Optimasi produksi..., Licke Ratna Dewi Ali, FT UI,2017. Optimasi produksi..., Licke Ratna Dewi Ali, FT UI,2017. Optimasi produksi..., Licke Ratna Dewi Ali, FT UI,2017. Optimasi produksi..., Licke Ratna Dewi Ali, FT UI,2017. Optimasi produksi..., Licke Ratna Dewi Ali, FT UI,2017. Optimasi produksi..., Licke Ratna Dewi Ali, FT UI,2017. vi 5KATA PENGANTAR Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan tesis ini. Penulisan tesis ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Magister Kimia Jurusan Manajemen Gas pada Fakultas Teknik Kimia Universitas Indonesia. Saya menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan tesis ini, sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan tesis ini. Oleh karena itu saya mengucapkan terima kasih kepada: (1) Dr. Bambang Heru Susanto ST. MT., selaku dosen pembimbing yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam penyusunan tesis ini; (2) Pihak Saka Energi yang telah membantu memberikan bantuan dalam usaha yang saya peroleh saat ini; (3) Pihak Schlumberger yang telah membantu memberikan bantuan baik dalam bentuk material dan moral supaya dapat terwujud cita cita saya; (4) Orang tua dan keluarga saya yang telah memberikan bantuan dukungan material dan moral; dan (5) Para sahabat/teman yang telah banyak membantu saya dalam menyelesaikan tesis ini. Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga tesis ini dapat membawa manfaat bagi pengembangan ilmu. Depok, 15 Juni 2017 Licke Ratna Dewi Ali Universitas Indonesia Optimasi produksi..., Licke Ratna Dewi Ali, FT UI,2017. vii 6ABSTRAK Name : Licke Ratna Dewi Ali Program Studi : Manajemen Gas Judul : Optimasi Produksi Migas menggunakan Reservoir dan Surface Facility Coupling dengan Efek Fasilitas Proses di PT.X Fokus dalam studi ini adalah mengerti bagaimana perilaku laju alir produksi terhadap perubahan tekanan di separator di dalam stasiun pengumpul. Di dalam model terdapat 3 stasiun pengumpul yaitu CPP, LPGF dan OTF, dimana jumlah sumur berproduksi ada 26 sumur. Selama ini pemodelan telah dibuat oleh PT. X, baik itu model reservoir, model surface facility dan model stasiun pengumpul. Model reservoir dibuat di dalam aplikasi ECLIPSE. Model surface facility dibuat di dalam aplikasi PIPESIM dan aplikasi UNISIM digunakan untuk sistem proses. Penelitian ini membutuhkan aplikasi yang dapat dengan mudah mengkomunikasikan satu dengan yang lainnya Untuk komunikasi pemodelan reservoir, surface facility dan proses, digunakan aplikasi IAM (Integrated Asset Modeler), dimana pemodelan reservoir (ECLIPSE) ke surface facility (PIPESIM) menggunakan sistem coupling sedangan pemodelan dari surface facility (PIPESIM) ke sistem proses (UNISIM) menggunakan sistem koneksi. Sistem coupling berarti ada iterasi didalam proses kalkulasi laju alir dan tekanan di dalam aplikasi nya. Sistem koneksi berarti memberikan data hasil iterasi dari coupling ke dalam aplikasi selanjutnya untuk dilakukan kalkulasi algoritma untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Hipotesanya bilamana tekanan separator di dalam stasiun pengumpul dikurangi, berarti ada penambahan jumlah kondensat dan gas di dalam jaringan yang dapat dijual lebih banyak lagi. Sekarang jumlah gas yang ada di dalam jaringan itu sekitar 60 MMSCFD yang dapat dijual, dan 25 MMSCFD yang masuk Universitas Indonesia Optimasi produksi..., Licke Ratna Dewi Ali, FT UI,2017. viii lagi ke dalam reservoir sebagai gas lift. Limit tekanan separator yang ingin di turunkan oleh PT. X adalah dari 22 barg ke 16 barg, yang dievaluasi lagi optimum tekanan yang paling tepat untuk pemodelan tersebut supaya tercapai produksi yang optimum. Dari penelitian diketahui bahwa setelah tekanan MP separator diturunkan mencapai 11 barg, ada beberapa peralatan yang sudah tidak dapat berjalan dengan baik, seperti kecepatan Kompresor sudah mencapai batas desain, selain itu juga injeksi gas lift sudah berada diluar kurva gas lift. Sehingga dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa dengan hasil peningkatan laju alir produksi minyak dan gas sebanyak 6% dan 8% sudah paling optimum dengan penurunan tekanan di MP separator sebesar 16 barg. Universitas Indonesia Optimasi produksi..., Licke Ratna Dewi Ali, FT UI,2017. ix 7ABSTRACT Name : Licke Ratna Dewi Ali Program Study : Management Gas Title : Oil and Gas Production Optimization using Reservoir and Surface Facility Coupling with The Effect of Process Facility for PT. X The focus of this study is to understand how the behavior of the production flow rate to separator pressure changes in the gathering station. There are three models in the gathering station; CPP, LPGF and OTF, where in the gathering station contained 26 wells into it. PT. X had made all of the modeling such as the reservoir model, the surface facility model and a gathering station (process) model. Reservoir model is made in the application called ECLIPSE. Model surface facility created inside PIPESIM application and UNISIM applications used for system processes (gathering station). For communicating reservoir modeling, surface facility and process, used applications IAM (Integrated Asset Modeler), where reservoir modeling (ECLIPSE) to surface facility (PIPESIM) using a coupling system moreover the communication from surface facility (PIPESIM) into process system (UNISIM) using the connection system. Coupling systems means there is iteration in the process for calculating the flow rate and pressure in its application. Connection system means providing results data from the iteration of coupling to the subsequent application to do the calculation algorithm to obtain maximum results. The hypothesis when separator pressure at the gathering station reduced, meaning there will be additional amount of condensate and gas in the network that could sold. Currently the amount of gas that is existed in the network around 60 MMSCFD (sold), and 25 MMSCFD, which went back into the reservoir as gas lift. Separator limit pressure forthis method scaled by PT. X is from 22 barg to 16 barg, Universitas Indonesia Optimasi produksi..., Licke Ratna Dewi Ali, FT UI,2017. x which should evaluated again the optimum pressure is most appropriate forthe modeling in order to achieve optimum production. From the result was discovered that after putting down the MP separator pressure to 11 barg, there are some equipment was not working as usual, such as the speed of the compressor has already reach to the design speed, and the gas lift injection was already out of curve. Therefore, it concluded that the optimium oil and gas rate with 6% and 8% additional rate could be handle with MP separator pressure of 16 barg. Universitas Indonesia Optimasi produksi..., Licke Ratna Dewi Ali, FT UI,2017. xi Universitas Indonesia Optimasi produksi..., Licke Ratna Dewi Ali, FT UI,2017. xii 8DAFTAR ISI HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ................................................ ii HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................ iii HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. iv HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI...........................v TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ................................v KATA PENGANTAR .......................................................................................... vi ABSTRAK ........................................................................................................... vii ABSTRACT .......................................................................................................... ix DAFTAR ISI ........................................................................................................ xii DAFTAR TABEL ................................................................................................xv DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xvi DAFTAR ISTILAH ......................................................................................... xviii BAB 1 PENDAHULUAN ......................................................................................1 1.1 Latar Belakang ....................................................................................1 1.2 Perumusan Masalah ............................................................................2 1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................2 1.4 Hipotesis .............................................................................................2 1.5 Batasan Masalah .................................................................................2 1.6 Sistematika Penulisan .........................................................................3 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................4 2.1 Karakteristik Sumur Gas Bumi ...........................................................4 2.2 Reservoir .............................................................................................5 2.2.1 Geologi Reservoir..................................................................... 5 2.2.2 Fluida Reservoir ....................................................................... 9 2.2.3 Masalah Reservoir .................................................................. 10 2.2.4 Simulasi Model Reservoir ...................................................... 10 2.3 Fasilitas Permukaan ..........................................................................12 2.3.1 Sistem Pengumpulan Radial ................................................... 13 2.3.2 Sistem Pengumpulan Axial .................................................... 13 2.3.3 Masalah Fasilitas Permukaan ................................................. 13 2.3.4 Model Fasilitas Permukaan .................................................... 13 2.3.5 Model Fluida .......................................................................... 40 2.3.6 Model Gas Lift ....................................................................... 41 2.3.7 Model Jaringan Permukaan .................................................... 43 2.3.8 Model Fasilitas Proses ............................................................ 44 2.3.9 Model Terintegrasi ................................................................. 48 2.4 Coupling Antara Simulasi Reservoir dengan Simulasi Fasilitas Permukaan (ECLIPSE – PIPESIM Coupling) ..................................49 2.4.1 Kesetimbangan Jaringan Permukaan...................................... 50 Universitas Indonesia Optimasi produksi..., Licke Ratna Dewi Ali, FT UI,2017. xiii 2.4.2 Keterlambatan Waktu Iterasi Coupling .................................. 51 2.4.3 Lokasi Coupling ..................................................................... 51 2.5 Koneksi Antara Simulasi Fasilitas Permukaan dengan Simulasi Fasilitas Proses (koneksi ECLIPSE – PIPESIM ke UNISIM) .........52 BAB 3 METODE PENELITIAN ........................................................................55 3.1 Software ............................................................................................55 3.2 Pengumpulan Data ............................................................................57 3.2.1 Pengumpulan Data untuk Simulasi Reservoir ........................ 57 3.2.2 Pengumpulan Data untuk Simulasi Sumur dan Jaringan Permukaan .............................................................................. 57 3.2.3 Pengumpulan Data untuk Desain Fasilitas Proses Simulasi .. 58 3.3 Pembuatan Model Simulasi Reservoir ..............................................58 3.4 Evaluasi Produksi dan Tekanan Tiap Sumur dalam Model Simulasi Reservoir ...........................................................................................59 3.5 Pembuatan Model Simulasi Sumur...................................................61 3.6 Evaluasi Produksi dan Tekanan Tiap Sumur ....................................61 3.7 Pembuatan Model Simulasi Jaringan Permukaan .............................63 3.8 Coupling Model Simulasi Reservoir dengan Model Simulasi Jaringan Permukaan Menggunakan Bottom Hole Pressure dalam IAM ...................................................................................................64 3.9 Pembuatan Model Simulasi Fasilitas Proses ....................................65 3.10Koneksi Model Simulasi Jaringan Permukaan dengan Simulasi Fasilitas Proses dalam IAM ..............................................................66 3.11Evaluasi Total Produksi dan Tekanan ..............................................66 3.12Turunkan/Adjust Tekanan Separator ................................................67 3.13Evaluasi Total Produksi dan Tekanan Setelah Menurunkan/Adjust Tekanan Separator ............................................................................67 3.14Analisis Total Produksi dan Tekanan dan Analisis Fungsi Kerja Fasilitas Proses ..................................................................................67 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................68 4.1 Kondisi Simulasi Reservoir ..............................................................68 4.1.1 Hasil Kasus Histori Matching ................................................ 69 4.1.2 Hasil Kasus Prediksi (Sebagai referensi dengan setelah di coupling) ................................................................................. 71 4.2 Hasil Korelasi Laju Alir dan Pemodelan IPR pada masing-masing sumur pada simulasi sumur...............................................................72 4.3 Pemodelan Jaringan Permukaan .......................................................74 4.4 Hasil Pemodelan Jaringan Permukaan ..............................................76 4.5 Pemodelan Eclipse – Pipesim Coupling ...........................................77 4.6 Hasil Coupling ..................................................................................78 4.6.1 Dasar Model dan Asumsinya ................................................. 79 4.7 Pemodelan Jaringan Proses ...............................................................79 4.7.1 PVT Data Matching dan Black Oil Delumping ..................... 82 Universitas Indonesia Optimasi produksi..., Licke Ratna Dewi Ali, FT UI,2017. xiv 4.7.2 Solusi Model........................................................................... 82 4.7.3 Hasil Integrasi ECLIPSE-PIPESIM-UNISIM........................ 83 4.7.4 Hasil Komparasi Laju Alir Kumulatif untuk setiap Studi Kasus ...................................................................................... 85 4.7.5 Hasil Analisis Integritas Pipa untuk setiap Studi Kasus......... 91 4.7.6 Jaringan Permukaan – Hasil Komparasi ................................ 92 4.8 Cadangan yang tersisa ......................................................................95 BAB 5 KESIMPULAN ........................................................................................97 5.1 Kesimpulan .......................................................................................97 5.2 Saran/Rekomendasi ..........................................................................98 DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................99 LAMPIRAN A ....................................................................................................103 A.1 Bahasa Pemograman Eclipse ..........................................................103 LAMPIRAN B ....................................................................................................107 B.1 Validasi Pipa pada Aplikasi Fasilitas Surface ................................107 LAMPIRAN C ....................................................................................................115 LAMPIRAN D ....................................................................................................118 D.1 Iteratively Lagged Coupling ...........................................................118 D.1.1 Tight Coupling ..................................................................... 118 D.1.2 Loose Coupling .................................................................... 119 D.2 Coupling Constraint ........................................................................120 LAMPIRAN E ....................................................................................................124 E.1 Korelasi Matching Laju Alir ...........................................................124 E.2 Tuning Hold Up Factor ...................................................................127 LAMPIRAN F ....................................................................................................129 F.1 Network Balancing .........................................................................129 F.1.1 Iteratively Lagged Coupling ................................................. 131 F.1.2 Lokasi Coupling ................................................................... 132 F.2 Integrasi PIPESIM-UNISIM...........................................................136 F.2.1 Koneksi Excel dan Model UniSim ....................................... 140 F.2.2 Setup Data Recorder ............................................................. 141 LAMPIRAN G....................................................................................................145 G.1 Hasil Coupling ................................................................................145 Universitas Indonesia Optimasi produksi..., Licke Ratna Dewi Ali, FT UI,2017. xv 9DAFTAR Tabel 2.1 Tabel 2.2 Tabel 2.3 Tabel 2.4 Tabel 2.5 Tabel 2.6 Tabel 2.7 Tabel 2.8 Tabel 3.1 Tabel 3.2 Tabel 3.3 Tabel 4.1 Tabel 4.2 Tabel 4.3 Tabel 4.4 Tabel 4.5 Tabel 4.6 Tabel 4.7 Tabel 4.8 Tabel 4.10 Tabel 4.11 Tabel 4.12 Tabel 4.13 Tabel 4.14 TABEL Karakteristik Deposisi Lingkungan (Jahn, Frank, et.al., 2003) ....... 7 PVT Fluida Reservoir X ................................................................ 10 Penggunaan Korelasi Aliran .......................................................... 21 Penggunaan Korelasi IPR .............................................................. 22 Tabel inflow Psedo Komponen Shape factor ................................ 32 Tabel Sumur Injeksi Gas Lift PT.X ............................................... 42 Tabel Konstraint Separator (Bothamley, Mark and Campbell, J.P., 2013) ...................................................................................... 47 State of the Art dan Rencana Penelitian ........................................ 52 Pemetaan Sumur dari Simulasi Reservoir dengan Simulasi Jaringan Permukaan....................................................................... 64 Spreadsheet PIPESIM ke UNISIM ............................................... 66 Satuan Unit Transformasi PIPESIM dan UNISIM ....................... 66 Hasil Validasi History Matching pada 1 Juli 2016 ........................ 71 Tabel Korelasi Laju Alir dan Model IPR pada PT.X .................... 72 Hasil Validasi Model Sumur (MacMilan, D.J., et.al., 1999) ......... 74 Hasil Validasi Model Jaringan Permukaan ................................... 77 Coupling Reservoir – Jaringan Permukaan ................................... 77 Hasil Prediksi Desain Laju Alir studi kasus base .......................... 84 Laju Alir Kumulatif Sebagai Komparasi ....................................... 85 Hasil Performa Fasilitas Jaringan untuk Studi Kasus Base ........... 86 Hasil Maksimum EVR dari setiap Studi Kasus ............................. 92 Performa Kompresor MP1 ............................................................ 92 Performa Pompa Minyak pada Separator MP ............................... 93 Performa Injeksi Air ...................................................................... 94 Performa Kompresor Gas Lift ....................................................... 94 Universitas Indonesia Optimasi produksi..., Licke Ratna Dewi Ali, FT UI,2017. xvi 10DAFTAR Gambar 2.1 Gambar 2.2 Gambar 2.3 Gambar 2.4 Gambar 2.5 Gambar 2.6 Gambar 2.7 Gambar 2.8 Gambar 2.9 Gambar 2.10 Gambar 2.11 Gambar 2.12 Gambar 2.13 Gambar 3.1 Gambar 3.2 Gambar 3.3 Gambar 3.4 Gambar 3.5 Gambar 3.6 Gambar 3.7 Gambar 3.8 Gambar 4.1 Gambar 4.2 Gambar 4.3 Gambar 4.4 Gambar 4.5 Gambar 4.6 Gambar 4.7 Gambar 4.8 Gambar 4.9 Gambar 4.10 GAMBAR Block Flow Diagram PT. X ............................................................. 4 Diagram stress - strain dari batuan reservoir (Jahn, Frank, et.al., 2003) ................................................................................................ 7 Jenis-jenis Patahan (Fault) (Jahn, Frank, et.al., 2003) .................... 8 Perangkap Patahan/Sesar Seal hasil dari Clay Smear dan Juxtaposition .................................................................................... 9 Klasifikasi Flow Regime Pada Aliran Vertikal Dua Fase ............. 15 Klasifikasi Flow Regime Pada Aliran Horizontal Dua Fase (Schlumberger, 2015) .................................................................... 16 Permeabilitas Relatif dan Tekanan Kapilaritas (kiri: Water Oil System: Sand Basal Tuscaloosa, MISS, Permeabilitas: 58mD, Porosity: 18%; kanan: Water Oil System: Gatchell, Northern San Joaquin Valley, CALIF, Permebilitas: 180 mD, Porosity: 18%) (Fatt, I. and Dykstra, H., 1951) ..................................................... 28 Grafik Q vs P ................................................................................. 40 Gas Lift Intermiten (Petrowiki, 2013) ........................................... 41 Diagram Prosedur Pembuatan Model Jaringan ............................. 43 Separator Dua (2) Fasa (Bothamley, Mark and Campbell, J.P., 2013) .............................................................................................. 47 Kapabilitas Integrated Model (Schlumberger, 2015) .................... 49 Opsi Aplikasi Obey-ECLIPSE ...................................................... 50 Diagram Alir Penelitian ................................................................. 56 Langkah Simulasi Reservoir.......................................................... 57 Prosedur Simulasi Reservoir ......................................................... 58 Alir Simulasi Model Reserovir ...................................................... 60 Proses Simulasi Sumur .................................................................. 61 Proses Simulasi Sumur .................................................................. 62 Prosedur Simulasi Fasilitas Permukaan......................................... 63 Prosedur Simulasi Fasilitas Proses ................................................ 65 Model Simulasi Reservoir pada PT.X ........................................... 68 Hasil Simulasi Histori Matching ................................................... 69 Jumlah Sumur Produksi (Garis Hijau: Produksi Minyak; Garis Merah: Produksi Gas) .................................................................... 70 Hasil Prediksi berdasarkan Hasil History Matching ..................... 71 Model PIPESIM Network ............................................................. 75 Topografi menuju Kepala Sumur A .............................................. 76 Topografi menuju Kepala Sumur B .............................................. 76 Surface Facilities – UniSim Model pada PT.X ............................. 79 Jaringan Fasiltas Proses ................................................................. 81 PIPESIM UniSim Metode Konektifitas ........................................ 82 Universitas Indonesia Optimasi produksi..., Licke Ratna Dewi Ali, FT UI,2017. xvii Gambar 4.11 Gambar 4.12 Gambar 4.13 Gambar 4.14 Gambar 4.15 Gambar 4.16 Gambar 4.17 Gambar 4.18 Gambar 4.19 Gambar 4.20 Gambar 4.21 Gambar 4.22 Parameter Stream 13A ................................................................... 83 Hasil dari IAM Stream 13A .......................................................... 83 Performa KompresorSecond Stage 540-C-02 ............................... 87 Performa KompresorInlet Gas 440-C-01 ...................................... 88 Performa Turbo Expander 482-C-01 menggunakan Kurva Performa ........................................................................................ 88 Performa Turbo Expander 482-C-01 menggunakan Temperature Discharge Manual Pada Laju Alir Gas 30 MMscfd ...................... 89 Komparasi Laju Alir Produksi Minyak ......................................... 90 Komparasi Laju Alir Produksi Gas ............................................... 90 Komparasi Laju Alir Produksi Air ................................................ 91 Sisa Cadangan Gas berdasarkan Original Gas .............................. 95 Sisa Cadangan Gas berdasarkan Solution Gas .............................. 96 Sisa Cadangan Minyak .................................................................. 96 Universitas Indonesia Optimasi produksi..., Licke Ratna Dewi Ali, FT UI,2017. xviii 11DAFTAR Istilah Abandonment API Bbl Churn Coupling Dementhanizing Deposisi Dew point control Efek gas break out Entrained Flow assurance Flowline Forcasting Fraksinasi GOR Hearder History matching IAM Inflow MCF/d MMSCF ISTILAH Keterangan Menghentikan pengusahaan minyak atau gas dari suatu sumur dengan cara menyumbat formasi, baik yangmenghasilkan ataupun yang tidak menghasilkan; peralatan yang dapat dicabut atau dilepas diambil kembali. Satuan yang digunakan untuk menyatakan berat jenis minyak dan digunakan sebagai dasar klasifikasi minyak bumi yang paling sederhana. barrel ; satuan volume minyak Salah satu bentuk aliran fluida di dalam pipa, yang menyebabkan naik turun nya laju alir karena perbedaan berat jenis dari fluida tersebut Koneksi dua arah antara dua aplikasi yang berkesinambungan untuk menjalankan perhitungan iterasi. de-methane pengendapan Pengontrolan hidrokarbon pada temperatur dan tekanan tertentu mendekati fasa gas. Efek dari suatu gas yang keluar dari formasi yang menyebabkan kerusakan pada formasi. Air yang tersuspensi Kepastian akan suatu fluida mengalir dengan lancar tanpa hambatan di dalam suatu pipa/tubing Jalur pipa yang menghubungkan sumur minyak dengan tangki timbun di lapangan. Prediksi laju alir suatu fluida (minyak, air, dan gas) untuk menghitung keekonomian Pemisahan fraksi-fraksi secara berturut-turut dengan jalan pengendapan atau kristalisasi atau penyulingan dan sebagainya. Perbandingan antara jumlah gas dan minyak yang diukur di dalam suatu takar standar (m3/m3, ft3/bbl). Pipa untuk mengalirkan limpahan pipa Proses penentuan nilai parameter suatu model matematik, misalnya permeabilitas dan porositas, yang memberikan kecocokan terbaik antara hasil perhitungan dengan model dan hasil pengukuran. Integrated Asset Modeler Metode penentuan besarnya kemampuan reservoir untuk mengalirkan fluida ke dasar sumur. satuan gas; million cubic feet per day satuan gas; million million cubic feet per day Universitas Indonesia Optimasi produksi..., Licke Ratna Dewi Ali, FT UI,2017. xix 12DAFTAR Istilah Oil/gas in place Pipa feeder Productivity index RB/d Recovery factor Scrubbing SG Siklus Air Silo Sisa cadangan Slug Catcher Surface Facility Titik buble Transmibility Tubing intake Vikositas ISTILAH (Lanjutan) Keterangan Perhitungan besaran volume minyak/gas secara volumetrik. Pipa awal yang digunakan untuk mengirimkan xixuplai hidrokarbon dari fasilitas pengolahan Ukuran efisiensi mekanisme produksi sumur, dinyatakan dalam barel per hari per psi turunnya tekanan. Satuan minyak dalam reservoir barrel/day Faktor untuk menentukan drive mekanisme dari suatu reservoir. Pemurnian gas dengan cara membasuhnya dengan air atau cairan kimia. Specific Gravity; Perbandingan berat suatu zat terhadap berat zat baku pada volume dan suhu yang sama; untuk zat cair dan zat padat, zat baku adalah air, sedangkan zat untuk gas adalah hidrogen atau udara. Proses, yang didukung oleh energi matahari, yang menggerakan air antara lautan, langit, dan tanah. Siklus air meliputi 3 tahapan yaitu evaporasi/transpirasi, infiltrasi/perkolasi dan air permukaan Cara bekerja yang terkotak kotak alias tidak terintegrasi. original oil/gas in place secara volumetrik dikalikan dengan recovery factor dan dikurangi kumulatif minyak/gas Nama suatu unit di kilang gas atau industri minyak bumi di mana slug di outlet pipa dikumpulkan atau tertangkap. Slug adalah jumlah besar gas atau cairan yang keluar di dalam pipa. Jaringan Permukaan Suhu dan/atau tekanan pada awal terjadinya gelembung uap zat cair yang terdapat di dalam campuran zat cair lain; sesuai dengan kesetimbangan 0% penguapan atau 100% pengembunan. Parameter yang menunjukkan kemampuan reservoir untuk mendeliver fluida sampai ke wellbore Metode penentuan besarnya kemampuan tubing untuk mengalirkan fluida ke permukaan sumur. Ukuran kekentalan fluida yang menunjukkan gaya yang menggerakkan bidang dasar seluas 1 cm2 dengan kecepatan 1 cm per detik terhadap bidang datar yang sejajar yang Dipisahkan oleh lapisan fluida setebal 1 cm; dinyatakan dengan 1 dine detik Per cm2 yang juga disebut poise. Universitas Indonesia Optimasi produksi..., Licke Ratna Dewi Ali, FT UI,2017. 