LAPORAN PRAKTIKUM ELEKTRONIKA DASAR II PENGUAT KELAS A MENGGUNAKAN BIAS PEMBAGI TEGANGAN Nama : Akmal Putra Haryadi NIM : 225090707111019 Kelompok : 11 Tgl. Praktikum : Rabu, 20 September 2004 Nama Asisten : Yasmin Naifa Khairunnisa Mukhson LABORATORIUM INSTRUMENTASI DAN PENGUKURAN JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG LEMBAR PENILAIAN PRAKTIKUM LAPORAN ELEKTRONIKA DASAR II PENGUAT KELAS A MENGGUNAKAN BIAS PEMBAGI TEGANGAN Tanggal Masuk Laporan : _____________________________________________________ Pukul : _____________________________________________________ Korektor Asisten ............................... Yasmin Naifa Khairunnisa Mukhson CO Asisten ...... I Gede Made Adnyana Wibawa ...... Catatan: ___________________________________________________________________________ ___________________________________________________________________________ ___________________________________________________________________________ ____________________________________ Tanggal Masuk Revisi : ______________________________________________________ Pukul : ______________________________________________________ Nilai Sementara Nilai Akhir BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Tujuan Tujuan dari dilakukannya praktikum ini adalah dapat dilakukannya pengukuran, diamati, dan dipelajarinya karakteristik penguat kelas A dengan digunakannya bias pembagi tegangan. 1.2 Dasar Teori Penguat kelas A adalah suatu penguat yang tegangan kasa kemudinya diatur dan dibuat sedemikian rupa, sehingga arus pada anoda mengalir terus- menerus pada setiap saat, pada kondisi mendekati maksimum. Penguat kelas A umumnya menghasilkan efisiensi yang rendah, sekitar 30% - 40%, tetapi cacat sinyal yang dihasilkan sangat rendah. Oleh karena itu, rangkaian penguat linier, biasanya menerapkan kelas A ini. Sehingga penguat tipe ini juga disebut 'penguat linier' (linear amplifier). Penguat kelas A biasanya memerlukan tenaga/daya dorong yang sangat rendah (very low driving power) untuk menghasilkan daya keluaran maksimum. Contoh aplikasinya seperti penguat daya pada pemancar televisi, penguat sinyal pada pesawat penerima radio (Palgunandi, 2021). Suatu Penguat kelas A merupakan penguat yang keluarannya merupakan salinan asli yang diperbesar amplitudonya sebab dikuatkannya seluruh daur masukannya. Penguat kelas A ini sering digunakan sebagai penguat sinyal kecil. Efisiensi dari penguat kelas A sebesar 50% yang mana penguat ini tidak terlalu efisien. Unsur penguat pada penguat kelas A diberi prategangan sehingga rangkaiannya selalu menghantar dan beroperasi dibagian yang linear pada lengkungan karakteristik penguat. Jika digunakan pada sinyal kecil, daya yang terjadi juga kecil. Dikarenakan selalu menghantar meski tidak ada masukan terdapat daya yang terbuang, hal ini yang menjadikan penguat kelas A memiliki efisiensiyang rendah (Mismail, 2011). Gambar 1.1 Penguat kelas A (Mismail, 2011). Pada transistor dalam penguat kelas A, arus kolektor atau IC mengalir 360° dari gelombang input. Berdasarkan gambar 1.2 bagian atas merupakan bentuk gelombang yang menunjukkan tegangan sinyal AC yang menggerakkan basis transistor dan gambar 1.2 bagian bawah menunjukka arus kolektor atau IC yang dihasilkan. Penguat kelas A digunakan sebagai penguat linier dimana rangkaian harus menghasilkan sinyal keluaran yang memperkuat replika sinyak masukan. Sinyal input ini tidak boleh mengarahkan transistor ke kondisi cut off atau