Uploaded by riyansaputra194

5814-9540-1-SM (1)

advertisement
Faktor Teknis, Sosial, dan Ekonomi yang M empengaruhi Penerimaan .......................................................Gagan Ahmad Badar
FAKTOR TEKNIS, SOSIAL, DAN EKONOMI YANG
MEMPENGARUHI PENERIMAAN USAHATERNAK DOMBA YANG
DIGEMBALAKAN
(Kasus di Kawasan Peternakan Domba Kecamatan Cikedung, Indramayu)
TECHNICAL, SOCIAL, ECONOMICAL FACTORS THAT INFLUENCE SHEEP
FARMING BUSINESS INCOME
( A Case at Sheep Raising Area Subdistrict of Cikedung, Indramayu)
Gagan Ahmad Badar*, Sri Rahayu**, dan Sondi Kuswaryan**
Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran
Jalan Raya Bandung Sumedang KM 21 Sumedang 45363
*Alumni Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran
**Staf Pengajar Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran
Email: gagan.ahmad@yahoo.com
ABSTRAK
Penelitian ini untuk mengetahui “faktor teknis, sosial, dan ekonomi yang
mempengaruhi besarnya penerimaan usahaternak domba yang digembalakan (kasus di
Kawasan Peternakan Domba Kecamatan Cikedung Kabupaten Indramayu), telah
dilaksanakan pada bulan Juni 2014”. Faktor teknis yang dianalisis yaitu lama penggembalaan
dan kemampuan teknis peternak, faktor sosial yaitu pengalaman beternak domba, dan faktor
ekonomi yaitu waktu penjualan domba.
Responden yang diambil sebanyak 61 orang
peternak. Model analisis regresi linier berganda digunakan untuk mengetahui besarnya
pengaruh kemampuan teknis, lama penggembalaan, pengalaman beternak, dan waktu
penjualan domba terhadap penerimaan usahaternak yang digembalakan.
Hasil Analisis
menunjukkan bahwa besarnya penerimaan usahaternak domba sebesar Rp 4.406.167/Unit
Ternak/tahun. Persamaan regresi Y= 9.207.459,74 + 17.448,42 X1 + 405.078,98 X2 +
31.709,66 X3 + 967.225,16 D1 dengan nilai R2 sebesar 95%. Analisis secara simultan
menunjukkan bahwa kemampuan teknis, lama penggembalaan, pengalaman beternak, dan
waktu penjualan domba berpengaruh secara signifikan terhadap penerimaan dengan taraf
nyata 95%. Analisis secara parsial menunjukkan bahwa kemampuan teknis, lama
penggembalaan, pengalaman beternak, dan waktu penjualan domba berpengaruh signifikan
terhadap penerimaan dengan taraf nyata 95%.
Kata kunci :
Domba, penerimaan, teknis, sosial, ekonomi, regresi linier berganda.
ABSTRACT
This research was aimed to find out “technical, social and economical factors which
are influenced income of sheep farming Business (a case at Sheep Raising Area Subdistrict
of Cikedung, Indramayu), it was conducted in June 2014. Analized factors inclueded
technical factors which were herding duration and technical skill of the farmers, social factors
which was sheep raising experience, economical factors which was sheep selling time.
1
Faktor Teknis, Sosial, dan Ekonomi yang M empengaruhi Penerimaan .......................................................Gagan Ahmad Badar
Respondents consisted of 61 sheep farmers. Double regression analysis was used to evaluate
the influence of herding duration, farmers technical skill, sheep farming experience, and sheep
selling time on sheep farming business income. The results show that amount of income was
Rp 4.406.167/Animal Unit/year. The regression equation Y= 9.207.459,74 + 17.448,42 X1 +
405.078,98 X2 + 31.709,66 X3 + 967.225,16 D1 with R2 value of 95%. Simultaneous
analysis shows that technical skill, herding duration, sheep raising experience, sheep selling
time significantly influenced sheep farming income at the 95% level. Partial analysis show
that technical skill, herding duration, sheep raising experience, sheep selling time significantly
influenced sheep farming income at the 95% level
Keywords :
Sheep, income, technical, social, economy, double regression linier.
PENDAHULUAN
Usahaternak domba di pedesaaan merupakan komponen yang sangat penting, karena
dapat membantu perekonomian masyarakat melalui pemanfaatan sumberdaya alam yang
tersedia di sekitarnya.
Salah satu fungsi domba dalam membantu perekonomian diantaranya
sebagai tabungan keluarga, tambahan penghasilan, dan memenuhi kebutuhan finansial yang
sifatnya mendadak.
