Uploaded by Nigga

48235 SKRIPSI

advertisement
PENGARUH TEMAN SEBAYA TERHADAP MORAL SISWA DI
SMAN 1 PALUPUH
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Bimbingan dan Konseling Pada Fakultas Tarbiyah
dan Ilmu Keguruan
Oleh :
ELIVIANDA
NIM. 2613.008
JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN ( FTIK)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI ( IAIN ) BUKITTINGGI
2017 M / 1438 H
ABSTRAK
Elivianda. 2017 “Pengaruh Teman Sebaya terhadap Moral Negatif
Siswa di SMAN 1 Palupuh”. Skripsi. Jurusan Bimbingan Dan Konseling
Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan (FTIK) Institut Agama Islam Negeri
Bukittinggi (IAIN).
Teman sebaya memberikan pengaruh yang besar bagi remaja pada saat
sekarang ini, dimana, teman sebaya memiliki peranan penting bagi perkembangan
anak pada usia remaja dalam menjalani kehidupannya. Salah satu fungsi teman
sebaya bagi anak adalah sebagai pembentukan moral bagi anak baik itu moral
yang positif maupun moral negatif. Penelitian ini beranjak dari fenomena yang
penulis lihat dan memperhatikan perilaku atau pola tingkah laku siswa
dilingkungan sekeliling, karena perilaku siswa banyak yang tidak sesuai dengan
apa yang diharapkan. Bisa saja dilihat dari cara remaja bersikap dan berinteraksi,
perilaku siswa dipengaruhi oleh bagaimana dia dekat dengan teman sebayanya,
bagaimana siswa itu menjalin komunikasi dan hubungannya dengan teman-teman
dilingkungan sekolah maupun dilingkungan tempat tinggalnya, dimana Masih ada
siswa yang berperilaku kurang sopan, mancontek saat ujian, cabut saat jam
pelajaran, sehingga kurang sesuai dengan moral yang seharusnya. Penelitian ini
bertujuan untuk melihat pengaruh teman sebaya terhadap moral siswa di SMAN 1
Palupuh.
Metode penelitian yang di gunakan adalah penelitian Field Research
melalui pendekatan kuantitaif jenis korelasional. Populasinya adalah siswa kelas
X dan XI SMAN 1 Palupuh jumlah sampel sebanyak 46 orang yang di pilih
dengan teknik proporsional random sampling. Instrumen yang digunakan adalah
angket dengan jenis Skala Likert. Data di analisis dengan mengunakan teknik
analisis korelasional dan diolah dengan bantuan program SPSS 22 for Windows.
Hasil analisis data menunjukan bahwa nilai r hitung sebesar 0,001 sedangkan
r tabel 0,304 pada taraf signifikan 0,05. Maka dapat diketahui bahwa angka indeks
korelasi (r xy) 0,001 dan r hitung < dari pada r tabel yaitu 0,304 yang artinya Ho di
tolak dan Ha di terima.
Jadi dapat di simpulkan bahwa teman sebaya memiliki pengaruh yang
sangat kecil terhadap moral negatif siswa, artinya semakin kecil pengaruh teman
sebaya maka semakin tidak berpengaruh terhadap perkembangan moral negatif
siswa.
Kata kunci: Teman Sebaya, Moral
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
PERNYATAAN KEASLIAN
PERSETUJUAN PEMBIMBING
PENGESAHAN PENGUJI
PERSEMBAHAN
ABSTRAK
i
KATA PENGANTAR
iii
DAFTAR ISI
vi
A. PENDAHULUAN
1. Latar belakang
1
2. Identifikasi masalah
5
3. Batasan masalah
6
4. Rumusan masalah
6
5. Tujuan penulisan
6
6. Manfaat penelitian
7
7. Penjelasan judul
8
8. Sistematika penulisan
9
B. LANDASAN TEORI
1. Teman sebaya
a. Pengertian teman sebaya
10
b. Fungsi teman sebaya
12
c. Jenis teman sebaya
17
d. Penerimaan dan penolakan teman sebaya
18
e. Faktor yang mempengaruhi teman sebaya
20
2. Moral
a. Pengertian moral
21
b. Aspek moral
22
c. Faktor yang mempengaruhi perkembangan moral.25
d. Faktor-faktor penyebab kemerosotan moral
29
e. Usaha mencapai perbaikan moral
30
3. Kaitan antara teman sebaya dengan moral
32
4. Kerangka pemikiran
34
5. Hipotesis
34
C. METODOLOGI PENELITIAN
1. Jenis penelitian
35
2. Lokasi penelitian
35
3. Populasi dan sampel
36
4. Pengembangan insrumen
38
5. Teknik pengumpulan data
41
6. Teknik analisis data
43
D. BAB IV HASIL PENELITIAN
1.
Deskripsi Data Penelitian
84
2.
Analisis Data Penelitian
87
3.
Pembahasan
90
E. BAB V PENUTUP
1.
Kesimpulan
93
2.
Saran
94
Daftar Kepustakaan
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masa remaja merupakan masa yang penting dalam perkembangan
individu. Pada masa tersebut, terjadi perubahan-perubahan fisik, interaksi
sosial, kognitif, emosi dan moral.1 Manusia sebagai mahluk sosial, senantiasa
berhubungan dengan sesama manusia. Bersosialisasi pada dasarnya
merupakan proses penyesuaian diri terhadap lingkungan kehidupan sosial.
Berkenalan dan pergaulan remaja dengan manusia lain menjadi semakin luas,
ia mengenal kedua orang tuanya, anggota keluarga, teman sebaya dan lawan
jenis.2
Dimana dalam hubungan sosial antar manusia ada aturan main yang
harus dia ketahui, sebagaimana yang dijelaskan dalam Al-qur’an surat AliHujurat: 13
             
        
Artinya : Hai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang
laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa
dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang
yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa
diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.3
1
Lusi Eksari “Perkembangang Moral Remaja” www.academia, edu, diakses tanggal 21 april
2017.
2
Sunarto, Agung Hartono, Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: PT. Rineka Cipta 2000.
Hal 127
2. Qs. Al-Hujurat : 13
Ayat diatas menjelaskan, bahwasanya sebagai umat muslim kita tidak
dilarang untuk berhubungan atau bergaul dengan sesama manusia. Khususnya
disini hubungan antara teman sebaya untuk saling berinteraksi dan
berkomonikasi antar lawan jenis. Namun dalam pergaulan itu jangan
dilupakan nilai-nilai ajaran agama, dan kontrak sosial sesuai dengan moral
yang disepakati oleh masyarakat.
Masa remaja bisa disebut sebagai masa sosial karena sepanjang masa
remaja hubungan sosial semakin tampak jelas dan sangat dominan, kesadaran
akan kesunyian menyebabkan remaja berusaha mencari kompensasi dengan
mencari hubungan dengan orang lain atau berusaha mencari pergaulan.4
Diantara beberapa faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan
moral antara lain sebagai berikut: 5
1. Lingkungan rumah
2. Lingkungan sekolah
3. Lingkungan teman sebaya
4. Segi keagamaan.
Diantara beberapa faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan
moral anak salah satunya adalah lingkungan teman sebaya, dimana semakin
bertambah umur sianak makin memperoleh kesempatan lebih luas untuk
mengadakan hubungan dengan teman sebayanya. Hal ini juga berdampak
terjadinya konflik-konflik pada diri anak apabila norma-norma pribadi anak
4
Mohammad Ali, Asrori. Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik. (Jakarta: PT
Bumi Aksara.2014), hal.91
5
Singgih D. Gunarsa, Psikologi Perkembangan, (Jakarta: PT BPK Gunung Mulia) Hal 4044.
sangat berlainan dengan norma yang ada dilingkungan teman. Dimana disatu
pihak anak ingin mempertahankan pola-pola tingkah laku yang diperoleh dari
rumah sedangkan dipihak lain anak lingkungan teman menuntut sianak untuk
memperlihatkan pola yang lain yang bertentangan dengan pola yang sudah
ada.
Teman sebaya (peers) adalah anak-anak atau remaja yang memiliki
tingkat usia atau tingkat kematangan yang kurang lebih sama. Anak dengan
tingkat usia dan kedewasaan yang relatif sama biasanya cendrung
berkelompok dan membentuk kelompok teman sebaya6
Fungsi teman sebaya dalam usia remaja berperan penting sehingga
masa remaja lebih berarti dikarenakan memiliki teman sebaya, diantara fungsi
teman sebaya yaitu:
a. Mengontrol impuls-impuls agresif.
b. Memperoleh dorongan emosional dan sosial serta menjadi lebih indepen..
c. Meningkatkan
keterampilan-keterampilan
sosial,
mengembangkan
kemampuan penalaran, dan belajar untuk mengekspresikan perasaanperasaan dengan cara-cara yang lebih matang.
d. Mengembangkan sikap terhadap seksualitas dan tingkah laku peran
kelamin.
e. Memperkuat penyesuain moral dan nilai-nilai. .7
6
7
Jhon W.Santrock, Remaja Edisi 11 Jilid 2. (Jakarta: Erlangga,2007), Hal 55
John Santrock, Perkembangan Anak Edisi 11 jilid 2,...hal.220
Penjelasan diatas menjelaskan teman sebaya berperan penting bagi
perkembangan remaja termasuk salah satunya sebagai pembentukan moral
remaja.
Ketertarikan penulis dalam meneliti pengaruh teman sebaya terhadap
moral siswa dikarenakan adanya ketidak sesuaian antara teori dan kenyataan
yang ada dilapangan.
Berangkat dari penjelasan tersebut penulis mencoba melakukan
observasi di SMAN 1 Palupuh dan fenomena menggambarkan fungsi teman
sebaya yang positif kurang tampak di SMAN 1 Paluh. Hal ini terindikasi dari
kurang menunjukkan impuls-impuls agresif, hal ini terlihat dari banyaknya
siswa yang duduk dikantin pada saat jam pelajaran berlangsung bersama
teman-temannya. Kurang menunjukkan adanya dorongan emosional dan
sosial. Banyaknya siswa yang mencontek saat ujian berlangsung, karena
teman yang lain banyak yang melakukan hal tersebut. Kurang menunjukkan
meningkatkan keterampilan sosial. Hal ini terindikasi dari banyaknya siswa
yang bertengkar yang berujung dengan perkelahian/kekerasan. Kurang
menunjukkan pengembangkan sikap terhadap seksualitas dan tingkah laku
peran kelamin. Hal ini terindikasi dari banyaknya siswa yang berpacaran
karena dipengaruhi oleh temannya. Yang mana pacarannya banyak mengarah
kepada arah yang negatif, seperti berpegangan tangan, berdua-duan dan lainlainnya. Kurang menunjukkan penyesuain moral dan nilai-nilai, hal ini
terindikasi bahwa banyaknya siswa yang berperilaku kurang sopan, berkatakata kasar, dan membangkang terhadap guru.
Dari gambaran fenomena diatas mengingat pentingnya moral terhadap
perkembangan remaja untuk menunjang kesuksesan dalam berperilaku dan
menciptakan kehidupan yang harmonis maka penulis terinspirasi untuk
meneliti permasalahan tersebut tentang “ Pengaruh Teman sebaya
Terhadap Moral Siswa”
B. Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah didasarkan atas latar belakang masalah yang telah
dikemukakan diatas. Dari latar belakang diatas maka dapat diidentifikasi
masalah sebagai berikut:
1. Kurang menunjukkan imfuls-impuls agresif, hal ini terindikasi dari
banyaknya siswa yang duduk dikantin pada saat jam pelajaran
berlangsung bersama teman-temannya.
2. Kurang menunjukkan adanya dorongan emosional dan sosial. Banyaknya
siswa yang mencontek saat ujian berlangsung, dikarenakan kalau takut
nilai rendah karena teman yang lain banyak yang melakukan hal tersebut.
3. Kurang Meningkatkan keterampilan-keterampilan sosial. Hal ini
terindikasi dari banyaknya siswa yang bertengkar yang berujung dengan
perkelahian/kekerasan.
4. Kurang menunjukkan pengembangkan sikap terhadap seksualitas dan
tingkah laku peran kelamin. Hal ini terindikasi dari banyaknya siswa
yang berpacaran karena dipengaruhi oleh teman.
Yang mana pacarannya banyak mengarah kepada arah yang negatif,
seperti berpegangan tangan, berdua-duan dan lain-lainnya.
5. Kurang menunjukkan penyesuain moral dan nilai-nilai, hal ini terindikasi
bahwa banyaknya siswa yang berperilaku kurang sopan, berkata-kata
kasar, dan membangkang terhadap guru.
6. Kurang menunjukkan meningkatnya harga diri hal ini terindikasi dari
banyaknya siswa yang merokok karena dipengaruhi teman.
C. Batasan Masalah
Berdasarkan indentifikasi masalah tersebut, mengingat keterbatasan
waktu dan kesempatan yang penulis miliki, maka penelitian ini penulis batasi
dan diarahkan pada masalah pengaruh teman sebaya terhadap moral negatif
siswa SMAN 1 Palupuh
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan dan rumusan masalah yang telah ditentukan oleh
penulis maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “ Seberapa besar
pengaruh teman sebaya terhadap moral negatif siswa SMAN 1 Palupuh” ?
E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini berdasarkan batasan masalah yang ada
yaitunya:
1.
Mendeskripsikan perkembangan moral negatif siswa SMAN 1 Palupuh
2.
Mendeskripsikan pengaruh teman sebaya di SMAN 1 Palupuh
3.
