Uploaded by Sanusi PKM

kesehatan jiwa jemaah haji 2023

advertisement
KESEHATAN JIWA JEMAAH HAJI
dr. H. I Putu Diatmika, M.Biomed, SpKJ,.M.H.
IDI NTB/ PDSKJI NTB
Nama
TTL
No Handphone
Instagram
: dr. H. I Putu Diatmika, M. Biomed, SpKJ., M.H.
: Mataram, 10 Juli 1984
: 08123947617
: diatkardia
Pendidikan
:
- Lulus Dokter Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana Bali, tahun 2008
- Lulus Program Magister Biomedik, Universitas Udayana, Bali tahun 2018
- Lulus Program Pendidikan Dokter Spesialis-I Ilmu Kedokteran Jiwa, Universitas Udayana, tahun 2018
- Fellowship Psikiatri Komunitas dan Adiksi Touyuan Mental Hospital, Taiwan 2018
- Lulus Magister Hukum. FH Univ. Mataram 2023
- Mediator dan Konsiliator tersertifikasi Mahkamah Agung, JIMLY SCHOOL Surabaya 2023.
Pengalaman Kerja dan Jabatan:
- Dokter Kesehatan Haji LOP tahun 2013
- Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa, RSJ Mutiara Sukma 2018
- Dosen Pendidik Klinis Fakultas kedokteran Universitas Mataram, 2018
- Direktur RS Metro Medika , Mataram, 2020
- Kepala Bioetik DMK, Fakultas Kedokteran UNIZAR, 2021
- Kepala Bagian Psikiatri FK Unram 2022
- Koordinator Pendidikan RSJ Mutiara Sukma 2022
Pengalaman Organisasi:
- Ketua Divisi Humas dan Dokumentasi Anggota IDI Kota Mataram
- Sekertaris IDI Wilayah NTB
- Sekertaris PDSKJI Cabang NTB
- Ketua Bidang Advokasi dan Legislasi PERDAHUKKI NTB
1.
UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
2.
UU No. 6 Tahun 2018 tentang Kekarantinaan Kesehatan
3.
UU No 8 Tahun 2019 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umrah
4.
UU No. 17 Tahun 2023 tentang Kesehatan
5.
Permenkes No. 15 Tahun 2016 tentang Istitahaah Kesehatan Jemaah Haji
6.
Permenkes No 62 Tahun 2016 tentang Penyelenggaraan Kesehatan Haji
7.
PMA No 13 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji Reguler
8.
Permenkes No 9 Tahun 2021 tentang Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Kesehatan Haji Di Arab Saudi
9.
KMK RI No. HK.01.07/MENKES/2118/2023 Standar Teknis Pemeriksaan Kesehatan dalam rangka
penetapan status istitaah kesehatan jemaah haji.
 TIDAK MEMILIKI VAKSIN SAH
 MENDERITA PENYAKIT YANG BERPELUANG SEMBUH ( TB BTA SPUTUM POSITIF, TB MULTIDRUG
RESISTEN, DM TIDAK TERKONTROL, HIPERTIROID, HIV AIDS DENGAN DIARE KRONIS,STROKE
AKUT,PERDARAHAN SALURAN CERNA, DAN ANEMIA GRAVIS
 SUSPEK PENYAKIT MENULR YANG BERPOTENSI WABAH
 PSIKOSIS AKUT
 FRAKTUR TUNGKAI
 FRAKTUR TULANG BELAKANG
 HAMIL YANG DI PREDIKSI USIA KEHAMILANNYA SAAT KEBERANGKATAN 14 MINGGU ATAU LEBIH
DARI 26 MINGGU
