Uploaded by Muhammad Anwar Al Basyari

KTI MUHAMMAD ANWAR AL BASYARI

advertisement
PENATALAKSANAAN PEMERIKSAAN RADIOGRAFI SCHEDEL
PADA KLINIS ABSES MANDIBULA OSTEOMYELITIS SINISTRA
DI INSTALASI RADIOLOGI RUMAH SAKIT UMUM
DAERAH PANTURA M.A. SENTOT PATROL
TAHUN 2022
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Ahli Madya Kesehatan bidang
Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi STIKes Cirebon
MUHAMMAD ANWAR AL BASYARI
NIM. 4501.0619.A.022
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) CIREBON
PROGRAM STUDI DIII TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI
CIREBON
2022
PENATALAKSANAAN PEMERIKSAAN RADIOGRAFI SCHEDEL
PADA KLINIS ABSES MANDIBULA OSTEOMYELITIS SINISTRA
DI INSTALASI RADIOLOGI RUMAH SAKIT UMUM
DAERAH PANTURA M.A. SENTOT PATROL
TAHUN 2022
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Ahli Madya Kesehatan bidang
Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi STIKes Cirebon
MUHAMMAD ANWAR AL BASYARI
NIM. 4501.0619.A.022
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) CIREBON PROGRAM
STUDI DIII TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI CIREBON
2022
i
LEMBAR PERSETUJUAN
ii
LEMBAR PENGESAHAN
iii
HALAMAN PERSEMBAHAN
Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT atas terselesainya Karya Tulis Ilmiah
ini. Dan persembahan ini saya persembahkan kepada :
1.
Kedua orang tua saya yang telah memberikan dukungan dan senantiasa
memberikan semangat dan doa
2.
Adik saya yang telah memberikan dukungan kepada kakaknya. Dan semoga
kita menjadi anak yang sholeh dan sholehah serta membanggakan mama dan
bapa di rumah.
3.
Kepada diriku sendiri Muhammad Anwar Al Basyari terimakasih karena sudah
kuat, sabar dan semangat berjuang serta belajar banyak hal tentang hidup.
4.
Teman-teman seperjuangan DIII Radiologi STIKes Cirebon angkatan 2019
yang telah berjuang bersama hingga titik ini.
5.
Dan untuk support system saya yang selama ini selalu mendukung,
mendengarkan segala keluh kesah saya dan menemani saya saat mengerjakan
KTI ini.
iv
MOTTO
Jadikanlah Hinaan, Cacian, dan Makian Sebagai Cambuk Untuk Meraih
Masa Depan
“Cara Terbaik Untuk Meramalkan Masa Depan Ialah Dengan Cara
Menciptakannya Masa Depan Itu Sendiri”.
–Abraham Lincoln
“I Don’t Care That They Stole My Idea, I Care That They Don’t Have Any
Of Their Own”.
–Nikola Tesla
v
Program Studi Diploma DIII Radiodiagnostik dan Radioterapi
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Cirebon
2022
Muhammad Anwar Al Basyari
4501.0619.A.022
ABSTRAK
“PENATALAKSANAAN PEMERIKSAAN RADIOGRAFI SCHEDEL PADA
KLINIS ABSES MANDIBULA OSTEOMYELITIS DI INSTALASI
RADIOLOGI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
SENTOT PATROL”
Teknik pemeriksaan yang dilakukan untuk mendiagnosa osteomyelitis pada
mandibula menurut salah satu kajian kepustakaan yang ditulis Jhon P. Lampignano
dalam buku “Bontrager’s Textbook of Radiographic Positioning and Related
Anatomy, Ninth Edition” adalah dengan menggunakan teknik radiografi mandibula
dengan proyeksi axiolateral oblique, dan AP Axial (Towne method) yang bertujuan
untuk lebih memperlihatkan os mandibula secara detail. Tujuan : Penelitian ini
bertujuan Untuk mengetahui penatalaksanaan pemeriksaan radiografi schedell
pada klinis abses mandibula osteomyelitis sinistra di instalasi radiologi Rumah
Sakit Umum Daerah Pantura M.A. Sentot Patrol. Metodologi penelitian : Dalam
penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif
pada kasus yang ditentukan melalui observasi langsung dan melakukan
penatalaksanaan pemeriksaan radiografi schedel pada klinis abses mandibula
osteomyelitis sesuai dengan SOP di instalasi radiologi Rumah Sakit Umum Daerah
Pantura M.A. Sentot Patrol. Hasil : Pemeriksaan radiografi schedel dengan
proyeksi AP dan lateral pada klinis abses mandibular osteomyelitis menggunakan
pesawat sinar x fixed x ray dengan tegangan maksimum sebesar 120 kV dan kuat
arus maksimum sebesar 640 mA serta dapat menghasilkan gambaran radiograf
yang optimal sehingga sudah dapat menegakkan diagnosa. Simpulan : Teknik
pemeriksaan yang digunakan dalam menegakkan diagnose abses mandibular
osteomyelitis di Instalasi Radiologi RSUD Pantura M.A. Sentot Patrol adalah
dengan menggunakan teknik pemeriksaan radiografi schedel dengan proyeksi AP
dan lateral
Kata Kunci : Schedel, Os mandibula, Osteomyelitis
vi
Program Studi Diploma DIII Radiodiagnostik dan Radioterapi
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Cirebon
2022
Muhammad Anwar Al Basyari
4501.0619.A.022
ABSTRACT
“PENATALAKSANAAN PEMERIKSAAN RADIOGRAFI SCHEDEL PADA
KLINIS ABSES MANDIBULA OSTEOMYELITIS DI INSTALASI
RADIOLOGI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
SENTOT PATROL”
Technique radiographic examination to diagnose osteomyelitis in body of mandible
according to one study written by Jhon P. Lampignano in the book “Bontrager’s
Textbook of Radiographic Positioning and Related Anatomy, Ninth Edition” is to
use technique radiographic examination mandible with axiolateral oblique and AP
axial projection wich aims to show more os mandible in detail. Purpose : This
research purposed to know management technique radiographic examination
schedel on clinical abscess mandibular osteomyelitis in Radiologic Installation of
the Pantura M.A. Sentot Patrol General Hospital. Research Methodology : In this
study, the researcher used a qualitative approach with descriptive methods in cases
determined through direct observation and managed a schedel radiography in
clinical mandibular abscess osteomyelitis according to the SOP at the radiology
installation of the Pantura M.A. Sentot Patrol General Hospital. Result :
Radiographic examination schedel with AP and lateral projection on klinis abses
mandibular osteomyelitis use fixed x ray with maximum voltage is 120 kV and
maximum mA is 640 mA and can produce optimal radiographic image so can
establish the diagnose. Conclusion : Technique radiographic examination at at the
radiology installation of the Pantura M.A. Sentot Patrol General Hospital use
Technique radiographic examination sechedel with AP and lateral projection.
Keywords : Schedel, Os Mandibula, Osteomyelitis
vii
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan syukur alhamdulillah serta memanjatkan segala puji
kehadirat Allah SWT yang melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, disertai dengan
usaha, doa dan kesungguhan hati, Karya Tulis Ilmiah ini yang berjudul
“PENATALAKSANAAN PEMERIKSAAN RADIOGRAFI SCHEDEL PADA
KLINIS
ABSES
MANDIBULA
OSTEOMYELITIS
DI
INSTALASI
RADIOLOGI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH M.A SENTOT PATROL”
Karya Tulis Ilmiah ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam
menyelesaikan Pendidikan Diploma III Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi
Stikes Cirebon.
Dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini peneliti mendapat bantuan, bimbingan
dan juga mendaatkan saran serta dukungan dari berbagai pihak, sehingga Karya
Tulis Ilmiah ini dapatdi selesaikan. Dalam kesempatan ini peneliti ingin
menyampaikan terimakasih kepada :
1.
Drs. H. E. Djumhana Cholil,MM, selaku kepala yayasan RISE
2.
Dr. Awis Hamid Dhani,ST.M,M.Pd. selaku kepala Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan (STIKes) Cirebon
3.
H. Abdul Gamal S.SKM.MKKK, selaku Pengelola program studi Diploma III
Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi Sekolah tinggi Ilmu Kesehatan
(STIKes) Cirebon dan pembimbing I Karya Tulis Ilmiah di Sekolah tinggi Ilmu
Kesehatan (STIKes) Cirebon
viii
4.
Yusron Adi Utomo, S.T.Rad, selaku Kepala program studi Diploma III Teknik
Radiodiagnostik dan Radioterapi Sekolah tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes)
Cirebon
5.
Eddo Ribuana, S.ST., selaku pembimbing II Karya Tulis Ilmiah di Sekolah
tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Cirebon
6.
Seluruh dosen, staff, dan karyawan STIKes Cirebon
7.
Kedua orang tua, dan keluarga tercinta yang telah memberikan dukungan baik
dari segi material maupun non material.
8.
Seluruh teman-teman diploma III Teknik radiodiagnostik dan radioterapi
STIKes Cirebon, yang telah memberikan semangat dan saran-saran yang
membangun
9.
Semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat peneliti sebutkan satu
persatu.
Peneliti menyadari dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, masih banyak
kekurangan, maka peneliti mengharapkan datangnya saran dan kritik yang bersifat
mmbangun dari para pembaca.
Akhirnya dengan menyebut nama Allah SWT, peneliti hadirkan Karya Tulis
Ilmiah ini, dengan harapan semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat
khususnya bagi peneliti dan semua pihak.
Cirebon, Mei 2022
Peneliti
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL................................................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN................................................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................ iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................ iv
MOTTO
.............................................................................................................. v
ABSTRAK ............................................................................................................. vi
ABSTRACT.......................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ......................................................................................... viii
DAFTAR ISI........................................................................................................... x
DAFTAR TABEL................................................................................................. xii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xiii
DAFTAR DIAGRAM........................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................ xvi
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang........................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................. 3
1.3 Tujuan Penelitian.................................................................................... 3
1.4 Manfaat Penelitian.................................................................................. 4
1.5 Ruang Lingkup ....................................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN DEFINISI
OPERASIONAL ..................................................................................................... 6
2.1 Tinjauan Pustaka...................................................................................... 6
2.2 Kerangka Pemikiran ............................................................................. 63
2.3 Definisi Operasional ............................................................................. 63
BAB III METODOLOGI PENELITIAN.............................................................. 65
3.1 Jenis Penelitian ..................................................................................... 65
3.2 Variabel dan Sub Variabel.................................................................... 65
x
3.3 Populasi dan Sampel............................................................................. 66
3.4 Instrumen Penelitian ............................................................................. 67
3.5 Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 67
3.6 Teknik Analisa Data ............................................................................. 68
3.7 Waktu dan Tempat Penelitian .............................................................. 69
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 70
4.1 Hasil...................................................................................................... 70
4.2 Pembahasan .......................................................................................... 96
BAB V PENUTUP.............................................................................................. 100
5.1 Simpulan............................................................................................. 100
5.2 Saran ................................................................................................... 101
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
xi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 kondisi atau penyakit dan teknik pemeriksaan radiografi yang
umumnya dilakukan ...........................................................................
Tabel 4.1 Fasilitas dan pelayanan Rumah Sakit Umum Daerah Pantura M.A
Sentot Patrol ...................................................................................... 72
Tabel 4.2 Tabel jumlah Sumber Daya Manusia (SDM) di RSUD Pantura M.A
Sentot Patrol ...................................................................................... 73
Tabel 4.3 Tabel jenis pemeriksaan di RSUD Pantura M.A Sentot Patrol ......... 74
Tabel 4.4 Tabel jumlah Sumber Daya Manusia di Instalasi Radiologi Rumah
Sakit M.A Sentot Patrol ..................................................................... 75
Tabel 4.5 Tabel jenis pemeriksaan di RSUD Pantura M.A Sentot Patrol ......... 76
Tabel 4.6 Tabel jenis perlengkapan proteksi radiasi di RSUD Pantura M.A
Sentot Patrol ...................................................................................... 76
xii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Tulang cranial dengan suture, aspek superior............................... 7
Gambar 2.2 Tulang cranial, Ossa cranii. Aspek frontal................................... 11
Gambar 2.3 Tulang Tengkorak, Ossa cranii. Aspek lateral kiri....................... 12
Gambar 2.5 Tulang mandibula. Aspek frontal .................................................. 13
Gambar 2.6 Mandibula, aspek lateral .............................................................. 14
Gambar 2.7 (a) patogenesis osteomelitis fase 1, (b) patogenesis osteomelitis
fase 2 .............................................................................................. 21
Gambar 2.8 (a) patogenesis osteomelitis fase 3, (b) patogenesis osteomelitis
fase 4 .............................................................................................. 22
Gambar 2.9 (a) posisi pasien semisupine 15o; (b) posisi pasien erect 10o-15o .. 25
Gambar 2.10 sinar horizontal 25o cephalad untuk proyeksi pasien trauma ...... 26
Gambar 2.11 Hasil gambaran radiograf axiolateral oblique............................. 28
Gambar 2.12 proyeksi PA dengan CR tegak lurus. Dan proyeksi opsional
PA Axial dengan CR 20o-25o cephalad........................................ 29
Gambar 2.13 (a) proyeksi PA dengan CR tegak lurus,; (b) proyeksi opsional
PA axial dengan CR 20o cephalad .............................................. 30
Gambar 2.14 proyeksi AP axial CR 35o – 40o ke OM....................................... 32
Gambar 2.15 Proyeksi AP Axial mandibula...................................................... 33
Gambar 2.16 (a) Axiolateral mandibula ramus; (b) Axiolateral oblique
