Uploaded by Zenifa Seftiana 1903112957

selulosa SL

advertisement
Accelerat ing t he world's research.
Kinetika adsorpsi zat warna congo red
& rhodamine B dengan
menggunakan serabut kelapa dan
ampas tebu
Suryadi Ismadji
Related papers
Download a PDF Pack of t he best relat ed papers 
POT ENSI SABUT DAN T EMPURUNG KELAPA SEBAGAI ADSORBEN UNT UK MEREGENERASI MIN…
Mina Indriani
POT ENSI KULIT KACANG TANAH SEBAGAI ADSORBEN ZAT WARNA REAKT IF CIBACRON RED APRILIA S…
Isaa Lufan
Pemanfaat an pelepah pisang dan kulit manggis unt uk adsorpsi beberapa senyawa zat warna dalam air
Suryadi Ismadji
The 4th National Conference: Design and Application of Technology 2005
Kinetika Adsorpsi Zat Warna Congo Red dan Rhodamine B
dengan Menggunakan Serabut Kelapa dan Ampas Tebu
Pamela Iryanti Widjanarko, Widiantoro, Lydia Felycia E. Soetaredjo,Suryadi
Ismadji
Jurusan Teknik Kimia Unika Widya Mandala Surabaya
Kalijudan 37, Surabaya 60114
e-mail : suryadi@mail.wima.ac.id
INTISARI
Banyak industri, seperti industri kertas, tekstil, makanan, kosmetik, plastik, dan sebagainya,
mengeluarkan limbah yang mengandung zat warna dengan konsentrasi yang sangat tinggi. Zat warna
merupakan suatu senyawa kimia yang bersifat non-degradable, beracun, dan stabil sehingga apabila limbah
zat warna langsung dibuang ke lingkungan akan mengganggu/merusak ekosistem. Pengolahan limbah zat
warna dapat dilakukan dengan beberapa cara, salah satunya adalah dengan metode adsorpsi. Penelitian ini
menggunakan limbah hasil pertanian berupa ampas tebu dan serabut kelapa sebagai adsorben untuk
menyerap zat warna Congo Red dan Rhodamine B. Pemilihan ampas tebu dan serabut kelapa sebagai
adsorben karena keduanya terdapat di Indonesia dalam jumlah besar, harganya murah, dan mudah didapat.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan kinetika adsorpsi zat warna Congo Red dan
Rhodamine B dengan menggunakan biosorben.
Mula-mula lignin dalam biosorben dikurangi sampai seminimal mungkin dan selanjutnya
dikeringkan. Kemudian biosorben tersebut digunakan untuk mengadsorp zat warna. Kadar zat warna dalam
larutan diukur dengan menggunakan spektofotometer UV-VIS. Data yang diperoleh selanjutnya dianalisa
dengan menggunakan persamaan orde satu, orde dua dan persaman Ritchie yang dimodifikasi.
Berdasarkan hasil penelitian dapat diperoleh kesimpulan bahwa persamaan Ritchie yang
dimodifikasi merupakan persamaan yang paling dapat menggambarkan mekanisme adsorpsi Congo red dan
Rhodamine B pada ampas tebu dan serabut kelapa. Ampas tebu merupakan biosorben yang lebih baik
daripada serabut kelapa karena ampas tebu mampu mengadsorp lebih banyak zat warna daripada serabut
kelapa.
1. PENDAHULUAN
Banyak industri, seperti industri kertas, plastik, makanan, kosmetik, tekstil, dan sebagainya,
menggunakan zat warna untuk mewarnai produknya. Hal itu mengakibatkan limbah industri-industri di atas
mengandung zat warna dengan konsentrasi yang tinggi. Limbah zat warna yang dibuang ke sungai akan
mengganggu aktivitas biologi yang ada. Kualitas air tanah juga akan terpengaruh karena adanya proses
leaching zat warna dari tanah. [1]
Zat warna terutama yang sintetis bersifat non-degradable, beracun, dan stabil [2]. Zat warna yang
dibuang ke sungai akan menghalangi masuknya sinar matahari ke dalam air sungai sehingga akan
menghambat proses fotosintesis tumbuhan air [3]. Di samping zat warna juga dapat menyebabkan dermatitis
alergika, iritasi kulit, kanker, dan mutasi.
