Uploaded by fadillah0301

Reading Assignment 3 - Geo Ekonomi dan Pembangunan

advertisement
Reading Assignment- Industries, Development, and Globalization
OSN GEOGRAFI 2024
Oleh: Aditya Pradana
Nama
Sekolah
: Fadillah Rizqi Prayoga
: Mega Islamic Boarding School
PETUNJUK PENGERJAAN
a. Unduh E-Book Geography an Integrated Approach David Waugh pada EduOS Zerone atau
pada link https://drive.google.com/file/d/1r3i6xI1sz1PKxolOLIUxDR6ixkOeQfs_/view
b. Bacalah dan buatlah summary berkisar 10-15 halaman (dapat disertai gambar/figure) secara
terstruktur dan rapih untuk Materi 19 – Manufacturing Industries dan Materi 21 – Development
and Globalization
c.
d.
Rangkuman dapat dibuat pada file word ini (mulai Hal.2) dan Anda dapat memilih beberapa
studi kasus menarik untuk dirangkum
Waktu pembuatan rangkuman hingga 16 November 2023 Pukul 22:00 WIB.
1
Summary GAIA
David Waugh
Chapter 19 : Manufacturing Industries
Industri adalah kegiatan yang mencakup semua kegiatan ekonomi. Kegiatan ekonomi dibagi
menjadi 4, yaitu :
-
Primer (pertanian, perikanan, pertambangan dan kehutanan)
Sekunder (manufaktur dan konstruksi)
Tersier (jasa pendukung seperti administrasi, ritel dan transportasi);
Quaternary (teknologi tinggi dan jasa informasi/pengetahuan).
Industri manufaktur melibatkan pengolahan bahan mentah seperti bijih besi dan kayu, serta bahan
setengah jadi seperti baja dan bubur kertas, dan merakit produk seperti mobil dan komputer.
i. Lokasi Industri Tradisional
Faktor-faktor yang mempengaruhi lokasi industri manufaktur :
1)
Raw materials (Bahan baku)
2) Power supplies (Pasokan sumber daya)
3) Transport
4) Capital (Modal)
5) Government policies (Kebijakan pemerintah)
6) Lahan
7) Lingkungan
Lokasi industri tradisional secara historis ditentukan oleh beberapa faktor utama yang memainkan
peran penting dalam membentuk distribusi geografis kegiatan industri. Salah satu faktor penentu
utama adalah kedekatan dengan bahan baku. Pada abad ke-19, industri seringkali berlokasi
strategis di dekat sumber bahan baku, seperti pabrik besi yang terletak di dekat deposit bijih besi.
Kedekatan ini sangat penting karena bahan mentah yang tidak dapat dipindahkan dan biaya tinggi
yang terkait dengan transportasi mereka. Oleh karena itu, industri cenderung mengelompok di
sekitar area yang kaya sumber daya untuk meminimalkan biaya transportasi dan merampingkan
proses produksi.
Faktor penting lainnya dalam menentukan lokasi tradisional industri adalah ketersediaan sumber
daya. Industri, terutama yang terlibat dalam manufaktur dan pengolahan berat, sering kali didirikan
di dekat ladang batu bara atau sumber energi lainnya. Hal ini didorong oleh ketergantungan pada
tenaga listrik untuk menggerakkan mesin dan proses produksi. Akses terhadap tenaga listrik yang
melimpah dan terjangkau menjadi pertimbangan utama dalam penentuan lokasi fasilitas industri.
2
Selain itu, rute dan infrastruktur transportasi memainkan peran penting dalam menentukan lokasi
industri. Kedekatan dengan jaringan transportasi yang efisien, seperti pelabuhan, sungai, dan
kemudian rel kereta api, sangat penting bagi industri yang mengandalkan impor dan ekspor barang.
Akses ke jalur transportasi ini memfasilitasi pergerakan bahan baku, produk jadi, dan pasokan,
sehingga mempengaruhi lokasi pusat-pusat industri.
Capital (modal) dibagi menjadi 3 jenis :
-
Modal kerja, yang diperoleh dari keuntungan perusahaan, pemegang saham, atau lembaga
keuangan seperti bank, bersifat mobile dan dapat digunakan di dalam dan antar negara.
Jarang dibatasi oleh lokasi, kecuali jika dipinjam dari pemerintah. Di Inggris, modal lebih
mudah tersedia di Kota London, tempat sebagian besar lembaga keuangan berbasis.
-
Modal fisik mengacu pada bangunan dan peralatan, tidak dapat dipindah-pindahkan tetapi
diinvestasikan untuk penggunaan tertentu.
-
Modal sosial dan fasilitas budaya terkait dengan kebutuhan tenaga kerja di luar pekerjaan,
seperti rumah, rumah sakit, sekolah, toko, dan fasilitas rekreasi, yang dapat menarik
perusahaan ke suatu daerah.
