Analisis Penyelesaian Konflik Organisasi KOMMMA Melalui Negosiasi Integratif Diajukan untuk Memenuhi Tugas Akhir Pada Mata Kuliah Negosiasi Resolusi Konflik NOVIA AYU KUSUMA DEWI NIM.205030201111119 PROGRAM STUDI ADMINISTRASI BISNIS JURUSAN ILMU ADMINISTRASI BISNIS FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2023 Daftar Isi Daftar Isi ......................................................................................................................................... 1 Abstrak ............................................................................................................................................ 2 Pendahuluan .................................................................................................................................... 3 Metode Penelitian ........................................................................................................................... 6 Kajian teori...................................................................................................................................... 7 Pengertian Negosiasi ................................................................................................................... 7 Negosiasi Integratif ..................................................................................................................... 7 Langkah-Langkah kunci dalam Proses Negosiasi Integratif ....................................................... 8 Hasil dan Pembahasan .................................................................................................................. 10 Kesimpulan ................................................................................................................................... 14 Daftar Pustaka ............................................................................................................................... 15 1 Abstrak Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis penggunaan teknik negosiasi integrative dalam permasalahan anggota organisasi.Penelitian ini dilakukan kepada salah satu pengurus organisasi yang bertempat di Malang.Penelitian menggunakan metode wawancara untuk mendapat data . Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa permasalahn yang tejadi di organisasi KOMMMA ini terjadi akibat perbedaan tujuan dan kepentingan antara pihak pnegurus dan anggota terkait kegiatan dan output yang diberikan kepada anggota. Pada prosesnya teknik negosiasi integrative memiliki peran yang sangat penting sehingga terjadi kesepakan win win soulution yaitu dengan memberikan kontribusi kepada organisasi dan akan diganti dengan surat rekomendasi dari organisasi. 2 Pendahuluan Perkembangan ilmu yang semakin pesat berdampak pada persaingan dalam dunia kerja yang semakin ketat. Perguruan tinggi sebagai institusi pendidikan memiliki peran yang sangat besar dalam upaya pengembangan sumber daya manusia (SDM) dan peningkatan daya saing seorang mahasiswa. Salah satu cara yang dapat ditempuh adalah dengan meningkatkan keaktifan berorganisasi, yang dinilai penting untuk mengembangkan kepribadian mahasiswa dan menjadi salah satu factor utama diterima di lapangan kerja (Anonim, 2010, h.1). Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 155/U/1998 tentang Pedoman Umum Organisasi Kemahasiswaan dijelaskan bahwa organisasi kemahasiswaan adalah wahana dan sarana pengembangan diri mahasiswa ke arah perluasan wawasan dan peningkatan kecendikiawanan serta integritas kepribadian untuk mencapai tujuan pendidikan tinggi. Organisasi kemahasiswaan di Perguruan Tinggi merupakan organisasi yang tidak berorientasi untuk mencari keuntungan semata. Bahkan reward hampir tidak ada, yang ada hanyalah mendapatkan pengalaman dan keterampilan softskill yang akan didapat oleh anggotanya yang berproses didalam organisasi. Organisasi kemahasiswaan sendiri