Mendeskripsikan pengaruh teman sebaya terhadap moral negatif di
SMAN 1 Palupuh
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan memilki manfaat sebagai berikut:
1.
Manfaat teoritis
Untuk mengetahui mendeskripsikan pengaruh teman sebaya
terhadap moral siswa dan mengetahui seberapa besar pengaruh teman
sebaya terhadap moral siswa di SMAN 1 Palupuh.
2.
Manfaat praktis
a.
Bagi peneliti
Untuk memenuhi salah satu syarat akademik mencapai gelar
sarjana (S1) pada jurusan bimbingan dan konseling fakultas tarbiyah
dan ilmu keguruan institut agama islam negeri(IAIN) Bukittinggi
b.
Peserta didik
Diharapkan penelitian ini dapat menjadi sumber informasi dan
pengetahuan peserta didik tentang seberapa besar pengaruh teman
sebaya terhadap moral siswa
c.
Konselor
Sebagai bahan pertimbangan dalam penyusunan program bagi
konselor.
d.
Menambah
wawasan,
kompetensi,
pengetahuan,
nilai
dan
sikap(WPKNS) bagi pembaca.
e.
Penelitian lebih lanjut
Sebagai bahan masukan dan dasar berpijak serta dukungan
penelitian yang relevan guna pengembangan yang dimaksud.
G. Penjelasan Judul
Untuk lebih memudahkan dalam memahami judul penelitian ini, maka
penulis akan menjelaskan beberapa istilah yang terdapat didalamnya.
Pengaruh
suatu daya yang ada atau timbul dari sesuatu, orang,
benda, dan sebagainya
yang berkuasa atau
yang
berkekuatan dan sebagainya.8 Pengaruh yang dimaksud
disini adalah daya yang timbul dari sesuatu, baik itu orang,
benda dan sebagainya yang mempengaruhi apa-apa yang
ada disekitarnya.
Teman sebaya
adalah anak-anak atau remaja yang memiliki usia atau
tingkat kematangan yang sama.9 Teman sebaya yang
dimaksud disini adalah remaja yang memiliki tingkat usia
yang sama yang melakukan serangkaian aktivitas bersama.
Moral
Hal yang mendorong manusia untuk melakukan tindakan
baik sebagai kewajiban atau norma.10 Moral yang
dimaksud disini adalah moral negatif yang mendorong
manusia untuk melakukan tindakan amoral atau perbuatan
yang tidak baik.
Siswa
adalah
anggota
masyarakat
yang
berusaha
mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran
jalur pendidikan baik pendidikan formal maupun informal.
8
M. Sochib, Pola Asuh Orang Tua untuk Membantu Anak Mengembangkan disiplin Diri,
(Jakarta: Rineka Cipta,1998), hal.9
9
Jhon W.Santrock. Remaja Edisi 11 Jilid 2(jakarta: Erlangga 2007), hal.61
10
Sjarkawi, 2006. Pembentukan Kepribadian Anak. Jakarta PT Bumi Aksara Hal 27
Jadi siswa adalah orang yang berusaha mengembangkan
potensinya
melalui
proses
jalur
pembelajaran
dan
pendidikan baik formal maupun non formal.
Maksud dari judul diatas adalah adanya daya yang timbul dari remaja
yang mempunyai usia yang sama
yang mendorong untuk melakukan
perbuatan baik berdasarkan norma dan aturan yang ada dalam masyarakat
melalui pembelajaran atau pendidikan baik formal maupun non formal.
H. Sitematika Penulisan
BAB I
Pendahuluan
Pada bab ini penulis akan mengemukakan Latar Belakang,
Identifikasi
Masalah,
Batasan
Masalah,
Rumusan
Masalah, Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian, dan
Penjelasan Judul.
BAB II
Landasan Teori
Pada bab ini penulis akan mengemukakan pengertian
teman sebaya, fungsi teman sebaya, jenis kelompok teman
sebaya, penerimaan dan penolakan teman sebaya, ciri-ciri
dan tugas perkembangan remaja, pengertian moral, aspekaspek moral, faktor penyebab kemerosotan moral, usaha
mencapai perbaikan moral, faktor yang mempengaruhi
interaksi diantara teman sebaya dan kaitan antara teman
sebaya dengan moral siswa.
BAB III
Metodologi Penelitian
Pada bab ini penulis akan mengemukakan jenis penelitian,
lokasi
penelitian,
populasi
dan
sampel,
teknik
pengumpulan data, teknik pengolahan data, teknik analis
data dan hipotesis
BAB IV
Hasil Penelitian
Pada bab ini penulis akan mengemukakan deskripsi data,
uji asumtik statistik, pengujian hipotesis, pembahasan,
keterbatasan
BAB V
Kesimpulan, Implikasi dan Saran
Pada bab ini penulis mengemukakan kesimpulan, imlikasi
dan saran
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Teman Sebaya
1. Pengertian teman sebaya
Kamus bahasa indonesia, teman diartikan sebagai sahabat, kawan
dan orang-orang yang sama-sama bekerja/ berbuat. Sedangkan sebaya
artinya orang yang memiliki tingkat usia atau umur yang hampir sama,
seimbang, atau sejajar. Jadi teman sebaya dapat diartikan sebagai orang
yang sama-sama bekerja dengan tingkat kesamaan umur atau usia. 11
Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh John W Santrock
mengemukakan bahwa teman sebaya (peer)adalah sekumpulan remaja
yang memiliki hubungan yang erat dan saling tergantung. Kesamaan yang
ada pada kelompok teman sebaya ini tidak hanya diusia atau tingkat
kedewasaan saja, tetapi bisa juga dari segi latar belakang sosial, ekonomi,
aktivitas, minat dan sebagainya.12
Sedangkan menurut Santrock kawan-kawan sebaya adalah anakanak atau remaja yang memiliki usia atau tingkat kematangan yang kurang
lebih sama.13
Relasi yang baik diantara kawan-kawan sebaya dibutuhkan bagi
perkembangan sosial yang normal dimasa remaja. Ketidakmampuan untuk
11
Depdiknas. Kamus Besar bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai pustaka, 1990), Cet Ke3.h.88-92
12
Mohammad ali, Ashori. Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik,(Jakarta: PT bumi
aksara.2004) hal.91
13
John W. Santrock, Remaja Edisi 11 Jilid 2. (Jakarta: Erlangga, 2007), hal 55
terjun dalam sebuah jaringan sosial berkaitan dengan sejumlah masalah.
Relasi dengan kawan sebaya dapat bersifat positif dan bersifat negatif.
Sebagai akibatnya mereka merasa senang apabila diterima dan
sebaliknya akan merasa tertekan dan cemas apabila dikeluarkan dan
diremehkan oleh kawan sebaya Sebagai akibatnya mereka merasa senang
apabila diterima dan sebaliknya akan merasa tertekan dan cemas apabila
dikeluarkan dan diremehkan oleh kawan-kawan sebayanya. Bagi banyak
remaja, pandangan kawan-kawan terhadap dirinya merupakan hal yang
paling penting. 14
Secara sederhana, teman sebaya(peer) adalah anak-anak atau
remaja dengan tingkat kedewasaan yang relatif sama. Anak dengan tingkat
usia dan kedewasaan yang relatif sama biasanya cendrung berkelompok
dan membentuk kelompok teman sebaya( peer group).15
Selain itu teman sebaya merupakan sejumlah individu yang
memiliki kesamaan usia dan mempunyai kelompok sosial yang sama
seperti, teman sekolah, atau teman dalam lingkungan tempat tinggal.
Teman sebaya(peer) juga merupakan sebuah kelompok sosial yang sering
didefenisikan sebagai semua orang atau kelompok yang memilki kesamaan
ciri-ciri seperti kesamaan tingkat usia. Tidak hanya itu teman sebaya juga
merupakan teman dimana mereka bermain dan melakukan aktifitas
bersama-sama sehingga menimbulkan rasa senang bersama. Biasanya usia
14
John W. Santrock, Remaja Edisi 11 Jilid 2. (Jakarta: Erlangga, 2007), hal 55
Yulita Rintyastini, Suzy Yulia Chavlotte, Bimbingan Konseling SMP, (Jakarta: Erlangga,
2006), Hal.28
15
mereka sebaya dan juga dari jenis kelamin yang berbeda.16 Masa
remaja
disebut sebagai masa sosial karena sepanjang masa remaja hubungan
sosial semakin tampak jelas dan sangat dominan. Kesadaran akan
kesunyian menyebabkan remaja berusaha mencari kompensasi dan
mencari hubungan dengan orang lain atau berusaha mencari pergaulan.17
Dari beberapa pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa
teman sebaya adalah anak-anak atau remaja yang memiliki usia yang
sama,
memiliki aktifitas yang sama dan
memiliki perannya masing-masing.
2. Fungsi Teman sebaya
Teman sebaya mempunyai peranan penting bagi remaja. Remaja
sering menempatkan teman sebaya dalam prioritas apabila dibandingkan
dengan orang tua, guru dalam menyatakan kesetiaannya. 18
Remaja memiliki kebutuhan yang kuat untuk disukai dan diterima
kawan sebaya atau kelompok. Sebagai akibatnya, mereka akan merasa
senang apabila diterima dan sebaliknya akan merasa tertekan apabila
dikeluarkan dan diremehkan oleh kawan-kawan sebayanya. Bagi banyak
remaja, pandangan kawan-kawan terhadap dirinya merupakan hal yang
penting. Pada banyak remaja, bagaimana mereka dipandang oleh teman
sebaya merupakan aspek yang terpenting dalam kehidupan mereka.
16
Singgih D Gunarsa, Psikologi perkembangan anak dan remaja,(Jakarta: Gunung Mulia,
2008), H. 97
17
Mohammad ali, Ashori. Psikologi remaja perkembangan peserta didik,(Jakarta: PT Bumi
Aksara.24) hal.91
18
Syamsu Yususf. Psikologi Perkemabangan Anak dan remaja.(Bandung: Pt Remaja
Rosdakarya.2008). hal.95
Beberapa remaja melakukan apapun agar dapat dimasukkan sebagai
anggota. Untuk mereka, dikucilkan berarti strees, frustasi, dan kesedihan.19
Peran teman sebaya dalam pergaulan remaja menjadi sangat
menonjol. Hal ini sejalan dengan meningkatnya minat individu dalam
persahabatan serta keikutsertaan dalam kelompok. Kelompok teman
sebaya juga menjadi suatu komunitas belajar dimana terjadi pembentukan
peran dan standar sosial yang berhubungan dengan pekerjaan dan
prestasi.20
Kelompok memenuhi kebutuhan pribadi remaja, menghargai
mereka, menyediakan informasi, menaikkan harga diri, dan memberikan
mereka suatu identitas. Remaja bergabung dengan suatu kelompok
dikarenakan mereka beranggapan keanggotaan suatu kelompok akan
sangat menyenangkan dan menarik serta memenuhi kebutuhan mereka atas
hubungan dekat dan kebersamaan. Mereka bergabung dengan kelompok
karena mereka akan memiliki kesempatan untuk menerima penghargaan,
baik yang berupa materi maupun psikologis. Kelompok juga merupakan
sumber informasi yang penting. Saat remaja berada dalam kelompok
belajar, mereka belajar tentang strategi belajar yang efektif dan
memperoleh informasi yang berharga tentang bagaimana cara untuk
mengikuti suatu ujian.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa fungsi teman
sebaya dalam usia remaja berperan penting sehingga masa remaja lebih
19
John W santrock, perkembangan remaja edisi keenam. ( jakarta: erlangga.2003), hal.
219
20
Jhon W. Santrock. Edisi Ke Enam ... hal 257
berarti dikarenakan memiliki teman sebaya, teman sebaya juga memiliki
fungsi pemberi informasi antar teman-temannya. Selain itu fungsi teman
sebaya yaitu: 21
a. Hubungan teman sebaya sebagai sumber emosi, baik untuk
memperoleh rasa senang, Marah, enggan, berani, kecewa,
hasrat, putus asa, takut, benci, berharap, cinta dan sedih
maupun untuk beradaptasi terhadap strees.
b. Hubungan dengan teman sebaya sebagai sumber kognitif untuk
pemecahan masalah dan perolehan pengetahuan. Dimana
Teman sebaya merupakan tempat berbagi, memberi dan
sumber informasi bagi remaja.
c. Hubungan teman sebaya sebagai konteks sosial dasar (
misalnya keterampilan bergaul, keterampilan komunikasi,
keterampilan kerja sama dan keterampilan masuk kelompok)
diperoleh atau ditingkatkan .
d. Hubungan teman sebaya sebagai landasan untuk terjalinnya
bentuk-bentuk hubungan lain ( misalnya hubungan dengan
saudara kandung, guru dan keluarga) yang lebih harmonis.
Jadi dapat disimpulkan beberapa fungdi dari teman sebaya antara
lain sebagai sumber emosi, sumber kognitif, sumber konteks sosial dan
landasan untuk terjalinnya hubungan lain.
