4. PERHITUNGAN DAN PEMBUATAN. 4.1 Perhitungan Sistem Transmisi Untuk membuat perbandingan roda gigi yang ideal, diperlukan perhitungan berdasarkan dimensi roda gigi dan karakteristik dari mesin. Untuk mengetahui karakteristik mesin, dapat dilakukan dengan pengujian dynotest. Gambar 4.1 Grafik torsi dan daya dari sepeda motor Honda Grand. Setelah mendapatkan hasil torsi puncak melalui dynotest, dilanjutkan dengan menentukan rpm puncak dari motor yang sesuai, yaitu 3600 rpm. Kondisi tersebut dijadikan sebagai acuan dalam menentukan kecepatan dan rpm mesin yang efisien. Pemilihan komponen ini menggunakan komponen dari sepeda motor, karena memiliki ketahanan yang lebih tinggi dari sepeda. Selain itu, komponen sepeda motor memiliki spesifikasi dan lebih mudah ditemukan di pasaran. 37 4.1.1 Rasio roda gigi Roda gigi pada umumnya memiliki bentuk dan fungsi yang berbedabeda. Pada prototype ini menggunakan tipe sprocket no hub (pada gambar 4.2 A). Sprocket ini menggunakan rantai sebagai penggerak utama. Gambar 4.2 Macam-macam Sprocket. Sumber : http://www.maintenancetechnology.com/2012/05/the-basics-of-rollerchain-sprockets/ Tiap bagian roda gigi memiliki nama yang berbeda. Karena tiap nama tersebut memiliki dimensi yang berbeda. Jika ukuran dimensinya dirubah, maka mempengaruhi kinerja dari roda gigi. Gambar 4.3 Nomencultare roda gigi. A, addendum circle; B, pitch circle; C, clearance circle; D, dedendum circle; E,bottom land; F, top land; G, flank; H, face; a = addendum distance; b = dedendum distance; c = clearance distance; p = circular pitch; t = tooth thickness; u = undercut distance. 38 Sumber : Mechanical Engineering Design, 1989, McGraw-Hillbook Co. Penggerak prototype bensin ini direduksi hanya satu kali, yaitu putaran mesin langsung diteruskan menuju putaran penggerak (gear roda belakang). Untuk hasil desain yang efisien, diperlukan dimensi gigi penggerak yang kecil agar satu percepatan ini setara dengan sepeda motor yang berada di gigi dua. karena ukuran gigi yang kecil akan menghasilkan torsi yang besar. Berdasarkan literatur jumlah gigi penggerak tidak direkomendasikan dibawah 10 gigi, karena memiliki perbandingan yang tidak ideal terhadap gigi yang digerakkan. Jumlah gigi penggerak sepeda motor yang terdapat di pasaran, dimulai dari 12 hingga 16 gigi. Jadi dalam rancangan gigi penggerak ini ditentukan sebesar 12 gigi. Karena jumlah 12 gigi dapat dimasukkan kedalam poros sentrifugal. Desain ukuran gear gigi roda belakang dipilih menjadi 3 pilihan, yaitu : a) 35 gigi, b) 45 gigi, c) 55 gigi. Pemilihan 35 gigi ini diambil dari motor bebek (Honda Kharisma) yang biasa digunakan dalam sehari-hari. Untuk pemilihan 45 gigi, diambil berdasarkan kendaraan tipe sport yang ada di pasaran (Honda GLMax). Pemilihan 55 gigi dibentuk dengan desain sendiri, pemanfaatan 55 gigi biasa untuk sepeda motor trail. A) Perhitungan menggunakan 35 gigi. Jumlah gigi penggerak = N1 = 12 gigi, Ukuran gigi penggerak = D1 = 45,51 mm, Jumlah gigi yang digerakkan = N2 = 35 gigi, Spesifikasi ban = 90/80-R17, rpm pada saat torsi