Uploaded by nathaniel.ao128

essay fix(1)

advertisement
SEC_SD2023020000006
Analisis Keterkaitan Pendidikan, Ekonomi, dan Ketenagakerjaan
Mengulas Kebenaran di Balik Pengangguran Terdidik dan Kesiapan Indonesia
Menghadapi Era Society 5.0
SEC_SD2023020000006
1. Pendahuluan
Perubahan era Society 4.0 ke 5.0 membawa dampak yang signifikan bagi
Indonesia. Era Society 5.0 adalah paradigma yang menekankan pada integrasi
teknologi digital dengan kebutuhan dan aspirasi manusia untuk menciptakan
masyarakat yang inklusif dan berkelanjutan, serta berorientasi pada manusia. Pada era
ini, kemajuan teknologi seperti kecerdasan buatan (AI), big data, Internet of Things
(IoT), dan robotika digunakan secara holistik untuk membantu mengatasi masalah
sosial dan meningkatkan kualitas hidup. Pada era ini, teknologi menjadi alat untuk
mencapai kesejahteraan manusia, di mana kemajuan teknologi dan perkembangan
manusia saling mendukung. Era Society 5.0 ini juga membawa dampak yang
signifikan terhadap tenaga kerja. Hal ini dikarenakan adanya adopsi teknologi
canggih yang menyebabkan perubahan dalam pola kerja dan kesesuaian kompetensi
sumber daya manusia dengan tenaga kerja yang dibutuhkan.
Berdasarkan survei yang dilakukan oleh World Economic Forum 2020 yang
dipublikasikan dalam laporan “Future of Jobs Reports 2020”, WEF menyebutkan
bahwa disrupsi teknologi menjadi salah satu faktor yang memengaruhi tenaga kerja
dan lapangan kerja. Hasil survei tersebut menunjukkan bahwa 43 persen industri di
dunia akan memangkas jumlah tenaga kerja karena adanya otomatisasi dan sebanyak
41 persen industri berencana untuk mempekerjakan tenaga ahli untuk melakukan
pekerjaan tertentu yang membutuhkan spesialisasi khusus. Selain itu, sebanyak 97
juta lapangan kerja baru akan muncul dengan menyesuaikan pembagian kerja baru
antara manusia, mesin, dan algoritma.
Berdasarkan infografis mengenai profil ketenagakerjaan per Februari 2023, dapat
dilihat bahwa Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) secara nasional yaitu 5,45 persen
dengan lulusan SMK memiliki angka TPT paling tinggi, yaitu 9,60 persen, diikuti
oleh lulusan SMA dengan TPT sebesar 7,69 persen. Meningkatnya Tingkat TPT ini
disebabkan oleh sebagian besar pekerjaan yang ditawarkan untuk lulusan SMA atau
SMK sudah dapat digantikan oleh teknologi atau mesin. Hal ini menunjukkan bahwa
kualitas angkatan kerja lulusan SMA atau SMK tidak mumpuni untuk terjun ke dunia
industri di era Society 5.0 ini. Pendidikan teknologi menjadi hal penting yang harus
dikuasai oleh setiap angkatan kerja agar mampu bersaing di era ini. Selain itu,
ketersediaan sarana dan prasarana pendidikan juga merupakan salah satu komponen
penting yang dapat mendukung peningkatan kualitas tenaga kerja di Indonesia yang
SEC_SD2023020000006
diharapkan akan memberikan implikasi yang signifikan terhadap peningkatan
perekonomian Indonesia.
