4. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Subyek Penelitian CV. Srikandi Plastik Sidoarjo ini didirikan oleh bapak Nyoto pada tanggal 10 Juli 1996 telah mendapatkan pengesahan badan hukum dengan nomor 6909/BH/II/90. Pabrik plastik CV. Srikandi Plastik Sidoarjo merupakan pabrik yang bergerak dalam bidang pembuatan produk-produk plastik seperti tali rafia, tas kresek dan bijih plastik. Modal CV. Srikandi Plastik Sidoarjo ini dimiliki 100 % oleh bapak Nyoto yang dikelola oleh keluarga sendiri. CV. Srikandi Plastik Sidoarjo ini mulai berproduksi sebagai institusi Bisnis plastik yang cukup dikenal bagi perusahaan-perusahaan yang perlu bahan mentah bijih plastik seperti Ria Star, Napolly, Indo Plastikindo dan lain sebagainya. CV. Srikandi Plastik Sidoarjo memiliki jumlah karyawan sebanyak 71 orang. Pada dasarnya proses utama dalam peleburan plastik meliputi proses penerimaan bahan baku, proses sortir plastik, proses cuci plastik, proses peleburan plastik, dan proses pengepakan. 1. Proses Penerimaan Bahan Baku Proses penerimaan bahan baku merupakan proses utama dalam produksi, dimana pada bagian ini semua bahan-bahan plastik yang telah terkumpul dari para pengepul barang (supplier barang-barang bekas) dijadikan satu pada suatu ruang tertentu. Pada proses ini sebagian besar karyawannya adalah para pria, dimana mereka mengangkat barang-barang dari para pengepul, lalu menimbangnya dan dikumpulkan menurut jenis atau bahannya. 2. Proses Sortir Plastik Tujuan dari proses sortir adalah untuk menyeleksi semua jenis plastik dari proses penerimaan bahan baku yang sesuai dengan standart kualitas yang ditentukan oleh unit quality control. Proses ini barang diterima kemudian dipilah-pilah menurut jenis atau bahan serta kualitas plastiknya. Barang yang diterima jika berukuran besar dijadikan satu dengan barang lain yang berukuran besar pula. Barang yang mempunyai kualitas buruk (terlihat kusam, 25 Universitas Kristen Petra 26 usang, dan kotor) dikumpulkan tersendiri untuk diolah dengan barang yang rusak lainnya. Kualitas botol yang diterapkan adalah dengan membagi menjadi tiga kelompok yaitu kelompok plastik dengan kualitas baik, kelompok plastik harus disortir kembali, dan kelompok plastik yang dikarantina, maksudnya adalah belum bisa diputuskan apakah plastik berkualitas baik atau perlu disortir kembali. 3. Proses Cuci Plastik Setelah terdapat barang-barang plastik yang terkumpul dalam jumlah banyak, kemudian dicuci bersih. Hal ini perlu dilakukan mengingat barang-barang yang diperoleh adalah barang yang sebagian besar banyak mengandung debu atau kotoran lain yang menempel, sehingga nantinya setelah dari proses pencucian ini plastik yang akan dilebur mempunyai kualitas leburan yang baik. Pada proses ini sebagian besar karyawannya adalah para wanita. 4. Proses Peleburan Plastik Proses peleburan plastik merupakan proses yang sangat penting dalam industri plastik, hal ini disebabkan mutu bijih plastik yang dihasilkan sangat dipengaruhi oleh pengoprasian dapur peleburan. Pada proses ini, kondisi ruangan begitu sangat panas dikarenakan sarana peleburan plastik berbentuk tangki besar dengan alat pengaduk yang masih tradisional. Pada tangki tersebut dihubungkan pada suatu terusan, dimana terusan tersebut juga digunakan sebagai sarana untuk mengendalikan suhu plastik. Leburan plastik yang mengalir pada terusan tersebut menuju ke pencetakan untuk dijadikan bijih-bijih plastik kecil. 