Uploaded by mtqc.cpr

k3 plastik

advertisement
4. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Subyek Penelitian
CV. Srikandi Plastik Sidoarjo ini didirikan oleh bapak Nyoto pada tanggal
10 Juli 1996 telah mendapatkan pengesahan badan hukum dengan nomor
6909/BH/II/90. Pabrik plastik CV. Srikandi Plastik Sidoarjo merupakan pabrik
yang bergerak dalam bidang pembuatan produk-produk plastik seperti tali rafia,
tas kresek dan bijih plastik. Modal CV. Srikandi Plastik Sidoarjo ini dimiliki 100
% oleh bapak Nyoto yang dikelola oleh keluarga sendiri.
CV. Srikandi Plastik Sidoarjo ini mulai berproduksi sebagai institusi
Bisnis plastik yang cukup dikenal bagi perusahaan-perusahaan yang perlu bahan
mentah bijih plastik seperti Ria Star, Napolly, Indo Plastikindo dan lain
sebagainya. CV. Srikandi Plastik Sidoarjo memiliki jumlah karyawan sebanyak
71 orang.
Pada dasarnya proses utama dalam peleburan plastik meliputi proses
penerimaan bahan baku, proses sortir plastik, proses cuci plastik, proses peleburan
plastik, dan proses pengepakan.
1. Proses Penerimaan Bahan Baku
Proses penerimaan bahan baku merupakan proses utama dalam produksi,
dimana pada bagian ini semua bahan-bahan plastik yang telah terkumpul dari
para pengepul barang (supplier barang-barang bekas) dijadikan satu pada
suatu ruang tertentu. Pada proses ini sebagian besar karyawannya adalah para
pria, dimana mereka mengangkat barang-barang dari para pengepul, lalu
menimbangnya dan dikumpulkan menurut jenis atau bahannya.
2. Proses Sortir Plastik
Tujuan dari proses sortir adalah untuk menyeleksi semua jenis plastik dari
proses penerimaan bahan baku yang sesuai dengan standart kualitas yang
ditentukan oleh unit quality control. Proses ini barang diterima kemudian
dipilah-pilah menurut jenis atau bahan serta kualitas plastiknya. Barang yang
diterima jika berukuran besar dijadikan satu dengan barang lain yang
berukuran besar pula. Barang yang mempunyai kualitas buruk (terlihat kusam,
25
Universitas Kristen Petra
26
usang, dan kotor) dikumpulkan tersendiri untuk diolah dengan barang yang
rusak lainnya. Kualitas botol yang diterapkan adalah dengan membagi
menjadi tiga kelompok yaitu kelompok plastik dengan kualitas baik,
kelompok plastik harus disortir kembali, dan kelompok plastik yang
dikarantina, maksudnya adalah belum bisa diputuskan apakah plastik
berkualitas baik atau perlu disortir kembali.
3. Proses Cuci Plastik
Setelah terdapat barang-barang plastik yang terkumpul dalam jumlah banyak,
kemudian dicuci bersih. Hal ini perlu dilakukan mengingat barang-barang
yang diperoleh adalah barang yang sebagian besar banyak mengandung debu
atau kotoran lain yang menempel, sehingga nantinya setelah dari proses
pencucian ini plastik yang akan dilebur mempunyai kualitas leburan yang
baik. Pada proses ini sebagian besar karyawannya adalah para wanita.
4. Proses Peleburan Plastik
Proses peleburan plastik merupakan proses yang sangat penting dalam industri
plastik, hal ini disebabkan mutu bijih plastik yang dihasilkan sangat
dipengaruhi oleh pengoprasian dapur peleburan. Pada proses ini, kondisi
ruangan begitu sangat panas dikarenakan sarana peleburan plastik berbentuk
tangki besar dengan alat pengaduk yang masih tradisional. Pada tangki
tersebut dihubungkan pada suatu terusan, dimana terusan tersebut juga
digunakan sebagai sarana untuk mengendalikan suhu plastik. Leburan plastik
yang mengalir pada terusan tersebut menuju ke pencetakan untuk dijadikan
bijih-bijih plastik kecil.
5. Proses Pengepakan
Tahapan akhir dari proses produksi adalah pengepakan, dimana jenis dan
jumlah kemasan yang dibutuhkan telah dirancang sejak saat pemesanan.
sedangkan proses pengepakan dan perhitungan banyaknya plastik-plastik yang
dikemas dilakukan oleh unit khusus. Setelah semua ditata dan dikumpulkan
rapi kemudian dimasukkan ke gudang penyimpanan barang untuk menunggu
pengiriman.
Universitas Kristen Petra
27
Gambar 4.1.
Skema Proses Produksi
Proses Penerimaan Bahan Baku
Proses Sortir Plastik
Proses Cuci Plastik
Proses Peleburan Plastik
Proses Pengepakan
Sumber data: Bagian Produksi CV. Srikandi Plastik Sidoarjo
4.2. Identifikasi Ancaman Faktor Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
Karyawan
Pengidentifikasian adanya ancaman terhadap kesehatan dan keselamatan
kerja (K3) karyawan dilakukan dengan observasi atau melakukan peninjauan
lapangan secara lebih cermat oleh peneliti dengan melihat berbagai kemungkinan
kecelakaan kerja yang dapat terjadi pada karyawan pabrik bagian produksi CV.