saturasi. Jika terjadi maka bentuk gelombang keluaran akan terpotong pada salah satu atu kedua puncaknya. Bias DC harus menyediakan arus kolektor diam untuk operasi kelas A (Schultz, 2016). Gambar 1.2 Bentuk gelombang tegangan sinyal AC (atas) dan gelombang aruskolektor (bawah) (Schultz, 2016). Gambar 1.3 Rangkaian penguat kelas A (Malvino & Bates, 2016). BAB II METODOLOGI 2.1 Peralatan Percobaan Alat yang digunakan pada praktikum ini antara lain sebuah Multimeter DC, sebuah Amperemeter DC, sebuah Signal Generator, sebuah Oscilloscope, Tahanan R1 27 kΩ; Tahanan R2 4,67 kΩ; Tahanan R3 3,20 kΩ; Tahanan R4 667,5 Ω; dan Transistor Q1 2N3904/Q2 2N2222/Q3 BC547/Q4 C945/Q5 BD139. 2.2 Tata Laksana Percobaan 2.2.1 Penerapan Sumber Tegangan (12 V) Pada Rangkaian Uji Praktikum penerapan sumber tegangan 12 V ini dimulai dengan dihubungkannya saklar S2, kemudian pilihlah mode DC pada voltmeter. Setelah itu, hubungkan kaki (+) voltmeter ke titik A dan kaki (-) voltmeter ke titik D. pada power supply, tegangan 12 V diterapkan dan dilanjutkan dengan diperhatikannya tegangan yang terbaca dari voltmeter DC. Apabila belum dekat dengan 12 V, dinaikkan atau diturunkan 1 step hingga didapatkannya nilai yang dekat dengan 12 V. setelah nilainya dekat dengan 12 V, maka dipastikan tidak ada perubahan tegangan kembali. 2.2.2 Pengukuran Tegangan VCE, Arus Basis dan Arus Kolektor Transistor Pengukuran ini dimulai dengan diukurnya tegangan VCE transistor dengan dihubungkannya kaki (+) voltmeter ke titik C dan kaki (-) voltmeter ke titik E. kemudian, diukurnya arus IB (= I2) dengan ditempatkannya amperemeter di posisi I2. Hasil pengukuran dari amperemeter DC dibaca dan dilihat hasilnya. Selanjutnya, diukurnya arus IC (= I3) dengan ditempatkannya amperemeter di posisi I3. Hasil pengukuran dari amperemeter DC dibaca dan dilihat hasilnya. 2.2.3 Penerapan Sinyal AC pada Masukan Penguat dengan Amplitudo 0,01V(peak) Praktikum ini dimulai dengan dihubungkannya keluaran signal generator ke masukan rangkaian penguat dengan dihubungkannya saklar S1. Setelah itu, dihubungkannya masukan oscilloscope channel 1 (CH1) ke titik X rangkaian penguat. Kemudian, dipilihnya coupling DC pada CH1 & CH2 oscilloscope. Selanjutnya, diaturnya signal generator agar dihasilkannya sinyal AC dengan bentuk gelombang sinus, dengan amplitude 0,01 V(peak) dan frekuensi 1 kHZ. 2.2.4 Pengukuran Tegangan AC di Basis Transistor Pengukuran ini dimulai dengan dimasukkannya CH1 oscilloscope terhubung ke titik X di rangkaian penguat. Setelah itu, dihubungkannya CH2 oscilloscope ke titik B pada rangkaian penguat. Diaturnya volt/div untuk CH1 dan CH2 agar dapat ditampilkannya sinyal dengan jelas. Setelah itu, direkamnya sinyal pada CH1 dan CH2 dengan di-capturenya layar komputer dan file tersebut disimpan. 2.2.5 Pengukuran Tegangan AC di Kolektor Transistor Pengukuran ini dimulai dengan dimasukkannya CH1 oscilloscope terhubung ke titik X di rangkaian penguat. Setelah itu, dihubungkannya CH2 oscilloscope ke titik C pada rangkaian penguat. Diaturnya volt/div untuk CH1 dan CH2 agar dapat ditampilkannya sinyal dengan jelas. Setelah itu, direkamnya sinyal pada CH1 dan CH2. 2.2.6 Pengukuran Tegangan AC di Kolektor Transistor Pengukuran ini dimulai dengan dimasukkannya CH1 oscilloscope terhubung ke titik X di rangkaian penguat. Setelah itu, dihubungkannya CH2 oscilloscope ke titik E pada rangkaian penguat. Diaturnya volt/div untuk CH1 dan CH2 agar dapat ditampilkannya sinyal dengan jelas. Setelah itu, direkamnya sinyal pada CH1 dan CH2. 