Uploaded by novia ayu

resume negosiasi

advertisement
SIFAT-SIFAT NEGOSIASI
a. Karakteristik Situasi Negosiasi
Meskipun kata-kata win-win situation senantiasa dikedepankan, namun tetap saja, posisi
kedua belah pihak perunding (negosiator) adalah berseberangan.
Karakteristik dari situasi negosiasi meliputi :
1. Melibatkan dua pihak atau lebih
2. Ada konflik kebutuhan dan keinginan antara dua pihak atau lebih.
3. Para pihak bernegosiasi berdasarkan pilihan
4. Adanya proses memberi dan menerima.
5. Para pihak lebih suka bernegosiasi dan mencari kesepakatan daripada bertarung
secara terbuka
6. Negosiasi yang berhasil melibatkan pengelolaan barang berwujud dan juga
penyelesaian barang tidak berwujud.
b. Penyesuaian yang saling menguntungkan
Kedua belah pihak tersebut dapat mempengaruhi hasil dan keputusan pihak lain, serta
keputusan mereka sendiri dapat dipengaruhi oleh pihak lain. Penyesuaian timbal balik ini
berlanjut sepanjang negosiasi karena kedua belah pihak bertindak untuk mempengaruhi
pihak lain. Pada dasarnya, negosiasi yang efektif bukanlah soal menang atau kalah.
Tetapi terkait tujuan yang hendak dicapai dalam negosiasi yaitu menjalin hubungan yang
saling menguntungkan.
Berikut beberapa langkah untuk menciptakan negosiasi yang saling menguntungkan :
1. Sampaikan maksud dan tujuan negosiasi
2. Sampaikan sebanyak mungkin informasi yang relevan
3. Tentukan batas waktu negosiasi
4. Menggunakan cara mirroring
5. Tawarkan solusi alternatif terbaik
c. Mengklaim Nilai dan Menciptakan Nilai
Terdapat dua jenis situasi yang saling bergantung, antara lain:
1. Zero-Sum atau Distributive Situations
Situasi distributif adalah yang di mana hanya ada satu pemenang atau di mana para
pihak mencoba untuk mendapatkan investasi yang lebih besar atau berbagi sumber
daya tetap seperti jumlah bahan baku, uang, waktu dan sejenisnya. Dalam situasi
distributif ini, negosiator termotivasi untuk memenangkan persaingan dan
mengalahkan pihak lain atau memperoleh bagian terbesar dari sumber daya tetap.
2. Non-Zero-Sum atau Integrative Situations
Negosiasi integratif adalah situasi yang di mana banyak orang dapat mencapai
tujuannya. Di sisi lain, dalam situasi ini juga, negosiator harus menggunakan strategi
dan taktik win-win. Pendekatan negosiasi ini disebut negosiasi terpadu, mencoba
mencari solusi agar kedua belah pihak dapat bekerja sama dengan baik dan mencapai
tujuan mereka
d. Hubungan Negosiasi dan Penyelesaian Konflik
Negosiasi adalah strategi untuk mengelola konflik secara produktif. Negosiasi adalah
proses dimana dua atau lebih pihak berusaha untuk menyelesaikan kepentingan mereka
yang berlawanan, dimana dalam buku essentials of negotiation disebutkan bahwa
negosiasi adalah salah satu dari beberapa mekanisme yang dapat digunakan orang untuk
menyelesaikan suatu konflik. Berdasarkan uraian diatas, dapat dijelaskan bahwa
hubungan antara negosiasi dan penyelesaian konflik yaitu negosiasi menjadi salah satu
strategi dalam penyelesaian atau resolusi konflik.
STRATEGI DAN TAKTIK NEGOSIASI DISTRIBUTIF
a. Situasi negosiasi distributive
Negosiasi distributif disebut juga dengan tawar menawar yang kompetitif atau menangkalah. Terdapat poin kunci dari analisis situasi tawar-menawar distributif, diantaranya
terdapat Target Point yaitu titik dimana seorang negosiator ingin mengakhiri negosiasi
(tujuan optimalnya). Kemudian titik yang tidak akan dilampaui negosiator adalah
Resistance Point, yaitu jumlah terbesar yang akan dibayar oleh pembeli, sementara
jumlah terkecil yang akan diterima oleh penjual (disebut juga sebagai Reservation Price).
Selain membuka penawaran, poin target, dan poin resistensi, negosiator perlu
mempertimbangkan apa yang akan mereka lakukan jika tidak mencapai kesepakatan
dengan pihak lain. Menentukan alternatif terbaik—Best Alternative to a Negotiated
Agreement (BATNA) dan alternatif terburuk—Worst Alternative to a Negotiated
Agreement (WATNA).
b. Tugas Taktik
Dalam strategi dasar tawar-menawar distributif, ada empat tugas taktis penting yang
berkaitan dengan target, titik resistensi, dan biaya penghentian negosiasi untuk negosiator