Pada masa sekarang, dinamika lokasi industri telah berkembang secara signifikan. Konsep industri
"footloose" telah muncul, yang menunjukkan bahwa industri modern tidak terlalu terikat oleh
kedekatan dengan bahan baku. Sebaliknya, faktor-faktor seperti kedekatan pasar, akses ke tenaga
kerja terampil, infrastruktur teknologi, dan jaringan transportasi menjadi lebih berpengaruh dalam
menentukan lokasi industri. Selain itu, telah terjadi pergeseran yang mencolok ke arah penempatan
industri di kota-kota kecil, taman sains, dan daerah dengan lingkungan yang menarik. Pergeseran
ini didorong oleh meningkatnya penekanan pada penciptaan lingkungan kerja yang menyenangkan
dan berkelanjutan, serta ketersediaan infrastruktur dan fasilitas canggih di lokasi-lokasi ini.
ii. Teori Lokasi Industri (oleh Weber)
Weber, yang didasarkan pada industrialis yang mencari lowest-cost location (LCL), adalah contoh
yang populer. Namun, model ini merupakan kerangka kerja yang abstrak, sulit untuk diamati di
dunia nyata, dan memiliki pendekatan tradisional yang berlaku untuk periode waktu tertentu.
=> Model lokasi industri Weber
Asumsi weber :
1)
Negara terisolasi, dengan relief datar, transportasi, iklim, sistem budaya, politik, dan
ekonomi. yang seragam
2) Mayoritas bahan baku tidak terdistribusi secara merata di seluruh dataran, dan yang
terdistribusi secara merata seperti air dan tanah liat disebut sebagai ubiquitous materials.
3
Bahan-bahan ini tidak memerlukan transportasi, sehingga memungkinkan perusahaan
untuk menempatkannya sedekat mungkin dengan pasar.
3) Biaya transportasi ditentukan oleh berat bahan baku dan jarak yang harus dipindahkan,
dinyatakan dalam ton per kilometer (t/km).
4) Buruh dan pengusaha ditemukan di lokasi-lokasi dataran, dibayar dengan upah yang sama,
memiliki keterampilan yang setara, tidak berpindah-pindah, dan dalam jumlah yang besar.
5) Persaingan sempurna mencegah satu produsen untuk mempengaruhi harga, sehingga
menghasilkan pendapatan yang sama, membuat lokasi terbaik dengan biaya produksi
minimal.
=> Kemungkinan lokasi dengan biaya terendah
Terciptanya perhitungan Material Index (MI), yaitu perbandingan total bahan baku dibandingkan
dengan total berat dari barang jadi.
a) MI>1
Bahan baku bersifat gross, yaitu mengalami kehilangan berat, maka industri berada dekat
sumber bahan baku.
b) MI<1
Ada peningkatan berat setelah proses industri. Maka industri berlokasi di dekat pasar.
c) MI=1
Bahan baku bersifat pure, yaitu tidak mengalami perubahan berat setelah industri, maka
industri bisa ditempatkan dimana saja.
4
=> Efek dari biaya tenaga kerja dan aglomerasi ekonomi
1)
Biaya Tenaga Kerja: Weber meneliti dampak biaya tenaga kerja terhadap keputusan lokasi
industri. Dia mempertimbangkan apakah potensi penghematan dari relokasi ke daerah
dengan tenaga kerja yang lebih murah atau lebih efisien dapat mengimbangi peningkatan
biaya transportasi yang terkait dengan pindah dari lokasi berbiaya paling rendah (LCL).
Weber memperkenalkan konsep isodapanes untuk menggambarkan peningkatan biaya
transportasi yang dihasilkan dari relokasi tersebut. Dia juga memperkenalkan isodapane
kritis, yang mewakili titik di mana penghematan dari pengurangan biaya tenaga kerja sama
dengan kerugian dari biaya transportasi tambahan. Titik kritis ini berfungsi sebagai ambang
batas untuk menentukan apakah menguntungkan untuk pindah dari LCL untuk
memanfaatkan tenaga kerja yang lebih murah. Analisis ini menyoroti interaksi yang
kompleks antara biaya tenaga kerja dan biaya transportasi dalam keputusan lokasi industri.
2) Ekonomi Aglomerasi: Weber juga mengeksplorasi konsep ekonomi aglomerasi, yang
mengacu pada manfaat penghematan biaya yang dihasilkan dari beberapa perusahaan
yang memilih lokasi yang sama untuk meminimalkan biaya mereka. Ekonomi ini dapat
dicapai melalui hubungan antar perusahaan, di dalam perusahaan, dan antara perusahaan
dan layanan pendukung. Pembentukan klaster industri atau aglomerasi memungkinkan
perusahaan untuk mendapatkan keuntungan dari sumber daya bersama, kumpulan tenaga
kerja khusus, dan pengadaan yang hemat biaya. Analisis Weber tentang isodapanes kritis
untuk beberapa perusahaan menggambarkan bagaimana perusahaan-perusahaan akan
mendapatkan keuntungan jika mereka berada di wilayah yang saling tumpang tindih,
dengan menekankan potensi keuntungan dari aglomerasi.
