9 BAB II LANDASAN TEORETIS A. Motivasi 1. Pengertian Motivasi Motivasi berasal dari bahasa Latin, movere yang berarti bergerak atau dalam bahasa Inggris to move. Motif diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri organisme yang mendorong untuk berbuat (driving force). Motif tidak berdiri sendiri, tetapi saling berkaitan dengan faktor lain, baik faktor eksternal, maupun faktor internal. Hal-hal yang mempengaruhi motif disebut motivasi. Jadi motivasi adalah keadaan dalam diri individu atau organisme yang mendorong perilaku ke arah tujuan.1 Sedang menurut Plotnik motivasi mengacu pada berbagai faktor fisiologi dan psikologi yang menyebabkan seseorang melakukan aktivitas dengan cara yang spesifik pada waktu tertentu.2 Motivasi merupakan konsep hipotesis untuk suatu kegiatan yang dipengruhi oleh persepsi dan tingkah laku seseorang untuk mengubah situasi yang tidak memuaskan atau tidak menyenangkan.3 Menurut Uzer motivasi adalah suatu proses untuk menggiatkan motif/daya menjadi perbuatan atau tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan tertentu. Dalam hal belajar motivasi diartikan sebagai 1 Belajar Psikologi, Macam-macam Motivasi Belajar. http://belajarpsikologi.com/macam-macam-motivasi-belajar/. Diakses 7 Oktober 2013, h.2-3 2 Ibid, h.5 3 Hamzah B. Uno, Teori Motivasi dan Pengukurannya, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h, 6 10 keseluruhan daya penggerak dalam diri siswa untuk melakukan serangkaian kegiatan belajar guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan.4 Berawal dari pendekatan kata “motif” tersebut dapat ditarik persamaan bahwa keduanya menyatakan suatu kehendak yang melatarbelakangi perbuatan. Banyak para ahli yang memberikan batasan tentang pengertian motivasi antara lain adalah sebagai berikut: 1. 2. 3. 4. 5. Mc. Donald yang dikutip oleh Sardiman mengemukakan, motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan didahulu dengan tanggapan terhadap adanya tujuan.5 Tabrani Rusyan berpendapat, bahwa motivasi merupakan kekuatan yang mendorong seseorang melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan.6 Heinz Kock memberikan pengertian, motivasi adalah mengembangkan keinginan untuk melakukan sesuatu.7 Wayan Ardhan menjelaskan, bahwa motivasi dapat dipadang sebagai suatu istilah umum yang menunjukkan kepada pengaturan tingkah laku individu dimana kebutuhan-kebutuhan atau dorongan-dorongan dari dalam dan insentif dari lingkungan mendorong individu untuk memuaskan kebutuhankebutuhannya atau untuk berusaha menuju tercapainya tujuan yang diharapkan.8 Gleitman dan Reiber yang dikutip oleh Muhibbin Syah berpendapat, bahwa motivasi berarti pemasok daya (energizer) untuk bertingkah laku secara terarah.9 Dari berbagai definisi yang dikemukakan oleh para ahli tersebut diatas, dapat dikatakan bahwa motivasi adalah sesuatu yang kompleks, karena motivasi dapat menyebabkan terjadinya perubahan energi dalam diri individu untuk 4 Usman, Uzer, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008), h. 5 Sardiman A, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rajawali Pers, 1990), 34. h, 73 6 Tabrani Rusyan, dkk, Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar, ( Bandung: Remaja Rosdakarya, 1989), h. 95 7 Heinz Kcok, Saya Guru Yang Baik, (Yogyakarta: Kanisius, 1991), h. 69 8 Wayan Ardhana, Pokok-pokok Jiwa Umum, (Surabaya: Usaha Nasional, 1985), h. 165 9 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002), h. 136 11 melakukan sesuatu yang didorong karena adanya tujuan, kebutuhan atau keinginan. Selanjutnya Fudyartanto mengemukakan bahwa motivasi adalah usaha untuk meningkatkan kegiatan dalam mencapai tujuan.10 Menurut Muhibin Syah motivasi ialah keadaan internal organisme baik manusia maupun hewan yang mendorong untuk berbuat sesuatu.11 Sedangkan menurut pendapat Sardiman (dalam Soemarsono) bahwa motivasi merupakan serangkaian usaha untuk menyediakan kondisikondisi tersebut, sehingga seseorang itu mau dan ingin melakukan sesuatu, dan bila ia tidak suka, maka akan berusaha untuk meniadakan atau mengelakkan perasaan tidak suka itu”. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan mendefinisikan motivasi adalah suatu dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar maupun tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu.12Hal senada juga diungkapkan oleh Ngalim Purwanto bahwa motivasi adalah pendorong suatu usaha yang disadari untuk mempengaruhi tingkah laku seseorang agar tergerak hatinya untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu.13 Dari tinjauan tentang definisi atau pengertian motivasi menurut pendapat beberapa ahli di atas, maka penulis dapat menarik kesimpulan bahwa motivasi adalah dorongan yang ada dalam diri individu yang menyebabkan individu tersebut melakukan suatu kegiatan untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Dengan kata lain motivasi merupakan serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi10 Fudyartanto, Psikologi Pendidikan, (Yogyakarta: Pustaka Umum, 2002), h. 258 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan..., h. 151 12 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1990), h.66 13 Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1990), h. 71 11 12 kondisi tertentu, sehingga menyebabkan seseorang ingin melakukan suatu tindakan, dan apabila ia tidak suka maka dirinya akan berusaha menghilangkan perasaan tidak sukanya itu. 2. Jenis-Jenis Motivasi Berdasarkan teori Maslow yang dikutip oleh Hamzah B. Uno tentang motivasi, maka jenis-jenis motivasi terbagi kedalam dua jenis yaitu sebagai berikut: a. Motivasi Intrinsik Yang timbul dari dalam diri individu, misalnya keinginan untuk mendapat keterampilan tertentu, memperolah informasi dan pengertian, mengembangkan sikap untuk berhasil, menyenangi kehidupan, keinginan diterima oleh orang lain. Tak seorangpun dan tak satu bendapun yang mempengaruhi kita, jika kita tak mengijinkan dan kita sendirilah yang bertanggung jawab atas kehidupan kita sekarang. Sebuah awal yang keliru hingga saat ini kita masih menuntut orang lain memotivasi kita. Tak seorang bertanggung jawab ats timbul tenggelamnya motivsi dalam diri kita, Melainkan diri kita sendiri. b. Motivasi Ekstrinsik Yang timbul akibat adanya pengaruh dari luar individu. Sperti hadiah, pujian, ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain sehingga dengan keadaan demikian orang mau melakukan sesuatu. 14 14 Hamzah B. Uno, Teori Motivasi dan Pengukurannya,...Ibid, h.7. 13 3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Raymond dan Judith mengungkapkan ada empat pengaruh utama dalam motivasi belajar seorang anak yaitu:15 1 Budaya Masing-masing kelompok atau etnis telah menetapkan dan menyatakan secara tidak langsung nilai-nilai yang berkenaan dengan pengetahuan baik dalam pengertian akademis maupun tradisional. Nilai-nilai itu terungkap melalui pengaruh agama, undang-undang politik untuk pendidikan serta melalui harapanharapan orang tua yang berkenaan dengan persiapan anak-anak mereka dalam hubungannya dengan sekolah. Hal–hal ini akan mempengaruhi motivasi belajar anak. 2 Keluarga Berdasarkan penelitian orang tua memberi pengaruh utama dalam memotivasi belajar seorang anak. Pengaruh mereka terhadap perkembangan motivasi belajar anak-anak memeberi pengaruh yang sangat kuat dalam setiap perkembangannya dan akan terus berlanjut sampai habis masa SMA dan sesudahnya. 