5. Proses Pengepakan Tahapan akhir dari proses produksi adalah pengepakan, dimana jenis dan jumlah kemasan yang dibutuhkan telah dirancang sejak saat pemesanan. sedangkan proses pengepakan dan perhitungan banyaknya plastik-plastik yang dikemas dilakukan oleh unit khusus. Setelah semua ditata dan dikumpulkan rapi kemudian dimasukkan ke gudang penyimpanan barang untuk menunggu pengiriman. Universitas Kristen Petra 27 Gambar 4.1. Skema Proses Produksi Proses Penerimaan Bahan Baku Proses Sortir Plastik Proses Cuci Plastik Proses Peleburan Plastik Proses Pengepakan Sumber data: Bagian Produksi CV. Srikandi Plastik Sidoarjo 4.2. Identifikasi Ancaman Faktor Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) Karyawan Pengidentifikasian adanya ancaman terhadap kesehatan dan keselamatan kerja (K3) karyawan dilakukan dengan observasi atau melakukan peninjauan lapangan secara lebih cermat oleh peneliti dengan melihat berbagai kemungkinan kecelakaan kerja yang dapat terjadi pada karyawan pabrik bagian produksi CV. Srikandi Plastik Sidoarjo. Perusahaan ini yang bergerak dalam bidang industri plastik, terdapat suatu perlindungan terhadap kesehatan dan keselamatan kerja (K3). Mengingat suatu perusahaan industri mempunyai kecenderungan terjadinya kecelakaan pekerja, maka dalam perusahaan ini dilakukan adanya usaha pencegahan yang paling efektif terhadap tindak kecelakaan. Umumnya dua hal yang paling mendasar penyebab terjadinya kecelakaan kerja adalah perilaku yang tidak aman dan kondisi lingkungan yang tidak aman. Penyebab kecelakaan yang pernah terjadi sampai saat ini adalah diakibatkan oleh perilaku yang tidak aman seperti: Universitas Kristen Petra 28 1. Sembrono dan tidak hati-hati 2. Tidak mematuhi peraturan 3. Tidak mengikuti standar prosedur kerja 4. Tidak memakai alat pelindung diri Berikut rangkaian ancaman kecelakaan kerja pada karyawan pabrik bagian produksi CV. Srikandi Plastik Sidoarjo: Tabel 4.1. Jenis Ancaman Kesehatan dan Keselamatan Kerja pada Karyawan Pabrik Bagian Produksi CV. Srikandi Plastik Sidoarjo Ancaman Bagian Kesehatan Ruang penerimaan bahan baku Ruang sortir plastik Ruang cuci plastik Ruang peleburan plastik Ruang pengepakan Terganggunya saluran pernafasan akibat debu yang menempel dari bahan baku tersebut Gatal-gatal akibat kotoran bahan baku plastik yang diterima Gatal-gatal terkena air yang kotor bekas cucian plastik • Mata merah dan perih akibat asap dari peleburan plastik • Terganggunya saluran pernafasan dari asap yang mengepul dari sisa pembakaran atau panasnya suhu - Keselamatan Lecet akibat goresan, terkena benturan Terkena benturan atau tertimpa bahan baku Terpeleset akibat adanya tetesan air yang menggenang Berkontak dengan suhu panas sehingga kemungkinan yang terjadi adalah terkena leburan panas plastik Tangan terluka akibat goresan pengepakan plastik Sumber: Hasil observasi lapangan di ruang produksi CV ”Srikandi Plastik” 4.3. Pelaksanaan Standart Operasional Prosedur (SOP) Perusahaan Atas Faktor-Faktor Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) Karyawan Bagian Produksi CV ”Srikandi Plastik” mempunyai jaminan kesehatan dan keselamatan kerja yang tercakup dalam standar prosedur operasional (SPO). Adapun standar prosedur operasional (SPO) adalah suatu perangkat instruksi yang dibakukan Universitas Kristen Petra 29 untuk menyelesaikan suatu proses kerja rutin tertentu. Standar prosedur operasional (SPO) mengenai Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) CV ”Srikandi Plastik“ adalah sebagai berikut: Aktivitas Standar Prosedur Operasional (SPO) Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) CV ”Srikandi Plastik“ Langkah pengendalian K3: A. Pengendalian awal Pengendalian awal bertujuan untuk mencegah terjadinya kecelakaan dengan cara meningkatkan pengertian dan pemahaman secara luas terhadap resiko potensi bahaya yang mungkin timbul/terjadi dari suatu pekerjaan. Hal ini dapat dilakukan dengan mulai membuat program K3, prosedur / petunjuk kerja K3 secara tertulis. Pengendalian awal yang dilakukan CV ”Srikandi Plastik“ adalah sebagai berikut: 1. Jadwal pelaksanaan program K3 yang meliputi rencana kegiatan pelaksanaan K3 2. Rencana pembuatan/pengadaan pedoman/prosedur/petunjuk kerja pelaksanaan K3 atau tindakan pencegahan kecelakaan di pabrik seperti: - Pertolongan pertama pada kecelakaan - Penanganan korban kecelakaan yang meninggal - Penanganan korban kecelakaan yang tidak meninggal - Petunjuk K3 untuk semua