KESEHATAN JIWA JEMAAH HAJI dr. H. I Putu Diatmika, M.Biomed, SpKJ,.M.H. IDI NTB/ PDSKJI NTB Nama TTL No Handphone Instagram : dr. H. I Putu Diatmika, M. Biomed, SpKJ., M.H. : Mataram, 10 Juli 1984 : 08123947617 : diatkardia Pendidikan : - Lulus Dokter Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana Bali, tahun 2008 - Lulus Program Magister Biomedik, Universitas Udayana, Bali tahun 2018 - Lulus Program Pendidikan Dokter Spesialis-I Ilmu Kedokteran Jiwa, Universitas Udayana, tahun 2018 - Fellowship Psikiatri Komunitas dan Adiksi Touyuan Mental Hospital, Taiwan 2018 - Lulus Magister Hukum. FH Univ. Mataram 2023 - Mediator dan Konsiliator tersertifikasi Mahkamah Agung, JIMLY SCHOOL Surabaya 2023. Pengalaman Kerja dan Jabatan: - Dokter Kesehatan Haji LOP tahun 2013 - Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa, RSJ Mutiara Sukma 2018 - Dosen Pendidik Klinis Fakultas kedokteran Universitas Mataram, 2018 - Direktur RS Metro Medika , Mataram, 2020 - Kepala Bioetik DMK, Fakultas Kedokteran UNIZAR, 2021 - Kepala Bagian Psikiatri FK Unram 2022 - Koordinator Pendidikan RSJ Mutiara Sukma 2022 Pengalaman Organisasi: - Ketua Divisi Humas dan Dokumentasi Anggota IDI Kota Mataram - Sekertaris IDI Wilayah NTB - Sekertaris PDSKJI Cabang NTB - Ketua Bidang Advokasi dan Legislasi PERDAHUKKI NTB 1. UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan 2. UU No. 6 Tahun 2018 tentang Kekarantinaan Kesehatan 3. UU No 8 Tahun 2019 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umrah 4. UU No. 17 Tahun 2023 tentang Kesehatan 5. Permenkes No. 15 Tahun 2016 tentang Istitahaah Kesehatan Jemaah Haji 6. Permenkes No 62 Tahun 2016 tentang Penyelenggaraan Kesehatan Haji 7. PMA No 13 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji Reguler 8. Permenkes No 9 Tahun 2021 tentang Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Kesehatan Haji Di Arab Saudi 9. KMK RI No. HK.01.07/MENKES/2118/2023 Standar Teknis Pemeriksaan Kesehatan dalam rangka penetapan status istitaah kesehatan jemaah haji. TIDAK MEMILIKI VAKSIN SAH MENDERITA PENYAKIT YANG BERPELUANG SEMBUH ( TB BTA SPUTUM POSITIF, TB MULTIDRUG RESISTEN, DM TIDAK TERKONTROL, HIPERTIROID, HIV AIDS DENGAN DIARE KRONIS,STROKE AKUT,PERDARAHAN SALURAN CERNA, DAN ANEMIA GRAVIS SUSPEK PENYAKIT MENULR YANG BERPOTENSI WABAH PSIKOSIS AKUT FRAKTUR TUNGKAI FRAKTUR TULANG BELAKANG HAMIL YANG DI PREDIKSI USIA KEHAMILANNYA SAAT KEBERANGKATAN 14 MINGGU ATAU LEBIH DARI 26 MINGGU PERMENKES 15 TAHUN 2016 PEMERIKSAAN KESEHATAN HAJI Tidak Memenuhi Syarat Istitaah Sementara (2/2) Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.01.07/Menkes/2118/2023 1. Dilakukan pengobatan dan pola hidup sehat untuk mengendalikan faktor risiko, 2. Dilakukan evaluasi setelah 1 bulan pengobatan, 3. Jika ada perbaikan maka status menjadi memenuhi syarat istitaah kesehatan haji dengan pendampingan, 4. Jika tidak ada perbaikan maka jemaah tidak dapat melunasi Bipih dan ditunda keberangkatannya pada tahun berjalan. 