BAB III PERANCANGAN PRODUK 3.1 3.1.1 Perancangan Awal (Draf Desain) Konsep Rancangan (Draft Design) Gambar 3. 1 Mesin Pengaduk & Penyaring Lempung Tabel 3. 1Daftar komponen mesin Pengaduk & Penyaring Lempung No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 3.1.2 Nama Komponen Rangka Mesin Drum Pengaduk Drum Penyaring Flat Vertical Blades Kran Saringan Motor Listrik Kipas Propeller Saklar Pully V-Belt Besi As (Poros) Pillow Block Jumlah 1 buah 1 buah 1 buah 1 buah 1 buah 1 buah 1 buah 1 buah 1 buah 3 buah 2 buah 2 buah 4 buah Spesifikasi Produk Nama produk yang akan dibuat pada dibuat pada perancangan ini bernama mesin pengaduk dan penyaring lempun dengan skala Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM). Proses pengadukan lempung adalah langkah awal dalam pembuatan berbagai produk. Mesin pengaduk dirancang untuk mencampurkan bahan baku dengan lempung hingga mencapai konsistensi yang diinginkan. Pengadukan yang baik penting untuk mendapatkan komposisi yang seragam dalam produk akhir. Setelah proses pengadukan selesai, lempung yang dicampur kemudian disaring menggunakan mesin penyaring. Mesin penyaring dilengkapi dengan penyaring mekanis, untuk menghilangkan partikel yang tidak diinginkan dan menghasilkan produk akhir yang lebih halus dan berkualitas. Keberhasilan proses pengadukan dan penyaringan lempung sangat bergantung pada spesifikasi mesin, termasuk kapasitas, daya mesin, dan kecepatan putaran. Selain itu, keselamatan operasi juga menjadi pertimbangan penting dalam penggunaan mesin ini. Oleh karena itu, pemilihan, pengoperasian, dan pemeliharaan yang baik dari mesin pengaduk dan penyaring lempung menjadi kunci dalam memastikan kualitas produk akhir dan efisiensi dalam berbagai industri. Mesin ini berfungsi untuk mengaduk dan juga untuk menyaring lempung yang biasanya dilakukan secara tradisional menjadi lebih cepat dan mudah. Mesin ini diharapkan mampu meningkatkan jumlah pengadukan dan penyaringan apabila dibandingkan dengan secara manual/tradisional. Pada tahap rancangan awal mesin ini memiliki kapasitas 100 kg/jam. Jumlah ini jelas lebih besar apabila dibandingkan dengan proses pengadukan dan penyaringan secara manual atau secara tradisional. 3.1.3 Perencanaan material Tabel 3. 2 Perencanaan material No Nama Komponen Jumlah Komponen Motor 1 phase 1,5 Hp Puli diameter 51 mm 1 Jenis Material (KB/KS) KS 1 KS 3. Puli diameter 216 mm 1 KS 4. Puli diameter 216 mm 1 KS 5. V-belt tipe A no. 49 V-belt tipe A no. 49 1 KS 1 KS 1. 