Uploaded by Agung Mawalid

Hubungan Media dan Keterpaparan Penyakit COVID-19

advertisement
HUBUNGAN BODY IMAGE DENGAN PERILAKU MAKAN REMAJA
PUTRI DI SMK MULTI MEDIA MANDIRI JAKARTA BARAT TAHUN
2021
Umaynia1, Amanah Eva Fiducia2
1
Program Studi Ilmu Gizi, Institut Kesehatan Indonesia, Jakarta, Indonesia
2
Departemen Ilmu Gizi, Institut Kesehatan Indonesia, Jakarta, Indonesia
Jl. Boulevard Barat Raya, Kelapa Gading, Jakarta Utara 14240
Email: umaynia25@gmail.com
Abstrak
Pada remaja putri ketidakpuasan terhadap bentuk tubuh dan citra tubuh yang lebih
negatif sering dijumpai selama pubertas. Paradigma menjadi seorang remaja putri
yang cantik berarti memiliki tubuh yang langsing sehingga dapat membawa
pengaruh yang buruk, dimana remaja akan menerapkan perilaku tidak tepat dalam
mencapai bentuk yang ideal (Dieny, 2014). Tujuan penelitian ini untuk mengetahui
adanya hubungan antara body image dengan perilaku makan remaja putri di SMK
Multi Media Mandiri Jakarta Barat Tahun 2021. Jenis penelitian yang digunakan
adalah kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Populasi pada penelitian ini
diambil menggunakan metode total sampling dengan jumlah sampel 69 orang.
Analisis data yang digunakan yaitu analisis univariate dan analisis bivariate
menggunakan uji statistic chi-square dengan SPSS V.22. Hasil uji chi-square
diperoleh signifikansi 0,622 > 0,05 dan dapat diartikan hasil uji statistik tersebut
tidak ada hubungan antara body image dengan perilaku makan pada remaja putri
SMK Multi Media Mandiri Jakarta Barat Tahun 2021. Berdasarkan hasil penelitian,
perlu ditingkatkan lagi program terkait perilaku makan agar siswi dapat
menerapkan perilaku makan baik.
Kata kunci : Body Image, Perilaku Makan, Remaja Putri
Abstract
In adolescent girls, dissatisfaction with body shape and a more negative body image
are common during puberty. The paradigm of being a beautiful young woman
means having a slim body so that it can have a bad influence, where teenagers will
apply inappropriate behavior in achieving the ideal shape (Dieny, 2014). The
purpose of this study was to determine the relationship between body image and
eating behavior of adolescent girls at SMK Multi Media Mandiri, West Jakarta in
2021. The type of research used was quantitative with a cross sectional approach.
The population in this study was taken using the total sampling method with a
sample of 69 people. The data analysis used is univariate analysis and bivariate
analysis using chi-square statistical test with SPSS V.22. The results of the chisquare test obtained a significance of 0.622 > 0.05 and it can be interpreted that
the results of the statistical test have no relationship between body image and eating
behavior in young women at Multi Media Mandiri Vocational High School, West
Jakarta in 2021. Based on the results of the study, programs related to behavior
need to be improved. eat so that students can apply good eating behavior.
Keywords: Adolescent, Body Image, Eating Behavior
PENDAHULUAN
Gizi
berkaitan
dengan
pembangunan
suatu
bangsa.
Kaitannya dengan sumber daya
manusia karena gizi merupakan
sentra
pembangunan
manusia.
Seseorang yang hidup, didukung
dengan gizi yang cukup sesuai
kebutuhan akan tumbuh kembang
secara
optimal
sehingga
menghasilkan sumber daya manusia
yang
berkualitas.
Umumnya
permasalahan gizi muncul karena
perilaku gizi seseorang yang salah,
yaitu adanya ketidakseimbangan
antara asupan gizi dengan kecukupan
gizi (Harjatmo, dkk. 2017).