3 Sekolah Ketika sampai pada motivasi belajar, para guruyang membuat sebuah perbedaan. Dalam banyak hal mereka tidak sekuat seperti orang tua. Tetapi mereka bisa membuat kehidupan sekolah mnjadi menyenangkan atau menarik. Dan kita bisa mengingat seorang guru yang memenuhi ruang kelas dengan 15 2004), h.24. Wlodsowski R.J & Jaynes J.H, Hasrat Untuk Belajar, (Jogjakarta: Pustaka Pelajar, 14 kegembiraan dan harapan serta membukakan pintu-pintu kita untuk menemukan pengetahuan yang mengagumkan. 4 Diri anak itu sendiri Peserta didik yang mempunyai kemungkinan paling besar untuk belajar dengan serius, belajar dengan baik dan masih bisa menikmati belajar, memiliki perilaku dan karakter pintar, berkualitas, mempunyai identitas, bisa mengatur diri sendiri sudah pasti mempengaruhi motivasi belajarnya. Dilihat dari peranannya, maka orang tua dan guru paling berpengaruh dalam rangka memotivasi belajar Peserta didik. Kerja sama antara kedua komponen ini akan menghasilkan kekuatan luar biasa yang bisa menumbuhkan motivasi belajar anak. Untuk menghasilkan kolaborasi dalam rangka mencapai tujuan yang baik maka pola kerja sama antara ke duanya harus dirancang sedemikian rupa. Kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh orang tua dan guru harus teridentifikasi dengan jelas. Karena dengan memahami kekuatan dan kelemahan guru dan orang tua akan dapat membuat rancangan yang tepat untuk menumbuhkan motivasi anak. 4. Motivasi Anak Petani Bicara tentang anak petani berarti sama saja bicara tentang petani, sebelum penulis menguraikan tentang anak petani, disini penulis membahas sedikit tentang kata petani. Petani merupakan seseorang yang terlibat dalam bidang pertanian. Mereka memelihara tumbuhan dan hewan untuk dijadikan makanan atau bahan mentah. Antaranya, kegiatan membiakkan binatang (sapi, ayam, kerba, kambing, domba dan lain-lain) dan menanam tanaman (padi, bunga, 15 buah dan lain-lain). Seorang petani mengusahakan tanah miliknya atau bekerja sebagai buruh di kebun orang lain. Pemilik tanah yang mengusahakan tanahnya dengan mempekerjakan buruh juga dikenal sebagai petani atau buruh tani. Kata petani umumnya merujuk kepada orang yang mengelola kebun atau ladang dan menjalankan peternakan hewan (di negara maju). Jadi, anak petani adalah anak yang dilahirkan oleh keluarga yang memiliki latar belakang petani/ pekerja di sawah. Orang tua dari kalangan rumah tangga memiliki tugas berat yang misi utamanya adalah bagaimana membuat anaknya tidak nakal, taat pada agama dan memiliki motivasi tinggi untuk sekolah. Misi ini tidaklah mudah pada zaman ini. Khususnya bagi anak petani yang umumnya hidup di lingkungan anak-anak pedesaaanyang sangat tidak kondusif. Di sinilah perlunya peran besar orang tua yang profesinya sebagai petani yang sebisa mungkin memiliki waktu yang cukup untuk membimbing anak-anaknya agar berkelakuan baik dan memiliki cita-cita tinggi selain waktunya sibuk untuk mengurus ladang dan sawah. Mendidik anak sejak dini bukanlah tugas yang mudah bagi keluarga petani karena kesibukan dan penididikan mereka yang rendah membuat mereka tidak atau kurang mengerti apa langkah yang harus diambil untuk membuat anakanak mereka bersikap dan berperilaku sesuai dengan harapan. Apabila ini yang terjadi, maka orang tua hendaknya jangan segan-segan untuk belajar dengan cara meminta saran dan nasihat kepada kalangan yang lebih tahu tentang pendidikan anak seperti pendidikan agama islam setempat. Maka, semua itu tidak lepas dari pada motivasi bagi anak petani dalam meningkatkan prestasi mereka di sekolah. 