5 Tidak Memenuhi Syarat Istitaah Kesehatan Haji (1/2) Jemaah tidak dapat melunasi Bipih Berdasarkan Hasil Pemeriksaan Medis: a. Gagal ginjal dengan hemodialisa stadium 4 dan h. PPOK dengan nilai spirometri FEV1 < 50 atau skala sesak > 3 setelah melakukan SMWT atau tidak dapat stadium 5 dilakukan tes SMWT b. Sirosis hati c. Stroke perdarahan d. Skizofrenia dan psikosis e. HIV/AIDS f. Morbus Hansen g. TB multiple drugs resistance dan totally drugs resistance Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.01.07/Menkes/2118/2023 i. Penyakit jantung iskemik dan infark miokard dengan riwayat serangan < 3 bulan dengan gambaran EKG j. Gagal jantung dan kardiomegali dengan LVEF < 35% atau nilai klasifikasi NYHA > 3 setelah melakukan SMWT atau tidak dapat dilakukan tes SMWT k. Keganasan dengan nilai skor ECOG > 2 Pemeriksaan Kesehatan Jemaah Haji Pemeriksaan fisik dan penunjang Pemeriksaan kognitif Pemeriksaan kesehatan mental Pemeriksaan ADL Medical check-Up Mini Cog & Clock Drawing Test The Abbreviated Mental Test Indeks Barthel Untuk mengidentifikasi penyakit fisik dan kesehatan jiwa Untuk mengidentifikasi kemampuan berpikir Untuk mengidentifikasi demensia, orientasi, daya ingat, dan konsentrasi Untuk mengidentifikasi kemampuan melakukan aktivitas harian secara mandiri 7 Pemeriksaan medis dasar (basic medical check-up), wajib bagi setiap jemaah haji Anamnesis Pemeriksaan fisik Pemeriksaan kesehatan jiwa 1. Darah lengkap (Hb, 1. Riwayat kesehatan sekarang, 2. Riwayat kesehatan dahulu, 3. Riwayat kesehatan keluarga. Jika ada riwayat penyakit jantung ditambahkan pertanyaan riwayat serangan jantung terakhir. Pemeriksaan penunjang Leuko, trombo, eritrosit, hematokrit, hit.jenis, LED) 1. Tanda vital 2. Golongan darah 2. Postur tubuh 3. Inspeksi dan palpasi head to toe Pemeriksaan ektremitas termasuk kekuatan otot dan refleks Self-Reporting Questionnare (SRQ) - 20 3. Kimia darah (HbA1c, GDP, GD2PP, Kolesterol, Trigliserida, SGOT, SGPT, Ureum, Kreatinin) 4. Urin lengkap 5. Tes hamil (WUS) 6. Radiologi thoraks PA 7. EKG No Pertanyaan 1 Apakah anda sering menderita sakit kepala? 2 Apakah anda tidak nafsu makan? 3 Apakah anda sulit tidur? 4 Apakah anda mudah takut? 5 Apakah anda merasa tegang, cemas atau kuatir? 6 Apakah tangan anda gemetar? 7 Apakah pencernaan anda terganggu/ buruk? Jawaban Ya 6 – 20 : Indikasi 8 Apakah anda sulit untuk berpikir jernih? gangguan kesehatan jiwa. 9 Apakah anda merasa tidak bahagia? Perlu konsultasi ke psikiatri. 10 Apakah anda menangis lebih sering? 11 Apakah anda merasa sulit untuk menikmati kegiatan sehari-hari? 12 Apakah anda sulit untuk mengambil keputusan? 13 Apakah pekerjaan anda sehari-hari terganggu? 14 Apakah anda tidak mampu melakukan hal-hal yang bermanfaat dalam hidup? 15 Apakah anda kehilangan minat pada berbagai hal? 16 Apakah anda merasa tidak berharga? 17 Apakah anda mempunyai pikiran untuk mengakhiri hidup? 18 Apakah anda merasa lelah sepanjang waktu? Jawaban Ya 0 – 5 : Normal Ya 9 Tidak Pemeriksaan Kesehatan Mental Untuk mengidentifikasi demensia, kemampuan orientasi, daya ingat, dan konsentrasi No a. Jawaban Salah: nilai 0 b. Jawaban Benar: nilai 1 Daftar Pertanyaan 1 Saat ini kita sedang berada dimana? Kategori penilaian: 2 Tahun berapa sekarang? 