1BAB 1.1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pada tahun 2015-2016 harga minyak menurun secara signifikan untuk 25- 40 USD / bbldan 100-120 USD / bbl di tahun 2011-2013 (BBC News, 2015). Banyak perusahaan minyak melakukan efisiensi pada unit bisnis tetapi produksi yang optimal harus dijalankan. Dalam rangka untuk menstabilkan produksi minyak dan gas, perlu lebih kreatif untuk bekerja di sektorteknik untuk meningkatkan pendapatan bagi perusahaan. Sebagian besar dari semua perusahaan minyak di Indonesia masih bekerja di silo. Bekerja silo berarti bahwa Geologi dan Geofisika tidak terkait langsung dengan Reservoir. Semua model simulasi tidak terintegerasi satu sama lain, dan terpisah. Karena masalah ini, hanya memberikan hasil ke tingkat insinyur berikutnya untuk melakukan penafsiran. Karena penafsiran ini karena hasil untuk menghitung perubahan tekanan efek tidak meniru kondisi saat ini di lapangan. Lingkungan kerja ini disebut sebagai bekerja di silo (Schlumberger, 2015). Untuk memahami perubahan efek tekanan dari reservoir ke unit pengolahan fasilitas permukaan (pemisah) bukanlah tugas yang mudah, perlu mempertimbangkan keterbatasan reservoir, fasilitas permukaan, dan pengolahan kendala. Oleh karena efek tekanan ini, memberikan hasil yang berbeda dalam hal produksi di titik penjualan dibandingkan dengan produksi kepala sumur. Aset Model Terpadu (IAM – Integrated Asset Modeler), menghubungkan reservoir model simulasi, model jaringan permukaan dan model proses dinamis ditambah mode harus dibangun untuk Lapangan X. Sifat dari cairan dan antar-ketergantungan fasilitas proses berarti bahwa pemodelan diskrit dari setiap bagian dari sistem tidak dapat secara akurat menangkap kompleksitas penuh lapangan (Schlumberger, 2015). Model yang terintegrasi memiliki gambaran keseluruhan tentang reservoir fasilitas permukaan – fasilitas proses, aset penuh, mekanistik alat peramalan berbasis model untuk program pengembangan aset yang ada dan masa depan. Optimasi produksi..., Licke Ratna Dewi Ali, FT UI,2017. 2 Adanya isu-isu seperti permasalahan sistem, flow assurance dan dew point control hanya beberapa hal yang dapat disimulasikan dan dianalisis menggunakan model terpadu. Perkembangan masa depan disimulasikan untuk mendapatkan sumur infill, workovers dan modifikasi train kompresoratau perbaikan juga dapat dianalisis menggunakan sebuah model yang terintegrasi. Simulasi asset terintegrasi menghasilkan efesiensi pada kinerja produksi dari keseluruhan aset yang ada (Schlumberger, 2015). 1.2 Perumusan Masalah Dari latar belakang di atas, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana perilaku optimasi terhadap model reservoir dengan model terintegrasi? 2. Berapa deviasi produksi ketika terjadi perubahan tekanan separator? 1.3 Tujuan Penelitian Berikut merupakan tujuan penelitian dalam penulisan tesis ini: 1. Optimasi tingkat perolehan minyak dan gas bumi yang paling optimum yang bisa sesuai dengan desain processing unit nya. 2. Mendapatkan laju produksi yang sesuai dengan desain separator. 3. Mengetahui informasi unit-unit operasi yang sesuai dengan unit separator. 4. Mendapatkan cadangan minyak dan gas bumi di dalam sumur. 5. Memperoleh informasi perubahan kondisi operasi terhadap kinerja peralatan 1.4 Hipotesis Hipotesis dalam mengetahui optimisasi produksi minyak dan gas di lapangan X dapat dilakukan dengan menggunakan metode reservoir dan surface facility coupling sehingga dapat meningkatkan laju alir produksi minyak. 1.5 Batasan Masalah Berikut merupakan batasan masalah dalam penulisan tesis ini: Universitas Indonesia Optimasi produksi..., Licke Ratna Dewi Ali, FT UI,2017. 3 1. Model reservoir dibuat dengan menggunakan software ECLIPSE untuk melakukan analisis forecasting profil produksi reservoir. 2. Jaringan permukaan model fasilitas dibuat dengan menggunakan software PIPESIM untuk melakukan simulasi tekanan dan laju alir. 3. Model proses fasilitas dibuat menggunakan software UNISIM untuk melakukan simulasi tekanan dan laju alir. 4. Model terintegrasi antara model reservoir, model fasilitas permukaan, model proses fasilitas menggunakan software Integrated Asset Modeler (IAM). 5. Kendala dalam setiap model disimulasikan dengan meniru apa yang ada di lapangan. 6. Analisis dilakukan setelah menjalankan integrasikan model. 1.6 Sistematika Penulisan Seminar ini penulis bagi menjadi 5 bagian pokok yang terdiri sebagai berikut: Bab 1 Pendahuluan Bab ini dijelaskan mengenai latar belakang permasalahan, perumusan masalah, tujuan penelitan, batasan masalah dam sistematika tulisan. Bab 2 Tinjuan Pustaka Bab tinjuan pustaka dijelaskan teori yang digunakan untuk penyelesaian masalah. Bab 3 Metode Penelitian Bab metodologi penelitian dibahas mengenai metode yang dipergunakan dalam penyelesaian masalah Bab 4 Hasil dan Pembahasan Bab ini dijelaskan mengenai hasil yang diperoleh dari penelitian dan fenomena-fenomena yang terjadi pada saat meneliti Bab 5 Kesimpulan Bab ini disimpulkan hasil yang diperoleh pada penelitian Universitas Indonesia Optimasi produksi..., Licke Ratna Dewi Ali, FT UI,2017. 2BAB 2.1 2 TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Sumur Gas Bumi Natural gas atau gas alam merupakan komponen yang vital dalam hal supply energi, dikarenakan karakteristiknya yang bersih, aman, dan paling efisien dibandingkan dengan sumber energi yang lain. Karakterisik lain dari gas alam pada keadaan murni antara lain tidak berwarna, tidak berbentuk, dan tidak berbau. Selain itu, tidak seperti bahan bakar fosil lainnya, gas alam mampu menghasilkan pembakaran yang bersih dan hampir tidak menghasilkan emisi buangan yang dapat merusak lingkungan. PT.X memiliki gas dari 2 wellhead platform dikumpulkan pada tiga Plant Process Platform, yaitu Proses LPG, Proses Gas, dan Proses Minyak. Sebelum fluida masuk kedalam ketiga Plant Process Platform tersebut diketahui tekanan 22 barg dan temperatur 60oC. Untuk menjaga produksi perlu ditambahkan sistem gas lift yang sebesar 25 MMSCFD. Block Flow Diagram dari sistem di PT.X seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.1. Gambar 2.1 Block Flow Diagram PT. X Reservoir X adalah reservoir karbonat yang terletak di daerah sebelah utara Kota Gresik, dan sumur-sumurnya terletak di daerah lepas pantai. Optimasi produksi..., Licke Ratna Dewi Ali, FT UI,2017. 5 2.2 Reservoir Reservoir terdiri dari dua aspek, ada geologi reservoir dan fluida reservoir. Keberhasilan pengembangan lapangan minyak dan lapangan gas sangat ditentukan oleh reservoir; ukuran, kompleksitas, produktivitas, dan jenis dan jumlah fluida yang dikandungnya (Hidrokarbon Eksplorasi dan Produksi, 2003). Untuk mengoptimalkan rencana pengembangan, karakteristik reservoir harus didefinisikan dengan baik. Seringkali tingkat informasi yang tersedia secara signifikan kurang dari yang dibutuhkan untuk menggambarkan reservoir secara akurat, selain itu estimasi dari situasi yang sebenarnya perlu dibuat. 2.2.1 Geologi Reservoir Tujuan reservoir geologi adalah untuk memiliki kontrol parameter reservoir seperti struktur (structures), patahan (fault), lipatan (folds), deposisi lingkungan, diagenesis, porositas dan permeabilitas dan prediksi variasi lateral. Tiga parameter secara luas mendefinisikan reservoir geologi dari lapangan adalah sebagai berikut: · Depositional environment · Structures · Diagenesis Sebagian besar reservoir geologi mengontrol produksi dari formasi, yaitu transmissibility untuk aliran fluida dan tekanan komunikasi ada. Pengetahuan dari proses geologi reservoir harus didasarkan pada ekstrapolasi dengan data yang terbatas untuk ahli geologi, namun model geologi adalah dasar di mana rencana pengembangan lapangan yang dibangun. 2.2.1.1 Deposisi Lingkungan Deposisi lingkungan merupakan daerah dengan set khas fisik, kimia dan proses biologis dengan jenis batuan. Lingkungan deposisi dapat ditemukan di daerah yang berbeda dengan distribusi reservoir yang berbeda. Universitas Indonesia Optimasi produksi..., Licke Ratna Dewi Ali, FT UI,2017. 6 Untuk delta, deposisi lingkungan dimana distribusi reservoirnya terisolasi atau tertumpuk oleh channel dengan pasir butir halus. Memiliki permeabilitas yang baik sekitar 500-5000 mD. Laut dangkal / pantai (klastik), distribusi reservoirnya merupakan pengasaran ke atas dengan tingkat penurunan yang tinggi yang menghasilkan reservoir yang menumpuk. Karakteristik produksi deposisi lingkungan ini terdiri dari pasir bersih dan berkesinambungan, namun lapisan shale menyebabkan hambatan arah vertikal untuk fliud aliran. Reservoir X berada di daerah depositonal karbonat (karang dan lumpur karbonat), memiliki kualitas reservoir diatur oleh proses diagenesa dan sejarah struktural (rekah). Untuk karakteristik produksi pengendapan ini adalah "dual porositas" patahan karbonat. Karakteristik ini kemungkinan memiliki produksi air yang tinggi, dan jika mengandung dolomites, mungkin menghasilkan Asam Sulfat (H2S). Distribusi reservoir rak (klastik), biasanya tipis tapi terisi pasir secara berkesinambungan, sangat kasar antara lempung laut. Ini memiliki produktivitas yang sangat tinggi tetapi pasir berkualitas tinggi dapat bertindak sebagai "zona pencuri" selama air atau gas injeksi. Terdapat hubungan penting antara lingkungan deposisi, distribusi reservoir dan karakteristik produksi lapangan yang ditunjukkan pada Tabel 2.1. Universitas Indonesia Optimasi produksi..., Licke Ratna Dewi Ali, FT UI,2017. 7 Tabel 2.1 Karakteristik Deposisi Lingkungan (Jahn, Frank, et.al., 2003) 2.2.1.2 Struktur Batuan bereaksi terhadap tekanan secara elastis, duktilitas atau merapuh seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.2. Gambar 2.2 Diagram stress - strain dari batuan reservoir (Jahn, Frank, et.al., 2003) Apabila batuan diberi tekanan yang cukup, sehingga mencapai titik kritis / jenuh maka pada kondisi ini, batuan bergeser sehingga disebut sebagai patahan/sesar (fault). Ada 3 jenis patahan/sesar, sesar normal (normal fault), sesar naik (reverse fault), dan sesar geser (wrench fault).Jenis-jenis sesarini ditunjukkan pada Gambar 2.3. Universitas Indonesia Optimasi produksi..., Licke Ratna Dewi Ali, FT UI,2017. 8 Gambar 2.3 Jenis-jenis Patahan (Fault) (Jahn, Frank, et.al., 2003) Patahan/sesar sering membelah reservoir dan memperangkap fluida dan tekanan di kompartemen individu. Empat mekanisme yang menjelaskan tentang bagaimana patahan/sesar memberikan perangkap pembentukan kompartemen, yaitu clay smear, juxtaposition, diagenetic healing dan cataclasis. Hal ini ditunjukkan pada Gambar 2.4. · Clay smear: tanah liat lunak, biasanya berasal dari laut, teroles ke dalam sesarselama gerakan dan memberikan segel yang efektif. · Juxtaposition: sesar yang diakibatkan batuan kedap disandingkan terhadap batuan reservoir. · Diagenetic Healing: pengendapan mineral akhir atau dekat sesar menghasilkan permukaan segel. · Cataclasis: Gerakan sesar telah menghancurkan matriks batu dekat. Butir individu kuarsa telah bergerak dari bawah ke atas menciptakan segel terdiri dari "tepung batu". Universitas Indonesia Optimasi produksi..., Licke Ratna Dewi Ali, FT UI,2017. 9 Gambar 2.4 Perangkap Patahan/Sesar Seal hasil dari Clay Smear dan Juxtaposition 2.2.1.3 Diagenesis Diagenesis adalah proses efek sedimen setelah deposisi oleh kimia dan fisik. Diagenesis dapat meningkatkan baik porositas dan permeabilitas yang menyebabkan perubahan yang nyata dari perilaku reservoir dengan urutan tidak berubah. Proses diagenesis berhubungan dengan pengembangan lapangan dengan pemadatan, sementasi, pembubaran dan penggantian. Pemadatan terjadi ketika hasil sedimentasi yang terus menerus dalam peningkatan overburden yang mengusir air pori dari paket sedimen. Ruang pori berkurang dan butiran menjadi dikemas lebih erat bersama-sama. Pemadatan mengurangi porositas dan permeabilitas. Permeabilitas adalah kemampuan cairan mengalir di media berpori. Porositas adalah sebagian kecil dari volume media porous terhadap total volume. 2.2.2 Fluida Reservoir Sifat karakteristik fluida reservoir ada 5 jenis yakni Gas kering, Gas basah, Gas kondensat (retrograde), Minyak Atsiri dan Black Oil. Keseluruhan jenis fluida reservoir dapat dibedakan dengan GOR awal, API, SG gas, penampilan di Universitas Indonesia Optimasi produksi..., Licke Ratna Dewi Ali, FT UI,2017. 10 permukaan dan komposisi. Fluida reservoir yang dipakai oleh PT.X menggunakan black oil model, seperti diilustrasikan pada Tabel 2.2. Tabel 2.2 PVT Fluida Reservoir X Rs 0 0.04 0.08 0.12 0.17 0.21 0.26 0.3 0.35 0.4 0.45 0.48 2.2.3 P 14.7 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600 1800 2000 2150 2400 3000 Bo Visc. Minyak 1.06 1.67 1.0794 1.386 1.1 1.1787 1.1204 1.0415 1.1405 0.9472 1.1603 0.8748 1.1798 0.8101 1.1991 0.7451 1.218 0.6782 1.2367 0.6143 1.2551 0.565 1.2687 0.548 1.2648 0.5551 1.2555 0.5721 Rv Bg Visc. Gas 0.0162 0.0163 0.0166 0.017 0.0173 0.0176 0.0177 0.0178 0.0179 0.018 0.018 0.0185 16.06 7.886 5.166 3.812 3.004 2.47 2.093 1.814 1.601 1.434 1.332 1.193 0.01258 0.01285 0.01319 0.01358 0.01396 0.01436 0.01482 0.01529 0.01575 0.01622 0.01669 0.01746 Bw Cw Visc. Air Viscobility 1.031 3.46E-06 0.3181 3.87E-06 Masalah Reservoir Salah satu masalah yang biasanya terjadi di reservoir adalah masalah air. Air mempengaruhi setiap tahap fenomena siklus hidup ladang minyak dari eksplorasi - pengembangan - produksi - abandonment. Minyak dihasilkan dari reservoir dan air dapat berasal dari akuifer yang mendasari atau dari injektoryang kadang-kadang tercampur dan diproduksi bersama minyak. Gerakan air yang mengalir melalui reservoir, mengalir dalam tubing dan permukaan fasilitas pengolahan, dan akhirnya diekstraksi untuk pembuangan atau disuntikkan untuk menjaga tekanan reservoir, disebut sebagai siklus air. Ekonomi produksi air melalui siklus air tergantung pada sejumlah faktor seperti laju alir total, tingkat produksi, sifat fluida seperti gravitasi minyak, salinitas air dan pembuangan air. 2.2.4 Simulasi Model Reservoir Simulasi reservoir adalah bentuk numerik yang digunakan untuk mengukur dan menafsirkan fenomena fisik dengan kemampuan untuk memperluas ini untuk proyek kinerja masa depan. Proses ini melibatkan pembagian reservoir menjadi beberapa unit diskrit dalam tiga dimensi dan pemodelan perkembangan waduk serta sifat fluida melalui ruang dan waktu dalam serangkaian langkah-langkah terpisah. Universitas Indonesia Optimasi produksi..., Licke Ratna Dewi Ali, FT UI,2017. 11 Persamaan untuk memecahkan setiap sel dan setiap langkah waktu adalah kombinasi dari persamaan keseimbangan material dan Hukum Darcy. Hukum Darcy’s (tanpa pengaruh gravitasi) ditunjukkan pada persamaan 2.1: ! = " $ %& # (2.1) Persamaan Keseimbangan Materiditunjukkan pada Persamaan 2.2. "% ' ( = )* +,-. / 0 ) (2.2) Maka model persamaan aliran menjadi Simulator Flow Equation (with gravity term) % ' [1+%& " 2%3.] = )* 4 6 7 / 9 ) 5 8 (2.3) Dengan: 1 = !! :6 # (2.4) (2.5) Universitas Indonesia Optimasi produksi..., Licke Ratna Dewi Ali, FT UI,2017. 12 Ada dua model untuk simulasi reservoir, ada model black oil dan model komposisi. Model black oil mengasumsikan bahwa fase minyak dan gas masingmasing dapat direpresentasikan sebagai salah satu komponen melalui waktu. Sifatsifat komponen dapat berubah dengan tekanan dan temperatur, tetapi komposisi tidak berubah. Model komposisi memberikan trek simulator masing-masing komponen dari minyak dan gas di reservoir (C1-metana, C2-etana, dan sebagainya). Metode ini digunakan untuk model cairan dekat titik kritis di mana perubahan tekanan dan suhu sistem compositonal dapat menghasilkan perilaku cairan yang sangat berbeda. Dalam tesis ini, digunakan model black oil karena reservoir tidak perlu memecah ke masing-masing komponen dan komposisi komponen minyak dan gas yang relatif konstan tekanan dan waktu. 2.3 Fasilitas Permukaan Model sistem fasilitas permukaan terdiri dari bagian pipa dan alat kelengkapan yang berfungsi untuk mengirimkan cairan yang dihasilkan dari kepala sumur ke fasilitas pengolahan lapangan (fasilitas proses). Pipa yang dipilih untuk mengangkut minyak dan gas perlu melihat dari beberapa aspek (Schlumberger, 2015): · Tidak merusak lingkungan · Keselamatan bagi lingkungan minyak dan gas · Ekonomis dengan metode yang paling efisien transportasi volume tinggi · Keandalan Flowline dan pipa pengumpulan adalah pipa yang berjarak pendek dalam suatu daerah. Flowline biasanya memiliki ukuran kecil dengan 2 sampai 4 inci diameter dan pipa pengumpulan biasanya memiliki ukuran yang lebih besar sekitar 4 sampai 12 inci diameter. Ada dua tipe dasar dari sistem pengumpulan yang radial dan aksial. Pipa Feeder adalah pipa yang bergerak hidrokarbon dari fasilitas pengolahan, penyimpanan dan lain-lain. Untuk jalur transmisi utama dengan ukuran Universitas Indonesia Optimasi produksi..., Licke Ratna Dewi Ali, FT UI,2017. 13 khas 6 sampai 20 inci dengan diameter. Jalur transmisi adalah saluran utama minyak dan transportasi gas dengan diameter yang sangat besar hingga 56 inci diameter. 2.3.1 Sistem Pengumpulan Radial Sistem pengumpulan radial adalah sistem flowline yang keluar dari beberapa sumur yang berbeda yang konvergen ke titik pusat di mana fasilitas berada. Flowline biasanya diakhiri di header, yang pada dasarnya adalah pipa yang cukup besar untuk menangani aliran semua flowline. Sistem juga mengumpulkan menggunakan filosofi radial di tingkat lokal untuk sumur individu, membawa semua flowlines untuk header pusat. 2.3.2 Sistem Pengumpulan Axial Sistem pengumpulan aksial adalah sistem di mana beberapa sumur menghasilkan menjadi flowline umum. Sistem pengumpulan loop dapat dikategorikan sebagai sistem aksial gathering di mana beberapa header terpencil mengumpulkan cairan dan mengangkut fliud ke dalam trunkline umum. Hal ini lebih berlaku untuk sewa yang relatif besar, dan tidak ada kasus di mana itu adalah undesireable atau tidak praktis untuk membangun fasilitas pengolahan lapangan pada titik pusat. 2.3.3 Masalah Fasilitas Permukaan Ada banyak masalah yang dapat menyebabkan fasilitas permukaan tidak mengalir lancar. penelitian untuk memahami masalah dalam fasilitas permukaan, disebut aliran jaminan. Penyumbatan dari pipa bisa datang dari hidrat, lilin, aspalthenes, slugging, cross flow dan lain-lain. Kebocoran tersebut dari pipa bisa datang dari korosi dan erosi. 2.3.4 Model Fasilitas Permukaan Fluida yang dihasilkan dari ladang hidrokarbon terdiri dari campuran minyak, gas dan air, sering dengan komponen korosif, kadang-kadang sarat dengan partikel padat, dan merupakan sumber potensial dari banyak ketidakstabilan aliran. Sering, sekarang langsung dieksporjarak jauh, dalam kondisi multifase, menuju dan Universitas Indonesia Optimasi produksi..., Licke Ratna Dewi Ali, FT UI,2017. 14 simultan beberapa bidang baru. Skema produksi ini, yang terutama diterapkan lepas pantai, di cekungan matang seperti di Laut Utara atau di Teluk Meksiko di mana infrastruktur yang ada di daerah yang luas, juga dapat meningkatkan ekonomi atau bidang kecil atau laut. Dalam rangka untuk memahami tentang perilaku multiphases, perlu memahami regim aliran pipa horisontal dan vertikal cairan di dalam. 2.3.4.1 Flow Model Klasifikasi Flow Regimes pada Aliran Vertikal Dua Fase Masalah umum memprediksi penurunan tekanan untuk aliran simultan gas dan fluida kompleks dalah memprediksi variasi tekanan dengan jarak sepanjang jalur aliran untuk kondisi yang dikenal aliran. Aliran vertikal multifase dapat dikategorikan ke dalam empat pola aliran yang berbeda atau regim aliran, yang terdiri dari aliran gelembung, aliran slug, siput-kabut transisi (churn) mengalir dan aliran kabut. Sebuah contoh khas dari aliran gelembung adalah pembebasan gas dari minyak jenuh di dan di atas titik di jalur aliran mana tekanan titik didihnya tercapai. Dalam aliran slug, baik gas dan cairan fase signifikan berkontribusi pada gradien tekanan. Fase gas ada sebagai gelembung besar hampir mengisi pipa dan dipisahkan oleh siput cairan. Dialiran transisi, slug antara gelembung gas dasarnya menghilang, dan di beberapa titik fase cair menjadi terputus-putus dan fase menjadi terus menerus. Kerugian tekanan dalam transisi (churn) aliran yang sebagian hasil dari fase cair, tetapi lebih hasil dari fase gas. Aliran kabut ditandai dengan fase gas terus menerus dengan terjadi cair sebagai tetesan entrained dalam aliran gas dan sebagai film cairan membasahi dinding pipa. Contoh khas dari aliran kabut adalah aliran gas dan kondensat dalam kondensat gas dengan baik. Gambar flow regime pada aliran vertical ditunjukkan pada Gambar 2.5. Universitas Indonesia Optimasi produksi..., Licke Ratna Dewi Ali, FT UI,2017. 15 Bubble Slug Churn Annular/Mist Gambar 2.5 Klasifikasi Flow Regime Pada Aliran Vertikal Dua Fase Klasifikasi Flow Regimes pada Aliran Horizontal Dua Fase Prediksi liquid hold up cair kurang signifikan untuk perhitungan kehilangan tekanan di aliran horizontal daripada aliran cenderung atau vertikal, meskipun beberapa korelasi memerlukan nilai hold up untuk menghitung istilah kepadatan yang digunakan dalam gesekan dan percepatan komponen penurunan tekanan. Penurunan tekanan akselerasi biasanya ringan dan sering diabaikan dalam perhitungan desain. Stratified Flow (halus, bergelombang), Intermittent Flow (plug and slug) dan Distributed Flow (bubble dan kabut). Seperti dalam aliran vertikal, aliran horisontal dua fase dapat dibagi ke dalam regim yang ditunjukkan pada Gambar 2.6. Universitas Indonesia Optimasi produksi..., Licke Ratna Dewi Ali, FT UI,2017. 16 Stratified Slug Bubble Annular Gambar 2.6 Klasifikasi Flow Regime Pada Aliran Horizontal Dua Fase (Schlumberger, 2015) 2.3.4.2 Persamaan Multifase Aliran Horizontal Beggs and Brill Original Persamaan Beggs dan Brill original digunakan untuk kehilangan tekanan dan hold up cair. Regim aliran ditentukan baik oleh Beggs dan Brill atau korelasi Taitel Dukler. Korelasi Beggs dan Brill dikembangkan setelah studi aliran dua fase dalam pipa horizontal dan miring. Korelasi didasarkan pada peta regim aliran yang pertama ditentukan seakan aliran itu horizontal. Sebuah hold up horisontal kemudian dihitung dengan korelasi, dan hold up ini dikoreksi untuk sudut kemiringan. Sistem tes termasuk dua 90 ft pipa acrylic panjang, diterapkan ke elevasi variabel di tengah, sehingga untuk model aliran miring baik ke atas dan ke bawah disudut hingga 90° (Brill, et.al., 1988). Beggs and Brill Revised Seperti Persamaan Beggs and Brill original di atas kecuali bahwa ada revisi dari Beggs dan Brill, dengan faktor pipa gesekan kasar, batas hold up dan konstanta korektif seperti yang diusulkan oleh Palmer dan Payne. Berikut perangkat tambahan Universitas Indonesia Optimasi produksi..., Licke Ratna Dewi Ali, FT UI,2017. 17 untuk metode asli yang digunakan; (1) aliran tambahan, regime aliran buih dianggap yang mengasumsikan tidak ada slip hold up, (2) faktor gesekan berubah dari model pipa halus standar, untuk memanfaatkan faktor fase gesekan tunggal berdasarkan kecepatan fluida rata-rata (Brill, et.al., 1988). 2.3.4.3 Korelasi Aliran Multifase Vertikal Ansari Persamaan Ansari model di kembangkan dari Universitas Tulsa sebagai bagian dari program penelitian proyek aliran fluida (TUFFP). Sebuah model yang komprehensif di rumuskan untuk memprediksi pola aliran dan karakteristik pola aliran yang di prediksi untuk aliran dua fasa ke arah atas/vertikal. Mekanistik yang komprehensif model dibuat untuk memprediksi pola aliran dan satu set model independen untuk memprediksi holdup dan penurunan tekanan di dalam bubble, slug dan arus annular. Model ini dievaluasi menggunakan TUFFP data bank, yang terdiri dari 1775 studi kasus sumur dan 371 di antaranya berasal dari Prudhoe Bay data. Aziz, Govier dan Fogarasi Model Aziz, Govier dan Fogarasi dikembangkan untuk model sumur dengan kalkulasi penurunan tekanan untuk arah aliran ke atas di dalam sumur produksi. Arah aliran (flow regime) (contoh: annular-mist, slug, dsb.) di tentukan menggukana korelasi Govier dan Aziz (1972). Pola aliran yang pertama kali di prediksi, setelah itu digunakan medote korelasi untuk menghitung cairan holdup dan tekanan gesekan. Metode Dun dan Ros digunakan untuk kalkulasi holdup dan tekanan pada kabut annular. Korelasi Govier Aziz dan Fogarasi dikembangkan mengikuti studi penurunan tekanan di sumur produksi gas dan kondensat. Dari studi penurunan tekanan terhadap 102 sumur yang ada di lapangan, memiliki rasio gas dan cairan dari 3900 sampai dengan 1.170.000 scf/bbl dianalisis dengan detil. Beggs and Brill Original Persamaan Beggs dan Brill original digunakan untuk kehilangan tekanan dan hold up cair. Regim aliran ditentukan baik oleh Beggs dan Brill atau korelasi Taitel Dukler. Korelasi Beggs dan Brill dikembangkan setelah studi aliran dua fase Universitas Indonesia Optimasi produksi..., Licke Ratna Dewi Ali, FT UI,2017. 18 dalam pipa horizontal dan miring. Korelasi didasarkan pada peta regim aliran yang pertama ditentukan seakan aliran itu horizontal. Sebuah hold up horisontal kemudian dihitung dengan korelasi, dan hold up ini dikoreksi untuk sudut kemiringan. Sistem tes termasuk dua 90 ft pipa acrylic panjang, diterapkan ke elevasi variabel di tengah, sehingga untuk model aliran miring baik ke atas dan ke bawah disudut hingga 90 ° (Brill, et.al., 1988). Beggs and Brill Revised Seperti Persamaan Beggs and Brill original di atas kecuali bahwa ada revisi dari Beggs dan Brill, dengan faktor pipa gesekan kasar, batas hold updan konstanta korektif seperti yang diusulkan oleh Palmer dan Payne. Berikut perangkat tambahan untuk metode asli yang digunakan; (1) aliran tambahan, regim aliran buih dianggap yang mengasumsikan tidak ada slip hold up, (2) faktor gesekan berubah dari model pipa halus standar, untuk memanfaatkan faktor fase gesekan tunggal berdasarkan kecepatan fluida rata-rata. Korelasi ini juga digunakan pada aliran Vertikal (Brill et.al., 1988). Duns and Ros Korelasi Duns dan Ros digunakan untuk tekanan kerugian dan hold up dengan regim aliranbaik oleh Duns dan Ros serta korelasi Taitel Dukler. Korelasi Dunsdan Ros dikembangkan untuk aliran vertikal gas dan campuran cairan dalam sumur. Persamaan dikembangkan untuk masing-masing dari tiga wilayah aliran, (I) gelembung, plug and bagian dari regim aliran buih, (II) sisa aliran buih dan regim aliran slug, (III) regim aliran kabut. Wilayah ini memiliki keluaran rendah, menengah dan tinggi gas masing-masing. Setiap daerah aliran memiliki korelasi hold upyang berbeda. Persamaan didasarkan pada karya eksperimental yang luas menggunakan campuran minyak dan udara. Gray (Original) Korelasi aliran vertikal Gray digunakan juga untuk menghitung penurunan tekanan dan holdup. Korelasi ini dikembangkan oleh H. E. Gray of Shell Oil Company untuk aliran vertikal di gas dan kondensat yang didominasi oleh fasa gas. Aliran di perlakukan sebagai fasa tunggal dan diambil air atau kondensat nya Universitas Indonesia Optimasi produksi..., Licke Ratna Dewi Ali, FT UI,2017. 19 sebagai asumsi untuk seluruh aliran yang melekat pada dinding pipa. Dimana konsiderasinya hanya dapat digunakan untuk kasus arah aliran vertikal dengan velocity di bawah 50 ft/s, ukuran tabung di bawah 3.5 inch, dengan rasio kondensat di bawah 50 bbl/mmscf dan ratio air di bawah 5 bbl/mmscf. Gray (Modified) Seperti penjelasan Gray yang di atas hanya saja ada beberapa modifikasi yang dilakukan adalah: 1. Realisasi bilangan Reynold (Gray Original diasumsikan selalu 1 juta). 