dalam situasi tawar-menawar distributif untuk dipertimbangkan:
1.
menilai target pihak lain, titik resistensi, dan biaya penghentian negosiasi
2.
mengelola kesan pihak lain tentang target negosiator, titik penolakan, dan biaya
penghentian negosiasi
3.
mengubah persepsi pihak lain tentang targetnya sendiri, titik penolakan, dan biaya
penghentian negosiasi
4.
memanipulasi biaya sebenarnya dari penundaan atau penghentian negosiasi.
c. Mengambil posisi Selama negosiasi
Pada awal negosiasi, kedua belah pihak mengambil posisi. Salah satu pihak kemudian
akan mengubah posisinya sebagai tanggapan atas informasi dari pihak lain atau sebagai
tanggapan atas perilaku pihak lain. Posisi pihak lain biasanya juga akan berubah selama
tawar-menawar. Perubahan posisi biasanya disertai dengan informasi baru mengenai niat
pihak lain, nilai pembayaran, dan kemungkinan zona penyelesaian.
1. Opening Offer
hal
pertama
yang
dihadapi
oleh
negosiator
adalah
permasalahan
yang
membingungkan. Negosiator dengan BATNA (Best Alternative To a Negotiated
Agreement) lebih memungkinkan untuk mengajukan penawaran yang pertama.
2. Opening Stance
Keputusan kedua yang harus dibuat oleh negosiator di awal perundingan distributif
menyangkut pendirian atau sikap yang harus diambil selama negosiasi, untuk
mempertimbangkan dengan hati-hati pesan yang ingin mereka sampaikan melalui
konsesi awal dan selanjutnya dan cenderung mencocokkan taktik distribusi pihak lain
dengan taktik mereka sendiri
3. Initial Concession
Penawaran pembukaan, sikap pembukaan, dan konsesi awal adalah elemen-elemen di
awal negosiasi yang dapat digunakan para pihak untuk mengomunikasikan
bagaimana mereka berniat untuk bernegosiasi
4. Role Of Concession
Konsesi adalah inti dari negosiasi. Tanpa adanya hal tersebut maka negosiasi tidak
akan terjadi. Jika satu pihak tidak ingin membuat konsesi, pihak lain harus mengalah
atau negosiasi akan berhenti. Orang memasuki negosiasi dan mengharapkan konsesi.
Negosiator kurang puas ketika negosiasi berakhir dengan penawaran pertama mereka,
mungkin karena mereka pikir mereka bisa melakukan lebih baik
5. Pattern of Concession making
Pola konsesi yang dibuat oleh negosiator mengandung informasi berharga, tetapi
tidak selalu mudah untuk ditafsirkan. Ketika konsesi berturut-turut semakin kecil,
pesan yang jelas adalah bahwa posisi pemegang konsesi semakin kuat dan titik
perlawanan sedang didekati.
6. Final Offer
Negosiator ingin menyampaikan pesan bahwa tidak ada lagi ruang untuk bermanuver
dan tawaran saat ini adalah yang terakhir. Negosiator tidak dapat membiarkan konsesi
lebih lanjut untuk menyampaikan pesan, meskipun ada desakan dari pihak lain
d. Komitmen
Negosiator sering ingin mengeluarkan pihak lain dari posisinya, dan seringkali pihak
tersebut juga ingin keluar. Ada 4 cara untuk menghapus komitmen, yaitu sebagai berikut:
1. Plan Way Out
2. Let it Die Silently
3. Restate the Commitment
4. Minimize the Damage
e. Closing The Deal
Setelah melalui proses negosiasi yang panjang serta mengetahui posisi, kebutuhan, dan
titik resistensi lawan, maka tantangan selanjutnya bagi negosiator adalah untuk menutup
kesepakatan. Terdapat beberapa taktik yang dapat dipilih untuk menutup kesepakatan,
yaitu:
1. Provide Alternatives
Taktik ini merupakan taktik dimana negosiator dapat memberikan beberapa alternatif
kesepakatan atau jalan keluar yang dapat lebih/kurang dalam value bagi lawan
2. Assume the Close
Taktik ini sering digunakan oleh orang-orang penjualan (sales), seringkali sales akan
mengeluarkan order form seolah-olah customer telah membuat keputusan untuk
pembelian.
3. Split the Difference
Saat menggunakan taktik ini, negosiator akan memberikan ringkasan singkat dari
negosiasi tersebut dan kemudian menyarankan untuk splitting the difference atau
berkompromi di tengah gap perbedaan antara pihak-pihak yang bernegosiasi.
4. Exploding Offers
Dalam taktik ini, offer yang diberikan berisi tenggat waktu yang sangat ketat untuk
menekan pihak lain agar segera setuju.
5. Sweeteners
Taktik ini dilakukan dengan menyimpan special concession (kelonggaran khusus)