2. 6. Keterangan Sebagai penggerak mesin Sebagai pengubung putaran yang diterima Sebagai pengubung putaran yang diterima Sebagai pengubung putaran yang diterima Sebagai penghubung putaran dari puli Sebagai penghubung putaran dari puli Keterangan : KB (Komponen Baku) : Komponen yang harus dibuat sendiri KS (Kompone Standard): Komponen yang dapat dibeli di pasaran 3.1.4 Prinsip Kerja Mesin Berdasarkan rancangan mekanisme mesin pada Gambar 3.1, maka secara garis besar mesin pengaduk & penyaring lempung ini memiliki prinsip kerja sebagai berikut: 1. Proses awal yaitu dengan memasukkan colokan kedalam stopkontak agar terjadi penyaluran arus listrik ke mesin. 2. Ketika motor listrik mendapatkan arus listrik dari rumah maka motor listrik akan berputar dan menggerakkan puli yang terpasang pada motor listrik kemudian akan menggerakkan puli pada bagian pengaduk yang dihubungkan dengan v-belt. Kemudian poros akan berputar, sehingga akan memutar kipas propeller yang berfungsi sebagai pengaduk lempung. 3. Lempung akan dimasukkan perlahan kedalam drum pengaduk dan akan ditambahkan air agar lempung mudah dalam proses pengadukan, ketika poros berputar maka kipas propeller akan berputar sehingga lempung dengan air akan tercampur dengan merata. 4. Setelah terjadi proses pengadukan tersebut, lempung yang sudah tercampur tadi akan dialirkan kedalam penyaringan yang menggunakan saluran dengan menggunakan sistem kran. 5. Ketika kran dibuka lempung akan mengalir menuju saringan yang akan di putar oleh Flat Vertical Blades yang terhubung dengan poros yang digerakkan oleh motor listrik melalui v-belt yang diberikan tekanan oleh tensioner sehingga Flat Vertical Blades akan berputar. Ketika proses penyaringan akan memanfaatkan sistem pengaduk dan penekan sehingga menghasilkan saringan yang memiliki efisiensi waktu dan kehlusan yang diharapkan. 6. Hasil dari penyaringan akan masuk kedalam drum yang berfungsi sebagai wadah hasil akhir. 3.2 3.2.1 Perancangan Teknik Perhitungan Daya Motor Daya motor penting untuk diperhitungkan karena nantinya akan berpengaruh pada saat proses pengadukan dan penyaringan lempung oleh mesin. Berat lempung yang digunakan untuk sekali produksi sekitar 50 kg. Setelah mengetahui berat kelapa maka Langkah selanjutnya adalah perhitungan motor listrik untuk menentukan ukuran daya motor listrik yang sesuai apabila diterapkan pada mesin pengaduk dan penyaring lempung. Kapasitas mesin yang dirancang mampu mengaduk sekitar 50 kg lempung/jam. 1. Menentukan kecepatan sudut 2𝜋 𝜔 = 𝑇 .