16 B. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam 1. Pengertian Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Pembelajaran adalah perpaduan dari dua aktivitas, yaitu aktivitas mengajar dan aktivitas belajar. Aktivitas mengajar menyangkut peranan seorang guru dalam konteks mengupayakan terciptanya jalinan komunikasi harmonis antara pengajar itu sendiri dengan si belajar. Suatu pengajaran akan berhasil secara baik apabila seorang guru mampu mengubah diri siswa dalam arti luas menumbuhkembangkan keadaan siswa untuk belajar, sehingga dari pengalaman yang diperoleh siswa selama ia mengikuti proses pembelajaran tersebut dirasakan manfaatnya secara langsung bagi perkembangan pribadi siswa khususnya dalam meningkatkan hasil belajar pendidikan agama Islam di sekolah dasar. Dalam bukunya Sugandi menyatakan bahwa pembelajaran terjemahan dari kata “instruction” yang berarti self instruction (dari internal) dan eksternal instructions (dari eksternal). Pembelajaran yang bersifat eksternal antara lain datang dari guru yang disebut teaching atau pengajaran. Dalam pembelajaran yang bersifat eksternal prinsip-prinsip belajar dengan sendirinya akan menjadi prinsip-prinsip pembelajaran.16 Sedangkan pendidikan sama dengan istilah ”pedagogie”, artinya pendidikan (pedagogie) secara etimologi berasal dari bahasa Yunani, yang terdiri dari kata ”Pais” yang artinya anak dan ”Again” yang diterjemahkan membimbing, jadi pendidikan (pedagogie) yaitu bimbingan yang diberikan kepada anak.17 Pendidikan adalah 16 Sugandi, Achmad, dkk, Teori Pembelajaran, (Semarang: UPT MKK UNNES, 2004), 17 Abuh Ahmad dan Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1991), h. h. 9. 69. 17 bimbingan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani anak didik menuju terciptanya kepribadian yang utama.18 Pengertian pendidikan ditinjau secara devinitif yang diartikan oleh beberapa tokoh pendidikan di antaranya adalah: 1. Loge mendefinisikan pendidikan dalam arti luas yaitu bahwa pendidikan adalah ”life is education, and education is life”, akan berarti bahwa seluruh proses hidup dan kehidupan mausia itu adalah pendidikan.19 Sedangkan dalam arti yang sempit, pendidikan hanya mempunyai fungsi terbatas yaitu memberikan dasar-dasar dan pandangan hidup kepada generasi yang sedang tumbuh, yaitu dalam prakteknya identik dengan pendidikan formal di sekolah dan dalam situasi dan kondisi serta lingkungan belajar yang serba terkontrol.20 2. John Dewey memberikan pengertian pendidikan adalah suatu proses tanpa akhir, maka sejalan dengan sifat pendidikan secara universal ditetapkan perserikatan bangsa-bangsa sebagai ”life long education” yaitu pendidikan sepanjang hayat.21 3. Ki Hajar Dewantoro, tokoh pendidikan nasional merumuskan hakekat pendidikan nasional sebagai usaha orang tua bagi anak-anak dengan maksud untuk mendorong kemajuan hidupnya, dalam arti memperbaiki timbulnya kekuatan rohani dan jasmani yang ada pada anak pendidikan juga 18 Arief Arma’i, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), h. 69. 19 Zuhairini, dkk., Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bina Aksara, 1995), h. 10. 20 Ibid, h. 11. H.M. Arijen, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bina Aksara, 1987), h. 33. 