Gambar mengilustrasikan isodapane kritis
untuk tiga perusahaan. Perusahaan A, B, dan
C dapat menguntungkan jika mereka berada
di dalam area tengah yang dibentuk oleh
tumpang tindih ketiga isodapane kritis.
Perusahaan A dan B mungkin sedikit lebih
menguntungkan di area ungu, sementara
perusahaan C mungkin kurang
menguntungkan di area ungu. Aglomerasi
dianggap sebagai faktor terpenting dalam
penentuan lokasi perusahaan.
5
=> Lokasi industri mengalami perubahan pola
Empat jenis industri dipilih untuk menggambarkan perubahan pentingnya faktor-faktor yang
mempengaruhi lokasi industri dari waktu ke waktu. Pada abad ke-19, faktor yang lebih penting
adalah faktor fisik, sementara industri modern berfokus pada faktor manusia dan ekonomi. Teori
Weber, meskipun relevan untuk industri yang lebih tua, memiliki relevansi yang lebih rendah untuk
lokasi industri kontemporer.
1)
Industri manufaktur primer memprioritaskan bahan baku dan sumber energi di atas faktor
pasar dan ekonomi karena adanya penurunan berat badan.
2) Industri manufaktur sekunder, yang awalnya terkait dengan bahan mentah dan sumber
energi, telah semakin dipengaruhi oleh faktor ekonomi dan politik.
3) Industri manufaktur tersier memprioritaskan kedekatan pasar dan pasokan tenaga kerja
daripada bahan baku dan sumber energi.
4) Industri manufaktur sekunder modern (quaternary) memprioritaskan faktor manusia dan
ekonomi sebagai faktor yang paling signifikan.
=> The multiplier effect and Myrdal's model of cumulative causation
The multiplier effect mengacu pada fenomena di mana suntikan awal pengeluaran ke dalam
perekonomian menciptakan ripple effect, yang mengarah pada peningkatan aktivitas ekonomi dan
putaran pengeluaran lebih lanjut. Efek ini sering dikaitkan dengan keberhasilan sebuah perusahaan
besar atau industri khusus di suatu daerah.
Myrdal, seorang ekonom Swedia, mengembangkan model sebab-akibat kumulatif untuk
menjelaskan mengapa ketidaksetaraan cenderung berkembang di antara wilayah dan negara.
Menurut modelnya, keberhasilan sebuah industri baru atau industri yang sedang berkembang di
suatu wilayah menghasilkan efek pengganda. Keberhasilan ini menarik bentuk-bentuk
pembangunan ekonomi lainnya, menciptakan lapangan kerja, jasa, dan kekayaan.
Myrdal menyatakan bahwa ketika sebuah perusahaan mempekerjakan lebih banyak pekerja, hal ini
akan meningkatkan daya beli penduduk setempat. Sebagai contoh, jika sebuah perusahaan
mempekerjakan 200 pekerja, dan setiap pekerja berasal dari sebuah keluarga yang terdiri dari
empat orang, maka akan ada 800 orang yang membutuhkan perumahan, sekolah, toko, dan rumah
sakit. Peningkatan permintaan ini menciptakan lebih banyak lapangan kerja di industri jasa dan
konstruksi, serta menarik lebih banyak perusahaan yang terkait dengan industri asli.
6
Model of cumulative causation juga menjelaskan perkembangan kawasan industri dan kutub
pertumbuhan. Kawasan industri, seperti South Wales dan Ruhr, mengalami pertumbuhan karena
efek pengganda dan konsentrasi industri. Demikian pula, kutub pertumbuhan di negara-negara
berkembang, seperti Sao Paulo di Brasil dan Lembah Darnodar di India, mengalami peningkatan
aktivitas ekonomi yang mengarah pada efek pengganda, ekonomi aglomerasi, dan spiral ke atas
yang menghasilkan wilayah inti. Di sisi lain, daerah-daerah yang berada di pinggiran kota dapat
mengalami backwash effect (efek balik), termasuk kurangnya investasi dan kesempatan kerja.
iii. Industri di negara-negara ekonomi kurang berkembang
Di kota-kota yang secara ekonomi kurang berkembang, jumlah pencari kerja melebihi jumlah
lapangan kerja yang tersedia. Seiring dengan pertumbuhan kota, situasi pekerjaan pun semakin
buruk. PBB memperkirakan hanya 40% yang memiliki pekerjaan bekerja di sektor formal di
negara-negara berkembang.
=> Transnational (multinational) corporations
Perusahaan transnasional beroperasi di berbagai negara, tanpa menghiraukan batas-batas negara.
Mereka biasanya memiliki kantor pusat dan pabrik di negara-negara maju, dan sering kali memilih
lokasi berdasarkan insentif politik dan keuangan. Perusahaan-perusahaan ini dapat membuka
lapangan pekerjaan, meningkatkan pendidikan dan keterampilan teknis, serta membawa investasi
dan mata uang asing. Namun, mereka dapat memperlebar kesenjangan antara negara maju dan
negara berkembang, karena keputusan sering kali dibuat di luar negeri, yang berpotensi
menyebabkan ketergantungan ekonomi.