mandibula body; (c) semi-supine axiolateral oblique mandibula
body dan symphysis; (d) Axiolateral oblique mandibula symphysis
..................................................................................................... 35
Gambar 2.17 (a) axiolateral oblique mandibula body; (b) axiolateral oblique
mandibula ramus; (c) axiolateral oblique mandibula symphysis 36
Gambar 2.18 Posisi pasien dan Posisi objek proyeksi SMV mandibula........... 38
Gambar 2.19 Hasil gambaran radiograf proyeksi SMV mandibula.................. 39
Gambar 2.20 (a) posisi dengan kepala pasien berada pada salah satu sisi; (b)
posisi dengan pasien supine ........................................................ 41
Gambar 2.21 hasil gambaran radiograf proyeksi mandibula oblique 30o
Cranialy....................................................................................... 42
Gambar 2.22 (a) Posisi pasien PA erect; (b) Posisi pasien AP supine ............ 44
Gambar 2.23 Radiograf PA mandibula ............................................................. 45
Gambar 2.24 posisi pasien proyeksi PA Oblique .............................................. 47
Gambar 2.25 Hasil Gambaran radiograf proyeksi Waters ................................ 50
Gambar 2.26 Hasil Gambaran radiograf orthopantomography......................... 50
xiii
Gambar 2.27 Komponen teknis utama dari sistem radiografi digital (Digital
Radiography, 2019) ....................................................................
Gambar 2.28 Axiom Aristos MX Flat Panel Detector Unit. (Image courtesy
of Siemens Healthcare)................................................................
Gambar 2.29 (a) dosimeter saku, (b) dosimeter elektronik ..............................
Gambar 2.30 (a) dosimeter film, (b) TLD ........................................................
Gambar 2.31 Apron timbal ...............................................................................
Gambar 2.32 Pelindung tiroid ..........................................................................
Gambar 4.1 Struktur Organisasi RSUD Pantura M.A Sentot Patrol ................
Gambar 4.2 struktur organisasi di Rumah Sakit Umum Daerah Pantura M.A
Sentot Patrol ..................................................................................
Gambar 4.3 Digital Radiography MINDRAY DIGIEYE 760 .........................
Gambar 4.4 Tube Sinar-x TOSHIBA ROTANODETM ....................................
Gambar 4.5 Flat Panel Detector MINDRAY ..................................................
Gambar 4.6 Komputer Digital Radiography (DR) ...........................................
Gambar 4.7 Printer DRYSTAR 5302 .............................................................
Gambar 4.8 Meja pemeriksaan Digital Radiography (DR) .............................
Gambar 4.9 Hasil gambar radiograf schedell proyeksi AP ..............................
Gambar 4.10 Hasil gambar radiograf schedell proyeksi Lateral ......................
xiv
52
55
59
60
62
62
72
75
82
82
83
83
84
84
86
87
DAFTAR DIAGRAM
Halaman
Diagram 4.1 Jumlah jenis pemeriksaan radiografi konvensional
pada bulan maret di RSUD Pantura M.A Sentot Patrol.................76
Diagram 4.2 Jumlah jenis pemeriksaan radiografi schedel
pada bulan maret di RSUD Pantura M.A Sentot Patrol ................77
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Foto SOP Pemeriksaan schedel di Instalasi Radiologi Rumah Sakit
Umum Daerah Pantura M.A. Sentot Patrol.
Lampiran 2. Foto lembar permintaan foto Rontgen.
Lampiran 3. Foto hasil expertise.
xvi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Radiografi adalah kegiatan penggunaan radiasi pengion, terutama sinar-X,
untuk membentuk bayangan benda yang dikaji pada film fotografi. Radiografi
pada umumnya digunakan untuk melihat benda tak tembus pandang, misalnya
bagian dalam organ tubuh manusia seperti paru, jantung, ginjal, usus, keretakan
tulang dan sebagainya. Gambaran benda yang diambil dengan teknik radiografi
disebut radiograf. Gambar itu selanjutnya digunakan untuk evaluasi struktur
jaringan baik yang keras seperti tulang maupun yang lunak selain tulang.
(Akhadi, 2020)
Selama perkembangan, metode pencitraannya mengalami peningkatan.
Sampai saat ini, pelayanan radiodiagnostik sudah diselenggarakan oleh
berbagai macam sarana fasilitas pelayanan kesehatan baik di tingkatan
pelayanan pemerintah ataupun swasta, dengan keahlian serta kualitas
pelayanan yang terus meningkat supaya bisa memenuhi pelayanan kepada
masyarakat, yaitu diantaranya terdiri dari pasien, keluarga, warga serta pihak
berkepentingan lainya. Hingga kini pelayanan pencitraan sudah mencakup 2
tipe aktivitas utama, yaitu pemeriksaan dengan menggunakan sinar- X
konvensional atau lebih dikenal dengan istilah radiologi diagnostik serta
pemeriksaan intervensional atau lebih dikenal dengan istilah radiologi
intervensional. (Akhadi, 2020)
1
2
Tulang wajah terbesar adalah rahang bawah (mandible). Merupakan
satu-satunya tulang yang bisa bergerak di tengkorak orang dewasa, berasal dari
dua tulang yang terpisah yang bergabung menjadi satu pada usia kira-kira 1
tahun. Salah satu penyakit yang sering dijumpai pada bagian mandibula adalah
osteomyelitis. Osteomyelitis adalah infeksi lokal pada tulang atau sumsum
tulang, infeksi in dapat disebabkan oleh bakteri dari trauma tembus atau
komplikasi pasca operasi atau fraktur. (Lampignano, 2018)
Osteomyelitis merupakan penyakit yang sering diderita oleh anak. Ketika
terjadi pada orang dewasa, biasanya karena sistem immune (perlawanan)
terhadap bakteri mereka rendah. Trauma juga merupakan salah satu penyebab
osteomyelitis dan dapat menentukan letak infeksinya, mungkin dengan
menyebabkan hematoma kecil atau pengumpulan cairan dalam tulang, pada
pasien bersamaan dengan perkembangan bakteri. (Blom, 2018)
Teknik pemeriksaan yang dilakukan untuk mendiagnosa osteomyelitis
pada salah satu tuang wajah yaitu mandibula menurut salah satu kajian
kepustakaan yang ditulis Jhon P. Lampignano dalam buku “Bontrager’s
Textbook of Radiographic Positioning and Related Anatomy, Ninth Edition”
adalah dengan menggunakan teknik radiografi mandibula dengan proyeksi
axiolateral oblique, dan AP Axial (Towne method) yang bertujuan untuk lebih
memperlihatkan os mandibula secara detail.2 Sedangkan teknik pemeriksaan
radiografi yang dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah Pantura M.A. Sentot
Patrol adalah menggunakan teknik pemeriksaan radiografi schedell dengan
3
proyeksi AP dan lateral untuk menegakkan diangosa osteomyelitis pada
mandibula.
Dengan uraian diatas, adanya perbedaan teknik pemeriksaan antara kajian
kepustakaan dan SOP yang diterapkan di Rumah Sakit Umum Daerah Pantura
M.A. Sentot Patrol dalam menegakkan diagnosa osteomyelitis pada mandibula.
Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk mengangkatnya dalam sebuah Karya
Tulis Ilmiah dengan judul ”Penatalaksanaan Pemeriksaan Radiografi
schedell Pada Klinis Abses Mandibula Osteomyelitis Sinistra Di Instalasi
Radiologi Rumah Sakit Umum Daerah Pantura M.A Sentot Patrol.”
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti dapat menentukan
rumusan masalah yaitu bagaimana penatalaksanaan pemeriksaan radiografi
schedell pada klinis abses mandibula osteomyelitis sinistra di Instalasi
Radiologi Rumah Sakit Umum Daerah Pantura M.A. Sentot Patrol?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian karya tulis
ilmiah ini adalah:
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui SOP penatalaksanaan pemeriksaan radiografi
schedell pada klinis abses mandibula osteomyelitis sinistra di instalasi
radiologi Rumah Sakit Umum Daerah Pantura M.A. Sentot Patrol.
4
1.3.2 Tujuan Khusus
a.
Untuk mengetahui alat yang digunakan dalam penatalaksanaan
pemeriksaan radiografi schedell dengan klinis abses mandibula
osteomyelitis sinistra instalasi radiologi Rumah Sakit Umum Daerah
M.A. Sentot Patrol.
b.
Untuk mengetahui hasil gambaran radiografi yang optimal pada
pemeriksaan schedell dengan klinis abses mandibula osteomyelitis
sinistra di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Umum Daerah Pantura M.A.
Sentot Patrol.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1.4.1 Manfaat Secara Teoritis
Karya Tulis Ilmiah ini diharapkan dapat menambah wawasan dan ilmu
pengetahuan khususnya dibidang pelayanan radiologi mengenai teknik
pemeriksaan radiografi schedell pada klinis abses mandibula osteomyelitis
1.4.2 Manfaat Secara Praktis
Karya Tulis Ilmiah ini diharapkan menjadi bahan informasi dan
masukan khususnya di bidang radiologi upaya pengembangan dan
peningkatan pelayanan mengenai teknik pemeriksaan radiografi schedell
pada klinis abses mandibula osteomyelitis.
5
1.4.3 Manfaat Bagi Peneliti
Dapat menambah pengetahuan dan pemahaman sehingga dapat
dijadikan motivasi untuk lebih mengetahui tentang penatalaksanaan
pemeriksaan radiografi schedell pada klinis abses mandibula osteomyelitis.
1.4.4 Manfaat Bagi Institusi
Sebagai referensi tambahan untuk mengetahui penatalaksanaan
pemeriksaan radiografi schedell pada klinis abses mandibula osteomyelitis
dan mengembangkan ilmu pengetahuan tentang radiologi bagi institusi
pendidikan radiologi.
1.5 Ruang Lingkup
Ruang lingkup penelitian ini mencakup tentang penatalaksanaan
pemeriksaan radiografi schedell dengan klinis abses mandibula osteomyelitis
sinistra di Rumah Sakit Umum Daerah M.A. Sentot Patrol yang dilaksanakan
pada periode II praktek dari tanggal 1 Maret 2022 hingga 31 Maret 2022 untuk
satu pasien dengan mengikuti SOP.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN
DEFINISI OPERASIONAL
2.1 Tinjauan Pustaka
2.1.1 Anatomi Fisiologi Schedel
Kepala (caput) adalah bagian tubuh yang membungkus organ dengan
berbagai fungsi yang berbeda. Dasar tulang adalah tengkorak, yang
mengelilingi otak dan organ sensorik seperti organ penglihatan, organ indra
pendengaran, organ vestibular, organ indra penciuman dan organ indra
pengecap. (Waschke, 2018)
Rangka kepala (cephalon), yakni tengkorak (schedel) terdiri dari dua
bagian meliputi tulang-tulang wajah (vicerocranium) dan tengkorak bagian
atas (neurocranium). Batas antara keduanya atap dari yang satu dan lantai
dari yang lain adalah dasar tengkorak (basis cranii), yang secara kasar berada
dalam suatu bidang oblique yang dibatasi oleh alis, Meatus Acusticus
Externus (MAE), dan dasar Occiput. (Waschke, 2018)
a.
Atap Tengkorak (calvaria) dan Kulit Kepala
Berikut ini adalah gambar anatomi dari calvaria jika dilihat dari
aspek superior:
6
7
Gambar 2.1 Tulang cranial dengan suture, aspek superior. (Waschke, 2018)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Keterangan gambar 2.1:
Bregma
Vertex
Os frontale
Sutura coronalis
Linea temporalis superior
Linea temporalis inferior
7.
8.
9.
10.
11.
12.
Os parietale
Sutura sagittalis
Sutura lambdoidea
Lambda
Occiput
Os occipitale
Calvaria (atap tengkorak, cranial) yang sangat melengkung
membentuk suatu kubah oval longitudinal di atas basis cranii dan
melindungi rongga tengkorak (Cavitas cranii) tempat otak (Cerebrum)
yang dikelilingi oleh Meninges lunak dalam Liquor Cerebro Spinalis
(LCS). Calvaria dibagi dalam Regio frontalis, parietalis, temporalis, dan
occipitalis yang dibentuk oleh tulang-tulang (Os parietale, Os frontale,
Os occipitale dan Os temporale,) seperti yang akan dijelaskan sebagai
berikut: (Waschke, 2018)
8
1) Os Parietale
Tulang parietal (ossa parietale, dari kata ‘paries’ yang berarti
‘dinding’ adalah sepasang tulang yang membentuk bagian tengah dari
calvaria (kubah dari cranium). Memiliki permukaan luar dan
permukaan dalam dan memiliki 4 batas (frontal, sagittal, occipital dan
squamosal) yang dipisahkan dari empat sudut (frontal, occipital,
mastoid and sphenoidal). (Chmielewski, 2021)
2) Os Frontale
Tulang Frontale (os frontale, berasal dari kata ‘frons’ yang
berarti ‘tulang bagian depan’ atau tulang dahi), yang membungkus
rongga tengkorak di bagian anterior dan berperan dalam
pembentukan calvaria, meskipun tulang ini terdiri dari dua bagian
yang terpisah saat lahir namun pada beberapa individu sepanjang
hidup akan terpisah. (Chmielewski, 2021)
3) Os Occipital
Tulang occipital (os occipitale) adalah tulang yang membentuk
bagian posteroinferior dari neuroschedel. Tulang ini adalah bagian
dari calvaria dan bagian dari dasar tengkorak. Tulang ini terdiri dari
empat bagian yang mengelilingi foramen magnum. (Chmielewski,
2021)
4) Os Temporale
Tulang temporale (os temporale, berasal dari bahasa latin
‘tempus’ yang berarti ‘waktu’) berperan pada pembentukan dinding
9
lateral dan dasar tengkorak. Struktur tulang ini rumit karena
mengandung saraf, pembuluh darah, dan reseptor perifer yang penting
untuk indera pendengaran khusus dan pemeliharaan keseimbangan.
Sejumlah otot dan ligamen menempel pada tulang ini. Ini juga
berartikulasi dengan mandibula oleh sendi yang dapat digerakkan,
yaitu Temporo Mandibula Joint (TMJ). (Chmielewski, 2021)
Kulit Calvaria sangat kuat ("scalp") dan melekat erat ke suatu
tendon datar, yang terbentang dari dahi hingga Occiput. Tendon adalah
bagian dari musculus occipitofrontalis, suatu otot mimik yang
mengangkat alis dan mengerutkan kulit dahi secara horizontal. Kulit dan
tendon dapat digerakkan dari calvaria dan relatif mudah diangkat dan
dilepaskan sebagai scalp (kulit kepala). (Waschke, 2018)
Tulang tengkorak menyatu satu dengan lainya dengan sutura, yang
sangat mudah ditemukan pada cranium bagian calvaria seperti sagittal
suture atau sutura sagittalis terletak pada garis tengah dan membagi dua
os parietal yang saling berhubungan, coronal suture atau sutura
coronalis yang menghubungkan os frontal dengan os parietal dan
lambda suture atau sutura lambdoidea yang menghubungkan os parietal
dengan occipitally. Pertemuan antara coronal suture dan sagittal suture
disebut sebagai bregma dan pertemuan antara sagittal suture dan
lambdoid suture disebut lambda. (Waschke, 2018)
10
b.
Dasar Tengkorak (Basis Cranii)
Basis cranii membentuk atap dari kedua orbita (orbitae) dan rongga
hidung (cavitas nasi), juga atap dari kerongkongan (Pharynx, meluas ke
atas hingga basis cranii) dan dasar occiput yang bersendi di foramen
oksipital (foramen magnum) dengan vertebra cervicalis ke-l. Banyak
foramen, kanal, dan fisura menutupi basis cranii dan berfungsi sebagai
saluran untuk banyak saraf dan pembuluh darah. Di sisi bawah basis
cranii, terdapat banyak prosesus, spina, dan takik yang mengarah ke
viscerocranium, tempat otot dan ligamen melekat. Sisi atas basis cranii
atau dasar dari neurocranium merupakan permukaan yang tidak rata dan
tidak teratur. (Waschke, 2018)
c.
Tulang-tulang wajah (Viscerocranium)
Tulang wajah terbesar, Maxilla, terletak di bagian tengah
viscerocranium. Maxilla membentuk dasar Orbitae, sebagian besar
dinding samping cavitas nasi, bagian anterior palatum, dan membawa
rangkaian gigi maxilla. Selain itu, terdapat setengah lusin tulang lain
yang lebih kecil ikut membentuk viscerocranium. Bernapas, menghidu,
mengecap, mengunyah, menelan. berbicara, melihat, dan menarik