untuk penutupan, untuk menggunakan taktik ini secara efektif, negosiator perlu
menyertakan ―sweeteners‖ atau pemanis dalam rencana negosiasi mereka.
f. Hardball Tactics
Taktik ini merupakan taktik negosiasi keras untuk mengalahkan pihak lain dan dirancang
untuk menekan negosiator untuk melakukan hal-hal yang tidak akan mereka lakukan.
Penggunaan hardball tactics umumnya menyamarkan kepatuhan pengguna taktik ini
terhadap pendekatan tawar-menawar yang distributif. Taktik ini paling cocok digunakan
untuk melawan negosiator yang kurang siap. Ada empat cara untuk menghadapi hardball
tactic, yaitu:
1. Discuss Them
Memberi label pada taktik tersebut dan tunjukkan kepada pihak lain bahwa kita
mengetahui apa yang dia lakukan. Kemudian, tawarkan untuk merundingkan proses
negosiasi itu sendiri, seperti ekspektasi perilaku para pihak. Setelah itu, baru
lanjutkan ke substansi pembicaraan. Negosiator dapat mengusulkan peralihan ke
metode negosiasi yang tidak terlalu agresif.
2. Ignore Them
Cara ini dapat berupa berpura-pura tidak mendengar, mengubah topik pembicaraan,
dan/atau melibatkan pihak lain dalam topik baru. Negosiator dapat mengusulkan
istirahat dan setelah dimulai kembali dapat mengalihkan topic untuk mengecilkan
ancaman negosiator melanjutkan agendanya.
3. Respond in Kind
Cara ini dilakukan dengan membalas hardball tactic dengan hardball tactic juga. Cara
ini dapat mengakibatkan kekacauan, menimbulkan perasaan negatif, dan bersifat
kontra produktif.
4. Co-Opt the Other Party
Cara lain untuk menghadapi negosiator dengan hardball tactic adalah dengan
mencoba berteman dengan mereka sebelum mereka menggunakan taktik tersebut.
Pendekatan ini dibangun berdasarkan teori bahwa menyerang teman jauh lebih sulit
daripada musuh.
Berikut beberapa hardball tactic yang sering digunakan oleh negosiator:
1. Good cop/bad cop
Taktik Good cop/bad cop dinamai dari teknik interogasi polisi di mana dua petugas
(satu baik, satu tangguh/jahat) bergantian menanyai seorang tersangka. Taktik seperti
ini sering terlihat di berbagai serial televisi dan film polisi.
2. Lowball/Highball
Dalam taktik ini, negosiator memulai dengan opening offer yang sangat rendah (atau
tinggi) dan tidak dapat dicapai (non-achievable) atau tidak masuk akal. Taktik ini
didasarkan pada teori bahwa tawaran ekstrim akan membuat pihak lain mengevaluasi
kembali opening offer mereka dan bergerak mendekati atau melampaui titik
penolakan mereka.
3. Bogey
Negosiator yang menggunakan taktik bogey berpura-pura bahwa isu yang tidak
terlalu atau tidak sama sekali penting bagi mereka menjadi cukup penting. Dalam
negosiasi, isu tersebut kemudian dapat ditukar dengan konsesi besar atas isu yang
sebenarnya penting bagi mereka.
4. The Nibble
Taktik The Nibble (gigitan) dilakukan dengan meminta konsesi kecil secara
proporsional pada hal yang belum dibahas sebelumnya untuk menutup kesepakatan.
Setelah proses negosiasi dirasa cukup dan kesepakatan sudah dekat, salah satu pihak
meminta untuk memasukkan klausul yang belum dibahas sebelumnya dan itu akan
merugikan pihak lain dalam ukuran yang cukup kecil secara proporsional.
5. Chicken
Para negosiator yang menggunakan taktik ini mengombinasikan gertakan besar
dengan tindakan mengancam untuk memaksa pihak lain agar mundur dan
memberikan apa yang mereka inginkan.
6. Intimidation
Taktik intimidasi dirancang untuk membuat pelaku intimidasi merasa lebih kuat
daripada pihak lain dan mengarahkan orang untuk membuat konsesi karena alasan
emosional daripada alasan obyektif seperti fakta baru.
7. Aggressive Behavior
taktik aggressive behaviour mencakup berbagai cara agresif untuk mendorong posisi
pihak lawan atau menyerang pihak lawan. Taktik ini dapat berupa dorongan tanpa
henti untuk konsesi lebih lanjut.
8. Snow Job
Taktik snow job terjadi ketika negosiator membanjiri pihak lain begitu banyak
informasi sehingga dia kesulitan menentukan fakta mana yang nyata atau penting dan
mana yang disertakan hanya sebagai pengalih perhatian.
STRATEGI DAN TAKTIK NEGOSIASI INTEGRATIF
a. Proses Negosiasi
