STAI al-Yasini, Kab Pasuruan |1 Sejarah Hidup Laksamana Cheng Ho1 Oleh: Fadh Ahmad Arifan2 Tiap kali melintas di daerah Pandaan, di sebelah kiri jalan penulis selalu melihat masjid bercat merah, atapnya seperti klenteng dan bergaya arsitektur Cina. Itulah masjid Muhammad Cheng Ho.3 Dengan area parkir yang cukup luas dan kebersihan yang terjaga, terkadang pada sore hari penulis sempatkan singgah untuk menunaikan sholat Ashar di masjid tersebut. Selain di Pandaan, masjid dengan nama yang sama juga ada di Surabaya dan Palembang. Perlu diketahui, Masjid cheng Ho di Surabaya di bangun pada 2001, sedangkan yang di Palembang pada 2003 dan pembangunan di Pandaan di mulai pada 2004. Yang jelas jika pembaca beberapa kali singgah ke sana akan melihat muslim Tionghoa melakukan aktivitas keagamaan. Tentu saja setiap bulannya, ada saja muallaf dari WNI Tionghoa yang memeluk Islam. Tak cuma masjid, sebetulnya ada bangunan yang terinspirasi oleh Cheng Ho. Apabila pembaca berkunjung ke kota Semarang, akan mendapati Klenteng bernama “Sam Poo Kong”. Klenteng ini bisa jadi saksi sejarah kehadiran bangsa Cina ke tanah Jawa. Di bawah naungan yayasan Sam Poo Kong, klenteng ini diproyeksikan menjadi destinasi wisata Jawa tengah yang berpotensi meningkatkan turis domestic maupun mancanegara.4 Tak hanya di Semarang saja, di luar negeri seperti Malaysia, Thailand dan Singapura juga terdapat klenteng Sam Poo Kong. Tidak ada habisnya jika berbicara tentang sosok yang diabadikan menjadi nama masjid dan Klenteng berarsitektur cina baik di dalam dan luar negeri. Jika mengacu pada riset penelitian dan buku-buku yang membahas sejarah hidup Cheng Ho, pembaca akan Disa paika pada perte ua ke Mata Kuliah “ejarah Peradaba Isla di “TAI al-Yasini Penulis adalah alumni MAN 3 Malang dan kini Dosen di STAI al-Yasini, Wonorejo, Kab Pasuruan 3 Menurut pengelola, Masjid Cheng Ho tidak ekslusif dan berafiliasi kepada aliran, ormas serta kepentingan politik manapu . “u ber: Isla Nusa tara edisi khusus I lek Laksamana Cheng Ho Kompas TV tgl 31 Januari pk 24.00 wib 4 Kora Republika, Jejak Cina di Semarang edisi Ju i 1 2 STAI al-Yasini, Kab Pasuruan |2 mendapati fakta yang mencengangkan sekaligus jarang diulas di bangku sekolah. Tulisan kali ini bermaksud mengungkap fakta dan data tentang sosok Laksamana Cheng Ho. A. Riwayat keluarga Cheng Ho berasal dari suku minoritas di Cina bernama Suku Hui. Beliau anak kedua dari 6 bersaudara.5 Ayah dan Kakek Cheng Ho sudah beragama Islam dan telah menunaikan haji. Nama asli Cheng Ho ialah Ma Hou. Marga Ma merupakan sebuah nama keluarga khusus di antara orang-orang Islam yang mirip dengan suku kata pertama dari nama Muhammad. Ayah dan kakek Cheng Ho disebutkan sebagai orang Ha-Tche. Istilah Ha-Tche merupakan salinan kata “haji”.6 Sebelum diangkat menjadi Laksamana, Cheng Ho dulunya adalah seorang Kasim yang menjadi kepercayaan Kaisar Yongle (berkuasa 1403-1424). B. Muhibbah ke Seantero dunia Cheng Ho melakukan Pelayaran atau Muhibbah ke negara-negara