perhatian ini adalah tugas dari organ-organ yang ditunjang dan dilindungi
oleh viscerocranium. (Waschke, 2018)
11
Berikut ini adalah gambar anatomi dari tulang wajah
(viscerocranium) jika dilihat dari aspek frontal:
Gambar 2.2 Tulang cranial, Ossa cranii. Aspek frontal. (Waschke, 2018)
Keterangan gambar 2.2:
1. Maxilla, proc. Frontalis
2. Sutura coronalis
3. Os parietale, angulus
sphenoidalis
4. Os sphenoidale
5. Os sphenoidale, ala minor
6. Os sphenoidale, ala major
7. Septum nasi osseum, os
ethmoidale
8. Septum nasi osseum, vomer
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
Maxilla, proc. Alveolaris
Foramen mentale
Corpus mandibulae
Protuberantia mentalis
Ramus mandibulae
Concha nasalia media
Foramen infraorbitale
Os sphenoidale, ala major
Oslacrimal
12
Berikut ini adalah gambar anatomi dari tulang wajah
(viscerocranium) jika dilihat dari lateral:
Gambar 2.3 Tulang Tengkorak, Ossa cranii. Aspek lateral kiri. (Waschke, 2018)
Keterangan gambar 2.3:
1. Os temporale, pars squamosa
2. Sutura coronalis
3. Os frontale
4. Os sphenoidale
5. Os lacrimale
6. Os nasale
7. Os zygomaticum
8. Maxilla
9. Mandibula
10. Foramen mentale
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
Arcus zygomaticum
Articulatio temporomandibulais
Porus acusticus externus
Os temporale, proc. Mastoideus
Os occipitale
Sutura lambdoidea
Sutura squamosa
Os parietale
Linea temporalis inferior
Linea temporalis superior
13
Berikut ini adalah bagian tulang dari viscerocranium:
a) Mandibula
Tulang Mandibula (mandible), adalah tulang terbesar dari
viscerocraniumterdiri atas 1 Corpus dan 2 Rami, yang bergabung
bersama di Angulus mandibulae. Mandibula adalah satu-satunya tulang
tengkorak yang dapat digerakkan. Berikut ini adalah gambar anatomi
mandibula jika dilihat dari frontal: (Waschke, 2018)
Gambar 2.5 Tulang mandibula. Aspek frontal. (Waschke, 2018)
Keterangan gambar 2.4
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Proc. Coronoideus
Ramus mandibulae
Linea oblique
Foramen mentale
Basis mandibulae
Tubeculum mentale
Protuberantia mentalis
8.
9.
10.
11.
12.
13.
Corpus mandibulae
Angulus mandibulae
Pars alveolaris
Ramus mandibulae
Proc. Condylaris
Juga alveolaria
14
Berikut ini adalah gambar anatomi mandibula jika dilihat dari lateral:
Gambar 2.6 Mandibula, aspek lateral (Waschke, 2018)
Keterangan gambar 2.6
1.
2.
3.
4.
5.
Caput mandibulae
Proc. Condylaris
Ramus mandibulae
Corpus mandibulae
Angulus mandibulae
6.
7.
8.
9.
Protuberantia mentalis
Foramen mentale
Pars alveolaris
Proc. coronoideus
Mandibula terdiri dari satu body (corpus mandibulae) dan dua rami
(rami mandibulae). Masing-masing ramus memiliki proc. Coronoid dan
proc. Condylaris. Corpus mandibulae terdiri dari basis dan pars
alveolaris, dimana terpisah dengan proc. Coronoid oleh linea obliqua
turun miring ke arah depan. Pada bagian depan dari pars alveolaris
disebut dengan dagu (menta) dengan protuberantia mentalis, kedua
tubercles dari dagu (tubercula mentalia) dan foramina mentalia.
(Waschke, 2018)
b) Maxilla
Sepasang tulang Maxilla (tulang rahang atas) terhubung ke rahang
atas (gambar lat sagittal) melalui Sutura palatina mediana, yang
terhubung ke setiap tulang viscerocraniumlainya (kecuali: Mandibula).
15
Tulang rahang atas berbentuk seperti piramida dan merupakan bagian
dari dasar orbita dan termasuk sebagai Os pneumaticum Sinus maxillaris
(sinus maksilaris). (Waschke, 2018)
c) Os palatinum
Os palatinum berbentuk huruf L yang berpasangan (palatine bone)
membentuk sepertiga posterior palatina melewati Lamina horizontalis
dan terhubung melalui Sutura palatina transversa dengan Proc.
palatinus maxillae (Maxilla). (Waschke, 2018)
d) Os zygomaticum
Sepasang Os zygomaticum (tulang zygomatic) terdiri dari 3 processes dan 3 permukaan yang sebagian besar merupakan bentuk dari
kontur pipi. (Waschke, 2018)
e) Os lacrimale
Sepasang Os lacrimale (tulang lacrimal) adalah tulang tunggal
terkecil dari tulang viscerocranium dan sedikit lebih dalam dari struktur
os orbita. (Waschke, 2018)
f) Concha nasalis inferior
Sepasang Concha nasalis inferior (inferior nasal concha) yang
terletak Concha nasalis media dari Os ethmoidale. Terhubung di dinding
sisi lateral dari hidung dengan Os palatinum dan melalui Proc.
maxillaris dengan Maxilla. Di bawah Concha nasalis inferior adalah
saluran hidung bagian bawah (Meatus nasi inferior). (Waschke, 2018)
16
g) Vomer
Vomer berbentuk seperti bajak klasil membentuk bagian bawah
terbesar dari tulang nasal septum dan terhubung dibagian atas dengan
Lamina yang tegak lurus dengan Os ethmoidale, serta dengan Os
sphenoidale. Sulcus vomeris berjalan di sisi luarnya di mana bagian
tulang rawan septum hidung berlabuh. Ini juga membentuk dinding
medial dari setiap lubang hidung posterior. (Waschke, 2018)
h) Os ethmoidale
Os ethmoidale (tulang ethmoid) adalah tulang berpori tidak
berarturan, yang termasuk dalam Ossa pneumatica. Ini adalah komponen
rongga hidung dan termasuk sel anterior dan posterior ethmoidal
sinusess (Cellulae ethmoidales anteriores dan posteriores). (Waschke,
2018)
i) Os nasale
Sepasang Os nasale (tulang nasal) terhubung pada bagian lateral
dengan Maxilla dan melalui Sutura frontonasalis menuju Os frontale
(gambar 2.4). kedua Ossa nasalia terhubung di garis tengah melalui
Sutura internasalis. (Waschke, 2018)
17
2.1.2 Patologi
a.
Tumor
Tumor pada system kerangka terdiri dari berbagai macam lesi jinak
dan ganas, termasuk krista tulang. Mereka diklasifikasikan menurut
jaringan asal mereka dan selanjutnya diidentifikasikan oleh usia dari
penderita (pasien). Tumor tulang primer lebih sedikit dijumpai daripada
tumor yang sudah bermetastasis ke sistem rangka. (Buja, 2014)
b.
Osteosarcoma
Osteosarcoma (osteogenic sarcoma) biasa disebut dengan tumor
ganas, yang biasa terjadi pada decade kedua dalam kehidupan. Area yang
paling sering terjadi penyakit ini adalah knee atau shoulder (seperti pada
os tibia, os fibula, os humerus), hands, feet, skull, and jaw. Pencitraan
radiografi terlihat dengan menunjukan lesi titik atau osteoblastik local
dengan batas kabur dan permukaan tulang reaktif subperiosteal yang
menonjol. (Buja, 2014)
c.
Fraktur
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas struktur dari tulang. Itu
mungkin tidak lebih dari retak, kusut, atau pecahnya korteks. Fraktur bisa
terjadi karena cidera, kegiatan stress yang berulang atau melemahnya
tulang secara tidak normal (pathological fractures). (Blom, 2018)
1) Fraktur Akibat Cidera
Sebagian besar patah tulang disebabkan oleh tiba-tiba dan
berlebihan kekuatan (overloading), yang mungkin langsung atau tidak
18
langsung. Dengan kekuatan tidak langsung (cedera tidak langsung)
tulang istirahat pada jarak dari tempat gaya diterapkan. kerusakan
jaringan lunak di lokasi fraktur tidak dapat dihindari. Meskipun
sebagian besar fraktur disebabkan oleh kombinasi gaya (puntir, tekuk,
tekan atau tarik). (Blom, 2018)
2) Fraktur Akibat Stres atau Kelelahan
Fraktur ini terjadi pada tulang normal yang mengalami beban
berat berulang, aktivitas yang berat menciptakan deformasi kecil yang
memulai proses normal remodeling kombinasi dari resorpsi tulang
dan pembentukan tulang baru. Saat terpapar stres dan deformasi
berulang dan berkepanjangan, resorpsi tulang terjadi lebih cepat
daripada penggantian (pembentukan tulang baru) dan meninggalkan
daerah yang rentan terhadap fraktur. (Blom, 2018)
3) Pathological Fractures
Fraktur dapat terjadi bahkan dengan tegangan normal jika:
tulang telah dilemahkan oleh perubahan strukturnya. (misalnya pada
pasien dengan osteoporosis, osteogenesis) imperfekta atau penyakit
Paget, terapi bifosfonat) atau melalui lesi litik (misalnya kista tulang
atau metastasis). (Blom, 2018)
d.
Osteomyelitis
1) Pengertian
Osteomyelitis adalah keadaan infeksi yang terjadi pada tulang
dan sumsum tulang yang dapat terjadi pada tulang rahang akibat
19
infeksi kronis. Infeksi yang terjadi dapat disebabkan oleh infeksi
odontogenik. Osteomyelitis dapat dapat diklasifikasikan menjadi
supuratif atau non supuratif dan sebagai proses akut atau kronis.
Osteomyelitis akut terjadi jika proses inflamasi akut menyebar ke
ruang medula sehingga tidak ada waktu untuk tubuh bereaksi terhadap
timbulnya infiltrat inflamasi. Osteomyelitis kronis timbul jika terdapat
respon pertahanan tubuh sehingga menghasilkan jaringan granulasi
yang akan menjadi jaringan parut padat sebagai usaha pertahanan dan
mengisolasi daerah infeksi. Daerah nekrotik yang terisolasi berfungsi
sebagai penampungan bakteri dimana sulit untuk antibiotik mencapai
daerah tersebut. (Simanjuntak, 2016)
Meskipun osteomyelitis (OM) dapat dengan mudah dicurigai
dari sekresi bernanah dari luka terbuka atau fistula yang meluas ke
tulang, manifestasi klinis OM hematogen lebih sulit diidentifikasi.
Sakit punggung yang tidak jelas, Demam tingkat rendah, malaise, dan
leukositosis darah sedang adalah gejala umum yang tidak seperti
biasanya. Jika tanda-tanda lokal muncul, seperti nyeri tulang yang
menjadi membatasi pergerakan, kemerahan dan pembengkakan kulit
penutup atau selaput lendir, atau bahkan pembentukan fistula dengan
nanah, prosedur radiografi dan biopsi jaringan adalah tindakan yang
tepat untuk mengetahui dengan jelas tentang penyakit ini. (Buja,
2014)
20
Organisme yang paling umum menyebabkan OM adalah
staphylococcus aureus (misalnya, setelah lama terinfeksi intravena,
kateter, endokarditis, atau penyembuhan luka yang rumit),
pneumokokus (dalam neonatus), salmonellae, dan Mycobacterium
tuberculosis. (Buja, 2014)
2) Patogenesis
Infeksi tulang pada orang dewasa biasanya terjadi karena cedera
terbuka, operasi atau menyebar dari fokus yang berdekatan infeksi
(misalnya ulkus neuropatik atau terinfeksi kaki diabetik) di lebih dari
70% kasus. Osteomyelitis hematogen sejatinya jarang terjadi dan,
ketika terjadi, biasanya mempengaruhi salah satu vertebra (misalnya
setelah infeksi panggul), daerah metafiseal dari tulang panjang atau
tulang cuboidal. Infeksi vertebral dapat menyebar melalui disk
intervertebralis ke dalam tubuh vertebra yang berdekatan. Jika tulang
panjang terinfeksi, abses kemungkinan akan menyebar di dalam
rongga meduler, mengikis korteks dan meluas ke jaringan lunak di
sekitarnya. Periosteal baru pembentukan tulang kurang jelas
dibandingkan di masa kanak-kanak dan korteks yang melemah dapat
retak. Jika tulang dekat sendi juga terinfeksi, maka ada juga risiko
infeksi menyebar ke sendi yang tersebut. (Blom, 2018)
21
Berikut ini adalah gambar dari proses patogenesis
osteomyelitis:
(a)
(b)
Gambar 2.7 (a) patogenesis osteomyelitis fase 1, (b) patogenesis osteomyelitis fase 2.
(Buja, 2014)
Gambar (a) Cabang dari arteri metafiseal membentuk loop pada
lempeng pertumbuhan dan masukkan vena aferen sinusoid yang tidak
teratur. Aliran darah melambat dan bergejolak, predisposisi untuk
penyemaian bakteri. Selain itu, lapisan Sel memiliki sedikit atau tidak
ada aktivitas fagositik. Area tersebut adalah cekungan tempat untuk
bakteri, dan abses dapat terbentuk. (Buja, 2014)
Gambar
(b)
Abses,
dibatasi
oleh
dinding
sesuai
pertumbuhannya, menyebar melintang di sepanjang kanal volkmann
dan mengangkat periosteum; memanjang secara subperiosteally dan
dapat menyerang poros. Pada bayi Di bawah usia 1 tahun, beberapa
arteri metafiseal cabang melewati lempeng pertumbuhan, dan infeksi
dapat menyerang epifisis dan sendi. (Buja, 2014)
22
(a)
(b)
Gambar 2.8 (a) patogenesis osteomyelitis fase 3, (b) patogenesis osteomyelitis fase 4.
(Buja, 2014)
Gambar
(a)
Ketika
abses
menyebar,
segmen
tulang
menyimpang (sequestrum) tetap ada di dalamnya. Peningkatan
periosteum mungkin juga meletakkan tulang untuk membentuk
cangkang encasing (involucrum). Kadang-kadang, abses berdinding
oleh fibrosis dan bone sclerosis untuk membentuk abses Brodie.
(Buja, 2014)
Gambar (b) Proses infeksi dapat mengikis periosteum dan
membentuk sinus melalui jaringan lunak dan kulit untuk dikeringkan
secara eksternal. Proses yang dipengaruhi oleh virulensi organisme,
resistensi inang, pemberian antibiotik, dan fibrotik dan tanggapan
sklerotik. (Buja, 2014)
23
2.1.3 Penatalaksanaan pemeriksaan radiografi
a. Penatalaksanaan Pemeriksaan radiografi Schedel Menurut Buku
“Bontrager’s Textbook Of Radiographic Positioning And Related
Anatomi, Ninth Edition”, 2018. (Halaman 429)
Pada buku ini menjelaskan beberapa teknik pemeriksaan yang
dilakukan dengan indikasi osteomyelitis seperti pada tabel dibawah ini:
Tabel 2.1 kondisi atau penyakit dan teknik pemeriksaan radiografi yang
umumnya dilakukan. (Lampignano, 2018)
Kondisi atau Penyakit
Fraktur
Masuknya benda asing
pada mata
Neoplasma
Osteomyelitis
Pemeriksaan Radiologi
yang Biasa Dilakukan
Gambaran yang
Mungkin Terlihat
Pemeriksaan radiologi
rutin sesuai daerah yang
terpengaruh, CT
Gangguan pada cortex
tulang
Pemeriksaan rutin facial
bone (orbits), termasuk
proyeksi
modifikasi
parietoacanthial
Pemeriksaan radiologi
rutin sesuai daerah yang
terpengaruh, CT atau
MRI
Nuclear medicine bone
scan,
Pemeriksaan
radiologi rutin sesuai
daerah yang terpengaruh
Sinusitis
Pemeriksaan radiologi
rutin proyeksi sinus
paranasal, CT dan MRI
Syndrome TMJ
Proyeksi
Axiolateral
dari TMJ (proyeksi buka
dan tutup mulut), CT,
dan MRI
Peningkatan densitas
jika
benda
asing
berbahan metallic
Mungkin
meningkat
atau menurun dari
densitas
tergantung
pada jenis lesi
Pembengkakan pada
jaringan
lunak,
mengikis pada bagian
margin
Penebalan pada sinus
mucosal, adanya cairan
udara, area sinus yang
buram
Persambungan
yang
abnormal atau rentang
gerak antara condyle
dan TM fossa
Menurut tabel diatas, pemeriksaan yang dilakukan untuk
menegakkan diagnosa osteomyelitis adalah dengan proyeksi
radiografi rutin sesuai dengan area yang terinfeksi yaitu mandibula.
24
Adapun teknik pemeriksaan radiografi rutin dari mandibula adalah
dengan proyeksi axiolateral atau axiolateral oblique, PA atau PA
Axial, AP axial (Towne methode).
1) Proyeksi Axiolateral atau axiolateral oblique
a) Indikasi Klinis : Fraktur dan neoplastic atau inflamasi
processes of mandible, kedua sisi dari mandibula diperiksa
untuk perbandingan
b) Faktor Teknis :
(1) Minimum SID adalah 40 inches (102 cm)
(2) Ukuran IR adalah 18 x 24 cm atau 24 x 30 cm
(3) Menggunakan grid (sering juga tanpa grid)
(4) kV analog antara 70 – 80 kV, sedangkan kV digital antara
75 – 85 kV
c) Posisi Pasien : Melepas semua benda logam atau plastik dari
kepala dan leher. Posisi pasien adalah erect atau recumbent. Jika
dilakukan recumbent, tempatkan IR pada sponge baji untuk
meminimalkan Object Image receptor Distance (OID) seperti
gambar 2.9 (a). Untuk posisi erect, tempelkan bagian yang akan
diperiksa ke bucky dan sejajar dengan IR seperti gambar 2.9 (b).
Untuk pasien trauma yang menggunakan sinar horizontal,
tempatkan IR (dan grid jika digunakan) agar sejajar ke
mandibula seperti pada gambar 2.10.
25
(a)
(b)
Gambar 2.9 (a) posisi pasien semisupine 15o; (b) posisi pasien erect 10o-15o.
(Lampignano, 2018)
d) Posisi Objek :
(1) Tempatkan kepala pasien pada posisi true lateral,
tempelkan dengan IR.
(2) Jika memungkinkan, pasien diinstrusikan agar menutup