Kabupaten
Indramayu
merupakan salah satu daerah yang dengan kepadatan
penduduknya masih rendah, yaitu sebesar 810 jiwa/km (Badan Pusat Statistik Jawa Barat,
2014), sehingga lahan-lahan kosong masih luas. Adanya lahan-lahan kosong menjadi peluang
besar bagi para peternak yang ingin mengembangkan usahanya, terutama usahaternak domba
dengan sistem digembalakan.
Pada usahaternak domba yang digembalakan, pakan hiijauan
merupakan hal paling utama, dengan
demikian untuk memenuhi kebutuhan pakan domba,
peternak melepas domba (ke tegalan/pekarangan, tepi jalan, tanah-tanah kosong dan kebun
tebu) selama lebih kurang 5,21 jam/hari.
Besarnya penerimaan usahaternak domba yang dipelihara semi ekstensif dipengaruhi
oleh berbagai faktor, yang berpengaruh diantaranya adalah faktor teknis, sosial, dan ekonomi.
Berdasarkan paparan di atas, penelitian ini dilakukan untuk menganalisis faktor teknis, sosial,
dan ekonomi yang mempengaruhi penerimaan usahaternak domba yang digembalakan.
Faktor teknis yang yang dianalisis yaitu lamanya penggembalaan dan kemampuan peternak
dalam memelihara domba, faktor sosial yaitu pengalaman peternak dalam usahaternak domba,
dan faktor ekonomi yaitu waktu penjualan domba.
2
Faktor Teknis, Sosial, dan Ekonomi yang M empengaruhi Penerimaan .......................................................Gagan Ahmad Badar
OBJEK DAN METODE PENELITIAN
Objek penelitian adalah peternak yang melakukan usahaternak domba dengan sistem
digembalakan di kawasan peternakan
domba, Kecamatan Cikedung, Kabupaten Indramayu.
Metode penelitian dilakukan dengan menggunakan metode sensus, seluruh populasi diambil
sebagai responden yaitu sebanyak 61 orang peternak domba. Data primer diambil dari
peternak domba
melalui wawancara langsung, disertai pedoman pertanyaan yang telah dibuat
(kuesioner) sedangkan data sekunder berasal dari lembaga-lembaga terkait di Indramayu yaitu
diantaranya data populasi domba Kecamatan Cikedung Indramayu dari Dinas Peternakan
Indramayu
dan
data
wilayah
administratif dan
demografis
Cikedung diperoleh dari
Kecamatan Cikedung. Untuk mengetahui pengaruh faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
besarnya
penerimaan
dilakukan
menggunakan
analisis
linier
berganda
dengan
model
persamaan sebagai berikut:
TR/Unit Ternak = A + b1X1 + b2X2 + b3X3 + D1+U
Keterangan :
TR/Unit Ternak = penerimaan usahaternak domba dibagi skala usaha (Rp/tahun)
A
= intercept
X1
= kemampuan teknis (impack point)
X2
= pengalaman beternak (tahun)
X3
= lama penggembalaan (jam/hari)
D1
= waktu penjualan domba (pada hari-hari husus = 1, kapan saja = 0)
bi
= koefesien regresi (i = 1 sampai 3)
U
= kesalahan pengganggu
HASIL DAN PEMBAHASAN
Keadaan Kawasan Peternakan Domba Cikedung
Kawasan ternak domba Cikedung terdiri dari Kawasan Bolang, Amis, dan Loyang.
Kawasan peternakan domba sangat berdekatan dengan perkebunan tebu PG Jatitujuh. Lahan
tempat usahaternak di Kawasan Bolang merupakan pinjaman dari PG Jatitujuh, sedangkan di
Kawasan Amis dan Loyang lahan merupakan sewaan dari pemerintah desa setempat,
sehingga peternak harus membayar biaya sewa lahan setiap tahunnya.
Sistem pemeliharaan
domba di kawasan peternakan Cikedung adalah semi ekstensif, domba dikandangkan,
pemberian
pakannya
dengan
cara
digembalakan.
Peternak
setiap
hari
melepas
3
Faktor Teknis, Sosial, dan Ekonomi yang M empengaruhi Penerimaan .......................................................Gagan Ahmad Badar
(menggembalakan) domba di perkebunan tebu dengan lama penggembalaan rata-rata 5,21
jam/hari.
Sistem perkandangan domba di kawasan peternakan domba Cikedung adalah
menggunakan sistem kandang koloni dan model perkandangannya menggunakan kandang
panggung.
Ukuran kandang domba setiap peternak berbeda-beda tergantung dari banyaknya
domba yang dipelihara.