=> Teknologi menengah
Teknologi menengah adalah pendekatan alternatif untuk pembangunan bagi masyarakat miskin,
dengan fokus pada teknologi berbasis lokal yang berkelanjutan yang memanfaatkan sumber daya,
pengetahuan, dan keterampilan lokal. Pendekatan ini mendorong skema berbiaya rendah dan
murah dengan menggunakan teknologi lokal daripada teknik impor yang mahal. Tujuannya adalah
untuk menciptakan proyek-proyek yang menyeimbangkan lingkungan dan mengatasi masalah
kemiskinan. Teknologi menengah menantang pandangan bantuan konvensional, dengan
menekankan pada bantuan intelektual dan kemandirian. Contoh teknologi menengah meliputi
proyek-proyek padat karya, teknologi berkelanjutan, dan peralatan yang memanfaatkan sumber
daya dan keterampilan lokal.
=> Newly industrialised countries (NICs)
Negara-negara industri baru (NIC) adalah sekelompok negara berkembang yang telah mengalami
pertumbuhan ekonomi yang tinggi selama tiga hingga empat dekade terakhir, terutama karena
7
keunggulan manufaktur mereka yang kompetitif. Sebagian besar NIC terletak di Asia Timur, dengan
pemerintah di Lingkar Pasifik yang bertujuan untuk meningkatkan standar hidup dengan :
-
Mempromosikan pengolahan produk primer dapat secara signifikan meningkatkan nilai
ekspor mereka.
-
Memfokuskan investasi pada industri manufaktur
-
Mendorong perusahaan-perusahaan transnasional untuk beroperasi di dalam perbatasan
mereka
-
Perusahaan ini memiliki tenaga kerja yang berdedikasi dan dapat diandalkan yang pada
awalnya bekerja berjam-jam dengan upah rendah.
-
Perencanaan industri jangka panjang.
=> Faktor-faktor yang Berkontribusi pada Pertumbuhan NICs:
a) Industrialisasi Berorientasi Ekspor: NIC berfokus pada manufaktur dan ekspor barang,
meningkatkan keunggulan kompetitif mereka dalam industri seperti elektronik, tekstil,
mobil, dan mesin.
b) Penanaman Modal Asing (PMA): NIC telah menarik FDI yang signifikan dengan menawarkan
kebijakan investasi yang menguntungkan, insentif pajak, pembangunan infrastruktur, dan
tenaga kerja terampil.
c) Pengembangan Sumber Daya Manusia: NIC telah berinvestasi dalam pendidikan dan
pelatihan keterampilan untuk mengembangkan tenaga kerja berketerampilan tinggi yang
mampu mendukung pertumbuhan industri dan inovasi teknologi.
d) Kebijakan Pemerintah: NICs telah menerapkan kebijakan industri yang proaktif, termasuk
subsidi yang ditargetkan, pembangunan infrastruktur, dan langkah-langkah promosi ekspor,
untuk mendukung industrialisasi dan pertumbuhan ekonomi.
e) Integrasi Regional: Beberapa NIC telah mengambil manfaat dari inisiatif integrasi ekonomi
regional, seperti ASEAN, yang telah memfasilitasi perdagangan, investasi, dan akses pasar.
Chapter 21 : Development and globalisation
i. Konsep pembangunan ekonomi
Konsep pembangunan ekonomi mencakup peningkatan keseluruhan dalam kesejahteraan
ekonomi dan kualitas hidup penduduk. Konsep ini sering dikaitkan dengan pertumbuhan gross
domestic product (GDP) dan Gross National Product (GNP), yang digunakan sebagai ukuran standar
hidup material suatu negara. Indikator-indikator ekonomi ini mencerminkan nilai moneter dari
semua barang dan jasa yang diproduksi di suatu negara selama periode tertentu, dibagi dengan
total populasi.
GDP per kapita adalah nilai moneter dari barang dan jasa yang diproduksi di suatu negara dibagi
dengan jumlah penduduknya. Ketika 'hal-hal yang tidak terlihat' disertakan, istilah Gross National
Product (GNP) digunakan.
8
Namun, pembangunan ekonomi lebih dari sekadar ukuran moneter. Pembangunan ekonomi juga
mencakup kesejahteraan sosial, akses ke pendidikan, perawatan kesehatan, infrastruktur, dan
aspek-aspek non-moneter lainnya yang berkontribusi pada peningkatan kualitas hidup. Oleh
karena itu, pembangunan ekonomi bukan hanya tentang perbedaan antara negara maju dan negara
kurang berkembang, tetapi juga tentang kesenjangan di dalam negara, seperti perbedaan kekayaan,
standar hidup, dan akses ke sumber daya dan peluang.