𝑛 ( Hanif, 2016:20) Keterangan: 𝜔 = kecepatan sudut (rad/s) T = waktu (60 menit) n = putaran silinder yang direncanakan (rpm) Sehingga: 2𝜋 𝜔= .𝑛 𝑇 2 × 3,14 𝜔= . 288 60 𝜔 = 30,15 rad/s 2. Menentukan Gaya yang dibutuhkan 𝐹 = 𝑚 ×𝑔 ( Hanif, 2016:20) 2 𝐹 = 50 𝑘𝑔 × 9,8 𝑚⁄𝑠 𝐹 = 490 N 3. Menentukan torsi 𝑇=𝐹 × 𝑟 ( Hanif, 2016:20) Keterangan: T = torsi (Nm) F = gaya pada silinder (N) r = radius silinder (m) Sehingga : 𝑇=𝐹 × 𝑟 𝑇 = 490 N × 0,197 𝑇 = 96,53 𝑁𝑚 4. Menentukan Daya Motor 𝑃=𝑇 × 𝜔 (Khurmi & Gupta, 2005: 14) Keterangan: P = daya (watt) T = torsi (Nm) ω = kecepatan sudut (rad/s) Sehingga: 𝑃=𝑇 × 𝜔 𝑃 = 96,53 × 30,15 𝑃 = 2.910,29 𝑤𝑎𝑡𝑡 5. Konversi daya (watt) ke daya dalam (HP) 2982.8 𝑤𝑎𝑡𝑡 (Huda, 2016) Sehingga: Daya (HP) = 𝑃 (𝑤𝑎𝑡𝑡) ∶ nilai konversi = 2.910,29 ∶ 2982.8 𝑤𝑎𝑡𝑡 = 0,976 𝐻𝑃 Menurut Sularso dan Suga (2013:7), apabila P daya nominal output dari motor, maka koreksi pertama dapat diambil dari faktor koreksi (fc) yang dapat dilihat pada tabel Tabel 3. 3 Faktor-faktor koreksi daya yang akan ditransmisikan Data yang akan ditransmisikan Faktor koreksi Daya rata-rata yang diperlukan 1,2 – 2,0 Daya maksimum yang diperlukan 0,8 – 1,2 Daya normal 1,0 – 1,5 Sumber: Sularso & Suga, 2013: 7 Pada perancangan ini faktor koreksi yang digunakan adalah 0,8, sehingga: Pd = P . Fc (kW) (Sularso & Suga, 2013:7) Pd = 0,976 HP x 1,2 Pd = 1,1712 HP → 1,5 HP Setelah daya motor diketahui, tentukan daya motor yang disesuaikan dengan yang ada pada pasaran yaitu : Tabel 3. 4 Pemilihan putaran mesin berdasarkan daya yang Digunakan Sumber : https://www.lazada.co.id/products/dinamo-elektro-motor-1-phase-5hp-5-pk-2900-rpm-mindong-yl112m-2-i2705442720.html Sesuai dengan kebutuhan dayanya, maka mesin ini menggunakan motor listrik dengan daya 1,5 HP dengan kecepatan putar 1420 rpm 3.2.2 V-belt dan Puli Pada perancangan mesin pengupas sabut kelapa ini menggunakan dua buah sabuk. Data yang harus diketahui untuk perhitungan sabuk V dan puli adalah sebagai berikut : Daya motor (P) = 1,5 HP = 1,1 kW Putaran motor (n1) = 1420 rpm Putaran puli 2 (n2) = 1420 rpm Putaran puli 3 (n3) = 355 rpm Putaran puli 4 (n4) = 355 rpm Perbandingan putaran 1 (i1) = 1420/1420 = 1 Perbandingan putaran 2 (i2) = 355/355 = 1 Jarak sumbu poros 1 (C1) = 400 mm Jarak sumbu poros 2 (C2) = 