GIZI DI SEKOLAH MAKALAH Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Gizi Sektor Informal Dosen Pengampu : Neni., S.ST., M.Kes Oleh : Alma Aulia Anwar 194101056 Dea Silvia 194101065 Doni Andriyanto 194101049 Nely Widya Astuti 194101063 Nidhau Rachmah 194101051 Salwa Tsania Nisa 194101060 Sarah Bilqis 194101057 Shofa Nursifah 194101064 Seni Purnamasari 194101117 PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS SILIWANGI TASIKMALAYA 2021 KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah swt. karena atas berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini,tak lupa selawat serta salam semoga tetap tercurah kepada nabi Muhammad saw., kepada keluarganya,kepada sahabatnya dan kita sebagai umatnya yang setia hingga akhir zaman. Makalah ini berjudul “Gizi Di Sekolah”. Gizi yang baik pada anak sekolah merupakan investasi suatu bangsa, karena di tangan generasi muda bangsa dapat melanjutkan pembangunan yang berkesinambungan. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Neni., S.ST., M.Kes selaku dosen Mata Kuliah Gizi Sektor Informal yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah wawasan sesuai dengan bidang studi yang penulis tekuni. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi pengetahuannya sehingga dapat menyelesaikan makalah ini. Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari keterbatasan kemampuan dan pengetahuan sehingga penyusunan makalah ini masih jauh dari memadai dan dari kesempurnaan.Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun sebagai bekal tambahan dimasa yang akan datang. Akhirnya penulis berharap makalah ini bisa bermanfaat bagi penulis khususnya,umumnya bagi semua dan semoga amal ibadah kita diterima Allah swt. Aamiin. Tasikmalaya, September 2021 Penulis i DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ......................................................................................... i DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................... 1 A. Latar Belakang .......................................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 3 C. Tujuan ....................................................................................................... 3 D. Manfaat ..................................................................................................... 3 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 5 A. Gizi ............................................................................................................ 5 B. Sekolah ...................................................................................................... 10 C. Pemenuhan Gizi Di Sekolah ..................................................................... 15 D. Pengelolaan Gizi Di Sekolah .................................................................... 21 BAB 3 PEMBAHASAN ...................................................................................... 24 A. Permasalahan Gizi Di Sekolah .................................................................. 24 B. Upaya Penanganan Masalah Gizi Di Sekolah ........................................... 26 BAB 4 SIMPULAN DAN SARAN ..................................................................... 30 A. Simpulan ................................................................................................... 30 B. Saran .......................................................................................................... 30 DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 31 ii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini, sekolah merupakan salah satu faktor lingkungan yang mempengaruhi status gizi anak sekolah. Status gizi merupaakan faktor penentu kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), seseorang tidak dapat mengembangkan kapasitas yang dimilikinya secara optial jika status gizinya kurang. Di sektor kesehatan, masalah gizi pada anak usia sekolah menjadi salah satu beban yang belum terselesaikan. Anak sekolah merupakan investasi bangsa karena mereka adalah generasi penerus yang akan meneruskan kualitas bangsa di masa yang akan datang. Anak usia sekolah dapat digambarkan sebagai anak berumur 4-6 tahun sebagai usia pra-sekolah atau taman kanak-kanak (TK), dan usia 7-18 tahun sebagai anak usia sekolah. Tumbuh kembang anak usia sekolah yang optimal antara lain dipengaruhi oleh jumlah dan kualitas asupan gizi yang diberikan dalam makanannya. Anak usia sekolah tumbuh dengan kecepatan genetis masingmasing, dengan perbedaan tinggi badan yang sudah mulai tampak. Beberapa anak terlihat relatif lebih pendek atau lebih tinggi. Gizi yang baik pada anak sekolah merupakan investasi suatu bangsa, karena di tangan generasi muda bangsa dapat melanjutkan pembangunan yang berkesinambungan. Sedangkan kekurangan gizi pada siswa di sekolah akan mengakibatkan anak menjadi lemah, cepat lelah, dan sakit-sakitan, sehingga anak menjadi sering absen serta mengalami kesulitan untuk mengikuti dan memahami pelajaran dengan baik. Banyak siswa yang terpaksa mengulang di kelas yang sama atau bahkan meninggalkan sekoah (dropout) sebagai dampak kurang gizi (WNPG, 1998). Hal ini merupakan hambatan yang serius untuk mencerdaskan kehidupan bangsa melalui pendidikan. Selama ini yang kita ketahui bahwa banyak anak-anak sekolah yang hanya makan makanan jajanan ringan dalam jumlah yang banyak sehingga mengakibatkan anak sakit. Makanan jajanan boleh diberikan hanya sebagai selingan, namun makanan tersebut harus mengandung zat gizi yang dibutuhkan. Salah satu media perbaikan gizi yang baik di sekolah adalah 1 2 dengan adanya kantin yang sehat. Apabila setiap kantin di sekolah dapat dijadikan media pembelajaran, maka penanaman perilaku makan yang baik sejak usia dini adalah suatu kebutuhan yang mendasar. Namun, sangat disayangkan, berdasarkan hasil penelitian dari sekolah yang memiliki kantin, sebesar 84,30% kantinnya belum memenuhi syarat kesehatan dan masih banyaknya ditemukan pangan jajanan anak sekolah yang tidak memenuhi persyaratan mutu kebersihan, kesehatan, dan keamanan, sehingga dapat menimbulkan dampak yang tidak baik bagi kesehatan siswa. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 menunjukkan masih tingginya kejadian masalah gizi pada anak usia 5-12 tahun. Dimana prevalensi status gizi berdasarkan IMT/U adalah sebagai berikut, sangat kurus 2,4%, kurus 6,8%, gemuk 10,8%, dan obesitas sebesar 9,2%. Anak usia sekolah merupakan kelompok yang rawan, khususnya berada dalam masa pertumbuhan dan perkembangan, karena peluang pada masa ini perkembangan anak sangat berharga dan merupakan peletak dasar bagi perkembangan selanjutnya.. Perbaikan gizi anak usia sekolah sangat penting karena mereka sedang mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang cukup pesat sehingga memerlukan kebutuhan gizi yang meningkat. Sebagai seorang pendidik di sekolah harus memperhatikan pertumbuhan dan perkembangan peserta didik, salah satunya dengan mengontrol makanan yang dimakan. Pembelajaran pengenalan makanan bergizi di sekolah memberikan peran penting untuk pengetahuan dan pengaruh pola hidup seharihari anak. Melalui pengenalan dan pemahaman makanan bergizi dapat membiasakan peserta didik untuk mengkonsumsi makanan bergizi setiap hari. Guru sebagai tenaga pendidik dalam proses belajar-mengajar mempunyai pengaruh terhadap anak-anak didiknya yang kadang-kadang lebih dipatuhi daripada orang tua. Sehingga sangat diperlukan pendidikan di sekolah mengenai pemenuhan kebutuhan gizi agar anak-anak di sekolah menjadi sehat dan cerdas. Dalam rangka mencapai status gizi yang baik pada anak sekolah diperlukan upaya-upaya yang nyata dalam pemenuhan kebutuhan zat gizinya. 