BAB V PEMBEBANAN BIAYA BERBASIS AKTIVITAS (ACTIVITY BASED COSTING/ABC) 5.1. Pengertian dan Konsep Dasar Activity Based Costing/ABC (Sistem penentuan harga pokok atas dasar aktivitas) merupakan sistem akuntansi yang terfokus kepada aktivitas-aktivitas yang dilakukan untuk menghasilkan produk atau jasa. ABC menyediakan informasi mengenai aktivitas-aktivitas dan sumber-sumber daya yang dibutuhkan untuk melaksanakan aktivitas-aktivitas tersebut. Aktivitas (activity) adalah setiap kejadian atau transaksi yang merupakan pemicu biaya (cost driver), yaitu bertindak sebagai factor penyebab (causal factor) pengeluaran biaya dalam suatu organisasi.Aktivitas-aktivitas ini menjadi titik-titik penghimpun biaya. Pertama, biaya-biaya ditelusuri ke aktivitas-aktivitas, kedua, aktivitas-aktivitas tersebut ditelusuri ke produk atau jasa berdasarkan penggunaan aktivitas oleh produk atau jasa tersebut. Konsep-konsep yang mendasari ABC adalah sebagai berikut : 1. Aktivitas-aktivitas yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan pelanggan akan mengkonsumsi sumber-sumber daya yang memerlukan uang. Manajer mengidentifikasi aktivitasaktivitas utama yang dilakukan oleh setiap departemen serta sumber-sumber daya yang dikonsumsinya dan kemudian memilih pemicu biaya untuk setiap aktivitas tersebut. Pemicu biaya harus merupakan ukuran yang dapat dikuantifikasi dari apa yang menyebabkan sumber-sumber daya tersebut digunakan. Dilayani oleh aktivitas-aktivitas Pelangganpelanggan Aktivitas-aktivitas mengkonsumsi sumber daya Aktivitasaktivitas Sumber daya memerlukan uang Sumbersumber daya Biayabiaya 2. Biaya sumber daya yang dikonsumsi oleh aktivitas-aktivitas harus dibebankan ke objek biaya berdasarkan unit aktivitas yang dikonsumsi oleh objek biaya tersebut. Pemicu biaya digunakan untuk mengalokasikan biaya-biaya ke produk dan jasa. Dibebankan ke sumber daya Biayabiaya Dibebankan ke kumpulan biaya aktivitas Sumbersumber daya Dibebankan kembali ke objekobjek biaya Aktivitasaktivitas Objek-objek biaya Objek biaya biasanya sebuah produk atau jasa yang disediakan untuk pelanggan. Objek biaya bisa juga pelanggan itu sendiri. Sebagian besar pemicu biaya adalah ukuran-ukuran jumlah transaksi yang terlibat dalam suatu aktivitas tertentu. Oleh karena itu, penentuan harga pokok atas dasar aktivitas disebut juga dengan istilah penentuan harga pokok atas dasar transaksi (transaction based costing). Ada dua alasan mengapa ABC penting, pertama, profitabilitas produk-produk dan pelangganpelanggan akan diukur secara lebih akurat. Seiring dengan meningkatnya kompetisi global, keputusankeputusan bauran produk, penentuan harga, dan lainnya memerlukan informasi biaya produk yang lebih akurat. Kedua, banyak manajer mendapatkan kenyataan bahwa pengendalian biaya akan dilakukan secara paling baik dengan memusatkan perhatian secara langsung kepada penggunaan aktivitas-aktivitas yang efisien, bukan terpusat kepada produk/jasa. Bab V | 1 5.2. Pengidentifikasian Aktivitas-aktivitas Aktivitas-aktivitas dapat diidentifikasikan baik sebagai aktivitas-aktivitas nilai tambah (value added activity) atau aktivitas-aktivitas bukan nilai tambah (non value added activity). Aktivitas-aktivitas nilai tambah menambahkan nilai kepada sebuah produk atau jasa, aktivitas-aktivitas ini membutuhkan penggunaan sumber daya dan biaya-biaya terkait yang dianggap pelanggan perlu dan penting untuk memuaskan kebutuhan mereka. Contoh: desain rekayasa suatu mobil baru, perakitan mobil, pengecatan, dan pemasangan jok dan sabuk pengaman. Dalam jangka panjang, penghilangan aktivitas nilai tambah ini akan mengurangi jasa produk kepada