Srikandi Plastik Sidoarjo.
Perusahaan ini yang bergerak dalam bidang industri plastik, terdapat suatu
perlindungan terhadap kesehatan dan keselamatan kerja (K3). Mengingat suatu
perusahaan industri mempunyai kecenderungan terjadinya kecelakaan pekerja,
maka dalam perusahaan ini dilakukan adanya usaha pencegahan yang paling
efektif terhadap tindak kecelakaan. Umumnya dua hal yang paling mendasar
penyebab terjadinya kecelakaan kerja adalah perilaku yang tidak aman dan
kondisi lingkungan yang tidak aman. Penyebab kecelakaan yang pernah terjadi
sampai saat ini adalah diakibatkan oleh perilaku yang tidak aman seperti:
Universitas Kristen Petra
28
1. Sembrono dan tidak hati-hati
2. Tidak mematuhi peraturan
3. Tidak mengikuti standar prosedur kerja
4. Tidak memakai alat pelindung diri
Berikut rangkaian ancaman kecelakaan kerja pada karyawan pabrik bagian
produksi CV. Srikandi Plastik Sidoarjo:
Tabel 4.1. Jenis Ancaman Kesehatan dan Keselamatan Kerja pada Karyawan
Pabrik Bagian Produksi CV. Srikandi Plastik Sidoarjo
Ancaman
Bagian
Kesehatan
Ruang penerimaan
bahan baku
Ruang sortir plastik
Ruang cuci plastik
Ruang peleburan plastik
Ruang pengepakan
Terganggunya saluran
pernafasan akibat debu yang
menempel dari bahan baku
tersebut
Gatal-gatal akibat kotoran
bahan baku plastik yang
diterima
Gatal-gatal terkena air yang
kotor bekas cucian plastik
• Mata merah dan perih akibat
asap dari peleburan plastik
• Terganggunya saluran
pernafasan dari asap yang
mengepul dari sisa
pembakaran atau panasnya
suhu
-
Keselamatan
Lecet akibat goresan, terkena
benturan
Terkena benturan atau tertimpa
bahan baku
Terpeleset akibat adanya
tetesan air yang menggenang
Berkontak dengan suhu panas
sehingga kemungkinan yang
terjadi adalah terkena leburan
panas plastik
Tangan terluka akibat goresan
pengepakan plastik
Sumber: Hasil observasi lapangan di ruang produksi CV ”Srikandi Plastik”
4.3. Pelaksanaan Standart Operasional Prosedur (SOP) Perusahaan Atas
Faktor-Faktor Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) Karyawan
Bagian Produksi
CV ”Srikandi Plastik” mempunyai jaminan kesehatan dan keselamatan
kerja yang tercakup dalam standar prosedur operasional (SPO). Adapun standar
prosedur operasional (SPO) adalah suatu perangkat instruksi yang dibakukan
Universitas Kristen Petra
29
untuk menyelesaikan suatu proses kerja rutin tertentu. Standar prosedur
operasional (SPO) mengenai Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) CV
”Srikandi Plastik“ adalah sebagai berikut:
Aktivitas Standar Prosedur Operasional (SPO) Kesehatan dan Keselamatan Kerja
(K3) CV ”Srikandi Plastik“
Langkah pengendalian K3:
A. Pengendalian awal
Pengendalian awal bertujuan untuk mencegah terjadinya kecelakaan dengan
cara meningkatkan pengertian dan pemahaman secara luas terhadap resiko
potensi bahaya yang mungkin timbul/terjadi dari suatu pekerjaan. Hal ini
dapat dilakukan dengan mulai membuat program K3, prosedur / petunjuk
kerja K3 secara tertulis.
Pengendalian awal yang dilakukan CV ”Srikandi Plastik“ adalah sebagai
berikut:
1. Jadwal pelaksanaan program K3 yang meliputi rencana kegiatan
pelaksanaan K3
2. Rencana
pembuatan/pengadaan
pedoman/prosedur/petunjuk
kerja
pelaksanaan K3 atau tindakan pencegahan kecelakaan di pabrik seperti:
-
Pertolongan pertama pada kecelakaan
-
Penanganan korban kecelakaan yang meninggal
-
Penanganan korban kecelakaan yang tidak meninggal
-
Petunjuk K3 untuk semua masing-masing jenis pekerjaan
-
Penggunaan Alat Pelindung Diri
3. Pembinaan dan Pengarahan:
Hal-hal yang berkaitan dengan K3 untuk mengembangkan kerja sama dan
partisipasi efektif sebagai berikut:
-
Penggunaan tandu kecelakaan dan obat-obatan P3K
-
Penanganan dan proses pelaporan untuk korban kecelakaan
-
Penggunaan alat pelindung diri
-
Penerangan (instalasi kabel, panel-panel listrik)
Universitas Kristen Petra
30
-
Prosedur koordinasi / diagram alur K3
-
Sosialisasi pemasangan rambu K3
-
Inspeksi Harian K3 dan rapat K3
B. Pengendalian saat kontak dengan pekerjaan
Pengendalian ini bertujuan untuk mencegah terjadinya kecelakaan bila tidak
dapat dihindari kemungkinan kontak / berhubungan dengan potensi bahaya
dari suatu pekerjaan.