400 mm Faktor koreksi (fc) = 1,2 Daya rencana (Pd) = P x fc = 1,1 x 1,2 = 1,32 kW Menurut Sularso dan Suga (2013) perencanaan sabuk dapat dihitung dengan rumus-rumus dibawah ini. Perhitungan sabuk dan puli penggerak ke puli pengaduk 1. Menentukan Jenis Sabuk V Dalam menentukan sabuk dapat dilihat ada gambar yang tercantum di bab sebelumnya. Jika putaran mesin 1420 rpm dan daya rencana (Pd) yaitu sebesar: 𝑃𝑑 = 𝑃 × 𝐹𝑐 𝑃𝑑 = 1,1 × 1,2 𝑃𝑑 = 1,32 𝑘𝑊 Dari Gambar 2.3, dapat ditentukan jenis sabuk dengan menggunakan daya dan putaran. Jenis sabuk yang sesuai adalah tipe A. 2. Menentukan Diameter Puli Dalam menentukan diameter puli harus mengacu pada Tabel 2.1. Jika yang dipakai sabuk-V dengan penampang A maka diameter puli minimum yang dianjurkan (𝑑𝑚𝑖𝑛 ) adalah 51 mm. a. Diameter jarak bagi puli 𝑑𝑝 = 51 mm 𝐷𝑝 = dp x i1 𝐷𝑝 = 51 x 4,12 𝐷𝑝 = 216 mm b. Diameter luar puli Untuk menghitung diameter luar puli diperlukan tebal sabuk. Tebal sabuk dapat dilihat pada Gambar 2.2 diperoleh tebal sabuk-V tipe A adalah 95 mm. 𝑑𝑘 = 𝑑𝑝 + 2 × 1⁄2 𝑡𝑒𝑏𝑎𝑙 𝑠𝑎𝑏𝑢𝑘 𝑑𝑘 = 51 + 2 × 4,5 𝑑𝑘 = 60 𝑚𝑚 𝑑𝑘 = 𝑑𝑝 + 2 × 1⁄2 𝑡𝑒𝑏𝑎𝑙 𝑠𝑎𝑏𝑢𝑘 𝑑𝑘 = 216 + 2 × 4,5 𝑑𝑘 = 225 𝑚𝑚 3. Berdasar dari tabel V-belt (Pratama, 2016) , untuk sabuk tipe A diketahui ukuran-ukuran puli sebagai berikut : E = 15 mm ; c = 2,5 mm ; t = 9 mm ; s = 10 mm ; dan z = 1, maka untuk memperoleh volume pulley : a. Ketebalan Pulley penggerak 𝐵 = ( 𝑧 − 𝑙) . 𝑡 + 2. 𝑠 𝐵 = ( 1 − 1). 9 + 2.10 𝐵 = 20 𝑚𝑚 b. Volume pulley yang digerakkan 𝜋 𝑉 = 𝑑𝑝2 . 𝐵 4 3,14 2 𝑉 = 51 . 20 4 𝑉 = 40835,7 𝑚𝑚2 c. Berat pulley penggerak 𝑊 = 𝑉. 𝑝 𝑊 = 40835,7 . 7,2 . 10−6 𝑊 = 2,94 kg A. d. Ketebalan pulley yang digerakkan 𝐵 = ( 𝑧 − 𝑙) . 𝑡 + 2. 𝑠 𝐵 = ( 1 − 1). 9 + 2.10 𝐵 = 20𝑚𝑚 4. Kecepatan Linear Sabuk 𝜋𝑑𝑝 𝑛1 𝑉 = 60×1000 (Sularso & Suga, 2013:166) 3,14 × 60 × 1420 𝑉 = 60 × 1000 𝑉 = 4,46 𝑚⁄𝑠 5. Memeriksa jarak diameter poros (𝑑 +𝐷 ) 𝐶 = 𝐶1 − 𝑘 2 𝑘 (Sularso & Suga, 2013:170) (60 + 225) 𝐶 = 400 − 2 𝐶 = 257,5 𝑚𝑚 Baik, karena karena hasil pengujian antara jarak poros dan total lebar puli masih besar dari jarak antar poros. 6. Menentukan panjang sabuk yang digunakan Dalam memilih sabuk yang akan digunakan, harus mengacu pada ukuran standar sabuk yang umum dipasarkan. Tabel 3. 