Kesetimbangan Kimia By: Beatrice Phoebe Kesuma Sherenita Devina Vinny Vannesia Bong 2702263440 2702277736 2702274066 2702289313 SCIE6053015 - Chemistry Lecture: Donald John Calvien H, S.Si, M.Si FOOD TECHNOLOGY FACULTY OF ENGINEERING BINUS UNIVERSITY TANGERANG 2023 1. Introduction Kesetimbangan kimia merupakan kondisi dimana laju reaksi maju dan reaksi balik adalah sama, sehingga konsentrasi pelarut dan produk konstan seiring waktu. Berdasarkan azas Le Châtelier terdapat faktor-faktor luar yang mempengaruhi kesetimbangan kimia, yaitu perubahan konsentrasi, perubahan suhu, dan perubahan tekanan. Menaikkan konsentrasi komponen reaksi akan membuat sistem mengurangi komponen itu. Sedangkan konsentrasi diperkecil, sistem akan menambah komponen tersebut. Penambahan tekanan pada dengan cara mengecilkan volume berbanding lurus dengan kenaikan konsentrasi komponen pada reaksiKetika suhu sistem dinaikkan, kesetimbangan akan bergeser ke daerah pihak yang mengalami reaksi endoterm dan begitu pula sebaliknya (Ebbing & Gammon, 2017). Pada saat-saat tertentu reaksi yang tidak sempurna akan berlangsung hingga suatu titik dan meninggalkan zat-zat yang tidak bereaksi. Pada reaksi yang laju reaksi ke kanan maupun kirinya sama serta konsentrasi reaktan dan konsentrasi produk tetap, tidak akan menyebabkan perubahan. Kesetimbangan ini disebut kesetimbangan dinamis karena sebenarnya reaksi masih berlanjut. Seperti namanya, kesetimbangan dinamis berlangsung secara terus-menerus dalam dua arah dan tidak terjadi perubahan konsentrasi yang menyebabkan reaksi dapat berlaku bolak-balik atau reversible (Haryono, 2019). Dalam kehidupan sehari-hari ada banyak contoh kesetimbangan, antara lain perubahan wujud cair, kesetimbangan dalam mulut, dan kesetimbangan dalam tubuh. Reaksi kimia yang terjadi terdapat dua jenis, yaitu reaksi bolak-balik (reversible) dan reaksi satu arah (irreversible). Kebanyakan reaksi kimia akan berlangsung secara reversible. Pada reaksi reversible, reaksi berawal dengan pembentukkan produk. Setelah produk terbentuk, reaksi akan kembali membentuk molekul reaktan dari molekul produk itu. Kesetimbangan akan tercapai bila konsentrasi pada reaktan dan produk tidak lagi mengalami perubahan dan laju reaksi ke kiri dan ke kanan sama (Chang & Overby, 2019). Dalam kasus medis, proses terjadinya hypoxia juga berkaitan dengan kesetimbangan kimia. Hypoxia adalah suatu kondisi dimana jaringan tubuh memiliki jumlah oksigen yang rendah. Kondisi ini sering terjadi ketika kita berada di permukaan tinggi yang menyebabkan penurunan kadar oksigen dalam tubuh. π»π (ππ) + π2 (π) → π»ππ2 (ππ) Sesuai asas Le Châtelier, kekurangan jumlah O2 akan menggeser kesetimbangan ke arah reaktan (kiri). Hal ini kemudian menyebabkan kekurangan HbO2 yang memicu hypoxia. (Timberlake, 2019) Dalam percobaan kali ini, pembuktian asas Le Châtelier akan dibahas. Asas Le Châtelier berbunyi “Bila terhadap suatu kesetimbangan dilakukan suatu Tindakan maka akan terjadi perubahan yang cenderung mengurangi pengaruh aksi tersebut.” Beberapa faktor yang dapat memengaruhi suatu kesetimbangan kimia adalah konsentransi, katalis, dan volume. Konsentransi zat yang ditambahkan pada produk akan mengakibatkan kesetimbangan bergeser ke arah reaktan. Selanjutnya, ada katalis yang dapat mempersingkat waktu untuk mencapai kesetimbangan. Volume sendiri hanya berlaku untuk campuran gas, dimana apabila Kelompok 1 BB46 