HUBUNGAN BODY IMAGE DENGAN PERILAKU MAKAN REMAJA PUTRI DI SMK MULTI MEDIA MANDIRI JAKARTA BARAT TAHUN 2021 Umaynia1, Amanah Eva Fiducia2 1 Program Studi Ilmu Gizi, Institut Kesehatan Indonesia, Jakarta, Indonesia 2 Departemen Ilmu Gizi, Institut Kesehatan Indonesia, Jakarta, Indonesia Jl. Boulevard Barat Raya, Kelapa Gading, Jakarta Utara 14240 Email: umaynia25@gmail.com Abstrak Pada remaja putri ketidakpuasan terhadap bentuk tubuh dan citra tubuh yang lebih negatif sering dijumpai selama pubertas. Paradigma menjadi seorang remaja putri yang cantik berarti memiliki tubuh yang langsing sehingga dapat membawa pengaruh yang buruk, dimana remaja akan menerapkan perilaku tidak tepat dalam mencapai bentuk yang ideal (Dieny, 2014). Tujuan penelitian ini untuk mengetahui adanya hubungan antara body image dengan perilaku makan remaja putri di SMK Multi Media Mandiri Jakarta Barat Tahun 2021. Jenis penelitian yang digunakan adalah kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Populasi pada penelitian ini diambil menggunakan metode total sampling dengan jumlah sampel 69 orang. Analisis data yang digunakan yaitu analisis univariate dan analisis bivariate menggunakan uji statistic chi-square dengan SPSS V.22. Hasil uji chi-square diperoleh signifikansi 0,622 > 0,05 dan dapat diartikan hasil uji statistik tersebut tidak ada hubungan antara body image dengan perilaku makan pada remaja putri SMK Multi Media Mandiri Jakarta Barat Tahun 2021. Berdasarkan hasil penelitian, perlu ditingkatkan lagi program terkait perilaku makan agar siswi dapat menerapkan perilaku makan baik. Kata kunci : Body Image, Perilaku Makan, Remaja Putri Abstract In adolescent girls, dissatisfaction with body shape and a more negative body image are common during puberty. The paradigm of being a beautiful young woman means having a slim body so that it can have a bad influence, where teenagers will apply inappropriate behavior in achieving the ideal shape (Dieny, 2014). The purpose of this study was to determine the relationship between body image and eating behavior of adolescent girls at SMK Multi Media Mandiri, West Jakarta in 2021. The type of research used was quantitative with a cross sectional approach. The population in this study was taken using the total sampling method with a sample of 69 people. The data analysis used is univariate analysis and bivariate analysis using chi-square statistical test with SPSS V.22. The results of the chisquare test obtained a significance of 0.622 > 0.05 and it can be interpreted that the results of the statistical test have no relationship between body image and eating behavior in young women at Multi Media Mandiri Vocational High School, West Jakarta in 2021. Based on the results of the study, programs related to behavior need to be improved. eat so that students can apply good eating behavior. Keywords: Adolescent, Body Image, Eating Behavior PENDAHULUAN Gizi berkaitan dengan pembangunan suatu bangsa. Kaitannya dengan sumber daya manusia karena gizi merupakan sentra pembangunan manusia. Seseorang yang hidup, didukung dengan gizi yang cukup sesuai kebutuhan akan tumbuh kembang secara optimal sehingga menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Umumnya permasalahan gizi muncul karena perilaku gizi seseorang yang salah, yaitu adanya ketidakseimbangan antara asupan gizi dengan kecukupan gizi (Harjatmo, dkk. 2017). Remaja merupakan salah satu kelompok yang banyak melakukan prilaku gizi salah, remaja juga dikategorikan sebagai kelompok rentan mengalami masalah gizi ganda seperti kekurangan gizi, kegemukan, serta obesitas. Remaja (adolescence) merupakan masa transisi atau peralihan dari masa anak-anak menuju masa dewasa yang ditandai adanya perubahan fisik, psikis dan psikososial. Ada tiga alasan remaja dikategorikan sebagai kelompok rentan yaitu, remaja memerlukan energi dan zat gizi yang lebih banyak untuk tumbuh kembangnya, perubahan gaya hidup pada masa remaja berpengaruh pada kebutuhan dan asupan zat gizi, dan kebutu han zat gizi khusus perlu diperhatikan pada kelompok remaja yang mempunyai aktivitas olah raga, mengalami kehamilan, gangguan perilaku makan, maupun hal-hal lain yang biasa terjadi pada remaja (Dieny, 2014). Pada remaja putri ketidakpuasan terhadap bentuk tubuh dan citra tubuh yang lebih negatif sering dijumpai selama pubertas. Paradigma menjadi seorang remaja putri yang cantik berarti memiliki tubuh yang langsing sehingga dapat membawa pengaruh yang buruk, dimana remaja akan menerapkan perilaku tidak tepat dalam mencapai bentuk yang ideal. Perempuan lebih memperhatikan bentuk tubuhnya dan cenderung untuk lebih berjuang membuat citra tubuh mereka menjadi positif dibandingkan laki-laki yang tidak terlalu memfokuskan pada bentuk dan ukuran tubuhnya (Dieny, 2014). Hasil penelitian Iskandar (2016) menemukan persepsi remaja putri terhadap body image sebanyak 43% memiliki persepsi negatif atau menganggap diri mereka gemuk. Hasil penelitian Abdurrachim, dkk (2018) menemukan bahwa sebanyak 73 responden (53,3%) memiliki persepsi body image negatif atau menganggap diri mereka gemuk. Dalam penelitiannya juga menunjukkan bahwa terdapat 42,4% sampel merasa memiliki berat badan yang lebih dibandingkan dengan keadaan sebenarnya yaitu, mereka merasa gemuk akan tetapi keadaan sebenarnya mereka memiliki IMT yang berada di batas bawah IMT yaitu 18-19 kg/m2. Berdasarkan hasil dari beberapa penelitian, persepsi yang salah tentang body image akan mempengaruhi perilaku hidup seseorang sampai merambat pada perilaku makan. Hal tersebut dikarenakan makanan sangat penting untuk tumbuh kembang manusia, apalagi remaja. Remaja memerlukan gizi yang seimbang sebagai penunjang untuk meraih masa depannya (Sayogo, 2006). Seseorang akan mempunyai status gizi baik, apabila asupan gizi sesuai dengan kebutuhan tubuhnya (kemenkes, 2017). Hasil penelitian Iskandar (2016) menemukan bahwa sebanyak 51 responden remaja putri (59,3%) belum menjalankan perilaku makan yang baik. Dari 51 responden yang perilaku makannya tidak baik terdapat 51 responden yang status gizinya tidak normal. Dalam penelitian tersebut ditemukan juga sebanyak 27% responden dengan status gizi normal namun tidak merasa puas dengan bentuk tubuhnya. Hal ini memperlihatkan bahwa meskipun subjek telah mempunyai tubuh ideal namun mereka cenderung menilai ukuran tubuhnya lebih besar dari ukuran sebenarnya. Berdasarkan penelitian Iskandar (2016) memperlihatkan bahwa meskipun subjek telah mempunyai tubuh ideal namun mereka cenderung menilai ukuran tubuhnya lebih besar dari ukuran sebenarnya, hal ini dapat mengakibatkan konsumsi makan pada remaja tidak sesuai dengan kebutuhan gizi tubuhnya yang akan mengakibatkan status gizi tidak normal terus berlanjut. Konsumsi pangan