puncak mesin = 3600 rpm. Ukuran gigi yang digerakkan (D2) belum diketahui. gigi penggerak gigi yang digerakkan Mencari jari-jari roda : 39 1 2 x diameter 𝑣𝑒𝑙𝑔 + lebar ban x 𝑎𝑠𝑝𝑒𝑐𝑡 𝑟𝑎𝑡𝑖𝑜 𝑏𝑎𝑛 Jari-jari roda = 17 𝑖𝑛𝑐ℎ 2 x 0,0254 Jari-jari roda = 0,2879 m 𝑚 𝑖𝑛𝑐ℎ + 90 𝑚𝑚 x Perhitungan Roda Gigi D1/D2 = N1/N2 45,51 mm / D2 = 12 gigi / 35 gigi D2 = 132,75 mm Rasio roda gigi : N2 / N1 Rasio roda gigi : 35 gigi / 12 gigi Rasio roda gigi : 2,916 Perhitungan Kecepatan Roda Rasio roda gigi = ω in / ω out 2,916 = 3600 rpm / ω out ω out = 1234,56 rpm ω out = 1234,56 rpm . ω out = 129,28 rad/s 2 π rad/s 60 v roda = ω out . jari-jari roda v roda = 129,28 rad/s . 0,2879 m v roda = 37,21 m/s = 133,95 km/jam 40 0,001 𝑚𝑚 x 80 100 Pada penggunaan 35 gigi saat mesin berputar 3600 rpm pada torsi puncak, roda belakang berputar dengan kecepatan 133,95 km/jam B) Perhitungan menggunakan 45 gigi. Jumlah gigi penggerak = N1 = 12 gigi, Ukuran gigi penggerak = D1 = 45,51 mm, Jumlah gigi yang digerakkan = N2 = 45 gigi, rpm pada saat torsi puncak mesin = 3600 rpm. Ukuran gigi yang digerakkan (D2) belum diketahui. gigi penggerak gigi yang digerakkan Perhitungan Roda Gigi D1/D2 = N1/N2 45,51 mm / D2 = 12 gigi / 45 gigi D2 = 170,66 mm Rasio roda gigi : N2 / N1 Rasio roda gigi : 45 gigi / 12 gigi Rasio roda gigi : 3,75 Perhitungan Kecepatan Roda Rasio roda gigi = ω in / ω out 3,75 = 3600 rpm / ω out ω out = 960 rpm ω out = 960 rpm . 2 π rad/s 60 41 ω out = 100,53 rad/s v roda = ω . jari-jari roda v roda = 100,53 rad/s . 0,2879 m v roda = 28,94 m/s = 104,19 km/jam Pada penggunaan 45 gigi saat mesin berputar 3600 rpm pada torsi puncak, roda belakang berputar dengan kecepatan 104,19 km/jam C) Perhitungan menggunakan 55 gigi. Jumlah gigi penggerak = N1 = 12 gigi, Ukuran gigi penggerak = D1 = 45,51 mm, Jumlah gigi yang digerakkan = N2 = 55 gigi, rpm pada saat torsi puncak mesin = 3600 rpm. Ukuran gigi yang digerakkan (D2) belum diketahui. gigi penggerak gigi yang digerakkan Perhitungan Roda Gigi D1/D2 = N1/N2 45,51 mm / D2 = 12 gigi / 55 gigi D2 = 208,58 mm Rasio roda gigi : N2 / N1 Rasio roda gigi : 55 gigi / 12 gigi Rasio roda gigi : 4,58 42 Perhitungan Kecepatan Roda Rasio roda gigi = ω in / ω out 4,58 = 3600 rpm / ω out ω out = 786,02 rpm ω out = 786,02 rpm . 2 π rad/s ω out = 82,31 rad/s 60 v roda = ω . jari-jari roda v roda = 82,31 rad/s . 0, 2879 m v roda = 23,697 m/s = 85,30 km/jam Pada penggunaan 45 gigi saat mesin berputar 3600 rpm pada torsi puncak, roda belakang berputar dengan kecepatan 85,30 km/jam Tabel 4.1 Perhitungan roda gigi N2 V roda belakang N1 Rpm (km/jam) 35 133,95 12 3600 45 104,19 12 3600 55 85,30 12 3600 4.2 Pembuatan gear depan dan kopling sentrifugal kering Pembuatan gigi depan dapat dilakukan, setelah mengetahui karakteristik dari tiga gigi yang berbeda. Langkah awal dari proses ini yaitu, memilih gear berjumlah 12 milik sepeda motor. Lalu mesin dibongkar 43 (gambar 4.4) agar transmisi, dan kopling ganda sepeda motor Honda Grand dapat dilepas. Gambar 4.4 Mesin Honda Grand. Kopling sentrifugal beserta komponen