tetangga dengan armada besar, dimana terdiri dari 4 divisi yaitu: divisi komando, divisi navigasi, divisi kemiliteran dan divisi yang menangani logistik.7 Sebagian besar awak kapalnya non Muslim yang beragama Tao dan Budha, meski begitu beliau tidak pernah melarang anak buahnya menjalankan ritual agamanya. Armada kapalnya dilengkapi meriam Turki. Sama seperti yang dipakai oleh Shalahuddin al-ayyubi. Dalam rentang waktu 28 tahun, Laksamana Cheng Ho melakukan 7 kali misi pelayaran serta telah mengunjungi sekitar 40 negeri. Berbeda dengan Penjelajah Barat yang melakukan Pelayaran tapi ujung-ujungnya menjajah daerah yang mereka singgahi, Cheng Ho justru menyebarkan pesan damai dan kerjasama perdagangan. Muhibbah Cheng Ho menandai titik awal “zaman perdagangan” Asia tenggara. Armadanya menstimulasikan produksi cengkeh, pala, kayu cendana serta jaringan distribusi yang mengirimkan barang-barang ini ke pelabuhan-pelabuhan. Permintaan akan produk Asia tenggara di Cina meningkat tajam, dengan lada dan kayu 5 Lihat http://en.wikipedia.org/wiki/Zheng_He Kora Republika, Islam Cheng Ho edisi 18 juni 2012, hal 28 7 Kong Yuanzhi, Muslim Tionghoa Cheng Ho: Misteri perjalanan Muhibbah di Nusantara, (Jakarta: Pustaka Obor, 2000), hal 4-5. 6 STAI al-Yasini, Kab Pasuruan |3 cendana untuk pertama kalinya menjadi barang yang menjadi konsumsi massal pada abad ke 15 Masehi. 8 Dari pelayarannya ke seantero dunia, ada sebuah prestasi yang membanggakan. Laksamana Cheng Ho lebih dulu menemukan benua Amerika jauh sebelum Colombus tiba di sana pada tahun 1492 M.9 Baru-baru ini teori bahwa pelaut Muslim lebih dulu menemukan benua Amerika 314 tahun sebelum Columbus; diangkat kembali oleh Presiden Turki Recep Tayyib Erdogan, “Pelaut Muslim sudah ada di Benua Amerika pada 1178. Columbus pernah menyebut adanya sebuah masjid di sebuah bukit Kuba,” katanya .10 C. Jejak Cheng Ho di Nusantara Sebelum kedatangan Cheng Ho ke Semarang, sejak 921 Masehi telah bermukim orang-orang Cina yang berhijrah ke tanah Jawa.11 Cheng Ho mendarat ke Semarang pada 1416 M, ini berarti pada misi pelayaran muhibbah yang ke 5. Tapi terdapat versi lain yang mengatakan beliau ke kota lumpia itu pada 1430 M bertepatan pada masa pemerintahan kaisar Xuang De.12 Ketika singgah ke Nusantara, beliau melakukan dakwah dengan cara damai. Misalnya selalu mencontohkan dengan perbuatan sehari-hari. Jadi, syariat Islam dipraktekkan langsung dalam bentuk amalan ibadah sehari-hari.13 Satu lagi yang tidak boleh dilupakan, Laksamana Cheng Ho mempunyai seorang sahabat bernama Kyai juru mudi. Konon sahabatnya ini diyakini menetap di Semarang hingga akhir hayatnya. Kyai juru mudi punya nama asli Ong King Hong. Seperti Cheng Ho, beliau juga melakukan dakwah kepada penduduk pribumi dan orang Cina yang 8 Justian Suhandinata, WNI Keturunan Tionghoa dalam stabilitas Ekonomi dan Politik Indonesia, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2012), hal 28. 