Stoikisme: Filsafat Kuno yang Masih Relevan atau Sudah Usang? Adisti Irtifa Amalia 185221064 adisti.tifa.amalia-2022@fst.unair.ac.id Mahasiswa Program Studi Teknik Biomedis Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga Pengiriman ke-1 Media Kompasiana https://www.kompasiana.com/adisti95379/646ce97737cb2a6c5a7acdb2/stoikisme-filsafat-ku no-yang-masih-relevan-atau-sudah-usang Tanggal Pengiriman 23 Mei 2023 Uraian Artikel Stoikisme atau filsafat stoa berasal dari Athena, Yunani pada awal abad ketiga sebelum masehi. Filosofi ini didirikan oleh seorang pedagang kaya dari Siprus (sebuah pulau di Selatan Turki) bernama Zeno. Filsafat ini dianut oleh sekelompok orang yang dikenal sebagai “kaum Stoa”. Sebagai sebuah filsafat, Stoikisme bisa melengkapi cara kita menjalani hidup. Stoikisme mengandung banyak ajaran dan nilai-nilai universal yang mungkin kita dengar dari filosofi lain, nilai budaya, atau agama. Tujuan utama dari filsafat stoa adalah hidup dengan emosi negatif yang terkendali, dan hidup dengan kebajikan (virtue/arete) atau bagaimana kita hidup sebaik-baiknya seperti seharusnya kita menjadi manusia. Ada beberapa alasan dari beberapa pendapat mengapa Stoikisme masih relevan. Pertama, bagi para ahli filsafat Yunani dan Hellenistik, ajaran Platonisme Aristotelisme, Sinisme, Epikurisme, dan Filsafat Stoa sering disebut sebagai aliran-aliran yang mengajarkan jalan hidup atau way of life. Kedua, karena jalan hidup. orang dari zaman kapan pun bisa membaca dan mengambil inspirasi dari filsafat stoa. Alasan lainnya yaitu yang pertama, prinsip Stoikisme yang menekankan pada kekuatan jiwa dan ketahanan mental sangat penting dalam menghadapi berbagai tantangan hidup. Di dunia yang terus berubah dan penuh tekanan, kemampuan untuk mengendalikan emosi dan pikiran menjadi aset yang tak ternilai untuk menjaga keseimbangan hidup. Kedua, Stoikisme juga mengajarkan pentingnya hidup sederhana dan tidak terikat pada materi. Hal ini sangat penting dalam dunia sekarang ini, manusia seringkali terjebak pada suatu hal yang berlebihan dan tuntutan gaya hidup yang mahal. Dengan hidup sederhana, kita dapat memperoleh kebahagiaan yang berasal dari dalam diri kita sendiri. Ketiga, konsep “cosmopolitanism” dalam stoikisme juga sangat relevan di era globalisasi saat ini. Dalam dunia yang semakin terhubung, kita perlu menghargai perbedaan dan membangun hubungan yang harmonis dengan orang lain dari berbagai latar belakang budaya dan agama. Konsep “cosmopolitanism” dalam stoikisme mengajarkan tentang pentingnya menghargai orang lain tanpa memandang perbedaan yang ada. Di dalam artikel “Why Stoicism Matters Today”, Kare Anderson juga menyebutkan beberapa alasan mengapa Stoisisme tetap relevan di masa kini. Alasannya yaitu Stoikisme ditulis untuk menghadapi masa sulit, Stoikisme dibuat untuk globalisasi dan Stoikisme adalah filsafat kepemimpinan. Namun, meskipun Stoikisme memiliki banyak nilai yang masih relevan di masa kini, ada beberapa kritik terhadap filsafat ini. Beberapa menemukan filosofi Stoic terlalu banyak pengendalian diri dan terlalu sedikit pembahasan mengenai pentingnya emosi dalam hidup. Selain itu, beberapa orang percaya bahwa Stoikisme terlalu idealis dan tidak mampu menghadapi kompleksitas dunia yang kompleks. Terlepas dari kritik terhadap Stoikisme, hal ini tidak mengurangi kegunaannya sebagai filosofi kehidupan. Stoikisme dapat membantu kita mengembangkan kemampuan untuk mengendalikan emosi dan pikiran kita, hidup sederhana, dan membangun hubungan yang harmonis dengan orang lain. Meski mungkin tidak sempurna, Stoikisme tetap memberikan kontribusi besar bagi perkembangan filosofi hidup dan dapat membantu kita menemukan makna hidup. Singkatnya, Stoikisme adalah filosofi kehidupan kuno yang masih relevan hingga saat ini karena banyak nilai yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Terlepas dari kritik terhadap Stoikisme, hal ini tidak mengurangi kegunaannya sebagai cara hidup yang bermanfaat dan menginspirasi. Lampiran