para remaja cenderung tidak sesuai dengan kebutuhan dan anjuran diet, mereka mengkonsumsi makanan berdasarkan jumlah yang mereka perkirakan agar bentuk tubuhnya sesuai dengan yang mereka inginkan berdasarkan body image yang dimiliki meskipun jumlah energi yang di konsumsi tidak tepat, dapat kurang atau melebihi kebutuhan tubuhnya (Thompson&Cafri, 2007). Dari penelitian didapat bahwa para remaja jarang ada yang perilaku dietnya kategori baik, sebanyak 42,8% berperilaku diet yang kurang baik dan sebanyak 57,2% perlu penambahan perbaikan diet (Nilufer, dkk, 2011). Hal tersebut dapat menjadi faktor risiko masalah gizi pada remaja. Anjuran asupan energi dalam sehari untuk remaja 12-21 tahun sebesar 2625 kalori per hari, yang didapat presentasi dari protein sekitar 10-15%, karbohidrat 50-55% dan lemak tidak lebih dari 30% (Kemenkes 2013). Asupan energi lebih rendah atau lebih tinggi dari yang dianjurkan secara berkepanjangan dapat mengakibatkan gizi lebih atau gizi buruk, yang keduanya mampu mempengaruhi dan menjadi faktor resiko tingkatkan citra tubuh yang dimiliki. Berdasarkan latar belakang permasalahan tersebut, peneliti tertarik melakukan penelitian tentang Hubungan Antara Body Image dengan Perilaku Makan Pada Remaja Putri di SMK Multi Media Mandiri Jakarta Barat. METODE PENLITIAN Peneitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan desain penelitian menggunakan cross sectional. Variabel independen adalah body image sedangkan variabel dependen adalah perilaku makan. Penelitian ini dilakukan di SMK Multi Media Mandiri Jakarta 3 Barat. Penelitian dilakukan pada bulan Mei-Agustus 2021. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner melalui google form. Teknik pengambilan sampel dengan metode total sampling yaitu jumlah populasi sama dengan sampel sehingga didapatkan sampel sebanyak 69 orang. Analisis yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu menggunakan uji Chi-Square. HASIL Tabel 1 Hasil Uji Analisis Univariat Variabel f % Usia 16 tahun 22 31,9 17 tahun 32 46,4 18 tahun 15 21,7 Kelas XI TKJ 28 40,6 XII TKJ 41 59,4 Body Image Puas 53 76,8 Tidak Puas 16 23,2 Perilaku Makan Baik 2 2,9 Buruk 67 97,1 responden dari kelas XI TKJ yaitu sebanyak 28 orang (40,6%). Sebagian besar responden puas terhadap bentuk tubuhnya sebanyak 53 responden (76,8%) dan sebanyak 16 responden (23,2%) tidak puas terhadap bentuk tubuh. Tetapi responden yang menjalankan perilaku makan baik hanya sebanyak 2 responden (2,9%) menjalankan perilaku makan baik dan sebanyak 67 (97,1%) belum menjalankan perilaku makan baik. Tabel 2 Hasil Uji Bivariat Perilaku Makan Total Body Baik Buruk Image n % n % n % Puas Tidak Puas 2 3,8 51 96,2 53 100 0 0 16 100 pvalue 0,622 16 100 Berdasarkan tabel 2 diketahui bahwa siswi puas terhadap body image dengan perilaku makan baik terdapat 2 orang (3,8%), sedangkan siswi yang puas terhadap body image dengan perilaku makan belum baik terdapat 51 responden (96,2%). Diketahui juga siswi yang tidak puas terhadap body image dengan perilaku makan belum baik sebanyak 16 responden (100%), dalam penelitian ini tidak ditemukan responden yang tidak puas terhadap body image dengan perilaku makan baik. Dari hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi square Berdasarkan Berdasarkan tabel 1 menggambarkan usia remaja putri terbanyak yaitu usia 17 tahun dengan jumlah 32 orang (46,4%), kemudian