Selain itu, pembangunan ekonomi dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti industrialisasi,
perdagangan, investasi, kemajuan teknologi, dan kebijakan pemerintah. Pembangunan ekonomi
merupakan proses yang kompleks dan multidimensi yang bertujuan untuk meningkatkan
kemakmuran dan kesejahteraan individu dan masyarakat secara keseluruhan.
ii. Kriteria untuk mengukur 'kesenjangan pembangunan'
=> Kekayaan Ekonomi
Kekayaan ekonomi mencakup kelimpahan sumber daya dan aset berharga di suatu negara atau
wilayah. Hal ini sering kali diukur dengan indikator ekonomi seperti Produk Domestik Bruto
(PDB)/GDP dan Produk Nasional Bruto (PNB)/GNP, yang mencerminkan nilai moneter semua
barang dan jasa yang diproduksi di suatu negara selama periode tertentu. Indikator-indikator ini
digunakan untuk mengukur output ekonomi dan produktivitas suatu negara secara keseluruhan.
Kekayaan ekonomi berkaitan erat dengan standar hidup material dan kualitas hidup penduduk.
Indikator ini mempengaruhi ketersediaan barang dan jasa, infrastruktur, dan akses ke sumber daya
seperti pendidikan, perawatan kesehatan, dan peluang kerja. Selain itu, kekayaan ekonomi
berkontribusi pada kemampuan suatu negara untuk berinvestasi dalam kesejahteraan masyarakat,
program sosial, dan inisiatif pembangunan ekonomi.
Penting untuk dicatat bahwa kekayaan ekonomi hanyalah salah satu aspek dari kesejahteraan
secara keseluruhan, dan faktor-faktor lain seperti kesejahteraan sosial, distribusi pendapatan, akses
ke sumber daya, dan kelestarian lingkungan juga memainkan peran penting dalam menentukan
kesehatan dan kemakmuran ekonomi secara keseluruhan dari suatu masyarakat.
=> Kriteria sosial, budaya dan kesejahteraan
Kriteria sosial, budaya, dan kesejahteraan mengacu pada ukuran dan indikator yang digunakan
untuk menilai kesejahteraan dan kualitas hidup dalam masyarakat. Kriteria ini melampaui kekayaan
ekonomi dan mencakup berbagai aspek pembangunan manusia, termasuk faktor sosial dan
budaya, serta ketersediaan dan aksesibilitas layanan kesejahteraan.
Kriteria sosial dapat mencakup faktor-faktor seperti pendidikan, kesehatan, perumahan, dan
mobilitas sosial. Kriteria budaya mencakup aspek-aspek seperti keanekaragaman budaya,
pelestarian warisan budaya, dan akses terhadap sumber daya dan peluang budaya. Kriteria
kesejahteraan mencakup ketersediaan jaring pengaman sosial, dukungan untuk populasi rentan,
dan penyediaan layanan sosial secara keseluruhan untuk memastikan kesejahteraan individu dan
masyarakat.
Kriteria ini sangat penting untuk mengevaluasi kesehatan dan kemakmuran masyarakat secara
keseluruhan, karena kriteria ini memberikan pemahaman yang lebih komprehensif mengenai
kondisi kehidupan dan peluang yang tersedia bagi para anggotanya. Dengan mempertimbangkan
kriteria sosial, budaya, dan kesejahteraan di samping indikator ekonomi, para pembuat kebijakan
dan organisasi dapat memperoleh pandangan yang lebih menyeluruh mengenai pembangunan
manusia dan kesejahteraan dalam suatu populasi.
9
=> Kriteria lain untuk mengukur ‘kesenjangan pembangunan’
"Kesenjangan pembangunan" diukur dengan menggunakan indikator sosial, budaya, dan
kesejahteraan, selain kekayaan ekonomi. Faktor-faktor ini memberikan pemahaman yang
komprehensif mengenai kesenjangan dalam pembangunan manusia dan kualitas hidup antar
wilayah dan negara. Kriteria sosial mencakup pendidikan, kesehatan, perumahan, dan mobilitas
sosial. Kriteria budaya mencakup keragaman budaya, pelestarian warisan budaya, dan akses
terhadap sumber daya. Kriteria kesejahteraan mencakup jaring pengaman sosial, dukungan untuk
populasi rentan, dan layanan sosial. Prevalensi penyakit, akses terhadap air bersih, sanitasi, dan
layanan kesehatan, serta distribusi sumber daya juga dipertimbangkan. Kriteria ini lebih dari
sekadar kesejahteraan ekonomi, tetapi juga memberikan pemahaman yang lebih bernuansa
tentang tantangan yang dihadapi oleh berbagai populasi.
iii. Kemiskinan yang ekstrim
Hidup dalam kemiskinan ekstrem mengacu pada kondisi di mana individu atau rumah tangga
berjuang untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia, seperti akses terhadap makanan, air bersih,
tempat tinggal, perawatan kesehatan, dan pendidikan. Kondisi ini ditandai dengan kekurangan yang
parah dan kurangnya sumber daya, yang seringkali mengakibatkan kekurangan gizi, penyakit, dan
terbatasnya kesempatan untuk kemajuan sosial dan ekonomi.