2.2.7 Pengukuran Tegangan AC di Kolektor Transistor Pengukuran ini dimulai dengan dimasukkannya CH1 oscilloscope terhubung ke titik X di rangkaian penguat. Setelah itu, dihubungkannya CH2 oscilloscope ke titik Y pada rangkaian penguat. Diaturnya volt/div untuk CH1 dan CH2 agar dapat ditampilkannya sinyal dengan jelas. Setelah itu, direkamnya sinyal pada CH1 dan CH2. 2.2.8 Pengukuran Melibatkan Sinyal AC dengan Amplitudo 0,1 V(peak) Percobaan ini dimulai dengan diubahnya amplitudo keluaran signal generator menjadi 0,1 V(peak) dan dilanjutkan dengan dilakukannya pengukuran tegangan AC seperti yang telah dilakukan sebelumnya yiatu dengan diukurnya tegangan AC di basis transistor, kolektor transistor, emitor transistor, dan keluaran penguat. Selanjutnya, dipastikannya pengaturan Volt/div dan Time/div dan disesuaikan agar sinyal dapat terlihat dengan jelas. Setelah itu, dilakukan perekaman dari tiap pengukuran CH1 dan CH2. 2.2.9 Pengukuran Melibatkan Sinyal AC dengan Amplitudo 1 V(peak) Percobaan ini dimulai dengan diubahnya amplitudo keluaran signal generator menjadi 1 V(peak) dan dilanjutkan dengan dilakukannya pengukuran tegangan AC seperti yang telah dilakukan sebelumnya yiatu dengan diukurnya tegangan AC di basis transistor, kolektor transistor, emitor transistor, dan keluaran penguat. Selanjutnya, dipastikannya pengaturan Volt/div dan Time/div dan disesuaikan agar sinyal dapat terlihat dengan jelas. Setelah itu, dilakukan perekaman dari tiap pengukuran CH1 dan CH2. 2.3 GAMBAR ALAT DAN RANGKAIAN PERCOBAAN Gambar 2.1 Voltmeter DC, Voltmeter AC, dan Amperemeter AC/DC Gambar 2.2 Signal Generator Gambar 2.3 Oscilloscope Gambar 2.4 Rangkaian Uji BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Data Hasil Percobaan Penerapan Sumber Tegangan = 12V ≈ 11,97 π Vce 5,87 V IB (I2) -0,0123 mA IC (I3) -1,5774 mA Masukan Penguat, A = 0,01 Vp Volt/ Div = … Basis Transistor Volt/ Div = 500 mV Kolektor Transistor Volt/ Div = 5 V Emitor Transistor Volt/ Div = 5 V Output Penguat Volt/ Div = 5 V Masukan Penguat, A = 0,1 Vp Volt/ Div = … Basis Transistor Volt/ Div = 5 V Kolektor Transistor Volt/ Div = 5 V Emitor Transistor Volt/ Div = 5 V Output Penguat Volt/ Div = 5 V Masukan Penguat, A = 1 Vp Volt/ Div = … Basis Transistor Volt/ Div = 5 V Kolektor Transistor Volt/ Div = 5 V Emitor Transistor Volt/ Div = 5 V Output Penguat Volt/ Div = 5 V V=… 3.2 Perhitungan ππ ≅ ππ = πππ = ππ, ππ π Perhitungan Penguatandan Tegangan Output : (nilai resistansi menggunakan data di datasheet/ diktat) Ve ≅ Vb = Vin V = 2 πππ£ × 500 ππ = 1 π Ve = Ie.Re ≅ V = 2 πππ£ × 5 π = 10 π Ic.ReVc = V = 1 πππ£ × 5 π = 5 π V = 2 πππ£ × 5 π = 10 π Ic.Rc = … V Av = Vo/Vin = … kali V=… Av = V = 1 πππ£ × 5 π = 5 π πΌπ.π π πΌπ.π π Vo = Av.Vin V = 2 πππ£ × 5 π = 10 π Vo = π π x Vin = … V V = 1 πππ£ × 5 π = 5 π V = 2 πππ£ × 5 π = 10 π V=… V = 1 πππ£ × 5 π = 5 π V = 2 πππ£ × 5 π = 10 π V = 1 πππ£ × 5 π = 5 π£ V = 1 πππ£ × 5 π = 5 π£ π π ππ = πΌπ π π ≅ πΌπ π π = (π, ππππ × ππ−π )(πππ, π π) = π, πππ π ππ = πΌπ π π = (π, ππππ × ππ−π ) × ππππ = π, πππ π π΄π = πΌπ π π π, πππ = = π, πππ π΄ πΌπ π π π, πππ ππ = π΄π β πππ = π π ππππ × πππ = × ππ, ππ = ππ, ππ π π π πππ, π 3.3 Pembahasan 3.3.1 Analisa Prosedur 3.3.1.1 Fungsi Alat Alat yang digunakan pada percobaan bias pembagi tegangan ini antara lain software remlab, sebuah voltmeter DC, sebuah amperemeter DC, signal generator, oscilloscope, dan