Uploaded by bfebbyani

E-Procurement

advertisement
E-Procurement
Kelompok 7
Digital Bisnis AB-E
Birgita Febbyani
(152210115)
Winda Hardita Sari (152210121)
Tazkia Amalia
(152210117)
Della Aulia
(152210118)
E-Procurement
Pengadaan (procurement) adalah proses yang digunakan oleh organisasi,
perusahaan, atau pemerintah untuk memperoleh barang, jasa, atau sumber daya
lainnya yang diperlukan untuk operasional mereka. Pengadaan dapat mencakup
berbagai hal, mulai dari pembelian bahan baku untuk produksi hingga pengadaan
layanan profesional seperti konsultasi.
E-Procurement adalah Integrasi elektronik dan pengelolaan semua aktivitas
pengadaan, termasuk pembelian permintaan, otorisasi, pemesanan, pengiriman
dan pembayaran, antara pembeli dan pemasok. Melalui alat Elektronik pengadaan
sistem (EPS) Sebuah sistem elektronik digunakan untuk mengotomatiskan seluruh
atau sebagian fungsi pengadaan.
Fokus EProcurement
E-procurement harus diarahkan
untuk meningkatkan kinerja masingmasing dari 'lima hak pembelian':
-dengan harga yang tepat
dikirimkan
- pada waktu yang tepat dengan
kualitas
yang tepat
- dalam jumlah yang tepat
- dari sumber yang tepat
Types of procurement
• Pengadaan dibagi menjadi dua jenis besar: yang terkait dengan
membuat produk (seperti bahan mentah) dan yang mendukung
operasional bisnis (seperti perlengkapan kantor dan layanan).
• Dalam bisnis, ada dua cara utama untuk membeli barang atau
jasa:
1. Pembelian MRO (Maintenance, Repair, and Operations) untuk
menjaga fasilitas pabrik. Ini sering melalui kontrak dengan pemasok
tetap.
2. Pembelian segera untuk kebutuhan mendesak, seperti barang
komoditas, di mana kredibilitas pemasoknya mungkin kurang penting.
1.
Produsen
Tradisional
5.
Pakar
Pengetahuan
2.
3.
4.
Produsen
Penjualan
Langsung
Mitra
Pengadaan
Hub Daring
6.
7.
8.
Layanan
Informasi
Daring
Pengecer
Online
Komunitas
Portal
Menurut Riggins dan Mitra (2007), dalam strategi e-procurement,
terdapat delapan jenis perantara yang perlu diperhatikan:
1.
E-sourcing
2.
3.
E-tendering
E-informing
4.
5.
E-reverse
auctions.
E-MRO dan
web-based ERP
Knudsen (2003) dan Smart (2010) telah mengklasifikasikan
jenis-jenis e-procurement dalam beberapa tipe utama:
Faktor Pendorong
• Kontrol : meningkatkan kepatuhan, mencapai
sentralisasi,
meningkatkan
standar,
mengoptimalkan
strategi
pengadaan,
dan
meningkatkan audit data.
• Biaya : peningkatan leverage pembelian melalui
peningkatan persaingan pemasok, pemantauan
target penghematan dan pengurangan biaya
transaksional.
Faktor Pendorong
• Proses : rasionalisasi dan standarisasi proses pengadaan
secara elektronik sehingga mengurangi waktu siklus,
meningkatkan
visibilitas
proses
manajemen,
dan
penyelesaian faktur yang efisien.
• Kinerja individu : berbagi pengetahuan, produktivitas
bernilai tambah, dan peningkatan produktivitas.
• Manajeen Pemasok : pengurangan jumlah pemasok,
manajemen pemasok, serta seleksi dan integrasi.
Manfaat E-Procurement
• Efisiensi Proses
• Memungkinkan fleksibilitas yang lebih besar
dalam memesan barang dari pemasok yang
berbeda berdasarkan nilai terbaik.