bertujuan untuk membentuk watak dan karakter mahasiswa agar mampu menjadi penerus bangsa yang berkualitas. Organisasi kemahasiswaan baik intra maupun ekstra kampus. Dimana dalam proses pengkaderan organisasi mereka dilibatkan dalam berbagai kegiatan organisasi yaitu pendidikan dasar, pelatihan kepemimpinan dan manajemen diri maupun organisasi, kegiatan musyawarah organisasi yang terstruktur dan terencana dengan matang, serta dalam kegiatan-kegiatan yang bersifat membuat acara internal organisasi dan acara yang melibatkan mahasiswa dan masyarakat secara luas. Aktivitas yang dimiliki mahasiswa yang tergabung dalam organisasi merupakan aktivitas kurikuler dan ekstrakurikuler yang merupakan aktivitas yang membentuk banyak keterampilan pada mahasiswa berorganisasi yaitu softskill dan hardskill. Softskill sendiri dibangun dari 3 banyaknya rangkaian kegiatan ekstrakuriker yang diikuti oleh mahasiswa. Dalam dunia Perguruan Tinggi kegiatan ekstrakurikuler pada mahasiswa dilaksanakan dengan mahasiswa aktif dalam organisasi kemahasiswaan yang ada dikampus. Salah satu organisasi mahasiwa yang popular dan memiliki banyak manfaat adalah organi mahasiswa daerah. Yakni organisasi yang mewadahi mahasiswa dari satu wilayah yang sama,biasanya satu kota atau provinsi yang sama atau biasa disebut Organisasi mahasiswa daerah (Ormada) atau dikenal juga dengan Himpunan Daerah (Himda) adalah organisasi yang beranggotakan sekumpulan mahasiswa dari asal yang sama dan melanjutkan studi pendidikannya di suatu wilayah tertentu. Dengan adanya organisasi tersebut, mahasiswa dengan latar belakang daerah yang sama dapat bersilaturahmi sekaligus bersama-sama menjaga nilai-nilai budaya kedaerahan di tengah arus modernisasi dan heterogenitas budaya yang ada di kampus. Problemnya, saat ini organisasi daerah di kalangan mahasiswa cenderung kurang diminati karena dianggap kurang menunjang masa depan di bandingkan organisasi intra maupun extra kampus lainnya, banyak mahasiswa saat ini yang bersikap pesimis terhadap ormada, dianggap tidak penting, kurang menunjang keilmuan akademik, menganggu aktifitas belajar, dan yang tidak kalah tragisnya adalah mahasiswa enggan pulang ke daerah masing-masing ketika ia sudah lulus kuliah, mereka mengagap keilmuan yang selama ini mereka geluti tidak cocok dengan kondisi sosial masyarakatnya dan sebagai titik aman mereka mencari prospek kerja yang lebih menjanjikan, mencari daya saing yang lebih tinggi. Universitas Brawijaya merupakan salah satu Universitas Negeri yang peduli akan pentingnya sebuah organisasi kemahasiswaan sebagai sarana untuk mencapai tujuan pendidikan tinggi. Mahasiswa yang berasal dari berbagai daerah mendorong mahasiswa membentuk organisasi organisasi mahasiwa daerah yang berjumlah puluhan. Salah satu organisasi kemahasiswaan daerah tersebut adalah KOMMMA. KOMMMA sendiri merupakan Komunitas Mahasiswa Magetan di Malang khususnya di Universitas Brawijaya. KOMMMA mewadahi mahasiswa untuk berkembang di berbagai bidang,khususnya merangkul mahasiswa mahasiswa agar memiliki hubungan yang lebih erat. Umumnya organisasi KOMMMA juga tidak luput dari berbagai permasalahan. Dari berbagai permasalahn yang terjadi salah satu masalah yang umum adalah menurunnya kinerja 4 anggota karena kurangnya motivasi dan dukungan dari organisasi dan structuralnya sendiri. Maka dari itu dalam tulisan ini saya mengangkat judul “Analisis Penyelesaian Konflik Organisasi KOMMMA Melalui Negosiasi Integratif “ 5 Metode Penelitian Pada penelitian ini, peneliti mencoba mengungkap gambaran tentang strategi belajar pada mahasiswa yang aktif dalam Organisasi KOMMMA (Komunitas Mahasiswa Magetan di Malang). Metode yang digunakan adalah metode kualitatif dengan model pendekatan studi kasus dengan wawancara. Pelaksanaan wawancara kepada narasumber dilakukan secara offline di salah satu coffee shop di Kota Malang Dalam penyusunan tulisan ini diawali dengan penentuan objek penelitian,objek KOMMMA dipilih karena penulis mengetahui salah satu permasalahan yang pernah terjadi di organisasi yang dipilih dan memiliki kedekatan dengan salah satu pengurus yang bersangkutan.Lokasi penelitian ini berada di Kota Malang karena subjek atau narasumber sedang berada di Kota Malang. 