2. Pseudo-roughness (kekasaran) dibatasi menjadi kurang dari radius pipa. Mukherjee and Brill Korelasi Mukherjee dan Brill digunakan untuk pernurunan tekanan, hold up dan Flow Map. Catatan: pilihan peta aliran dan holdups menyebabkan hasil yang tak terduga. Korelasi Mukherjee dan Brill dikembangkan setelah studi perilaku penurunan tekanan di aliran cenderung dua fase. Fasilitas uji terdiri dari pipa UShaped yang bersudut +/- 90 º. Masing-masing kaki bagian U adalah 56 ft dengan 22 ft panjang dan 32 ft tes bagian di kedua sisi. Cairan yang udara, minyak tanah dan minyak pelumas dengan viskositas cairan mulai 0,9-75 cp. Sekitar 1000 pengukuran penurunan tekanan dan 1500 pengukuran hold up cair diperoleh dari berbagai aliran minyak dan gas (Mukherjee, 1988). Untuk bubble dan aliran slug, faktor gesekan tidak-slip dihitung dari diagram Moody ditemukancukup untuk perhitungan kerugian head gesekan. Dalam aliran menurun bertingkat, gradien tekanan gesekan dihitung berdasarkan persamaan keseimbangan momentum baik untuk fase asumsi antarmuka gasliquid halus. Untuk aliran annular-kabut, korelasi faktor gesekan disajikan yang merupakan fungsi dari rasio hold up dan tidak ada-slip Moody faktor gesekan. Hasil setuju juga dengan data eksperimen dan korelasi yang diverifikasi lebih lanjut dengan data Prudhoe Bay dan Laut Utara (Mukherjee, 1988). Hagedorn and Brown Korelasi Hagedorn dan Brown digunakan untuk kehilangan tekanan dan hold up. NamunHagedorn dan korelasi Brown tidak memprediksi pola aliran, pola Universitas Indonesia Optimasi produksi..., Licke Ratna Dewi Ali, FT UI,2017. 20 kemudian diteliti oleh Orkiszewski. The Duns dan Ros prediksi pola aliran juga bisa dilaporkan. Tak satu pun dari metode prediksi pola aliran ini mempengaruhi salah perhitungan. The Hagedorn dan Brown korelasi dikembangkan mengikuti studi eksperimental gradien tekanan yang terjadi selama arus dua fase kontinyu dengan diameter kecil saluran vertikal. Sebuah 1.500 ft juga eksperimental digunakan untuk mempelajari aliran melalui 1 in., 1,25 in., dan 1,5 in. Ukuran nominal tubing. Air adalah fase gas dan empat cairan yang berbeda digunakan: air dan minyak mentah minyak dengan viskositas dari sekitar 10, 30 dan 110 cp. Hold up cairan tidak langsung diukur, bukan pseudo nilai cair-hold up ditentukan yang cocok gradien tekanan diukur. Pekerjaan lebih lanjut oleh Brill dan Hagedorn telah menyebabkan dua modifikasi: (1) Jika Griffith dan Wallis memprediksi terjadinya aliran gelembung, metode gelembung-aliran Griffith harus digunakan untuk memprediksi gradien tekanan, dan (2) Jika hold up cair diperkirakan kurang dari cairan tanpa slip hold up, maka tidak ada-slip cair hold up digunakan. Korelasi No Slip Korelasi No Slip mengasumsikan aliran homogen tanpa slip antara satu fasa dengan fasa lainnya. Properti fluida diambil sebagai rata-rata kedua fasa gas dan cairan dan faktor gesekan dihitung menggunakan persamaan Moody satu fasa. Orkiszewski Korelasi Orkiszewski digunakan untuk menghitung penurunan tekanan, holdup, dan flow regime. Korelasi Orkiszewki dikembangkan untuk memprediksi penurunan tekanan pada dua fasa di dalam pipa vertikal. Ada empat flow regime yang termasuk di dalam korelasi ini, yaitu bubble, slug, transisi annular-slug, kabut annular. Metode ini dapat secara akurat memprediksi sekitar 10%, dalam laju alir natural penurunan tekanan dua fasa pada laju alir natural dan produksi menggunakan gas lift. Metode ini di verifikasi dengan menggunakan 148 tekanan yang terukur. Universitas Indonesia Optimasi produksi..., Licke Ratna Dewi Ali, FT UI,2017. 21 Semua korelasi hanya melibatkan kelompok berdimensi, yang merupakan kondisi biasanya dicari dalam analisis kemiripan tetapi tidak selalu tercapai. Penggunakan korelasi aliran ditunjukkan pada Tabel 2.3. Tabel 2.3 Penggunaan Korelasi Aliran Dun and Ros Hagedorn and Brown Beggs and Brill Revised Beggs and Brill Original Mukherjee and Brill Govier, Aziz dan Forgasi No Slip Ansari Orkiszewski Sumur Minyak Vertikal Sumur Minyak Deviated Sumur Gas/Kondensat Vertikal Pipa Minyak Pipa Gas/ Kondensat ! ! ! - - ! - ! - - ! - ! - - ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! - - ! ! ! ! - ! ! ! ! - ! - Catatan: ! : dapat digunakan korelasi tersebut - : sebaiknya tidak dapat menggunakan korelasi 2.3.4.4 Model Completion (IPR) Inflow Performance Relationships (IPRs) telah dikembangkan untuk model aliran cairan dari reservoir, melalui formasi, dan ke dalam sumur. Mereka dinyatakan dalam sumur statis (atau reservoir) tekanan Pws, sumur mengalir (atau bawah lubang) tekanan Pwf, dan debit Q. Laju aliran volume yang sebanding dengan penarikan tekanan ditunjukkan pada Persamaan 2.6. QV ; (Pws "Pwf ) (2.6) Untuk IPR cair tingkat cair tangki saham kira-kira sebanding dengan laju aliran volume di kondisi sumur, dan bentuk persamaan yang digunakan ditunjukkan pada Persamaan 2.7. QL ; (Pws "Pwf ) (2.7) Universitas Indonesia Optimasi produksi..., Licke Ratna Dewi Ali, FT UI,2017. 22 Untuk IPR gas laju alir tangki secara kasar sebanding dengan laju aliran volume di reservoir kondisi kali rata-rata tekanan reservoir ditunjukkan pada Persamaan 2.8. QG ;Qv < (Pws +Pwf ); (Pws2 "Pwf2 ) 2 (2.8) Daftar lengkap dari pilihan IPR, untuk reservoir minyak dan gas ditunjukkan pada Tabel 2.4. Tabel 2.4 Penggunaan Korelasi IPR Oil Reservoirs IPR Backpressure Equation Fetkovich Hydraulically Fractured IPR Table Jones / Forcheimer Pseudo Steady State Equation / Darcy Transient Vogel Well PI Gas and Gas Condensate Reservoir ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! Catatan: ! : dapat menggunakan korelasi tersebut Persamaan Backpressure Persamaan Back Pressure dikembangkan oleh Rawlins dan Schellhardt (1935) setelah menguji 582 sumur. persamaan biasanya diterapkan untuk sumur gas meskipun aplikasi untuk sumur minyak juga telah terbukti. Jika korelasi sudah ada untuk sumur minyak, menggunakan tekanan Persamaan Balik pada sumur gas saja. persamaan memiliki bentuk yang ditunjukkan oleh Persamaan 2.9. QG =C < (Pws2 "Pwf2)n (2.9) Dengan, QG = laju alir gas (MMscf/d) (m3/d), Pws = Tekana statis sumur (psia) (bara) Pwf = Tekanan aliran sumur ( (psia) (bara) Universitas Indonesia Optimasi produksi..., Licke Ratna Dewi Ali, FT UI,2017. 23 C = konstanta backpressure (MMscf/d/(psia2)n) (m3/d/(bar2) n) n = eksponen backpressure Eksponen bakcpressure, n, yang berkisar antara 0,5 dan 1,0, memberikan dampak aliran kecepatan tinggi (turbulensi). Ketika n = 1 persamaan tekanan kembali adalah sama seperti persamaan PI gas. Tekanan kembali konstan, C, merupakan batuan reservoir dan sifat fluida, aliran geometri dan efek transien.Parameter C dan n harus diperoleh oleh multi-rate Selain testing ke persamaan IPR standar, data uji dapat dimanfaatkan sehingga inflow yang dapat dicocokkan dengan data yang diukur sebenarnya. Minimal tiga titik data diperlukan. Persaman menjadi seperti yang ditunjukkan pada Persamaan 2.10. LogQG = logC +n < log (Pws2 "Pwf2) (2.10) Sebuah plot laju alir QG vs pws2 " pwf2pada skala log-log memberikan garis dengan kemiringan n dan mengantisipasi C. Untuk menghindari masalah konversi satuan ketika memperoleh parameter, periksa bahwa kemiringan memiliki nilai antara 0,5 dan 1,0. Jika n adalah kurang dari 0,5, ini berarti bahwa kondisi reservoir lambat, atau cairan yang menumpuk di lubang sumur (sumur gas kondensat). Nilai n dapat lebih besar dari 1,0 jika cairan dihapus dari sumur selama pengujian, atau dengan menghapus pengeboran atau stimulasi cairan. Juga, perubahan kapasitas baik selama pengujian isochronal akan menyebabkan pencar lebih luas dari titik data. Ini mungkin hasil dari akumulasi cairan atau pembersih dari sumur. Fetkovich Persamaan Fetkovich adalah salah satu metode yang dipakai untuk melakukan korelasi IPR (InflowPerformance Relationship) pada komplesi sumur. Persamaan Fetkovich adalah turunan dari persamaan Vogel yang memiliki unsur efek kecepatan tinggi (Fetkovich, 1973). Q =Qmax (1 " (Pwf / Pws)2)n (2.11) Dengan, Q = liquid flow rate (STB/D orm3/d) Universitas Indonesia Optimasi produksi..., Licke Ratna Dewi Ali, FT UI,2017. 24 Qmax = potensi aliran lubang terbuka mutlak, yaitu laju aliran cairan ketika tekanan lubang bawah adalah nol. Pwf = tekanan sumur aliran (psia orbara) Pws = tekanan sumur statik (psia orbara) n = eksponen Fetkovich. Hydraulically Fractured Sumur diasumsikan di pusat reservoir persegi dengan aspek rasio 1: 1. Kurva jenis yang digunakan dalam perhitungan diambil dari Reservoir Stimulasi 2nd Edition oleh Econimides dan Nolte, Bab 8 oleh Hai-Zui Meng dan SPE dan paling cocok untuk sumur gas. Jenis kurva yang dihasilkan menggunakan fase tunggal, hingga dua dimensi perbedaan simulator untuk rentang sifat sistem (permeabilitas, porositas, viskositas fluida, Total Sistem kompresibilitas) dan panjang karakteristik sistem, fraktur setengah-panjang. Ini kemudian digunakan untuk menghitung waktu berdimensi (kisaran valid: 10e-5 - 10e3), tekanan lubang sumur berdimensi, dan konduktivitas fraktur berdimensi (kisaran valid 0,1-500). Jones / Forcheimer Korelasi Jones adalah mirip dengan metode PI tetapi mengandung istilah tambahan model turbulensi. Persamaan Jones untuk Gas Inflow Persamaan Jones untuk reservoir gas ditunjukkan pada Persamaan 2.12. Pws2 "Pwf2 = AQG2 +BQGn (2.12) Dengan, QG = stock-tank gas rate Pws = tekanan statik Pwf = tekanan aliran A # 0 = koefisien tubulen B # 0 = koefisien laminer Dalam kasus ketika A = 0 persamaan Jones adalah sama dengan persamaan PI gas dengan indeks produktivitas JG = 1 / B. Nilai B> 0,05 (psi2 / MMscf / d) Universitas Indonesia Optimasi produksi..., Licke Ratna Dewi Ali, FT UI,2017. 25 menunjukkan permeabilitas yang rendah atau adanya kerusakan kulit (Jones, et.al., 1976). Persamaan Jones untuk Liquid Inflow Jones mengusulkan persamaan untuk aliran gas, tetapi juga dapat digunakan untuk model sumur minyak. Namun persamaan Fetkovich juga dapat digunakan untuk sumur minyak jenuh dan metode yang direkomendasikan untuk IPR di waduk memproduksi di bawah titik bubble. Persamaan Jones untuk reservoir liquid ditunjukkan pada Persamaan 2.13. Pws "Pwf = AQL2 +BQL (2.13) Dengan, QL = stock-tank oil rate Dalam kasus ketika A = 0 persamaan Jones adalah sama dengan persamaan Liquid PI dengan indeks produktivitas JL = 1 / B Pseudo Steady State Equation / Darcy Persamaan Pseudo steady state IPR (PSS), berasal dari persamaan untuk aliran Darcy fase tunggal ke dalam sumur. Sejumlah versi dari persamaan dapat digunakan yaitu: · Untuk aliran cairan persamaan PSS. • Ini dapat opsional dikombinasikan dengan formula Vogel untuk tekanan di bawah titik bubble. • Aliran cairan dapat dimodelkan menggunakan versi dua fase persamaan aliran radial untuk minyak dan air. · Untuk aliran gas PSS. • Versi menggunakan tekanan semu gas (lebih akurat untuk sistem tekanan tinggi). · PSS dinyatakan dalam laju aliran reservoir dapat digunakan baik cair atau gas aliran. Universitas Indonesia Optimasi produksi..., Licke Ratna Dewi Ali, FT UI,2017. 26 • Aliran cairan dapat dimodelkan menggunakan versi dua fase persamaan aliran waduk untuk minyak dan air. Aliran Reservoir Persamaan Pseudo steady state, seperti IPR sementara, dihitung dengan memecahkan radial, fase tunggal, aliran Darcy ke dalam sumur. Ini berlaku untuk waktu yang relatif lama, setelah sumur telah melewati tahap transien. Solusinya diberikan oleh Dake 1978 yang ditunjukkan pada Persamaan 2.14. QR $ =M $<T < (Pws "Pwf ) (2.14) Jika PSS diterapkan menjadi Persamaan 2.15. (2.15) Dengan: flow rate at$RB /d orreservoir conditions of phase MCF /d QR $ = volume M$ = mobility of phase $ 1 /cp Pws = average reservoir pressure psia Pwf = bottome hole pressure psia k = formation permeability mD h = formation thickness ft rw = wellbore radius ft re = drainage radius ft S = skin Persamaan 2.16 merupakan angka C1 jika dihitung dengan satuan RB/d. (2.16) Persamaan 2.17 dihitung dengan satuan MCF/d. Universitas Indonesia Optimasi produksi..., Licke Ratna Dewi Ali, FT UI,2017. 27 (2.17) Dengan syarat · Konstanta 0,75 berasal dari menggunakan tekanan reservoir rata pws = p. Sebuah formula yang sama dapat diturunkan dengan menggunakan tekanan pada jari-jari drainase pws = p (re), tetapi nilai 0,75 digantikan oleh 0,5. · radius drainase yang efektif dapat secara eksplisit ditentukan atau dihitung berdasarkan faktor bentuk dan daerah reservoir. Mobilitas fase didefinisikan dalam hal fase relatif permeabilitas dan viskositas ditunjukkan oleh Persamaan 2.18. (2.18) krØ = Relative permeability forphase Ø µØ = Viscosity forphase Ø in production. Untuk injeksi, ini adalah viskositas fluida di rata-rata lubang bawah tekanan mengalir dan tekanan reservoir statis; dan lubang bawah mengalir suhu. Untuk aliran fase tunggal permeabilitas relatif kr $ = 1, dan persamaan inflow disederhanakan menjadi seperti yang ditunjukkan pada Persamaan 2.19. QR $ = 1/%. $<T < (Pws "Pwf ) (2.19) Versi ini PSS IPR dapat digunakan untuk cairan atau gas inflow. Untuk inflow multifase, total inflow dapat ditulis sebagai jumlah dari arus masuk fase seperti ditunjukkan pada Persamaan 2.19. QR =QRO +QRW +QRG (2.19) Hal ini berhubungan pengan Persamaan 2.20. QR =M <T < (Pws "Pwf ) (2.20) Universitas Indonesia Optimasi produksi..., Licke Ratna Dewi Ali, FT UI,2017. 28 Total mobility didefinisikan dengan Persamaan 2.21. M =MO +MW +MG (2.21) Aliran Air dan Minyak Steady State Sebuah versi dua fase persamaan inflow multifase dapat digunakan untuk model inflow cair ditunjukkan pada Persamaan 2.22. QRL = (krO / %O+krW / %W )<T < (Pws "Pwf ) (2.22) Contoh permeabilitas relatif dapat dilihat dari gambar permeabilitas pada Gambar 2.7. Gambar 2.7 Permeabilitas Relatif dan Tekanan Kapilaritas (kiri: Water Oil System: Sand Basal Tuscaloosa, MISS, Permeabilitas: 58mD, Porosity: 18%; kanan: Water Oil System: Gatchell, Northern San Joaquin Valley, CALIF, Permebilitas: 180 mD, Porosity: 18%) (Fatt, I. and Dykstra, H., 1951) Aliran Stock Tank Persamaan pseudo steady state dapat dinyatakan dalam tingkat aliran tangki. Untuk aliran cair ditunjukkan pada Persamaan 2.23. QL =_2&kh (pws " pwf )___ C1%L BL ln (re/rw )" 0.75 +S QL = liquid flowrateSTB /d BL = liquid volume formation factorRB /STB %L = liquid viscosity at reservoir conditionscp (2.23) Universitas Indonesia Optimasi produksi..., Licke Ratna Dewi Ali, FT UI,2017. 29 Koreksi Titik Bubble Persamaan pseudo steady state dapat dikombinasikan dengan persamaan Vogel untuk model arus masuk bila tekanan lubang bawah adalah di bawah titik bubble. Indeks Produktivitas, steady state Pseudo dan Transient IPR untuk inflow cair dapat dimodifikasi untuk menggunakan bentuk persamaan Vogel di bawah titik bubble (Pwf<Pbp).. Hal ini memungkinkan efek gas break-out untuk dimodelkan seperti ditunjukkan pada Persamaan 2.24. (2.24) Dengan, Q = liquid flow rate (STB/D orm3/d) Qbp = flow at the bubble point flow Pbp = bubble point pressure (psia orbara) Pwf = well flowing (orbottome hole) pressure (psia orbara) Pws = well static (orreservoir) pressure (psia orbara) C = Vogel coefficient. = absolute open hole flow potential, yang merupakan laju aliran cairanbila tekanan lubang bawah nol. Persamaan Vogel telah bergeser untuk IPR linear di atas titik bubble seperti ditunjukkan pada Persamaan 2.25. Q =Qbpat Pwf = Pbp Productivity index (2.25) padaPwf= Pbp Universitas Indonesia Optimasi produksi..., Licke Ratna Dewi Ali, FT UI,2017. 30 Koneksi ini hanya bekerja jika tekanan titik gelembung kurang dari statis (reservoir) tekanan,Pbp<Pws. Aliran Air dan Minyak Dua Fase Versi dua fase persamaan aliran cairan reservoir juga dapat ditulissebagai stock tank laju aliran cairan seperti yang ditunjukkan pada Persamaan 2.26. QL =QR /BL =QRO /BL +QRW /BL (2.26) Aliran Gas Stock Tank Persamaan pseudo steady state ini dapat dinyatakan dalam tingkat aliran stock tank. Untuk aliran gas, faktor volume formasi dapat dinyatakan dalam hal tekanan dan temperatur . Tekanan reservoir yang diambil adalah tekanan rata-rata direservoir , yang akan memberikan flow rate stock tank QG =QR /BGmaka persamaan menjadi yang ditunjukkan oleh Persamaan 2.27. (2.27) Kuadrat tekanan muncul dari kombinasi perbedaan tekanan dantekanan reservoir rata-rata Konstata muncul dari kombinasi faktor konversi dan sifat stock tank Skin telah dimodifikasi untuk menyertakan laju aliran. Dengan, QG = flowrate MSCF /d BG = gas volume formation factor CF /SCF %G = gas viscosity at reservoir conditions cp S = constant skin DQ = near wellbore turbulence factor orratedependent skin Universitas Indonesia Optimasi produksi..., Licke Ratna Dewi Ali, FT UI,2017. 31 T = reservoir temperature oR Z = reservoir compressibility factor Ps = stock tank pressure 14.7psi Ts = stock tank temperature 519.67oR Zs = stock tank compressibility factor 1 adalah konstanta, yang timbul dari faktor konversi dan sifat stock tank. Tekanan Gas Pseudo Dake 1978 memberikan versi lain dari Pseudo stabil IPR untuk inflow gas, yang lebih akurat untuk cairan dalam jumlah besar, berdasarkan pada karya AlHussainy seperti yang ditunjukkan pada Persamaan 2.28. (2.28) Berikut tekanan pseudo gas ditunjukkan pada Persamaan 2.29. (2.29) Untuk shape faktor pada korelasi inflow ditunjukkan pada Tabel 2.6. Universitas Indonesia Optimasi produksi..., Licke Ratna Dewi Ali, FT UI,2017. 32 Tabel 2.5 Tabel inflow Psedo Komponen Shape factor Korelasi Transient IPR Persamaan IPR transient, berasal dari persamaan untuk aliran Darcy fase tunggal yang telah diperbaiki. Sejumlah versi dari persamaan dapat digunakan. Untuk aliran liquid IPR transien. - Secara opsional dikombinasikan dengan formula Vogel untuk tekanan di bawah titik bubble Universitas Indonesia Optimasi produksi..., Licke Ratna Dewi Ali, FT UI,2017. 33 - Aliran cairan dapat dimodelkan menggunakan versi dua fase persamaan aliran radial untuk minyak dan air Untuk aliran gas IPR transien. - Versi menggunakan tekanan pesudo gas (lebih akurat untuk sistem tekanan tinggi). IPR transien dinyatakan dalam laju aliran reservoir dapat digunakan baik untuk aliran gas dan liquid. - Aliran cairan dapat dimodelkan menggunakan versi persamaan dua fase aliran reservoir untuk minyak dan air. Aliran Reservoir IPR transien, seperti IPR pseudo steady state, dihitung dengan memecahkan radial, fase tunggal, aliran Darcy ke dalam sumur. Ini berlaku untuk waktu relatif cepat, sebelum sumur telah mencapai keadaan pseudo stabil. Sebuah solusi kesamaan diberikan oleh Dake 1978 seperti yang ditunjukkan pada Persamaan 2.29. (2.30) Dengan transmissibility IPR transien didefinisikan pada Persamaan 2.30. (2.31) QR $ = volume flowrate at reservoirconditions of phase$; RB /d orMCF /d M$ = mobility ofphase $; 1 /cp Pws = averagereservoir pressure; psia Pwf = bottome holepressure; psia t = time;hours k = formationpermeability; mD h = formationthickness; ft rw = wellboreradius; ft S = skin ' = reservoirporosity C = total compressibility reservoir dan fluida reservoir; 1 /psi Universitas Indonesia Optimasi produksi..., Licke Ratna Dewi Ali, FT UI,2017. 34 * = constant equal to the exponential of Euler's constant; = e 0.5772 = 1.781 C0 = conversion factor C1 = conversion factor depending on the flow units. (Persamaan 2.15 dan Persamaan 2.16) Persamaan IPR transien dapat ditulis dalam hal mirip dengan pseudo IPR pseudosteady state dengan mendefinisikan radius seperti yang ditunjukkan pada Persamaan 2.32 dan 2.33. (2.32) (2.33) Mobilitas fase didefinisikan dalam hal fase relatif permeabilitas dan viskositas seperti ditunjukkan pada Persamaan 2.34. (2.34) Dengan, kr $ = relative permeability forphase $ %$ = viscosity of phase $ at reservoir conditions cp Untuk fase tunggal permeabilitas related adalah kr $ = 1, dan korelasi inflow disederhanakan menjadi seperti yang ditunjukkan pada Persamaan 2.35. (2.35) Versi IPR transien ini dapat digunakan untuk cairan atau gas inflow. Untuk aliran multifase, total inflow dapat ditulis sebagai jumlah dari arus masuk seperti yang ditunjukkan pada Persamaan 2.36. QR =QRO +QRW +QRG (2.36) Persamaan dapat dimodifikasi menjadi seperti yang ditunjukkan pada Persamaan 2.37. Universitas Indonesia Optimasi produksi..., Licke Ratna Dewi Ali, FT UI,2017. 35 QR =M <T < (Pws "Pwf ) (2.37) M =MO +MW +MG (2.38) Mobilitas total didefinisikan menjadi seperti yang ditunjukkan pada Persamaan 2.38. Aliran Minyak dan Air Versi dua fase persamaan inflow multifase dapat digunakan untuk model inflow cair seperti yang ditunjukkan pada Persamaan 2.39. (2.39) Aliran Cairan Stock tank Persamaan IPR transien ini dapat dinyatakan dalam tingkat aliran stock tank. Untuk aliran cairan, laju alir stock tank QL = QR / BL ditunjukkan pada Persamaan 2.40. (2.40) QL = liquid flowrate; STB /d BL = liquid volume formation factor; RB /STB %L = liquid viscosity; cp Persamaan dapat ditulis menggunakan logaritma basis 10 seperti yang ditunjukkan pada Persamaan 2.41 dan 2.42. (2.41) (2.42) Universitas Indonesia Optimasi produksi..., Licke Ratna Dewi Ali, FT UI,2017. 36 Koreksi Dibawah Titik Bubble Persamaan pseudosteady state dapat dikombinasikan dengan persamaan Vogel untuk model arus masuk bila tekanan lubang bawah adalah di bawah titik bubble. Indeks Produktivitas, steady state Pseudo dan IPR Transien untuk inflow cair dapat dimodifikasi untuk menggunakan bentuk persamaan Vogel di bawah titik bubble (Pwf < Pbp). Hal ini memungkinkan efek gas break-out untuk dimodelkan seperti yang ditunjukkan pada Persamaan 2.43. (2.43) Dengan, Q = liquid flow rate (STB/D orm3/d) Qbp = flow at the bubble point flow adalah absolute open hole flow potential, yang merupakan laju aliran cairan ketika tekanan lubang bawah nol Pbp = bubble point pressure (psia atau bara) Pwf = well flowing (bottom hole) pressure (psia atau bara) Pws = well static (reservoir) pressure (psia atau bara) C = Koefisien Vogel. Persamaan Vogel telah bergeser untuk mencocokkan IPR linear di atas titik bubble ditunjukkan pada Persamaan 2.44. Q =Qbp pada Pwf = Pbp Productivity index (2.44) padaPwf = Pbp. Koreksi ini hanya bekerja jika tekanan titik bubble kurang dari tekanan statis (reservoir), Pbp<Pws. Universitas Indonesia Optimasi produksi..., Licke Ratna Dewi Ali, FT UI,2017. 37 Aliran Minyak dan Air Versi dua fase persamaan aliran cairan reservoir juga dapat ditulis dalam persamaan stock tank laju aliran cairan seperti yang ditunjukkan pada Persamaan 2.45. QL =QR /BL =QRO /BL +QRW /BL (2.45) Aliran Gas Stock Tank Persamaan pseudo steady state ini dapat dinyatakan dalam tingkat aliran stock tank. Untuk aliran gas, Faktor Volume formasi dapat dinyatakan dalam tekanan dan temperatur . Tekanan reservoir yang dipakai adalah tekanan rata-rata direservoir, , yang akan memberikan flow rate stock tank QG =QR /BG seperti yang ditunjukkan pada Persamaan 2.46. (2.46) Kuadrat tekanan muncul dari kombinasi perbedaan tekanan dan tekanan reservoir rata-rata Konstan muncul dari kombinasi faktor konversi dan sifat stock tank skin telah dimodifikasi untuk menyertakan laju aliran. Dengan, QG = laju Alir Gas MSCF /d BG = gas volume formation factor CF /SCF %G = gas viskositas pada kondisi reservoir cp S = skin konstan DQ = factor near wellbore turbulence atau rate dependent skin T = temperature reservoir oR Z = faktor kompresibilitas reservoir Universitas Indonesia Optimasi produksi..., Licke Ratna Dewi Ali, FT UI,2017. 38 Ps = tekanan stock tank 14.7psi Ts = temperatur stock tank 519.67oR Zs = faktor kompresibilitas stock tank 1 = konstan, yang timbul dari faktor konversi dan sifat stock tank. Maka Persamaan menjadi seperti yang ditunjukkan pada Persamaan 2.47. (2.47) Tekanan Gas Pseudo Dake 1978 memberikan versi lain dari Pseudo stabil IPR untuk inflow gas, yang lebih akurat untuk cairan dalam jumlah besar, berdasarkan pada karya AlHussainy seperti yang ditunjukkan pada Persamaan 2.48. (2.48) Berikut tekanan pseudo gas ditunjukkan pada Persamaan 2.49. (2.49) Waktu untuk Solusi Pseudo Steady State Menurut Dake 1978, solusi untuk inflow juga persamaan perubahan dari transien untuk pseudo steady state ketika berdimensi waktu tDA ditunjukkan pada Persamaan 2.50. (2.50) Dengan A = &re2, dan re adalah radius drainase reservoir, saat solusi pseudo steady state menjadi yang berlaku seperti ditunjukkan pada Persamaan 2.50. Universitas Indonesia Optimasi produksi..., Licke Ratna Dewi Ali, FT UI,2017. 39 (2.50) Perlu diperhatikan jika waktu t melebihi nilai tersebut. Persamaan Vogel Persamaan Vogel (1968) adalah salah satu dari sejumlah metode yang dapat digunakan untuk menentukan IPR. Persamaan ini dikembangkan untuk model sumur minyak jenuh. Persamaan Vogel adalah pendekatan terbaik dari berbagai simulasi. kerja Vogel hanya mempertimbangkan efek properti padatan dan cairan properti pada sistem jenuh. Persamaan Vogel tidak memperhitungkan efek kecepatan aliran yang mungkin ada dalam sumur tingkat tinggi, seperti pada persamaan Fetkovich. Persamaan Vogel ditunjukkan pada Persamaan 2.51. (2.51) Dengan, Q = laju alir cairan (STB/D atau m3/d) Qmax = absolute open hole flow potential, yang merupakan laju aliran cairan ketika tekanan lubang bawah nol. Pwf = tekanan sumur flowing (bottom hole) (psia atau bara) Pws = tekanan sumur statik (reservoir) (psia atau bara) C = koefisien Vogel. Persamaan Vogel memakai properti sebagai berikut: Q = Qmaxat Pwf = 0 Q = 0 at Pwf = Pws Indeks Produktivitas padaPwf = Pws Produktivitas Indeks Sumur Hubungan indeks produktivitas untuk penampungan cairan yang paling sederhana digunakan persamaan IPR. Ini menyatakan bahwa laju alir berbanding lurus dengan tekanan penarikan antara lubang bawah dan reservoir. Universitas Indonesia Optimasi produksi..., Licke Ratna Dewi Ali, FT UI,2017. 40 Gambar absolut open hole flow potensial dan tekanan sumur statik ditunjukkan pada Gambar 2.8. Gambar 2.8 Grafik Q vs P Hal ini ditunjukkan pada Persamaan 2.52. QL = J L< (Pws " Pwf ) (2.52) Dengan, QL = laju alir minyak stock-tank Pws = tekanan sumur statik (reservoir) Pwf = tekanan sumur flowing (bottome hole) JL = productivity index cairan 2.3.5 Model Fluida Menggunakan model black oil. cairan black oil dimodelkan sebagai tiga fase: minyak, gas, dan air. Jumlah masing-masing fase didefinisikan pada kondisi tangki saham dengan menentukan gas dan fase air rasio, biasanya rasio gas / minyak (GOR) dan watercut tersebut. Properti pada tekanan dan temperatur selain stock tank ditentukan oleh korelasi. Air diasumsikan tetap dalam fase cair. Properti kunci untuk menentukan perilaku fase hidrokarbon adalah rasio gas / minyak solusi, yang digunakan untuk menghitung jumlah gas terlarut dalam minyak pada tekanan tertentu dan suhu. Universitas Indonesia Optimasi produksi..., Licke Ratna Dewi Ali, FT UI,2017. 41 2.3.6 Model Gas Lift Gas Lift adalah metode artificial lift yang menggunakan sumber eksternal dari gas bertekanan tinggi untuk melengkapi formasi gas untuk mengangkat fluida dengan baik. Prinsip gas lift adalah gas diinjeksi ke tubing untuk mengurangi kepadatan cairan di pipa, dan men-scrubing cairan. Kedua faktor bertindak untuk menurunkan bottome holepressure (BHP) di bagian bawah pipa. Ada dua tipe dasar dari gas lift digunakan saat yaitu aliran continuous dan aliran intermiten. Gambar 2.9 Gas Lift Intermiten (Petrowiki, 2013) Gas lift dicapai oleh salah satu metode, yang merupakan aliran intermitten yang ditunjukkan pada Gambar 2.9. Aliran intermiten melibatkan ekspansi dari tekanan ascending gas yang tinggi ke outlet yang merupakan tekanan rendah. Sebuah katup dengan pelabuhan besar memungkinkan volume dan tekanan kontrol ekspansi lengkap gas masuk ke dalam pipa. Hal ini mengatur pengangkatan cairan akumulasi atas katup dengan kecepatan maksimum untuk meminimalkan selip, atau mengontrol cairan jatuh kembali, sepenuhnya mendepak ke tangki dengan gas minimum. angkat intermiten umumnya digunakan dalam hubungannya dengan waktu permukaan siklus controller (intermitter). Hal ini digunakan pada sumur dengan volume cairan relatif rendah, atau sumur yang hadir PI tinggi atau rendah dengan tekanan dasar sumur yang rendah. Dalam lift intermiten, gas diinjeksikan secara berkala oleh intermitter dengan bersepeda diatur bertepatan dengan cairan mengisi-in tingkat dari memproduksi formasi ke dalam sumur bor. Gas multipoint Universitas Indonesia Optimasi produksi..., Licke Ratna Dewi Ali, FT UI,2017. 