah satu model
yang bisa diterapkan adalah model
Kelebihan:
pembelajaran yang berbasis project.
a. Memberikan kesempatan pada
2. Media yang digunakan harus inovatif, dapat
siswa untuk dapat maju terus sesuai
menarik perhatian siswa
dengan potensi yang dimiliki.
3. Menggunakan metode Role Playing atau
b. Siswa dapat berfikir kritis dan
 Sumber: Pratama, A. N., & Batubara, H. H.
(2021).
Pengembangan
multimedia
interaktif berbasis articulate storyline materi
penerapan nilai-nilai pancasila. Bidayatuna
Jurnal Pendidikan Guru Mandrasah
Ibtidaiyah, 4(2), 157-168.
demonstrasi.
4. Menggunakan media Picture and Picture.
5. Menggunakan media Make a Match.
Wawancara dengan ahli (Frans Aditia
c.
Wiguna, M.Pd.)
1. Menggunakan Model Value Clarification
d.
Approach dan metode penanaman nilai
(Inculcation Approach).
2. Menggunakan PBL/PBM dengan siswa
e.
sebagai contohnya.
3. Menggunakan powerpoint interaktif.
f.
kreatif dalam mengumpulkan data,
memahami
suatu
isu
dan
memecahkan masalah dan guru
dapat lebih kreatif.
Menyadarkan siswa tentang apa
yang mereka pelajari.
Pemilihan informasi berdasarkan
kebutuhan siswa tidak ditentukan
oleh guru.
Pembelajaran lebih menyenangkan
dan tidak membosankan.
Terbentuk sikap kerja sama yang
baik antar individu maupun
kelompok.
Kelemahan:
a. Pemilihan informasi atau materi
dikelas didasarkan pada kebutuhan
siswa. Padahal, dalam kelas itu
tingkat
kemampuan
siswanya
berbeda-beda sehingga guru akan
kesulitan dalam menentukan materi
pelajaran
karena
tingkat
pencapaiannya siswa tadi tidak
sama.
b. Tidak efisien karena membutuhkan
waktu yang agak lama dalam
pembelajaran.
c. Nampak jelas antara siswa yang
memiliki kemampuan tinggi dan
siswa yang memiliki kemampuan
kurang,
yang
kemudian
menimbulkan rasa tidak percaya
diri bagi siswa yang kurang
kemampuannya.
d. Kesuksesan siswa tergantung dari
keaktifan dan usaha sendiri jadi
siswa yang dengan baik mengikuti
setiap pembelajaran dengan model
ini tidak akan menunggu teman
yang tertinggal dan mengalami
kesulitan.
e. Tidak setiap siswa dapat dengan
mudah menyesuaikan diri dan
mengembangkan kemampuan yang
dimiliki dengan penggunaan model
CTL ini.
f. Pengetahuan yang didapat oleh
setiap siswa akan berbeda-beda dan
tidak merata.
Sumber:https:jurnal.univpgripalembang.ac.id
4. Guru menggunakan metode Role
Playing
Kelebihan:
a. Dapat
memberikan
kesan
pembelajaran yang kuat dan tahan
lama dalam ingatan siswa.
b. Bisa menjadi pengalaman belajar
menyenangkan yang sulit untuk
dilupakan.
c. Membuat suasana kelas menjadi
dinamis dan antusiastis.
d. Membangkitkan
gairah
dan
semangat optimisme dalam diri
siswa serta menumbuhkan rasa
kebersamaa.
e. Memungkinkan siswa untuk terjun
langsung memerankan sesuatu yang
akan dibahas dalam proses belajar.
Kelemahan:
a. Banyaknya waktu yang dibutuhkan.
b. Kesulitan untuk menugaskan peran
tertentu kepada siswa jika tidak
dilatih dengan baik.
c. Ketidakmungkinan
menerapkan
Role Playing jika suasana tidak
kondusif.
d. Membutuhkan persiapan yang
benar-benar matang yang akan
menghabiskan waktu dan tenaga.
e. Tidak semua materi pelajaran dapat
disajikan dengan metode ini.