• Mengubah peran pembeli di departemen
pembelian
Riggins dan Mitra (2007) manfaat potensial dalam hal efisiensi dan
efektivitas proses serta manfaat strategis bagi perusahaan meliputi
:
• Perencanaan :
sistem e-procurement untuk meningkatkan
kualitas dan penyebaran informasi manajemen tentang eprocurement.
• Perkembangan : sistem e-procurement berpotensi diterapkan
sejak dini dalam pengembangan produk baru untuk
mengidentifikasi biaya produksi; hal ini dapat membantu
mempercepat pembangunan.
• Masuk : ini adalah fokus utama pengadaan secara elektronik
dengan peningkatan efisiensi dari transaksi tanpa kertas dan
pengadaan yang lebih hemat biaya melalui hub atau pasar.
• Produksi : integrasi sistem pengelolaan manufaktur dengan
sistem pengadaan yang digunakan untuk memastikan bahwa
manufaktur tidak dibatasi oleh rendahnya ketersediaan suku
cadang.
• Keluar : ini adalah manajemen pemenuhan produk kepada
pelanggan.
Hambatan dan
Risiko Penerapan EProcurement
CIPS (2008) mengidentifikasi
permasalahan berikut bagi
pemasok
1.
2.
3.
Masalah persaingan,
misalnya dalam
pertukaran yang
menggunakan
pembelian kolaboratif
Kemungkinan persepsi
negatif dari pemasok,
misalnya margin
mereka semakin
berkurang dari lelang
elektronik
Manfaat pengadaan
yang dinegosiasikan
dapat dibagi dengan
pengguna bursa lain
yang mungkin
merupakan pesaing.
4.
5.
Pembuatan katalog
bisa menjadi proses
yang panjang dan
mahal bagi pemasok
Profil budaya dalam
organisasi, misalnya
penolakan terhadap
perubahan
Menerapkan E-Procurement
Penerapan e-procurement memiliki tantangan manajemen
perubahan yang terkait dengan sistem
1.
informasi. Jenis sistem tersebut sebagai berikut :
Sistem pengendalian stok–hal ini terutama berkaitan dengan pengadaan yang
berhubungan dengan produksi;
sistem menyoroti bahwa pemesanan ulang diperlukan ketika jumlah stok berada di
bawah ambang batas
pemesanan ulang.
2.
Katalog berbasis CD atau web–katalog kertas telah digantikan oleh
formulir elektronik yang
mempercepat pencarian pemasok.
3.
Sistem alur kerja berbasis email atau databasemengintegrasikan pemasukan
pesanan oleh pembuatnya,
persetujuan oleh manajer, dan penempatan oleh pembeli. Pesanan dialihkan dari
satu orang ke orang
4.
berikutnya dan akan menunggu di kotak masuk mereka untuk ditindaklanjuti.
Sistem pengendalian stok–hal ini terutama berkaitan dengan pengadaan yang
Entri pesanan di situs web–pembeli
sering
kali mempunyai
berhubungan
dengan
produksi; kesempatan untuk
memesan langsung di situs
sistem menyoroti bahwa pemesanan ulang diperlukan ketika jumlah stok berada di
web pemasok, namun hal ini memerlukan
penguncian
ulang dan tidak ada integrasi
bawah ambang
batas
dengan sistem
pemesanan ulang.
5.
permintaan atau akuntansi.
Sistem akuntansi–sistem akuntansi jaringan memungkinkan staf dalam
Katalog berbasis CD atau web–katalog kertas telah digantikan oleh
departemen pembelian untuk
formulir elektronik yang
masukpesanan yang kemudian dapat digunakan oleh staf akuntansi untuk
mempercepat
pencarian pemasok.
melakukan pembayaran
Pasar B2B dkenal seagai pasar,bursa,atau hub yang merupakan bagian dari perantara
ulang dan tidak bergantung pada pembeli dan pemasok. Namun, banyak yang
mengalami kesulitan dalam mencapai model bisnis yang berkelanjutan ini.