42 injection melalui lebih dari satu katup angkat juga dapat mencapai angkat berselang (Walas, 2005). Banyaknya laju alir gas lift yang diinjeksikan pada tiap sumur di PT.X, dapat dilihat pada tabel 2.6. Tabel 2.6 Tabel Sumur Injeksi Gas Lift PT.X Sumur A-01 A-02 A-03 A-04 A-05 A-06 A-07 A-08 A-09 A-10 A-11 A-12 A-13 A-14 B-01 B-02 B-03 B-04 B-05 B-06 B-07 B-08 B-09 B-10 B-11 B-12 B-13 B-14 B-15 B-16 B-17 Tipe GAS LIFT GAS LIFT NATURAL GAS LIFT NATURAL NATURAL NATURAL SHUTOFF GAS LIFT SHUTOFF SHUTOFF NATURAL GAS LIFT GAS LIFT GAS LIFT GAS LIFT GAS LIFT NATURAL GAS LIFT GAS LIFT NATURAL GAS LIFT NATURAL GAS LIFT GAS LIFT GAS LIFT GAS LIFT GAS LIFT GAS LIFT SHUTOFF GAS LIFT Kedalaman Injeksi Gas Lift ft 4453.5 4325.8 Injeksi Gas MMSCFD 2 2 5452.3 0.8 4959.2 0.65 3292.1 4280.9 3446.4 3902 4202.3 0.5 0 0.52 1.26 2.5 3714 4962 1.67 1.71 4388.5 1.34 4273.6 4607.9 4006 4571.2 4483 7551.8 1.67 1.62 1.37 0 0.85 1.2 3870.3 0.8 22.46 TOTAL INJEKSI GAS LIFT Universitas Indonesia Optimasi produksi..., Licke Ratna Dewi Ali, FT UI,2017. 43 2.3.7 Model Jaringan Permukaan Model jaringan berisi beberapa model cabang tunggal (misal: sumur, manifold dan sebagainya.), yang disambungkan pada titik titik tertentu. Mereka dapat digunakan untuk model sebagian, atau lengkap, produksi atau injeksi sistem, dari reservoir ke titik pengiriman akhir. Mesin jaringan memecahkan massa, momentum dan energi persamaan konservasi untuk tekanan fluida, laju aliran dan suhu, dalam sebuah jaringan. Kita harus menentukan kondisi batas yang dapat diterima. Diagram tentang bagaimana untuk menangani simulasi per sumur sebelum di masukan kedalam model jaringan ditunjukkan pada Gambar 2.10. Mulai Selesai Assuming in-situ mixture fluid properties (temperature, densities, viscosities, WC, free gas quality, solution GOR, etc). General Outflow (lift) Curve at upper control value port Nodal Analysis by choosing upper control valve port as solution node Integrated IPR for each zone Pressure vs Rate Relationship at upper control valve port General combine “integrated” IPR at upper control valve port Pressure and Production Allocations at the solution node Nth Predicted in-situ mixture fluid properties (temperature, densities, viscosities, WC, free gas quality, solution GOR, etc) If abs (Tn-1 - Tn) < tolerance value? Mixture Rules General Outflow (lift) Curve at upper control value port Nodal Analysis Integrated IPR for each zone Pressure vs Rate Relationship at upper control valve port Combine “integrated” IPR at upper control valve port Gambar 2.10 Diagram Prosedur Pembuatan Model Jaringan Universitas Indonesia Optimasi produksi..., Licke Ratna Dewi Ali, FT UI,2017. 44 2.3.8 Model Fasilitas Proses Proses unit yang ada di PT.X terdiri dari 4 bagian yaitu platform pusat (CPP), platform fasilitas gas (OPF), platform fasilitas minyak (OTF), dan fasilitas LPG (FLPG). Tujuan dari fasilitas pemisahan (dikenal sebagai "pusat-pusat pengumpulan") adalah untuk memisahkan minyak mentah mentah, air dan gas yang dihasilkan dari sumur ke dalam tiga komponen utama (Fact Sheet Gathering Centers, BP, 2011). Minyak mentah harus memenuhi spesifikasi pipa tertentu sebelum dikirim ke Pump Station. Dalam model fasilitas proses, dapat menghasilkan berbagai jenis produk yang digunakan. Produk yang dihasilkan oleh lapangan X adalah Crude Oil, LNG, Gas Alam dan LPG. Di dalam platform pusat (PP) terdiri dari gas dan pemisahan cairan, kompresi gas, kompresi gas lift, pemompaan minyak dan sistem injeksi air. Sedangkan pada platform fasilitas gas (FG) terdapat separator untuk melakukan penerimaan dan pemisahan minyak dan gas bumi, selain itu juga terdapat proses pemisahan H2S dari hidrokarbon, dan dehidrasi gas. Pada fasilitas minyak (FM) terdiri dari beberapa sistem pemisahan separator yaitu pemisahan separator untuk tekanan tinggi (HP Flash Separator), tekanan rendah sistem elektrostatik (LP Electrostatic Treater), dan separator dengan suhu dan tekanan atmosferik (Atmospheric Separator). Selain pemisahan yang dilakukan separator di dalam fasilitas minyak (FM) juga terdapat tekanan tinggi pemanasan cairan (HP Flash Liquid Heater), pemulihan sistem penguapan (Vapor Recovery System) (1st Flash Gas Compression, 2ndFlash Gas Compression, dan Vapor Recovery System), sistem pemompaan crude oil rundown dan pendinginan crude oil rundown. Di dalam fasilitas LPG (FLPG) terdapat Gas Dehydration, kompresi gas, Turbo Expander, De-ethanizer Column, De-propanizer Column, De-buthanizer Column. Mengangkut gas alam dari sumur ke konsumen akhir melibatkan beberapa transfer fisik tahanan dan beberapa langkah pengolahan (https://www.eia.gov). Sebuah sistem pipa gas alam dimulai pada gas alam memproduksi baik atau lapangan. Setelah gas berproduksi, sistem pipa pengumpulan mengarahkan aliran Universitas Indonesia Optimasi produksi..., Licke Ratna Dewi Ali, FT UI,2017. 45 baik ke pabrik pengolahan gas alam atau langsung ke jaringan transmisi utama, tergantung pada kualitas awal produk kepala sumur (GPSA, 2004). Pabrik pengolahan gas (FG) menghasilkan gas alam berkualitas pipa. Gas ini kemudian diangkut melalui jaringan pipa ke konsumen atau dimasukkan ke dalam penyimpanan bawah tanah untuk penggunaan masa depan. Penyimpanan membantu menjaga sistem pipa integritas operasional dan / atau untuk memenuhi kebutuhan pelanggan selama periode puncak-penggunaan. Mengangkut gas alam dari sumur ke pasar melibatkan serangkaian proses dan berbagai fasilitas fisik. Di antaranya adalah: Gathering Lines – Pipa berdiameter kecil yang dilalui gas alam dari kepala sumur ke pabrik pengolahan gas alam atau interkoneksi dengan pipa arus utama yang lebih besar. Processing Plant – Bagian pemprosesan gas alam cair dan impurity dari aliran gas alam 2.3.8.1 Sistem Pengumpulan Gas Alam Sebuah sistem pipa gas alam dimulai pada gas alam memproduksi pada lapangan tersebut. Di daerah produksi banyak dari sistem pipa terutama terkait dalam pengoperasian. Artinya, pipa terhubung ke sumur produksi, konvergen dengan pipa dari sumur lain di mana aliran gas alam dapat dikenakan untuk proses ekstraksi untuk menghilangkan air dan kotoran lainnya jika diperlukan. gas alam keluar lapangan produksi biasanya disebut sebagai "basah" gas alam jika masih mengandung sejumlah besar cairan hidrokarbon dan kontaminan. 2.3.8.2 Fasilitas Proses Gas Alam Prinsip utama yang disediakan oleh pabrik pengolahan gas alam ke jaringan transmisi arus utama gas alam adalah menghasilkan gas alam sesuai dengan kualitas perpipaan. sistem transmisi arus utama gas alam dirancang untuk beroperasi dalam toleransi tertentu. gas alam memasuki sistem yang tidak dalam berat jenis tertentu, tekanan, berbagai konten, atau tingkat kadar air akan menyebabkan masalah operasional, pipa kerusakan, atau bahkan menyebabkan pipa pecah. Universitas Indonesia Optimasi produksi..., Licke Ratna Dewi Ali, FT UI,2017. 46 Pabrik pengolahan gas alam juga fasilitas yang dirancang untuk memulihkan gas alam cair dari aliran gas alam yang mungkin atau tidak mungkin telah melewati pemisah sewa dan / atau fasilitas pemisahan bidang. Fasilitas ini juga mengontrol kualitas gas alam untuk dipasarkan. Beberapa jenis pabrik pengolahan gas alam, menggunakan berbagai teknik dan teknologi untuk mengekstrak kontaminan dan gas alam cair, yang digunakan untuk menghasilkan pipa berkualitas "kering" gas. Di banyak pabrik pengolahan tujuan utama adalah produksi gas kering (demethanizing). Setiap gas alam cair aliran ekstraksi tersisa diarahkan ke pabrik terpisah untuk menjalani apa yang disebut sebagai proses "fraksinasi". Tapi sejumlah pabrik pengolahan gas alam dilakukan mencakup fasilitas fraksinasi ini, di mana hidrokarbon jenuh dikeluarkan dari gas alam dan dipisahkan menjadi bagian yang berbeda, atau "fraksi," seperti propana, butana, dan etana. Pada dasarnya, gas alam adalah metana,, tidak berbau, gas hidrokarbon yang mudah terbakar tidak berwarna (CH4). Juga hadir dalam produksi gas alam, terutama yang berkaitan dengan produksi minyak, sejumlah gas petroleum. Mereka termasuk (selain etana, propana dan butana) etilena, propilena, butilena, isobutana, dan isobutilena. Mereka berasal dari penyulingan minyak mentah atau fraksinasi gas alam dan cair melalui bertekanan. Didalam fasilitas proses ada beberapa utilitas penunjang dan salah satu nya adalah separator . Ada banyak 2 fasa dan 3 fasa separator untuk minyak dan gas bumi yang terus menerus tidak sesuai dengan performa nya. Terkadang dengan adanya peralatan yang tidak tepat, maka metode sizing tidak sesuai. 2.3.8.3 Peralatan Separator Peralatan separator dapat diklasifikasikan menjadi dua (2) cara yaitu 2 fasa dan 2 bentuk, baik vertikal maupun horisontal, dan kategori lainnya. Di dalam 2 fasa (gas/liquid) kategori, peralatan separator dibagi menjadi beberapa bagian berdasarkan pembentukannya: slug catcher ! conventional separator ! scrubber!coalescing filter. Bagian yang paling penting dari separator (Gambar 2.11) adalah feed pipe, inlet device, gas gravity separation, mist extractor, dan liquid gravity separation. Universitas Indonesia Optimasi produksi..., Licke Ratna Dewi Ali, FT UI,2017. 47 Gambar 2.11 Separator Dua (2) Fasa (Bothamley, Mark and Campbell, J.P., 2013) Di dalam separator salah satu perhitungan yang paling penting adalah menghitung laju alir dan velocity. Dalam perhitungan velocity and laju alir (minyak, gas, dan air) tidak luput luas area dari separator memegang peranan penting seperti ditunjukkan pada persamaan 2.53 (Bothamley, Mark and Campbell, J.P., 2013). V= Q / A (2.53) Dengan, Q = laju alir volumetrik in-situ pada fasa kontinue, biasanya ditunjukkan dalam unit, volume/detik. A = cross sectional area dari laju alirpada fasa kontinue. Dengan adanya pendekatan yang tepat untuk gas/liquid separator desain dan rating dapat merefleksikan separator secara fisik. Table 2.7 menunjukkan constraint separator horisontal dan vertikal. Tabel 2.7 Tabel Konstraint Separator (Bothamley, Mark and Campbell, J.P., 2013) Konstraint Maximum separator panjang ft Maximum separator outside diameter, ft Maximum panjang/diameter Minimum panjang/diameter Minimum jarak antara HLSD dan inlet device, ft Minimum jarak antara HLSD dan mist extractor, ft Separator Vertikal Separator Horisontal 80 20 10 1.5 Tergantung pada inlet device 2.5 ID - 6 = 0.5 ID > 6 = 1.0 ID - 6 = 0.75 ID > 6 = 1.0 N/A Universitas Indonesia Optimasi produksi..., Licke Ratna Dewi Ali, FT UI,2017. 48 Tabel 2.7 Tabel Konstraint Separator (Bothamley, Mark and Campbell, J.P., 2013) (Lanjutan dari hal.49) Constraint Minimum jarak antara inlet device dan mist extractor, ft Minimum jarak untuk kontrol volume (LLA-HLA), ft Minimum waktu holdup untuk volume (LLA-HLA), kontrol minutes Minimum jarak antara alarm dan shutdown, ft Minimum jarak antara alarm dan shutdown, menit Minimum jarak antara BTL/BV dan LLSD, ft Maksimum plug flow SoudersBrown koefisien sizing dalam bagian gas gravity separation Ks, ft/detik Re-entrainment, ft/set Maksimum HLSD/Di Separator Separator Vertikal Horisontal Tergantung pada inlet device N/A (minimum = 1.5 ft) ID - 6 = 1.17 ID > 6 = 1.5 2 ID - 6 = 0.5 ID > 6 = 0.75 0.75 ID - 6 = 0.5 ID > 6 = 1.0 0.5 0.75 N/A Vr < Vrs max Tergantung pada tipe ekstraktor kabut N/A 2.3.9 Model Terintegrasi IAM (Integrated Asset Modeler) adalah aplikasi yang dipakai untuk melakukan integrasi dari reservoir – well – surface facility – proses. Perencanaan pengembangan lapangan membuat keputusan penting tentang perkembangan aset dan operasi selama hidupnya. Solusi ini dapat diterapkan selama pengembangan lapangan, front-end engineering design (FEED), operasi produksi, atau optimasi produksi harian. Kapabilitas yang dimiliki oleh integrated model (Gambar 2.12): Mengintegrasi reservoir, sumur, jaringan, proses dan model ekonomi Mengoptimalkan model aset terpadu dan analisis sensitivitas Mendukung dengan menghitung besaran kendala untuk memaksimalkan atau meminimalkan persamaan fungsi tujuan di user defined studi optimasi Universitas Indonesia Optimasi produksi..., Licke Ratna Dewi Ali, FT UI,2017. 49 Komputasi terdistribusi dan paralel opsi komputasi untuk mempercepat analisis sensitivitas dan Optimasi studi Mengintegrasikan operasi untuk memperbarui model rekayasa arsitektur terbuka, akomodatif teknologi pihak ketiga seperti GAP, MBAL, CMG dan EXCEL Gambar 2.12 Kapabilitas Integrated Model (Schlumberger, 2015) Pendekatan yang dipakai dalam melakukan integrated model adalah melakukan pendekatan secara dinamik pada kalibrasi model, yaitu melakukan coupling simulasi reservoir dengan jaringan permukaan pipa (coupling ECLIPSE-PIPESIM) dan melakukan koneksi jaringan permukaan pipa dengan fasilitas proses (koneksi ECLIPSE-PIPESIM ke UNISIM). 2.4 Coupling Antara Simulasi Reservoir dengan Simulasi Fasilitas Permukaan (ECLIPSE – PIPESIM Coupling) Kopling dari reservoir menuju jaringan permukaan dapat memaksakan respon hidrolik bolak balik dengan akurat dari jaringan permukaan ke reservoir. Dengan melakukan kopling dapat terlihat respon dalam reservoir terhadap permasalahan yang ada di jaringan pipa permukaan, istilahnya yaitu flow assurance, seperti masalah lilin (wax) dan hydrates di dalam formasi. Selain itu juga dapat terlihat dampak yang diakibatkan dari keputusan manajemen terhadap pembentukan permasalahan flow assurance didalam pengiriman fluida di jaringan permukaan. Universitas Indonesia Optimasi produksi..., Licke Ratna Dewi Ali, FT UI,2017. 50 2.4.1 Kesetimbangan Jaringan Permukaan Kopling reservoir ke jaringan permukaan dapat memaksakan respon hidrolik secara akurat dari jaringan permukaan ke reservoir. Data informasi dari inflow (kondisi batas jaringan permukaan) dikalkulasi di reservoir untuk setiap sumur dan kurva outflow (tubing intake) dikalkulasi dalam jaringan permukaan. Proses untuk menemukan titik operasi optimal untuk setiap sumur, disebut kesetimbangan jaringan permukaan. Ketika titik kesetimbangan telah tercapai pada suatu kondisi, simulasi di jalankan dengan mengkalkulasi sampai langkah kesetimbangan yang selanjutnya. Integrated Asset Modeler (IAM) memiliki lima algoritma untuk menjalankan coupling dari reservoir ke jaringan permukaan. Algoritma yang dipakai oleh PT.X menggunakan algoritma obey-ECLIPSE (Gambar 2.13). Pertimbangan empat model algoritma lainnya tidak dipakai oleh PT.X karena membutuhkan spesifikasi komputer yang kompleks, waktu interasi yang lebih lama bila di bandingkan dengan menggunakan algoritma obey-ECLIPSE dan hasilnya lebih akurat menggunakan obey-ECLIPSE. Fungsi dari obey-ECLIPSE adalah membatasi metode kesetimbangan untuk memungkinkan reservoir untuk di coupling ke jaringan permukaan dengan sedikit intervensi dari batasan/constraint yang ada di jaringan permukaan. Gambar 2.13 Opsi Aplikasi Obey-ECLIPSE Universitas Indonesia Optimasi produksi..., Licke Ratna Dewi Ali, FT UI,2017. 51 2.4.2 Keterlambatan Waktu Iterasi Coupling Dengan mempertimbangkan simulasi reservoir pada saat t0, untuk maju ke waktu t1, menggunakan persamaan material-balance reservoir dapat diselesaikan dengan non linear (Newton) iterasi. Efek dari jaringan permukaan pada model reservoir, jaringan permukaan diharapkan setimbang dengan reservoir nya pada waktu awal iterasi pertama sampai waktu step yang sudah di tentukan sebelumnya. Kesetimbangan dapat tercapai sesuai dengan sejumlah iterasi yang telah di tentukan pada iterasi Newton, dimana kesetimbangan jaringan permukaan Kesetimbangan dapat tercapai menggunakan iterasi Newton untuk langkah waktu tertentu. Dalam skema kopling yang ketat, dengan jumlah iterasi Newton, jaringan permukaan dapat setimbang setelah berlangsung dalam di input 2 dan untuk skema kopling longgar jumlah iterasi Newton di mana balancing jaringan berlangsung adalah 0. Kerugian utama kopling ketat adalah melibatkan sejumlah iterasi jaringankesetimbangan yang besar, sehingga mengkonsumsi lebih banyak waktu untuk membuat kesetimbangan di jaringan, yang dalam iterasi model ini menghabiskan waktu 14 jam untuk menyelesaikan 10 tahun simulasi. Bila menjadi skema kopling menjadi kopling longgar dapat mengurangi waktu simulasi menjadi 5 jam. 2.4.3 Lokasi Coupling Salah satu pertimbangan yang paling mendasar ketika memilih lokasi kopling adalah bagaimana model yang dibuat. Sejak sumur bordimodelkan dalam model jaringan, lebih baik jikadi couple menggunakan sistem bottomhole. Bila digabungkan reservoir ke jaringan yang ada di dasar sumur itu, sumur bormenjadi bagian dari model jaringan. Jenis hasil pemodelan kopling lebih akurat karena menganggap aliran multifase korelasi / tekanan lintas (traverse) dan memberikan jaminan laju alir (flow assurance) (variasi model yang komposisi / suhu). Universitas Indonesia Optimasi produksi..., Licke Ratna Dewi Ali, FT UI,2017. 52 2.5 Koneksi Antara Simulasi Fasilitas Permukaan dengan Simulasi Fasilitas Proses (koneksi ECLIPSE – PIPESIM ke UNISIM) Koneksi atau sambungan dari model PIPESIM (jaringan fasilitas permukaan) ke UNISIM model dilakukan melalui koneksi yang standar. Koneksi standar itu memiliki variable dari satu model untuk di ambil ke model yang berbeda, atau antara model atau benda/fasilitas lainnya, seperti keluaran time-dependent atau persamaan suatu variabel. Ketika koneksi standar tersebut digunakan untuk mengkoneksikan antara dua buah model, maka sumber model tersebut memberikan nilai variabel secara langsung ke model yang di koneksikan. Untuk menentukan nilai mana yang harus di koneksikan dalam model tersebut, maka sebelumnya keduanya harus di dipetakan terlebih dahulu. State of the art Penelitian dan rencana kerja penelitian ditunjukkan pada Tabel 2.8. Tabel 2.8 State of the Art dan Rencana Penelitian Penelitian Metode iterasi sistem menggunakan Integrated Asset Model dengan menggunakan komposisi PVT pada lapangan GasKondensat Studi Eksperimental untuk mencari tekanan separator yang optimum untuk fluida tiga fasa Metode genetic algorithm untuk meningkatkan karakteristik dan performa dari sumur shale gas dengan mengintegrasikan simulasi reservoir volume dan data produksi Peneliti (Tahun) Keterangan F. Gonzalez, et.al. (2010) Penggunaan metode iterasi dengan menggunakan 1 simulasi reservoir dan 2 jaringan fasilitas permukaan (1 produksi dan 1 injeksi), dan 2 fasilitas proses. M. Fazaelizadeh, et.al. (2010) Mencari tekanan optimum dari single stage separasi dengan metode "flash equilibrium separator" untuk minyak dengan tekanan kepala sumur 300 psia. Jichao Yin, et.al. (2011) Penggunaan metode genetic algorithm untuk menghitung volume jari-jari pengurasan dari sumur shale gas dengan mengintegrasikan simulasi reservoir volume dan data produksi, sehingga fracture yang dibuat di dalam reservoir dapat diketahui dampak yang di timbulkan di dalam konteks produksi sustainability Universitas Indonesia Optimasi produksi..., Licke Ratna Dewi Ali, FT UI,2017. 53 Tabel 2.8 State of the Art dan Rencana Penelitian (Lanjutan dari hal. 52) Penelitian Metode coupling simulasi dinamik untuk mengoptimisasi produksi gas dengan simulasi reservoir dan simulasi jaringan permukaan Peneliti (Tahun) Keterangan Sugiyanto Bin Suwono, et.al. (2013) Penggunaan metode coupling simulasi dinamik untuk mengoptimisasi produksi untuk penjualan gas dengan sehingga pemboran sumur dapat dikurangi dengan menambahkan booster dan kompresor. Metode sistem iterasi untuk mengestimasi tekanan optimum dari separator Kegang Ling, et.al. (2013) Rencana Penelitian: Metode coupling simulasi dinamik dengan simulasi reservoir, simulasi jaringan permukaan dan simulasi proses dengan penurunan tekanan separator untuk mendapatkan laju alir yang optimum Licke R.D Ali (2016) Mengkalkulasi tekanan separator rata-rata menggunakan program iterasi dengan mempertimbangkan faktor harga total GOR, API dan Bo (Oil Formation Volume Factor) untuk separasi stage empat. Menggunakan metode coupling simulasi dinamik antara reservoir dengan jaringan permukaan dan menggunakan metode koneksi antara jaringan permukaan dengan fasilitas proses sehingga bila mana tekanan separator di kurangi, dapat terlihat banyaknya produksi yang dapat di optimisasi. Universitas Indonesia Optimasi produksi..., Licke Ratna Dewi Ali, FT UI,2017. Optimasi produksi..., Licke Ratna Dewi Ali, FT UI,2017. 3BAB 3 METODE PENELITIAN Penelitian tesis yang dilakukan merupakan penelitian non-laboratorium dimana tidak ada aktifitas penelitian atau pengambilan data yang dilakukan di laboratorium. Penelitian dilakukan menggunakan bantuan perangkat lunak (software) untuk menganalisis laju alir optimum dengan penurunan tekanan di separator. Tahapan penelitian dilakukan dengan membangun sebuah model reservoir, lalu membangun model jaringan fasilitas permukaan, dan membangun fasilitas proses. Setelah semua model dibuat lalu di matchingkan dengan data-data penunjang yang ada di lapangan, setelah itu dilakukan integrasi antara ketiga model tersebut menggunakan sebuah perangkat lunak yaitu IAM (Integrated Asset Modeler). Berikut di bawah ini adalah perangkat-perangkat lunak yang digunakan selama menjalani penelitian. 3.1 Software Penelitian dalam tesis ini menggunakan perangkat lunak: 1. ECLIPSE – Reservoir Simulation 2. PIPESIM – Surface Facility Simulation 3. UNISIM – Process Facility Simulation 4. IAM – Integrated Asset Modeler Simulation Optimasi produksi..., Licke Ratna Dewi Ali, FT UI,2017. Optimasi produksi..., Licke Ratna Dewi Ali, FT UI,2017. 56 Universitas Indonesia Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian 57 3.2 Pengumpulan Data 3.2.1 Pengumpulan Data untuk Simulasi Reservoir Data yang dibutuhkan untuk membuat model simulasi reservoir diperlukan langkah seperti ditunjukkan pada Gambar 3.2. Gambar 3.2 Langkah Simulasi Reservoir RUNSPEC, GRID, EDIT, PROPS, REGIONS, SOLUTION, SUMMARY, SCHEDULE adalah command yang dipakai untuk menginput data di dalam ECLIPSE. Data yang dibutuhkan antara lain adalah model characteristic untuk menunjukan dimensi dari model yang di buat baik itu reservoir hidrokarbon nya maupun dimensi dari akuifer. 3.2.2 Pengumpulan Data untuk Simulasi Sumur dan Jaringan Permukaan Data yang dibutuhkan untuk membuat simulasi jaringan permukaan adalah sebagai berikut: Komplesi sumur, yaitu trajektori, MD (measured depth), TVD (true vertical depth), kemiringan (angle), ukuran tubing, kedalaman. Analisis PVT / properti Reservoir, yaitu data Bo (formation volume factor minyak), Rs (rasio solution gas), batas kadar air, GOR (Gas Oil Ratio). Inflow Performance Analysis yaitu tekanan reservoir, temperatur Ambient, skin, PI (Productivity Index) sumur. Data Te yaitu Pwf, q Universitas Indonesia Optimasi produksi..., Licke Ratna Dewi Ali, FT UI,2017. 58 Informasi Pipeline yaitu data panjang, diameter, coating. 3.2.3 Pengumpulan Data untuk Desain Fasilitas Proses Simulasi Data yang diperlukan untuk mendesain fasilitas proses simulasi adalah sebagai berikut: Kondisi desain Separator Kondisi desain Ethanizer Kondisi desain Propanizer Kondisi desain Butanizer Panjang Pipeline Desain Dehidrasi 3.3 Pembuatan Model Simulasi Reservoir Untuk membuat suatu model simulasi reservoir setelah data-data yang dibutuhkan telah terpenuhi adalah membuat model grid, lalu memasukkan data model properti kedalam model tersebut supaya dapat dikalkulasi oleh ECLIPSE, properti fluida di setiap grid section. Sehingga dapat terlihat distribusi penyebaran properti fluida di reservoir tersebut. Lalu memasukkan data produksi ke dalam simulasi reservoir untuk dilakukan data match secara historical. Bilamana data produksi dan data tekanan dari hasil kalkulasi ECLIPSE dengan data input telah match, maka dapat dilakukan data prediksi untuk 10 tahun atau 20 tahun ke depan supaya dapat diketahui penurunan produksi dan tekanan seiring berjalannya waktu. Prosedur untuk melakukan simulasi reservoir ditunjukkan pada Gambar 3.3. Creating Reservoir Model (grid) Input Properties Model into the Reservoir Model Input the Schedule Section into the Reservoir (Production Data) Do Historical Matching Do Prediction Gambar 3.3 Prosedur Simulasi Reservoir Universitas Indonesia Optimasi produksi..., Licke Ratna Dewi Ali, FT UI,2017. 59 3.4 Evaluasi Produksi dan Tekanan Tiap Sumur dalam Model Simulasi Reservoir Diagram tentang bagaimana validasi simulasi reservoir model ditunjukkan menggunakan flow chart pada Gambar 3.4. Simulasi reservoir dilakukan berdasarkan pada model 3D geologi reservoir seperti porositas, facies, distribusi permeabilitas dan data reservoir yaitu SCAL dan data PVT. Kemudian, data ini diproses untuk mendapatkan estimasi properti hidrokarbon secara tepat. Setelah itu proses estimasi properti hidrokarbon diketahui, maka dilakukan history matching untuk data-data produksi dan tekanan menggunakan persamaan 2.5. Bilamana matching telah tercapai maka dapat dilakukan prediksi produksi, tetapi dalam melakukan integrasi studi ini, prediksi dilakukan dengan menggunakan IAM (Integrated Asset Modeler). Universitas Indonesia Optimasi produksi..., Licke Ratna Dewi Ali, FT UI,2017. Gambar 3.4 Alir Simulasi Model Reserovir 60 Gambar 3.4 Alir Simulasi Model Reserovir Universitas Indonesia Optimasi produksi..., Licke Ratna Dewi Ali, FT UI,2017. 61 3.5 Pembuatan Model Simulasi Sumur Untuk membuat pemodelan simulasi sumur terlebih dahulu, harus memasukkan data-data seperti properti reservoir (black oil atau komposisi hidrokarbon) seperti batas kadar air, GOR (rasio gas dengan minyak), sg minyak, sg gas dan diperlukan juga data-data sumur seperti trajektori sumur (MD, TVD, angle), ukuran tubing, ukuran casing, kedalaman perforasi, tekanan reservoir, temperatur ambient, temperatur reservoir, dan lain-lain. Masukkan data properti reservoir Mulai Masukkan Data-data sumur (trajektori, tubing, choke, dll) Tidak Evaluasi system Tekanan an dan Temperatur Ya Selesai Ya Evaluasi sistem Analisis Nodal Tidak Gambar 3.5 Proses Simulasi Sumur Setelah data semuanya masuk ke dalam model, model di eksekusi untuk diketahui laju alir yang dihasilkan supaya mendekati dengan hasil yang ada di lapangan, menggunakan evaluasi sistem tekanan dan temperatur. Data yang dibuat sebagai acuan adalah data dari sumur well test. Bila tidak sama, ataupun jauh dari ±10% dari harga produksi yang ada di lapangan, maka harus di cari pendekatan terhadap tekanan reservoir atau mengubah-ubah parameter properti reservoir dan data-data sumur, supaya mendapatkan hasil mendekati ±10% dari harga produksi. Proses pendekatan simulasi sumur ditunjukkan pada Gambar 3.5. 3.6 Evaluasi Produksi dan Tekanan Tiap Sumur Setelah sumur di validasi, maka metode lainnya yang harus dilakukan adalah memasukan model sumur kedalam model jaringan permukaan. Diagram tentang bagaimana validasi simulasi surface facility model ditunjukkan menggunakan flow chart pada Gambar 3.6. Universitas Indonesia Optimasi produksi..., Licke Ratna Dewi Ali, FT UI,2017. Gambar 3.6 Proses Simulasi Sumur Tidak Ya Ya Tidak Ya Gambar 3.6 Proses Simulasi Sumur 62 Universitas Indonesia Tidak Optimasi produksi..., Licke Ratna Dewi Ali, FT UI,2017. 63 Di dalam jaringan permukaan, pipa undulation, elevasi pipa dan jarak pipa dimasukkan untuk mendapatkan peta jaringan yang mendekati dengan yang ada di lapangan. Setiap sumur yang telah disimulasikan telah mendapatkan asumsi tekanan well flowing (Pwf) and asumsi laju alir yang diketahui dari well test, lalu setelah itu dikalkulasi dan dicari berapa perubahan drawdown dari tekanan sepanjang pipa dari sumur sampai ke sales. Lakukan simulasi berulang-ulang sampai terjadi konvergen, dan hasil yang ada di sales sesuai dengan data yang ada di lapangan. Persamaan yang dipakai dalam melakukan evaluasi produksi dan tekanan adalah persamaan 2.6 sampai dengan persamaan 2.52 3.7 Pembuatan Model Simulasi Jaringan Permukaan Yang harus dilakukan untuk membuat model simulasi jaringan permukaan adalah memasukkan data properti reservoir dan memasukan data sumur. Setelah itu melakukan eksekusi simulasi untuk match tekanan dan temperatur. Bila telah didapat angka yang sesuai sama data di lapangan untuk tekanan dan temperatur yang di maksud, baru melakukan analisis nodal, untuk mengetahui apakah sumur tersebut bisa di produksikan. Apabila grafik inflow dan outflow tidak berpotongan satu sama lain, maka sumur tersebut tidak dapat berproduksi. Setelah data-data dari per sumur di validasi, hal yang dilakukan selanjutnya adalah memasukan modelmodel sumur tersebut ke dalam jaringan permukaan yang telah dibuat pemodelan pipa jaringannya. Setelah di gabungkan model tersebut, barulah di eksekusi simulasi jaringan permukaan untuk mengetahui apakah terjadi hambatan-hambatan di jaringan. Prosedur untuk melakukan simulasi fasilitas permukaan ditunjukkan pada Gambar 3.7. Input the Reservoir Properties Create and Input the Wellbore Condition Run the Pressure / Temperature Matching Run the Network Model to Understand the Behaviour of Debottlenecking System Create the Network Model by Importing the Well Model into the Network Model Run Nodal Analysis for Each Wells Gambar 3.7 Prosedur Simulasi Fasilitas Permukaan Universitas Indonesia Optimasi produksi..., Licke Ratna Dewi Ali, FT UI,2017. 