LAPORAN PRAKTIKUM ELEKTROANALISIS TITRASI KONDUKTOMETRI Oleh : Nama : Dendya Bagus Irawan NIM : 201810301062 Kelas : Bp Kelompok :1 Asisten : Rizqiyah Eka Ariska S. LABORATORIUM KIMIA ANALITIK JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS JEMBER 2022 BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konduktometri merupakan metode analisis kimia yang didasarkan pada pengukuran konduktivitas larutan. Konduktivitas elektrolitik adalah ukuran kemampuan suatu larutan untuk membawa arus listrik dalam suatu sel elektrokimia. Hantaran arus listrik terjadi karena adanya migrasi ion-ion sebagai akibat pengaruh medan elektrik. Daya hantar listrik dipengaruhi oleh jenis dan konsentrasi ion suatu larutan. Daya hantar listrik juga dipengaruhi oleh banyaknya ion dalam larutan. Ion yang bergerak semakin banyak akan menyebabkan nilai daya hantar listriknya semakin besar pula. Satuan daya hantar listrik adalah Ohm-1 (Mulyasuryani dan Zainuri, 2016). Titrasi konduktometri memiliki beberapa kelebihan yang mungkin tidak dapatkan ketika menggunakan metode titrasi lainnya. Kelebihan salah satunya yaitu tidak menggunakan indikator, karena dalam titrasi konduktometri ini kita hanya mengukur daya hantar larutan sehingga titik ekuivalen tidak perlu dicari dengan melihat adanya perubahan warna. Penerapan titrasi konduktometri contohnya yaitu titrasi antara asam kuat basa kuat seperti HCl yang dititrasi oleh NaOH (Sumariyah et al., 2006). Praktikum kali ini membahas tentang titrasi konduktansi dengan tujuan melakukan analisis kuantitatif dengan teknik konduktometri dan menghitung konsentrasi elektrolit dengan titrasi. Prosedur pada percobaan kali ini ada empat cara kerja, yaitu kalibrasi konduktometer, titrasi NaOH dengan HCl, titrasi NH3 dengan HCl, dan titrasi CH3COOH dengan NH3. Metode yang digunakan pada percobaan kali ini yaitu titrasi konduktansi. Alat yang digunakan yaitu konduktometer. Mekanisme percobaan yang pertama kalibrasi konduktometer dengan standar 1,413 mS/c. Tahapan selanjutnya titrasi natrium hidroksida, amonia, asam asetat menggunakan larutan HCl dan larutan amonia. Konsentrasi akan didapatkan dengan membuat kurva antara volemu titran terhadap konsentrasi (Tim Penyusun, 2022). 1.2 Rumusan Masalah Rumusan masalah pada praktikum titrasi konduktasi yaitu: 1.2.1 Bagaimana cara analisi kuantitatif menggunakan teknik konduktometri? 1.2.2 Bagaimana cara cara menghitung konsentrasi elektrolit menggunakan titrasi? 1.3 Tujuan Tujuan dari praktikum titrasi konduktasi yaitu: 1.3.1 Mengetahui cara analisis kuantitatif menggunakan teknik konduktometri 1.3.2 Menghitung konsentrasi elektrolit menggunakan titrasi BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Material Safety Data Sheet (MSDS) 2.1.1 Akuades (H2O) Akuades memiliki wujud berupa liquid, tidak berbau, dan tidak memiliki rasa. Akuades memiliki berat molekul 18,02 g/mol. Akuades tidak berwarna, tidak berasa serta tidak berbau. Akuades merupakan salah satu jenis larutan netral yang tentunya memiliki pH 7. Titik didih dan titik beku akuades sebesar 100°C dan 0°C. Akuades mempunyai gravitasi spesifik 1 dengan kerapatan uap sebesar 0,62 g/cm3, dan tekanan uap sebesar 2,3 kPa. Akuades tidak berbahaya jika terjadi kontak kulit, karena tidak bersifat korosif, irritant, dan permeator, begitu pula pada kontak dengan mata dan pernafasan (Labchem, 2022). 2.1.2 Ammonia (NH3) Ammonia merupakan zat cair yang berbau menyngat dan tidak berwarna. Senyawa ini memiliki berat molekul sebesar 17,031 g/mol. Amonia larut pada air dingin, air panas, metanol dan dietil eter namun tidak larut dalam aseton. Ammonia bersifat basa dan berbahaya jika kontak dengan kulit dan mata. Penanganan yang tepat jika terjadi kontak langsung dengan senyawa ini yaitu dibasuh dengan air mengalir selama 15 menit dan diolesi emolien. Penanganan apabila uap terhirup adalah dengan membawa korban ketempat dengan udara yang lebih segar (Labchem, 2022). 