Ada berbagai metode untuk mengolah limbah zat warna yaitu koagulasi dan flokulasi, reverse
osmosis, dan adsorpsi [1]. Metode yang paling banyak digunakan saat ini adalah adsorpsi. Pada umumnya
proses adsorpsi menggunakan karbon aktif sebagai adsorben. Akan tetapi proses adsorpsi dengan karbon
aktif ini memerlukan biaya yang mahal. Oleh karena itu dicari alternatif adsorben lain dengan harga yang
lebih murah, seperti tongkol jagung, kulit jeruk, kulit ari gandum, limbah biogas, dan sebagainya [1,3].
Disamping kondisi kesetimbangan dari proses adsorpsi (isoterm adsorpsi), kinetika adsorpsi juga
merupakan salah satu faktor yang turut berpengaruh dalam merancang suatu proses adsorpsi dalam industri
pengolahan limbah. Biosorben yang baik adalah biosorben yang mampu menyerap zat warna dengan cepat
sehingga waktu kontak antara larutan dengan biosorben cukup singkat. Kinetika menggambarkan laju
penyerapan solut yang selanjutnya akan mengontrol waktu penyerapan adsorbat pada interface antara padatan
dan larutan. Penentuan kinetika adsorpsi memiliki peranan yang penting dalam menentukan laju penyerapan
polutan (zat warna) dari larutan untuk mendesain proses adsorpsi di industri. Kinetika adsorpsi pada
pengolahan limbah juga berguna untuk mengetahui reaksi kimia dan mekanisme adsorpsi yang terjadi [4].
83
The 4th National Conference: Design and Application of Technology 2005
Pada penelitian ini digunakan biosorben serabut kelapa dan ampas tebu karena kedua biosorben
tersebut merupakan bahan yang mudah didapat dan tersedia di Indonesia dalam jumlah yang cukup besar.
Kedua bahan tersebut akan digunakan untuk mengadsorpsi zat warna Congo Red dan Rhodamine-B. Untuk
menentukan mekanisme adsorpsi yang terjadi digunakan beberapa model kinetika, yaitu persamaan orde satu,
persamaan orde dua, dan persamaan Ritchie yang dimodifikasi.
2. METODOLOGI PENELITIAN
2.1 Persiapan Bahan
Serabut kelapa dan ampas tebu dicuci, dikeringkan di bawah sinar matahari kemudian dipotong
kecil-kecil. Biosorben yang sudah kering tersebut kemudian dihancurkan dengan menggunakan blender
dan/atau hammer mill. Biosorben diayak dengan menggunakan sieve shaker dan diambil yang berukuran 40 –
60 mesh. Ke dalam biosorben ditambahkan larutan NaOH ± 0,25 N dan didiamkan selama satu jam.
Selanjutnya ditambah dengan larutan HCl ± 0,25 N untuk menetralkannya. Larutan disaring kemudian
biosorben dicuci dengan menggunakan aquades. Biosorben kemudian dikeringkan dalam oven pada suhu
100oC sampai beratnya konstan. Kadar lignin yang tersisa pada biosorben ditentukan dengan Bilangan
Kappa.
2.2 Adsorpsi zat warna
Larutan zat warna sebanyak 500 ml dengan konsentrasi 1000 mg/L dimasukkan ke dalam
erlenmeyer. Biosorben yang berupa serabut kelapa seberat 0,1 gram dimasukkan ke dalam erlenmeyer
kemudian ditutup dengan menggunakan aluminium foil. Pengocokan dilakukan pada suhu 30oC dengan
menggunakan magnetic stirer. Pengambilan sampel dilakukan setiap 30 menit selama 8 jam. Sampel
dianalisa kadar zat warnanya dengan mengunakan spektrofotometer UV-VIS. Cara kerja di atas diulangi
untuk biosorben dan zat warna yang lain dengan variasi berat biosorben 0,1 gr, 0,3 gr, 0,5 gr, 0,7 gr, dan 0,9
gr.
3. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dari hasil percobaan adsorpsi zat warna Congo red dan Rhodamine B dengan menggunakan ampas
tebu dan serabut kelapa diperoleh hubungan antara jumlah zat warna yang diserap sebagai fungsi waktu
seperti terlihat pada gambar 1 sampai dengan gambar 14. Pada gambar tersebut data-data percobaan
dinyatakan dengan simbol-simbol sedangkan garis mewakili model kinetika reaksi yang digunakan.
130
120
110
100
90
q (mg/g)
80
70
60
50
40
Congo red + tebu 0,1 gr
Congo red + tebu 0,3 gr
Congo red + tebu 0,5 gr
Congo red + tebu 0,7 gr
Congo red + tebu 0,9 gr
30
20
10
0
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
t (jam)
Gambar 1. Persamaan orde satu untuk adsorpsi Congo red pada ampas tebu
84
The 4th National Conference: Design and Application of Technology 2005
120
110
Congo red + klp 0,1 gr
Congo red + klp 0,3 gr
Congo red + klp 0,5 gr
Congo red + klp 0,7 gr
Congo red + klp 0,9 gr
100
90
80
q (mg/g)
70
60
50
40
30
20
10
0
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
t (jam)
Gambar 2. Persamaan orde satu untuk adsorpsi Congo red pada serabut kelapa
1000
RB + tebu 0.1 gram
RB + tebu 0.3 gram
RB + tebu 0.5 gram
RB + tebu 0.7 gram
RB + tebu 0.9 gram
900
800
700
q (mg/g)
600
500
400
300
200
100
0
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
t (jam)
Gambar 3. Grafik persamaan orde satu untuk adsorpsi Rhodamine B pada ampas tebu
RB + kelapa 0.1 gram
RB + kelapa0.3 gram
RB + kelapa 0.5 gram
RB + kelapa 0.7 gram
RB + kelapa 0.9 gram
500
450
400
350
Y Data
300
250
200
150
100
50
0
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
t (jam)
Gambar 4. Grafik persamaan orde satu untuk adsorpsi Rhodamine B pada serabut kelapa
Dari gambar 1 sampai dengan gambar 4 dapat dilihat bahwa kinetika reaksi orde satu (persamaan 1)
secara umum kurang dapat mewakili data hasil percobaan terutama pada saat awal proses adsorpsi.
⎛
1 ⎞⎟
q = q e ⎜1 − k 1 t
⎟
⎜
⎝ 10 2,303 ⎠
(1)
Persamaan orde satu mengasumsikan adanya suatu reaksi kesetimbangan antara laju adsorpsi dan laju
desorpsi molekul adsorbat pada adsorben. Atau dengan kata lain transfer massa sebagai laju pengontrol (rate
limiting step) pada proses adsorpsi [5]. Jadi pada adsorpsi Congo red dan Rhodamine B pada ampas tebu dan
serabut kelapa mekanisme yang yang mengontrol bukan hanya transfer massa saja.
Mekanisme adsorpsi Congo Red dan Rhodamine B pada serabut kelapa dan ampas tebu cukup
kompleks karena kedua biosorben tersebut mengandung selulosa dan lignin, meskipun sebagian lignin sudah
dihilangkan pada proses deligninisasi. Tetapi lignin yang tersisa masih memegang peranan dalam proses
adsorpsi ini dimana lignin juga akan mengadsorp (mengikat) zat warna.
Lignin merupakan biopolimer aromatik kompleks yang memiliki berat molekul besar dan terbentuk
dari proses polimerisasi p-hydroxycinnamyl alcohol [6]. Lignin memiliki beberapa gugus fungsional seperti
85
The 4th National Conference: Design and Application of Technology 2005
alkohol, aldehide, ketone, asam, phenol hidroksida, dan ether sehingga pada lignin dapat terjadi adsorpsi
kimia (chemisorption) baik yang berupa ikatan kimia maupun ion exchange [7].