PERMENKES 15 TAHUN 2016
PEMERIKSAAN KESEHATAN HAJI
Tidak Memenuhi Syarat Istitaah Sementara (2/2)
Keputusan Menteri Kesehatan
Nomor HK.01.07/Menkes/2118/2023
1. Dilakukan pengobatan dan pola hidup sehat untuk mengendalikan faktor
risiko,
2. Dilakukan evaluasi setelah 1 bulan pengobatan,
3. Jika ada perbaikan maka status menjadi memenuhi syarat istitaah
kesehatan haji dengan pendampingan,
4. Jika tidak ada perbaikan maka jemaah tidak dapat melunasi Bipih dan
ditunda keberangkatannya pada tahun berjalan.
5
Tidak Memenuhi Syarat Istitaah
Kesehatan Haji (1/2)
Jemaah tidak dapat melunasi Bipih
Berdasarkan Hasil Pemeriksaan Medis:
a. Gagal ginjal dengan hemodialisa stadium 4 dan
h. PPOK dengan nilai spirometri FEV1 < 50 atau skala
sesak > 3 setelah melakukan SMWT atau tidak dapat
stadium 5
dilakukan tes SMWT
b. Sirosis hati
c. Stroke perdarahan
d. Skizofrenia dan psikosis
e. HIV/AIDS
f. Morbus Hansen
g. TB multiple drugs resistance dan totally drugs
resistance
Keputusan Menteri Kesehatan
Nomor HK.01.07/Menkes/2118/2023
i.
Penyakit jantung iskemik dan infark miokard dengan
riwayat serangan < 3 bulan dengan gambaran EKG
j. Gagal jantung dan kardiomegali dengan LVEF < 35%
atau nilai klasifikasi NYHA > 3 setelah melakukan
SMWT atau tidak dapat dilakukan tes SMWT
k. Keganasan dengan nilai skor ECOG > 2
Pemeriksaan Kesehatan
Jemaah Haji
Pemeriksaan fisik
dan penunjang
Pemeriksaan
kognitif
Pemeriksaan
kesehatan mental
Pemeriksaan ADL
Medical check-Up
Mini Cog & Clock
Drawing Test
The Abbreviated
Mental Test
Indeks Barthel
Untuk
mengidentifikasi
penyakit fisik dan
kesehatan jiwa
Untuk
mengidentifikasi
kemampuan berpikir
Untuk
mengidentifikasi
demensia, orientasi,
daya ingat, dan
konsentrasi
Untuk
mengidentifikasi
kemampuan
melakukan aktivitas
harian secara mandiri
7
Pemeriksaan medis dasar (basic medical check-up), wajib bagi setiap jemaah haji
Anamnesis
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan
kesehatan jiwa
1. Darah lengkap (Hb,
1. Riwayat kesehatan
sekarang,
2. Riwayat kesehatan
dahulu,
3. Riwayat kesehatan
keluarga.
Jika ada riwayat
penyakit jantung
ditambahkan pertanyaan
riwayat serangan
jantung terakhir.
Pemeriksaan
penunjang
Leuko, trombo, eritrosit,
hematokrit, hit.jenis,
LED)
1. Tanda vital
2. Golongan darah
2. Postur tubuh
3. Inspeksi dan palpasi
head to toe
Pemeriksaan ektremitas
termasuk kekuatan otot
dan refleks
Self-Reporting
Questionnare (SRQ) - 20
3. Kimia darah (HbA1c,
GDP, GD2PP, Kolesterol,
Trigliserida, SGOT, SGPT,
Ureum, Kreatinin)
4. Urin lengkap
5. Tes hamil (WUS)
6. Radiologi thoraks PA