2.1.3 Asam Asetat (CH3COOH) Asam asetat merupakan zat cair, tidak berwarna, dan berbau menyengat. Asam asetat memiliki titik didih 118,1oC dan titik leleh sebesar 16,6oC dan titik 321,67oC. Asam asetat larut pada air dingin, aseton, serta air panas dan dietil eter. Penanganan yang tepat jika terjadi kontak langsung dengan senyawa ini yaitu dibasuh dengan air mengalir selama 15 menit dan diolesi emolien. Penanganan apabila uap terhirup adalah dengan membawa korban ketempat dengan udara yang lebih segar. Inhalasi dan masalah iritasi yang akut harus ditangani oleh petugas medis (LabChem, 2022). 2.1.4 Asam Klorida (HCl) Asam klorida berwujud cairan, memiliki warna putih sampai kuning dan berbau menyengat.. Senyawa ini memiliki berat molekul yaitu 60,05 g/mol dengan titik didih 108,58oC, dan titik beku -62,25oC. Senyawa ini mudah larut dalam dalam pelarut air dingin, air panas, dan dietil eter. Senyawa ini bersifat asam kuat dengan pH 1-2, bersifat korosif, mudah terbakar, dan dapat mengiritasi mata atau kulit. Penanganan yang tepat jika terjadi kontak langsung dengan senyawa ini yaitu dibasuh dengan air mengalir selama 15 menit dan diolesi emolien. Penanganan apabila uap terhirup adalah dengan membawa korban ketempat dengan udara yang lebih segar (LabChem, 2022). 2.1.5 Kalium Klorida (KCl) Kalium klorida mempunyai sifat fisik antara lain berwujud padatan, berwarna putih, dan tidak berbau. Titik didih dari bahan ini adalah sebesar 1420 oC dan titik leburnya adalah sebesar 770 oC. Kalium klorida dapat larut di dalam air panas dan air dingin. Kalium klorida cukup berbahaya apabila terkena kontak langsung pada mata dan kulit, hal ini dikarenakan dapat menyebabkan iritasi. Penanganan pertama yang harus dilakukan apabila terjadi kontak langsung pada mata dan kulit adalah segera membasuhnya dengan menggunakan air yang mengalir selama kurang lebih 15 menit (LabChem, 2022). 2.1.6 Natrium Hidroksida (NaOH) Natrium hidroksida mempunyai sifat fisik antara lain berwujud padatan yang berwarna putih dan tidak berbau. Natrium hidroksida memiliki titik lebur sebesar 323 oC, titik didih sebesar 1388 oC dan berat jenis sebesar 2,13 gram/mol. Bahan ini mudah larut di dalam air dingin, metanol dan etanol. Natrium hidroksida cukup berbahaya apabila terkena kontak langsung pada mata dan kulit, hal ini dikarenakan dapat menyebabkan iritasi. Penanganan pertama yang harus dilakukan apabila terjadi kontak langsung pada mata dan kulit adalah segera membasuhnya dengan menggunakan air yang mengalir selama kurang lebih 15 menit. Penanganan pertama bila terhirup, segera pergi ke tempat terbuka untuk mendapatkan udara segar (LabChem, 2022). 2.2 Dasar Teori 2.2.1 Konduktometri Konduktometri adalah salah satu metode analisis kimia yang didasarkan pada pengukuran daya hantar listrik atau konduktivitas suatu larutan. Larutan yang digunakan adalah larutan elektrolit karena dapat menghasilkan ion-ion yang dapat menghantarkan listrik dalam larutan. Daya hantar listrik (G) pada suatu larutan bergantung pada jenis dan konsentrasi ion dalam larutan. Pergerakan ion-ion dalam larutan akan mempengaruhi daya hantar listriknya. Semakin besar pergerakan ion maka daya hantar listrik yang dihasilkan juga akan semakin besar. Daya hantar listrik suatu larutan berbanding terbalik dengan hambatan atau tahanan (R). Hubungan tersebut dapat dijelaskan melalui hukum Ohm. Hukum Ohm menyatakan bahwa arus yang mengalir dari suatu konduktor berbanding lurus dengan gaya gerak listrik (E) dan berbanding terbalik dengan hambatan (R) dari konduktor. Persamaan yang diperoleh yaitu : πΌ= πΈ π (2.1) Besar hambatan (R) bergantung pada sifat fisik dan kimia dari konduktor. Hubungan antara hambatan dengan luas penampang dan jarak elektroda digambarkan melalui persamaan berikut : πΊ= πΎ πΏπ΄ (2.2) Dimana, I = Arus listrik (A) E = Gaya gerak listrik R = Hambatan (ohm) G = Konduktansi L = Jarak kedua elektroda A = Luas Penampang (Suyati, 2010). 