Hal-hal yang dapat dilakukan untuk pengendalian saat kontak dengan
pekerjaan antara lain:
1. Penyediaan alat pelindung diri disesuaikan degan jenis pekerjaan yang
dilakukan
2. Pemasangan pelindung pada setiap bagian atau mesin yang digunakan
3. Pemasangan barikade / penghalang pada lokasi pekerjaan yang
mengandung resiko bahaya terkena lebur
C. Pengendalian sesudah kontak dengan pekerjaan
Pengendalian ini adalah langkah terakhir yang dipersiapkan bila langkahlangkah sebelumnya gagal atau tidak berhasil dilakukan dan bertujuan untuk
meminimalkan akibat/kerugian yang ditanggung pekerja karena melakukan
suatu tetapi tidak mencegah terjadinya kecelakaan.
Tindakan yang dilakukan untuk pengendalian sesudah kontak dengan
pekerjaan adalah:
1. Penyediaan sarana penanggulangan darurat kecelakaan kerja:
-
Kerjasama dengan Puskesmas terdekat
-
Penyediaan obat-obatan darurat / P3K
2. Penyediaan tandu kecelakaan
3. Penyediaan alat pemadam kebakaran, pasir dan mobil PMK
4. Penyediaan data telepon dan alamat serta nama petugas yang dapat
dihubungi dari instansi terkait, seperti: Kelurahan, Kecamatan, Polsek,
Koramil, Pemadan Kebakaran terdekat, rumah sakit/poliklinik terdekat
Universitas Kristen Petra
31
TATA TERTIB BAGIAN PRODUKSI CV. SRIKANDI PLASTIK
Peraturan yang berlaku bagi semua karyawan dan semua orang yang
memasuki Ruang Produksi:
1. Jam Kerja sesuai dengan shift masing-masing:
Shift I
: 07.00 - 15.00
Shift II
: 15.00 – 23.00
Shift III
: 23.00 – 07.00
2. Wajib menggunakan alat pelindung diri sesuai dengan resiko pekerjaannya.
3. Masuk / Keluar Line Kerja harap menghubungi Koordinator ruangan
4. Dilarang merokok saat bekerja
5. Dilarang gaduh saat bekerja
6. Wajib menjaga kebersihan lingkungan di dalam pabrik
7. Tamu yang menemui karyawan harap lapor pihak keamanan
PROSEDUR PELAKSANAAN K3 CV. SRIKANDI PLASTIK SIDOARJO
Terjadinya
Kecelakaan
Ke Rumah
Sakit
Proses Administrasi
Rumah Sakit
Laporan ke
Pimpinan
Proses Claim Astek
Hubungi Pihak
Keluarga
Santunan
Pihak
Berkas Dalam Astek
Sumber: Data Internal CV ”Srikandi Plastik”
Universitas Kristen Petra
32
Tabel 4.2. Standar Prosedur Operasional (SPO) Aspek K3 dan Pengendalian
Resiko
No.
A.
1
2
Ancaman
Bahaya
Pengendalian
yang ada
Kesehatan
Pekerjaan
penerimaan bahan
baku
Terganggunya saluran
pernafasan
Belum ada
Pekerjaan peleburan
plastik
• Mata merah dan
perih
Ada
• Terganggunya
saluran pernafasan
dari asap
3
Pekerjaan Pensortir
plastik
Gatal-gatal
Ada
4
Pekerjaan Pencuci
Plastik
Gatal-gatal terkena air
kotor plastik
Ada
5
Pekerjaan
pengepakan
Keselamatan
Pekerjaan
penerimaan bahan
baku
Gangguan pernafasan
akibat debu
Belum ada
Terpeleset pada saat
mengangkat, tertimpa,
lecet akibat goresan,
terkena benturan
Belum ada
B.