masing-masing jenis pekerjaan - Penggunaan Alat Pelindung Diri 3. Pembinaan dan Pengarahan: Hal-hal yang berkaitan dengan K3 untuk mengembangkan kerja sama dan partisipasi efektif sebagai berikut: - Penggunaan tandu kecelakaan dan obat-obatan P3K - Penanganan dan proses pelaporan untuk korban kecelakaan - Penggunaan alat pelindung diri - Penerangan (instalasi kabel, panel-panel listrik) Universitas Kristen Petra 30 - Prosedur koordinasi / diagram alur K3 - Sosialisasi pemasangan rambu K3 - Inspeksi Harian K3 dan rapat K3 B. Pengendalian saat kontak dengan pekerjaan Pengendalian ini bertujuan untuk mencegah terjadinya kecelakaan bila tidak dapat dihindari kemungkinan kontak / berhubungan dengan potensi bahaya dari suatu pekerjaan. Hal-hal yang dapat dilakukan untuk pengendalian saat kontak dengan pekerjaan antara lain: 1. Penyediaan alat pelindung diri disesuaikan degan jenis pekerjaan yang dilakukan 2. Pemasangan pelindung pada setiap bagian atau mesin yang digunakan 3. Pemasangan barikade / penghalang pada lokasi pekerjaan yang mengandung resiko bahaya terkena lebur C. Pengendalian sesudah kontak dengan pekerjaan Pengendalian ini adalah langkah terakhir yang dipersiapkan bila langkahlangkah sebelumnya gagal atau tidak berhasil dilakukan dan bertujuan untuk meminimalkan akibat/kerugian yang ditanggung pekerja karena melakukan suatu tetapi tidak mencegah terjadinya kecelakaan. Tindakan yang dilakukan untuk pengendalian sesudah kontak dengan pekerjaan adalah: 1. Penyediaan sarana penanggulangan darurat kecelakaan kerja: - Kerjasama dengan Puskesmas terdekat - Penyediaan obat-obatan darurat / P3K 2. Penyediaan tandu kecelakaan 3. Penyediaan alat pemadam kebakaran, pasir dan mobil PMK 4. Penyediaan data telepon dan alamat serta nama petugas yang dapat dihubungi dari instansi terkait, seperti: Kelurahan, Kecamatan, Polsek, Koramil, Pemadan Kebakaran terdekat, rumah sakit/poliklinik terdekat Universitas Kristen Petra 31 TATA TERTIB BAGIAN PRODUKSI CV. SRIKANDI PLASTIK Peraturan yang berlaku bagi semua karyawan dan semua orang yang memasuki Ruang Produksi: 1. Jam Kerja sesuai dengan shift masing-masing: Shift I : 07.00 - 15.00 Shift II : 15.00 – 23.00 Shift III : 23.00 – 07.00 2. Wajib menggunakan alat pelindung diri sesuai dengan resiko pekerjaannya. 3. Masuk / Keluar Line Kerja harap menghubungi Koordinator ruangan 4. Dilarang merokok saat bekerja 5. Dilarang gaduh saat bekerja 6. Wajib menjaga kebersihan lingkungan di dalam pabrik 7. Tamu yang menemui karyawan harap lapor pihak keamanan PROSEDUR PELAKSANAAN K3 CV. SRIKANDI PLASTIK SIDOARJO Terjadinya Kecelakaan Ke Rumah Sakit Proses Administrasi Rumah Sakit Laporan ke Pimpinan Proses Claim Astek Hubungi Pihak Keluarga Santunan Pihak Berkas Dalam Astek Sumber: Data Internal CV ”Srikandi Plastik” Universitas Kristen Petra 32 Tabel 4.2. Standar Prosedur Operasional (SPO) Aspek K3 dan Pengendalian Resiko No. A. 1 2 Ancaman Bahaya Pengendalian yang ada Kesehatan Pekerjaan penerimaan bahan baku Terganggunya saluran pernafasan Belum ada Pekerjaan peleburan plastik • Mata merah dan perih Ada • Terganggunya saluran pernafasan dari asap 3 Pekerjaan Pensortir plastik Gatal-gatal Ada 4 Pekerjaan Pencuci Plastik Gatal-gatal terkena air kotor plastik Ada 5 Pekerjaan pengepakan Keselamatan Pekerjaan penerimaan bahan baku Gangguan pernafasan akibat debu Belum ada Terpeleset pada saat mengangkat, tertimpa, lecet akibat goresan, terkena benturan Belum ada B. 1 Pengendalian yang disyaratkan Pekerja diharuskan menggunakan masker, sarung tangan, safety shoes, dan helm - Tersedia alat pemadam ringan Pekerjaan peleburan plastik Berkontak dengan suhu panas sehingga kemungkinan yang terjadi adalah terkena leburan panas plastik Ada 3 Pekerjaan Pensortir plastik Pekerjaan Pencuci Plastik Pekerjaan pengepakan Terkena benturan atau tertimpa bahan baku Terpeleset Belum ada Ada Tangan terluka Belum ada 4 5 Penggunaan alat pelindung diri berupa respirator (pelindung paru-paru) Pemakaian pelindung mata (kacamata) sebagai pelindung mata dari partikel kecil peleburan plastik - Pekerja diharuskan menggunakan masker - Dipasang rambu peringatan dilarang dekat area peleburan Pekerja diharuskan menggunakan sarung tangan - Pekerja diharuskan menggunakan sarung tangan - Kebersihan lingkungan harus terjaga Penerangan harus memadai - Jalan kerja harus aman dan tidak berbahaya - Pekerja diharuskan menggunakan helm - Penurunan bahan baku jangan dilempar langsung - Cara memikul harus searah 2 Keterangan Sebagai pengaman kepala harus digunakan pada daerah dimana sedang berlangsung pekerjaan yang menyebabkan benturan dan kejatuhan benda lain Diberi balok kayu peluncur atau diturunkan manual Bila disebelah kanan maka pemikul harus disebelah kanan semua - Tersedia alat pemadam ringan - Dipasang rambu peringatan dilarang dekat area peleburan - Tersedia P3K Dipasang rambu peringatan hati-hati Dipasang rambu peringatan hati-hati Pekerja diharuskan menggunakan sarung tangan Sumber: Data Internal CV ”Srikandi Plastik” Universitas Kristen Petra 33 Dari tabel atas diketahui adanya system pengendalian terhadap Kesehatan dan Keselamatan Kerja yang telah dilaksanakan oleh perusahaan. Dengan adanya pengendalian yang telah dilaksanakan oleh perusahaan, maka pihak manajemen khususnya bagian personalia melakukan seoptimal mungkin pencegahan terjadinya ancaman bahaya pada Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Selain diharapkan kerjasama dari karyawan atau pekerja itu sendiri dalam menaati peraturan yang berlaku, perusahaan juga terus berupaya untuk tidak berhenti memperingatkan pekerja dalam kondisi dan situasi apapun agar pelaksanaan pengendalian K3 karyawan berjalan dengan lancar. Beberapa hal yang sebagian besar dapat diberikan oleh perusahaan terhadap karyawan adalah Keselamatan Kerja karyawan Meliputi : - Pengetahuan dan ketrampilan kerja karyawan, - Ketersediaan alat-alat pelindung, - Keamanan layout tempat kerja, - Jaminan kecelakaan kerja - Frekwensi kecelakaan kerja Kesehatan kerja meliputi: - Kebersihan lingkungan, - Air udara ditempat kerja - Ketersediaan gizi - Jaminan kesehatan kerja bagi karyawan - Pelayanan pemeriksaan kesehatan karyawan - Frekwensi timbulnya penyakit Peninjauan dari pelaksanaan SOP perusahaan pada karyawan bagian produksi dilakukan dengan observasi atau melakukan peninjauan lapangan secara lebih cermat oleh peneliti dengan membandingkan pelaksanaan peraturan yang berlaku di area ruang produksi mengenai hal yang berkaitan dengan faktor-faktor Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3). Pelaksanaan sistem kerja CV ” Srikandi Plastik “ sesuai hasil pengamatan peneliti adalah sebagai berikut: Universitas Kristen Petra 34 Tabel 4.3. Pengecekan Pelaksanaan SOP Kerja Perusahaan Bagian Produksi Ruang penerimaan bahan baku Ruang Peleburan Plastik Ruang Sortir Plastik Ancaman Keseh Kesela atan matan Pelaksanaan SOP Dilaksan Tidak akan Dilaksanakan Keterangan √ √ - √ Karyawan tidak menggunakan sarung tangan √ √ - √ Karyawan tidak memakai masker √ - - √ Karyawan tidak menggunakan sarung tangan - - √ - - - √ - Ruang Cuci Plastik Ruang Pengepakan Sumber: Hasil observasi peneliti di ruang produksi CV ”Srikandi Plastik” Dari tabel di atas untuk bagian produksi pada ruang peleburan plastik, dimana ruang tersebut terdapat kandungan debu plastik yang banyak, mengharuskan karyawan untuk memakai masker di waktu bekerja. Hal tersebut merupakan salah satu standart operasional prosedur yang berlaku di pabrik besar, dimana masker merupakan alat perlindungan diri untuk menjaga kesehatan kerja karyawan. Pada ruang tersebut pelaksanaan SOP kerja tersebut masih tidak dilaksanakan padahal bahaya yang mengancam terhadap kesehatan dan keselamatan kerja karyawan sangat rawan, hal ini disebabkan oleh masih rendahnya pengetahuan (tingkat pengetahuan) pekerja atau mungkin disebabkan perilaku yang menyepelekan bahaya debu tersebut. Hal