2.2.2 Konduktivitas Konduktivitas adalah suatu ukuran besar kecilnya suatu larutan dapat menghantarkan listrik. Faktor yang memperngaruhi konduktivitas suatu senyawa ialah kemampuan dari senyawa tersebut mengion dalam larutan. Jumlah ion dari suatu larutan semakin besar maka akan semakin tinggi nilai konduktivitasnya. Jumlah muatan dalam larutan sebanding dengan nilai daya hantar molar larutan dimana hantaran molar juga sebanding dengan konduktivitas larutan pada sampel (Day dan Underwood, 2002). Konsentrasi juga menjadi faktor penentu daya hantar listrik yang ditinjau dari jumlah ion-ion penyusunnya. Konsentrasi larutan yang semakin pekat menyebabkan ion-ion dalam larutan juga semakin banyak sehingga kemungkinan ion-ion yang dapat bergerak bebas untuk menghasilkan daya hantar listrik juga semakin besar. Pengaruh suhu pada nilai daya hantar listrik menyatakan bahwa apabila suhu larutan dinaikkan maka laju pergerakan ion juga akan semakin cepat, sehingga nilai konduktivitas meningkat. Jenis garam yang mempengaruhi daya hantar listrik yang dihasilkan ditentukan oleh faktor-faktor seperti ukuran dari ion, serta juga pada jumlah ion dan kepadatan muatan pada partikel-partikel dalam larutan (Day dan Underwood, 2002). 2.2.3 Konduktansi Menurut (Atkins, 2006), Konduktansi merupakan ukuran kemampuan suatu bahan untuk mengalirkan muatan listrik. Konduktansi biasa disimbolkan dengan huruf (G), pada satuan SI mempunyai satuan Siemens (S) atau mho. Konduktansi merupakan kebalikan dari resistensi (R), yang merupakan perlawanan terhadap aliran arus. Konduktansi litrik dalam elemen konduktor atau semikonduktor didefiniisikan sebagai berikut : 1 πΌ G=π =π£ (2.3) Dimana, G = konduktansi listrik (S atau Ω-1) R = Resistensi (Ω) V = tegangan (v) I = arus listrik (A) Nilai konduktansi yang besar menunjukkan bahwa suatu bahan atau sampel mampu mengkonduksikan arus dengan baik, begitu pula sebaliknya. Nilai konduktansi yang rendah menunjukkan bahwa sampel tersebut sulit untuk mengalirkan muatan. Konduktansi pada elektrolitik melibatkan pengangkutan anion ke anoda dan kation ke katoda sementara elektron ditransfer ke dan dari ion pada permukaan alektroda untuk menyelesaikan jalur arus. Konduktansi sangat berhubungan dengan temperature, dalam sebuah metal konduktansi akan menurun dengan bertambahnya temperature. Konduktansi pada sebuah semikonduktor akan berbanding lurus dengan temperature, dimana semakin besar temperature maka konduktansi akan semakin besar (Atkins, 2006). Konduktansi ekuivalen suatu larutan elektrolit dapat meningkatkan penurunan konsentrasi. Hal ini dapat terjadi apabila berkaitan dengan gaya interionik yang ada dalam larutan. Atmosfer ionik memiliki efek elektroforesis dan waktu relaksasi, yang mana keduanya cenderung menurunkan mobilitas ion. Molekul pelarut yang terkait akan dielektroforesis dengan atmosfer ionik bergerak ke arah yang berlawanan dengan arah ion pusat. Atmosfer ionik bergerak lebih lambat daripada ion pusat, hal ini bertujuan untuk pemisahan muatan pada ion pusat (Basset, 2004). 2.2.4 Konduktometer Konduktometer adalah alat yang dapat digunakan untuk mengukur nilai daya hantar listrik atau nilai konduktivitas dalam suatu larutan. Konduktometer bekerja dengan mengukur derajat ionisasi suatu larutan elektrolit dalam air dengan cara menetapkan hambatan suatu kolom cairan. Prinsip kerja konduktometer adalah penerimaan rangsangan pada bagian konduktor suatu ion-ion yang menyentuh permukaan konduktor, lalu akan menghasilkan nilai daya hantar listriknya Konduktometer harus dikalibrasi terlebih dahulu sebelum digunakan dengan menentukan ketetapan sel dari larutan sel yang sudah diketahui nilai konduktivitasnya. Larutan yang biasanya digunakan untuk kalibrasi adalah larutan KCl0,1 M. Konduktivitas jenis pada setiap larutan mempunyai nilai yang berbedabeda tergantung pada konsentrasi dan biasanya dinyatakan dalam konduktivitas molar (Day dan Underwood, 2002). 