1
Pengendalian yang
disyaratkan
Pekerja diharuskan
menggunakan masker,
sarung tangan, safety
shoes, dan helm
- Tersedia alat pemadam
ringan
Pekerjaan peleburan
plastik
Berkontak dengan
suhu panas sehingga
kemungkinan yang
terjadi adalah terkena
leburan panas plastik
Ada
3
Pekerjaan Pensortir
plastik
Pekerjaan Pencuci
Plastik
Pekerjaan
pengepakan
Terkena benturan atau
tertimpa bahan baku
Terpeleset
Belum ada
Ada
Tangan terluka
Belum ada
4
5
Penggunaan alat
pelindung diri berupa
respirator (pelindung
paru-paru)
Pemakaian pelindung
mata (kacamata)
sebagai pelindung
mata dari partikel kecil
peleburan plastik
- Pekerja diharuskan
menggunakan masker
- Dipasang rambu
peringatan dilarang
dekat area peleburan
Pekerja diharuskan
menggunakan sarung
tangan
- Pekerja diharuskan
menggunakan sarung
tangan
- Kebersihan lingkungan
harus terjaga
Penerangan harus
memadai
- Jalan kerja harus aman
dan tidak berbahaya
- Pekerja diharuskan
menggunakan helm
- Penurunan bahan baku
jangan dilempar
langsung
- Cara memikul harus
searah
2
Keterangan
Sebagai pengaman
kepala harus
digunakan pada daerah
dimana sedang
berlangsung pekerjaan
yang menyebabkan
benturan dan
kejatuhan benda lain
Diberi balok kayu
peluncur atau
diturunkan manual
Bila disebelah kanan
maka pemikul harus
disebelah kanan semua
- Tersedia alat pemadam
ringan
- Dipasang rambu
peringatan dilarang
dekat area peleburan
- Tersedia P3K
Dipasang rambu
peringatan hati-hati
Dipasang rambu
peringatan hati-hati
Pekerja diharuskan
menggunakan sarung
tangan
Sumber: Data Internal CV ”Srikandi Plastik”
Universitas Kristen Petra
33
Dari tabel atas diketahui adanya system pengendalian terhadap Kesehatan
dan Keselamatan Kerja yang telah dilaksanakan oleh perusahaan. Dengan adanya
pengendalian yang telah dilaksanakan oleh perusahaan, maka pihak manajemen
khususnya bagian personalia melakukan seoptimal mungkin pencegahan
terjadinya ancaman bahaya pada Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Selain
diharapkan kerjasama dari karyawan atau pekerja itu sendiri dalam menaati
peraturan yang berlaku, perusahaan juga terus berupaya untuk tidak berhenti
memperingatkan pekerja dalam kondisi dan situasi apapun agar pelaksanaan
pengendalian K3 karyawan berjalan dengan lancar. Beberapa hal yang sebagian
besar dapat diberikan oleh perusahaan terhadap karyawan adalah
Keselamatan Kerja karyawan Meliputi :
-
Pengetahuan dan ketrampilan kerja karyawan,
-
Ketersediaan alat-alat pelindung,
-
Keamanan layout tempat kerja,
-
Jaminan kecelakaan kerja
-
Frekwensi kecelakaan kerja
Kesehatan kerja meliputi:
-
Kebersihan lingkungan,
-
Air udara ditempat kerja
-
Ketersediaan gizi
-
Jaminan kesehatan kerja bagi karyawan
-
Pelayanan pemeriksaan kesehatan karyawan
-
Frekwensi timbulnya penyakit
Peninjauan dari pelaksanaan SOP perusahaan pada karyawan bagian
produksi dilakukan dengan observasi atau melakukan peninjauan lapangan secara
lebih cermat oleh peneliti dengan membandingkan pelaksanaan peraturan yang
berlaku di area ruang produksi mengenai hal yang berkaitan dengan faktor-faktor
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3).
Pelaksanaan sistem kerja CV ” Srikandi Plastik “ sesuai hasil pengamatan
peneliti adalah sebagai berikut:
Universitas Kristen Petra
34
Tabel 4.3. Pengecekan Pelaksanaan SOP Kerja Perusahaan
Bagian
Produksi
Ruang
penerimaan
bahan baku
Ruang
Peleburan
Plastik
Ruang Sortir
Plastik
Ancaman
Keseh
Kesela
atan
matan
Pelaksanaan SOP
Dilaksan
Tidak
akan
Dilaksanakan
Keterangan
√
√
-
√
Karyawan tidak
menggunakan sarung
tangan
√
√
-
√
Karyawan tidak
memakai masker
√
-
-
√
Karyawan tidak
menggunakan sarung
tangan
-
-
√
-
-
-
√
-
Ruang Cuci
Plastik
Ruang
Pengepakan
Sumber: Hasil observasi peneliti di ruang produksi CV ”Srikandi Plastik”
Dari tabel di atas untuk bagian produksi pada ruang peleburan plastik,
dimana ruang tersebut terdapat kandungan debu plastik yang banyak,
mengharuskan karyawan untuk memakai masker di waktu bekerja. Hal tersebut
merupakan salah satu standart operasional prosedur yang berlaku di pabrik besar,
dimana masker merupakan alat perlindungan diri untuk menjaga kesehatan kerja
karyawan. Pada ruang tersebut pelaksanaan SOP kerja tersebut masih tidak
dilaksanakan padahal bahaya yang mengancam terhadap kesehatan dan
keselamatan kerja karyawan sangat rawan, hal ini disebabkan oleh masih
rendahnya pengetahuan (tingkat pengetahuan) pekerja atau mungkin disebabkan
perilaku yang menyepelekan bahaya debu tersebut. Hal yang sama juga berlaku
pada ruang penerimaan bahan baku dan ruang sortir plastik, dimana karyawan
masih tidak menggunakan sarung tangan sebagai alat perlindungan diri, sehingga
berdampak pada terjadinya lecet-lecet pada tangan akibat goresan dari plastikplastik yang kasar.