Rata-rata ukuran kandang di Peternakan Kawasan Cikedung adalah
36,84 m2 yang diisi dengan
jumlah domba rata-rata domba sebanyak 58,19 ekor, anak
sebanyak 19,89, domba muda sebanyak 5,69, dan domba dewasa sebanyak 32,75. Menurut
Rianto (2004), domba dewasa memerlukan luas 1m2 /ekor, domba anak 0,5 m2 /ekor, dan
domba muda 0,75 m2 /ekor.
seharusnya adalah 46,93
Luas kandang yang sesuai dengan jumlah domba tersebut
m2 ,
dengan demikian ukuran kandang terlalu sempit bila
dibandingkan dengan yang dipelihara.
Populasi Domba
Populasi domba betina dewasa paling banyak dipelihara, yaitu sebanyak 75,25%,
karena domba betina dewasa akan dijadikan sebagai induk yang akan meneruskan keturunan
selanjutnya. Berikut data populasi domba di kawasan peternakan domba Cikedung:
Tabel 1. Populasi Domba di Kawasan Peternakan Domba Cikedung
No
1
2
3
4
5
6
Jenis Ternak
Jantan
Jantan
Jantan
Betina
Betina
Betina
anak
muda
dewasa
anak
muda
dewasa
Jumlah
Rata-rata
Jumlah
---Ekor--475
40
137
736
302
1.860
3.550
58,19
---Unit Ternak--16,60
2,80
19,20
25,80
21,10
260,00
345,50
5,67
Proposisi
---%--4,80
0,81
5,56
7,47
6,11
75,25
100,00
Perbandingan domba jantan dan betina di kawasan peternakan Cikedung adalah 1: 13,57,
keadaan ini cukup baik bila dibandingkan dengan pernyataan Pamungkas dkk (1996) bahwa
rasio yang baik pemeliharaan domba jantan dan betina adalah 1:10-15 ekor.
4
Faktor Teknis, Sosial, dan Ekonomi yang M empengaruhi Penerimaan .......................................................Gagan Ahmad Badar
Karakteristik Peternak
Produktivitas kerja seseorang sangat diperlukan untuk kegiatan usaha, hal ini sesuai
dengan pendapat Rodjak (2006) bahwa tingkat produktivitas tenaga kerja akan dipengaruhi
oleh beberapa faktor diantaranya adalah jenis kelamin, umur, pengalaman kerja, alat bantu
yang diberikan serta upah dan waktu bekerja. Karakteristik peternak dapat dilihat pada tabel
di bawah ini:
Tabel 2. Karakteristik Peternak Domba Kawasan Peternakan Kecamatan Cikedung
No
Karakteristik
1
Umur (tahun)
<15
15-65
>65
Jumlah
Pendidikan
Tidak sekolah
SD
SMP
SMA
Jumlah
Pengalaman (tahun)
<1
1-10
>10 – 20
>20 – 30
>30
Jumlah
2
3
Jumlah
---Orang---
Proposisi
---%---
0
53
8
61
0,00
75,40
24,60
100,00
15
41
2
3
61
24,59
67,21
3,28
4,92
100,00
7
35
16
2
1
61
11,48
57,38
26,23
3,28
1,64
100,00
Berdasarkan Tabel 2, umur peternak berkisar 15 - 65 tahun yaitu sebanyak 75,40%.
Umur pada fase tersebut dikatakan sebagai fase produktif.
Hal ini sesuai dengan pendapat
Mubyarto (1989), bahwa umur produktif berkisar antara 15-65 tahun, sedangkan umur 0 - 14
tahun dan 65 tahun ke atas termasuk tidak produktif.
Tingkat pendidikan peternak sebagian besar adalah sekolah dasar yaitu mencapai
67,21%.
Tingkat
pendidikan peternak
akan mempengaruhi kinerja dalam melakukan
usahaternak dombanya, karena semakin tinggi pendidikan peternak maka kemampuan
peternak dalam menerima inovasi semakin mudah. Peternak yang ada di kawasan peternakan
domba Cikedung pernah mendapatkan penyuluhan dalam bidang peternakan, sehingga
walaupun sebagian besar peternak hanya berpendidikan sekolah dasar tetapi pengetahuan
mereka didorong oleh adanya penyuluhan. Hal ini sesuai dengan pendapat Mubyarto (1989)
5
Faktor Teknis, Sosial, dan Ekonomi yang M empengaruhi Penerimaan .......................................................Gagan Ahmad Badar
bahwa untuk menambah pengetahuan dan mengubah pola pikir tidak hanya diperoleh dari
jalur pendidikan formal saja tetapi dapat juga melalu jalur non formal, dengan demikian jalur
jalur non formal dapat diterapkan.
Pengalaman peternak sangat bervariasi, pengalaman peternak domba di kawasan
peternakan Cikedung paling banyak yaitu pada 1-10 tahun. Pengalaman tersebut cukup bagi
peternak mendapatkan keterampilan-keterampilan dalam mengelola dombanya.