yang sama juga berlaku pada ruang penerimaan bahan baku dan ruang sortir plastik, dimana karyawan masih tidak menggunakan sarung tangan sebagai alat perlindungan diri, sehingga berdampak pada terjadinya lecet-lecet pada tangan akibat goresan dari plastikplastik yang kasar. Pada ruang peleburan plastik, kondisi ruangan tersebut sangat panas, dimana pekerja memerlukan stamina yang kuat dan harus memberikan konsentrasi yang penuh dalam bekerja. Sedikit saja mereka lengah maka kemungkinan bahaya kecelakaan akan terjadi. Sehingga dalam hal ini adanya instruksi, peraturan, dan Universitas Kristen Petra 35 prosedur sangat diperlukan agar pekerjaan dapat dilakukan secara aman dan tanpa resiko pada kesehatan. Berikut rangkaian ancaman kecelakaan yang pernah terjadi dan beberapa pelaksanaan SOP untuk mengendalikannya: Tabel 4.4. Pelaksanaan SOP untuk Pengendalian Ancaman Kesehatan dan Keselamatan Kerja Ancaman Bagian Kesehatan Keselamatan Terganggu nya saluran pernafasan • Mata merah dan perih • Tergang gunya saluran pernafas an dari asap Lecet akibat goresan, terkena benturan Berkontak dengan suhu panas sehingga kemungkinan yang terjadi adalah terkena leburan panas plastik Ruang sortir plastik Gatal-gatal Terkena benturan atau tertimpa bahan baku Ruang cuci plastik Gatal-gatal terkena air kotor plastik Terpeleset Ruang pengepakan - Tangan terluka Ruang penerimaan bahan baku Ruang peleburan plastik Pelaksanaan SOP Pemberian alat pelindung diri dengan memberikan masker penutup Pemberian alat pelindung diri dengan memberikan sarung tangan anti air Pemberian alat pelindung diri dengan memberikan sarung tangan Mengenai Cara peraturan Pencegahan Pengendalian keselamatan Kecelakaan kerja ancaman bahaya dan kesehatan kesehatan kerja kerja UU • Pengendalian • Pengenalan bahaya Keselamatan teknik: di tempat kerja dan menutup atau • Mengkonfirmasi Kesehatan mengisolasi keberadaan bahaya Tenaga kerja bahan di tempat kerja dan Detail berbahaya, • Memahami apakah Pelaksanaan mengganti pelaksanaan UU prosedur kerja manajemen sesuai Kesehatan • Pengendalian dengan peraturan dan administrasi: Kesehatan menyusun Tenaga Kerja peraturan keselamatan dan kesehatan, memakai alat pelindung • Pemantauan kesehatan: melakukan pemeriksaan kesehatan Sumber: Data Internal CV ”Srikandi Plastik” 4.4. Respons Karyawan Bagian Produksi Atas Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) Karyawan Sebelum mengetahui bagaimana respons karyawan terhadap pelaksanaan K3 tersebut, penelitian memberikan gambaran deskriptif terlebih dahulu mengenai Universitas Kristen Petra 36 karakteristik atau demografi pekerja yang dijadikan peneliti sebagai subyek atau responden dalam penelitian ini. CV. Srikandi Plastik Sidoarjo memiliki jumlah karyawan sebanyak 71 orang, dimana sebanyak 59 orang karyawan tersebut menjadi responden dalam penelitian ini. Berikut deskripsi demografi dari 59 responden karyawan CV. Srikandi Plastik Sidoarjo : Tabel 4.5. Deskripsi Jenis Kelamin Responden Jenis Kelamin Jumlah Prosentase Pria 33 55.9 Wanita 26 44.1 Total 59 100 Sumber: Lampiran 3, diolah Berdasarkan tabel 4.5, diketahui bahwa jumlah responden laki-laki CV. Srikandi Plastik Sidoarjo sebanyak 33 orang atau 55.9 %, sedangkan jumlah responden wanita sebanyak 26 orang atau 44.1 %. Tabel 4.6. Deskripsi Usia Responden Usia Jumlah Prosentase < 25 tahun 12 20.3 26 – 35 tahun 35 59.3 36 – 45 tahun 12 20.3 Total 59 100 Sumber: Lampiran 3, diolah Berdasarkan tabel 4.6, diketahui bahwa usia responden sebagian besar berumur antara 26 sampai 35 tahun sebanyak 35 orang atau 59.3 %. Sedangkan sisanya yang berusia antara 36 sampai 45 tahun dan kurang dari 25 tahun masingmasing sebanyak 12 orang atau 20.3 %. Tabel 4.7. Deskripsi Pendidikan Responden Pendidikan Jumlah Prosentase SMP 19 32.2 SMA 35 59.3 Universitas Kristen Petra 37 Perguruan Tinggi 5 8.5 Total 59 100 Sumber: Lampiran 3, diolah Berdasarkan tabel 4.7, diketahui bahwa pendidikan