PENGARUH E-SERVICE QUALITY DAN PERCEIVED VALUE TERHADAP LOYALITAS YANG DIMEDIASI KEPUASAN PENGGUNA ZOOM DI UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG PROPOSAL PENELITIAN TESIS Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Magister Manajemen Disusun Oleh MARSYA AULIA RIZKITA NIM 196020202111008 PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJAMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITASI BRAWIJAYA MALANG 2022 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak merebaknya pandemi virus COVID19, penggunaan platform pertemuan online mengalami pertumbuhan yang sangat pesat, dan pasarnya diperkirakan mencapai $50 miliar pada tahun 2026 (Demir et al., 2020). Bisnis yang berorientasi pada layanan, termasuk industri pendidikan, akan mengalami perubahan drastis selama pandemi yang belum pernah terjadi sebelumnya ini. Sebagian besar institusi pendidikan tinggi akhirnya beralih ke sistem e-learning. Dengan kemajuan teknologi, lembaga pendidikan tinggi berfokus pada platform Internet sebagai media penyedia layanan untuk memenuhi kebutuhan mahasiswa dan staf di dalam kampus atau di luar kampus (Kim-Soon et al., 2014). Pemerintah dan intitusi pendidikan tinggi di Indonesia mengembangkan solusi teknologi informasi dengan beralih ke sistem pembelajaran jarak jauh untuk mengurangi persebaran virus COVID19 ini. Institusi pendidikan tinggi, terutama universitas melakukan pembelajaran jarak jauh di masa pandemi menggunakan berbagai platform, baik berupa learning management system maupun platform online meeting. Learning management system yang banyak digunakan diantaranya, Google Classroom dan portla-portal E-learning yang dimiliki universitas. Sementara itu, platform online meeting yang banyak digunakan selama pembelajaran jarak jauh diantaranya, aplikasi Zoom, Google Meet, dan Visco Webex (Zam, 2021). Selain plaform tersebut, Whastapp group menjadi alternatif dalam pembelajaran jarak jauh (Brata, 2010). Penggunaan platform online meeting tersebut dipakai mulai dari versi gratis hingga versi berbayar. Platform online meeting dengan pangsa pasar paling besar didunia adalah Zoom. Persentase penggunanya tercatat sebesar 48,7%, naik 22,3 poin dari tahun sebelumnya yang sebesar 26,4% ditahun 2020. Tidak hanya di dunia, Zoom menjadi platform video call favorit untuk pembelajaran online di Indonesia berdasarkan survei dari Lembaga Arus Survei Indonesia (ASI). Mayoritas publik menggunakan aplikasi Zoom (57,2 persen), disusul Google Meet (18,5 persen), Cisco Webex (8,3 persen), U Meet Me (5,0 persen), Microsoft Teams (2,0 persen), dan lainnya (2,2 persen) (Kumparan.com, 2020). Makin maraknya penggunaan Zoom, Sayangnya beberapa waktu terakhir Zoom diterpa isu tidak mengenakkan. Data-data pengguna aplikasi Zoom diberitakan dibagikan secara bebas bahkan banyak dijual melalui Darkweb. Aplikasi Zoom memiliki masalah privasi dan keamanan (Kumparan.com, 2020). Tidak hanya masalah tentang privasi dan keamaan berikut ini permasalahan yang ada di aplikasi Zoom (Zoom, 2023) : Gambar 1.1 Permasalahan yang di Laporkan User Zoom (Zoom, 2023) Permasalahan dari Aplikasi Zoom yang ditunjukan oleh gambar 1.1 diatas menunjukan bahwa kualitas audio dan video yang kurang bagus merupakan permasalahan yang paling banyak dirasakan oleh para pengguna. Masalah yang dialami Zoom tidak hanya mengenai kebocoran data, privasi, serta keamanan dan kualitas penggunaan aplikasi. Merebak juga isu Zoombombing yang merupakan merupakan serangan dari hacker berupa gangguan video dari luar konferensi untuk menyebarkan gambar, video tidak senonoh atau ujaran kebencian (Cnn.com, 2021). Permasalahan kualitas ini menyebabkan marketshare Zoom turun di tahun 2022 dibanding 2021 (Sellcourseonline.com, 2023). Gambar 1.2 Marketshare Zoom (Sellcourseonline.com, 2023). Gambar 1.2 memperlihatkan marketshare Zoom turun sebesar 4.5% dibanding tahun 2021, hal berbeda dialami kompetitornya yaitu Google Meet yang naik 10.3% dibanding tahun sebelumya. Tentunya jika dibiarkan terus tentunya Zoom akan dikalahkan oleh Google Meet yang kualitas aplikasi serta keamanannya lebih baik dibandingkan Zoom. Penurunan marketshare ini merupakan penurunan loyalitas dari pengguna Zoom. Loyalitas pelanggan merupakan kesediaan pelanggan agar menggunakan produk perusahaan dalam jangka panjang dan merekomendasikan produk-produk perusahaan kepada teman dan rekannya (Kotler & Keller, 2018). Loyalitas pelanggan adalah keputusan sukarela dari seorang konsumen untuk terus menggunakan atau percaya pada suatu perusahaan dalam jangka waktu yang panjang (Utami, 2011). Loyalitas pelanggan memiliki peran yang penting dalam kelangsungan hidup perusahaan, mempertahankan pelanggan berarti meningkatkan kinerja keuangan dan mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan (Loveock & Wirtz, 2010). Penurunan loyalitas dari Zoom ini merupakan akibat dari ketidapuasan penggunanya yang sering disebut kepuasan pelanggan karena kekecewaannya. Kepuasan pelanggan adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang timbul karena membandingkan kinerja atau kualitas yang dipersepsikan produk atau hasil terhadap ekspektasi mereka (Kotler & Keller, 2018). Tingkat kepuasan konsumen yang menjadi salah satu faktor peralihan merek dan peralihan loyalitas, seperti menurut Oliver (1981) dalam Srivastava & Rai (2018) kepuasan seorang konsumen mengacu pada keadaan psikologis dan dikombinasikan dengan perasaan konsumen tentang pengalaman merek sebelumnya. Kepuasan konsumen juga dicirikan sebagai perkiraan seberapa senang konsumen terhadap kualitas produk, administrasi atau layanan servis, dan kapasitas dari suatu merek (Ali & Anwar, 2021). Kepuasan konsumen sebagai mencerminkan kesan keseluruhan pemakaian dan adanya proses evaluasi terhadap suatu merek yang terbentuk dari waktu ke waktu (El-Adly, 2019). Kepuasan konsumen saat ini menjadi isu yang sangat signifikan bagi produk sebuah perusahaan, yang mengukur tingkat antara produk perusahaan dan harapan para konsumennya (Budur et al., 2021). Perusahaan produk dari merek aplikasi pertemuan platform online melayani pelanggan mereka secara sistem elektronik dan dikenal sebagai layanan elektronik (e-service) selama dan/atau setelah penjualan. Jika kualitas atau kinerja produk, layanan atau kapasitasnya tidak memenuhi harapan, maka konsumen akan memutuskan hubungan mereka dengan merek tersebut (Anwar & Balcioglu, 2016) sedangkan di sisi lain, jika itu produk tersebut lebih dari yang konsumen harapkan, itu akan mengarahkan konsumen untuk berpikir dan memutuskan bahwa produk merek tersebut unik (Connolly & Bannister, 2008). Perusahaan harus meningkatkan kualitas layanan elektronik atau disebut dengan e-service quality mereka dengan cara terbaik untuk bertahan dalam persaingan di industri aplikasi video call (Demir et al., 2020). E-service quality dapat menciptakan kepuasan pelanggan yang akhirnya dapat membentuk loyalitas pelanggan. E-service quality yang dilakukan dengan media online disebut dengan istilah kualitas layanan elektronik. Kualitas layanan elektronik/e-service quality didefinisikan sebagai sejauh mana situs web memfasilitasi belanja, pembelian dan pengiriman produk dan jasa secara efektif dan efisien (Bressolles, Durrieu, & Deans, 2011). Kualitas layanan elektronik yang telah dirasakan pelanggan dengan baik akan membentuk persepsi nilai yang baik tentang suatu perusahaan. Persepsi konsumen terhadap e-service quality menjadi bagian dari penilaian keseluruhan dari semua layanan yang disediakan oleh bisnis perusahaan (Alzoubi et al., 2019). Organisasi yang memiliki fokus kuat pada perceived value akan membentuk keunggulan kompetitif yang berkelanjutan (Wahyuningsih, 2011). Zeithaml (1998) dalam Tjiptono (2014) mendefinisikan perceived value sebagai penilaian keseluruhan konsumen terhadap kegunaan suatu produk berdasarkan persepsi tentang apa yang diterima pelanggan dan apa yang diberikan. Maka, nilai yang dipersepsikan pelanggan didasarkan pada selisih antara apa yang didapatkan pelanggan dan apa yang ia berikan untuk kemungkinan pilihan yang berbeda. Pelanggan mendapat manfaat dan menanggung biaya. Perceived value dapat membentuk loyalitas pelanggan melalui kepuasan pelanggan. Kepuasan konsumen dipengaruhi oleh perceived value dan loyalitas dipengaruhi oleh kepuasan pelanggan (Wasseso, 2012). Perceived value dapat membentuk emotional bonding terhadap perusahaan sehingga pelanggan dapat menjadi puas (Hsin Chang & Wang, 2011). Menurut Kotler dan Keller (2018) penawaran akan berhasil jika memberikan nilai dan kepuasan kepada pembeli sasaran. Persepsi konsumen akan adanya faktor customer value yang baik akan membentuk customer perceived satisfaction sehingga akan membantu perusahaan dalam loyalitas pelanggan jika customer tersebut mendapatkan kepuasan (customer satisfaction) dari pengalamannya menggunakan layanan perusahaan tersebut. Penelitian Bayad Jamal Ali, et al., (2021) yang menggunakan meneliti pengaruh e-service quality terhadap customer satisfaction pada meeting online platform, hasil penelitiannya menunjukan bahwa fulfillment yang merupakan indikator dari e-service quality akan memberikan efek yang besar pada kepuasan, oleh karena itu perusahaan perlu fokus pada kepuasan pelanggan mereka melalui memberikan kualitas layanan yang baik dan tepat untuk meningkatkan profitabilitas mereka. Selain itu, masalah privasi memiliki pengaruh signifikan terhadap kepercayaan pelanggan, karena itu manajer perlu membuat platform lebih kuat untuk menghindari berbagi data dengan pihak lain dan melindungi pengguna mereka. Berbeda dengan penelitian Bayad Jamal Ali., et al (2021), Ahmet Demir., et al (2020) melakukan penelitian mengenai efek langsung dan tidak langsung dari e-service quality pada