Banyak perusahaan yang kurang
menyiapkan strategi promosi di ecommerce membuat banyak usaha
yang gagal. Situs web yang diluncurkan
tidak mampu bertahan sehingga hanya
tersisa sedikit dan antusias semakin
melemah.Pencarian 'B2B Exchanges' di
Google menunjukkan bahwa hanya
sedikit yang masih aktif.
Alasan terbatasnya pasar elektronik :
Terjadinya salah persepsi tentang
manfaat, resiko, dan kepercayaan
terhadap mitra. Pasar elektronik
membebankan biaya yang sama
kepada
semua
pemasok
besar
ataupun
kecil
yang
membuat
keberatan
B2B
Marketplaces
Bursa B2B swasta
Bursa ini biasanya dibuat oleh seorang individu produsen atau pemasok.
Pemasok yang berpartisipasi dipastikan untuk menghindari keterlibatan
pesaing.
Alasan bursa swasta terbukti berhasil
1. Pemilik bursa swasta mengatur akses pemasok dan pelanggan, mengecualikan
pesaing dan membuat pembagian informasi sensitif menjadi lebih mungkin
terjadi.
2. Pemilik dapat mengarahkan pemasok dan pelanggan untuk menggunakan
bursa melalui insentif harga atau dengan mengamanatkan perubahan dalam
cara melakukan bisnis.
3. Bursa swasta dapat diamankan dan disesuaikan untuk melayani proyek dan
pelanggan tertentu.
Jenis-Jenis Pasar
Kaplan
dan
Sawhney
(2000)
mengembangkan pasar B2B dengan
menerapkan yang ada, yaitu bagaimana
bisnis membeli (pembelian sistematis
atau pembelian spot) dan apa yang
bisnis beli (input manufaktur atau sumber
daya operasi)
Masa Depan
E-Procurement
Agen perangkat lunak mencari pemasok dan produk
yang sudah diatur sesuai ketentuan replikasi kecerdasan
manusia. Agen ini bisa digunakan untuk pemasaran
dengan menggunakan mesin pencari produk yang juga
bisa digunakan untuk membeli produk. Teknologi ini
dapat menciptakan konsumen yang akan melakukan
fungsi pencarian pemasok, evaluasi produk berdasarkan
harga, ketersediaan, pengiriman, dan pemilihan produk.
Teknologi ini juga digunakan untuk melakukan investasi
di pasar keuangan.
THANK YOU
Pertanyaan
Raihan Aditya nim 064 izin bertanya, Menurut kelompok kalian, apakah ada risiko kesenjangan digital dalam penggunaan e-procurement, di mana individu tertentu dapat diuntungkan sementara yang lain tertinggal karena
keterbatasan akses atau pemahaman teknologi? bagaimana menyikapinya?
Jawab : Ya, ada risiko kesenjangan digital dalam penggunaan e-procurement di mana beberapa individu atau kelompok dapat diuntungkan sementara yang lain tertinggal karena keterbatasan akses atau pemahaman teknologi. Ini dapat
memunculkan beberapa isu:
1. *Aksesibilitas*: Individu atau organisasi yang tidak memiliki akses internet yang stabil atau perangkat yang memadai mungkin kesulitan dalam berpartisipasi dalam e-procurement.
2. *Kemampuan Teknologi*: Orang-orang dengan pemahaman teknologi yang terbatas mungkin merasa canggung atau tidak mampu menggunakan sistem e-procurement yang rumit.
3. *Ketersediaan Sumber Daya*: Organisasi kecil atau non-profit mungkin tidak memiliki sumber daya untuk mengadopsi atau berinvestasi dalam teknologi e-procurement.
Untuk mengatasi risiko ini, berikut beberapa tindakan yang dapat diambil:
1. *Pelatihan dan Pendidikan*: Menyediakan pelatihan dan pendidikan tentang e-procurement kepada pihak yang terlibat untuk meningkatkan pemahaman teknologi.
