JAK PUBLIK (Jurnal Administrasi dan Kebijakan Publik) Vol. 2, No. 3, Bulan November 2021 ISSN: 2722-2438 KOMUNIKASI POLITIK DPRD DALAM PEMBANGUNAN DI DAERAH Basuki Rahmat STIA YPPT Priatim Tasikmalaya Corespondeng E-mail: basukitsm@yahoo.com * Kata kunci: Komunikasi Politik Pembangunan Daerah Key word: Political Communication Regional Development ABSTRAK Pembangunan yang diselenggarakan bertujuan untuk mensejahterakan masyarakat, dan pada saat ini dengan adanya otonomi daerah dimana setiap Pemerintahan Daerah diberikan kewenangan yang luas untuk melaksanakan pembangunan berdasarkan kemampuan dan sumberdaya yang dimilikinya. Pemerintah Kabupaten Tasikmalaya dalam kurun waktu 2020 sampai dengan akhir tahun 2021 pelaksanaan pembangunan relatif kurang berjalan dengan baik dimana salah satunya kurangnya komunikasi politik. Penelitian ini bertujuan menganalisis secara mendalam terkait dengan komunikasi politik dalam pembangunan di Kabupaten Tasikmalaya. Penelitian menggunakan metode deskriptif analisis, yaitu suatu metode yang bertujuan memberikan gambaran secara jelas dari fenomena yang terjadi secara mendalam. Berdasarkan penelitian menunjukan komunikasi poltik kurang berjalan dengan baik antara legislatif dengan eksekutif, serta komunikasi politik dengan Pemerintahan Provinsi Jawa Barat, sehingga pembangunan yang telah direncanakan tidak berjalan sesuai dengan yang diharapkan ABSTRACT The development carried out is aimed at the welfare of the community, and at this time with the existence of regional autonomy where each Regional Government is given broad authority to carry out development based on its capabilities and resources. The Tasikmalaya Regency Government in the period 2020 to the end of 2021 the implementation of development is relatively not going well, one of which is the lack of political communication. This study aims to analyze in depth related to political communication in development in Tasikmalaya Regency. The research uses descriptive analysis method, which is a method that aims to provide a clear picture of the phenomena that occur in depth. Based on research, it shows that political communication is not going well between the legislature and the executive, as well as political communication with the West Java Provincial Government, so that the planned development does not go as expected 93 PENDAHULUAN Pemerintah Indonesia sendiri secara terus menerus dan berkelanjutan melaksanakan berbagai pembangunan di berbagai sektor untuk mengejar berbagai ketertinggalan dengan negara-negara lain. Pembangunan nasional yang dicanangkan bertujuan untuk memberikan sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat, yang dibuat secara terencana dan menyeluruh, serta dilaksanakan secara berkelanjutan sampai ke daerahdaerah terpencil. Pelaksanaan pembangunan nasional dilakukan secara berkesinambungan, dimana setiap aktivitas dalam prosesnya tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Setiap kegiatan yang direncanakan dan dilaksanakan seluruhnya perlu adanya tindakan evaluasi, yang digunakan untuk penyusunan rencana pembangunan selanjutnya. Perencanaan pembangunan dari mulai pusat sampai dengan tingkat daerah perlu dilakukan secara jelas dan terukur, sehingga mudah untuk direalisasikan dan memiliki tujuan dan manfaat yang jelas untuk kepentingan masyarakat. Tujuan pembangunan yang tidak jelas dan tidak terukur akan merugikan semua pihak, terlebih perencanaan pembangunannya tidak dapat direalisasikan dengan baik. Suatu pembangunan dapat dikatakan berhasil apabila hasilnya dapat memberikan manfaat baik bagi pemerintah maupun masyarakatnya, yang dibangun secara efisien dan efektif yang berkaitan dengan masalah penggunaan anggaran dan waktunya. Pembangunan memiliki sifat dinamis, hal tersebut dikarenakan sifatnya yang selalu berubah