Uploaded by Seni Purnamasari I94I0III7

Kelompok 3 Gizi Di Sekolah

advertisement
GIZI DI SEKOLAH
MAKALAH
Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Gizi Sektor Informal
Dosen Pengampu : Neni., S.ST., M.Kes
Oleh :
Alma Aulia Anwar
194101056
Dea Silvia
194101065
Doni Andriyanto
194101049
Nely Widya Astuti
194101063
Nidhau Rachmah
194101051
Salwa Tsania Nisa
194101060
Sarah Bilqis
194101057
Shofa Nursifah
194101064
Seni Purnamasari
194101117
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS SILIWANGI
TASIKMALAYA
2021
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah swt. karena atas berkat
rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini,tak lupa
selawat serta salam semoga tetap tercurah kepada nabi Muhammad saw., kepada
keluarganya,kepada sahabatnya dan kita sebagai umatnya yang setia hingga akhir
zaman.
Makalah ini berjudul “Gizi Di Sekolah”. Gizi yang baik pada anak
sekolah merupakan investasi suatu bangsa, karena di tangan generasi muda bangsa
dapat melanjutkan pembangunan yang berkesinambungan.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Neni., S.ST., M.Kes selaku
dosen Mata Kuliah Gizi Sektor Informal yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah wawasan sesuai dengan bidang studi yang penulis
tekuni. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi pengetahuannya sehingga dapat menyelesaikan makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari keterbatasan kemampuan
dan pengetahuan sehingga penyusunan makalah ini masih jauh dari memadai dan
dari kesempurnaan.Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang
bersifat membangun sebagai bekal tambahan dimasa yang akan datang.
Akhirnya penulis berharap makalah ini bisa bermanfaat bagi penulis
khususnya,umumnya bagi semua dan semoga amal ibadah kita diterima Allah swt.
Aamiin.
Tasikmalaya, September 2021
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ......................................................................................... i
DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii
BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................... 1
A. Latar Belakang .......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 3
C. Tujuan ....................................................................................................... 3
D. Manfaat ..................................................................................................... 3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 5
A. Gizi ............................................................................................................ 5
B. Sekolah ...................................................................................................... 10
C. Pemenuhan Gizi Di Sekolah ..................................................................... 15
D. Pengelolaan Gizi Di Sekolah .................................................................... 21
BAB 3 PEMBAHASAN ...................................................................................... 24
A. Permasalahan Gizi Di Sekolah .................................................................. 24
B. Upaya Penanganan Masalah Gizi Di Sekolah ........................................... 26
BAB 4 SIMPULAN DAN SARAN ..................................................................... 30
A. Simpulan ................................................................................................... 30
B. Saran .......................................................................................................... 30
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 31
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Saat ini, sekolah merupakan salah satu faktor lingkungan yang
mempengaruhi status gizi anak sekolah. Status gizi merupaakan faktor penentu
kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), seseorang tidak dapat mengembangkan
kapasitas yang dimilikinya secara optial jika status gizinya kurang. Di sektor
kesehatan, masalah gizi pada anak usia sekolah menjadi salah satu beban yang
belum terselesaikan.
Anak sekolah merupakan investasi bangsa karena mereka adalah generasi
penerus yang akan meneruskan kualitas bangsa di masa yang akan datang.
Anak usia sekolah dapat digambarkan sebagai anak berumur 4-6 tahun sebagai
usia pra-sekolah atau taman kanak-kanak (TK), dan usia 7-18 tahun sebagai
anak usia sekolah. Tumbuh kembang anak usia sekolah yang optimal antara
lain dipengaruhi oleh jumlah dan kualitas asupan gizi yang diberikan dalam
makanannya. Anak usia sekolah tumbuh dengan kecepatan genetis masingmasing, dengan perbedaan tinggi badan yang sudah mulai tampak. Beberapa
anak terlihat relatif lebih pendek atau lebih tinggi.
Gizi yang baik pada anak sekolah merupakan investasi suatu bangsa,
karena di tangan generasi muda bangsa dapat melanjutkan pembangunan yang
berkesinambungan. Sedangkan kekurangan gizi pada siswa di sekolah akan
mengakibatkan anak menjadi lemah, cepat lelah, dan sakit-sakitan, sehingga
anak menjadi sering absen serta mengalami kesulitan untuk mengikuti dan
memahami pelajaran dengan baik. Banyak siswa yang terpaksa mengulang di
kelas yang sama atau bahkan meninggalkan sekoah (dropout) sebagai dampak
kurang gizi (WNPG, 1998). Hal ini merupakan hambatan yang serius untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa melalui pendidikan.
Selama ini yang kita ketahui bahwa banyak anak-anak sekolah yang hanya
makan makanan jajanan ringan dalam jumlah yang banyak sehingga
mengakibatkan anak sakit. Makanan jajanan boleh diberikan hanya sebagai
selingan, namun makanan tersebut harus mengandung zat gizi yang
dibutuhkan. Salah satu media perbaikan gizi yang baik di sekolah adalah
1
2
dengan adanya kantin yang sehat. Apabila setiap kantin di sekolah dapat
dijadikan media pembelajaran, maka penanaman perilaku makan yang baik
sejak usia dini adalah suatu kebutuhan yang mendasar. Namun, sangat
disayangkan, berdasarkan hasil penelitian dari sekolah yang memiliki kantin,
sebesar 84,30% kantinnya belum memenuhi syarat kesehatan dan masih
banyaknya ditemukan pangan jajanan anak sekolah yang tidak memenuhi
persyaratan mutu kebersihan, kesehatan, dan keamanan, sehingga dapat
menimbulkan dampak yang tidak baik bagi kesehatan siswa.
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018
menunjukkan masih tingginya kejadian masalah gizi pada anak usia 5-12
tahun. Dimana prevalensi status gizi berdasarkan IMT/U adalah sebagai
berikut, sangat kurus 2,4%, kurus 6,8%, gemuk 10,8%, dan obesitas sebesar
9,2%.
Anak usia sekolah merupakan kelompok yang rawan, khususnya berada
dalam masa pertumbuhan dan perkembangan, karena peluang pada masa ini
perkembangan anak sangat berharga dan merupakan peletak dasar bagi
perkembangan selanjutnya.. Perbaikan gizi anak usia sekolah sangat penting
karena mereka sedang mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang cukup
pesat sehingga memerlukan kebutuhan gizi yang meningkat.
Sebagai seorang pendidik di sekolah harus memperhatikan pertumbuhan
dan perkembangan peserta didik, salah satunya dengan mengontrol makanan
yang dimakan. Pembelajaran pengenalan makanan bergizi di sekolah
memberikan peran penting untuk pengetahuan dan pengaruh pola hidup seharihari anak. Melalui pengenalan dan pemahaman makanan bergizi dapat
membiasakan peserta didik untuk mengkonsumsi makanan bergizi setiap hari.
Guru sebagai tenaga pendidik dalam proses belajar-mengajar mempunyai
pengaruh terhadap anak-anak didiknya yang kadang-kadang lebih dipatuhi
daripada orang tua. Sehingga sangat diperlukan pendidikan di sekolah
mengenai pemenuhan kebutuhan gizi agar anak-anak di sekolah menjadi sehat
dan cerdas.
Dalam rangka mencapai status gizi yang baik pada anak sekolah
diperlukan upaya-upaya yang nyata dalam pemenuhan kebutuhan zat gizinya.
3
Kebutuhan utama yang harus diperhatikan adalah terutama kebutuhan energi
dan protein, disamping zat gizi lainnya. Penanaman pola makan gizi seimbang
harus dilaksanakan pada anak sekolah.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis merumuskan rumusan masalah
sebagai berikut.
1. Apakah yang dimaksud dengan gizi?
2. Apa yang dimaksud sekolah?
3. Apa yang dimaksud dengan anak usia sekolah?
4. Bagaimana pemenuhan gizi di sekolah?
5. Bagaimana pengelolaan gizi di sekolah?
6. Bagaimana permasalahan gizi di sekolah?
7. Bagaimana upaya penanganan masalah gizi di sekolah?
C. Tujuan
Sejalan dengan rumusan masalah di atas, makalah ini disusun dengan
tujuan sebagai berikut:
1. Mengetahui dan mendeskripsikan pengertian gizi
2. Mengetahui dan mendeskripsikan pengertian sekolah
3. Mengetahui dan mendeskripsikan pengertian anak usia sekolah
4. Mengetahui dan mendeskripsikan pemenuhan gizi di sekolah
5. Mengetahui dan mendeskripsikan pengelolaan gizi di sekolah
6. Mengetahui dan mendeskripsikan permasalahan gizi di sekolah
7. Mengetahui dan mendeskripsikan upaya penanganan masalah gizi di
sekolah
D. Manfaat
Makalah ini disusun dengan harapan memberikan kegunaan baik secara
teoritis maupun secara praktis.
