ADSORPSI LOGAM BERAT (Pb) DARI LIMBAH CAIR DENGAN ADSORBEN ARANG BAMBU AKTIF Muhammad Wildan Widiyantoro 1906383476 Kimfis 02 Pendahuluan Pb adalah logam berat yang mempunyai afinitas yang paling tinggi terhadap belerang dan menyerang ikatannya didalam enzim. Sebagai logam berat, Pb digolongkan ke dalam bahan pencemar yang berbahaya. Pb berada didalam air dalam bentuk Pb(OH)2. Logam Pb banyak sekali digunakan pada industri dan pengerjaan pemipaan. Bensin bertimbal merupakan sumber utama di atmosfer dan muka bumi. Kebanyakan Pb yang ada di bumi memasuki sistem perairan alam, dan terakumulasi yang pada akhirnya bisa masuk ke dalam tubuh hewan dan manusia. Jika terserap ke dalam tubuh manusia, timbal (Pb) dapat menyebabkan kecerdasan anak menurun, pertumbuhan badan terhambat, bahkan dapat menimbulkan kelumpuhan. Gejala keracunan logam Pb lainnya: mual, anemia, dan sakit perut. Solusi Salah satu usaha untuk mengolah limbah Pb adalah dengan proses adsorpsi. Adsorpsi dipilih karena merupakan metode yang relatif sederhana dan dapat menggunakan adsorben bahan alam dari sisasisa biomasa yang tidak terpakai. Pada penelitian ini, arang bambu yang diproduksi secara tradisional digunakan sebagai adsorben. Arang bambu adalah bahan yang baik untuk digunakan sebagai adsorben karena mempunyai daya adsorpsi yang baik. Berikut adalah alasan-alasan penggunaan arang bambu sebagai adsorben : 1. Mempunyai pori-pori mikro yang spesial. 2. Mempunyai karakteristik biologi yang spesial. 3. Densitas yang tinggi dan struktur pori-pori yang baik. 4. Luas permukaan lebih besar daripada arang kayu, yaitu 300 m2 /gram, sedangkan arang kayu 30 m2 /gram. Penelitian ini adalah penelitian awal yang bertujuan untuk menentukan pengaruh aktivasi dan tinggi packing arang bambu terhadap efektivitas adsorpsi. Proses adsorpsi dengan menggunakan arang bambu pada penelitian ini dilakukan secara kontinyu. Hasil dan Pembahasan Pengaruh tinggi pakcing terhadap aktifitas penjarapan logam Pb(OH)2 ditunjukkan pada Gambar 1 dan 2. pada tinggi packing 15 cm terjadi penurunan yang cukup signifikan setelah menit ke 25, sedangkan pada tinggi packing 10 cm tidak ada penurunan yang signifikan. Persamaan model Thomas didapatkan Nilai Kth untuk tinggi kolom 10 cm sebesar: 0.000841 Nilai Kth untuk tinggi kolom 15 cm sebesar: 0.00099, ini berarti konstanta jerap pada packing 15 cm lebih besar dari tinggi packing 10 cm. Grafik Grafik 1. Hubungan waktu dengan konsentrasi Pb (OH)2 Grafik 2. Hubungan presentase penurunan Pb(OH)2 dengan waktu Grafik Grafik 3. Hubungan Konsentrasi Pb dengan Waktu untuk arang bambu tanpa dan diaktivasi Grafik 4. Hubungan Waktu dengan Pb(OH)2 yang Terjerap untuk arang bambu tanpa dan diaktivasi Penjelasan Dari tabel I dapat terlihat bahwa aktivasi arang bambu bepengaruh terhadap penjerapan Pb(OH)2. Hal ini dapat dilihat dari data konsentrasi yang semakin menurun pada arang bamboo yang diaktivasi sedangkan pada arang bambu yang tidak diaktivasi penjerapannya tidak maksimal., ditunjukkan pada grafik 1. Pada grafik 1 dapat dilihat bahwa semakin lama waktu penjerapan konsentrasi Pb(OH)2 menurun sampai menit ke 10 dan menit berikutnya data naik. Hal ini mengindikasikan bahwa kemampuan jerap arang bambu tanpa aktivasi kecil. Bahkan pada menit ke 15 dan selanjutnya tidak terjadi penjerapan hal ini ditunjukkan dengan semakin naiknya konsentrasi Pb(OH)2. Sedangkan pada arang bamboo yang diaktivasi kemapuan jerapnya baik, ditunjukkan pada grafik 1, konsentrasi Pb(OH)2 terus menurun seiring bertambahnya waktu. Pada menit ke 30 penjerapan belum mencapai titik jenuhnya. Hal ini dapat diartikan bahwa arang bambu masih dapat menjerap Pb(OH)2. Dari perhitungan adsorpsi kontinyu berdasarkan model Thomas diperoleh nilai kTh pada arang bambu yang tidak diaktivasi sebesar 0.00099 dan nilai k pada arang bambu yang diaktivasi sebesar 0.001305. Kesimpulan Adsorpsi limbah Pb(OH)2 menggunakan arang bambu dengan variasi tinggi packing dapat disimpulkan bahwa tinggi packing mempengaruhi adsorpsi, hal ini dapat dilihat dari nilai k, pada tinggi packing 10 cm di peroleh nilai k sebesar 0.000841, sedangkan pada tinggi packing 15 cm diperoleh nilai k sebesar 0.00099. Dari penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa aktivasi berpengaruh pada kemampuan menjerap dari arang bambu. Pada arang bambu yang diaktivasi kemampuan menjerapnya bagus, sedangkan pada arang bambu yang tidak diaktivasi kemampuannya kurang optimal. Nilai kTh dari penjerapan dengan arang bambu yang tidak diaktivasi yaitu sebesar 0,0009 sedangkan pada arang bambu yang diaktivasi yaitu sebesar 0.001305. Referensi Widayatno, T., Yuliawati, T., Susilo, A.A., (2017), Adsorpsi Logam Berat (Pb) dari Limbah Cair dengan Adsorben Arang Bambu Aktif. Surakarta: Program Studi Teknik Kimia, Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta. http://journals.ums.ac.id/index.php/jtba/article/view/JTBA-0004