Secara rinci, ada 6 fungsi positif dari teman sebaya, yaitu: 22
21
Didi Tarsidi, Hubungan Teman Sebaya komprehensif anak.pdf. diakses hari kamis, 9
februari 2016
f. Mengontrol impuls-impuls agresif. Melalui interaksi dengan teman
sebaya, remaja belajar bagaimana memecahkan pertentanganpertentangan dengan cara-cara yang lain selain dengan tindakan agresi
langsung.
g. Memperoleh dorongan emosional dan sosial serta menjadi lebih
indepen. Teman-teman dan kelompok teman sebaya memberikan
dorongan bagi remaja untuk mengambil peran dan tanggung jawab
baru mereka. Dorongan yang diperoleh remaja dari teman-teman
sebaya mereka ini akan menyebabkan berkurangnya ketergantungan
remaja pada dorongan keluarga mereka.
h. Meningkatkan keterampilan-keterampilan sosial, mengembangkan
kemampuan penalaran, dan belajar untuk mengekspresikan perasaanperasaan dengan cara-cara yang lebih matang. Melalui percakapan dan
perdebatan dengan teman sebaya, remaja belajar mengekspresikan
ide-ide dan perasaan serta mengembangkan kemampuan mereka
memecahkan masalah.
i. Mengembangkan sikap terhadap seksualitas dan tingkah laku peran
kelamin. Sikap-sikap seksual dan tingkah laku peran jenis kelamin
terutama dibentuk melalui interaksi dengan teman sebaya. Remaja
belajar mengenai tingkah laku dan sikap-sikap yang mereka asosikan
dengan menjadi laki-laki dan perempuan muda.
22
John Santrock, Perkembangan Anak Edisi 11 jilid 2,...hal.220
j. Memperkuat penyesuain moral dan nilai-nilai. Umumnya orang
dewasa mengajarkan kepada anak-anak mereka tentang apa yang
benar dan apa yang salah. Dalam kelompok teman sebaya, remaja
mencoba mengambil keputusan atas diri mereka sendiri. Remaja
mengevaluasi nilai-nilai yang dimilikinya dan yang dimiliki oleh
teman sebayanya, serta memutuskan mana yang benar. Proses
mengevaluasi
ini
dapat
membantu
remaja
mengembangkan
kemampuan kemampuan penalaran moral mereka.
k. Meningkatkan harga diri(self-esteem). Menjadi orang yang disukai
oleh sejumlah besar teman-teman sebayanya membuat remaja merasa
enak atau senang tentang dirinya.
Sejumlah ahli teori lain menekankan pengaruhkan negatif dari
teman sebaya terhadap perkembangan anak-anak dan remaja. Bagi
sebagian sebagian remaja, ditolak atau diabaikan oleh teman sebaya,
menyebabkan munculnya perasaan kesepian atau permusuhan. Disamping
itu, penolakan oleh teman sebaya dihubungkan dengan kesehatan mental
dan problem kejahatan. Sejumlah ahli teori juga telah menjelaskan budaya
teman sebaya remaja merupakan suatu kejahatan suatu bentuk kejahatan
yang merusak nilai-nilai dan kontrol dari orang tua. Lebih dari itu, alkohol,
obat-obatan(narkoba), kenakalan, dan berbagai bentuk perilaku yang
dipandang orang dewasa sebagai maladaptif.23
23
Samsunuwiyati Mar’at, Psikologi Perkembangan (Bandung: PT Remaja Rosdakarya),
Hal.220-221
Perilaku menyimpang pada remaja disebabkan karena pergaulan
negatif ( teman bergaul yang sikap dan perilakunya kurang memperhatikan
nilai-nilai moral) 24
3. Jenis kelompok teman sebaya
Dalam kehidupan sehari-hari remaja selalu bersama dengan temantemannya., sehingga remaja sering tergabung dalam kelompok-kelompok
tertentu. Kelompok tersebut adalah sebagai berikut: 25
a.
Teman dekat
Remaja biasanya mempunyai dua atau tiga orang teman dekat
atau sahabat karib. Mereka memiliki minat yang hampir sama, dalam
bergaul dengan teman dekat akan memberikan pengaruh terhadap satu
sama lainnya.
b.
Kelompok geng
Remaja yang tidak terasuk kedalam kelompok besar dan merasa
tidak puas dengan kelompok yang terorganisasi mungkin mereka
mengikuti kelompok geng. Anggota yang biasanya terdiri dari anakanak atau remaja yang memiliki jenis kelamin yang sama, status dan
minat utama mereka adalah untuk menghadapi penolakan dari temanteman sebaya melalui perilaku antisosial.
Para ahli perkembangan membedakan lima status kawan sebaya
yaitunya: 26
24
Jahja Yudrik, Psikologi perkembangan, ( Jakarta: Kharisma Putra Utama 2011), hal. 225
Elizabeth B Harlock, Psikologi Perkembangan, (Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang
Kehidupan) hal.215
26
John W santrock, edisi 11 jilid 2, ...hal.62
25
1) Anak-anak populer(populer children) sering kali dipilih sebagai
kawan terbaik dan jarang tidak disukai oleh teman-teman sebaya.
2) Anak rata-rata (avarage children) memperoleh angka rata-rata untuk
dipilih secara positif maupun negatif oleh teman-temannya.
3) Anak-anak yang diabaikan (neglected children) jarang dipilih sebagai
kawan terbaik namun tidak ditolak oleh kawan-kawannya.
4) Anak-anak yang ditolak (rejected children) jarang dipih sebagaian
kawan terbaik seseorang dan secara aktif tidak disukai oleh kawankawannya.
5) Anak-anak kontroversial( controversial children) mungkin dipilih
sebagai kawan dan mungkin pula tidak disuakai oleh kawankawannya.
Dari penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa jenis
kelompok teman sebaya ada dua yaitu teman dekat dan geng dimana
memiliki sifat, tujuan, status dan minat yang sama. Sehingga remaja
nyaman dalam berteman apabila teman sebayanya memiliki jenis yang
sama seperti keinginannya tersebut.
4. Penerimaan dan penolakan teman sebaya
Dalam kelompok teman sebaya, merupakan kenyataan adanya
remaja yang diterima dan ditolak. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor
sebagai berikut: 27
a. Faktor yang menyebabkan seorang remaja diterima :
27
Joh santrock, Edisi Keenam...hal 223-224
1) Penampilan(performance) dan perbuatan meliputi antara lain:
penampilan yang baik, rapi dan aktif dalam kegiatan kegiatan
kelompok.
2) Kemampuan fikir antara lain: mempunyai inisiatif, banyak
memikirkan kepentingan kelompok dan mengemukakan buah
fikirannya.
3) Sikap, sifat, perasaan antara lain: bersikap sopan, memperhatikan
orang lain, penyabar atau dapat menahan marahnya jika berada
dalam keadaan yang tidak menyenangkan dirinya.
4) Pribadi meliputi: jujur dan daoat dipercaya, bertanggung jawab dan
suka menjalankan pekerjaannya, mentaati aturan-aturan kelompok,
mampu menyesuaikan diri dalam berbagai situasi dan pergaulan
sosial.
b. Faktor-faktor yang menyebabkan seorang remaja ditolak :
1) Penampilan(performance) dan perbuatan meliputi antara lain:
sering manantang.
2) Kemampuan fikir antara lain: bodoh sekali atau disebut tolol sekali.
3) Sikap, sifat, perasaan antara lain: suka melanggar norma dan nilainilai kelompok, suka menguasai anak lain, suka curiga, dan suka
melaksanakan kemauan sendiri.
4) Pribadi meliputi :faktor rumah yang terlalu jauh dari tempat teman
sekelompok.
Arti penting dari penerimaan atau penolakan teman sebaya dalam
kelompok bagi seseorang remaja adalah bahwa mempunyai pengaruh yang
kuat
terhadap
pikiran,
sikap,
perasaan,
perbuatan-perbuatan
dan
penyesuaian diri remaja.
5. Faktor yang mempengaruhi interaksi antara teman sebaya
Pada masa remaja individu lebih banyak menghabiskan waktu
bersama teman sebayanya diluar rumah, dapatlah dimengertio bahwa
pengaruh teman sebaya pada sikap, pembicaraan, minat, penampilan, dan
perilaku remaja lebih besar pengaruhnya dari teman sebaya dari pada
pengaruh keluarga. Salah satu tugas perkembangan individu pada masa
remaja adalah seseorang mampu mencapai pola hubungan baru yang lebih
matang atau baik dengan teman sebaya, baik laki-laki maupun
perempuan.28
Kelompok teman seabaya memegang peranan penting dalam
kehidupan remaja. Remaja sangat ingin diterima dan dipandang sebagai
kelompok teman sebaya, baik disekolah ,ataupun diluarr sekolah. Oleh
karenanya, mereka cendrung berperilaku seperti teman sebayanya.
Remaja akan sangat menderita manakala suatu saat tidak diterima
atau bahkan diasingkan oleh kelompok sebaya. Penderitaan akan lebih
dalam daripada tidak diterima anggota keluarganya sendiri. Kohesivitas
kelompok sangat kuat dan toleransi antar anggota kelompok sangatlah
tinggi, oleh sebaba itu tawuran antar pelajar sering terjadi yang disebabkan
28
J. W Berry, Y.H.Poertinga, M.H. Segall,P.R Dasen, Psikologi Lintas Budaya(riset dan
Aplikasi,1999), hal.88
oleh upaya mewujudkan kohektivitas dan toleransi terhadap anggota
kelompoknya. 29
Masa remaja disebut masa sosial karena sepanjang masa remaja
hubungan sosial semakin tampak jelas dan dominan, kesadaran akan
kesunyian menyebabkan remaja berusaha mencari hubungan dengan orang
lain atau berusaha mencari pergaulan. 30
Satu karakteristik teman yang ditemukan sepanjang masa kanakkanak hingga masa remaja: teman umumnya serupa dalam jenis hal usia,
jenis kelamin, etnis, dan banyak faktor lainnya. Teman sering kali
memiliki sikap yang serupa, mengenai sekolah, tujuan pendidikan yang
serupa, dan orientasi pendidikan yang mirip. Teman menyukai musik yang
sama, mengenakan jenis pakaian yang serupa, dan menyukai aktivitas
waktu senggang yang sama.
Prioritas berubah pada usia remaja. Penemuan paling konsisten
pada pertemanan remaja adalah bahwa keintiman merupakan fitur
pertemanan
yang penting. Pada kebanyakan studi terbaru, keintiman
dalam pertemanan didefenisikan secara sempit sebagai membuka diri atau
berbagi pemikiran pribadi: pengetahuan pribadi tentang teman yang telah
digunakan sebagai indeks keintiman.31
Jadi dapat penulis simpulkan bahwa kuatnya pengaruh teman
sebaya terhadap yang mengarahkan remaja kepada nakal atau tidak nya
tergantung bagaimana persepsi remaja terhadap teman sebayanya.
29
Mohammad Ali, Dkk, Psikologi Remaja...hal. 98-99
Mohammad Ali, Dkk,Psikologi Remaja,...hal 91
31
John W. Santrock, Remaja Edisi 11 Jilid 2. (Jakarta: Erlangga, 2007), hal 55
30
B. Moral.
1. Pengertian Moral
Moral berasal dari bahasa latin yaitu dari kata mos(adat istiadat,
kebiasaan, cara,tingkah laku, kelakuan), mores(adat istiadat, kelakuan,
tabiat, watak,akhlak,cara hidup. Moral adalah hal yang mendorong
manusia untuk melakukan tindakan baik yang baik sebagai kewajiban atau
norma.moral dapat diartikan sebagai sarana untuk mengukur benar
tidaknya atau baik-tidaknya tindakan manusia.
Helden dan Richards merumuskan pengertian moral sebagai suatu
kepekaan dalam pikiran, perasaan, dan tindakan lain yang tidak hanya
berupa kepekaan terhadap prinsip dan aturan. Selanjutnya,Atson
mengemukakan moral merupakan pandangan tentang baik dan buruk,
benar dan salah,apa yang dapat dan tidak dapat dilakukanoleh manusia.32
Harlock mengatakan moral adalah perilaku yang sesuai dengan
kode moral kelompok sosial. Moral sendiri berarti tata cara, kebiasaan, dan
adat. Perilaku moral dikendalikan konsep konsep moral atau peraturan
perilaku yang telah menjadi kebiasaan bagi anggota suatu budaya.
Sedangkan
menurut
Wiwit
Wahyuning
Jash
dan
Metta
Rachmadana moral berkenaan dengan norma-norma umum , mengenai apa
yang baik dan benar dalam cara hidup seseorang
32
Sjarkawi, 2006. Pembentukan Kepribadian Anak. Jakarta PT Bumi Aksara Hal 27-28
Jadi dapat disimpulkan moral adalah yaitu nilai dan norma yang
menjadi pegangan bagi seseorang atau sekelompok dalam mengatur
tingkah lakunya.
2. Fase-Fase Perkembangan Moral
Kohlberg membagi perkembangan moral dalam tiga tahap yang masingmasing dibagi lagi dalam dua tingkatan:
a. Tahap I ( tingkat 1 dan 2) tahap prakonvensional
Untuk anak-anak dan sebagian remaja serta orang dewasa yang
penalaran moralnya terlambat atau belum berkembang. Pada tahap
ini seseorang belum benar-benar mengerti, apalagi menerima
aturan dan harapan masyarakat.
1) Pada tingkat 1 , tingkatan yang paling awal, pedoman mereka
hanyalah menghindari hukuman.
2) Pada tingkat 2, sudah ada pengertian bahwa untk memenuhi
kebutuhan
sendiri,
seseorang
juga
harus
memikirkan
kebutuhan orang lain.33
b. Tahap II (tingkat 3 dan 4) tahap konvensional
Yang dimaksuud dengan konvensional berarti setuju pada turan dan
harapan masyarakat dan penguasa , karena memang sudah
demikianlah keadaannya. Tahap ini dimiliki oleh remaja dan
sebagian orang dewasa dalam masyarakat.
33
Sarlito, “Psikologi Remaja, edisi revisi, (Bandung, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta 2012)
hal. 114
1) Pada tingkat
3, dimana seseorang menghargai kebenaran,
kepedulian, dan kesetiaan kepada orang lain sebagai landasan
perkembangan moral.