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis makalah ini diharapkan mampu memberikan
manfaat ilmu pengetahuan di bidang ilmu kesehatan mengenai
pengelolaan gizi di sekolah.
2. Manfaat Praktis
4
a. Bagi Penulis
Memberikan manfaat untuk memperdalam pengetahuan dan
konsep
keilmuan
khususnya
pengetahuan
mengenai
pengelolaan gizi di sekolah.
b. Bagi Pembaca/Dosen
Memberikan manfaat sebagai media informasi mengenai
pengelolaan gizi di sekolah baik secara teoritis maupun secara
praktis.
c. Bagi Institusi Sekolah
Hasil dari makalah ini dapat dijadikan sebagai bahan
referensi bagi institusi-institusi terkait terutama institusi
sekolah dalam meningkatkan perbaikan gizi di sekolah.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
A. Gizi
1. Pengertian Gizi
Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang
dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi,
penyimpanan, metabolisme, dan pengeluaran, zat-zat yang tidak digunakan
untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan, dan fungsi normal dari
organ-organ, serta menghasilkan energi. Kata gizi meupakan kata yang
relatif baru dikenal sekitar tahun 1857. Kata gizi berasal dari Bahasa Arab
Ghidza yang memiliki arti makanan. Dalam Bahasa Inggris, food
menyatakan arti makanan, pangan, bahan makanan (Kuspriyanto Susilowati,
2016).
2. Status Gizi
a. Pengertian Status Gizi
Menurut Suhardjo (1983), status gizi adalah keadaan tubuh sebagai
akibat dari pemakaian, penyerapan dan penggunaan makanan. Makanan
yang memenuhi gizi tubuh umumnya membawa ke status gizi
memuaskan. Sebaliknya, jika kekurangan atau kelebihan zat gizi esensial
dalam makanan untuk jangka waktu yang lama disebut dengan gizi salah.
Manifestasi gizi salah dapat berupa gizi kurang atau gizi lebih.
Gizi diartikan sebagai zat kimia yang terdapat dalam makanan
yang diperlukan manusia untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan. Sampai saat ini dikenal kurang lebih ada 45 jenis zat gizi dan
sejak akhir tahun 1980-an dikelompokkan keadaan gizi makro yaitu zat
gizi sumber energi berupa karbohidrat, lemak dan protein dan zat gizi
mikro yaitu vitamin dan mineral.
Keadaan dikatakan pada tingkat optimal jika jaringan tubuh jenuh
oleh semua zat gizi, maka disebut status gizi optimal. Kondisi ini
memungkinkan tubuh terbebas dari penyakit dan mempunyai daya tahan
yang tinggi. Apabila konsumsi gizi makanan pada seseorang tidak
5
6
seimbang dengan kebutuhan tubuh makan akan terjadi kesalahan gizi
yang mencakup kelebihan dan kekurangan zat gizi.
b. Penilaian Status Gizi
Penilaian status gizi menurut Supariasa (2001) dibagi atas:
1) Penilaian Status Gizi Secara Langsung
Penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi empat
yaitu: antropometri, klinis, biokimia dan biofisik.
a) Antropometri
Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh manusia.
Ditinjau dari sudut pandang gizi, maka antropometri gizi
berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh
dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi.
Antropometri
secara
umum
digunakan
untuk
melihat
ketidakseimbangan asupan protein dan energi. Ketidakseimbangan
ini terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh
seperti lemak, otot dan jumlah air dalam tubuh.
b) Klinis
Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting
untuk menilai status gizi masyarakat. Metode ini didasarkan atas
perubahan-perubahan yang terjadi yang dihubungkan dengan
ketidakcukupan zat gizi. Hal ini dapat dilihat pada jaringan epitel
seperti kulit, mata, rambut dan mukosa oral atau pada organ-organ
yang dekat dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid.
Penggunaan metode ini umumnya untuk survey klinis
secara cepat. Survey ini dirancang untuk mendeteksi secara cepat
tanda klinis umum dari kekurangan salah satu atau lebih zat gizi.
Disamping itu digunakan untuk mengetahui tingkat status gizi
seseorang dengan melakukan pemeriksaan fisik yaitu tanda dan
gejala atau riwayat penyakit.
c) Biokimia
Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan
spesimen yang diuji secara laboratories yang dilakukan pada
7
berbagai macam jaringan tubuh. Jaringan tubuh yang digunakan
antara lain : darah, urin, tinja dan juga beberapa jaringan tubuh
seperti hati dan otot. Metode ini digunakan untuk suatu peringatan
bahwa kemungkinan akan terjadi keadaan malnutrisi yang lebih
parah lagi. banyak gejala klinis yang kurang spesifik, maka
penentuan kimia dapat lebih banyak menolong untuk menentukan
kekurangan gizi yang spesifik.
d) Biofisik
Penentuan status gizi secara biofisik adalah metode
penentuan status gizi dengan melihat kemampuan fungsi dan
melihat perubahan struktur dari jaringan. Umumnya dapat
digunakan dalam situasi tertentu seperti kejadian buta senja
epidemik. Cara yang digunakan adalah adaptasi gelap.
2) Penilaian Status Gizi Secara Tidak Langsung
Penilaian status gizi secara tidak langsung dapat dibagi tiga yaitu :
survey konsumsi makanan, statistik vital dan faktor ekologi.
Pengertian dan penggunaan metode ini akan diuraikan sebagai berikut:
a) Survey Konsumsi Makanan
Survey konsumsi makanan adalah metode penentuan status
gizi secara tidak langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat
yang dikonsumsi. Pengumpulan data konsumsi makanan dapat
memberikan gambaran tentang konsumsi berbagai zat gizi pada
masyarakat,
keluarga
dan
individu.
Survey
ini
dapat
mengidentifikasikan kelebihan dan kekurangan zat gizi.
b) Statistik Vital
Pengukuran status gizi dengan statistik vital adalah dengan
menganalisis data beberapa penyebab tertentu dan data lainnya
yang berhubungan dengan gizi. Penggunaannya dipertimbangkan
sebagai bagian dari indikator tidak langsung pengukuran status gizi
masyarakat.
c) Faktor Ekologi
8
Bengoa mengungkapkan bahwa malnutrisi merupakan
masalah ekologi sebagai hasil interaksi bebrapa faktor fisik,
biologis dan lingkungan budaya. Jumlah makanan yang tersedia
sangat tergantung dari keadaan ekologi seperti iklim, tanah, irigasi
dan lain-lain. Pengukuran faktor ekologi dipandang sangat penting
untuk mengetahui penyebab malnutrisi di suatu masyarakat sebagai
dasar untuk melakukan program intervensi gizi.
3. Fungsi Gizi
Berdasarkan fungsinya zat gizi digolongkan kedalam “Triguna
Makanan” yakni sebagai berikut:
a. Sumber zat tenaga, yaitu padi-padian dan umbi-umbian serta tepungtepungan, seperti beras, jagung, umbi-umbian, kentang, sagu, roti, dan
makanan yang mengandung sumber zat tenaga untuk menunjang
aktivitas sehari-hari.
b. Sumber zat pengatur, yaitu sayuran dan buah-buahan. Zat pengatur
mengandung berbagai vitamin dan mineral yang berperan untuk
melancarkan bekerjanya fungsi organ tubuh.
c. Sumber zat pembangun, yaitu kacang-kacangan, makanan hewani, dan
hasil olahannya. Makanan sumber zat pembangun yang berasal dari
nabati adalah kacang-kacangan, tempe, dan tahu. Sedangkan makanan
sumber zat pembangun yang berasal dari hewan adalah telur, ikan, ayam,
daging, susu, serta hasil olahannya. Zat pembangun berperan sangat
penting untuk pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan seseorang.