7. EKG
No
Pertanyaan
1
Apakah anda sering menderita sakit kepala?
2
Apakah anda tidak nafsu makan?
3
Apakah anda sulit tidur?
4
Apakah anda mudah takut?
5
Apakah anda merasa tegang, cemas atau kuatir?
6
Apakah tangan anda gemetar?
7
Apakah pencernaan anda terganggu/ buruk?
 Jawaban Ya 6 – 20 : Indikasi
8
Apakah anda sulit untuk berpikir jernih?
gangguan kesehatan jiwa.
9
Apakah anda merasa tidak bahagia?
Perlu konsultasi ke psikiatri.
10
Apakah anda menangis lebih sering?
11
Apakah anda merasa sulit untuk menikmati kegiatan sehari-hari?
12
Apakah anda sulit untuk mengambil keputusan?
13
Apakah pekerjaan anda sehari-hari terganggu?
14
Apakah anda tidak mampu melakukan hal-hal yang bermanfaat dalam hidup?
15
Apakah anda kehilangan minat pada berbagai hal?
16
Apakah anda merasa tidak berharga?
17
Apakah anda mempunyai pikiran untuk mengakhiri hidup?
18
Apakah anda merasa lelah sepanjang waktu?
 Jawaban Ya 0 – 5
: Normal
Ya
9
Tidak
Pemeriksaan Kesehatan Mental
Untuk mengidentifikasi demensia, kemampuan
orientasi, daya ingat, dan konsentrasi
No
a. Jawaban Salah: nilai 0
b. Jawaban Benar: nilai 1
Daftar Pertanyaan
1
Saat ini kita sedang berada dimana?
Kategori penilaian:
2
Tahun berapa sekarang?
3
Berapa umur Anda?
1. Jika pertanyaan nomor 1 s.d. 4 terdapat 1 atau
lebih jawaban yang salah, maka termasuk
kategori Demensia Berat.
4
Tahun berapa Anda lahir?
5
Jam berapa sekarang? (Boleh lihat jam)
6
Di mana alamat rumah Anda? (RT, RW, Kelurahan)
7
Mampukah Anda mengenali dokter dan perawat?
(atau orang di sekitar)
8
Tahun berapa Indonesia Merdeka?
9
Siapa nama presiden RI sekarang?
10
Hitung mundur dari 20 sampai 1?
2. Jika pertanyaan nomor 1 s.d. 4 benar, dan nilai
keseluruhan <6, maka termasuk kategori
Demensia Sedang.
3. Jika pertanyaan nomor 1 s.d. 4 benar, dan nilai
keseluruhan 6 -8, maka termasuk kategori
Demensia Ringan.
4. Jika pertanyaan nomor 1 s.d. 4 benar, dan nilai
keseluruhan >8, maka termasuk kategori Tidak
Demensia
10
ADL Barthel Indeks adalah suatu instrument pengkajian yang
berfungsi mengukur kemandirian fungsional dalam hal
perawatan diri dan mobilitas serta dapat juga digunakan
sebagai kriteria dalam menilai kemampuan fungsional bagi
pasien-pasien yang mengalami gangguan keseimbangan.
20
19-12
11-9
8-5
4-0
: Mandiri
: ketergantungan
: ketergantungan
: ketergantungan
: ketergantungan
ringan
sedang
berat
total
IADL adalah instrument yang tepat untuk menilai
kemampuan hidup mandiri seseorang pada saat ini
,dimana kemampuan yang dinilai lebih kompleks
dibanding kegiatan sehari-hari.