3 Berapa umur Anda? 1. Jika pertanyaan nomor 1 s.d. 4 terdapat 1 atau lebih jawaban yang salah, maka termasuk kategori Demensia Berat. 4 Tahun berapa Anda lahir? 5 Jam berapa sekarang? (Boleh lihat jam) 6 Di mana alamat rumah Anda? (RT, RW, Kelurahan) 7 Mampukah Anda mengenali dokter dan perawat? (atau orang di sekitar) 8 Tahun berapa Indonesia Merdeka? 9 Siapa nama presiden RI sekarang? 10 Hitung mundur dari 20 sampai 1? 2. Jika pertanyaan nomor 1 s.d. 4 benar, dan nilai keseluruhan <6, maka termasuk kategori Demensia Sedang. 3. Jika pertanyaan nomor 1 s.d. 4 benar, dan nilai keseluruhan 6 -8, maka termasuk kategori Demensia Ringan. 4. Jika pertanyaan nomor 1 s.d. 4 benar, dan nilai keseluruhan >8, maka termasuk kategori Tidak Demensia 10 ADL Barthel Indeks adalah suatu instrument pengkajian yang berfungsi mengukur kemandirian fungsional dalam hal perawatan diri dan mobilitas serta dapat juga digunakan sebagai kriteria dalam menilai kemampuan fungsional bagi pasien-pasien yang mengalami gangguan keseimbangan. 20 19-12 11-9 8-5 4-0 : Mandiri : ketergantungan : ketergantungan : ketergantungan : ketergantungan ringan sedang berat total IADL adalah instrument yang tepat untuk menilai kemampuan hidup mandiri seseorang pada saat ini ,dimana kemampuan yang dinilai lebih kompleks dibanding kegiatan sehari-hari. Demensia adalah suatu sindrom yang mencakup gejala seperti kehilangan kemampuan daya ingat, penilaian dan penalaran dan berbagai perubahan perilaku. Fungsi otak cukup terpengaruh sehingga mengganggu kemampuan seseorang di tempat kerja atau dalam aktivitas sehari-hari (Alzheimer Society of Canada). BPSD termasuk agitasi, depresi, apatis, pertanyaan berulang, psikosis, agresi, masalah tidur, wandering (berkeliaran), dan berbagai perilaku yang tidak pantas secara sosial. Satu atau lebih gejala akan mempengaruhi hampir semua penderita demensia selama perjalanan penyakit mereka. Menurut World Alzheimer Report pada tahun 2010, lebih dari 35,6 juta orang di seluruh dunia menderita demensia. Jumlah ini diperkirakan meningkat dua kali lipat setiap 20 tahun, menjadi 65,7 juta pada 2030 dan 115,4 juta pada tahun 2050 (Forbes, et al., 2014). Data dari BAPPENAS 2013, angka harapan hidup di Indonesia (laki-laki dan perempuan) naik dari 70,1 tahun pada periode 2010-2015 menjadi 72,2 tahun pada periode 2030-2035. Jumlah penduduk berusia 65 tahun ke atas akan meningkat dari 5,0 % menjadi 10,8 % pada tahun 2035. Demensia Vaskuler (DV) diperkirakan cukup tinggi di negeri ini, data dari Indonesia Stroke Registry 2013 dilaporkan bahwa 60,59 % pasien stroke mengalami gangguan kognisi saat pulang perawat dari rumah sakit (PERDOSSI, 2015) Berdasarkan etiologinya Demensia dibedakan menjadi: a. Demensia Pada Penyakit Alzheimer b. Demensia Vaskular c. Demensia Pada Penyakit Pick d. Demensia Pada Penyakit Creutfeld-jacob e. Demensia Pada Penyakit Huntington f. Demensia Pada Penyakit Parkinson g. Demensia Pada Penyakit HIV/AIDS Demensia tipe Alzheimer prevalensinya paling besar (50-60%), disusul Demensia Vaskular (20-30%). Karena penurunan kognitif saja tidak dapat menjelaskan gejala ini, berbagai faktor penyebab telah diidentifikasi dikategorikan