sesuai dengan tuntutan dan perubahan yang terjadi di lingkungan pemerintahan dan masyarakat. Pembangunan juga bukan saja terkait dengan infrastruktur, namun dapat berupa pembangunan layanan pendidikan, kesehatan, ekonomi, politik dan pembangunan lainnya untuk kemajuan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang dilakukan secara terus menerus, dimana yang namanya pembangunan tidak akan berakhir dalam satu titik. Pelaksanaan pembangunan yang dilaksanaksanakan pada saat ini sebagai buah dari adanya reformasi, yaitu dengan adanya sistem otonomi daerah, dimana melalui otonomi daerah setiap daerah diberikan hak, dan kewenangan wewenang serta kewajiban untuk mengatur dan mengelola urusan dan kepentingan masyarakat daerah sendiri sesuai dengan undang-undang yang telah di buat. Otonomi daerah juga diadakan untuk daerah itu sendiri dan juga untuk kepentingan daerah itu sendiri. Terbangunnya sistem otonomi daerah tidak terlepas dari adanya proses politik, sehingga untuk melaksanakan pembangunan di daerah diperlukan adanya komunikasi yang baik diantara pemangku kepentingan dalam mencapai tujuan daerahnya. Kelancaran pembangunan pemerintahan di suatu daerah, diperlukan adanya sinergi antara eksekutif, legislatif, yudikatif, lembaga swadaya masyarakat maupun dengan masyarakat itu sendiri. Lain halnya dengan pelaksanaan pembangunan di Kabupaten Tasikmalaya yang menunjukan proses pembangunan kurang berjalan dengan baik terkait dengan kurangnya komunikasi politik antara pihak eksekutif dan legislatif. Mewabahnya covid-19 menjadi salah satu faktor penyebab pembangunan menjadi terhambat sebagaimana telah direncanakan, sehingga hampir semua anggaran 94 pembangunan terutama fisik, seperti untuk pembangunan jalan, jembatan dan fasilitas lainnya, akhirnya dialokasikan untuk penanganan covid-19. Namun demikian tidak berarti semua kegiatan pembangunan untuk fasilitas penting yang dibutuhkan masyarakat total terhenti, sehingga komunikasi politik antara legislatif dan eksekutif menjadi penentu untuk tetap berjalannya pembangunan bagi kepentingan masyarakat luas, sehingga dengan kurang berjalannya pembangunan menunjukan lemahnya komunikasi politik terutama dari pihak DPRD Kabupaten Tasikmalaya terhadap eksekutif dalam memperjuangkan kepentingan masyarakat. TINJAUAN PUSTAKA Komunikasi merupakan hal yang mudah, namun terkadang sulit dilaksanakan, namun demikian pada tataran komunikasi secara keseluruhan, baik proses penyampaian pesan maupun penafsiran masing-masing individu akan memberikan dampak atau pengaruh. Melalui komunikasi yang baik akan selalu berhasil dalam mencapai tujuan yang diinginkan jika komunikasi yang dilakukan dilaksanakan dengan komunikasi yang efektif. Melalui komunikasi yang efektif inilah proses komunikasi dapat berjalan dengan lancar, sehingga yang ada dalam diri seorang komunikator akan tersampaikan dengan makna yang sama dengan komunikator lain yang terlibat dalam proses komunikasi, tidak terkecuali dalam penyelesaian suatu konflik atau perselisihan yang selalu bersinggungan langsung dengan banyak orang. Dari konsep tersebut tentunya akan berdampak positif jika ada komunikasi yang efektif dalam prosesnya. Hal tersebut tidak lepas dari strategi komunikasi yang secara otomatis mengambil langkah-langkah konkrit untuk mencapai tujuan tersebut. Dengan merancang strategi komunikasi yang baik untuk publik atau masyarakat, seorang komunikator akan mampu memberikan umpan balik yang baik. Perancangan strategi komunikasi ini tidak terlepas dari pesan yang akan disampaikan kepada publikl, bukan sekedar pesan yang tidak berpengaruh, melainkan pesan yang membujuk audiens agar mau diajak melalui pesan yang disampaikan. Komunikasi merupakan tindakan memberi, menerima, dan berbagi informasi dengan kata lain, berbicara atau menulis, dan mendengarkan atau