2.2.5 Titrasi Konduktometri Titrasi merupakan salah satu metode analisis kuantitatif yang digunakan untuk menentukan konsentrasi baik konsentrasi analit maupun konsentrasi sampel. Titran yang telah diketahui volume serta konsentrasinya sehingga disebut sebagai larutan baku. Titrasi konduktometri merupakan salah satu jenis titrasi yang mengaplikasikan prinsip dari metode konduktometri. Titrasi konduktometri adalah metode titrasi yang digunakan dalam penentuan konsentrasi suatu sampel dengan menggunakan titran yang berupa larutan baku. Larutan baku yang digunakan akan dicelupkan ke dalam sampel bersama dengan elektroda untuk mengetahui kemampuanya dalam menghantarkan arus listrik. Titrasi konduktometri mempunyai prinsip kerja yang lebih mudah dan lebih efisien dibandingkan dengan jenis titrasi lainnya. Titik ekivalen pada titrasi konduktometri dapat dideteksi dengan cara melihat perubahan daya hantar listrik atau konduktivitas dari larutan yang sudah konstan atau relatif kecil perubahannya (Khopkar, 2003). Proses titrasi konduktometri biasanya tidak dilakukan dengan menggunakan bantuan indikator. Titrasi konduktometri dapat digunakan untuk menentukan kadar ion yang telibat dalam suatu reaksi, sehingga akan terjadi pergantian satu jenis ion. Ion yang terganti akan menyebabkan adanya perbedaan daya hantar listrik atau konduktivitas dari larutan yang digunakan. Titrasi konduktometri mempunyai kelebihan dibandingkan dengan jenis titrasi lainnya, yaitu kurva titrasi yang dihasilkan seluruhnya dapat digunakan untuk menentukan titik akhir dari titrasi. Titrasi konduktometri juga masih memberikan perubahan yang jelas untuk asam lemah dan basa lemah dalam larutan dengan menggunakan konsentrasi yang encer (Basset, 2004). BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat Alat yang digunakan dalam praktikum Titrasi Konduktansi yaitu gelas beaker 100 mL, gelas beaker 500 mL, gelas beaker 150 mL gelas ukur 25 mL, labu ukur 50 mL, pipet volume 25 mL, anak stirer, pipet tetes, batang pengaduk, ball pipet, buret, hot plate. 3.1.2 Bahan Bahan yang digunakan dalam praktikum Titrasi Konduktansi yaitu aquades, (NH3), asam asetat (CH3COOH), asam klorida (HCl), Kalium klorida (KCl), dan Natrium hidroksida (NaOH). 3.2 Diagram alir 3.2.1 Kalibrasi Konduktometer Standart 1413 πS/cm - dimasukkan probe konduktivitas - dibiarkan pembacaan stabil - disesuaikan control - dibilas probe dengan akuades - dikalibrasi sesuai kebutuhan Konduktometer terkalibrasi 3.2.2 Titrasi NaOH 10-2 N dengan HCl 10-2 N NaOH 10-2 N encer HCl 10-2 N standar - dipipet sebanyak 25 mL - ditambahkan - dimasukkan dalam gelas beaker - dilakukan titrasi - dibuat penambahan asam setiap 1,5 mL - dilakukan pengadukan - dicatat konduktansi larutan - dihentikan titrasi Hasil titrasi - digambar kurva volume titran terhadap konduktansi Konsentrasi NaOH 3.2.3 Titrasi NH3 10-2 N dengan HCl 10-2 N NH3 10-2 N encer HCl 10-2 N standar - dipipet sebanyak 25 mL - ditambahkan - dimasukkan dalam gelas beaker - dilakukan titrasi - dibuat penambahan asam setiap 1,5 mL - dilakukan pengadukan - dicatat konduktansi larutan - dihentikan titrasi Hasil titrasi - digambar kurva volume titran terhadap konduktansi Konsentrasi NH3 3.2.4 Titrasi CH3COOH 10-2 N dengan NH3 10-2 N CH3COOH 10-2 N encer- dipipet sebanyak 25 mL NH3 10-2 N standar - ditambahkan - dimasukkan dalam gelas beaker - dilakukan titrasi - dibuat penambahan asam setiap 1,5 mL - dilakukan pengadukan - dicatat konduktansi larutan - dihentikan titrasi Hasil titrasi - digambar kurva volume titran terhadap konduktansi Konsentrasi CH3COOH 3.3 Prosedur Percobaan 3.3.1 Kalibrasi Konduktometer Kalibrasi konduktometer diawali dengan memasukkan probe konduktivitas ke dalam larutan standar 1413 πS/cm. Pembacaan dilakukan dengan membiarkan larutan menjadi stabil sehingga termistor mencapai suhu tertentu. Langkah selanjutnya disesuaikan kontrol CAL untuk mendapatkan pembacaan dan membilas probe dengan air suling dan dikocok jika berlebihan. Pengukuran dicoba kembali dengan rentang yang berbeda dan dikalibrasi sesuai kebutuhan. 