mulut dan merapatkan gigi pada rahang atas dan bawah,
(3) Panjangkan leher sedikit untuk mencegah superimposisi
antara gonion dan cervical spine
(4) Rotasikan kepala menuju IR (untuk axiolateral oblique)
untuk menempatkan mandibula yang akan difoto sejajar
dengan IR. Sudut dari rotasi tergantung dari bagaimana
bentuk mandibula pasien.
(5) Kepala dengan true lateral adalah posisi terbaik untuk
memperlihatkan ramus.
(6) Rotasi 10o-15o adalah posisi untuk mengambarkan secara
umum dari mandibula.
26
(7) Rotasi 30o menuju IR adalah posisi terbaik untuk
memperlihatkan body of mandible
(8) Rotasi 45o adalah posisi terbaik untuk memperlihatkan
mentum
Gambar 2.10 sinar horizontal 25o cephalad untuk proyeksi pasien trauma.
(Lampignano, 2018)
e) Central
Ray
:
Tiga
metode direkomendasikan untuk
memperlihatkan bagian khusus dari mandibula yang menempel
dengan IR tanpa superimposisi dari sisi mandibula yang lain:
(1) Central ray dengan sudut 25o cephalad untuk pasien
trauma, sudut central ray bisa ditambah 5o-10o ke bagian
posterior
(2) Menggunakan kombinasi kemiringan dari kepala dan sudut
central ray tidak melebihi dari 25o cephalad
(3) Menggunakan sudut 25o dengan memiringkan kepala
terhadap IR, dan menggunakan central ray tegak lurus
Mengarahkan agar central ray keluar pada mandibula yang
dekat dengan IR dan berada pada tengah IR
27
f)
Kriteria Evaluasi :
(1) Memperlihatkan anatomi: Ramus, condyloid, coronoid
process, body, dan mentum of mandible yang dekat dengan
IR terlihat jelas
(2) Posisi:
(a) Menampilkan
gambar
atau
posisi
dari
pasien
tergantung dari pemeriksaan
(b) Untuk ramus dan body, ramus yang dekat dengan IR
terlihat dan tidak superimposisi dari mandibula yang
lain
(c) Tidak ada superimposisi dari cervical spine oleh ramus
harus terjadi
(d) Mandibula yang dekat dengan IR harus terlihat jelas
dengan minimal superimposisi
(3) Eskposi
(a) Densitas (kecerahan) dan kontras nampak dan
memadai untuk memperlihatkan mandibula yang dekat
dengan IR
(b) Margin tulang yang tajam memperlihatkan tidak ada
pergerakan
Berikut ini adalah hasil gambaran radiograf dari
pemeriksaan radiografi mandibula proyeksi axiolateral
oblique:
28
Gambar 2.11 Hasil gambaran radiograf axiolateral oblique. (Lampignano, 2018)
2) Proyeksi PA atau PA Axial
a) Indikasi Klinis : Fraktur, neoplastic atau inflamasi process of
mandible, proyeksi ini bagus untuk menampilkan proksimal rami
dan tampilan memanjang dari condyloid processes.
b) Faktor Teknis :
(1) Minimum SID adalah 40 inches (102 cm)
(2) Ukuran IR adalah 18 x 24 cm atau 24 x 30 cm
(3) Menggunakan grid
(4) kV analog antara 75 – 85 kV, sedangkan kV digital antara
80 – 90 kV
c) Posisi Pasien : Melepas semua benda logam atau plastik dari
kepala dan leher. Posisi pasien adalah erect atau prone.
d) Posisi Objek :
(1) Istirahatkan dagu dan hidung pasien diatas meja pemeriksaan
atau bucky stand
(2) Kerutkan dagu, atur agar OML tegak lurus dengan dengan IR
29
(3) Atur agar MSP tegak lurus dengan garis tengah dari grid atau
meja pemeriksaan (pastikan tidak ada rotasi pada kepala)
(4) Pertengahan IR diproyeksikan central ray
Gambar 2.12 proyeksi PA dengan CR tegak lurus. Dan proyeksi opsional PA Axial
dengan CR 20o-25o cephalad. (Lampignano, 2018)
e) Central Ray :
(1) PA: atur agar central ray tegak lurus dengan IR, berpusat
untuk keluar di persambungan bibir.
(2) Opsional PA Axial: sudut central ray 20o-25o cephalad,
berpusat untuk keluar pada acanthion.
f) Kriteria Evaluasi :
(1) Memperlihatkan anatomi:
(a) PA: mandibula rami dan bagian lateral dari body of
mandible terlihat seperti pada gambar 2.13 (a).
(b) Opsional PA Axial: bagian TMJ dan kepala condyloid
processes terlihat dengan baik seperti gambar 2.13 (b).
30
(2) Posisi
(a) Tidak ada rotasi pada pasien, bisa dilihat dari mandibula
rami yang terlihat simetris, lateral hingga cervical spine.
(b) Bagian pertengahan body of mandible dan mentum
terlihat samar, superimposisi pada cervical spine.
(3) Eskposi
(a) Densitas (kecerahan) dan kontras nampak dan memadai
untuk memperlihatkan body of mandible dan rami.
(b) Margin tulang yang tajam memperlihatkan tidak ada
pergerakan.
Berikut ini adalah hasil gambaran radiografi dari proyeksi PA
dan proyeksi opsional PA Axial:
(a)
(b)
Gambar 2.13 (a) proyeksi PA dengan CR tegak lurus,; (b) proyeksi opsional PA axial
dengan CR 20o cephalad. (Lampignano, 2018)
g) Catatan: untuk proyeksi true PA dari badan pasien, angkat dagu
agar AML tegak lurus dengan IR.
31
3) Proyeksi AP Axial (Towne method)
a) Indikasi Klinis : Fraktur, neoplastic atau inflamasi process of
mandible, proyeksi ini bagus untuk menampilkan proksimal rami
dan tampilan memanjang dari condyloid processes.
b) Faktor Teknis :
(1) Minimum SID adalah 40 inches (102 cm)
(2) Ukuran IR adalah 18 x 24 cm atau 24 x 30 cm
(3) Menggunakan grid
(4) kV analog antara 75 – 85 kV, sedangkan kV digital antara
80 – 90 kV
c) Posisi Pasien : Melepas semua benda logam atau plastik dari
kepala dan leher. Posisi pasien adalah erect atau prone.
d) Posisi Objek :
(1) Istirahatkan bagian posterior skull pasien pada meja
pemeriksaan atau bucky stand.
(2) Kerutkan dagu, atur agar OML tegak lurus ke IR, atau
tempatkan IOML tegak lurus dan tambah sudut CR = 7o (lihat
note).
(3) Atur agar MSP tegak lurus ke garis tengah dari grid atau meja
pemeriksaan untuk mencegah adanya pergeseran atau rotasi
pada kepala.
32
Gambar 2.14 proyeksi AP axial CR 35o – 40o ke OML. (Lampignano, 2018)
e) Central Ray:
(1) Sudut CR 35o - 40o caudad (lihat note)
(2) Tempatkan pertengahan CR 1 inch (2,5 cm) superior ke
glabela
(3) Pertengahan IR ke CR
f) Kriteria Evaluasi
(1) Memperlihatkan anatomi: Condyloid processes of mandible
dan TM fossae.
(2) Posisi : Posisi yang benar menunjukan gambar yang tidak ada
rotasi ditandai dengan: condyloid processes terlihat simetris,
bagian lateral hingga cervical spine; terlihat dengan baik
condyle atau TM fossae dengan minimal superimposisi dari
TM fossae dan mastoid portions lihat gambar 2.15.
(3) Eskposi
(a) Densitas (kecerahan) dan kontras nampak dan memadai
untuk memperlihatkan condyloid process dan TM fossa.
(b) Margin tulang yang tajam memperlihatkan tidak ada
pergerakan.
33
Berikut ini adalah hasil gambaran radiograf dari proyeksi AP axial
dari mandibula:
Gambar 2.15 Proyeksi AP Axial mandibular. (Lampignano, 2018)
g) Catatan: jika pasien tidak bisa diposisikan agar OML tegak lurus
dengan IR, maka atur agar IOML tegak lurus dan menambah
sudut 35o menjadi 42o (menambah sudut 7o caudad),
34
b. Penatalaksanaan Pemeriksaan radiografi Schedel Menurut Buku
“Merill’s Atlas Of Radiographic Positioning And Radiologic
Procedures, vol 1, 13 edition”, 2016. (Halaman 343)
Pada buku ini teknik pemeriksaan radiografi yang digunakan
adalah mandibula dengan proyeksi axiolateral, axiolateral oblique,
dan submentovertical.
1) Proyeksi axiolateral dan axiolateral oblique
Tujuan dari proyeksi ini adalah untuk menempatkan bagian
yang diinginkan dari mandibula yang sejajar dengan IR.
a) Image Receptor : Menggunakan IR 18 x 24 cm atau 24 x
30 cm tergantung ketersediaan.
b) Posisi Pasien : Tempatkan pasien dalam posisi duduk,
semi-prone, atau semi-supine.
c) Posisi Objek : Tempatkan kepala pasien pada posisi lateral
dengan interpupillary line tegak lurus dengan IR. Mulut
harus menutup dan gigi yang merapat. Panjangkan leher
pasien hingga cukup agar axis dari mandibula body sejajar
dengan IR untuk mencegah superimposisi dengan cervical
spine. Sesuaikan rotasi kepala pasien pada area yang
menempel dengan IR agar sejajar dengan IR sebagai
berikut:
(1)
Ramus: tahan kepala pasien agar pada posisi true
lateral seperti pada gambar 2.16 (a).
35
(2)
Body: rotasi kepala pasien 30o menuju IR seperti pada
gambar 2.16 (b).
(3)
Symphysis: rotasi kepala pasien 45o menuju IR seperti
pada gambar 2.16 (c).
(4)
Catatan: ketika pasien dalam posisi semi-prone,
tempatkan IR pada sponge. Pastikan kombinasi sudut
CR dan MSP sama sama miring 25o.
(a)
(b)
(c)
(d)
Gambar 2.16 (a) Axiolateral mandibula ramus; (b) Axiolateral oblique mandibula body;
(c) semi-supine axiolateral oblique mandibula body dan symphysis; (d) Axiolateral
oblique mandibula symphysis. (Long, 2016)
d) Central Ray : Arahkan 25o cephalad lurus melalui
mandibula yang dekat dengan IR, arahkan pertengahan IR
pada CR.
36
e) Struktur yang Terlihat : Setiap proyeksi axiolateral
oblique memperlihatkan bagian mandibula yang sejajar
dengan IR lihat gambar 2.17 (a), (b), (c) sebagai berikut:
(a)
(b)
(c)
Gambar 2.17 (a) axiolateral oblique mandibula body; (b) axiolateral oblique mandibula
ramus; (c) axiolateral oblique mandibula symphysis. (Long, 2016)
37
f)
Kriteria Evaluasi : Harus menampilkan dengan jelas:
(1) Ramus dan body: tidak ada overlap dari ramus sisi yang
lain dari mandibula, tidak ada pemanjangan ukuran
dari ramus atau body, dan tidak superimposisi antara
ramus dengan cervical spine.
(2) Symphysis: tidak overlap bagian mentum sisi lain dari
mandibula , tidak ada pemanjangan ukuran dari bagian
mentum.
2) Proyeksi submentovertical
a) Image Receptor : Menggunakan IR 18 x 24 cm atau 24 x
30 cm tergantung ketersediaan.
b) Posisi Pasien :
(1) Tempatkan pasien tegak pada bagian depan dari
vertical bucky atau dengan posisi supine. Ketika pasien
diposisikan supine, tinggikan bahu pada bantal yang
kuat untuk memungkinkan agar bisa memanjangkan
leher.
(2) Fleksi kan lutut pasien untuk mengistirahatkan otot
perut dan menekan otot pada leher.
(3) Tempatkan MSP badan pasien pada garis pertengahan
grid atau bucky stand.
38
c) Posisi Objek
(1) Dengan leher yang memanjang maksimal, istirahatkan
kepala bagian vertex dan sesuaikan agar MSP vertical.
(2) Atur agar IOML sejajar mungkin dengan bidang IR
seperti pada gambar 2.18.
(3) Ketika leher pasien tidak bisa dipanjangkan, cukup
dengan IOML sejajar dengan bidang IR, sudut pada
bucky stand dan menempatkanya sejajar dengan
IOML.
(4) Atur agar kepala tidak bergerak saat pemeriksaan
berlangsung.
(5) Menahan pernapasan
Gambar 2.18 Posisi pasien dan Posisi objek proyeksi SMV mandibular. (Long, 2016)
d) Central Ray : Tegak lurus dengan IOML dan berada pada
pertengahan angles of mandible.
39
e) Struktur yang Terlihat : Proyeksi SMV dari mandibula
body menampilkan coronoid dan condyloid processes dari
rami seperti pada gabar 2.19.
Gambar 2.19 Hasil gambaran radiograf proyeksi SMV mandibular. (Long, 2016)
f)
Kriteria Evaluasi
Harus menampilkan dengan jelas:
(1) Kolimasi yang cukup.
(2) Tidak ada rotasi atau kemiringan, yang dapat terlihat
oleh: Jarak antara batas lateral skull dan mandibula
berjarak sama pada kedua sisi dan MSP dari kepala
sejajar dengan sumbu panjang lapang kolimasi.
(3) Condyles of the mandible bagian anterior sampai ke
pars petrosa.
(4) Symphysis memperluas hampir ke batas anterior wajah
sehingga mandibula tidak memanjang.
40
c. Penatalaksanaan Pemeriksaan radiografi Schedel Menurut Buku
“Clark’s Positioning In Radiography Thirteen Edition”, 2016.
(Halaman 302)
Pada buku ini teknik pemeriksaan radiografi yang digunakan adalah
mandibula dengan proyeksi lateral 30o, PA, dan PA Oblique.
1) Proyeksi lateral 30o cranial
proyeksi ini dapat dilakukan dengan dua teknik yang berbeda
tergantung pada kondisi pasien, seperti yang dijelaskan di
bawah ini:
a) Posisi Pasien dan Image Receptor
(1) Posisi 1
(a) Pasien diposisikan supine dan kakinya diputar
sedikit dengan bantalan untuk memungkinkan sisi
wajah yang diperiksa agar menempel pada IR,
yang didukung juga oleh bantalan busa tipis.
(b) MSP harus sejajar dengan IR dan interpupillary
line tegak lurus dengan satu sama lain.
(c) Leher harus fleksi sedikit untuk menghindari
superimposisi dengan cervical spine.
(d) IR dan kepala dapat disesuaikan dan harus
mendukung
sehingga
posisi
ini
dipertahankan tetapi nyaman bagi pasien.
dapat
41
(e) Garis tengah dari IR harus sejajar dengan garis
tengah dari mandibula dan diposisikan 2 cm
dibawah dari bagian bawah mandibula seperti
pada gambar 2.20 (a).
(2) Posisi 2
(a) Proyeksi juga bisa dilakukan dengan sinar
horizontal pada kasus trauma ketika pasien tidak
bisa dipindahkan.
(b) Pada kasus ini pasien akan diposisikan supine
dengan MSP pada sudut kanan dari meja
pemeriksaan seperti pada gambar 2.20 (b).
(a)
(b)
Gambar 2.20 (a) posisi dengan kepala pasien berada pada salah satu sisi; (b) posisi
dengan pasien supine. (Whitley, 2016)
b) Arah dan Lokasi tabung x-ray
(1) Central Ray membentuk sudut 30o cranially pada sudut
60o hingga receptor dan berpusat pada 5 cm inferior
dari angle of mandibula yang jauh dari IR.
42
(2) Kolimasi mencakup keseluruhan mandibula dan
Temporo-Mandibula Joint (TMJ) (termasuk EAM
pada batas lapang kolimasi).
c) Karakteristik gambar yang harus terlihat
(1) Body dan ramus dari kedua sisi mandibula harusnya
tidak superimposisi.
(2) gambar harus mencakup keseluruhan mandibula dari
TMJ hingga symphysis menti. Seperti yang terlihat
pada gambar 2.21 dibawah ini:
Gambar 2.21 hasil gambaran radiograf proyeksi mandibula oblique 30o cranialy.
(Whitley, 2016)
d) Kesalahan umum dan solusi
(1) Superimposisi dari body of mandible akan terjadi jika
sudut yang dipakai pada tabung kurang dari 30o atau
titik sentral yang terlalu tinggi.
(2) Jika bahu mengaburkan wilayah pada proyeksi sinar
horizontal, sedikit angulasi ke lantai mungkin harus
43
diterapkan atau jika kondisi pasien memungkinkan
miringkan kepala pasien ke samping yang akan
diperiksa.
e) Catatan
(1) Jika kasus kasus cidera pada kedua sisi maka harus
melakukan pemeriksaan semuanya untuk menunjukan
lemungkinan adanya fraktur.
(2) Jika pasien bergerak maka mungkin menggunakan
posisi erect yang biasa dilakukan seperti pemeriksaan
supine diatas.
2) proyeksi PA
a) Posisi Pasien dan Image Receptor
(1) Pasien duduk erect menghadap vertical Bucky atau
receptor seperti pada gambar 2.22 (a), (pada kasus
trauma proyeksi yang dilakukan adalah anteroposterior) lihat gambar 2.22 (b).
(2) MSP pasien harus bertepatan dengan garis tengah dari
bucky atau receptor dan sesuaikan kepala agar orbitometal baseline tegak lurus dengan bucky atau receptor.
(3) MSP harus tegak lurus terhadap receptor. Cek agar
kedua EAM berjarak sama dari bucky atau receptor.
(4) Menggunakan 18 x 24 ukuran IR, jika digunakan harus
diposisikan
sedemikian
rupa
sehingga
ketika
44
ditempatkan secara longitudinal maka akan bertepatan
dengan pertengahan dari mandibula.
(a)
(b)
Gambar 2.22 (a) Posisi pasien PA erect; (b) Posisi pasien AP supine. (Whitley, 2016)
b) Arah dan Lokasi tabung x-ray
Titik tengah dari kolimasi diarahan tegak lurus dengan
receptor dan berada pada pertengahan angles of mandible.
c) Karakteristik gambar yang harus terlihat
Semua mandibula dari bawah TMJ hingga symphysis menti
harus masuk kedalam gambaran dan tidak ada indikasi
rotasi pada gambaran.
d) Pertimbangan tindakan radiologi
(1) Proyeksi ini memperlihatkan body dan rami dari
mandibula dan mungkin memperlihatkan transverse
atau oblique fraktur yang tidak terlihat dari proyeksi
lain.
(2) Bagian symphysis menti superimposisi dengan cervical