3 Kebutuhan utama yang harus diperhatikan adalah terutama kebutuhan energi dan protein, disamping zat gizi lainnya. Penanaman pola makan gizi seimbang harus dilaksanakan pada anak sekolah. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, penulis merumuskan rumusan masalah sebagai berikut. 1. Apakah yang dimaksud dengan gizi? 2. Apa yang dimaksud sekolah? 3. Apa yang dimaksud dengan anak usia sekolah? 4. Bagaimana pemenuhan gizi di sekolah? 5. Bagaimana pengelolaan gizi di sekolah? 6. Bagaimana permasalahan gizi di sekolah? 7. Bagaimana upaya penanganan masalah gizi di sekolah? C. Tujuan Sejalan dengan rumusan masalah di atas, makalah ini disusun dengan tujuan sebagai berikut: 1. Mengetahui dan mendeskripsikan pengertian gizi 2. Mengetahui dan mendeskripsikan pengertian sekolah 3. Mengetahui dan mendeskripsikan pengertian anak usia sekolah 4. Mengetahui dan mendeskripsikan pemenuhan gizi di sekolah 5. Mengetahui dan mendeskripsikan pengelolaan gizi di sekolah 6. Mengetahui dan mendeskripsikan permasalahan gizi di sekolah 7. Mengetahui dan mendeskripsikan upaya penanganan masalah gizi di sekolah D. Manfaat Makalah ini disusun dengan harapan memberikan kegunaan baik secara teoritis maupun secara praktis. 1. Manfaat Teoritis Secara teoritis makalah ini diharapkan mampu memberikan manfaat ilmu pengetahuan di bidang ilmu kesehatan mengenai pengelolaan gizi di sekolah. 2. Manfaat Praktis 4 a. Bagi Penulis Memberikan manfaat untuk memperdalam pengetahuan dan konsep keilmuan khususnya pengetahuan mengenai pengelolaan gizi di sekolah. b. Bagi Pembaca/Dosen Memberikan manfaat sebagai media informasi mengenai pengelolaan gizi di sekolah baik secara teoritis maupun secara praktis. c. Bagi Institusi Sekolah Hasil dari makalah ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi bagi institusi-institusi terkait terutama institusi sekolah dalam meningkatkan perbaikan gizi di sekolah. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA A. Gizi 1. Pengertian Gizi Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme, dan pengeluaran, zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan, dan fungsi normal dari organ-organ, serta menghasilkan energi. Kata gizi meupakan kata yang relatif baru dikenal sekitar tahun 1857. Kata gizi berasal dari Bahasa Arab Ghidza yang memiliki arti makanan. Dalam Bahasa Inggris, food menyatakan arti makanan, pangan, bahan makanan (Kuspriyanto Susilowati, 2016). 2. Status Gizi a. Pengertian Status Gizi Menurut Suhardjo (1983), status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat dari pemakaian, penyerapan dan penggunaan makanan. Makanan yang memenuhi gizi tubuh umumnya membawa ke status gizi memuaskan. Sebaliknya, jika kekurangan atau kelebihan zat gizi esensial dalam makanan untuk jangka waktu yang lama disebut dengan gizi salah. Manifestasi gizi salah dapat berupa gizi kurang atau gizi lebih. Gizi diartikan sebagai zat kimia yang terdapat dalam makanan yang diperlukan manusia untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan. Sampai saat ini dikenal kurang lebih ada 45 jenis zat gizi dan sejak akhir tahun 1980-an dikelompokkan keadaan gizi makro yaitu zat gizi sumber energi berupa karbohidrat, lemak dan protein dan zat gizi mikro yaitu vitamin dan mineral. Keadaan dikatakan pada tingkat optimal jika jaringan tubuh jenuh oleh semua zat gizi, maka disebut status gizi optimal. Kondisi ini memungkinkan tubuh terbebas dari penyakit dan mempunyai daya tahan yang tinggi. Apabila konsumsi gizi makanan pada seseorang tidak 5 6 seimbang dengan kebutuhan tubuh makan akan terjadi kesalahan gizi yang mencakup kelebihan dan kekurangan zat gizi. b. Penilaian Status Gizi Penilaian status gizi menurut Supariasa (2001) dibagi atas: 1) Penilaian Status Gizi Secara Langsung Penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi empat yaitu: antropometri, klinis, biokimia dan biofisik. a) Antropometri Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh manusia. Ditinjau dari sudut pandang gizi, maka antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Antropometri secara umum digunakan untuk melihat ketidakseimbangan asupan protein dan energi. Ketidakseimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot dan jumlah air dalam tubuh. b) Klinis Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk menilai status gizi masyarakat. Metode ini didasarkan atas perubahan-perubahan yang terjadi yang dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi. Hal ini dapat dilihat pada jaringan epitel seperti kulit, mata, rambut dan mukosa oral atau pada organ-organ yang dekat dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid. Penggunaan metode ini umumnya untuk survey klinis secara cepat. Survey ini dirancang untuk mendeteksi secara cepat tanda klinis umum dari kekurangan salah satu atau lebih zat gizi. Disamping itu digunakan untuk mengetahui tingkat status gizi seseorang dengan melakukan pemeriksaan fisik yaitu tanda dan gejala atau riwayat penyakit. c) Biokimia Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang diuji secara laboratories yang dilakukan pada 7 berbagai macam jaringan tubuh. Jaringan tubuh yang digunakan antara lain : darah, urin, tinja dan juga beberapa jaringan tubuh seperti hati dan otot. Metode ini digunakan untuk suatu peringatan bahwa kemungkinan akan terjadi keadaan malnutrisi yang lebih parah lagi. banyak gejala klinis yang kurang spesifik, maka penentuan kimia dapat lebih banyak menolong untuk menentukan kekurangan gizi yang spesifik. d) Biofisik Penentuan status gizi secara biofisik adalah metode penentuan status gizi dengan melihat kemampuan fungsi dan melihat perubahan struktur dari jaringan. Umumnya dapat digunakan dalam situasi tertentu seperti kejadian buta senja epidemik. Cara yang digunakan adalah adaptasi gelap. 