Sumber: Nugroho, M. (2017). Inovasi
Pembelajaran PPKn Menggunakan
Metode
Role
Playing. Prosiding
Konferensi Nasional Kewarganegaraan
III p-ISSN, 2598, 5973.
Kurangnya
1. Pembelajaran
guru Berdasarkan kajian literatur, solusi untuk
kemampuan
hanya
berpedoman masalah ini sesuai akar penyebabnya adalah:
siswa dalam
pada buku guru dan 1. Guru menggunakan model Problem
memahami
buku siswa.
Based Learning dalam pembelajaran.
soal
cerita 2. Siswa belum mampu
Penerapan model Problem Based
matematika.
memahami
dan
Learning merupakan salah satu alternatif
mengintegrasikan
yang tepat dalam melibatkan seluruh siswa
soal cerita dengan
berperan aktif dalam pembelajaran dan
konsep materi.
mengembangkan kemampuan berpikir,
karena semua pembelajaran di dalamnya
dikaitkan dengan permasalahan sehari-hari.
2
Sumber: Eismawati, E., Koeswanti, H. D.,
& Radia, E. H. (2019). Peningkatan hasil
belajar
matematika
melalui
model
pembelajaran problem based learning (PBL)
siswa kelas 4 SD. Jurnal Mercumatika:
Jurnal
Penelitian
Matematika
Dan
Pendidikan Matematika, 3(2), 71-78.
Model pembelajaran yang dipilih
untuk
melaksanakan
pembelajaran
matematika adalah model PBL, sebab
model tersebut mampu mengembangkan
kemampuan berpikir peserta didik untuk
memecahkan masalah.
 Sumber: Surya, Y. F. (2017). Penerapan
model pembelajaran problem based learning
Berdasarkan eksplorasi alternatif solusi
melalui kajian literatur dan wawancara,
maka dapat dianalisis alternatif
solusinya yaitu sebagai berikut.
1. Guru
menggunakan
model
Problem Based Learning untuk
pelajaran matematika.
Kelebihan:
a. Pembelajaran di kelas berpusat pada
peserta didik.
b. Meningkatkan pengendalian diri
peserta didik.
c. Peserta
didik
berpeluang
mempelajari/menyelidiki peristiwa
multidimensi dengan perspektif
yang lebih dalam.
d. Meningkatkan
keterampilan
pemecahan masalah peserta didik.
e. Peserta didik terdorong untuk
mempelajari materi dan konsep
baru pada saat memecahkan
masalah.
f. Meningkatkan keterampilan sosial
dan komunikasi peserta didik
sehingga dapat belajar dan bekerja
dalam kelompok.
g. Meningkatkan kemampuan berpikir
kritis dan berpikir ilmiah peserta
untuk
meningkatkan
hasil
belajar
didik.
matematika siswa kelas IV SDN 016 h. Memadukan teori dan praktik
Langgini
Kabupaten
Kampar. Jurnal
sehingga peserta didik berpeluang
Cendekia:
Jurnal
Pendidikan
memadukan pengetahuan lama dan
Matematika, 1(1), 38-53.
baru.
i. Mendukung proses pembelajaran.
2. Peningkatan kemampuan menyelesaikan
j. Peserta
didik
memperoleh
soal cerita dengan menggunakan media
keterampilan mengatur waktu,
kartu kerja pada siswa kelas II Sekolah
fokus,
mengumpulkan
data,
Dasar.
menyiapkan laporan dan evaluasi.
Media kartu kerja merupakan salah
peluang
kepada
satu alternatif yang dapat digunakan dan k. Memberikan
peserta
didik
untuk
belajar
terus dikembangkan dalam meningkatkan
sepanjang hayat.
keterampilan menyelesaikan soal cerita.
Guru dapat juga menggunakan media kartu
kerja untuk pencapaian materi pokok
lainnya, misalnya: menentukan jarak dan
kecepatan, menentukan keuntungan dan
kerugian, dll.
 Sumber: Mahmudah, S. (2015).