diikuti usia 16 tahun dengan jumlah 22 orang (31,9%), dan usia remaja putri paling sedikit yaitu usia 18 tahun dengan jumlah 15 orang (21,7%). Responden berasal dari kelas XII TKJ yaitu sebanyak 41 orang (59,4%) dan 4 diperoleh significancy 0,622 atau p value >(0,05). Dari hasil uji statistik tersebut dapat diartikan tidak terdapat hubungan antara body image dengan perilaku makan remaja putri di SMK Multi Media Mandiri Jakarta Barat. lingkungan sosial. Body image dapat positif dapat juga negatif. Citra tubuh yang positif menjadikan remaja perempuan puas terhadap bentuk tubuhnya. Dari hasil penelitian yang dilakukan di SMK Multi Media Mandiri Jakarta Barat yang melibatkan 69 responden remaja perempuan menunjukkan bahwa dari 16 pertanyaan tentang body image sebanyak 53 responden (76,8%) puas terhadap bentuk tubuh, sedangkan sebanyak 16 responden (23,2%) tidak puas terhadap bentuk tubuh. Berdasarkan jawaban mayoritas responden dari setiap item pertanyaan mengarah kepada puas terhadap bentuk tubuh. Penelitian ini sejalan dengan yang dilakukan oleh Paratmanitya, dkk (2012) dalam penelitian tersebut diketahui bahwa sebagian besar subjek (87,9%) menyatakan puas dengan bentuk tubuhnya dan ditemukan hanya 12,1% subjek yang menyatakan tidak puas terhadap bentuk tubuhnya. Hasil penelitian yang telah dilakukan di SMK Multi Media Mandiri Jakarta Barat menunjukkan bahwa sebagian besar dari sampel yaitu 67 responden (97,1%) belum melakukan perilaku makan yang baik. Berdasarkan pertanyaan perilaku makan yang diajukan kepada responden mayoritas menunjukkan responden belum menjalankan perilaku makan yang baik. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Setyowati, dkk (2017) yaitu sebanyak 69,2% remaja PEMBAHASAN Hubungan Body Image dengan Perilaku Makan Pada rentang usia 16-18 tahun remaja termasuk dalam tahap remaja menengah dimana penampilan menjadi faktor penting bagi remaja, sehingga mereka berusaha untuk meningkatkan perhatian bentuk tubuhnya dengan melakukan sesuatu agar penampilan fisiknya terlihat lebih baik (Poltekkes Depkes Jakarta I, 2010). Dalam penelitian ini responden remaja putri usia 16-18 tahun di SMK Multi Media Mandiri Jakarta Barat. Dari hasil penelitian diketahui bahwa jumlah responden yang berusia 16 tahun berjumlah 22 responden (31,9%), berusia 17 tahun berjumlah 32 responden (46,4%), dan berusia 18 tahun berjumlah 15 responden (21,7%). Hasil penelitian ini didapatkan juga bahwa sebanyak 28 responden remaja putri (40,6%) berasal dari kelas XI TKJ dan sebanyak 41 responden (59,4%) berasal dari kelas XII TKJ. Body image merupakan persepsi atau pandangan individu terhadap tubuhnya sendiri. Persepsi terbentuk karena ideologi yang dimiliki remaja, harga diri, perbandingan dengan orang lain ataupun karena tuntutan 5 memiliki perilaku makan yang buruk dan sebanyak 30,8% remaja memiliki perilaku makan yang baik. Hal ini dapat disebabkan karena jam makan yang tidak teratur atau juga karena ketersediaan makanan di rumah. Berdasarkan hasil uji statistik yang telah dilakukan pada penelitian ini menggunakan uji chi-square didapatkan hasil p value 0,622. Nilai tersebut lebih besar dari tingkat signifikan yang ditentukan dalam penelitian yaitu 5% atau 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara variabel body image dengan perilaku makan. Dengan demikian H1 ditolak yang artinya tidak ada hubungan body