terakhir sebagian besar responden adalah SMA sebanyak 35 orang atau 59.3 %. Dan sisanya sebanyak 19 orang atau 32.2 % berpendidikan SMP dan hanya sebanyak 5 orang atau 8.5 % yang berpendidikan perguruan tinggi. Tabel 4.8. Deskripsi Lama Kerja Responden Lama kerja Jumlah Prosentase < 1 tahun 9 15.3 2 – 3 tahun 18 30.5 4 – 5 tahun 32 54.2 Total 59 100 Sumber: Lampiran 3, diolah Berdasarkan tabel 4.8, diketahui bahwa jumlah responden yang bekerja telah selama antara 4 sampai 5 tahun sebanyak 32 orang atau 54.2 %. Sedangkan yang lain sebanyak 18 orang atau 30.5 % mempunyai lama kerja 2 sampai 3 tahun dan sebanyak 9 orang atau 15.3 % mempunyai lama kerja kurang dari 1 tahun. Tabel 4.9. Deskripsi Status Keluarga Responden Status Keluarga Jumlah Prosentase Menikah 40 67.8 Belum Menikah 19 32.2 Total 59 100 Sumber: Lampiran 3, diolah Berdasarkan tabel 4.9, diketahui bahwa dari 59 responden karyawan yang sudah menikah sebanyak 40 orang atau 67.8 % dan yang belum menikah sebanyak 19 orang atau 32.2 %. Universitas Kristen Petra 38 Berdasarkan hasil data yang diperoleh melalui penyebaran kuesioner, maka didapat informasi gambaran deskripsi tentang jaminan yang diberikan oleh perusahaan terhadap faktor kesehatan dan keselamatan kerja karyawan. Berikut gambaran deskripsinya untuk masing-masing faktor: a. Faktor kesehatan kerja yang menyangkut jasmani maupun rohani diukur dengan 6 pernyataan dalam kuesioner. Pengukuran pernyataan dalam kuesioner terdapat skala alternatif jawaban yaitu: bernilai 1 yang berarti sangat kurang sampai bernilai 5 yang berarti sangat baik. Berikut adalah tabel distribusi frekuensi tanggapan responden untuk masing-masing item pada ‘kesehatan kerja’. Tabel 4.10. Distribusi Frekuensi Kesehatan Kerja Jumlah Reponden Pernyataan STS TS RR Perusahaan terdapat adanya pengendalian suara bising dari mesin atau alat-alat kerja lainnya Pengaturan penerangan yang lebih baik di tempat kerja akan membantu proses aktifitas bekerja karyawan Adanya pertukaran udara yang teratur di dalam ruang kerja sehingga temperatur udara atau suhu udara pada ruang kerja terkendali Kondisi ruangan dengan pewarnaan yang pas akan mampu menimbulkan rasa nyaman untuk bekerja Adanya fasilitas tempat istirahat untuk karyawan Penyediaan fasilitas-fasilitas pengobatan bagi karyawan yang lebih lengkap Rata – rata total Mean S SS - - 10 49 - 3.83 - - 4 55 - 3.93 - - 32 27 - 3.46 - 2 46 11 - 3.15 - 1 56 2 - 3.02 - - 48 11 - 3.19 3.43 Sumber: Lampiran 3, diolah Berdasarkan tabel 4.10, diketahui bahwa responden yang sebagian besar menjawab setuju bahwa di perusahaan terdapat adanya pengendalian suara bising dari mesin atau alat-alat kerja lainnya dan dengan pengaturan penerangan yang lebih baik di tempat kerja akan membantu proses aktifitas Universitas Kristen Petra 39 bekerja karyawan, dengan jumlah responden masing-masing sebanyak 49 orang (83.1%) dan 55 orang (93.2%). Dan responden yang sebagian besar menjawab ragu-ragu adalah untuk pernyataan adanya pertukaran udara yang teratur di dalam ruang kerja sehingga membuat temperatur udara atau suhu udara pada ruang kerja terkendali, kondisi ruangan dengan pewarnaan yang pas akan mampu menimbulkan rasa nyaman untuk bekerja, adanya fasilitas tempat istirahat untuk karyawan, dan penyediaan fasilitas-fasilitas pengobatan bagi karyawan yang lebih lengkap, dengan jumlah masing-masing responden adalah 32 orang (54.2%), 46 orang (78%), 56 orang (94.9%) dan 48 orang (81.4%). Diperoleh nilai rata-rata jawaban responden sebesar 3.43, dimana jawaban responden tersebut berkisar antara jawaban ragu-ragu dan setuju, artinya pendapat responden mengenai kesehatan kerja yaitu penjagaan kondisi kesehatan karyawan dari adanya gangguan-gangguan yang dirasakan responden diperlukan. b. Faktor keselamatan karyawan menggambarkan mengenai keadaan karyawan yang bebas rasa takut dan bebas dari segala kemungkinan kecelakaan kerja, yang diukur dengan 5 pernyataan dalam kuesioner. Pengukuran