Peningkatan Ketrampilan Menyelesaikan
Soal Cerita Matematika Menggunakan
Media Kartu Kerja Pada Siswa Kelas II
SDN Purworejo Kecamatan Kandat
Kabupaten Kediri. PINUS: Jurnal
Penelitian Inovasi Pembelajaran, 1.
Kelemahan:
a. Guru
berpeluang
mengalami
kendala dalam mengubah gaya
mengajar.
b. Siswa berpeluang membutuhkan
lebih
banyak
waktu
untuk
menyelesaikan masalah ketika
pertama kali dikemukakan di kelas.
c. Individu atau kelompok dapat
menyelesaikan pekerjaan mereka
lebih awal atau terlambat.
d. Problem
Based
Learning
membutuhkan materi yang kaya dan
penyelidikan/riset.
e. Problem Based Learning cukup
Hasil Wawancara:
Kepala sekolah: Ahmad Muniib Muqorroba,
S.Pd.
1. Menggunakan model pembelajaran berbasis
masalah, bisa didukung dengan media
interaktif.
2. Menggunakan media benda nyata yang
disesuaikan dengan materinya.
Teman sejawat (Rino Fandriato, S.Pd. &
Hesinta Mita Aprilia, S.Pd)
1. Pembelajaran dengan menggunakan model
Problem Solving.
2. Guru
menggunakan
pendekatan
pembelajaran berbasis PAIKEM.
3. Pembelajaran diharapkan berpusat kepada
siswa.
4. Guru menyampaikan materi harus disertai
model/alat peraga atau diberikan contoh
nyata.
5. Soal cerita diilustrasikan dalam bentuk
gambar.
6. Menuliskan soal cerita dalam bentuk
kalimat matematika.
sulit diterapkan di semua kelas.
f. Cukup
sulit
untuk
menilai
pembelajaran.
Sumber: Zainal, N. F. (2022). Problem
Based Learning pada Pembelajaran
Matematika di Sekolah Dasar/Madrasah
Ibtidaiyah. Jurnal Basicedu, 6(3), 35843593.
2. Menggunakan
sebagai media.
benda
konkret
Kelebihan:
a. Meningkatkan
keterampilan
problem solving siswa.
b. Meningkatkan kemampuan berpikir
kreatif siswa.
c. Meningkatkan kemampuan visual
thinking siswa.
Kelemahan: Media
pembelajaran
konkret membutuhkan perhatian lebih
dari guru ketika digunakan dan juga
perawatan agar tidak ada komponen
yang hilang atau rusak, sehingga
menyita lebih banyak waktu.
Sumber: Khairunnisa, G. F., & Ilmi, Y.
I. N. (2020). Media pembelajaran
matematika konkret versus digital:
Systematic literature review di era
revolusi industri 4.0. Jurnal Tadris
Matematika, 3(2), 131-140.
3.
Guru menggunakan model
pembelajaran problem solving untuk
pelajaran matematika.
Kegiatan
belajar
mengajar
(KBM) dalam proses problem solving
matematika dapat melatih siswa
menemukan
berbagai
alternatif
penyelesaian
permasalahan
dan
mengembangkan pemikiran siswa.
Setiap proses pembelajaran terutama
mata pelajaran matematika, sering
terdapat temuan berupa manfaat
maupun
kendala
dalam
proses
pelaksanaan pembelajaran tersebut.
Kelebihan:
a. Mendidik siswa untuk berpikir
sistematis.
b. Mampu mencari jalan keluar
terhadap situasi yang dihadapi.
c. Belajar menganalisis suatu masalah
dari berbagai aspek.
d. Mendidik siswa percaya diri sendiri.
e. Berpikir dan bertindak kreatif.
f. Memecahkan
masalah
yang
dihadapi secara realistis.
g. Merangsang
perkembangan
kemajuan berpikir siswa untuk
menyelesaikan
masalah
yang
dihadapi dengan tepat.