2 terjadi perubahan volume maka akan mengakibatkan perubahan konsentransi juga. Perubahan konsentransi ini akan menggeser kesetimbangan kimia. (Timberlake, 2019) 2. Methodology Material. Bahan yang digunakan dalam percobaan kesetimbangan kimia adalah PbSO4 padat, KI 1M, K2SO4 1M, KSCN pekat, KSCN 1M, kristal Na2HPO4, FeCl3 pekat, FeCl3 1M, CuSO4.5H2O dan akuades. Adapun alat yang digunakan yaitu tabung reaksi, spatula, timbangan, pipet ukur, gelas ukur 25 ml, gelas beaker 100 ml, pengaduk gelas, cawan penguap, hot plate, spatula, timbangan dan pipet tetes. Menentukan reaksi bolak-balik. Pertama, tabung reaksi dimasukkan PbSO4 sebanyak 1 spatula, kemudian ditambahkan 5 ml larutan KI 1 M. Larutan tersebut diaduk dan hasilnya dicatat. Endapan pada larutan dibuang dan kemudian dicuci dengan akuades lalu diendapkan kembali dan dibuang larutannya sebanyak 3 kali. Selanjutnya endapan ditambahkan 5 ml larutan K2SO4 1M lalu diaduk dan dicatat hasilnya. Larutan didekantasi dan dicuci dengan akuades, kemudian ditambahkan larutan KI 1 M. Larutan diamati dan dicatat hasilnya. Pengaruh perubahan konsentrasi terhadap kesetimbangan reaksi. Tabung reaksi dimasukkan akuades sebanyak 25 ml lalu ditambahkan 2 tetes larutan KSCN 1 M dan 2 tetes larutan FeCl3 1 M. Larutan diaduk kemudian dibagi rata ke dalam 5 tabung reaksi. Untuk tabung reaksi 2 dimasukkan 1 tetes larutan KSCN 3M, tabung reaksi 3 dimasukkan 1 tetes larutan FeCl3 3M, tabung reaksi 4 dimasukkan sedikit kristal Na2HPO4, dan tabung reaksi 5 dimasukkan 5 ml akuades. Kelima tabung reaksi tersebut diguncang dan dibandingkan warnanya dengan tabung reaksi 1. Pengaruh perubahan suhu terhadap kesetimbangan reaksi. Sebanyak 3 g CuSO4.5H2O dimasukkan ke dalam cawan penguap. Perubahan warna yang terjadi di amati. Kemudian padatan tersebut dibiarkan sampai dingin, lalu ditetesi dengan akuades. Perubahan yang terjadi diamati dan dicatat hasilnya. 3. Result and Dicussion Menentukan reaski bolak-balik. Pada percobaan ini dilakukan dengan sejumlah padatan PbSO4 yang dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan ditambahkan 5 mL KI 1 M hingga terbentuk endapan. Kemudian larutan didekantasi dan ditambahkan sedikit akuades, dekantasi dilakukan sebanyak 3 kali sebelum akhirnya ditambahkan 5 mL K2SO4 1 M. Selanjutnya larutan didekantasi lagi dan ditambahkan 5 mL KI 1 M untuk yang terakhir kalinya. Hasil yang didapatkan yaitu larutan berwarna kuning dan terjadi pengendapan, setelah didekantasi larutan yang ditambahkan K2SO4 berubah warna menjadi putih bening. Setelah melalui tahapan dekantasi lagi, larutan kemudian ditambahkan KI dan hasil akhirnya yaitu larutan berwarna kuning dan terdapat endapan. Karena penambahan larutan KI di dalam tabung reaksi berisi PbSO4 menghasilkan endapan berwarna kuning kesetimbangan akan bergeser ke kanan atau ke arah produk. Sedangkan, setelah didekantasi dan selanjutnya ditambahkan larutan K2SO4 warnanya Kelompok 1 BB46 3 berubah menjadi putih yang berarti kesetimbangan bergeser ke kiri atau ke arah reaktan. Setelah didekantasi dan ditambahkan larutan KI kembali, larutan terlihat menjadi berwarna kuning dengan endapan, artinya kesetimbangan bergeser lagi ke arah produk (Haryono, 2019). Dapat disimpulkan bahwa dalam percobaan ini reaksi kesetimbangan bergeser ke arah zat yang ditambahkan, berikut ini adalah persamaan reaksi yang terjadi: ππππ4 (π ) + πΎπΌ(ππ) → πππΌ2 (π ) + πΎ2 