2) Pada tingkat 4, pertimbangan didasarkan atas pemahaman
aturan sosial, hukum, keadilan, dan kewajiban
c. Tahap III ( tingkat 5 dan 6) tahap pascakonvensional
Pemikiran pascakonvensional ialah tingkat tertinggi dalam teori
perkembangan moral Kohlbert.
1) Pada tingkat 5, seseorang memahami bahwa nilai dan aturan
bersifat relatif dan bahwa standar dapat berbeda dari satu orang
ke orang lain.
2) Pada tingkat 6, pada tahap ini seseorang telah mengembangkan
suatu standar moral yang didasarkan pada hak-hak manusia
yang universal.
Jadi dapat penulis simpulkan bahwa perkembangan moral terdapat
tiga tahap yang masing masing tahap dibagi menjadi dua tingkatan.
Sedangkan masa remaja berada pada tahap moral konvensional
yang berarti setuju dengan aturan dan harapan masyarakat dan
penguasa.
3. Bentuk Moral positif dan negatif
Adapun Indikator manusia yang berkarakter moral adalah sebagai berikut:
34
a. Personal
improvement;
yaitu
individu
yang
mempunyai
kepribadian yang teguh terhadap aturan yang diinternalisasi dalam
dirinya. Dengan demikian, ia tidak mudah goyah dengan pengaruh
lingkungan sosial yang dianggapnya tidak sesuai dengan aturan
yang diinternalisasi tersebut. Ciri kepribadian tersebut secara
kontemporer diistilahkan sebagai
integritas.
Individu
yang
mempunyai integritas yang tinggi terhadap nilai dan aturan yang
dia junjung tidak akan melakukan tindakan amoral. Sebagai
contoh, individu yang menjunjung tinggi nilai agamanya tidak
akan terpengaruh oleh lingkungan sosial untuk mencontek,
manipulasi dan korupsi.
b. Social skill; yaitu mempunyai kepekaan sosial yang tinggi
sehingga mampu mengutamakan kepentingan orang lain. Hal ini
ditunjukkan dengan hubungan sosialnya yang harmonis. Setiap
nilai atau aturan universal tentunya akan mengarahkan manusia
untuk menjaga hubungan baik dengan orang lain. Contohnya,
individu yang religius pasti akan berbuat baik untuk orang lain atau
mengutamakan kepentingan ummat.
34
M. Ghazali Bagus Ani Putra, psi, Membangun-Peradaban-Bangsa-denganPendidikan-Berkarakter-Moral, pks.psikologi.unair.ac.id, diakses, kamis
20 april 2017
c. Comprehensive problem solving; yaitu sejauhmana individu dapat
mengatasi konflik dilematis antara pengaruh lingkungan sosial
yang tidak sesuai dengan nilai atau aturan dengan integritas
pribadinya terhadap nilai atau aturan tersebut. Dalam arti, individu
mempunyai pemahaman terhadap tindakan orang lain (perspektif
lain) yang menyimpang tetapi individu tersebut tetap mendasarkan
keputusan/sikap/ tindakannya kepada nilai atau aturan yang telah
diinternalisasikan dalam dirinya. Sebagai contoh, seorang murid
yang tidak mau mengikuti teman-temannya mencontek saat tidak
diawasi oleh guru karena ia tetap menjunjung tinggi nilai atau
aturan yang berlaku (kejujuran). Meskipun sebenarnya ia mampu
memahami penyebab perilaku teman-temannya yang mencontek.
Keluwesan dalam berfikir dan memahami inilah dibutuhkan untuk
menilai suatu perbuatan tersebut benar atau salah.
Jadi dapat penulis simpulkan bahwa manusia yang berkarakter
moral yaitu mempunyai indikator Personal improvement, Social
skill dan Comprehensive problem solving didalam dirinya.
Beberapa bentuk penyimpangan moral negatif remaja diantaranya
sebagai berikut:
a. Tawuran
Istilan Kekerasan dengan cara tawuran sudah dianggap sebagai
pemecah masalah yang sangat efektif yang dilakukan oleh para
remaja. Hal ini seolah menjadi bukti nyata bahwa seorang yang
terpelajar pun leluasa melakukan hal-hal yang bersifat anarkis,
premanis, dan rimbanis. Tentu saja perilaku buruk ini tidak hanya
merugikan orang yang terlibat dalam perkelahian atau tawuran itu
sendiri tetapi juga merugikan orang lain yang tidak terlibat secara
langsung
b. Pergaulan Bebas
Dalam kehidupannya, remaja tidak akan pernah lepas dari apa yang
dinamakan “percintaan”. Hampir seluruh remaja di dunia,
termasuk
Indonesia,
mempunyai
suatu
budaya
untuk
mengekspresikan percintaan tersebut, yakni dengan apa yang biasa
disebut “pacaran”. Pacaran merupakan hal yang sudah lazim di
kalangan remaja saat ini. Cara mereka mengisi pacaran pun
bermacam-macam, mulai dari yang biasa sampai yang luar biasa
yang tidak diterima karena telah melanggar ketentuan norma yang
ada. Salah satu cara yang paling tidak diterima di masyarakat
adalah seks bebas (Karmila, 2011).
c. Penggunaan Narkoba
Pengguna narkoba biasanya dimulai dengan coba-coba yang bertujuan
sekedar memenuhi rasa ingin tahu remaja, namun sering keinginan
untuk mencoba ini menjadi tingkat ketergantungan.
d.
Menyontek merupakan tindak kecurangan dalam tes, melalui
pemanfaatan informasi yang berasal dari luar secara tidak sah
(Sujana dan Wulan, 1994). Perilaku menyontek harus dihilangkan,
karena hal tersebut sama artinya dengan tindakan kriminal mencuri
hak milik orang lain.
e. Mabuk-mabukan
Pergaulan remaja juga berpotensi menimbulkan keresahan sosial
karena tidak sedikit para remaja yang terlibat pergaulan negatif
mabuk-mabukan. Tindakan ini selain mengganggu ketertiban
sosial juga sangat merugikan kesehatan mereka sendiri.
4. Aspek-aspek moral positif dan negatif
Orang yang memiliki kecerdasan moral positif diantaranya mempunyai: 35
a. Empati
Empati adalah memahami dan merasakan kekawatiran orang lain.
Empati merupakan inti emosi moral yang membantu anak
memahami perasaan orang lain.
b. Hati nurani
Nurani dapat mengetahui dan menerapkan cara bertindak yang
benar. Hati nurani yang kuat adalah suara hati yang membantu kita
membedakan hal yang benar dan hal yang salah yang merupakan
35
Zubaedi,. Desain Pendidikan Karakter, (Kharisma Putra Utama 2012) . Hal 57-64
landasan yang kuat bagi kehidupan yang baik, kehidupan
kemasyarakatan yang baik, serta perilaku beretika.
c. Kontrol diri.
Kontrol diri adalah mengendalikan pikiran atau tindakan
agar dapat menahan dorongan dari dalam maupun dari luar
sehingga dapat bertindak dengan benar.
d. Rasa hormat
Rasa hormat adalah menghargai orang lain dengan berlaku baik dan
sopan
e. Kebaikan hati.
Kebaikan hati yaitu menunjukkan kepedulian terhadap kesejahteraan
dan dan perasaan orang lain .
f. Toleransi
Toleransi yaitu menghormati martabat dan hak semua orang meskipun
keyakinan dan perilaku mereka berbeda dengan kita..
g. Keadilan
keadilan berwujud berpikir terbuka serta bertindak adil dan benar.
anak-anak yang mempunyai sifat ini dapat mematuhi aturan,
bergiliran, berbagi, dan mendengarkan semua pihak secara terbuka
sebelum memberi penilaian.
Jadi
dapat
disimpulkan
usaha
untuk
meningkatkan
kecerdasan moral yaitu dengan cara empati, hati nurani,kontrol
diri, rasa hormat, kebaikan hati, toleransi dan keadilan yang mana
jika semuanya dimiliki oleh individu maka baiklah moralnya.
Ada beberapa aspek lain yang juga mempengaruhi moral antara
lain: 36
a.
Sikap batin dan perbuatan lahir. Moral sebenarnya memuat dua segi
yang berbeda yakni segi batiniah dan segi lahiriah. Orang yang baik
adalah orang yang memiliki sikap batin yang baik dan melakukan
perbuatan-perbuatan yang baik pula.
b.
Ukuran moral. Ukuran moral digunakan untuk menilai sikap batin
maupun perbuatan lahiriah. Berdasarkan pengamatan dan pengalaman,
sekurang-kurangnya ada dua ukuran yang berbeda, yakni ukuran yang
ada di hati setiap pribadi dan ukuran dipakai oleh orang pada waktu
mereka menilai orang lain.
c.
Pertumbuhan hati nurani. Hati nurani merupakan pusat kepribadian.
Setiap seluruh kepribadian, hati nurani manusia juga mengalami
pertumbuhan dan tergantung tanggapan lingkungan atau usaha sendiri.
Selain aspek positif adapun aspek moral negatif diantaranya
adalah sebagai berikut:37
a.
Tindakan yang tidak dapat diterima oleh lingkungan sosial karena
bertentangan dengan nilai nilai, norma- norma dalam masyarakat.
Contoh: berkata kasar pada guru, orang tua.
36
Hadi
Susanto,
2015.pembinaan
nilai
moral
dan
sikap
https://bagawanabiyasa.wordpress.com,diakses pada hari rabu 01 maret 2016.
37
John W santrock, perkembangan remaja edisi keenam. ( jakarta: erlangga.2003)
anak
b.
Tindakan pelanggaran ringan seperti ; membolos sekolah, kabur pada
jam mata pelajaran tertentu dll.
c.
Tindakan pelanggaran berat yang merujuk pada semua tindakan
kriminal yang dilakukan oleh remaja, seperti; mencuri, seks pranikah,
menggunakan obat-obatan terlarang.
Jadi dapat disimpulkan beberapa bentuk penyimpangan
terhadap moral tindakan yang tidak dapat diterima oleh lingkungan
sosial, tindakan pelanggaran ringan, dan tindakan pelanggaran
berat.
5. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan moral
Beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan moral antara
lain sebagai berikut: 38
a. Lingkungan rumah
Tingkah laku anak tidak hanya dipengaruhi oleh sikap-sikap orang
yang berada didalam rumah itu melainkan juga bagaimana hubungan
dengan orang-orang diluar rumah. Orang tua harus dapat menciptakan
suatu keadaan dimana sianak berkembang dalam suasana ramah, ikhlas,
jujur dan kerjasama yang diperlihatkan oleh masiing-masing anggota
keluarga dalam setiap hari mereka hidup. Sebaliknya sulit untuk
menumbuhkan sikap yang baik pada anak bila mana anak tumbuh dan
berkembang dalam suasana diman pertikaian, pertengkaran, ketidak
38
Singgih D. Gunarsa, Psikologi Perkembangan, (Jakarta: PT BPK Gunung Mulia) Hal 40-44.
jujuran menjadi hal yang biasa dalam hubungan antara anggota
keluarga ataupun dengan orang-orang diluar rumah.
b. Lingkungan sekolah
Makin baik hubungan antara guru dengan muridnya, makin tinggi
nilai-nilai moral dari kelanya dan kelompok sekolahnya. Ini berarti
penanaman kejujuran dan pengurangan serta pemberantasan hasrathasrat menipu, berbohong, membenci. Akan menjadi lebih efektif
dalam pendidikan moral secara tidak langsung.
Hubungan baik antara murid dengan murid yang baik juga dapat
memperkecil kemungkinan timbulnya perbuatan-perbuatan yang jauh
dari nilai-nilai moral yang tinggi apabila kelompok itu sudah
mempunyai moral yang baik pula.
c. Lingkungan teman sebaya
Makin bertambah unur, sianak makin memperoleh kesempatan
lebih luas untuk menjalin hubungan dengan teman-teman sebaya.
Konflik-konfllik terjadi pada anak bila mana norma-norma pribadi
sangat berlainan dengan yang ada dilingkungan teman. Disatu pihak ia
ingin mempertahankan pola-pola tingkah laku yang diperoleh dari
rumah, sedangkan dipihak lain lingkungan menuntut sianak untuk
memperlihatkan pola yang lain, yang bertentangan dengan pola yang
sudah ada atau sebaliknya.
d. Segi keagamaan
Kejujuran dan tingkah laku moralitas tidak ditentukan oleh
bagaiaman pandainya seseorang atau pengertian dan pengetahuan
keagamaannya melainkan bergantung sepenuhnya pada penghayatan
terhadap ajaran-ajaran keagamaan dapat berupa petunjuk apa yang
boleh dan wajar dilakukan dan dapat berupa pengontrol dalam
melakukan sebuah perbuatan.
Jadi dapat penulis simpulkan bahwa beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi perkembangan moral anak diantaranya lingkungan rumah,
lingkungan sekolah, lingkungan teman sebaya, dan segi keagamaan yang
apabila hal tersebut baik maka proses perkembangan moral anak juga akan
baik.
6. Faktor-Faktor Penyebab Kemerosotan Moral
Masalah moral adalah suatu masalah yang menjadi perhatian yang
orang dimana saja, baik dalam masyarakat yang telah maju maupun dalam
masyarakat
yang
masih
terbelakang.
Karna
kemerosotan
moral
mengganggu ketentraman yang lain jika dalam suatu masyarakat banyak
orang yang rusak moralnya, maka goncanglah keadaan masyarakat
tersebut.