Kelemahan:
a. Memerlukan waktu yang cukup
banyak.
b. Kemampuan
siswa
dalam
memecahkan masalah berbeda beda
ada
yang
sempurna
dalam
memecahkan masalah tetapi ada
juga
yang
kurang
dalam
memecahkan masalah.
Sumber: Yusuf, O. L., & Sutiarso, S.
(2017). Problem Solving Dalam
Pembelajaran Matematika. In Prosiding
Seminar Nasional Matematika dan
Pendidikan Matematika (Vol. 1, No. 1,
pp. 281-287).
3
Rendahnya
1. Minat siswa dalam Berdasarkan kajian literatur, solusi untuk
minat
baca
membaca rendah dan masalah ini sesuai akar penyebabnya adalah:
pada pelajaran
tidak
didukung
1. Penerapan metode Scrumble untuk
bahasa
dengan kemampuan
meningkatkan minat baca siswa.
Indonesia.
guru dalam inovasi
Model
pembelajaran
scrumble
kegiatan literasi.
merupakan model pembelajaran yang
2. Guru hanya berpacu
mengajak siswa untuk menemukan jawaban
pada bacaan yang ada
Berdasarkan eksplorasi alternatif solusi
melalui kajian literatur dan wawancara,
maka dapat dianalisis alternatif
solusinya yaitu sebagai berikut.
1. Guru
menerapkan
Scrumble.
metode
Scramble
artinya
perebutan,
pertarungan atau perjuangan. Scramble
di buku paket atau
dan menyelesaikan permasalahan yang ada
tidak
mencoba
dengan cara membagikan lembar kartu soal
membuat
bacaan
dan jawaban yang disertai dengan
sendiri yang lebih
alternative jawaban yang tersedia.
menarik.
3. Tidak ada refleksi  Sumber: Sumira, D. Z., Deasyanti, D., &
Herawati, T. (2018). Pengaruh metode
setelah
kegiatan
scramble dan minat baca terhadap
membaca.(Hanya
kemampuan membaca pemahaman siswa
sekedar membaca)
sekolah dasar. Indonesian journal of
primary education, 2(1), 62-71
2. Peningkatan
minat
baca
melalui
pembelajaran berbasis masalah pada
mata pelajaran bahasa Indonesia.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
tingkat minat baca siswa melalui PBL
mengalami
peningkatan.
Peningkatan
tersebut
dapat
dilihat
melalui
siklus/pertemuan yang telah dilakukan.
Pada siklus I hasil tes pembelajaran
menggunakan PBL untuk hasil tertinggi 82
dan hasil terendah 62 dengan rata-rata
69,1%
 Sumber: Aziartiya, S. (2014). Peningkatan
Minat Baca Melalui Pembelajaran Berbasis
Masalah Pada Mata Pelajaran Bahasa
Indonesia Di SDN Pamulang Permai Kelas
V (Penelitian Tindakan Kelas).
merupakan
salah
satu
metode
pembelajaran kooperatif yang dapat
melatih kekompakan siswa dalam
kelompok dan mampu memotivasi
siswa untuk mengikuti pelajaran
dengan baik.
Dalam metode ini,
mereka tidak hanya diminta untuk
menjawab soal, tetapi juga menerka
dengan cepat jawaban soal yang sudah
tersedia namun masih dalam kondisi
acak. Ketepatan dan kecepatan berfikir
menjawab soal menjadi salah satu kunci
permainan
metode
pembelajaran
scramble.
Kelebihan:
a. Setiap
anggota
kelompok
bertanggung jawab atas segala
sesuatu yang dikerjakan dalam
kelompoknya.
b. Metode
pembelajaran
ini
memungkinkan siswa untuk saling
belajar sambil bermain.
c. Selain
membangkitkan
kegembiraan
dan
melatih
keterampilan
tertentu
metode
scramble juga dapat memupuk rasa
solidaritas dalam kelompok.
d. Materi yang diberikan melalui salah
satu metode permainan biasanya
mengesankan dan sulit untuk
dilupakan.