Kesepakatan yang integratif dapat dicapai, terutama karena para negosiator bekerja keras
untuk mengatasi faktor-faktor penghalang dan teguh mencari kesepakatan. Mengelola negosiasi
integratif termasuk proses melalui identifikasi masalah, memahami kebutuhan dan kepentingan
kedua pihak,menghasilkan solusi alternatif dan memilih salah satu diantara solusi alternative
1. Menciptakan arus informasi yang bebas
2. Memahami kebutuhan dan tujuan sebenarnya dari pihak lawan
3. Menekankan pada Kesamaan Antara Kedua Pihak dan Meminimalkan Perbedaan
4. Mencari Solusi yang Memenuhi Kebutuhan dan Tujuan
b. Langkah kunci dalam proses negosiasi
1. Identifikasi dan definisikan masalah,
2. Pahami masalah dan munculkan kepentingan serta kebutuhan ke permukaan,
c.
3.
Buat alternatif-alternatif solusi masalah,
4.
Evaluasi alternatif-altternatif tersebut dan pilih salah satu.
Faktor-faktor yang Membantu Keberhasilan Negosiasi Integratif
Negosiasi integratif yang berhasil dapat terjadi jika kedua pihak memiliki predisposisi
untuk menemukan solusi bersama yang dapat diterima oleh keduanya
1. Beberapa tujuan yang sama
Unsur kunci pada sebuah situasi negosiasi integratif adalah keyakinan bahwa semua
pihak dapat mendapatkan keuntungan.
2. Keyakinan pada Kemampuan Penyelesaian Masalah
Keahlihan meningkatkan dasar pengetahuan dan kepercayaan diri negosiator, yang
keduanya diperlukan untuk melaksanakan pendekatan terhadap masalah yang
dihadapi dengan pikiran terbuka. Pengalaman langsung dalam bidang negosiasi
meningkatkan keahlian negosiator dalam memahami proses perundingan dan
melakukan pendekatan secara lebih kreatif.
3. Keyakinan pada Posisi Sendiri dan Perspektif Orang Lain
Negosiasi integratif mengharuskan negosiator menerima sikap,kepentingan, dan
keinginan sendiri dan pihak lain sebagai hal yang valid. Tujuan negosiasi integratif
bukanlah untuk mempertanyakan atau menantang sudut pandang orang lain, tetapi
untuk mempertanyakannya atau menentang sudut pandang orang lain, tetapi untuk
menyertakannya ke dalam definisi masalah dan untuk memperhatikannya ketika
kedua pihak mencari alternatif yang dapat diterima secara bersama
4. Motivasi dan Komitmen untuk Bekerja Sama
Kedua pihak harus termotivasi untuk berkolaborasi dan bukan untuk bersaing, mereka
harus berkomitmen untuk mencapai sebuah tujuan yang menguntungkan kedua pihak
dan bukan hanya memenuhi kepentingansendiri.
5. Kepercayaan
Negosiasi relatif lebih mudah ketika kedua pihak saling mempercayai. Menghasilkan
kepercayaan adalah proses yangkompleks dan tidak pasti; sebagaian tergantung pada
bagaimana perilakukedua pihak dan sebagaian tergantung pada karakteristik pribadi
kedua pihak.
6. Komunikasi yang Jelas dan Akurat
Mereka harus bersedia mengungkapkan apa yang mereka inginkan dan yang lebih
penting harus bersedia untuk menyatakan kenapa mereka menginginkannya denagn
istilah-istilah spesifik dan konkret, menghindari hal-hal yang umum dan ambigu
7. Pemahaman tentang Dinamika Negosiasi Integratif
Pelatihan negosiasi integratif meningkatkan kemampuan kedua pihak untuk
bernegosiasi secara integratif. Melatih para negosiator taktik-taktik integratif terutama
cara bertukar informasi tentang prioritas-prioritas pada masalah dan referensi di
dalam masalah, dan cara menentukan tujuan.
PROSES NEGOSIASI
a. Tujuan dan Fokus dalam strategi Negosiasi
Negosiator harus mengantisipasi tujuan apa yang ingin mereka capai dalam negosiasi dan
fokus pada bagaimana mencapai tujuan tersebut, tujuan yang efektif harus konkret,
spesifik, dan terukur. Ada empat cara tujuan mempengaruhi negosiasi:
1. Menentukan tujuan yang spesifik dan realistis
2. Menentukan alternatif BATNA
3. Menentukan tipe negosiasi yang digunakan
4. Menentukan batas kesepakatan yang dapat diterima
b. Stategi
1. Strategi distributif cenderung menciptakan pola ―kita–mereka‖ atau ―superioritas–
inferioritas‖ dan dapat menyebabkan distorsi dalam penilaian mengenai kontribusi
pihak lain dan upaya, serta distorsi dalam persepsi motif, kebutuhan, dan pihak lain
posisi.
2. Jika negosiator mengejar strategi integratif tanpa memperhatikan strategi pihak lain,
