BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia termasuk negara dengan tingkat konsumsi durian yang sangat tinggi dengan demikian menghasilkan limbah kulit durian yang tinggi juga. Pada tahun 2021 produksi durian mencapai 1,3 juta ton. Bobot total buah durian terdiri dari tiga bagian. Bagian pertama, daging buah sekitar 20-35%; kedua, biji sekitar 5-15%. Sisanya berupa bobot kulit yang mencapai 60-75% dari bobot total buah dan merupakan bobot terbesar dari buah durian. Hal ini mengakibatkan limbah kulit durian yang dihasilkan sangat banyak. Salah satu cara untuk menanggulangi limbah kulit durian yaitu dengan mengkonversikannya menjadi arang aktif. Pembuatan arang aktif pada penelitian ini berasal dari kulit durian, menurut Zarkasi dkk. (2018), kandungan yang terdapat dalam kulit durian terdiri dari carboxymethyl cellulose sebesar 50-60% dan lignin sebesar 5%. Kandungan selulosa berfungsi untuk mengikat logam berat misalnya Fe dan Mn (Rahmatulla, 2017). Selain itu kulit durian memiliki kandungan pati sebesar 5% yang menyebabkan kandungan karbon yang dihasilkan dari kulit durian cukup dikategorikan tinggi yaitu sebesar 80-85% (Sanjaya dkk., 2020). Selajutnya selulosa mampu membentuk ikatan kompleks dengan logamlogam berat dan zat pencemar lainnya (Maibang, 2015). Itulah sebabnya arang aktif kulit durian memiliki kemampuan adsorpsi yang sangat tinggi bila digunakan sebagai adsorben dalam pengolahan air bersih (Jevon, 2018). Arang aktif merupakan adsorben yang sering digunakan di masyarakat. Arang aktif dapat berbentuk serbuk dan butiran yang merupakan senyawa karbon dengan ciri khas berupa permukaan pori yang luas dan dalam jumlah yang banyak. Arang aktif dengan luas permukaan yang besar dapat digunakan untuk berbagai aplikasi, diantaranya sebagai penghilang warna, penghilang baud an agen pemurni dalam industry makanan. Selain itu arang aktif juga banyak digunakan dalam penanganan limbah (Noer., et al, 2015). Kulit durian dipilih sebagai bahan baku pembuatan arang aktif karena Indonesia merupakan salah satu negara penghasil limbah durian yang melimpah (Jumali, 2010). Akan tetapi, alternatif pengolahan kulit durian yang terbatas sehingga masih banyak dijumpai limbah kulit durian yang terbengkalai teutama di kota Pekanbaru. Hasil limbah kulit durian belum termanfaatkan secara optimal sehingga menimbulkan pencemaran lingkungan, karena karakteristiknya sulit terurai. Berdasarkan penelitian sebelumnya (Apriani., et al. 2013) telah melakukan penelitian terhadap kualitas karbon aktif kulit durian sebagai adsorben logam Fe pada air gambut. Kondisi optimum diperoleh pada karbon aktif dengan konsentrasi 25% dengan ukuran rata-rata pori 8.277 μm. Parameter besi yang dihasilkan adalah 0,38 mg/L dan berada di bawah ambang batas yang ditetapkan sesuai dengan PERMENKES No.416/MENKES/PER/IX/1990 yaitu 1,0 mh/L. Riau merupakan provinsi dengan lahan gambut terluas di pulau Sumatera yaitu ± 4,04 juta hektar (Hutagalung, 2018). Luasnya lahan gambut yang terdapat di Proinsi Riau sebanding dengan ketersediaan air gambut. Air gambut mempunyai karakteristik bewarna coklat tua sampai kehitaman, kadar organik tinggi (138-1560 mgL-1), dan bersifat asam (pH 3,7-5,3). Air merupakan sumber kehidupan, akan tetapi masyarakat sering mengalami kesulitan mendapatkan air bersih, terutama pada musim kemarau saat air mulai berubah warna atau berbau. Beberapa daerah gambut, khususnya daerah Rimbo Panjang masih terdapat kesulitan untuk memanfaatkan air permukaan sebagai air sumber air baku. Air permukaan yang secara teknis dikenal