image dengan perilaku makan remaja putri di SMK Multi Media Mandiri Jakarta Barat. Dilihat dari tabel 4.2 diketahui bahwa siswi yang puas terhadap body image dengan perilaku makan baik terdapat 2 orang (3,8%), sedangkan siswi yang puas terhadap body image dengan perilaku makan belum baik terdapat 51 responden (96,2%). Diketahui juga siswi yang tidak puas terhadap body image dengan perilaku makan belum baik sebanyak 16 responden (100%), dalam penelitian ini tidak ditemukan responden yang tidak puas terhadap body image dengan perilaku makan baik. Walaupun tidak terdapat hubungan tetapi terdapat kecenderungan bahwa responden yang puas terhadap bentuk tubuh belum menjalankan perilaku makan yang baik begitupun dengan responden yang tidak puas terhadap bentuk tubuhnya belum juga menjalankan perilaku makan yang baik. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Setyowati, dkk (2017) yaitu sebanyak 28 responden (55,8%) memiliki persepsi citra diri positif dengan nilai p value 0,245 yang artinya tidak ada hubungan antara persepsi citra diri dengan perilaku makan. Dalam penelitiannya diketahui bahwa variabel yang berhubungan dengan perilaku makan remaja putri antara lain yaitu pendidikan, pendapatan keluarga, riwayat penyakit, pengetahuan dan dukungan ibu. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Solekhah, dkk (2021) yang menunjukkan hasil uji statisti menggunakan uji Spearman Rho yaitu p value 0,000. Nilai tersebut lebih kecil dari tinglat signifikan yang ditentukan dalam penelitian yaitu 0,05 atau 5% dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan anatara variabel citra tubuh dengan perilaku makan. Dalam penelitian tersebut menunjukkan bahwa arah korelasi positif memiliki kekuatan korelasi atau derajat hubungan kuat dengan nilai korelasi sebesar 0,634. Dengan itu artinya ada hubungan citra tubuh dengan perilaku makan remaja putri. Tidak adanya hubungan antara body image dengan perilaku makan remaja putri dapat disebabkan karena 6 body image memang menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi dalam pemilihan makanan oleh remaja putri, tetapi body image bukanlah faktor utama (Setyono, 2010). Hal ini dapat terjadi karena persepsi setiap orang berbeda-beda, puas terhadap bentuk tubuh atau tidak puas terhadap bentuk tubuh sifatnya tidak mutlak atau relatif, yang berarti belum dapat menunjukkan seseorang yang puas maupun yang tidak puas terhadap bentuk tubuhnya memiliki tubuh yang sehat atau tidak. Body image juga dapat dipengaruhi oleh teman sebaya, figure idola dan juga media massa. Begitu pun menurut Dieny (2014) citra tubuh dipengaruhi karena seseorang memiliki berat badan berlebih atau obesitas sehingga mereka tidak puas dengan penampilannya. Sedangkan perilaku makan belum baik yang dilakukan oleh remaja putri juga dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain seperti faktor sosial ekonomi, faktor pengetahuan tentang gizi dan juga penyakit infeksi. Seperti hal nya menurut Almatsier (2011) ketersediaan makanan keluarga dipengaruhi oleh keadaan ekonomi keluarga. Hal ini dapat menjadi salah satu faktor pada penelitian ini dikarenakan responden masih tinggal bersama orang tua. Multi Media Mandiri Jakarta Barat dapat disimpulkan : 1. Usia responden dalam penelitian ini yaitu umur 16 tahun ada 22 responden (31,9%), umur 17 tahun ada 32 responden (46,4%), dan umur 18 tahun ada 15 responden (21,7). Responden dari kelas XI ada 28 responden (40,6%) dan dari kelas XII ada 41 responden (59,4%). 