maka yang lain dapat memanipulasi dan mengeksploitasi kolaborator dan mengambil
keuntungan dari itikad baik dan itikad baik yang ditunjukkan
3. Strategi akomodatif dapat menghasilkan pola menyerah berulang kali untuk
mempertahankan lain senang atau untuk menghindari perkelahian. Pola ini
menetapkan preseden yang sulit merusak.
c. Proses Perencanaan Strategi
1. Define the negotiating goal.
Tujuan dapat bersifat substantif (berwujud), psikologis (tidak berwujud), atau
prosedural (bagaimana kita mencapai kesepakatan).
2. Defining the major issues related to achieving the goal.
Langkah ini sendiri biasanya diawali dengan analisis tentang isu-isu kunci apa yang
akan dibahas dalam negosiasi.
3. Assembling the issues, ranking their importance, and defining the bargaining mix
-Tentukan masalah mana yang paling penting dan mana yang kurang penting.
- Menentukan apakah isu-isu terkait bersama-sama atau terpisah.
4. Defining the Interest
Setelah mendefinisikan masalah, negosiator harus melanjutkan untuk menentukan
kepentingan dan kebutuhan yang mendasarinya. Kepentingan juga dapat didasarkan
pada negosiasi yang tidak berwujud termasuk prinsip atau standar yang ingin dipatuhi
oleh para pihak, norma informal yang akan mereka gunakan untuk bernegosiasi, dan
tolok ukur yang akan mereka gunakan
5. Knowing your alternatives (BATNAs)
Kesepakatan lain yang dapat dicapai oleh negosiator dan tetap memenuhi kebutuhan
mereka. Alternatif sangat penting dalam proses distributif dan integratif karena
mereka menentukan apakah hasil saat ini lebih baik daripada kemungkinan lain
6. Knowing your limits, including a resistance point.
Titik resistensi adalah tempat di mana Anda memutuskan bahwa Anda harus benarbenar menghentikan negosiasi daripada melanjutkan karena setiap penyelesaian di
luar titik ini tidak minimal.
7. Analyzing and understanding the other party’s goals, issues, and resistance points.
Mempelajari masalah, preferensi, prioritas, minat, alternatif, dan kendala orang lain
hampir sama pentingnya dengan menentukan masalah sendiri. Jika negosiator belum
memiliki kesempatan untuk bertemu dengan orang-orang dari pihak lain, maka
mereka harus mencari cara untuk memahami negosiasi dari sudut pandang pihak lain
atau mengumpulkan informasi untuk mempelajari masalah, minat, dan prioritas
mereka.
8. Setting one’s own targets and opening bids.
Menentukan dua poin kunci lainnya: spesifik titik target, di mana seseorang secara
realistis berharap untuk mencapai penyelesaian, dan tawaran pembukaan, mewakili
kesepakatan terbaik yang dapat diharapkan untuk dicapai.
9. Assessing the social context of negotiation
Ketika seseorang memiliki konstituen atau pengamat, isu lain muncul, seperti siapa
yang melakukan negosiasi, siapa yang dapat berpartisipasi dalam negosiasi, dan siapa
yang
memiliki
kekuasaan
tertinggi
untuk
menyetujui
dinegosiasikan.
10. Presenting the issues to the other party: substance and process.
kesepakatan
yang
Ada dua komponen utama untuk dipertimbangkan di sini: bagaimana Anda akan
mempresentasikan dan membingkai isu dan kepentingan dan bagaimana Anda harus
menyusun proses penyajian informasi ini.
KEKUASAAN DAN NEGOSIASI
a. Mengapa Kekuasaan Penting
Kekuasaan merupakan suatu hal yang penting bagi negosiator karena dengan kekuasaan
tersebut dapat memberikan negosiator keuntungan atau advantage atas pihak lain dalam
bernegosiasi. Kekuasaan atau Kekuatan tersebut penting untuk digunakan dalam
merancang taktik dan motif. Tujuannya adalah untuk meminimalkan kemampuan salah
satu pihak untuk mendominasi hubungan.
b. Definisi Kekuasaan
Kekuasaan atau kekuatan sendiri merupakan sebuah kemampuan untuk menghasilkan
hasil yang mereka inginkan atau kemampuan untuk menyelesaikan sesuatu dengan cara
yang mereka inginkan. Terdapat dua perspektif tentang kekuasaan, seperti kekuasaan
digunakan untuk mendominasi dan mengontrol pihak lain, dan kekuasaan digunakan
untuk bekerja sama dengan pihak lain.
c. Sumber Kekuasaan & Bagaimana Orang Memperoleh Kekuasaan
Dalam seminar work on power French dan Raven mengidentifikasi lima jenis utama:
1. Expert power: berasal dari memiliki informasi yang unik dan mendalam tentang suatu
subjek.
2. Reward power: diperoleh dengan mampu menghargai orang lain untuk melakukan
apa yang perlu dilakukan
3. Coercive power: diperoleh dengan mampu menghukum orang lain karena tidak
melakukan apa yang perlu dilakukan.
4. Legitimate power: berasal dari memegang jabatan atau jabatan formal di beberapa
organisasi dan menggunakan kekuasaan yang terkait dengan jabatan tersebut
5. Referent power: berasal dari rasa hormat atau kekaguman seseorang karena atribut
seperti kepribadian, integritas, gaya interpersonal, dan sejenisnya.
d. Menghadapi orang yang memiliki kekuasaan lebih besar
1. Never do an all-or-nothing deal
Pihak-pihak berdaya rendah harus berusaha untuk mendiversifikasi risiko mereka
dengan melakukan kesepakatan dengan beberapa mitra lain sehingga tidak ada
satupun pemain berdaya tinggi yang dapat menghapus mitra berdaya rendah.
2. Membuat Pihak Lain Lebih Kecil
Dalam berurusan dengan pihak berkekuatan tinggi, terutama jika itu adalah kelompok
atau organisasi, usahakan untuk menjalin banyak hubungan dan terlibat dalam banyak
negosiasi
3. Membuat diri kita menjadi lebih besar
Pihak yang berdaya rendah harus berusaha membangun koalisi dengan pihak berdaya
rendah lainnya untuk meningkatkan daya tawar kolektif mereka.
4. Bangun momentum dengan melakukan transaksi secara berurutan
Kesepakatan awal dapat dilakukan untuk membangun hubungan, memperkuat
hubungan dengan partai berkuasa, dan mungkin memperoleh sumber daya
5. Gunakan kekuatan kompetisi untuk meningkatkan kekuatan
Jika Anda memiliki sesuatu untuk ditawarkan, pastikan Anda menawarkannya ke
lebih dari satu pihak yang memiliki kekuasaan tinggi.
6. Membatasi diri
Kita perlu membatasi cara kita berbisnis atau dengan siapa kita berbisnis.
7. Informasi yang baik selalu menjadi sumber kekuatan
Informasi yang memperkuat posisi dan kasus negosiasi kita dapat mengantisipasi
informasi yang paling menarik atau persuasif ke pihak lain
8. Ajukan banyak pertanyaan untuk mendapatkan informasi lebih banyak
negosiator dengan kekuatan yang lebih kecil mengajukan lebih banyak diagnostik
daripada pertanyaan yang mengarahkan dan terus-menerus menunjukkan kesediaan
mereka untuk bekerja sama—dan bahwa perilaku ini menghasilkan hasil yang lebih
baik.
9. Lakukan apa yang kita bisa untuk mengelola proses
Jika pihak berkekuatan tinggi mengendalikan proses negosiasi (agenda, irama, waktu,
dan lokasi), mereka akan melakukannya dengan cara tertentu untuk memastikan hasil
yang dia inginkan.
ETIKA BISNIS
a. Pengertian etika bisnis
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Etika didefinisikan sebagai ilmu
tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlak).
Meskipun demikian, tidak ada standar etika bisnis yang menjadi dasar universal dalam
melaksanakan transaksi bisnis. Etika ini sendiri erat kaitannya dengan prinsip dalam ilmu
manajemen, yakni do the right things dan do things right. Dimana melakukan hal yang
benar dan dengan cara yang benar berkaitan dengan etika, kepribadian, nilai yang
melekat pada individu.
b. Negosiasi dan etika bisnis
Hal ini berhubungan dengan kemungkinan dimana lawan negosiasinya dapat melakukan
segala tindakan yang secara etis tidak benar. Etika bisnis, integritas, dan tanggung jawab
adalah faktor penentu kualitas perusahaan secara keseluruhan.
Nash (2009) mendefinisikan etika bisnis sebagai studi bagaimana norma moral personal
diterapkan dalam kegiatan bisnis komersial. Dimana etika bisnis dalam tiga area
manajerial meliputi:
1.
Pilihan mengenai apa hukum yang berlaku dan apakah sudah mengikuti hukum
tersebut
2.
Pilihan mengenai masalah ekonomi dan masalah di luar hukum
3.
Pilihan mengenai prioritas sendiri diatas prioritas kepentingan perusahaan
c. Klasifikasi tingkatan etika
Untuk memahami bagaimana etika organisasinya bekerja, maka sang negosiator harus
dibina terlebih dahulu mengenai etika pada sistem sosial masyarakat yang berlaku baru
kemudian di tingkat organisasi.
d. Orientasi Budaya dan Negosiasi
Hofstede (1991), mengemukakan ada dua orientasi budaya organisasi yaitu, orientasi