membaca. Komunikator yang baik mendengarkan dengan penuh perhatian, berbicara atau menulis dengan jelas, dan menghargai pendapat yang berbeda. Definisi komunikasi menurut Forsdale (Muhammad, 2014) menyatakan: “Komunikasi adalah proses individu mengirim stimulus yang biasanya dalam bentuk verbal untuk mengubah tingkah laku orang lain” Proses komunikasi terkadang mengalami berbagai hambatan, sehingga untuk memecahkannya diperlukan penjelasan yang lebih baik tentang pesan yang disampaikan dari pihak pengirim kepada penerima pesan, dan perlu adanya umpan balik dari penerima pesan kepada pengirim pesan, baik selama pengiriman pesan maupun setelahnya. Sinyal umpan balik dapat berupa verbal atau non-verbal. Dalam konteks pengiriman pesan, dapat terjadi diskomunikasi dikarenakan adanya potensi gangguan pada saat mengirim atau menerimanya. 95 Secara teknis, proses komunikasi dibagi menjadi tiga tahap utama, proses berpikir, encoding, dan decoding. Pikiran merupakan subjek dari informasi yang ada di benak pengirim. Ketika pengirim mengubah pikiran, ide, atau konsepnya menjadi ucapan verbal atau pesan tertulis, ini disebut pengkodean. Coding mengacu pada enkripsi ide dari sudut pandang pengirim. Ketika pesan diterima oleh penerima, maka akan membacanya dan memahaminya, sehingga akan dapat menerjemahkan informasi untuk lebih memahaminya. Oleh karena itu, decoding mengacu pada interpretasi informasi dari sudut pandang penerima. Ketika penerima memahami dengan jelas informasi yang dikirimkan kepada penerima pesan, proses komunikasi dua arah berakhir di sini. Komunikasi dapat berupa proses satu arah atau dua arah. Ketika informasi yang dikirimkan oleh pengirim diterima oleh penerima, ini menunjukkan selesainya proses satu arah. Penerima tidak perlu menanggapi pengirim, tetapi jika penerima merumuskan pesan dalam menanggapi pesan pengirim, maka komunikasi menjadi proses dua arah. Konten multimedia adalah contoh komunikasi satu arah, di mana penerima tidak diharuskan untuk merespons, tetapi hanya menerima informasi. Penjelasan selanjutnya mengenai definisi komunikasi dikemukakan Depari (Widjaja, 2000) menyatakan bahwa: “Komunikasi adalah proses penyampaian gagasan, harapan dan pesan yang disampaikan melalui lambang tertentu, mengandung arti, dilakukan oleh penyampai pesan ditujukan pada penerima pesan. Maksud pesan disini seperti menyampaikan amanah dengan melalui komunikasi langsung atau bertatap muka sama penerima pesan”. Setiap komunikasi yang dilakukan memiliki tujuan, yaitu untuk mengubah sikap, pendapat, perilaku dan sosial. Komunikasi dapat mengubah sikap, pendapat, dan perilaku seseorang terhadap komunitas sosialnya berdasarkan informasi yang disampaikan oleh pemberi informasi, sehingga pada hakikatnya komunikasi adalah tentang penyampaian informasi yang dapat dipahami oleh orang lain. Informasi tersebut kemudian diharapkan menghasilkan umpan balik berupa perubahan positif dari pihak penerima informasi. Berkaitan dengan istilah komunikasi politik, telah banyak para ahli yang telah memberikan definisi. Secara umum komunikasi politik dari sudut pandang ahli adalah komunikasi yang melibatkan pesan politik dan aktor politik, atau yang berkaitan dengan kekuasaan, pemerintah, dan kebijakan pemerintah. Dengan pemahaman tersebut, sebagai ilmu terapan, komunikasi politik bukanlah hal baru. Komunikasi politik juga dapat dipahami sebagai komunikasi antara penguasa dan yang diperintah. Definisi komunikasi politik (Almond, 1960) memberikan pendapatnya dengan menyatakan: “All of the functions performed in the political system, political socialization and recruitment, interest articulation, interest aggregation, rule making, rule application, and rule adjudication,are performed by means of communication”, yang dapat diartikan bahwa komunikasi politik merupakan semua fungsi yang dilakukan dalam sistem politik, sosialisasi dan rekrutmen politik, artikulasi kepentingan, agregasi kepentingan, pembuatan aturan, penegakan aturan dan ajudikasi aturan, dilakukan melalui komunikasi. 