transmisi lainnya harus dalam keadaan terlepas, agar rumah kopling sentrifugal dapat dimodifikasi. Kopling sentrifugal memiliki gigi kecil (Gambar 4.5). Langkah untuk perubahan awalnya dilakukan dengan membubut gigi kecil hingga rata, agar memudahkan saat proses pemasangan. Gambar 4.5 Gigi kopling sentrifugal diratakan. Setelah mendapatkan sproket gear depan yang berjumlah 12 gigi, bagian tengah gigi tersebut dibubut. Pembesaran lubang gigi ini dilakukan agar diameter lingkarannya sama dengan diameter poros milik housing 44 sentrifugal. Setelah gear dimasukkan dalam poros, gear tersebut diberi dudukan berupa pipa yang rata sebagai landasan yang rata saat dikunci dengan las listrik (Gambar 4.6). Gambar 4.6 Sprocket gear depan sesudah dikunci menggunakan las. Kopling sentrifugal tipe basah (gambar 4.7) membutuhkan rendaman oli agar kampas kopling dapat bekerja, namun dikarenakan kondisi penggerak yang bersifat langsung menuju ke roda belakang, maka kopling sentrifugal ini dirubah menjadi kopling sentrifugal tipe kering. Cara merubahnya, bagian tengahnya diambil dengan cara dipotong menggunakan gerinda potong. Hasil potongan ini di pasangkan pada sentrifugal milik Yamaha Mio (Gambar 4.8). Gambar 4.7 Kampas kopling tipe basah. 45 Kedua benda ini disambungkan menggunakan las listrik. Bagian tengah ini tetap dipertahankan, karena gigi tengah sentrifugal ini menyesuaikan dengan gigi yang ada pada crankshaft Honda Grand. Gambar 4.8 Sentrifugal yang sudah dimodifikasi menjadi tipe kering. 46 Dengan demikian, modifikasi sentrifugal dari tipe basah ke tipe kering sudah dapat diaplikasikan pada crankshaft. Gambar 4.9 Kopling sentrifugal dipasangkan pada crankshaft. 4.3 Pengadaan Gear roda belakang A) Pengadaan gigi ukuran 35 Gear roda belakang berjumlah 35 gigi didapat dari gear roda belakang milik Honda Kharisma. Ukuran dari gear ini memiliki tebal 7 mm, diameter dalam 58,1 mm, diameter luar 132,75 mm, diameter luar gigi 145,9 mm. 47 B) Ukuran 45 Gear roda belakang ukuran 45 didapat dari gear roda belakang milik Honda GL-Max C) Pembuaatan gigi ukuran 55 Dikarenakan ukuran yang diatas normal, maka diperlukan desain ulang dari roda gigi milik industri. Langkah ini dimulai dengan menentukan gear roda belakang berjumlah 55 gigi. Dilanjutkan dengan mencari titik tengah, lalu dilubangi, agar lubang bagian tengah dapat masuk pada dudukan flange. Setelah gear terpasang menempel dengan flange, melubangi 4 baut pengunci. Lalu bagian plat gear ditipiskan dengan cara dibubut. 4.4 Pembuatan Prototype Connecting Support (flange). Bearing free wheel digunakan sebagai dasar membuat dudukan dari roda belakang. Desain dudukan gear roda belakang ini dapat tetap bergerak meluncur, dengan putaran roda belakang yang tidak terhambat oleh engine brake ketika pedal gas ditutup. Dan bearing free wheel akan terkunci lagi ketika pedal gas kembali dibuka. dikarenakan proses manufaktur free wheel custom membutuhkan waktu yang cukup lama, maka menggunakan free wheel sepeda yang terdapat di pasaran. Cara pembuatan flange, memotong pipa dengan panjang 2 cm, diameter pipa ini sesuai dengan gigi pada bearing free wheel. Lalu dikunci menggunakan las listrik (Gambar 4.10). 