64 3.8 Coupling Model Simulasi Reservoir dengan Model Simulasi Jaringan Permukaan Menggunakan Bottom Hole Pressure dalam IAM Ada sekitar 41 sumur trajektori di dalam simulasi reservoir dan 29 sumur produksi di dalam model jaringan permukaan, sehingga nama sumur yang ada di dalam simulasi reservoir dan simulasi jaringan permukaan harus di petakan supaya aplikasi simulasi reservoir dan aplikasi jaringan permukaan dapat berkomunikasi satu dengan yang lainnya.Berikut adalah tabel pemetaan sumur dari simulasi reservoir dengan simulasi jaringan permukaan di tabel 3.1. Tabel 3.1 Pemetaan Sumur dari Simulasi Reservoir dengan Simulasi Jaringan Permukaan ECLIPSE (1 APR 2007 - 1 JUL 2016) SUMUR A-01 TRAJEKTORI SUMUR A-01-ST1 TIPE SUMUR PROD KONDISI COUPLING PLATFORM LOKASI CONSTRAINT Bottom Hole Laju Alir Volume A-01-ST2 PROD A-01X PROD A-02 A-02-ST1 PROD Bottom Hole Laju Alir Volume A-03 A-03-ST2 PROD Bottom Hole Laju Alir Volume A-04 A-04-ST3 PROD Bottom Hole Laju Alir Volume A-05 A-05 PROD Bottom Hole Laju Alir Gas A-06 A-06-ST2 PROD A-06-ST3 PROD Bottom Hole Laju Alir Gas A-06X PROD A-07 A-07-ST1 PROD Bottom Hole Laju Alir Gas A-08 A-08 PROD A-08X PROD Bottom Hole Laju Alir Volume A-09 A-09 PROD Bottom Hole Laju Alir Volume A-10 A-10-ST3 PROD Bottom Hole Laju Alir Volume A-11 A-11-ST1 PROD PA-11ST2 PROD Bottom Hole Laju Alir Volume A-12-ST1 PROD A-12X PROD Bottom Hole Laju Alir Gas A-13 PROD A-13-ST1 PROD Bottom Hole Laju Alir Gas A-14 PROD A-14XST1 PROD Bottom Hole Laju Alir Gas B-01 B-01-ST1 PROD Bottom Hole Laju Alir Volume B-02 B-02-ST1 PROD Bottom Hole Laju Alir Volume B-03 B-03 PROD Bottom Hole Laju Alir Volume B-04 B-04 PROD Bottom Hole Laju Alir Gas B-05 B-05 PROD Bottom Hole Laju Alir Volume A-12 A-13 A-14 A B Universitas Indonesia Optimasi produksi..., Licke Ratna Dewi Ali, FT UI,2017. 65 Tabel 3.1 Pemetaan Sumur dari Simulasi Reservoir dengan Simulasi Jaringan Permukaan (Sambungan dari hal. 64) ECLIPSE (1 APR 2007 - 1 JUL 2016) TRAJEKTORI TIPE SUMUR SUMUR SUMUR B-06 B-06 PROD B-08 B-08-ST2 PROD B-09 B-09 PROD B-10 B-10 PROD B-11 B-11 PROD B-12 B-12 PROD B-13 B-13 PROD B-14 B-14ST PROD B-15 B-15-ST1 PROD B-17 B-17-ST2 PROD B-WI B-WI1 INJ B-WI B-WI2 INJ 3.9 KONDISI COUPLING PLATFORM B LOKASI CONSTRAINT Bottom Hole Bottom Hole Bottom Hole Bottom Hole Bottom Hole Bottom Hole Bottom Hole Bottom Hole Bottom Hole Bottom Hole Laju Alir Volume Laju Alir Volume Laju Alir Gas Laju Alir Volume Laju Alir Minyak Laju Alir Cairan Laju Alir Volume Laju Alir Cairan Laju Alir Volume Laju Alir Gas Pembuatan Model Simulasi Fasilitas Proses Prosedur untuk melakukan simulasi fasilitas proses ditunjukkan pada Gambar 3.8. Tahapan pertama-tama yang harus dilakukan untuk membuat simulasi fasilitas proses adalah membuat feed di dalam UNISIM dan membuat fasilitas proses untuk pengolahan minyak dan gas bumi. Setelah itu memasukkan data-data yang dibutuhkan seperti data tekanan dan temperature ke dalam jaringan fasilitas proses dan memasukkan data pipa atau flowline. Tahapan terakhir adalah mejalankan model simulasi sampai terjadi konvergen. Bilamana kondisi konvergen tidak tercapai parameter spesifikasi harus ada yang di ubah-ubah sedikit tetapi tidak boleh telalu jauh dengan kondisi yang ada di lapangan. Membuat Feed dan Fasilitas Menjalankan Model Simulasi sampai Converged Memasukkan Kondisi Tekanan dan Temperatur pada Fasilitas Memasukkan Data Informasi Pipa atau Flowline Gambar 3.8 Prosedur Simulasi Fasilitas Proses Universitas Indonesia Optimasi produksi..., Licke Ratna Dewi Ali, FT UI,2017. 66 3.10 Koneksi Model Simulasi Jaringan Permukaan dengan Simulasi Fasilitas Proses dalam IAM Setelah melakukan coupling antara fasilitas jaringan permukaan dengan reservoir tercapai dan converged, maka tahapan selanjutnya yang harus dilakukan adalah mengkoneksikan coupling tersebut dengan fasilitas proses (UNISIM model). Cara mengkoneksikannya adalah dengan membuat suatu excel spreadsheet yang berisi hasil dari coupling tersebut untuk dipakai hasilnya pada feed di UNISIM model (Tabel 3.2) Tabel 3.2 Spreadsheet PIPESIM ke UNISIM To From Unisim Pipesim Measurement Pressure Temperature Molar Flow/Barrels Pressure Temperature Molar Flow/Barrels 3.11 Unit Gas Oil Water psia F MMSCFD/barrels psia F MMSCFD/barrels Evaluasi Total Produksi dan Tekanan Harga hasil produksi yang di tampilkan di dalam spreadsheet di analisis dan di evaluasi lebih lanjut. Harga tersebut berbeda unit yang di butuhkan oleh PIPESIM dengan UNISIM. Satuan unit transformasi dari PIPESIM dan UNISIM ditunjukkan pada tabel berikut: Tabel 3.3 Satuan Unit Transformasi PIPESIM dan UNISIM Parameter MP Separator Laju Alir Gas Laju Alir Minyak Laju Alir Air Tekanan Temperatur PIPESIM Unit MSCFD STB/D STB/D barg C UNISIM Unit FT3/lbmole STB/D STB/D barg C Seperti yang ditunjukkan diatas bahwa UNISIM unit untuk laju alir gas adalah FT3/lbmole. Unit tersebut adalah unit untuk laju alir molar (molar flow), jadi cari pilihan di excel IAM untuk mengubah satuan unit tersebut menjadi MSCFD. Universitas Indonesia Optimasi produksi..., Licke Ratna Dewi Ali, FT UI,2017. 67 3.12 Turunkan/Adjust Tekanan Separator Optimasi produksi dilakukan dengan menurunkan atau adjust tekanan separator. Dibagi menjadi beberapa studi kasus dalam hal ini yaitu: Studi Kasus 1: Menurunkan tekanan MP Separator dari 22 barg menjadi 16 barg Studi Kasus 2: Menurunkan tekanan MP Separator dari 22 barg menjadi 11 barg 3.13 Evaluasi Total Produksi dan Tekanan Setelah Menurunkan/Adjust Tekanan Separator Dalam studi ini dilihat dan di evaluasi hasil dari simulasi setiap skenario dari studi kasus 1, 2 dan 3 bila di bandingkan dengan studi kasus awal yang menggunakan tekanan MP Separator 22 barg. 3.14 Analisis Total Produksi dan Tekanan dan Analisis Fungsi Kerja Fasilitas Proses Dalam tahapan ini dilakukan analisis total produksi dan tekanan terhadap fungsi kerja fasilitas proses mana yang paling efisien dalam penggunaannya. Selain itu juga di analisis bagaimana kecepatan erosi dari pipa yang menuju ke manifold, riser dan proses unit. Peralatan yang ada di dalam fasilitas proses juga dibandingkan antara desain awal dengan kalkulasi yang dihasilkan dari integrasi simulasi reservoir ke proses fasilitas. >+?@AB* . = C " DEFGHGB* +?@IB*. K DJ (3.1) Bila fungsi kerja dari peralatan proses fasilitas sudah hampir mendekati fungsi kerja maksimal, maka sebelum peralatan tersebut rusak, sudah harus menambah peralatan yang memiliki fungsi yang sama dengan kapasitas yang lebih besar. Universitas Indonesia Optimasi produksi..., Licke Ratna Dewi Ali, FT UI,2017. 68 4BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian tesis yang dilakukan merupakan penelitian non-laboratorium dimana tidak ada aktifitas penelitian atau pengambilan data yang dilakukan dalam laboratorium. Penelitian dilakukan dengan menggunakan bantuan perangkat lunak (software) seperti yang telah dijelaskan di dalam bab 3. Ada beberapa macam perangkat lunak yang digunakan untuk menganalisis tekanan separator yang tepat supaya dapat mengoptimalkan laju alir produksi minyak bumi. Bab ini membahas hasil yang didapatkan dari langkah demi langkah yang telah di bahas di dalam bab 3. 4.1 Kondisi Simulasi Reservoir Studi kasus pada simulasi reservoir menggunakan data prediksi yang di mulai dari bulan Juli 2016. Total sel aktif pada model simulasi reservoir menggunakan 505.951 sel. Reservoir dilakukan inisialisasi menggunakan metode equilibrium dengan saturasi air (menggunakan keyword SWATINIT) yang di scaling (perbesaran sel). Kondisi simulasi reservoir ditunjukkan pada gambar 4.1. Gambar 4.1 Model Simulasi Reservoir pada PT.X Tekanan awal di reservoir adalah 2150 psi dan kedalaman datum pada GOC (Gas Oil Contact) di 4862 ft dan WOC (Water Oil Contact) di 4950 ft. Tipe fluida Universitas Indonesia Optimasi produksi..., Licke Ratna Dewi Ali, FT UI,2017. 69 di reservoir adalah light oil , wet gas dan dry gas dengan berat jenis minyak adalah 52,612 lb/cuft dan berat jenis gas adalah 62,428 lb/cuft. 4.1.1 Hasil Kasus Histori Matching Histori matching dilakukan dengan menggunakan aplikasi ECLIPSE dengan persamaan 2.5. Histori matching dimulai pada tanggal 1 April 2007 dan berakhir di tanggal 1 Juli 2016. Kasus history matching ini menggunakan data laju alir produksi minyak, laju alir produksi gas, laju alir produksi air, dan tekanan bottom hole. Hasil dari kasus histori matching ditunjukkan pada gambar 4.2. Gambar 4.2 Hasil Simulasi Histori Matching Bila dilihat pada Gambar 4.3 jumlah produksi sumur minyak pada akhir tahun 2011 dikurangi produksi sumur dari 6 sumur produksi menjadi 5 sumur produksi, sehingga dari profil produksi sumur pada Gambar 4.2, dapat terlihat ada penurunan tajam pada produksi minyak pada akhir tahun 2011, dan pada tahun 2012 mulai terjadi peningkatan produksi yang cukup signifikan, terbukti bahwa pada tahun tersebut ada kenaikan jumlah sumur produksi dari 5 sumur menjadi 9 sumur. Kenaikan jumlah produksi air bila dilihat dari Gambar 4.2, laju alir produksi air terlihat normal, sejalan dengan penurunan tekanan. Bila dilihat pada tahun 2012 Universitas Indonesia Optimasi produksi..., Licke Ratna Dewi Ali, FT UI,2017. 70 tekanan sudah mulai stabil, sehingga produksi minyak dan gas dibantu oleh air untuk bisa diangkat ke permukaan. Meskipun harga minyak menurun pada tahun 2015, produksi minyak dan gas tetap dipertahankan pada produksi sebelumnya karena demi ketahanan jumlah produksi nasional. Gambar 4.3 Jumlah Sumur Produksi (Garis Hijau: Produksi Minyak; Garis Merah: Produksi Gas) Pada kasus histori matching dilakukan selama 8 jam dapat dilihat bahwa hasil kalkulasi laju alir gas mendekati dengan data yang ada di lapangan, begitu juga dengan hasil kalkulasi dari laju alir minyak. Perbedaan signifikan terjadi pada laju alir air setelah tahun 2012, terjadi gap antara data kalkulasi dengan data yang ada di lapangan. Bila dilihat dari segi tekanan bottom hole, data kalkulasi dengan data lapangan setelah tahun 2012, cukup mendekati maka perbedaan laju alir air dapat diabaikan. Kelanjutannya setelah dilakukan coupling dapat di cek kembali bilamana ada kelainan dari kelebihan air dalam data di lapangan, bisa saja di dalam reservoir terjadi problem water coning atau water channeling karena bila dilihat dari hasil simulasi dengan hasil data lapangan pada Tabel 4.1 terjadi perbedaan sebesar -22% (diluar dari range ±10%). Jadi dari perbedaan hasil dari simulasi dengan data yang ada di lapangan, misal dengan laju alir minyak sebesar 4964 bopd dan data lapangan sebesar 4654 bopd, sehingga perbedaan sebesar 7% dapat dikatakan match, oleh karena masih Universitas Indonesia Optimasi produksi..., Licke Ratna Dewi Ali, FT UI,2017. 71 berada pada range ±10%. Selain itu perbedaan hasil dari simulasi dengan data yang ada di lapangan, misal dengan laju alir gas sebesar 64017 MMSCFD dan data lapangan sebesar 60276 MMSCFD, sehingga perbedaan sebesar 6% dapat dikatakan match, oleh karena masih berada pada range ±10%. Tabel 4.1 Hasil Validasi History Matching pada 1 Juli 2016 Keterangan Laju Alir Minyak (BOPD) Laju Alir Gas (MMSCFD) Laju Alir Air (BWPD) 4.1.2 Hasil Simulasi Data Lapangan Perbedaan 4964 4654 7% 64017 60276 6% 40707 52501 -22 % Hasil Kasus Prediksi (Sebagai referensi dengan setelah di coupling) Setelah selesai dengan simulasi histori matching maka dilakukanlah studi kasus prediksi sebagai studi data pembanding dengan data setelah di coupling. Simulasi kasus data prediksi dilakukan untuk tanggal 01 Juli 2016 s/d 01 Juli 2026 (10 tahun waktu simulasinya). Gambar 4.4 Hasil Prediksi berdasarkan Hasil History Matching Bila dilihat pada Gambar 4.4 laju alir gas dan laju alir minyak kedua nya karena secara natural memang laju alir gas dan laju alir minyak turun bilamana laju Universitas Indonesia Optimasi produksi..., Licke Ratna Dewi Ali, FT UI,2017. 72 alir air meningkat dan tekanan bawah sumur menurun. Sehingga Gambar 4.4 dapat dikatakan normal untuk prediksi laju alir produksi nya. 4.2 Hasil Korelasi Laju Alir dan Pemodelan IPR pada masing-masing sumur pada simulasi sumur Dengan menggunakan cara persamaan pada bagian 3.5 dan 3.6 dan di diperdalam lagi melalui aplikasi pada Lampiran D maka dapat dihitung laju alir dan tekanan yang di cocokan dengan keadaan yang ada di lapangan. Dalam hal ini melalui simulasi sumur maka PT. X menggunakan persamaan aliran horisontal, vertikal dan IPR seperti pada Tabel 4.2. Tabel 4.2 Tabel Korelasi Laju Alir dan Model IPR pada PT.X Sumur Korelasi Laju Alir Vertical Horizontal HF FF A-01 Hagedorn & Brown Beggs & Brill Revised 1 1 A-02 A-03 A-04 A-05 A-06 A-07 Duns & Ros Hagedorn & Brown Orkiszewski Ansari No Slip Assumption No Slip Assumption Beggs & Brill Revised Beggs & Brill Revised Beggs & Brill Original Beggs & Brill Revised Beggs & Brill Revised No Slip Assumption 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 A-09 Ansari Beggs & Brill Revised 1 1 A-12 Hagedorn & Brown Beggs & Brill Revised 1 1 A-13 Govier, Aziz & Fogarasi Beggs & Brill Revised 1 1 A-14 Gray (Original) Beggs & Brill Revised 1 0.8 B-01 B-02 Hagedorn & Brown Hagedorn & Brown Beggs & Brill Original Beggs & Brill Revised 1 1 1 1 B-03 No Slip Assumption Beggs & Brill Revised 1 0.8 B-04 Gray (Modified) Beggs & Brill Revised 1 1 B-05 Duns & Ros Beggs & Brill Revised 1 1 B-06 Hagedorn & Brown Beggs & Brill Revised B-08 Duns & Ros Beggs & Brill Revised Beggs & Brill Revised 1.0 5 1 Beggs & Brill Revised 1 B-09 1 1 1.0 5 IPR Model Pseudo Steady State Liquid PI Jones’s Equation Liquid PI Jones’s Equation Jones’s Equation Gas PI Pseudo Steady State Pseudo Steady State Pseudo Steady State Pseudo Steady State Liquid PI Liquid PI Pseudo Steady State Pseudo Steady State Pseudo Steady State Pseudo Steady State Liquid PI Jones’s Equation Universitas Indonesia Optimasi produksi..., Licke Ratna Dewi Ali, FT UI,2017. 73 Tabel 4.2 Tabel Korelasi Laju Alir dan Model IPR pada PT.X (Lanjutan dari hal. 73) Sumur Korelasi Laju Alir Vertical Horizontal B-10 Beggs & Brill Original B-11 Duns & Ros B-12 Orkiszewski Mukherjee & Brill Govier, Aziz & Fogarasi Hagedorn & Brown Hagedorn & Brown B-13 B-14 B-15 B-17 HF FF IPR Model 1 1 Liquid PI 1.1 1 Jones’s Equation No Slip Assumption 1.1 1.05 Jones’s Equation Beggs & Brill Revised 1.02 1.01 Liquid PI Beggs & Brill Revised 0.8 0.8 Jones’s Equation Beggs & Brill Revised 1 1 Beggs & Brill Revised 1 1 Beggs & Brill Revised Beggs & Brill Revised Pseudo Steady State Pseudo Steady State Dimana: HF : Faktor Hold Up FF : Faktor Friksi Sebagai contoh sumur B-01 menggunakan Hagedorn and Brown untuk korelasi vertikal nya dan menggunakan Beggs and Brill Revised pada korelasi horisontal nya. Untuk hasil validasi sumur bila dibandingkan dari data test dengan hasil kalkulasi dari PIPESIM dapat dilihat dari Error! Reference source not found.. Untuk perbandingan hasil PIPESIM dengan cara perhitungan dengan manual dapat dilihat dari Lampiran B dan Lampiran C. Pada umumnya model sumur yang dikondisikan dan match dari data kalkulasi PIPESIM hasilnya harus kurang lebih 10% dengan data tes sumur. Sebagai pengecualian pada sumur A-04 dan sumur A-09 dimana gas yang dimiliki sangat kecil, sehingga tidak mencapai data yang dimaksud dari data tes sumur. Sebagai contoh pada sumur A-01 mendapatkan data laju alir cairan welltest dari lapangan sebesar 2082,92 STB/d dan pada kalkulasi menggunakan PIPESIM didapat laju alir cairan sebesar 2152,388 STB/d, maka dengan perbedaan laju alir antara data lapangan dengan hasil simulasi sebesar 3,3% maka dapat dikatakan bahwa perhitungan tersebut match. Selain itu pada sumur A-01 mendapatkan data gas dari lapangan sebesar 0,25 MMSCF/d dan data dari hasil perhitungan simulasi didapat harga 0,258 Universitas Indonesia Optimasi produksi..., Licke Ratna Dewi Ali, FT UI,2017. 74 MMSCF/d, dan dengan perbedaan hasil simulasi dengan data lapangan sebesar 3,1%, maka data tersebut di konsiderasi sebagai data match. Hal ini berlaku untuk setiap sumur yang dikalkulasi pada PT.X. Tabel 4.3 Hasil Validasi Model Sumur (MacMilan, D.J., et.al., 1999) Nama Sumur A-01 A-02 A-03 A-04 A-05 A-06 A-07 A-09 A-12 A-13 A-14 B-01 B-02 B-03 B-04 B-05 B-06 B-08 B-09 B-10 B-11 B-12 B-13 B-14 B-15 B-17 4.3 Laju Alir Cairan (STB/d) Data Kalkulasi Perbedaan Welltest PIPESIM 2082.9 2152.4 2,00% 1645.7 1637.3 -0,10% 3069.6 2876.1 3,30% 1817.9 1842.6 -0,40% 72.7 72.1 -2,00% 108.8 111.0 -6,70% 1438.2 1436.1 4,00% 1593.2 1645.6 -3,70% 5124.5 5105.2 2,10% 872.6 854.7 18.8 17.5 -0,10% 2173.0 2260.4 0,80% 4049.6 3898.1 1,60% 4353.9 4444.0 1,30% 0.0 N/A 0,90% 5733.0 5726.5 -1,90% 5141.6 5181.2 -1,80% 2286.7 2322.4 0,00% 164.1 166.2 3,70% 3622.5 3654.4 0,20% 2308.9 2264.3 -0,20% 2737.0 2688.8 2,00% 1577.6 1577.3 -0,10% 1804.3 1871.0 3,30% 2974.7 2982.0 -0,40% 3762.3 3754.0 -2,00% Laju Alir Gas (MMscf/d) Data Kalkulasi Perbedaan Welltest PIPESIM 0.250 0.258 -0,10% 0.650 0.707 1,70% 1.350 1.264 33,30% 0.040 0.049 6,80% 8.000 8.013 1,20% 3.700 3.698 9,80% 5.800 5.900 2,40% 0.006 0.009 -5,10% 2.968 3.186 -1,70% 3.238 3.277 3,10% 3.368 3.732 -7,50% 0.040 0.041 3,50% 0.560 0.533 2,90% 0.662 0.651 0,80% 6.504 6.713 2,00% 0.570 0.530 1,10% 0.520 0.539 -0,40% 0.165 0.170 -0,80% 12.598 12.700 2,90% 0.250 0.255 -0,90% 0.277 0.280 -3,60% 0.230 0.229 -0,10% 2.430 2.410 1,70% 0.330 0.340 33,30% 0.228 0.226 6,80% 1.562 1.508 1,20% Pemodelan Jaringan Permukaan Di dalam model ini terdapat 2 model jaringan permukaan (Gambar 4.5) yang dibuat dan mereka di modelkan secara black oil. Model ini dapat di konversi menjadi komposisi, tetapi harus didetailkan lagi berdasarkan studi flow assurance yang lebih komprehensif yang tidak dijelaskan di dalam studi ini. Dua model jaringan permukaan terdiri dari: Universitas Indonesia Optimasi produksi..., Licke Ratna Dewi Ali, FT UI,2017. 75 Sumur-sumur ke WHP-header produksi (masing-masing sumur mengalir yang bercampur dan tidak ada peralatan permukaan tapi choke dan flowline pendek yang menghubungkan kepala sumur ke manifold produksi) Sebuah sistem pipa bawah laut sepanjang 7 km yang memiliki 12-in pipa flowline dan riser dari produksi WHP-A sebelum bercampur dengan pipa dari produksi WHP-B (Gambar 4.6). Sumur menuju ke produksi header di WHP-B (aliran setiap sumur yang bercampur dan tidak ada peralatan permukaan tapi choke dan pipa yang pendek dihubungkan kepala sumur ke manifold produksi) Sebuah sistem pipa 1,2 km yang memiliki 16-in pipa flowline produksi pada WHP-B (Gambar 4.7) Sebuah sistem pipa sepanjang 50 m yang memiliki 24-in ukuran pipa flowline dari WHP-B ke platform pengolahan fasilitas utama (SPU-Sistem Pengumpul Utama). Gambar 4.5 Model PIPESIM Network Universitas Indonesia Optimasi produksi..., Licke Ratna Dewi Ali, FT UI,2017. 76 Gambar 4.6 Topografi menuju Kepala Sumur A Gambar 4.7 Topografi menuju Kepala Sumur B 4.4 Hasil Pemodelan Jaringan Permukaan Model jaringan diatur agar sesuai dengan data uji sumur yang ada di lapangan. Operasi pencocokan korelasi aliran dilakukan dengan memilih Lockhart & Martinelli sebagai korelasi aliran horisontal dan Hagedorn & Brown sebagai korelasi aliran vertikal. Pada Tabel 4.4, kondisi batas di Sink di set menjadi 21,9 barg yang mewakili tekanan MP Separator. Hasil simulasi dari model jaringan sesuai (dalam perbedaan ±10%) dengan data operasi, yaitu perbedaan 2% untuk tingkat laju alir cair dan 1,8% untuk tingkat laju alir gas. Setelah model jaringan sepenuhnya diatur dan divalidasi, maka siap untuk digabungkan dengan model reservoir ECLIPSE melalui IAM. Universitas Indonesia Optimasi produksi..., Licke Ratna Dewi Ali, FT UI,2017. 77 Tabel 4.4 Hasil Validasi Model Jaringan Permukaan Laju Alir Cairan (STB/d) Laju Alir Gas (MMSCFD) Data Lapangan 55715 57,8 Hasil PIPESIM 56889 56,703 Perbedaan Hasil 2,10% 1,89% Dari Tabel 4.4 terlihat bahwa laju alir cairan maupun laju alir gas menghasilkan perbedaan hasil dari simulasi dengan data lapangan lebih kurang dari 10%, maka dapat dikatakan laju alir dari hasil simulasi dianggap match dengan laju alir data lapangan. 4.5 Pemodelan Eclipse – Pipesim Coupling Pada studi ini digunakan Coupling lubang bawah sumur, seperti ditampilkan pada Tabel 4.5, dan penjelasan mengenai Constraint Coupling dapat dilihat pada Lampiran D. Tabel 4.5 Coupling Reservoir – Jaringan Permukaan Reservoir X PIPESIM Grup Sumur Node WHP A A-02-ST1 A-02 WHP A A-03-ST2 A-03 WHP A A-04-ST3 A-04 WHP A A-07-ST1 A-07 WHP A A-13-ST1 A-13 WHP A A-14XST1 A-14 WHP A A-01X A-01 WHP A A-05 A-05 WHP A A-06X A-06 WHP A A-09 A-09 WHP A A-12X A-12 WHP B B-01-ST1 B-01 WHP B B-02-ST1 B-02 WHP B B-08-ST2 B-08 WHP B B-15-ST1 B-15 WHP B B-17-ST2 B-17 WHP B B-03 B-03 WHP B B-04 B-04 WHP B B-05 B-05 WHP B B-06 B-06 WHP B B-09 B-09 WHP B B-10 B-10 WHP B B-11 B-11 Kondisi Coupling Lokasi Constraint Bottom Hole Laju Alir Minyak Bottom Hole Laju Alir Minyak Bottom Hole Laju Alir Minyak Bottom Hole Laju Alir Gas Bottom Hole Laju Alir Gas Bottom Hole Laju Alir Gas Bottom Hole Laju Alir Minyak Bottom Hole Laju Alir Gas Bottom Hole Laju Alir Gas Bottom Hole Laju Alir Minyak Bottom Hole Laju Alir Gas Bottom Hole Laju Alir Minyak Bottom Hole Laju Alir Minyak Bottom Hole Laju Alir Minyak Bottom Hole Laju Alir Minyak Bottom Hole Laju Alir Gas Bottom Hole Laju Alir Minyak Bottom Hole Laju Alir Gas Bottom Hole Laju Alir Minyak Bottom Hole Laju Alir Minyak Bottom Hole Laju Alir Gas Bottom Hole Laju Alir Minyak Bottom Hole Laju Alir Minyak Universitas Indonesia Optimasi produksi..., Licke Ratna Dewi Ali, FT UI,2017. 78 Tabel 4.5 Coupling Reservoir – Jaringan Permukaan (Lanjutan dari hal.77) Reservoir X Grup Sumur WHP B B-12 WHP B B-13 WHP B B-14ST PIPESIM Node B-12 B-13 B-14 Kondisi Coupling Lokasi Constraint Bottom Hole Laju Alir Minyak Bottom Hole Laju Alir Minyak Bottom Hole Laju Alir Cairan Di dalam pemodelan coupling reservoir dengan jaringan permukaan ada yang menggunakan laju alir cairan, gas dan minyak. 4.6 Hasil Coupling Hasil Coupling ECLIPSE dengan PIPESIM di dalam IAM per sumur digambarkan pada Tabel G.25, dan grafik per sumuran dapat dilihat pada Lampiran G. Bila dilihat dari analisis hasil pemodelan simulasi coupling dengan data yang ada di lapangan terlihat ada beberapa sumur yang tidak terlalu match hasil nya. Seperti pada contohnya adalah sumur A-02, A-04, A-05, A-06, dsb, dianggap tidak match karena perbedaan hasil nya melebih dari ±10%. Seperti contoh pada sumur A-02 laju alir minyak didapat hasil dari simulasi adalah sebesar 246 bbl sedangkan pada data lapangan sebesar 415 bbl, sehingga terdapat perbedaan sebesar 40.77%. Selain itu laju alir gas pada sumur A-02 pada hasil simulasi didapat hasil sebesar 1,1 MMSCFD sedangkan pada data di lapangan sebesar 0,7 MMSCFD, sehingga terjadi perbedaan sebesar 73,69%. Pada laju alir air juga terdapat perbedaan yang cukup signifikan pada sumur A-02 yaitu pada hasil simulasi sebesar 1995 bbl dan pada data lapangan sebesar 1250 bbl, sehingga perbedaan antara kedua nya sebesar 59.6%. Bila dilihat dari hasil tekanan bawah sumur hanya beberapa sumur saja yang tidak terlihat match yaitu di sumur A-02, A-05, A-13, dan B-09. Hasil yang di dapat dari perhitungan simulasi untuk masing-masing laju alir bisa jadi tidak terjadi kemiripan karena kurang nya data dari tekanan bawah sumur yang diambil dari data lapangan. Selain itu titik pengukuran depth untuk pengukuran tekanan bawah sumur juga sangat berpengaruh pada hasil analisis tersebut. Perbedaan kedalaman pada pengukuran tekanan bawah sumur dengan hanya 1 m bisa sangat berbeda jauh dari hasil yang sebenarnya. Universitas Indonesia Optimasi produksi..., Licke Ratna Dewi Ali, FT UI,2017. 79 4.6.1 Dasar Model dan Asumsinya Dalam studi Integrated Model, model dari UniSim model di validasi berdasarkan nilai data test sumur pada bulan Juli 2016 sebelum terjadinya shutdown (23 Juli 2016). Laju alir yang masuk, tekanan dan temperature pada peralatan proses fasilitas utama di dalam model sesuai dengan data yang sebenarnya yang ada di lapangan. Tipe seting ini digunakan sebagai kondisi awal pada simulasi. Asumsi dalam model proses adalah sebagai berikut: Model UniSim hanya termasuk peralatan-peralatan fasilitas utama Pipa antar peralatan fasilitas untuk keseluruhan sistem tidak dimodelkan di dalam simulasi; namun, perbedaan tekanan tambahan telah ditambahkan ke dalam bejana separator dan kontrol katup/valve untuk antisipasi mengatasi kerugian tekanan pipa. Hanya kompresor sentrifugal, pompa sentrifugal dan turbo expander yang menggunakan kurva kinerja kerja. 4.7 Pemodelan Jaringan Proses Pemodelan jaringan permukaan di lapangan X untuk mengatasi bottleneck di dalam jaringan permukaan, pemodelan jaringan permukaan seperti ditunjukkan dalam Gambar 4.8. Gambar 4.8 Surface Facilities – UniSim Model pada PT.X Di dalam studi ini digunakan UniSim process model dengan version R443. Model UniSim seperti ditunjukkan pada Gambar 4.9 terdiri dari beberapa fasilitas proses yaitu: Universitas Indonesia Optimasi produksi..., Licke Ratna Dewi Ali, FT UI,2017. 80 Central Processing Platform (CPP) Pada CPP terdiri dari separasi gas dan cairan, kompresi gas, kompresi gas lift, pemompaan minyak mentah, dan sistem injeksi air. Onshore Processing Facilities (OPF) Pada OPF terdiri dari separasi dan penerimaan hidrokarbon, pemisahan H2S, dan dehidrasi gas. Pemisahan dan pembersihan H2S terbatas hanya pada sistem kontak saja. Oil Treating Facilities (OTF) Pada OTF terdiri dari beberapa sistem separasi flash yaitu HP (High Pressure) Separator Flash, LP (Low Pressure) Electrostatic Treater, dan Separator Atmospheric, selain itu di dalam fasilitas ini juga terdapat HP Flash Liquid Heater, Vapor recovery system (1st Flash Gas Compression, 2nd Flash Gas Compression, and Vapour Recovery System), Crude Oil Rundown Pumps, and Crude Oil Rundown Cooler. LPG Facilities Fasilitas LPG terdiri dari Gas Dehydration, Gas Compression, Turbo Expander, De-ethanizer Column, De-propanizer Column, De-buthanizer Column. Universitas Indonesia Optimasi produksi..., Licke Ratna Dewi Ali, FT UI,2017. 81 Universitas Indonesia Gambar 4.9 Jaringan Fasiltas Proses Optimasi produksi..., Licke Ratna Dewi Ali, FT UI,2017. 82 4.7.1 PVT Data Matching dan Black Oil Delumping Model reservoir dan jaringan (ECLIPSE dan PIPESIM) berada dalam model black oil sementara model UniSim ada dalam model komposisi molar. Untuk memastikan konsistensi definisi fluida, diperlukan metode untuk menangkap secara tepat sifat fluida untuk setiap fasa yang mengalir dari bawah permukaan ke jaringan atas permukaan. Tim fasilitas permukaan secara teratur melakukan pengambilan sampel cairan untuk masing-masing aliran gas dan minyak. Oleh karena itu, untuk pencocokan data PVT di UniSim, komposisi gas dan minyak didefinisikan sesuai komposisi sebenarnya dari sampel cairan. Model jaringan PIPESIM yang dimodelkan dalam model black oil, arus keluar dari Sink ditransfer masing-masing laju alir fisik (yaitu gas, minyak dan air) ke UniSim, konektivitas fluida antara model ditunjukkan pada Gambar 4.10. Gambar 4.10 PIPESIM UniSim Metode Konektifitas 4.7.2 Solusi Model Dalam versi IAM saat ini (v2015.2) memiliki keterbatasan dalam mengekspos beberapa parameter UniSim untuk konektivitas data dan analisis hasil. Parameter dari UniSim yang bisa ditampilkan di IAM saat ini adalah: Material Feed Stream (Aliran Masuk Material) Material Product Stream (Aliran Material Produk) Energy Feed and Energy Product (Umpan Energi dan Produk Energi) Universitas Indonesia Optimasi produksi..., Licke Ratna Dewi Ali, FT UI,2017. 