Berdasarkan permasalahan ketenagakerjaan dan pengangguran tersebut, maka
perlu dilakukan analisis lebih lanjut mengenai hubungan faktor-faktor yang menjadi
penghambat dalam penyerapan tenaga kerja, seperti kualitas pendidikan, khususnya
terkait dengan teknologi, dan perekonomian Indonesia yang ditinjau dari tingkat
kedalaman kemiskinan dalam upaya mempersiapkan Indonesia agar mampu bersaing
di era Society 5.0 dari segi kualitas sumber daya manusia
2. Pembahasan
Analisis yang akan digunakan untuk melihat korelasi antara kualitas pendidikan,
tenaga kerja, dan ekonomi adalah Vector Autoregressive Integrated Moving Average
(VARIMA). Metode VARIMA (Vector Autoregressive Integrated Moving Average)
adalah pendekatan statistik yang digunakan untuk memodelkan dan menganalisis
hubungan antara beberapa variabel yang saling terkait seiring waktu. Data yang
digunakan dalam analisis VARIMA ini berupa data deret waktu multivariat dari tahun
2015-2021, yaitu Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) Menurut Provinsi (Persen) per
Semester 2, Tingkat Pengangguran Terbuka Menurut Provinsi (Persen) per Bulan
Agustus, Indeks Pembangunan Teknologi Informasi dan Komunikasi, dan Tingkat
Penyelesaian Pendidikan SMA per Provinsi. Data yang digunakan bersumber dari
data Badan Pusat Statistik (BPS).
Asumsi yang digunakan pada analisis ini adalah variabel yang ada di masa lalu
saling memengaruhi variabel yang sama untuk saat ini. Analisis VARIMA ini
bertujuan untuk melihat hubungan antara variabel-variabel tersebut (positif atau
negatif) serta besar pengaruh suatu variabel ke variabel lainnya. Pada analisis ini,
variabel eksogen yang digunakan adalah tingkat lulusan SMA. Asumsi tambahan
yang digunakan adalah pengangguran terhitung sejak lulus SMA, sehingga pemilihan
Tingkat Lulusan SMA sebagai variabel eksogen sejalan dengan asumsi tersebut. Pada
analisis ini, lag yang dipilih sebesar 1 karena keterbatasan data yang digunakan, yaitu
hanya 7 tahun.
Table 1 : Hasil analisis VARIMA
P1.Semester 2
Pengangguran
lulusan.
SMA
IP.TIK
Lag P1.Semester 2
0,7839
-0,4237
0
-0,3781
Lag Pengangguran
-0,444
0,5284
0
-0,220
Lag lulusan.SMA
-0,0108
-0.0328
0
0,0314
lag.IP TIK
-0,0297
0,2535
0
0,5924
lulusan.SMA
0,0184
0,0644
0
0,0199
SEC_SD2023020000006
Dengan menggunakan analisis VARIMA dengan lulusan SMA sebagai variabel
eksogen, diperoleh hasil sebagai berikut.
● Tingkat lulusan SMA memberikan pengaruh yang signifikan terhadap
penambahan tingkat pengangguran secara keseluruhan. Hal ini ditunjukkan
dengan koefisien regresi sebesar 0,064.
● Tingkat lulusan SMA tahun sebelumnya memberikan pengaruh yang signifikan
terhadap Indeks Pembangunan TIK tahun setelahnya. Hal ini ditunjukkan dengan
koefisien regresi sebesar 0,0314.
● Tingkat pengangguran tahun sebelumnya memberikan pengaruh yang sangat
signifikan terhadap tingkat pengangguran pada bulan Agustus tahun setelahnya.
Hal ini ditunjukkan dengan koefisien regresi sebesar 0,5284.
● Indeks Pembangunan TIK tahun sebelumnya memberikan pengaruh yang
signifikan terhadap tingkat pengangguran tahun setelahnya karena koefisiennya
positif, yaitu sebesar 0,2535.
● Indeks kedalaman kemiskinan tahun sebelumnya memberikan pengaruh yang
sangat signifikan terhadap Indeks Kedalaman Kemiskinan tahun setelahnya. Hal
ini ditunjukkan dengan koefisien regresi sebesar 0,7839.
● Tingkat lulusan SMA dan Indeks Pembangunan TIK tidak memberikan pengaruh
terhadap indeks kedalaman kemiskinan. Hal ini dapat dilihat dari koefisien regresi
yang bernilai negatif.
● Tingkat lulusan SMA tahun sebelumnya tidak memberikan pengaruh terhadap
tingkat Pengangguran pada bulan Agustus tahun setelahnya. Hal ini ditunjukkan
dengan koefisien regresi sebesar -0,0328.