perceived value, satisfaction dan kemauan untuk membayar atau willingness to pay pada platform meeting online di sektor pendidikan. Penelitian ini juga menganalisis pengaruh e-service quality terhadap perceived value dan customer satisfaction. Hasilnya mengungkapkan bahwa e-service quality secara langsung mempengaruhi perceived value dan satisfaction tetapi tidak berpengaruh langsung pada variabel willingness to pay. Selanjutnya perceived value dan customer satisfaction memediasi hubungan antara e-service quality dan willingness to pay. Namun, perceived value memiliki dampak yang lebih signifikan terhadap willingness to pay dibandingkan dengan customer satisfaction. Penelitian ini akan fokus kepada e-service quality, perceived value, customer satisfaction yang merupakan faktor penting yang dapat mempengaruhi loyalitas para pengguna Zoom. Zoom merupakan aplikasi meeting online yang digunakan berbagai instansi serta universitas khususnya di Indonesia, namun permasalahan e-service quality pada aplikasi zoom membuat terjadi penurunan marketshare-nya. Peneliti sebelumnya, Ali., et al (2021) tidak memperhatikan variabel perceived value yang merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi customer satisfaction dan variabel loyalitas yang merupakan akibat dari puasnya pengguna, peneliti sebelumnya Demir., et al (2020) juga tidak menggunakan variabel loyalitas yang memiliki peran penting dalam kelangsungan hidup suatu perusahaan. Penelitian ini berusaha mengisi kekosongan dua penelitian tersebut dengan menganalisis pengaruh langsung e- service quality dan perceived value terhadap loyalty melalui customer satisfaction. Penelitian ini akan dilakukan di Kota Malang yang merupakan Kota Pendidikan (Okezone.com, 2020). Selain itu penelitian ini akan dilakukan pada pengguna Zoom di Kampus Univetsitas Brawijaya Malang yang merupakan Kampus Nomer 1 di Malang dan Nomer 3 di Indonesia (Detik.com, 2023). Setelah memaparkan fenomena masalah dan teori yang akan digunakan dan research gap dari penelitian sebelumnya, penelitian ini memiliki orisinalitas tersendiri. 1.2 Rumusan Masalah Merujuk pada latar belakang yang disampaikan, maka rumusan masalah pada penelitian ini yaitu: 1. Apakah terdapat pengaruh E-Service Quality terhadap Customer Satisfaction Pengguna Zoom di Universitas Brawijaya? 2. Apakah terdapat pengaruh Perceived Value terhadap Customer Satisfaction Pengguna Zoom di Universitas Brawijaya? 3. Apakah terdapat pengaruh E-Service Quality terhadap Loyalty Pengguna Zoom di Universitas Brawijaya? 4. Apakah terdapat pengaruh Perceived Value terhadap Loyalty Pengguna Zoom di Universitas Brawijaya? 5. Apakah terdapat pengaruh Customer Satisfaction terhadap Loyalty Pengguna Zoom di Universitas Brawijaya? 6. Apakah Customer Satisfaction memediasi pengaruh E-Service Quality terhadap Loyalty Pengguna Zoom di Universitas Brawijaya? 7. Apakah Customer Satisfaction memediasi pengaruh Perceived Value terhadap Loyalty Pengguna Zoom di Universitas Brawijaya? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan pada latar belakang dan rumusan masalah diatas maka penelitian ini memiliki tujuan, yaitu : 1. Untuk Menguji dan Menganalisis pengaruh E-Service Quality terhadap Customer Satisfaction Pengguna Zoom di Universitas Brawijaya? 2. Untuk Menguji dan Menganalisis pengaruh Perceived Value terhadap Customer Satisfaction Pengguna Zoom di Universitas Brawijaya? 3. Untuk Menguji dan Menganalisis pengaruh E-Service Quality terhadap Loyalty Pengguna Zoom di Universitas Brawijaya? 4. Untuk Menguji dan Menganalisis pengaruh Perceived Value terhadap Loyalty Pengguna Zoom di Universitas Brawijaya? 5. Untuk Menguji dan Menganalisis pengaruh Customer Satisfaction terhadap Loyalty Pengguna Zoom di Universitas Brawijaya? 6. Untuk Menguji dan Menganalisis Pengaruh E-Service Quality terhadap Loyalty Melalui Customer Satisfaction pada Pengguna Zoom di Universitas Brawijaya? 7. Untuk Menguji dan Menganalisis Pengaruh Perceived Value terhadap Loyalty Melalui Customer Satisfaction pada Pengguna Zoom di Universitas Brawijaya? 1.4 Manfaat Penelitian Peneltian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak, adapun manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoritis Dari sisi aspek teoritis, hasil penelitian ini diharapkan nantinya dapat berguna untuk hal-hal berikut: a. Menegaskan kembali atau mengkonfirmasi kembali terkait dengan teori pengaruh antara E-Service Quality, Perceived Value, dan Customer Satisfaction terhadap Loyalty. b. Pangayaan teori yang terkait dengan pengaruh antara E-Service Quality, Perceived Value, dan Customer Satisfaction terhadap Loyalty, yang mana pengaruh ini masih sedikit mendapat perhatian dari literatur yang ada. 2. Manfaat Praktis Sementara itu dari sisi aspek praktisnya, Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pihak perusahaan berbasis online khususnya platform meeting online berkaitan dengan faktor-faktor e-service quality, perceived value, kepuasan dan loyalitas pelanggan sehingga dapat menjadi bahan pertimbangan dan pengambilan keputusan dalam meningkatkan profitabilitas perusahaan. Selain itu, diharapkan penelitian ini bisa bermanfaat dalam membentuk strategi untuk perusahaan berbasis online khususnya platform meeting online. BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Perilaku Konsumen Perilaku konsumen merupakan segala sesuatu yang berkaitan dengan konsumen. Menurut Schiffman dan Kanuk (2008) mengemukakan bahwa studi perilaku konsumen adalah suatu studi mengenai bagaimana seorang individu membuat keputusan untuk mengalokasikan sumber daya yang tersedia (waktu, uang, usaha, dan energi). Konsumen memiliki keragaman yang menarik untuk dipelajari karena ia meliputi seluruh individu dari berbagai usia, latar belakang budaya, pendidikan, dan keadaan sosial ekonomi lainnya. Oleh karena itu, sangatlah penting untuk mempelajari bagaimana konsumen berperilaku dan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi perilaku tersebut. Menurut Pater dan Olson (2013), perilaku konsumen sebagai dinamika interaksi antara pengaruh dan kesadaran, perilaku, dan lingkungan dimana manusia melakukan pertukaran aspek-aspek kehidupan. Menurut Kotler dan Keller (2016) Perilaku konsumen adalah studi tentang bagaimana individu, kelompok, dan organisasi memilih, membeli, menggunakan dan bagaimana barang dan jasa, ide, atau pengalaman untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan mereka. Berdasarkan beberapa definisi yang telah disebutkan di atas dapat disimpulkan bahwa perilaku konsumen adalah semua kegiatan, tindakan, serta proses psikologis yang mendorong tindakan tersebut pada saat sebelum membeli, ketika membeli, menggunakan, menghabiskan produk dan jasa setelah melakukan hal-hal di atas atau kegiatan mengevaluasi. Pemahaman terhadap perilaku konsumen bukanlah suatu hal yang mudah untuk dilakukan, karena terdapat banyak faktor yang berpengaruh dan saling interaksi satu sama lainnya, sehingga pendekatan pemasaran yang dilakukan oleh suatu perusahaan harus benar-benar dirancang sebaik mungkin dengan memperhatikan faktorfaktor tersebut. Selain itu, para pemasar harus mampu memahami konsumen, dan berusaha mempelajari bagaimana mereka berperilaku, bertindak dan berpikir. Walaupun konsumen memiliki berbagai macam perbedaan namun mereka juga memiliki banyak kesamaan. Para pemasar wajib memahami keragaman dan kesamaan konsumen atau perilaku konsumen agar mereka mampu memasarkan produknya dengan baik. Menurut Kotler&Keller (2018) keputusan seseorang atas merek, kategori produk, tempat untuk didatangi, waktu pembelian, dan jumlah pembelian, merupakan hasil dari rangsangan (stimulasi) yang berasal dari luar dirinya. berikut gambaran model perilaku konsumen menurut kotler : Gambar 2. 1 Model Perilaku Konsumen Sumber : Kotler & Keller (2018) Pada gambar 2.1 Model perilaku konsumen ini memberikan pemahaman bahwa perilaku konsumen dipengaruhi oleh keadaan dan situasi masyarakat dimana mereka tumbuh dan berkembang. Hal ini berarti bahwa konsumen berasal dari lapisan masyarakat / lingkungan yang berbeda akan mempunyai penilaian, kebutuhan, pendapat, sikap, dan selera yang berbeda-beda, konsumen memilik karakter yang dibangun dan dipengaruhi oleh 1) kultur (kebudayaan) yang terdiri dari budaya, sub budaya dan kelas sosial, sosial dan kepribadian konsumen. 2) Sosial. Faktor sosial meliputi kelompok acuan ; keluarga serta status sosial. 3) Faktor Pribadi. Faktor pribadi, yang dipengaruhi oleh usia dan tahap siklus hidup, pekerjaan dan lingkungan ekonomi, gaya hidup, kepribadian dan konsep diri. Perilaku konsemen selanjutnya juga diperngaruhi oleh variabel psikologis konsumen, empat faktor utama psikologi konsumen adalah motivasi, persepsi, pembelajaran, serta keyakinan dan pendirian. Perilaku konsumen akan menentukan proses pengambilan keputusan dalam pembelian mereka. Proses pengambilan keputusan tersebut merupakan sebuah pendekatan penyelesaian masalah yang terdiri atas lima tahap yaitu sebagai berikut (Kotler, 2008) : 1. Pengenalan Masalah. Penganalisaan keinginan dan kebutuhan ini ditujukan terutama untuk mengetahui adanya keinginan dan kebutuhan yang belum terpenuhi dan belum terpuaskan. Jika kebutuhan tersebut diketahui, maka konsumen akan segera memahami adanya kebutuhan yang belum segera terpenuhi atau masih bisa ditunda pemenuhannya, serta kebutuhan yang samasama harus dipenuhi. Jadi dari tahap ini proses pembelian itu mulai dilakukan. 2. Pencarian Informasi. Konsumen yang tergugah kebutuhannya akan terdorong untuk mencari informasi yang lebih banyak mengenai produk atau jasa yang ia butuhkan. Pencarian informasi dapat bersifat aktif maupun pasif. Informasi yang bersifat aktif dapat berupa kunjungan terhadap beberapa toko untuk membuat perbandingan harga dan kualitas produk, sedangkan pencarian informasi pasif, dengan membaca suatu pengiklanan di majalah atau surat kabar tanpa mempunyai tujuan khusus dalam perkiraanya tentang gambaran produk yang diinginkan. 