6 Kajian teori Pengertian Negosiasi Istilah negosiasi berasal bahasa Inggris “negotiation”, dalam pengertian secara umum negosiasi adalah proses tawar-menawar dengan cara berunding untuk mencapai kesepakatan kedua belah pihak (Ulinuha, 2013). Sedangkan Robbins (2003) mengartikan negosiasi adalah sebuah proses yang didalamnya dua pihak atau lebih bertukar barang dan jasa dan berupaya menyepakati tingkat kerjasama tersebut bagi mereka. Menurut Jackman (2005) negosiasi adalah sebuah proses yang terjadi antara dua pihak atau lebih yang pada mulanya memiliki pemikiran berbeda, hingga akhirnya mencapai kesepakatan. Oliver (dalam Purwanto, 2006) menambahkan bahwa negosiasi adalah sebuah transaksi dimana kedua belah pihak mempunyai hak atas hasil akhir. Untuk itu diperlukan persetujuan dari kedua belah pihak sehingga terjadi proses yang saling memberi dan menerima sesuatu untuk mencapai suatu kesepakatan bersama. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa negosiasi merupakan suatu proses komunikasi dimana dua orang atau lebih dengan tujuan yang berbeda melakukan suatu proses timbal balik yang melibatkan pertukaran sesuatu antara dua orang atau lebih hingga mencapai kesepakatan bersama yang menguntungkan semua pihak. Negosiasi Integratif Negosiasi integratif merupakan negosiasi yang berjalan dan berdasarkan pada asumsi dalam mencari suatu penyelesaian dan dalam negosiasi ini diciptakan penyelesaian dalam kondisi menang menang diantara pihak-pihak yang terlibat (Bartos, 1995). Dalam negosiasi integratif ini negosiator yang terlibat diharuskan untuk memahami kepentingan pihak lawan dan hal ini kemudian akan membawa keputusan yang menguntungkan kedua pihak, serta jalannya negosiasi ini akan mudah dan lancar. Selain itu, negosiasi integratif identik dengan hal-hal yang berkaitan dengan multi-issue, sharing, problem solving, dan bridge building. Dalam hal multi-issue, dalam pelaksanaan negosiasi integratif dibahas tidak hanya satu isu saja, melainkan lebih. Sharing, negosiasi integratif juga terjadi kegiatan berbagi. Dalam kegiatan ini dimaksudkan untuk mendapatkan informasi selengkapnya dari pihak lawan dan 7 dalam kegiatan ini peran negosiator sangat diperlukan untuk menjalin hubungan baik dengan pihak lawan yang nantinya akan mendapatkan informasi dalam menyelesaikan permasalahan yang ada dengan menguntungkan kedua belah pihak. Problem solving, dalam negosiasi integratif ini penyelesaian masalah yang berkaitan dalam penyelesaian konflik merupakan salah satu cara yang dipergunakan untuk mencapai kepentingan bersama (kedua belah pihak yang terlibat). Sedangkan, bridge building, dalam negosiasi integratif hubungan baik yang terjalin ini juga memerlukan adanya sebuah jembatan yang menghubungkannya. Jembatan ini berfungsi sebagai penyatuan dari kepentingan-kepentingan yang berbeda dari kedua belah pihak. Selain itu, terbentuknya jembatan ini juga memiliki fungsi lain, yaitu dengan maksud untuk mendapatkan hasil setelah terjadinya negosiasi dan hubungan yang berpengaruh untuk negosiasi ke depannya juga dapat mempengaruhi dengan adanya bridge building tersebut. Langkah-Langkah kunci dalam Proses Negosiasi Integratif Dalam proses negosiasi integrative terdapat langkah langkah yang harus dilakukan untuk mencapai sebuah tujuan yang dilakukan. Langkah langkah yang dilakukan sebagai berikut: 1. Mengidentifikasi dan Mendefinisikan Masalah Proses definisi masalah ini sangat enting untuk negosiasi integratif karena proses ini menentukan parameter-parameter umum mengenai perkara yang dinegosiasikan dan memberikan kerangka kerja awal dalam pendekatan ke diskusi. Sangat penting agar kerangka kerja ini cukup komprehensif, sehingga dapat memperlihatkan kompleksitas situasi,sekaligus tanpa membesar-besarkan situasi tersebut. 