Pada ruang peleburan plastik, kondisi ruangan tersebut sangat panas,
dimana pekerja memerlukan stamina yang kuat dan harus memberikan konsentrasi
yang penuh dalam bekerja. Sedikit saja mereka lengah maka kemungkinan bahaya
kecelakaan akan terjadi. Sehingga dalam hal ini adanya instruksi, peraturan, dan
Universitas Kristen Petra
35
prosedur sangat diperlukan agar pekerjaan dapat dilakukan secara aman dan tanpa
resiko pada kesehatan.
Berikut rangkaian ancaman kecelakaan yang pernah terjadi dan beberapa
pelaksanaan SOP untuk mengendalikannya:
Tabel 4.4. Pelaksanaan SOP untuk Pengendalian Ancaman Kesehatan dan
Keselamatan Kerja
Ancaman
Bagian
Kesehatan
Keselamatan
Terganggu
nya
saluran
pernafasan
• Mata
merah
dan
perih
• Tergang
gunya
saluran
pernafas
an dari
asap
Lecet akibat
goresan,
terkena
benturan
Berkontak
dengan suhu
panas
sehingga
kemungkinan
yang terjadi
adalah
terkena
leburan panas
plastik
Ruang sortir
plastik
Gatal-gatal
Terkena
benturan atau
tertimpa
bahan baku
Ruang cuci
plastik
Gatal-gatal
terkena air
kotor
plastik
Terpeleset
Ruang
pengepakan
-
Tangan
terluka
Ruang
penerimaan
bahan baku
Ruang
peleburan
plastik
Pelaksanaan
SOP
Pemberian alat
pelindung diri
dengan
memberikan
masker
penutup
Pemberian
alat pelindung
diri dengan
memberikan
sarung tangan
anti air
Pemberian alat
pelindung diri
dengan
memberikan
sarung tangan
Mengenai
Cara
peraturan
Pencegahan
Pengendalian
keselamatan
Kecelakaan kerja
ancaman bahaya
dan kesehatan
kesehatan kerja
kerja
UU
• Pengendalian • Pengenalan bahaya
Keselamatan
teknik:
di tempat kerja
dan
menutup atau • Mengkonfirmasi
Kesehatan
mengisolasi
keberadaan bahaya
Tenaga kerja
bahan
di tempat kerja
dan Detail
berbahaya,
• Memahami apakah
Pelaksanaan
mengganti
pelaksanaan
UU
prosedur kerja
manajemen sesuai
Kesehatan
• Pengendalian
dengan peraturan
dan
administrasi:
Kesehatan
menyusun
Tenaga Kerja
peraturan
keselamatan
dan kesehatan,
memakai alat
pelindung
• Pemantauan
kesehatan:
melakukan
pemeriksaan
kesehatan
Sumber: Data Internal CV ”Srikandi Plastik”
4.4. Respons Karyawan Bagian Produksi Atas Pelaksanaan Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3) Karyawan
Sebelum mengetahui bagaimana respons karyawan terhadap pelaksanaan
K3 tersebut, penelitian memberikan gambaran deskriptif terlebih dahulu mengenai
Universitas Kristen Petra
36
karakteristik atau demografi pekerja yang dijadikan peneliti sebagai subyek atau
responden dalam penelitian ini.
CV. Srikandi Plastik Sidoarjo memiliki jumlah karyawan sebanyak 71
orang, dimana sebanyak 59 orang karyawan tersebut menjadi responden dalam
penelitian ini. Berikut deskripsi demografi dari 59 responden karyawan CV.
Srikandi Plastik Sidoarjo :
Tabel 4.5. Deskripsi Jenis Kelamin Responden
Jenis Kelamin
Jumlah
Prosentase
Pria
33
55.9
Wanita
26
44.1
Total
59
100
Sumber: Lampiran 3, diolah
Berdasarkan tabel 4.5, diketahui bahwa jumlah responden laki-laki CV.
Srikandi Plastik Sidoarjo sebanyak 33 orang atau 55.9 %, sedangkan jumlah
responden wanita sebanyak 26 orang atau 44.1 %.
Tabel 4.6. Deskripsi Usia Responden
Usia
Jumlah
Prosentase
< 25 tahun
12
20.3
26 – 35 tahun
35
59.3
36 – 45 tahun
12
20.3
Total
59
100
Sumber: Lampiran 3, diolah
Berdasarkan tabel 4.6, diketahui bahwa usia responden sebagian besar
berumur antara 26 sampai 35 tahun sebanyak 35 orang atau 59.3 %. Sedangkan
sisanya yang berusia antara 36 sampai 45 tahun dan kurang dari 25 tahun masingmasing sebanyak 12 orang atau 20.3 %.