3. Evaluasi Alternatif. Tahap ini meliputi dua tahap, yaitu menetapkan tujuan pembelian dan menilai serta mengadakan seleksi terhadap alternatif pembelian berdasarkan tujuan pembeliannya. Tujuan pembelian bagi masingmasing konsumen tidak selalu sama, tergantung pada jenis produk dan kebutuhannya. Ada konsumen yang mempunyai tujuan pembelian untuk meningkatkan prestasi, ada yang sekedar ingin memenuhi kebutuhan jangka pendeknya dan sebagainya. 4. Keputusan Pembelian. Keputusan, Keputusan untuk membeli disini merupakan proses pembelian yang nyata. Jadi, setelah tahap-tahap dimuka dilakukan maka konsumen harus mengambil keputusan apakah membeli atau tidak. Bila konsumen memutuskan untuk membeli, konsumen akan menjumpai serangkaian keputusan yang harus diambil menyangkut jenis produk, merek, penjual, kuantitas, waktu pembelian dan cara pembayarannya. Perusahaan perlu mengetahui beberapa jawaban atas pertanyaan–pertanyaan yang menyangkut perilaku konsumen dalam keputuan pembeliannya. 5. Perilaku Pasca-pembelian. Setelah membeli produk, konsumen akan mengalami level kepuasan atau ketidakpuasan. Tugas pemasar tidak berakhir saat produk dibeli, melainkan berlanjut hingga periode pasca-pembelian. Pemasar harus memantau kepuasan pasca-pembelian, tindakan pascapembelian, dan pemakaian produk pasca-pembelian Seperti telah di uraikan bahwa keputusan pembelian konsumen akan berkaitan dengan pemilihan jenis produk, merk produk , dimana mereka memberi (dealer choice), berapa jumlah yang dibeli, waktu dan metode atau cara pembelian berikut pembayarannya. Berkaitan dengan hal ini maka perlu diketahui bahwa konsumen memiliki ragam perilaku keputusan pembelian yaitu conjuctive heuristic (konsumen memiliki batasan kkriteria/level produk), lexicographic heuristic (konsumen memiliki atribut yang penting dipersepsikan atas suatu produk) dan elimination by aspect heuristic (konsumen membandingkan antar merk dan atribut produk secara seksama). 2.1.2 Loyalitas Pelanggan Kotler dan Keller (2018) menjelaskan loyalitas sebagai komitmen yang dipegang kuat untuk membeli lagi atau berlangganan lagi produk atau jasa tertentu di masa depan meskipun ada pengaruh situasi dan usaha pemasaran yang berpotensi menyebabkan peralihan perilaku. Menurut Loveock & Wirtz (2010) loyalitas pelanggan adalah kesediaan pelanggan agar senantiasa menggunakan produk perusahaan dalam jangka panjang, menggunakannya secara eksklusif, dan merekomendasikan produk-produk perusahaan kepada teman dan rekannya. Loyalitas pelanggan melampaui perilaku dan mencakup preferensi, kesukaan, dan itikad di masa mendatang. Menurut Tjiptono (2011), loyalitas atau kesetiaan pelanggan adalah komitmen pelanggan terhadap suatu merek. pengertian diatas dapat diartikan bahwa loyalitas pelanggan merupakan komitmen yang dibangun pelanggan terhadap suatu produk setelah mengkonsumsinya. Loyalitas pelanggan yaitu ketika mereka setia kepada perusahaan, konsumen dapat meminimalkan waktu yang dihabiskan dalam mencari dan menemukan serta mengevaluasi alternatif pembelian (Yang & Peterson, 2004). Memiliki pelanggan yang loyal tidaklah mudah karena memerlukan waktu yang cukup panjang untuk memuaskan pelanggan dan meningkatkan perceived value serta adanya persaingan yang ketat untuk membuat pelanggan menjadi loyal (Gumussoy & Koseoglu, 2016). Empat indikator loyalitas menurut Chia-Hui Yen & Hsi-Peng Lu (2008); Al-dweeri et al.,, (2018); Al-Adwan., et al (2019) adalah : a. Melakukan pembelian ulang b. Merekomendasikan kepada pihak lain c. Tidak berniat untuk pindah d. Membicarakan hal-hal positif 2.1.3 Customer Satisfaction Kepuasan yaitu suatu ekspresi yang di ungkapkan baik itu senang maupun tidak yang di bandingkan antara ekspetasi suatu produk yang diharapkan dengan realita produk yang didapatkan (Kotler & Keller, 2018). Menurut Oliver (1981) dalam Srivastava & Rai (2018) kepuasan seorang konsumen mengacu pada keadaan psikologis dan dikombinasikan dengan perasaan konsumen tentang pengalaman merek sebelumnya. Shankar et al., (2003) juga mendefinisikan kepuasan sebagai persepsi pemenuhan yang menyenangkan dari suatu layanan dan loyalitas sebagai komitmen konsumen kepada penyedia layanan. Sedangkan menurut Syzmanki & Hise (2000) dalam Al-hawari (2015) kepuasan konsumen dalam konteks online sendiri didefinisikan sebagai hasil kumulatif dari satu pihak atau seseorang yang memiliki pengalaman yang berbeda-beda akan sebuah produk atau jasa dalam kurun waktu tertentu. Kepuasan konsumen adalah tentang bagaimana perusahaan merespon pemenuhan harapan konsumen, dimaksudkan bahwa kepuasan konsumen dari kualitas layanan didasarkan pada perbandingannya antara layanan yang diharapkan dan layanan yang sebenarnya dirasakan (Zhang et al., 2020). Oleh karena itu kepuasan konsumen akan terjadi jika kualitas layanan yang sebenarnya melebihi harapan yang dirasakan konsumen tersebut. Tingkat kepuasan sebagai ukuran seberapa baik kebutuhan konsumen dipenuhi oleh penyedia layanan (Ataburo et al., 2017). Jika tingkat kepuasan yang dirasakan konsumen lebih tinggi, maka akan menghasilkan basis konsumen yang lebih loyal, sehingga secara positif mempengaruhi profitabilitas suatu perusahaan (Demir et al., 2020). Menurut Mooradian dan Olver (1997) dalam Huang (2001) mengatakan bawah kepuasan konsumen juga meningkatkan profitabilitas suatu perusahaan dengan "dari mulut ke mulut". Reputasi perusahaan berbasis online akan hancur jika konsumen gagal mendapatkan informasi yang diperlukan, pengiriman yang tepat waktu, atau penanganan pertanyaan yang kurang efisien. Indikator customer satisfaction menurut Demir et al., (2020); Al-dweeri et al., (2018), Khan & Zubair (2019) yaitu : a. Kesesuaian Harapan b. Kepuasan Pelanggan Keseluruhan 2.1.4 Service Quality Seperti diketahui, nama service quality merupakan gabungan dari dua kata yaitu, Service (Layanan) dan Quality (Kualitas). Layanan adalah yang mengacu pada fitur penting dari layanan tertentu, sementara kualitas mengacu pada penggunaan pendekatan berbasis pengguna dan kualitas layanan bersama-sama mengacu pada nilai layanan kepada pelanggan (Andavar et al., 2020). Keandalan (Reliability) , Responsif (Responsiveness), Empati (Empathy), Kompetensi & Ketekunan (Compentence & Diligence), Konsistensi (Consistency), Keselamatan & Keamanan (Safety & Security), Lingkungan dan Antarmuka Pengguna (Environments & User Interfaces) dianggap sebagai jenis kualitas layanan yang umum (Ali & Anwar, 2021). Pergerakan dan ruang lingkup bisnis di era baru membutuhkan jangkauan pelanggan yang luas dalam mengeksplorasi kepuasan dan kepercayaan pelanggan (Ali et al., 2021) . Ini berarti pelanggan sangat penting dan kritis dalam bidang bisnis. Seperti diketahui bahwa setiap area bisnis perlu melakukan tugasnya dengan baik untuk menciptakan kepercayaan antara produk mereka dan kepercayaan pelanggan, karena hal itu menyebabkan peningkatan kegunaan dan banyak keuntungan produk. Banyak peneliti mengklaim bahwa, ada hubungan yang baik atau kuat antara kualitas layanan dan kepercayaan pelanggan (Cronin et al., 2000). 2.1.3 E-Service Quality Penelitian tentang kualitas layanan telah populer selama lebih dari dua dekade, tetapi baru belakangan ini diterapkan pada lingkungan e-start. Dikembangkan dari pemasaran melalui Internet dan literatur kualitas layanan secara tradisional, konsep kualitas layanan dalam internet atau bisa disebut dengan ‘kualitas layanan elektronik' dapat didefinisikan sebagai evaluasi dan penilaian keseluruhan oleh konsumen atas keunggulan dan kualitas layanan elektronik yang ditawarkan di pasar virtual (Ali et al., 2021). E-service quality atau kualitas layanan elektronik dapat didefinisikan sebagai penilaian dan evaluasi yang lengkap dari pembeli dan pelanggan tentang kualitas layanan perusahaan oleh perusahaan tertentu di pasar virtual (Santos, 2003). Menurut Anwar & Climis (2017) e-service quality adalah kontras antara keinginan klien untuk kebutuhan pelaksanaan administrasi, pengalaman administrasi dan pandangan mereka tentang administrasi yang didapat. Konsumen berbasis online menginginkan kualitas layanan elektronik dengan standar tinggi yang diharapkan adalah sarana yang memanfaakan sarana potensial dari Internet (Yang, 2014). Parasuraman (2000) mengusulkan bahwa fleksibilitas, kemudahan, efisiensi, dan kesenangan (enjoyment) adalah contoh tema positif utama dalam lingkungan yang berbasis online. Sedangkan yang termasuk tema negatif adalah masalah keamanan, impersonalisasi, dan kurangnya kontrol. Sebagian besar faktor penentu ini sangat terkait dengan kualitas layanan. Internet memiliki sifat interaktif bahwa perusahaan harus memfasilitasi pencarian, pengambilan, dan integrasi informasi jika mereka ingin menanggapi permintaan konsumen secara efisien (Yang, 2014). Karena jauh lebih mudah membandingkan fitur teknis dan harga produk secara online daripada melalui saluran tradisional, layanan online menjadi sangat penting bagi konsumen. Dengan demikian konsumen online mengharapkan setidaknya mendapatkan tingkat kualitas layanan yang sama, atau bahkan lebih tinggi, seperti halnya konsumen offline (Santos, 2003). E-service quality yang berkualitas sangatlah penting karena menurut Liao & Li (2011) menyatakan bahwa ada hubungan yang baik antara kepuasan dan loyalitas konsumen dengan kualitas layanan elektronik. Masalah e-service quality sebagian besar adalah kepuasan yang dirasakan pelanggan yang berarti jika kualitas atau kinerja layanan tidak melayani pelanggan dengan baik, maka pelanggan tersebut akan berpikir