spine dan akan lebih jelas jika dilihat menggunakan
45
proyeksi anterio oblique seperti yang diperlihatkan
pada gambar 2.24 dibawah ini:
Gambar 2.23 Radiograf PA mandibular. (Whitley, 2016)
e) Kesalahan umum dan solusi : Superimposisi dibagian atas
bagian dari mandibula dekat dengan temporal bone akan
terlihat jika orbito-meatal baseline tidak tegak lurus dengan
receptor.
f)
Catatan : Sudut 10o cranial pada tube sinar-x akan
memperlihatkan manibular condyles dan TMJ.
3) Proyeksi PA oblique
Proyeksi ini memperlihatkan bagian dari symphysis menti dan
body of mandible
a) Posisi Pasien dan Image Receptor
(1) Pasien duduk dengan wajah menghadap ke vertical
bucky atau receptor, pada kasus trauma proyeksi
mungkin
menggunakan
supine
memberikan proyeksi antero-posterior.
pada
trolley
46
(2) MSP pasien harus tepat pada garis tengah bucky atau
receptor dan kepala diatur agar orbito-meatal baseline
tegak lurus dengan receptor.
(3) Dengan pasien MSP tegak lurus ke receptor, kepala
rotasi 20o ke sisi lain sehingga vertebra cervical akan
terlihat bebas dari symphysis menti.
(4) Kepala sekarang diposisikan ulang sehingga wilayah
symphysis menti bertepatan dengan bagian tengah
receptor.
(5) Menggunakan IR berukuran 18 x 24 cm, jika
menggunakan IR berukuran tersebut maka harus
berada pada pertengahan IR, ketika ditempatkan
longitudinal dengan bucky maka titik tengah berada
pada angles of mandible.
Gambar 2.24 posisi pasien proyeksi PA Oblique. (Whitley, 2016)
b) Arah dan Lokasi tabung x-ray : Pertengahan kolimasi
diarahkan tegak lurus dengan receptor dan berada pada 5
47
cm dari garis tengah, pada angles of mandible yang jauh
dari IR.
c) Karakteristik gambar yang harus terlihat : Symphysis
menti harus terlihat tanpa adanya superimposisi dengan
cervical spine.
d Penatalaksanaan pemeriksaan radiografi schedel menurut studi
kasus
dengan
judul
“prosedur
Pemeriksaan
Radiografi
Mandibula Pada Kasus Fraktur di Instalasi Radiologi Rumah
Sakit Bethesda Yogyakarta” 2016. (Halaman 51-57)
Pada studi kasus ini menggunakan jenis penelitian kualitatif
dengan pendekatan studi kasus. Berdasarkan penelitian yang
dilakukan Raharja (2016), prosedur pemeriksaan pada mandibula
pada kasus fraktur di instalasi radiologi RS Bethesda Yogyakarta
adalah sebagai berikut:
1) Proyeksi Pemeriksaan : Teknik pemeriksaan mandibula pada
kasus fraktur yang dilakukan meliputi Proyeksi Waters dan OPG
(Orthopantomograph)
2) Persiapan Pasien : Pemeriksaan radiografi mandibula pada
kasus fraktur dilakukan tanpa persiapan khusus. Pasien hanya
melepas benda logam di area kepala pasien.
48
3) Persiapan Alat dan Bahan : Pesawat sinar-x, Bucky Stand,
Image Receptor ukuran 18 x 24cm sebanyak satu buah, Computed
Radiography, alat fiksasi, dry viewer dan dry printer.
4) Posisi Pasien
a) Proyeksi Waters dilakukan dengan pasien duduk menghadap
bucky stand, posisi objek mengatur kepala pasien ditengah
kaset, leher di ekstensikan sehingga MML tegak lurus bidang
kaset.
b) Proyeksi OPG dilakukan dengan posisi pasien duduk tegak
pada kursi pemeriksaan.
5) Posisi Objek, Arah Sinar, dan Titik Bidik
a) Pada proyeksi Waters Arah sinar horizontal tegak lurus IR.
Titik bidik pada pertengahan IR keluar melalui acanthion.
b) Pada proyeksi OPG ketinggian dagu di sesuaikan sehingga
IOML sejajar bidang horizontal. dagu diposisikan pada blok
dagu, dan ujung lidah digigit untuk menggantikan fungsi
blok gigitan. Arah sinar horizontal melalui kolimasi yang
sempit dan berputar.
6) Faktor Eksposi dan FFD
a) Pada proyeksi Waters Faktor ekpsosi digunakan 75 kV dan
16 mAs, dengan FFD 100cm.
b) Pada proyeksi OPG faktor eksposi yang digunakan 80 kV,
10 mA, 12 sec.
49
7) Hasil Radiograf
a) Proyeksi waters
Berikut ini adalah hasil gambaran radiograf pemeriksaan
os mandible proyeksi Waters pada kasus fraktur:
Gambar 2.25 Hasil Gambaran radiograf proyeksi Waters. (Raharja, 2016)
b) OPG
Berikut ini adalah hasil gambaran radiograf pemeriksaan
os mandible menggunakan orthopantomography pada
kasus fraktur:
Gambar 2.26 Hasil Gambaran radiograf orthopantomography. (Raharja, 2016)
Alasan digunakannya Proyeksi Waters dan Proyeksi OPG
untuk melihat kelainan didaerah mandibula dan sekitarnya. Proyeksi
Waters digunakan untuk melihat tulang tulang maxillo facial seperti
50
sinus dan Maxilla. Sedangkan proyeksi OPG digunakan untuk
melihat mandibula secara keseluruhan dari angulus kiri ke kanan.
2.1.4 Digital Radiography (DR)
1) Pengertian Digital Radiography
American Association of Physicists in Medicine (AAMP)
mendefiniskan digital radiography sebagai teknologi pencitraan
radiografi yang menghasilkan gambar proyeksi digital seperti yang
menggunakan penyimpanan yang dapat distimulasi foto fosfor
(Computed Radiography atau CR), selenium amorf, silikon amorf,
perangkat digabungkan (CCD), atau oksida logam transistor efek
medan semikonduktor (MOSFET) teknologi”. Teknologi ini dapat
menghasilkan kualitas gambar yang dapat diterima pada rentang yang
lebih luas teknik eksposur dibandingkan dengan layar film radiografi.
(Panichello, 2017)
Konsep moving images secara digital diperkenalkan oleh Albert
Jutras di Kanada selama eksperimennya dengan teleradiologi (gambar
bergerak melalui saluran telepon ke dan dari lokasi terpencil) pada
1950-an. PACS awal adalah dikembangkan oleh militer AS dalam
upaya untuk memindahkan gambar di antara rumah sakit Administrasi
Veteran (VA) dan untuk mengirim gambar medan perang ke rumah
sakit yang sudah mapan. (Carter, 2019)
51
2) Komponen Digital Radiography
Komponen teknis utama dari sistem radiografi digital termasuk
akuisisi data, pemrosesan data komputer, tampilan gambar dan pascapemrosesan, penyimpanan gambar, komunikasi gambar dan data, serta
manajemen gambar dan informasi. (Carter, 2019)
a) Akuisisi Data
Akuisisi data mengacu pada pengumpulan sinar-x yang akan
ditansmisikan melalui pasien. Ini adalh langkah pertama dalam
produksi gambar. Untuk radiografi digital, detector elektronik
khusus (detector digital) digunakan dan menggantikan kaset film
sinar-x yang digunakan dalam radiografi berbasis film. Detector ini
adalah beberapa jenis yang memanfaatkan teknologi untuk
mengubah sinar-X menjadi sinyal listrik (sinyal analog). Misalnya,
ketika satu jenis detektor pertamatama akan mengubah sinar-X
menjadi cahaya, segera diikuti dengan konversi cahaya menjadi
sinyal listrik, jenis lain dari detektor digital akan menghindari proses
konversi cahaya-listrik dan mengubah sinar-X langsung menjadi
listrik. tanda tangan. Sinyal analog harus diubah menjadi data digital
untuk diproses oleh komputer digital. Konversi sinyal analog
merupakan fungsi dari analogto-digital converter (ADC).
52
Gambar 2.27 Komponen teknis utama dari sistem radiografi digital. (Carter, 2019)
b) Pemprosesan Data Komputer
ADC mengirimkan data digital untuk diproses oleh komputer
digital. Komputer menggunakan perangkat lunak khusus untuk
membuat atau membangun gambar digital menggunakan sistem
bilangan biner. (Carter, 2019)
c) Tampilan Gambar dan Pasca-pemrosesan
Keluaran dari pemrosesan komputer, yaitu gambar digital
keluaran terlebih dahulu harus diubah menjadi sinyal analog
sebelum dapat ditampilkan pada monitor untuk dilihat oleh
pengamat. Gambar yang ditampilkan untuk tampilan awal dapat
diproses menggunakan serangkaian operasi dan teknik, yang disebut
sebagai teknik pasca pemrosesan, untuk mengubah gambar input
53
menjadi gambar output yang sesuai dengan kebutuhan pengamat
(ahli radiologi) untuk meningkatkan diagnosis. (Carter, 2019)
d) Penyimpanan gambar
Sejumlah besar gambar yang dihasilkan untuk berbagai
pemeriksaan radiologi digital harus disimpan tidak hanya untuk
analisis retrospektif tetapi juga untuk tujuan medikolegal. Saat ini,
berbagai jenis perangkat dan sistem penyimpanan digunakan untuk
tujuan ini, seperti pita magnetik, disk, dan disk optik laser, untuk
penyimpanan jangka panjang. Dalam lingkungan PACS, misalnya,
sistem penyimpanan seperti RAID (redundant array of independent
disks) tidak jarang. Penting untuk dicatat bahwa gambar-gambar
yang disimpan dalam sistem arsip jangka pendek akan dihapus
setelah jangka panjang. (Carter, 2019)
e) Komunikasi gambar dan data
Komunikasi gambar dan data berkaitan dengan penggunaan
jaringan komunikasi komputer untuk mengirimkan gambar dari fase
akuisisi ke fase tampilan/melihat dan penyimpanan. Jika transmisi
gambar berada di dalam rumah sakit (Intranet), jaringan area lokal
(LAN) digunakan. (Carter, 2019)
Namun, jika gambar harus dikirim ke luar rumah sakit
(Internet) ke lokasi yang jauh, jaringan seperti jaringan area luas
(WAN) harus digunakan.
54
Sistem Pengarsipan dan Komunikasi Gambar (PACS)
digunakan untuk menyimpan/ pengarsipan dan komunikasi gambar
di departemen radiologi digital. Selain itu, sistem informasi, seperti
sistem informasi radiologi (RIS) dan sistem informasi rumah sakit
(HIS), kini terintegrasi dengan PACS melalui jaringan komputer,
menggunakan standar komunikasi seperti DICOM (Digital Imaging
and Communications in Kedokteran) dan HL-7 (Tingkat Kesehatan7), untuk pengelolaan informasi pasien yang efektif. Elemen penting
dari komunikasi citra dan data adalah kompresi citra. (Carter, 2019)
Tujuan dari kompresi gambar adalah untuk mengurangi ruang
penyimpanan (dan karenanya biaya) dan mengurangi waktu
transmisi gambar. Dua metode kompresi yang populer untuk
digunakan dalam radiologi digital adalah kompresi loss less atau
kompresi reversibel, dan kompresi lossy atau kompresi ireversibel.
Sementara yang pertama, tidak ada kerugian jika informasi saat
gambar didekompresi, yang terakhir akan mengakibatkan hilangnya
beberapa informasi. (Carter, 2019)
f) Manajemen gambar dan informasi
Manajemen gambar dan informasi mengacu pada penggunaan
PACS dan sistem informasi seperti RIS dan HIS untuk mengelola
sejumlah besar gambar dan data teks yang dihasilkan di departemen
radiologi digital, menggunakan database dan perangkat lunak
manajemen file. Sementara RIS dan HIS pada dasarnya menangani
55
informasi tekstual, khususnya menangani operasi bisnis untuk
seluruh rumah sakit, PACS menangani gambar yang dihasilkan oleh
berbagai modalitas pencitraan digital. (Carter, 2019)
3) Prinsip Kerja Digital Radiography
Prinsip kerja Digital Radiografi (DR) atau (DX) pada intinya
menangkap sinar-X tanpa menggunakan film. Sebagai ganti film sinarX, digunakan sebuah penangkap gambar digital (detector) untuk
merekam gambar sinar-X dan mengubahnya menjadi file digital yang
dapat ditampilkan atau dicetak untuk dibaca dan disimpan sebagai
bagian rekam medis pasien. (Carter, 2019)
Sebagian besar sistem Flat Panel Detector (FPD) menggunakan
penyerap sinar-X bahan ditambah dengan Thin Film Transistor (TFT),
Complementary Metal Oxide Semiconductor (CMOS), atau Charge
Coupled Device (CCD) untuk membentuk gambar. Tergantung pada
kebutuhan fasilitas, ruang X-ray yang ada dapat dipasang dengan
perangkat ini seperti pada gambar 2.28, atau detektor portabel dapat
digunakan dalam peralatan yang ada. (Carter, 2019)
Gambar 2.28 Axiom Aristos MX Flat Panel Detector Unit. (Image courtesy of
Siemens Healthcare.). (Carter, 2019)
56
2.1.5 Proteksi Radiasi
Sesaat setelah ditemukannya, sinar-x
diterapkan sebagai proses
penyembuhan yang dikenali dapat menyembuhkan hanya beberapa bulan.
Namun, radiasi itu pun dapat menyebabkan efek berbahaya. (Bushong, 2016)
Istilah fisikawan medik diciptakan pada awal hari Proyek Manhattan,
upaya rahasia masa perang untuk mengembangkan bom atom. Kelompok
fisikawan dan dokter yang bertanggung jawab atas keselamatan radiasi orangorang yang terlibat dalam produksi bom atom adalah dokter kesehatan.
Dengan demikian, fisikawan medik adalah ilmuwan radiasi yang peduli
dengan penelitian, pengajaran, atau aspek operasional radiasi keamanan
Kematian orang Amerika pertama yang diakibatkan oleh paparan radiasi
adalah asisten Thomas Edison, Clarence Dally. Sejak peristiwa itu, banyak
upaya telah dikhususkan untuk mengembangkan peralatan, teknik, dan
prosedur untuk mengontrol tingkat radiasi dan mengurangi paparan radiasi
yang tidak perlu untuk pekerja radiasi dan kepada public. (Bushong, 2016)
a. Pengertian Proteksi Radiasi
Menurut Peraturan Badan Pengawas Tenaga Nuklir Republik
Indonesia Nomor 4 Tahun 2020 yang dimaksud dengan proteksi radiasi
adalah tindakan yang dilakukan untuk mengurangi pengaruh radiasi yang
merusak akibat paparan radiasi. (BAPETEN, 2020)
Sedangkan menurut Eri Hiswara dalam buku yang berjudul “Buku
Pintar Proteksi Dan Keselamatan Radiasi DI Rumah Sakit” Tahun 2015,
yang dimaksud dengan proteksi radiasi adalah upaya proteksi terhadap
57
segala macam sumber radiasi yang berada di luar tubuh manusia.
(Hiswara, 2015)
Memberikan proteksi radiasi bagi pekerja dan umum adalah praktek
fisika medik. Fisikawan medik merancang peralatan, menghitung dan
membangun penghalang, dan mengembangkan protokol administratif
untuk dipelihara. (Bushong, 2016)
b.
Azas-Azas Proteksi Radiasi
Untuk mencapai tujuan proteksi dan keselamatan dalam pemanfaatan
diperlukan prinsip utama proteksi radiasi. Kerangka konseptual dalam
prinsip proteksi radiasi ini terdiri atas pembenaran (justifikasi), optimisasi
proteksi, dan pembatasan dosis. (Hiswara, 2015)
1) Justifikasi
Suatu pemanfaatan harus dapat dibenarkan jika menghasilkan
keuntungan bagi satu atau banyak individu dan bagi masyarakat
terpajan untuk mengimbangi kerusakan radiasi yang ditimbulkannya.
Kemungkinan dan besar pajanan yang diperkirakan timbul dari suatu
pemanfaatan harus diperhitungkan dalam proses pembenaran.
(Hiswara, 2015)
Pajanan medik, sementara itu, harus mendapat pembenaran
dengan menimbang keuntungan diagnostik dan terapi yang
diharapkan terhadap kerusakan radiasi yang mungkin ditimbulkan.
Keuntungan dan risiko dari teknik lain yang tidak melibatkan pajanan
medik juga perlu diperhitungkan. (Hiswara, 2015)
58
2) Optimasi
Dalam kaitan dengan pajanan dari suatu sumber tertentu dalam
pemanfaatan, proteksi dan keselamatan harus dioptimisasikan agar
besar dosis individu, jumlah orang terpajan, dan kemungkinan
terjadinya pajanan ditekan serendah mungkin (ALARA, as low as
reasonably achievable). Dalam hal pajanan medik, tujuan optimisasi
adalah untuk melindungi pasien. Dosis harus dioptimisasikan
konsisten dengan hasil yang diinginkan dari pemeriksaan atau
pengobatan, dan risiko kesalahan dalam pemberian dosis dijaga
serendah mungkin. (Hiswara, 2015)
3) Limitasi
Jika prosedur pembenaran dan optimisasi telah dilakukan
dengan benar, sebenamya nilai batas dosis hampir tidak perlu
diberlakukan. Namun, nilai batas ini dapat memberikan batasan yang
jelas untuk prosedur yang lebih subyektif ini dan juga mencegah
kerugian individu yang berlebihan, yang dapat timbul akibat
kombinasi pemanfaatan. (Hiswara, 2015)
Nilai batas dosis (NBD) adalah dosis terbesar yang diizinkan
yang dapat diterima oleh pekerja radiasi dan anggota masyarakat
dalam jangka waktu tertentu tanpa menimbulkan efek genetik dan
somatik yang berarti akibat pemanfaatan tenaga nuklir. (Hiswara,
2015)
59
Untuk memastikan Nilai Batas Dosis bagi pekerja dan