Demensia adalah suatu sindrom yang mencakup gejala seperti kehilangan
kemampuan daya ingat, penilaian dan penalaran dan berbagai perubahan
perilaku. Fungsi otak cukup terpengaruh sehingga mengganggu kemampuan
seseorang di tempat kerja atau dalam aktivitas sehari-hari (Alzheimer Society of
Canada).

BPSD termasuk agitasi, depresi, apatis, pertanyaan berulang, psikosis, agresi,
masalah tidur, wandering (berkeliaran), dan berbagai perilaku yang tidak pantas
secara sosial. Satu atau lebih gejala akan mempengaruhi hampir semua
penderita demensia selama perjalanan penyakit mereka.
 Menurut World Alzheimer Report pada tahun 2010, lebih dari 35,6 juta orang di
seluruh dunia menderita demensia. Jumlah ini diperkirakan meningkat dua kali
lipat setiap 20 tahun, menjadi 65,7 juta pada 2030 dan 115,4 juta pada tahun 2050
(Forbes, et al., 2014).
 Data dari BAPPENAS 2013, angka harapan hidup di Indonesia (laki-laki dan
perempuan) naik dari 70,1 tahun pada periode 2010-2015 menjadi 72,2 tahun pada
periode 2030-2035.
 Jumlah penduduk berusia 65 tahun ke atas akan meningkat dari 5,0 % menjadi
10,8 % pada tahun 2035.
 Demensia Vaskuler (DV) diperkirakan cukup tinggi di negeri ini, data dari
Indonesia Stroke Registry 2013 dilaporkan bahwa 60,59 % pasien stroke
mengalami gangguan kognisi saat pulang perawat dari rumah sakit (PERDOSSI,
2015)
Berdasarkan etiologinya Demensia dibedakan menjadi:
a.
Demensia Pada Penyakit Alzheimer
b.
Demensia Vaskular
c.
Demensia Pada Penyakit Pick
d.
Demensia Pada Penyakit Creutfeld-jacob
e.
Demensia Pada Penyakit Huntington
f.
Demensia Pada Penyakit Parkinson
g.
Demensia Pada Penyakit HIV/AIDS
Demensia tipe Alzheimer prevalensinya paling besar (50-60%), disusul Demensia
Vaskular (20-30%).
 Karena penurunan kognitif saja tidak dapat menjelaskan gejala ini, berbagai faktor
penyebab telah diidentifikasi dikategorikan sebagai faktor yang berkaitan dengan
penderita demensia, faktor caregiver dan faktor lingkungan. (Kales, et al., 2015).
 Aspek pasien :
 Biologi
 Perubahan neurotransmitter
 Kondisi medis akut dan nyeri
 Aspek Psikis
 Kepribadian
 Peristiwa hidup
 Kebutuhan yang tidak terpenuhi
 Aspek Lingkungan
 Cargiver
 Lingkungan
 Secara umum gejala demensia dapat dibagi atas dua kelompok yaitu gangguan
kognisi dan gangguan non-kognisi.
 Keluhan kognisi terdiri dari gangguan memori terutama kemampuan belajar
materi baru yang sering merupakan keluhan paling dini.
 Keluhan non-kognisi meliputi keluhan neuropsikiatri (Neuropsychiatric Symptoms)
atau kelompok Behavioral And Psychological Symptoms Of Dementia (BPSD)
Pada keadaan lebih lanjut muncul gangguan fungsi kognitif kompleks
disertai gangguan perilaku, yaitu :
a.
disorientasi waktu dan tempat;
b.
kesulitan melakukan pekerjaan sehari hari;
c.
tidak mampu membuat keputusan;
d.
kesulitan berbahasa;
e.
kehilangan motivasi dan inisiatif;
f.
gangguan pengendalian emosi;
g.
daya nilai sosial terganggu; dan
h.
berbagai perubahan perilaku dan psikologis lainnya (agresifimpulsif,
halusinasi, waham).

Gejala – gejala klinis pada Demensia tipe Alzheimer berkembang perlahan
lahan, semakin lama semakin parah, sampai pada tahap lanjut penderita menjadi
tergantung penuh pada keluarga yang merawatnya.

Sedang pada Demensia Vaskular gejala muncul akut, gambaran klinis sesuai
kerusakan vaskuler di otak, kemunduran fungsi kognitif berjenjang sejalan
dengan serangan kerusakan vaskular berikutnya.
1.
Demensia (F00-F03) adalah sindroma disebabkan oleh gangguan diotak,
umumnya berlangsung kronis atau progresif.
2.
Ditandai oleh beragam gangguan fungsi luhur, termasuk memori, orientasi,
pemahaman, kalkulasi dan kapasitas belajar, bahasa dan pertimbangan.
3.
Kesadaran tidak berkabut.
4.
Gangguan fungsi kognitif biasanya disertai oleh deteriorasi kontrol emosi,
perilaku sosial atau motivasi.
5.
Sindrom ini terjadi pada penyakit Alzheimer, penyakit serebrovaskuler, dan
kondisi lain yang mempengaruhi otak secara primer atau sekunder.

Syarat utama untuk penegakan diagnosis adalah bukti adanya penurunan
kemampuan, baik dalam daya ingat maupun daya pikir seseorang sehingga
mengganggu kegiatan sehari-hari.

Hendaya daya ingat secara khas mempengaruhi proses registrasi, penyimpanan
dan memperoleh kembali informasi baru, tetapi ingatan yang biasa dan sudah
dipelajari sebelumnya dapat juga hilang, khususnya dalam stadium akhir.

Gejala dan hendaya di atas harus sudah nyata untuk setidaktidaknya 6 (enam)
bulan bila ingin membuat diagnosis klinis demensia yang mantap.
a.
Delirium
b.
Depresi
c.
Gangguan disosiatif
d.
Skizofrenia

Gejala klinis jika tidak ditangani lebih baik akan berdampak negatif pada
cepatnya perburukan penyakit, tidak hanya menghilangnya salah satu gejala.
Oleh karena itu terapi yang efektif akan berdampak positif terhadap perjalanan
penyakit, biaya perawatan yang lebih rendah, dan meningkatkan kualitas hidup
pasien dan caregiver. Terapi meliputi farmakologis dan non farmakologis (Kales,
2014)

Tata laksana psikososial ditujukan untuk mempertahankan kemampuan
penderita yang masih tersisa, menghambat progresivitas kemunduran fungsi
kognitif, mengelola gangguan psikologik dan perilaku yang timbul.