Dari hasil di atas, dapat dilihat bahwa secara keseluruhan, tingkat lulusan SMA
memiliki korelasi positif terhadap indeks kedalaman kemiskinan, tingkat
pengangguran terbuka, dan Indeks Pembangunan TIK secara keseluruhan. Namun,
dapat dilihat bahwa lulusan SMA tahun lalu tidak memberikan pengaruh yang
signifikan terhadap tingkat pengangguran tahun setelahnya. Hal ini dapat dilihat dari
koefisien regresi sebesar -0,0328, artinya lulusan SMA tahun sebelumnya akan
memberikan perubahan yang cukup signifikan terhadap jumlah pengangguran tahun
ini, dengan asumsi bahwa lulusan SMA tahun sebelumnya akan mendapat pekerjaan
di tahun berikutnya, namun lulusan SMA yang diserap tidak signifikan sehingga
implikasi terhadap pengurangan jumlah pengangguran juga tidak signifikan. Hal ini
juga sejalan dengan fakta bahwa lulusan SMA tahun lalu tidak akan memberikan
pengaruh terhadap jumlah pengangguran terbuka tahun depan, karena lulusan SMA
tahun lalu akan terhitung sebagai pengangguran di tahun tersebut. Dari hasil analisis
VARIMA tersebut, dapat diketahui bahwa variabel yang ditinjau memiliki hubungan
satu sama lain, namun analisis VARIMA ini tidak dapat digunakan untuk
menyimpulkan variabel tersebut memiliki hubungan secara langsung atau tidak.
Pada analisis VARIMA diasumsikan bahwa semua variabel dalam model saling
mempengaruhi secara simultan, yang mengindikasikan bahwa perubahan dalam satu
SEC_SD2023020000006
variabel dapat mempengaruhi variabel lainnya dalam jangka waktu tertentu. Namun,
hubungan ini hanya mencerminkan hubungan statistik atau korelasi antara variabelvariabel tersebut sehingga untuk menyimpulkan hubungan kausal antara variabelvariabel diperlukan pemahaman domain yang baik dan analisis tambahan, salah
satunya dengan menggunakan analisis jalur. Analisis jalur adalah metode statistik
yang dapat digunakan untuk memodelkan hubungan sebab-akibat antara variabel
dalam suatu model yang kompleks. Pada analisis jalur terdapat koefisien jalur yang
digunakan untuk untuk mengeksplorasi hubungan kausal antara variabel-variabel
yang kompleks, mengidentifikasi variabel perantara yang memediasi hubungan, dan
menguji model hipotesis. Dengan demikian, analisis jalur memberikan landasan
empiris yang kuat untuk memahami mekanisme kausal dalam suatu model dan
menguji hipotesis penelitian.
Pada analisis jalur ini, ditetapkan beberapa hipotesis awal yang akan dibuktikan
validitasnya dengan menggunakan data lag Indeks Kedalaman Kemiskinan dengan
lag sebesar 1 (L_P1), Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1), Indeks Pembangunan
Teknologi Informasi dan Komunikasi (IP-TIK), tingkat lulusan SMA menurut
Provinsi (L.S) dan tingkat Pengangguran menurut Provinsi (P.A). Uji statistik untuk
variabel yang digunakan menunjukkan p-value sebesar 0, artinya model yang
digunakan cocok untuk menginterpretasikan data yang ada dan masing-masing
variabel berpengaruh secara signifikan satu sama lain. Berikut ini merupakan hasil uji
p-value dari variabel yang digunakan.
Table 2 : Hasil uji p-value
P1.
Pengangguran.
Semester 2 Agustus
P1.Semester 2
lulusan.
IP.TIK
SMA
Lag P1.
Semester 2
0,0222
0
0
0
0,0157
Pengangguran.
Agustus
0,222
0
0
0
IP TIK
-0,0297
0,2535
0
0,5924
Lag
P1.Semester 2
0
0,0157
0
0
lulusan.SMA
0
0
0
0
Perhatikan bahwa indeks kemiskinan tahun sebelumnya belum tentu
berpengaruh secara langsung terhadap variabel lainnya, sehingga akan dilakukan
perhitungan koefisien pengaruh masing-masing variabel untuk setiap kemungkinan
jalur. Model yang dibangun untuk analisis jalur ini adalah sebagai berikut.