Tabel 4.7. Deskripsi Pendidikan Responden
Pendidikan
Jumlah
Prosentase
SMP
19
32.2
SMA
35
59.3
Universitas Kristen Petra
37
Perguruan Tinggi
5
8.5
Total
59
100
Sumber: Lampiran 3, diolah
Berdasarkan tabel 4.7, diketahui bahwa pendidikan terakhir sebagian besar
responden adalah SMA sebanyak 35 orang atau 59.3 %. Dan sisanya sebanyak 19
orang atau 32.2 % berpendidikan SMP dan hanya sebanyak 5 orang atau 8.5 %
yang berpendidikan perguruan tinggi.
Tabel 4.8. Deskripsi Lama Kerja Responden
Lama kerja
Jumlah
Prosentase
< 1 tahun
9
15.3
2 – 3 tahun
18
30.5
4 – 5 tahun
32
54.2
Total
59
100
Sumber: Lampiran 3, diolah
Berdasarkan tabel 4.8, diketahui bahwa jumlah responden yang bekerja
telah selama antara 4 sampai 5 tahun sebanyak 32 orang atau 54.2 %. Sedangkan
yang lain sebanyak 18 orang atau 30.5 % mempunyai lama kerja 2 sampai 3 tahun
dan sebanyak 9 orang atau 15.3 % mempunyai lama kerja kurang dari 1 tahun.
Tabel 4.9. Deskripsi Status Keluarga Responden
Status Keluarga
Jumlah
Prosentase
Menikah
40
67.8
Belum Menikah
19
32.2
Total
59
100
Sumber: Lampiran 3, diolah
Berdasarkan tabel 4.9, diketahui bahwa dari 59 responden karyawan yang
sudah menikah sebanyak 40 orang atau 67.8 % dan yang belum menikah sebanyak
19 orang atau 32.2 %.
Universitas Kristen Petra
38
Berdasarkan hasil data yang diperoleh melalui penyebaran kuesioner,
maka didapat informasi gambaran deskripsi tentang jaminan yang diberikan oleh
perusahaan terhadap faktor kesehatan dan keselamatan kerja karyawan. Berikut
gambaran deskripsinya untuk masing-masing faktor:
a. Faktor kesehatan kerja yang menyangkut jasmani maupun rohani diukur
dengan 6 pernyataan dalam kuesioner. Pengukuran pernyataan dalam
kuesioner terdapat skala alternatif jawaban yaitu: bernilai 1 yang berarti sangat
kurang sampai bernilai 5 yang berarti sangat baik. Berikut adalah tabel
distribusi frekuensi tanggapan responden untuk masing-masing item pada
‘kesehatan kerja’.
Tabel 4.10. Distribusi Frekuensi Kesehatan Kerja
Jumlah Reponden
Pernyataan
STS TS RR
Perusahaan terdapat adanya pengendalian
suara bising dari mesin atau alat-alat kerja
lainnya
Pengaturan penerangan yang lebih baik di
tempat kerja akan membantu proses aktifitas
bekerja karyawan
Adanya pertukaran udara yang teratur di
dalam ruang kerja sehingga temperatur udara
atau suhu udara pada ruang kerja terkendali
Kondisi ruangan dengan pewarnaan yang pas
akan mampu menimbulkan rasa nyaman
untuk bekerja
Adanya fasilitas tempat istirahat untuk
karyawan
Penyediaan fasilitas-fasilitas pengobatan bagi
karyawan yang lebih lengkap
Rata – rata total
Mean
S
SS
-
-
10
49
-
3.83
-
-
4
55
-
3.93
-
-
32
27
-
3.46
-
2
46
11
-
3.15
-
1
56
2
-
3.02
-
-
48
11
-
3.19
3.43
Sumber: Lampiran 3, diolah
Berdasarkan tabel 4.10, diketahui bahwa responden yang sebagian besar
menjawab setuju bahwa di perusahaan terdapat adanya pengendalian suara
bising dari mesin atau alat-alat kerja lainnya dan dengan pengaturan
penerangan yang lebih baik di tempat kerja akan membantu proses aktifitas
Universitas Kristen Petra
39
bekerja karyawan, dengan jumlah responden masing-masing sebanyak 49
orang (83.1%) dan 55 orang (93.2%). Dan responden yang sebagian besar
menjawab ragu-ragu adalah untuk pernyataan adanya pertukaran udara yang
teratur di dalam ruang kerja sehingga membuat temperatur udara atau suhu
udara pada ruang kerja terkendali, kondisi ruangan dengan pewarnaan yang
pas akan mampu menimbulkan rasa nyaman untuk bekerja, adanya fasilitas
tempat istirahat untuk karyawan, dan penyediaan fasilitas-fasilitas pengobatan
bagi karyawan yang lebih lengkap, dengan jumlah masing-masing responden
adalah 32 orang (54.2%), 46 orang (78%), 56 orang (94.9%) dan 48 orang
(81.4%). Diperoleh nilai rata-rata jawaban responden sebesar 3.43, dimana
jawaban responden tersebut berkisar antara jawaban ragu-ragu dan setuju,
artinya pendapat responden mengenai kesehatan kerja yaitu penjagaan kondisi
kesehatan karyawan dari adanya gangguan-gangguan yang dirasakan
responden diperlukan.
b. Faktor keselamatan karyawan menggambarkan mengenai keadaan karyawan
yang bebas rasa takut dan bebas dari segala kemungkinan kecelakaan kerja,
yang diukur dengan 5 pernyataan dalam kuesioner. Pengukuran pernyataan
dalam kuesioner terdapat skala alternatif jawaban yaitu: bernilai 1 yang berarti
sangat kurang sampai bernilai 5 yang berarti sangat baik. Berikut adalah tabel
distribusi frekuensi tanggapan responden untuk masing-masing item pada
‘keselamatan karyawan’.
