Uploaded by Fajar Mahardhika

TB PARU DI TEMPAT KERJA PENGAWAS

advertisement
TB DI TEMPAT KERJA
Dr. Amarudin
Direktorat Pengawasan Norma K3
DITJEN PEMBINAAN PENGAWASAN KETENAGAKERJAAN
KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI RI.
Diklat Pengawas Ketenagakerjaan
INFORMASI UMUM :
 Tuberculosis (TB) merupakan penyakit menular yang




disebabkan kuman Mycobacterium Tuberculosis
Sebagian besar kuman ini menyerang paru-paru (TB
paru)
TB dapat menyerang organ tubuh lainnya seperti (TB
ekstra paru) seperti pleura kelenjar lymphe, tulang dll.
TB dapat disembuhkan dengan berobat secara tepat
dan teratur minimal 6 bulan.
Kuman TB menular dari seseorang pasien TB menular
(BTA positif) yang batuk dan menyebabkan basil melalui
udara yang terhirup orang sehat.
PERSEPSI:
 DAHULU:

Suatu penyakit yang tidak dapat disembuhkan
dan memalukan
 MENJADI:

Suatu penyakit yang berbahaya, tapi dapat
disembuhkan
LATAR BELAKANG:
 TB adalah peny inf kronis menular  masalah
kesmas dunia (global epidemic)
 Penyebab † no.3 di Indonesia & no.1 dari gol.
peny infeksi  75% pend TB adh usia produktif
15-59 th (WHO, 2003)
 Est. Incident TB:107/100000 & prev.110/100000
org (Survei Prevalens Nas., 2004)
 TB di Indonesia (10 %), peringkat ketiga setelah
India (30 %) dan China (15 %) (WHO, 2003)
…lanjutan LB:
 Est kerugian ekonomi Nas. akibat TB sebanding
total anggaran kesehatan nasional (Gani, 2004)
 Komitmen Int terhadap penangg TB  Deklarasi
Amsterdam Th 2000  Janji Indonesia Th.2005:
70% deteksi kasus & 85% pengobatan (berhasil
dicapai)
 Millenium Dev Goals (MDG)  Stop & Turunkan
penyebaran TB Tahun 2015
…lanjutan LB:
Penyakit Tuberkulosis (TBC) merup penyakit
yang mudah menular
Setiap tempat kerja mempunyai risiko untuk
terjangkitnya peny TBC pada pekerjanya
terutama (pengetahuan kesehatan kurang,
higiene sanitasi tempat kerja, lingkungan sosial)
Faktor Pencetus: daya tahan tubuh rendah  gizi
kurang, HIV/AIDS, Lingkungan Kerja.
…lanjutan LB:
TB dan HIV/AIDS




HIV/AIDS faktor risiko paling kuat utk terinfeksi TB
Epidemi HIV/AIDS meningkat  pasien TB meningkat
pula  penyebaran TB di masy meningkat
HIV/AIDS >< TB  pelayanan kes kerja terintegrasi
Penanganan stigma ganda (joint stigma)  terkait dg
pemberdayaan masy pekerja utk pemeriksaan &
pengobatan.
Tenaga kerja lebih berisiko terkena TB
Kondisi Tenaga Kerja :
Beban kerja fisik,
Kelelahan
Status gizi
Tingkat Pendidikan
Kondis
lingkungan kerja :
polusi udara,
pajanan debu, bhn
kimia,
kelembaban,
minim oksigen
PEKERJA
Dg TB
Gaya Hidup :
Alkohol
Merokok
kurang akt. Fisik
HIV/AIDS dll.
Kondisi lingkungan umum :
pemukiman padat ,
fasilitas umum yg padat
dan kurang sehat
polusi udara, riuang terbuka
Terbatas,
Akses yankes kurang
dll
Dampak TBC Pada Pekerja
Peluang dalam pekerjaan berkurang
Pilihan kerja terbatas
SDM melemah  kinerja dan produktivitas
menurun  penghasilan menurun
Masalah sosial : malu, lamaran ditolak,
diharuskan cuti lama/PHK
Dampak TB Pada Sektor
Ketenagakerjaan
1. Akibat tenaga kerja terinfeksi TB :







Penularan antar pekerja
Biaya pengobatan meningkat
Penurunan kualitas sumber daya manusia
Motivasi kerja menurun
Absenteisme meningkat
Turn over pekerja meningkat
Kematian
2. Dampak sosial ekonomi :