3.3.2 Titrasi NaOH 10-2 N dengan HCl 10-2 N Titrasi NaOH dengan HCl diawali dengan memipet larutan NaOH sebanyak 25 mL dan dimasukkan ke dalam gelas beaker. Penambahan asam ditingkatkan dan harus 1,5 mL, diaduk larutan dan mencatat konduktansi larutan setelah setiap penambahan. Titasi dihentikan setelah 25 mL diluar batas. Konsentrasi NaOH ditentukan dengan menggambar kurva titran volume terhadap konduktansi. 3.3.3 Titrasi NH3 10-2 N dengan HCl 10-2 N Titrasi NH3 dengan HCl diawali dengan memipet larutan NH3 sebanyak 25 mL dan dimasukkan ke dalam gelas beaker. Penambahan asam ditingkatkan dan harus 1,5 mL, diaduk larutan dan mencatat konduktansi larutan setelah setiap penambahan. Titasi dihentikan setelah 25 mL diluar batas. Konsentrasi NH3 ditentukan dengan menggambar kurva titran volume terhadap konduktansi. 3.3.4 Titrasi CH3COOH 10-2 N dengan NH3 10-2 N Percobaan titrasi CH3COOH dengan NH3 diawali dengan memipet larutan CH3COOH sebanyak 25 mL dan dimasukkan ke dalam gelas beaker. Penambahan asam ditingkatkan dan harus 1,5 mL, diaduk larutan dan mencatat konduktansi larutan setelah setiap penambahan. Titasi dihentikan setelah 25 mL diluar batas. Konsentrasi CH3COOH ditentukan dengan menggambar kurva titran volume terhadap konduktansi. BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Hasil yang didapatkan dari Praktikum Titrasi Konduktometri adalah sebagai berikut: No. Titrasi Volume Ekivalen (mL) Konsentrasi (N) 1. HCl + NaOH 7,5 0,033 2. HCl + NH3 21 0,012 3. NH3 + CH3COOH 15 0,0167 4.2 Pembahasan Praktikum kali ini yaitu mengenai titrasi konduktometri. Percobaan ini bertujuan untuk melakukan analisis kuantitatif menggunakan teknik konduktometri dan menghitung konsentrasi elektrolit dengan titrasi. Konduktometri merupakan metode analisis yang didasarkan pada pengukuran daya hantar listrik atau konduktivitas suatu larutan. Metode ini dapat diaplikasikan dalam titrasi konduktometri. Konduktivitas merupakan ukuran besar kecilnya suatu larutan dapat menghantarkan listrik. Faktor yang memperngaruhi konduktivitas suatu senyawa ialah kemampuan dari senyawa tersebut dalam mengion dalam larutan. Jumlah ion dari suatu larutan semakin besar maka akan semakin tinggi nilai konduktivitasnya. Titrasi konduktansi sendiri ialah salah satu metode analisa konsentrasi suatu sampel dengan menggunakan pengukuran daya hantar listrik larutan asam atau basa. Konsentrasi larutan dapat diperoleh dari volume eqivalen pada kurva titrasi yang dihasilkan (Khopkar, 2003). Percobaan yang pertama diawali dengan kalibrasi konduktometer yang akan digunakan. Tujuan dari kalibrasi ialah memastikan keakuratan pemabacaan konduktomer terhadap aktivitas ionik dalam larutan elektrolit saat proses titrasi berlangsung. Kalibrasi konduktometer dilakukan dengan menggunakan larutan KCl 0,01 N. Larutan KCl 0,01 N dipilih sebagai larutan kalibrasi karena KCl merupakan suatu larutan elektrolit yang dapat diukur nilai konduktansinya. Larutan KCl juga mempunyai mobilitas ion yang cukup tinggi dan mempunyai nilai konduktivitas yang cenderung konstan pada suhu tertentu. Larutan KCl dimasukkan secukupnya ke dalam gelas beaker 50 mL. Kalibrasi dilakukan dengan cara mencelupkan ujung konduktometer ke dalam larutan KCl 0,01 N. Ujung konduktometer harus dipastikan tercelup dan menyentuh larutan yang akan diukur. Prinsip kerja dari alat konduktometer terletak pada ujung sensornya, dimana bagian logam yang dicelupkan ke dalam larutan akan berinteraksi dengan ion-ion yang berada di dalam larutan tersebut, sehingga nilai