96 Komunikasi politik dilihat dari kegunaannya yaitu untuk menghubungkan pikiran politik yang hidup dalam masyarakat, baik intra golongan, institusi, asosiasi, ataupun sektor kehidupan politik pemerintah. Pemahaman politik itu sendiri dapat dilihat dua aspek yaitu: dari struktur dan kelembagaan, politik dapat diartikan sebagai berikut: (1) segala sesuatu yang ada relasinya dengan pemerintahan (peraturan, tindakan pemerintah, undangundang, hukum, kebijakan (policy), beleid dan lain-lain; (2) pengaturan dan penguasaan oleh negara; (3) cara memerintah suatu toritorium tertentu; (4) organisasi, pengaturan, dan tindakan negara atau pemerintah untuk mengendalikan negara secara konstitusional dan yuridis formal (Kartini, 2009). Berkaitan dengan komunikasi politik, diperlukan adanya strategi oleh pemangku kepentingan dalam menyampaikan pesannya. Penjelasan lebih lanjut tentang komunikasi politik (Budiardjo, 2005) memberikan penjelasan bahwa: “Komunikasi politik merupakan salah satu fungsi partai politik, yakni menyalurkan aneka ragam pendapat dan aspirasi masyarakat dan mengaturnya sedemikian rupa ”penggabungan kepentingan” (interest aggregation” dan “perumusan kepentingan” (interest articulation) untuk diperjuangkan menjadi public policy”. Komunikasi yang baik diperlukan sebuah strategi, sehingga pesan yang akan disampikan dapat diterima dengan baik baik kepada sasaran atau penerima pesan. Berkaitan dengan strategi komunikasi (Effendy, 2017), menjelaskan bahwa: “Strategi komunikasi merupakan perpaduan perencanaan komunikasi (communication planning) dengan manajemen komunikasi (communication management) untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Strategi komunikasi ini harus mampu menunjukkan bagaimana operasionalnya secara praktis harus dilakukan, dalam arti kata bahwa pendekatannya bisa berbeda-beda tergantung pada suatu kondisi dan situasi”. METODE Penelitian menggunakan metode deskriptif analisis, yaitu sebuah metode dengan tujuan menggambarkan keadaan sebenarnya berdasarkan data-data, fakta-fakta yang terjadi berkaitan dengan fenomena yang diteliti. Penelitian deskriptif mengacu pada metode yang menggambarkan karakteristik variabel yang diteliti. Metodologi ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan “apa” daripada “mengapa” dari subjek penelitian. Tujuan utama dari penelitian deskriptif hanyalah untuk menggambarkan sifat demografi yang diteliti daripada berfokus pada “mengapa”. Penelitian deskriptif disebut sebagai metode penelitian observasional karena tidak ada variabel penelitian yang dipengaruhi selama proses penelitian. Teknik pengumpulan data dilakukan berdasarkan literatur, dokumen-dokumen, media dan informasi-informasi terkait dengan objek penelitian. Teknik analisis data dilakukan dengan pengumpulan data, informasi yang relevan dengan objek penelitian yang selanjutnya memberikan kesimpulan. 97 HASIL DAN PEMBAHASAN Pelaksanaan otonomi daerah yang berjalan saat ini masih belum memberikan dampak yang lebih nyata dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya. Pengelolaan sumber daya yang dimiliki oleh setiap daerah tidak serta merta dapat memberikan manfaat dalam mendorong dan meningkatkan masyarakat, dimana yang menjadi salah satu aspek penting dalam desentralisasi atau otonomi daerah yang paling banyak dibicarakan yaitu adanya penguasaan daerah atas sumber daya yang dimilikinya untuk kesejahteraan masyarakat di daerah. Berkaitan dengan pelaksanaan pembangunan di Kabupaten Tasikmalaya dalam rangka otonomi daerah, tidak terlepas peran yang dimiliki oleh eksekutif, legislatif, lembaga swadaya