masyarakat tidak terlampaui, Pemegang Izin wajib melakukan
Proteksi Radiasi terhadap Paparan Kerja sebagaimana yang dimaksud
dalam pasal 19 huruf b yaitu salah satunya adalah pemantauan dosis
perorangan. Pemantauan dosis perorangan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 26 huruf e dilakukan dengan menggunakan peralatan
pemantauan dosis perorangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28
ayat (3) huruf a yang meliputi dosimeter aktif dan/atau dosimeter
pasif. (BAPETEN, 2020)
a) Dosimeter aktif
Adalah dosimeter yang bisa langsung dibaca setelah pemakaian.
Penunjukan dosisnya bisa diberikan secara analog, seperti pada
dosimeter saku, atau secara digital, seperti pada dosimeter
elektronik personil (EPD). Berikut ini adalah contoh dari
dosimeter aktif perorangan: (Hiswara, 2015)
(a)
(b)
Gambar 2.9 (a) dosimeter saku, (b) dosimeter elektronik. (Hiswara, 2015)
b) Dosimeter pasif
Dosimeter yang digunakan dalam periode waktu tertentu sebelum
dievaluasi untuk ditentukan besar dosis radiasi yang diterimanya.
60
Termasuk diantaranya adalah dosimeter film, dosimeter
termoluminesensi (TLD), dan dosimeter gelas RPL. Berikut ini
adalah contoh dari dosimeter pasif perorangan: (Hiswara, 2015)
(a)
(b)
Gambar 2.30 (a) dosimeter film, (b) TLD. (Hiswara, 2015)
c.
Proteksi Radiasi External
1) Meminimalkan waktu (time)
Dosis untuk individu secara langsung berkaitan dengan durasi
paparan radiasi. Jika waktu selama yang mana terkena radiasi menjadi
dua kali lipat, paparannya akan digandakan. Selama pemeriksaan
radiografi, waktu pemaparan dijaga agar seminimal mungkin untuk
mengurangi gerakan. (Bushong, 2016)
2) Memaksimalkan jarak (distance)
Jika jarak antara sumber radiasi dan pekerja meningkat, paparan
radiasi menurun dengan cepat. Penurunan eksposur ini dihitung
menggunakan kebalikan hukum kuadrat. (Bushong, 2016)
Dalam radiografi, jarak dari sumber radiasi ke pasien biasanya
ditentukan oleh jenis pemeriksaan, dan teknolog radiologi diposisikan
di belakang penghalang pelindung. Upaya pengurangan bahaya radiasi
61
eksterna dapat dilakukan dengan bekerja sedapat mungkin pada jarak
yang sebesar-besarnya dari sumber. (Bushong, 2016)
3) Memakai pelindung (shielding)
Memposisikan pelindung (shielding) antara sumber radiasi dan
orang yang terpapar sangat mengurangi tingkat radiasi paparan. Perisai
yang digunakan dalam radiologi diagnostik biasanya terdiri dari timbal,
meskipun bahan bangunan konvensional juga digunakan. Penahan
struktur untuk melindungi bahaya akibat berkas langsung disebut
sebagai penahan radiasi primer, sedang penahan radiasi bocor dan
hambur disebut sebagai penahan radiasi sekunder. (Bushong, 2016)
d. Alat-Alat Proteksi Radiasi
Peralatan protektif radiasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
huruf b Peraturan Badan Pengawas Tenaga Nuklir Republik Indonesia
Nomor 4 Tahun 2020 meliputi: apron, pelindung tiroid, pelindung mata,
dan/atau sarung tangan. (BAPETEN, 2020)
1) Apron
Apron yang setara dengan 0,2 mm Pb, atau 0,25 mm Pb untuk
penggunaan pesawat sinar-X radiodiagnostik dan 0,35 mm Pb, atau
0,5 mm Pb untuk pesawat sinar-X radiologi intervensional. Tebal
kesetaran timah hitam harus diberi tanda secara permanen dan jelas
pada apron tersebut. (Hiswara, 2015)
62
Gambar 2.31 Apron timbal. (Hiswara, 2015)
2) Pelindung Tiroid
Pelindung tiroid yang terbuat dari bahan yang setara dengan 1 mm Pb.
Seperti pada gambar dibawah ini: (Hiswara, 2015)
Gambar 2.32 Pelindung tiroid. (Hiswara, 2015)
3) Pelindung Mata
Pelindung mata atau kacamata radiasi yang terbuat dari bahan
yang setara dengan 1 mm Pb. (Hiswara, 2015)
4) Sarung Tangan
Sarung tangan proteksi yang digunakan untuk fl uoroskopi harus
memberikan kesetaraan atenuasi paling kurang 0,25 mm Pb pada 150
63
kVp. Proteksi ini harus dapat melindungi secara keseluruhan,
mencakup jari dan pergelangan tangan. (Hiswara, 2015)
2.2 Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran peneliti dalam penatalaksanaan pemeriksaan schedel
pada kasus abses mandibula osteomyelitis adalah sebagai berikut:
INPUT
•teknik
pemeriksaan
menurut kajian
kepustakaan
•teknik
pemeriksaan
menurut SOP di
rumah sakit
PROSES
•penatalaksanaan
Pemeriksaan schedel
dengan klinis abses
mandibula
osteomyelitis di RSUD
Pantura M.A. Sentot
Patrol
OUTPUT
•SOP
•Alat pemeriksaan
•Hasil gambaran
radiograf
2.3 Definisi Operasional
Sesuai dari kerangka pemikiran di atas maka peneliti akan menjelaskan
unsur-unsur dalam kerangka pemikiran tersebut:
2.3.1 Input
a. Teknik pemeriksaan menurut kajian kepustakaan
Teknik pemeriksaan radiografi berdasarkan kajian kepustakaan dari
beberapa buku dan jurnal untuk menegakkan diagnosa abses mandibular
osteomyelitis.
64
b. Teknik pemeriksaan menurut SOP di rumah sakit
Teknik pemeriksaan radiografi menurut SOP di rumah sakit adalah
Standart Operasional Procedure dari teknik pemeriksaan radiografi uang
dilakukan untuk menegakkan diagnosa abses mandibula osteomyelitis.
2.3.2 Proses
Yang dimaksud dengan proses dari penelitian ini adalah melakukan
pemeriksaan schedel dengan klinis abses mandibula osteomyelitis sesuai SOP
di instalasi radiologi Rumah Sakit M.A. Sentot Patrol.
2.3.3 Output
a. SOP
Mengetahui SOP teknik pemeriksaan schedel pada klinis abses mandibula
osteomyelitis proyeksi AP dan lateral di Rumah Sakit Umum Daerah
Pantura M.A Sentot Patrol.
b. Alat pemeriksaan
Alat pemeriksaan yang dimaksud adalah alat yang digunakan dalam
melakukan teknik pemeriksaaan radiografi schedel pada klinis abses
mandibula osteomyelitis.
c. Hasil gambaran radiograf
Hasil gambaran radiograf membahas tentang teknik pemeriksaaan
radiografi schedel pada klinis abses mandibula osteomyelitis yaitu pada
hasil gambaran radiograf menampakan anatomi dari os mandibula.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, peneliti menggunakan
pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif pada kasus yang ditentukan
melalui observasi langsung dan melakukan penatalaksanaan pemeriksaan
radiografi schedel pada klinis abses mandibula osteomyelitis sesuai dengan
SOP.
3.2 Variabel dan Sub Variabel
Dalam penelitian ini, peneliti menetapkan variabel dan subvariabel
sebagai berikut:
3.2.1 Variabel
Variabel dalam penelitian ini adalah penatalaksanaan pemeriksaan radiografi
schedel dengan kasus abses mandibula osteomyelitis di Instalasi Radiologi
Rumah Sakit Umum Daerah Pantura M.A. Sentot Patrol.
3.2.2 Subvariabel
a) Teknik pemeriksaan radiografi menurut kajian kepustakaan untuk
menegakkan diagnosa abses mandibula osteomyelitis.
b) Teknik pemeriksaan radiografi menurut SOP yang diterapkan di rumah
sakit untuk menegakkan diagnosa abses mandibula osteomyelitis.
65
66
c) Standard Operating Procedure (SOP) pemeriksaan radiografi schedel
dengan klinis abses mandibula osteomyelitis.
d) Penatalaksanaan Pemeriksaan schedel pada klinis abses mandibula
osteomyelitis.
e) Alat pemeriksaan yang digunakan dalam teknik pemeriksaan radiografi
schedel pada klinis abses mandibula osteomyelitis.
f) Gambaran radiograf pemeriksaan radiografi schedel pada kasus abses
mandibula osteomyelitis.
3.3 Populasi dan Sampel
Dalam penelitian ini peneliti mengambil populasi dan sampel sebagai
berikut :
3.6.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini yaitu pasien dengan surat permintaan
pemeriksaan radiografi schedel sebanyak 34 pasien pada periode 1 Maret
2022 hingga 31 Maret 2022 di Rumah Sakit Umum Daerah M.A Sentot
Patrol.
3.6.2 Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah satu pasien dengan surat permintaan
pemeriksaan radiografi schedel pada klinis abses mandibula osteomyelitis di
Rumah Sakit Umum Daerah M.A Sentot Patrol dari tanggal 1 Maret 2022
hingga 31 Maret 2022.
67
3.4 Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan instrumen penelitian sebagai
berikut :
3.4.1 Formulir Data Pasien
Formulir data pasien adalah formulir yang berisi keterangan – keterangan dan
riwayat penyakit pasien yang akan dilakukan pemeriksaan.
3.4.2 Formulir Permintaan Pemeriksaan
Formulir permintaan pemeriksaan adalah suatu surat yang berisi tentang
identitas pasien, diagnosa penyakit, serta jenis pemeriksaan yang akan
dilakukan sesuai dengan permintaan dokter pengirim.
3.4.3 SOP Penatalaksanaan Pemeriksaan Radiografi
SOP penatalaksanaan pemeriksaan radiografi schedel adalah dokumen yang
berkaitan dengan prosedur yang dilakukan secara kronologis untuk
menyelesaikan pekerjaan yang bertujuan untuk memperoleh hasil kerja yang
paling efektif.
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Untuk melengkapi data-data yang diperlukan, peneliti mengumpulkan data
dengan menggunakan metode penelitian sebagai berikut :
3.5.1 Studi Pustaka (Library Research)
Peneliti melakukan pengumpulan data dengan mengambil literatur atau
referensi dari buku elektronik (e-book) dan jurnal sebagai dasar teori dalam
68
laporan kasus ini yang berhubungan dengan teknik pemeriksaan schedel pada
klinis abses mandibula osteomyelitis.
3.5.2 Observasi Lapangan
Peneliti melakukan pengamatan teknik pemeriksaan schedel dengan klinis
abses mandibula osteomyelitis pada tanggal 1 Maret 2022 hingga 31 Maret
2022 di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Umum Daerah M.A Sentot Patrol.
3.5.3 Mengikuti Pemeriksaan
Peneliti mengikuti penatalaksanaan pemeriksaan radiografi schedel dengan
klinis abses mandibula osteomyelitis pada tanggal 1 Maret 2022 hingga 31
Maret 2022 di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Umum Daerah M.A Sentot
Patrol.
3.6 Teknik Analisa Data
3.6.1 Studi Kepustakaan
Peneliti melakukan studi kepustakan kemudian melakukan analisa
terhadap penatalaksanaan pemeriksaan radiografi schedel dengan klinis abses
mandibula osteomyelitis meliputi posisi pasien, posisi objek, CP, CR, SID,
faktor eksposi, dan hasil gambaran.
3.6.2 Melakukan Pemeriksaan
Setelah melakukan penatalaksanaan pemeriksaan radiografi schedel
dengan klinis abses mandibula osteomyelitis meliputi posisi pasien, posisi
objek, CP, CR, SID, faktor eksposi, dan hasil gambaran. Selanjutnya dilakukan
analisa dari hasil keduanya.
69
3.7 Waktu dan Tempat Penelitian
3.7.1 Waktu Penelitian
Peneliti melakukan penelitian dan pengambilan data pada 1 Maret 2022
hingga 31 Maret 2022.
3.7.2 Tempat Penelitian
Tempat pengambilan data penelitian ini bertempat di Instalasi Radiologi
Rumah Sakit Umum Daerah Pantura M.A Sentot Patrol.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Hasil dari penelitian tentang penatalaksanaan pemeriksaan radiografi
schedel pada klinis abses mandibula osteomyelitis di Instalasi Radiologi
Rumah Sakit Umum Daerah Pantura M.A. Sentot Patrol didapatkan hasil
sebagai berikut :
4.1.1 Ruang Lingkup Rumah Sakit
a. Sejarah Rumah Sakit
Kesehatan merupakan salah satu hak asasi manusia yang harus
diupayakan pemerintah. Rumah Sakit Umum adalah Rumah Sakit yang
memberikan pelayanan kesehatan yang bersifat dasar Spesialistik dan Sub
Spesialistik.
Untuk mengupayakan kesehatan banyak orang, pemerintah mulai
membangun secara bertahap Rumah Sakit Umum Pantura M.A Sentot
yang berada di Indramayu pada tahun 2004. Kemudian baru pada tahun
2008 Rumah Sakit Umum Pantura mulai digunakan dengan fasilitas 40
tempat tidur, rawat jalan dan rawat inap, 4 spesialis dasar yaitu spesialis
bedah, spesialis dalam, spesialis anak, dan spesialis kandungan.
Penambahan fasilitas Sumber Daya Manusia, sarana dan prasarana terus
dilakukan. Hingga pada tahun 2009 dilakukan penambahan fasilitas,
70
71
iantaranya penambahan 30 tempat tidur menjadi 70 tempat tidur,
penambahan 2 spesialis anastesi, dan orthopedi (tulang), dan dokter gigi.
b. Struktur Organisasi Rumah Sakit
c.
Gambar 4.1 Struktur Organisasi RSUD Pantura M.A Sentot Patrol
(©Copyright 2018 - IT RSUD Pantura M.A Sentot Patrol)
c. Fasilitas dan Pelayanan Rumah Sakit
Fasilitas dan pelayanan di Rumah Sakit Umum Daerah Pantura M.A
Sentot Patrol adalah sebagai berikut:
Tabel 4.1 Fasilitas dan pelayanan Rumah Sakit Umum Daerah Pantura
M.A Sentot Patrol (©Copyright 2018 - IT RSUD Pantura M.A Sentot
Patrol)
Fasilitas Pelayanan
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
Instalasi Bedah Sentral
Bank Darah Rumah Sakit (BDRS)
Hemodialisa
Instalasi Gawat Darurat (IGD)
Farmasi
Rawat Jalan
Pelayanan Obstetrik Neonatal Emergensi
Komprehensif (PONEK)
72
Fasilitas Penunjang
Fasilitas Rawat Jalan
8)
1)
2)
3)
4)
5)
6)
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
Ambulance
Rekam Medis
Laboratorium
IPRS
Radiologi
Mortuary
K3 RS
Poliklinik Syaraf
Poliklinik Bedah
Poliklinik Penyakit Dalam
Poliklinik Anak
Poliklinik Bedah Syaraf
Poliklinik Obgyn
Poliklinik Paru
Poliklinik Gigi
9) Poliklinik DOTS
Fasilitas Rawat Inap
1) Perawatan Khusus dan Intensif
a) ICU
b) Ruang Isolasi
c) Ruang Perawatan Bayi
2) Perawatan Umum
a) Ruang Perawatan Kelas VIP
b) Ruang Perawatan Kelas I
c) Ruang Perawatan Kelas II
d) Ruang Perawatan Kelas III
d. Sumber Daya Manusia Rumah Sakit
Sumber Daya Manusia (SDM) pada Rumah Sakit Umum Daerah Pantura
M.A Sentot Patrol adalah sebagai berikut:
Tabel 4.2 Tabel jumlah Sumber Daya Manusia (SDM) di RSUD Pantura
M.A Sentot Patrol
Dokter
(Total = 32 dokter)
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
9)
10)
11)
12)
Anastesi : 1
Kesehatan Anak : 1
Bedah : 2
Syaraf : 1
THT : 1
Kandungan atau Obgyn : 2
Paru : 1
Gigi : 1
Kesehatan Jiwa :1
Penyakit Dalam : 2
Bedah Mulut : 1
Bedah Syaraf :1
73
Kepala Ruangan
(Total = 14 Kepala Ruangan)
13) Radiologi : 1
14) Patologi Klinik : 2
15) Rehabilitasi medik : 1
16) Dokter Umum : 13
1) Kepala Ruangan IGD
2) Kepala Ruangan IGD Kebidanan
3) Kepala Ruangan Hemodialisa
4) Kepala Ruangan Perinatologi
5) Kepala Ruangan Radiologi
6) Kepala Ruangan Laboratorium
7) Kepala Ruangan IPCN
8) Kepala Ruangan CSSD
9) Kepala Ruangan Poli Rajal
10) Kepala Ruangan Rajungan
11) Kepala Ruangan Bandeng
12) Kepala Ruangan Tenggiri
13) Kepala Ruangan Blanak
14) Kepala Ruangan Etong
4.1.2 Ruang Lingkup Instalasi Radiologi
a.
Jenis Pelayanan Radiologi
Beberapa pelayanan yang tersedia di Instalasi Rumah Sakit Umum
Daerah Pantura M.A Sentot Patrol adalah sebagai berikut:
Tabel 4.3 Tabel jenis pemeriksaan di RSUD Pantura M.A Sentot Patrol
Sinar-x Konvensional
Ultrasonografi (USG)
Panoramic
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
9)
10)
11)
12)
1)
2)
Schedel
Thorax
Abdomen
Ektremitas Atas
Ektremitas Bawah
Columna Vertebrae
Pelvis
Upper Abdomen
Lower Abdomen
Thyroid
Mamae
Testis
Prostat
Scrotal
Parotis
Vena/Arteri 1 sisi
Transcranial
Muskuluskoletal
Guiding Biopsy
Dental
Chepalometri
74
b.
Sumber Daya Manusia Instalasi Radiologi
Jumlah Sumber Daya Manusia yang ada di Instalasi Radiologi RSUD
Pantura M.A Sentot adalah sebagai berikut :
Tabel 4.4 Tabel jumlah Sumber Daya Manusia
di Instalasi Radiologi Rumah Sakit M.A Sentot Patrol
Jabatan
Kepala Ruangan
Dokter Radiologi
Petugas Proteksi Radiasi
Radiografer
Administrasi
Cleaning Service
Jumlah (orang)
1
1
1
7
1
1
c. Struktur Organisasi Instalasi Radiologi
Berikut ini adalah bagan struktur organisasi Instalasi Radiologi RSUD
Pantura M.A Sentot Patrol:
Gambar 4.2 struktur organisasi di Rumah Sakit Umum Daerah Pantura
M.A Sentot Patrol
75
d. Peralatan Pemeriksaan
Peralatan pemeriksaan radiografi di instalasi Rumah Sakit Umum Daerah
Pantura M.A Sentot Patrol meliputi:
1) Pesawat
Berikut ini adalah beberapa jenis pesawat radiografi yang tersedia di
Rumah Sakit Umum Daerah Pantura M.A Sentot Patrol:
Tabel 4.5 Tabel jenis pemeriksaan di RSUD Pantura M.A Sentot Patrol
Nama Pesawat
X-Ray General
Purpose
Panoramic &
Chephalometry 200D
Ultrasonografi
Merk
Tipe
No Seri
MindRay
DigiEye760
B3C39000059
Instrumentarium
Dental 200D
D-0515
8M 05693
GE
57 Expert
500214SUI
2) Perlengkapan Proteksi Radiasi
Berikut ini adalah beberapa jenis perlengkapan proteksi radiasi yang
tersedia di Rumah Sakit Umum Daerah Pantura M.A Sentot Patrol:
Tabel 4.6 Tabel jenis perlengkapan proteksi radiasi
di RSUD Pantura M.A Sentot Patrol
Jenis Perlengkapan
Jumlah
Tabir Pelindung
1
Apron
5
Pelindung Tiroid
4
76
3) Jumlah Jenis Pemeriksaan Pelayanan Radiologi
Berikut ini adalah jumlah pemeriksaan radiografi selama peneliti
melakukan penelitian pada bulan Maret tahun 2022 di Instalasi
Radiologi Rumah Sakit Pantura M.A Sentot Patrol:
Diagram 4.1 Jumlah jenis pemeriksaan radiografi konvensional pada bulan maret
di RSUD Pantura M.A Sentot Patrol
Berdasarkan
penyajian
data
diatas,
didapatkan
jumlah
pemeriksaan radiografi konvensional paling sering dilakukan adalah
pemeriksaan
radiografi
thorax
dan
pemeriksaan
radiografi
konvensional paling jarang dilakukan adalah pemeriksaan radiografi
pelvis.
Sedangkan untuk pemeriksaan radiografi schedel di Rumah
Sakit Umum Daerah Pantura M.A Sentot Patrol terbagi menjadi
beberapa jenis pelayanan pemeriksaan seperti schedel AP / lateral,
Water’s, os nasal, os mandibula, TMJ, Schuller, dan Stenvers. Berikut
77
ini adalah jumlah pemeriksaan radiografi schedel selama peneliti
melakukan penelitian pada bulan maret tahun 2022 di Rumah Sakit
Umum Daerah Pantura M.A. Sentot Patrol:
Diagram 4.2 Jumlah jenis pemeriksaan radiografi konvensional pada bulan maret di
RSUD Pantura M.A Sentot Patrol
Berdasarkan
penyajian
data
diatas,
didapatkan
jumlah
pemeriksaan radiografi schedel paling sering dilakukan adalah
pemeriksaan radiografi schedel AP / Lateral dan pemeriksaan paling
jarang dilakukan adalah pemeriksan radiografi schuller. Sedangkan
untuk pemeriksaan os mandibula, os nasal, TMJ, dan stenvers peneliti
tidak menemukan pemeriksaan tersebut selama melakukan penelitian
pada bulan maret tahun 2022.
78
4.1.3 Penatalaksanaan Pemeriksaan
a.
Alur Pemeriksaan
Di Instalasi Radiologi RSUD Pantura M.A Sentot Patrol setiap pelayanan
radiologi mengikuti alur pemeriksaan sebagai berikut:
1) Pasien datang ke bagian instalasi radiologi dengan membawa surat
permintaan foto Rontgen dari IGD / Rawat Inap / Poliklinik /
Rujukan dokter luar Rumah Sakit
2) Petugas administrasi mengidentifikasi dan menulis identitas pasien
pada buku register radiologi
3) Pasien diinstruksikan agar melakukan persiapan pasien sebelum
dilakukan pemeriksaan
4) Petugas administrasi mengidentifikasi identitas pasien melalui
billingan computer, kemudian membagi menjadi 2 kategori yaitu
pasien umum / non asuransi dan pasien BPJS / Asuransi.
a) Jika pasien BPJS / Asuransi maka bisa langsung dilakukan
pemeriksaan karena sudah memenuhi persyaratan pembayaran
foto Rontgent
b) Jika pasien umum / non Asuransi maka pasien diinstruksikan
agar membayar terlebih dahulu biaya pemeriksaan foto Rontgen
di kasir.
5) Pasien dipanggil masuk kedalam ruang pemeriksaan serta
dikonfirmasi kembali agar tidak terjadi kesalahan informasi identitas
79
pasien, dilanjutkan pemeriksaan radiologi sesuai dengan surat
permintaan foto Rontgen dan dilakukan expose
6) Kemudian hasil gambaran radiograf yang sudah tercetak diantar ke
ruang dokter radiologi untuk mendapatkan expertise dari dokter
radiologi
7) Terakhir jika sudah mendapatkan expertise dari dokter radiologi,
hasil berupa foto rontgen dan expertise dimasukan kedalam amplop
dan diserahkan kepada pasien atau keluarga pasien.
b.
Identifikasi Pasien
Pada hari Selasa, 8 Maret 2022 pasien bernama Tn. C berumur 20
tahun mendaftarkan ke Instalasi Radiologi Rumah Sakit Umum Daerah
Pantura M.A Sentot Patrol untuk pemeriksaan radiografi schedell. Pasien
datang mengeluh sering merasa sakit dan keluar nanah pada bagian body
of mandibula. Pasien membawa surat permintaan pemeriksaan radiologi
schedell AP dan Lateral dengan diagnosa abses mandibula sinistra
osteomyelitis dari poliklinik bedah dengan data sebagai berikut :
Tanggal
: 8 Maret 2022
No. Register
: 18x.xxx
Nama
: Tn. C
Umur
: 20 th
Jenis Kelamin
; Laki-Laki
Permintaan Foto
: Schedell AP dan Lateral
80
Diagnosa
: Abses mandibula (s), Osteomyelitis
Dokter Pengirim
: dr. Wahyu Waspodo, Sp.B
Ruang
: Poliklinik Bedah
Pada kasus ini, prosedur pemeriksaan diagnostik yang dilakukan di
Instalasi Radiologi Rumah Sakit Pantura M.A Sentot Patrol
menggunakan Proyeksi AP dan Lateral untuk pemeriksaan schedel.
Pemeriksaan radiografi schedel dilakukan untuk menegakkan diagnosa
dokter dan mengetahui perkembangan osteomyelitis yang terjadi pada
mandibula pasien serta membahas kesesuaian pemeriksaan di lapangan
dengan teori yang ada.
c.
Persiapan Pemeriksaan
1) Persiapan Pasien
Seluruh aksesoris logam yang dipakai pada daerah yang akan
dilakukan pemeriksaan dipersilakan dilepas.
2) Persiapan Alat
Alat yang digunakan dalam teknik pemeriksaan radiografi ini
menggunakan Digital Radiography (DR) MINDRAY DIGIEYE
760 seperti gambar 4.2, dengan penjelasan sebagai berikut:
81
Gambar 4.3 Digital Radiography MINDRAY DIGIEYE 760
(RSUD Pantura M.A Sentot Patrol Maret 2022)
a) Tube Sinar-x
(1) Merk
: TOSHIBA ROTANODETM
(2) Manufactured
: Juli 2013
(3) Unit Model
: E7876X
(4) Serial Number
: 13G731
(5) kV Masimum
: 120 kV
Gambar 4.4 Tube Sinar-x TOSHIBA ROTANODETM
(RSUD Pantura M.A Sentot Patrol 2022)
82
b) Flat Panel Detector
(1) Merk
: MINDRAY
(2) Model
: DSD3801
(3) Serial Number
: B3F3A000056
Gambar 4.5 Flat Panel Detector MINDRAY
(RSUD Pantura M.A Sentot Patrol 2022)
c) Komputer
Berikut ini adalah gambar komputer yang ada di Rumah Sakit
Umum Daerah Pantura M.A. Sentot Patrol, terdapat sistem
komputer Digital Radiography (DR) (kiri), dan computer CCTV
(kanan) sebagai berikut:
Gambar 4.6 Komputer Digital Radiography (DR)
(RSUD Pantura M.A Sentot Patrol 2022).
83
d) Printer DRYSTAR 5302
Berikut ini adalah gambar printer pada sistem Digital
Radiography (DR) yang ada di Rumah Sakit Umum Daerah
Pantura M.A Sentot Patrol dengan merk DRYSTAR 5302
sebagai berikut:
Gambar 4.7 Printer DRYSTAR 5302
(RSUD Pantura M.A Sentot Patrol 2022)
e) Meja Pemeriksaan
Berikut ini adalah gambar meja pemerikaan yang sudah
dilengkapi dengan roda pada Rumah Sakit Umum Daerah
Pantura M.A. Sentot Patrol:
Gambar 4.8 Meja pemeriksaan Digital Radiography (DR)
(RSUD Pantura M.A Sentot Patrol 2022)
84
d.
Proteksi Radiasi : Pada teknik pemeriksaan ini yang dilakukan di
RSUD Pantura M.A. Sentot Patrol tidak memakai perlengkapan
proteksi radiasi dan tidak memakai alat bantu fiksasi. Oleh karena
itu, upaya yang dilakukan adalah dengan menggunakan faktor
eksposi seoptimal mungkin sehingga dapat mengurangi dosis yang
diterima pasien tanpa mengurangi kualitas gambar radiografi.
e.
Teknik Pemeriksaan
Pemeriksaan yang dilakukan pada RSUD Pantura M.A Sentot
Patrol adalah teknik pemeriksaan radiografi schedell dengan
proyeksi AP dan lateral.
a) Proyeksi AP
(1) Posisi Pasien : Pasien diposisikan supine atau berdiri
membelakangi kaset.
(2) Posisi Objek : Atur agar MSP tubuh tegak lurus meja
pemeriksaan,selanjutnya atur mid line kepala pasien
pada tengah – tengah kaset dengan garis OML tegak
lurus dengan film.
(3) Central Ray : Vertikal tegak lurus film
(4) Center Point : glabela
(5) Faktor Eksposi : Tegangan = 70 kV ; mili Ampere =
160 mA ; waktu = 0,2 s
(6) Source Image Distance : 90 cm
85
(7) Struktur yang terlihat : Memperlihatkan gambaran
Tulang frontal, crista galli, internal auditory canal,
sinus ethmoid, petrous ridges, greater dan lesser wings
of sphenoid, dan dorsum sellae terlihat, seperti pada
gambar 4.8
Gambar 4.9 Hasil gambar radiograf schedell proyeksi AP
b) Proyeksi Lateral
(1) Posisi
Pasien
:
Pasien
diposisikan
semiprone
(telungkup)
(2) Posisi Objek : sisi kepala yang akan diperiksa
menempel pada meja pemeriksaan, lengan lurus
disamping tubuh dan lengan oposisi fleksi
(3) Central Ray : Vertikal tegak lurus film
(4) Center Point : titik 2,5 cm arah superior, 2,5 cm arah
anterior dari MAE
86
(5) Faktor Eksposi : Tegangan = 70 kV ; mili Ampere : 160
mA ; waktu = 0,2 s
(6) Source Image Distance : 90 cm
(7) Struktur yang Terlihat : Memperlihatkan seluruh
schedell dan kedua tulang parietal dari schedell yang
saling superposisi. Serta seluruh sella turcica, termasuk
anterior dan posterior clinoid process dan dorsum sellae
juga nampak. Seperti pada gambar 4.9
Gambar 4.10 Hasil gambar radiograf schedell proyeksi Lateral
f.
Expertise
Hasil expertise:
 Tabula eksterna, tabula interna dan diploe dalam batas
normal
 Vascular dan convolutional marking dalam batas normal
 Sella turcica normal
 Sutura tidak melebar
 Tidak tampak kalsifikasi
 Tidak tampak jelas adanya garis fraktur
4.1.4 Analisa Daftar Kepustakaan
Peneliti mengambil hasil dengan cara mereview literature yang sesuai topik yaitu pemeriksaan os mandibula, yaitu didapatkan 3 e
book serta 1 naskah publikasi case study dari lama repository Poltekkes Kemenkes Tasikmalaya. Berikut ini adalah tabel analisa
daftar kepustakaan yang telah peneliti temukan berdasarkan referensi e-book, naskah publikasi, dan SOP di RSUD Pantura M.A
Sentot Patrol tentang teknik pemeriksaan radiografi schedell dan SOP di RSUD Pantura M.A Sentot Patrol:
Tabel 4.3 Analisa daftar kepustakaan berdasarkan berdasarkan referensi e-book, jurnal, dan SOP di RSUD Pantura M.A Sentot Patrol
JUDUL
Bontrager’s Textbook
Of Radiographic
Positioning And
Related Anatomi,
Ninth Edition
John P. Lampignano
Leslie E. Kendrick
PENULIS
Merill’s Atlas Of
Radiographic Positioning
And Radiologic
Procedures, vol 1, 13
edition
Bruce W. Long
Jeannean Hall Rollins
Barbara J. Smith
Clark’s Positioning In
Radiography Thirteen
Edition
A.Stewart Whitley, at all.
Prosedur Pemeriksaan
Radiografi Mandibula
Pada Kasus Fraktur di
Instalasi Radiologi
Rumah Sakit Bethesda
Yogyakarta
Abimayu Putra Raharja
SOP di Rumah Sakit
Umum Daerah Pantura
M.A Sentot Patrol
SOP RSUD Pantura M.A
Sentot Patrol
88
Elsevier
Elsevier
CRC Press, Taylor &
Francis Group
Repository
Semarang
Poltekkes
RSUD Pantura M.A Sentot
Patrol
2018
2016
2016
2020
2017
Menggunakan teknik
pemeriksaan radiografi
mandibula dengan pro
yeksi axiolateral atau
axiolateral oblique, PA
atau PA Axial, AP axial
(Towne methode)
Pemeriksaan ini tidak
memerlukan pemeriksa
an
pasien
secara
khusus, hanya saja
pasien diinstruksikan
agar melepas semua
benda
logam atau
plastik dari kepala dan
leher
Menggunakan teknik pemriksaan radiografi mandibula dengan proyeksi axiolateral, axiolateral oblique
dan submentovertical
Menggunakan
teknik
pemeriksaan radiografi
mandibula
dengan
proyeksi lateral 30o, PA,
dan PA Oblique
Menggunakan
proyeksi
Waters dan Orthopanto
mografi (OPG)
Menggunakan
teknik
pemeriksaan
radiografi
schedell dengan proyeksi
AP dan lateral
Tidak
disebutkan
atau
dijelaskan secara spesifik
Melepas benda metal atau
benda yang bersifat
radiopaque dari pasien
Pemeriksaan
radiografi
mandibula pada kasus
fraktur dilakukan tanpa
persiapan khusus. Pasien
hanya melepas benda
logam di area kepala
pasien.
Seluruh aksesoris logam
yang dipakai pada daerah
yang
akan
dilakukan
pemeriksan dipersilakan
dilepas
PUBLIKASI
TAHUN
PROYEKSI
PERSIAPAN
PASIEN
89
PERSIAPAN
ALAT DAN
BAHAN
POSISI
PASIEN
 Pesawat sinar-x
 Kaset
berukuran
18x24 cm atau 24x30
cm
 Grid
 Pengganjal sponge
 Pesawat sinar-x
 Kaset berukuran 18x24 cm
atau 24x30 cm
 Pengganjal sponge
 Pesawat sinar-x
 kaset berukuran 18x24
cm
1) Axiolateral dan axio 1) Axiolateral
dan
axio 1) lateral 30o Cranial
lateral oblique :
lateral oblique
Pasien
diposisikan
Pasien diposisikan
Tempatkan pasien dalam
supine diatas meja
erect atau recumbent
posisi duduk, semiprone,
pemeriksaan
atau semisupine
2) PA atau PA Axial :
2) PA
Pasien
diposisikan 2) Submentovertical
Pasien
diposisikan
erect atau prone
Tempatkan pasien dalam
erect
atau
duduk
posisi supine
menghadap
bucky
stand
3) AP Axial (Towne
methode) : Pasien
3) PA Oblique
diposisikan erect atau
Pasien
diposisikan
prone
erect
atau
duduk
menghadap
bucky
stand
 Pesawat sinar-x
 Bucky stand
 Image Receptor ukuran
18x24 cm
 Computed Radiography
 Alat fiksasi
 Dry Viewer
 Dry Printer
1) Proyeksi Waters
 Pesawat sinar-x digital
radiografi (DR)
 Flat Panel Detector
 Meja Pemeriksaan
 Komputer DR
 Printer DR
1) AP
Pasien
diposisikan
supine diatas meja
Proyeksi
Waters
pemeriksaan
dilakukan
denganpasienduduk
menghadap
bucky 2) Lateral
Semiprone (telungkup)
stand
diatas
meja
.
pemeriksaan
2) OPG
Proyeksi OPG dilaukan
dengan posisi pasien
duduk tegak pada kursi
pemeriksaan
90
POSISI
OBJEK
1) Axiolateral
dan 1) Axiolateral dan axiolateral 1) lateral 30o Cranial
axiolateral oblique
oblique
a) Sinar vertical
a) Ramus : Posisikan
a) Ramus : tahan kepala
(1) Tempelkan sisi
kepala
pasien
pasien agar pada
wajah
yang
dalam posisi true
posisi true lateral
akan diperiksa
lateral
b) Body : rotasi kepala
ke kaset
b) Rotasi10o-15o:
pasien 30o
(2) MSP
harus
posisi
untuk
c) Symphisis : rotasi
sejajar dengan
mengambarkan
kepala pasien 45o
kaset
dan
90andibular.
interpupillary
c) Rotasi 30o : posisi 2) Submentovertical
line tegak lurus
terbaik
untuk
a) Atur agar IOML sejajar
satu sama lain
memperlihatkan
mungkin
dengan
b) Sinar Horizontal
body of mandible
bidang kaset
(1) Dilakukan
d) Rotasi 45o : posisi
b) Ketika leher pasien
untuk
pasien
terbaik
untuk
tidak
bisa
trauma ketika
memperlihatkan
dipanjangkan, cukup
pasien tidak bisa
mentum
dengan IOML sejajar
dipindahkan
2) PA atau PA Axial
dengan bidang kaset,
(2) Pasien
a) Istirahatkan dagu
sudut pada bucky stand
diposisikan
dan hidung pasien
dan menempatkanya
supine dengan
diatas
meja
sejajar dengan IOML
MSP pada sudut
pemeriksaan atau
kanan dari meja
bucky stand
pemeriksaan
b) Kerutkan dagu,
atur agar OML
tegak
lurus
dengan dengan IR
c) Atur agar MSP
tegak
lurus
dengan
garis
tengah dari grid
atau
meja
pemeriksaan
1) Proyeksi Waters
1)
Mengatur
kepala
pasien ditengah kaset,
leher di ekstensikan
sehingga MML tegak
lurus bidang kaset.\
AP
MSP tubuh tegak lurus
meja
pemeriksaan,
selanjutnya atur mid
line kepala pasien pada
tengah – tengah kaset
dengan garis OML
tegak lurus film
2) OPG
ketinggian dagu di
sesuaikan
sehingga 2) Lateral
IOML sejajar bidang
Sisi kepala yang akan
horizontal.
dagu
diperiksa
menempel
diposisikan pada blok
pada
meja
dagu, dan ujung lidah
pemeriksaan, lengan
digigit
untuk
lurus disamping tubuh
menggantikan fungsi
dan lengan oposisi
blok gigitan
fleksi.
91
(pastikan
tidak
ada rotasi pada
kepala)
3) AP axial (Towne
methode)
a) Istirahatkan
bagian posterior
skull pasien pada
meja pemeriksaan
atau bucky stand
b) Kerutkan dagu,