2) Penilaian Status Gizi Secara Tidak Langsung Penilaian status gizi secara tidak langsung dapat dibagi tiga yaitu : survey konsumsi makanan, statistik vital dan faktor ekologi. Pengertian dan penggunaan metode ini akan diuraikan sebagai berikut: a) Survey Konsumsi Makanan Survey konsumsi makanan adalah metode penentuan status gizi secara tidak langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat yang dikonsumsi. Pengumpulan data konsumsi makanan dapat memberikan gambaran tentang konsumsi berbagai zat gizi pada masyarakat, keluarga dan individu. Survey ini dapat mengidentifikasikan kelebihan dan kekurangan zat gizi. b) Statistik Vital Pengukuran status gizi dengan statistik vital adalah dengan menganalisis data beberapa penyebab tertentu dan data lainnya yang berhubungan dengan gizi. Penggunaannya dipertimbangkan sebagai bagian dari indikator tidak langsung pengukuran status gizi masyarakat. c) Faktor Ekologi 8 Bengoa mengungkapkan bahwa malnutrisi merupakan masalah ekologi sebagai hasil interaksi bebrapa faktor fisik, biologis dan lingkungan budaya. Jumlah makanan yang tersedia sangat tergantung dari keadaan ekologi seperti iklim, tanah, irigasi dan lain-lain. Pengukuran faktor ekologi dipandang sangat penting untuk mengetahui penyebab malnutrisi di suatu masyarakat sebagai dasar untuk melakukan program intervensi gizi. 3. Fungsi Gizi Berdasarkan fungsinya zat gizi digolongkan kedalam “Triguna Makanan” yakni sebagai berikut: a. Sumber zat tenaga, yaitu padi-padian dan umbi-umbian serta tepungtepungan, seperti beras, jagung, umbi-umbian, kentang, sagu, roti, dan makanan yang mengandung sumber zat tenaga untuk menunjang aktivitas sehari-hari. b. Sumber zat pengatur, yaitu sayuran dan buah-buahan. Zat pengatur mengandung berbagai vitamin dan mineral yang berperan untuk melancarkan bekerjanya fungsi organ tubuh. c. Sumber zat pembangun, yaitu kacang-kacangan, makanan hewani, dan hasil olahannya. Makanan sumber zat pembangun yang berasal dari nabati adalah kacang-kacangan, tempe, dan tahu. Sedangkan makanan sumber zat pembangun yang berasal dari hewan adalah telur, ikan, ayam, daging, susu, serta hasil olahannya. Zat pembangun berperan sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan seseorang. Berdasarkan jumlah yang dibutuhkan oleh tubuh, zat gizi terbagi ke dalam dua golongan, yaitu sebagai berikut: 1) Zat Gizi Makro Zat Gizi Makro adalah makanan utama yang membina tubuh dan memberi energi. Zat gizi makro dibutuhkan dalam jumlah besar dengan satuan gram (g). Zat gizi makro terdiri atas karbohidrat, lemak, dan protein. 2) Zat Gizi Mikro 9 Zat Gizi Mikro adalah komponen yang diperlukan agar zat gizi makro dapat berfungsi dengan baik. Zat gizi mikro dibutuhkan dalam jumlah kecil atau sedikit, tetapi ada di dalam makanan. Zat gizi mikro terdiri atas mineral dan vitamin. Zat gizi mikro menggunakan satuan miligram (mg). 4. Akibat Kekurangan Gizi Menurut Sunita Almatsier (2009), gizi yang baik merupakan modal bagi pengembangan sumber daya manusia, namun kurang gizi dapat berakibat terhadap proses tubuh bergantung pada zat-zat gizi apa yang kurang. Kekurangan gizi secara umum (makanan kurang dalam kuantitas dan kualitas) menyebabkan gangguan pada proses-proses di bawah ini : a. Pertumbuhan Anak-anak tidak tumbuh menurut potensialnya. Zat Gizi berperan penting dalam proses pertumbuhan sebab protein digunakan sebagai zat pembangun. Anak yang kekurangan zat gizi akan mengalami otot-otot menjadi lembek dan rambut mudah rontok. Anak-anak yang berasal dari tingkat sosial ekonomi menengah ke atas rata-rata cenderung lebih tinggi daripada yang berasal dari keadaan sosial ekonomi rendah dikarenakan oleh faktor pemenuhan zat gizi. b. Produksi Tenaga Kekurangan energi berasal dari kekurangan zat gizi makanan. Hal ini menyebabkan seseorang kekurangan tenaga untuk bergerak, bekerja, dan melakukan aktifitas. Orang menjadi malas, merasa lemah, dan produktifitas menurun. c. Pertahanan tubuh Asupan zat gizi berpengaruh terhadap daya tahan tubuh. Apabila pemenuhan zat gizi tidak memenuhi kebutuhan, sistem imunitas dan antibodi seseorang akan berkurang, sehingga orang mudah terserang infeksi seperti pilek, batuk, dan diare. Pada anak-anak hal ini dapat membawa hal yang lebih serius. d. Struktur dan Fungsi Otak 10 Kurang gizi pada usia muda juga dapat berpengaruh terhadap perkembangan mental dan kemampuan berpikir. Otak mencapai pertumbuhan maksimal pada usia anak-anak sehingga kekurangan gizi pada anak dapat berakibat terganggunya fungsi otak secara permanen. Selain menyebabkan terganggunya suatu proses fisiologis, kekurangan zat gizi spesifik juga dapat menimbulkan berbagai penyakit spesifik seperti GAKI (Gangguan Akibat Kekurangan Iodium), KEP (Kekurangan Energi Protein), KVA (Kekurangan Vitamin A), dan AGB (Anemia Gizi Besi). B. Sekolah 1. Pengertian Sekolah Menurut Abullah (2011), kata sekolah berasal dari bahasa Latin, yaitu skhhole, scola, scolae atau skhola yang berarti waktu luang atau waktu senggang. Sekolah adalah kegiatan di waktu luang bagi anak-anak di tengah kegiatan mereka yang utama, yaitu bermain dan menghabiskan waktu menikmati masa anak-anak dan remaja. Kegiatan dalam waktu luang ialah mempelajari cara berhitung, membaca huruf-huruf dan mengenal tentang moral (budi pekerti) dan estetika (seni). Untuk mendamping dalam kegiatan sekolah anak-anak didampingi oleh orang ahli dan mengerti tentang psikologi anak, sehingga memberikan kesempatankesempatan yang sebesarbesarnya kepada anak untuk menciptakan sendiri dunianya melalui berbagai pelajarannya. Sekolah adalah suatu lembaga atau tempat untuk belajar seperti membaca, menulis dan belajar untuk berperilaku yang baik. Sekolah juga merupakan bagian integral dari suatu masyarakat yang berhadapan dengan kondisi nyata yang terdapat dalam masyarakat pada masa sekarang. Sekolah juga merupakan lingkungan kedua tempat anak-anak berlatih dan menumbuhkan kepribadiannya. (Zanti Arbi dalam buku Made Pidarta, 1997:171). Berdasarkan Undang-Undang Nomor 2 tahun 1989, sekolah adalah satuan pendidikan yang berjenjang dan berkesinambungan untuk menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), sekolah didefinisikan sebagai bangunan atau lembaga 11 untuk belajar dan mengajar serta tempat menerima dan memberi pelajaran (menurut tingkatannya, ada). Secara umum, sekolah merupakan suatu lembaga pendidikan yang sifatnya ialah formal, non formal, serta informal, yang mana pendiriannya itu dilakukan oleh negara atau juga swasta dengan tujuan utama ialah untuk memberikan pengajaran, mengelola, serta juga mendidik para murid dengan melalui bimbingan yang diberikan oleh para pendidik atau guru. 2. Klasifikasi Sekolah a. Ditinjau dari segi yang mengusahakan 1) Sekolah negeri, yaitu sekolah yang diusahakan oleh pemerintah, baik dari segi pengadaan fasilitas, keuangan maupun pengadaan tenaga pengajar. Penyelenggaraan pendidikan oleh pemerintah ini ditetapkan di dalam pasal 31 UUD 1945, yang pengaturan penyelenggaraannya diatur menurut UU Nomor 2 Tahum 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Instansi penyelenggara pada umumnya adalah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (Depdikbud) untuk sekolah-sekolah umum, dan Departemen Agama untuk sekolah yang berciri khas agama Islam. 