sebagai faktor yang berkaitan dengan penderita demensia, faktor caregiver dan faktor lingkungan. (Kales, et al., 2015). Aspek pasien : Biologi Perubahan neurotransmitter Kondisi medis akut dan nyeri Aspek Psikis Kepribadian Peristiwa hidup Kebutuhan yang tidak terpenuhi Aspek Lingkungan Cargiver Lingkungan Secara umum gejala demensia dapat dibagi atas dua kelompok yaitu gangguan kognisi dan gangguan non-kognisi. Keluhan kognisi terdiri dari gangguan memori terutama kemampuan belajar materi baru yang sering merupakan keluhan paling dini. Keluhan non-kognisi meliputi keluhan neuropsikiatri (Neuropsychiatric Symptoms) atau kelompok Behavioral And Psychological Symptoms Of Dementia (BPSD) Pada keadaan lebih lanjut muncul gangguan fungsi kognitif kompleks disertai gangguan perilaku, yaitu : a. disorientasi waktu dan tempat; b. kesulitan melakukan pekerjaan sehari hari; c. tidak mampu membuat keputusan; d. kesulitan berbahasa; e. kehilangan motivasi dan inisiatif; f. gangguan pengendalian emosi; g. daya nilai sosial terganggu; dan h. berbagai perubahan perilaku dan psikologis lainnya (agresifimpulsif, halusinasi, waham). Gejala – gejala klinis pada Demensia tipe Alzheimer berkembang perlahan lahan, semakin lama semakin parah, sampai pada tahap lanjut penderita menjadi tergantung penuh pada keluarga yang merawatnya. Sedang pada Demensia Vaskular gejala muncul akut, gambaran klinis sesuai kerusakan vaskuler di otak, kemunduran fungsi kognitif berjenjang sejalan dengan serangan kerusakan vaskular berikutnya. 1. Demensia (F00-F03) adalah sindroma disebabkan oleh gangguan diotak, umumnya berlangsung kronis atau progresif. 2. Ditandai oleh beragam gangguan fungsi luhur, termasuk memori, orientasi, pemahaman, kalkulasi dan kapasitas belajar, bahasa dan pertimbangan. 3. Kesadaran tidak berkabut. 4. Gangguan fungsi kognitif biasanya disertai oleh deteriorasi kontrol emosi, perilaku sosial atau motivasi. 5. Sindrom ini terjadi pada penyakit Alzheimer, penyakit serebrovaskuler, dan kondisi lain yang mempengaruhi otak secara primer atau sekunder. Syarat utama untuk penegakan diagnosis adalah bukti adanya penurunan kemampuan, baik dalam daya ingat maupun daya pikir seseorang sehingga mengganggu kegiatan sehari-hari. Hendaya daya ingat secara khas mempengaruhi proses registrasi, penyimpanan dan memperoleh kembali informasi baru, tetapi ingatan yang biasa dan sudah dipelajari sebelumnya dapat juga hilang, khususnya dalam stadium akhir. Gejala dan hendaya di atas harus sudah nyata untuk setidaktidaknya 6 (enam) bulan bila ingin membuat diagnosis klinis demensia yang mantap. a. Delirium b. Depresi c. Gangguan disosiatif d. Skizofrenia Gejala klinis jika tidak ditangani lebih baik akan berdampak negatif pada cepatnya perburukan penyakit, tidak hanya menghilangnya salah satu gejala. Oleh karena itu terapi yang efektif akan berdampak positif terhadap perjalanan penyakit, biaya perawatan yang lebih rendah, dan meningkatkan kualitas hidup pasien dan caregiver. Terapi meliputi farmakologis dan non farmakologis (Kales, 2014) Tata laksana psikososial ditujukan untuk mempertahankan kemampuan penderita yang masih