2. Sebanyak 53 responden (75,8%) puas terhadap bentuk tubuhnya dan 16 responden (23,2%) tidak puas terhadap bentuk tubuhnya. 3. Dari 69 responden hanya 2 responden (2,9%) dari penelitian ini yang menjalankan perilaku makan baik dan sisanya sebesar 97,1% responden belum menjalankan perilaku makan baik. 4. Hasil uji chi-square didapatkan pvalue 0,622 >0,05 yang artinya tidak terdapat hubungan antara body image dengan perilaku makan remaja putri di SMK Multi Media Mandiri Jakarta Barat Saran Diharapkan bagi remaja putri untuk dapat menerapkan perilaku makan yang baik untuk mencegah terjadinya masalah gizi seperti kekurangan atau kelebihan asupan makanan dan lebih menyadari pentingnya untuk mengontrol berat badan dan tinggi badan secara teratur. Saran untuk sekolah yaitu perlu mengadakan program penyuluhan PENUTUP Kesimpulan Dari hasil penelitian yang sudah dilakukan pada remaja putri di SMK 7 terkait perilaku makan yang baik dan adakan Unit Kesehatan Sekolah (UKS) setelah itu dibuatkan program untuk mengontrol berat badan dan tinggi badan siswa dan siswi. Saran untuk peneliti selanjutnya agar meneliti dengan analisis kualitatif yang lebih mendalam faktor-faktor berkaitan dengan citra tubuh ataupun perilaku makan, mengaitkan dengan variabel status gizi untuk mengetahui status gizi responden ataupun bisa mengaitkan dengan variabel pola makan agar dapat diketahui bagaimana asupan gizi per hari responden. Iskandar A, (2016). Hubungan Antara Body Image dan Perilaku Makan dengan Status Gizi pada Remaja Putri di SMKN 60 Jakarta Barat 2016, Universitas Esa Unggul Nilufer A T, et. al, (2011). Evaluation of Dietary Quality of Adolescents using Healthy Eating Index, Nutrition Research and Practice Sayogo Savitri, (2006). Gizi Remaja Putri, Balai Penerbit FKUI Setyowati ND, et. al, (2017). FaktorFaktor yang Berhubungan dengan Perilaku Makan Remaja Putri dalam Pencegahan Anemia di Wilayah Kerja Puskesmas Ngemplak Simongan, Jurnal Kesehatan Masyarakat DAFTAR PUSTAKA Abdurrachim, et. al, (2018). Hubungan Body Image dan Sikap Terhadap Makanan dengan Pola Makan Mahasiswi Jurusan Gizi Politeknik, Poltekkes Kemenkes Banjarmasin Sholekhah SM, et. el, (2021). Hubungan Citra Tubuh dengan Perilaku Makan Remaja Putri di SMK 4 Pancasila Ambulu, Universitas Muhammadiyah Jember Almatsier S, (2011). Prinsip Dasar Ilmu Gizi, Gramedia Pustaka, Jakarta Dieny F F, (2014). Permasalahan Gizi Pada Remaja Putri, Graha Ilmu, Yogyakarta Sugiyono, (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, Alfabeta, CV, Bandung Dwiningsih dan Pramono A, (2013). Perbedaan Asupan Energi, Protein, Lemak, Karbohidrat dan Status Gizi pada Remaja yang Tinggal di Wilayah Perkotaan dan Pedesaan, Journal of Nutrition College Sulistyoningsih H, (2011). Gizi untuk Kesehatan Ibu dan Anak, Graha Ilmu, Yogyakarta Susilowat dan Kuspriyanto, (2016). Gizi Dalam Daur Kehidupan, PT Refika Aditama, Bandung 8 Vilanty N, (2014). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pola Konsumsi Makanan Remaja. E-journal Boga, Surabaya Yu, et. al, (2015). Major Dietaru Patterns in Relation to General and Central Obesity Among Chinese : A Cross Sectional Study, Nutrients Yulia R N, et. el, (2014). Psikologi & Kespro Remaja : Diet Remaja, Mustika Pustaka Negeri, Jakarta 9