budaya prestasi (achievement oriented culture) dan memelihara (nurturing oriented
culture) yang merefleksikan persaingan versus kerja sama.
1. Achievement Oriented Culture
Budaya berorientasi prestasi ditandai dengan fokus pada persaingan, ketegasan, dan
kesuksesan materi.
2. Nurturing Oriented Culture
Orang-orang dalam budaya yang berorientasi pengasuhan mungkin menghargai
keharmonisan sosial, kesetaraan, dan saling mendukung atas pencapaian dan
persaingan individu
3. Analyzer
Orientasi analyzer cenderung lebih fleksibel dan adaptif. Mereka mempertimbangkan
peluang baru, tetapi juga mempertahankan posisi mereka di pasar.
4. Reaktor
Organisasi tipe reaktor cenderung merespon perubahan pasar dan kompetisi tanpa
memiliki strategi yang jelas.
e. Prinsip Prinsip Etika Bisnis
Menurut Shane dan Glinow (2009)perspektif perilaku organisasi, ada tiga prinsip etika
bisnis yang menjelaskan bagaimana negosiator bertindak ketika menghadapi masalah
etika (ethical dilemma) yaitu:
1. Utilitarisme
Prinsip utilitarianisme menekankan pentingnya memilih tindakan yang memberikan
manfaat terbesar bagi banyak orang.
2. Hak hak Individu
Prinsip hak-hak individu menekankan pentingnya menghargai hak individu dan
kebebasan individu dalam konteks bisnis dan negosiasi.
3. Distributive Justice
Prinsip distributive justice menekankan pentingnya membagi sumber daya dan
keuntungan secara adil dan merata di antara semua pihak yang terlibat dalam bisnis
dan negosiasi.
f. Intensitas Moral dan Sensitivitas Etika
Intensitas moral merupakan tingkat kearah mana masalah menuntut penerapan prinsipprinsip etika. Sedangkan sensitivitas etika adalah karakteristik personal yang mendorong
orang mengakui eksistensi dan menentukan arti penting relative dari masalah etika.
Intensitas moral mengacu pada tingkat kekuatan atau kedalaman keyakinan seseorang
terhadap nilai-nilai moral tertentu. Sensitivitas etika mengacu pada kemampuan
seseorang untuk mengenali dan merespons dengan tepat pada masalah etika atau moral
yang muncul dalam suatu situasi.
g. Otoritas Moral dan Motivasi
Otoritas moral merujuk pada individu atau lembaga yang diakui sebagai pemegang
otoritas atau kepercayaan. Otoritas moral dapat berasal dari berbagai sumber, seperti
agama, tradisi, etika profesional, atau institusi politik. Sedangkan Motivasi merujuk pada
dorongan internal atau eksternal yang mendorong individu untuk bertindak atau
mengambil keputusan tertentu.
NEGOSIASI INTERNASIONAL ANTAR BUDAYA
a. Negosiasi Internasional Seni dan Budaya
Negosiasi merupakan sebuah proses tawar menawar antara dua belah pihak untuk
mencapai sebuah kesepakatan bersama. Dalam prosesnya, negosiasi tidak akan lepas dari
hubungan antara budaya setiap individual. Budaya ini sendiri menurut Clifford Geertz
(1973) budaya merupakan sebuah sistem simbolik yang diciptakan oleh manusia dalam
kehidupan sehari-hari dan memiliki makna khusus.
Dalam mencapai kesepakatan dalam negosiasi, terdapat empat poin penting yang harus
diperhatikan menurut Hodgetts & Luthans (2003), yaitu:
1. Proses negosiasi
Proses negosiasi menjadi awal tahapan dalam mencapai kesepakatan atau persetujuan.
Negosiasi internasional seringkali terjadi perbedaan pandangan antar individu yang
melakukan negosiasi.
2. Perbedaan budaya mempengaruhi proses negosiasi
Setiap orang yang terlibat dalam proses negosiasi harus memperhatikan pola
komunikasi, orientasi waktu, dan sikap. Mengidentifikasi perbedaan antara negara
barat dan negara timur serta konsep budaya negara yang terbentuk dari multikultur
menjadi salah satu langkah yang cukup penting untuk dilakukan.
3. Taktik Negosiasi
Taktik negosiasi dapat dibagi menjadi tiga aspek, yaitu tempat negosiasi, batasan
waktu, taktik relasi pembeli dan penjual. Taktik ini memperhitungkan aspek budaya
dan politis sebagai dasar melakukan negosiasi.
4. Perilaku Tawar Menawar
b. Yang Membuat Negosiasi Internasional Berbeda
Terdapat dua konteks yang memiliki pengaruh pada membedakan negosiasi internasional
yaitu konteks lingkungan dan konteks langsung
1. Konteks Lingkungan