5 Kapasitas daya yang ditransmisikan untuk satu sabuk tunggal 𝐏𝐎 (𝐤𝐖) Sumber: Sularso & Suga, 2013: 172 1 𝐿 = 2𝐶 + 2 (𝑑𝑝 + 𝐷𝑝 ) + 4𝑐 (𝐷𝑝 − 𝑑𝑝 )2 (Sularso & Suga, 2013:170) 3,14 1 (51 + 216) + 𝐿 = 2 × 400 + (216 − 51)2 2 4 × 400 41919 1089 𝐿 = 800 + 100 + 64 1977929 𝐿= 1600 𝐿 = 1236,2 𝑚𝑚 Sehingga apabila dilihat dari Tabel 2.1 sabuk yang digunakan adalah sabuk 49 inch atau 1236,2 mm. 7. Menentukan jarak sumbu poros 𝑏 = 2𝐿 – 3,14 (𝐷𝑝 + 𝑑𝑝) (Sularso & Suga, 1991 : 170) 𝜋 𝑏 = 2 × 1236,2 – 3,14 (51 + 216) 𝑏 = 1634 mm b + √𝑏 2 − 8(𝐷𝑝 − 𝑑𝑝)2 8 1634 + √16342 − 8(216 − 51)2 𝐶 = 8 𝐶 = 399,99 𝑚𝑚 = 400 𝑚𝑚 8. Luas penampang sabuk (A) Dalam perencanaan didapatkan sabuk tipe-A dimana memiliki tinggi 9 mm, dan lebar 12,5 mm. Sehingga : 𝐴 = 𝑡 .𝑙 (Khurmi pada Pratama, 2016 : 47) 𝐴 = 9 . 12,5 = 112,5 mm 9. Penentuan berat sabuk (W) 𝑊 = 𝐴 . 𝐿. 𝜌 (Khurmi pada Pratama, 2016 : 47) Dimana : A = luas penampang sabuk (mm )2 L = panjang sabuk (mm) 𝜌 = massa jenis bahan sabuk (1,14 gr/cm )3 𝐶 = W = (112,5. 10−2 ). ( 1236,2. 10−1 ). (1,14) W = 158,54 𝑔𝑟 = 0,159 𝑘𝑔 10. Menghitung sudut kontak Dalam menghitung sudut kontak, terdapat faktor koreksi yang perlu diperhatikan. Faktor koreksi dapat dicari dengan rumus sebagai berikut: Tabel 3. 6 Faktor koreksi K Sumber: Sularso & Suga 2013:174 𝜃 = 180° − 57(𝐷𝑝−𝑑𝑝) 𝐶 (Sularso & Suga, 2013 : 184) 57(216 − 51) 400 𝜃 = 180° − 23,5° 3,14 𝜃 = 156,5° × = 2,7 𝑟𝑎𝑑 180 Jadi, faktor koreksi (K0) yang diambil sebesar 0,93. 11. Perhitungan tegangan sabuk 1 Gaya tarik efektif adalah: 𝜃 = 180° − 𝐹𝑒 = 120.𝑃 (sularso & suga, 1997:198) 𝑣 Dimana: v = kecepatan linier sabuk (m/s) P = daya yang ditransmisikan oleh puli penggerak (kW). Maka: 120 . 1,1 𝐹𝑒 = 40,84 𝐹𝑒 = 3,23 𝑘𝑔 Jadi: 𝐹𝑒 = 𝑇1 – 𝑇 3,23 = 𝑇1 – 𝑇2 𝑇1 = 3,23 + 𝑇2 . . . . . . . . . (1) Tegangan sabuk adalah: 𝑇1 = 𝑒 𝜇𝜃 (Enzo Siahaan, 2018:472) 𝑇2 Dimana: T1 = tegangan sisi kencang sabuk (kg) T2 = tegangan sisi kendor sabuk (kg) e = bilangan natural = 2,71282 µ = koefisien gesek antara sabuk dengan puli (antara 0,45 s/s 0,60) ditetapkan 0,5 𝜃 = sudut kontak = 156,5º Sudut kontak (rad) 𝜋 𝜃 = 156,5° × 180 (Enzo Siahaan, 2018:472) 𝜃 = 156,5° × 3,14 180 𝜃 = 2,7 𝑟𝑎𝑑 Maka : 𝑇1 = 𝑒𝜇𝛼 𝑇2 𝑇1 = 2,712820,5 . 2,7 𝑇2 𝑇1 = 𝑇2 . 3,85………….(2) Jadi persamaan (1) = persamaan (2) 3,23 + T2 = T2 . 3,85 T2 . (3,85 – 1) = 3,23 T2 . 2,85 = 3,23 3,23 T2 =2,85 = 1,15 kg Maka: 𝑇1 = 3,23 + 𝑇2 𝑇1 = 3,23 + 1,15 𝑇1 = 4,38 𝑘𝑔 Karena T1 lebih besar dari T2, maka tegangan sisi kencang sabuk adalah 4,38 𝑘𝑔. Dari hasil perhitungan maka dapat disimpulkan bahwa sabuk yang digunakan jenis sabuk A dengan ukuran 49 inch dengan panjang keliling 1236,2 mm dengan dk = 60 mm, Dk = 225 mm, dengan jarak poros 400 mm. Gambar 3. 