sebuah rangkaian uji penguat kelas A bisa pembagi tegangan. Remlab digunakan untuk pengoperasian instrument percobaan seperti voltmeter, amperemeter, dan komponen dalam penguat kelas A bisa pembagi tegangan. Voltmeter DC digunakan untuk pengukuran tegangan jenis DC yang dialirkan pada rangkaian. Amperemeter DC digunakan untuk pengukuran kuat arus listrik jenis DC yang dialirkan pada rangkaian. Signal Generator adalah alat yang digunakan sebagai penghasil gelombang listrik yang dapat berupa sinyal sinusoida, sinyal persegi, dan lainnya. Oscilloscope digunakan sebagai alat penampil sinyal listrik ke dalam bentuk gelombang sinyal pada layar oscilloscope. Rangkaian uji penguat kelas A bisa pembagi tegangan digunakan sebagai media percobaan. 3.3.1.2 Fungsi Perlakuan Agar praktikum penguat kelas A dengan bias pembagi tegangan kali ini dapat berjalan dengan lancar dan semestinya, setiap instrumeninstrumen yang ada pada praktikum kali ini harus digunakan sesuai prosedur dan tahapan-tahapannya masing-masing. Pertama-tama instrumen dan komponen yang akan digunakan pada praktikum kali ini disusun terlebih dahulu. Hal ini, bertujuan agar mobilitas para praktikan lebih mudah dalam penggunaan instrumen dan komponen ketika sedang berlangsung. Kemudian, buka software remlab dan mode video stream diaktifkan agar instrumen yang ada pada lab bisa disaksikan oleh para praktikan secara real-time. Lalu, rangkaian disambungkan dengan sumber tegangan. Hal ini dilakukan agar rangkaian dapat dialiri oleh sumber tegangan. Untuk penerapan sumber 12 v pada sumber tegangan, percobaan diawali dengan dihubungkannya saklar S2 terlebih dahulu. Hal ini dilakukan agar rangkaian percobaan dapat dialiri oleh tegangan. Kemudian, kaki positif dan negatif pada voltmeter berturut-turut dihubungkan ke titik A dan D. Hal ini dilakukan agar besar tegangan VCC dapat diketahui oleh para praktikan. Lalu, besar tegangan diatur agar punya nilai sebesar 12 V dengan diatur sedemikian rupa step up dan step down-nya. Hal ini dilakukan agar besar tegangan yang dipraktekkan serupa dengan instruksi yang tertera pada modul. Kemudian untuk pengukukran tegangan VCE, arus basis, dan arus kolektor transistor, percobaan dimulai dengan kaki positif dan negatif pada voltmeter berturut-turut dihubungkan ke titik C dan E. Hal ini dilakukan agar besar tegangan VCE transistor dapat diketahui oleh para praktikan. Kemudian, amperemeter diposisikan di I2 serta dilanjut dengan diposisikan di I3. Hal ini dilakukan agar besar arus I2 dan I3 dapat diketahui oleh para praktikan. Penerapan sinyal ac pada masukan penguat dengan amplitudo 0,01 V diawali dengan dihubungkannya keluaran dari signal generator ke masukan rangkaian penguat dengan dihubungkannya saklar S1. Kemudian, masukan oscilloscope channel 1 dihubungkan ke titik X rangkaian penguat serta dipilih mode DC pada CH1 dan CH2 oscilloscope. Hal ini dilakukan agar langkah sesuai dengan instruksi yang ada di modul. Kemudian, signal generator diatur sedemikian rupa agar gelombang sinus dengan amplitudo 0,01 V dapat dibentuk oleh sinyal AC dan frekuensi 1 kHz dapat dihasilkan. Hal ini dilakukan agar penggambaran dari sinyal tersebut dapat digambarkan dengan jelas pada oscilloscope. Dalam penerapan tegangan ac di basis transistor percobaan dimulai dengan dihubungkannya masukan CH1 pada oscilloscope ke titik X di rangkaian penguat disertai dengan masukan CH2 pada oscilloscope ke titik B di rangakaian penguat. Hal