Hasil Wawancara:
Teman sejawat (Hesinta Mita Aprilia, S.Pd)
1. Pembelajaran menggunakan media yang
menarik sesuai kebutuhan siswa, contohnya
media audiovisual (video).
2. Guru membuat modul/bacaan yang
menarik.
3. Membaca menyimak (Siswa secara
bergantian membaca dan siswa yang lain
menyimak, kemudian melanjutkan
membaca).
Wawancara dengan pakar (Novi Nitya Santi,
M.Psi)
1. Guru menyediakan bahan bacaan yang
menarik.
2. Memanfaatkan perpustakaan semaksimal
mungkin.
3. Siswa memilih buku yang menarik,
kemudian diminta untuk membaca dan
selanjutnya menceritakan kembali apa yang
telah dibaca di depan teman-temannya.
e. Sifat kompetitif dalam metode ini
dapat mendorong siswa berlombalomba untuk maju.
f. Melatih siswa untuk berpikir cepat
dan tepat.
g. Mendorong siswa untuk belajar
mengerjakan soal dengan jawaban
acak.
h. Melatih kedisiplinan siswa.
Kelemahan:
a. Pembelajaran ini terkadang sulit
dalam merencanakannya karena
terbentur dengan kebiasaan siswa
dalam belajar.
b. Terkadang
dalam
mengimplementasikannya,
memerlukan waktu yang panjang
sehingga guru sulit menyesuaikan
dengan
waktu
yang
telah
ditentukan.
c. Metode pembelajara ini biasanya
menimbulkan suara gaduh.
d. Siswa bisa saja mencontek jawaban
temannya.
e. Siswa tidak dilatih untuk berpikir
kreatif.
f. Siswa menerima bahan mentah
yang hanya perlu diolah dengan
baik.
Wawancara dengan pakar (Frans Aditia
Wiguna, M.Pd.)
1. Guru harus menyiapkan pembelajaran yang
A.
(2019,
heterogen sesuai dengan kemampuan tiap Sumber:Rosmanah,
October).
Pentingnya
Model
siswa yang tidak sama satu sama lainnya.
Pembelajaran Scramble Berbantuan
2. Menggunakan model SCL (Student
Centered Learning), metode Role Playing
(metode disesuaikan dengan tujuan
pembelajarannya).
3. Menggunakan strategi PBL/PBM dan
dengan media sekitar lingkungan siswa.
4. Menggunakan media mind map/peta konsep
dengan berpedoman 5 W + 1 H.
Media Visual dalam Pembelajaran IPS
Di Sekolah Dasar. In Prosiding Seminar
Nasional Pendidikan (Vol. 1, pp. 706712).
2. Guru menerapkan pembelajaran
berbasis masalah (PBM/PBL)
pada pelajaran bahasa Indonesia
Karakteristik PBL:
Pembelajaran Problem Based Learning
(pembelajaran berbasis – masalah)
adalah seperangkat model mengajar
yang menggunakan masalah sebagai
fokus
untuk
mengembangkan
keterampilan pemecahan masalah,
materi, pengaturan diri. Berbicara
merupakan suatu proses penyampaian
informasi dari komunikator kepada
komunikan.
Penggunaan
model
pembelajaran Problem Based Learning
( PBL) sangat efektif digunaakan pada
saat pembelajaran, dimana peserta didik
dapat menemukan konsep, ide-ide dan
juga
dapat
meningkatkan
kemampuannya dalam berbicara.
Sumber: Amara, I. (2022, January).
Pengaruh Penggunaan Model Problem
Based Learning (PBL) Terhadap
Kemampuan Berbicara Siswa di Kelas
V SDN 1 Anggrek. In Prosiding
Seminar Nasional Pendidikan Dasar.
Kelebihan:
a. Dapat meningkatkan motivasi dan
minat belajar siswa, interaksi
siswa dengan siswa dan dengan
guru. Hal ini terbukti dengan
adanya dekatnya siswa antar
siswa maupun siswa dengan guru.
b. Para
siswa lebih ceria dalam
mengikuti pembelajaran.
c. Melatih siswa untuk berpikir tingkat
tinggi.
d. Siswa terangsang pikiran, perasaan
dan perhatiannya sehingga dapat
membangkitkan minat terjadinya
proses pembelajaran.