Semakin
tinggi pengalaman peternak dalam mengelola usahanya maka semakin tinggi pula motivasi
beternak, sebaliknya semakin rendah pengalaman peternak, maka semakin rendah pula
motivasi beternak.
Kemampuan Teknis Usahaternak Domba
Pengetahuan
dan
keterampilan
yang
dimiliki oleh
peternak
berkaitan dengan
pemilihan bibit, pemberian pakan, tatalaksana pemeliharaan, dan pemasaran. Pemilihan bibit,
pemberian pakan, tatalaksana pemeliharaan, jika dilakukan dengan benar, maka kualitas
ternak akan lebih baik, hal ini sesuai menurut Aritonang, dkk (2010) bahwa kemampuan dan
keterampilan
peternak
akan
mempengaruhi
produktivitas
kerbau
yang
dipeliharanya.
Produktivitas domba yang baik erat kaitannya bobot badan domba, semakin baik kemampuan
peternak dalam memelihara domba maka akan menghasilkan bobot badan domba yang baik
dan bobot badan domba yang besar.
Pemilihan Bibit Domba
Pengetahuan peternak mengenai cara memilih bibit betina sebenarnya sudak cukup
baik tetapi pada kenyataannya domba yang dijual tidak dipilih oleh peternak, biasanya yang
memilih domba adalah pengepul sehingga domba yang cukup bagus untuk bibit pada
akhirnya dijual juga.
Sistem perkawinan domba di kawasan usahaternak domba Cikedung
termasuk sistem kawin alam, domba pejantan dapat mengawini betina kapan saja, baik pada
saat digembalakan maupun pada saat di dalam kandang.
Hal inilah yang membuat
pengawasan peternak sangat terbatas, dengan demikian domba betina yang dikawin pejantan
mengalami bunting sebelum mencapai dewasa tubuh.
Kondisi inilah yang membuat anak
domba banyak yang mati pada saat dilahirkan oleh induknya karena sistem reproduksi induk
belum sempurna.
Sistem perkawinan sangat mempengaruhi jumlah anak yang dihasilkan, pada Tabel 1,
populasi domba betina dewasa sebanyak 1.860 ekor dengan jumlah cempe jantan, domba
6
Faktor Teknis, Sosial, dan Ekonomi yang M empengaruhi Penerimaan .......................................................Gagan Ahmad Badar
jantan muda, cempe betina dan domba betina muda 1.553 ekor, sehingga dalam satu tahun
ada sekitar 16 % domba yang tidak melahirkan dan domba hanya dapat melahirkan domba 1
kali dalam setahun. Jumlah domba jantan 137 ekor, sehingga sex ratio antara jantan dewasa
dan betina dewasa 1:10. Secara teknis rendahnya populasi anak domba, karena banyak cempe
(anak domba) yang mati saat dilahirkan.
Besarnya angka kematian disebabkan oleh
kurangnya asupan nutrisi terhadap induk dan kondisi induk yang sudah kawin sebelum
dewasa tubuh. Menurut Blakey dan Blade (1998) domba jangan dulu dikawinkan pada saat
belum mencapai dewasa tubuh, dewasa tubuh pada domba yaitu pada umur 18-20 bulan dan
boleh dikawinkan pada umur 15 bulan sehingga waktu melahirkan sudah mencapai dewasa
tubuh.
Pemberian Pakan
Pakan domba yang digembalakan di kawasan peternakan domba Cikedung diperoleh
dari rumput dan leguminosa yang berada di sekitar perkebunan tebu. Konsumsi pakan domba
sangat mengandalkan hijauan terutama rumput lapang.
Rumput lapangan sebagai pakan
ternak ruminansia selain mudah diperoleh karena memiliki kemampuan adaptasi yang tinggi
terutama di daerah tropis. Sebagaimana pendapat Lubis (1992) bahwa rumput lapangan
banyak terdapat di daerah perkebunan dan lahan-lahan kosong, sehingga dapat tumbuh pada
kondisi lahan yang bervariasi.
Rumput lapangan mengandung protein kasar 8-9% dan TDN
10-54% (Jalaludin, 1994).
Makanan tambahan sangat dibutuhkan domba karena
jarak dari kandang ke lokasi
penggembalaan cukup jauh, sehingga perjalanan ke tempat penggembalaan tersebut sangat
membutuhkan asupan nutrisi yang cukup.
Banyaknya dedak yang diberikan lebih kurang
2000 gram/Unit Usaha/hari atau 34,37 gram/ekor/hari.
Menurut Haryanto dan Djajanegara
(1993), domba yang berbobot 30 kg memerlukan 240 gram/ekor/hari, dengan demikian
kebutuhan dedak di kawasan peternakan domba Cikedung belum tercukupi.