masyarakat, tokoh masyarakat, masyarakat dan berbagai elemen yang ada di dalamnya, dimana masing-masing memiliki fungsi dalam mendukung terselenggaranya pembangunan yang diharapkan di Kabupaten Tasikmalaya. Pemerintah Kabupaten Tasikmalaya dipimpin oleh seorang Bupati yang merupakan kali kedua terpilih menjadi bupati untuk periode 2021 sampai dengan 2024. Selanjutnya untuk terselenggaranya pemerintahan di Kabupaten Tasikmalaya, berdasarkan hasil pemilihan umum komposisi anggota legislatif dari total 50 orang Anggota DPRD dengan masa jabatan 2019-2024, sebanyak 29 orang merupakan anggota dewan petahana dan 21 orang merupakan dewan baru, dengan rincian sebanyak 9 kursi berasal dari partai Gerindra, sebanyak 8 kursi dari PKB, sebanyak 7 kursi dari PPP, dan Partai Golkar 7 kursi, sedangkan dari PDI Perjuangan sebanyak 6 kursi, Partai Demokrat 5 kursi, PAN 5 kursi, dan PKS 3 kursi. Sejak mewabahnya covid-19, pembangunan diberbagai bidang nyaris kurang tersentuh, hal tersebut sebagian besar anggaran dialokasikan untuk penanganan dan penanggulangan covid-19. Sementara realisasi APBD Kabupaten Tasikmalaya pada tahun 2019 dikethaui Pendapatan mencapai Rp. 3.832.391.090.725,45, dengan jumlah Belanja Rp. 3.794.194.780.061,27 (-), dengan Surplus/Defisit Rp. 38.196.310.664,18. Adapun penerimaan mencapai Rp. 221.626.968.161,57, dan pengeluaran mencapai Rp. 44.712.777.107,57(-), dengan pembiayaan Netto Rp. 176.914.191.054,00, sementara Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SILPA) Rp. 215.110.501.718,18. Selanjutnya untuk tahun anggaran 2020, dari sisi pendapatantercapai dengan realisasi sebesar 95,80% atau Rp 3.593.232.008.351,47 dari anggaran Rp 3.750.671.647.796,67. Sedangkan belanja terealisasi sebesar 93,22% atau Rp 3.687.570.197.190,69 dari anggaran Rp 3.955.782.149.514,85. Artinya, terdapat surplus sebesar Rp 117.797.538.978,96. Berdasarkan uraian tersebut, Pemerintah Kabupaten Tasikmalaya menjelaskan bahwa penggunaan anggaran tersebut digunakan atas berbagai kebijakan publik yang dilaksanakan sepanjang tahun anggaran 2020, sekaligus sebagai gambaran dalam menilai kinerja keuangan daerah berdasarkan indikator perencanaan pembangunan daerah yang telah disepakati sebelumnya antara DPRD dan pemerintah daerah. Sementara untuk tahun anggaran 2021, telah menimbulkan berbagai polemik diantara pemangku kebijakan sendiri di Pemerintahan Kabupaten Tasikmalaya, dimana pihak DPRD sendiri mempertanyakan tentang realisasi anggaran APBD Kabupaten 98 Tasikmalaya tentang rincian refocusing dan realokasi anggaran untuk penanganan Covid-19 serta pemulihan ekonomi tahun anggaran 2021. Berbagai permasalahan juga timbul, yaitu dengan adanya keterlambatan pemberian laporan dari pemerintah terhadap DPRD. Peraturan Pemerintah mengamanatkan penyampaian laporan pada Juli, sementara pada kenyataannya, laporan baru masuk September. Komunikasi politik juga telah dilakukan oleh pihak DPRD Kabupaten Tasikmalaya, dimana telah menyampaikan permasalahan terkait dengan keterlambatan realisasi anggaran. Sampai akhir Agustus 2021, APBD Kabupaten Tasikmalaya baru terealisasi di bawah 50 persen. DPRD sampai mempertanyakan apakah anggaran Rp 1,7 triliun bisa terserap dalam jangka waktu tiga bulan ke depan. Dari pihak Pemerintah Kabupaten Tasikmalaya sendiri berdalih bahwa pada Februari 2021 terbit Peraturan Menteri Keuangan Nomor 17 yang mengharuskan memenuhi beberapa ketentuan yang sebelumyan tidak ada. Kondisi serupa dialami juga oleh pemerintah kota/kabupaten lain, bukan hanya Kabupaten Tasikmalaya. Berdasarkan fenomena yang terjadi sebagaimana dijelaskan di atas terkait dengan peran legislatif dalam pembangunan di Kabupaten Tasikmalaya, dapat ditelusuri dari wewenang dan tanggung jawab DPRD secara umum, yakni: legislasi, pengawasan, dan penganggaran. Ketiga wewenang tersebut jika