pelanggan. Contoh, aktivitas pengecatan mobil tidak mungkin untuk dihilangkan, karena konsumen menghendaki mobil yang dibelinya dalam keadaan baik (dicat dengan mulus). Aktivitas yang tidak memberikan nilai tambah merupakan aktivitas yang berkaitan dengan produksi dan jasa yang menambahkan biaya kepada suatu produk atau jasa namun tidak meningkatkan nilai pasarnya. Contoh: reparasi mesin, kegiatan cleaning service ruang pamer, pemeliharaan bangunan, dll. Untuk aktivitas yang tidak memberikan nilai tambah terdapat kesempatan untuk pengurangan biaya tanpa mengurangi potensi jasa produk kepada pelanggan. Jaringan nilai (value chain) produk atau jasa terbentuk dari semua aktivitas dalam pembuatan jalur yang manambah atau memberi kontribusi kepada nilai dan kemampulabaannya, yaitu semua aktivitas penambah nilai (value added activity). Aktivitas-aktivitas value chain terentang mulai dari bahan baku sampai ke konsumen akhir (end user). Value chain analysis dipakai untuk memantau proses operasi sehingga perbaikan berkelanjutan (continous improvement) terhadap biaya, mutu, dan waktu proses produk dapat dicapai. 5.3. Pengidentifikasian Pusat-pusat Aktivitas Terdapat empat tingkat umum aktivitas, dimana masing-masing tingkat aktivitas tersebut dibagibagi lagi menjadi pusat-pusat aktivitas tertentu. Keempat aktivitas tersebut adalah : 1. Unit level activity (aktivitas tingkat unit), merupakan aktivitas yang dilakukan setiap kali pada setiap unit produk diproduksi. Aktivitas tingkat unit ini dilakukan setiap kali sebuah unit diproduksi. Aktivitasaktivitas tingkat unit merupakan aktivitas yang bersifat repetitive (pengulangan).Biaya-biaya pada aktivitas ini bervariasi menurut jumlah unit yang diproduksi. 2. Batch level activity (aktivitas tingkat gugus produk), merupakan aktivitas yang dilakukan setiap kali gugus produk ditangani atau diproses. Biaya-biaya pada aktivitas tingkat gugus dihasilkan menurut jumlah gugus produk yang diproses bukan atas dasar jumlah unit yang diproduksi, jumlah unit yang dijual, atau ukuran volume lainnya. 3. Product level activity (aktivitas tingkat produk), merupakan aktivitas yang dilakukan karena dibutuhkan untuk mendukung produksi setiap jenis produk yang berlainan. Semakin banyak produk dan lini produk, maka semakin tinggi biaya aktivitas-aktivitas tingkat produk. 4. Facility level activity (aktivitas tingkat fasilitas), merupakan aktivitas yang dilakukan untuk mempertahankan fasilitas proses pabrikasi umum. Aktivitas tingkat fasilitas biasanya digabungkan dengan sebuah pusat aktivitas tunggal karena aktivitas-aktivitas ini berkaitan dengan keseluruhan proses produksi dan tidak dengan gugus spesifik tertentu ataupun produk tertentu yang diproduksi. Biaya tingkat fasilitas meliputi unsur-unsur manajemen pabrik, asuransi, Pajak Bumi dan Bangunan, dll. Aktivitas-aktivitas ini bersifat bersama (common) atau gabungan (joint) bagi banyak produk yang bervariasi, dan biaya-biayanya harus dianggap sebagai biaya bersama (common cost) bagi semua produk yang dibuat dalam fasilitas yang dipakai. 5.4. Pengidentifikasian Pemicu Biaya (Cost Driver) Pada saat perusahaan memutuskan untuk menerapkan system ABC, pemicu biaya merupakan dasar untuk pembebanan biaya. Pemicu biaya (cost driver) merupakan setiap aktivitas yang menyebabkan suatu biaya dikeluarkan.Tiga Hal penting yang harus diperhatikan dalam menentukan cost driver (Hilton, 2009:183) adalah sebagai berikut : 1. Degree of Correlation Adanya kejelasan hubungan antara activity dengan cost driver-nya. Bab V | 2 2. Cost of Maesurement Semakin banyak (detail) aktivitas yang dapat diidentifikasi dalam menghitung harga pokok produk maka akan semakin akurat. Namun hal yang perlu diperhatikan bahwa jangan sampai biaya yang dikeluarkan untuk mengidentifikasi aktivitas-aktivitas melebihi manfaat yang diperolehnya. 