Sedangkan selulosa terdiri atas beberapa microfibril yang diikat oleh lamellae, dimana lamellae
tersebut tersusun atas beberapa fibril. Molekul-molekul selulosa, yang termasuk polimer linear dan bersifat
hidrofilik, berikatan satu sama lain membentuk elementary fibril (atau photofibril), dengan lebar 40 Å, tebal
30 Å, dan panjang 100 Å. Polimer linear pada elementary fibril tersusun secara paralel dan diikat oleh ikatan
hidrogen untuk membentuk stuktur kristalin, yang dikelilingi dengan struktur amorphous atau parakristalin
[6]. Struktur ini menyebabkan selulosa dapat mengadsorp zat warna.
Pada proses adsorpsi, bentuk molekul Congo red dan Rhodamine B memegang peranan yang sangat
penting. Dalam air Congo Red akan terionisasi dalam bentuk anion sedangkan Rhodamine B akan terionisasi
dalam bentuk kation. Struktur dari Congo red dan Rhodamine B dapat dilihat pada gambar 5. Congo red
memiliki sifat kelarutan dalam air yang lebih besar daripada Rhodamine B, yang berarti gaya tarik molekulmolekul Congo red dengan air lebih besar daripada gaya tarik molekul-molekul Rhodamine B dengan air.
Hal ini menyebabkan Rhodamine B lebih mudah diadsorp oleh biosorben daripada Congo Red seperti yang
terlihat pada gambar 6. dari gambar 6 juga terlihat bahwa ampas tebu mengadsorp lebih zat warna lebih
banyak daripada serabut kelapa. Hal ini dikarenakan ampas tebu mengandung selulosa lebih banyak daripada
serabut kelapa.
(a)
(b)
Gambar 5. Struktur molekul (a) Rhodamine B dan (b) Congo red
140
120
CR
CR
CR
CR
CR
100
klp
klp
klp
klp
klp
0,1
0,3
0,5
0,7
0,9
gr
gr
gr
gr
gr
120
100
q (mg/g)
q (mg/g)
80
+
+
+
+
+
60
80
60
40
CR
CR
CR
CR
CR
40
20
20
0
+
+
+
+
+
tebu
tebu
tebu
tebu
tebu
0,1
0,3
0,5
0,7
0,9
gr
gr
gr
gr
gr
0
0
1
2
RB
RB
RB
RB
RB
500
400
3
+
+
+
+
+
4
5
6
7
8
9
0
1
2
3
4
5
t (jam)
t (jam)
(a)
(b)
kelapa
kelapa
kelapa
kelapa
kelapa
0.1
0.3
0.5
0.7
0.9
6
7
8
9
6
7
8
9
RB + tebu 0.1 gr
RB + tebu 0.3 gr
gr
gr
gr
gr
gr
900
RB + tebu 0.5 gr
800
RB + tebu 0.7 gr
RB + tebu 0.9 gr
700
q (mg/g)
q (mg/g)
600
300
200
500
400
300
200
100
100
0
0
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
0
1
2
3
4
5
t (jam)
t (jam)
(c)
(d)
Gambar 6. Hubungan q vs t untuk (a) Congo red-serabut kelapa, (b) Congo red–ampas tebu (c) Rhodamine
B serabut kelapa, (d) Rhodamine B - ampas-tebu
Congo red memiliki struktur molekul yang lebih kompleks daripada Rhodamine B, terlihat pada
gambar 5. Dengan struktur molekul tersebut menyebabkan gaya tarik molekul antara pelarut air dengan
Congo red lebih besar dibandingkan antara Rhodamine B dengan air. Hal ini menyebabkan Rhodamine B
lebih mudah teradsorp oleh biosorben dibandingkan dengan Congo red, karena gaya tarik molekul dengan
biosorben lebih kuat daripada gaya tarik antara molekul Rhodamine B dengan air. Di samping itu juga
Rhodamine B mempunyai gugus fungsional yang bersifat asam yaitu (-COOH) dan (N(C2H5)2+). Adanya
gugus-gugus ini akan menyebabkan kemungkinan terjadinya suatu adsorpsi kimia di lignin. Sedangkan
interaksi kimia antara gugus SO3 dalam Congo red di lignin lebih lemah dibandingkan dengan interaksi kimia
antara gugus (-COOH) dan (N(C2H5)2+) dalam Rhodamine B di lignin.