Pluralisme politik dan hukum

Ekonomi internasional

Pemerintah dan birokrasi asing

Ketidakstabilan

Ideologi

Budaya
2. Konteks Langsung

Kekuatan tawar menawar relative

Tingkat politik

Hubungan antar negosiator

Pemegang saham
c. Konseptualisasi budaya dan negosiasi
Peranan budaya sangat penting terhadap tingkat keberhasilan dalam melakukan negosiasi
bisnis. Proses negosiasi tanpa komunikasi merupakan sesuatu yang mustahil, karena itu
komunikasi yang baik dan peran budaya dalam negosiasi bisnis internasional sangat
penting. Negosiasi bisnis lintas budaya yang dilakukan oleh dua perusahaan atau lebih
merupakan proses yang rumit. Konflik sering muncul pada saat melakukan negosiasi,
karena perbedaan persepsi, dan gaya perilaku. Nilai-nilai dan norma-norma yang
termasuk dalam kebudayaan, dapat mempengaruhi negosiasi baik kuat maupun lemah
(Christopher et al. 2005 : 95 dalam Peleckis 2013).
1. Budaya
Budaya merupakan sikap dan pola perilaku suatu kelompok individu yang berupa
hasil pemikiran, tindakan, interaksi dan cara membuat keputusan.

Etnosentrisme

Prasangka
2. Negosiasi Bisnis
Negosiasi bisnis adalah interaksi sosial untuk mencapai kesepakatan antara dua pihak
atau lebih, dengan tujuan atau kepentingan yang berbeda yang mereka anggap penting
(Manning & Robertson, 2003). Negosiasi lintas budaya menjadi lebih rumit karena
faktor budaya, lingkungan, bahasa, gaya komunikasi, ideologi, dan adat istiadat yang
berbeda
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi negosiasi bisnis :

Budaya

Gaya negosiasi bisnis

Time Orientation

Change tolerance

Relationship
3. Komunikasi
Sikula dalam Mangkunegara (2004) mendefinisikan bahwa komunikasi adalah proses
pemindahan informasi, pengertian, dan pemahaman dari seseorang, suatu tempat, atau
sesuatu kepada sesuatu, tempat, atau orang lain.
d. Pengaruh budaya dalam negosiasi dalam pandangan manajerial
Dalam pandangan manajerial, pengaruh budaya dalam negosiasi dapat dibagi menjadi
tiga aspek utama, yaitu:
1. Persepsi dan interpretasi
Budaya dapat mempengaruhi cara seseorang mempersepsi dan menginterpretasi
situasi dan informasi dalam negosiasi. Perbedaan persepsi dan interpretasi ini dapat
menyebabkan kesalahpahaman dan mempersulit proses negosiasi.
2. Strategi dan taktik
Budaya juga dapat mempengaruhi strategi dan taktik yang digunakan dalam
negosiasi. Taktik yang digunakan dalam negosiasi juga dapat bervariasi berdasarkan
budaya, seperti menghindari konflik atau menekan pihak lain secara langsung.
3. Etika dan Nilai
Budaya juga mempengaruhi etika dan nilai yang diterapkan dalam negosiasi. Nilainilai seperti kejujuran, integritas, dan tanggung jawab sosial dapat sangat penting bagi
beberapa budaya, sementara budaya lain mungkin lebih mementingkan keberhasilan
dan keuntungan dalam negosiasi.
Download