3. Behavior Effect Sistem informasi mempunyai potensi tidak hanya sekedar memfasilitasi pengambilan keputusan, namun juga dapat mempengaruhi pengambil keputusan. Hal ini akan bermanfaat atau tidak bermanfaat tergantung kepada pengaruh perilaku terhadapnya. Dalam menetapkan cost driver ini, analis ABC harus mempertimbangkan konsekuensi yang mungkin terjadi yang berhubungan dengan pengaruh perilaku. 5.5. Tahapan Penerapan Sistem ABC Apabila suatu perusahaan menerapakan system ABC maka tahap-tahap yang dilakukan dalam penerapan sistem tersebut terdiri dari : 1. Tahap pertama Menelusuri atau mengalokasikan biaya-biaya ke aktivitas-aktivitas dengan demikian, alokasi tahap pertama terdiri dari kumpulan biaya aktivitas (activity cost pools) yang merupakan akumulasi biaya yang berkaitan dengan aktivitas yang ada, seperti pemakaian mesin, inspeksi, pemindahan, dan set up mesin produksi. Pendekatan ini berbeda dengan sistem tradisional yang mengalokasikan biayabiaya overhead ke departemen-departemen produksi dalam tahap pertama. 2. Tahap kedua Membebankan kumpulan biaya aktivitas ke setiap produk, dengan menggunakan pemicu biaya (cost driver). Pemicu biaya ini bisa berupa banyaknya set up mesin atau banyaknya inspeksi yang dibutuhkan dalam setiap pengolahan produk. Bedanya dengan system tradisional, pada sistem ABC menggunakan banyak pemicu biaya untuk mengalokasikan biaya-biaya ke produk, sedangkan dalam sistem tradisional hanya menggunakan satu atau dua pemicu biaya saja. Contoh : Suatu perusahaan memproduksi dan menjual dua jenis produk (A dan B), dengan data berikut ini : Keterangan Produk A Produk B Volume produksi (unit) 5.000 20.000 Harga jual ($/u) 400,200,Biaya utama ($/u) 200,80,Jam kerja langsung (jam) 25.000 75.000 Jam kerja langsung (jam/unit) 5 3,75 Pada saat ini perusahaan beroperasi dengan menggunakan sistem tradisional. Anggaran BOP sebesar $ 2.000.000,- dengan menggunakan dasar jam kerja langsung sebagai dasar alokasinya, dengan anggaran jumlah kerja langsung sebesar 100.000 jam. Manajemen sedang mempertimbangkan untuk menerapkan sistem ABC, berdasarkan penelurusan diketahui informasi sbb.: Aktivitas Anggaran BOP ($) Cost driver Rekayasa 125.000,Jam rekayasa Persiapan 300.000,Jumlah persiapan Perputaran mesin 1.500.000,Jam mesin Pengemasan 75.000,Jumlah pengemasan pesanan Jumlah BOP 2.000.000,Data konsumsi setiap aktivitas untuk setiap jenis produk adalah sbb. : Cost driver Produk A Produk B Rekayasa 5.000 7.500 Persiapan 200 100 Total 12.500 300 Bab V | 3 Cost driver Perputaran mesin Pengemasan Produk A 50.000 5.000 Produk B 100.000 10.000 Total 150.000 15.000 Diminta : 1. Hitunglah biaya produksi per unit untuk masing-masing jenis produk; jika menggunakan sistem tradisional 2. Hitunglah biaya produksi per unit untuk masing-masing jenis produk, jika menggunakan sistem ABC 3. Buatlah analisis profitabilitas untuk masing-masing jenis produk baik sistem tradisional maupun ABC 4. Tentukan distorsi biaya dari kedua metode tsb. Jawab : 1. Harga pokok produksi dengan sistem tradisional 𝑇𝑎𝑟𝑖𝑓 𝐵𝑂𝑃 = …… =⋯ ….. Keterangan Biaya utama ($) Biaya Overhead Pabrik ($) Total Biaya Produksi ($) Volume produksi (unit) H.Pokok Produksi ($/unit) 2. Harga pokok produksi dengan sistem ABC • Aktivitas rekayasa 𝑇𝑎𝑟𝑖𝑓 𝐵𝑂𝑃 = Produk A Produk B Produk A Produk B …… =⋯ ….. • Aktivitas persiapan 𝑇𝑎𝑟𝑖𝑓 𝐵𝑂𝑃 = …… =⋯ ….. • Aktivitas perputaran mesin 𝑇𝑎𝑟𝑖𝑓 𝐵𝑂𝑃 = …… =⋯ ….. • Aktivitas pengemasan 𝑇𝑎𝑟𝑖𝑓 𝐵𝑂𝑃 = …… =⋯ ….. Keterangan Biaya utama ($) Biaya Overhead Pabrik ($) : • Rekayasa • Persiapan • Perputaran mesin • Pengemasan Total B O P ($) : Total Biaya Produksi ($) Volume produksi (unit) H.Pokok Produksi ($/unit) Bab V | 4 3. Analisis profitabilitas Keterangan Sistem Tradisional A B Sistem ABC A B Harga jual ($/u) Biaya produksi ($/u) Margin ($/u) 4. Distorsi Biaya Keterangan H.P. Produksi Tradisional ($/unit) H.P. Produksi ABC($/unit) Distorsi ($/u) Volume produksi (unit) Distorsi biaya ($) 5.6. Produk A Produk B Activity Based Management (ABM) Selain digunakan untuk menghitung harga pokok produksi, system ABC juga digunakan untuk meningkatkan kegiatan-kegiatan usaha suatu organisasi. Perluasan system ABC ini sering disebut dengan Activity Based Management (ABM). Activity Based Management merupakan proses manajemen yang menggunakan informasi yang dipasok oleh analisis ABC untuk meningkatkan profitabilitas perusahaan. Jadi dalam Activity Based Management, informasi yang diperoleh dari sistem ABC dimanfaatkan untuk mendukung strategi organisasi, meningkatkan operasi, dan mengelola biaya. Filosofi ABM bahwa aktivitas-aktivitas yang diidentifikasi untuk ABC dapat pula digunakan untuk tujuan pengelolaan biaya dan evaluasi kinerja. ABM meliputi pelaksanaan aktivitas-aktivitas secara lebih efisien, menghilangkan kebutuhan untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu yang tidak memberikan nilai tambah, meningkatkan desain produk, dan menjalin hubungan yang lebih baik dengan pelanggan dan pemasok. Tujuan ABM adalah untuk memungkinkan kebutuhan-kebutuhan pelanggan dipenuhi dengan memperkecil kebutuhan-kebutuhan akan sumber daya perusahaan. Hubungan antara ABC dengan ABM dapat dilihat pada gambar 5.1. berikut ini. Bab V | 5 Gambar 5.1. Two Dimensional ABC Model Cost Assignment View Resources Costs Process View Assignment of resource costs to activity cost pools associated with significant activities Activity Analysis Root Causes Activity Triggers Activity Evaluation ACTIVITIES Performance Measures Assignment of activity costs to cost objects using second-stage cost drivers Cost Objects (products or service produced, customers) Sumber : Hilton (2009:187) Dari gambar tersebut terdapat dua dimensi; vertikal dan horisontal. Dimensi vertikal menunjukkan sudut pandang pembebanan biaya dalam sistem ABC dengan menggunakan dua tahap alokasi biaya dari biaya sumber daya ke objek biaya. Sedangkan pada dimensi horisontal menunjukkan sudut pandang proses dalam sistem ABC. Penekanannya adalah pada aktivitas-aktivitas itu sendiri yang dilakukan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan di dalam organisasi. Sudut pandang proses ini terdiri atas analisis aktivitas, yang tidak hanya sekedar mengidentifikasi aktivitas, namun juga mengidetifikasi mengapa aktivitas tersebut terjadi (root causes) dan apa yang memicu terjadinya aktivitas tersebut (activity triggers). Pada akhirnya, aktivitas-aktivitas tersebut akan dievaluasi melalui pengukuran kinerja. Hal inilah yang disebut dengan analisis aktivitas dan evaluasi aktivitas yang disebut pula dengan Activity Based Management. 