dan memutuskan hubungan dengan kualitas layanan yang tidak memperlakukan mereka dengan baik (Ali & Anwar, 2021), sedangkan dii sisi lain, jika perusahaan melayani pelanggan lebih dari tingkat yang mereka harapkan, itu akan membuat pelanggan tersebut berpikir dan memutuskan bahwa produk tersebut unik (Connolly & Bannister, 2008). Hal-hal tersebut menunjukkan bahwa penentuan pelanggan terhadap produk sangat signifikan dan mempengaruhi produktivitas produk. Peningkatan kualitas layanan berarti melakukan peningkatan pemanfaatan produk serta peningkatan kepuasan oleh pelanggan (Ali et al., 2021). Indikator e-service quality menurut Parasuraman et al. (2005) ; Khan & Zubair (2019); Demir et al., (2020); Bayad et al., (2021) yaitu: a. Efficiency b. System availability c. Fulfillment b. Privacy/ security 2.1.3 Perceived Value Istilah nilai (value) digunakan dalam konteks yang berbeda. Costumer value didasarkan pada prespektif pelanggan organisasi bersangkutan, dengan mempertimbangkan apa yang mereka inginkan dan yakini bahwa mereka dapatkan dari pembelian dan penggunaan tertentu (Tjiptono, 2014). Menurut Kotler & Keller 2012 nilai yang dipersepsikan pelanggan (CPV-costumer prceived value) adalah selisih antara penilaian pelanggan prospektif atas semua manfaat dan biaya dari suatu penawaran terhadap alternatifnya. Perceived value adalah keseluruhan penilaian dari konsumen terhadap kegunaan dari suatu produk berdasarkan persepsinya terhadap apa yang telah diterima konsumen dan apa yang akan diberikan (Zehir & Narcikara, 2016). Jadi dapat disimpulkan bahwa perceived value atau nilai persepsi pelanggan adalah sebuah penilaian yang diberikan oleh konsumen atau pelanggan secara keseluruan dengan cara membandingkan antara manfaat yang akan diterima dengan apa yang diberikan (biaya yang dikeluarkan) untuk memperoleh sebuah produk/jasa. Nilai inilah yang menjadi kunci dari loyalitas pelanggan, yang mempengaruhi keinginan pelanggan untuk melakukan pembelian. Pelanggan akan membeli produk dari sebuah perusahaan yang mereka anggap menawarkan nilai pelanggan paling tertinggi. Pelanggan seringkali bertindak atas dasar pengharapan yang mereka bentuk mengenai nilai dari sebuah produk. Terpenuhi atau tidaknya harapan atas nilai ini pada akhirnya akan mempengaruhi kepuasan. Kepuasan inilah yang mempengaruhi keputusan pembelian ulang terhadap produk tersebut. Nilai pelanggan akan mempengaruhi tingkat loyalitas konsumen, dimana semakin tinggi persepsi nilai yang dirasakan oleh konsumen atau pelanggan, maka semakin besar kemungkinan terjadinya hubungan (transaksi) secara terus menerus. Indikator perceived value menurut Slack et al., (2020) yang dipakai pada penelitian ini adalah : a. Emotional Value b. Social Value c. Functional Value (Quality/Performance) d. Price/Value for Money 2.2 Penelitian Terdahulu Daftar penelitian terdahulu ini yang dapat dilihat pada Tabel 2.1 yang dikelompokkan berdasarkan hasil dari penelitian terdahulu mengenai e-service quality, perceived value, kepuasan pelanggan, dan loyalitas. Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No 1 Judul Revitalization of service quality to gain customer satisfaction and loyalty 2 E-Service quality, E-satisfaction and E-loyalty of Online Shoppers in Busines to Consumer Market; Evidance from Busines to Consumer Market; Evidance from Malaysia. An examination of the effects of service quality and satisfaction on customers’ behavioral intentions in eshoppin Impact of Service Quality on the Customer Satisfaction: Case study at Online Meeting Platforms 3 4 5 The impact of eservice quality, customer satisfaction and loyalty on emarketing: Nama Akbar, Sher Mat Som, Ahmad Puad Wadood, Fazli Jamil Alzaidiyeen, Naser (2010) Ting et al., (2016) Hasil Penelitian Kualitas pelayanan berpengaruh signifikan terhadap loyalitas konsumen tetapi tidak berpengaruh signifikan terhadap kepuasan Gounaris et al., (2010) E-service quality berpengaruh positif terhadap e-satisfaction, baik secara langsung maupun tidak langsung melalui esatisfaction, niat perilaku konsumen yaitu kunjungan kembali situs, komunikasi dari mulut ke mulut, dan pengulangan untuk membeli. Ali et al., (2021) Hasil menunjukan bahwa fulfillment akan memberikan efek yang besar pada kepuasan dan loyalitas pelanggan, oleh karena itu perusahaan perlu fokus pada kepuasan pelanggan mereka melalui memberikan kualitas layanan yang baik dan tepat untuk meningkatkan profitabilitas mereka. Selain itu, masalah privasi memiliki pengaruh signifikan terhadap kepercayaan pelanggan, karena itu manajer perlu membuat platform lebih kuat untuk menghindari berbagi data dengan pihak lain dan melindungi pelanggan mereka. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas e-service memiliki pengaruh terhadap kepuasan pelanggan dan kemudian menghasilkan loyalitas pelanggan. Temuan kunci lainnya adalah hubungan antara kepuasan pelanggan dan loyalitas, yang lebih kuat untuk pelanggan Wang & (2009) Yang Terdapat pengaruh positif dan signifikan eservice quality terhadap e-satisfaction. Terdapat pengaruh positif dan signifikan esatisfaction terhadap e-loyalty 6 Moderating effect of perceived value The impact of eservice quality and customer satisfaction on customer behavior in online shopping dengan nilai yang dipersepsikan tinggi daripada nilai yang dipersepsikan rendah. Rita (2019) Hasil analisis menunjukkan bahwa tiga dimensi kualitas layanan elektronik, yaitu desain situs web, keamanan/privasi, dan pemenuhan mempengaruhi kualitas layanan elektronik secara keseluruhan. Kualitas layanan elektronik secara statistik berhubungan signifikan dengan perilaku pelanggan. Kualitas layanan elektronik berpengaruh positif terhadap kepuasan pelanggan dan loyalitas pelanggan elektronik. Variabel kepuasan pelanggan juga ditemukan berpengaruh positif terhadap loyalitas pelanggan. Selanjutnya, kepuasan pelanggan elektronik terbukti memediasi hubungan antara kualitas layanan elektronik dan loyalitas pelanggan elektronik. Hasil menunjukkan bahwa pelanggan merasakan kualitas dan kepuasan mempengaruhi loyalitas melalui nilai yang dirasakan, citra dan reputasi 7 Effect of E-service quality on Ecustomer loyalty: The role of E-customer satisfaction as a mediator Sefnedi et al., (2022) 8 The effect of service quality and customer satisfaction on customer loyalty An empirical study on the effect of eservice quality on online customer satisfaction and loyalty Özkan & Süer (2019) Sheng & Liu, (2010) Hasil penelitian menunjukkan bahwa efficiency dan fulfillment berpengaruh positif terhadap kepuasan pelanggan, fulfillment dan privacy berpengaruh positif terhadap loyalitas pelanggan, sisanya tidak berpengaruh terhadap loyalitas. Selain itu, loyalitas pelanggan dipengaruhi secara positif oleh kepuasan pelanggan The effect of eservice quality on Jordanian student’s e-loyalty: an empirical study in online retailin E-Service Quality Dimensions and Their Effects on ECustomer Satisfaction in Internet Banking Service Al-dweeri et al., (2018) Privasi, keandalan, manfaat emosional, dan layanan pelanggan merupakan elemen penting untuk mengukur kualitas layanan elektronik, tetapi efisiensi tidak. Zavareh et al., (2012) The Impacts of Service Quality Mohd Shoki Md Ariff, Leong Ooi Yun, Norhayati Ada hubungan positif yang signifikan antara e-SQ dan e-CSI di internet banking. Analisis regresi yang dilakukan menunjukkan bahwa keamanan/kepercayaan, estetika situs, dan kemudahan penggunaan layanan internet banking berpengaruh positif terhadap e-CS. Estetika dan Panduan Situs Web, EfisiensiKetersediaan Sistem dan Respons-Kontak dari internet banking e-SQ berpengaruh 9 10 11 12 and Customer Satisfaction on Customer Loyalty in Internet Banking Zakuan, Khalid Ismail (2013) 12 The effect of service quality on customer satisfaction and loyalty and the mediating role of customer satisfaction Neale J. Slack dan Gurmeet Singh (2019) 13 The Impact of eservices Quality on Consumer Satisfaction: Empirical Study of Georgian HEI The role of Eservice quality in shaping online meeting platforms: a case study from higher education sector Metin MERCAN dan Tornike KHOSHATRIA (2020) The Structural Relationship among Perceived Service Quality, Perceived Value, and Customer SatisfactionFocused on Starbucks Reserve Coffee Shops in Shanghai, China Yuhan Ge, Qing Yuan, dan Yaxi Wang (2021) 14 15 Ahmet Demir, Lubna Maroof, Noor Us Sabbah Kha (2020) positif terhadap e-Satisfaction. ESatisfaction berpengaruh positif signifikan terhadap e-Loyalty. E-Satisfaction ditemukan memediasi sebagian hubungan estetika Website dan Panduan e-SQ dan eLoyalitas pelanggan. Temuan menunjukkan kualitas layanan supermarket dianggap tidak memuaskan, kualitas layanan secara signifikan mempengaruhi kepuasan dan loyalitas pelanggan dan kepuasan pelanggan secara parsial memediasi hubungan antara kualitas layanan dan loyalitas pelanggan mengurangi persepsi pelanggan terhadap kualitas layanan, yang mengarah ke loyalitas pelanggan yang lebih rendah. Studi ini menegaskan dampak positif dari efisiensi, pemenuhan, ketersediaan dan privasi kualitas layanan elektronik terhadap kepuasan pelanggan Hasilnya mengungkapkan bahwa kualitas layanan elektronik secara langsung mempengaruhi nilai yang dirasakan dan kepuasan tetapi tidak berpengaruh langsung pada kesediaan untuk membayar. Kedua, persepsi nilai dan kepuasan memediasi hubungan antara kualitas layanan dan kemauan membayar. Namun, diamati bahwa nilai yang dirasakan memiliki dampak yang lebih signifikan terhadap kesediaan untuk membayar dibandingkan dengan kepuasan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa service quality berpengaruh positif signifikan secara parsial terhadap perceived value. Kualitas layanan yang dirasakan dan nilai