Berdasarkan jumlah yang dibutuhkan oleh tubuh, zat gizi terbagi
ke dalam dua golongan, yaitu sebagai berikut:
1) Zat Gizi Makro
Zat Gizi Makro adalah makanan utama yang membina tubuh dan
memberi energi. Zat gizi makro dibutuhkan dalam jumlah besar
dengan satuan gram (g). Zat gizi makro terdiri atas karbohidrat,
lemak, dan protein.
2) Zat Gizi Mikro
9
Zat Gizi Mikro adalah komponen yang diperlukan agar zat gizi
makro dapat berfungsi dengan baik. Zat gizi mikro dibutuhkan dalam
jumlah kecil atau sedikit, tetapi ada di dalam makanan. Zat gizi mikro
terdiri atas mineral dan vitamin. Zat gizi mikro menggunakan satuan
miligram (mg).
4. Akibat Kekurangan Gizi
Menurut Sunita Almatsier (2009), gizi yang baik merupakan modal
bagi pengembangan sumber daya manusia, namun kurang gizi dapat
berakibat terhadap proses tubuh bergantung pada zat-zat gizi apa yang
kurang. Kekurangan gizi secara umum (makanan kurang dalam kuantitas
dan kualitas) menyebabkan gangguan pada proses-proses di bawah ini :
a. Pertumbuhan
Anak-anak tidak tumbuh menurut potensialnya. Zat Gizi berperan
penting dalam proses pertumbuhan sebab protein digunakan sebagai zat
pembangun. Anak yang kekurangan zat gizi akan mengalami otot-otot
menjadi lembek dan rambut mudah rontok. Anak-anak yang berasal dari
tingkat sosial ekonomi menengah ke atas rata-rata cenderung lebih tinggi
daripada yang berasal dari keadaan sosial ekonomi rendah dikarenakan
oleh faktor pemenuhan zat gizi.
b. Produksi Tenaga
Kekurangan energi berasal dari kekurangan zat gizi makanan. Hal
ini menyebabkan seseorang kekurangan tenaga untuk bergerak, bekerja,
dan melakukan aktifitas. Orang menjadi malas, merasa lemah, dan
produktifitas menurun.
c. Pertahanan tubuh
Asupan zat gizi berpengaruh terhadap daya tahan tubuh. Apabila
pemenuhan zat gizi tidak memenuhi kebutuhan, sistem imunitas dan
antibodi seseorang akan berkurang, sehingga orang mudah terserang
infeksi seperti pilek, batuk, dan diare. Pada anak-anak hal ini dapat
membawa hal yang lebih serius.
d. Struktur dan Fungsi Otak
10
Kurang gizi pada usia muda juga dapat berpengaruh terhadap
perkembangan mental dan kemampuan berpikir. Otak mencapai
pertumbuhan maksimal pada usia anak-anak sehingga kekurangan gizi
pada anak dapat berakibat terganggunya fungsi otak secara permanen.
Selain menyebabkan terganggunya suatu proses fisiologis, kekurangan zat
gizi spesifik juga dapat menimbulkan berbagai penyakit spesifik seperti
GAKI (Gangguan Akibat Kekurangan Iodium), KEP (Kekurangan Energi
Protein), KVA (Kekurangan Vitamin A), dan AGB (Anemia Gizi Besi).
B. Sekolah
1. Pengertian Sekolah
Menurut Abullah (2011), kata sekolah berasal dari bahasa Latin,
yaitu skhhole, scola, scolae atau skhola yang berarti waktu luang atau waktu
senggang. Sekolah adalah kegiatan di waktu luang bagi anak-anak di tengah
kegiatan mereka yang utama, yaitu bermain dan menghabiskan waktu
menikmati masa anak-anak dan remaja. Kegiatan dalam waktu luang ialah
mempelajari cara berhitung, membaca huruf-huruf dan mengenal tentang
moral (budi pekerti) dan estetika (seni). Untuk mendamping dalam kegiatan
sekolah anak-anak didampingi oleh orang ahli dan mengerti tentang
psikologi anak, sehingga memberikan kesempatankesempatan yang sebesarbesarnya kepada anak untuk menciptakan sendiri dunianya melalui berbagai
pelajarannya.
Sekolah adalah suatu lembaga atau tempat untuk belajar seperti
membaca, menulis dan belajar untuk berperilaku yang baik. Sekolah juga
merupakan bagian integral dari suatu masyarakat yang berhadapan dengan
kondisi nyata yang terdapat dalam masyarakat pada masa sekarang. Sekolah
juga merupakan lingkungan kedua tempat anak-anak berlatih dan
menumbuhkan kepribadiannya. (Zanti Arbi dalam buku Made Pidarta,
1997:171).
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 2 tahun 1989, sekolah adalah
satuan
pendidikan
yang
berjenjang
dan
berkesinambungan
untuk
menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar. Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI), sekolah didefinisikan sebagai bangunan atau lembaga
11
untuk belajar dan mengajar serta tempat menerima dan memberi pelajaran
(menurut tingkatannya, ada).
Secara umum, sekolah merupakan suatu lembaga pendidikan yang
sifatnya ialah formal, non formal, serta informal, yang mana pendiriannya
itu dilakukan oleh negara atau juga swasta dengan tujuan utama ialah untuk
memberikan pengajaran, mengelola, serta juga mendidik para murid dengan
melalui bimbingan yang diberikan oleh para pendidik atau guru.
2. Klasifikasi Sekolah
a. Ditinjau dari segi yang mengusahakan
1) Sekolah negeri, yaitu sekolah yang diusahakan oleh pemerintah, baik
dari segi pengadaan fasilitas, keuangan maupun pengadaan tenaga
pengajar. Penyelenggaraan pendidikan oleh pemerintah ini ditetapkan
di dalam pasal 31 UUD 1945, yang pengaturan penyelenggaraannya
diatur menurut UU Nomor 2 Tahum 1989 tentang Sistem Pendidikan
Nasional. Instansi penyelenggara pada umumnya adalah Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan (Depdikbud) untuk sekolah-sekolah
umum, dan Departemen Agama untuk sekolah yang berciri khas
agama Islam.
2) Sekolah swasta, yaitu sekolah yang diusahakan oleh selain
pemerintah, yaitu badan-badan swasta. Hal
ini sebagaimana
dinyatakan UU Nomor 2 Tahun 1989 pasal 47 ayat 1, yaitu:
“Masyarakat sebagai mitra pemerintah berkesempatan yang seluasluasnya untuk berperan serta dalam penyelenggaraan pendidikan
nasional.”
b. Ditinjau dari sudut tingkatan
Menurut UU Nomor 2 Tahun 1989, bahwa jenjang pendidikan
yang termasuk jalur pendidikan sekolah terdiri dari:
1) Pendidikan Dasar, terdiri dari Sekolah Dasar/Masrasah Ibtidaiyah
dan SMP/MTs.
2) Pendidikan Menengah, terdiri dari SMU dan Kejuruan dan Madrasah
Aliyah.
12
3) Pendidikan Tinggi, terdiri dari Akademi, Institut, Sekolah Tinggi,
Universitas.
Selain
diselenggarakan
jenjang
pendidikan
pendidikan
Pra
tersebut,
Sekolah,
ada
yaitu
juga
suatu
penyelenggaraan pendidikan yang diperuntukkan bagi anak sebelum
memasuki Pendidikan Dasar.
c. Ditinjau dari sifatnya
1) Sekolah umum, yaitu sekolah yang belum mempersiapkan anak
dalam spesialisasi pada bidang pekerjaan tertentu. Sekolah ini
penekanannya adalah sebagai persiapan mengikuti pendidikan yang
lebih tinggi tingkatannya. Termasuk dalam hal ini adalah SD/MI,
SMP/MTs, SMU/MA.
2) Sekolah kejuruan, yaitu lembaga pendidikan sekolah yang
mempersiapkan anak untuk menguasai keahlian-keahlian tertentu,
seperti: SMEA, MPAK (MAK), SMK, STM dan sebagainya.