5.7. Penggunaan Activity Based Management (ABM) dalam Mengidentifikasi Non-ValueAdded Activities dan Biaya Tujuan utama dari ABM adalah mengidentifikasi dan mengeliminasi aktivitas-aktivitas yang tidak memberikan nilai tambah dan biaya. Aktivitas-aktivitas yang tidak memberikan nilai tambah ini adalah segala kegiatan baik yang : 1. Aktivitas-aktivitas yang tidak diperlukan/tidak berguna dan dilepaskan saja, atau 2. Aktivitas-aktivitas yang diperlukan, akan tetapi tidak efisien dan masih dapat ditingkatkan (menjadi lebih efisien) Bab V | 6 Non-value-added costs merupakan biaya yang terjadi karena aktivitas-aktivitas tersebut di atas, di mana biaya dari aktivitas-aktivitas tersebut dapat dieliminasi tanpa mengorbankan atau mengurangi kualitas produk, jasa, atau kinerja. Lima hal strategis yang dapat dilakukan dalam usaha untuk mengeliminasi biaya dari aktivitasaktivitas yang tidak memberikan nilai tambah, yaitu : (Hilton, 2009 : 188) 1. Identifying Activities Sebagai langkah awal, lakukan identifikasi semua aktivitas yang signifikan dalam organisasi. Aktivitasaktivitas tersebut dapat dirinci ke dalam aktivitas-aktivitas yang paling pokok. 2. Identifying Non-Value-Added Activities Identifikasi aktivitas-aktivitas yang tidak memberikan nilai tambah, dengan menggunakan tiga kriteria sebagai berikut : a. Is the activity necessary? Apakah aktivitas tersebut memang penting? Jika aktivitas tersebut merupakan duplikasi atau aktivitas operasi yang tidak penting, maka merupakan akvitas yang tidak memberikan nilai tambah. b. Is the activity efficiently performed? Hal ini dapat diketahui dengan membandingkan antara aktivitas aktual yang dicapai dengan anggaran, target yang telah ditetapkan, atau benchmark dengan pihak eksternal. c. Is an activity sometimes value-added and sometimes non-value-added? Sebagai contoh, suatu hal yang penting untuk memindahkan produk dalam proses selama proses produksi, akan tetapi menjadi tidak penting jika memindah-mindahkan bahan baku di gudang. 3. Understanding Activity Linkages, Root Causes, and Triggers Hal penting yang harus diperhatikan dan dipahami adalah hubungan antaraktivitas. Hubungan antaraktivitas tersebut akan membentuk suatu rantai aktivitas, seperti yang dapat dilihat berikut ini. Spesification of parts Vendor selection Receipt of parts Production Inspection of finished goods Rework of defective products Pengerjaan kembali produk yang cacat merupakan aktivitas yang tidak memberi nilai tambah. Tentunya produk cacat ini terjadi karena serangkaian aktivitas yang dapat ditelusuri sebelumnya, aktivitas mana yang menjadi penyebabnya. 4. Establishing Performance Measures Dalam mengukur kinerja semua aktivitas yang telah dilakukan, perhatian manajemen tentunya difokuskan kepada aktivitas-aktivitas yang tidak perlu dan tidak efisien. 5. Reporting Non-Value-Added Costs Biaya-biaya yang terjadi karena adanya aktivitas-aktivitas yang tidak memberikan nilai tambah harus menjadi perhatian utama dalam laporan biaya. Sehingga manajemen dapat mencapai tujuannya melalui proses peningkatan dan eliminasi atas aktivitas yang tidak memberikan nilai tambah. Satu pendekatan lain yang dapat dilakukan untuk mengidentifikasi aktivitas-aktivitas yang tidak memberikan nilai tambah adalah melalui penelaahan atas waktu yang digunakan selama proses produksi. Dalam kegiatan manufaktur umumnya, waktu digunakan untuk : 1. Process time, merupakan waktu yang digunakan selama proses konversi bahan menjadi produk jadi. 2. Inspection time, merupakan waktu yang digunakan untuk menjamin bahwa produk yang dihasilkan berkualitas. 3. Move time, merupakan waktu yang digunakan untuk memindahkan bahan, produk dalam proses, atau produk jadi selama proses produksi berjalan. 4. Waiting time, merupakan waktu yang digunakan untuk menunggu bahan dan produk dalam proses untuk mengikuti proses selanjutnya. 