Diskriminasi
Kehilangan pekerjaan/PHK/pengangguran
Kemiskinan/kerugian ekonomi (20-30% pendapatan RT pertahun)
Terganggunnya pembangunan sektor ketenagakerjaan pada
umumnya
3. Dampak lebih lanjut : Penurunan produktifitas bagi
tenaga kerja, perusahaan dan nasional
TUJUAN PENANGGULANGAN
TBC DI TEMPAT KERJA:
 Menurunkan angka kejadian penyakit TB
melalui pemutusan mata rantai penularan
terhadap tenaga kerja
 Meningkatkan kemampuan hidup sehat agar
tercapai produktivitas yang optimal
Efektivitas Program TB
Di Tempat Kerja
 Tempat kerja merupakan lingk spesifik dgn
polulasi terkonsentrasi pada tempat dan waktu
yang sama
 Pekerja umumnya tinggal di sekitar perusahaan
 lingk padat & kurang sehat
 Daya tahan tubuh rentan a.l. pengaruh
pemajanan faktor lingk kerja (fisik, kimia, biologi)
 Pelayanan kesja di perh  blm menerapkan
DOTS (Directly Observed Treatment,
Shortcourse chemotherapy)
Prinsip Penanggulangan TB di
Tempat Kerja
Perlindungan Pekerja, keluarga dan orang lain di
tempat kerja
Menjamin Lingkungan Tempat Kerja yang Aman
Pengembangan Kemitraan
Peran Stakeholder penanggulangan TB di
tempat kerja  tugas & fungsinya
Pola Pencegahan & Penanggulangan
TB Di Tempat Kerja
 Menjadi bagian dari program TB secara nasional
(Gerdunas TB)
 Penerapan Standar TB DOTS di Tempat Kerja
 Penerapan peraturan perundangan dan program
di bidang K3.
Pengawas Menelan Obat (PMO):
 Sangat penting pengawasan menelan obat
pada semua penderita TB  terutama tahap
intensif
 Tahap intensif baik  kemungkinan besar
dapat disembuhkan
 Pendampingan PMO sangat penting
DOTS:
 DOTS (Directly Observed Treatment,
Shortcourse chemotherapy): Suatu
pengawasan langsung untuk menjamin
kepatuhan penderita menelan obat  6-8 bln
(thp intensif & lanjutan ditelan sbg dosis
tunggal)


Tahap intensif: Pengawasan ketat untuk
mencegah terjadi kekebalan obat
Tahap lanjutan: Mencegah terjadinya
kekambuhan
Jejaring DOTS di tempat kerja
Dinas Naker
Dinas Kesehatan
Rumah Sakit
Puskesmas
P2K3
Manajemen
Perusahaan
Apindo
SP/SB
Unit SP/SB
TIM DOTS PERUSAHAAN:
• Mgt HSE/HRD
•Penanggungjawab
Yankesja
• Unsur SP/SB
• Anggota P2K3
Unit Pelaksana
Pelayanan TB DOTS
Perusahaan
Komponen kunci pengendalian TB
di tempat kerja
1. Adanya kebijakan berdasarkan adanya
komitmen
Komitmen dari para pengambil keputusan
terhadap program penanggulangan TB
sebagai bag dari aktivitas kesehatan di
tempat kerja
Adanya alokasi dan mobilisasi dana
Komponen kunci pengendalian TB
di tempat kerja
2.
Adanya suatu strategi komunikasi
Advokasi kepada pengusaha, organisasi
pekerja
Menggerakan peran sektor terkait &
kemitraan
Mengefektifkan pelaksanaan
penanggulangan TB di tempat kerja
Komponen kunci pengendalian TB
di tempat kerja
3. Adanya strategi implementasi
Pelatihan tenaga kesehatan
Penemuan kasus
Penanganan kasus
Kebijakan Penanggulangan TB
di Tempat Kerja
Meningkatkan advokasi/sosialisasi
Meningkatkan pengendalian sistem kerja &
perilaku hidup sehat di tempat kerja
Meningkatkan kualitas SDM yg dibutuhkan di
setiap unit pelayanan kesehatan kerja
OAT diberikan secara cuma-cuma kepada
penderita & dijamin ketersediaannya.
INTEGRASI PROGRAM
TB DI TEMPAT KERJA DALAM
PROGRAM K3
PRINSIP PENANGULANGAN TB MELALUI
PROGRAM K3
1. Penanggulangan TB di tempat kerja merupakan bagian tak terpisahkan
dari program K3 di perusahaan,
2. Pengembangan program melalui lembaga P2K3 dan Pelayanan
Kesehatan Kerja dengan memberdayakan fungsi SDM K3 :
dokter perusahaan,
 dokter pemeriksa kesehatan tenaga kerja,
 ahli K3,
 Higienis Industri
 paramedis perusahaan,
 petugas K3 dll.
3. Mendorong peran unsur tripartit & pihak terkait :