2. *Akses Universal*: Memastikan akses internet yang terjangkau dan stabil untuk semua, terutama di daerah pedesaan atau terpinggirkan.
3. *Sederhanakan Proses*: Upayakan agar sistem e-procurement lebih sederhana dan intuitif agar dapat diakses oleh berbagai tingkat pemahaman teknologi.
4. *Dukungan Teknis*: Menyediakan dukungan teknis bagi pengguna yang mengalami kesulitan.
5. *Kerja Sama dan Pengawasan*: Pemerintah, organisasi, dan sektor swasta dapat bekerja sama untuk mengidentifikasi masalah dan mengawasi implementasi e-procurement untuk meminimalkan kesenjangan.
6. *Penilaian Dampak Sosial*: Lakukan penilaian dampak sosial dan evaluasi secara berkala untuk memastikan bahwa e-procurement tidak meninggalkan pihak-pihak yang lebih rentan.
Penting untuk memastikan bahwa e-procurement memberikan manfaat yang adil dan merata bagi semua pihak yang terlibat, sambil tetap memperhatikan tantangan kesenjangan digital.
muhammad ikhsan dengan nim akhir 140 izin bertanya bagaimana keamanan data dijaga dalam sistem e-procurement?
Jawab : Keamanan data dalam sistem e-procurement sangat penting karena melibatkan informasi sensitif dan transaksi bisnis. Berikut adalah beberapa cara untuk menjaga keamanan data dalam sistem e-procurement:
1.*Enkripsi Data*: Menggunakan enkripsi untuk melindungi data yang ditransmisikan melalui jaringan. Ini melindungi data dari akses yang tidak sah selama proses pengiriman.
2. *Otentikasi Ganda*: Memerlukan otentikasi ganda (misalnya, kata sandi dan kode verifikasi) untuk mengakses akun dan melindungi dari akses yang tidak sah.
3. *Kendali Akses*: Menerapkan sistem kendali akses yang ketat, yang memastikan bahwa hanya orang yang memiliki izin dapat mengakses data tertentu.
4. *Pemantauan Aktivitas*: Menggunakan alat pemantauan untuk mendeteksi aktivitas mencurigakan atau akses yang tidak sah, yang dapat membantu mengidentifikasi potensi pelanggaran keamanan.
5. *Pemulihan Data*: Melakukan pencadangan data secara teratur dan memiliki rencana pemulihan bencana untuk menghadapi situasi darurat yang dapat mengancam data.
6. *Kepatuhan Regulasi*: Memastikan kepatuhan dengan peraturan data dan privasi yang berlaku, seperti GDPR (General Data Protection Regulation) di Eropa atau HIPAA (Health Insurance Portability and Accountability Act) di Amerika
Serikat.
7. *Pembaruan Perangkat Lunak*: Selalu menjaga perangkat lunak e-procurement dan sistem operasi agar tetap diperbarui dengan patch keamanan terbaru.
8. *Pelatihan Pengguna*: Memberikan pelatihan keamanan kepada pengguna sistem e-procurement untuk memastikan bahwa mereka memahami praktik terbaik dalam menjaga keamanan data.
9. *Pengujian Keamanan*: Melakukan pengujian penetrasi atau audit keamanan secara berkala untuk mengidentifikasi kerentanan dan memperbaikinya sebelum disalahgunakan.
10. *Kontrak dan Penyedia Layanan*: Pastikan bahwa kontrak dengan penyedia layanan e-procurement mengatur aspek keamanan data, termasuk kewajiban penyedia untuk menjaga keamanan data pelanggan.
11. *Keamanan Fisik*: Melindungi akses fisik ke pusat data atau server yang digunakan dalam sistem e-procurement.
12. *Keamanan Vendor*: Mengevaluasi dan memilih penyedia e-procurement yang memiliki kebijakan dan praktik keamanan yang kuat.