ππ4 (ππ) πππΌ2 (π ) + πΎ2 ππ4 (ππ) → ππππ4 (π ) + 2πΎπΌ(ππ) ππππ4 (π ) + 2πΎπΌ(ππ) → πππΌ2 (π ) + πΎ2 ππ4 (ππ) Hal ini menunjukkan bahwa reaksi yang terjadi adalah reaksi bolak-balik (reversible). Aksi penambahan larutan lain dan adanya dekantasi, yaitu proses pemisahan antara larutan dan endapan yang terbentuk. Dekantasi dalam percobaan ini bertujuan untuk membentuk padatan yang bersih dari larutan sebelumnya dengan menggunakan akuades (Waskitho, 2019). Dengan kedua aksi ini menyebabkan sistem mengupayakan agar aksi yang dilakukan tidak memengaruhi reaksi dan pada akhirnya dicapai kesetimbangan. Adapun faktor-faktor yang dapat memengaruhi pergeseran kesetimbangan suatu reaksi adalah perubahan volume, kenaikan atau penurunan temperatur, perubahan konsentrasi, perubahan tekanan, perubahan jumlah mol, dan perubahan jumlah mol (Haryono, 2019). Pengaruh perubahan konsentransi terhadap kesetimbangan kimia. Pada gelas beaker, ditambahkan 5 mL akuades, 2 tetes KSCN 1 M, dan 2 tetes FeCl3 1 M. Setelah larutan teraduk sempurna, larutan ini dibagi ke dalam 5 tabung reaksi dengan masing-masing sebanyak 5 mL. Tabel 1. Tabel hasil pengamatan warna larutan dalam percobaan pengaruh konsentransi terhadap kesetimbangan kimia Zat Awal 5 mL akuades + KSCN 1 M + FeCl3 1 M Penambahan Zat Hasil (Warna Larutan) - Bening 1 tetes KSCN 3 M Oranye muda 1 tetes FeCl3 3 M Merah Padatan Na2HPO4 Bening & sedikit kuning 5 mL akuades Bening Persamaan reaksi yang terjadi pada percobaan kedua adalah: Kelompok 1 FeCl3 + KSCN β Fe(SCN)3 + KCl FeCl3 + KSCN β Fe(SCN)3 + KCl FeCl3 + KSCN β Fe(SCN)3 + KCl BB46 4 FeCl3 + Na2HPO4 β FePO4 + HSCN + 2Na FeCl3+ KSCN + 5H2O β Fe(H2O)5(SCN)Cl2 + KCl Tabung reaksi pertama merupakan larutan kontrol, yang tidak ditambahkan zat apapun lagi karena dipakai untuk sebagai pembanding warna larutan terhadap tabung-tabung lainnya. Pada tabung reaksi kedua dan ketiga, ditambahkan 1 tetes KSCN 3 M dan 1 tetes FeCl 3 3 M yang mengakibatkan larutan berubah warna menjadi oranye muda dan merah secara berurutan. Hal ini disebabkan penambahan ion SCN- dan Fe3+ yang mengakibatkan kesetimbangan bergeser ke arah kanan, sehingga warna menjadi lebih pekat. Pada tabung reaksi keempat, ditambahkan kristal NaHPO4 ke dalam larutan sehingga warnanya menjadi pudar dan bening. Hal ini terjadi karena ion PO43- yang berikatan dengan Fe3+ sehingga membentuk FePO4 dan ion Fe3+ mengalami penurunan agar kesetimbangan reaksi tidak berubah. Tabung kelima juga mengalami pemudaran warna setelah ditambahkan 5 mL akuades yang disebabkan oleh pergeseran kesetimbangan ke arah kiri. Warna yang lebih bening didapatkan karena jumlah pereaksi yang dikurangi setelah penambahan air. Prinsip Le Châtelier berbunyi “Bila terhadap suatu kesetimbangan dilakukan suatu tindakan maka akan terjadi perubahan yang cenderung mengurangi pengaruh aksi tersebut.” Dalam percobaan ini, faktor yang memengaruhi kesetimbangan kimianya adalah perubahan konsentransi. Apabila kita menambahkan atau mengurangi zat pada larutan, maka reaksi kimia akan terjadi untuk mengganti konsentransi zat yang terganti. Pada penggunaan reaktan atau produk dalam bentuk padatan ataupun cairan murni , maka perubahan jumlah zat tidak akan memengaruhi kesetimbangan kimia . Dalam reaksi kesetimbangan, penambahan reaktan atau pengurangan produk akan menghasilkan lebih banyak produk, sementara penambahan produk atau pengurangan reaktan