48 Gambar 4.10 Bearing free wheel dikunci menggunakan las listrik. Pada bagian luar pipa diberi 4 mur berukuran m8 (Gambar 4.11). Kemudian gear roda belakang diletakkan pada bidang datar, dengan posisi baut sudah terpasang dengan mur. Lalu dikunci dengan menggunakan las tembaga. Karena las tembaga memiliki sifat yang dapat menyatukan pipa dengan mur. Gambar 4.11 Mur bearing free wheel dikunci menggunakan las tembaga. 49 Gambar 4.12 Tampak bearing free wheel dari samping. Namun pembuatan flange ini memiliki banyak kekurangan, ketika terpasang, gear roda belakang bergoyang ke samping, dan ke atas. Sehingga ketika terpasang di roda, dipastikan tidak stabil, dan beresiko rantai lepas. Hal ini dikarenakan ketika proses las dari panas ke dingin tidak rata, maka posisi mur bergeser (Gambar 4.12). Selain itu, proses pembuatan lebih baik tidak menggunakan proses las, karena susah mencari posisi yang akurat. 4.5 Pembuatan Connecting Support menggunakan proses bubut. Dari kekurangan desain awal, maka perlu mendesain ulang proses pembuatannya. Flange ini dibentuk tanpa menggunakan proses las, melainkan proses bubut. Dengan proses bubut, maka hasil akhir lebih akurat dan tidak goyang. Langkah awal yang dilakukan yaitu mendesain ulang menggunakan solidworks (Gambar 4.13). 50 Gambar 4.13 Desain simulasi gear roda belakang. 4.5.1 Proses pembuatan Connecting Support Setelah mendesain dudukan roda gigi menggunakan solidworks (Gambar 4.14), dilanjutkan dengan mencari flange rem cakram milik Yamaha Jupiter untuk dimodifikasi menjadi landasan dudukan gear roda belakang. proses modifikasi ini dilakukan dengan cara dibubut. Membentuk lubang di tengah yang sesuai dengan lubang tengah milik sepeda motor Honda Kharisma/GLmax. Proses ini dilanjutkan dengan membuat 4 lubang untuk posisi baut gear roda belakang (Gambar 4.15). 51 Gambar 4.14 Desain menggunakan solidworks Gambar 4.15 Connecting Support yang sudah dimodifikasi di beri 4 lubang. 4.5.2 Pengadaan Bearing free wheel Komponen ini langsung beli jadi di toko sepeda. Bearing free wheel memiliki ukuran diameter luar 61 mm, dan diameter dalamnya 32 mm (Gambar 4.17). 52 Gambar 4.16 Desain bearing free wheel menggunakan solidworks Gambar 4.17 Bearing free wheel saat dipasang. 4.5.3 Pembuatan ring support bearing free wheel Ring penahan ini berperan penting untuk menahan bearing free wheel tidak bergerak ketika roda berputar. Langkah pembuatannya, mendesain menggunakan solidworks (Gambar 4.18). Sesudah itu, mencari pelat dari logam bekas setebal 7 mm. Ditengah plat diberi lubang dengan 53 diameter 6,1 cm, yang sesuai dengan diameter luar bearing free wheel. Supaya bearing free wheel terkunci, perlu pembuatan lubang untuk posisi 6 baut pengunci. Cara mengetahui posisi baut yang pas, bearing free wheel dipasangkan pada lubang ring penahan. Lalu di beri tanda diantara gigi-gigi roda, sebanyak 6 tanda lingkaran. Posisi baut ini akan tertanam melingkar di keliling gigi bearing. Setelah itu, 6 tanda tersebut dilubangi menggunakan bor. Ring penahan dipasang pada flange yang menjepit bearing free wheel ditengahnya (Gambar 4.19). Gambar 4.18 Desain ring penahan menggunakan solidworks. Gambar 4.19 Ring penahan yang sudah terpasang. 