Remaja merupakan salah satu
kelompok yang banyak melakukan
prilaku gizi salah, remaja juga
dikategorikan sebagai kelompok
rentan mengalami masalah gizi ganda
seperti kekurangan gizi, kegemukan,
serta obesitas. Remaja (adolescence)
merupakan masa transisi atau
peralihan dari masa anak-anak
menuju masa dewasa yang ditandai
adanya perubahan fisik, psikis dan
psikososial. Ada tiga alasan remaja
dikategorikan sebagai kelompok
rentan yaitu, remaja memerlukan
energi dan zat gizi yang lebih banyak
untuk
tumbuh
kembangnya,
perubahan gaya hidup pada masa
remaja berpengaruh pada kebutuhan
dan asupan zat gizi, dan kebutu han
zat gizi khusus perlu diperhatikan
pada kelompok
remaja
yang
mempunyai aktivitas olah raga,
mengalami kehamilan, gangguan
perilaku makan, maupun hal-hal lain
yang biasa terjadi pada remaja
(Dieny, 2014).
Pada remaja putri ketidakpuasan
terhadap bentuk tubuh dan citra tubuh
yang lebih negatif sering dijumpai
selama pubertas. Paradigma menjadi
seorang remaja putri yang cantik
berarti memiliki tubuh yang langsing
sehingga dapat membawa pengaruh
yang buruk, dimana remaja akan
menerapkan perilaku tidak tepat
dalam mencapai bentuk yang ideal.
Perempuan lebih memperhatikan
bentuk tubuhnya dan cenderung
untuk lebih berjuang membuat citra
tubuh mereka menjadi positif
dibandingkan laki-laki yang tidak
terlalu memfokuskan pada bentuk dan
ukuran tubuhnya (Dieny, 2014). Hasil
penelitian
Iskandar
(2016)
menemukan persepsi remaja putri
terhadap body image sebanyak 43%
memiliki persepsi negatif atau
menganggap diri mereka gemuk.
Hasil penelitian Abdurrachim, dkk
(2018) menemukan bahwa sebanyak
73 responden (53,3%) memiliki
persepsi body image negatif atau
menganggap diri mereka gemuk.
Dalam
penelitiannya
juga
menunjukkan bahwa terdapat 42,4%
sampel merasa memiliki berat badan
yang lebih dibandingkan dengan
keadaan sebenarnya yaitu, mereka
merasa gemuk akan tetapi keadaan
sebenarnya mereka memiliki IMT
yang berada di batas bawah IMT yaitu
18-19 kg/m2.
Berdasarkan hasil dari beberapa
penelitian, persepsi yang salah
tentang
body
image
akan
mempengaruhi
perilaku
hidup
seseorang sampai merambat pada
perilaku makan. Hal tersebut
dikarenakan makanan sangat penting
untuk tumbuh kembang manusia,
apalagi remaja. Remaja memerlukan
gizi
yang
seimbang
sebagai
penunjang untuk meraih masa
depannya (Sayogo, 2006).
Seseorang akan mempunyai status
gizi baik, apabila asupan gizi sesuai
dengan
kebutuhan
tubuhnya
(kemenkes, 2017). Hasil penelitian
Iskandar (2016) menemukan bahwa
sebanyak 51 responden remaja putri
(59,3%) belum menjalankan perilaku
makan yang baik. Dari 51 responden
yang perilaku makannya tidak baik
terdapat 51 responden yang status
gizinya tidak normal. Dalam
penelitian tersebut ditemukan juga
sebanyak 27% responden dengan
status gizi normal namun tidak
merasa puas dengan bentuk tubuhnya.
Hal ini memperlihatkan bahwa
meskipun subjek telah mempunyai
tubuh ideal namun mereka cenderung
menilai ukuran tubuhnya lebih besar
dari ukuran sebenarnya.
Berdasarkan penelitian Iskandar
(2016)
memperlihatkan
bahwa
meskipun subjek telah mempunyai
tubuh ideal namun mereka cenderung
menilai ukuran tubuhnya lebih besar
dari ukuran sebenarnya, hal ini dapat
mengakibatkan konsumsi makan
pada remaja tidak sesuai dengan
kebutuhan gizi tubuhnya yang akan
mengakibatkan status gizi tidak
normal terus berlanjut.
Konsumsi pangan para remaja
cenderung tidak sesuai dengan
kebutuhan dan anjuran diet, mereka
mengkonsumsi makanan berdasarkan
jumlah yang mereka perkirakan agar
bentuk tubuhnya sesuai dengan yang
mereka inginkan berdasarkan body
image yang dimiliki meskipun jumlah
energi yang di konsumsi tidak tepat,
dapat kurang atau melebihi kebutuhan
tubuhnya (Thompson&Cafri, 2007).