83 Untuk mencatat nilai Aliran di antara Peralatan dan / atau kinerja peralatan, beberapa pekerjaan manual diperlukan untuk mengeksporparameter yang diminati ke dalam Dummy Streams. Hal ini dapat dicapai di UniSim melalui fungsi Spreadsheet-nya. 1. Ekspornilai hasil dari aliran utama (sebagai contoh Stream 13A) dengan melakukan “drag and drop” nilai hasil ke fungsi di dalam spreadsheet di dalam UniSim: Gambar 4.11 Parameter Stream 13A 2. Tarik nilai hasil tersebut dari spreadsheet menuju aliran dummy (sebagai contoh namakan itu menjadi 13A (Export to OPF)): Gambar 4.12 Hasil dari IAM Stream 13A 3. Jika aliran dummy ini di ambil oleh Material Feed / Product Stream dan secara konsekuen parameter yang berhubungan dengan aliran tersebut terhitung dengan sendirinya di dalam IAM. 4.7.3 Hasil Integrasi ECLIPSE-PIPESIM-UNISIM Tujuan penggabungan jaringan produksi ke fasilitas permukaan adalah untuk meninjau kinerja dan perilaku peralatan fasilitas selama masa produksi, dan untuk mengidentifikasi kemacetan laju alir di dalam fasilitas yang mungkin timbul. Dalam penelitian ini, fasilitas permukaan telah dievaluasi berdasarkan tingkat Universitas Indonesia Optimasi produksi..., Licke Ratna Dewi Ali, FT UI,2017. 84 produksi laju alir gas pada 60 MMscfd, yang mewakili kondisi aktual saat ini pada saat penelitian ini dilakukan. Tekanan separator dapat dikurangi dari 22 barg saat Kompresor MP1 (540C-01) sedang dipulihkan dan dibawa secara online pada bulan September 2017. Berdasarkan pertimbangan di atas, skenario berikut telah dilakukan dalam penelitian ini: Studi Kasus Base - Tekanan operasi pada MP separator tetap di set menjadi 22 barg. - Laju alir gas lift tetap 25 MMscfd pada keseluruhan masa produksi. Studi Kasus 1 - Tekanan operasi pada MP separator dikurangi menjadi 16 barg pada September 2017 - Laju alir gas lift tetap 25 MMscfd pada keseluruhan masa produksi. Studi Kasus 2 - Tekanan operasi pada MP separator dikurangi menjadi 11 barg pada September 2017 - Laju alir gas lift tetap 25 MMscfd pada keseluruhan masa produksi. Berdasarkan studi kasus base maka dasar dan asumsi yang dibuat untuk melakukan evaluasi didasarkan pada data berikut: Tabel 4.6 Hasil Prediksi Desain Laju Alir studi kasus base Parameter Prediksi Laju Alir Gas Laju Alir Minyak Laju Alir Air Juli 2016 85 MMscfd 4800 STBD 44,000 STBD Juli 2026 38 MMscfd 2000 STBD 47,000 STBD catatan: Model di dalam ECLIPSE sudah di tune up supaya mendekati hasil dari total laju alir gas sebesar 60MMscfd. Universitas Indonesia Optimasi produksi..., Licke Ratna Dewi Ali, FT UI,2017. 85 Bila di telaah lebih dalam, bila dijumlahkan total semua sumur pada Juli 2016 pada Tabel 4.6 maka didapatkan hasil simulasi sebesar 4858 bbl untuk laju alir minyak, 73 MMSCF/d untuk laju alir gas dan 39978 bbl untuk laju alir air. Dengan demikan Tabel 4.6 terdapat perbedaan dengan Tabel 4.6 yaitu untuk laju alir minyak sebesar 1%, 14% untuk laju alir gas, dan 9 % untuk laju alir air. Hal ini disebabkan aliran fluida dari sumur sampai menuju stasiun pengumpul utama di CPP mengalami proses shrinkage faktor dan bottleneck problem. Perbedaan antara jumlah produksi di dalam sumur dan jumlah yang ada di dalam CPP, masih berada di range yang normal yaitu ± 10%, hanya laju alir gas yang agak lebih dari 10% dikarenakan adanya gas lift di dalam jaringan yang tidak di perhitungkan di dalam laju alir gas di dalam sumur. 4.7.4 Hasil Komparasi Laju Alir Kumulatif untuk setiap Studi Kasus Hasil Laju Alir Kumulatif Produksi pada Studi Kasus Base, 1 dan 2, dapat dilihat pada Tabel 4.7. Tabel 4.7 Laju Alir Kumulatif Sebagai Komparasi MP Scenario Laju Alir Gas Kumulatif (MMSCF) Laju Alir Minyak Kumulatif (BBL) Laju Alir Air Kumulatif (BBL) Studi Kasus Base Studi Kasus (SK) 1 Studi Kasus (SK) 2 22 barg 16 barg 11 barg SK 1 terhadap Base SK 2 terhadap Base 100.719,528 107.201,236 112.025,550 6% 11% 11.422.613 12.311.559 12.901.097 8% 13% 155.835.877 171.893.379 183.770.927 10% 18% Perbedaan Hasil Berdasarkan hasil tabel di atas, diperkirakan bahwa studi kasus 2 memberikan hasil yang optimal dibandingkan dengan kasus lainnya dengan laju alir gas sebesar 112.025,550 MMSCF, laju alir minyak sebesar 12.901.097 bbl dan laju alir air sebesar 183.770.927 bbl. Jadi bila dibandingkan hasil dari studi kasus 2 terhadap studi kasus base terdapat kenaikan produksi gas sebesar 11%, produksi minyak sebesar 13% dan produksi air sebesar 18%. Namun, dengan menurunkan Universitas Indonesia Optimasi produksi..., Licke Ratna Dewi Ali, FT UI,2017. 86 tekanan MP Separator menjadi 11 barg dapat menyebabkan kendala pada peralatan fasilitas permukaan. Hal ini dibahas lebih lanjut pada bagian 4.7.6. Performa peralatan utama disajikan pada Tabel 4.8 untuk studi kasus base, yang mana untuk studi kasus 1 dan studi kasus 2 disajikan di bagian 4.7.6. Tabel 4.8 Hasil Performa Fasilitas Jaringan untuk Studi Kasus Base Peralatan Fasilitas 540-C-02 Hasil Kalkulasi Central Processing Platform (CPP- Offshore) Parameter Kecepatan 12.000 rpm 11.400 rpm Power 6100 KW 224 KW forone pump 669 KW forone pump 2970 KW 90 KW MP Separator Pompa Minyak Power Pompa Injeksi Air Power Kecepatan Gas Lift Kompresor I Kecepatan Gas Lift Kompresor II KompresorGas Lift Desain forone pump Keterangan Sudah hampir mendekati kecepatan maksimum OK OK 510 KW forone pump 16.500 rpm 13.700 rpm 20.300 rpm 17.200 rpm OK OK 3700 KW 2000 KW Total Power Onshore Processing Facilities (OPF) Sudah hampir mendekati kecepatan maksimum OK Sudah hampir mendekati kecepatan maksimum Kecepatan 14.000 rpm 13.300 rpm Power Kecepatan 4597 KW* 23.800 rpm 3500 KW * 21.600 rpm Power 2243 KW 665 KW Re-Kompresor Kecepatan Power 2243 KW 2243 KW 14.000 rpm 665 KW 665 KW 13.100 rpm KompresorResidue Kecepatan Power 4597 KW* 3500 KW* Power 919 KW 395 KW OK Power 550 KW 330 KW OK Power 29 KW 7 KW OK KompresorGas Inlet Turbo Expander KompresorGas Flash KompresorVRU Pompa Minyak Mentah Rundown OK OK (Kecepatan tergantung dari Kompresor Gas Inlet) Universitas Indonesia Optimasi produksi..., Licke Ratna Dewi Ali, FT UI,2017. 87 Catatan: * : Desain power dan estimasi power berdasarkan total power dari Kompresor Gas Inlet dan Kompresor Residue. Hal yang perlu diperhatikan pada tabel di atas bahwa pada CPP dengan fasilitas kompresor second stage MP kompresor 540-C-02, sudah hampir mendekati kecepatan maksimum sebesar 11.400 rpm (dari desain 12.000 rpm), seperti terlihat pada grafik di Gambar 4.13. Gambar 4.13 Performa KompresorSecond Stage 540-C-02 Dan juga kompresor inlet gas pada OPF– 440-C-01 sudah hampir juga mencapai kecepatan maksimum sebesar 13.300 rpm (dari desain 14.000 rpm) seperti terlihat pada Gambar 4.14. Universitas Indonesia Optimasi produksi..., Licke Ratna Dewi Ali, FT UI,2017. 88 Gambar 4.14 Performa KompresorInlet Gas 440-C-01 Dan juga turbo expander pada OPF–482-C-01 sudah hampir juga mencapai kecepatan maksimum sebesar 21.600 rpm (dari desain 23.800 rpm) seperti terlihat pada Gambar 4.15. Selain itu temperature discharge yang di harapkan tidak sesuai ekspektasi, dimana operating temperatur yang diharapkan adalah 67oC. Temperatur discharge di hitung berdasarkan kurva performa dimana laju alir terendah yang di harapkan tidak sesuai ekspektasi. Gambar 4.15 Performa Turbo Expander 482-C-01 menggunakan Kurva Performa Universitas Indonesia Optimasi produksi..., Licke Ratna Dewi Ali, FT UI,2017. 89 Kecepatan Turbo Expander setelah Sept 2017 tidak bisa di estimasi karena temperature di set manual Pada 30MMscfd laju alir gas, temperatur discharge outlet di set manual ke > 67oC Jul 2016-Aug 2017 temperatur discharge di estimasi berdasarkan kurva performa Gambar 4.16 Performa Turbo Expander 482-C-01 menggunakan Temperature Discharge Manual Pada Laju Alir Gas 30 MMscfd Berdasarkan tabel di atas, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan: Pada kondisi operasi saat ini 22 barg dan 60 MMscfd gas yang masuk dari separator MP, kompresor MP diidentifikasi sebagai bottleneck (kemacetan; mampet) dari sistem lepas pantai karena kecepatannya beroperasinya sudah mendekati kecepatan maksimumnya yaitu sebesar 11.400 rpm dimana batas maksimumnya adalah sebesar 12.000 rpm. Kompresor Gas Lift saat ini masih mampu menampung 25 MMscfd gas lift pada tekanan suction 22 barg. Untuk sistem Onshore, Kompresor Gas Inlet dan Kompresor Gas Residu diidentifikasi sebagai kemacetan karena kecepatannya beroperasi mendekati kecepatan maksimum yaitu sebesar 13.300 rpm untuk Kompresor Gas Inlet dan 13.100 rpm untuk Kompresor Gas Residu, yang mana batas maksimumnya adalah sebesar 14.000 rpm. Selama penelitian, ditemukan bahwa temperatur suction Kompresor MP (termasuk gas daur ulang) dari model simulasi (yaitu pada 55 oC) menunjukkan ketidaksesuaian dengan suhu operasi aktual, yaitu 69 oC. Hal ini dapat terjadi karena kesalahan kalibrasi pada alat sehingga terdapat perbedaan angka hasil dari model simulasi dengan alat di lapangan. Grafik komparasi laju alir produksi minyak, gas dan air ditunjukkan pada gambar di bawah ini. Universitas Indonesia Optimasi produksi..., Licke Ratna Dewi Ali, FT UI,2017. 90 Gambar 4.17 Komparasi Laju Alir Produksi Minyak Berdasarkan grafik di atas (Gambar 4.17), dapat terlihat bahwa ada kenaikan tingkat laju alir minyak sebesar 8% bila tekanan MP separator diturunkan menjadi 16 barg sedangkan bila diturunkan menjadi 11 barg, diperoleh tingkat laju alir minyak yang lebih tinggi lagi (13%). Hasil lain dari kasus sensitivitas di atas adalah dengan menerapkan studi kasus 1, produksi minyak mampu dipertahankan pada sumur B-04 yang dihasilkan sampai Maret 2019, sedangkan dalam kasus Base sumur B-04 ditutup pada bulan Januari 2018. Dalam kasus 2 bahkan mampu mempertahankannya lebih lama dari Kasus 1, dimana sumur B-04 ditutup pada bulan Maret 2020 (Lampiran G). Gambar 4.18 Komparasi Laju Alir Produksi Gas Universitas Indonesia Optimasi produksi..., Licke Ratna Dewi Ali, FT UI,2017. 91 Sedangkan untuk laju alir gas (Gambar 4.18) yang dihasilkan, kenaikan tingkat laju alir gas dengan menurunkan tekanan separator MP menjadi 16 barg (Kasus 1) adalah 6% dibandingkan dengan kasus base pada bulan September 2017, sedangkan kasus 2 dengan menurunkan separator MP menjadi 11 barg lebih besar yaitu sebesar 11%. Gambar 4.19 Komparasi Laju Alir Produksi Air Untuk laju alir air (Gambar 4.19) yang dihasilkan, kenaikan laju alir dengan menurunkan tekanan separator MP menjadi 16 barg (Kasus 1) adalah 10% dibandingkan dengan kasus base pada bulan September 2017, sedangkan kasus 2 dengan menurunkan separator MP menjadi 11 barg adalah 18%. Bila dilihat dari keseluruhan grafik laju alir minyak, gas dan air, semua tren menunjukkan hal yang normal karena pada bulan Juli 2017 pada saat minyak naik, gas naik dan air pun ikut naik grafik nya. Tapi seiring berjalannya waktu minyak turun, gas turun dan air agak naik sedikit oleh karena secara alami, berat jenis air yang lebih ringan dan komposisi air di bumi memang jauh lebih banyak dibandingan fluida yang lain, maka tren diatas dapat dianggap normal. 4.7.5 Hasil Analisis Integritas Pipa untuk setiap Studi Kasus Velocity Erosi sebagai salah satu parameter untuk menganalisis integritas pipa yang digunakan dalam studi ini seperti yang disebutkan pada Tabel 4.9, juga dianalisis setiap kasus sensitivitas nya berdasarkan tekanan separator MP. Universitas Indonesia Optimasi produksi..., Licke Ratna Dewi Ali, FT UI,2017. 92 Tabel 4.9 Hasil Maksimum EVR dari setiap Studi Kasus Pipa Riser (L019) (12 inch) Subsea Pipeline (12 inch) Riser (L021) (12 inch) Header B to manifold (16 inch) WHP-B to CPP (24 inch) Studi Kasus Base 0.51 0.54 0.54 0.6 0.42 Studi Kasus 1 Studi Kasus 2 0.51 0.54 0.55 0.6 0.42 0.57 0.65 0.66 0.74 0.53 Berdasarkan Tabel 4.9 Rasio Kecepatan Erosional Maksimum di atas, semua jaringan pipa untuk semua kasus berada di bawah rasio kecepatan erosi maksimum yaitu 1. Ini menunjukkan bahwa fluida produksi mengalir di bawah batas kecepatan yang dipersyaratkan dalam tubing dan pipa. Sehingga walaupun masih terjadi erosi, tapi erosi ini tidak secara signifikan menggerus enamel dalam pipa. Maka dari itu flow assurance di dalam pipa masih dalam batas normal. 4.7.6 Jaringan Permukaan – Hasil Komparasi Hasil evaluasi dari lapangan X berdasarkan studi kasus komparasi adalah sebagai berikut: KompresorMP1 Performa dari kompresorMP1 ditunjukkan pada Tabel 4.10. Tabel 4.10 Performa Kompresor MP1 Parameter Studi Kasus Skenario Tekanan MP Tanggal Skenario Laju Alir Gas Kecepatan KompresorMP Power Desain Hasil Kalkulasi KompresorMP1 Base Hasil Kalkulasi KompresorMP1 1 16barg Re-staging Comp Hasil Kalkulasi KompresorMP1 2 11barg Re-staging Comp - 22barg - Sep 2017 Sep 2017 Sep 2017 12.000 rpm 6100 KW 35.2 MMscfd 38.75 MMscfd 42.4 MMscfd 7988 rpm 9860 rpm 12.000 rpm 1497 KW 2347 KW 3640 Berdasarkan kinerja di atas, diperkirakan kompresor MP1 mampu mereduksi sampai 11 barg dengan kecepatan hingga maksimal 12.000 rpm. Untuk studi kasus ini, laju alir gas ke kompresorakan meningkat dari 35,2 MMscfd pada Base Case menjadi 42,4 MMscfd. Namun, dapat dilihat bahwa Kompresor Gas Lift yang ada tidak mampu mengakomodasi tekanan Universitas Indonesia Optimasi produksi..., Licke Ratna Dewi Ali, FT UI,2017. 93 suction yang rendah. Ini dapat dilihat lebih lanjut di bagian butir no. 4 di bawah, yang menerangkan tentang Kompresor Gas Lift. Pompa Minyak pada Separator MP Pompa Minyak separator MP mampu mengakomodasi produksi minyak untuk setiap skenario yang berbeda. Rinciannya disajikan pada tabel di bawah ini (Tabel 4.11): Tabel 4.11 Performa Pompa Minyak pada Separator MP Parameter Desain Studi Kasus Skenario Tekanan MP Tanggal Skenario Laju Alir Minyak Pompa Minyak Separator MP Pompa Minyak Separator MP Base Pompa Minyak Separator MP 1 16barg Re-staging Kompresor Pompa Minyak Separator MP 2 11barg Re-staging Kompresor - 22barg - Sep 2017 Sep 2017 Sep 2017 - 4295 BPD 4572 BPD 4963 BPD 92 KW 91KW 91.5 KW 71 barg Discharge dari pompa 66 barg Discharge dari pompa 62 barg Discharge dari pompa 224 KW Untuk 1 pompa 44 barg @ di header sebelum ke onshore Pompa minyak pada separator MP masih dapat dianggap normal karena masih dalam batas sesuai dengan desain pompa, yaitu sebagai contoh pompa minyak separator MP pada studi kasus base sebesar 92 KW masih berada dalam batas desain 224 KW. Desain tekanan pada pompa minyak separator MP pada saat discharge dari pompa tidak diketahui dengan pasti, oleh karena itu tidak dapat dianalisis apakah masih dalam batas normal atau tidak. Pompa Injeksi Air Pompa Injeksi Air mampu menampung produksi air untuk setiap skenario yang berbeda. Rinciannya disajikan pada tabel di bawah ini (Tabel 4.12): Universitas Indonesia Optimasi produksi..., Licke Ratna Dewi Ali, FT UI,2017. 94 Tabel 4.12 Performa Injeksi Air Tekanan MP - 22barg Tanggal Laju Alir Air (Maksimum) Pompa Injeksi Air - Sep 2017 Pompa Injeksi Air 1 16 barg Re-staging Kompresor Sep 2017 - 21.360 BPD 23.000 BPD 24.900 BPD 490 KW 519.3 KW 548 KW 111barg Discharge dari pompa 104barg Discharge dari pompa 97barg Discharge dari pompa Desain Parameter Scenario 669 KW Untuk 1 Pompa Injeksi Air membutuhkan Tekanan Pompa Injeksi Air Base Pompa Injeksi Air 2 11barg Re-staging Kompresor Sep 2017 Bila dilihat dari table di atas pompa injeksi pompa air masih berada di bawah batas normal pada desain pompa injeksi air yaitu sebesar 669KW. Saat ini pengolahan air yang dihasilkan tidak dievaluasi lebih dalam baik studi kasus base, 1 dan 2. Kompresor Gas Lift Selama penelitian ini, tidak ada modifikasi yang dilakukan untuk Kompresor Gas Lift. Oleh karena itu, evaluasi kompresor Gas Lift masih menggunakan kurva kinerja kompresor yang ada. Kinerja Kompresor Gas Lift untuk kasus sensitivitas yang berbeda disajikan di bawah ini (Tabel 4.13): Tabel 4.13 Performa Kompresor Gas Lift Parameter Design Studi Kasus Tekanan - Tanggal Laju Alir Gas 1st Gas Lift Kecepatan Kompresor 2nd Gas Lift Kecepatan Kompresor 1st GL Tekanan Discharge 2nd GL Tekanan Discharge - KompresorGas KompresorGas Lift Lift Base 1 16barg 22barg Re-staging Kompresor Sep 2017 Sep 2017 25MMscfd 25MMscfd KompresorGas Lift 2 11barg Re-staging Kompresor Sep 2017 25 MMscfd Diluar dari grafik kurva operasi pada kompresor1st GL Diluar dari grafik kurva operasi pada kompresor2nd GL 16.500 rpm 13.700 rpm 16.200 rpm 20.300 rpm 17.200 rpm 20.250 rpm 41barg 37barg - 93.43barg 114barg - Universitas Indonesia Optimasi produksi..., Licke Ratna Dewi Ali, FT UI,2017. 95 Berdasarkan kinerja di atas, diperkirakan bahwa Kompresor Gas Lift mampu menampung laju alir Gas Lift pada tekanan gas 25MMscfd dengan tekanan hisap lebih rendah pada 16barg. Dapat dilihat bahwa Kompresor Gas Lift tidak mampu mengakomodasi tekanan hisap pada 11 barg dengan laju alir kenaikan gas sebesar 25 MMscfd. Pada tekanan yang lebih rendah ini, debit gas aktual berada di luar kurva kinerja kompresor. Selain itu pada tekanan 16 barg, kecepatan kompresorgas lift yang kedua sudah hampir mendekati batas desain yaitu sebesar 20.250 rpm (desain 20.300 rpm). 4.8 Cadangan yang tersisa Sisa cadangan gas yang tersisa pada bulan Juli 2016 berdasarkan simulasi reservoir adalah sebesar: 447,3 BSCF + 106 BSCF = 553,3 BSCF (terlihat pada Gambar 4.20 dan Gambar 4.21) Gambar 4.20 Sisa Cadangan Gas berdasarkan Original Gas Universitas Indonesia Optimasi produksi..., Licke Ratna Dewi Ali, FT UI,2017. 96 Gambar 4.21 Sisa Cadangan Gas berdasarkan Solution Gas Dan sisa Cadangan Minyak adalah sebesar 269,8 MBBL (Gambar 4.22). Gambar 4.22 Sisa Cadangan Minyak Universitas Indonesia Optimasi produksi..., Licke Ratna Dewi Ali, FT UI,2017. 97 5BAB 5.1 5 KESIMPULAN Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis pada Studi Kasus Base (yaitu kondisi operasi saat ini) seperti yang disajikan pada bagian 4.7.3, berikut adalah kesimpulan yang dapat diambil: Dengan melakukan simulasi coupling terbukti bahwa tingkat perolehan minyak dan gas bumi dapat dianalisis dan diperkirakan tingkat laju alir produksi dalam rentang waktu tertentu. Pada optimisasi tekanan separator, diamati bahwa dengan menurunkan tekanan separator menjadi 16 barg pada bulan September 2017 (yaitu Studi Kasus 1), total laju alir gas kumulatif dari hasil simulasi untuk masa kerja 10 tahun meningkat sebesar 6% dan 8% pada tingkat laju alir minyak kumulatif totalnya. Dengan menurunkan tekanan separator menjadi 11 barg (yaitu Kasus 2), menghasilkan kenaikan 11% untuk total laju alir gas kumulatif dan 13% untuk total laju alir minyak kumulatif. Untuk fasilitas lepas pantai, KompresorMP2 (540-C-02) beroperasi di dekat kecepatan maksimumnya sehingga diketahui bahwa ini menjadi potensi kemacetan. Sehingga harus dilakukan modifikasi dengan melakukan restorasi kompresorMP1 yang ada (540-C-01) untuk digunakan sebagai kompresorutama selama mode operasi tekanan rendah. Cadangan minyak dan gas bumi dapat diperkirakan berdasarkan hasil simulasi reservoir sebesar 269,8 MBBL dan 553,3 BSCF. Dari skenario untuk mengevaluasi kinerja peralatan, didapatkan informasi bahwa kompresor Gas Lift tidak cukup untuk mengakomodasi total pengangkatan gas pada Studi Kasus 2, saat tekanan separator MP dikurangi dari 22 barg menjadi 11barg. Sedangkan pada studi kasus 1, tekanan separator MP yang diturunkan menjadi 16 barg dapat mengakomodasi kinerja kompresor gas lift. Universitas Indonesia Optimasi produksi..., Licke Ratna Dewi Ali, FT UI,2017. 98 5.2 Saran/Rekomendasi Berikut adalah beberapa pekerjaan yang direkomendasikan untuk meneliti studi ini lebih jauh: Jelas bahwa tingkat laju alir air tidak sesuai dengan model ECLIPSE yang ada, maka studi lebih lanjut diperlukan di bidang kerja ini untuk memperbaiki hasil pencocokan sejarah laju alir karena hal ini dapat berdampak signifikan pada keakuratan dan validitas penelitian prediksi lapangan. Beberapa sumur telah mengalami perbaikan dalam beberapa bulan terakhir, oleh karena itu semua model PIPESIM perlu diperbarui dengan informasi data komplesi terbaru, setiap kali melakukan simulasi IAM. Jika memungkinkan, model jaringan PIPESIM harus dimodelkan dalam mode Komposisi untuk menangkap secara lebih baik perubahan fasa di setiap cabang di seluruh jaringan, dan untuk memberikan beberapa wawasan dasar dari setiap masalah flow assurance yang dapat muncul dalam jaringan. Saat ini dua jalur pipa trunk setelah CPP: Panjang 5.5 km dengan 14,7 "ID" (inner diameter) Pipa WHP-B ke WHP-A "dan panjang 41,8 km dengan 16,8" ID "Pipa WHP-A ke OPF" dimodelkan sebagai bagian pipa sederhana di UniSim, itu sangat disarankan agar jalur pipa trunk ini dimodelkan dalam PIPESIM, simulator arus multi fasa yang tepat untuk mengevaluasi perilaku hidroliknya sebelum masuk ke dalam platform onshore. Universitas Indonesia Optimasi produksi..., Licke Ratna Dewi Ali, FT UI,2017. 99 1DAFTAR PUSTAKA Gas Processors Suppliers Association, (2004). Engineering Data Book FPS Version Volume I and II Section 1-26. Oklahoma: Gas Processors Suppliers Association. BBC News (2015) http://www.bbc.com/news/business-35245133. Benga, Cristiano Di, Faluomi, Vittorio, and Sodini, Simone (2015) Separator Efficieny Model During Hydrodynamic and Severe Slugging, Ravenna, Italy. Brill, J. P. and Beggs, D. H. (1988) Two-Phase Flow in Pipes", 6thEdition, University of Tulsa, Oklahoma. Beggs, H. Dale, (2008) Production Optimization Using NODAL Analysis – 2nd Edition, University of Tulsa, Oklahoma Bothamley, Mark and Campbell, J.P., (2013) Gas/Liquids Separators: Quantifying Separation Performance – Part 1, Oil and Gas Facilities, (Agustus 2013) hal.21-29. Bothamley, Mark and Campbell, J.P., (2013) Gas/Liquids Separators: Quantifying Separation Performance – Part 2, Oil and Gas Facilities, (Oktober 2013) hal.35-47. Bothamley, Mark and Campbell, J.P., (2013) Gas/Liquids Separators: Quantifying Separation Performance – Part 3, Oil and Gas Facilities, (Desember 2013) hal.34-47. Chacín, J.E., (1994) Selection of Optimum Intermittent Lift Scheme forGas Lift Wells, SPE 27986. Universitas Indonesia Optimasi produksi..., Licke Ratna Dewi Ali, FT UI,2017. 100 2DAFTAR PUSTAKA Clark, Norman J., (1991) Fundamentals of Reservoir Fluids, SPE 91. Dukler, A. E., (1969) Gas-Liquid Flow in Pipelines, I.Research Results", AGA-API ProjectNX-28. Fatt, I. and Dykstra, H., (1951) Relative Permeability Studies, Petroleum Transactions: Vol. 192, AIME, hal.249-255. Fazaelizadeh, M., Mirhaj, S.A., Bahari-Moghadam, M., Bahonar, M. and Chen, Z., (2010) Experimental Study to Find Optimum Pressure forSeparation of Wellhead Fluids, SPE 136002. Fetkovich, M.J, (1973) The Isochronal Testing of Oil Wells, SPE 4259. Fetkovich, M.J, Vienot, M.E (1985) Shape Factors, CA, Expressed as a Skin, sCA, JPT (February 1985), hal.321-322. Gonzalez, F., Bertoldi, L., Lucas, A., Paterson, G., Shah, K., Grewal, B., Okafor, C., and Rodriguez, N., (2010) A Fully Compositional Integrated Asset Model fora Gas-Condensate Field, SPE 134141. Jahn, Frank, Cook, Mark and Graham, Mark (2003) Hydrocarbon Exploration and Production, Development in Petroleum Science Vol. 46., hal.75-120. Jones, L.G., Blount, E.M. and Glaze, O.H (1976) Use of Short Term Multiple Rate Flow Tests To Predict Performance of Wells Having Turbulence, SPE 6133. Ling, Kegang, Xingru, Wu, Guo, Boyun and He, Jun, (2013) New Method to Estimate Surface-Separator Optimum Operating Pressures, Oil and Gas Facilities. Universitas Indonesia Optimasi produksi..., Licke Ratna Dewi Ali, FT UI,2017. 101 3DAFTAR PUSTAKA MacMillan, D.J. and Pletcher, J.L. and Bourgeois, S.A., (1999) Practical Tools to Assist History Matching, SPE 51888 McVay, D. A., Bastian, P.A., and Epperson, B. D., (1991) Interactive Reservoir Simulation, SPE 22309. Morris, C.W., (1991) Evaluation of Reservoir Fluids Using Formation Tester Tool Samples, SPE 22129. Mukherjee, H. and Economides, M. J. (1988) A Parametric Comparison of Horizontal and Vertical Well Performance SPE paper 18303 presented at the Annual TechnicalConference and Exhibition in Houston, hal.209-216 . Permadi, P., Wibowo W., and Permadi, A.K., (1998) Inflow Performance of a Stacked Multileral Well, SPE 39750. Petrowiki., (2013) http://petrowiki.org/Gas_lift#Intermittent-flow_gas_lift Purwanto, Prof. Dr. Widodo W., Hydrocarbon Production: Inflow Performance, System Performance, Surface Facilities, Metering and Transportation, Exploration & Production Hydrocarbon, hal.8-9. Regtien, J.M.M., Por, G. J. A., Van Stiphout, M.T., and Van der Vlugt, F.F., (1995) Interactive Reservoir Simulation, SPE 29146. Rogers, G.F.C. and Mayhew, Y.R., (1995) Thermodynamic and Transport Properties of Fluids, Blackwell, hal.10-11. Schlumberger, (2015). Pipesim User Guide. Schlumberger hal.403-419;431-444 . Universitas Indonesia Optimasi produksi..., Licke Ratna Dewi Ali, FT UI,2017. 102 4DAFTAR PUSTAKA Suwono, Sugiyanto Bin, Wijaya, Rahmat, Masbudi, Herryadi, Muttaqin and Prasetyo, Hadi, (2013) Developing Realistic Deplection Plan forSenoro Field using Coupled Reservoir – Surface Network Simulation, SPE 164641. Tarca, Laurentiu A., Grandjean, Bernard P.A., and Larachi, Faïcal, (2002) Integrated Genetic Algorithm – Artificial Neural Network Strategy forModeling Important Multiphase-Flow Characteristics, Ind. Eng. Chem. Res. (41) Yakoot, Mostafa S., Shedid, Shedid A., and Arafa, Mahmoud I., (2014) A Simulation Approach forOptimization of Gas Lift Performance and Multi-Well Networking in an Egyptian Oil Field, Offshore Technology Conference, Kuala Lumpur, Malaysia, OTC 24703-MS. Walas, M. Stainley (2005) Chemical Process Equipment – Selection and Design. Burlington: Elsevier. Inc., hal.19-33;611-624. Walker, Morgan, (1928) Intermittent Injection of Gas in Gas-lift Installations, SPE 929151. Yin, Jichao, Xie, Jiang and Datta-Gupta, Akhil, (2011) Improved Characterization and Performance Assessment of Shale Gas Wells by Integrating Stimulated Reservoir Volume and Production Data, SPE 148969. Universitas Indonesia Optimasi produksi..., Licke Ratna Dewi Ali, FT UI,2017. 103 LAMPIRAN A A.1 Bahasa Pemograman Eclipse DIMENS 153 145 128 / AQUDIMS 1 1 1 36 1 250000 1 1 / Geometri dari grid dan properti batuan di letakan di dalam command GRID. GRIDFILE 01/ MINPV 2500 / Command EDIT hanya dilakukan jikalau perlu, karena dapat digunakan di command GRID. Pada PVT dan SCAL (Special Core Analysis) diinput pada bagian section PROPS. ROCK 5801.5 2.9855E-006 / 5801.5 2.9855E-006 / REGION adalah command sebagai bagian dari reservoir properti. EQUALS PVTNUM 2 2* 2* 1 9 / A PVTNUM 2 2* 2* 10 18 / B / Universitas Indonesia Optimasi produksi..., Licke Ratna Dewi Ali, FT UI,2017. 104 EQUALS EQLNUM 2 2* 2* 1 9 / A EQLNUM 2 2* 2* 10 18 / B / EQUALS FIPNUM 1 2* 2* 1 9 / A FIPNUM 2 2* 2* 10 18 / B / SOLUTION command untuk melakukan inisialisasi. RPTRST BASIC=3 FLOWS / RPTSOL RESTART=2 FIP=2 / RESTART HM_NOVFP_MATCH_UPDATEDUPB17 111 / SUMMARY adalah tempat untuk melihat kembali laporan-laporan hasil dari iterasi simulasi yang telah di lakukan pada saat di eksekusi. INCLUDE '../INCLUDED_FILES/SUMMARY/SUMMARY_STANDARD_03.INC' / SCHEDULE command tempat untuk memberikan data produksi. WCONPROD Universitas Indonesia Optimasi produksi..., Licke Ratna Dewi Ali, FT UI,2017. 105 A-01-ST1 SHUT GRUP / --5* 120 / A-01-ST2 SHUT GRUP / --5* 120 / A-06-ST2 SHUT GRUP / --5* 120 / A-06-ST3 SHUT GRUP / --5* 120 / A-08 SHUT GRUP / --5* 120 / A-10-ST3 SHUT GRUP / --5* 120 / A-11-ST1 SHUT GRUP / --5* 120 / A-11ST2 SHUT GRUP / --5* 120 / A-12-ST1 SHUT GRUP / --5* 120 / A-13 SHUT GRUP / --5* 120 / A-14 SHUT GRUP / --5* 120 / B-07-ST4 SHUT GRUP / --5* 120 / A-08X SHUT GRUP / --5* 120 / A-01X OPEN GRUP / --5* 120 / A-02-ST1 OPEN GRUP / --5* 120 / A-03-ST2 OPEN GRUP / --5* 120 / A-04-ST3 OPEN GRUP / --4* 2000 / * A-05 OPEN GRUP / --5* 120 / A-06X OPEN GRUP / --5* 120 / A-07-ST1 A-09 A-12X OPEN GRUP / --5* 120 / OPEN GRUP / --5* 120 / OPEN GRUP / --5* 120 / Universitas Indonesia Optimasi produksi..., Licke Ratna Dewi Ali, FT UI,2017. 