54 4.5.4 Pembuatan dudukan sprocketgear roda. Lubang tengah gear roda belakang di ukur, dan di desain ulang melalui solidworks (Gambar 4.20). Pembuatan ini menggunakan pipa yang dibubut dengan ukuran diameter luar 5,8 cm, tinggi 0,9 cm. Ukuran pipa ini dengan connecting support sama presisi. Pipa ini dipress agar masuk ke tengah connecting support (Gambar 4.21). Gambar 4.20 Desain ring sebagai dudukan gear roda belakang. Gambar 4.21 Posisi ring saat dipasang. 55 Gambar 4.22 Kondisi ring saat gear ukuran 35 terpasang. 4.5.5 Penggabungan Connecting Support, bearing free wheel, ring penahan. Perakitan Connecting Support dan ring penahan akan diberi bearing free wheel milik sepeda. Bearing free wheel ini dijepit dan di kunci diantara Connecting Support dengan ring penahan, menggunakan baut M8. (Gambar 4.23). Gambar 4.23 Tampak atas gear roda belakang yang sudah dirakit. 56 Gambar 4.24 Tampak samping gear roda belakang yang sudah dirakit. Gambar 4.25 Tampak bawah gear roda belakang yang sudah dirakit. Setelah itu, gear roda belakang dipasang di Connecting Support, lalu dikunci menggunakan 6 skrup berukuran M8 (Gambar 4.26). Pergantian ukuran gear roda belakang dapat dilakukan dengan melepas 4 baut yang menempel di Connecting Support (Gambar 4.27). 57 Gambar 4.26 Tampak bawah gear roda belakang. Gambar 4.27 Gear roda belakang yang sudah dirakit. 4.6 Pemasangan pada roda. Karena roda yang dipilih roda sepeda, maka cara memasangnya dengan cara menempelkan ulir flange pada ulir velg, dan diputar searah jarum jam. Posisi gear menghadap keluar. 58 Gambar 4.28 Roda belakang prototype belum terpasang. Gambar 4.29 Gear 35 gigi sudah terpasang di roda. 4.7 Pemasangan rantai Karena jarak sumbu dari poros sentrifugal ke poros roda belakang dari awal belum diketahui, maka perlu menyiapkan rantai dengan panjang 128 mata. Dikarenakan menyesuaikan dengan dimensi dari gear roda belakang, pemilihan rantai memakai ukuran 428H. 428H memiliki arti, jarak antar 59 pinnya 12,7 mm, lebar inner plate 7,85 mm, dan ketebalan platnya 2 mm. sehingga memiliki dimensi yang mempu menahan kerja yang berat, dan tetap aman tidak putus saat kompetisi berlangsung. Rantai ini dipasang dengan melepas mata kunci rantai. Lalu memasangkan dari gigi sentrifugal, ditarik hingga mengitari gear roda belakang. Setelah seluruh rantai sudah mengelilingi gear poros sentrifugal dan gear roda belakang dengan kencang, kedua ujung rantai ditandai dengan spidol putih. Kemudian mata rantai ini dipotong. Rantai tidak dapat dipotong sembarangan, karena kalau dipotong kedua sisi tanpa perhitungan dan ketelitian, dapat mengakibatkan kelompatan mata rantai. Setelah dipotong, kedua sisi rantai ini disambung dengan pengunci rantai (Gambar 4.30). Gambar 4.30 Rantai yang sudah di pasang. Kelurusan rantai perlu diperiksa dari poros sentrifugal ke roda belakang (Gambar 4.31). Jika ditemukan kondisi yang miring, maka keselarasan roda perlu diatur ulang. Posisi yang miring, bersifat merugikan karena menjadi hambatan bagi laju prototype. Posisi rantai bagian bawah di beri bantalan agar tidak kontak dengan logam (Gambar 4.32). 