yang dirasakan pelanggan keduanya memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap kepuasan. Kepuasan pelanggan berpengaruh positif signifikan terhadap niat perilaku mereka. Hasil ini menunjukkan bahwa perusahaan harus memperkuat ikatan emosional antara konsumen dan perusahaan dan meningkatkan keandalan, jaminan, dan empati kualitas layanan yang dirasakan untuk menciptakan resonansi emosional yang lebih baik antara konsumen dan 16 17 18 19 20 The Effect of EService Quality and Perceived Value on Customer Satisfaction on the Bukalapak Mobile Application Impact of trust on the relationship of e-service quality and customer satisfaction Investigating Structural Relationship among Service Quality Dimensions, Customer Satisfaction, and Customer Loyalty for Conventional Bank Customers: Evidence from Bangladesh An examination of the effects of service quality and satisfaction on customers’ behavioral intentions in eshopping The effects of online service quality of ecommerce websites on user satisfaction Oswald Yokiman (2021) Sukanya Kundu, Saroj Kumar Datta (2015) Md. Shelim Miah (2021) Spiros Gounaris, Sergios Dimitriadis dan Vlasis Stathakopoulos (2008) Gajendra Sharma Wang Lijuan (2015) merek Starbucks untuk meningkatkan kepuasan pelanggan Hasil penelitian menunjukkan bahwa eservice quality berpengaruh signifikan terhadap kepuasan pelanggan, perceived value berpengaruh signifikan terhadap kepuasan pelanggan, e-service quality dan perceived value berpengaruh signifikan terhadap kepuasan pelanggan secara simultan. e-SQ ditemukan berkorelasi kuat dengan kepuasan pelanggan. Hasilnya mengkonfirmasi kepercayaan sebagai variabel mediasi antara kualitas layanan elektronik. Semua dimensi service quality mempengaruhi kepuasan pelanggan, selanjutnya Kepuasan pelanggan telah ditemukan secara positif dan signifikan mempengaruhi loyalitas pelanggan. Kualitas layanan elektronik memiliki efek positif pada kepuasan elektronik, sementara itu juga memengaruhi, baik secara langsung maupun tidak langsung melalui kepuasan elektronik, niat perilaku konsumen, yaitu mengunjungi kembali situs, komunikasi dari mulut ke mulut dan pembelian berulang. . Kualitas informasi dan kualitas layanan online adalah kunci penentu kepuasan pengguna dan keberlanjutan teknologi ecommerce. Sumber: Olahan Peneliti (2023) BAB III KERANGKA KONSEPTUAL 1.1 Kerangka Konseptual Model berpikir untuk penelitian ini dibentuk dengan penelitian sebelumnya sampai ditemukan celah penelitian sehingga dapat diketahui kebaruan dari penelitian ini. Setelah melakukan kajian empiris, dilanjurkan dengan pemetaan teori untuk menentukan teori yang digunakan. Berdasarkan hasil kajian teoritis yang televan dan penelitian sebelumnya terkait e-service quality, perceived value, customer satisfaction, dan loyalitas. Kualitas layanan adalah hasil penilaian pelanggan atas seberapa jauh perbedaan antara harapan dan kenyataan yang dirasakan dari suatu layanan yang mereka terima dari penyedia layanan (perusahaan), baik penilaian itu secara sebagian maupun secara keseluruhan (Rasyid, 2017). Kualitas layanan adalah ukuran seberapa bagus tingkat layanan yang diberikan perusahaan mampu sesuai dengan ekspektasi pelanggan (Dennisa & Santoso, 2016). Menurut Tjiptono (2011) Kualitas layanan memiliki hubungan yang erat dengan kepuasan pelanggan, semakin baik kualitas layanan yang diberikan, maka semakin puas pelanggan. Kualitas layanan juga menjadi faktor kunci untuk menciptakan loyalitas (Rizan & Arrasyid, 2008). Kualitas layanan yang baik menyebabkan tingkat keinginan konsumen untuk berlaku loyal meningkat, sebaliknya kualitas layanan yang buruk mengakibatkan loyalitas pelanggan menurun (Ayu et al., 2014). Selain kualitas layanan salah satu faktor penentu kepuasan pelanggan dan loyalitas adalah customer perceved value yang merupakan nilai dari produk atau jasa yang ada dalam benak customer. Customer Perceved Value dari seseorang menentukan harga yang dapat diterima oleh seseorang untuk membeli sebuah barang atau jasa. Pada umumnya, customer tidak mengetahui cost produksi sebenarnya dari sebuah barang/jasa yang mereka beli. Mereka hanya mempunyai internal feeling mengenai seberapa besar nilai sebuah barang/jasa bagi mereka. Oleh karena itu, untuk dapat menjual dengan harga yang lebih tinggi untuk barang/jasa yang ditawarkan, produsen melakukan strategi marketing untuk menciptakan customer Perceved Value yang lebih tinggi terhadap produk/jasa mereka. Semakin baik perceived value yang dirasakan semakin bertambah kepuasan yang dirasakan pelanggan (Lupiyoadi, 2009). Perceived value yang baik akan membuat pelanggan menjadi puas dan loyal (Soegoto, 2013). Dengan penerimaan terhadap perceived value yang baik akan memberikan rasa puas karena harapan konsumen akan kinerja perusahaan bisa dicapai dengan baik, atas pengalaman yang didapat pelanggan akan menjadi kunci bagi perusahaan untuk mendapat pelanggan yang loyal (Subagio, 2012). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh El-adly & Eid (2016) mempunyai hasil bahwa perceived value mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap loyalitas pelanggan secara langsung maupun dimediasi oleh kepuasan pelanggan. Customer akan membeli sebuah produk/jasa yang ditawarkan jika harga yang harus dikeluarkan lebih kecil daripada Perceved Value dalam benak mereka. Customer akan menjadi loyal jika mereka menganggap value yang di deliver lebih dari pada Perceved Value dalam benak mereka. Customer Satisfaction adalah suatu tanggapan emosional pada evaluasi terhadap pengalaman konsumsi suatu produk atau jasa. Kepuasan pelanggan adalah tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja (atau hasil) yang ia rasakan dibandingkan dengan harapannya (Kotler & Keller, 2018). Pada dasarnya kepuasan pelanggan mencakup perbedaan antara harapan dan kinerja atau hasil yang didapatkan. Dasar bagi loyalitas pelanggan sejati terletak pada kepuasan pelanggan (Lovelock & Wirtz, 2010). Terciptanya kepuasan pelanggan dapat memberikan beberapa manfaat, diantaranya hubungan antara perusahaan dengan pelanggannya menjadi harmonis sehingga memberikan dasar yang baik bagi pembeli ulang dan terciptanya loyalitas pelanggan yang menguntungkan bagi perusahaan (Tjiptono, 2011). Suatu bisnis dikatakan berhasil apabila berhasil mendapatkan, mempertahankan, dan menumbuhkan pelanggan. Pelanggan yang melakukan pembelian berulang dan teratur dapat disebut dengan pelanggan yang loyal. Menurut Rajab et al. (2016), pelanggan dapat dikatakan loyal apabila menunjukkan perilaku loyal dan sikap loyal. Indikator kepuasan pelanggan menurut Atulkar & Kesari (2017) adalah adanya pemenuhan norma dan harapan pelanggan. Dengan hal tersebut pelanggan dapat dikatakan puas dan terjadi pembelian ulang yang merupakan salahsatu indikator loyalitas pelanggan. Kerangka konseptual penelitian ini disusun dengan menyambungkan hasil penelitian sebelumnya dengan kajian theory sehingga permasalahan dalam penelitian ini dapat diformulasikan dalam rumusan masalah yang selanjutnya diwujudkan menjadi sebuah model konseptual penelitian yang ditunjukan untuk menjawab hipotesis penelitian. Sehingga dalam penelitian ini muncul pengembangan konseptual yang terdiri dari variabel eksogen (eservice quality dan perceived value), variabel mediasi (customer satisfaction) dan variabel endogen (loyalty) sebagaimana dilihat pada gambar 3.1 berikut : e-service quality 3 1 6 Customer satisfaction 5 Loyalty 7 2 4 Perceived value Gambar 3. 1 Kerangka Konseptual Sumber : Dikembangkan untuk penelitian ini (2023) Keterangan : 1. Garis 1 : Pengaruh e-service quality terhadap customer satisfaction. Penelitian Dawi, Jusoh, Streimikis, & Mardani (2018); Ofosu-Boateng & Acquaye, (2020); Wilis & Nurwulandari (2020); Chang & Wang (2011); Deng, Lu, Kee Wei, & Zhang, 2010). Sheng & Liu, (2010); Slack & Sigh, (2019); Al-adwan and et al., (2019); Chang and et al., (2008); Jiang and et al., (2022); Al-dweeri and et al., (2018); Shelim Miah (2021); Ngatno and et al., (2021); Jameel and et al., (2023); Mashaqi and et al., (2020) 2. Garis 2 : Pengaruh perceived value Terhadap customer satisfaction. Peneltian Dean and et al., (2015); Yuhan Ge and et al., (2021); Ying-Feng Kuo and et al., (2009); Amqam and et al., (2019); El-Adly (2018); Chang and et al., (2008); Hui Wen Chuah and et al., (2014); Demir and et al., (2020) 3. Garis 3 : Pengaruh e-service quality Terhadap Loyalty. Penelitian Khan and et al., (2019); Ismail and et al., (2013); Sefnedi and et al., (2022); Pratiwi and et al., (2021); Jiang and et al., (2022); Chang and et al., (2008); Khan and et al., (2019); Sheng and et al., (2010); Slack and et al., (2019) 4. Garis 4 : Pengaruh perceived value terhadap Loyalty. Penelitian Chang and et al., (2008); El-Adly (2018); Amqam and et al., (2019); Nikhashemi and et al., (2016) 5. Garis 5 : Pengaruh Customer Satisfaction Terhadap Loyalty. Penelitian Aldweeri and et al., (2017); Shelim Miah and et al., (2021); Chang and et al., (2013); Jameel and et al., (2022); Mashaqi and et al., (2020); Safnedi and et al., (2022); Sheng and et al., (2010); Amqam and et al., (2019); El adly and et al., (2018) 6. Garis 6 : Pengaruh e-service quality Terhadap Loyalty Melalui Customer Satisfaction. Penelitian Sheng & Liu, (2010); Slack & Sigh, (2019); Al-adwan and et al., (2019); Chang and et al., (2008); Jiang and et al., (2022); Al-dweeri and et al., (2018); Shelim Miah (2021); Ngatno and et al., (2021); Jameel and et al., (2023); Mashaqi and et al., (2020) 7. Garis 7 : Pengaruh Perceived Value Terhadap Loyalty Melalui Customer Satisfaction. Penelitian Mariana and et al., (2022); Chang and et al., (2008); ElAdly (2018); dan Amqam and et al., (2019) 1.2 Hipotesis Penelitian Berdasarkan pada kerangka konseptual diatas, maka dapat disusun hipotesis untuk penelitian ini sebagai berikut : 1. Pengaruh E-Service Quality Terhadap Customer Satisfaction E-service quality merupakan layanan berbasis elektronik untuk memfasilitasi konsumen dalam berbelanja dengan manfaat lebih efisien baik dari segi waktu maupun biaya. E-service quality mengacu pada tingkat di mana situs web memungkinkan belanja, pembelian, dan pengiriman yang efektif dan sukses (Jameel and et al, 2022). Kualitas layanan seperti kontak antara manusia dan teknologi dan terdiri dari aspek pengalaman penilaian pra dan pasca layanan (Deans ad et al., 2015). Kualitas layanan elektronik menjadi sangat penting, tidak hanya untuk kesuksesan atau kegagalan pada penyedia jasa layanan online, tetapi juga untuk memberikan pengalaman online kepada pelanggan yang lebih dari sekedar interaksi berbagi informasi tetapi meningkatkan nilai pertukaran informasi internet (Al-Dweeri and et al., 2019). Komponen e-service quality dalm bisnis online merupakan hal yang harus diciptakan untuk membentuk kepuasan pelanggan (esatisfaction). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kualitas e-service dapat mempengaruhi kepuasan pelanggan baik secara langsung maupun tidak langsung (Dawi, Jusoh, Streimikis, & Mardani, 2018; Ofosu-Boateng & Acquaye, 2020). Ada juga hubungan positif antara kualitas layanan elektronik dan kepuasan elektronik (Wilis & Nurwulandari, 2020). Beberapa studi empiris lama menegaskan bahwa tingkat kualitas layanan yang lebih tinggi berhubungan dengan tingkat kepuasan pelanggan yang lebih tinggi (Chang & Wang, 2011; Deng, Lu, Kee Wei, & Zhang, 2010). Beberapa penelitian juga menunjukkan hubungan yang kuat dan positif antara e-service quality dan customer satisfaction yaitu penelitian Sheng & Liu, (2010); Slack & Sigh, (2019); Al-adwan and et al., (2019); Chang and et al., (2008); Jiang and et al., (2022); Al-dweeri and et al., (2018); Shelim Miah (2021); Ngatno and et al., (2021); Jameel and et al., (2023); Mashaqi and et al., (2020). Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat dikembangkan hipotesis pertama untuk penelitian ini, yaitu: H1 : E-Service Quality berpengaruh positif terhadap Customer Satisfaction 2. Pengaruh Perceived Value Terhadap Customer Satisfaction Schiffman dan Kanuk (2009) mendefinisikan perceived value sebagai penilaian keseluruhan konsumen terhadap kegunaan suatu produk berdasarkan persepsi dari apa yang diterima pelanggan. Meningkatnya persaingan online dan kemudahan dalam membandingkan, nilai yang dirasakan pelanggan dianggap sebagai elemen kunci untuk mempertahankan kepuasan dan loyalitas pelanggan (Amqam and et al., 2019). Nilai yang didapatkan oleh konsumen menjadi penentu terhadap kepuasan pelanggan, karena apabila kepuasan pelanggan melebihi biaya yang dikeluarkan maka akan semakin tinggi persepsi pelanggan atas nilai layanan yang akan menghasilkan kepuasan yang besar (Tam and et al., 2004). Setiap peningkatan atau penurunan biaya atau manfaat yang dicatat setelah pembelian membawa perubahan pada nilai yang dirasakan, sehingga meningkatkan atau menurunkan tingkat kepuasan pelanggan (Omar et al., 2011). Oleh karena itu, kepuasan pelanggan dapat didefinisikan dalam hal nilai yang dirasakan (Demirgunescedil, 2015). Untuk pengguna online, manfaat yang dirasakan mengacu pada seberapa mudah pengguna dapat mengakses layanan (Ayuni, 2019) dan biaya yang dirasakan oleh pengguna (Kim dan Stoel, 2004). Persepsi pelanggan untuk mendapatkan lebih banyak manfaat daripada biaya, akan menghasilkan pelanggan yang lebih puas (Vijay and et al., 2019). Pernyataan tersebut konsisten dengan penelitian Dean and et al., (2015); Yuhan Ge and et al., (2021); Ying-Feng Kuo and et al., (2009); Amqam and et al., (2019); El-Adly (2018); Chang and et al., (2008); Hui Wen Chuah and et al., (2014); Demir and et al., (2020) yang mengungkapkan bahwa perceived value memiliki dampak positif yang signifikan terhadap kepuasan konsumen. Dengan demikian, hipotesis kedua yang diajukan dalam penelitian ini adalah : H2 : Perceived Value berpengaruh positif terhadap Customer Satisfaction 3. Pengaruh E-Service Quality Terhadap Loyalty E-service quality akan menjadi bagian penting karena menjadi pembeda antara bisnis satu dengan bisnis lainnya. Pelaku bisnis akan berusaha memberikan pelayanan yang terbaik bagi konsumen, sebab pelayanan akan mempengaruhi loyalitas pelanggan terhadap perusahaan. Kotler dan Keller (2016) Mengekspresikan loyalitas adalah komitmen pelanggan terhadap suatu merek, toko, pemasok berdasarkan sikap yang sangat positif dan tercermin dalam pembelian berulang yang konsisten. Selain itu menurut Wirtz dan Lovelock (2011) e-service quality menunjukkan kemampuan sebuah website untuk menyediakan layanan yang dibutuhkan oleh pengguna atau user. Kualitas e-service berkaitan dengan kemampuan sistem dalam menyediakan data dan informasi yang sesuai bagi pengguna website, termasuk ketepatan dalam melakukan transaksi. Kualitas layanan juga berkaitan dengan sejauh mana sebuah website mampu melayani pengguna. Pengelolaan kualitas layanan website yang lebih baik akan mendorong peningkatan komitmen pelanggan untuk terus menggunakan website dan layanan. Keberhasilan organisasi yang berpusat pada pelanggan sangat bergantung pada penyediaan kualitas layanan yang unggul yang menciptakan nilai bisnis dan mengarah pada kepuasan dan loyalitas pelanggan (Makanyeza dan Mumiriki, 2015). Penelitian memperkuat bahwa kualitas layanan adalah prediktor kepuasan pelanggan (Su et al., 2016), secara positif mempengaruhi kepuasan pelanggan (Thaichon et al., 2014). Zhang et al., (2018) menyatakan bahwa e-service quality mempengaruhi e-customer loyalty pada online shopping. Penelitian Khan and et al., (2019); Ismail and et al., (2013); Sefnedi and et al., (2022); Pratiwi and et al., (2021); Jiang and et al., (2022); Chang and et al., (2008); Khan and et al., (2019); Sheng and et al., (2010); Slack and et al., (2019) mengungkap adanya pengaruh positif e-service quality dan Loyalty. Oleh karena itu, hipotesis berikut diformulasikan: H3 : e-Service Quality berpengaruh positif terhadap Loyalty 4. Pengaruh Perceived Value terhadap Loyalty Perceived value merupakan penilaian yang dilakukan oleh konsumen tentang manfaat yang diterima konsumen dengan pengorbanan yang dikeluarkan oleh konsumen. Sedangkan, customer loyalty merupakan perilaku komitmen yang telah tertanam pada benak konsumen untuk memilih dan menggunakan merek tersebut dalam jangka waktu yang panjang tanpa terpengaruh dengan merek sekitar. Oleh karena itu, perceived value atau nilai persepsi akan menjadi penentu utama loyalitas, karena apabila perceived value yang diterima oleh pelanggan itu baik maka akan semakin tinggi loyalitas pelanggan. Nilai yang dirasakan berkontribusi pada loyalitas bisnis elektronik dengan mengurangi kebutuhan individu untuk mencari penyedia layanan alternatif (Anderson dan Srinivasan, 2003). Dalam perdagangan elektronik, menawarkan biaya transaksi pelanggan yang rendah menciptakan nilai pelanggan, meningkatkan kinerja perusahaan dan berkontribusi pada persaingan keuntungan (Chircu dan Mahajan, 2006). Dengan kata lain, ketika nilai yang dirasakan rendah, pelanggan akan lebih cenderung beralih ke bisnis pesaing untuk meningkatkan nilai yang dirasakan, sehingga berkontribusi terhadap penurunan loyalitas (Anderson dan Srinivasan, 2003). Chang and et al., (2008); El-Adly (2018); Amqam and et al., (2019); Nikhashemi and et al., (2016) menyebutkan adanya pengaruh Perceived value terhadap loyalty. Dengan demikian, maka dirumuskan hipotesis keempat untuk penelitian ini, yaitu: H4 : Perceived Value berpengaruh positif terhadap Loyalty 5. Pengaruh Customer Satisfaction Terhadap Loyalty Kepuasan adalah penilaian dari pengalaman layanan pelanggan dan dinyatakan sebagai emosi positif, netral, atau negatif (Deans, 2015). Kepuasan pelanggan dianggap sebagai hasil aktual dari evaluasi pelanggan atas keseluruhan pengalaman pembelian dan konsumsi mereka dengan produk/layanan. Dastidar, dkk (2009) mengatakan bahwa e-customer satisfaction merupakan rangkaian reaksi yang dimiliki oleh pengguna pada saat menggunakan situs. Semakin positif pengalaman pelanggan pada suatu perusahaan, maka terdapat kemungkinan besar pelanggan itu membeli Kembali atau menggunakan kembali serta akan meyebutkan hal positif dari mulut ke mulut (Khadeem and et al., 2012), sehingga variabel customer satisfaction menjadi salah satu pemenuhan kebutuhan konsumen terhadap perasaan yang senang karena terkumpulnya perasaan senang terhadap pengalaman dalam bertransaksi dan menggunakan perusahaan media online. Kepuasan pelanggan sangat dipengaruhi oleh pengalaman pelanggan saat memperoleh dan menggunakan produk atau jasa. Oleh karena itu, memiliki pengalaman yang menyenangkan dan berkesan dapat membantu pelanggan mengembangkan sikap yang baik terhadap organisasi atau penjual dan, akibatnya, mendorong mereka untuk tetap setia dengan membeli dari mereka lagi (Al-Adwan, 2019). Hansen & Jonsson (2014) mengulas 45 artikel yang berkaitan dengan loyalitas, ditemukan bahwa lebih dari 30 artikel (lebih dari dua pertiga literatur) menganalisis dan memverifikasi hubungan antara loyalitas dan kepuasan, menekankan bahwa kepuasan pelanggan mampu meningkatkan loyalitas. Hal ini juga merupakan bukti kuat yang mendukung bahwa kepuasan pelanggan sebagai indikator penting loyalitas tidak dapat diabaikan dalam mengukur loyalitas. Penelitian Al- dweeri and et al., (2017); Shelim Miah and et al., (2021); Chang and et al., (2013); Jameel and et al., (2022); Mashaqi and et al., (2020); Safnedi and et al., (2022); Sheng and et al., (2010); Amqam and et al., (2019); El adly and et al., (2018) menyatakan bahwa