tersisa, menghambat progresivitas kemunduran fungsi kognitif, mengelola gangguan psikologik dan perilaku yang timbul. Latihan memori sederhana, latihan orientasi realitas, dan senam otak, dapat membanu menghambat kemunduran fungsi kognitif. Psikoedukasi terhadap keluarga/caregiver menjadi bagian yang sangat penting dalam tata laksana pasien. Pemberian obat Anti Demensia seperti Donepezil dan Rivastigmin bermanfaat untuk menghambat kemunduran fungsi kognitif pada Demensia ringan sampai sedang, tapi tidak dianjurkan untuk Demensia berat. Untuk mengendalikan perilaku agresif dapat diberikan obat antipsikotik dosis rendah (haloperidol 0,5-1 mg/hari atau Risperidon 0,5-1 mg/hari). Untuk mengatasi gejala Depresi dapat diberikan Antidepresan (Sertralin 25mg/hari). Pada sebuah studi selama 12 minggu dikatakan manfaaat dari dosis kecil risperidon untuk agitasi, agresivitas, psikotik, dan delusi pada perawatan dirumah, dan ini adalah satu-satunya obat yang diterima oleh Australian Pharmaceutical Benefits Advisory Committee (PBAC) untuk terapi BPSD. Obat lain seperti olanzapine, quetiapine secara luas digunakan untuk indikasi ini karena perbedaan profil efek samping tetapi kurangnya bukti untuk efektivitasnya (Woodward, 2014). Jika gejala primernya psikotik terutama halusinasi, penggunaan antipsikotik atipikal antara lain risperidone 0,5-2mg sehari 2x, olanzapine 2.5-10mg perhari, quetiapine 25-200mg perhari. Dosis rendah antispikotik knvensional seperti haloperidol 0.5-2mg perhari dapat dipertimbangkan sebagai lini kedua (Durso, et al., 2010). Modifikasi lingkungan merupakan salah satu strategi penanganan pada BPSD. Lingkungan yang sesuai dapat menciptakan keamanan dan kenyamanan pada pasien demensia serta caregiver dalam menjalani kegiatan sehari-hari dan program terapi yang lain (Cipriani, et al., 2014) Ini termasuk faktor penanganan di lingkungan seseorang termasuk: 1. Terlalu bersemangat (misalnya, kelebihan kebisingan, orang, atau kekacauan di rumah) atau kurang optimal (misalnya, kurangnya minat untuk melihat) 2. Masalah keamanan (misalnya, akses ke bahan kimia rumah tangga atau benda tajam atau kemampuan mudah untuk keluarrumah) 3. Kurangnya aktivitas dan struktur (misalnya, tidak ada olahraga teratur atau kegiatan yang sesuai dengan minat dankemampuan) 4. Kurangnya rutinitas yang mapan (misalnya, sering berubah dalam waktu, lokasi, atau urutan hariankegiatan). Sintesis kualitatif dari 63 studi penelitian tentang dampak intervensi lingkungan memberikan bukti atau perannya dalam mencegah dan mengurangi gejala perilaku, seperti mengembara atau agitasi. Meskipun 90% penelitian yang ditinjau menunjukkan efek positif, kebanyakan penelitian tidak menggunakan uji coba secara acak (Kales, et al., 2015). Kecemasan dan memperburuk gejala. depresi mungkin memperkuat dan Perjalanan klasik dari demensia adalah perburukan bertahap selama 5 sampai 10 tahun yang akhirnya menyebabkan kematian. Pasien dengan onset demensia yang dini kemungkinan memiliki perjalanan penyakit yang cepat. Gangguan tidur menjadi permasalahan yang sering di alami oleh para Jemaah haji sejak beberapa hari sebelum keberangkatan