akan menghasilkan lebih banyak reaktan. (Ebbing & Gammon, 2017). Percobaan ini telah membuktikan prinsip Le Châtelier yang menjelaskan tentang pengaruh konsentransi terhadap kesetimbangan kimia. Pengaruh perubahan suhu terhadap kesetimbangan reaksi. Percobaan ini dilakukan menggunakan 3 gram CuSO4.5H2O yang telah disediakan. Lalu kristal dipanaskan dalam beaker glass dengan hotplate. Selama dipanaskan, CuSO4.5H2O yang awalnya bewarna biru, akan perlahan berubah menjadi kristal bewarna putih. Setelah itu, pemanasan dihentikan dan dibiarkan dingin untuk beberapa waktu. Lalu kristal putih ditetesi akuades, maka warna kristal akan berubah seperti semula, yaitu biru. Dalam percobaan ini, faktor yang mempengaruhi kesetimbangannya menurut azas Le Chatelier adalah perubahan temperatur. Kristal CuSO4.5H2O yang dipanaskan berarti menyerap kalor dari lingkungan masuk ke sistem. Hal ini menyebabkan reaksi maju ke arah endoterm (produk) atau dari arah kiri ke kanan. Sedangkan pada saat kristal putih hasil pemanasan ditetesi air, akan terjadi pelepasan kalor dari sistem ke lingkungan. Artinya reaksi akan balik ke arah eksoterm (reaktan) atau dari arah kanan ke kiri (Chang & Overby, 2019). Berikut adalah persamaan reaksinya: - Persamaan reaksi saat dipanaskan πΆπ’ππ4 . 5π»2 π(π ) → πΆπ’ππ4(π ) + 5π»2 π(π) Kelompok 1 BB46 5 - Persamaan reaksi saat ditetesi air πΆπ’ππ4 + 5π»2 πππ → πΆπ’ππ4 . 5π»2 π(π ) Perubahan warna kristal pada saat dipanaskan dari warna biru menjadi warna putih berhubungan dengan kadar H2O. Tembaga(II) sulfat pentahidrat termasuk hidrat yang merupakan senyawa dengan kandungan molekul air yang terikat secara lemah dalam kristalnya. Kristal CuSO4.5H2O akan menguap meninggalkan kristal CuSO4 bewarna putih. Kristal ini disebut Tembaga(II) sulfat anhidrat. Sedangkan saat ditetesi akuades, kristal anhidrat akan kembali bewarna biru karena molekul air terikat lagi (Ebbing & Gammon, 2017). 4. Summary Pada percobaan pertama dapat disimpulkan bahwa ketika larutan ditambahkan KI, maka akan menghasilkan endapan berwarna kuning yang artinya kesetimbangan bergeser ke arah kanan dan saat larutan ditambahkan larutan K2SO4 warnanya berubah menjadi putih yang berarti kesetimbangan bergeser ke kiri. Untuk percobaan kedua menerapkan konsep dari pengaruh konsentransi terhadap kesetimbangan kimia sesuai asas Le Châtelier. Pada tabung reaksi yang terdapat penambahan zat reaktan, akan menghasilkan produk lebih banyak (warna lebih pekat), dan pada tabung yang terdapat penambahan zat produk, warna larutan akhir memudar karena produk berkurang. Pada percobaan terakhir terlihat bahwa kristal yang awalnya biru berubah menjadi putih ketika dipanaskan, hal ini berarti reaksi ke arah kanan dan ketika kristal putih ditetesi akuades, kristal berubah menjadi biru lagi, yang artinya reaksi ke arah kiri. 5. References Ebbing, D. D., & Gammon, S. D. (2017). General Chemistry. Cengage Learning. Haryono, H. E. (2019) Kimia dasar. Yogyakarta: Deepublish. Heny Ekawati Haryono. (2019). Kimia Dasar. Yogyakarta: Deepublish. Raymond Chang. (2019). Chemistry thirteenth edition. McGraw-Hills education. Timberlake, K. C. (2019). Basic Chemistry. Pearson Education (US). Kelompok 1 BB46 6 Waskitho, D. A. (2019). Metode Pemisahan Campuran Dekantasi. Retrieved October 20, 2023, from https://civitas.uns.ac.id/10719020Damarisadiwaskitho/metode-pemisahancampuran-dekantasi/# Kelompok 1 BB46 7