2 Jarak sumbu poros dan diameter puli pada sabuk 1 B. Perhitungan sabuk dan puli penggerak ke puli penyaring 1. Menentukan Jenis Sabuk V Dalam menentukan sabuk dapat dilihat ada gambar yang tercantum di bab sebelumnya. Jika putaran mesin 1420 rpm dan daya rencana (Pd) yaitu sebesar: 𝑃𝑑 = 𝑃 × 𝐹𝑐 𝑃𝑑 = 1,1 × 1,2 𝑃𝑑 = 1,32 𝑘𝑊 Dari Gambar 2.3, dapat ditentukan jenis sabuk dengan menggunakan daya dan putaran. Jenis sabuk yang sesuai adalah tipe A. 2. Menentukan Diameter Puli Dalam menentukan diameter puli harus mengacu pada Tabel 2.1. Jika yang dipakai sabuk-V dengan penampang A maka diameter puli minimum yang dianjurkan (𝑑𝑚𝑖𝑛 ) adalah 51 mm. c. Diameter jarak bagi puli 𝑑𝑝 = 51 mm 𝐷𝑝 = dp x i1 𝐷𝑝 = 51 x 4,12 𝐷𝑝 = 216 mm d. Diameter luar puli Untuk menghitung diameter luar puli diperlukan tebal sabuk. Tebal sabuk dapat dilihat pada Gambar 2.2 diperoleh tebal sabuk-V tipe A adalah 95 mm. 𝑑𝑘 = 𝑑𝑝 + 2 × 1⁄2 𝑡𝑒𝑏𝑎𝑙 𝑠𝑎𝑏𝑢𝑘 𝑑𝑘 = 51 + 2 × 4,5 𝑑𝑘 = 60 𝑚𝑚 𝑑𝑘 = 𝑑𝑝 + 2 × 1⁄2 𝑡𝑒𝑏𝑎𝑙 𝑠𝑎𝑏𝑢𝑘 3. 4. 5. 6. 𝑑𝑘 = 216 + 2 × 4,5 𝑑𝑘 = 225 𝑚𝑚 Berdasar dari tabel V-belt (Pratama, 2016) , untuk sabuk tipe A diketahui ukuran-ukuran puli sebagai berikut : E = 15 mm ; c = 2,5 mm ; t = 9 mm ; s = 10 mm ; dan z = 1, maka untuk memperoleh volume pulley : e. Ketebalan Pulley penggerak 𝐵 = ( 𝑧 − 𝑙) . 𝑡 + 2. 𝑠 𝐵 = ( 1 − 1). 9 + 2.10 𝐵 = 20 𝑚𝑚 f. Volume pulley yang digerakkan 𝜋 𝑉 = 𝑑𝑝2 . 𝐵 4 3,14 2 𝑉 = 51 . 20 4 𝑉 = 40835,7 𝑚𝑚2 g. Berat pulley penggerak 𝑊 = 𝑉. 𝑝 𝑊 = 40835,7 . 7,2 . 10−6 𝑊 = 2,94 kg h. Ketebalan pulley yang digerakkan 𝐵 = ( 𝑧 − 𝑙) . 𝑡 + 2. 𝑠 𝐵 = ( 1 − 1). 9 + 2.10 𝐵 = 20𝑚𝑚 Kecepatan Linear Sabuk 𝜋𝑑𝑝 𝑛1 𝑉 = 60×1000 (Sularso & Suga, 2013:166) 3,14 × 60 × 1420 𝑉 = 60 × 1000 𝑉 = 4,46 𝑚⁄𝑠 Memeriksa jarak diameter poros (𝑑 +𝐷 ) 𝐶 = 𝐶1 − 𝑘 2 𝑘 (Sularso & Suga, 2013:170) (60 + 225) 𝐶 = 400 − 2 𝐶 = 257,5 𝑚𝑚 Baik, karena karena hasil pengujian antara jarak poros dan total lebar puli masih besar dari jarak antar poros. Menentukan panjang sabuk yang digunakan Dalam memilih sabuk yang akan digunakan, harus mengacu pada ukuran standar sabuk yang umum dipasarkan. Tabel 3. 