hingga setelah kepulangan dari ibadah haji, Sebagian besar kedala gangguan tidur disebabkan oleh karena perubahan lingkungan dan aktivitas yang berlebihan oleh Jemaah haji EARLY INSOMNIA SULIT MEMULAI TIDUR TERLALU LAMA UNTUK MASUK TIDUR, LEBIH DARI 1 JAM MAINTENANCE ISOMNIA SULIT TETAP TIDUR SERING TERBANGUN DI SAAT TIDUR LATE INSOMNIA TERBANGUN 2 JAM LEBIH AWAL DI PAGI HARI NONRESTORATIVE INSOMNIA LELAH WALAUPUN WAKTU TIDUR CUKUP Higiene tidur: 1. Hindari penggunaan kafein berlebihan 2. Segelas susu hangat membantu tidur 3. Keluar dari kamar tidur bila tidak tertidur 4. Hindari tidur siang 5. Olahraga beberapa jam sebelum tidur 6. Mandi air hangat 7. Olahraga berat mempersulit tidur 8. Kendalikan suhu, kelembaban, dan suhu kamar tidur 9. Tidur dan bangu di jam yang sama setiap hari 10. Karbohidrat membantu tidur, sementara gula dan suplemen bisa mengganggu tidur 34 ANTIDEPRESAN TRISIKLIK / TETRASIKLIK DOSIS KECIL MEMBANTU INSOMNIA DAN INSOMNIA DENGAN NYERI ANTI DEPRESAN YANG MEMILIKI EFEK SEDASI MEMBANTU TIDUR AKIBAT DEPRESI TIDAK ADA LIMIT WAKTU PENGGUNAAN ANTIDEPRESAN UNTUK INSOMNIA CONTOH : ZOLPIDEM ( NON BENZO), DIPENHIDRMIN ( ANTIHISTAMIN), AMITRIPTILINE, MAPROTILINE, MIRTAZAPINE, MELANTONIN(HERBAL) Kebingungan atau delirum banyak menjadi keluhan yang muncul saat menjalani kegiatan ibadah di tanah suci, Jemaah haji yang sering mengalami hal ini adalah Jemaah haji yang dalam kondisi masalah dalam fisiknya seperti dehidrasi atau mengalami serangan panas cuaca di tanah suci, hal ini perlu diwaspadai oleh para tenaga kesehatan yang bertugas sehingga perlu untuk melakukan edukasi secara berkala terkait bagaimana Jemaah menjaga kondisi fisiknya agar tetap prima Perjalanan ibadah haji yang berat sering menjadi beban psikis bagi para Jemaah, usia dan lingkungan yang baru membuat para Jemaah lansia menjadi terganggu, salah satu yang sering muncul adalah BPSD suatu masalah kronis yang sudah dialami semenjak sebelum keberangkatan namun memuncak pada saat di tanah suci. Pendampingan orang terdekat, baik mahroh atau KBIH menjadi hal yang penting dalam membantu Jemaah haji dengan BPSD selama menjalankan kegiatan ibadah di tanah suci pemberian psikofarmaka dapat membantu mengontrol perilaku Jemaah selama di tanah suci hingga pemulangan ke tanah air. Kecemasan dan panic menjadi salah satu keluhan yang sering muncul dimana beberapa hal kegiatan menjadi suatu pengalaman baru bagi Jemaah haji seperti naik pesawat, toilet duduk, hingga penggunaan lift di penginapan yang memicu munculnya kecemasan bagi Jemaah haji, keluhan keringat dingin, gemetar, berdebar, hingga keluhan lambung akan menjadi keluhan rutin yang di sampaikan Jemaah Pendampingan yang tepat sebelum keberangkatan ke tanah suci menjadi tatalaksana penting guna mengurangi kecemasan Jemaah haji, bagaimana mereka bisa mengetahui kegiatan , situasi penerbangan hingga penginapan akan mengurangi kecemasan yang muncul selama mereka beribadah nantinya. Keluhan kegawat darutan psikiatri yang muncul dan sering menimbulkan kendala besar bagi tim kesehatan haji adalah kasus gaduh gelisah dimana Jemaah haji mengamuk dan membahayakan diri