21 18 dimaksudkan untuk menuntut segala kekuatan yang ada agar masyarakat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.22 Dari beberapa pengertian di atas, maka dapat diambil pokok pikiran bahwa pendidikan haruslah mempunyai tujuan apa yang harus dicapai oleh individu untuk mengembangkan kemampuannya dan dapat mengembangkan dirinya sebagai warga masyarakat. Dengan demikian maka tujuan yang dapat dicapai haruslah tujuan yang terencana dan disengaja. Definisi di atas menunjukkan pengertian pendidikan secara umum. Sedangkan pendidikan agama adalah usaha mengembangkan fitrah manusia dengan ajaran Islam agar terwujud kehidupan aman yang makmur dan bahagia.23 Zuhairini, dkk., menjelaskan bahwa pendidikan agama adalah usaha untuk membimbing ke arah pertumbuhan kepribadian peserta didik secara sistematis supaya mereka hidup sesuai dengan ajaran Islam, sehingga terjalin kebahagiaan di dunia dan di akherat.24 Menurut Abu Ahmadi, pendidikan agama adalah usahausaha secara sistematis dan berencana dalam membantu anak didik agar mereka dapat hidup layak, bahagia dan sejah tera sesuai dengan ajaran Islam. 25 Abdul Rahman Saleh, Pendidikan Agama Islam adalah usaha berupaya membimbing dan usaha terhadap anak didik supaya kelak setelah selesai. Pendidikan dapat memahami dan mengamalkan ajaranajaran agama Islam serta menjadikan sebagai way of life (jalan hidup).26 Andayani menyebutkan, pendidikan Agama Islam 22 Zuhairini, dkk, Filsafat..., h. 9. Syamsudin Zaini, Prinsip-prinsip Dasar Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 23 1986), h. 4 24 Zuhairini, dkk, Filsafat..., h. 11. Abu Amhadi, Metodik Khusus Pendidikan Agama, (Bandung: Armico, 1986), h. 41. 26 Zuhairini, dkk, Filsafat..., h.11. 25 19 adalah usaha sadar yang terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, hingga mengimani ajaran agama Islam, dibarengi dengan tuntutan untuk menghormati penganut agama orang lain dalam hubungannya dengan kerukunan antar umat beragamahingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa.27 Kesimpulan dari beberapa pengertian di atas, bahwa yang dimaksud dengan pendidikan Islam adalah suatu rangkaian usaha yang dilakukan oleh pendidik dalam membantu memberikan bimbingan, tuntunan serta pengarahan kepada anak didik untuk mencapai kedewasaan, kepribadian yang seseuai dengan tuntutan agama Islam. Pembelajaran pendidikan Agama Islam (Pendidikan Agama Islam ) merupakan usaha sadar dan terencana untuk menyiapkan orangtua lanjut usia dalam meyakini, memahami, menghayati dan mengamalkan hingga mengimani ajaran islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan atau latihan.28 Hal itu juga dibarengi dengan tuntutan untuk menghormati penganut agama lain dalam hubungannya dengan kerukunan antar umat beragama hingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa (Kurikulum Pendidikan Agama Islam). Pendidikan Agama Islam yang hakikatnya merupakan sebuah proses itu, dalam perkembangannya juga dimaksudkan sebagai tumpuan mata pelajaran yang diajarkan di sekolah maupun di luar sekolah secara informal.29 27 Abdul Majid dan Dian Andiyani, Pendidikan Islam Berbasis Kompetensi, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2004), h. 130. 28 Kurikulum Pendidikan Agama Islam di Sekolah Umum dan SLB, Departemen Agama RI, 2003, h. 2. 29 Ibid, h.3. 20 2. Tujuan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Pendidikan merupakan usaha yang dilaksanakan secara sadar dan jelas memiliki tujuan. Tujuan pendidikan merupakan faktor yang sangat penting, karena merupakan arah yang hendak dituju oleh pendidikan itu sendiri termasuk juga tujuan pendidikan agama yang merupakan tujuan pendidikan sehingga diharapkan dalam penerapannya ia tidak kehilangan arah dan pijakan. Tujuan pembelajaran Pendidikan adalah orientasi yang dipilih pendidik dalam membimbing peserta didiknya dan pemilihan merupakan penilaian, karenanya manakal pendidik telah menentukan pilihannya, sesungguhnya ia telah mengutamakan sebagian nilai atas