3. Anak Sekolah
Menurut artikel online itjen Kemendikbud, kata "siswa" berakar
dari bahasa Sanskerta "siya" yang artinya, "apapun yang Anda katakan, saya
menerimanya". Jadi, di dalam istilah "siswa" terkandung makna kepatuhan
kepada sang guru. Menurut UU Nomor 20 Tahun 2003 mengenai Sistem
Pendidikan Nasional, siswa didefinisikan sebagai sebagai bagian dari
anggota masyarakat yang sedang berusaha untuk mengembangkan potensi
melalui pendidikan dalam tingkatan, jalur dan jenis tertentu. Sedangkan
menurut KBBI, siswa disebut juga sebagai murid. Mereka adalah individu
yang belajar pada jenjang tertentu mulai dari sekolah dasar, sekolah
menengah dan seterusnya.
Menurut Nata “Dalam Aly, 2008” Siswa atau murid didefinisikan
sebagai orang yang berkeinginan untuk mendapatkan ilmu pengetahuan,
pendidikan, ketrampilan, pengalaman dan kepribadian dan lainnya yang
akan menjadi bekal hidupnya agar bahagia dunia dan akhirat dengan jalan
belajar yang sungguh-sungguh.
13
Menurut Wikipedia, siswa adalah anggota masyarakat yang
berusaha meningkatkan potensi diri melalui proses pembelajaran pada jalur
pendidikan baik pendidikan formal maupun nonformal, pada jenjang
pendidikan dan jenis pendidikan tertentu. Istilah siswa dalam dunia
pendidikan meliputi:
a. Siswa: siswa atau siswi istilah bagi peserta didik pada jenjang
pendidikan dasar dan menengah.
b. Mahasiswa: mahasiswa atau mahasiswi istilah umum bagi peserta
didik pada jenjang pendidikan tinggi.
c. Warga Belajar: warga belajar istilah bagi peserta didik pada jalur
pendidikan non formal seperti pusat kegiatan belajar masyarakat
(PKMB), Baik paket A, Paket B, Paket C.
d. Pelajar: istilah lain yang digunakan bagi peserta didik yang mengikuti
pendidikan formal tingkat dasar maupun pendidikan formal tingkat
menengah (Kompasina, 2013).
Dari beberapa teori di atas, maka dapat disimpulkan siswa adalah
salah satu faktor yang paling penting dalam dunia pendidikan dan untuk
berjalanya sistem belajar-mengajar. Siswa adalah orang yang datang
kesekolah untuk memperoleh atau mempelajari beberapa tipe pendidikan.
Ilmu yang diperoleh dari sekolah akan terserap sempurna jika
didukung dengan asupan gizi yang baik dan seimbang. Gizi yang baik dan
seimbang akan mendukung perkembangan motorik dan kognitif siswa yang
nantinya berguna untuk masa depannya. Salah satu upaya yang dapat
sekolah lakukan untuk mendukung perkembangan dan pertumbuhan siswa
adalah dengan menyediakan kantin sekolah dengan makanan dan minuman
yang bergizi. Tidak hanya itu, kantin sekolah juga harus menyediakan
makanan yang bersih dan higienis agar tidak menimbulkan kesakitan pada
siswa.
4. Kantin Sekolah
Kantin adalah tempat usaha komersial yang ruang lingkup
kegiatannya menyediakan makanan dan minuman untuk umum di tempat
usahanya. Kantin merupakan salah satu bentuk fasilitas umum, yang
14
keberadaannya selain sebagai tempat untuk menjual makanan dan minuman
juga sebagai tempat bertemunya segala macam masyarakat dalam hal ini
mahasiswa maupun karyawan yang berada di lingkungan kampus, dengan
segala penyakit yang mungkin dideritanya. ( Depkes RI, 2003).
Kantin berasal dari bahasa Belanda yaitu kantine yang berarti
ruangan dalam sebuah gedung umum yang dapat digunakan pengunjung
untuk makan baik yang dibawanya dari rumah maupun dibeli di sana.
Sebuah kantin harus memenuhi standar yang telah ditetapkan dan prosedur
prosedur tentang cara mengolah dan menjaga kebersihan kantin. Begitupula
dengan makanan dan minuman yang dijual di sebuah kantin, makanan dan
minuman yang disediakan dikantin haruslah bersih, halal dan memenuhi
kriteria empat sehat lima sempurna. Selain itu, di kantin para pembeli harus
mengantri dalam sebuah jalur yang telah ditentukan dan disediakan untuk
membeli makanan.
William
H.
Roe
dalam
bukunya School
Business
Management menyebutkan beberapa tujuan yang dapat dicapai melalui
penyediaan layanan kantin di sekolah:
a. memberikan kesempatan kepada murid untuk belajar memilih
makanan yang baik atau sehat;
b. memberikan bantuan dalam mengajarkan ilmu gizi secara nyata;
c. menganjurkan kebersihan dan kesehatan;
d. menekankan kesopanan dalam masyarakat, dalam bekerja, dan
kehidupan bersama;
e. menekankan penggunaan tata krama yang benar dan sesuai dengan
yang berlaku di masyarakat;
f. memberikan gambaran tentang manajemen yang praktis dan baik;
g. menunjukan adanya koordinasi antara bidang pertanian dengan bidang
industri;
h. menghindari
terbelinya
makanan
yang
tidak
dapat
dipertanggungjawabkan kebersihannya dan kesehatannya.
Dilihat dari tujuan kantin sekolah di atas, maka kantin sekolah
dapat berfungsi untuk:
15
a. membantu
pertumbuhan
dan
kesehatan
siswa
dengan
jalan
menyediakan makanan yang sehat, bergizi, dan praktis;
b. mendorong siswa untuk memilih makanan yang cukup dan seimbang;
c. untuk memberikan pelajaran sosial kepada siswa;
d. memperlihatkan kepada siswa bahwa faktor emosi berpengaruh pada
kesehatan seseorang;
e. memberikan batuan dalam mengajrkan ilmu gizi secara nyata;
f. mengajarkan penggunaan tata krama yang benar dan sesuai dengan
yang berlaku di masyarakat;
g. sebagai tempat untuk berdiskusi tentang pelajaran-pelajaran di sekolah,
dan tempat menunggu apabila ada jam kosong.
Dalam menyelenggarakan atau mendirikan kantin sekolah yang
baik hendaknya memperhatikan hal-hal berikut ini:
a. kantin sekolah hendaknya tidak dipandang sebagai suatu penciptaan
keuntungan di sekolah;
b. program kantin sekolah harus dipandang sebagai bagian integral dari
program sekolah secara keseluruhan;
c. harga makanan dan minuman harus dapat dijangkau oleh daya beli
siswa;
d. penyajian dan pelayanan makanan harus memadai dan cepat;
e. gedung atau ruang kantin harus strategis karena akan sangat
mempengaruhi keefektivan operasi dan koordinasi program-program
kantin.
C. Pemenuhan Gizi Di Sekolah
1. Kecukupan Gizi Anak Sekolah
Pertumbuhan
dan
perkembangan
seorang
salah
satunya
dipengaruhi oleh zat gizi yang dikonsumsi sehari-hari. Awal usia 7 tahun
anak mulai masuk sekolah, mulai berkenalan dengan suasana, lingkungan
dan kebiasaan baru dalam kehidupannya sehingga mempengaruhi kebiasaan
makan anak.
Aktivitas yang tinggi mulai dari sekolah, kursus, mengerjakan pekerjaan
rumah (PR) dan mempersiapkan pekerjaan untuk esok harinya, membuat
16
stamina anak cepat menurun kalau tidak ditunjang dengan asupan pangan
dan gizi yang cukup dan seimbang. Agar stamina anak sekolah tetap bugar
selama mengikuti kegiatan di sekolah, maka diharuskan sarapan pagi yang
memenuhi kecukupan gizi. Energi dari sarapan untuk anak-anak dianjurkan
berkisar 1/3 dari kebutuhan energi per hari.
Pentingnya mengonsumsi makanan selingan selama di sekolah
adalah agar kadar gula darah tetap terkontrol baik, sehingga anak tetap
konsentrasi terhadap pelajaran dan dapat melaksanakan aktivitas lainnya.
Kecukupan zat gizi seseorang diantaranya dipengaruhi oleh umur. Golongan
umur 10-12 tahun kecukupan zat gizinya relatif lebih besar daripada
golongan umur 7-9 tahun, karena pertumbuhan relatif cepat, terutama
penambahan berat dan tinggi badan. Selain umur, jenis kelamin juga
mempengaruhi kecukupan zat gizi.