Latihan memori sederhana, latihan orientasi realitas, dan senam otak, dapat
membanu menghambat kemunduran fungsi kognitif.

Psikoedukasi terhadap keluarga/caregiver menjadi bagian yang sangat penting
dalam tata laksana pasien.
Pemberian obat Anti Demensia seperti Donepezil dan Rivastigmin bermanfaat untuk
menghambat kemunduran fungsi kognitif pada Demensia ringan sampai sedang,
tapi tidak dianjurkan untuk Demensia berat.
Untuk mengendalikan perilaku agresif dapat diberikan obat antipsikotik dosis
rendah (haloperidol 0,5-1 mg/hari atau Risperidon 0,5-1 mg/hari). Untuk mengatasi
gejala Depresi dapat diberikan Antidepresan (Sertralin 25mg/hari).
 Pada sebuah studi selama 12 minggu dikatakan manfaaat dari dosis kecil
risperidon untuk agitasi, agresivitas, psikotik, dan delusi pada perawatan dirumah,
dan ini adalah satu-satunya obat yang diterima oleh Australian Pharmaceutical
Benefits Advisory Committee (PBAC) untuk terapi BPSD.
 Obat lain seperti olanzapine, quetiapine secara luas digunakan untuk indikasi ini
karena perbedaan profil efek samping tetapi kurangnya bukti untuk efektivitasnya
(Woodward, 2014).
 Jika gejala primernya psikotik terutama halusinasi, penggunaan antipsikotik
atipikal antara lain risperidone 0,5-2mg sehari 2x, olanzapine 2.5-10mg perhari,
quetiapine 25-200mg perhari. Dosis rendah antispikotik knvensional seperti
haloperidol 0.5-2mg perhari dapat dipertimbangkan sebagai lini kedua (Durso, et
al., 2010).
 Modifikasi lingkungan merupakan salah satu strategi penanganan pada BPSD.
Lingkungan yang sesuai dapat menciptakan keamanan dan kenyamanan pada
pasien demensia serta caregiver dalam menjalani kegiatan sehari-hari dan
program terapi yang lain (Cipriani, et al., 2014)
 Ini termasuk faktor penanganan di lingkungan seseorang termasuk:
1. Terlalu bersemangat (misalnya, kelebihan kebisingan, orang, atau kekacauan di
rumah) atau kurang optimal (misalnya, kurangnya minat untuk melihat)
2. Masalah keamanan (misalnya, akses ke bahan kimia rumah tangga atau benda
tajam atau kemampuan mudah untuk keluarrumah)
3. Kurangnya aktivitas dan struktur (misalnya, tidak ada olahraga teratur atau
kegiatan yang sesuai dengan minat dankemampuan)
4. Kurangnya rutinitas yang mapan (misalnya, sering berubah dalam waktu, lokasi,
atau urutan hariankegiatan). Sintesis kualitatif dari 63 studi penelitian tentang
dampak intervensi lingkungan memberikan bukti atau perannya dalam mencegah
dan mengurangi gejala perilaku, seperti mengembara atau agitasi. Meskipun 90%
penelitian yang ditinjau menunjukkan efek positif, kebanyakan penelitian tidak
menggunakan uji coba secara acak (Kales, et al., 2015).
Kecemasan dan
memperburuk gejala.
depresi
mungkin
memperkuat
dan

Perjalanan klasik dari demensia adalah perburukan bertahap selama 5 sampai
10 tahun yang akhirnya menyebabkan kematian.

Pasien dengan onset demensia yang dini kemungkinan memiliki perjalanan
penyakit yang cepat.