2. Mengamati kepentingan a. Hampir selalu terdapat lebih dari satu kepentingan yang mendasari sebuah negosiasi. Kedua pihak akan sering kali memiliki lebih dari kepentingan yang subtantif mengenai masalah. b. Kedua pihak dapat memiliki kepentingan yang berbeda. Salah satu pihak mungkin sangat memperhatikan tentang masalah-masalah spesifik yang dibahas, sementara pihak yang lain hanya memperhatikan bagaimana masalah-masalah tersebut diselesaikan. c. Kepentingan seringkali berakar dari kebutuhan atau nilai-nilai manusiayang paling mendasar. Beberapa penulis menyatakan bahwa kerangak kerja dalam memahami 8 kebutuhan dan nilai nilai yang mendasar pada manusia dapat membantu memahami kepentingan. d. Kepentingan dapat berubah. Para negosiator harus selalumemperhatikan perubahanperubahan pada kepentingan mereka dan kepentingan pihak lain. Saat satu pihak mulai bicara dengan cara yang berbeda ketika bahasa atau penekanan tubuh berubah pihak lain harus mencari adanya perubahan kepentingan. e. Kepentingan yang muncul ke permukaan. Dialog yang sama juga penting dalam mengklarifikasi pihak lain. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang menyelidik dan memperhatikan bahasa, emosi, dan perilaku nonverbal pihak lain adalah kunci-kunci penting pada proses. Hasil yang dicapai adalah solusi yang sama-sama memuaskan keduanya. 3. Membuat Solusi Alternatif. Tujuan membuat solusi alternatif adalah untuk membuat daftar pilihanatau kemungkinan kemungkinan solusi atas masalah; mengevaluasi dan memilih di antara pilihan-pilihan tersebut akan menjadi tugas mereka ditahap akhir. Beberapa teknik telah diberikan untuk membantu negosiator membuat solusi-solusi alternatif. 4. Mengevaluasi dan memilih alternatif. Tahap keempat dalam proses negosiasi integratif adalah mengevaluasi alternatif yang dihasilkan selama tahap sebelumnya dan memilih alternatif-alternatif yang terbaik untuk dilaksanakan. Kedua pihak harus ikut serta dalam semacam proses pembuatan keputusan di mana mereka memperdebatkan keuntungan-keuntungan yang terkait dengan pilihanpilihan yang disukai setiap negosiator dan menyepakati pilihan yang terbaik. 9 Hasil dan Pembahasan Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan narasumber,organisasi yang diikuti oleh narasumber merupakan organisasi yang hanya aktif dalam moment moment tertentu,seperti saat akan adanya seleksi masuk perguruan tinggi, atau ada hari hari penting. Ketika aka nada seleksi masuk perguruan tinggi,organisasi ini akan membantu siswa SMA untuk mengetahui lebih jauh terkait perguruan tinggi khususnya Universitas Brawijaya dengan melakukan sosialisasi baik ke sekolah sekolah secara langsung atau dengan mengikuti kegiatan University Fair yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah dimana mendatangkan perwakilan dari berbagai perguruan tinggi sebagai ajang pengenalan dan menumbuhkan minat siswa SMA/SMK untuk melanjutkan pendidikan. Selain itu beberpa program yang berjalan diantarnya program di hari hari seperti hari kartini atau hari kemerdekaan atau hari raya dengan melakukan beberapa kegiatan social yang memberikan dampak kepada anggota dan lingkungan disekitarnya. Selepas dua kegiatan ini,KOMMMA hanya melakukan pertemuan rutin sebagai bentuk bounding antar anggota guna merekatkan rasa persaudaraan. Dalam pelaksanaan program program yang dilakukan bukan tanpa hambatan,hambatan utama yang sering terjadi adalah kekurangan sumber daya manusia. Banyak anggota dari organisasi ini mangkir dari tugas dan jobdesknya sehingga meinggalkan tugas dan tanggungnya dari kegiatan. Hal seperti inilah yang membuat organisasi ini