konduktivitasnya dapat diperoleh. Kalibrasi dilakukan sampai data yang diperoleh sudah konstan atau nilainya relatif stabil. Data yang sudah di peroleh kemudian dilakukan penyesuaian bacaan pada 14,13 μs/cm. Konduktometer setelah digunakan untuk kalibrasi dicuci menggunakan akuades dan kemudian dikeringkan dengan tujuan agar tidak terkontaminasi dengan bahan lain saat konduktometer digunakan lagi. Akuades dipilih sebagai larutan pembilas karena akuades bersifat netral. Perlakuan terakhir adalah mengelap secara perlahan bagian konduktometer dengan menggunakan tisu sampai benar-benar kering. Percobaan berikutnya yaitu titrasi NaOH 0,01 M dan HCl 0,01 M. Sampel yang digunakan merupakan asam kuat dan basa kuat sehingga rentang pH titik ekuivalen ada disekitar pH netral. Hal tersebut karena kedua asam sama sama memiliki kemampuan dalam mendonorkan dan menerima proton yang kuat. Larutan NaOH akan digunakan sebagai titrat, sedangkan larutan HCl akan digunakan sebagai titran. Perlakuan awal yang harus dilakukan adalah memipet larutan NaOH sebanyak 25 mL dan dimasukkan ke dalam gelas beaker 100 mL. Larutan NaOH yang digunakan mempunyai nilai konsentrasi yang rendah atau larutannya encer, hal ini dikarenakan apabila larutan yang digunakan semakin encer akan menyebabkan ion-ion di dalam larutan dapat terurai dengan baik. Perlakuan selanjutnya adalah menyiapkan larutan HCl dan kemudian memasukkannya ke dalam buret 25 mL sampai tanda batas buret. Penambahan titran diiringi dengan pengadukan menggunakan stirrer magnet. Pengadukan dilakukan agar kedua larutan dapat tercampur secara homogen. Proses pengadukan juga bertujuan supaya konduktansi di dalam larutan dapat merata dan memiliki nilai konduktansi yang sama pada setiap bagian larutannya. Nilai konduktansi diukur pada setiap penambahan 1,5 mL titran untuk memperoleh nilai konduktansi sehingga dapat berfungsi menentukan titik ekuivalennya. Titrasi akan dihentikan ketika volume HCl yang diambahkan 25 mL. Titik ekuivalen merupakan titik dimana jumlah mol asam sama dengan jumlah mol basa dan terjadi kesetimbangan. Titik ekuivalen pada percobaan titrasi konduktansi dapat ditentukan pada pembentukan patahan dalam kurva titrasi. Titik ekuivalen yang diperoleh dapat digunakan sebagai data untuk memperoleh nilai konsentrasi suatu senyawa. Reaksi pada proses titrasi ini ialah: NaOH(aq) + HCl(aq) ο NaCl(aq) + H2O(l) (4.1) Hasil kurva titrasi dapat dilihat pada gambar berikut : Konduktansi Titrasi NaOH dan HCl 10 8 6 4 2 0 y = -0,2398x + 8,9342 R² = 0,9695 konduktansi 0 10 20 30 Linear (konduktansi) Volume Gambar 4.1 Kurva Konduktansi vs Volume Titrasi NaOH + HCl Kurva diatas merupakan kurva hubungan antara konduktivitas dengan volume. Kurva tersebut menunjukkan bahwa terjadi penurunan konduktivitas dengan bertambahnya volume HCl sampai mencapai titik ekuivalen dan bertambahnya waktu titrasi. Titik ekuivalen tidak dapat dilihat secara langsung pada saat titrasi. Titik ekuivalen ditentukan melalui pengamatan terhadap kurva. Titik ekuivalen dalam titrasi konduktometri dapat dideteksi dari daya hantar larutan yang diukur, jika daya hantarnya adalah konstan. Menurut Suyati (2010) nilai konduktivitas pada saat penambahan asam akan menurunkan konduktivitas sampai mencapai titik ekuivalen dan akan mengalami kenaikan lagi ketika melewati titik ekuivalen karena jumlah asam dalam larutan berlebih. Penurunan nilai konduktivitas terjadi karena penambahan H+ dari HCl akan menurunkan atau mengurangi jumlah ion OH- dalam NaOH dan ion H+ akan mengalami peningkatan. Keadaan ini menunjukkan bahwa konduktivitas HCl lebih tinggi daripada NaOH, dimana kesetimbangan bergeser ke kiri. Volume larutan HCl yang dibutuhkan untuk mencapai titik ekivalen adalah sebesar 7,5 mL dengan konduktivitas sebesar 6,88 μS/cm. Volume tersebut kemudian digunakan untuk menentukan konsentrasi dari campuran larutan. Hasil konsentrasi