2) Sekolah swasta, yaitu sekolah yang diusahakan oleh selain pemerintah, yaitu badan-badan swasta. Hal ini sebagaimana dinyatakan UU Nomor 2 Tahun 1989 pasal 47 ayat 1, yaitu: “Masyarakat sebagai mitra pemerintah berkesempatan yang seluasluasnya untuk berperan serta dalam penyelenggaraan pendidikan nasional.” b. Ditinjau dari sudut tingkatan Menurut UU Nomor 2 Tahun 1989, bahwa jenjang pendidikan yang termasuk jalur pendidikan sekolah terdiri dari: 1) Pendidikan Dasar, terdiri dari Sekolah Dasar/Masrasah Ibtidaiyah dan SMP/MTs. 2) Pendidikan Menengah, terdiri dari SMU dan Kejuruan dan Madrasah Aliyah. 12 3) Pendidikan Tinggi, terdiri dari Akademi, Institut, Sekolah Tinggi, Universitas. Selain diselenggarakan jenjang pendidikan pendidikan Pra tersebut, Sekolah, ada yaitu juga suatu penyelenggaraan pendidikan yang diperuntukkan bagi anak sebelum memasuki Pendidikan Dasar. c. Ditinjau dari sifatnya 1) Sekolah umum, yaitu sekolah yang belum mempersiapkan anak dalam spesialisasi pada bidang pekerjaan tertentu. Sekolah ini penekanannya adalah sebagai persiapan mengikuti pendidikan yang lebih tinggi tingkatannya. Termasuk dalam hal ini adalah SD/MI, SMP/MTs, SMU/MA. 2) Sekolah kejuruan, yaitu lembaga pendidikan sekolah yang mempersiapkan anak untuk menguasai keahlian-keahlian tertentu, seperti: SMEA, MPAK (MAK), SMK, STM dan sebagainya. 3. Anak Sekolah Menurut artikel online itjen Kemendikbud, kata "siswa" berakar dari bahasa Sanskerta "siya" yang artinya, "apapun yang Anda katakan, saya menerimanya". Jadi, di dalam istilah "siswa" terkandung makna kepatuhan kepada sang guru. Menurut UU Nomor 20 Tahun 2003 mengenai Sistem Pendidikan Nasional, siswa didefinisikan sebagai sebagai bagian dari anggota masyarakat yang sedang berusaha untuk mengembangkan potensi melalui pendidikan dalam tingkatan, jalur dan jenis tertentu. Sedangkan menurut KBBI, siswa disebut juga sebagai murid. Mereka adalah individu yang belajar pada jenjang tertentu mulai dari sekolah dasar, sekolah menengah dan seterusnya. Menurut Nata “Dalam Aly, 2008” Siswa atau murid didefinisikan sebagai orang yang berkeinginan untuk mendapatkan ilmu pengetahuan, pendidikan, ketrampilan, pengalaman dan kepribadian dan lainnya yang akan menjadi bekal hidupnya agar bahagia dunia dan akhirat dengan jalan belajar yang sungguh-sungguh. 13 Menurut Wikipedia, siswa adalah anggota masyarakat yang berusaha meningkatkan potensi diri melalui proses pembelajaran pada jalur pendidikan baik pendidikan formal maupun nonformal, pada jenjang pendidikan dan jenis pendidikan tertentu. Istilah siswa dalam dunia pendidikan meliputi: a. Siswa: siswa atau siswi istilah bagi peserta didik pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. b. Mahasiswa: mahasiswa atau mahasiswi istilah umum bagi peserta didik pada jenjang pendidikan tinggi. c. Warga Belajar: warga belajar istilah bagi peserta didik pada jalur pendidikan non formal seperti pusat kegiatan belajar masyarakat (PKMB), Baik paket A, Paket B, Paket C. d. Pelajar: istilah lain yang digunakan bagi peserta didik yang mengikuti pendidikan formal tingkat dasar maupun pendidikan formal tingkat menengah (Kompasina, 2013). Dari beberapa teori di atas, maka dapat disimpulkan siswa adalah salah satu faktor yang paling penting dalam dunia pendidikan dan untuk berjalanya sistem belajar-mengajar. Siswa adalah orang yang datang kesekolah untuk memperoleh atau mempelajari beberapa tipe pendidikan. Ilmu yang diperoleh dari sekolah akan terserap sempurna jika didukung dengan asupan gizi yang baik dan seimbang. Gizi yang baik dan seimbang akan mendukung perkembangan motorik dan kognitif siswa yang nantinya berguna untuk masa depannya. Salah satu upaya yang dapat sekolah lakukan untuk mendukung perkembangan dan pertumbuhan siswa adalah dengan menyediakan kantin sekolah dengan makanan dan minuman yang bergizi. Tidak hanya itu, kantin sekolah juga harus menyediakan makanan yang bersih dan higienis agar tidak menimbulkan kesakitan pada siswa. 4. Kantin Sekolah Kantin adalah tempat usaha komersial yang ruang lingkup kegiatannya menyediakan makanan dan minuman untuk umum di tempat usahanya. Kantin merupakan salah satu bentuk fasilitas umum, yang 14 keberadaannya selain sebagai tempat untuk menjual makanan dan minuman juga sebagai tempat bertemunya segala macam masyarakat dalam hal ini mahasiswa maupun karyawan yang berada di lingkungan kampus, dengan segala penyakit yang mungkin dideritanya. ( Depkes RI, 2003). Kantin berasal dari bahasa Belanda yaitu kantine yang berarti ruangan dalam sebuah gedung umum yang dapat digunakan pengunjung untuk makan baik yang dibawanya dari rumah maupun dibeli di sana. Sebuah kantin harus memenuhi standar yang telah ditetapkan dan prosedur prosedur tentang cara mengolah dan menjaga kebersihan kantin. Begitupula dengan makanan dan minuman yang dijual di sebuah kantin, makanan dan minuman yang disediakan dikantin haruslah bersih, halal dan memenuhi kriteria empat sehat lima sempurna. Selain itu, di kantin para pembeli harus mengantri dalam sebuah jalur yang telah ditentukan dan disediakan untuk membeli makanan. William H. Roe dalam bukunya School Business Management menyebutkan beberapa tujuan yang dapat dicapai melalui penyediaan layanan kantin di sekolah: a. memberikan kesempatan kepada murid untuk belajar memilih makanan yang baik atau sehat; b. memberikan bantuan dalam mengajarkan ilmu gizi secara nyata; c. menganjurkan kebersihan dan kesehatan; d. menekankan kesopanan dalam masyarakat, dalam bekerja, dan kehidupan bersama; e. menekankan penggunaan tata krama yang benar dan sesuai dengan yang berlaku di masyarakat; f. memberikan gambaran tentang manajemen yang praktis dan baik; g. menunjukan adanya koordinasi antara bidang pertanian dengan bidang industri; h. menghindari terbelinya makanan yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebersihannya dan kesehatannya. Dilihat dari tujuan kantin sekolah di atas, maka kantin sekolah dapat berfungsi untuk: 15 a. membantu pertumbuhan dan kesehatan siswa dengan jalan menyediakan makanan yang sehat, bergizi, dan praktis; b. mendorong siswa untuk memilih makanan yang cukup dan seimbang; c. untuk memberikan pelajaran sosial kepada siswa; d. memperlihatkan kepada siswa bahwa faktor emosi berpengaruh pada kesehatan seseorang; e. memberikan batuan dalam mengajrkan ilmu gizi secara nyata; f. mengajarkan penggunaan tata krama yang benar dan sesuai dengan yang berlaku di masyarakat; g. sebagai tempat untuk berdiskusi tentang pelajaran-pelajaran di sekolah, dan tempat menunggu apabila ada jam kosong. Dalam menyelenggarakan atau mendirikan kantin sekolah yang baik hendaknya memperhatikan hal-hal berikut ini: a. kantin sekolah hendaknya tidak dipandang sebagai suatu penciptaan keuntungan di sekolah; b. program kantin sekolah harus dipandang sebagai bagian integral dari program sekolah secara keseluruhan; c. harga makanan dan minuman harus dapat dijangkau oleh daya beli siswa; d. penyajian dan pelayanan makanan harus memadai dan cepat; e. gedung atau ruang kantin harus strategis karena akan sangat mempengaruhi keefektivan operasi dan koordinasi program-program kantin. C. Pemenuhan Gizi