jarang melakukan kegiatan atau proker yang sudah direncanakan pada awal tahun. Permasalahan terkait kemangkiran anggota organisasi ini merupakan hal yang sering terjadi dalam organisasi. Beberpa factor yang menyebabkan hal ini terjadi diantarnya adalah adanya kesibukan lain diluar organisasi,kegiatan yang dilakukan di daerah asal namun anggota sedang berada di Malang,kurangnya output yang dihasilkan setelah melakukan kegiatan serta kurangnya ketegasan pengurus dalam mengatur anggotanya sehingga banyak anggota yang meremehkan organisasi ini. Factor factor ini menyebakan munculnya berbagai masalah berkesinambungan sehingga dapat menyebabkan organisasi ini pasif. 10 Salah satu permasalahan yang pernah terjadi adalah terjadi adalah adanya anggota organisasi yang mangkir dari tanggung jawabnya dalam sebuah kegiatan dan tanggungjawabnya sebagai salah satu pengurus organisasi,sehingga menyebabkan kegiatan yang dilakukan tidak berjalan secara maksimal. Selain itu kemangkirang anggota ini juga menimbulkan permasalahan yang lebih besar yaitu banyak anggota yang lain ikut mangkor bahkan pasif dalam kegiatan organisasi. Ketidaktegasan pengurus untuk segera menyelesaikan permaslahan ini menjadi salah satu pemicu dari permasalahan permasalahan selanjut. Setelah melihat permasalahan yang terjadi sudah melebar,pengurus akhirnya melakukan tindakan dengan melakukan diskusi yang mendalam dengan anggota anggota terkait. Dalam diskusi yang dilakukan oleh pengurus dengan anggota terkait diketahui bahwa antara pengurus dan anggota terkit ini memiliki perbedan tujuan dan kepentingan. Bagi pengurus tujuan utamanya adalah bagaimana organisasi ini tetap aktif dalam melakukan kegiatan sesuai dengan proker serta menginginkan anggota organisasi dapat berpartisipasi aktif dalam semua kegiatan. Sedangkan anggota terkait mengikuti organisasi ini untuk mendapatkan sertifikat yang dapat mendukung proses studinya sehingga anggota ini lebih memilih kegiatan yang memberikan sertifikat secara resmi yang dapat berdampak dalam proses studinya. Untuk menyelesaikan kedua pihak yang memiliki tujuan dan kepentingan yang berbeda ini perlu diadakan negosiasi,dimana negosiasi menurut Jackman (2005) adalah sebuah proses yang terjadi antara dua pihak atau lebih yang pada mulanya memiliki pemikiran berbeda, hingga akhirnya mencapai kesepakatan.DIsini antara anggota dan pengurus melakukan neosiasi untuk mencari jalan tengah dari permasalahan yang terjadi. Jenis negosiasi yang dihasilkan adalah negosiasi integrative ,negosiasi ini diciptakan penyelesaian dalam kondisi menang menang diantara pihak-pihak yang terlibat (Bartos, 1995).jenis negosiasi ini digunakan karena di konteks permasalahan ini harus menguntungkan satu sama lain. Hal ini supaya kedua belah pihak dapat tercapai tujuannnya. Proses unutk mencapai kesepakatan antara medua belah pihak melalui berbagai langkah langkah yang panjang. Proses negosiasi integrative ini diawali dengan mengidentifikasi dan mendefinisikan masalah,dalam fase ini dimaksudkan untuk mendapatkan informasi selengkapnya dari pihak lawan dan dalam kegiatan ini peran negosiator sangat diperlukan untuk menjalin hubungan baik dengan pihak lawan yang nantinya akan mendapatkan informasi dalam 11 menyelesaikan permasalahan yang ada dengan menguntungkan kedua belah pihak. Anggota yang bersangkutan perlu mengutarakan apa yang terjadi dan apa yang dirasakan selama berada di organisasi serta permasalahan permasalahan diluar yang dapat berkaitan secara langsung. Begitu juga pengurus harus menjabarkan terkait kondisi organisasi,kebutuhan dan permasalahan yang terjadi sehingga kedua belah pihak mengetahui kebutuhan satu sama lain. Langkah kedua dalam proses negosiasi integrative adalah Mengamati kepentingan satu sama lain. Di permasalahan yang terjadi ini kedua belah pihak memiliki kepentingan yang berbeda,dari sisi anggota dia