SEC_SD2023020000006
Indeks kedalaman kemiskinan tahun sebelumnya Indeks Pembangunan TIK
tahun setelahnya Tingkat lulusan SMA tahun setelahnya Tingkat pengangguran
tahun setelahnya Indeks kedalaman kemiskinan tahun setelahnya.
Model ini dipilih karena ingin meninjau pengaruh indeks kedalaman kemiskinan
tahun lalu terhadap pembangunan TIK di Indonesia dan tingkat lulusan SMA tahun
setelahnya sehingga berdampak pada tingkat pengangguran dan indeks kedalaman
kemiskinan tahun setelahnya. Pemilihan model ini didasari oleh fakta bahwa apabila
indeks kedalaman kemiskinan semakin tinggi, maka hal ini dapat menghambat
pengembangan dan penggunaan teknologi informasi dan komunikasi pada tahun
berikutnya karena rendahnya tingkat ekonomi masyarakat akibat kemiskinan sehingga
masyarakat menjadi terhambat untuk mendapat akses teknologi. Tingkat kemiskinan
yang tinggi pada tahun sebelumnya juga memiliki peluang untuk menghambat akses
untuk mendapatkan pendidikan yang memadai karena kesulitan dalam memenuhi
biaya pendidikan. Hal ini dapat berdampak negatif pada tingkat lulusan SMA pada
tahun berikutnya. Tingkat kemiskinan yang tinggi juga mengindikasi adanya
ketidakstabilan ekonomi dan keterbatasan kesempatan kerja sehingga jika indeks
kedalaman kemiskinan tinggi pada tahun sebelumnya, maka kemungkinan besar
pengangguran juga tinggi pada tahun berikutnya, sehingga tingkat kemiskinan yang
tinggi berpotensi akan berlanjut hingga tahun berikutnya.
Figure 1 : Nilai koefisien korelasi menurut analisis jalur
Berikut ini merupakan nilai koefisien korelasi dari kemungkinan jalur yang ada:
SEC_SD2023020000006
● Indeks kedalaman kemiskinan tahun sebelumnya terhadap tingkat tingkat
pengangguran tahun setelahnya
○ Pengaruh secara langsung: 0,02
○ Pengaruh tidak langsung Indeks kedalaman kemiskinan terhadap tingkat
pengangguran (adanya pengaruh IP-TIK): (-0.07)(-0.20) = 0,014
○ Pengaruh tidak langsung Indeks kedalaman kemiskinan terhadap tingkat
pengangguran (adanya pengaruh tingkat lulusan SMA): (0,02)(-0,19) = 0,0038
○ Pengaruh tidak langsung Indeks kedalaman kemiskinan terhadap tingkat
pengangguran (adanya pengaruh tingkat lulusan SMA, kemudian IP-TIK):
(-0,07)(-0,01)(-0,19) = -0,000133
○ Pengaruh tidak langsung Indeks kedalaman kemiskinan terhadap tingkat
pengangguran (adanya pengaruh IP-TIK, kemudian tingkat lulusan SMA):
(0,02)(-0,01)(-0,20) = 0.00004
Pengaruh total dari Indeks Kedalaman Kemiskinan tahun sebelumnya terhadap
tingkat pengangguran tahun setelahnya adalah 0,0301, artinya indeks kedalaman
kemiskinan tahun sebelumnya dan tingkat pengangguran tahun setelahnya memiliki
hubungan yang positif. Dari jalur tersebut, dapat dilihat juga bahwa pengaruh secara
tidak langsung dari indeks kedalaman kemiskinan tahun sebelumnya terhadap tingkat
pengangguran tahun setelahnya dengan adanya pengaruh Indeks Pembangunan TIK,
kemudian tingkat lulusan SMA tahun setelahnya bernilai positif. Hal ini sesuai
dengan fakta bahwa rendahnya indeks kedalaman kemiskinan menggambarkan
kondisi ekonomi yang sehat dan kesetaraan pendapatan yang lebih baik sehingga
dapat mendorong pengembangan teknologi informasi dan komunikasi yang lebih
baik. Indeks Pembangunan TIK yang tinggi dapat meningkatkan akses terhadap
teknologi dan informasi, termasuk akses ke sumber pendidikan melalui e-learning.