60 Gambar 4.31 Rantai yang selaras dengan sentrifugal. Gambar 4.32 Posisi rantai yang diberi bantalan. 4.8 Pengujian Pengujian ini menggunakan 3 gear yang memiliki jumlah yang berbeda, 35 gigi, 45 gigi, dan 55 gigi. Sistem pengujian yang dilakukan ada 3, yaitu : A) Pengujian RPM, B) Pengujian speed limit, C) Pengujian luncur. 61 A) Pengujian karakteristik kopling sentrifugal. Berdasar dari desain, dapat mengetahui hasil secara tertulis, namun hasil tersebut, harus di uji. Pengujian ini menggunakan handled rpm meter Hasil pengujian (Gambar 4.33). Tabel 4.2 Tabel karakteristik kopling sentrifugal. Jumlah gigi 35 45 55 Idle 1300 1150 1070 Tanpa beban 1520 1230 1250 Dengan 1820 1520 1350 beban Gambar 4.33 Pengambilan data pengujian RPM prototype. Pada penggunaan gigi 35, rpm saat langsam berkisar 1300. Karena semakin bertambahnya beban, maka diperlukan putaran awal yang tinggi agar prototype dapat bergerak dari keadaan diam. Ketika rpm di setting pada 1000 rpm saat langsam, diperlukan bukaan throttle 50% agar prototype bisa bergerak dari keadaan diam. Pada penggunaan gigi 45, rpm saat langsam sekitar 1150. Jumlah rpm ini lebih kecil dibandingkan dengan gigi 35. Karena 45 gigi memiliki torsi yang besar, sehingga prototype dapat bergerak dengan sendirinya saat kondisi idle 1300 rpm. Penurunan rpm ini diharapkan agar prototype dapat idle tanpa bergerak. 62 Pada penggunaan 55 gigi, putaran idle ini 1050 rpm. Torsi yang dihasilkan dari gigi ini sangat besar. Maka perlu melakukan penurunan rpm dari 1150 menjadi 1050. Dengan penurunan rpm diharapkan prototype dapat stasioner tanpa bergerak. Dengan settingan yang sesuai, bukaan throttle hanya memerlukan 10% agar prototype dapat akselerasi. Karakter yang sesuai dengan prototype ini menggunakan 55 gigi, karena memerlukan bukaan throttle yang sedikit untuk bergerak. B) Pengujian speed limit. Berdasarkan regulasi Indonesia Energy Marathon Challenge 2014 Pada awal pengujian ini, menggunakan gigi berjumlah 35. Ketika diikutkan kompetisi Indonesia Energy Marathon Challenge, prototype ini tidak lolos scrutineering. Peraturan yang diterapkan mewajibkan prototype memiliki kecepatan minimum 20 km/jam. Kecepatan yang dihasilkan oleh prototype ini dibawah 5 km/jam. Bahkan untuk tarikan awal terasa cukup berat. Maka data gigi 35 dinyatakan gagal uji. Pengujian indipendent berdasarkan kegagalan regulasi Indonesia Energy Marathon Challenge 2014. Persiapan awal yang dilakukan sebelum pengujian, yaitu mengganti 35 gigi menjadi 45 gigi. Rantai penyambung juga diganti lebih panjang. Selain itu menyiapkan alat dan bahan yang akan diuji, yaitu : pembatas, meteran, bahan bakar, rpm meter handheld. 