Pemberian garam dilakukan sebagai tambahan mineral yang membantu proses
metabolisme
sehingga
penyerapan
makanan
berjalan
dengan
baik,
mineral berfungsi
membantu proses metabolisme makanan, perangsangan nafsu makan, dan fungsi fisiologis
tubuh (Rismayanti 2010).
Pemberian garam yang dilakukan oleh peternak di kawasan
Cikedung lebih kurang 250 gram/Unit Usaha, rata-rata jumlah domba sebanyak 58,19 ekor
7
Faktor Teknis, Sosial, dan Ekonomi yang M empengaruhi Penerimaan .......................................................Gagan Ahmad Badar
sehingga garam yang diberikan sebanyak 4,29 gram/ekor/hari. Setiap satu ekor ternak domba
memerlukan garam sekitar 200 gram/ekor/bulan atau 6,6 gram/ekor/hari (Rismayanti, 2010).
Pemeliharaan Domba
Peternak memandikan dombanya dengan memanfaatkan air yang ada di bendungan
milik PG jatitujuh untuk mengairi perkebunan tebu, dalam memandikan domba beragam ada
yang rutin setiap hari, tiga hari sekali, seminggu sekali, bahkan sebulan sekali. Peternak tidak
pernah mencukur bulu domba, karena dengan memandikan domba maka akan terlihat bersih.
Peternak sering membersihkan kandang setiap hari, sehingga keadaan kandang selalu tampak
bersih. Peternak tidak pernah melakukan pencatatan, baik pencatatan terhadap domba maupun
pencatatan keuangannya.
Kesehatan Domba
Penyakit yang sering menyerang domba yang digembalakan yaitu cacingan, Peternak
juga melakukan pengobatan dengan obat-obatan seadanya dan tradisional lainnya.
Obat-
obatan yang biasa dipakai adalah albendazole untuk obat cacing dan anti kembung dalmat dan
panacur sebagai obat caplak. Peternak juga memberikan EM4 (Effectife Microorganisme),
yakni campuran
kultur
yang
mengandung
Lactobacillus,
jamur fotosintetik,
bakteria
fotosintetik, Actinomycetes, dan ragi, telah dibuktikan bahwa EM4 mempunyai kemampuan
untuk menurunkan kadar serat kasar dan meningkatkan palatabilitas bahan pakan (Santoso
dan Aryani, 2008)
Pemasaran Domba
Peternak biasa menjual domba kepada palen (pengepul) yang sudah menjadi
langganannya.
Palen selanjutnya menjual domba kembali ke konsumen di beberapa pasar
hewan, diantaranya pasar hewan Jatibarang, Karang Ampel, Kedokan, Kertamaya, Bondan,
dan Leger. Harga jual domba tergantung pada jenis kelamin, umur, berat badan, warna bulu,
tanduk dan sebagainya.
Peternak sebagian besar tidak mengetahui harga domba di pasaran,
mereka hanya mengetahui harga di kandang. Rata-rata harga jual domba untuk anak jantan
adalah Rp.660.577/ekor, jantan dewasa Rp 1.844.444/ekor, anak betina Rp. 547.155/ekor dan
betina dewasa Rp. 900.000/ekor, dan rata-rata jumlah domba yang dijual oleh peternak, anak
jantan 7,75 ekor, anak betina 10,62 ekor, jantan dewasa 0,31 ekor, dan betina dewasa 0,57
ekor.
8
Faktor Teknis, Sosial, dan Ekonomi yang M empengaruhi Penerimaan .......................................................Gagan Ahmad Badar
Pengalaman Beternak
Rata-rata pengalaman peternak dalam memelihara domba adalah 8,49 tahun. Menurut
Soekartawi (1988) kemampuan peternak dalam menjalankan usahaternaknya dipengaruhi oleh
lamanya keterlibatan peternak tersebut dalam menjalankan usaha peternakan.
Pengelolaan
usaha dan pemeliharaan domba dengan baik tentunya akan menghasilkan domba dengan
bobot badan dan kualitas yang diinginkan.
Domba dengan bobot badan dan kualitas yang
baik maka akan memperoleh harga yang cukup tinggi, sehingga penjualan domba dengan
harga yang tinggi akan meningkatkan penerimaan yang didapatkan.
Lama Penggembalaan
Rata-rata lama penggembalaan peternak di kawasan peternak domba Cikedung adalah
5,21 jam/hari.
Peternak sebagian besar sudah mengetahui bahwa penggembalaan harus
dilakukan pada saat rumput sudah tidak berembun dan matahari sudah dapat menyinari
rumput, karena jika penggembalaan dilakukan pada saat rumput masih basah maka domba
akan mengalami kembung perut, hal ini sesuai dengan hasil penelitian Bahri dkk (2006)
bahwa konsumsi rumput yang masih basah dapat menyebabkan perut kembung karena terjadi
penyumbatan pada esofagus sehingga menghambat pengeluaran gas.