Gangguan
tidur
menjadi
permasalahan yang sering di alami
oleh para Jemaah haji sejak beberapa
hari sebelum keberangkatan hingga
setelah kepulangan dari ibadah haji,

Sebagian besar kedala gangguan
tidur disebabkan oleh karena
perubahan lingkungan dan aktivitas
yang berlebihan oleh Jemaah haji
 EARLY INSOMNIA
 SULIT MEMULAI TIDUR
 TERLALU LAMA UNTUK MASUK
TIDUR, LEBIH DARI 1 JAM
 MAINTENANCE ISOMNIA
 SULIT TETAP TIDUR
 SERING TERBANGUN DI SAAT
TIDUR
 LATE INSOMNIA
 TERBANGUN 2 JAM LEBIH AWAL
DI PAGI HARI
 NONRESTORATIVE INSOMNIA
 LELAH WALAUPUN WAKTU
TIDUR CUKUP
 Higiene tidur:
1.
Hindari penggunaan kafein berlebihan
2.
Segelas susu hangat membantu tidur
3.
Keluar dari kamar tidur bila tidak tertidur
4.
Hindari tidur siang
5.
Olahraga beberapa jam sebelum tidur
6.
Mandi air hangat
7.
Olahraga berat mempersulit tidur
8.
Kendalikan suhu, kelembaban, dan suhu
kamar tidur
9.
Tidur dan bangu di jam yang sama setiap
hari
10.
Karbohidrat membantu tidur, sementara
gula dan suplemen bisa mengganggu tidur
34
 ANTIDEPRESAN TRISIKLIK /
TETRASIKLIK DOSIS KECIL
MEMBANTU INSOMNIA DAN
INSOMNIA DENGAN NYERI
 ANTI DEPRESAN YANG MEMILIKI
EFEK SEDASI MEMBANTU TIDUR
AKIBAT DEPRESI
 TIDAK ADA LIMIT WAKTU
PENGGUNAAN ANTIDEPRESAN
UNTUK INSOMNIA
 CONTOH : ZOLPIDEM ( NON BENZO),
DIPENHIDRMIN ( ANTIHISTAMIN),
AMITRIPTILINE, MAPROTILINE,
MIRTAZAPINE,
MELANTONIN(HERBAL)

Kebingungan atau delirum banyak
menjadi keluhan yang muncul saat
menjalani kegiatan ibadah di tanah suci,
Jemaah haji yang sering mengalami hal
ini adalah Jemaah haji yang dalam
kondisi masalah dalam fisiknya seperti
dehidrasi atau mengalami serangan
panas cuaca di tanah suci, hal ini perlu
diwaspadai oleh para tenaga kesehatan
yang bertugas sehingga perlu untuk
melakukan edukasi secara berkala
terkait bagaimana Jemaah menjaga
kondisi fisiknya agar tetap prima

Perjalanan ibadah haji yang berat sering menjadi beban psikis bagi para
Jemaah, usia dan lingkungan yang baru membuat para Jemaah lansia menjadi
terganggu, salah satu yang sering muncul adalah BPSD suatu masalah kronis
yang sudah dialami semenjak sebelum keberangkatan namun memuncak pada
saat di tanah suci.