sebaian yang lain. Dengan demikain pada dasarnya tujuan pendidikan merupakan kristalisasi nilai-nilai. Muhaimin mengemukakan tujuan pendidikan Agama Islam adalah untuk meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan dan pengalaman peserta didik tentang agama Islam, sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT., serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan benegara.30 Menurut Arifin tujuan pendidikan agama Islam adalah mewujudkan nilai-nilai Islam dalam pribadi manusia didik yang diikhtiarkan oleh pendidik muslim melalui proses terminal pada hasil (produk) yang berkepribadian Islam yang beriman, bertakwa, dan berilmu pengetahuan yang sanggup mengembangkan dirinya menjadi hamba Allah yang ta’at.31 30 Muhaimin, Paradikma Pendidikan Islam Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002), h. 78. 31 Arief Armaai, Pengantar Ilmu..., h. 54-55. 21 Adapun dalam kongres se-Dunia ke II tentang Pendidikan Islam di Islamabad pada tahun 1980, menyatakan bahwa : Tujuan pendidikan islam adalah untuk menacpai keseimbangan pertumbuhan kepribadian manusia (peserta didik pen.)secara menyeluruh dan seimbang yang dilakukan melalui latihan jiwa, akal pikiran (intelektual), diri manusia yang rasional; perasaan dan indera. Karena itu, pendidikan hendaknya mencakup pengembangan seluruh aspek fitrah peserta didik; aspek spiritual, intelektual, fisik, ilmiah, dan bahasa, baik secara individual maupun kolektif, dan mendorong semua aspek tersebut berkembang kearah kebaikan dan kesempurnaan. Tujuan terakhir pendidikan muslim terletak pada perwujudan ketundukan yang sempurna kepada Allah, baik secara pribadi, komunitas maupun seluruh umat manusia. 32 Tujuan pendidikan merupakan masalah sentral dalam proses pendidikan. Hal ini disebabkan oleh fungsi-fungsi yang dipikulnya, yaitu antara lain : Pertama, tujuan pendidikan mengarahkan perbuatan mendidik. Fungsi ini menunjukkan pentingnya perumusan dan pembatasan tujuan pendidikan secara jelas. Tanpa tujuan yang jelas, proses pendidikan akan berjalan tidak efektif dan tidak efisien. Kedua, tujuan pendidikan mengakhiri usaha pendidikan. Apabila tujuannya telah tercapai, maka berakhir pula usaha tersebut. Usaha yang terhenti sebelum tujuannya tercepai, sesungguhnya belum dapat disebut berakhir, tetapi hanya mengalami kegagagalan yang antara lain disebabkan tidak jelasnya rumusan tujuan pendidikan. Ketiga, tujuan pendidikan disatu sisi membatasi lingkup suatu usaha pendidikan, tetapi disisi lain mempengaruhi dinamikanya. Hal ini disebabkan 32 Ibid, h. 38. 22 pendidikan merupakan proses yang di dalamnya usaha-usaha pokok dan usahausaha parsial saling terkait. Keempat, tujuan pendidikan memberi semangat dan dorongan untuk melaksanakan pendidikan. Hal ini berlaku juga pada setiap perbuatan. Sebagai contoh, seseorang diperintah untuk berjalan di jalan tertentu tanpa dijelaskan kepadanya mengapa ia harus menempuh jalan itu. Dengan perintah yang demikian, barang kali orang akan ragu-ragu dan berakibat ia akan berjalan lambat karena tidak mempunyai arah yang pasti.33 Pada hakikatnya, pendidikan Islam adalah suatu proses yang berlangsung secara berkesinambungan. Berdasasrkan hal ini, maka tugas dan fungsi yang perlu diemban oleh pendidikan Islam adalah pendidikan manusia seutuhnya dan berlangsung sepanjang hayat. Konsep ini bermakna bahwa tugas dan fungsi pendidikan memilki sasaran pada peserta didik yang senantiasa tumbuh dan berkembang secara dinamis, mulai dari kandungan sampai akhir hayatnya. Secara umum tugas pendidikan Islam adalah membimbing dan mengarahkan pertumbuhan dan perkembangan peserta didik dari tahap ke tahap kehidupannya sampai mencapai titik kemampuan optimal. Sementara fungsinya adalah menyediakan fasilitaas yang dapat memungkinkan tugas pendidikan berjalan dengan lancar.34 Bila dilihat secara operasional, fungsi pendidikan dapat dilihat dari dua bentuk, yaitu : 33 Hery Noer Aly, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: LOGOS Wacana ilmu, 1999), h.53. 