Waktu yang lebih lama bagi ternak untuk mengkonsumsi pakan sangat erat
hubungannya dengan jumlah makanan yang dihabiskan serta kesempatan bagi ternak untuk
mencerna zat-zat makanan lebih sempurna. Pemberian pakan yang lebih lama mengakibatkan
kecernaan bahan kering, protein kasar serta serat kasar yang lebih tinggi dan pada akhirnya
memberikan pertambahan bobot badan yang tinggi, status faali dan income over feed cost
yang lebih tinggi dibanding dengan pemberian pakan dalam waktu waktu yang singkat
(Padang dan Irmawati, 2007)
Waktu Penjualan Domba
Sebanyak 32 peternak menyatakan bahwa penjualan domba yang dilakukan pada
waktu hari-hari khusus seperti pada hari raya Idul Adha dapat meningkatkan jumlah domba
yang dijual dengan harga yang tinggi.
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Rusdiana dkk.,
(2011) bahwa harga domba pada saat Idul Adha cenderung meningkat karena kebutuhan
konsumen terhadap domba sangat tinggi.
Sebenarnya penjualan domba yang dilakukan pada
saat permintaan domba sedang naik akan meningkatkan besarnya penerimaan usaha.
9
Faktor Teknis, Sosial, dan Ekonomi yang M empengaruhi Penerimaan .......................................................Gagan Ahmad Badar
Penerimaan Usahaternak Domba
Penerimaan usaha adalah total nilai produksi yang dihasilkan dalam suatu usaha, baik
produksi utama maupun produksi sampingan.
Penerimaan usahaternak domba berasal dari
penjualan domba, penjualan feses domba, feses domba yang diperhitungkan, perubahan nilai
ternak, dan domba yang dikonsumsi. Besarnya penerimaan usahaternak domba dapat dilihat
pada Tabel 3.
Tabel 3. Struktur Penerimaan Usahaternak Domba di Kawasan Peternakan Domba Cikedung
Rp/Unit Ternak/Tahun
No
Komponen Penerimaan
1
2
3
4
Penjualan Domba
Penjualan Feses Domba
Perubahan Nilai Ternak
Domba yang dikonsumsi
Jumlah
Jumlah
Proporsi
---Rp/UT/tahun--2.203.344
36.247
2.125.849
40.727
4.406.167
---%--50,00
0,82
48,25
0,92
100,00
Berdasarkan Tabel 3, rata-rata penerimaan usahaternak domba di kawasan peternakan domba
Cikedung adalah
Rp 4.406.167/Unit ternak/tahun.
Penerimaan tersebut dengan rata-rata
kepemilikan domba sebesar 5,67 Unit Ternak atau setara dengan 58,19 ekor.
Penerimaan
usaha sebesar 50 % berasal dari penjualan domba. Rata-rata hasil penjualan domba sebesar
Rp 2.203.344/Unit ternak/tahun.
Domba yang dijual sebagian besar adalah anak domba
jantan dan anak betina yang berumur 4-5 bulan.
Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penerimaan
Faktor teknis, sosial dan ekonomi yang mempengaruhi besarnya penerimaan usaha
dianalisis dengan menggunakan regresi linier berganda. Hasil analisis disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Usahaternak Domba
Variabel Independen
Konstanta
Kemampuan teknis (X1)
Lama penggembalaan (X2)
Pengalaman beternak (X3)
Waktu Penjualan (D1)
Koefisien Regresi
-9.207.459,74
17.448,42
405.078,98
31.709,66
967.225,16
t hitung
6,90
3,47
2,35
4,32
t tabel: α = 0,05
2,00
2,00
2,00
2,00
10
Faktor Teknis, Sosial, dan Ekonomi yang M empengaruhi Penerimaan .......................................................Gagan Ahmad Badar
R2
= 0,64
Fhitung
= 28,03
Ftabel: α = 0,05 = 2,53
Persamaan Regresi :
Y = -9.207.459,74 + 17.448,42 X1 + 405.078,98 X2 + 31.709,66 X3 + 967.225,16 D1
Hasil analisis regresi menunjukkan nilai R2 sebesar 0,64, artinya sebesar 64% penerimaan
usahaternak domba ditentukan oleh kemampuan teknis, lama penggembalaan, pengalaman
beternak, dan waktu penjualan domba, sedangkan sisanya 36% ditentukan oleh faktor lain di
luar model ini. Nilai f
hitung
(28,03) lebih besar dari f
tabel: α = 0,05
(2,53) dengan demikian H1
diterima, maka faktor teknis, sosial, dan ekonomi secara simultan berpengaruh dan secara
signifikan
terhadap
penerimaan
usahaternak
domba
yang
dipelihara
dengan
cara
digembalakan.