2. Kebutuhan Gizi Anak Sekolah
Kebutuhan energi pada anak usia sekolah ditentukan oleh usia,
metabolisme basal, dan aktivitas (Wnpg,2005). Kebutuhan energi anak
sekolah ditentukan oleh metabolisme basal, kecepatan pertumbuhan, dan
pengeluaran energi. Energi dari konsumsi pangan harus cukup untuk
memenuhi kebutuhan pertumbuhan dan mencegah penggunaan protein
sebagai sumber energi, tetapi tidak sampai terjadi pertambahan berat
badan.yang berlebihan. Untuk anak usia 7-9 tahun, tanpa membedakan jenis
kelamin kebutuhan energinya 1850 kkal. Anak laki-laki usia 10-12 tahun
memerlukan energi sebesar 2100 kkal, dan anak perempuan berusia 10-12
tahun memerlukan energi sebesar 2000 kkal.
Kebutuhan protein total meningkat seiring dengan pertambahan
umur, tetapi ketika berat badan anak juga diperhitungkan, kebutuhan protein
aktual menurun sedikit. Rekomendasi protein harus mempertimbangkan
kebutuhan untuk menjaha keseimbangan nitrogen, kualitas protein yang
dikonsumsi, dan jumlah protein tambahan yang dibutuhkan untuk
pertumbuhan. Anak-anak membutuhkan protein relatif lebih tinggi bila
dikaitkan dengan berat badan dibandingkan orang dewasa. Kebutuhan yang
tinggi untuk periode pertumbuhan yang cepat. Konsumsi protein yang
17
memadai merupakan hal yang penting yaitu harus mengandung semua jenis
asam amino esensial dalam jumlah yang cukup karena diperlukan untuk
pertumbuhan dan perkembangan.
Kebutuhan gizi anak usia sekolah tentu berbeda dengan kelompok
anak usia lain, termasuk di masa perkembangan anak usia 6-9
tahun.Kebutuhan nutrisi pada anak harus tercukupi dengan baik karena
perkembangan kognitif anak, perkembangan fisik anak, serta hal lainnya
sedang berjalan.Sesuai Angka Kecukupan Gizi (AKG) dari Kementerian
Kesehatan RI, anak usia sekolah yang berkisar di umur 6-9 tahun,
membutuhkan gizi harian sebagai berikut:
Zat Gizi
Usia 6 tahun
Kebutuhan Energi: 1400
zat
gizi kkal
makro
Protein: 25 gr
Lemak: 50 gr
Karbohidrat:
220 gr
Serat: 20 gr
Air: 1450 ml
Kebutuhan Vitamin
A:
zat
gizi 450
mikro
mikrogram
(mcg)
Vitamin D: 15
mcg
Vitamin E: 7
miligram
(mg)
Vitamin K: 20
mcg
Kalsium:
1000 mg
Fosfor: 500
mg
Magnesium:
120 mg
Natrium: 900
mg
Kalium: 2700
mg
Besi: 10 mg
Usia 7-9 tahun
Energi: 1650
kkal
Protein: 40 gr
Lemak: 55 gr
Karbohidrat:
250 gr
Serat: 23 gr
Air: 1650 ml
Vitamin
A:
500
mikrogram
(mcg)
Vitamin D: 15
mcg
Vitamin E: 8
miligram (mg)
Vitamin K: 25
mcg
Kalsium: 1000
mg
Fosfor:
500
mg
Magnesium:
120 mg
Natrium: 1000
mg
Kalium: 4500
mg
Besi: 10 mg
Usia 10-12 tahun
Laki-laki
Perempuan
Energi: 2100 Energi: 2000
kkal
kkal
Protein: 56 gr Protein: 60 gr
Lemak: 70 gr Lemak: 67 gr
Karbohidrat:
Karbohidrat:
289 gr
275 gr
Serat: 30 gr
Serat: 28 gr
Air: 1800 ml
Air: 1800 ml
Vitamin
A: Vitamin
A:
600
600
mikrogram
mikrogram
(mcg)
(mcg)
Vitamin D: 15 Vitamin D: 15
mcg
mcg
Vitamin E: 11 Vitamin E: 11
miligram (mg) miligram (mg)
Vitamin K: 35 Vitamin K: 35
mcg
mcg
Kalsium: 1200 Kalsium:
mg
1200 mg
Fosfor: 1200 Fosfor: 1200
mg
mg
Magnesium:
Magnesium:
150 mg
155 mg
Natrium: 1500 Natrium: 1500
mg
mg
Kalium: 3200 Kalium: 4500
mg
mg
Besi: 10 mg
Besi: 10 mg
18
3. Empat Prinsip Gizi Seimbang
Prinsip gizi seimbang yakni konsumsi makanan sehari-hari harus
mengandung zat gizi dalam jenis dan jumlah (porsi) yang sesuai dengan
kebutuhan setiap orang atau kelompok umur. Konsumsi makanan dengan
pola ini harus memperhatikan empat prinsip dasar, yaitu:
a. Makan yang beraneka ragam
Makan yang beraneka ragam sangat diperlukan karena tidak ada 1
(satu) jenis makanan pun yang mengandung semua zat gizi yang
dibutuhkan tubuh. Prinsipnya, setiap makanan yang dihidangkan dari
makan pagi, siang dan malam serta makan selingan harus terdiri atas
makanan pokok, lauk-pauk, sayur dan buah. Jumlah makanan yang
dibutuhkan oleh tubuh berbeda-beda tergantung pada umur, jenis kelamin
dan banyaknya aktivitas fisik yang dilakukan.
b. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
Perlunya perilaku hidup bersih agar terhindar dari serangan kuman
penyebab penyakit infeksi. Penyakit infeksi dapat mengganggu keadaan
gizi seseorang. Pola makan gizi seimbang tidak akan berguna jika tidak
diikuti dengan penerapan perilaku hidup bersih, seperti mencuci tangan
menggunakan sabun sebelum makan dan sesudah buang air, menutup
makanan dan minuman, mandi sedikitnya 2 kali sekali, menggosok gigi
setidaknya saat bangun tidur dan sebelum tidur, potong dan bersihkan
kuku secara teratur, mencuci buah dan sayur yang akan dimakan, minum
air matang, dan buang sampah ditempat tertutup.
Beberapa kegiatan anak sekolah dalam menerapkan PHBS di
sekolah antara lain membawa bekal dari rumah; jajan di warung/kantin
sekolah karena lebih terjamin kebersihannya; mencuci tangan dengan air
bersih dan sabun; menggunakan jamban di sekolah serta menjaga
kebersihan jamban; mengikuti kegiatan olah raga dan aktifitas fisik
sehingga meningkatkan kebugaran dan kesehatan peserta didik;
memberantas jentik nyamuk di sekolah secara rutin; tidak merokok,
19
memantau pertumbuhan anak sekolah melalui pengukuran Berat Badan
dan Tinggi Badan; serta membuang sampah pada tempatnya.
c. Aktivitas fisik
Bentuk aktivitas fisik yang umum dapat dilakukan adalah bermain
(misalnya petak umpet, gobak sodor) dan olahraga secara teratur.
Olahraga yang dilakukan dalam waktu yang cukup dan teratur akan
memperlancar aliran darah dan oksigen ke otak dan otot sehingga
meningkatkan kebugaran dan ketangkasan berpikir.
d. Memantau berat badan
Perlunya memantau berat badan ideal adalah untuk mengetahui
apakah seseorang mempunyai berat badan ideal atau tidak berdasarkan
umur, jenis kelamin dan tinggi badannya dan untuk mengetahui apakah
terjadi penurunan atau kenaikan berat badan.
4. Program Gizi Yang Dilakukan Pemerintah Untuk Anak Sekolah
a. Program Gizi
Sesuai Undang-undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025 yang
menetapkan pendidikan sebagai salah satu prioritas pembangunan
nasional. Pemenuhan gizi, perilaku hidup bersih dan sehat dapat dicapai
melalui pendidikan gizi, perbaikan konsumsi pangan dan Penguatan
Pendidikan Karakter.
Salah satu konsentrasi pemerintah terhadap pembentukan generasi
bangsa yang kuat adalah dengan menurunkan prevalensi stunting di
kalangan siswa. Menurut rencana pembangunan jangka menengah
(RPJM) 2015-2019, penurunan prevalensi stunting 28% pada 2019.
Untuk itu, di pendidikan dasar terdapat beberapa program yang dilakukan
untuk mendukung rencana tersebut, salah satunya adalah Program Gizi
Sensitif.