memiliki kepentingan mendapatkan sertifikat untuk menunjang studinya. Karena organisasi tidak dapat mengeluarkan sertifikat secara resmi,maka hal ini dianggap merugikan dan tidak dapat memenuhi kepentingannya. Sedangkan bagi pengurus hal penting yang harus dipenuhi adalah memastikan organisasi dapat berjalan dan acara acara dapat terlaksana dengan hasil yang maksimal. Kepentingan ini pada kenyataanya tidak dapat terlaksana karena kurangnya dukungan dan kurangnya sumber daya manusia yang berpartisipasi aktif dalam organisasi dan kegiatan kegiatannya. Dari identifikasi kedua kepentingan yang dijabarkan diketahui bahwa kedua belah pihak memiliki kepentingan yang bersinggungan sehingga perlu dilakukan langkah selanjutnya yaitu mencari solusi alternative atau BATNA (Best Alternative to a Negotiated Agreement) yaitu rencana negosiasi tentang beberapa alternatif yang dapat ditempuh oleh negosiator untuk membuat atau tidak membuat kesepakatan dengan pihak lain berdasarkan tujuan negosiasi yang ingin dicapai (Kennedy,1993:35). Di permasalahan yang terjadi ini,ada beberapa solusi yang dapat ditawarkan agar kedua belah pihak mendapatkan win win solution. Alternataif pertama yang ditawarkan oleh pengurus yaitu pemberian surat keterangan aktif organisasi dengan ketentuan anggota terkait harus mengikuti 70% kegiatan yang dilakukan oleh organisasi,sehingga dalam penawaran ini organisasi diuntungkan dengan kegiatan yang mendapatkan sumber daya manusia dan anggota dapat mendapatkan surat pengganti sertifikat yang menunjang studinya, selain itu alternative lain yang ditawarkan adalah mengadakan kegiatan organisasi di tempat perkuliahan atau di Kota Malang,sehingga kemungkinan anggota yang sebelumnya terkendala jarak untuk kembali ke asal dapat lebih memiliki kesempatan besar untuk mengikuti kegiatan. 12 Adanya alternative alternative ini perlu pertimbangan dan evaluasi lebih lanjut untuk mengetahui side effect yang dapat ditumbulkan dari setiap keputusan yang diambil. Dari alternative pertama bisa dilakukan namun tidak menjamin bahwa semua anggota mau bersedia dan mematuhi kesepakatan walaupun dalam alternative ini ini dilihat bisa menguntungkan kedua belah pihak,namun masih terdapat potensi kegagalan dalam pelaksanaannya. Sedangkan alternative kedua dimana penyeenggaraan acara dilakukan di Kota Malang mungkin bisa dilakukan untuk kegiatan kegiatan tertentu yang sifatnya internal organisasi seperti rapat,karena ketika kegiatan dilakukan diluar kota asal yaitu kota Magetan makan esensi dan tujuan organisasi sendiri kurang bisa tercapai sehingga tidak sesuai dengan kepentingan awal berdirinya organisasi ini. Oleh karena itu,dari kedua alternative penyelesain masalah yang diberikan kedua belah pihak yaitu anggota dan pengurus menyepakati bahwa menggunakan opsi pertama dengan pemberian surat keterangan aktif organisasi dengan ketentuan anggota terkait harus mengikuti 70% kegiatan yang dilakukan oleh organisasi. Meskipun masih memiliki kemungkinan gagal namun opsi ini dirasa paling sesuai dan dapat merangkul kepentingan kedua belah pihak 13 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian,dapat disimpulkan bahwa proses negosiasi integrative yang menghasilkan win win solusion dapat memberikan pemecahan masalah yang dapat diterima oleh kedua belah pihak. Sehingga tujuan pihak pengurus dan pihak anggota dapat terlaksana secara bersaan dan saling menguntungkan 14 Daftar Pustaka Lewicki .Roy, 2015, Negosiasi, Jakarta: Salemba Humanika Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 155/U/1998 tentang Pedoman Umum Organisasi Kemahasiswaan. (Tanpa tanggal). Diunduh dari: http://www.dikti.go.id/Archive2007/Org Mhs.html. Anonim. (2010). Aktif berorganisasi mendapat nilai (2010, 18 Oktober). Kompas, hal.1. Yasinta Karina Caesari, A. L. (2013). Kuliah versus organisasi. Journa Psikologi Universitas Diponegoro, 2. 15