Faktor-faktor penyebab dari kemerosotan moral dewasa ini
sesungguhnya banyak sekali antara lain yang terpenting adalah: 39
a.
Kurangnya pendidikan Agama pada tiap-tiap masyarakat
b. Keadaan masyarakat yang kurang stabil.
39
Zakiah Daradzat , Membina Nilai-Nilai Dan Moral di Indonesia...hal 13
c. Pendidikan moral (akhlak) tidak terlaksana menurut semestinya, baik
dirumah tangga, sekolah maupun dimasyarakat.
d. Suasana rumah yang kurang baik.
e. Diperkenalkannya secara populer obat-obat dan alat-alat anti hamil.
f. Kurang ada bimbingan untuk mengisi waktu luang dengan cara baik
dan membawa pada pembinaan moral.
g. Tidak ada atau kurangnya markas-markas bimbingan dan penyuluhan
bagi anak-anak adan pemuda-pemuda.
Meski penyebab merosotnya moral sangatlah konfleks, terdapat banyak
fakta yang tidak dapat dipungkiri. Lingkungan tempat anak dibesarkan
sangat banyak meracuni kecerdasan moral mereka. Pertama Karna faktor
sosial yang kritis membentuk karakter moral secara perlahan mulai runtuh,
yaitu pengawasan oraang tua, teladan perilaku bermoral, pendidikan
spiritual beragama, hubungan akrab dengan orang dewasa , sekolah kusus,
norma-norma nasional yang jelas, dukungan masyarakat, stabilitas, dan
pola asuh yang benar. Kedua, anak-anak secara terus-menerus menerima
masukan dari luar yang bertentangan dengan norma-norma yang tengah
kita tumbuhkan. Kedua faktor ini berperan terhadap kemerosotan moral
anak pada saat sekarang ini.40
Sebenarnya
faktor-faktor
yang
menyebabkan
kemerosotan
moral
masyarakat modern masih banyak. Dan yang terpenting diantaranya
adalah kurang tertanamnya nilai agama dalam setiap diri insividu dan tidak
40
Zubaedi, 2012.Desain Pendidikan Karakter. Khrisma Putra Utama. Hal56
dilaksanakannya agama dalam kehidupan sehari-hari baik oleh individu
maupun masyarakat.
7. Usaha Mencapai Perbaikan Moral
a.
Peran hukum, kebiasaan, dan peraturan dalam perkembangan moral.
Pokok pertama yang penting dalam pembelajaran menjadi pribadi
yang bermoral ialah belajar apa yang diharapkan kelompok dari
anggotanya. Harapan tersebut diperinci bagi seluruh anggota
kelompok dalam bentuk hukum, kebiasaan dan peraturan.
b.
Peran hati nurani
Pokok kedua dalam belajar menjadi orang yang bermoral adalah
pengembangan hati nurani sebagai kendali internal bagi perilaku
individu.
c.
Peran rasa bersalah dan rasa malu dalam perkembangan moral.
Setelah anak mengembangkan hati nurani, yang dibawa dan
digunakan sebagai pedoman perilaku. Bila perilaku anak tidak
memenuhi stasndar yang ditetapkan hati nurani, anak merasa bersalah,
malu atau kedua-duanya. Rasa bersalah dan rasa malu merupakan
evaluasi diri bagia anak setelah melakukan tindakan.
d.
Interaksi sosial memegang peran penting dalam perkembangan moral:
pertama, dengan memberi anak standar perilaku yang disetujui
kelompo sosialnya dan kedua, dengan memberi mereka sumber
motivasi untuk mengikuti standar tersebut melalui persetujuan dan
pertidak setujuan sosial
Jadi dapat penulis simpulkan bahwa Peran hukum, kebiasaan, dan
peraturan, hati nurani, peran rasa bersalah dan interaksi sosial memegang
penting dalam pembentukan moral seseorang.
C. Kaitan teman sebaya dengan moral
Masa remaja bisa disebut sebagai masa sosial karena sepanjang masa
remaja hubungan sosial semakin tampak jelas dan sangat dominan, kesadaran
akan kesunyian menyebabkan remaja berusaha mencari kompensasi dengan
mencari hubungan dengan orang lain atau berusaha mencari pergaulan.41
Perkembangan sosial merupakan pencapaian kematangan dalam
hubungan sosial. Dapat juga diartikan sebagai proses belajar untuk
menyesuaikan diri terhadap norma-norma kelompok, moral, dan tradisi dan
juga untuk meleburkan diri menjadi suatu kesatuan dan saling berkomunikasi
dan bekerja sama.
Dalam perkembangan sosial remaja, teman sebaya sangatlah berperan
penting. Peranan teman-teman sebaya terhadap remaja terutama berkaitan
dengan sikap, pembicaraan, minat, penampilan dan perilaku. Remaja sering
kali menilai bahwa bila dirinya memakai model pakaian yang sama dengan
anggota kelompok yang populer, maka kesempatan baginya untuk diterima
oleh teman-teman sebayanya menjadi besar. Demikian pula bila anggota
kelompok mencoba minum alkohol, obat-obatan terlarang atau rokok, maka
remaja cenderung mengikutinya tanpa memperdulikan perasaannya sendiri
41
Mohammad Ali, Asrori. Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik. (Jakarta: PT
Bumi Aksara.2014), hal.91
dan akibatnya. Hal ini berarti menunjukkan bahwa kuatnya pengaruh teman
sebaya terhadap perkembangan hubungan sosial remaja.
Pada hubungan remaja saat sekarang ini terjadi perubahan dalam
konsep-konsep perilaku sosial. Saat ini anak remaja tidak mau lagi menerima
konsep benar dan tidak benar( moral) yang telah ditetapkan oleh orang tua
atau masyarakat maupun agama . Mereka banyak yang membangkang
terhadap orang yang menasehatinya.42
Umur remaja adalah umur adalah umur peralihan dari anak menjelang
dewasa, yang merupakan masa perkembangan terakhir bagi pembinaan
kepribadian atau masa persiapan memasuki umur dewasa, problemnya tidak
sedikit. Telah banyak penelitian yang dilakukan orang dalam mencari
problema yang umum dihadapi remaja baik dinegara yang telah maju maupun
dinegara berkembang. Pada umumnya hasil yang dicapai oleh para peneliti
diberbagai negara itu hampir sama. Diantara problem yang yang dulu
dirasakan dan sekarang semakin tampak jelas ialah masalah hari depan,
masalah dengan orang tua, masalah agama dan moral.43
Moral merupakan suatu kebutuhan penting bagi remaja, terutama
sebagai pedoman menemukan identitas dirinya, mengembangkan hubungan
personal yang harmonis, dan menghindari konflik-konflik peran yang yang
selalu terjadi pada masyarakat transisi.44
42
Soeslo waindradin. Psikologi Perkembangan(Masa Remaja). (Surabaya: Usaha Nasional)
Zakiah Daradzat , Ilmu Jiwa Agama( Jakarta: Bulan Bintang, 2005), cet ke-17 hal 114
44
Samsunuwiyati mar’at, Psikologi Perkembangan( Bandung: PT Remaja Rosdakarya)
hal.206
43
D. Kerangka Pemikiran
Kerangka konseptual pengaruh teman sebaya terhadap moral negatif siswa di
SMAN 1 Palupuh
Teman sebaya
Moral negatif
siswa
E. Hipotesis
Berdasarkan kajian teori dan kerangka pemikiran di atas, maka
dapat dirumuskan hipotesis penelitian ini yakni:
1. Ha: terdapat pengaruh teman sebaya terhadap moral siswa di SMAN 1
Palupuh.
2. H0: tidak Terdapat pengaruh teman sebaya terhadap moral siswa di
SMAN 1 Palupuh.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
penelitian yang penulis lakukan ini merupakan jenis penelitian
korelasional dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian korelasional
merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya
hubungan antara dua variabel atau beberapa variabel atau beberapa
variabel.45
Penelitian yang digunakan ini adalah pendekatan kuantitatif, artinya
semua informasi atau data penelitian diwujudkan dalam bentuk angka
yang dianalisis statistik dan hasilnya dideskripsikan.
B. Lokasi penelitian
Penulis menetapkan lokasi penelitian ini di SMA N 1 Palupuh untuk
kelas X, dan XI. pemilihan lokasi ini sebagai tempat penelitian
didasarkan pada pertimbangan bahwa lokasi ini penulis menemukan
gejala-gejala atau fenomena yang menjadi permasalahan yang akan
diteliti. Alasan lain penulis memilih SMAN 1 Palupuh sebagai tempat
penelitian adalah banyaknya siswa/siswi yang memiliki prestasi tinggi
dari semua SMP yang ada dipalupuh, mereka lebih memilih untuk
sekolah diluar daerah dibandingkan didaerah palupuh sendiri, dan
disamping itu didaerah palupuh yang masih jauh dari perkotaan dan
45
Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000) hal. 326
masih kuat akan adat istiadat seharusnya memiliki nilai moral yang lebih
baik .
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi merupakan objek penelitian. Populasi adalah keseluruhan
objek penelitian.46 Selanjutnya Sax juga menyatakan, Populasi adalah
keseluruhan manusia yang terdapat dalam area yang telah ditetapkan.47
Adapun populasi dalam penelitian ini seluruh siswa kelas X dan XI di
SMAN 1 Palupuh yang terdaftar pada adalah tahun ajaran 2017/2018
yang berjumlah 184 orang. Rincian dari populasi tersebut dapat dilihat
pada tabel 1 berikut;
Tabel
Siswa SMAN 1 Palupuh 2017/ 2018.
46
No
Kelas
Jumlah
1
2
3
4
X.1
X.2
X.3
X.4
Jumlah
25
24
25
22
96
1
2
3
4
XI.IPS.1
XI.IPS.2
XI.IPS.3
XI.IPA
Jumlah
24
25
24
15
88
Suharsimi Arikunto. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. (Edisi Revisi). (Jakarta; Bumi
Aksara.2006). hal 130
47
Muri yusuf. Metodologi Penelitian, (Padang: UNP Press,2007) hal.183
Total
Juml
184
ah
Sumber data: T.U SMAN 1 Palupuh
2. Sampel
Menurut Suharsimi Arikunto sampel adalah “sebagian atau wakil dari
populasi yang diteliti48”. Seperti yang dikemukakan Suharsimi
Arikunto bahwa sampel harus mewakili populasi yang ada, sehingga
pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan sampel random
sampling .
Metode random sampling merupakan pengambilan sampel secara acak.
Penentuan besaran sampel pada peneliti ini, penulis menggunakan
pendapat suharsimi Arikunto bahwa jika jumlah populasi besar(lebih
dari 100) maka dapat diambil 10-15% atau 20-25%. Melihat jumlah
populasi yang cukup banyak yaitu 184 siswa maka penulis menarik
sampel sebanayk 25%.
25
100
𝑥184=46
Jadi jumlah sampel yang diambil pada penelitian ini sebanyak 46 orang
(responden). metode sampling yang digunakan dalam penelitian ini
adalah Random Sampling, kata“random” artinya acak atau tanpa aturan,
48
Suharsimi Arikunto. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik,(Jakarta:
Rineka Cipta. 2006), hal 131
“sampel” artinya sederhana atau tanpa prosedur yang rumit. Randon
Sampling teknik ini digunakan untuk menentukan sampel.49
Setelah mengetahui jumlah sampel, langkah selanjutnya menentukan
jumlah sampel sub kelompok, dengan rumus sebagai berikut:
Sampel sub kelompok =
Jumlah Masing −Masing Kelompok
Jumlah Total
X Besar Sampel
Dengan demikian akan terdapat perbandingan yang seimbang antara
besarnya sampel dan populasi pada masing-masing kelompok, sehingga
sifat-sifat masing-masing strata tidak dapat meniadakan sifat-sifat
kelompok lain sebagaimana dapat dilihat pada tabel berikut;
Tabel
Sampel Penelitian
No
Kelas
Jumlah
Sampel
1
X.1PS.1
25
6
2
X.IPS.2
25
6
3
X.IPS.3
25
6
4
X.IPA
25
6
24
6
5
XI
IPS.
1
25
6
6
XI
IPS.
2
7
XI
IP3.3
24
6
8
XI IPA.
15
4
184
46
Jumlah
49
Sugiyono.Metode Penelitian Pendidikan Kualitatif, (Bandung: PT.
Alfabeta, 2006), h. 121
Sumber data: TU SMAN 1 palupuh
Langkah selanjutnya cara menentukan objek sampel yang terwakili
masing-masing kelas yaitu acak dengan cara sebagai berikut:
1. Membuat daftar unit calon sampel pada lembaran khusus yang diberi
kode
2. Menulis kode-kode khusus tersebut dalam lembaran kecil dan dilipat
3. Masukan lembaran yang dilipat tersebut kedalam suatu tempat atau
tabung
4. Lembaran tersebut dikocok dan kemudian diambil sesuai jumlah
sampel.
D. Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat 2 variabel yaitu variabel independen
dan variabel dependen dengan penjelasan:
1. Variabel independen, yaitu variabel bebas yang akan diukur
pengaruhnya atau variabel yang mempengaruhi variabel lainnya.
Dalam hal ini yang menjadi variabel bebas adalah moral (x).
2. Variabel dependen, yaitu variabel terikat yang keberadaannya
tergantung pada variabel lainnya (variabel bebas), lebih dikenal
sebagai variabel terikat. Dalam penelitian ini yang berfungsi
sebagai varibel terikat adalah teman sebaya (y).