Dalam program gizi sensitif, yang dapat dilakukan adalah dengan
mengenalkan perilaku hidup sehat dan bersih kepada siswa. Fokus
kegiatannya adalah pada perubahan perilaku kesehatan dan hidup bersih,
terutama akses terhadap air dan lingkungan yang bersih.
20
b. Program Gizi Anak Sekolah (ProgGAS)
Untuk wilayah yang memiliki tingkat stuntingnya tinggi,
Kemendikbud melakukan intervensi pemberian asupan makanan kepada
siswa SD melalui Program Gizi Anak Sekolah (ProGAS) sejak 2016.
Program ini merupakan intervensi pemberian asupan gizi kepada anak
usia 4-12 tahun yang merupakan anak usia sekolah dasar dan terindikasi
mengalami defisit asupan gizi, protein dan memiliki kebiasaan makan
kurang dari tiga kali sehari. Target lainnya adalah anak-anak yang tidak
sarapan saat berangkat sekolah dan tinggal di wilayah termasuk dalam
kategori rentan/rawan pangan berdasarkan pemetaan yang telah
dilaksanakan oleh Kementerian/ Lembaga yang kompeten.
c. Pengelolaan Pangan Jajanan Anak Sekolah (PAJAS)
Kebutuhan zat gizi anak dapat terpenuhi dari asupan makanan atau
minuman yang dikonsumsi dirumah maupun dikonsumsi diluar rumah
atau sering disebut sebagai makanan jajanan. Makanan jajanan sudah
menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan masyarakat, baik
di perkotaan maupun di pedesaan. Makanan jajanan memberikan
kontribusi yang cukup penting bagi asupan energi dan kebutuhan gizi
bagi anak-anak usia sekolah (BPOM,2016).
Berdasarkan survey BPOM tahun 2018 dengan skala nasional
tentang Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS) menunjukan bahwa
sebanyak 55% sekolah telah memiliki peraturan tentang PJAS dan
sebanyak 42% sekolah tidak memiliki peraturan tentang PJAS. Sebanyak
95% peraturan tersebut dikeluarkan oleh sekolah dan sisanya dikeluarkan
oleh Dinas Kesehatan maupun Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota.
Sebanyak 68,4% mengatur mengenai siswa, 65,7% mengatur tentang
penjaja PJAS dan 57% mengatur tentang kantin sekolah. sebesar80%
anak sekolah mengkonsumsi makanan jajanan di lingkungan sekolah
baik dari penjaga maupun dari kantin sekolah dengan frekuensi makanan
ringan lebih dari 11 kali perminggu (66%).
Berdasarkan data Kejadian Luar Biasa (KLB, 2012-2013)
mengenai jajanan anak sekolah di Indonesia, menunjukan bahwa di
21
Indonesia kelompok siswa sekolah dasar (SD) merupakan kelompok
yang paling sering mengalami keracunan. Survei pada 30 kota tahun
2018 dari 4.500 sekolah SD dan Madrasah Ibtidaiyah dari jumlah 5.566
hasil yang tidak memenuhi syarat sebanyak 50%. Tahun 2014 sebanyak
42 kali (14,4%) kejadian keracunan makanan berasal dari jajanan, KLB
tertinggi pada anak SD yaitu 34 kejadian (BPOM, 2018).
D. Pengelolaan Gizi Di Sekolah
Untuk memenuhi kebutuhan gizi di sekolah, pengelolaan bahan makanan
yang baik sangatlah penting untuk menjaga zat-zat yang terkandung di dalam
bahan makanan tetap utuh dan tidak terkontaminasi zat-zat berbahaya dari luar.
Makanan yang akan dikonsumsi harus diolah dengan baik sejak berbentuk
bahan bakunya, hingga penyajiannya. Pengelolaan pangan baik menerapkan 5
kunci keamanan pangan yaitu :
1. Menjaga Kebersihan
2. Memisahkan Pangan Mentah dari Pangan Matang
3. Memasak Pangan dengan Benar
4. Menyimpan Pangan pada Suhu yang Aman
5. Menggunakan Air dan Bahan Baku yang Aman
Berikut hal-hal yang harus diperhatikan dalam mengelola makanan
di sekolah, antara lain:
1. Bahan Makanan
Bahan makanan yang akan diolah harus memenuhi beberapa
syarat, yaitu:
a. Bebas Pestisida
b. Bebas Bahan Kimia Berbahaya (borax, rodhamin B, dll)
c. Tidak Busuk
d. Bersih Bebas dari Kerikil, Pasir, Debu
e. Berasal dari Sumber yang Baik
2. Penyimpanan Bahan Makanan
Syarat umum menyimpan bahan makanan antara lain:
a. Penempatan bahan makanan terpisah dengan makanan jadi;
b. Di tempat penyimpanan tidak boleh ada bahan pestisida;
22
c. Tersedia kulkas untuk menyimpan makanan;
d. Bebas dari serangga penganggu dan tikus
3. Penyajian
Syarat penyajian makanan yang baik antara lain:
a. Wadah penyajian harus tertutup, tidak berkarat, bersih;
b. Waktu penyajian tidak boleh lebih 6 jam;
c. Tiap jenis makanan disajikan dalam wadah yang terpisah;
d. Etalase mudah dibersihkan, tidak berkarat, tidak terbuat dari bahan
yang mengandung bahan berbahaya/beracun
4. Sanitasi Dan Hygiene
a. Tempat Pengolahan Makanan
1) Tertata rapi dan bersih;
2) Tidak berhubungan dengan toilet /WC;
3) Peralatan dan meja dapur mudah dibersihkan;
4) Tersedia sarana/alat yang berfungsi sebagai jalan keluar asap;
5) Ruang dapur bebas serangga, tikus dan binatang pengganggu
lainnya;
6) Pencahayaan cukup untuk melakukan kegiatan;
7) Lantai kedap air, rata, tidak licin, tidak retak dan mudah
dibersihkan
8) Tersedia sarana atau tempat cuci tangan dengan air mengalir dan
sabun;
9) Tersedia tempat pencucian peralatan;
10) Tersedia tempat sampah kedap air, tidak berkarat, bertutup dan
mudah dibersihkan
b. Fasilitas Sanitasi
1) Air bersih (tersedia dalam jumlah yang cukup, kualitas memenuhi
syarat, tempat penampungan harus tutup);
2) Air Limbah (saluran kedap air, tertutup dan mengalir lancar, air
limbah dari dapur dilengkapi prangkap lemak)
3) Sampah (tersedia di tempat sampah kedap air, tidak berkarat,
tertutup dan mudah dibersihkan; sampah harus dibuang maksimal
23
24 jam; sampah basah dan sampah kering dipisah, tempat sampah
basah dilapisi dengan kantong plastik)
4) Tempat cuci tangan (tersedia tempat cuci tangan, sabu dan alat
pengering tangan, air untuk cuci tangan harus mengalir)
5) Tempat cuci peralatan (dapat berupa bak/ember, tersedia air bersih
cukup dan mengalir, dilengkapi dengan sabun/deterjen, disekitar
tempat cuci alat tidak ada air tergenang
5. Peralatan Memasak
Hal-hal yang harus diperhatikan pada peralatan memasak yang akan
digunakan antara lain:
a. Alat pengolahan makanan harus bersih, tidak retak, tidak luntur, tidak
berkarat;
b. Menggunakan lap/serbet bersih, tidak kotor ;
c. Peralatan disimpan dalam rak penyimpanan;
d. Talenan tidak boleh dari kayu
BAB 3
PEMBAHASAN
A. Permasalahan Gizi Di Sekolah
Ada dua factor yang memengaruhi pertumbuhan dan status gizi anak di
negara-negara berkembang, yaitu penyakit infeksi dan konsumsi makanan yang
kurang memnuhi kebutuhan gizi. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan
anak dalam jangka pendek akan mempengarugi konsentrasi belajar dan prestasi
belajar. Akibat jangka Panjangnya adalah penurunan kualitas sumber daya
manusia (SDM). Keadaan gizi atau status gizi yang baik akan menimbulkan
derajat kesehatan yang optimal, dan akan membantu anak sekolah dalam
meningkatkan kemampuan daya pikir dan performa belajar.