Pemerintah khususnya Disnaker & Dinkes
organisasi pengusaha (APINDO, KADIN),
serikat pekerja/buruh (SP/SB)
serta pihak pemeduli lainnya (asosiasi profesi K3, LSM, akademisi,
pakar kesehatan kerja dll.)
Dinas Kesehatan
Manajemen program
Menjamin ketersediaan OAT, reagensia,
Formulir pencatatan pelaporan & sarana
pendukung lainnya
Mengumpul, mengolah & menganalisa data
Pembinaan, monev
Perusahaan
Manajemen
Perusahaan
Tim DOTS
perusahaan
Unit pelaksana
pelayanan TB DOTS
Menjamin ketersediaan
OAT
Peran
Stake Holder
Asosiasi pengusaha
•Pembinaan & sosialisasi
•Memfasilitasi anggotanya
Serikat pekerja/buruh
•Pembinaan & sosialisasi
•Memfasilitasi anggotanya
Dinas Tenaga Kerja
Terlaksananya program
Pembinaan dan pengawasan program
Memberdayakan kelembagaan & SDM K3
Mengkoordinir peran asosiasi pengusaha &
serikat pekerja/buruh
Memfasilitasi pengusaha
Pembinaan, monev
Rumah Sakit
Menerima rujukan spesimen dan suspek TB
Menerima rujukan untuk penangan
lebih lanjut
Peran
Stake Holder
Puskesmas
Menerima rujukan spesimen dahak & suspek TB
Menerima rujukan untuk penangan lebih lanjut
Membnatu pendistribusian OAT, reagensia &
logistik lainnya
Mengumpul data pasien dari unit pelayanan
di perusahaan
Pembinaan, monev
UPAYA PENANGGULANGAN TB DI
TEMPAT KERJA
Adalah upaya pelayanan paripurna terdiri dari :
1. Promotif,
2. Preventif,
3. Kuratif
4. Rehabilitatif
Yang dilaksanakan dlm suatu sistem terpadu
(pemberdayaan SDM dan Lembaga K3)
Bentuk Program/Kegiatan
Penanggulangan TB di Tempat kerja
1. Promotif :
 Sosialisasi/workshop tentang “Penerapan buku
Pedoman Penanggulangan TB di Tempat Kerja”
bagi stake holder terkait
 Pelatihan program DOTS bagi dokter dan paramedis
perusahaan
 Sosialisasi program TB di tempat kerja bagi pekerja
(penyuluhan & KIE) sebagai bagian dari promosi gaya
hidup sehat
 Advokasi program terhadap pengusaha
 Peningkatan gizi kerja, olahraga dan program bebas
rokok di tempat kerja
Bentuk Program/Kegiatan
Penanggulangan TB di Tempat kerja
2. Preventif :





Penemuan kasus/suspek TB melalui pemeriksaan
kesehatan tenaga kerja (Awal, Berkala, Khusus)
Pengendalian lingkungan kerja
Penggunaan APD
Imunissi pada anak2 pekerja
Petugas pengelola makan bagi tenaga kerja
dipersyaratkan tidak mengidap penyakit menular (TB,
Typhoid, Cacingan)
Bentuk Program/Kegiatan
Penanggulangan TB di Tempat kerja
3. Kuratif :
a) pengobatan dan perawatan bagi pekerja yang
mengidap TB dengan penerapan standar DOTS
(Direct Observed Treatment Short Course) dalam
Pelayanan kesehatan kerja dengan :

Petugas pengawas minum obat (PMO)

Tenaga kerja diistirahatkan 2-3 mg saat
pengobatan awal TB
b) Rujukan pasien ke layanan kesehatan (laboratorium,
diagnosis dan pengobatan)
Bentuk Program/Kegiatan
Penanggulangan TB di Tempat kerja
4. Rehabilitasi kerja :
penyesuaian pekerjaan (jenis pekerjaan, beban
kerja, lama kerja dan kondisi lingkungan) pada
pekerja yang sakit / dalam pengobatan TB
Download