Tabel 4.11. Distribusi Frekuensi Keselamatan Karyawan
Jumlah Reponden
Pernyataan
STS TS RR
Penempatan barang-barang yang tepat di
dalam ruang kerja dapat menghindarkan
gangguan kecelakaan kerja yang ditimbulkan
oleh pekerja yang lalu lalang di sekitarnya
Pakaian pekerja disesuaikan dengan keadaan
mesin atau lingkungan kerja yang dihadapi
Penyediaan alat pelindung diri seperti masker,
kaca mata, sepatu pengaman, sarung tangan
dan lain-lain
Mean
S
SS
-
1
57
1
-
3.00
-
-
4
55
-
3.93
-
-
19
40
-
3.68
Universitas Kristen Petra
40
Perhatian perusahaan terhadap keserasian
antara lingkungan kerja dengan proses
kerjanya
Pencegahan bahan-bahan dan alat-alat kerja
yang membahayakan keselamatan kerja
karyawan
Daya tahan tubuh karyawan baik fisik
maupun mental karyawan sangat kuat
-
-
39
20
-
3.34
-
-
3
55
1
3.97
-
-
52
7
-
3.12
3.51
Rata – rata total
Sumber: Lampiran 3, diolah
Berdasarkan tabel 4.11, diketahui bahwa responden yang sebagian besar
menjawab setuju bahwa pakaian pekerja harus disesuaikan dengan keadaan
mesin atau lingkungan kerja yang dihadapi, penyediaan alat pelindung diri
seperti masker, kaca mata, sepatu pengaman, sarung tangan dan lain-lain, dan
adanya pencegahan bahan-bahan dan alat-alat kerja yang membahayakan
keselamatan kerja karyawan, dengan jumlah responden masing-masing
sebanyak 55 orang (93.2%), 40 orang (67.8%), dan 55 orang (93.2%). Dan
responden yang sebagian besar menjawab ragu-ragu adalah pada pernyataan
penempatan barang-barang yang tepat di dalam ruang kerja dapat
menghindarkan gangguan kecelakaan kerja yang ditimbulkan oleh pekerja
yang lalu lalang di sekitarnya, perhatian perusahaan terhadap keserasian antara
lingkungan kerja dengan proses kerjanya, dan daya tahan tubuh karyawan baik
fisik maupun mental karyawan sangat kuat, dengan jumlah masing-masing
responden adalah 57 orang (96.6%), 39 orang (66.1%), dan 52 orang (88.1%).
Diperoleh nilai rata-rata jawaban responden sebesar 3.51, dimana jawaban
responden tersebut berkisar antara jawaban ragu-ragu dan setuju, artinya
pendapat responden mengenai keselamatan karyawan yaitu penjagaan keadaan
karyawan yang bebas rasa takut dan bebas dari segala kemungkinan
kecelakaan kerja yang dirasakan responden sangat diperlukan.
Universitas Kristen Petra
41
Tabel 4.12. Distribusi Frekuensi Respons Karyawan
Jumlah Reponden
Pernyataan
STS TS RR
Adanya
jaminan
Kesehatan
dan
Keselamatan Kerja (K3) mempengaruhi
kebiasaan kerja anda
Perasaan
senang
terhadap
adanya
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
dari perusahaan karena dapat mengurangi
pengeluaran biaya untuk kesehatan
Adanya rasa solidaritas yang semakin
tinggi kepada perusahaan
Terjalin hubungan yang semakin baik
antar karyawan maupun dengan atasan
perusahaan
Tidak menimbulkan suatu ancaman
terhadap keamanan individu yang berupa
kehilangan
teman,
peran
maupun
pekerjaan
Tidak berpengaruh pada perubahan
tingkah
laku
karyawan
terhadap
perusahaan
S
SS
N
Mean
-
-
2
56
1
59
3.98
-
-
-
52
7
59
4.12
-
-
1
57
1
59
4.00
-
-
11
48
-
59
3.81
-
-
6
53
-
59
3.90
-
-
-
32
27
59
4.46
Rata – rata total
4.04
Sumber: Lampiran 3, diolah
Respons karyawan tergambar dalam aktivitas atau tindakan kerja
karyawan dalam melakukan suatu pekerjaan. Diketahui bahwa responden
sebagian besar menjawab setuju bahwa jaminan kesehatan dan keselamatan kerja
(K3) mempengaruhi kebiasaan kerja karyawan (94.9 %), adanya perasaan senang
terhadap jaminan kesehatan dan keselamatan Kerja (K3) dari perusahaan karena
dapat mengurangi pengeluaran biaya untuk kesehatan (88.1 %), adanya rasa
solidaritas karyawan yang semakin tinggi kepada perusahaan (96.6 %), terjalin
hubungan yang semakin baik antar karyawan maupun dengan atasan perusahaan
(81.4 %), tidak menimbulkan suatu ancaman terhadap keamanan individu yang
berupa kehilangan teman, peran maupun pekerjaan (89.8 %), dan tidak
berpengaruh pada perubahan tingkah laku karyawan terhadap perusahaan (54.2
%). Diperoleh rata-rata jawaban responden berkisar antara jawaban setuju dan
Universitas Kristen Petra
42
sangat setuju, artinya respons karyawan yang tercermin dalam aktivitas kerja
melakukan suatu pekerjaan baik.