Status gizi didefinisikan sebagai suatu keadaan kesehatan tubuh seseorang
atau sekelompok orang yang diakibatkan oleh konsumsi, penyerapan dan
penggunaan zat gizi makanan. Anak-anak sekolah dinegara berkembang
umumnya menderita kelaparan jangka pendek, kekurangan energi protein,
kekurangan iodium, vitamin A dan Zat Besi. Hal ini mencerminkan adanya
masalah gizi yang diderita oleh anak sekolah.
Salah satu asupan makanan anak-anak yaitu Pangan jajanan anak sekolah
(PJAS), merupakan pangan jajanan yang ditemukan di lingkungan sekolah dan
menjadi konsumsi harian anak sekolah, yang terdiri dari minuman, buahbuahan, cemilan dan makanan sepinggan menjadi santapan anak-anak ketika
jam istirahat dan pulang sekolah. Keamanan PJAS ini masih rendah dan masih
menjadi permasalahan penting yang perlu mendapat perhatian dan komitmen
komunitas sekolah. Adapun masalah-masalah terkait pangan jajanan anak
sekolah ini diantaranya :
1. Rendahnya pengetahuan anak tentang makanan sehat dan bergizi
Masa kanak-kanak merupakan fase menyerap segala informasi
yang ada disekitar lingkungannya. Hal ini akan menjadi dasar terbentuknya
pengetahuan, sikap dan kebiasaan pada seorang anak dimasa mendatang.
Pada masa ini anak harus dibekali dengan pengetahuan dasar yang dapat
membuat dirinya menjadi pribadi yang baik dimasa depan, salahsatunya
pengetahuan tentang makanan sehat dan bergizi. Namun sayangnya banyak
24
25
orang tua tidak menyadari hal itu. Pengetahuan tentang makanan sehat dan
bergizi menjadi hal yang jarang disampaikan pada anak-anak, karena merasa
hal tersebut tidak penting dan menganggap bahwa anak akan mengetahui
dengan sendirinya. Padahal masa kanak-kanak menjadi sangat rentan ketika
tidak dibekali dengan pengetahuan dasar makanan sehat dan bergizi, terlebih
mereka belum bisa membedakan mana yang baik untuk dirinya. Selagi
makanan itu menarik minatnya, dan harganya terjangkau, maka mereka
akan membeli makanan tersebut.
2. Hygiene Lokasi dan Perorangan Pedagang
Pedagang makanan yang berada disekolah baik dikantin maupun
diluar lingkungan sekolah jarang memperhatikan kebersihan lokasi maupun
hygiene perorangannya. Orientasi mereka adalah bagaimana mencari
keuntungan sebanyak-banyaknya, walaupun dengan modal dan usaha yang
sedikit. Kadang mereka berebut untuk mendapatkan tempat yang dapat
dijangkau anak-anak, walaupun tempat tersebut berhadapan langsung
dengan selokan sekolah/tempat sampah.
3. Cara pengelolaan
Pembuatan makanan, dari pemilihan bahan makanan, alat dan
penyimpanan menjadi akumulasi yang penting dalam pengelolaan makanan.
Jika satu dari tahap-tahap tersebut terjadi kontaminasi bakteri, maka akan
mempengaruhi proses lain yang dapat mempengaruhi pula kualitas makanan
yang akan dikonsumsi oleh anak-anak. Terutama dalam hal ini adalah
penataan tempat pengelolaannya harus dipastikan tertata rapi dan bersih,
ventilasi yang cukup, alat-alat mudah dibersihkan, dan pencahayaan yang
cukup.
4. Cara penyajian
Penyajian makanan dikantin sekolah maupun pedagang kali lima
disekitar
sekolah
jarang
menggunakan
penutup,
sehingga
akan
meningkatkan potensi makanan terkontaminasi bakteri ataupun terpapar zat
yang semestinya tidak termakan.
26
5. Cara penyimpanan
Jika makanan yang dijual tidak langsung habis, ataupun tidak
digoreng secara mendadak, biasanya stok makanan disimpan dietalase.
Penyimpanan disuhu ruangan selama lebih dari 2-3 jam, akan meningkatkan
potensi pertumbuhan bakteri sehingga akan lebih mudah basi.
6. Kualitas makanan
Pemilihan
bahan
makanan
yang
berkualitas
tentu
akan
mempengaruhi kualitas makanan. Namun sangat disayangkan, seperti yang
sudah dibahas sebelumnya bahwa orientasi para pedagang itu untuk mencari
keuntungan. Sehingga para pedagang sering menggunakan bahan makanan
yang kualitasnya ‘pas-pasan’, bahkan tak jarang ditemukan pedagang yang
menggunakan bahan-bahan buatan, seperti pemanis dan pewarna yang
dalam kurun waktu lama dapat memberikan dampak buruk bagi tubuh.
7. Kurangnya koordinasi antar pihak yang berperan
Orang tua, guru, pedagang, dan pemerintah merupakan unsur yang
berperan dalam mengawasi asupan jajan anak sekolah. Semuanya harus
bahu membahu menyiapkan generasi masa depan yang baik, dimulai dari
asupan gizinya. Saat ini untuk menciptakan koordinasi dan kolaborasi
tersebut, masih sangat jarang ditemukan, sehingga masih sering ditemukan
kasus diare pada anak setelah jajan di sekolah.
B. Upaya Penanganan Masalah Gizi Di Sekolah
1. Pelatihan
Higiene
Personal
dan
Sanitasi
Kantin
Sekolah
Dasar
Pada pelatihan ini para peserta diajarkan secara teori ilmu dasar
mengenai higiene personal dan sanitasi pengelola kantin sekolah yang
memenuhi persyaratan.
2. Edukasi siswa
Kegiatan pelaksanaan edukasi siswa yaitu dengan melakukan
sosialisasi atau penyuluhan tentang keamanan pangan dan keterampilan
siswa dalam memilih makanan jajanan yang aman dan sehat.
3. Edukasi pengelola kantin
Kegiatan edukasi untuk pengelola kantin dapat dilakukan berupa
pendampingan praktik dan praktik mandiri higiene sanitasi kantin sekolah
27
yang
dilakukan
dengan
pengamatan
secara
langsung.
Pada
saat
pendampingan praktik, pengelola kantin didampingi untuk menerapkan
higiene
sanitasi
kantin
sekolah
yang
memenuhi
persyaratan.
Beberapa hal yang perlu dilihat dari penjamah makanan yaitu,
penggunaan pakaian kerja dan alat pelindung diri (APD) pada saat bekerja,
mencuci tangan sebelum dan setelah bekerja, tidak menggunakan perhiasan
pada saat bekerja, penjamah dalam kondisi yang sehat pada saat bekerja,
menggunakan alat bantu mengambil makanan matang, menutup makanan
yang sudah matang, tidak ada sampah berserakan, dan menggunakan
perlatan masak yang bersih.
Teori Nuraida, dkk. (2011), kantin harus mempunyai fasilitas
sanitasi yang terdiri dari : bak cuci piring dan peralatan dengan air mengalir
serta rak pengering, wastafel dengan sabun/detergen dan lap bersih atau
tisue di tempat makan dan di tempat pengolahan/persiapan makanan,
tersedia suplai air bersih yang cukup, baik untuk kebutuhan pengolahan
maupun untuk kebutuhan pencucian dan pembersihan.