serta orang disekitarnya, penyebabnya berbagai macam dari kebingungan hingga suatu penyakit gangguan jiwa seperti psikotik akut yang tidak terdeteksi di saat evaluasi kesehatan di tanah air Penangan gaduh gelisah menggunakan tim yang mampu lekakukan penangandengan baik, hal ini dilakukan oleh 4-5 orang dengan bantuan pemberian terapi emergency yang tepat, peran tenaga kesehatan haji menjadi penting dalam melakukan penangan segera kasus gaduh gelisah ini. PANSS EC digunakan pada 2 jam pertama setelah pemberian antipsikotik namun dapatpula dilakukan evaluasi dengan PANSS EC dalam 24 jam observasi pasien skizofrenia, tidak ada batasan waktu yang kaku dalam menggukan PANSS EC dalam menilai agitasi pada skizofrenia, namun sebagian besar peneliti melakukan pada 2 jam pertama setelah pemberian antipsikotik (Katagiri, 2013). PANSS EC 2-3 PANSS EC 4-5 PANSS EC 6-7 Ruang Tenang Persuasi : Persuasi: Empati dan dengarkan 2-5 Kontrak untuk tidak gelisah langkah berikatnya langkah berikut Haloperidol 5mg/30 menit. Haloperidol 5 mg + Diazepam 10 mg menit, selanjutnya dilakukan 2-5 menit, selanjutnya dilakukan Persuasi : 15 Menit selanjutnya dilakukan evaluasi. Tawarkan obat oral (maksimal 30mg/hari) Olanzapin 10 mg, dosis maksimal 30 mg Aripriprazole 9,75 mg dan Diazepam 10 dapat diulang setiap 2 jam mg ( dosis maksimal aripriprazole 30 mg/hari, dapat diulan setiap 2 jam) Aripriprazol 9,75mg, dosis maksimal Olanzapine 10 mg,dosis maksimal 30 30mg/hari dapat diulang tiap 2 jam. Diazepam 10 mg, dosis maksimal 20 mg/ hari, dapat diulang setiap 30 menit. mg dapat diulang tiap 2 jam. Zaccaro A, Piarulli A, Laurino M, et al. How breath-control can change your life: a systematic review on psycho-physiological correlates of slow breathing. Front doi:10.3389/fnhum.2018.00353 Hum Neurosci. 2018;12:353. Eagleson C, Hayes S, Mathews A, Perman G, Hirsch CR. The power of positive thinking: Pathological worry is reduced by thought replacement in Generalized Anxiety Disorder. Behav 2016;78:13-18. doi:10.1016/j.brat.2015.12.017 Res Ther. Bellelli, G., Biotto, M., Morandi, A., Meagher, D., Cesari, M., Mazzola, P., et al. (2019). The relationship among frailty, delirium and attentional tests to detect delirium: a cohort study. Eur. J. Intern. Med. 70, 33–38. doi: 10.1016/j.ejim.2019.09.008 Bowman, K., Jones, L., Masoli, J., Mujica-Mota, R., Strain, D., Butchart, J., et al. (2020). Predicting incident delirium diagnoses using data from primary-care electronic health records. Age 374–381. doi: 10.1093/ageing/afaa006 Ageing 49, Mortimer DS, Berg W. Agitation in patients recovering from traumatic brain injury: nursing management. J Neurosci Nurs. 2017;49:25-30. Wilson MP, Nordstrom K, Vilke GM. The agitated patient in the emergency department. Curr Emerg Hosp Med Rep. 2015;3:188-194. Gaynes BN, Brown CL, Lux LJ, et al. Preventing and de-escalating aggressive behavior among adult psychiatric patients: a systematic review of the evidence. Psychiatr Sim MG, Wain T, Khong E. Aggressive behaviour - prevention and management in the general practice environment. Aust Fam Physician. 2011;40:866-872. Serv. 2017;68:819-831.