5. Storage time, merupakan waktu yang diperlukan bagi bahan, produk dalam proses, atau produk jadi sebelum di proses atau dikirim ke konsumen. Bab V | 7 SOAL LATIHAN Soal 5–1(Hilton, 2009 : 204) Rainbow Spray Paints Inc. Has used a traditional cost accounting system to apply quality control costs uniformly to all products at a rate of 16 percent of direct labor cost. Monthly direct labor cost for the enamel paint line is $ 98.000,-. In an attempt to more equitably distribute quality control costs, Rainbow is considering activity based costing. The monthly data shown in the following chart have been gathered for the enamel paint line. Quantity of Driver Activity Cost Pool Cost Driver Pool Rates for Enamel Paint Incoming material inspection Type of material $ 23,00/type 24 types In process inspection Number of units $ 0,28/unit 35.000 units Product certification Per order $ 144,00/order 50 orders Required : 1. Calculate the monthly quality control cost to be assigned to the enamel paint line under each of the following product costing systems. a. Traditional system which assigns overhead on the basis of direct labor cost. b. Activity based costing 2. Does the traditional product costing system overcost or undercost the enamel paint line with respect to quality control costs? By what amount? Soal 5–2(Hilton, 2009 : 212) Wilmington Office Equipment Corporation manufactures two types of filling cabinet (Deluxe and Executive) and applies manufacturing overhead to all units at the rate of $ 80 per machine hour. Production information follows. Deluxe Executive Direct material cost $ 40,$ 65,Direct labor cost $ 25,$ 25,Budgeted volume (unit) 16.000 30.000 The controller, who is studying the use of activity based costing, has determined that the firm’s overhead can be identified with three activities; manufacturing setups, machine processing, and product shipping. Data on the number of setups, machine hours, and outgoing shipments, which are the activities’ three respective cost drivers, follow. Deluxe Executive Total Setups 100 60 160 Machine hours 32.000 45.000 77.000 Outgoing shipments 200 150 350 The firm’s total overhead of $ 6.160.000,- is subdivided as follows; manufacturing setups, $ 1.344.000,-, machine processing, $ 3.696.000,-, and product shipping, $ 1.120.000,Required : 1. Compute the unit manufacturing cost of Deluxe and Executive filling cabinets by using the company’s current overhead costing procedures. 2. Compute the unit manufacturing cost of Deluxe and Executive filling cabinets by using activity based costing. 3. Is the cost of Deluxe filling cabinet overstated or understated (i.e. distorted) by the use of machine hours to allocate total manufacturing to production? By how much? 4. Calculate the aggregate amount by which the Deluxe cabinet line is undercosted by the company’s current traditional overhead costing procedures. Then calculate the aggregate amount by which the traditional system overcosts the Executive cabinet line. 5. Assume that the current selling price of a Deluxe filling cabinet is $ 270,- and the marketing manager is contemplating a $ 30,- discount to stimulate volume. Is the discount advisable? Briefly discuss. Bab V | 8 Soal 5–3 PT. ADIYASA membuat produk berdasarkan pesanan dan menghitung harga pokok produknya dengan menggunakan metode harga pokok pesanan. Biaya overhead pabrik terdiri dari dua macam, yaitu material handling dan quality inspection dengan biaya overhead untuk tahun yang akan datang masing-masing sebesar Rp. 300.000.000,- dan Rp. 900.000.000,Pada saat ini perusahaan mengalokasikan BOP atas dasar jam mesin dengan taksiran jam mesin sebesar 120.000 jam untuk tahun yang akan datang. Informasi yang berhasil dikumpulkan berhubungan dengan produksi produk per unit per pesanan adalah sebagai berikut : Bahan baku Rp. 5.550.000,Tenaga