9 Lihat: http://www.islamawareness.net/Asia/China/america.html bandingkan dengan teorinya sejahrawan asal Inggris, Gavin menzies dalam website: http://www.dailymail.co.uk/news/article2449265/Who-Discovered-America--Controversial-historian-Gavin-Menzies-claims-Chinese-reachedNew-World-first.html 10 Erdorgan Says America Was Discovered by Muslim, Not Colombus , dalam hurriyetdailynews.com tgl 15 November 2014 11 Kora Republika, Keluar dari Misi Sang Kaisar edisi Ju i 12 Leo suryadinata (ed), Admiral Zheng He and Southeast Asia, (Singapura: ISEAS, 2005), hal 77-78 13 Isla Nusa tara edisi khusus I lek Laksamana Cheng Ho Ko pas TV tgl Ja uari pk . wib STAI al-Yasini, Kab Pasuruan |4 menjadi pengikutnya. Kyai juru Mudi meninggal di usia 87 tahun dan jenazahnya dimakamkan secara Islam.14 Adakalanya nama besar Cheng Ho membuat orang-orang Tionghoa membangun Klenteng. Misal pada Klenteng-klenteng di kota Semarang, Cheng Ho dipuja sebagai Dewa oleh warga Tionghoa. Cukup banyak berdiri patung-patung Cheng Ho. Penghormatan mereka terhadap Cheng Ho bentuknya tidak memberi sesaji berupa makanan-makanan yang diharamkan dalam ajaran Islam.15 D. Makam Laksamana Cheng Ho Laksamana Cheng Ho diyakini wafat pada 1435 M. Setelah Cheng Ho wafat, kaisar Cina menghentikan pelayaran muhibbah ke seantero dunia, karena sang Kaisar ingin membereskan problem internal. Cheng Ho di Makamkan di bukit Niushou, Nanjing. Penguburan jenazah Cheng Ho dilakukan secara Islam. Makamnya pun menghadap Barat. Tiap musim semi, keturunan Cheng Ho mengundang ulama untuk membacakan al-Quran. Yang menarik ialah, di depan makam Cheng Ho terdapat 28 anak tangga yang dibagi dalam 4 tingkatan. Setiap tingkatan terdiri dari 7 anak tangga, angkaangka berupa 28, 40, dan 7 masing-masing dijadikan lambang sebagai berikut: selama 28 tahun Cheng Ho dan anak buahnya sudah menjelajahi kira-kira 40 negara dalam 7 kali pelayaran.16 Laksamana Cheng Ho bisa disebut tokoh besar dari Tiongkok yang pernah mewarnai dunia khususnya juga peradaban Islam di Nusantara. Menurut Prof Dr Yusril Ihza Mahendra, di luar Tiongkok, nama Cheng Ho lebih dikenal dari pada kaisarnya sendiri. Jejak pengaruh Cheng Ho di Nusantara hingga kini bisa dilihat melalui bangunan masjid maupun klenteng di Jawa dan Sumatera selatan. Hanya ada satu saja kekurangan dari Kora Republika, Buang Sauh di Kali Garang edisi Ju i , hal Kora Republika, Puja Sang Laksamana edisi Ju i , hal ; Isla Agustus 2012 16 Kong Yuanzhi, Muslim Tionghoa… hal 83-85 14 15 Nusa tara, Ko pas TV STAI al-Yasini, Kab Pasuruan |5 Laksamana Cheng Ho, beliau tidak seperti Petualang legendaris asal Maroko, Ibnu Batutah yang keliling dunia namun tak lupa meninggalkan karya tulis “Rihlah Ibnu Batutah” yang hingga kini bisa dibaca semua kalangan. Semoga sejarah hidup laksamana Cheng Ho bisa menjadi inspirasi generasi muda, dimana ketika melakukan perjalanan jauh baik di dalam negeri maupun di luar negeri, hendaknya mereka menebarkan rahmat, tidak mencari musuh dan meninggalkan kesan yang baik bagi lingkungan sekitarnya. Wallahu’allam bishowab.