Pendampingan orang terdekat, baik mahroh atau KBIH menjadi hal yang
penting dalam membantu Jemaah haji dengan BPSD selama menjalankan
kegiatan ibadah di tanah suci pemberian psikofarmaka dapat membantu
mengontrol perilaku Jemaah selama di tanah suci hingga pemulangan ke tanah
air.
 Kecemasan dan panic menjadi salah satu keluhan yang sering muncul dimana
beberapa hal kegiatan menjadi suatu pengalaman baru bagi Jemaah haji seperti naik
pesawat, toilet duduk, hingga penggunaan lift di penginapan yang memicu munculnya
kecemasan bagi Jemaah haji, keluhan keringat dingin, gemetar, berdebar, hingga
keluhan lambung akan menjadi keluhan rutin yang di sampaikan Jemaah
 Pendampingan yang tepat sebelum keberangkatan ke tanah suci menjadi tatalaksana
penting guna mengurangi kecemasan Jemaah haji, bagaimana mereka bisa mengetahui
kegiatan , situasi penerbangan hingga penginapan akan mengurangi kecemasan yang
muncul selama mereka beribadah nantinya.
 Keluhan kegawat darutan psikiatri yang muncul dan sering menimbulkan kendala
besar bagi tim kesehatan haji adalah kasus gaduh gelisah dimana Jemaah haji
mengamuk dan membahayakan diri serta orang disekitarnya, penyebabnya berbagai
macam dari kebingungan hingga suatu penyakit gangguan jiwa seperti psikotik akut
yang tidak terdeteksi di saat evaluasi kesehatan di tanah air
 Penangan gaduh gelisah menggunakan tim yang mampu lekakukan penangandengan
baik, hal ini dilakukan oleh 4-5 orang dengan bantuan pemberian terapi emergency
yang tepat, peran tenaga kesehatan haji menjadi penting dalam melakukan penangan
segera kasus gaduh gelisah ini.
 PANSS EC digunakan pada 2 jam pertama setelah
pemberian antipsikotik namun dapatpula dilakukan
evaluasi dengan PANSS EC dalam 24 jam observasi pasien
skizofrenia, tidak ada batasan waktu yang kaku dalam
menggukan PANSS EC dalam menilai agitasi pada
skizofrenia, namun sebagian besar peneliti melakukan pada
2 jam pertama setelah pemberian antipsikotik (Katagiri,
2013).
PANSS EC 2-3
PANSS EC 4-5
PANSS EC 6-7
Ruang Tenang
Persuasi :
Persuasi:
Empati dan dengarkan
2-5
Kontrak untuk tidak gelisah
langkah berikatnya
langkah berikut
Haloperidol 5mg/30 menit.
Haloperidol 5 mg + Diazepam 10 mg
menit,
selanjutnya
dilakukan 2-5
menit,
selanjutnya
dilakukan
Persuasi :
15
Menit
selanjutnya
dilakukan
evaluasi.
Tawarkan obat oral
(maksimal 30mg/hari)
Olanzapin 10 mg, dosis maksimal 30 mg Aripriprazole 9,75 mg dan Diazepam 10
dapat diulang setiap 2 jam
mg
( dosis
maksimal aripriprazole 30
mg/hari, dapat diulan setiap 2 jam)
Aripriprazol 9,75mg, dosis maksimal Olanzapine 10 mg,dosis maksimal 30
30mg/hari dapat diulang tiap 2 jam.
Diazepam 10 mg, dosis maksimal 20
mg/ hari, dapat diulang setiap 30 menit.
mg dapat diulang tiap 2 jam.
 Zaccaro A, Piarulli A, Laurino M, et al. How breath-control can change your life: a systematic review on psycho-physiological correlates of slow breathing. Front
doi:10.3389/fnhum.2018.00353
Hum Neurosci. 2018;12:353.
 Eagleson C, Hayes S, Mathews A, Perman G, Hirsch CR. The power of positive thinking: Pathological worry is reduced by thought replacement in Generalized Anxiety Disorder. Behav
2016;78:13-18. doi:10.1016/j.brat.2015.12.017
Res Ther.
 Bellelli, G., Biotto, M., Morandi, A., Meagher, D., Cesari, M., Mazzola, P., et al. (2019). The relationship among frailty, delirium and attentional tests to detect delirium: a cohort study. Eur. J. Intern.
Med. 70, 33–38. doi: 10.1016/j.ejim.2019.09.008
 Bowman, K., Jones, L., Masoli, J., Mujica-Mota, R., Strain, D., Butchart, J., et al. (2020). Predicting incident delirium diagnoses using data from primary-care electronic health records. Age
374–381. doi: 10.1093/ageing/afaa006
Ageing 49,
 Mortimer DS, Berg W. Agitation in patients recovering from traumatic brain injury: nursing management. J Neurosci Nurs. 2017;49:25-30.
 Wilson MP, Nordstrom K, Vilke GM. The agitated patient in the emergency department. Curr Emerg Hosp Med Rep. 2015;3:188-194.
 Gaynes BN, Brown CL, Lux LJ, et al. Preventing and de-escalating aggressive behavior among adult psychiatric patients: a systematic review of the evidence. Psychiatr
 Sim MG, Wain T, Khong E. Aggressive behaviour - prevention and management in the general practice environment.
Aust Fam Physician. 2011;40:866-872.
Serv. 2017;68:819-831.
Download