Di Sekolah 1. Kecukupan Gizi Anak Sekolah Pertumbuhan dan perkembangan seorang salah satunya dipengaruhi oleh zat gizi yang dikonsumsi sehari-hari. Awal usia 7 tahun anak mulai masuk sekolah, mulai berkenalan dengan suasana, lingkungan dan kebiasaan baru dalam kehidupannya sehingga mempengaruhi kebiasaan makan anak. Aktivitas yang tinggi mulai dari sekolah, kursus, mengerjakan pekerjaan rumah (PR) dan mempersiapkan pekerjaan untuk esok harinya, membuat 16 stamina anak cepat menurun kalau tidak ditunjang dengan asupan pangan dan gizi yang cukup dan seimbang. Agar stamina anak sekolah tetap bugar selama mengikuti kegiatan di sekolah, maka diharuskan sarapan pagi yang memenuhi kecukupan gizi. Energi dari sarapan untuk anak-anak dianjurkan berkisar 1/3 dari kebutuhan energi per hari. Pentingnya mengonsumsi makanan selingan selama di sekolah adalah agar kadar gula darah tetap terkontrol baik, sehingga anak tetap konsentrasi terhadap pelajaran dan dapat melaksanakan aktivitas lainnya. Kecukupan zat gizi seseorang diantaranya dipengaruhi oleh umur. Golongan umur 10-12 tahun kecukupan zat gizinya relatif lebih besar daripada golongan umur 7-9 tahun, karena pertumbuhan relatif cepat, terutama penambahan berat dan tinggi badan. Selain umur, jenis kelamin juga mempengaruhi kecukupan zat gizi. 2. Kebutuhan Gizi Anak Sekolah Kebutuhan energi pada anak usia sekolah ditentukan oleh usia, metabolisme basal, dan aktivitas (Wnpg,2005). Kebutuhan energi anak sekolah ditentukan oleh metabolisme basal, kecepatan pertumbuhan, dan pengeluaran energi. Energi dari konsumsi pangan harus cukup untuk memenuhi kebutuhan pertumbuhan dan mencegah penggunaan protein sebagai sumber energi, tetapi tidak sampai terjadi pertambahan berat badan.yang berlebihan. Untuk anak usia 7-9 tahun, tanpa membedakan jenis kelamin kebutuhan energinya 1850 kkal. Anak laki-laki usia 10-12 tahun memerlukan energi sebesar 2100 kkal, dan anak perempuan berusia 10-12 tahun memerlukan energi sebesar 2000 kkal. Kebutuhan protein total meningkat seiring dengan pertambahan umur, tetapi ketika berat badan anak juga diperhitungkan, kebutuhan protein aktual menurun sedikit. Rekomendasi protein harus mempertimbangkan kebutuhan untuk menjaha keseimbangan nitrogen, kualitas protein yang dikonsumsi, dan jumlah protein tambahan yang dibutuhkan untuk pertumbuhan. Anak-anak membutuhkan protein relatif lebih tinggi bila dikaitkan dengan berat badan dibandingkan orang dewasa. Kebutuhan yang tinggi untuk periode pertumbuhan yang cepat. Konsumsi protein yang 17 memadai merupakan hal yang penting yaitu harus mengandung semua jenis asam amino esensial dalam jumlah yang cukup karena diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan. Kebutuhan gizi anak usia sekolah tentu berbeda dengan kelompok anak usia lain, termasuk di masa perkembangan anak usia 6-9 tahun.Kebutuhan nutrisi pada anak harus tercukupi dengan baik karena perkembangan kognitif anak, perkembangan fisik anak, serta hal lainnya sedang berjalan.Sesuai Angka Kecukupan Gizi (AKG) dari Kementerian Kesehatan RI, anak usia sekolah yang berkisar di umur 6-9 tahun, membutuhkan gizi harian sebagai berikut: Zat Gizi Usia 6 tahun Kebutuhan Energi: 1400 zat gizi kkal makro Protein: 25 gr Lemak: 50 gr Karbohidrat: 220 gr Serat: 20 gr Air: 1450 ml Kebutuhan Vitamin A: zat gizi 450 mikro mikrogram (mcg) Vitamin D: 15 mcg Vitamin E: 7 miligram (mg) Vitamin K: 20 mcg Kalsium: 1000 mg Fosfor: 500 mg Magnesium: 120 mg Natrium: 900 mg Kalium: 2700 mg Besi: 10 mg Usia 7-9 tahun Energi: 1650 kkal Protein: 40 gr Lemak: 55 gr Karbohidrat: 250 gr Serat: 23 gr Air: 1650 ml Vitamin A: 500 mikrogram (mcg) Vitamin D: 15 mcg Vitamin E: 8 miligram (mg) Vitamin K: 25 mcg Kalsium: 1000 mg Fosfor: 500 mg Magnesium: 120 mg Natrium: 1000 mg Kalium: 4500 mg Besi: 10 mg Usia 10-12 tahun Laki-laki Perempuan Energi: 2100 Energi: 2000 kkal kkal Protein: 56 gr Protein: 60 gr Lemak: 70 gr Lemak: 67 gr Karbohidrat: Karbohidrat: 289 gr 275 gr Serat: 30 gr Serat: 28 gr Air: 1800 ml Air: 1800 ml Vitamin A: Vitamin A: 600 600 mikrogram mikrogram (mcg) (mcg) Vitamin D: 15 Vitamin D: 15 mcg mcg Vitamin E: 11 Vitamin E: 11 miligram (mg) miligram (mg) Vitamin K: 35 Vitamin K: 35 mcg mcg Kalsium: 1200 Kalsium: mg 1200 mg Fosfor: 1200 Fosfor: 1200 mg mg Magnesium: Magnesium: 150 mg 155 mg Natrium: 1500 Natrium: 1500 mg mg Kalium: 3200 Kalium: 4500 mg mg Besi: 10 mg Besi: 10 mg 18 3. Empat Prinsip Gizi Seimbang Prinsip gizi seimbang yakni konsumsi makanan sehari-hari harus mengandung zat gizi dalam jenis dan jumlah (porsi) yang sesuai dengan kebutuhan setiap orang atau kelompok umur. Konsumsi makanan dengan pola ini harus memperhatikan empat prinsip dasar, yaitu: a. Makan yang beraneka ragam Makan yang beraneka ragam sangat diperlukan karena tidak ada 1 (satu) jenis makanan pun yang mengandung semua zat gizi yang dibutuhkan tubuh. Prinsipnya, setiap makanan yang dihidangkan dari makan pagi, siang dan malam serta makan selingan harus terdiri atas makanan pokok, lauk-pauk, sayur dan buah. Jumlah makanan yang dibutuhkan oleh tubuh berbeda-beda tergantung pada umur, jenis kelamin dan banyaknya aktivitas fisik yang dilakukan. b. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Perlunya perilaku hidup bersih agar terhindar dari serangan kuman penyebab penyakit infeksi. Penyakit infeksi dapat mengganggu keadaan gizi seseorang. Pola makan gizi seimbang tidak akan berguna jika tidak diikuti dengan penerapan perilaku hidup bersih, seperti mencuci tangan menggunakan sabun sebelum makan dan sesudah buang air, menutup makanan dan minuman, mandi sedikitnya 2 kali sekali, menggosok gigi setidaknya saat bangun tidur dan sebelum tidur, potong dan bersihkan kuku secara teratur, mencuci buah dan sayur yang akan dimakan, minum air matang, dan buang sampah ditempat tertutup. Beberapa kegiatan anak sekolah dalam menerapkan PHBS di sekolah antara lain membawa bekal dari rumah; jajan di warung/kantin sekolah karena lebih terjamin kebersihannya; mencuci tangan dengan air bersih dan sabun; menggunakan jamban di sekolah serta menjaga kebersihan jamban; mengikuti kegiatan olah raga dan aktifitas fisik sehingga meningkatkan kebugaran dan kesehatan peserta didik; memberantas jentik nyamuk di sekolah secara rutin; tidak merokok, 19 memantau pertumbuhan anak sekolah melalui pengukuran Berat Badan dan Tinggi Badan; serta membuang sampah pada tempatnya. c. Aktivitas fisik Bentuk aktivitas fisik yang umum dapat dilakukan adalah bermain (misalnya petak umpet, gobak sodor) dan olahraga secara teratur. Olahraga yang dilakukan dalam waktu yang cukup dan teratur akan memperlancar aliran darah dan oksigen ke otak dan otot sehingga meningkatkan kebugaran dan ketangkasan berpikir. d. Memantau berat badan Perlunya memantau berat badan ideal adalah untuk mengetahui apakah seseorang mempunyai berat badan ideal atau tidak berdasarkan umur, jenis kelamin dan tinggi badannya dan untuk mengetahui apakah terjadi penurunan atau kenaikan berat badan. 