yang diperoleh adalah sebesar 0,033 N. Titrasi yang kedua yaitu titrasi antara NH3 dengan HCl. Larutan NH3 bertindak sebagai titrat sedangkan HCl sebagai titran. Tujuan dari titrasi ini untuk mengetahui konsentrasi dari NH3. Proses titrasi ini sama seperti titrasi sebelumnya pengukuran konduktivitas pada prosedur sebelumnya. Persamaan reaksinya yaitu sebagai berikut : NH3(aq) + HCl(aq) ο NH4Cl(aq) (4.2) Nilai konduktivitas suatu larutan dipengaruhi oleh kekuatan asam-basa sehingga perubahan perbandingan kekuatan asam-basa akan mempengaruhi tampilan kurva titrasi. Nilai konduktasi yang diperoleh diplotkan terhadap volume. Kurva titrasi yang dihasilkan yaitu sebagai berikut: Titrasi NH3 dengan HCl konduktansi 1,5 y = 0,0312x + 0,3805 R² = 0,9808 1 konduktansi 0,5 0 0 10 20 30 Linear (konduktansi) Volume Gambar 4.2 Kurva Konduktansi vs Volume Titrasi NH3 + HCl Asam klorida merupakan larutan elektrolit kuat yang didalam larutan akan terdisosiasi sempurna menjadi ion-ionnya. Larutan NH3 merupakan elektrolit lemah sehingga hanya mengalami ionisasi sebagian yang menyebabkan nilai konduktivitasnya rendah. Suyati (2010) menyatakan bahwa penambahan HCl yang semakin banyak menyebabkan nilai konduktivitasnya semakin tinggi. Trend kurva meningkat seiring dengan penambahaan HCl. Peningkatan kurva nilai konduktavitas dikarenakan nilai konduktivitas NH4Cl lebih tinggi dibandingkan dengan nilai konduktivitas reaktan. Volume larutan HCl yang dibutuhkan untuk mencapai titik ekivalen adalah sebesar 21 mL dengan konduktivitas sebesar 1,04 μS/cm. Volume tersebut kemudian digunakan untuk menentukan konsentrasi dari campuran larutan. Hasil konsentrasi yang diperoleh adalah sebesar 0,012 N. Titrasi yang ketiga yaitu antara NH3 dengan CH3COOH. Larutan NH3 bertindak sebagai titran, sedangkan CH3COOH sebagai titrat. Tujuan dari titrasi ini yaitu untuk mengetahui konsentrasi dari larutan CH3COOH. Proses titrasi ini sama seperti perlakuan sebelumnya. Persamaan reaksi yang terjadi yaitu : CH3COOH(aq) NH3(aq) ο CH3COONH4 (aq) (4.3) Penentuan konsentrasi tetap menggunakan titik ekuivalen pada kurva hubungan antara konduktivitas dengan volume pada perpotongan persamaan grafik tersebut. Kurva hubungan antara volume titran dengan konduktansi ialah: Titrasi CH3COOH dengan NH3 Konduktansi 2,7 y = 0,0049x + 2,4783 R² = 0,5109 konduktansi 2,6 2,5 2,4 2,3 0 10 20 30 Linear (konduktansi) Volume Gambar 4.3 Kurva Konduktansi vs Volume Titrasi CH3COOH + NH3 Berdasarkan kurva diatas menunjukkan hubungan antara konduktansi dengan volume. Nilai konduktansi mengalami kenaikan seiring dengan lamanya waktu atau bertambahnya volume NH3. Peningkatan nilai konduktivitas disebabkan karena adanya penambahan NH3 secara terus-menerus, sehingga mengurangi ion H+ pada NH3. Titik ekuivalen terjadi ketika mol NH3 sama dengan mol CH3COOH, sehingga saat penambahan NH3 maka ion OH- akan semakin banyak (NH3 berlebih) yang dapat menyebabkan penurunan konduktivitas. Volume larutan NH3 yang dibutuhkan untuk mencapai titik ekivalen adalah sebesar 15 mL dengan konduktivitas sebesar 2,53 μS/cm. Volume tersebut kemudian digunakan untuk menentukan konsentrasi dari campuran larutan. Hasil konsentrasi yang diperoleh adalah sebesar 0,0167 N. BAB 5. PENUTUP 5.1 Kesimpulan Kesimpulan yang diperoleh dari percobaan Titrasi Konduktometri adalah sebagai berikut: 5.1.1 Metoda analisis kuantitatif suatu konsentrasi sampel dapat menggunakan metode titrasi konduktometri. Titrasi konduktometri dapat diartikan sebagai pengukuran potensial suatu larutan dimana ditentukan berdasarkan perbedaan nilai konduktansi yang cukup besar sebelum dan setelah penambahan titran. Nilai konsentrasi dapat ditentukan melalui titik perpotongan yang terjadi pada titik ekuvalen. 