Karena pada adsorpsi ini terjadi suatu interaksi kimia antar gugus fungsional adsorbat dan adsorben
maka dicoba digunakan persamaan orde dua untuk menggambarkan dinamika adsorpsi kedua zat warna ini
86
The 4th National Conference: Design and Application of Technology 2005
dalam kedua biosorben. Persamaan orde dua mengasumsikan bahwa adsorpsi kimia (chemisorption)
merupakan laju pengontrol (rate limiting step) pada proses adsorpsi [4].
q=
t.q e2 .k 2
1 + t.k 2 .q e
(2)
130
120
110
100
90
q (mg/g)
80
70
60
50
40
Congo red + tebu 0,1 gr
Congo red + tebu 0,3 gr
Congo red + tebu 0,5 gr
Congo red + tebu 0,7 gr
Congo red + tebu 0,9 gr
30
20
10
0
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
t (jam)
Gambar 7. Persamaan orde dua untuk adsorpsi Congo red pada ampas tebu
120
Congo red + klp 0,1 gr
Congo red + klp 0,3 gr
Congo red + klp 0,5 gr
Congo red + klp 0,7 gr
Congo red + klp 0,9 gr
110
100
90
q (mg/g)
80
70
60
50
40
30
20
10
0
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
t (jam)
Gambar 8. Persamaan orde dua untuk adsorpsi Congo red pada serabut kelapa
1000
RB + tebu 0.1 gram
RB + tebu 0.3 gram
RB + tebu 0.5 gram
RB + tebu 0.7 gram
RB + tebu 0.9 gram
900
800
q (mg/g)
700
600
500
400
300
200
100
0
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
t (jam)
Gambar 9. Persamaan orde dua untuk adsorpsi Rhodamine B pada ampas tebu
RB + kelapa 0.1 gram
RB + kelapa 0.3 gram
RB + kelapa 0.5 gram
RB + kelapa 0.7 gram
RB + kelapa 0.9 gram
500
450
400
q (mg/g)
350
300
250
200
150
100
50
0
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
t (jam)
Gambar 10. Persamaan orde dua untuk adsorpsi Rhodamine B pada serabut kelapa
87
The 4th National Conference: Design and Application of Technology 2005
Dari gambar 7 dan gambar 8 terlihat bahwa persamaan orde dua kurang cocok untuk
mendeskripsikan mekanisme adsorpsi Congo red pada ampas tebu dan serabut kelapa. Hal yang sama juga
terjadi pada adsorpsi Rhodamine B pada ampas tebu dan serabut kelapa. dari gambar 9 dan gambar 10
terlihat bahwa persamaan orde dua juga kurang cocok untuk mendeskripsikan mekanisme adsorpsi
Rhodamine B pada ampas tebu dan serabut kelapa. Persamaan orde dua hanya cocok untuk menggambarkan
mekanisme adsorpsi setelah adsorben dan larutan berkontak untuk waktu yang lama. Hal ini dikarenakan
pada saat awal masih belum terbentuk ikatan kimia atau belum terjadi chemisorption.
Ketidakcocokan persamaan orde satu dan persamaan orde dua dalam mendeskripsikan mekanisme
adsorpsi Congo red dan Rhodamine B menunjukkan bahwa adsorpsi Congo red dan Rhodamine B pada
ampas tebu dan serabut kelapa bukan hanya berupa adsorpsi kimia atau adsorpsi fisik saja. Mekanisme
adsorpsi yang terjadi kemungkinan merupakan gabungan dari adsorpsi fisik dan adsorpsi kimia yang dapat
dijelaskan sebagai berikut. Molekul-molekul Congo red dan Rhodamine B yang terionisasi di dalam air
menjadi anion dan kation tertarik ke permukaan biosorben (ampas tebu dan serabut kelapa). Ion-ion zat
warna tersebut selanjutnya akan berkontak dengan lapisan lignin dan ada sebagian dari ion-ion tersebut yang
akan berikatan dengan gugus fungsional yang terdapat pada lignin. Sedangkan ion-ion yang lain akan
teradsorp secara fisik pada selulosa. Untuk menggambarkan mekanisme adsorpsi tersebut, maka digunakan
persamaan Ritchie yang telah dimodifikasi. Persamaan ini mengasumsikan bahwa mekanisme adsorpsi yang
terjadi merupakan gabungan adsorpsi fisika dan adsorpsi kimia seperti yang terlihat dibawah ini.