Keamanan data harus menjadi perhatian utama dalam implementasi dan pengoperasian sistem e-procurement untuk melindungi informasi sensitif dan menjaga kepercayaan pelanggan serta mitra bisnis.
Pertanyaan
Muhammad Devris Alfian nim 073 izin bertanya. pada procurement basis online tersebut, apakah masih terdapat praktik kecurangan dalam proses pengadaan online dan jika ada bagaimana cara perusahaan untuk
mengontrol praktik kecurangan seperti penggelapan dana pengadaan barang atau sejenis praktik korupsi?
Jawab : Sampai saat ini Masih ada praktek kecurangan pada e procurement seperti penggelapan dana dan korupsi. Dan cara perusahaan mengontrol adalah dengan cara
•
Transparansi: Memastikan seluruh proses pengadaan terbuka dan transparan. Hal ini mencakup penyediaan akses publik ke informasi mengenai kontrak, penawaran, dan prosedur pengadaan.
•
Aturan dan Kebijakan yang Jelas: Sediakan aturan dan kebijakan yang jelas mengenai pengadaan dalam bentuk e-procurement. Pastikan bahwa setiap anggota tim pengadaan memahami dan mengikuti pedoman ini.
•
Verifikasi dan Validasi Vendor: Sebelum mengadakan transaksi dengan vendor, lakukan verifikasi dan validasi yang ketat untuk memastikan bahwa mereka adalah entitas yang sah. Ini dapat membantu mencegah
penggelapan dana atau penipuan yang melibatkan vendor palsu.
•
Audit Internal dan Eksternal: Melakukan audit secara berkala terhadap proses pengadaan dan transaksi yang telah dilakukan. Audit internal dan eksternal dapat membantu mengidentifikasi potensi ketidakberesan
dan kondisi.
•
Pelatihan dan Kesadaran: Memberikan pelatihan kepada karyawan yang terlibat dalam proses pengadaan tentang risiko kejadian dan melakukan praktik terbaik dalam pencegahan kecelakaan.
•
Penggunaan Teknologi: Memanfaatkan teknologi seperti analisis data dan kecerdasan buatan untuk menyatukan pola transaksi yang mencurigakan atau potensi kejadian.
•
Kebijakan Pelapor: Membuat kebijakan pelaporan pelanggaran (whistleblower policy) yang memungkinkan karyawan dan pihak luar melaporkan praktik-praktik kondisi tanpa takut represalias.
•
Kode Etik dan Integritas: Memiliki kode etik dan integritas yang kuat yang diterapkan oleh seluruh karyawan, termasuk manajemen tingkat atas.
•
Kerjasama dengan Pihak Ketiga: Melibatkan pihak ketiga yang independen, seperti auditor eksternal atau penyedia jasa keamanan siber, untuk mengawasi dan mengaudit proses pengadaan.
•
Hukuman yang Ketat: Tetapkan konsekuensi yang tegas untuk melakukan kondisi, seperti pemecatan karyawan yang terlibat atau mengeksekusi hukum terhadap pihak-pihak yang terlibat dalam kondisi.
•
Penting untuk diingat bahwa pencegahan kondisi dalam e-procurement adalah upaya berkelanjutan yang memerlukan komitmen kuat dari perusahaan. Melibatkan berbagai pemangku kepentingan dan menjalankan
praktik terbaik dalam tata kelola bisnis adalah langkah-langkah yang penting dalam menjaga integritas dalam proses pengadaan.
Putri Isnaini (152210051)menurut kelompok kalian, apakah e-procurement ini cocok untuk semua jenis bisnis atau apakah ada sektor tertentu yang cocok? dan menurut kalian contoh perusahaan apa yang telah sukses
mengadopsi sistem e-procurement ini dan apa yang sudah perusahaan itu lakukan?