Kelemahan:
Bagi siswa yang kemampuannya
rendah
atau
kurang
terampil
berbicara
dalam
berdiskusi
kelompok untuk memecahkan masalah
maka siswa tersebut kurang aktif
juga dalam bekerja sama dengan
teman-temannya.
Sumber:
Muchib,
M.
(2018).
Penerapan model PBL dengan video
untuk meningkatkan minat dan prestasi
belajar
bahasa
Indonesia. Wiyata
Dharma: Jurnal Penelitian Dan
Evaluasi Pendidikan, 6(1), 25-33.
3. Penggunaan media audiovisual
(Video).
Media audio visual merupakan
media perantara atau penggunaan
materi dan
penyerapannya melalui pandangan dan
pendengaran sehingga membangun
kondisi yang dapat membuat siswa
mampu memperoleh pengetahuan,
keterampilan, atau sikap. Contoh
media audio visual misalnya
film, film bingkai (slides), dan audio
visual
dalam
bentuk
digital
(Widaryanto dan Sulfemi, 2016: 1-10).
Kelebihan:
a. Dapat digunakan untuk klasikal.
b. Dapat digunakan seketika.
c. Digunakan secara berulang.
d. Dapat menyajikan materi secara
fisik tidak dapat bicara kedalam
kelas.
e. Dapat menyajikan objek yang
f.
g.
h.
i.
bersifat bahaya.
Dapat menyajikan objek secara
detail.
Tidak memerlukan ruang gelap.
Dapat diperlambat dan dipercepat.
Menyajikan gambar dan suara
Kelemahan:
a. Sukar untuk dapat direvisi.
b. Relative mahal.
c. Memerlukan keahlian khusus.
d. Peralatan harus lengkap.
Sumber: Nurfadhillah, S., Cahyani, A.
P., Haya, A. F., Ananda, P. S., &
Widyastuti, T. (2021). Penerapan
Media Audio Visual Berbasis Video
Pembelajaran Pada Siswa Kelas Iv Di
Sdn Cengklong 3. PANDAWA, 3(2),
396-418.
4. Menggunakan
Playing
metode
Role
Model
pembelajaran
Role
Playing
atau
bermain
peran
penekannyaterletak pada keterlibatan
emosional dan pengamatan indera
dalamsuatu situasi masalah yang secara
nyata dihadapi.
Menurut Djumingin (2016: 239),
kelebihan dan kelemahan metode role
playing sebagai berikut.
Kelebihan:
a. Menarik perhatian siswa karena
masalah-masalah sosial berguna
bagi mereka.
b. Bagi siswa, berperan seperti orang
lain, mereka dapat merasakan
perasaan orang lain, mengakui
pendapat
orang
lain,
saling
mengerti,
tenggangrasa
dan
mempunyai rasa toleransi.
c. Melatih siswa untuk mendesain
suatupenemuan.
d. Berpikir dan bertindak kreatif.
e. Memecahkan
masalah
yang
dihadapi secara realistis karena
siswa dapat menghayatinya.
f. Dapat menstimulus perkembangan
kemajuan berpikir siswa untuk
menyelesaikanmasalah
yang
dihadapi dengan tepat.
Kelemahan:
a. Guru harus dapat memahami betul
langkah-langkah
pelaksanaanya,
jika tidak maka akan mengacaukan
proses pembelajaran.
b. Memerlukan alokasi waktu yang
lebihlama.
c. Memerlukan tempat yang cukup
luas.
Sumber:
Rositadesi,
R.
D.
(2021). Pengaruh Model Pembelajaran
Role Playing Terhadap Keterampilan
Membaca Pada Mata Pelajaran
Bahasa Indonesia Siswa Kelas IV SDN
Jeddih 4 (Doctoral Dissertation, Stkip
Pgri Bangkalan).
DOKUMENTASI KEGIATAN WAWANCARA
Download