Orang yang hidup dalam kemiskinan ekstrem
menghadapi tantangan yang signifikan dalam
memenuhi kebutuhan sehari-hari dan sering
kali tidak dapat mengakses layanan dan
sumber daya penting. Hal ini dapat
menyebabkan siklus deprivasi, di mana
generasi berikutnya terjebak dalam kemiskinan
dengan prospek yang terbatas untuk
perbaikan.
Tujuan Pembangunan Milenium (MDGs) ditetapkan untuk mengatasi kemiskinan ekstrem dan
menetapkan target untuk mengurangi tingkat kemiskinan, meningkatkan akses terhadap layanan
dasar, dan mempromosikan pembangunan manusia. Upaya untuk memerangi kemiskinan ekstrem
mencakup inisiatif untuk menyediakan akses ke air bersih, sanitasi, perawatan kesehatan,
pendidikan, dan peluang ekonomi, dengan tujuan untuk memutus siklus kemiskinan dan
meningkatkan kesejahteraan mereka yang hidup dalam kekurangan ekstrem.
10
iv. Tahap pertumbuhan ekonomi
=> The Rostow model
Model W.W. Rostow pada tahun 1960, yang menyatakan bahwa semua negara dapat memutus
siklus kemiskinan dan berkembang melalui lima tahap linier, adalah model pertama yang
menjelaskan pertumbuhan ekonomi dan masih merupakan model yang paling sederhana.
Tahap 1: Masyarakat tradisional. Ekonomi subsisten yang terutama didasarkan pada pertanian,
dengan teknologi dan modal yang terbatas untuk mengolah bahan mentah atau mengembangkan
industri dan jasa.
Tahap 2 : Prasyarat untuk lepas landas. Sebuah negara seringkali membutuhkan bantuan eksternal
untuk maju ke tahap ini, di mana industri ekstraktif berkembang, pertanian menjadi komersial dan
termekanisasi, peningkatan teknologi dan pertumbuhan infrastruktur terjadi, dan sistem
transportasi mendorong perdagangan, yang mengarah pada satu industri yang mendominasi,
investasi yang mencapai sekitar 5% dari PDB.
Tahap 3 : Lepas landas. Industri manufaktur berkembang pesat, yang mengarah pada
pembangunan bandara, jalan raya, dan rel kereta api. Namun, penyesuaian politik dan sosial
diperlukan untuk beradaptasi dengan cara hidup yang baru ini. Pertumbuhan biasanya terbatas
pada satu atau dua bagian negara, dengan investasi yang meningkat hingga 10-15% dari PDB.
Tahap 4 : Menuju kedewasaan. Pertumbuhan ekonomi berjalan dengan sendirinya, menyebar ke
seluruh negeri dan meningkatkan jenis industri. Sistem transportasi yang kompleks berkembang,
dan manufaktur berkembang karena kemajuan teknologi. Industri awal mungkin menurun, dan
urbanisasi yang cepat terjadi.
Tahap 5 : Konsumsi massal yang tinggi. Ekspansi yang cepat dari industri tersier dan fasilitas
kesejahteraan, pertumbuhan lapangan kerja di bidang jasa, dan pergeseran ke barang-barang
konsumen yang tahan lama telah mengubah industri ini.
=> Kritik Rostow model
1)
Model ini salah mengasumsikan bahwa semua negara dimulai dari level yang sama.
11
2) Modal dibutuhkan untuk memajukan sebuah negara dari masyarakat tradisionalnya, tetapi
pembayaran utang sering kali menghambat suntikan bantuan dan menunda tahap 'lepas
landas', terutama di Afrika.
3) Model ini meremehkan dampak kolonialisme dan imperialisme di masa lalu terhadap
perkembangan negara-negara tertentu.
4) Prediksi jangka waktu yang pendek antara pertumbuhan dan kemandirian di suatu negara
terlalu ditekankan, dengan menyoroti learning curve effect. Klaim Rostow, yang didukung
oleh kemunculan NIC dan Rusia, India, dan Cina di awal tahun 2000-an, meremehkan efek
globalisasi.
5) Model ini tidak memiliki urutan universal dan dianggap terlalu Eurosentris.
=> Model Barke dan O'Hare untuk Afrika Barat
Barke dan O'Hare mengusulkan model empat tahap untuk pertumbuhan industri di negara-negara
berkembang, menyoroti keberadaan 'ekonomi ganda' yang menggabungkan elemen-elemen dari
berbagai tahap.
Tahap 1: Industri kerajinan tradisional. Sebelum penjajahan Eropa, Nigeria utara (Kana) memiliki
industri tradisional seperti menenun kain, pengerjaan besi, ukiran kayu, dan barang-barang dari
kulit.
Tahap 2: Kolonialisme dan pengolahan produk primer. Awalnya, bahan mentah diekspor tanpa
diolah, dengan impor dari negara kolonial yang menghancurkan industri kerajinan lokal. Pengolahan
dilakukan di pelabuhan atau kota-kota besar, tergantung pada berat ekspor, ukuran, atau pasar
lokal. Kekuatan Eropa membangun pelabuhan untuk mendapatkan bahan mentah, tetapi
mengabaikan pendidikan dan pengembangan keterampilan industri.