ada pengaruh positif antara Customer Satisfaction dan Loyalitas. Dengan demikian, maka dirumuskan hipotesis kelima untuk penelitian ini : H5 : Customer Satisfaction berpengaruh positif terhadap Loyalty 6. Pengaruh E-Service Quality Terhadap Loyalty Melalui Customer Satisfaction Fenomena kualitas layanan elektronik atau e-service quality menjadi bagian penting dari kegiatan bisnis online, sehingga pelaku bisnis merancang strategi kualitas layanan elektronik dengan baik Gounaris, dkk (2010) menjelaskan bahwa kualitas layanan elektronik akan mempengaruhi kepuasan serta loyalitas pelanggan. Loyalitas seorang pelanggan dapat timbul karena merasa puas dengan apa yang diterimanya. Seorang pelanggan yang mendapatkan apa yang diinginkannya cenderung setia kepada perusahaan (David, 2018). Dengan kualitas pelayanan yang baik maka pelanggan akan merasa puas dan loyal. Dalam beberapa penelitian terdapat hubungan positif antara kepuasan pelanggan dan loyalitas pelanggan (Tam, 2012). Ketika pelanggan puas dengan suatu situs platform, mereka akan bersedia untuk lebih banyak berinteraksi Kembali dengan situs tersebut di masa mendatang dan menjadi pelanggan setia (Fang, et al., 2011). Loyalitas pelanggan sangat dibutuhkan oleh perusahaan karena tanpa adanya loyalitas pelanggan maka perusahaan tidak akan dapat berkembang dengan baik. Hasil penelitian (Zha, et al., 2006) menyatakan bahwa esatisfaction merupakan faktor penting yang berpera dalam membangun eloyalty. Semakin baik kualitas e-service maka akan meningkatkan tingkat loyalitas pelanggan. Namun dalam meningkatkan loyalitas customer, pelanggan harus dipuaskan terlebih dahulu. Penelitian Sheng & Liu, (2010); Slack & Sigh, (2019); Al-adwan and et al., (2019); Chang and et al., (2008); Jiang and et al., (2022); Al-dweeri and et al., (2018); Shelim Miah (2021); Ngatno and et al., (2021); Jameel and et al., (2023); Mashaqi and et al., (2020) menunjukkan bahwa customer satisfaction memediasi antara e-service quality dengan loyalty. Dengan demikian, hipotesis keenam yang diajukan dalam penelitian ini adalah : H6 : Customer Satisfaction Memediasi Pengaruh E-Service Quality Terhadap Loyalty 7. Pengaruh Perceived Value Terhadap Loyalty Melalui Customer Satisfaction Berbagai macam jenis bisnis online pada bidang startup pendidikan, menyadarkan bahwa perusahaan juga harus memahami nilai yang diinginkan memberikan oleh suatu konsumen. nilai sesuai Sehingga, dengan apa perusahaan yang dapat dibutuhkan pelanggannya. Terpenuhi atau tidaknya ekspetasi atau harapan terhadap nilai atau value expectation pada akhirnya akan mempengaruhi kepuasan dan loyalitas pada pelanggan. Pengukuran kepuasan pelanggan sering digunakan sebagai standar kinerja dan keunggulan bisnis (Leninkumar, 2017). Ketika pelanggan puas, mereka dapat berbagi pengalaman mereka dalam membeli produk atau jasa dengan orang lain. Menurut Meilatinova, (2021), kepuasan merupakan faktor penting terutama dalam konteks bisnis online yang dapat menimbulkan loyalitas. Sejumlah penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa loyalitas pelanggan dapat ditingkatkan melalui kepuasan pelanggan yang telah mengembangkan kebiasaan belanja online (Wu & Li, 2017). Studi sebelumnya telah menemukan bahwa kepercayaan pelanggan dapat dipengaruhi oleh nilai yang dirasakan (Özkan et al., 2020) serta kualitas relasional dari layanan online yang diberikan (Keshavarz & Jamshidi, 2018), karena pada akhirnya ketika pelanggan puas, itu dapat meningkatkan loyalitas yang akan meningkatkan keuntungan bagi perusahaan. Penelitian Mariana and et al., (2022); Chang and et al., (2008); El-Adly (2018); dan Amqam and et al., (2019) mengungkap customer satisfaction mampu memediasi pengaruh perceived value dan loyalitas. Hipotesis ketujuh untuk penelitian ini yaitu : H7 : Customer Satisfaction Memediasi Pengaruh Perceived Value Terhadap Loyalty 1.3 Definisi Operasional Variabel Penelitian 1. Klasifikasi Variabel Seperti yang elah dijelaskan sebelumnya, bahwa pada penelitian ini terdiri dari beberapa variabel yang dapat dikelompokan ke dalam variabel eksogen dan endogen. a. Variabel Eksogen Variabel eksogen merupakan variabel yang nilainya tidak dipengaruhi/ditentukan oleh variabel lain di dalam model. Dalam penelitian ini variabel eksogen terdiri dari e-service quality (X1) dan perceived value (X2). b. Variabel Mediasi Variabel mediasi atau intervening merupakan variabel penyela/antara yang terletak di antara variabel independen dan dependen, sehingga variabel independen tidak langsung mempengaruhi berubahnya atau timbulnya variabel dependen. Adapun variabel mediasi yang digunakan pada penelitian ini adalah customer satisfaction (X3). c. Variabel Endogen Variabel endogen merupakan variabel yang nilainya dipengaruhi/ditentukan oleh variabel lain di dalam model. Pada penelitian ini terdapat dua variabel endogen, yakni loyalty (Y). 2. Definisi Operasional Variabel Definisi operasional variabel yang digunakan dalam penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut : Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel No. 1 Variabel E-Service Quality Definisi Tingkat kinerja pelayanan elektronik yang dipersepsikan oleh pelanggan Zoom Indikator Indikator E-Service Quality menurut Parasuraman et al. (2005) ; Mukaram Ali Khan & Syed Sohaib Zubair (2019); Demir and et al., (2020); Bayad and et al., (2021) yaitu: No. Variabel 2 Perceived Value 3 Customer Satisfaction Loyalty Definisi untuk memenuhi kebutuhan dan keinginannya. Penilaian keseluruhan dari pelanggan Aplikasi Zoom berdasarkan persepsi pelanggan terhadap manfaat produk dan layanan. Sikap pelanggan setelah berbelanja menggunakan Aplikasi Zoom sebagai respon pelangggan terhadap evaluasi antara harapan dengan kinerja aktual layanan Aplikasi Zoom. Komitmen yang dipegang secara mendalam untuk membeli atau mendukung kembali atau kembbali menggunakan produk atau jasa dari aplikasi zoom, meski pengaruh situasi dan usaha pemasaran berpotensi menyebabkan pelanggan beralih. Sumber : Olahan Peneliti (2023) Indikator a. Efficiency b. System availability c. Fulfillment d. Privacy/ security Indikator Perceived Value menurut Slack and et al., (2020) yang dipakai pada penelitian ini adalah : a. Emotional Value b. Social Value c. Functional Value (Quality/Performance) d. Price/Value for Money Indikator Customer Satisfaction menurut Demir and et al., (2020); Al-dweeri and et al., (2018) Mukaram Ali Khan & Syed Sohaib Zubair (2019) yaitu : a. Kesesuaian Harapan b. Kepuasan Pelanggan Keseluruhan Empat indikator loyalitas menurut Chia-Hui Yen & Hsi-Peng Lu (2008); Al-dweeri and et al., (2018); AlAdwan and et al., (2019) adalah : a. Melakukan pembelian ulang b. Merekomendasikan kepada pihak lain c. Tidak berniat untuk pindah d. Membicarakan hal-hal positif BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Jenis dan Pendekatan Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif akan menguji suatu teori dengan cara merinci suatu hipotesis-hipotesis yang spesifik, lalu mengumpulkan data untuk mendukung atau membantah hipotesis-hipotesis tersebut. Pendekatan yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah pendekatan analisis kuantitatif berdasarkan informasi statistika. Pendekatan penelitian yang dalam menjawab permasalahan penelitian memerlukan pengukuran yang cermat terhadap variabelvariabel dari objek yang diteliti untuk menghasilkan kesimpulan yang dapat digeneralisasikan terlepas dari konteks waktu, tempat dan situasi. Creswell (2017) menyatakan bahwa pendekatan kuantitatif adalah pengukuran data kuantitatif dan statistik objektif melalui perhitungan ilmiah berasal dari sampel orang-orang atau penduduk yang diminta menjawab atas sejumlah pertanyaan tentang survey untuk menentukan frekuensi dan prosentase tanggapan mereka. Menurut Creswell (2017) dalam pendekatan kuantitatif ini penelitian akan bersifat pre-determinded, analisis data statistik serta interpretasi data statistik. Selain itu, penelitian kuantitatif menurut Sugiyono (2017) adalah sebagai berikut: Metode kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme. Metode ini digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan. Berdasarkan pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa pendekatan kuantitatif merupakan suatu pendekatan di dalam penelitian untuk menguji hipotesis dengan menggunakan uji data statistik yang akurat. 4.2 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan Universitas Brawijaya Malang. Berikut ini adalah alasan pemilihan objek penelitian ini : a. Zoom Merupakan Platform yang paling banyak digunakan (Kumparan.com ,2020) b. Penelitian ini akan dilakukan di Kota Malang yang merupakan Kota Pendidikan (Okezone.com, 2020). c. Selain itu penelitian ini akan dilakukan pada pengguna Zoom di Kampus Univetsitas Brawijaya Malang yang merupakan Kampus Nomer 1 di Malang dan Nomer 3 di Indonesia (Detik.com, 2023). 4.3 Populasi dan Sampel a. Populasi Populasi merupakan sekumpulan objek dengan karakteristik serupa, yang menjadi pusat perhatian dalam sebuah penelitian (Ferdinand, 2014). Populasi dalam penelitian ini adalah Mahasiswa Universitas Brawijaya yang menggunakan Zoom. b. Sampel Sampel terdiri atas sejumlah angka yang dipilih dari populasi (Sekaran, 2011). Menurut Sekaran (2011) sampel adalah sebagaian untuk di ambil dari keseluruhan obyek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi. Menurut (Hair et al., 2014) besarnya jumlah sampel yang akan digunakan dapat diketahui dengan cara jumlah indikator dikalikan sepuluh. Menurut Ferdinand (2014) ukuran sampel minimal untuk analisis PLS adalah 100 sampai 200. Dengan menggunakan dasar tersebut, maka sampel yang diambil berjumlah 100 responden. Kriteria yang harus dipenuhi pada sampel penelitian ini yaitu: 1) Mahasiswa Universitas Brawijaya yang Melaksanakan Perkuliahan Online 2) Pengguna Zoom 3) Berdomisili di Malang 4) Pengguna Zoom berusia 20 Tahun keatas, yang termasuk kategori remaja. 