Nilai konstanta sebesar -9.207.459,74, menunjukkan bahwa apabila peternak tidak
memiliki kemampuan dalam memelihara domba,
domba tidak digembalakan, peternak tidak
memiliki pengalaman dalam usaha domba, dan penjualan domba tidak pada hari-hari khusus,
maka penerimaan usahaternak domba Rp -9.207.459,74/Unit Usaha/tahun, artinya jumlah
penerimaan bernilai negatif sehingga usaha mengalamai kerugian.
Analisis secara parsial menunjukkan bahwa faktor kemampuan teknis berpengaruh
signifikan terhadap penerimaan usahaternak domba yang digembalakan. Nilai t
lebih besar dari t
tabel: α
= 0,05
hitung
(6,90)
(2,00), dengan demikian terima H1. Koefisien regresi
kemampuan teknis sebesar 17.448,42, hal ini menunjukkan bahwa setiap penambahan
kemampuan
teknis akan meningkatkan penerimaan Rp.
17.448,42/Unit Ternak/Tahun.
Semakin baik kemampuan peternak dalam pemilihan bibit, pemberian pakan,
tatalaksana
pemeliharaan, dan pengendalian penyakit, maka jumlah domba yang dijual semakin banyak
dan bobot badan domba lebih tinggi, sehingga penerimaan peternak dari usahaternak domba
semakin besar.
Lama penggembalaan secara parsial berpengaruh signifikan terhadap penerimaan
usahaternak domba yang digembalakan. Nilai t
(2,00) dengan demikian terima H1.
hitung
(3,47) lebih besar dari pada t
tabel : α = 0,05
Koefisien regresi lama penggembalaan sebesar
405.078,98, hal ini menunjukkan penambahan lama penggembalaan
akan meningkatkan
penerimaan sebesar Rp 405.078,98/Unit Ternak/tahun, artinya domba yang digembalaan lebih
11
Faktor Teknis, Sosial, dan Ekonomi yang M empengaruhi Penerimaan .......................................................Gagan Ahmad Badar
lama maka bobot badan domba akan semakin meningkat sehingga domba dengan bobot badan
tinggi harganya akan lebih tinggi juga, sehingga jumlah penerimaan akan semakin besar.
Pengalaman beternak
secara parsial berpengaruh signifikan terhadap penerimaan
usahaternak domba yang digembalakan. Nilai t
(2,00), dengan demikian H1 diterima.
hitung
(2,35) lebih besar dari pada t
tabel: α = 0,05
Koefisien regresi pengalaman beternak
sebesar
31.709,66, hal ini menunjukan bahwa peningkatan pengalaman beternak domba akan
meningkatkan
besarnya
penerimaan
sebesar
Rp
31.709,66/Unit
Ternak/tahun,
artinya
peternak yang berpengalaman akan lebih memahami teknis beternak domba, sehingga domba
yang dipelihara lebih baik akan menghasilkan bobot badan yang lebih besar, hal tersebut akan
meningkatkan penerimaan usaha.
Waktu penjualan domba secara parsial berpengaruh signifikan terhadap penerimaan
usahaternak domba yang digembalakan. Nilai t
hitung
(4,32) lebih besar dari pada t
tabel: α = 0,05
(2,00), dengan demikian H1 diterima. Koefisien regresi waktu penjualan sebesar 967.225,16,
maka penjualan domba pada hari-hari khusus dapat meningkatkan penerimaan secara positif.
Penjualan domba pada hari-hari khusus dapat meningkatkan jumlah domba yang dijual,
sehingga semakin banyak jumlah domba yang dijual maka semakin besar pula penerimaan
usaha.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai faktor teknis, sosial, dan ekonomi yang
mempengaruhi penerimaan dapat disimpulkan bahwa:
1.
Rataan penerimaan usahaternak domba sebesar Rp 4.406.167/Unit Ternak/tahun
dengan rataan skala usaha pemilikan domba sebesar 5,67 Unit Ternak atau setara
dengan 58,19 ekor.
2.
Faktor teknis (kemampuan teknis dan lama penggembalaan domba), faktor sosial
(pengalaman
beternak),
dan
faktor
ekonomi (waktu
penjualan domba)
akan
mempengaruhi terhadap besarnya penerimaan usahaternak domba yang digembalakan.
Saran
Pengetahuan dan keterampilan peternak dalam memelihara domba harus ditingkatkan
agar kinerja dalam melakukan usaha menjadi lebih baik.
Pada saat penggembalaan domba,
12
Faktor Teknis, Sosial, dan Ekonomi yang M empengaruhi Penerimaan .......................................................Gagan Ahmad Badar
lamanya penggembalaan harus diperhatikan karena bobot badan domba sangat tergantung
pada jumlah pakan yang dikonsumsi. Penjualan domba hendaklah dilakukan pada saat
permintaan domba sedang naik agar memperoleh penerimaan yang besar.