pernyataan dalam kuesioner terdapat skala alternatif jawaban yaitu: bernilai 1 yang berarti sangat kurang sampai bernilai 5 yang berarti sangat baik. Berikut adalah tabel distribusi frekuensi tanggapan responden untuk masing-masing item pada ‘keselamatan karyawan’. Tabel 4.11. Distribusi Frekuensi Keselamatan Karyawan Jumlah Reponden Pernyataan STS TS RR Penempatan barang-barang yang tepat di dalam ruang kerja dapat menghindarkan gangguan kecelakaan kerja yang ditimbulkan oleh pekerja yang lalu lalang di sekitarnya Pakaian pekerja disesuaikan dengan keadaan mesin atau lingkungan kerja yang dihadapi Penyediaan alat pelindung diri seperti masker, kaca mata, sepatu pengaman, sarung tangan dan lain-lain Mean S SS - 1 57 1 - 3.00 - - 4 55 - 3.93 - - 19 40 - 3.68 Universitas Kristen Petra 40 Perhatian perusahaan terhadap keserasian antara lingkungan kerja dengan proses kerjanya Pencegahan bahan-bahan dan alat-alat kerja yang membahayakan keselamatan kerja karyawan Daya tahan tubuh karyawan baik fisik maupun mental karyawan sangat kuat - - 39 20 - 3.34 - - 3 55 1 3.97 - - 52 7 - 3.12 3.51 Rata – rata total Sumber: Lampiran 3, diolah Berdasarkan tabel 4.11, diketahui bahwa responden yang sebagian besar menjawab setuju bahwa pakaian pekerja harus disesuaikan dengan keadaan mesin atau lingkungan kerja yang dihadapi, penyediaan alat pelindung diri seperti masker, kaca mata, sepatu pengaman, sarung tangan dan lain-lain, dan adanya pencegahan bahan-bahan dan alat-alat kerja yang membahayakan keselamatan kerja karyawan, dengan jumlah responden masing-masing sebanyak 55 orang (93.2%), 40 orang (67.8%), dan 55 orang (93.2%). Dan responden yang sebagian besar menjawab ragu-ragu adalah pada pernyataan penempatan barang-barang yang tepat di dalam ruang kerja dapat menghindarkan gangguan kecelakaan kerja yang ditimbulkan oleh pekerja yang lalu lalang di sekitarnya, perhatian perusahaan terhadap keserasian antara lingkungan kerja dengan proses kerjanya, dan daya tahan tubuh karyawan baik fisik maupun mental karyawan sangat kuat, dengan jumlah masing-masing responden adalah 57 orang (96.6%), 39 orang (66.1%), dan 52 orang (88.1%). Diperoleh nilai rata-rata jawaban responden sebesar 3.51, dimana jawaban responden tersebut berkisar antara jawaban ragu-ragu dan setuju, artinya pendapat responden mengenai keselamatan karyawan yaitu penjagaan keadaan karyawan yang bebas rasa takut dan bebas dari segala kemungkinan kecelakaan kerja yang dirasakan responden sangat diperlukan. Universitas Kristen Petra 41 Tabel 4.12. Distribusi Frekuensi Respons Karyawan Jumlah Reponden Pernyataan STS TS RR Adanya jaminan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) mempengaruhi kebiasaan kerja anda Perasaan senang terhadap adanya Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) dari perusahaan karena dapat mengurangi pengeluaran biaya untuk kesehatan Adanya rasa solidaritas yang semakin tinggi kepada perusahaan Terjalin hubungan yang semakin baik antar karyawan maupun dengan atasan perusahaan Tidak menimbulkan suatu ancaman terhadap keamanan individu yang berupa kehilangan teman, peran maupun pekerjaan Tidak berpengaruh pada perubahan tingkah laku karyawan terhadap perusahaan S SS N Mean - - 2 56 1 59 3.98 - - - 52 7 59 4.12 - - 1 57 1 59 4.00 - - 11 48 - 59 3.81 - - 6 53 - 59 3.90 - - - 32 27 59 4.46 Rata – rata total 4.04 Sumber: Lampiran 3, diolah Respons karyawan tergambar dalam aktivitas atau tindakan kerja karyawan dalam melakukan suatu pekerjaan. Diketahui bahwa responden sebagian besar menjawab setuju bahwa jaminan kesehatan dan keselamatan kerja (K3) mempengaruhi kebiasaan kerja karyawan (94.9 %), adanya perasaan senang terhadap jaminan kesehatan dan keselamatan Kerja (K3) dari perusahaan karena dapat mengurangi pengeluaran biaya untuk kesehatan (88.1 %), adanya rasa solidaritas karyawan yang semakin tinggi kepada perusahaan (96.6 %), terjalin hubungan yang semakin baik antar