Hal ini memperbesar peluang lulusan SMA untuk memperoleh pengetahuan dan
keterampilan melalui internet. Pada era Society 5.0, keterampilan dalam penguasaan
teknologi menjadi faktor penting dalam banyak sektor pekerjaan. Lulusan SMA yang
menguasai teknologi dan memiliki pemahaman yang baik tentang TIK memiliki
peluang yang lebih besar untuk mendapatkan pekerjaan yang berkaitan dengan
teknologi. Kemampuan ini dapat membantu mereka bersaing dalam pasar tenaga
kerja sehingga mengurangi tingkat pengangguran.
● Indeks Pembangunan Teknologi Informasi dan Komunikasi terhadap tingkat
tingkat pengangguran
○ Pengaruh langsung: -0,20
○ Pengaruh tidak langsung Indeks Pembangunan Teknologi Informasi dan
Komunikasi terhadap tingkat pengangguran (adanya pengaruh tingkat
lulusan SMA): (-0,01)(-0,19)= 0,0019
Pengaruh total Indeks Pembangunan Teknologi Informasi dan Komunikasi
terhadap tingkat tingkat pengangguran adalah -0,1981, artinya kedua variabel tersebut
SEC_SD2023020000006
memiliki hubungan yang negatif. Hal ini menunjukkan bahwa jika pembangunan TIK
meningkat, maka tingkat pengangguran akan menurun. Hal ini sesuai dengan fakta
bahwa penguasaan teknologi merupakan salah satu kualifikasi utama yang
dibutuhkan dalam dunia kerja saat ini. Indeks Pembangunan TIK yang tinggi
menggambarkan adanya peningkatan pendidikan dan pelatihan dalam bidang TIK
yang berdampak pada peningkatan kualifikasi dan peluang kerja.
● Tingkat lulusan SMA terhadap tingkat pengangguran
○ Pengaruh langsung: -0,19
○ Pengaruh tidak langsung tingkat lulusan SMA terhadap tingkat
pengangguran (adanya pengaruh Indeks Pembangunan TIK): (-0,01)(0,2)= 0,02
Pengaruh total tingkat lulusan SMA terhadap tingkat tingkat pengangguran adalah
-0,17, artinya kedua variabel tersebut memiliki hubungan yang negatif, tetapi
pengaruh tidak langsung tingkat lulusan SMA terhadap tingkat pengangguran dengan
adanya pengaruh Indeks Pembangunan TIK bernilai positif. Hal ini menggambarkan
kondisi jika lulusan SMA menguasai teknologi, maka jumlah pengangguran akan
bertambah karena meningkatnya daya saing dalam dunia kerja yang tidak diimbangi
dengan adanya perluasan lapangan kerja. Selain itu, meskipun lulusan SMA
menguasai teknologi, lulusan SMA tersebut harus bersaing dengan lulusan perguruan
tinggi yang memiliki kualifikasi pendidikan yang lebih tinggi dan pengalaman yang
lebih luas.
Tingkat persaingan yang tinggi dapat membuat sulit bagi lulusan SMA untuk
mendapatkan pekerjaan yang diinginkan, terutama di sektor-sektor yang sangat
kompetitif, dengan mempertimbangkan fakta bahwa saat ini sebagian besar lowongan
pekerjaan memilih kualifikasi yaitu minimal Diploma atau Sarjana. Menurut Deputi
Koordinasi Pendidikan dan Agama Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia
dan Kebudayaan (PMK), terdapat 1,8 juta lulusan SMA yang terpaksa bekerja dan tak
meneruskan pendidikan ke jenjang Perguruan Tinggi. Setiap tahunnya, 1,8 juta
lulusan SMA ini juga harus bersaing dengan 1,3 juta lulusan perguruan tinggi dengan
gelar sarjana maupun diploma dalam mencari kerja, yang berarti terdapat sekitar 3,1
juta pencari pekerjaan tak termasuk angka pengangguran terbuka maupun angka putus
sekolah. Hal ini memperlihatkan bahwa dengan adanya faktor menyempitnya
lapangan kerja oleh kemajuan teknologi, menyebabkan lulusan SMA harus bersaing
dalam mencari pekerjaan dan tidak meneruskan pendidikannya ke jenjang perguruan
tinggi.