106 A-13-ST1 OPEN GRUP / --5* 120 / A-14XST1 OPEN GRUP / --5* 120 / B-01-ST1 OPEN GRUP / --4* 5000 / * B-02-ST1 OPEN GRUP / --5* 120 / B-03 OPEN GRUP / --5* 120 / B-04 OPEN GRUP / --5* 120 / B-05 OPEN GRUP / --5* 120 / B-06 OPEN GRUP / --5* 120 / B-08-ST2 OPEN GRUP / --5* 120 / B-09 OPEN GRUP / --5* 120 / B-10 OPEN GRUP / --5* 120 / B-11 OPEN GRUP / --5* 120 / B-12 OPEN GRUP / --5* 120 / B-13 OPEN GRUP / --5* 120 / B-14ST OPEN GRUP / --5* 120 / B-15-ST1 OPEN GRUP / --5* 120 / B-17-ST2 OPEN GRUP / --2* 2500 / * BWI-ST1 OPEN GRUP / --5* 120 / BWI-ST2 OPEN GRUP / --5* 120 / / Universitas Indonesia Optimasi produksi..., Licke Ratna Dewi Ali, FT UI,2017. 107 LAMPIRAN B B.1 Validasi Pipa pada Aplikasi Fasilitas Surface Gambar B.1 Diagram Pipa Perubahan tekanan per jarak pada fasa single dituangkan dalam persamaan Bernoulli dibawah ini: MN MN MN MN =L P /L P /L P L P MO SFTI*TGUQR MO VRVWQ*TGUQR MO QIIVRVFQ*TGUQR MO *G*QR Dimana akselerasi dalam di hilangkan dalam perhitungan dengan asumsi tekanan dan velocity dari gas sangat rendah, maka persamaan tersebut menjadi: X-Y Z M& " -^ sin _VRVWQ*TGUQR = L P \^M SFTI*TGUQR MO *G*QR Dengan: 3 = berat jenis fluida (lbm/ft4) g = konstanta gravitasi f = moody friction factor v = velocity fluida (ft/s) d = diameter pipa (ft) Universitas Indonesia Optimasi produksi..., Licke Ratna Dewi Ali, FT UI,2017. 108 Table B.1 Parameter yang digunakan untuk permodelan fasilitas surface data pipa 3 inch 20025 ft 1000 ft 20000 ft diameter d panjang L perubahan elevasi Z jarak horisontal X temperatur Tamb 60 degF ambien o sudut inclinasi q 2.866 kekasaran e 0.0015 in kekasaran relatif 8/d 0.0005 in data fluida viscosity air µw 1.2 cp density air 3w 63.7 lbm/ft3 data operasi temperature inlet Tinlet 60 degF tekanan inlet Pin 1200 psia laju alir air Qw 6000 bpd konstanta gravity g 32.2 ft/s2 (=0.25 ft) (=0.05002 radians) (= 8.06 e-4 lb/ft-s) (= 0.39ft3/s) Perhitungan kecepatan air: Y= 4 0` aEb c 7 maka, v = 0.39 / (3.14159 x (0.25)^2/4) = 7.94 ft/sec Perhitungan Reynold’s number: de = NYM f maka, Re = 63.7 x 7.94 x 0.25 / 8.06 x 10-4 = 1.57 x 105 Berdasarkan gambar B.2 aliran dalam persamaan moody adalah turbulent: Universitas Indonesia Optimasi produksi..., Licke Ratna Dewi Ali, FT UI,2017. 109 Gambar B.2 Grafik aliran persamaan moody antar Reynold’s number dengan faktor friksi. Perhitungan faktor friksi menggunakan persamaan Churchill pada laju alir turbulen: q qb g jZ C X = g hL P / p +k / l.jmo de Dengan: k = \mrtu vn w z C 4 7 / {m\u x yV | E j~ } dan l=• €ut€{ j~ • de maka perhitungan menjadi, A = [2.457 ln (1/(7/1.57 x 105)0.9 + 0.27(0.0005))]16 = 8.42 x 1020 B = [37530/1.57 x 105]16 =1.15x10-10 f = 8 [(8/1.57 x 105)12 + 1/(8.42 x 1020 + 1.15x10-10)]1/12 = 0.01938 Perhitungan tekanan friksi: Universitas Indonesia Optimasi produksi..., Licke Ratna Dewi Ali, FT UI,2017. 110 M& X-Y Z L P = MO SFTI*TGUQR \^M SFTI*TGUQR = 0.01938 x 63.7 x 7.942 / (2 x 32.2 x 0.25 x 144) = 0.03357 psi/ft dPfriction = 0.03357 x 20025 = 672.188 psi Perhitungan tekanan elevasi dengan rumus 3 sin ': 4 7 E‚ EJ VRVWQ*TGUQR = 63.7 sin 0.05 /144 = 0.02209 psi/ft dPelevation = 0.02209 x 20025 = 442.361 psi Sehingga total kehilangan tekanan berdasarkan kehilangan tekanan friksi dan kehilangan tekanan elevasi adalah: 4EJ 7 E‚ L *G*QR M& M& M& P =L P /L P MO *G*QR MO SFTI*TGUQR MO VRVWQ*TGUQR ƒ = 03357 + 0.02209 = 0.05566 psi/ft dPtotal = 0.05566 x 20025 = 1114.549 psia Maka tekanan downstream yang keluar adalah: Pout = Pin – dPtotal = 1200 – 1114.549 = 85.451 psia. Perhitungan manual disimulasikan ke dalam PIPESIM sebagai berikut: Gambar B.3 Model Pipeline pada software PIPESIM Lalu masukkan data tekanan inlet dan temperature inlet Universitas Indonesia Optimasi produksi..., Licke Ratna Dewi Ali, FT UI,2017. 111 Gambar B.4 Input parameter untuk nilai temperatur dan tekanan yang digunakan pada PIPESIM Memasukkan data pipa seperti di bawah ini: Gambar B.5 Input parameter untuk permodelan pipa yang digunakan pada PIPESIM Dari data pipa diatas di dapat pemodelan skematik pipa seperti di bawah ini: Universitas Indonesia Optimasi produksi..., Licke Ratna Dewi Ali, FT UI,2017. 112 Gambar B.6 Grafik antara ketinggian dan jarak pada PIPESIM Memasukkan data fluida seperti gambar di bawah ini: Gambar B.7 Parameter Black Oil yang digunakan di PIPESIM Universitas Indonesia Optimasi produksi..., Licke Ratna Dewi Ali, FT UI,2017. 113 Lalu hitung menggunakan Pressure/Temperature Profile dengan memasukkan data laju alir cairan: Gambar B.8 Parameter grafik yang digunakan PIPESIM Maka kalau di klik Run Model, maka hasil yang di dapat adalah: Gambar B.9 Grafik antara jarak dan tekanan yang digunakan PIPESIM Dari table PIPESIM, maka tekanan downstream yang keluar adalah 89.3303 psia: Universitas Indonesia Optimasi produksi..., Licke Ratna Dewi Ali, FT UI,2017. 114 Gambar B.10 Tabel hasil Simulasi yang digunakan PIPESIM Maka perbedaan antara perhitungan PIPESIM dengan perhitungan manual sebesar: (89.3303 psia - 85.451 psia) / 85.451 psia = 0.045398 ~ 5% Karena perbedaan perhitungan pada manual dan perhitungan pada PIPESIM <10% maka dapat dikatakan perhitungan PIPESIM mendekati benar. Universitas Indonesia Optimasi produksi..., Licke Ratna Dewi Ali, FT UI,2017. 115 LAMPIRAN C Sumur gas dengan properti sebagai berikut: k = 100 mD h = 20 ft re = 1500 ft rw = 0.33 ft s=0 µg = 0.02 cp T = 150 °F = 609.67 °R z = 0.9 Pr = 4000 psi Penyelesaian perhitungan untuk mencari produksi gas dengan Pwf = 3700 psi adalah sebagai berikut: Menggunakan rumus pseudo steady state pada persamaan 2.27, maka perhitungan tersebut menjadi: 0„ = Z Z " N`S Š \…†‡ˆN`‰ ‹Z f„ Œ• Žvn 4F• 7 " {mut / ‘ / ?0„ ’ F • dimana, ‹Z = \‹j •“ &“ Œ“ maka: C2 = 2 x (14.7 x (0.30482)/(86400 x 10-10)) x 1 x 14.7 / 519.67 = 8942.382 Qg = 2 x 3.14 x 100 x 20 (40002 - 37002) / (8942.382 x 0.02 x 609.67 x 0.9 x (ln(1500/0.33) – 0.75 + 0)) Qg = 38.53711 mmscf/d Universitas Indonesia Optimasi produksi..., Licke Ratna Dewi Ali, FT UI,2017. 116 Penyelesaian perhitungan menggunakan PIPESIM, setelah di input semua data di atas, lalu klik Plot IPR: Gambar C.1 Parameter untuk Well Completion vertikal Hasil yang di dapat dari PIPESIM adalah sebesar: X = 3700 - 3696.51 = X -35.83 . 3719.24 - 3696.51 32.93-35.83 X = 35.845 MMSCF/d Gambar C.2 Grafik antara IPR X=32.93 dan X=35.83 Universitas Indonesia Optimasi produksi..., Licke Ratna Dewi Ali, FT UI,2017. 117 Perbedaannya dengan perhitungan manual: X = (35.845 - 38.53711)/ 38.53711 = -0.06986 ~ 7% Karena perbedaan perhitungan pada manual dan perhitungan pada PIPESIM <10% maka dapat dikatakan perhitungan PIPESIM mendekati benar. Universitas Indonesia Optimasi produksi..., Licke Ratna Dewi Ali, FT UI,2017. 118 LAMPIRAN D D.1 Iteratively Lagged Coupling Pertimbangkan simulasi reservoir pada waktu t 0. Untuk maju ke waktu t1, persamaan keseimbangan material reservoir diselesaikan pada setiap iterasi nonlinier (Newton). Untuk mengenalkan efek jaringan pada model reservoir (respon hidrolik, injeksi, dan penarikan), jaringan diimbangi dengan reservoir pada awal langkah waktu yang ditentukan. Hal ini dapat diimbangi dengan sejumlah iterasi Newton yang ditentukan untuk langkah waktu tersebut. D.1.1 Tight Coupling Dengan kopling yang ketat, jaringan diimbangi dengan reservoir pada sejumlah iterasi Newton yang ditentukan. Misalnya, reservoir digabungkan ke jaringan dengan menggunakan kopling yang ketat. Pertama, sistem seimbang dengan menggunakan skema penyeimbangan jaringan yang dipilih, dan persamaan keseimbangan material dipecahkan pada iterasi Newton pertama. Kemudian, jaringan dan waduk diseimbangkan ulang dan prosesnya diulang ke batas yang ditentukan pengguna. Gambar 1 mengilustrasikan skema kopling yang ketat yang mengasumsikan penyeimbangan jaringan dilakukan pada langkah waktu gabungan yang ditentukan. Jumlah iterasi Newton dimana penyeimbangan jaringan terjadi adalah 2. ECLIPSE berlanjut dengan perhitungan untuk keseimbangan langkah waktu, dengan kendala yang dicapai di bawah keseimbangan pada iterasi Newton 2 sampai langkah waktu ditambah berikutnya. Universitas Indonesia Optimasi produksi..., Licke Ratna Dewi Ali, FT UI,2017. 119 Gambar D.1 ECLIPSE Newton iterations: In a tight coupling Scheme, the number of Newton iterations at which network balancing takes place is 2 Kopling ketat menawarkan dua keuntungan utama. Coupling pada tingkat Newton menghasilkan reservoir dan jaringan diimbangi pada akhir langkah waktu. Efek jaringan dimodelkan di reservoir selama proses kopling. Pemodelan ini penting jika efek interaksi baik di reservoir sangat signifikan. Kerugian utama kopling ketat adalah melibatkan sejumlah besar iterasi penyeimbangan jaringan. Jika reservoir dan jaringan diimbangi pada tiga iterasi Newton dan setiap proses penyeimbangan membutuhkan lima iterasi, jaringan tersebut disebut total 15 kali. Jika jaringannya besar, proses ini bisa memakan waktu lama dan secara langsung terpengaruh oleh sumber daya komputasi yang ada. D.1.2 Loose Coupling Metode kopling ini melibatkan penyeimbangan jaringan reservoir tunggal pada awal langkah waktu. Setelah Anda mencapai solusi yang seimbang, reservoir melengkapi langkah waktu tanpa interaksi lebih jauh dengan jaringan. Contoh skema kopling yang ketat pada Gambar 2 mengasumsikan bahwa penyeimbangan jaringan dilakukan pada langkah waktu gabungan yang ditentukan. Universitas Indonesia Optimasi produksi..., Licke Ratna Dewi Ali, FT UI,2017. 120 Gambar D.2 Eclipse Newton Iterations: Loose coupling scheme D.2 Coupling Constraint Selama proses penyeimbangan jaringan, kondisi batas pertukaran waduk dan jaringan untuk mencapai solusi terkonvergensi. Bila Anda mencapai konvergensi, waduk diinstruksikan untuk melanjutkan ke langkah waktu berikutnya. Pada titik ini, IAM menerapkan batasan pada sumur reservoir yang mencerminkan kondisi sistem yang terkonvergensi. Kendala dapat mencakup nilai-nilai ini: Tekanan di bawah lubang Tekanan tophole Tingkat minyak Tarif air Tingkat gas Tingkat cairan Tingkat volume reservoir Nilai pembatas dapat diberikan untuk jumlah yang tersisa. Kecepatan alir pembatas diperlakukan sebagai batas atas, sedangkan batas tekanan diperlakukan sebagai batas bawah pada sumur produksi, dan batas atas injector. Sumur secara otomatis mengubah mode kontrolnya kapan pun mode kontrol yang ada melanggar salah satu dari batasan ini. Jumlah target dalam mode kontrol lama kemudian menjadi batas dalam mode kontrol baru. Pilihan untuk target pengendalian dapat menjadi penting, terutama dalam skema kopling eksplisit atau longgar bila kondisi reservoir dapat berubah secara signifikan antara perhitungan saldo yang berurutan. Universitas Indonesia Optimasi produksi..., Licke Ratna Dewi Ali, FT UI,2017. 121 Sebagai ilustrasi, pertimbangkan sumur produksi yang beroperasi dengan batas alir minyak atas 4000 STBD, dengan batas bawah 3000 psia pada tekanan lubang bawah (BHP). Pada akhir langkah waktu ditambah pertama (t0), larutan untuk tingkat minyak adalah 4000 BPD dan BHP adalah 3100 psia (Gambar 3). Dengan contoh yang dijelaskan di atas, di mana ECLIPSE mengambil dua langkah waktu tambahan (t1, t2) sebelum sekali lagi menyeimbangkan dengan jaringan, solusi sumur tergantung pada mode kontrol terkontrol yang dipilih. Jika mode kontrol diatur ke target tingkat minyak, selama langkah waktu berikutnya (t1a), ECLIPSE mengurangi BHP masing-masing sumur dalam upaya mencapai target ini selama batas BHP tidak dilanggar. Laju larutan kemudian digunakan untuk menentukan jumlah cairan yang ditarik dari reservoir, dan selanjutnya menghitung tekanan reservoir. Pada langkah waktu berikut (t2a), tekanan reservoir menurun dan laju alir target tidak dapat dipenuhi tanpa melanggar batas BHP untuk sumur. Pada titik ini, mode kontrol sumur (target) beralih dari batas laju minyak ke batas BHP, dan sumur menghasilkan tingkat minyak sesuai dengan potensinya. Jika mode kontrol diatur ke target BHP, selama langkah waktu berikutnya (t1b), ECLIPSE mempertahankan BHP dan mengurangi setiap laju alir sumur. Karena volume cairan yang kurang dikeluarkan dari reservoir relatif terhadap target laju minyak, penurunan tekanan reservoir berkurang. Pada langkah waktu berikutnya (t2b), tekanan reservoir menurun lebih lanjut dan laju alir berkurang, sambil tetap mempertahankan target BHP. Universitas Indonesia Optimasi produksi..., Licke Ratna Dewi Ali, FT UI,2017. 122 Gambar D.3 Coupling Constraint Di reservoir dengan tekanan menurun, penetapan BHP memberikan hasil yang pesimis untuk sumur produksi. Memang, jika penurunan tekanan berikutnya sebelum perhitungan keseimbangan berikutnya signifikan dibandingkan dengan penarikan tekanan antara blok grid reservoir dan penyelesaian sumur, kesalahan yang dihasilkan pada laju alirnya sangat besar. Di sisi lain, mengatur laju alir karena target kontrol tidak memberikan kesalahan bencana seperti pada sumur penarikan rendah, dan sebaliknya memberikan hasil yang agak optimis. Menetapkan THP sebagai target kontrol adalah kompromi terbaik, jika simulator reservoir dapat memecahkan sumur secara implisit di bawah mode kontrol ini (biasanya dengan menyisipkan tabel VFP). Kesalahannya lebih kecil karena respon sumur bor termasuk dalam larutan reservoir. Target kontrol default untuk coupling pada tubing head adalah batas THP. Target kontrol standar untuk kopling pada lubang bawah adalah flow rate volume reservoir (VRATLIM), yang merupakan volume reservoir yang dihasilkan atau disuntikkan cairan pada kondisi reservoir. Universitas Indonesia Optimasi produksi..., Licke Ratna Dewi Ali, FT UI,2017. 123 Ada tiga hal penting yang harus dipertimbangkan: Tekanan tophole bukanlah batasan yang valid dalam kasus penggabungan lubang bawah. Memegang tekanan konstan dalam waktu lama dapat mengakibatkan penurunan tingkat dan perkiraan produksi pesimis. Memegang konstanta laju dalam waktu lama menyebabkan penurunan tekanan, yang dapat menghasilkan perkiraan produksi optimis atau menutup sumur. Universitas Indonesia Optimasi produksi..., Licke Ratna Dewi Ali, FT UI,2017. 124 LAMPIRAN E E.1 Korelasi Matching Laju Alir Salah satu teknik untuk mematching kan model sumur dengan data yang ada di lapangan adalah dengan menggunakan teknik korelasi laju alir. Dimana data lapangan yang dipakai untuk melakukan korelasi matching laju alir adalah data well test, dengan meng impordata tekanan BHP (bottome hole pressure) pada downhole gauge yang terdalam di dalam PIPESIM sebagai data yang di observasi. Di bawah ini dijelaskan bagaimana urutan penyelesaian data tekanan bottome hole di dalam PIPESIM: 1. Pertama-tama pergi ke Data -> klik Load/Add Measured Data. 2. Muncul Survey Data input, lalu klik New lalu input nama sumur dan tanggal dilakukannya survey. Input MD (measured depth - kedalaman terukur) dan tekanan yang mempresentasikan data tekanan pada gauge downhole yang terdalam. Gambar E.1 Menambahkan Tekanan Bottom Hole sebagai data observasi di dalam PIPESIM 3. Klik Save Changes. Data survey muncul seperti gambar E.2 di bawah ini lalu klik OK. Universitas Indonesia Optimasi produksi..., Licke Ratna Dewi Ali, FT UI,2017. 125 Gambar E.2 Menyimpan Data Tekanan Bottom Hole sebagai data observasi di dalam PIPESIM Database Setelah itu perbandingan korelasi laju alir di dalam PIPESIM dilakukan untuk mendapatkan korelasi yang paling tepat untuk setiap pemodelan sumur. Perbandingan operasi korelasi laju alir digunakan untuk mematchingkan data tes terhadap setiap perhitungan korelasi laju alir di dalam sistem sehingga dapat diketahui korelasi mana yang paling tepat digunakan untuk setiap model. 1. Pergi ke Operations -> Flow Correlation Comparison. Etalase Flow Correlation Comparison terbuka. Input Outlet Pressure (data tekanan outlet yang digunakan adalah data tekanan well head karena belum diaktivasi choke di dalam setiap pemodelan sumur). 2. Pilih laju alir cairan (Liquid Rate) dan klik parameter tersebut agar parameter tersebut dapat dikalkulasi oleh PIPESIM. 3. Pilih tipe korelasi untuk melihat tipe korelasi Horisontal dan korelasi Vertikal. 4. Pilih korelasi laju alir untuk dapat diuji dan di analisis. Untuk dapat memilih tipe korelasi mana yang paling tepat untuk pemodelan sumur tersebut biasanya dicari data yang paling mendekati dengan data dari data well test yang digunakan untuk observasi. 5. Lalu klik Run Model. Universitas Indonesia Optimasi produksi..., Licke Ratna Dewi Ali, FT UI,2017. 126 Gambar E.3 Konfigurasi Komparasi Korelasi Laju Alir Gambar E.4 Tuning Komparasi Korelasi Laju Alir 6. Setelah di dapat korelasi laju alir yang sesuai dengan perhitungan dari PIPESIM (Gambar E.3) dengan data welltest yang di observasi, maka sudah harus dirubah korelasi laju alir di dalam model tersebut dengan pergi ke SetupàFlow Correlations. Rubah korelasi laju alir tersebut dengan mencari korelasi laju alir yang terdekat dengan data observasi Universitas Indonesia Optimasi produksi..., Licke Ratna Dewi Ali, FT UI,2017. 127 tersebut baik Vertikal maupun Horizontal sesuai dengan gambar E.4, lalu klik OK. Gambar E.5 Konfigurasi Korelasi Laju Alir setelah melakukan Tuning Komparasi Korelasi Laju Alir E.2 Tuning Hold Up Factor Ada 2 faktor yang dapat di adjust untuk melakukan prediksi korelasi laju alir, yaitu faktor friksi (FF) dan faktor holdup (HF). Pada setingan awal untuk kedua faktor tersebut adalah 1. Persamaan linear digunakan untuk perubahan tekanan friksi, sebagai contoh bila seting faktor friksi adalah 0.5, maka rata-rata elemen perubahan tekanan disepanjang elemen tersebut dikalkukasi oleh pemodelan tersebut berkurang setengahnya. Persamaan non linear digunakan untuk mengkalkukasi holdup laju alir cairan (”J ) dari harga/nilai yang diprediksi oleh korelasi ”JA : Z ”J = ƒ X• – ”JA / +C " ƒ X• . – ƒ ”JA Universitas Indonesia Optimasi produksi..., Licke Ratna Dewi Ali, FT UI,2017. 128 Hal ini dipastikan holdup cairan sensitif terhadap { — ”J — C , dimana { — X• — \. Kedua faktor tersebut dipakai untuk mendapatkan nilai match yang bagus dengan data yang ada dilapangan, yang tidak dapat dilakukan oleh metode lainnya. Dengan mengubah kedua faktor tersebut mempengaruhi hasil dan harus dilakukan dengan perhitungan yang matang. 1. Pergi ke Setup -> Flow Correlations. 2. Rubah nilai dari Faktor Friksi (FF) dan Faktor Holdup (HF) menggunakan cara teknik trial dan error. 3. Cek bilamana faktor yang di input mempresentasikan model dari sumur yang ada di lapangan atau tidak, atau bila tidak boleh di lakukan operasi Pressure/Temperature. Gambar E.6 Tuning Faktor Holdup dan Faktor Friksi di dalam Konfigurasi Korelasi Laju Alir Universitas Indonesia Optimasi produksi..., Licke Ratna Dewi Ali, FT UI,2017. 129 LAMPIRAN F F.1 Network Balancing Analisis nodal digunakan untuk mengevaluasi kinerja produksi atau injeksi sumur. Sistem hasil produksi dibagi menjadi dua bagian: arus masuk dan arus keluar (Gambar 4.10). Sistem jaringan dibuat dan diproduksikan supaya mencapai kondisi optimal (pada kondisi tertentu) bila masing-masing sumur di sistem menghasilkan titik nodal (titik operasi). Menggabungkan reservoir ke jaringan dimungkinkan untuk mengendalikan dan menerapkan pengoperasian aset secara optimal selama seluruh waktu prediksi. Gambar F.1 Potensi Reservoir Diuji terhadap Kapasitas Penerimaan Tubing atau Pipa Bila memasukkan reservoir ke jaringan, informasi arus masuk (kondisi batas jaringan) berasal langsung dari reservoir untuk masing-masing sumur dan kurva arus keluar yang dihitung dalam model jaringan. Dengan kata lain, network balancing adalah proses yang menemukan titik operasi optimal untuk setiap sumur selama waktu operasi aset. Titik operasi didekati dalam toleransi yang diberikan dan batasan yang ditentukan, dan proses penyeimbangan jaringan dilakukan pada langkah waktu simulasi yang ditentukan. Operasi reservoir-ke-permukaan (R2SL – Reservoir to Surface Link) mengendalikan proses penyeimbangan proses jaringan. Operasi tersebut melakukan banyak tugas yaitu: Universitas Indonesia Optimasi produksi..., Licke Ratna Dewi Ali, FT UI,2017. 130 Menerima kondisi batas dari reservoir dan mengirimkan informasi ke dalam jaringan. Memulai jaringan untuk melakukan proses dan menerima hasil jaringan. Membandingkan tekanan dan laju alir dari reservoir dan jaringan. Jika terjadi perbedaan di dalam tekanan atau laju alir tidak masuk dalam toleransi tertentu, R2SL (Reservoir to Surface Link) harus membuat penyesuaian terhadap sistem dengan mengendalikan dan mengulangi prosesnya, dimulai dari menerima kondisi batas dari reservoir. Ketika penyeimbang mencapai titik operasi, simulasi berlanjut dengan perhitungan lebih lanjut sampai langkah mencapai hasil setimbang berikutnya. IAM menggunakan skema penyeimbangan jaringan yang berbeda untuk mendekati titik operasi (Tabel F.1). IAM menentukan kondisi mana yang harus dilalui, berdasarkan skema penyeimbangan jaringan yang dipilih dan jenis tipe model jaringan. Memberikan ringkasan masing-masing skema. Tabel F.1 Skema Kesetimbangan Jaringan Tipe kondisi limit yang di lewatkan ke jaringan Batas/limit yang diberikan pada reservoir Menyokong limit laju alir jaringan secara eksternal Menyokong limit laju alir jaringan secara internal Berlaku untuk sistem injeksi Kecepatan dalam perhitungan Full IPR (Inflow Performance Relationship) Full PI (Productivity Index) Obey ECLIPSE Chord-Slope PI multi-point tabel IPR linear PI Laju Alir Laju Alir atau PI Laju Alir Laju Alir Laju Alir Tekanan Ya Ya Tidak Ya Ya Tidak Ya Ya Tidak Ya Ya Ya Cepat Cepat Cepat Lambat Universitas Indonesia Optimasi produksi..., Licke Ratna Dewi Ali, FT UI,2017. 131 Tabel F.1 Skema Kesetimbangan Jaringan (Lanjutan dari hal. 131) Full IPR (Inflow Performance Relationship) Full PI (Productivity Index) Obey ECLIPSE Chord-Slope PI Tinggi Rendah Medium Tinggi Tinggi Tinggi Medium Keterangan Tipe full IPR merupakan perpanjangan dari metode FPI (Fast PI). IPR yang disertakan ke dalam jaringan menangkap perilaku non-linear dalam kurva arus masuk (misal: perhitungan untuk crossflow, dll.) Cepat & handal, namun metode ini tidak kompatibel dengan kontrol sumur dan kelompok yang kompleks Tinggi Dapat diandalkan untuk mempertah ankan kontrol secara grup di ECLIPSE. Namun, laju alir bisa dianggap remeh. Cocok untuk digunakan dalam jaringan skala besar Dalam beberapa kasus Dalam beberapa kasus Ketepatan dalam perhitungan Kehandalan Ya Metode yang paling akurat dan umum. Sumur bisa ditutup jika nilai hasil laju alir dilewatkan ke jaringan Tidak Dalam skema penyeimbangan jaringan dalam studi yang digunakan adalah OBEY ECLIPSE. Tujuan dari metode Obey ECLIPSE Limits balancing adalah membiarkan reservoir digabungkan ke jaringan dengan intervensi minimal sebagai akibat dari kendala jaringan. Ini memastikan bahwa kontrol reservoir pada pengelolaan sumur dipatuhi, sementara jaringan yang digabungkan mungkin hanya ditentukan tekanan pada titik ekspor. F.1.1 Iteratively Lagged Coupling Pertimbangan simulasi reservoir pada waktu t 0, untuk maju ke waktu t1, persamaan keseimbangan material reservoir diselesaikan pada setiap iterasi nonlinier (Newton). Untuk mengenalkan efek jaringan pada model reservoir (respon hidrolik, injeksi, dan penarikan), jaringan diimbangi dengan reservoir pada awal langkah waktu yang ditentukan. Universitas Indonesia Optimasi produksi..., Licke Ratna Dewi Ali, FT UI,2017. 132 Hal ini dapat diimbangi dengan sejumlah iterasi Newton yang ditentukan untuk langkah waktu tersebut. Dalam skema kopling yang ketat, jumlah iterasi Newton di mana penyeimbangan jaringan terjadi adalah 2 dan untuk skema penggandengan longgar jumlah iterasi Newton dimana penyeimbangan jaringan terjadi adalah 0. Kelemahan utama kopling ketat adalah melibatkan sejumlah besar iterasi penyeimbang jaringan, yang mengakibatkan lebih banyak waktu dalam menyeimbangkan jaringan, yang dalam proyek ini memakan waktu 14 jam hingga selesai 10 tahun simulasi. Dengan mengganti skema coupling menjadi loose coupling dapat mengurangi waktu simulasi menjadi 5 jam. Gambar F.2 Set Iterasi Newton menjadi 0 untuk Skema Loose Coupling F.1.2 Lokasi Coupling Salah satu pertimbangan paling mendasar saat memilih lokasi penggabungan adalah bagaimana model dasarnya dibuat, karena sumur bordimodelkan dalam model jaringan, lebih tepat untuk pasangan di lubang bawah. Bila digabungkan reservoir ke jaringan di lubang bawah, sumur bormenjadi bagian dari model jaringan. Saat menggandeng reservoir dan jaringan, harus diputuskan untuk coupling di lokasi tophole atau bottomhole, dan memilih batasan coupling yang sesuai. Cara memasukkan reservoir ke jaringan dapat mempengaruhi kecepatan dan ketepatan simulasi. Sehingga harus mempertimbangkan pro dan Universitas Indonesia Optimasi produksi..., Licke Ratna Dewi Ali, FT UI,2017. 133 kontra untuk mendapatkan hasil lebih cepat dalam melakukan simulasi yang lebih menyeluruh. Salah satu pertimbangan paling mendasar saat memilih lokasi penggabungan adalah bagaimana dasar model dibuat. Jika sumur bordimodelkan dalam model jaringan, coupling di lubang bawah. Jika sumur bordimodelkan dalam tabel kinerja arus vertikal ECLIPSE (VFP), coupling terletak di tophole. Setiap jenis kopling menghasilkan model pemodelan untuk dapat lebih akurat karena mempertimbangkan korelasi aliran multiphase/throughput tekanan dan memberikan kepastian pada aliran (model komposisi / variasi suhu). Ada 3 macam lokasi coupling yaitu: Coupling lubang bawah sumur Saat memasukkan reservoir ke jaringan pada coupling lubang bawah sumur, lubang sumur menjadi bagian dari model jaringan (Gambar F.3). Coupling jenis ini menghasilkan solusi yang lebih akurat dalam kasus yang kompleks, namun dalam melakukan proses ini diperlukan waktu lebih lama saat model reservoir menggandeng banyak sumur. Komplesi sumur dimodelkan dalam model reservoir dari permukaan pasir ke lubang bawah sumur, dan tubing sumur dimodelkan di dalam jaringan. Coupling ini berarti bahwa setiap arus produksi masuk yang dimodelkan dalam jaringan sumur dapat diabaikan. Gambar F.3 Contoh Coupling Lubang Bawah Coupling lubang sumur memiliki dua keunggulan: Universitas Indonesia Optimasi produksi..., Licke Ratna Dewi Ali, FT UI,2017. 134 - Lebih akurat untuk pemodelan sumur (korelasi aliran multiphase / traverse tekanan). - Ini memberikan kepastian aliran (model komposisi / variasi suhu). Coupling lubang sumur juga memiliki dua kelemahan: - Daerah yang tidak stabil pada kurva sumur dapat menyebabkan masalah konvergensi. - Banyak waktu diperlukan untuk menyelesaikan cabang ekstra untuk setiap sumur, dan memerlukan lebih banyak sumber daya komputasi. Coupling kepala sumur Bila memasukkan reservoir ke jaringan denga coupling di kepala sumur, sumur bordimodelkan menggunakan tabel kinerja aliran vertikal (VFPVertical Flow Performance) dari model reservoir (Gambar 4.16). Proses ini berjalan lebih cepat bila model reservoir mengandung banyak sumur, namun hasilnya bisa kurang akurat dalam kasus yang kompleks. Untuk kasus yang kompleks, penyelesaian sumur dan tubing dimodelkan di reservoir, yang juga harus dipertimbangkan oleh titik batas sumur dalam jaringan. Gambar F.4 Contoh Coupling di Kepala Sumur Coupling kepala sumur memiliki tiga keunggulan: - Ada lebih sedikit cabang dalam model jaringan. Universitas Indonesia Optimasi produksi..., Licke Ratna Dewi Ali, FT UI,2017. 135 - Pencarian sumur di reservoir lebih cepat dan membutuhkan sumber daya komputasi yang lebih sedikit. - Daerah yang tidak stabil pada kurva sumur diratakan dalam kurva reservoir VLP. Coupling kepala sumur memiliki dua kelemahan: - Ada hilangnya resolusi dalam perhitungan sumur bor. - Kepala sumur saat ini tidak kompatibel dengan beberapa skema penyeimbang jaringan (network balancing). Coupling penggabungan Dalam penggabungan sumur reservoir yang memiliki manifold produksi dapat digabungkan ke sumber dalam jaringan. IAM menetapkan batasan tekanan kepala sumur yang umum pada sumur dan memaksakan respons hidrolik dari jaringan. Keuntungan dari coupling penggabungan adalah dimungkinkan untuk mengurangi ukuran jaringan besar secara signifikan. Misalnya, jika sepuluh sumur bergabung ke satu manifold produksi, ada kemungkinan (menggunakan coupling penggabungan), untuk menghilangkan sumur tersebut dari solusi jaringan. Kelemahan dari coupling kelompok adalah kehilangan resolusi dalam simulasi jaringan. IAM memungkinkan untuk campuran keduanya dalam model aset terpadu serta kopling pada tingkat kelompok baik untuk waktu solusi yang lebih cepat sekalipun. Gambar F.5 Contoh Lokasi Coupling Penggabungan Universitas Indonesia Optimasi produksi..., Licke Ratna Dewi Ali, FT UI,2017. 