ini dilakukan agar penerapan tegangan AC di basis transistor dapat digambarkan oleh oscilloscope. Lalu, volt/div dan time/div diatur. Hal ini dilakukan agar sinyal dapat ditampilkan dengan jelas. Pengukuran tegangan AC di kolektor transistor dengan dihubungkannya masukan CH1 pada oscilloscope ke titik X di rangkaian penguat disertai dengan masukan CH2 pada oscilloscope ke titik C di rangakaian penguat. Hal ini dilakukan agar pengukuran tegangan AC di kolektor transistor dapat digambarkan oleh oscilloscope. Lalu, volt/div dan time/div diatur. Hal ini dilakukan agar sinyal dapat ditampilkan dengan jelas. Pengukuran tegangan AC di emitor transistor dengan dihubungkannya masukan CH1 pada oscilloscope ke titik X di rangkaian penguat disertai dengan masukan CH2 pada oscilloscope ke titik E di rangakaian penguat. Hal ini dilakukan agar pengukuran tegangan AC di emitor transistor dapat digambarkan oleh oscilloscope. Lalu, volt/div dan time/div diatur. Hal ini dilakukan agar sinyal dapat ditampilkan dengan jelas. Pengukuran tegangan AC di pengeluaran penguat percobaan dimulai dengan dihubungkannya masukan CH1 pada oscilloscope ke titik X di rangkaian penguat disertai dengan masukan CH2 pada oscilloscope ke titik Y di rangakaian penguat. Hal ini dilakukan agar pengukuran tegangan AC di keluaran penguat dapat digambarkan oleh oscilloscope. Lalu, volt/div dan time/div diatur. Hal ini dilakukan agar sinyal dapat ditampilkan dengan jelas. Untuk penerapan sinyal ac pada masukan penguat dengan amplitudo 0,01 V, percobaan diawali dengan dihubungkannya keluaran dari signal generator ke masukan rangkaian penguat dengan dihubungkannya saklar S1. Kemudian, masukan oscilloscope channel 1 dihubungkan ke titik X rangkaian penguat serta dipilih mode DC pada CH1 dan CH2 oscilloscope. Hal ini dilakukan agar langkah sesuai dengan instruksi yang ada di modul. Kemudian, signal generator diatur sedemikian rupa agar gelombang sinus dengan amplitudo 0,1 V dapat dibentuk oleh sinyal AC dan frekuensi 1 kHz dapat dihasilkan. Hal ini dilakukan agar visual dari sinyal tersebut dapat digambarkan. Dan juga berlaku untuk masukan penguat dengan amplitudo 1. 3.3.2 Analisa Hasil Setelah dilakukannya praktikum, didapat data-data dengan beberapa komponen seperti Vin, VCE, IB, IC, Ie, Ic, Av, Vo, RC, dan Re. Berdasarkan pengukuran yang telah dilakukan, ditampilkan hasil pengukuran bahwa tidak ada terjadi penguatan sinyal pada kaki basis dan emitor yang dapat dilihat pada oscilloscope. Bentuk sinyal keluaran di CH2 pada titik basis dan emitor lebih kecil dibandingkan dengan sinyal input pada CH1. Pada oscilloscope dapat dilihat juga bahwa kaki kolektor dan output pada titik Y terjadi penguatan, tetapi pola gelombang yang terbentuk pada setiap kaki hanya berlaku pada amplitude 0,01 V dan 0,1 V. Pola gelombang yang terbentuk pada amplitudo 1 V tidak sama dengan pola gelombang yang terjadi pada amplitudo 0,01 V dan 0,1 V. Selanjutnya, pada kaki kolektor dan output pada titik Y terjadi distori sinyal sehingga dapat dibuktikan bahwa penguat kelas A hanya berlaku pada sinyal-sinyal kecil. Untuk pengambilan data pada hasil keluaran oscilloscop dilakukan sebanyak tiga kali pengulangan pengambilan data dengan masing-masing nilai amplitudo yang berbeda-beda yaitu penguat dengan amplitudo 0,01 Vpeak, 0,1 Vpeak, dan 1 Vpeak. Pada tiap nilai amplitudo dilakukan empat kali percobaan untuk empat perolehan data yang berbeda yaitu basis transistor, kolektor