3. Penutup
Dari analisis jalur di atas, dapat disimpulkan bahwa dengan meningkatkan
kualitas lulusan SMA di bidang teknologi akan berkontribusi dalam mengurangi
tingkat pengangguran di tahun tersebut. Hal ini dapat dilihat dari hubungan sekuensial
SEC_SD2023020000006
antara lulusan SMA, IP TIK, tingkat pengangguran, dan indeks kedalaman
kemiskinan. Jika jumlah lulusan SMA meningkat tetapi tidak diimbangi dengan
pengetahuan dan keterampilan teknologi yang cukup, maka tingkat pengangguran
kemungkinan tetap akan meningkat, yang pada akhirnya akan berdampak pada
peningkatan indeks kedalaman kemiskinan tahun tersebut. Perlu diperhatikan bahwa
lulusan SMA yang menguasai teknologi juga akan bersaing dengan para lulusan
sarjana yang mencari pekerjaan juga, sehingga para lulusan SMA harus bersaing
dengan lulusan perguruan tinggi yang memiliki kualifikasi pendidikan yang lebih
tinggi dan pengalaman yang lebih luas, khususnya dalam bidang teknologi, di mana
tersedia program MBKM untuk perguruan tinggi menyediakan akses dalam
pembelajaran teknologi, yaitu melalui workshop atau pembelajaran tambahan yang
membahas topik-topik teknologi spesifik, seperti pemrograman, desain grafis, analisis
data, kecerdasan buatan, atau teknologi internet. Selain itu, program MBKM juga
dapat menyediakan kesempatan magang di perusahaan atau organisasi teknologi.
Melalui magang ini, mahasiswa dapat belajar mengenai pekerjaan di bidang industri
dan mendapatkan pengalaman kerja praktis dalam lingkup teknologi. Hal inilah yang
membuat sebagian lulusan sarjana sudah memiliki pengalaman kerja sebelum
akhirnya terjun ke dunia kerja.
Dari pembahasan di atas, jelas bahwa Indonesia butuh pengembangan di berbagai
sektor untuk memajukan sumber daya manusia agar lebih siap menghadapi era
Society 5.0, salah satunya pada sektor pendidikan. Salah satu solusi untuk memajukan
sektor pendidikan adalah dengan mengembangkan kembali Program Merdeka
Belajar, tak hanya berfokus untuk jenjang perkuliahan, tetapi juga untuk SMA atau
SMK. Salah satu prioritas Program Merdeka Belajar yang dapat diterapkan atau
dikembangkan untuk memajukan sektor pendidikan adalah Kampus Merdeka untuk
jenjang pendidikan SMA atau SMK. Kegiatan Kampus Merdeka untuk jenjang SMA
atau SMK ini dapat mempersiapkan para lulusan SMA atau SMK untuk
meningkatkan kemampuan di bidang teknologi, mengingat bahwa digitalisasi telah
mengubah cara kerja di banyak industri. Salah satu implementasi Program Kampus
Merdeka yang dapat diterapkan adalah kegiatan wirausaha merdeka dan magang
bersertifikat, khususnya bagi lulusan SMK yang kemungkinan besar akan langsung
terjun ke dunia kerja. Banyak proses bisnis yang sebelumnya dilakukan secara manual
telah digantikan oleh otomatisasi dan teknologi. Jika lulusan SMA tidak memiliki
pemahaman tentang teknologi yang digunakan dalam proses kerja modern, mereka
mungkin kesulitan untuk beradaptasi dengan perubahan tersebut. Dengan demikian,
dengan adanya pengajaran yang memadai dalam bidang teknologi informasi dan
komunikasi (TIK), lulusan SMA akan lebih siap dan relevan untuk terjun ke dunia
kerja yang semakin didorong oleh teknologi. Kemampuan dalam menguasai teknologi
akan meningkatkan peluang untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik dan
berkontribusi pada penurunan tingkat pengangguran serta indeks kedalaman
kemiskinan di era Society 5.0 ini.