Dari penelitian didapat bahwa para
remaja jarang ada yang perilaku
dietnya kategori baik, sebanyak
42,8% berperilaku diet yang kurang
baik dan sebanyak 57,2% perlu
penambahan perbaikan diet (Nilufer,
dkk, 2011). Hal tersebut dapat
menjadi faktor risiko masalah gizi
pada remaja. Anjuran asupan energi
dalam sehari untuk remaja 12-21
tahun sebesar 2625 kalori per hari,
yang didapat presentasi dari protein
sekitar 10-15%, karbohidrat 50-55%
dan lemak tidak lebih dari 30%
(Kemenkes 2013). Asupan energi
lebih rendah atau lebih tinggi dari
yang
dianjurkan
secara
berkepanjangan dapat mengakibatkan
gizi lebih atau gizi buruk, yang
keduanya mampu mempengaruhi dan
menjadi faktor resiko tingkatkan citra
tubuh yang dimiliki.
Berdasarkan
latar
belakang
permasalahan
tersebut,
peneliti
tertarik melakukan penelitian tentang
Hubungan Antara Body Image
dengan Perilaku Makan Pada Remaja
Putri di SMK Multi Media Mandiri
Jakarta Barat.
METODE PENLITIAN
Peneitian
ini
menggunakan
pendekatan kuantitatif dan desain
penelitian
menggunakan
cross
sectional.
Variabel
independen
adalah body image sedangkan
variabel dependen adalah perilaku
makan. Penelitian ini dilakukan di
SMK Multi Media Mandiri Jakarta
3
Barat. Penelitian dilakukan pada
bulan Mei-Agustus 2021.
Pengumpulan data dilakukan
dengan menggunakan kuesioner
melalui google form. Teknik
pengambilan sampel dengan metode
total sampling yaitu jumlah populasi
sama dengan sampel sehingga
didapatkan sampel sebanyak 69
orang. Analisis yang dilakukan dalam
penelitian ini yaitu menggunakan uji
Chi-Square.
HASIL
Tabel 1 Hasil Uji Analisis Univariat
Variabel
f
%
Usia
16 tahun
22
31,9
17 tahun
32
46,4
18 tahun
15
21,7
Kelas
XI TKJ
28
40,6
XII TKJ
41
59,4
Body Image
Puas
53
76,8
Tidak Puas
16
23,2
Perilaku Makan
Baik
2
2,9
Buruk
67
97,1
responden dari kelas XI TKJ yaitu
sebanyak 28 orang (40,6%).
Sebagian besar responden puas
terhadap bentuk tubuhnya sebanyak
53 responden (76,8%) dan sebanyak
16 responden (23,2%) tidak puas
terhadap bentuk tubuh. Tetapi
responden yang menjalankan perilaku
makan baik hanya sebanyak 2
responden
(2,9%)
menjalankan
perilaku makan baik dan sebanyak 67
(97,1%) belum menjalankan perilaku
makan baik.
Tabel 2 Hasil Uji Bivariat
Perilaku Makan
Total
Body
Baik
Buruk
Image
n % n %
n %
Puas
Tidak
Puas
2 3,8 51 96,2 53 100
0
0
16
100
pvalue
0,622
16 100
Berdasarkan tabel 2 diketahui
bahwa siswi puas terhadap body
image dengan perilaku makan baik
terdapat 2 orang (3,8%), sedangkan
siswi yang puas terhadap body image
dengan perilaku makan belum baik
terdapat 51 responden (96,2%).
Diketahui juga siswi yang tidak puas
terhadap body image dengan perilaku
makan belum baik sebanyak 16
responden (100%), dalam penelitian
ini tidak ditemukan responden yang
tidak puas terhadap body image
dengan perilaku makan baik.
Dari hasil uji statistik dengan
menggunakan uji chi square
Berdasarkan Berdasarkan tabel 1
menggambarkan usia remaja putri
terbanyak yaitu usia 17 tahun dengan
jumlah 32 orang (46,4%), kemudian
diikuti usia 16 tahun dengan jumlah
22 orang (31,9%), dan usia remaja
putri paling sedikit yaitu usia 18 tahun
dengan jumlah 15 orang (21,7%).