Jawab : menurut kelompok kami E-Procurement cocok untuk digunakan di berbagai jenis sektor bisnis, karena dengan menerapkan E-Procurement dapat membantu mengurangi kerumitan, meningkatkan transparansi, dan
memungkinkan pemantauan yang lebih baik.Di Indonesia, beberapa perusahaan telah berhasil mengadopsi sistem E-Procurement. Salah satu contoh perusahaan di Indonesia yang telah berhasil mengimplementasikan EProcurement adalah PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk (Telkom)Penggunaan Sistem E-Procurement: Telkom telah mengimplementasikan sistem E-Procurement yang memungkinkan mereka untuk mengelola seluruh proses
pengadaan secara elektronik.Integrasi dengan Pemasok: Telkom telah mengintegrasikan sistem E-Procurement mereka dengan sejumlah pemasok mereka, termasuk pemasok teknologi dan layanan telekomunikasi. Ini
memungkinkan pemasok untuk mengirimkan penawaran dan berpartisipasi dalam proses pengadaan secara elektronik.Pemantauan dan Evaluasi Kinerja Pemasok: Telkom menggunakan sistem E-Procurement untuk
memantau dan mengevaluasi kinerja pemasok mereka
Penanya
Tazkiyatul Luthfiyah 152210077 izin bertanya, bagaimana cara mengubah peran pembeli di departemen pembelian?
Jawab : Mengubah peran seorang pembeli dalam departemen pembelian bisa melibatkan beberapa langkah penting. Berikut
adalah beberapa langkah yang dapat membantu dalam proses perubahan peran pembeli:
1. *Analisis Peran Saat Ini*: Pertama-tama, lakukan analisis mendalam terhadap peran pembeli saat ini. Pahami tugas dan
tanggung jawab yang ada.
2. *Tentukan Tujuan Perubahan*: Tentukan alasan dan tujuan perubahan peran pembeli. Apa yang ingin dicapai dengan
perubahan ini? Apakah ini untuk meningkatkan efisiensi, mengurangi biaya, atau meningkatkan pengalaman pelanggan?
3. *Identifikasi Keterampilan Baru*: Tentukan keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan untuk peran yang baru. Ini bisa
termasuk keterampilan teknis, kemampuan analitis, atau pemahaman pasar.
4. *Pelatihan dan Pengembangan*: Berikan pelatihan dan pengembangan kepada pembeli yang ada agar mereka dapat
memenuhi persyaratan peran yang baru. Ini bisa termasuk pelatihan teknis, manajemen waktu, atau keterampilan
interpersonal.
5. *Komunikasi yang Efektif*: Komunikasikan perubahan ini kepada tim pembelian dan seluruh organisasi. Pastikan semua
orang memahami alasan di balik perubahan dan tujuannya.
6. *Pengukuran dan Evaluasi*: Tetapkan metrik kinerja yang jelas untuk mengukur keberhasilan perubahan. Lakukan evaluasi
berkala dan perbaikan jika diperlukan.
7. *Mentoring dan Dukungan*: Berikan dukungan dan mentoring kepada pembeli yang ada saat mereka beradaptasi dengan
peran baru. Ini bisa membantu mengurangi hambatan perubahan.
8. *Penghargaan dan Pengakuan*: Kenali pencapaian dan kontribusi pembeli yang sudah beradaptasi dengan peran baru. Ini
dapat meningkatkan motivasi.
9. *Fleksibilitas dan Responsivitas*: Pastikan bahwa peran pembeli terus berkembang sesuai dengan kebutuhan perusahaan
dan pasar. Jadilah fleksibel dalam menyesuaikan peran saat diperlukan.
10. *Evaluasi Terus Menerus*: Lakukan evaluasi terus menerus terhadap peran pembeli dan rencana perubahan. Pastikan
bahwa perubahan tersebut sesuai dengan tujuan dan memberikan hasil yang diinginkan.
Perubahan peran pembeli dalam departemen pembelian dapat menjadi proses yang kompleks, tetapi dengan perencanaan
yang baik dan komunikasi yang efektif, perubahan ini dapat membawa manfaat bagi organisasi dalam jangka panjang.
Download