Berdasarkan hasil tersebut kemudian dapat dilihat untuk lebih jelasnya
mengenai respons karyawan terhadap pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan
Kerja di perusahan tersebut menurut jenis kelamin, usia dan status keluarga adalah
sebagai berikut:
-
Menurut jenis kelamin karyawan, diketahui respons karyawan pria terhadap
pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja adalah cenderung tinggi,
dimana dengan pemberian jaminan Kesehatan dan Keselamatan Kerja oleh
perusahaan kepada karyawan sangat berpengaruh terhadap kebiasaan kerja
mereka. Hal tersebut dibuktikan dari jawaban karyawan pria terhadap engket
atas pernyataan respons karyawan pada bagian adanya jaminan Kesehatan dan
Keselamatan Kerja, sebagian besar menjawab setuju bahwa dengan pemberian
jaminan K3 dapat mempengaruhi kebiasaan kerja mereka. Sedangkan untuk
karyawan wanita, mereka cenderung juga untuk berhati-hati dalam bekerja.
Oleh karena itu, maka perlu penanggung jawab sumber daya manusia pada
perusahaan yang bersangkutan, memperhatikan perundang-undangan sosial
yang berlaku. Sebagai contoh, sistem keamanan dan kesehatan untuk wanita
melarang perusahaan memperkerjakannya di kondisi yang berat-berat kecuali
untuk pria, seperti pada bagian pengangkutan bahan baku plastik di ruang
penerimaan bahan baku, dimana tenaga yang menjalankan adalah karyawan
pria yang harus mempunyai kondisi fisik yang kuat dengan tingkat cidera
yang berat pula, sehingga mereka harus ekstra hati-hati terhadap
keselamatannya. Sedangkan respons yang timbul berupa rasa kesetiaan antara
karyawan wanita dan pria hampir sama dengan ditunjukkan sikap rasa
solidaritas yang semakin tinggi kepada perusahaan atas pelaksanaan kesehatan
dan keselamatan karyawan (K3).
-
Menurut usia karyawan, diketahui respons karyawan antar berbagai usia
adalah hampir sama. Rata-rata mereka setuju bahwa dengan pemberian
perlindungan kesehatan dan keselamatan kerja dari perusahaan dapat
mengurangi pengeluaran biaya untuk kesehatan, yang mana sudah diberikan
oleh perusahaan sebagai bentuk jaminan kesehatan. Mereka merasa senang
Universitas Kristen Petra
43
bahwa dengan adanya jaminan tersebut respons yang ditimbulkan adalah
adanya rasa kepuasan yang terbentuk dari loyalitas mereka terhadap
perusahaan. Hal itu didukung dari jawaban mereka atas angket yang
disebarkan bahwa mereka setuju dengan adanya pelaksanaan kesehatan dan
keselamatan kerja membentuk rasa solidaritas yang semakin tinggi kepada
perusahaan dan terjalin adanya hubungan yang semakin baik antar karyawan
maupun dengan atasan perusahaan. Sebagian besar karyawan usia produktif
lebih cenderung mempunyai tanggung jawab yang lebih besar terhadap
keluarga sehingga mereka mengutamakan kesehatan dan keselamatan dirinya
guna terus melindungi dan terus menafkahi keluarganya.
-
Menurut status keluarga, diketahui respons karyawan yang sudah menikah
cenderung mempunyai tanggung jawab yang besar terhadap keluarganya,
sehingga walaupun mereka bekerja untuk posisi apapun terutama bekerja yang
mempunyai resiko kerja tinggi, mereka tetap lebih mengutamakan kesehatan
dan keselamatan dirinya demi keluarga. Lain halnya dengan respons karyawan
yang belum menikah. Penjagaan akan kesehatan dan keselamatan dirinya
masih mengesampingkan masalah tanggung jawab terhadap keluarga. Mereka
cenderung sesuka hati walaupun sudah sesuai dengan peraturan dalam bekerja,
asal apa yang menjadi tanggung jawab dalam bekerja sudah selesai.
Universitas Kristen Petra
Download