karyawan maupun dengan atasan perusahaan (81.4 %), tidak menimbulkan suatu ancaman terhadap keamanan individu yang berupa kehilangan teman, peran maupun pekerjaan (89.8 %), dan tidak berpengaruh pada perubahan tingkah laku karyawan terhadap perusahaan (54.2 %). Diperoleh rata-rata jawaban responden berkisar antara jawaban setuju dan Universitas Kristen Petra 42 sangat setuju, artinya respons karyawan yang tercermin dalam aktivitas kerja melakukan suatu pekerjaan baik. Berdasarkan hasil tersebut kemudian dapat dilihat untuk lebih jelasnya mengenai respons karyawan terhadap pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja di perusahan tersebut menurut jenis kelamin, usia dan status keluarga adalah sebagai berikut: - Menurut jenis kelamin karyawan, diketahui respons karyawan pria terhadap pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja adalah cenderung tinggi, dimana dengan pemberian jaminan Kesehatan dan Keselamatan Kerja oleh perusahaan kepada karyawan sangat berpengaruh terhadap kebiasaan kerja mereka. Hal tersebut dibuktikan dari jawaban karyawan pria terhadap engket atas pernyataan respons karyawan pada bagian adanya jaminan Kesehatan dan Keselamatan Kerja, sebagian besar menjawab setuju bahwa dengan pemberian jaminan K3 dapat mempengaruhi kebiasaan kerja mereka. Sedangkan untuk karyawan wanita, mereka cenderung juga untuk berhati-hati dalam bekerja. Oleh karena itu, maka perlu penanggung jawab sumber daya manusia pada perusahaan yang bersangkutan, memperhatikan perundang-undangan sosial yang berlaku. Sebagai contoh, sistem keamanan dan kesehatan untuk wanita melarang perusahaan memperkerjakannya di kondisi yang berat-berat kecuali untuk pria, seperti pada bagian pengangkutan bahan baku plastik di ruang penerimaan bahan baku, dimana tenaga yang menjalankan adalah karyawan pria yang harus mempunyai kondisi fisik yang kuat dengan tingkat cidera yang berat pula, sehingga mereka harus ekstra hati-hati terhadap keselamatannya. Sedangkan respons yang timbul berupa rasa kesetiaan antara karyawan wanita dan pria hampir sama dengan ditunjukkan sikap rasa solidaritas yang semakin tinggi kepada perusahaan atas pelaksanaan kesehatan dan keselamatan karyawan (K3). - Menurut usia karyawan, diketahui respons karyawan antar berbagai usia adalah hampir sama. Rata-rata mereka setuju bahwa dengan pemberian perlindungan kesehatan dan keselamatan kerja dari perusahaan dapat mengurangi pengeluaran biaya untuk kesehatan, yang mana sudah diberikan oleh perusahaan sebagai bentuk jaminan kesehatan. Mereka merasa senang Universitas Kristen Petra 43 bahwa dengan adanya jaminan tersebut respons yang ditimbulkan adalah adanya rasa kepuasan yang terbentuk dari loyalitas mereka terhadap perusahaan. Hal itu didukung dari jawaban mereka atas angket yang disebarkan bahwa mereka setuju dengan adanya pelaksanaan kesehatan dan keselamatan kerja membentuk rasa solidaritas yang semakin tinggi kepada perusahaan dan terjalin adanya hubungan yang semakin baik antar karyawan maupun dengan atasan perusahaan. Sebagian besar karyawan usia produktif lebih cenderung mempunyai tanggung jawab yang lebih besar terhadap keluarga sehingga mereka mengutamakan kesehatan dan keselamatan dirinya guna terus melindungi dan terus menafkahi keluarganya. - Menurut status keluarga, diketahui respons karyawan yang sudah menikah cenderung mempunyai tanggung jawab yang besar terhadap keluarganya, sehingga walaupun mereka bekerja untuk posisi apapun terutama bekerja yang mempunyai resiko kerja tinggi, mereka tetap lebih mengutamakan kesehatan dan keselamatan dirinya demi keluarga. Lain halnya dengan respons karyawan yang belum menikah. Penjagaan akan kesehatan dan keselamatan dirinya masih mengesampingkan masalah tanggung jawab terhadap keluarga. Mereka cenderung sesuka hati walaupun sudah sesuai dengan peraturan dalam bekerja, asal apa yang menjadi tanggung jawab dalam bekerja sudah selesai. Universitas Kristen Petra