Adapun persyaratan sanitasi penyajian makanan jajanan dalam
Keputusan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
Nomor
942/MENKES/SK/VII/2003 tentang Pedoman Persyaratan Higiene Sanitasi
Makanan Jajanan adalah sebagai berikut:
a. Makanan Jajanan yang Dijajakan Harus dalam Keadaan Terbungkus
dan tertutup
Cara pembungkusan yang baik bisa menekan sekecil mungkin
terjadinya kerusakan pada makanan sehingga penyakit karena makanan
pada pencernaan manusia bisa dikurangi (Saksono, 1986). Makanan
yang dijajakan tidak boleh disajikan untuk dijual dimanapun kecuali
dalam kondisi tertutup, atau dibungkus sehingga makanan terlindungi
dari kemungkinan kontaminasi. Makanan siap saji yang tidak dikemas
yang dijajakan rentan terhadap kontaminasi (FSANZ, 2016).
b. Pembungkus yang digunakan dan/atau tutup makanan jajanan harus
dalam keasaan bersih dan tidak mencemari makanan
28
Peran pembungkus adalah besar sekali untuk makanan yang
terbungkus baik dengan pembungkus plastik, kertas, atau dalam kaleng,
dimana pembungkus yang sudah tercemar oleh jasad renik bisa
menyebabkan pencemaran pada makanan yang dibungkus (Saksono,
1986). Menurut Indraswati (2017) syarat-syarat yang harus dipenuhi
oleh suatu kemasan agar dapat berfungsi dengan baik adalah harus
dapat melindungi produk dari kotoran dan kontaminasi sehingga produk
tetap bersih. Sifat-sifat kemasan masa depan diharapkan mempunyai
bentuk yang fleksibel namun kuat, transparan, tidak berbau, tidak
mengontaminasi bahan yang dikemas dan tidak beracun, tahan panas,
biodegradable
dan
berasal
dari
bahan-bahan
yang
Digunakan
yang
terbarukan
(Indraswati, 2017).
c. Pembungkus
Makanan
Tidak
Ditiup
Food Agriculture Organization (1999) telah menetapkan beberapa
larangan praktik tidak higienis pada penjual makanan. Salah satu
larangan tersebut adalah larangan untuk meniup dengan napas ke dalam
kantong kertas atau wadah dalam penyiapan makanan lainnya yang
digunakan sebagai wadah makanan yang dijual untuk konsumsi
manusia, dalam sumber lain juga menyebutkan bahwa penjamah
makanan tidak diperbolehkan untuk meniupbungkus yang akan
bersentuhan dengan makanan (FSANZ, 2016).
d. Makanan Jajanan yang Diangkut Harus dalam Keadaan tertutup atau
Terbungkus dan dalam Wadah yang Bersih
Menurut Food Standards Australia New Zealand (2016),
perlengkapan, peralatan, dan kendaraan yang digunakan untuk
mengangkut makanan harus dijaga kebersihannya untuk meminimalkan
kemungkinan makanan terkontaminasi dan untuk mencegah hama.
Ketika mengangkut makanan, penjaja makanan harus melindungi
semua makanan dari kemungkinan kontaminasi. Makanan yang
dikemas umumnya terlindungi dari kontaminasi selama pengangkutan
olehkemasannya. Namun, tindakan pemeliharaan harus dilakukan untuk
memastikan kemasan tidak rusak atau terkontaminasi sehingga dapat
29
mempengaruhi keamanan atau kelayakan makanan (FSANZ, 2016).
Berbeda dengan makanan yang dikemas, makanan tanpa kemasan lebih
rentan terhadap kontaminasi. Untuk melindungi makanan tanpa
kemasan saat pengangkutan dapat dilakukan beberapa hal seperti
dengan menempatkan makanan yang tidak dikemas terutama makanan
siap saji ke dalam dalam wadah atau pembungkus lainnya yang sesuai
untuk pengangkutan. Selain itu, makanan perlu ditempatkan di tempat
yang bersih dan tertutup pada kendaraan pengangkutan (FSANZ, 2016).
Bahan-bahan yang berkemasan dan bahan-bahan yang tahan lama
memiliki risiko yang paling rendah terhadap kontaminasi akibat praktik
pengangkutan dan penyimpanan makanan yang tidak tepat (Ackerley et
al., 2010).
BAB 4
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Status gizi merupakan keadaan kesehatan tubuh seseorang yang di
timbulkan oleh penyerapan zat gizi makanan yang di konsumsi. Status gizi
sangatlah berpengaruh terhadap kesehatan seseorang terutama pada anak-anak.
Status gizi yang buruk akan menghambat pertumbuhan dan perkembangan
anak sehingga mempengaruhi konsentrasi dan prestasi belajar anak. Akibat
jangka Panjangnya adalah penurunan kualitas sumber daya manusia (SDM).
Adapun salah satu faktor yang mempengaruhi status gizi anak adalah
pemenuhan kebutuhan gizi anak ketika sedang disekolah. Adapun faktor yang
mempengaruhi kurangnya pemenuhan kebutuhan gizi anak ketika sedang
disekolah diantaranya adalah;
1. Rendahnya pengetahuan anak tentang makanan sehat dan bergizi
2. Hygiene Lokasi dan Perorangan Pedagang
3. Cara pengelolaan bahan makanan yang salah
4. Cara penyajian yang kurang menarik
5. Kualitas bahan makanan yang kurang baik
B. Saran
Untuk memenuhi kebutuhan gizi anak ketika disekolah memerlukan
pemahaman yang sama dari masing-masing pihak terkait. Maka dari itu
disarankan untuk melakukan edukasi terhadap siswa mengenai pemilihan
makanan yang sehat dan bergizi, dilakukan edukasi terhadap para pedagang
kantin yang ada disekolah untuk mengolah bahan makanan dengan baik dan
benar. Selain itu semua diperlukan juga dukungan pihak terkait seperti orang
tua anak yang memberikan pemahaman kepada anaknya dan sekolah
menerapkan peraturan mengenai syarat makanan yang dapat didagangkan di
lingkungan sekolah.
30
DAFTAR PUSTAKA
Wardani, Gita Dwi & Havifah Lubis. 2021. Peningkatan Aktivitas Belajar Siswa
Melalui Model Pembelajaran Berbasis Masalah Pada Mata Pelajaran
Kelas IV SDN 050659 Stabat T.A 2018/2019. 2021;1(1):8. [online].
Tersedia:
https://jurnal.permapendis-sumut.org (diakses pada 21
September 2021)
Kemdikbud. (2003). Undang-undang RI
NO 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional. [online]. Tersedia: https://simkeu.kemdikbud.go.id
(diakses pada 21 September 2021)
Seputar Pengetahuan. 2019. Pengertian Sekolah, Unsur-Unsur, Fungsi dan
Jenjangnya.
[online].
Tersedia:
https://www.seputarpengetahuan.co.id/2019/11/sekolah.html
(diakses
pada 21 September 2021)
Ibeng, Parta. 2021. Pengertian Sekolah, Fungsi, Unsur, Beserta Jenjangnya.
[online]. Tersedia: https://pendidikan.co.id/pengertian-sekolah-fungsiunsur-beserta-jenjangnya/ (diakses pada 21 Setember 2021)
Rustam, Rifdah Mawaddah. 2018. Makalah Pengaruh Kebersihan
Kantin Sekolah Terhadap Kesehatan Siswa X Mipa SMA Negeri 1
Maros.
[online].
Tersedia:
http://lonelywhale28.blogspot.com/2018/08/makalah-pengaruhkebersihan-kantin.html (diakses pada 21 September 2021)
Sudrajat, Akhmad. 2010. Mengelola Kantin Sekolah. [online]. Tersedia:
https://akhmadsudrajat.wordpress.com/2010/06/03/tentang-kantinsekolah/ (diakses pada 21 September 2021)
Itjen Kemendikbud. 2019. Memahami Makna Siswa, Murid, Pelajar dan
Mahasiswa.
[online].
Tersedia:
https://itjen.kemdikbud.go.id/public/post/detail/memahami-makna-siswamurid-pelajar-dan-mahasiswa (diakses pada 21 September 2021)
31
32
Supariasa, Hardinsyah, 2016. Ilmu gizi teori dan Aplikasi. Penerbit Buku
Kedokteran
EGC.
Jakarta.
[Online]
Tersedia
:
http://digilib.uad.ac.id/buku/Buku/detail/102697/ilmu-giziteori-danaplikasi
Novianti, Sri. 2018. Meningkatkan Pengetahuan Makanan Sehat Pada Anak
Melalui Kegiatan Cooking di TK Tunas Bangsa Balai Panjang
Kecamatan Lareh Sago Halban Kabupaten Lima Puluh Kota. Skripsi.
Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Batu Sangkar. [Online]
Tersedia : 1558672284204_PUSTAKA.pdf (iainbatusangkar.ac.id)
Mulyani,Sri. Muharni. 2017. Pendampingan Penerapan Sanitasi Dan Higiene Pada
Penjamah Kantin Sekolah Dasar Negeri 147 Pekanbaru Riau. Politeknik
Kesehatan Kemenkes Riau. https://osf.io.com
Arifin, Muhammad. 2019. Gambaran Higiene dan Sanitasi Makanan Jajanan di
Kantin Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah. Universitas Negeri
Semarang. http://lib.unnes.ac.id
Download