transistor, emitor transistor, dan output penguat. Pada pengambilan data untuk basis transistor dilakukan dengan cara channel 2 oscilloscope dihubungkan pada titik B di rangkaian penguatnya. Selanjutnya, Volt/div diatur pada CH1 dan CH2 serta diatur pula Time/div supaya diperoleh sinyal keluaran. Untuk pengambilan data pada kolekor transistor dan emitor transistor dilakukan langkah-langkah yang sama, namun untuk titiknya diganti ke titik C untuk kolektro transistor dan ke titik E untuk emitor transistor. Sedangkan untik output penguat titik pada rangkaian penguat dipilih ke titik Y. Pada pengambilan data dengan amplitude 0,1 Vpeak, dan 1 Vpeak dilakukan dengan langkah-langkah yang sama namun dengan amplitude diganti 0,1 dan 1. BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan Setelah dilakukannya praktikum ini, diharapkan dapat dipahami dan dipelajarinya karakteristik dari penguat kelas A yang menggunakan bias pembagi tegangan di mana terdapat beberapa karakteristik dari penguat kelas A yaitu tingkat distorsinya yang rendah, tingkat linieritas yang tinggi sehingga dapat beroperasi di bagian linier kurva karakteristik, dan penguat ini akan selalu memiliki arus yang mengalir walaupun tidak memiliki sinyal dasar. Akan tetapi, penguat kelas A juga memiliki beberapa kekurangan yaitu efisiensinya yang hanya 25% karena transistor yang selalu on sehingga transistor akan panas, titik kerja yang harus selalu diatur karena apabila tidak diatur akan menyebabkan tidak dapatnya output max, dan transistor yang tidak pernah mematikan off. 4.2 Saran Setelah dilakukannya praktikum, disarankan sistem pada Remlab dapat diperbaiki, terutama pada video stream agar semua praktikan dapat melihat hasil dan bagaimana gambaran cara kerja alat praktikum tersebut. DAFTAR PUSTAKA Palgunandi, B. 2021. Elektronikaisme: Sebuah Pemahaman. B&C Design-Crraft -Works Lab & Studio. Bandung. Malvino, A. & Bates, D. 2016. Electronic Principles 8th Edition. New York. McGraw- Hill Education. Mismail, B. 2011. Dasar Teknik Elektro Jilid 2. UB Press. Malang. Schultz, M. E. 2016. Grab’s Basic Electronics 12th Edition. New York: McGraw Hill Education. LAMPIRAN (Palgunandi, 2021). (Mismail, 2011). (Schultz, 2016). (Malvino & Bates, 2016). (Malvino & Bates, 2016). FOTO RANGKAIAN PERCOBAAN DHP Penerapan Sumber Tegangan = 12V ≈ 11,97 π Vce 5,87 V IB (I2) -0,0123 mA IC (I3) -1,5774 mA Masukan Penguat, A = 0,01 Vp Volt/ Div = … Basis Transistor Volt/ Div = 500 mV Kolektor Transistor Volt/ Div = 5 V Emitor Transistor Volt/ Div = 5 V Output Penguat Volt/ Div = 5 V Masukan Penguat, A = 0,1 Vp Volt/ Div = … Basis Transistor Volt/ Div = 5 V Kolektor Transistor Volt/ Div = 5 V Emitor Transistor Volt/ Div = 5 V Output Penguat Volt/ Div = 5 V Masukan Penguat, A = 1 Vp Volt/ Div = … Basis Transistor Volt/ Div = 5 V Kolektor Transistor Volt/ Div = 5 V Emitor Transistor Volt/ Div = 5 V Output Penguat Volt/ Div = 5 V V=… Perhitungan Penguatandan Tegangan Output : (nilai resistansi menggunakan data di datasheet/ diktat) Ve ≅ Vb = Vin V = 2 πππ£ × 500 ππ = 1 π Ve = Ie.Re ≅ V = 2 πππ£ × 5 π = 10 π Ic.ReVc = V = 1 πππ£ × 5 π = 5 π V = 2 πππ£ × 5 π = 10 π Ic.Rc = … V Av = Vo/Vin = … kali V=… Av = V = 1 πππ£ × 5 π = 5 π πΌπ.π π πΌπ.π π Vo = Av.Vin V = 2 πππ£ × 5 π = 10 π Vo = π π x Vin = … V V = 1 πππ£ × 5 π = 5 π V = 2 πππ£ × 5 π = 10 π V=… V = 1 πππ£ × 5 π = 5 π V = 2 πππ£ × 5 π = 10 π V = 1 πππ£ × 5 π = 5 π£ V = 1 πππ£ × 5 π = 5 π£ π π POST TEST