Responden berasal dari kelas XII TKJ
yaitu sebanyak 41 orang (59,4%) dan
4
diperoleh significancy 0,622 atau p
value >(0,05). Dari hasil uji statistik
tersebut dapat diartikan tidak terdapat
hubungan antara body image dengan
perilaku makan remaja putri di SMK
Multi Media Mandiri Jakarta Barat.
lingkungan sosial. Body image dapat
positif dapat juga negatif. Citra tubuh
yang positif menjadikan remaja
perempuan puas terhadap bentuk
tubuhnya. Dari hasil penelitian yang
dilakukan di SMK Multi Media
Mandiri
Jakarta
Barat
yang
melibatkan 69 responden remaja
perempuan menunjukkan bahwa dari
16 pertanyaan tentang body image
sebanyak 53 responden (76,8%) puas
terhadap bentuk tubuh, sedangkan
sebanyak 16 responden (23,2%) tidak
puas
terhadap
bentuk
tubuh.
Berdasarkan jawaban mayoritas
responden dari setiap item pertanyaan
mengarah kepada puas terhadap
bentuk tubuh. Penelitian ini sejalan
dengan
yang
dilakukan
oleh
Paratmanitya, dkk (2012) dalam
penelitian tersebut diketahui bahwa
sebagian besar subjek (87,9%)
menyatakan puas dengan bentuk
tubuhnya dan ditemukan hanya
12,1% subjek yang menyatakan tidak
puas terhadap bentuk tubuhnya.
Hasil penelitian yang telah
dilakukan di SMK Multi Media
Mandiri Jakarta Barat menunjukkan
bahwa sebagian besar dari sampel
yaitu 67 responden (97,1%) belum
melakukan perilaku makan yang baik.
Berdasarkan pertanyaan perilaku
makan yang diajukan kepada
responden mayoritas menunjukkan
responden
belum
menjalankan
perilaku makan yang baik. Penelitian
ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Setyowati, dkk (2017)
yaitu sebanyak 69,2% remaja
PEMBAHASAN
Hubungan Body Image dengan
Perilaku Makan
Pada rentang usia 16-18 tahun
remaja termasuk dalam tahap remaja
menengah
dimana
penampilan
menjadi faktor penting bagi remaja,
sehingga mereka berusaha untuk
meningkatkan perhatian bentuk
tubuhnya dengan melakukan sesuatu
agar penampilan fisiknya terlihat
lebih baik (Poltekkes Depkes Jakarta
I, 2010). Dalam penelitian ini
responden remaja putri usia 16-18
tahun di SMK Multi Media Mandiri
Jakarta Barat. Dari hasil penelitian
diketahui bahwa jumlah responden
yang berusia 16 tahun berjumlah 22
responden (31,9%), berusia 17 tahun
berjumlah 32 responden (46,4%), dan
berusia 18 tahun berjumlah 15
responden (21,7%). Hasil penelitian
ini didapatkan juga bahwa sebanyak
28 responden remaja putri (40,6%)
berasal dari kelas XI TKJ dan
sebanyak 41 responden (59,4%)
berasal dari kelas XII TKJ.
Body image merupakan persepsi
atau pandangan individu terhadap
tubuhnya sendiri. Persepsi terbentuk
karena ideologi yang dimiliki remaja,
harga diri, perbandingan dengan
orang lain ataupun karena tuntutan
5
memiliki perilaku makan yang buruk
dan sebanyak 30,8% remaja memiliki
perilaku makan yang baik. Hal ini
dapat disebabkan karena jam makan
yang tidak teratur atau juga karena
ketersediaan makanan di rumah.
Berdasarkan hasil uji statistik yang
telah dilakukan pada penelitian ini
menggunakan
uji
chi-square
didapatkan hasil p value 0,622. Nilai
tersebut lebih besar dari tingkat
signifikan yang ditentukan dalam
penelitian yaitu 5% atau 0,05
sehingga dapat disimpulkan bahwa
tidak ada hubungan antara variabel
body image dengan perilaku makan.