63 Pada gambar 4.34, melakukan pengukuran berjarak 3 meter, lalu diberi pembatas A (awal) dan pembatas B (akhir). Gambar 4.34 Batas garis yang ditentukan sejauh 3 meter. Prototype disiapkan dalam kondisi mati pada 5 meter sebelum garis A. Mesin dinyalakan, lalu dijalankan hingga menyentuh garis B (Gambar 4.35). Gambar 4.35 Prototype berada 5 meter sebelum garis A. 64 Gambar 4.36 Limit speed dari titik A. Ketika menyentuh titik A (Gambar 4.36), stopwatch mulai digunakan. Ketika menyentuh titik B, stopwatch dihentikan, lalu mencatat waktu tiap percobaan (Gambar 4.37). Gambar 4.37 Limit speed dari titik B. 65 Setelah melakukan pengujian sebanyak 5 kali ditemukan hasil sebagai berikut, Tabel 4.3 Hasil pengujian dengan 45 gigi. 45 gigi Waktu (detik) Jarak (meter) Pengujian 1 1,088 3 Pengujian 2 1,139 3 Pengujian 3 1,085 3 Pengujian 4 0,930 3 Pengujian 5 1,012 3 Rata-rata pengujian penggunaan 45 gigi, pada saat menempuh jarak 3 meter dalam waktu 1,0508 detik Penggunaan 55 gigi Prosedur yang dilakukan sama dengan pengujian sebelumnya. Hanya berbeda pada obyek yang diuji. Yaitu menggunakan 55 gigi. Tabel 4.4 Hasil pengujian dengan 45 gigi 55 gigi Waktu (detik) Jarak (meter) Pengujian 1 0,949 3 Pengujian 2 1,124 3 Pengujian 3 0,981 3 Pengujian 4 0,855 3 Pengujian 5 0,920 3 Rata-rata pengujian penggunaan 55 gigi, pada saat menempuh jarak 3 meter dalam waktu 0,9658 detik C) Pengujian luncur. Persiapan yang perlu dilakukan yaitu membuat 2 garis batas (Gambar 4.38). Garis awal ini diberi tanda start, garis kedua diberi tanda A. Jarak antara kedua garis ini 3 meter. Prototype ini harus mencapai garis 66 batas 3 meter dalam waktu 1 detik, agar kecepatan benda uji rata-rata 20 km/jam.. Cara yang dipakai ini sama dengan pengujian limit speed. Gambar 4.38 Garis batas untuk pegujian luncur. Prototype disiapkan untuk diuji luncur. Mesin dinyalakan, lalu dijalankan dari garis start. Setelah mencapai garis A, pedal gas dilepas sehingga kendaraan meluncur hingga kendaraan berhenti (Gambar 4.39). Kemudian ukur jarak dan waktu ketika prototype berhenti. Gambar 4.39 Menguji luncur di lintasan datar. 67 Gambar 4.40 Mengambil data pengukuran. Setelah mengambil data pengujian yang dilakukan sebanyak 5 kali (Gambar 4.40), data tersebut dimasukkan kedalam tabel. Dari pengujian ini, ditemukan data sebagai berikut. 68 Tabel 4.5 Hasil pengujian luncur tanpa bearing free wheel. Jarak (meter) Deselerasi (m/s2) 1 20,58 10,247 2 21,94 12,967 3 21,98 13,047 4 20,10 9,287 5 20,64 10,367 Rata-rata 21,048 11,183 m/s2 Pengujian tanpa free wheel Tabel 4.6 Hasil pengujian luncur dengan bearing free wheel. Jarak (meter) Deselerasi (m/s2) 1 24,29 17,667 2 25,21 19,507 3 24,57 18,227 4 24,36 17,807 5 24,84 18,767 Rata-rata 24,654 18,395 Pengujian free wheel Perhitungan deselerasi V akhir 2 = V awal 2 – 2 . a . x 0 = (5,56)2 m/s 2 – 2 . a . 20,58 m a = - 30,913 m/s2 + 41,16 m a = 10,247 m/s2 Rata-rata pengujian prototype tanpa free wheel dapat menempuh jarak 21,048 meter, deslerasinya 11,183 m/s2. Rata-rata pengujian menggunakan free wheel, dapat menempuh jarak 24,654 meter dalam waktu 18,395 m/s2. 69