34 Ibid, h. 32. 23 1. Alat untuk memlihara, memperluas dan menghubungkan tingkat-tingkat kebudayaan, nilai-nilai tradisi dan sosial serta ide-ide masyarakat dan nasional. 2. Alat untuk mengadakan perubahan, inovasi dan perkembangan. Pada garis besarnya, upaya ini dilakukan melalui potensi ilmu pengetahuan dan skil yang dimilki, serta melatih tenaga-tenaga manusia (peserta didik) yang produktif dalam menemukan pertimbangan perubahan sosial dan ekonomi yang demikian dinamis. 3. Fungsi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Pendidikan Agama Islam merupakan pedoman bagi umat manusia menuju kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Dengan metode bermain, materi yang diajarkan pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dapat membuat anak didik termotivasi untuk giat belajar. Anak didik senang dalam mengikuti kegiatan belajar tanpa adanya tekanan dari luar, dan jauh dari perasaan waswas. Sehingga apa yang mereka dapat dari belajar Pendidikan Agama Islam dapat mereka cerminkan dalam kehidupan sehari-hari. Adapun fungsi pembelajaran pendidikan agama Islam adalah sebagai berikut: a. Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT. dalam lingkungan keluarga. b. Penanaman nilai umat, yaitu sebagai pedoman hidup, mencari kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat. 24 c. Penyesuaian mental, yaitu untuk menyesuaiakn diri dengan lingkungan fisik maupun lingkungan sosial dan dapat mengubah lingkungannya sesuai dengan ajaran agama Islam. d. Perbaikan, yaitu untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan, kekurangankekurangan dan kelemahan-kelemahan peserta didik dalam keyakinan, pemahan dan pengalaman ajaran dalam kehidupan sehari-hari. e. Pencegahan, yaitu untuk menangkal hal-hal negatif dari lingkungan atau budayanya yang adat membahayakan dirinya menghambat perkembangannya menuju manusia Indonesia seutuhnya. f. Pengajaran, yaitu tentang ilmu pengetahuan keagamaan secara umum (alam nyata dan nir-nyata) sistem dan fungsionalnya. g. Penyaluran, yaitu untuk menyalurkan anak-anak yang memiliki bakat khusus di bidang agama Islam agar bakat tersebut dapat dimanfaatkan untuk dirinya sendiri dan bagi orang lain.35 Pendidikan Islam itu sendiri adalah pendidikan yang berdasarkan Islam. Isi ilmu adalah teori. Isi ilmu bumi adalah teori tentang bumi. Maka isi Ilmu pendidikan adalah teori-teori tentang pendidikan, Ilmu pendidikan Islam secara lengkap isi suatu ilmu bukanlah hanya teori. Pengertian pendidikan bahkan lebih diperluas cakupannya sebagai aktivitas dan fenomena. Pendidikan sebagai aktivitas berarti upaya yang secara sadar dirancang untuk membantu seseorang atau sekelompok orang dalam mengembangkan pandangan hidup, sikap hidup, dan keterampilan hidup, baik yang bersifat manual (petunjuk praktis) maupun 35 Abdul Majid dan Dian Andiyani, Pendidikan Islam..., h. 132-136. 25 mental, dan sosial sedangkan pendidikan sebagai fenomena adalah peristiwa perjumpaan antara dua orang atau lebih yang dampaknya ialah berkembangnya suatu pandangan hidup, sikap hidup, atau keterampilan hidup pada salah satu atau beberapa pihak, yang kedua pengertian ini harus bernafaskan atau dijiwai oleh ajaran dan nilai-nilai Islam yang bersumber dari al Qur’an dan Sunnah (Hadist).