sebagai air gambut mengandung warna dan zat organik yang tinggi serta bersifat assam (Suriawiria, 1996). Adanya kandungan besi (Fe) dalam air menyebabkan warna air tersebut menjadi merah kecoklatan. Kandungan Fe dapat menyebabkan gangguan kesehatan seperti gangguan pada usus, bau yang kurang enak dan dapat menyebabkan kanker. Selain itu keracunan Fe dapat menyebabkan permeabilitas dinding pembuluh darah kapiler meningkat sehingga plasma darah merembes keluar. Oleh karena itu diperlukan teknik pengolahan untuk menurunkan kadar Fe pada air. Salah satu cara pengolahan air yaitu dengan teknik adsorpsi. Adsorben yang digunakan pada penelitian ini adalah arang aktif dari kulit durian. Pemanfaa Berbagai proses pengolahan telah digunakan Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, penelitian ini dikonsepkan sedemikian rupa dari preparasi, karakterisasi dan aplikasi arang aktif kulit durian dalam pengolahan air gambut. Arang aktif kulit durian dikarakterisasi gugus fungsi menggunakan FTIR, bentuk morfologi menggunakan SEM-RDX. Selain itu, dilakukan uji efektifitas kemampuan adsorpsi arang aktif kulit durian terhadap air gambut dengan parameter uji warna, pH dan kandungan Fe. Hasil tersebut dibandingkan dengan standar kualitas air berdasarkan PERMENKES RI No.416/MENKES/PER/IX/1990 1.2. Rumusan Masalah Pada saat musim durian tiba masalah terbesar yang dihadapi oleh masyarakat Kota Pekanbaru adalah limbah konsumsi berupa kulit durian yang tidak termanfaatkan dengan baik sehingga saaat musim durian limbah kulit durian semakin bertambah. Salah satu upaya yang dapat dilakukan memanfaatkan kulit durian dengan cara mengolahnya menjadi arang aktif. Pada penelitian ini dilakukan pembuatan arang aktif dari kulit durian pada suhu 300oC selama 1 jam . Arang aktif akan dikarakterisasi melalui penentuan kadar abu, kadar air menggunakan metode gravimetri, serta penentuan gugus fungsi menggunakan FTIR, penentuan parameter kisi dan kristanilitas menggunakan XRD dan penentuan morfologi permukaan menggunakan SEM. Tahap selanjutnya, adsorpsi pada air gambut dengan parameter uji bau, warna, pH, TSS, TDS dan kandungan Fe terhadap standar kualitas air PERMENKES No.416/MENKES/PER/IX/1990 dan Peraturan Pemerintah No.82 Tahun 2001. 1.3. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : RI 1. Pembuatan adsorben dari biomassa kulit durian yang dikarbonisasi pada suhu 300oC selama 60 menit dan aktivasi KOH dengan pebandingan arang : KOH (g/g) adalah 1:3 serta aktivasi fisika pada suhu 800oC selam 30 menit. 2. Penentuan arang kulit durian (AKD) dan arang aktif kulit durian (AAKD) terhadap kadar air, kadar abu dan kemampuan daya jerap iodin (I2). 3. Karakterisasi arang aktif kulit durian (AAKD) dengan menentukan parameter kisi dan derajat kristanilitas menggunakan XRD (X-Ray Diffraction), struktur morfologi permukaan adsorben menggunakan SEM (Scanning Electron Microscope), gugus fungsi adsorben menggunakan FTIR (Fourier Transform Infra Red). 4. Menentukan efektifitas AKD dan AAKD dengan membandingkan parameter uji bau, warna, pH, TSS, TDS dan kandungan Fe pada adsorben terbaik terhadap standar kualitas air PERMENKES RI No.416/MENKES/PER/IX/1990 dan Peraturan Pemerintah No.82 Tahun 2001. 1.4. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Material dan Energi Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Riau, Laboratorium Riset Forensik Lingkungan Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Riau, Dinas Pekerjaan Umum dan Laboratorium Fisika Universitas Negeri Padang. Penelitian ini berlangsung selama ±6 bulan.