atur agar OML
tegak lurus ke IR,
atau tempatkan
IOML tegak lurus
dan tambah sudut
CR = 7o
c) Atur MSP tegak
lurus ke garis
tengah dari grid
atau
meja
pemeriksaan
untuk mencegah
adanya
pergeseran atau
rotasi pada kepala
2) PA
(1) MSP pasien harus
bertepatan dengan
garis tengah dari
bucky atau receptor
dan
sesuaikan
kepala agar orbitometal
baseline
tegak lurus dengan
bucky atau receptor
(2) MSP harus tegak
lurus
terhadap
receptor. Cek agar
kedua
EAM
berjarak sama dari
bucky atau receptor
3) PA Oblique
MSP pasien harus tepat
pada garis tengah
bucky atau receptor
dan kepala diatur agar
orbito-meatal baseline
tegak lurus dengan
receptor
92
CENTRE
POINT
1) Axiolateral
dan 1) Axiolateral dan axiolateral 1) lateral 30o Cranial
1) Proyeksi Waters
axiolateral oblique
oblique
5 cm inferior dari angle
Sinar diarahkan agar
Mengarahkan agar
Lurus melalui mandibula
of mandibula yang jauh
keluar pada acanthion
central ray keluar
yang dekat dengan kaset
dari kaset
pada mandibula yang
2) OPG
dekat dengan kaset 2) Submentovertical
2) PA
Tidak disebutkan atau
dan berada pada
Pada pertengahan angles of
Berada
pada
dijelaskan
secara
tengah kaset
mandible
pertengahan angles of
spesifik
mandible
2) PA atau PA Axial
a) PA: diatur agar
3) PA Oblique
titik bidik keluar
5 cm dari garis tengah
pada angle of mandible
pada
yang tidak menempel
persambungan
kaset
bibir
b) PA Axial: diatur
agar titik bidik
keluar
pada
acanthion
3) AP axial
methode)
(Towne
Tempatkan
pertengahan CR 1
inch
(2,5
cm)
superior ke glabela
1) Proyeksi AP
Glabela
2) Proyeksi Lateral
Titik 2,5 cm arah
superior, 2,5 cm arah
anterior dari MAE
93
CENTRAL
RAY
1) Axiolateral
dan 1) Axiolateral dan axiolateral 1)lateral 30o Cranial
1) Proyeksi Waters
axiolateral oblique
oblique
Membentuk sudut 30o
Horizontal tegak lurus
Central ray dengan
Arahkan 25o cephalad
Cranially
dengan kaset
sudut 25o cephalad
lurus melalui mandibula
untuk pasien trauma,
yang dekat dengan IR
2) PA
2) OPG
sudut central ray bisa
Tegak lurus terhadap
ditambah 5o-10o ke 2) Submentovertical
receptor
Arah sinar horizontal
bagian posterior
Tegak lurus dengan IOML
melalui kolimasi yang
3) PA Oblique
sempit dan berputar.
Tegak lurus terhadap
receptor
2) PA atau PA Axial
a) PA: tegak lurus
dengan kaset
b) PA Axial: sudut
central ray 20o25o cephalad
Vertikal
detector
3) AP Axial (Towne
methode)
Sudut 35o - 40o
caudad
SID / FFD
Minimum SID yang
digunakan adalah 40
inches atau 100 cm
SID = 40 inchi atau 100 cm
Tidak disebutkan atau
dijelaskan secara spesifik
1) Proyeksi waters
100 cm
2) OPG
Tidak disebutkan atau
dijelaskan
secara
spesifik
90 cm
tegak
lurus
94
1) Axiolateral
dan 1) Axiolateral dan axiolateral
axiolateral oblique
oblique
kV analog = 70 – 80
Tegangan = 80 kV
kV
kV digital = 75 – 85 2) Submentovertical
kV
Tegangan = 85 kV
FAKTOR
EKSPOSI
2) PA atau PA Axial
kV analog = 75 – 85
kV
kV digital = 80 – 90
kV
Tidak disebutkan atau
dijelaskan secara spesifik
1) Proyeksi Waters
Tegangan = 75 kV
mAs = 16 mAs
Tegangan = 70 kV ; mili
Ampere = 160 mA
Waktu = 0,2 s
mAs = 32
2) OPG
Tegangan = 80 kV
Arus = 10 mA,
Waktu = 12 sec.
3) AP Axial (Towne
methode)
kV analog = 75 – 85
kV
kV digital = 80 – 90
kV
1)Axiolateral
dan 1) Axiolateral dan axiolateral 3) lateral 30o Cranial
1) Proyeksi Waters
1) AP
axiolateral oblique
oblique
Proyeksi
Waters
Memperlihatkan
(1) Ramus dan body: tidak
digunakan
untuk
gambaran
Tulang
Body dan ramus dari
Ramus,
ada
overlap
dari
ramus
melihat
tulang
tulang
frontal,
crista
galli,
kedua
sisi
mandibula
condyloid,
sisi yang lain dari
maxillo facial seperti
internal auditory canal,
harusnya
tidak
coronoid process,
mandibula,
tidakada
sinus dan Maxilla
sinus ethmoid, petrous
superimposisi
body, dan mentum
pemanjangan ukuran
ridges, greater dan lesser
KRITERIA
of mandible yang
dari ramus atau body,
wings of sphenoid, dan
gambar
harus 2) OPG
RADIOGRAF
dan
tidak
superimposisi
proyeksi
OPG
dorsum sellae terlihat
mencakup
dekat dengan IR
antara
ramus
dengan
digunakan
untuk
keseluruhan
terlihat jelas
cervical spine
melihat
mandibula 2)Lateral
mandibula dari TMJ
secara keseluruhan dari
hingga
symphysis
(2) Symphysis:
tidak
2)PA atau PA Axial
Memperlihatkan
angulus kiri ke kanan
menti.
overlap
bagian
mentum
(1) PA: mandibula
seluruh schedell dan
sisi lain dari mandibula
rami dan bagian
kedua tulang parietal
95
lateral dari body
,
tidak
ada 4) PA
of
mandible
Semua
mandibula
pemanjangan ukuran
terlihat
dari
bawah
TMJ
dari bagian mentum
(2) Opsional
PA
hingga
symphysis
Axial:
bagian
menti harus masuk
TMJ dan kepala 2) Submentovertical
kedalam gambaran
Proyeksi
SMV
dari
condyloid
dan tidak ada indikasi
mandibula
body
processes terlihat
rotasi pada gambaran
menampilkan
coronoid
dengan baik
dan condyloid processes 5) PA Oblique
3)AP axial (Towne
dari rami
Symphysis menti
methode)
harus
terlihat
Condyloid
processes
of
mandible dan TM
fossae
tanpa
adanya
superimposisi
dengan cervical
spine
dari schedell yang
saling
superposisi.
Serta seluruh sella
turcica,
termasuk
anterior dan posterior
clinoid process dan
dorsum sellae juga
nampak
96
4.2 Pembahasan
Setelah peneliti melakukan studi kepustakaan menggunakan 3 buku dan
1 naskah publikasi serta melakukan observasi tentang penatalaksanaan
pemeriksaan radiografi schedel pada kasus abses mandibula osteomyelitis
maka penulis akan membahas tentang SOP di Rumah Sakit dan menganalisa
kajian kepustakaan dengan SOP di Rumah Sakit, maka peneliti akan
membahas hal hal sebagai berikut:
4.2.1 Ruang Lingkup Rumah Sakit Umum Daerah Pantura M.A. Sentot Patrol
Rumah Sakit Umum Daerah Pantura M.A Sentot Patrol yaitu salah satu
Rumah Sakit Pemkab Indramayu yang berwujud RSU dan dinaungi oleh
Pemda Kabupaten. Rumah Sakit ini mulai dibangun pada tahun 2004 oleh
pemerintah dan mulai pembangun secara hingga kemudian pada tahun 2008
Rumah Sakit Umum Daerah Pantura M.A. Sentot Patrol mulai digunakan
dengan fasilitas 40 tempat tidur untuk rawat inap dan pelayanan rawat jalan,
4 spesialis dasar yaitu spesialis anak, spesialis kandungan, spesialis bedah,
dan spesialis dalam. Penambahan fasilitas Sumber Daya Manusia, sarana dan
prasarana terus melakukan perubahan.
4.2.2 Instalasi Radiologi Rumah Sakit Umum Daerah Pantura M.A. Sentot Patrol
Instalasi Radiologi Rumah Sakit Umum Daerah Pantura M.A Sentot
Patrol memiliki fasilitas pelayanan seperti foto rontgen konvensional tanpa
kontras, USG, dan panoramic. Mempunyai pesawat sinar-x konvensional
berupa digital radiography dengan merk MindRay, pesawat USG dengan
merk GE, dan pesawat panoramic dengan merk Instrumentarium Dental
97
200D. Selama peneliti melakukan penelitian pada bulan Maret tahun 2022,
didapatkan data bahwa pemeriksaan radiografi konvensional yang paling
sering dilakuan adalah pemeriksaan radiografi thorax dan pemeriksaan yang
paling jarang dilakukan adalah pemeriksaan radiografi pelvis.
4.2.3 SOP Penatalaksanaan di Rumah Sakit Umum Daerah Pantura M.A. Sentot
Patrol
SOP penatalaksanaan pemeriksaan radiografi yang dilakukan di Rumah
Sakit M.A. Sentot Patrol dalam menegakkan diagnosa abses mandibula
osteomyelitis adalah dengan melakukan teknik pemeriksaan radiografi
schedel dengan proyeksi AP dan lateral.
4.2.4 Tahapan Persiapan Alat
Alat yang digunakan dalam pemeriksaan radiografi schedel pada
kasus abses mandibula osteomyelitis di Instalasi Radiologi Rumah Sakit
M.A. Sentot Patrol adalah menggunakan pesawat digital radiografi merk
MindRay dengan type DigiEye760 dan no serial B3C39000059, detector
dengan merk MINDRAY, komputer DR, Printer DR dengan Merk
DRYSTAR, dan meja pemeriksaan.
4.2.5 Tahapan Pemeriksaan
Pada tanggal 8 maret 2021, pasien Tn. C datang ke Instalasi Radiologi
Rumah Sakit Umum Daerah Pantura M.A Sentot Patrol dengan keluhan
sering terasa sakit pada abses yang terletak di bagian bawah mandibula
tepatnya pada body of mandible, dan sering mengeluarkan nanah, membawa
surat permintaan foto rontgent schedell AP dan lateral setelah mendapat
98
rujukan dari poliklinik bedah dengan diagnosa abses mandibula
osteomyelitis.
Prosedur pemeriksaan yang dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah
Pantura M.A Sentot Patrol yaitu memanggil pasien kedalam ruang
pemeriksaan serta melakukan identifikasi ulang dan kemudian menginput
data pasien ke komputer Digital Radiography. Kemudian dilakukan
proyeksi yang pertama yaitu AP dengan pasien diinstruksikan agar melepas
benda loganmdisekitar kepala dan leher dan pasien diposisikan supine diatas
meja pemeriksaan dan atur agar OML tegak lurus dengan meja pemeriksaan
serta atur agar arah sinar tegak lurus meja pemeriksaan dan berpusat di
glabela dengan jarak 90 cm, kemudian dilanjutkan dengan pengaturan faktor
eksposi yaitu menggunakan tegangan 70 kV mili ampere sebesar 160 dan
waktu yang digunakan adalah 0.2 detik, jika hasil gambaran dirasa cukup
dan tidak ada artefak, maka dilanjut dengan proyeksi yang kedua yaitu
proyeksi lateral sinistra. Pada proyeksi ini pasien diposisikan prone diatas
meja pemeriksaan dengan sisi kiri kepala menempel pada meja
pemeriksaan,atur agar posisi true lateral dengan MSP kepala pasien sejajar
meja pemeriksaan dan atur agar interpupillary line tegak lurus dengan meja
pemeriksaan, atur arah sinar tegak lurus dengan meja pemeriksaan dan
berpusat dititik 2,5 cm arah superior dan 2,5 cm arah anterior dari MAE
dengan jarak 90 cm, kemudian dilanjutkan dengan pengaturan faktor
eksposi yaitu menggunakan tegangan 70 kV mili ampere 160 dan waktu
yang digunakan adalah 0,2 detik. Jika hasil gambaran memenuhi kriteria
99
tanpa adanya artefak maka selanjutnya adalah melakukan print out radiograf
pada dry printer DR dan dimasukan kedalam amplop sesuai identitas pasien
kemudian disimpan di ruang dokter radiologi untuk dibaca kan
menghasilkan expertise.
4.2.6 Hasil Pemeriksaan Radiografi schedel pada kasus abses mandibula
osteomyelitis di Instalasi Radiologi Rumah Sakit M.A Sentot Patrol
Dari pemeriksaan tersebut dengan klinis abses mandibula osteomyelitis
ini dapat melihat anatomi kepala dengan jelas, serta dihasilkan gambaran
radiograf yang baik menggunakan teknik pemeriksaan schedell AP dan
lateral. Hal ini ditandai dengan hasil gambaran yang baik dan dapat dibaca
dokter radiologi dengan hasil ekspertise: tabula eksterna, tabula interna dan
diploe dalam batas normal, vascular dan convolutional marking dalam batas
normal, sella turcica normal, sutura tidak melebar, tidak tampak kalsifikasi
dan tidak tampak jelas adanya garis fraktur.
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan yaitu tentang penatalaksanaan
pemeriksaan radiografi schedell dengan klinis abses mandibula osteomyelitis
di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Umum Daerah Pantura M.A Sentot Patrol,
maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:
5.1.1 Penatalaksanaan pemeriksaan yang digunakan untuk menegakkan diagnosa
abses mandibula osteomyelitis pada body of mandible dilakukan
menggunakan teknik pemeriksaan schedel dengan proyeksi AP dan lateral.
5.1.2 Pada penatalaksanaan pemeriksaan radiografi schedel dengan proyeksi AP
dan lateral untuk menegakkan diagnosa abses mandibular osteomyelitis
menggunakan pesawat fixed x-ray dengan tegangan maksimum sebesar 120
kV dan kuat arus maksimum sebesar 640 mA yang dilengkapi dengan
komputer, printer, dan meja pemeriksaan.
5.1.3 Pemeriksaan radiografi schedel dengan proyeksi AP dan lateral pada kasus
abses mandibular osteomyelitis menghasilkan gambaran radiograf yang baik
dan dapat dibaca oleh dokter radiologi sehingga sudah dapat menegakkan
diagnosa secara optimal.
100
101
5.2 Saran
Peneliti menyarankan untuk kasus abses mandibula osteomyelitis pada
bagian body of mandible sebaiknya menggunakan teknik pemeriksaan os
mandibula dengan proyeksi axiolateral oblique karena dengan teknik
pemeriksaan tersebut dapat memperlihatkan body of mandibula dengan
optimal dan detail serta mengurangi dosis yang diterima pasien karena area
kolimasi hanya pada bagian mandibula pasien.
DAFTAR PUSTAKA
Akhadi, Mukhlis. 2020. Sinar – X Menjawab Masalah Kesehatan. Yogyakarta. CV
Budi Utama.
Blom, Ashley., Warwick, David., & Whitehouse, Michael R. 2018. Apley
Solomons system of orthopaedics and trauma. United Kingdom. CRC
Press.
Bruce W.Long, Jeannean Hall Rollins & Barbara J. Smith. 2016. Merills Atlas Of
Radiographic Positioning & Procedures Edisi Tiga belas. Missouri:
Elsevier Mosby.
Buja, L. Maximilian., Krueger, Gerhard, R. F. 2014. Netters Illustrated Human
Pathology. Philadelphia. Elsevier.
Bushong, Stewart, C., 2016. Radiologic Science For Technologists: Physics,
Biology, and Protection, Eleventh Edition. Houston. Elsevier.
Carter, Christi. & Veale, Beth. 2019. Digital Radiography and PACS, 3rd Edition.
Elsevier.
Chmielewski, P. 2021. New Terminologia Anatomica: Cranium and extracranial
bones of the head. Wroclaw. Via Medica.
Hiswara, E. 2015. Buku pintar proteksi dan keselamatan radiasi di Rumah Sakit.
Jakarta: BATAN Press.
Lampignano, Jhon P., Kendrick, Leslie E. 2018. Bontrager’s Textbook of
Radiography Positioning and Related Anatomy. Edition. 9. Elsevier. St.
Louis, Misouri.
Panichello, joseph j., 2017. X ray repair A Comprehensive Guide to the Installation
and Servicing of Radiographic Equipment. USA. Publisher LTD.
Peraturan Badan Pengawas Tenaga Nuklir Nomor 4 Tahun 2020 Tentang
Keselamatan Radiasi Pada Penggunaan Pesawat Sinar – X Dalam
Radiologi Diagnostic Dan Radioterapi.
Raharja, Abimayu Raharja. 2016. Prosedur Pemeriksaan Radiografi Mandibula
Pada Kasus Fraktur Di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Bethesda
Yogyakarta. Yogyakarta. Repository Poltekkes Semarang.
Simanjuntak, Heinz Frick., Sylvyana Melita, dan Fathurachman. 2016.
Osteomyelitis Kronis Supuratif Mandibula Sebagai Komplikasi Sekunder
Impaksi Gigi Molar Tiga. Bandung. Jurnal UGM.
Waschke, Jens. & Paulsen, Friedrich. 2018. Sobotta Atlas of Anatomy Head, Neck
and Neuroanatomy. Germany. Elsevier.
Whitley, A. Stewart., at all. 2016. Clark‟s. 2016 Clark‟s positioning in radiography
13th ed. London: Taylor & Francis Grup. LLC Jurnal.
LAMPIRAN
1.
Foto SOP Pemeriksaan radiografi schedel di Instalasi Radiologi Rumah
Sakit Umum Daerah Pantura M.A. Sentot Patrol
2.
Foto surat permintaan foto Rontgen
3.
Foto hasil expertise
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Data Pribadi:

Nama

Tempat, tanggal lahir : Cirebon, 28 Mei 2000

Alamat
: Desa Sidawangi, Kec. Sumber, Kab. Cirebon

Jenis kelamin
: Laki ‒ Laki

Agama
: Islam

Status
: Belum Menikah

Nama Ayah
: Dudung Muhtadun

Nama Ibu
: Iin Kursini
: Muhammad Anwar Al Basyari
Riwayat Pendidikan:

2005 ‒ 2006
: TK Perintiswangi

2006 ‒ 2012
: Sekolah Dasar Negeri 1 Sidawangi

2012 ‒ 2015
: Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Sumber

2015 ‒ 2018
: Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Sumber

2019 ‒ 2022
: Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Cirebon
Riwayat Organisasi:
 2020 ‒ 2021
: Anggota Divisi KOMINFO HIMA Radiologi
Sekolah Tinggi Ilmu kesehatan Cirebon

2021 ‒ 2022
: Ketua HIMA Radiologi Sekolah Kesehatan
Cirebon
Download