⎡ ⎧
1 ⎫⎤
(3)
q = ⎢q e ⎨1 −
⎬⎥ + [k m .t ]
1
k 2 .t ⎭⎦
+
⎣ ⎩
dimana ⎡q ⎧1 −
⎢ e⎨
⎣
⎩
1 ⎫⎤ menggambarkan adsorpsi fisik dan
⎬⎥
1 + k 2 .t ⎭⎦
[k m .t ] menggambarkan adsorpsi kimia.
140
120
q (mg/g)
100
80
60
Congo Red + tebu 0,1 gr
Congo Red + tebu 0,3 gr
Congo Red + tebu 0,5 gr
Congo Red + tebu 0,7 gr
Congo Red + tebu 0,9 gr
40
20
0
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
t (jam)
Gambar 11. Persamaan Ritchie yang dimodifikasi untuk adsorpsi Congo red pada ampas tebu
120
110
Congo Red + klp 0,1 gr
Congo Red + klp 0,3 gr
Congo Red + klp 0,5 gr
Congo Red + klp 0,7 gr
Congo Red + klp 0,9 gr
100
90
q (mg/g)
80
70
60
50
40
30
20
10
0
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
t (jam)
Gambar 12. Persamaan Ritchie yang dimodifikasi untuk adsorpsi Congo red pada serabut kelapa
88
The 4th National Conference: Design and Application of Technology 2005
Rhodamine B + tebu 0.1 gram
Rhodamine B + tebu 0.3 gram
Rhodamine B + tebu 0.5 gram
Rhodamine B + tebu 0.7 gram
Rhodamine B + tebu 0.9 gram
1000
900
800
q (mg/g)
700
600
500
400
300
200
100
0
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
t (jam)
Gambar 13. Persamaan Ritchie yang dimodifikasi untuk adsorpsi Rhodamine B pada ampas tebu
Rhodamine B + klp 0.1 gram
Rhodamine B + klp 0.3 gram
Rhodamine B + klp 0.5 gram
Rhodamine B + klp 0.7 gram
Rhodamine B + klp 0.9 gram
500
450
400
q (mg/g)
350
300
250
200
150
100
50
0
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
t (jam)
Gambar 14. Persamaan Ritchie yang dimodifikasi untuk adsorpsi Rhodamine B pada serabut kelapa
Dari gambar 11 dan gambar 12 terlihat bahwa persamaan Ritchie yang dimodifikasi dapat
menggambarkan mekanisme adsorpsi Congo red pada ampas tebu dan serabut kelapa. Demikian juga untuk
adsorpsi Rhodamine B pada ampas tebu dan serabut kelapa. Dari gambar 13 dan gambar 14 terlihat bahwa
persamaan Ritchie yang dimodifikasi dapat menggambarkan mekanisme adsorpsi Rhodamine B pada ampas
tebu dan serabut kelapa lebih baik daripada persamaan orde satu dan orde dua. Parameter kinetika persamaan
orde satu, persamaan orde dua, dan persamaan modifikasi Ritchie dapat dilihat pada tabel 1.
4. KESIMPULAN
Kinetika adsorpsi Congo Red dan Rhodamine B pada ampas tebu dan serabut kelapa diselidiki
dengan menggunakan tiga macam persamaan, yaitu persamaan orde satu, persamaan orde dua, dan
persamaan Ritchie yang dimodifikasi. Dari ketiga persamaan tersebut persamaan Ritchie yang dimodifikasi
merupakan persamaan yang paling dapat menggambarkan adsorpsi zat warna Congo Red dan Rhodamine B
pada amaps tebu dan serabut kelapa. Ampas tebu merupakan biosorben yang lebih baik daripada serabut
kelapa karena ampas tebu dapat mengadsorp lebih banyak zat warna daripada serabut kelapa.