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya
kepada Pembimbing utama Ir. Sri Rahayu, MS., dan pembimbing anggota Ir. Sondi
Kuswaryan, MS yang telah memberikan arahan dan masukan kepada penulis sejak
penyusunan artikel ilmiah ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada rekan-rekan penelitian: Siti Nurjanah, Yusmi Zulfiyah dan Antony Dwi Handoko
yang telah bekerja sama melaksanakan penelitian dan penyusunan artikel ilmiah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Aritonang, S. N., E Roza, J. Pinem, dan Y. Mulyadi. 2010. Penerapan Aspek Teknis
Pemeliharaan Ternak Kerbau di Kecamatan Lembah Gumanti Kabupaten Solok .
Fakultas Peternakan Universitas Andalas. Hal 47
Badan Pusat Statistik Jawa Barat. 2014. http://jabar.bps.go.id/ (diakses 15 September 2014,
jam 12.35 WIB)
Bahri S, R., M. A. Adjid Beriajaya, dan A. H Wardhana. 2006. Manajemen Kesehatan dalam
Usahaternak Kambing.Pusata Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Hal 80
Blakely, J. dan D. H. Bade. 1998. Ilmu Peternakan Edisi Pertama Terjemahan oleh Bambang
Srigandoro. Gadjah Mada University press. Yogyakarta. Hal 52 dan 353
Haryanto, B. and A. Djajanegara. 1993. Pemenuhan Kebutuhan Zat–Zat Makanan Ternak
Ruminansia Kecil. Dalam : Wodzicka-Tomaszewska, Manika dkk. Produksi
Kambing dan Domba di Indonesia. Sebelas Maret University Press.
Jalaludin. 1994. Uji Banding Gamal dan Angsana sebagai Agensia Depaunasi dan
Suplementasi Analog Metionin dan Ammonium Sulfat dalam Ransum Pertumbuhan
Sapi Perah Jantan. Tesis Pascasarjana, IPB. Bogor.
Lubis, D. A. 1992. Ilmu Makanan Ternak. PT. Pembangunan Jakarta.
Mubyarto. 1989. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3ES, Jakarta. Hal 40-41
Rianto. E. 2014. Kandang Kambing “Bahan penyuluhan”. Lembaga Pengabdian kepada
Masyarakat Universitas Dionegoro. Hal 3
13
Faktor Teknis, Sosial, dan Ekonomi yang M empengaruhi Penerimaan .......................................................Gagan Ahmad Badar
Rismayanti, Y. 2010. Petunjuk Teknis Budidaya Ternak Domba. Balai Pengkajian Tekhnologi
Pertanian (BPPT) Jawa Barat. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Departemen Pertanian. Hal 7
Rusdiana, S., B. Wibowo, dan U. Adiati. 2011. Analisis Finansial Usahaternak Domba
Jantan Menjelang Hari Raya Idul Adha. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Peternakan . Bogor. 567
Santoso, U., dan I. Aryani. 2008. Perubahan Komposisi Kimia Daun Ubi Kayu yang
Difermentasi EM4. Jurusan Peternakan. Fakultas Pertanian. Universitas Bengkulu.
http://www.wordpress.com//pe/pemanfaatan em4 pada pakan/. Diakses pada
tanggal 1 Desember 2014
Soekartawi. 1988. Prinsip Dasar Manajemen Pemasaran Hasil Pertanian Teori dan Aplikasi.
Rajawali Press. Jakarta.
Subandriyo, S., T. Bambang, D. Soedjana, dan P. Sitorus. 1994. Produktivitas Usahaternak
Domba di Pedesaan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Balai
Penelitian Ternak2. Bogor. hal 1
Padang dan Irmawaty. 2007. Pengaruh Jenis Kelamin dan Lama Makan terhadap Bobot dan
Persentase Karkas Kambing Kacang. Jurnal Agrisistem Fakultas Peternakan Sains
dan Tekhnologi UIN Alaudin Makassar. Hal 14-17
Pamungkas, D., L. Affandhy, D. B. Wijono, dan K. Ma’sum. 1996. Karakteristik Usaha
Pemeliharaan Domba Ekor Gemuk di Daerah Sentra Bibit Pedesaan di Jawa
Timur. Pros. Temu Ilmiah Hasil–Hasil Penelitian Peternakan. Ciawi, Bogor, 9–1
Januari 1990. Balitnak. Puslitbangnak. Badan Penelitian Dan Pengembangan
Pertanian. Hal 41
Rodjak, A. 2006. Manajemen Usahatani. Jil. II . Bandung: Pustaka Gratuna.
14
Download