5.1.2 Nilai konsentrasi diperoleh dari kurva data titrasi yang diplotkan volume vs konduktivitas dan waktu vs kondutivitas. Volume ekuivalen yang diperoleh pada setiap titrasi digunakan untuk menentukan konsentrasi NaOH, NH3 dan CH3COOH. Konsentrasi ketiga larutan secara berturut-turut sebesar 0,022 N, 0,012 N dan 0,0167 N. 5.2 Saran Saran untuk praktikum kali ini adalah pastikan ujung kinduktometer terelup sempurna dalam larutan. Ujung konduktometer juga jangan sampai menyentuh permukaan gelas beker. Pegukuran nilai konduktivitas dilakukan terpisah dengan proses pengadukan agar ujung konduktometer tidak terganggu oleh anak stirrer. Perlakuan tersebut dilakukan agar nilai konduktivitas yang dihasilkan lebuh akurat. DAFTAR PUSTAKA Atkins, P. W. 2006. Kimia Fisik Edisi 8. Jakarta: Erlangga. Basset, J. 2004. Kimia Analisis Kuantitatif. Jakarta : Penerbit Buku EGC. Day, R. A. dan Underwood, A. L. 2002. Analsis Kimia Kuantitatif Edisi Keenam. Jakarta: Erlangga. Khopkar, S.M. 2003. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta : UI Press Labchem. 2022. Material Safety Data Sheet of Acetic Acid. [Serial Online]. http://www.labchem.com/tools/msds/LC10100.pdf [diakses pada 20 November 2022]. Labchem. 2022. Material Safety Data Sheet of Ammonia. [Serial Online]. http://www.labchem.com/tools/msds/LC10900.pdf [diakses pada 20 November 2022]. Labchem. 2022. Material Safety Data Sheet of Aquadest. [Serial Online]. http://www.labchem.com/tools/msds/LC26750.pdf [diakses pada 20 November 2022]. Labchem. 2022. Material Safety Data Sheet of Barium Chloride. [Serial Online]. http://www.labchem.com/tools/msds/LC11605.pdf [diakses pada 20 November 2022]. Labchem. 2022. Material Safety Data Sheet of Hydrochloric Acid. [Serial Online]. http://www.labchem.com/tools/msds/LC15300.pdf [diakses pada 20 November 2022]. Labchem. 2022. Material Safety Data Sheet of Sodium Hydroxide [Serial Online]. http://www.labchem.com/tools/msds/LC24070.pdf [diakses pada 20 November 2022]. Labchem. 2022. Material Safety Data Sheet Potassium Chloride. [Serial Online]. http://www.labchem.com/tools/msds/msds/LC18800.pdf [diakses pada 20 November 2022]. Mulyasuryani, A., dan Zainuri, A. 2016. Pengembangan Instrumen Berbasis Konduktivitas untuk Mendeteksi Cemaran Pangan dalam Produk Pertanian. Jurnal Otomasi, Kontrol, dan Instrumentasi. 8(2): 2085-2517. Sumariyah, T. Yulianto, dan J. Priyono. 2006. Rancang Bangun Sistem Pengukur Konduktivitas Larutan Elektrolit Menggunakan Mikrokontoler AT89C51. Jurnal Berkala Fisika. 9(3) : 157-163. Suyati , T. 2010. Rancang Bangun Sistem Pengukuran Konduktivitas Larutan Elektrolit Menggunakan Mikrokontoler AT89C51. Jurnal Berkala Fisika. 9 (03): 12-34. Tim Penyusun. 2022. Penuntun Praktikum Elektroanalisis. Jember: Universitas Jember. LAMPIRAN PERHITUNGAN 1. Hubungan Volume vs Konduktansi a) Titrasi NaOH dan HCl Volume Konduktansi 0 9,47 1,5 8,98 3 8,48 4,5 7,79 6 7,71 7,5 6,88 9 6,43 10,5 5,86 12 5,7 13,5 5,32 15 5,1 16,5 4,68 18 4,47 19,5 4,24 21 4,02 22,5 3,78 24 3,58 25 3,4 Konduktansi Titrasi NaOH dan HCl 10 8 6 4 2 0 y = -0,2398x + 8,9342 R² = 0,9695 konduktansi 0 10 20 30 Linear (konduktansi) Volume M1.V1 = M2. V2 0,01. 25 mL = M2. 7,5 mL M2 = 0,25 7,5 M2 = 0,033 N b) Titrasi NH3 dan HCl Volume Konduktansi 0 0,32 1,5 0,38 3 0,45 4,5 0,52 6 0,58 7,5 0,64 9 0,7 10,5 0,75 12 0,8 13,5 0,82 15 0,86 16,5 0,93 18 0,97 19,5 0,97 21 1,04 22,5 1,07 24 1,08 25 1,11 Titrasi NH3 dengan HCl konduktansi 1,5 y = 0,0312x + 0,3805 R² = 0,9808 1 konduktansi 0,5 0 0 10 20 30 Linear (konduktansi) Volume M1.V1 = M2. V2 0,01. 25 mL = M2. 21 mL M2 = 0,25 21 M2 = 0,012 N c) Titrasi CH3COOH dan NH3 Volume (mL) Konduktansi 0 2,37 1,5 2,46 3 2,49 4,5 2,53 6 2,53 7,5 2,55 9 2,56 10,5 2,57 12 2,57 13,5 2,55 15 2,53 16,5 2,57 18 2,58 19,5 2,59 21 2,59 22,5 2,58 24 2,57 25 2,54 Titrasi CH3COOH dengan NH3 Konduktansi 2,7 y = 0,0049x + 2,4783 R² = 0,5109 konduktansi 2,6 2,5 2,4 2,3 0 10 20 Volume M1.V1 = M2. V2 0,01. 25 mL = M2. 15 mL M2 = 0,25 15 M2 = 0,0167 N 30 Linear (konduktansi)