Diagram alir kraft pulping Proses pembuatan pulp Modern kraft pulping Proses sulfat mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan dengan proses pulp lainnya yaitu: (1) dapat digunakan untuk berbagai jenis kayu, (2) bersifat toleran terhadap kayu yang masih mengandung kulit, bila digunakan untuk memproduksi pulp yang tidak perlu dipucatkan, (3) pulp yang dihasilkan berkekuatan tinggi, (4) waktu pemasakan yang singkat, (5) larutan bekas bahan pemasak dapat di daur ulang (Boyce 1980, dalam Casey 1980). Kelemahannya antara lain menghasilkan pulp yang berwarna gelap karena adanya zat lignin, tanin dan zat ekstraktif lain yang terdegradasi selama proses pemasakan sehingga diperlukan pemucatan yang intensif ( Casey 1980). Proses delignifikasi dalam proses kraft terdiri dari 3 tahap, yaitu 1. delignifikasi awal (initial delignification) Pada tahap awal sangat sedikit lignin yang terlarut, yaitu sekitar 15% – 25% dari total. 2. delignifikasi curah (bulk delignification) Tahap delignifikasi curah dimulai dari suhu 140 0C dan melarutkan sampai 90% lignin dari seluruh total lignin. Tahap ini dipengaruhi oleh konsentrasi ion OH- dan ion HS- serta temperatur. 3. delignifikasi sisa (residual delignification). Delignifikasi sisa termasuk tahap akhir pemasakan ketika suhu mencapai maksimum dan dipertahankan tetap konstan (Gullichsen dan Paulapuro 2000). Bahan kimia yang digunakan untuk pemasakan serpih adalah larutan NaOH dan Na 2S. Jumlah bahan pemasak tersebut ditetapkan berdasarkan alkali aktif yang digunakan dalam pemasakan dengan alkali aktif 20% dan sulfiditas 25%. Jumlah larutan pemasak yang dibutuhkan ditetapkan berdasarkan nisbahnya terhadap bahan baku dengan perbandingan antara chip dengan larutan pemasak sebesar 1 : 4. Daftar pustaka Boyce, A.S., C.M. Jenking, L.M.J. kramer. 1980. Metabolism, movement and Control. London: MacMillan Education, Ltd. Casey, J.P., (1980), ”Pulp and Paper, Chemistry and Chemical Technology”, Edisi 3, Vol.1, John Wiley & Sons, New York.