136 F.2 Integrasi PIPESIM-UNISIM Koneksi antara PIPESIM ke model UNISIM dilakukan melalui koneksi standar. Koneksi standar tersebut mengkoneksikan variable dari satu model ke model yang lainnya. Konektorstandar tersebut membuat pemetaan antara variable di model yang berbeda atau antar model atau obyek lain, seperti data keluaran berdasarkan waktu atau persamaan variable. Ketika KonektorStandar digunakan untuk menghubungkan dua model, sumber model melewatkan harga variabel secara langsung ke dalam model yang terhubung. Untuk menentukan nilai variabel yang diberikan ke model yang terhubung, variabel tersebut harus dipetakan pada kedua model tersebut. Cara yang dilakukan dengan mudah adalah dengan mengekspordata PIPESIM ke model di dalam Excel. Dengan klik Model browser (sebelah kiri halaman Navigation Manager), pergi ke bagian model PIPESIM dan pilih Sink (Gambar F.6). Gambar F.6 MP_SEP Sink di dalam PIPESIM Model 1. Bila dibuka Sink dengan menekan tombol “+” dan pilih data yang dibutuhkan untuk Sink MP_Sep (model PIPESIM) yang harus di transfer ke dalam Excel (Gambar F.7) Universitas Indonesia Optimasi produksi..., Licke Ratna Dewi Ali, FT UI,2017. 137 Gambar F.8 Variabel PIPESIM yang di Imporke dalam model Excel 2. Pada bagian sebelah kiri klik untuk data yang dibutuhkan untuk menampilkan data yang ditransfer ke dalam halaman Excel (Gambar F.9). Gambar F.9 Variabel PIPESIM yang di Imporke dalam Model Excel 3. Ketika semua data yang dibutuhkan sudah di transfer ke dalam Excel, klik Import All (Gambar F.10). Gambar F.10 MengimporVariabel yang terpilih ke dalam Model Excel 4. Ketika data sudah di transfer ke dalam Model Excel, maka data tersebut ditampilkan seperti pada gambar F.11 halaman Excel. Universitas Indonesia Optimasi produksi..., Licke Ratna Dewi Ali, FT UI,2017. 138 Gambar F.11 Transfer Hasil Data PIPESIM ke dalam Model Excel 5. Duplikat semua parameter ke dalam kolom yang berbeda untuk dalam di transfer datanya ke dalam IAM, sebagai input ke dalam UNISIM (Gambar F.12). Gambar F.12 Duplikasi Tiap Variabel ke Kolom yang Berbeda di dalam Model Excel 6. Export setiap kolom di dalam IAM dengan klik kanan pada kolom tersebut dan klik eksporke dalam IAM (Export Cell to IAM) (Gambar F.13). Gambar F.13 MengeksporDuplikasi Data ke dalam IAM di dalam Model Excel Universitas Indonesia Optimasi produksi..., Licke Ratna Dewi Ali, FT UI,2017. 139 7. Properti Model Excel muncul dengan sendirinya lalu namakan setiap variabel sesuai dengan data yang ada, dan juga berikan unitnya di setiap variabel (Gambar F.13). Hasil dari eksportersebut dapat dilihat pada Gambar F.14. Gambar F.14 Pemberian Nama dan Unit pada Setiap Variabel Universitas Indonesia Optimasi produksi..., Licke Ratna Dewi Ali, FT UI,2017. 140 Gambar F.15 Variabel Setelah di Seting dengan Unit F.2.1 Koneksi Excel dan Model UniSim Tahapan selanjutnya adalah mentransfer data tersebut dari Excel ke dalam UniSim di dalam IAM. Hal ini dalam dilakukan dengan mengkoneksikan Excel ke UniSim menggunakan koneksi standar. Cara sederhana yang dapat dilakukan adalah dengan pergi ke Main Flow Diagram, klik Excel dan mengkoneksikan ke UniSim. Lalu halaman koneksi standar muncul. Gambar F.16 Koneksi Excel ke dalam Model UniSim Klik koneksi standar, dan konfigurasi koneksi antara laju alir gas ke dalam UniSim Gas Stream. Universitas Indonesia Optimasi produksi..., Licke Ratna Dewi Ali, FT UI,2017. 141 Gambar F.17 Standard ConnectorTab Pergi ke bagian kiri, lalu klik laju alir gas (Gas Rate) dari Excel dan pergi ke bagian kanan, dan pilih Gas Stream dari UniSim dan pilih Molar Flow. Klik Map. Gambar F.18 Pemetaan Variabel Excel ke dalam Variabel UniSim Lakukan hal yang sama untuk memetakan variabel laju alir minyak (Oil Rate), laju alir air (Water Rate), tekanan (Pressure) dan temperatur (Temperature) dari Excel ke UniSim. F.2.2 Setup Data Recorder Sebelum melakukan simulasi, di konfigurasi terlebih dahulu Data Recorder untuk merekam data time-dependent (berdasarkan waktu). Data yang direkam bisa berasal dari model data yang berdasarkan waktu maupun model data yang tidak berdasarkan waktu. Klik icon Data Recorder di dalam bagian Home. Secara default, sub bagian Setup muncul, berisi konfigurasi untuk panel Datasets, Graphs, dan Tables dan menampilkan Worksheet. Universitas Indonesia Optimasi produksi..., Licke Ratna Dewi Ali, FT UI,2017. 142 Gambar F.19 Icon Data Recorder di dalam IAM Simpan parameter yang dibutuhkan ke dalam database dengan menarik semua parameter UniSim ke dalam Active Dataset pada bagian kanan. Sebagai contoh tarik semua parameter di dalam Energy Feed Stream ke dalam Active Dataset. Gambar F.20 MengimporVariabel UniSim ke dalam Active Dataset di dalam IAM Lakukan hal yang sama untuk parameter lainnya yang ada di bawah seperti Energy Product Stream, Material Feed Stream, dan Material Product Stream. Hasilkan grafik yang diperlukan, sebagai contoh grafik MP Separator Universitas Indonesia Optimasi produksi..., Licke Ratna Dewi Ali, FT UI,2017. 143 - Buat halaman grafik yang baru (Create a new graph worksheet): klik kanan pada Graphs node di dalam panel Graphs dan pilih Add Worksheet. - Untuk membuat grafik pada halaman yang sudah ada bias dilakukan dengan cara: klik kanan pada Worksheet node di dalam panel Graphs dan pilih Add Graph. Ketika dibuat grafik baru, keluar kotak kosong di dalam halaman tersebut dengan berita “No Data Available”, muncul variabel agar ditambahkan variabel baru untuk melakukan simulasi. - Masukan variabel ke dalam grafik dengan cara pergi ke Active Dataset dan cari variabel yang ada dengan klik kanan seperti pada gambar F.21. Gambar F.21 Mencari Variabel untuk di tampilkan dalam Grafik IAM Variabel yang ada ditampilkan seperti Gambar F.22 secara otomatis setelah di klik Find Variables. Gambar F.22 Pemilihan Variabel untuk Datase yang Dipilih Universitas Indonesia Optimasi produksi..., Licke Ratna Dewi Ali, FT UI,2017. 144 Tarik dan drop parameter ke dalam grafik. Gambar F.23 Konfigurasi Variabel di dalam Bagian Grafik - Pembuatan Tabel baru dengan klik kanan pada Tables node di dalam panel Tables dan pilih Add Table. Universitas Indonesia Optimasi produksi..., Licke Ratna Dewi Ali, FT UI,2017. 145 LAMPIRAN G G.1 Hasil Coupling Hasil Coupling ECLIPSE dengan PIPESIM per sumur dapat dijelaskan sebagai berikut di bawah ini: Sumur A-02 Gambar G.1 Hasil coupling base case 22 barg sumur A-02 Gambar G.2 Hasil coupling case 1 – 16 barg sumur A-02 Universitas Indonesia Optimasi produksi..., Licke Ratna Dewi Ali, FT UI,2017. 146 Gambar G.3 Hasil coupling case 2 – 11 barg sumur A-02 Tabel G.1 Hasil coupling Sumur A-02 July 2016 Data IAM result Welltest Data Diff (%) Oil Rate (bbl) 245.79 Oil Rate 415 -41% Gas Rate (MMscfd) 1.129 Gas Rate 0.65 74% Water Rate (bbl) 1995 Water Rate 1250 60% BHP ECL (psig) 1218.3192 BHP 980 24% BHP PIP (psig) 1029.7698 Hasil simulasi ternyata kurang sesuai dengan yang terbaik BHP ECLIPSE lebih tinggi dari pada PIPESIM BHP, berdasarkan jenis skema Obey Eclipse, sistem dalam batasan ECLIPSE, laju alir diteruskan ke dalam model jaringan. Perubahan tekanan pada separator di MP tidak mempengaruhi simulasi Universitas Indonesia Optimasi produksi..., Licke Ratna Dewi Ali, FT UI,2017. 147 Sumur A-04 Gambar G.4 Hasil coupling base case 22 barg sumur A-04 Gambar G.5 Hasil coupling case 1 – 16 barg sumur A-04 Universitas Indonesia Optimasi produksi..., Licke Ratna Dewi Ali, FT UI,2017. 148 Gambar G.6 Hasil coupling case 2 – 11 barg sumur A-04 Tabel G.2 Hasil coupling sumur A-04 July 2016 Data IAM result Oil Rate (bbl) 90.78 Welltest Data Oil Rate 128 Diff (%) -29% Gas Rate (MMscfd) 0.073 Gas Rate 0.02 248% Water Rate (bbl) 1618 Water Rate 1700 -5% BHP ECL (psig) 1638.9294 BHP 1620 1% BHP PIP (psig) 1218.3192 Hasil simulasi cocok dengan welltest Bottom Hole Pressure (tekanan bawah sumur-BHP) ECLIPSE lebih tinggi dari pada PIPESIM BHP, berdasarkan jenis skema Obey Eclipse, sistem dalam batasan ECLIPSE, laju alir diteruskan ke model jaringan. Perubahan tekanan pada separator MP tidak mempengaruhi simulasi Universitas Indonesia Optimasi produksi..., Licke Ratna Dewi Ali, FT UI,2017. 149 Sumur A-05 Gambar G.7 Hasil coupling base case 22 barg sumur A-05 Gambar G.8 Hasil coupling case 1 – 16 barg sumur A-05 Universitas Indonesia Optimasi produksi..., Licke Ratna Dewi Ali, FT UI,2017. 150 Gambar G.9 Hasil coupling case 2 – 11 barg sumur A-05 Tabel G.3 Hasil coupling Sumur A-05 July 2016 Data IAM result Welltest Data Diff (%) Oil Rate (bbl) 3.55 Oil Rate 11 -68% Gas Rate (MMscfd) 7.951 7.6 5% Water Rate (bbl) 39 45 -13% BHP ECL (psig) 1232.823 Gas Rate Water Rate BHP 730 69% BHP PIP (psig) 783.2052 Hasil simulasi memiliki hasil yang cukup sesuai baik, cocok dengan data tes sumur BHP ECLIPSE lebih tinggi dari pada PIPESIM BHP, berdasarkan jenis skema Obey Eclipse, sistem dalam batasan ECLIPSE, laju alir diteruskan ke model jaringan. Sumur di matikan (shut-in) sebelum tekanan MP berubah pada bulan September 2017 Universitas Indonesia Optimasi produksi..., Licke Ratna Dewi Ali, FT UI,2017. 151 Sumur A-06 Gambar G.10 Hasil coupling base case 22 barg sumur A-06 Gambar G.11 Hasil coupling case 1 – 16 barg sumur A-06 Universitas Indonesia Optimasi produksi..., Licke Ratna Dewi Ali, FT UI,2017. 152 Gambar G.12 Hasil coupling case 2 – 11 barg sumur A-06 Tabel G.4 Hasil coupling Sumur A-06 July 2016 Data IAM result Oil Rate (bbl) 67.76 Welltest Data Oil Rate 14 Diff (%) 384% Gas Rate (MMscfd) 3.991 Gas Rate 3.7 8% Water Rate (bbl) 348 Water Rate 92 278% BHP ECL (psig) 580.152 BHP 540 7% BHP PIP (psig) 580.152 Hasil simulasi cocok dengan data tes sumur ECLIPSE BHP sama dengan PIPESIM BHP, berdasarkan tipe skema Eclipse Obey, sistem dalam batasan jaringan, IAM melakukan intervensi, produksi dipotong kembali. Perubahan tekanan pada separator MP mempengaruhi simulasi Universitas Indonesia Optimasi produksi..., Licke Ratna Dewi Ali, FT UI,2017. 153 Sumur A-07 Gambar G.13 Hasil coupling Base case 22 barg sumur A-07 Gambar G.14 Hasil coupling case 1 – 16 barg sumur A-07 Universitas Indonesia Optimasi produksi..., Licke Ratna Dewi Ali, FT UI,2017. 154 Gambar G.15 Hasil coupling case 2 – 11 barg sumur A-07 Tabel G.5 Hasil coupling Sumur A-07 July 2016 Data IAM result Oil Rate (bbl) 102.28 Welltest Data Oil Rate 74 Diff (%) 38% Gas Rate (MMscfd) 6.852 Gas Rate 6.2 11% Water Rate (bbl) 14 Water Rate 1470 -99% BHP ECL (psig) 812.2128 BHP 760 7% BHP PIP (psig) 580.152 Simulasi memiliki kecocokan yang baik dengan data tes sumur BHP ECLIPSE lebih tinggi dari pada PIPESIM BHP, berdasarkan jenis skema Obey Eclipse, sistem dalam batasan ECLIPSE, laju alir diteruskan ke model jaringan. Perubahan tekanan pada separator MP tidak mempengaruhi simulasi Universitas Indonesia Optimasi produksi..., Licke Ratna Dewi Ali, FT UI,2017. 155 Sumur A-09 Gambar G.16 Hasil coupling Base case 22 barg sumur A-09 Gambar G.17 Hasil coupling Case 1 – 16 barg sumur A-09 Universitas Indonesia Optimasi produksi..., Licke Ratna Dewi Ali, FT UI,2017. 156 Gambar G.18 Hasil coupling Case 2 – 11 barg sumur A-09 Tabel G.6 Hasil coupling Sumur A-09 July 2016 Data IAM result Welltest Data Diff (%) Oil Rate (bbl) 33.41 Oil Rate 45 -26% Gas Rate (MMscfd) 1.32 Gas Rate 0.01 13100% Water Rate (bbl) 268 Water Rate 1470 -82% BHP ECL (psig) 1450.38 BHP 1520 -5% BHP PIP (psig) 739.6938 Hasil simulasi memiliki kecocokan yang moderate terhadap data tes sumur BHP ECLIPSE lebih tinggi dari pada PIPESIM BHP, berdasarkan jenis skema Obey Eclipse, sistem dalam batasan ECLIPSE, laju alir diteruskan ke model jaringan. Perubahan tekanan pada separator MP tidak mempengaruhi simulasi Universitas Indonesia Optimasi produksi..., Licke Ratna Dewi Ali, FT UI,2017. 157 Sumur A-12 Gambar G.19 Hasil coupling Base case 22 barg sumur A-12 Gambar G.20 Hasil coupling Case 1 – 16 barg sumur A-12 Universitas Indonesia Optimasi produksi..., Licke Ratna Dewi Ali, FT UI,2017. 158 Gambar G.21 Hasil coupling Case 2 – 11 barg sumur A-12 Tabel G.7 Hasil coupling Sumur A-11 July 2016 Data IAM result Welltest Data Diff (%) Oil Rate (bbl) Gas Rate (MMscfd) Water Rate (bbl) 51.18 Oil Rate 13 294% 2.868 Gas Rate 2.9 -1% 5875 Water Rate 5100 15% BHP ECL (psig) 1363.357 BHP 1275 7% BHP PIP (psig) 1290.838 Hasil simulasi mendapatkan kecocokan dengan data tes sumur ECLIPSE BHP sama dengan PIPESIM BHP, berdasarkan tipe skema Eclipse Obey, sistem dalam batasan jaringan, IAM melakukan intervensi, produksi terpotong. Perubahan tekanan pada pemisah MP mempengaruhi simulasi Universitas Indonesia Optimasi produksi..., Licke Ratna Dewi Ali, FT UI,2017. 159 Sumur A-13 Gambar G.22 Hasil coupling Base case 22 barg sumur A-13 Gambar G.23 Hasil coupling Case 1 – 16 barg sumur A-13 Universitas Indonesia Optimasi produksi..., Licke Ratna Dewi Ali, FT UI,2017. 160 Gambar G.24 Hasil coupling Case 2 – 11 barg sumur A-13 Tabel G.8 Hasil coupling Sumur A-13 July 2016 Data IAM result Welltest Data Diff (%) Oil Rate (bbl) 72.12 Oil Rate 39 85% Gas Rate (MMscfd) 3.929 Gas Rate 3.8 3% Water Rate (bbl) 144 Water Rate 859 -83% BHP ECL (psig) 1102.289 BHP 645 71% BHP PIP (psig) 478.6254 Hasil simulasi memiliki kecocokan hasil moderate dengan data tes sumur BHP ECLIPSE lebih tinggi dari pada PIPESIM BHP, berdasarkan jenis skema Obey Eclipse, sistem dalam batasan ECLIPSE, laju alir diteruskan ke model jaringan. Perubahan tekanan pada separator MP tidak mempengaruhi simulasi Universitas Indonesia Optimasi produksi..., Licke Ratna Dewi Ali, FT UI,2017. 161 Sumur A-14 Gambar G.25 Hasil coupling Base case 22 barg sumur A-14 Gambar G.26 Hasil coupling Case 1 – 16 barg sumur A-14 Universitas Indonesia Optimasi produksi..., Licke Ratna Dewi Ali, FT UI,2017. 162 Gambar G.27 Hasil coupling Case 2 – 11 barg sumur A-14 Tabel G.9 Hasil coupling Sumur A-14 July 2016 Data IAM result Oil Rate (bbl) Gas Rate (MMscfd) Water Rate (bbl) 70.76 Welltest Data Oil Rate 14.7 Diff (%) 381% 4.014 Gas Rate 3.6 12% 3 Water Rate 0 #DIV/0! BHP ECL (psig) 884.7318 BHP 535 65% BHP PIP (psig) 580.152 Hasil simulasi memiliki kecocokan hasil yang moderate dengan hasil dari data tes sumur BHP ECLIPSE lebih tinggi dari pada PIPESIM BHP, berdasarkan jenis skema Obey Eclipse, sistem dalam batasan ECLIPSE, laju alir diteruskan ke model jaringan. Perubahan tekanan pada separator MP tidak mempengaruhi simulasi Universitas Indonesia Optimasi produksi..., Licke Ratna Dewi Ali, FT UI,2017. 163 Sumur B-01 Gambar G.28 Hasil coupling Base case 22 barg sumur B-01 Gambar G.29 Hasil coupling Case 1 – 16 barg sumur B-01 Universitas Indonesia Optimasi produksi..., Licke Ratna Dewi Ali, FT UI,2017. 164 Gambar G.30 Hasil coupling Case 2 – 11 barg sumur B-01 Tabel G.10 Hasil coupling Sumur B-01 July 2016 Data IAM result Oil Rate (bbl) Gas Rate (MMscfd) Water Rate (bbl) 86.3 Welltest Data Oil Rate 137 Diff (%) -37% 0.039 Gas Rate 0.16 24275% 1319 Water Rate 3287 -60% BHP ECL (psig) 1653.433 BHP - - BHP PIP (psig) 1087.785 Hasil simulasi ternyata kurang sesuai dengan data tes sumur BHP ECLIPSE lebih tinggi dari pada PIPESIM BHP, berdasarkan jenis skema Obey Eclipse, sistem dalam batasan ECLIPSE, laju alir diteruskan ke model jaringan. Perubahan tekanan pada separator MP tidak mempengaruhi simulasi Universitas Indonesia Optimasi produksi..., Licke Ratna Dewi Ali, FT UI,2017. 165 Sumur B-02 Gambar G.31 Hasil coupling Base case 22 barg sumur B-02 Gambar G.32 Hasil coupling Case 1 – 16 barg sumur B-02 Universitas Indonesia Optimasi produksi..., Licke Ratna Dewi Ali, FT UI,2017. 166 Gambar G.33 Hasil coupling Case 2 – 11 barg sumur B-02 Tabel G.11 Hasil coupling Sumur B-02 July 2016 Data IAM result Welltest Data Diff (%) Oil Rate (bbl) Gas Rate (MMscfd) Water Rate (bbl) 322.95 Oil Rate 312 4% 0.129 Gas Rate 0.56 22936% 3946 Water Rate 3940 0% BHP ECL (psig) 1667.937 BHP - - BHP PIP (psig) 1566.41 Hasil simulasi memiliki kecocokan yang moderate dengan data tes sumur BHP ECLIPSE lebih tinggi dari pada PIPESIM BHP, berdasarkan jenis skema Obey Eclipse, sistem dalam batasan ECLIPSE, laju alir diteruskan ke model jaringan. Perubahan tekanan pada separator MP tidak mempengaruhi simulasi Universitas Indonesia Optimasi produksi..., Licke Ratna Dewi Ali, FT UI,2017. 167 Sumur B-03 Gambar G.34 Hasil coupling Base case 22 barg sumur B-03 Gambar G.35 Hasil coupling Case 1 – 16 barg sumur B-03 Universitas Indonesia Optimasi produksi..., Licke Ratna Dewi Ali, FT UI,2017. 168 Gambar G.36 Hasil coupling Case 2 – 11 barg sumur B-03 Tabel G.12 Hasil coupling Sumur B-03 July 2016 Data IAM result Welltest Data Diff (%) Oil Rate (bbl) 305.34 Oil Rate 318 -4% Gas Rate (MMscfd) 1.101 Gas Rate 0.66 67% Water Rate (bbl) 3642 Water Rate 4094 -11% BHP ECL (psig) 986.2584 BHP - - BHP PIP (psig) 1015.266 Hasil simulasi mendapatkan hasil yang cocok dengan data tes sumur ECLIPSE BHP sama dengan PIPESIM BHP, berdasarkan tipe skema Eclipse Obey, sistem dalam batasan jaringan, IAM melakukan intervensi, produksi terpotong. Perubahan tekanan pada separator MP mempengaruhi simulasi Universitas Indonesia Optimasi produksi..., Licke Ratna Dewi Ali, FT UI,2017. 169 Sumur B-04 Gambar G.37 Hasil coupling Base case 22 barg sumur B-04 Gambar G.38 Hasil coupling Case 1 – 16 barg sumur B-04 Universitas Indonesia Optimasi produksi..., Licke Ratna Dewi Ali, FT UI,2017. 170 Gambar G.39 Hasil coupling Case 2 – 11 barg sumur B-04 Tabel G.13 Hasil coupling Sumur B-04 July 2016 Data IAM result Oil Rate (bbl) 127.64 Welltest Data Oil Rate 21.1 Diff (%) 505% Gas Rate (MMscfd) 7.286 Gas Rate 6.65 10% Water Rate (bbl) 801 Water Rate 0 #DIV/0! BHP ECL (psig) 913.7394 BHP - - BHP PIP (psig) 652.671 Hasil simulasi memiliki kecocokan hasil yang moderate dengan data tes sumur ECLIPSE BHP sama dengan PIPESIM BHP, berdasarkan tipe skema Eclipse Obey, sistem dalam batasan jaringan, IAM melakukan intervensi, produksi terpotong. Perubahan tekanan pada separator MP mempengaruhi simulasi. Universitas Indonesia Optimasi produksi..., Licke Ratna Dewi Ali, FT UI,2017. 171 Sumur B-05 Gambar G.40 Hasil coupling Base case 22 barg sumur B-05 Gambar G.41 Hasil coupling Case 1 – 16 barg sumur B-05 Universitas Indonesia Optimasi produksi..., Licke Ratna Dewi Ali, FT UI,2017. 172 Gambar G.42 Hasil coupling Case 2 – 11 barg sumur B-05 Tabel G.14 Hasil coupling Sumur B-05 July 2016 Data IAM result Oil Rate (bbl) Diff (%) 251.7 Welltest Data Oil Rate 211.5 19% 0.938 Gas Rate 0.6 156233% Water Rate (bbl) 4812 Water Rate 5555 -13% BHP ECL (psig) 1479.388 BHP - - BHP PIP (psig) 1421.372 Gas Rate (MMscfd) Hasil simulasi mendapatkan hasil yang cocok dengan data tes sumur ECLIPSE BHP sama dengan PIPESIM BHP, berdasarkan tipe skema Eclipse Obey, sistem dalam batasan jaringan, IAM melakukan intervensi, produksi terpotong. Perubahan tekanan pada separator MP mempengaruhi simulasi Universitas Indonesia Optimasi produksi..., Licke Ratna Dewi Ali, FT UI,2017. 173 Sumur B-06 Gambar G.43 Hasil coupling Base case 22 barg sumur B-06 Gambar G.44 Hasil coupling Case 1 – 16 barg sumur B-06 Universitas Indonesia Optimasi produksi..., Licke Ratna Dewi Ali, FT UI,2017. 174 Gambar G.45 Hasil coupling Case 2 – 11 barg sumur B-06 Tabel G.15 Hasil coupling Sumur B-06 July 2016 Data IAM result Welltest Data Oil Rate 674 Diff (%) -32% Oil Rate (bbl) 459.92 Gas Rate (MMscfd) 12 Gas Rate 0.54 122% Water Rate (bbl) 3219 Water Rate 5185 -38% BHP ECL (psig) 1595.418 BHP - - BHP PIP (psig) 1174.808 Hasil simulasi ternyata kurang sesuai dengan data tes sumur BHP ECLIPSE lebih tinggi dari pada PIPESIM BHP, berdasarkan jenis skema Obey Eclipse, sistem dalam batasan ECLIPSE, laju alir diteruskan ke model jaringan. Perubahan tekanan pada separator MP tidak mempengaruhi simulasi Universitas Indonesia Optimasi produksi..., Licke Ratna Dewi Ali, FT UI,2017. 175 Sumur B-08 Gambar G.46 Hasil coupling Base case 22 barg sumur B-08 Gambar G.47 Hasil coupling Case 1 – 16 barg sumur B-08 Universitas Indonesia Optimasi produksi..., Licke Ratna Dewi Ali, FT UI,2017. 176 Gambar G.48 Hasil coupling Case 2 – 11 barg sumur B-08 Tabel G.16 Hasil coupling Sumur B-08 July 2016 Data IAM result Welltest Data Diff (%) Oil Rate (bbl) 404.24 Oil Rate 178 128% Gas Rate (MMscfd) 0.176 Gas Rate 0.18 ####### Water Rate (bbl) 1960 Water Rate 2042 -4% BHP ECL (psig) 1305.342 BHP 1352 -3% BHP PIP (psig) 1247.327 Hasil simulasi memiliki kecocokan yang moderate dengan data tes sumur BHP ECLIPSE lebih tinggi dari pada PIPESIM BHP, berdasarkan jenis skema Obey Eclipse, sistem dalam batasan ECLIPSE, laju alir diteruskan ke model jaringan. Perubahan tekanan pada separator MP tidak mempengaruhi simulasi Universitas Indonesia Optimasi produksi..., Licke Ratna Dewi Ali, FT UI,2017. 177 Sumur B-09 Gambar G.49 Hasil coupling Base case 22 barg sumur B-09 Gambar G.50 Hasil coupling Case 1 – 16 barg sumur B-09 Universitas Indonesia Optimasi produksi..., Licke Ratna Dewi Ali, FT UI,2017. 178 Gambar G.51 Hasil coupling Case 2 – 11 barg sumur B-09 Tabel G.17 Hasil coupling Sumur B-09 July 2016 Data IAM result Welltest Data Oil Rate 39.9 Diff (%) -100% Oil Rate (bbl) 0.18 Gas Rate (MMscfd) 12.348 Gas Rate 12.6 -2% Water Rate (bbl) 88 Water Rate 256 -66% BHP ECL (psig) 768.7014 BHP 977 -21% BHP PIP (psig) 797.709 Hasil simulasi memiliki kecocokan yang moderate dengan data tes sumur ECLIPSE BHP sama dengan PIPESIM BHP, berdasarkan tipe skema Eclipse Obey, sistem dalam batasan jaringan, IAM melakukan intervensi, produksi terpotong. Sumur dimatikan (shut-in) sebelum tekanan separator MP berubah pada bulan September 2017 Universitas Indonesia Optimasi produksi..., Licke Ratna Dewi Ali, FT UI,2017. 179 Sumur B-10 Gambar G.52 Hasil coupling Base case 22 barg sumur B-10 Gambar G.53 Hasil coupling Case 1 – 16 barg sumur B-10 Universitas Indonesia Optimasi produksi..., Licke Ratna Dewi Ali, FT UI,2017. 180 Gambar G.54 Hasil coupling Case 2 – 11 barg sumur B-10 Tabel G.18 Hasil coupling Sumur B-10 July 2016 Data IAM result Oil Rate (bbl) 465.2 Welltest Data Oil Rate 120.6 Diff (%) 286% Gas Rate (MMscfd) 0.205 Gas Rate 0.25 -18% Water Rate (bbl) 2666 Water Rate 3502 -24% BHP ECL (psig) 1479.388 BHP 1508 -2% BHP PIP (psig) 1450.38 Hasil simulasi memiliki kecocokan dengan data tes sumur ECLIPSE BHP sama dengan PIPESIM BHP, berdasarkan tipe skema Eclipse Obey, sistem dalam batasan jaringan, IAM melakukan intervensi, produksi terpotong. Perubahan tekanan pada separator MP mempengaruhi simulasi Universitas Indonesia Optimasi produksi..., Licke Ratna Dewi Ali, FT UI,2017. 181 Sumur B-11 Gambar G.55 Hasil coupling Base case 22 barg sumur B-11 Gambar G.56 Hasil coupling Case 1 – 16 barg sumur B-11 Universitas Indonesia Optimasi produksi..., Licke Ratna Dewi Ali, FT UI,2017. 182 Gambar G.57 Hasil coupling Case 2 – 11 barg sumur B-11 Tabel G.19 Hasil coupling Sumur B-11 July 2016 Data IAM result Welltest Data Oil Rate 371 Diff (%) -16% Oil Rate (bbl) 312 Gas Rate (MMscfd) 0.124 Gas Rate 0.23 -46% Water Rate (bbl) 1210 Water Rate 1988 -39% BHP ECL (psig) 1189.312 BHP 1230 -3% BHP PIP (psig) 1145.8 Hasil simulasi memiliki kecocokan yang moderate dengan hasil tes sumur ECLIPSE BHP sama dengan PIPESIM BHP, berdasarkan tipe skema Eclipse Obey, sistem dalam batasan jaringan, IAM melakukan intervensi, produksi terpotong. Perubahan tekanan pada separator MP mempengaruhi simulasi Universitas Indonesia Optimasi produksi..., Licke Ratna Dewi Ali, FT UI,2017. 183 Sumur B-12 Gambar G.58 Hasil coupling Base case 22 barg sumur B-12 Gambar G.59 Hasil coupling Case 1 – 16 barg sumur B-12 Universitas Indonesia Optimasi produksi..., Licke Ratna Dewi Ali, FT UI,2017. 184 Gambar G.60 Hasil coupling Case 2 – 11 barg sumur B-12 Tabel G.20 Hasil coupling Sumur B-12 July 2016 Data IAM result Welltest Data Diff (%) Oil Rate (bbl) Gas Rate (MMscfd) Water Rate (bbl) 440.52 Oil Rate 55 701% 0.194 Gas Rate 0.21 -8% 2335 Water Rate 2618 -11% BHP ECL (psig) 1421.372 BHP 1395 2% BHP PIP (psig) 1363.357 Hasil simulasi memiliki kecocokan dengan data tes sumur BHP ECLIPSE lebih tinggi dari pada PIPESIM BHP, berdasarkan jenis skema Obey Eclipse, sistem dalam batasan ECLIPSE, laju alir diteruskan ke model jaringan. Perubahan tekanan pada separator MP tidak mempengaruhi simulasi Universitas Indonesia Optimasi produksi..., Licke Ratna Dewi Ali, FT UI,2017. 185 Sumur B-13 Gambar G.61 Hasil coupling Base case 22 barg sumur B-13 Gambar G.62 Hasil coupling Case 1 – 16 barg sumur B-13 Universitas Indonesia Optimasi produksi..., Licke Ratna Dewi Ali, FT UI,2017. 186 Gambar G.63 Hasil coupling Case 2 – 11 barg sumur B-13 Tabel G.21 Hasil coupling Sumur B-13 July 2016 Data Oil Rate (bbl) Gas Rate (MMscfd) Water Rate (bbl) IAM result 187.17 Welltest Data Oil Rate 297 Diff (%) -37% 3.553 Gas Rate 4.2 -15% 1150 Water Rate 1602 -28% BHP ECL (psig) 1044.274 BHP 1160 -10% BHP PIP (psig) 1073.281 Hasil simulasi memiliki kecocokan yang moderate dengan data tes sumur ECLIPSE BHP sama dengan PIPESIM BHP, berdasarkan tipe skema Eclipse Obey, sistem dalam batasan jaringan, IAM melakukan intervensi, produksi terpotong. Perubahan tekanan pada separator MP mempengaruhi simulasi Universitas Indonesia Optimasi produksi..., Licke Ratna Dewi Ali, FT UI,2017. 187 Sumur B-14 Gambar G.64 Hasil coupling Base case 22 barg sumur B-14 Gambar G.65 Hasil coupling Case 1 – 16 barg sumur B-14 Universitas Indonesia Optimasi produksi..., Licke Ratna Dewi Ali, FT UI,2017. 188 Gambar G.66 Hasil coupling Case 2 – 11 barg sumur B-14 Tabel G.22 Hasil coupling Sumur B-14 July 2016 Data IAM result Welltest Data Diff (%) Oil Rate (bbl) 502.88 Oil Rate 333 51% Gas Rate (MMscfd) 0.206 Gas Rate 0.32 -36% Water Rate (bbl) 1223 Water Rate 1485 -18% BHP ECL (psig) 1073.281 BHP 1120 -4% BHP PIP (psig) 1073.281 Hasil simulasi memiliki kecocokan yang moderate dengan data tes sumur ECLIPSE BHP sama dengan PIPESIM BHP, berdasarkan tipe skema Eclipse Obey, sistem dalam batasan jaringan, IAM melakukan intervensi, produksi terpotong. Perubahan tekanan pada separator MP mempengaruhi simulasi Universitas Indonesia Optimasi produksi..., Licke Ratna Dewi Ali, FT UI,2017. 189 Sumur B-15 Gambar G.67 Hasil coupling Base case 22 barg sumur B-12 Gambar G.68 Hasil coupling Case 1 – 16 barg sumur B-15 Universitas Indonesia Optimasi produksi..., Licke Ratna Dewi Ali, FT UI,2017. 190 Gambar G.69 Hasil coupling Case 2 – 11 barg sumur B-15 Tabel G.23 Hasil coupling Sumur B-15 July 2016 Data IAM result Oil Rate (bbl) 223.04 Welltest Data Oil Rate 211 Diff (%) 6% Gas Rate (MMscfd) 1.268 Gas Rate 0.26 388% Water Rate (bbl) 1187 Water Rate 2805 -58% BHP ECL (psig) 1421.372 BHP - - BHP PIP (psig) 812.2128 Hasil simulasi memiliki kecocokan yang moderate dengan data tes sumur BHP ECLIPSE lebih tinggi dari pada PIPESIM BHP, berdasarkan jenis skema Obey Eclipse, sistem dalam batasan ECLIPSE, laju alir diteruskan ke model jaringan. Perubahan tekanan pada separator MP tidak mempengaruhi simulasi. Universitas Indonesia Optimasi produksi..., Licke Ratna Dewi Ali, FT UI,2017. 191 Sumur B-17 Gambar G.70 Hasil coupling Base Case 22 barg sumur B-17 Gambar G.71 Hasil coupling Case 1 – 16 barg sumur B-17 Universitas Indonesia Optimasi produksi..., Licke Ratna Dewi Ali, FT UI,2017. 192 Gambar G.72 Hasil coupling Case 2 – 11 barg sumur B-17 Tabel G.24 Hasil coupling Sumur B-17 July 2016 Data IAM result Welltest Data Diff (%) Oil Rate (bbl) 31.41 Oil Rate 139 -77% Gas Rate (MMscfd) 1.759 Gas Rate 1.46 20% Water Rate (bbl) 116 Water Rate 3640 -97% BHP ECL (psig) 1769.464 BHP - - BHP PIP (psig) 609.1596 Hasil simulasi ternyata kurang sesuai dengan data tes sumur BHP ECLIPSE lebih tinggi dari pada PIPESIM BHP, berdasarkan jenis skema Obey Eclipse, sistem dalam batasan ECLIPSE, laju alir diteruskan ke model jaringan. Perubahan tekanan pada separator MP tidak mempengaruhi simulasi. Universitas Indonesia Optimasi produksi..., Licke Ratna Dewi Ali, FT UI,2017. Tabel G.25 Perbandingan Hasil dari IAM dengan data lapangan 193 Universitas Indonesia Optimasi produksi..., Licke Ratna Dewi Ali, FT UI,2017.