kerja langsung (1.500 jam) Rp. 10.500.000,Biaya overhead pabrik ? Jumlah material handling 10 kali Jumlah quality inspection 5 kali Jam mesin 1.350 jam Pada saat ini, manajer perusahaan menginginkan untuk menentukan harga jual yang kompetitif karena para pesaing sudah menggunakan system ABC dalam penentuan harga pokoknya. Perusahaan menaksir jumlah material handling untuk tahun depan sebanyak 100 kali, dan jumlah quality inspection sebanyak 5.000 kali. Diminta: 1. Hitunglah harga pokok pesanan per unit jika alokasi BOP dilakukan dengan menggunakan dasar jam mesin. 2. Atas dasar jawaban no. 1, hitunglah harga jual per unit jika harga jual ditetapkan sebesar 30% dari harga pokoknya. 3. Hitunglah harga pokok pesanan per unit jika alokasi biaya material handling dilakukan dengan menggunakan dasar jumlah material handling dan alokasi biaya quality inspection dilakukan atas dasar jumlah quality inspection. 4. Atas dasar jawaban no. 2, hitunglah harga jual per unit jika harga jual ditetapkan sebesar 30% dari harga pokoknya. Soal 5–4 PT. LEGOTA menghasilkan dua jenis produk A dan B. Informasi tentang produksi untuk kedua produk tersebut adalah sebagai berikut : Material Jam mesin Set up Produk Q (unit) Biaya utama (Rp.) handling (jam) (kali) (kali) A 80.000 2.100.000.000,20.000 280.000 40 B 20.000 450.000.000,5.000 40.000 20 Jumlah 2.550.000.000,25.000 320.000 60 Biaya overhead pabrik pada PT. LEGOTA terdiri dari, sebagai berikut : • Biaya maintenance (25.000 jam mesin) Rp. 750.000.000,• Material handling Rp. 900.000.000,• Set up Rp. 1.350.000.000,Diminta : 1. Hitunglah harga pokok per unit untuk setiap produk, bila seluruh BOP dialokasikan berdasarkan jam mesin. 2. Hitunglah harga pokok per unit dengan menggunakan pendekatan ABC apabila biaya maintenance, biaya material handling, dan biaya set up dialokasikan kepada produk berdasarkan cost driver masingmasing. Bab V | 9 Soal 5–5 PT. PERMATABUMI memproduksi dua jenis produk (A dan B). Informasi yang berhubungan dengan kedua jenis produk tersebut adalah sbb.: Produk JKL Produksi per tahun Jumlah JKL per unit (unit) (jam) A 0,2 20.000 4.000 B 0,4 40.000 16.000 Jumlah 20.000 Informasi tambahan yang diperoleh adalah sebagai berikut : • Penggunaan bahan baku untuk produk A sebesar Rp. 210.000,- per unit sedangkan untuk produk B Rp. 150.000,- per unit. • Tarif tenaga kerja langsung sebesar Rp. 120.000,- per jam. • Perusahaan selalu menggunakan jam kerja langsung untuk mengalokasikan biaya overhead pabrik. • Produk A lebih kompleks dibandingkan dengan produk B dan memerlukan pemakaian mesin yang khusus, oleh karena itu, perusahaan mempertimbangkan untuk menggunakan system ABC dalam mengalokasikan biaya overhead pabrik. Pusat aktivitas yang berhasil diidentifikasi adalah sebagai berikut : Taksiran Aktivitas Estimasi BOP Cost Driver Pusat kegiatan Cost Driver (Rp.) A B Total Set up mesin Jumlah set up 540.000.000,150 100 250 Pemakaian mesin Jam mesin 900.000.000,1.000 0 1.000 Pabrik umum Jam tenaga 3.000.000.000,4.000 16.000 20.000 kerja langsung Diminta : 1. Jika diasumsikan perusahaan masih menggunakan dasar jam kerja langsung (JKL) untuk mengalokasikan biaya overhead pabrik kepada produk : a. hitunglah tariff biaya overhead pabrik, b. hitunglah harga pokok produk per unit untuk setiap jenis produk. 2. Jika perusahaan menggunakan system ABC untuk mengalokasikan biaya overhead pabrik kepada produk : a. hitunglah tariff biaya overhead pabrik untuk setiap pusat aktivitas, b. hitunglah jumlah biaya overhead pabrik yang dibebankan kepada setiap produk, c. hitunglah harga pokok produk per unit untuk setiap produk. Bab V | 10