Tahap 3: Substitusi impor. Selama Perang Dunia II dan pasca-kemerdekaan, negara-negara
mengganti impor tekstil, furniture, perangkat keras, dan mesin dengan barang-barang produksi
mereka sendiri, sering kali dalam unit-unit kecil dengan modal dan teknologi yang terbatas.
Tahap 4: Pembuatan modal, barang dan barang tahan lama konsumen. Seiring dengan
meningkatnya standar hidup di Amerika Latin dan Asia Tenggara, perusahaan-perusahaan
transnasional mengembangkan industri yang lebih berat dan barang-barang konsumen tahan lama
bergaya Barat, seringkali untuk mendapatkan tenaga kerja yang murah, keringanan pajak, dan
masuk ke pasar lokal. Proyek-proyek ini sangat bergengsi dan nilainya terbatas.
=> Core-Periphery model
Core adalah bagian yang paling makmur dan berkembang dari
suatu negara, yang terdiri dari ibu kota, pelabuhan utama, dan
daerah perkotaan dan industri utama. Ketika jarak dari inti
berkurang, daerah-daerah yang berada di pinggiran menjadi
semakin miskin, mengindikasikan pergeseran dalam aktivitas
ekonomi dan pembangunan.
- Ekonomi core tumbuh karena adanya industri dan jasa
baru, peningkatan modal dan teknologi, sehingga memungkinkan
adanya perumahan, sekolah, dan transportasi yang lebih baik.
Faktor 'penarik' ini mendorong migrasi masuk ke pedesaan,
sementara ekonomi pinggiran menghadapi keterbatasan lapangan
12
-
kerja, pekerjaan bergaji rendah, dan layanan terbatas. Proses ini terus berlanjut di
negara-negara NIC dan negara-negara yang secara ekonomi kurang berkembang, dengan
kolonialisme yang mengilhami daerah-daerah pusat dan daerah pinggiran di negara-negara
Dunia Ketiga.
Industri dan kekayaan menyebar lebih merata, dengan berkembangnya wilayah inti kedua
dan beberapa wilayah sekunder, yang berpotensi mengurangi dominasi wilayah inti yang
asli. Namun, wilayah pinggiran tetap kurang makmur, seperti yang terlihat di negara-negara
yang secara ekonomi lebih maju.
v. Kesehatan dan pembangunan
Kesehatan adalah hak asasi manusia yang mendasar, yang sering kali tidak dimiliki oleh mereka
yang hidup dalam kemiskinan ekstrem, terutama di negara-negara berkembang. Kesehatan sangat
erat kaitannya dengan pembangunan ekonomi dan merupakan kondisi fisik, mental, dan sosial
yang lengkap.
=> Transisi epidemiologi (kesehatan)
The epidemiological model :
Awalnya, tiga tahap transisi yang dipertimbangkan:
1)
2)
3)
zaman wabah dan kelaparan yang secara bertahap menyatu menjadi ...
masa surutnya pandemi (di seluruh duniapenyakit), memberi jalan kepada ...
zaman degeneratif dan penyakit yang disebabkan oleh manusia penyakit.
Studi yang lebih baru menunjukkan munculnya ...
4) usia penyakit degeneratif yang tertunda dan, terkait dengan perpanjangan usia, lebih buruk
kesehatan.
13
Model transisi demografi menunjukkan bahwa tingkat kesuburan menurun secara signifikan ketika
masyarakat agraris tradisional mengalami modernisasi, industrialisasi, dan urbanisasi. Pergeseran
ini, disertai dengan perubahan gaya hidup, kondisi tempat tinggal, dan kesehatan, menyebabkan
profil penyakit yang berbeda di sebagian besar negara.
vi. Perdagangan internasional
=> Perkembangan perdagangan dunia
Perdagangan internasional adalah aspek penting dalam perekonomian, karena hal ini terjadi karena
distribusi bahan mentah yang tidak merata di permukaan bumi. Negara-negara yang berdagang
satu sama lain saling bergantung, dengan awal perdagangan internasional modern terjadi pada
masa kolonial ketika negara-negara Eropa menggunakan bahan mentah yang ditemukan di koloni
mereka untuk mengembangkan industri manufaktur dalam negeri mereka. Pada abad ke-20,
negara-negara maju secara ekonomi mengkhususkan diri pada aspek-aspek tertentu dari
manufaktur, menciptakan manfaat yang lebih besar daripada bersaing dengan negara-negara yang
memiliki peluang yang sama. Saat ini, perdagangan internasional didominasi oleh
perusahaan-perusahaan transnasional besar.