E. Teknik Pengumpulan Data
1. Instrumen Penelitian
Pada penelitian ini instrumen penelitian yang penulis gunakan yaitu
angket. Angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan
cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada
responden untuk dijawabnya.50
Angket yang digunakan yaitu dengan skala Likert, dimana angket
ini biasanya digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi
seseorang terhadap fenomena sosial.
Angket disusun dengan menjabarkan variabel, variabel dalam
penelitian ini adalah pengaruh teman sebaya (variabel X) terhadap moral
(variabel Y). Masing-masing variabel dijabarkan kedalam sub-sub variabel,
dari sub-sub variabel disusun butir-butir (item) yang berupa pertanyaan
positif dan pertanyaan negatif. Setiap responden dapat memilih jawaban
dengan cara memberi tanda cek (√) pada lembar jawaban.
Penulis menggunakan skala likert, yaitu skala yang digunakan
untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi sesorang atau sekelompok
orang tentang fenomena sosial. Adapun alternatif jawaban pada angket yang
digunakan yaitu:
Tabel
Pedoman Alternatif Jawaban Angket Teman Sebaya Terhadap Moral
Siswa
Alternatif Jawaban Angket
50
Sangat Sesuai
(SS)
Sesuai
(S)
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D,...h. 142
Kurang sesuai
(KS)
Tidak sesuai
(TS)
Sangat tidak sesuai
(STS)
Pernyataan instrumen terdiri dari pernyataan positif dan negatif.
Untuk pernyataan positif diberi skor masing-masing secara berturut-turut
adalah 5, 4, 3, 2, 1 dan untuk pernyataan negatif diberi skor masing-masing
1, 2, 3, 4, 5. Pengumpulan data melalui angket ini ditujukan kepada siswa
SMAN 1 Palupuh yang menjadi anggota sampel. Angket yang diberikan
terdiri atas dua bagian, yaitu angket yang berisikan pernyataan
tentang teman sebaya dan angket yang berisikan pernyataan tentang moral
siswa. Adapun kisi-kisi angket teman sebaya terhadap moral siswa
diantaranya:
Adapun kisi-kisi instrumen Pengaruh Teman Sebaya Teman
Sebaya terhadap Moral Siswa disusun sebagai berikut:
Kisi-kisi angket
v
S
Indika
a
u
r
b
i
a
v
b
a
e
r
i
Deskipsi
Jumlah
tor
j
item
p
u
m
N
o
e
s
g
i
a
t
t
l
a
h
l
a
i
i
b
f
f
e
l
M
I
Empat Menunjukkan
o
n
r
d
a
i
l
k
i
(
kepekaan
t
,
lain.
2
4
asa
verbal dalam memahami
an)
perasaan orang lain
Hati
5
Memahami perilaku jujur
o
r
a
l
7
4
,
,
6
8
9
nur
m
4
,
o
r
3
terhadap perasaan orang
per Menunjukkan ekspresi non
a
1
1
,
8
3
ani
,
1
(
per
asa
0
1
,
4
,
an)
1
1
1
,
5
,
1
2
1
6
Memahami sikap pemaaf
1
2
5
7
0
,
,
1
2
8
1
,
1
9
Memahami
sikap
2
bertanggung jawab
memahami perilaku ikhlas
2
6
2
5
,
,
2
2
3
6
,
,
2
2
4
7
2
3
8
8
2
.
,
2
3
9
3
,
,
3
3
0
4
,
,
3
3
1
memahami sikap rendah
3
hati
5
3
5
6
9
,
,
3
4
7
0
,
3
8
Kontr menunjukkan
ol
perilaku
4
sabar
diri
(Tind
aka
n)
meunjukkkan
perilaku
untuk
mengendalikan diri dari
6
1
4
,
,
4
4
2
5
,
,
4
4
3
6
4
yang ilhami nilai
kemampuan
4
4
4
7
9
,
,
4
5
8
0
5
5
1
6
4
perilaku negatif
Rasa
menunjukkan sikap sopan
hor
santun
ma
lain
kepada
,
,
5
5
2
5
,
,
5
5
3
6
5
orang
6
5
7
0
,
,
5
6
8
1
t
(tinda
kan
,
)
5
9
menunjukkan sikap patuh
dan
hormat
6
kepada
orang lain
6
5
2
4
,
,
6
6
3
5
,
6
6
Kebai memiliki
kepedulian
6
7
5
kan
terhadap orang lain
hat
7
0
,
,
6
7
8
1
i
(peras
aan
,
)
6
9
Membantu atau menolong
7
orang lain
Menunjukkan
kasih
perilaku
sayang
kepada
nsi
(tinda
kan
)
perbedaan
Membantu
tanpa
memandang
dalam
,
,
7
7
3
5
7
4
8
8
,
,
7
7
7
9
8
4
0
2
,
,
8
8
1
3
suku,
agama/golongan
Keadi Berfikir
4
8
dengan orang lain
4
2
7
orang lain
Tolera Menghargai
7
terbuka/objektif
menghadapi
8
8
4
4
6
lan
permasalahan
(penal
ara
n
dan Menunjukkan sikap adil
tin
,
,
8
8
5
7
8
dalam berkompetisi
dak
9
4
8
0
,
.
8
9
9
1
an)
T
F
Sebag Marah
e
u
ai
m
n
su
a
g
mb
n
s
er
i
em
s
Enggan
1
t
b
e
a
m
y
a
a
n
Berani
4
,
,
2
4
5
osi
e
3
7
4
,
,
6
8
9
1
,
4
1
,
1
s
0
1
e
b
a
y
a
2
Kecewa
1
1
4
3
5
,
,
Hasrat
Putus asa
Takut
1
1
4
6
1
1
4
7
9
,
,
1
2
8
0
2
2
4
1
3
,
,
2
2
2
4
2
4
4
2
,
7
,
2
6
2
8
Benci
Berharap
2
3
3
4
9
1
,
,
3
3
0
2
3
4
Cinta
Sedih
Sumb Tempat berbagi
3
5
,
,
3
3
4
6
3
3
4
7
9
,
,
3
4
8
0
4
4
4
1
3
,
,
4
4
2
4
4
4
4
er
5
7
pe
,
,
cah
4
4
an
6
8
me
ma
sal
ah
dan
inf
Memberi
4
5
4
9
1
,
,
5
5
or
ma
si
0
Informasi
5
Sumb Kemampuan dalam bergaul
2
5
4
3
5
,
,
5
5
4
6
5
5
4
er
7
9
ket
,
,
mp
5
6
ila
8
0
era
n
sos
ial
Kemampuan
dalam
6
berkomunikasi
Sumb Hubungan dengan guru
6
4
1
3
,
,
6
6
2
4
6
6
4
er
5
7
hu
,
,
bu
6
nga
6
6
n
sos
ial
8
Hubungan dengan keluarga
6
7
4
9
1
,
,
Jumlah
7
7
0
2
1
6
3
a. Validitas Instrumen
Sebuah instrumen membutuhkan suatu pengukur dari sebuah data
yaitu validitas. Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti
sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu instrumen pengukur (tes)
dalam melakukan fungsi ukurnya. Suatu tes dikatakan memiliki validitas
yang tinggi apabila alat tersebut menjalankan fungsi ukur secara tepat atau
memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya
pengukuran tersebut.51 Artinya hasil ukur dari pengukuran tersebut
merupakan besaran yang mencerminkan secara tepat fakta atau keadaan
sesungguhnya dari apa yang diukur.
Untuk menemukan validitas instrumen ini penulis menggunakan
katergori uji validitas sebagaimana yang diungkapkan oleh Suharsimi
Arikunto yaitu:
1) Content validity (Validitas isi) yaitu suatu instrumen dikatakan valid
apabila sebuah instrumen tersebut secara isi telah menggambarkan apa
51
Zulkifli Matondang, “Jurnal Tabularasa PPS UNIMED-Validitas dan
Reliabilitas Suatu Instrument Penelitian”, (Medan: UNIMED, 2009) h. 89
yang diukur secara keseluruhan. Content validity dilakukan dalam
bentuk pencekan kembali dari butir-butir instrumen penelitian
terhadap teori yang dikemukakan.
2) Construct validity (Validitas konstruk) yaitu suatu instrumen
dinyatakan valid setelah dikonsultasikan dengan orang yang ahli di
bidang tersebut. Dilakukan dalam bentuk konsultasi kepada beberapa
orang dosen yang dianggap ahli. Dalam hal ini ahli yang penulis
maksud adalah dosen pembimbing yang ahli di bidangnya. Penelaahan
isi instrumen yang akan penulis gunakan akan dilakukan oleh dosen
IAIN Bukittinggi
yaitu Bapak Budi Santosa, M.Pd, Bapak
Syawaluddin, M.Pd, dan Ibu Hayati ,M.Pd dengan hasil baik serta bisa
dilanjutkan dengan sedikit revisi.
3) Validitas empiris yaitu melakukan uji coba instrumen.52
Peneliti melakukan uji coba instrumen kepada 30 orang siswa diluar
sampel penelitian.
Setelah diperoleh harga 𝑟𝑥𝑦 selanjutnya dikonsultasikan dengan nilai
𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 . Apabila 𝑟𝑥𝑦 ≥ 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 maka angket dikatakan valid. Suatu
instrumen dikatakan valid jika nilainya minimal +0,30. Sedangkan
butir yang memiliki skor validasi dibawah +0,30 maka dinyatakan
tidak valid.53
Adapun hasil validitas instrumen penelitian yaitu:
52
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara.
1999) h. 66-67
53
Purswanto, Metodologi Penelitian Kuantitatif untuk Psikologi dan
Pendidikan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012), hal. 197
Tabel
Hasil Validitas Instrumen
Keterangan
Teman
Item valid
Item Tidak valid
4, 5, 6, 7, 8, 9,
1, 2, 3, 8, 9, 12,
10, 11, 14,
13, 15, 24, 27,
16, 17, 18,
28, 29, 31, 32,
19, 20, 21,
33, 37, 43, 44,
22,23,
52, 54, 58, 60,
sebaya
25,
26, 30, 34,
65
35, 36, 38,
39, 40, 41,
42, 45, 46,
47, 48, 49,
50, 51, 53,
55, 56, 57,
59, 61, 62,
63, 64
Jumlah
43
22
Moral
3, 5, 6, 7, 8,
1, 2, 4, 15, 22, 49,
9,10, 11, 12,
13, 14, 16,
17, 18, 19,
20, 21, 23,
24, 25, 26,
27, 28, 29,
30, 31, 32,
33, 34, 35,
36, 37, 38,
42, 43, 44,
57, 62, 63
45, 46, 47,
48, 49, 50,
51, 52, 53,
54, 55, 56,
58, 59, 60,
61,64,
65,
66, 67, 68,
69, 70, 71
Jumlah
57
14
Berdasarkan tabel diatas diketahui pada variabel Teman Sebaya terdapat
43 item valid dan 22 item tidak valid. Pada variabel Moral siswa terdapat
57 item valid dan 14 item tidak valid yang akan digunakan sebagai
instrumen penelitian karena tidak memenuhi syarat.
b. Reliabelitas Instrumen
Suatu instrument pengukuran dikatakan reliabel jika pengukurannya
konsisten dan cermat akurat. Jadi uji reliabelitas instrumen dilakukan
dengan tujuan untuk mengetahui konsistensi dari instrumen sebagai alat
ukur. Sehingga pengukuran dapat dipercaya. Hasil pengukuran dapat
dipercaya hanya apabila dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran
terhadap kelompok subjek yang
homogen diperoleh hasil yang relatif
sama, selama aspek yang di ukur dalam diri subjek memang belum
berubah.
Suatu item / pernyataan dapat dikatakan reliabel jika koefisien korelasinya
besar dari nilai rtabel pada taraf signifikansi 0,05 (5%). Jika koefisien
korelasinya kecil dari nilai rtabel pada taraf signifikansi 0,05 (5%) maka
pernyataan / item tersebut dapat dikatakan tidak reliabel.
Uji reliabelitas juga dilakukan dengan menggunakan rumus alpha
cronbach dengan bantuan SPSS 22.54 Setelah uji reliabelitas menggunakan
SPSS 22 dilakukan, akan ditemukan reliabel atau tidaknya suatu instrumen
yang digunakan dalam sebuah penelitian.
Reliabilitas dinyatakan oleh koefisien reliabilitas yang angkanya berada
dalam rentang dari 0 sampai dengan 1,00. Semakin tinggi koefisien
reliabilitas mendekati angka 1,00 berarti semakin tinggi reliabilitas.
Sebaliknya koefisien yang semakin rendah mendekati angka 0 berarti
semakin rendahnya reliabilitas.55Pernyataan tersebut diperkuat bahwa
instrumen dikatakan reliabel bila hasil perhitungan reliabilitas dengan
rumus alpha cronbach menunjukkan angka minimal 0,65.56
Dari 65 butir pernyataan angket teman sebaya diketahui sebanyak 43 butir
pernyataan dikatakan valid. Dan 71 butir pernyataan angket teman sebaya
diketahui sebanyak 57 butir pernyataan dikatakan valid.
Untuk
menentukan apakah angket penelitian reliabel atau tidak, dilakukan
perbandingan antara nilai reliabilitas yang diperoleh dengan standar yang
ada, dimana semakin koefisien reliabelitas mendekati 1 maka semakin
tinggi.
54
Sambas Ali Muhidin dan Maman Abdurahman, Analisis Korelasi, Regresi dan
Jalur dalam Penelitian, (Bandung: Pustaka Setia, 2009), h. 37
55
Saifuddin Azwar, Reliabilitas dan Validitas, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), hal.