4. Program Gizi Yang Dilakukan Pemerintah Untuk Anak Sekolah a. Program Gizi Sesuai Undang-undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025 yang menetapkan pendidikan sebagai salah satu prioritas pembangunan nasional. Pemenuhan gizi, perilaku hidup bersih dan sehat dapat dicapai melalui pendidikan gizi, perbaikan konsumsi pangan dan Penguatan Pendidikan Karakter. Salah satu konsentrasi pemerintah terhadap pembentukan generasi bangsa yang kuat adalah dengan menurunkan prevalensi stunting di kalangan siswa. Menurut rencana pembangunan jangka menengah (RPJM) 2015-2019, penurunan prevalensi stunting 28% pada 2019. Untuk itu, di pendidikan dasar terdapat beberapa program yang dilakukan untuk mendukung rencana tersebut, salah satunya adalah Program Gizi Sensitif. Dalam program gizi sensitif, yang dapat dilakukan adalah dengan mengenalkan perilaku hidup sehat dan bersih kepada siswa. Fokus kegiatannya adalah pada perubahan perilaku kesehatan dan hidup bersih, terutama akses terhadap air dan lingkungan yang bersih. 20 b. Program Gizi Anak Sekolah (ProgGAS) Untuk wilayah yang memiliki tingkat stuntingnya tinggi, Kemendikbud melakukan intervensi pemberian asupan makanan kepada siswa SD melalui Program Gizi Anak Sekolah (ProGAS) sejak 2016. Program ini merupakan intervensi pemberian asupan gizi kepada anak usia 4-12 tahun yang merupakan anak usia sekolah dasar dan terindikasi mengalami defisit asupan gizi, protein dan memiliki kebiasaan makan kurang dari tiga kali sehari. Target lainnya adalah anak-anak yang tidak sarapan saat berangkat sekolah dan tinggal di wilayah termasuk dalam kategori rentan/rawan pangan berdasarkan pemetaan yang telah dilaksanakan oleh Kementerian/ Lembaga yang kompeten. c. Pengelolaan Pangan Jajanan Anak Sekolah (PAJAS) Kebutuhan zat gizi anak dapat terpenuhi dari asupan makanan atau minuman yang dikonsumsi dirumah maupun dikonsumsi diluar rumah atau sering disebut sebagai makanan jajanan. Makanan jajanan sudah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan masyarakat, baik di perkotaan maupun di pedesaan. Makanan jajanan memberikan kontribusi yang cukup penting bagi asupan energi dan kebutuhan gizi bagi anak-anak usia sekolah (BPOM,2016). Berdasarkan survey BPOM tahun 2018 dengan skala nasional tentang Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS) menunjukan bahwa sebanyak 55% sekolah telah memiliki peraturan tentang PJAS dan sebanyak 42% sekolah tidak memiliki peraturan tentang PJAS. Sebanyak 95% peraturan tersebut dikeluarkan oleh sekolah dan sisanya dikeluarkan oleh Dinas Kesehatan maupun Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota. Sebanyak 68,4% mengatur mengenai siswa, 65,7% mengatur tentang penjaja PJAS dan 57% mengatur tentang kantin sekolah. sebesar80% anak sekolah mengkonsumsi makanan jajanan di lingkungan sekolah baik dari penjaga maupun dari kantin sekolah dengan frekuensi makanan ringan lebih dari 11 kali perminggu (66%). Berdasarkan data Kejadian Luar Biasa (KLB, 2012-2013) mengenai jajanan anak sekolah di Indonesia, menunjukan bahwa di 21 Indonesia kelompok siswa sekolah dasar (SD) merupakan kelompok yang paling sering mengalami keracunan. Survei pada 30 kota tahun 2018 dari 4.500 sekolah SD dan Madrasah Ibtidaiyah dari jumlah 5.566 hasil yang tidak memenuhi syarat sebanyak 50%. Tahun 2014 sebanyak 42 kali (14,4%) kejadian keracunan makanan berasal dari jajanan, KLB tertinggi pada anak SD yaitu 34 kejadian (BPOM, 2018). D. Pengelolaan Gizi Di Sekolah Untuk memenuhi kebutuhan gizi di sekolah, pengelolaan bahan makanan yang baik sangatlah penting untuk menjaga zat-zat yang terkandung di dalam bahan makanan tetap utuh dan tidak terkontaminasi zat-zat berbahaya dari luar. Makanan yang akan dikonsumsi harus diolah dengan baik sejak berbentuk bahan bakunya, hingga penyajiannya. Pengelolaan pangan baik menerapkan 5 kunci keamanan pangan yaitu : 1. Menjaga Kebersihan 2. Memisahkan Pangan Mentah dari Pangan Matang 3. Memasak Pangan dengan Benar 4. Menyimpan Pangan pada Suhu yang Aman 5. Menggunakan Air dan Bahan Baku yang Aman Berikut hal-hal yang harus diperhatikan dalam mengelola makanan di sekolah, antara lain: 1. Bahan Makanan Bahan makanan yang akan diolah harus memenuhi beberapa syarat, yaitu: a. Bebas Pestisida b. Bebas Bahan Kimia Berbahaya (borax, rodhamin B, dll) c. Tidak Busuk d. Bersih Bebas dari Kerikil, Pasir, Debu e. Berasal dari Sumber yang Baik 2. Penyimpanan Bahan Makanan Syarat umum menyimpan bahan makanan antara lain: a. Penempatan bahan makanan terpisah dengan makanan jadi; b. Di tempat penyimpanan tidak boleh ada bahan pestisida; 22 c. Tersedia kulkas untuk menyimpan makanan; d. Bebas dari serangga penganggu dan tikus 3. Penyajian Syarat penyajian makanan yang baik antara lain: a. Wadah penyajian harus tertutup, tidak berkarat, bersih; b. Waktu penyajian tidak boleh lebih 6 jam; c. Tiap jenis makanan disajikan dalam wadah yang terpisah; d. Etalase mudah dibersihkan, tidak berkarat, tidak terbuat dari bahan yang mengandung bahan berbahaya/beracun 4. Sanitasi Dan Hygiene a. Tempat Pengolahan Makanan 1) Tertata rapi dan bersih; 2) Tidak berhubungan dengan toilet /WC; 3) Peralatan dan meja dapur mudah dibersihkan; 4) Tersedia sarana/alat yang berfungsi sebagai jalan keluar asap; 5) Ruang dapur bebas serangga, tikus dan binatang pengganggu lainnya; 6) Pencahayaan cukup untuk melakukan kegiatan; 7) Lantai kedap air, rata, tidak licin, tidak retak dan mudah dibersihkan 8) Tersedia sarana atau tempat cuci tangan dengan air mengalir dan sabun; 9) Tersedia tempat pencucian peralatan; 10) Tersedia tempat sampah kedap air, tidak berkarat, bertutup dan mudah dibersihkan b. Fasilitas Sanitasi 1) Air bersih (tersedia dalam jumlah yang cukup, kualitas memenuhi syarat, tempat penampungan harus tutup); 2) Air Limbah (saluran kedap air, tertutup dan mengalir lancar, air limbah dari dapur dilengkapi prangkap lemak) 3) Sampah (tersedia di tempat sampah kedap air, tidak berkarat, tertutup dan mudah dibersihkan; sampah harus dibuang maksimal 23 24 jam; sampah basah dan sampah kering dipisah, tempat sampah basah dilapisi dengan kantong plastik) 4) Tempat cuci tangan (tersedia tempat cuci tangan, sabu dan alat pengering tangan, air untuk cuci tangan harus mengalir) 5) Tempat cuci peralatan (dapat berupa bak/ember, tersedia air bersih cukup dan mengalir, dilengkapi dengan sabun/deterjen, disekitar tempat cuci alat tidak ada air tergenang 5. Peralatan Memasak Hal-hal yang harus diperhatikan pada peralatan memasak yang akan digunakan antara lain: a. Alat pengolahan makanan harus bersih, tidak retak, tidak luntur, tidak berkarat; b. Menggunakan lap/serbet bersih, tidak kotor ; c. Peralatan disimpan dalam rak penyimpanan; d. Talenan tidak boleh dari kayu BAB 3 PEMBAHASAN A. Permasalahan Gizi Di Sekolah Ada dua factor yang memengaruhi pertumbuhan dan status gizi anak di negara-negara berkembang, yaitu penyakit infeksi dan konsumsi makanan yang kurang memnuhi kebutuhan gizi. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak dalam jangka pendek akan mempengarugi konsentrasi belajar dan prestasi belajar. Akibat jangka Panjangnya adalah penurunan kualitas sumber daya manusia (SDM). Keadaan gizi atau status gizi yang baik akan menimbulkan derajat kesehatan yang optimal, dan akan membantu anak sekolah dalam meningkatkan kemampuan daya pikir dan performa belajar. Status gizi didefinisikan sebagai suatu keadaan kesehatan tubuh seseorang atau sekelompok orang yang diakibatkan oleh konsumsi, penyerapan dan penggunaan zat gizi makanan. Anak-anak sekolah dinegara berkembang umumnya menderita kelaparan jangka pendek, kekurangan energi protein, kekurangan iodium, vitamin A dan Zat Besi. Hal ini mencerminkan adanya masalah gizi yang diderita oleh anak sekolah. Salah satu asupan makanan anak-anak yaitu Pangan jajanan anak sekolah (PJAS), merupakan pangan jajanan yang ditemukan di lingkungan sekolah dan menjadi konsumsi harian anak sekolah, yang terdiri dari minuman, buahbuahan, cemilan dan makanan sepinggan menjadi santapan anak-anak ketika jam istirahat dan pulang sekolah. Keamanan PJAS ini masih rendah dan masih menjadi permasalahan penting yang perlu mendapat perhatian dan komitmen komunitas sekolah. Adapun masalah-masalah terkait pangan jajanan anak sekolah ini diantaranya : 1. Rendahnya pengetahuan anak tentang makanan sehat dan bergizi Masa kanak-kanak merupakan fase menyerap segala informasi yang ada disekitar lingkungannya. Hal ini akan menjadi dasar terbentuknya pengetahuan, sikap dan kebiasaan pada seorang anak dimasa mendatang. Pada masa ini anak harus dibekali dengan pengetahuan dasar yang dapat membuat dirinya menjadi pribadi yang baik dimasa depan, salahsatunya pengetahuan tentang makanan sehat dan bergizi. Namun sayangnya banyak 24 25 orang tua tidak menyadari hal itu. Pengetahuan tentang makanan sehat dan bergizi menjadi hal yang jarang disampaikan pada anak-anak, karena merasa hal tersebut tidak penting dan menganggap bahwa anak akan mengetahui dengan sendirinya. Padahal masa kanak-kanak menjadi sangat rentan ketika tidak dibekali dengan pengetahuan dasar makanan sehat dan bergizi, terlebih mereka belum bisa membedakan mana yang baik untuk dirinya. Selagi makanan itu menarik minatnya, dan harganya terjangkau, maka mereka akan membeli makanan tersebut. 2. Hygiene Lokasi dan Perorangan Pedagang Pedagang makanan yang berada disekolah baik dikantin maupun diluar lingkungan sekolah jarang memperhatikan kebersihan lokasi maupun hygiene perorangannya. Orientasi mereka adalah bagaimana mencari keuntungan sebanyak-banyaknya, walaupun dengan modal dan usaha yang sedikit. Kadang mereka berebut untuk mendapatkan tempat yang dapat dijangkau anak-anak, walaupun tempat tersebut berhadapan langsung dengan selokan sekolah/tempat sampah. 3. Cara pengelolaan Pembuatan makanan, dari pemilihan bahan makanan, alat dan penyimpanan menjadi akumulasi yang penting dalam pengelolaan makanan. Jika satu dari tahap-tahap tersebut terjadi kontaminasi bakteri, maka akan mempengaruhi proses lain yang dapat mempengaruhi pula kualitas makanan yang akan dikonsumsi oleh anak-anak. Terutama dalam hal ini adalah penataan tempat pengelolaannya harus dipastikan tertata rapi dan bersih, ventilasi yang cukup, alat-alat mudah dibersihkan, dan pencahayaan yang cukup. 4. Cara penyajian Penyajian makanan dikantin sekolah maupun pedagang kali lima disekitar sekolah jarang menggunakan penutup, sehingga akan meningkatkan potensi makanan terkontaminasi bakteri ataupun terpapar zat yang semestinya tidak termakan. 26 5. Cara penyimpanan Jika makanan yang dijual tidak langsung habis, ataupun tidak digoreng secara mendadak, biasanya stok makanan disimpan dietalase. Penyimpanan disuhu ruangan selama lebih dari 2-3 jam, akan meningkatkan potensi pertumbuhan bakteri sehingga akan lebih mudah basi. 6. Kualitas makanan Pemilihan bahan makanan yang berkualitas tentu akan mempengaruhi kualitas makanan. Namun sangat disayangkan, seperti yang sudah dibahas sebelumnya bahwa orientasi para pedagang itu untuk mencari keuntungan. Sehingga para pedagang sering menggunakan bahan makanan yang kualitasnya ‘pas-pasan’, bahkan tak jarang ditemukan pedagang yang menggunakan bahan-bahan buatan, seperti pemanis dan pewarna yang dalam kurun waktu lama dapat memberikan dampak buruk bagi tubuh. 7. Kurangnya koordinasi antar pihak yang berperan Orang tua, guru, pedagang, dan pemerintah merupakan unsur yang berperan dalam mengawasi asupan jajan anak sekolah. Semuanya harus bahu membahu menyiapkan generasi masa depan yang baik, dimulai dari asupan gizinya. Saat ini untuk menciptakan koordinasi dan kolaborasi tersebut, masih sangat jarang ditemukan, sehingga masih sering ditemukan kasus diare pada anak setelah jajan di sekolah. B. Upaya Penanganan Masalah Gizi Di Sekolah 1. Pelatihan Higiene Personal dan Sanitasi Kantin Sekolah Dasar Pada pelatihan ini para peserta diajarkan secara teori ilmu dasar mengenai higiene personal dan sanitasi pengelola kantin sekolah yang memenuhi persyaratan. 2. Edukasi siswa Kegiatan pelaksanaan edukasi siswa yaitu dengan melakukan sosialisasi atau penyuluhan tentang keamanan pangan dan keterampilan siswa dalam memilih makanan jajanan yang aman dan sehat. 3. Edukasi pengelola kantin Kegiatan edukasi untuk pengelola kantin dapat dilakukan berupa pendampingan praktik dan praktik mandiri higiene sanitasi kantin sekolah 27 yang dilakukan dengan pengamatan secara langsung. Pada saat pendampingan praktik, pengelola kantin didampingi untuk menerapkan higiene sanitasi kantin sekolah yang memenuhi persyaratan. Beberapa hal yang perlu dilihat dari penjamah makanan yaitu, penggunaan pakaian kerja dan alat pelindung diri (APD) pada saat bekerja, mencuci tangan sebelum dan setelah bekerja, tidak menggunakan perhiasan pada saat bekerja, penjamah dalam kondisi yang sehat pada saat bekerja, menggunakan alat bantu mengambil makanan matang, menutup makanan yang sudah matang, tidak ada sampah berserakan, dan menggunakan perlatan masak yang bersih. Teori Nuraida, dkk. (2011), kantin harus mempunyai fasilitas sanitasi yang terdiri dari : bak cuci piring dan peralatan dengan air mengalir serta rak pengering, wastafel dengan sabun/detergen dan lap bersih atau tisue di tempat makan dan di tempat pengolahan/persiapan makanan, tersedia suplai air bersih yang cukup, baik untuk kebutuhan pengolahan maupun untuk kebutuhan pencucian dan pembersihan. Adapun persyaratan sanitasi penyajian makanan jajanan dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 942/MENKES/SK/VII/2003 tentang Pedoman Persyaratan Higiene Sanitasi Makanan Jajanan adalah sebagai berikut: a. Makanan Jajanan yang Dijajakan Harus dalam Keadaan Terbungkus dan tertutup Cara pembungkusan yang baik bisa menekan sekecil mungkin terjadinya kerusakan pada makanan sehingga penyakit karena makanan pada pencernaan manusia bisa dikurangi (Saksono, 1986). Makanan yang dijajakan tidak boleh disajikan untuk dijual dimanapun kecuali