5. DAFTAR PUSTAKA
[1] Namasivayam, C., Muniasamy, N., Gayatri, K., Rani,M., Ranganathan,K., “Removal of Dyes from Aqueous
Solutions by Cellulosic Waste Orange Peel”, Bioresource Technology 57 (1996) 37-43
[2] Gupta, V.K., Mittal, A., Krishnan, l., Gajbe, V., “Adsorption Kinetics and Column Operations for The Removal and
Recovery of malachite Green from Wastewater Using Bottom Ash”, Separation and Purification Technology Inpress
(2004)
[3] Namasivayam, C., Prabha, D., Kumutha, M., “Removal of Direct Red and Acid Brilliant Blue by Adsorption on to
Banana Pith”, Biosource Technology 64 (1998) 77-79
[4] Sag, Y., Aktay, Y., 2002, “Kinetics Studies on Sorption of Cr(VI) abd Cu(II) ions by Chitin, Chitosan, and Rhizopus
arrhizus”, Biochemical Engineering Journal 12 (2002) 143-153
[5] Ho, Y.,S., McKay, G., 1999,“The Sorption of Lead(II) Ions on Peat”, Water Res., Vol 33, pp. 578-584
[6] Lee, J., M., 1992, “Biochemical Engineering”, pp. 85-86, Prentice-Hall, Inc
[7] Ho, Y., S., Chiang, T.,H., Hsueh, Y.,M., “Removal of Basic Dye from Aqueous Using Tree Fern as A Biosobent”,
Process Biochemistry 40 (2005) 119-124
89
The 4th National Conference: Design and Application of Technology 2005
Tabel 1. Parameter kinetika persamaan orde satu, persamaan orde dua, dan persamaan Ritchie yang dimodifikasi
Jenis Zat Warna
Jenis Biosorben
Ampas Tebu
Congo Red
Serabut Kelapa
Ampas Tebu
Rhodamine B
Serabut Kelapa
Massa
Biosorben
0,1 gr
0,3 gr
0,5 gr
0,7 gr
0,9 gr
0,1 gr
0,3 gr
0,5 gr
0,7 gr
0,9 gr
0,1 gr
0,3 gr
0,5 gr
0,7 gr
0,9 gr
0,1 gr
0,3 gr
0,5 gr
0,7 gr
0,9 gr
Orde satu
k1
R2
0,2630
0,9592
0,1733
0,8800
0,1463
0,8332
0,1310
0,7973
0,1400
0,6271
0,1832
0,9182
0,2008
0,9052
0,0920
0,9188
0,1077
0,8091
0,0921
0,8394
0,2026
0,7806
0,0910
0,8599
0,0963
0,8367
0,0981
0,7491
0,1214
0,8154
0,7161
0,7653
0,1793
0,7692
0,2074
0,8153
0,2357
0,7669
0,2951
0,7690
Orde dua
k2
R2
0,0035
0,9193
0,0021
0,8701
0,0017
0,9134
0,0016
0,9127
0,0018
0,8324
0,0021
0,8964
0,0025
0,8934
0,0009
0,9047
0,0011
0,9043
0,0010
0,9128
0,0003
0,9174
0,0001
0,9048
0,0001
0,9034
0,0002
0,9045
0,0002
0,9098
0,0039
0,9636
0,0011
0,9231
0,0016
0,9634
0,0021
0,9484
0,0036
0,9518
k2
0,3059
0,1988
0,2202
0,1918
0,2127
0,1889
0,2311
0,0722
0,1487
0,1218
0,3469
0,1193
0,1284
0,1761
0,1734
1,6723
0,2943
0,3560
0,4242
0,5793
Modified Ritchie
Km`
3,1027
2,1319
1,1465.10-8
2,2729.10-8
3,2427.10-8
2,9620
2,4710
2,6868
2,2470.10-8
2,0663.10-8
1,0144.10-7
8,7903.10-8
1,2393.10-7
1,5236.10-7
1,0044.10-7
1,3154.10-8
3,6569.10-8
2,6427.10-8
2,7068.10-8
1,2614.10-8
R2
0,9652
0,8892
0,9204
0,9517
0,9423
0,9282
0,9197
0,9221
0,9309
0,9328
0,9278
0,9112
0,9205
0,9410
0,9338
0,9612
0,9431
0,9816
0,9738
0,9518
90
Download