=> Neraca perdagangan dan neraca pembayaran
Neraca perdagangan suatu negara adalah selisih antara pendapatan dari ekspor dan biaya yang
dikeluarkan untuk membayar impor. Neraca ini mencakup pendapatan atau biaya yang tidak
terlihat dari berbagai sektor seperti perbankan, asuransi, pariwisata, pengiriman uang, jasa
profesional, dan transportasi udara/laut. Negara-negara dengan surplus perdagangan
mendapatkan lebih banyak dari ekspor daripada impor, sementara negara-negara yang mengalami
defisit perdagangan menjadi kurang makmur. Perbedaan dalam perdagangan ini sebagian besar
berkontribusi pada kesenjangan pembangunan yang semakin melebar.
* Blok
perdagangan
global utama,
termasuk
anggota
asosiasi
14
=> World Trade Organization (WTO)
Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) didirikan pada tahun 1995 untuk menyatukan negara-negara
dari berbagai serikat pabean untuk mengambil keputusan tentang perjanjian perdagangan
multilateral. Meskipun memiliki lebih dari 150 anggota, sebagian besar keputusan dibuat oleh G8,
dengan negara-negara berkembang memiliki pengaruh yang lebih kecil.
=> Fair Trade
Fairtrade, yang didirikan di Inggris pada awal tahun
1990-an, bertujuan untuk mengentaskan
kemiskinan dan mendorong pembangunan
berkelanjutan dengan memberikan harga yang adil
bagi para petani kecil di beberapa negara termiskin
di dunia, kondisi kerja yang layak, dan peningkatan
fasilitas masyarakat seperti sekolah dan pusat
kesehatan.
vii. Bantuan dan pengembangan luar negeri
Bantuan luar negeri adalah transfer sumber daya non-komersial dari satu negara ke negara lain, sering
kali dalam bentuk uang, barang, makanan, mesin, teknologi, dan pengetahuan. Tujuannya adalah untuk
membantu negara-negara miskin mengembangkan ekonomi mereka dan meningkatkan layanan,
sehingga meningkatkan standar hidup dan kualitas hidup mereka. Namun, pemberian bantuan
merupakan hal yang kompleks dan kontroversial.
=> Tipe-tipe bantuan
1) Emergency aid : Organisasi bantuan internasional dengan cepat merespons bencana global,
membantu menemukan korban yang selamat dan merawat individu yang terluka. Mereka
memprioritaskan kebutuhan mendesak para penyintas, termasuk tempat tinggal, pakaian,
makanan, toilet, air bersih, dan pasokan medis, untuk memastikan bahwa mereka dapat terus
memberikan bantuan.
2) Short-term aid : Bantuan diberikan oleh organisasi bantuan sukarela dan individu biasa.
3) Long-term aid : Pemerintah menjanjikan £3700 juta, sebuah rekor dunia, untuk membangun
kembali komunikasi, rumah sakit, sekolah, rumah, dan pekerjaan.
15
viii. Transportasi dunia
-
Hal ini dapat dilihat sebagai ukuran pertumbuhan ekonomi dan kekayaan.
Hal ini sangat penting untuk menghubungkan orang, sumber daya, aktivitas, meningkatkan
mobilitas pribadi, dan memfasilitasi pertukaran barang dan ide melalui perdagangan.
Lokasi industri dan alokasi lahan pertanian dan perkotaan secara signifikan dipengaruhi oleh
faktor ini.
Teori ekonomi/geografis awal menunjukkan bahwa biaya sebanding dengan jarak, terutama di
dataran datar. Kemudian, biaya dipengaruhi oleh berat bahan baku dan jarak pergerakan.
=> Pengiriman laut
1) Metode Ro-Ro memungkinkan truk untuk melaju langsung ke kapal, sehingga mengurangi
kebutuhan akan derek dan pekerja dermaga.
2) Kontainerisasi adalah proses pengemasan barang ke dalam kontainer berukuran khusus di pabrik
dan mengangkutnya dengan kereta api atau truk ke pelabuhan kontainer, di mana barang
tersebut dengan cepat dimuat ke kapal dengan menggunakan peralatan khusus, dan dianggap
sebagai kekuatan pendorong utama dalam globalisasi.
16
=> Transportasi Udara
Munculnya maskapai penerbangan beranggaran rendah dan meningkatnya persaingan di antara
maskapai penerbangan yang ada telah menyebabkan lonjakan penerbangan, penumpang, dan kargo,
yang menyebabkan kepadatan bandara dan persaingan untuk mendapatkan ruang udara. Permintaan ini,
terutama selama periode liburan dan lokasi penghubung, telah menghasilkan pembangunan bandara
yang lebih besar.
ix. Information and communications technology (lCT)
-
Fixed telephone lines (landlines)
Mobile cellular telephones
Internet
x. Rantai nilai global
Rantai nilai adalah serangkaian aktivitas yang memandu sebuah produk melalui berbagai tahap, mulai
dari konsep, pemasaran, hingga distribusi.
1) Rantai yang didorong oleh produsen : TNC besar mengendalikan sistem dalam industri padat
modal dan teknologi seperti mobil dan komputer.
2) Rantai yang digerakkan oleh pembeli : Industri fashion, ritel, dan merchandising, yang
bergantung pada pengaturan jaringan global dan kemajuan TIK, merupakan aktivitas padat
karya.
17
Download