10
56
Purwanto, Metodologi Penelitian Kuantitatif untuk Psikologi dan Pendidikan, ..., hal.
197
F. Teknik Analisa Data
1.
Teknik Pengolahan Data
Adapun langkah-langkah yang dapat ditempuh dalam pengolahan
data pada penelitian ini adalah:
a. Editing, yaitu penulis memeriksa jawaban responden sehingga
mendapatkan pedoman yang jelas tentang data tersebut.
b. Coding, yaitu jawaban-jawaban dari responden akan diklasifikasikan
kedalam kelas-kelas dengan cara memberikan tanda atau kode pada
masing-masing jawaban. Penulis menggunakan skla likert dengan
alternatif jawaban sangat sesuai, sesuai, kyeang sesuai, tidak sesuai, dan
sangat tidak sesuai.
c. Scoring, yaitu memberikan nilai terhadap alternatif jawaban.
Tabel
Pedoman alternatif jawaban angket teman sebaya terhadap moral
siswa
Skor
Alternatif Jawaban
Skor
+
5
Sangat sesuai
1
4
Sesuai
2
3
Kurang sesuai
3
2
Tidak sesuai
4
1
Sangat tidak sesuai
5
d. Mean, yaitu jumlah seluruh data dibagi dengan jumlah data. Rata-rata
dapat dicari dengan data tunggal maupun data kelompok
e. Skor
Adapun interpretasi data menggunakan kategori sebagai berikut
Tabel kategori nilai angket
ketgori
Interpretasi
Sangat baik
Jika persentasi nilai moral berkisar antara 81-100%
Baik
Jika persentasi nilai moral berkisar antara 61-80
Cukup
Jika persentasi nilai moral berkisar antara 41-60%
Kurang baik
Jika persentasi nilai moral berkisar antara 21-40%
Tidak baik
Jika persentasi nilai moral berkisar antara 0-20%
f. Uji normalitas ini digunakan untuk mengetahui apakah data
berdistribusi normal atau tidak. Pengujian normalitas dianalisis dengan
menggunakan uji kolmogorov smirnov. Kriteria pengujiannya adalah
jika nilai signifikasi (sig) atau nilai probalitas (p) > 0,005 maka data
tersebut berdistribusi normal
g. Uji linearitas
Uji linearitas adalah uji yang menyatakan bahwa hubungan abtara variabel
independen dengan variabel dependen linear atau searah. Uji linearitas
dilakukan untuk mengetahui teman sebaya(X), cendrung membentuk
garis linear terhadap moral(Y)
Asumsi ini menyatakan bahwa untuk setiap persamaan regresi linear,
hubungan pengaruh antara variabel independen dan dependen harus
lenear atau searah. Dasar pengambilan keputusan dijelaskan sebagai
berikut
1) Jika nilai deviation for linearity sig> 0,005, maka Ha diterima.
Artinya sebaran data variabel X (teman sebaya) membentuk
garis linear terhadap variabel Y ( Moral)
2) Jika nilai deviation for linearity sig< 0,005, maka Ha ditolak.
Artinya sebaran data variabel X (teman sebaya) tidak
membentuk garis linear terhadap variabel Y ( Moral)
h. Melakukan uji regresi sederhana dengan langkah-langkah sebagai
berikut:
Menentukan rumusan rumusan hipotesis Ho dan Ha
Ho
: Tidak tedapat pengaruh ayng signifikan teman
sebaya terhadap moral siswa
Ha
: tedapat pengaruh ayng signifikan teman sebaya
terhadap moral siswa
i. Melakukan uji kebermaknaan regresi sederhana untuk mengukur
signifikan atau tidaknya pengaruh antara variabel X dan varibel Y,
dengan rumus:
Ŷ=a+bX
Keterangan:
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data
Pada bab ini dikemukakan hasil penelitian dan pembahasan mengenai
kondisi pengaruh teman sebaya terhadap moral siswa dan di SMAN 1 Palupuh
Sebelum data diolah, terlebih dahulu dilakukan verifikasi data untuk melihat
data yang layak untuk diolah. Objek penelitian yang akan dideskripsikan
berjumlah 46 responden. Berikut penjelasan deskripsi data hasil penelitian.
1. Teman sebaya
Dari hasil penelitian yang dilakukan, 43 item pernyataan instrumen
teman sebaya yang diisi oleh 46 siswa, diketahui dan dapat dilihat pada
tabel 6 berikut:
Tabel
Distribusi Frekuensi teman sebaya
Nilai
Int
e
Katagor
F
T
i
%
T
M
M
e
e
e
o
e
r
r
r
a
d
d
v
t
e
n
u
i
a
i
n
s
a
l
n
d
g
a
g
h
i
19
M
Sangat
6
1
n
6
Tingg
3
-
i
,
2
1
1
1
1
2
0
0
3
7
7
6
1
4
9
2
2
9
9
1
%
18
Tinggi
6
1
0
3
-
,
1
0
9
4
5
%
16
sedang
2
4
4
2
8
-
%
1
7
9
14
Rendah
9
1
8
9
-
%
1
6
3
13
Sangat
2
Rend
-
ah
3
7
%
1
4
7
Jumlah Responden
4
1
6
0
0
%
Diagram teman sebaya
25
20
15
10
frequensi
Persentase
5
0
132-147
148-163
SangatBaik
Baik
164-179
180-195
Cukup Baik Tidak Baik
196-211
Sangat
Tidak Baik
Dari tabel dan diagram di atas mendeskripsikan bahwa kondisi
teman sebaya yang berkategori sangat tinggi berjumlah 6 orang (13,04%),
kategori tinggi berjumlah 13,04 orang (13,04%), kategori sedang berjumlah
6 orang (48%), kategori rendah 9 orang (19%) dan sangat rendah 3 orang (
7%). Nilai tertinggi dengan skor 209, nilai terendah dengan skor 132, nilai
mean dengan skor 172, nilai modus dengan skor 179, dan median dengan
skor 169.
Dari data hasil penelitian di atas diketahui kategori teman sebaya di
SMAN 1 Palupuh didominasi kategori sedang sebesar 47%.
2. Kondisi moral
Dari hasil penelitian yang dilakukan, 57 item pernyataan instrumen
teman sebaya yang diisi oleh 46 siswa, diketahui dan dapat dilihat pada
tabel berikut:
Tabel
Distribusi moral
in
kategori
F
%
Sangat
3
7
Nilai
t
e
r
v
a
l
26
9
Ting
-
gi
N
%
N
m
M
M
i
i
e
o
e
l
l
a
d
d
2
a
a
n
u
i
9
i
i
s
a
4
n
t
t
e
e
r
r
t
e
i
n
n
d
g
a
g
h
i
24
Tinggi
1
3
1
5
7
-
% 2
1
8
8
8
2
9
6
2
6
1
5
,
,
3
9
8
21
Sedang
1
7
1
3
7
7
-
%
2
4
2
19
Rendah
8
3
1
3
-
%
4
2
2
1
6
16
Sangat
5
Rend
-
ah
3
7
%
1
9
0
Jumlah
4
1
6
0
0
%
Digram teman sebaya
18
16
14
12
10
8
6
Frekuensi
4
Persentase
2
0
165-190
191-216
217-242
243-268
269-294
Sangat Tinggi
Tinggi
Sedang
Rendah
Sangat
Rendah
Dari tabel dan diagram di atas mendeskripsikan bahwa kondisi
teman sebaya yang berkategori sangat tinggi berjumlah 3 orang (7%),
kategori tinggi berjumlah 15 orang (17%), kategori sedang berjumlah 17
orang (37%), kategori rendah 8 orang (33%) dan sangat rendah 3 orang (
7%). Nilai tertinggi dengan skor 291, nilai terendah dengan skor 165, nilai
mean dengan skor 82,31, nilai modus dengan skor 84, dan median dengan
skor 82,9.
Dari data hasil penelitian di atas diketahui kategori moral di SMAN
1 Palupuh didominasi kategori sedang sebesar 37%.
B. Analisis Data
1. Uji Normalitas
Uji normalitas merupakan analisis data untuk mengetahui
kenormalan distribusi data. Data yang terdistribusi secara normal adalah
data yang memusat pada nilai rata-rata atau median. Uji normalitas yang
peneliti gunakan dengan pendekatan Kolmogrov-Smirnov Test. Adapun
dasar pengambilan keputusan sebagai berikut:
 Jika skor ASym Sig > α = 0,05 maka Ha diterima, artinya data tersebut
berdistribusi normal.
 Jika skor ASym Sig < α = 0,05 maka Ha ditolak artinya data tidak
berdistribusi normal.
Untuk menguji normalitas data digunakan statistik nonparametrik
dengan pengolahan data SPSS 22 for windows. Dari hasil pengolahan data
dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel Hasil Uji Normalitas Data
tsb
N
m
46
46
17
82,3
Normal
Parameter
2
sa
2
Mean
16,
25,9
Std.
5
0
Deviatio
8
n
7
4
0,1
0,20
Asymp. Sig.
1
0
(2-tailed)
8
Dari tabel di atas diketahui nilai Asymp Sig Uji KolmogorovSmirnov teman sebaya 0,118 > 0.05, berarti data tersebut berdistribusi
normal, dan nilai Asymp Sig Kolmogorov-Smirnov moral siswa 0,200 >
0,05 juga berarti data tersebut berdistribusi normal.
Kenormalan data akan telihat dengan menggunakan Q-Q plot. Pada
normal Q-Q plot prinsip normalitasnya dapat dideteksi dengan melihat
penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal grafik. Hasil perhitungan uji
normalitas dengan menggunakan gambar normalitas dengan menggunakan
gambar normal Q-Q plot.
Berdasarkan uji normalitas dengan menggunakan Q-Q Plot X,
terlihat data yang mendeteksi garis diagonal ini berarti bahwa
menunjukkan pola berdistribusi normal. Sedangkan Q-Q Plot Y, terlihat
data yang mendekati garis diagonal ini berarti bahwa menunjukkan pola
berdistribusi.( untuk lebih jelas dapat dilihat pada lampiran)
2. Uji Linearitas
Uji linearitas adalah uji yang menyatakan bahwa hubungan antara
variabel independen dengan variabel dependen linear atau searah. Uji
linearitas dilakukan untuk mengetahui teman sebaya (X), cenderung
cendrung membentuk garis linear moral siswa(Y).
Asumsi ini menyatakan bahwa untuk setiap persamaan regresi
linear, hubungan pengaruh antara variabel independen dan dependen harus
linear atau searah57. Dasar pengambilan keputusan dijelaskan sebagai
berikut:
 Jika nilai deviation from linearity Sig > 0,05, maka Ha diterima.
Artinya sebaran data variabel X (teman sebaya) membentuk garis
linear terhadap variabel Y (moral siswa).
 Jika nilai deviation from linearity Sig < 0,05, maka Ha ditolak.
Artinya sebaran data variabel X (teman sebaya) tidak membentuk
garis linear terhadap variabel Y (moral siswa).
Dari data penelitian ditemukan dan dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel Hasil UJi Liniearitas Data
Sum of
(Combined)
Linearity
57
Df
Mean
Square
Squar
s
e
Sig.
21273,406
30
709,114
0,369
15,869
1
15,869
0,872
Idris. Aplikasi SPSS dalam Data Kuantitatif, Edisi Revisi II. Padang: UNP Press 2006)
hal 91.
Deviation
from
21257,537
29
733,019
8922,333
15
594,8225
30195,739
45
Linearit
y
Dari tabel di atas diketahui nilai deviation from lenerarity Sig
0,343 > 0.05 maka Ha diterima. Artinya sebaran data variabel X (teman
sebaya) membentuk garis linear terhadap variabel Y (moral siswa).
C. Pengujian Hipotesis
1.
Uji Regresi Sederhana
Pada penelitian yang penulis lakukan untuk menguji korelasi data
antara variabel X dan Y penulis menggunakan rumus Product Moment
Pearson. Adapun untuk mendapatkan hasil yang lebih rinci penulis
menggunakan SPSS tipe 22, dengan hasil sebagai berikut:
0.343
Correlations
tsby
Tsby
Pearson Correlation
moral
1
Sig. (2-tailed)
N
Moral
,023
,869
46
46
Pearson Correlation
,025
1
Sig. (2-tailed)
,869
N
46
Setelah melakukan penghitungan, diperoleh hasil bahwa hubungan
teman sebaya terhadap moral siswa bernilai 0,23. Untuk mengkorelasikan
kedua variabel tersebut dicari df dengan rumus :
df = n - 2
= 46 - 2
= 44.
Maka f = 44, kemudian dilihat r tabel korelasi product moment
pada signifikan 0,05 angka df pada 44 sebesar 0.304. Berdasarkan
pedoman interpretasi jika rhitung > dari rtabel maka ada hubungan yang
46
signifikan, sebaliknya Jika rhitung < dari rtabel maka tidak ada hubungan
yang signifikan.
Pada hasil penghitungan tersebut diketahui bahwa rhitung 0,023 <
rtabel 0.304 maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada korelasi antara teman
sebaya terhadap moral siswa. Jika dilihat pada tabel pedoman interpretasi
product moment dapat disimpulkan bahwa 0,379 terletak pada (0.01 –
0.199) maka diartikan antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi
yang sangat rendah
Tabel Model Summaryb
Std. Error of
the
Model
1
R
R Square
,023a
,001
Adjusted R Square
-,022
Estimate
16,770
Berdasarkan tabel di atas diketahui nilai R Square sebesar 0,001
(merupakan pengkuadratan dari nilai korelasi (R) 0,023). Nilai R Square
adalah besar kontribusi variabel X (teman sebaya) terhadap variabel Y
(moral siswa). Hal tersebut diketahui bahwa kontribusi teman sebaya
terhadap moral siswa sebesar 0,001%, sedangkan 99,99% dijelaskan oleh
faktor (variabel) lain.