Dengan demikian H1 ditolak yang
artinya tidak ada hubungan body
image dengan perilaku makan remaja
putri di SMK Multi Media Mandiri
Jakarta Barat. Dilihat dari tabel 4.2
diketahui bahwa siswi yang puas
terhadap body image dengan perilaku
makan baik terdapat 2 orang (3,8%),
sedangkan siswi yang puas terhadap
body image dengan perilaku makan
belum baik terdapat 51 responden
(96,2%). Diketahui juga siswi yang
tidak puas terhadap body image
dengan perilaku makan belum baik
sebanyak 16 responden (100%),
dalam penelitian ini tidak ditemukan
responden yang tidak puas terhadap
body image dengan perilaku makan
baik. Walaupun tidak terdapat
hubungan
tetapi
terdapat
kecenderungan bahwa responden
yang puas terhadap bentuk tubuh
belum menjalankan perilaku makan
yang baik
begitupun dengan
responden yang tidak puas terhadap
bentuk tubuhnya belum juga
menjalankan perilaku makan yang
baik.
Penelitian ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh
Setyowati, dkk (2017) yaitu sebanyak
28 responden (55,8%) memiliki
persepsi citra diri positif dengan nilai
p value 0,245 yang artinya tidak ada
hubungan antara persepsi citra diri
dengan perilaku makan. Dalam
penelitiannya
diketahui
bahwa
variabel yang berhubungan dengan
perilaku makan remaja putri antara
lain yaitu pendidikan, pendapatan
keluarga,
riwayat
penyakit,
pengetahuan dan dukungan ibu.
Hasil penelitian ini tidak sejalan
dengan penelitian yang dilakukan
oleh Solekhah, dkk (2021) yang
menunjukkan hasil uji statisti
menggunakan uji Spearman Rho
yaitu p value 0,000. Nilai tersebut
lebih kecil dari tinglat signifikan yang
ditentukan dalam penelitian yaitu
0,05 atau 5% dapat disimpulkan
bahwa terdapat hubungan yang
signifikan anatara variabel citra tubuh
dengan perilaku makan. Dalam
penelitian tersebut menunjukkan
bahwa arah korelasi positif memiliki
kekuatan korelasi atau derajat
hubungan kuat dengan nilai korelasi
sebesar 0,634. Dengan itu artinya ada
hubungan citra tubuh dengan perilaku
makan remaja putri.
Tidak adanya hubungan antara
body image dengan perilaku makan
remaja putri dapat disebabkan karena
6
body image memang menjadi salah
satu faktor yang mempengaruhi
dalam pemilihan makanan oleh
remaja putri, tetapi body image
bukanlah faktor utama (Setyono,
2010). Hal ini dapat terjadi karena
persepsi setiap orang berbeda-beda,
puas terhadap bentuk tubuh atau tidak
puas terhadap bentuk tubuh sifatnya
tidak mutlak atau relatif, yang berarti
belum dapat menunjukkan seseorang
yang puas maupun yang tidak puas
terhadap bentuk tubuhnya memiliki
tubuh yang sehat atau tidak. Body
image juga dapat dipengaruhi oleh
teman sebaya, figure idola dan juga
media massa. Begitu pun menurut
Dieny (2014) citra tubuh dipengaruhi
karena seseorang memiliki berat
badan berlebih atau obesitas sehingga
mereka
tidak
puas
dengan
penampilannya. Sedangkan perilaku
makan belum baik yang dilakukan
oleh remaja putri juga dipengaruhi
oleh banyak faktor, antara lain seperti
faktor sosial ekonomi, faktor
pengetahuan tentang gizi dan juga
penyakit infeksi. Seperti hal nya
menurut
Almatsier
(2011)
ketersediaan makanan
keluarga
dipengaruhi oleh keadaan ekonomi
keluarga. Hal ini dapat menjadi salah
satu faktor pada penelitian ini
dikarenakan responden masih tinggal
bersama orang tua.
Multi Media Mandiri Jakarta Barat
dapat disimpulkan :
1. Usia responden dalam penelitian
ini yaitu umur 16 tahun ada 22
responden (31,9%), umur 17
tahun ada 32 responden (46,4%),
dan umur 18 tahun ada 15
responden (21,7). Responden dari
kelas XI ada 28 responden
(40,6%) dan dari kelas XII ada 41
responden (59,4%).