7 Kapasitas daya yang ditransmisikan untuk satu sabuk tunggal 𝐏𝐎 (𝐤𝐖) Sumber: Sularso & Suga, 2013: 172 1 𝐿 = 2𝐶 + 2 (𝑑𝑝 + 𝐷𝑝 ) + 4𝑐 (𝐷𝑝 − 𝑑𝑝 )2 (Sularso & Suga, 2013:170) 3,14 1 (51 + 216) + 𝐿 = 2 × 400 + (216 − 51)2 2 4 × 400 41919 1089 𝐿 = 800 + 100 + 64 1977929 𝐿= 1600 𝐿 = 1236,2 𝑚𝑚 Sehingga apabila dilihat dari Tabel 2.1 sabuk yang digunakan adalah sabuk 49 inch atau 1236,2 mm. 7. Menentukan jarak sumbu poros 𝑏 = 2𝐿 – 3,14 (𝐷𝑝 + 𝑑𝑝) (Sularso & Suga, 1991 : 170) 𝑏 = 2 × 1236,2 – 3,14 (51 + 216) 𝑏 = 1634 mm 𝜋 b + √𝑏 2 − 8(𝐷𝑝 − 𝑑𝑝)2 8 1634 + √16342 − 8(216 − 51)2 𝐶 = 8 𝐶 = 399,99 𝑚𝑚 = 400 𝑚𝑚 8. Luas penampang sabuk (A) Dalam perencanaan didapatkan sabuk tipe-A dimana memiliki tinggi 9 mm, dan lebar 12,5 mm. Sehingga : 𝐴 = 𝑡 .𝑙 (Khurmi pada Pratama, 2016 : 47) 𝐴 = 9 . 12,5 = 112,5 mm 9. Penentuan berat sabuk (W) 𝑊 = 𝐴 . 𝐿. 𝜌 (Khurmi pada Pratama, 2016 : 47) Dimana : A = luas penampang sabuk (mm )2 L = panjang sabuk (mm) 𝜌 = massa jenis bahan sabuk (1,14 gr/cm )3 𝐶 = W = (112,5. 10−2 ). ( 1236,2. 10−1 ). (1,14) W = 158,54 𝑔𝑟 = 0,159 𝑘𝑔 10. Menghitung sudut kontak Dalam menghitung sudut kontak, terdapat faktor koreksi yang perlu diperhatikan. Faktor koreksi dapat dicari dengan rumus sebagai berikut: Tabel 3. 8 Faktor koreksi K Sumber: Sularso & Suga 2013:174 𝜃 = 180° − 57(𝐷𝑝−𝑑𝑝) 𝐶 (Sularso & Suga, 2013 : 184) 57(216 − 51) 400 𝜃 = 180° − 23,5° 3,14 𝜃 = 156,5° × = 2,7 𝑟𝑎𝑑 180 Jadi, faktor koreksi (K0) yang diambil sebesar 0,93. 11. Perhitungan tegangan sabuk 2 Gaya tarik efektif adalah: 𝜃 = 180° − 𝐹𝑒 = 120.𝑃 𝑣 (sularso & suga, 1997:198) Dimana: v = kecepatan linier sabuk (m/s) P = daya yang ditransmisikan oleh puli penggerak (kW). Maka: 120 . 1,1 𝐹𝑒 = 40,84 𝐹𝑒 = 3,23 𝑘𝑔 Jadi: 𝐹𝑒 = 𝑇1 – 𝑇 3,23 = 𝑇1 – 𝑇2 𝑇1 = 3,23 + 𝑇2 . . . . . . . . . (1) Tegangan sabuk adalah: 𝑇1 = 𝑒 𝜇𝜃 (Enzo Siahaan, 2018:472) 𝑇2 Dimana: T1 = tegangan sisi kencang sabuk (kg) T2 = tegangan sisi kendor sabuk (kg) e = bilangan natural = 2,71282 µ = koefisien gesek antara sabuk dengan puli (antara 0,45 s/s 0,60) ditetapkan 0,5 𝜃 = sudut kontak = 156,5º Sudut kontak (rad) 𝜋 𝜃 = 156,5° × 180 (Enzo Siahaan, 2018:472) 𝜃 = 156,5° × 3,14 180 𝜃 = 2,7 𝑟𝑎𝑑 Maka : 𝑇1 = 𝑒𝜇𝛼 𝑇2 𝑇1 = 2,712820,5 . 2,7 𝑇2 𝑇1 = 𝑇2 . 3,85………….(2) Jadi persamaan (1) = persamaan (2) 3,23 + T2 = T2 . 3,85 T2 . (3,85 – 1) = 3,23 T2 . 2,85 = 3,23 3,23 T2 =2,85 = 1,15 kg Maka: 𝑇1 = 3,23 + 𝑇2 𝑇1 = 3,23 + 1,15 𝑇1 = 4,38 𝑘𝑔 Karena T1 lebih besar dari T2, maka tegangan sisi kencang sabuk adalah 4,38 𝑘𝑔. Dari hasil perhitungan maka dapat disimpulkan bahwa sabuk yang digunakan jenis sabuk A dengan ukuran 49 inch dengan panjang keliling 1236,2 mm dengan dk = 60 mm, Dk = 225 mm, dengan jarak poros 400 mm. Gambar 3.3 Jarak sumbu poros dan diameter puli pada sabuk 1 3.2.3 Perhitungan Poros