2.
Uji Kebermaknaan Regresi
Selanjutnya analisis persamaan regresi linear sederhana, diketahui
dan dijelaskan pada tabel berikut:
Tabel ANOVAa
Model
Sum of Squares
1 Regression
Residual
Df
Mean Square
6,507
1
6,507
12374,732
44
281,244
12381,239
45
F
Sig.
,023
,880b
Total
Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients
Model
B
1 (Constant)
167,771
Std. Error
22,651
Coefficients
Beta
t
Sig.
7,407
,000
Teman
sebaya
,015
,097
,023
,152
,880
Berdasarkan tabel atas diketahui analisis regresi linear sederhana.
Nilai Fhitung 0,023 dengan Sig 0,880 > 0,05 artinya variabel X (teman
sebaya) dapat menjelaskan moral secara signifikan. Persamaan regresi Ỳ=
a+bX (moral = 167,771+0,015X). Koefisien regresi sebesar 0,015 dengan
thitung sebesar 0,152 pada Sig 0,80 > 0,005, artinya setiap peningkatan
sebesar 1 teman sebaya akan meningkatkan 0,152 satuan hasil moral
siswa.
Dari data hasil penelitian tersebut diketahui prediksi kontribusi
teman sebaya terhada moral siswa 0,001%, sedangkan 99,99% dijelaskan
faktor lainnya, hal tersebut dapat dimaknai tidak terdapat pengaruh teman
sebaya terhadap moral siswa.
D. Pembahasan
Berdasarkan hasil analisis data penelitian yang dilakukan, ditemui
berbagai fenomena yang menambah wawasan dan pengetahuan, serta
keyakinan atas teori-teori yang dikaji pada penelitian ini. Agar hasil
penelitian ini mudah untuk dipahami berikut dijelaskan berdasarkan
variabel penelitan yang kaji.
1. Teman Sebaya
Didalam pergaulan remaja apabila remaja ditolak atau diabaikan
oleh teman sebaya akan dapat menimbulkan rasa kesepian dan dimusuhi
dalam dirinya. Selain itu penolakan dan pengabaian yang diperoleh remaja
dari teman sebaya juga dapat mempengaruhi pembentukan moral individu.
Nah dari itu, tentulah teman sebaya mempunyai peranan penting dalam
kehidupan
remaja
didalam
pergaulannya.
Teman
sebaya
sebaya
mempunyai fungsi diantaranya: teman sebaya bisa sebagai sumber emosi,
baik untuk memperoleh rasa senang, Marah, enggan, berani, kecewa,
hasrat, putus asa, takut, benci, berharap, cinta dan sedih maupun untuk
beradaptasi terhadap strees. Teman sebaya juga sebagai sumber kognitif
untuk pemecahan masalah dan perolehan pengetahuan. Dimana Teman
sebaya merupakan tempat berbagi, memberi dan sumber informasi bagi
remaja. Teman sebaya juga konteks sosial hubungan dasar ( misalnya
keterampilan bergaul, keterampilan komunikasi, keterampilan kerja sama
dan keterampilan masuk
kelompok) diperoleh atau
ditingkatkan
Selanjutnya teman sebaya sebagai landasan untuk terjalinnya bentukbentuk hubungan lain ( misalnya hubungan dengan saudara kandung, guru
dan keluarga) yang lebih harmonis.
Pergaulan dengan teman sebaya seringkali menimbulkan persoalan
sehingga dapat mempengaruhi perkembangan moral peserta didik.
Berdasarkan deskripsi hasil penelitian yang dilakukan dari 46
orang responden, ditemui bahwa kondisi teman sebaya di SMAN 1
Palupuh didominasi katagori sedang sebanyak 22 orang (47,8%). Hal ini
menerangkan teman sebaya mempunyai peranan penting dalam kehidupan
siswa di SMAN 1 palupuh. Baik itu sumber emosi, pemecahan masalah,
perolehan pengetahuan, konteks sosial dasar, dan sumber hubungan lain.
Pada masa remaja individu lebih banyak menghabiskan waktu
bersama teman sebayanya diluar rumah, dapatlah dimengerti bahwa
pengaruh teman sebaya pada sikap, pembicaraan, minat, penampilan, dan
perilaku remaja lebih besar pengaruhnya dari teman sebaya dari pada
pengaruh keluarga. Salah satu tugas perkembangan individu pada masa
remaja adalah seseorang mampu mencapai pola hubungan baru yang lebih
matang atau baik dengan teman sebaya, baik laki-laki maupun
perempuan.58
2. Moral Siswa
Moral merupakan suatu kebutuhan penting bagi remaja, terutama
sebagai
pedoman
menemukan
identitas
dirinya,
mengembangkan
hubungan personal yang harmonis, dan menghindari konflik-konflik peran
yang yang selalu terjadi pada masyarakat transisi.59 Adapun yang menjadi
aspek –aspek moral yang harus dipelajari dan dimiliki oleh remaja
diantaranya yaitu, adanya rasa empati, hati nurani, kontrol diri, rasa
hormat, kebaikan hati, toleransi dan keadilan.
58
J. W Berry, Y.H.Poertinga, M.H. Segall,P.R Dasen, Psikologi Lintas Budaya(riset dan
Aplikasi,1999), hal.88
59
Samsunuwiyati mar’at, psikologi perkembangan( Bandung: Pt Remaja Rosdakarya)
hal.206
Berdasarkan deskripsi hasil penelitian yang dilakukan dari 46 orang
responden, ditemui bahwa kondisi moral siswa di SMAN 1 Palupuh
didominasi katagori sedang sebanyak sedang sebanyak 17 orang (37,8%).
Dari penjelasan tersebut peneliti menyimpulkan bahwa kondisi moral
siswa SMAN 1 Palupuh didominasi pada kategori sedang, disebabkan oleh
sebagaian faktor-faktor yang mempengaruhi moral baik faktor dalam diri
siswa maupun dari luar diri siswa.
Dari penjelasan tersebut peneliti menyimpulkan bahwa kondisi moral
negatifsiswa SMAN 1 Palupuh didominasi pada kategori sedang,
disebabkan karena banyak faktor yang mempengaruhi perkembangan moral
siswa.
3. Pengaruh Teman Sebaya dengan Moral Negatif Siswa di SMAN 1
Palupuh
Dari deskripsi hasil penelitian yang ditemui, kekuatan teman sebaya
didominasi katagori sedang dengan frekuensi 47% dan moral didominasi
katagori sedang dengan frekuensi 37%, sedangkan kontribusi teman
sebaya(X) terhadap moral negatif siswa (Y) sebesar 0,001%.
Penjelasan di atas dapat dimaknai bahwa prediksi pengaruh teman
terhadap hasil moral negatif siswa sebesar 0,001%, sedangkan 99,9 %
dijelaskan oleh faktor lain.. Adapun faktor lain tersebut mungkin saja
merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan moral yang
telah dijelaskan pada bab sebelumnya.
Hasil dari penelitian merupakan jawaban dari hipotesis yang telah
dirumuskan. Sebagaimana teori yang di bahas dan hipotesis yang di uji,
maka ditemui dan terbukti kekuatan teman sebaya tidak mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap moral negatif siswa.
Dalam perkembangan sosial remaja, teman sebaya sangatlah berperan
penting. Peranan teman-teman sebaya terhadap remaja terutama berkaitan
dengan sikap, pembicaraan, minat, penampilan dan perilaku. Remaja sering
kali menilai bahwa bila dirinya memakai model pakaian yang sama dengan
anggota kelompok yang populer, maka kesempatan baginya untuk diterima
oleh teman-teman sebayanya menjadi besar. Demikian pula bila anggota
kelompok mencoba minum alkohol, obat-obatan terlarang atau rokok, maka
remaja cenderung mengikutinya tanpa memperdulikan perasaannya sendiri
dan akibatnya. Hal ini berarti menunjukkan bahwa kuatnya pengaruh teman
sebaya terhadap perkembangan hubungan sosial remaja.
Sehingga didalam perkembangan kehidupan remaja Moral merupakan
suatu kebutuhan penting bagi remaja, terutama sebagai pedoman
menemukan identitas dirinya, mengembangkan hubungan personal yang
harmonis, dan menghindari konflik-konflik peran yang yang selalu terjadi
pada masyarakat transisi.60
E. Keterbatasan Penelitian
60
Samswsunuwiyati mar’at, psikologi perkembangan( Bandung: Pt Remaja Rosdakarya)
hal.206
Penelitian ini telah dilaksanakan dengan sebaik mungkin berdasarkan
metode dan prosedur penelitian ilmiah yang sesuai dengan jenis penelitian.
Meskipun demikian peneliti menyadari bahwa sebagai manusia biasa,
kekurangan dan kekeliruan mungkin saja terjadi, karena hal tersebut sudah
menjadi sifat kemanusian makhluk yang memiliki keterbatasan. Segala yang
benar dan mutlak hanyalah hasil cipta, karsa dan karya dari Allah SWT.
Adapun keterbatasan tersebut, dijelaskan sebagai berikut:
1. Sampel yang diambil dalam penelitian ini terbatas pada satu sekolah, yakni
SMAN 1 Palupuh, dan belum mencakup keseluruhan sekolah yang ada di
Palupuh, oleh karena itu perlu kajian lebih lanjut pada sampel yang lebih
luas agar hasil penelitian ini membentuk pemahaman yang lebih luas.
2. Variabel dalam penelitian ini hanya terbagi 2 variabel yakni teman sebaya
dan moral siswa. Sebagaimanan teori yang dikemukakan, faktor-faktor yang
moral cukup bervariatif dan masih banyak faktor-faktor lainya yang
mungkin menjadi variabel penelitian yang mempengaruhi hasil belajar.
Dari keterbatasan-keterbatasan tersebut, diharapkan kritikan, masukan dan
saran yang membangun dari para pembaca, agar hasil yang di harapkan
kedepanya menjadi lebih sempurna, bermanfaat dan dapat dijadikan sebagai
dasar dalam pengembangan penelitian berikutnya.
X : variabel bebas
a + b X: koefisien yang dapat dihitung berdasarkan hasil
pegamatan terhadap X dan Y
j. Koefisien b dinamakan koefisien arah regresi dan menyatakan
perubahan rata-rata variabel Y untuk setiap perubahan variabel X
sebesar satu satuan. Perubahan ini merupakan pertambahan bila b
bertanda negatif.
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan temuan dan pembahasan analisis penelitian yang
dikemukakan, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Berdasarkan deskripsi hasil penelitian yang dilakukan dari 46 orang
responden, ditemui bahwa kondisi teman sebaya di SMAN 1 Palupuh
didominasi katagori sedang sebanyak 22 orang (47,8%)..
2. Berdasarkan deskripsi hasil penelitian yang dilakukan dari 46 orang
responden, ditemui bahwa kondisi moral siswa di SMAN 1 Palupuh
didominasi katagori sedang sebanyak sedang sebanyak 17 orang (37,8%).
3. Pengaruh teman sebaya terhadap moral negatif siswa sebesar 0,001%
terhadap moral negative siswa. Jadi dapat disimpulkan teman sebaya tidak
mempunyai pengaruh terhadap moral negatif siswa SMAN 1 Palupuh.
B. Implikasi
Hasil penelitian ini ditemukan bahwa teman sebaya tidak berkontribusi
terhadap moral siswa secara signifikan. Berdasarkan temuan penelitian ini,
dapat dijadikan bahan masukan dan evaluasi bagi peserta didik, pendidik,
pemerhati pendidikan, pemerintah yang membidangi pendidikan, orang tua dan
masyarakat pada umumnya. Untuk mengembangkan moral siswa dengan baik,
tentunya dibutuhkan bantuan, bimbingan dari berbagai kalangan.
C. Saran
Berdasarkan kesimpuan yang telah dikemukakan diatas maka penulis
menyarankan kepada :
1. Saran bagi sekolah
 Sekolah hendaknya
memperhatikan perkembangan siswa
dan
memberikan dukungan dalam bentuk pergaulan yang baik disekolah
agar siswa dapat bersosialisasi dan bergaul dengan teman sebayanya
dengan baik.
 Sekolah hendaknya senantiasa menjalin kerjasama dengan pihak
orang tua dalam pengawasan tingkah laku dan sikap anak.
2. Saran bagi orang tua
 Orang tua hendaknya selalu menciptakan interaksi yang baik antara
orang tua dengan anak, anak dengan anak serta menciptakan suasana
yang harmonis didalam keluarga sehingga anak merasa nyaman
berada didalam keluarga.
 Orang tua hendaknya memberikan bimbingan dan perhatian yang
cukup kepada anak agar anak tidak salah memilih pergaulan.
3. Saran bagi guru BK
 Kepada guru BK hendaknya lebih ditingkatkan untuk memberikan
materi yang dapat mengembangkan keterampilan dalam bergaul.
4. Saran bagi siswa
 Siswa hendaknya dapat menciptakan lingkungan pergaulan dengan
baik agar tercipta perilaku yang sesuai dengan moral yang ada.
5. Saran bagi peneliti
 Kepada peneliti agar memperkaya penelitian dengan mengambil
indikator berbeda sehingga mendapat gambaran yang kompleks
berkenaan dengan pengaruh teman sebaya terhadap moral siswa di
SMAN 1 Palupuh.
Download