dioperasionalkan dengan tepat akan membawa dampak yang positif dan signifikan dalam pelaksanaan pembangunan di daerah. Sebagaimana diketahui jika berbicara pembangunan tiada lain adalah cara untuk menjadikan sesuatu hal itu lebih baik di masa yang akan datang. Berawal dengan perencanaan, dimana pembangunan akan mencari berbagai macam alternatif atau pilihan mulai dari konsep sampai pada berbagai sumber daya yang dibutuhkan untuk mewujudkan tujuan yang diinginkan. Pembangunan itu sendiri tidak bisa dipungkiri harus memiliki tiga aspek, pertama aspek ekonomi, khususnya terkait dengan pertumbuhan ekonomi dan bagaimana cara untuk memajukan ekonomi dalam jangka panjang serta mengurangi ketergantungan pada alam dan menaikan kesejahteraan generasi masa depan, dan yang kedua aspek social yaitu bagaimana membangun suatu komunitas yang mampu berinteraksi, berinterelasi dan interdepedensi. Kemudian memastikan adanya disttribusi yang baik dari aspek biaya dan keuntungan dari pembangunan, termasuk kebebasan masyarakat dalam politik. Ketiga aspek lingkungan atau ekologi dibutuhkan untuk mendukung pembangunan terkait dengan factor-faktor alami yang ada di bumi ini. Beberapa aspek yang masuk ke dalam hal ini meliputi bagaimana meminimalkan kerusakan lingkungan, meningkatkan tanggungjawab dan kepedulian terhadap sumberdaya alam, serta melindungi modal alam yang kritis. Sebagai Lembaga legislative, DPRD merupakan bagian dari tanggungjawab Pemerintah dalam memenuhi tiga aspek pembangunan di atas. Peran DPRD sangat penting dalam merangkul semua kalangan serta berkolaborasi dengan rakyat. Jumlah uang yang beredar di daerah sangat besar, maka peran swasta, Dinas Daerah serta pengusaha local harus dirangkul semua. Oleh karena itu dalam perkembangannya sebagai anggota DPRD wajib berkolaborasi dengan para stakeholders tersebut. DPRD juga berperan penting dalam alokasi, distrubusi dan stabilisasi anggaran. Dalam hal ini DPRD bertanggungjawab 99 ketika penjaringan aspirasi masyarakat. Dengan demikian ketajaman berpikir untuk meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) anggota DPRD bisa memberikan tambahan nilai pada penerapan konsep yang baik dan perlu diperbaiki. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa dalam arti luas komunikasi pembangunan meliputi peran dan fungsi komunikasi diantara semua pihak yang terlibat dalam pembangunan, terutama antara masyarakat dan Pemerintah, sejak dari proses perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembangunan. Dalam arti sempit merupakan segala upaya dan cara serta teknik penyampaian gagasan dan keterampilan-keterampilan pembangunan yang berasal dari pihak yang memprakarsasi pembangunan dan yang dituju yaitu masyarakat luas, dengan harapan tercapainya pemahaman, saling menerima dan partisipasi yang luas dalam pelaksanannya. Kemudian peran yang dapat diambil oleh DPRD terkait dengan hal tersebut antara lain bagaimana meluaskan wawasan masyarakat, meningkatkan aspirasi, membantu merubah sikap dan perilaku yang lebih baik di masyarakat, kemudian memperlebar ruang dialog dalam proses pengambilan kebijakan serta membantu membentuk nilai-nilai dan norma-norma sosial yang ada di tengah masyarakat sehingga dapat menjadi nilai dan norma serta sikap yang lebih kuat dalam mendorong tercapainya tujuan pembangunan. DAFTAR PUSTAKA Almond, G. A. (1960). The Politics of the Developing Areas. Princeton University Press. Budiardjo, M. (2005). Dasar-Dasar Ilmu Politik. Gramedia Pustaka Utama. Effendy, O. U. (2017). Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Remaja Rosdakarya. Kartini, K. (2009). Pendidikan Politik Sebagai Bagian dari Pendidikan Orang Dewasa. Mandar Maju. Muhammad, A. (2014). Komunikasi Organisasi. Remaja Rosdakarya. Widjaja, H. A. W. (2000). Ilmu Komunikasi Pengantar Studi. Rineka Cipta. 100