dalam kondisi tertutup, atau dibungkus sehingga makanan terlindungi dari kemungkinan kontaminasi. Makanan siap saji yang tidak dikemas yang dijajakan rentan terhadap kontaminasi (FSANZ, 2016). b. Pembungkus yang digunakan dan/atau tutup makanan jajanan harus dalam keasaan bersih dan tidak mencemari makanan 28 Peran pembungkus adalah besar sekali untuk makanan yang terbungkus baik dengan pembungkus plastik, kertas, atau dalam kaleng, dimana pembungkus yang sudah tercemar oleh jasad renik bisa menyebabkan pencemaran pada makanan yang dibungkus (Saksono, 1986). Menurut Indraswati (2017) syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh suatu kemasan agar dapat berfungsi dengan baik adalah harus dapat melindungi produk dari kotoran dan kontaminasi sehingga produk tetap bersih. Sifat-sifat kemasan masa depan diharapkan mempunyai bentuk yang fleksibel namun kuat, transparan, tidak berbau, tidak mengontaminasi bahan yang dikemas dan tidak beracun, tahan panas, biodegradable dan berasal dari bahan-bahan yang Digunakan yang terbarukan (Indraswati, 2017). c. Pembungkus Makanan Tidak Ditiup Food Agriculture Organization (1999) telah menetapkan beberapa larangan praktik tidak higienis pada penjual makanan. Salah satu larangan tersebut adalah larangan untuk meniup dengan napas ke dalam kantong kertas atau wadah dalam penyiapan makanan lainnya yang digunakan sebagai wadah makanan yang dijual untuk konsumsi manusia, dalam sumber lain juga menyebutkan bahwa penjamah makanan tidak diperbolehkan untuk meniupbungkus yang akan bersentuhan dengan makanan (FSANZ, 2016). d. Makanan Jajanan yang Diangkut Harus dalam Keadaan tertutup atau Terbungkus dan dalam Wadah yang Bersih Menurut Food Standards Australia New Zealand (2016), perlengkapan, peralatan, dan kendaraan yang digunakan untuk mengangkut makanan harus dijaga kebersihannya untuk meminimalkan kemungkinan makanan terkontaminasi dan untuk mencegah hama. Ketika mengangkut makanan, penjaja makanan harus melindungi semua makanan dari kemungkinan kontaminasi. Makanan yang dikemas umumnya terlindungi dari kontaminasi selama pengangkutan olehkemasannya. Namun, tindakan pemeliharaan harus dilakukan untuk memastikan kemasan tidak rusak atau terkontaminasi sehingga dapat 29 mempengaruhi keamanan atau kelayakan makanan (FSANZ, 2016). Berbeda dengan makanan yang dikemas, makanan tanpa kemasan lebih rentan terhadap kontaminasi. Untuk melindungi makanan tanpa kemasan saat pengangkutan dapat dilakukan beberapa hal seperti dengan menempatkan makanan yang tidak dikemas terutama makanan siap saji ke dalam dalam wadah atau pembungkus lainnya yang sesuai untuk pengangkutan. Selain itu, makanan perlu ditempatkan di tempat yang bersih dan tertutup pada kendaraan pengangkutan (FSANZ, 2016). Bahan-bahan yang berkemasan dan bahan-bahan yang tahan lama memiliki risiko yang paling rendah terhadap kontaminasi akibat praktik pengangkutan dan penyimpanan makanan yang tidak tepat (Ackerley et al., 2010). BAB 4 SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Status gizi merupakan keadaan kesehatan tubuh seseorang yang di timbulkan oleh penyerapan zat gizi makanan yang di konsumsi. Status gizi sangatlah berpengaruh terhadap kesehatan seseorang terutama pada anak-anak. Status gizi yang buruk akan menghambat pertumbuhan dan perkembangan anak sehingga mempengaruhi konsentrasi dan prestasi belajar anak. Akibat jangka Panjangnya adalah penurunan kualitas sumber daya manusia (SDM). Adapun salah satu faktor yang mempengaruhi status gizi anak adalah pemenuhan kebutuhan gizi anak ketika sedang disekolah. Adapun faktor yang mempengaruhi kurangnya pemenuhan kebutuhan gizi anak ketika sedang disekolah diantaranya adalah; 1. Rendahnya pengetahuan anak tentang makanan sehat dan bergizi 2. Hygiene Lokasi dan Perorangan Pedagang 3. Cara pengelolaan bahan makanan yang salah 4. Cara penyajian yang kurang menarik 5. Kualitas bahan makanan yang kurang baik B. Saran Untuk memenuhi kebutuhan gizi anak ketika disekolah memerlukan pemahaman yang sama dari masing-masing pihak terkait. Maka dari itu disarankan untuk melakukan edukasi terhadap siswa mengenai pemilihan makanan yang sehat dan bergizi, dilakukan edukasi terhadap para pedagang kantin yang ada disekolah untuk mengolah bahan makanan dengan baik dan benar. Selain itu semua diperlukan juga dukungan pihak terkait seperti orang tua anak yang memberikan pemahaman kepada anaknya dan sekolah menerapkan peraturan mengenai syarat makanan yang dapat didagangkan di lingkungan sekolah. 30 DAFTAR PUSTAKA Wardani, Gita Dwi & Havifah Lubis. 2021. Peningkatan Aktivitas Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Berbasis Masalah Pada Mata Pelajaran Kelas IV SDN 050659 Stabat T.A 2018/2019. 2021;1(1):8. [online]. Tersedia: https://jurnal.permapendis-sumut.org (diakses pada 21 September 2021) Kemdikbud. (2003). Undang-undang RI NO 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. [online]. Tersedia: https://simkeu.kemdikbud.go.id (diakses pada 21 September 2021) Seputar Pengetahuan. 2019. Pengertian Sekolah, Unsur-Unsur, Fungsi dan Jenjangnya. [online]. Tersedia: https://www.seputarpengetahuan.co.id/2019/11/sekolah.html (diakses pada 21 September 2021) Ibeng, Parta. 2021. Pengertian Sekolah, Fungsi, Unsur, Beserta Jenjangnya. [online]. Tersedia: https://pendidikan.co.id/pengertian-sekolah-fungsiunsur-beserta-jenjangnya/ (diakses pada 21 Setember 2021) Rustam, Rifdah Mawaddah. 2018. Makalah Pengaruh Kebersihan Kantin Sekolah Terhadap Kesehatan Siswa X Mipa SMA Negeri 1 Maros. [online]. Tersedia: http://lonelywhale28.blogspot.com/2018/08/makalah-pengaruhkebersihan-kantin.html (diakses pada 21 September 2021) Sudrajat, Akhmad. 2010. Mengelola Kantin Sekolah. [online]. Tersedia: https://akhmadsudrajat.wordpress.com/2010/06/03/tentang-kantinsekolah/ (diakses pada 21 September 2021) Itjen Kemendikbud. 2019. Memahami Makna Siswa, Murid, Pelajar dan Mahasiswa. [online]. Tersedia: https://itjen.kemdikbud.go.id/public/post/detail/memahami-makna-siswamurid-pelajar-dan-mahasiswa (diakses pada 21 September 2021) 31 32 Supariasa, Hardinsyah, 2016. Ilmu gizi teori dan Aplikasi. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. [Online] Tersedia : http://digilib.uad.ac.id/buku/Buku/detail/102697/ilmu-giziteori-danaplikasi Novianti, Sri. 2018. Meningkatkan Pengetahuan Makanan Sehat Pada Anak Melalui Kegiatan Cooking di TK Tunas Bangsa Balai Panjang Kecamatan Lareh Sago Halban Kabupaten Lima Puluh Kota. Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Batu Sangkar. [Online] Tersedia : 1558672284204_PUSTAKA.pdf (iainbatusangkar.ac.id) Mulyani,Sri. Muharni. 2017. Pendampingan Penerapan Sanitasi Dan Higiene Pada Penjamah Kantin Sekolah Dasar Negeri 147 Pekanbaru Riau. Politeknik Kesehatan Kemenkes Riau. https://osf.io.com Arifin, Muhammad. 2019. Gambaran Higiene dan Sanitasi Makanan Jajanan di Kantin Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah. Universitas Negeri Semarang. http://lib.unnes.ac.id