5) Pengguna Zoom telah menggunakan layanan Zoom selama kurun waktu lebih dari 6 (enam) bulan. 4.4 Data dan Sumber Data a. Jenis Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari data primer dan data sekunder. Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari responden melalui jawaban dari kuesioner dan observasi, sumber data primer adalah responden individu, kelompok fokus, internet juga dapat menjadi sumber data primer jika kuesioner disebarkan melalui internet (Sekaran, 2011). Data primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah data tentang tanggapan responden yang berhubungan dengan variabel yang diteliti. Data Sekunder menurut Sugiyono (2017) merupakan sumber data yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya melalui orang lain atau lewat dokumen. Sumber data sekunder merupakan sumber data pelengkap yang berfungsi melengkapi data yang diperlukan data primer. Untuk data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah Jumlah pengguna Zoom, Jumlah Marketshare Zoom, Permasahan E-Service Quality Zoom, Jurnal, dan Buku yang berkaitan dengan E-Service Quality, Perceived Value, Customer Satisfaction, Loyalty. b. Pengumpulan Data Metode Pengumpulan Data merupakan teknik atau cara yang dilakukan untuk mengumpulkan data. Metode menunjuk suatu cara sehingga dapat diperlihatkan penggunaannya melalui angket, wawancara, pengamatan, tes, dokumentasi dan sebagainya. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah melalui penyebaran kuesioner. Angket / kuesioner adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan kepada orang lain yang dijadikan responden untuk dijawabnya. Penyebaran kuesioner ini dilakukan secara online kepada mahasiswa Universitas Brawijaya Malang 4.5 Instrumen Penelitian Semua penelitian melibatkan pengumplan data untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan dalam penelitian tersebut. Umumnya peneliti menggunakan instrumen untuk mengumpulkan data penelitian. Sugiyono (2017) menyebutkan bahwa instrument merupakan alat alat yang memenuhi persyaratan akademis sehingga dapat digunakan sebagai alat untuk mengukur suatu objek atau mengumpulkan data mengenai suatu variabel penelitian. Instrument dapat berbentuk tes dan juga non tes, namun untuk memperoleh sampel tingkah laku dari ranah kognitif digunakan tes. Instrumen dalam penelitian ini menggunakan kuesioner. Instrumen penelitian dengan menggunakan kuesioner dilakukan dengan cara yaitu kuesioner yang diberikan secara pribadi kepada responden (personality Administering Questionnaires to Groups of Individuals) Sedangkan pengukuran dalam kusioner dilakukan dengan menggunakan 5 poin skala likert. Responden diberikan pertanyaan mengenai seberapa besar pendapat mereka atas pertanyaan-pertanyaan tersebut dengan menggunakan skala likert 1-5, dimana jawaban poin 1 menunjukkan skala yang sangat tidak setuju dan jawaban poin 5 menunjukkan skala yang sangat setuju. Penilaian tingkat setuju dan tidak setuju akan diukur dengan lima tingkatan, yang terdiri dari : 1. 2. 3. 4. 5. Sangat Setuju (SS) Setuju (S) Netral (N) Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju (STS) =5 =4 =3 =2 =1 4.6 Alat Analisis dan Pengujian Hipotesis Analisis kuantitatif digunakan sebagai metode analisis dalam penelitian ini. Analisis kuantitatif adalah bentuk analisis dimana pengajiannya berupa angka-angka yang dapat di ukur dan di hitung. Adapun skala likert dipakai dalam pengukuran variabel pada penelitian ini. Skala likert digunakan untuk mengukur sikap seseorang terhadap suatu objek sikap (Krisyanto, R., 2014). Data yang diperoleh dari responden kemudian diolah dengan menggunakan Structural Equation Modeling (SEM). SEM dipilih karena memiliki karakter analisis yang bersifat menegaskan (confirm). a. Analisis Statistik Deskriptif Untuk memberikan gambaran tentang data demografi responden serta mengetahui distribusi frekuensi absolut yang menunjukkan angka rata-rata, median dan standart deviasi, analisis statistik deskriptif dilakukan pada penelitian ini. b. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Validitas instrumen penelitian pada penelitian ini didasarkan pada validitas kriteria dan diuji dengan korelasi product moment pearson. Instrumen penelitian dapat dikatakan valid jika memiliki koefisien korelasi lebih besar atau sama dengan 0.30 (r ≥ 0.30) antara indikator dengan total indikator. Adapun uji realibilitas instrument akan diuji dengan koefisien Alpha Cronbach dengan didasarkan pada reliabilitas internal konsistensi. Instrumen penelitian dikatakan reliabel jika memiliki koefisien Alpha Cronbach lebih besar atau sama dengan 0.60 (α ≥ 0.60). Tabel 4. 1 Tabel Nilai Cronbach’s Alpha Nilai Cronbach’s Alpha 0.0 – 0.20 >0.20 – 0.40 >0.40 – 0.60 >0.60 – 0.80 >0.80 – 1.00 Tingkat Keandalan Kurang Baik Agak Baik Cukup Baik Baik Sangat Baik Sumber : Hair et al., (2014) c. Analisis PLS (Partial Least Square) Analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah PLS (Partial Least Square) yaitu SEM yang berbasis komponen atau varian. Teknik ini digunakan untuk menguji hubungan kasual logis antar variabel dalam kondisi non eksperimental. Pada PLS – SEM, estimasi parameter dikategorikan menjadi tiga. Pertama adalah weight estimate (estimasi bobot skor) yang digunakan untuk mencari skor dari variabel laten. Kedua adalah path estimate (estimasi jalur), yang digunakan untuk menghubungkan variabel laten dan antar variabel disertai blok indikator yang terdapat didalamnya. Kemudian yang ketiga adalah berkaitan dengan means dan lokasi parameter untuk tiaptiap indikator dan juga variabel laten. Adapun model evaluasi dari teknik SEMPLS ini dilakukan dengan menilai outer model dan inner model. Model Pengukuran (outer model) Evaluasi (outer model) untuk mengukur validitas dan reliabilitas dari sebuah model. Secara spesifik, uji yang dilakukan pada evaluasi outer model adalah sebagai berikut : a. Convergent Validity. Nilai convergent validity dapat diperoleh berdasarkan nilai loading factor pada variabel laten dengan indikator-indikatornya. Indikator dikatakan valid, jika koefisien loading factor > 0,6 b. Discriminant Validity. Nilai discriminant validity adalah nilai cross loading factor yang digunakan untuk mengetahui suatu konstruk memiliki diskriminan yang memadai. Nilai tersebut memiliki syarat yakni perbandingan nilai loading pada konstruk yang dituju lebih besar dibandingkan nilai loading konstruk yang lain c. AVE (Average Variance Extracted). Metode lain untuk memperoleh nilai discriminant validity dapat diperoleh dengan membandingkan nilai akar AVE setiap konstruk dengan korelasi antara konstruk lain dalam model. Nilai discriminant validity dikatakan baik jika nilai akar AVE setiap konstruk lebih besar daripada nilai korelasi konstruk lain dalam sebuah model. Standar niali AVE yang diharapkan adalah > 0.5. d. Composite Realibility. Uji reliabiitas digunakan untuk menguji keakuratan dan konsistensi keseluruhan instrument dalam pengukuran konstruk. Uji reliabilitas dilakukan dengan dua cara yakni composite reliability dan cronbach’s alpha. Nilai yang diharapkan untuk kedua cara ini adalah > 0.5. Model Struktural (inner model) Model struktural (Inner Model) digunakan untuk memprediksi hubungan kausalitas antar variabel laten (J. Hartono & Abdillah, 2009). Evaluasi dari model ini dapat dilihat dari tiga indikator, yaitu : a. Koefisien R² (R-Square). Nilai R² digunakan untuk mengukur besar kecilnya pengaruh variabel eksogen terhadap variabel endogen. jika nilai R² sebesar 0,75; 0,5; dan 0,25, maka dapat disimpulkan model tersebut berturut- turut kuat, moderat, dan lemah. b. Predictive Relevance (Q²) Nilai Q² menunjukkan tingkatan nilai observasi yang dihasilkan dari model penelitian. Nilai Q² memiliki rentang antara 0 sampai dengan 1. Sedangkan kriteria model berdasarkan nilai Q² adalah 0,35 (kuat); 0,15 (moderat); dan 0,02 (lemah). c. Goodness of Fit Index (GoF) Koefisien GoF menunjukkan pengukuran tingkat ketepatan suatu model. Koefisien ini memiliki rentang nilai 0 sampai dengan 1. Semakin mendekati nilai 1 maka tingkat keakuratannya semakin tinggi. Standar nilai pengukuran GoF yaitu 0,36 (besar); 0,25 (sedang); 0,1 (lemah) Pengujian Hipotesis Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan analisis PLS yakni resampling botstrapping. Langkah awal yang digunakan adalah uji statistik dimana yang digunakan adalah uji-t dengan angka kritis t-statistik > ttabel dengan nilai (5%), sehingga hipotesis yang diajukan diterima. Kemudian setelah itu, nilai t- statistik pada tampilan output bootstrapping SmartPLS dibandingkan dengan nilai t-table. Jika nilai t-statistik lebih tinggi (>1,978) dibandingkan nilai t-table, maka hipotesis tersebut didukung. Pengujian Mediasi Uji mediasi pada dasarnya digunakan untuk menguji intervensi dari variable mediasi apakah berpengaruh sebagian (Partial Mediation), keseluruhan (Complete Mediation) atau tidak sama sekali. Mengacu pada metode (Baron & Kenny, 1986) terdapat empat langkah yakni sebagai berikut : a. Memeriksa pengaruh variabel independen terhadap variabel mediasi b. Memeriksa pengaruh variabel dependen terhadap variabel mediasi c. Memeriksa pengaruh variabel independen terhadap dependen tanpa melibatkan variabel mediasi d. Memeriksa pengaruh variabel independen terhadap dependen dengan melibatkan variabel mediasi. DAFTAR PUSTAKA Abdullah, F. (2006). The development of HEdPERF : a new measuring instrument of service quality for the higher education sector. November, 569–581. https://doi.org/10.1111/j.1470-6431.2005.00480.x