2. Sebanyak 53 responden (75,8%)
puas terhadap bentuk tubuhnya
dan 16 responden (23,2%) tidak
puas terhadap bentuk tubuhnya.
3. Dari 69 responden hanya 2
responden (2,9%) dari penelitian
ini yang menjalankan perilaku
makan baik dan sisanya sebesar
97,1%
responden
belum
menjalankan perilaku makan
baik.
4. Hasil uji chi-square didapatkan pvalue 0,622 >0,05 yang artinya
tidak terdapat hubungan antara
body image dengan perilaku
makan remaja putri di SMK Multi
Media Mandiri Jakarta Barat
Saran
Diharapkan bagi remaja putri
untuk dapat menerapkan perilaku
makan yang baik untuk mencegah
terjadinya masalah gizi seperti
kekurangan atau kelebihan asupan
makanan dan lebih menyadari
pentingnya untuk mengontrol berat
badan dan tinggi badan secara teratur.
Saran untuk sekolah yaitu perlu
mengadakan program penyuluhan
PENUTUP
Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang sudah
dilakukan pada remaja putri di SMK
7
terkait perilaku makan yang baik dan
adakan Unit Kesehatan Sekolah
(UKS) setelah itu dibuatkan program
untuk mengontrol berat badan dan
tinggi badan siswa dan siswi.
Saran untuk peneliti selanjutnya
agar meneliti dengan analisis
kualitatif yang lebih mendalam
faktor-faktor berkaitan dengan citra
tubuh ataupun perilaku makan,
mengaitkan dengan variabel status
gizi untuk mengetahui status gizi
responden ataupun bisa mengaitkan
dengan variabel pola makan agar
dapat diketahui bagaimana asupan
gizi per hari responden.
Iskandar A, (2016). Hubungan
Antara Body Image dan
Perilaku Makan dengan
Status Gizi pada Remaja Putri
di SMKN 60 Jakarta Barat
2016, Universitas Esa Unggul
Nilufer A T, et. al, (2011). Evaluation
of Dietary Quality of
Adolescents using Healthy
Eating
Index,
Nutrition
Research and Practice
Sayogo Savitri, (2006). Gizi Remaja
Putri, Balai Penerbit FKUI
Setyowati ND, et. al, (2017). FaktorFaktor yang Berhubungan
dengan Perilaku Makan
Remaja
Putri
dalam
Pencegahan
Anemia
di
Wilayah Kerja Puskesmas
Ngemplak Simongan, Jurnal
Kesehatan Masyarakat
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrachim,
et.
al,
(2018).
Hubungan Body Image dan
Sikap Terhadap Makanan
dengan
Pola
Makan
Mahasiswi Jurusan Gizi
Politeknik,
Poltekkes
Kemenkes Banjarmasin
Sholekhah SM, et. el, (2021).
Hubungan
Citra
Tubuh
dengan Perilaku Makan
Remaja Putri di SMK 4
Pancasila
Ambulu,
Universitas Muhammadiyah
Jember
Almatsier S, (2011). Prinsip Dasar
Ilmu Gizi, Gramedia Pustaka,
Jakarta
Dieny F F, (2014). Permasalahan
Gizi Pada Remaja Putri,
Graha Ilmu, Yogyakarta
Sugiyono, (2017). Metode Penelitian
Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D, Alfabeta, CV, Bandung
Dwiningsih dan Pramono A, (2013).
Perbedaan Asupan Energi,
Protein, Lemak, Karbohidrat
dan Status Gizi pada Remaja
yang Tinggal di Wilayah
Perkotaan dan Pedesaan,
Journal of Nutrition College
Sulistyoningsih H, (2011). Gizi untuk
Kesehatan Ibu dan Anak,
Graha Ilmu, Yogyakarta
Susilowat dan Kuspriyanto, (2016).
Gizi Dalam Daur Kehidupan,
PT Refika Aditama, Bandung
8
Vilanty N, (2014). Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Pola
Konsumsi Makanan Remaja.
E-journal Boga, Surabaya
Yu, et. al, (2015). Major Dietaru
Patterns in Relation to
General and Central Obesity
Among Chinese : A Cross
Sectional Study, Nutrients
Yulia R N, et. el, (2014). Psikologi &
Kespro Remaja : Diet Remaja,
Mustika Pustaka Negeri,
Jakarta
9
Download