SEC_SD2023020000006
4. Daftar Pustaka
Satudata Kemnaker | Portal Data Ketenagakerjaan RI. (n.d.).
https://satudata.kemnaker.go.id/infografik/53
Kusnandar, V. B. (2023, October 1). Ada 673 Ribu Pengangguran Lulusan
Universitas pada Agustus 2022. Katadata.
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2023/01/10/ada-673-ribupengangguran-lulusan-universitas-pada-agustus-2022
Kasih, A. P. (2021, January 5). Mendikbud Nadiem: 8 Program Prioritas Merdeka
Belajar di Tahun 2021 Halaman all - Kompas.com. KOMPAS.com.
https://www.kompas.com/edu/read/2021/01/06/065358771/mendikbud-nadiem8-program-prioritas-merdeka-belajar-di-tahun-2021?page=all#page2
Jumartdiawan, A. W., S.Kom, & Puspitasari, M., S.Kom (2022). Analisis Strategi
Peningkatan Daya Serap Tenaga Kerja Dalam Negeri Tahun 2022. Kementerian
Ketenagakerjaan Republik Indonesia. https://satudata.kemnaker.go.id/satudatapublic/2022/10/files/publikasi/1684978440316_Analisis%2520Strategi%2520Pe
ningkatan%2520Daya%2520Serap%2520Tenaga%2520Kerja%2520Dalam%25
20Negeri%2520Tahun%25202022.pdf
Badan Pusat Statistik (2022). Pengangguran Terbuka Menurut Pendidikan Tertinggi
yang Ditamatkan (Orang), 2021-2022. Diakses Juni 18, 2023, dari
https://www.bps.go.id/indicator/6/674/1/-pengangguran-terbuka-menurutpendidikan-tertinggi-yang-ditamatkan.html
Badan Pusat Statistik (2022). Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) Menurut Provinsi
Dan
Daerah
(Persen).
Diakses
Mei
30,
2023,
dari
https://www.bps.go.id/indicator/23/503/4/indeks-kedalaman-kemiskinan-p1menurut-provinsi-dan-daerah.html
Badan Pusat Statistik (2022). Tingkat Pengangguran Terbuka Menurut Provinsi
(Persen).
Diakses
Mei
30,
2023,
dari
https://www.bps.go.id/indicator/6/543/4/tingkat-pengangguran-terbuka-menurutprovinsi.html
Badan Pusat Statistik (2022). Tingkat Penyelesaian Pendidikan Menurut Jenjang
Menurut Jenjang Pendidikan dan Provinsi. Diakses 30 Mei 2023, dari
https://www.bps.go.id/indicator/28/1980/1/tingkat-penyelesaian-pendidikanmenurut-jenjang-pendidikan-dan-provinsi.html
Untari, R., Hasyyati, A. N., Wulandari, V. C., Kusumatrisna, A. L., Syakilah, A., &
Sutarsih, T. (2021). Indeks Pembangunan Teknologi Informasi dan Komunikasi
2020. Badan Pusat Statistik.
Untari, R., Hasyyati, A. N., Syakilah, A., & Candraningtyas, P. (2020). Indeks
Pembangunan Teknologi Informasi dan Komunikasi 2020. Badan Pusat Statistik.
Maharani, K., Siswayu, G., (2018). Indeks Pembangunan Teknologi Informasi dan
Komunikasi 2018. Badan Pusat Statistik.
SEC_SD2023020000006
Lestari, N. K., (2017). Perkembangan Indeks Pembangunan Teknologi Informasi dan
Komunikasi (IP-TIK). Badan Pusat Statistik.
Azis, M. (2013, November 29). Analisis Jalur [Lecture]. SlideShare.
https://www.slideshare.net/musdalifah/analisis-jalur-path-analysis-28722277
Download